PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi setiap individu.
Untuk itu, salah satu tujuan dari pelayanan kesehatan adalah untuk mencapai
keadilan sosial yang adil dan merata (Suni, 2018). Pelayanan kesehatan akan
diapresiasikan oleh masyarakat luas selaku pengguna layanan jika institusi
pelayanan kesehatan baik di Rumah Sakit (RS) maupun Puskesmas yang memiliki
mutu (Muninjaya, 2013).
Pelayanan kesehatan yang bermutu pasti menggunakan pendekatan
manajemen sehingga pengelolaannya menjadi efektif, efisien, dan
produktif.Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan/suatu untuk
mencapai tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain. Tenaga
kesehatan seperti perawat merupakan salah satu komponen pengelolaan rumah
sakit yang mampu meningkatkan derajat kesehatan dalam masyarakat (Suarli &
Bahtiar, 2012).
Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pelayanan kesehatan dirumah sakit. Rumah sakit memiliki kepentingan untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang optimal melalui tenaga keperawatan
yang bertanggung jawab dalam meningkatkan dan mempertahankan suatu mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan selama 24 jam, secara berkesinambungan
dibawah tanggung jawab seorang pemimpin keperawatan (Asriani, Mattalatta &
Betan, 2016).
Pelayanan asuhan keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan
profesional merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya
pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Disisi lain yakni sebagai salah satu faktor
penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas
pelayanan asuhan keperawatan perlu dipertahankan serta ditingkatkan seoptimal
mungkin (Depkes, 2011).
1
2
Hal ini menunjukkan bahwa setiap rumah sakit memiliki potensi yang
sangat besar dan kuat dalam pengembangan manajemen keperawatan, sebagai
upaya perwujudan terhadap tuntutan masyarakat demi meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Manajemen keperawatan merupakan suatu
proses penyelesaian pekerjaan melalui anggota staff perawat dibawah tanggung
jawabnya sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan profesional kepada
pasien dan keluarganya (Suni, 2018).
Menurut Suni (2018) tugas dan tingkatan manajemen keperawatan adalah
bagaimana peran manajer keperawatan melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya, untuk mengarahkan staff perawat dalam penerapan asuhan keperawatan
yang berkualitas pada Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). Tingkatan
manajemen keperawatan adalah manajer keperawatan pada tingkat manajer unit
yang terdiri dari kepala ruangan (karu), ketua tim (katim) dan perawat primer (pp),
sedangkan staff perawat adalah perawat pelaksana atau perawat associate (pa).
Peningkatan mutu pelayanan keperawatan profesional telah dilakukan
melalui pengembangan model keperawatan profesional dalam bentuk MPKP
(Model Praktik Keperawatan Profesional). MPKP merupakan salah satu upaya
meningkatkan praktek pelayanan keperawatan dirumah sakit dalam pelaksanaannya
dibutuhkan peran kepala ruangan dan ketua tim sebagai pengelola ruang rawat
namun juga berhubungan langsung dengan pasien (Rohmiyati, 2015).
Pada dasarnya, MPKP bermanfaat untuk memperbaiki mutu pelayanan
keperawatan sehingga tidak terlepas dari nilai etika estetika dan moral praktisi
keperawatan dalam memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi,
serta hal-hal yang akan terjadi bila pengaturan dan keteraturan pelayanan
keperawatan tidak diperbaiki dan dikembangkan. Dari hasil penelitian “Pengaruh
penerapan model praktek keperawatan profesional (MPKP) terhadap standar
asuhan keperawatan dan kepuasan kerja perawat diruang Rumah Inap
Bhayangkara Makassar” menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
kepuasan kerja perawat dan kualitas pelaksanaan standar asuhan keperawatan
sebelum dan sesudah terhadap penerapan MPKP diruang rawat inap Rumah Sakit
Bhayangkara, implementasi MPKP dapat digunakan sebagai dasar penetapan
kebijakan dalam upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan disemua ruang rawat
3
inap rumah sakit Bhayangkara dan dapat dijadikan contoh untuk dirumah sakit
yang lain. Dengan begitu, proses manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin
untuk menjamin pelayanan yang diberikan kepada klien atau keluarga secara
profesional. Menurut Marquis dan Huston (2010) dalam buku Suni (2018) bentuk
proses manajemen terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian
(Organizing), pengarahan (Directing), dan pengendalian (Controlling).
MPKP jiwa yang diterapkan di rumah sakit jiwa (RSJ) merupakan suatu
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan asuhan
keperawatan yang memiliki empat pilar nilai profesional yaitu pendekatan
manajemen (Management Approach), kompensasi penghargaan (Compensatory
Reward), hubungan profesional (Profesional Relationship), dan pilar keempatnya
adalah sistem pemberian asuhan keperawatan (Patient Care Delivery).Diharapkan
hasil penerapan MPKP jiwa menunjukkan hasil BOR meningkat ALOS menurun,
dan angka lari pasien menurun sehingga MPKP pelayanan kesehatan jiwa yang
diberikan bermutu baik. Untuk itu, asuhan keperawatan diberikan kepada pasien
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan menyelesaikan masalah
pasien (Rahayu, 2017).
Menurut Keliat & Akemat (2009) seorang perawat pemimpin harus menjadi
agen perubahan, mampu mengenali kebutuhan akan perubahan, mampu meciptakan
lingkungan kerja yang positif dan menjadi peserta aktif dalam perubahan dan
pelaksanaan perubahan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
profesional.
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi adalah salah satu Rumah Sakit
tipe B dan merupakan rumah sakit jiwa satu-satunya yang berada di provinsi Jambi.
Oleh karena itu perlunya menampilkan aspek manajemen dalam pemberian asuhan
keperawatan yang tepat sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan jiwa yang
berkualitas dan bermutu khusunya diruang perawatan Delta.
Berdasarkan observasi kelompok diruangan perawatan Delta pada tanggal
23 nov -25 nov 2020, didapatkan bahwa perawat diruang Delta sudah melakukan
operan tapi belum optimal, pelaksanaan pre dan post conference hanya diadakan
dimeja tidak langsung kepasien, tidak ada rencana kegiatan harian, bulanan,
tahunan, tidak ada penilaian yang dilakukan untuk menilai kinerja perawat
4
Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran metode manajemen keperawatan 4 pilar MPKP
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran metode manajemen keperawatan 4 pilar MPKP
diruang Delta RSJD Provinsi Jambi yang meliputi:
1) Manajemen Approach
2) Compensatory Reward
3) Professional Relationship
4) Patient Care Delivery
b. Aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktek keperawatan diruang perawatan
Delta.
c. Manajemen dan pemberian asuhan keperawatan di unit ruang rawat rumah sakit
di ruang perawatan Delta.
d. Mengidentifikasi MBI (Maslach bornout infentory) pada perawat di ruang
Delta.
Rumusan Masalah
Praktikan
1. Pembimbing Akademik:
a. Ns. Mila Triana Sari, S.Kep., M.Kep
b. Ns. Fithriyani, S.Kep., M.Kep
c. Ns. Miko Eka Putri, S.Kep., M.Kep
BAB II
HASIL KAJIAN
A. Profil/Gambaran Umum
1. Profil Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Provinsi Jambi
a. Gambaran Rumah Sakit
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi adalah Rumah Sakit Daerah
yang dimiliki Oleh Provinsi Jambi yang berdiri pada tahun 15 Februari 1983
sebagai rumah sakit jiwa milik Departemen Kesehatan.
Peresmian operasionalnya oleh Mentri Kesehatan RI Dr. Soewarjono
Surya ningrat pada tanggal 15 Februari 1983 dengan kapasitas tempat tidur
sebanyak 60 tempat tidur. Pada tanggal 15 Februari 1984, oleh mentri
kesehatan RI, Rumah Sakit Jiwa ini ditetapkan Rumah Sakit Jiwa Kelas A
dengan surat keputusan No. 350/Menkes/SK/V11/1984. Lulus akreditasi KARS
5 pelayanan pada tahun 2001 dengan SK mentri kesehatan RI No YM.
00.032.2.5272 tanggal 15 November 2001. Pada tanggal 22 Desember 2011
Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Jambi telah lulus lagi akreditasi KARS 5
pelayanan dengan SK komisi akreditasi rumah sakit nomor: KARS –
SERT/222/X11/2011.
Sejak otonomi daerah, berdasarkan peraturan daerah nomor 14 tahun
2002 tentang organisasi dan tata kerja rumah sakit jiwa daerah Provinsi Jambi,
maka Rumah Sakit Jiwa Jambi yang semula disebut Rumah Sakit Jiwa Pusat
Jambi berubah menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi dan pada
tahun 2008 mengalami reorganisasi sesuai dengan peraturan daerah nomor. 15
tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga
Teknis daerah Provinsi Jambi.
Sesuai perkembangannya pada tahun 2006 dengan surat keputusan
direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi nomor: 188.46/05/TU/RSJ
tanggal 2 Januari 2006 tentang penetapan perubahan jumlah tempat tidur rawat
inap pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi, jumlah tempat tidur
ditetapkan menjadi 150 tempat tidur. Selanjutnya pada tahun 2008 surat
7
4) Moto dan Budaya Kerja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
Melayani secara profesional dengan sentuhan insani.
b. Struktur Organisasi
Struktur ruang Delta terdiri dari 1 orang Kepala Ruangan (Karu), 2 orang
Ketua Tim (Katim), 9 orang Perawat Pelaksana (PP) dan 1 orang petugas
administrasi
KEPALA RUANGAN
PERAWAT PELAKSANA
PERAWAT PELAKSANA
EDI JUNARTO, AM.Kep
NETTY SURYANI, Am.Kep
NS. MARIYA ULFA, S.KEP
Ns. SUWARNI, S.Kep
REKA NOFRIZA, AM.Kep
Ns. YUNISTERA, S.Kep
SULAIMAN
MONICA JUNITA, Am.Kep
MIMI HARFIAH, S.Kep
ADMINISTRASI
HANDI HANIF,AM.KG
10
R. WC RUANG II
R. ADMIN
KEPRU
RUANG 1
NURSE
STATIO
N
RUANG DAPUR
W W W PERAWAT W W W
C C C C C C
R. MAKAN
12
B. Unsur Input/Masukan
1. Analisis Terhadap Pasien
a. Karakteristik
Gambaran karakteristik dari Pasien yang dirawat di Ruangan Delta yaitu pasien
inventaris dari Dinas Sosial (Dinsos) dan merupakan pasien tenang. Diagnosa
penyakit jiwa terbanyak diruang perawatan Delta adalah halusinasi.
b. Tingkat ketergantungan
Pasien yang dirawat di Ruang Delta adalah pasien yang mandiri.
c. Karakteristik Diagnosa Keperawatan di Ruang Delta
Tabel 2.1
Diagnosa Keperawatan Pada Klien Diruang Delta
Jadi, jumlah diagnosa keperawatan klien diruang delta terbanyak adalah halusinasi
sebanyak 10 orang klien.
2. Mahasiswa Praktik
Mahasiswa yang praktik di ruang Delta selama bulan November 2020 yaitu
mahasiswa Profesi Ners STIKes Baiturrahim.
Pembimbing mahasiswa selama di ruang Delta berasal dari pembimbing
akademik dari institusi.
13
3. Ketenagaan
a. Distribusi Perawat Ruang Delta Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
25%
Laki-laki
Perempuan
75%
Umur
8% 21-30 tahun
25%
31-40 tahum
41-50 tahun
33% Lebih dari 50 tahun
33%
14
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan data dari 12 orang perawat yang bekerja
di Ruang delta, yang berumur 21-30 tahun ada 3 perawat (25%), umur 31-40 4
orang perawat (34%), 41-50 tahun 4 orang perawat (33%) dan >50 tahun 1 orang
perawat (8%).
Pendidikan
25%
D III
S1+Ners
75%
STATUS PEKERJAAN
PNS
NON PNS
50% 50%
Distrib
usi Status Pekerjaan
15
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan data dari 12 orang perawat yang bekerja
di Delta 6 orang PNS (50%) dan 6 orang non PNS (50%).
Lama Kerja
17%
25% 0-5 TAHUN
5-10 TAHUN
LEBIH DARI 10 TAHUN
58%
Lama
No Nama Jabatan Pendidikan Kerja di Riwayat Pekerjaan Pelatihan
RS
R. Delta (2019-
sekarang)
R. Delta (2013- BTCLS
6. Y PP S1+Ners 6 tahun
sekarang) PPGDM
R. Epsilon
Tabel 2.4
Kebutuhan Tenaga Perawat di Ruang Delta
Jumlah
Klasifikasi Pagi Sore Malam
Pasien
Minimal 24 24x0,17= 4,0 24x0,14= 3,3 24x0,07= 1,6
Parsial 0 0 0 0
Total 0 0 0 0
Jumlah 24 4,0 3,3 1,6
Total kebutuhan tenaga perawat perhari:
1. Pagi :4
2. Sore :3
3. Malam :2
4. Total : 9 perawat
Jumlah perawat yang dibutuhkan = 9 orang per hari
Jumlah shift dalam seminggu adalah 9x7 = 63 shift
Bila jumlah perawat setiap hari dengan 6 hari kerja/minggu dan 7 jam/hari maka =
63 shift/6hari = 10,5 dibulatkan menjadi 10 orang.
6 Dispenser 4 Baik
11 TV 1 Baik
14 Tensimeter 1 Baik
15 Stetoskop 1 Baik
17 Timbangan 1 Baik
18 Bengkok 2 Baik
21 Ember 2 Baik
25 Baskom 2 Baik
26 Teko 5 Baik
28 Jemuran 1 Baik
33 Handuk 90 Baik
C. Unsur Proses
1. Proses Asuhan Keperawatan
a. Kajian Teori
1) Definisi Manajemen
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu
lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan seefesien mungkin (H.
Weihrich & H. Koontz dalam Suarli & Bahtiar, 2012).
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses menyelesaikan
pekerjaan melalui anggota staf perawat dibawah tanggung jawabnya
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan professional kepada pasien
dan keluarganya (Sitorus & Panjaitan, 2011).
2) Fungsi
Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di
dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu,
diperlukan adanya fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen. Menurut
Suni (2018) fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
a) Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah suatu keputusan untuk masa yang akan
datang, artinya apa, siapa, kapan, dimana, berapa dan bagaimana yang
akan dan harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu (Suarli &
Bahtiar, 2011).
b) Fungsi Pengorganisasian
21
b. Kajian Data
1) Proses Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
Dari 15 dokumen yang di observasi dari tanggal 23-25 Nov 2020
didapatkan data sebagai berikut:
i. Format pengkajian yang baku dan sistematis sudah tersedia pada
setiap status pasien.
ii. Dari hasil studi dokumentasi format pengkajian terisi lengkap.
b) Diagnosa
Dari 15 dokumen yang di observasi didapatkan data sebagai berikut:
22
d) Implementasi
Dari hasil observasi didapatkan hasil implementasi:
2) Manfaat
Menurut Hoffart dan Woods (1996) dalam Suni (2018) menyatakan
bahwa penerapan MPKP dikembangkan berdasarkan kegiatan keperawatan
yang terdiri dari 5 pilar utama yaitu management approach, compensatory
reward, professional relationship, professional value, dan patient care
delivery system. Pendekatan MPKP melalui pendekatan 5 pilar tersebut
akan mampu mendukung pengaturan dan keteraturan pelayanan
keperawatan yang mencakup 4 aspek yaitu:
a) Bermanfaat bagi orang yang mendalami ilmu keperawatan dengan
bertambahnya ilmu pengetahuan, pemahaman dan kesadaran atas
realita pelayanan keperawatan.
b) Bermanfaat bagi ilmu keperawatan itu sendiri
c) Bermanfaat bagi skala ruang yang lebih luas untuk masyarakat
d) Bermanfaat bagi skala waktu yang lebih panjang
d) Pengendalian
Pada MPKP, kegiatan pengendalian diterapkan dalam bentuk
pengukuran berikut:
i. Indikator mutu umum, yang terdiri dari:
i) Bed Occupancy Rate (BOR)
ii) Average Length of Stay (ALOS)
iii) Turn Over Intreval (TOI)
ii. Indikator mutu rumah sakit, yang terdiri dari:
i) Kasus cedera
ii) Infeksi nosocomial
iii. Kondisi klien, yang terdiri dari:
i) Audit dokumentasi asuhan keperawatan
ii) Kepuasan klien dan keluarga
iii) Penilaian kemampuan klien dan keluarga
iv. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM), yang terdiri dari:
i) Kepuasan tenaga kesehatan, seperti perawat dan dokter
ii) Penilaian kinerja perawat.
a) MPKP Transisi
25
c) MPKP Profesional
MPKP professional dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu :
i. MPKP 1
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3
keperawatan tetapi kepala ruangan dan ketua tim mempunyai
pendidikan minimal S1 Keperawatan.
ii. MPKP II
MPKP Intermediet dengan tenaga perawat minimal D3
keperawatan dan mayoritas sarjana Ners Keperawatan yang sudah
memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa.
iii. MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga perawat minimal sarjana
NERS Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis
keperawatan jiwa dan doctor keperawatan yang bekerja di area
keperawatan jiwa.
rumah sakit jiwa ataupun pelatihan diluar sesuai dengan program dari
rumah sakit.
xiv. Kepala Ruangan memimpin rapat ruangan setiap bln ruang Delta
xv. Kepala Ruangan mengawasi SDM dan sarana prasarana setiap harinya
xvi. Kepala Ruangan melakukan interaksi kepada klien baru dan klien yang
memerlukan perhatian khusus
xvii. Kepala ruangan mengatakan TAK sudah dilakukan tetapi belum
terjadwal.
xviii. Kepala Ruangan melakukan kolaborasi dengan dokter dan melakukan
rapat dengan tim kesehatan lainnya
xix. Kepala Ruangan mensosialisasikan tentang hal-hal baru.
b) Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan selama satu minggu didapatkan hasil
sebagai berikut:
i. Terpasang visi, misi dan motto Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi di ruang delta
ii. Terpasang visi, misi dan motto ruang delta
iii. Dokumen kepala ruangan tentang rencana kegiatan harian, bulanan dan
tahunan belum ada.
iv. Kepala ruangan memimpin operan namun untuk pre conference dan
post conference belum dilaksanakan secara optimal
v. Kepala ruangan belum melakukan supervisi
vi. Kepala ruangan mengikuti visit dokter
4) Ketua Tim
a) Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 07 Mei 2019, didapatkan
hasil bahwa:
i. Ketua tim belum memimpin pre conference dan postconference
30
b) Wawancara
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh Ketua Tim pada tanggal 26
Nov 2020 di dapatkan hasil :
i. Di ruang Delta, jadwal dinas dibuat oleh karu dan berkoordinasi dengan
katim.
ii. Di ruang Delta, katim jarang melakukan pre conference dan post
conference karena jumlah perawat pelaksana yang dinas hanya 1 orang
iii. Di ruangan delta, katim tidak melakukan supervisi kepada perawat
pelaksana, supervisi hanya dilakukan oleh supervisor, dan tidak dibuat
dalam blangko tertentu untuk kegiatan supervisi.
iv. Ketua tim selalu mendampingi visit dokter, biasanya katim
menyampaikan kondisi pasien, keluhan-keluhan yang masih dirasakan
pasien kepada dokter.
v. Ketua tim memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dengan
mengingatkan tentang manfaat obat serta pentingnya pengawasan obat.
vi. Cara katim mengevaluasi kinerja perawat pelaksana yaitu dengan
melihat laporan dinas setiap shift
vii. Apabila katim tidak dapat hadir, maka katim hanya meminta izin
kepada karu tanpa ada surat pendelegasian kecuali jika dinas diluar
kota.
viii. Penkes individu tidak dilakukan, karena jumlah perawat diruang delta
tidak sebanding dengan jumlah pasien.
31
ix. Penkes kelompok sering dilaksanakan setelah selesai senam pagi, tapi
tidak dilakukan evaluasi kemampuan setiap pasien sebelum dan setelah
pelaksanaan penkes.
Tabel 2.4
Kuesioner Perawat Pelaksana
Sl Sr Kd Tp
No Pernyataan JM JM JM JM
% % % %
L L L L
Apakah anda membuat 77,77 11,11 11,1
1 7 1 1 - -
rencana kerja harian ? % % 1%
Apakah anda merawat
pasien dengan
2 - - - - - - - -
gangguan konsep diri :
Harga diri rendah ?
Apakah anda berperan
serta dalam TAK
3 untuk pasien gangguan - - - - - - - -
konsep diri : Harga
diri rendah ?
Apakah anda berperan
serta dalam
memberikan
pendidikan kesehatan
4 - - - - - - - -
kepada keluarga
pasien dengan
gangguan konsep diri :
Harga diri rendah ?
Apakah anda merawat
55.56 33,33 11,1
5 pasien dengan risiko 5 3 1 - -
% % 1%
perilaku kekerasan ?
6 Apakah anda berperan 4 44,44 2 22,22 3 33,3 - -
32
pendidikan kesehatan
kepada keluarga
pasien dengan waham
Apakah saudara
55,55 44,44
14 merawat pasien 5 4 - - - -
% %
dengan halusinasi
Apakah saudara
berperan serta dalam 44,44 22,22 33,3
15 4 2 3 - -
TAK untuk pasien % % 3%
halusinasi
Apakah saudara
berperan serta dalam
22,22 11,11 66,6
16 pendidikan kesehatan 2 1 6 - -
% % 6%
pada kleuarga pasien
dengan halusinasi
Apakah saudara
merawat pasien
17 - - - - - - - -
dengan Resiko Bunuh
Diri
Apakah saudara
berperan serta dalam
18 - - - - - - -
TAK untuk pasien
resiko bunuh diri
Apakah saudara
berperan serta dalam
Pendidikan kesehatan
19 - - - - - - -
kepada kleuarga
pasien resiko bunuh
diri
Apakah saudara
55,55 44,44
20 merawat pasiien denga 5 4 - - - -
% %
defisit perawatan diri
34
Apakah saudaa
berperan serta dalam 33,33 11,11 55,5
21 3 1 5 - -
TAK untuk pasien % % 5%
defisit perawatan diri
Apakah saudara
berperan serta dalam
pendidika kesehatan 33,33 11,11 55,5
22 3 1 5 - -
pada keluarga pasien % % 5%
dengan defisit
perawatan diri
Apakah saudara
menggunakan SP
( Strategi Komunikasi
dalam pelaksanaan 44,44 22,22 33,3
23 4 2 3 - -
tindakan % % 3%
keperawatan ) saat
interaksi dengan
pasien ?
Apakah saudara
44,44 11,11 44,4
24 mengevaluasi 4 1 4 - -
% % 4%
kemampuasn pasien
Apakah pasien saudara
mempunyai jadwal 57,14
25 4 - - 5 55 % - -
haria untuk melatih %
kemampuannya
26 Apakah saudara
melatih keluarag - - - - 5 55,5 4 44,4
merawat pasien selama 5% 4%
berada di rumah sakit
27 Apakah saudara
mengevaluasi - - - - 5 55,5 4 44,4
kemampuan keluarga 5% 4%
35
30 Apakah saudara
mendokumetasikan 9 100% - - - - - -
semua tindaka
keperawatan
Tabel 2.5
Keterangan;
0 = Tidak pernah
6 = Setiap hari.
36
No Pertanyaan 6 5 4 3 2 1 0
J % J % J % J % J % J % J %
1 Saya merasa pek 0 0 1 8,3 0 0 0 0 6 50 5 41,7
erjaan saya meng
uras emosi
ani karir
7 Saya merasa pek 0 0 0 0 2 16,7 2 16,7 2 16,7 6 50 0 0
erjaan ini berat se
jak saya memulai
karier
8 Bekerja dengan o 0 0 0 0 1 8,3 0 0 5 41,7 6 50 0 0
rang lain secara l
angsung dapat m
embuat saya tida
k nyaman ( pasie
n keluarga pasien
dokter profesi lai
n dan atasan )
9 Kadang saya mer 0 0 0 0 0 0 0 0 8 66,7 4 33,3 0 0
asa ketidakjelasa
n dengan situasi s
aat ini
10 Saat melaksaana 0 0 0 0 1 8,3 3 25 5 41,7 3 25 0 0
kan tugas meraw
at pasien yang pe
nting tugas saya s
elesai tanpa men
ghiraukan tugas
yang lain
11 Sejak saya bekerj 0 0 0 0 0 0 4 33,3 6 50 2 16,7 0 0
a sebagai perawa
t saya jarang mel
ibatkan perasaan
dalam pekerjaan
12 Kesibukan dalam 0 0 0 0 0 0 3 25 4 33,3 5 41,7 0 0
pekerjaan memb
uat emosional sa
38
Berdasarkan Tabel 2.5 di atas dapat di simpulkan bahwa dari 12 responden yang di ajukan
22 pertanyaan mengenai kejenuhan kerja . pada pilihan jawaban (setiap hari) tidak ada
responden yang memilih opsi jawaban tersebut, yang paling banyak menjawab (beberapa
kali dalam seminggu) pada pertanyaan nomor 1,2 dan 4 yaitu masing-masing sebanyak 1
responden (8.3%), yang paling banyak menjawab (satu kali dalam seminggu) pada
40
pertanyaan nomor 19 tentang “Saya memerlukan waktu yang cukup lama untuk
menciptakan suasana yang nyaman bagi pasien” yaitu sebanyak 4 responden (33.3%), yang
paling banyak menjawab (beberapa kali dalam sebulan) pada pertanyaan nomor 22 tentang
“Sejujurnya dalam melaksanakan tugas saya” sebanyak 6 responden (50%), yang paling
banyak menjawab (satu kali dalam sebulan) pada pertanyaan nomor 9 tentang “Kadang
saya merasa ketidakjelasan dengan situasi saat ini” sebanyak 8 responden (66.7%), yang
paling banyak menjawab (beberapa kali dalam setahun) pada pertanyaan nomor 12 tentang
“Kesibukan dalam pekerjaan membuat emosional saya tidak peka terhadap kebutuhan
pasien atau rekan kerja” sebanyak 7 responden (58.3%) dan pada pilihan jawaban (tidak
NO PERNYATAAN STS TS S SS
J % J % J % J %
Positive Thinking
1. Saat saya mengalami stres 1 8,3 2 16,7 2 16,7 7 58,3
kerja, saya tetap berusaha
berpikir positif dalam bekerja
2. Pekerjaan saya sesuai dengan 0 0 1 8,3 4 33,3 7 58,3
kemampuan dan pengalaman
yang saya miliki
3. Saya memiliki kesempatan 1 8,3 3 25 2 16,7 6 50
untuk memberikan kemampuan
terbaik saya dalam bekerja
Creative Behavior
4. Saya bekerja dengan selalu 0 0 2 16,7 7 58,3 3 25
berfikir kreatif dan perilaku
41
yang kreatif
5. Saya memiliki kesempatan 1 8,3 3 25 4 33,3 4 33,3
untuk mengambil keputusan
sendiri dalam bekerja
6. Saya mampu berinovasi dan 0 0 5 41,7 4 33,3 3 25
mengembangkan cara yang
lebih baik dalam
menyelesaikan pekerjaan
7 Saya memiliki kesempatan 4 33,3 7 58,3 1 8,3 0 0
untuk mencoba sesuatu sesuai
dengan ide pribadi
Factors yang paling banyak menjawab (sangat tidak setuju) pada pertanyaan nomor 8,9,10
masing-masing sebanyak 6 responden (50%), yang paling banyak menjawab (tidak setuju)
pada pertanyaan nomor 7 tentang “Saya mampu berinovasi dan mengembangkan cara yang
lebih baik dalam menyelesaikan pekerjaan” sebanyak 7 responden (58.3%), yang paling
banyak menjawab (setuju) pada pertanyaan nomor 4 tentang “Saya memiliki kesempatan
(58.3%) dan yang paling banyak menjawab (sangat setuju) pada pertanyaan nomor 1
tentang “Saat saya mengalami stres kerja, saya tetap berusaha berpikir positif dalam
42
bekerja”dan nomor 2 tentang “Pekerjaan saya sesuai dengan kemampuan dan pengalaman
NO PERNYATAAN STS TS S SS
J % J % J % J %
Dukungan Rekan Kerja
1. Rekan kerja saya selalu 2 16,7 1 8,3 7 58, 2 16,7
mendukung saya dikala saya 3
menghadapi kejenuhan kerja
2. Saya memiliki komunikasi 2 16,7 6 50 3 25 1 8,3
yang baik dengan rekan kerja
saya
3. Rekan kerja saya mampu 0 0 1 8,3 10 83, 1 8,3
mendorong saya untuk bekerja 3
lebih gita
4. Rekan Kerja saya membantu 2 16,7 2 16,7 7 58, 1 8,3
saya dalam menyelesaikan 3
pekerjaan
Dukungan Agama
5. Pimpinan saya selalu 1 8,3 7 58,3 2 16, 2 16,7
mendukung saya dikala saya 7
sedang terpuruk dan
mengalami kejenuhan kerja
6. Pimpinan saya cakap dalam 2 16,7 3 25 7 58, 0 0
43
Factors yang paling banyak menjawab (sangat tidak setuju) pada pertanyaan nomor 7
44
tentang “Pimpinan saya bersedia mempertimbangkan gagasan dan saran-saran yang saya
berikan” dan nomor 10 tentang “Pimpinan saya adil dalam pembagian jadwal kerja di
rumah sakit” sebanyak 3 responden (25%), yang paling banyak menjawab (tidak setuju)
pada pertanyaan nomor 12 tentang “Pekerjaan saya memberikan keamanan untuk masa
depan saya” sebanyak 10 responden (83.3%), yang paling banyak menjawab (setuju) pada
paling banyak menjawab (sangat setuju) pada pertanyaan nomor nomor 1,5 dan 9 masing-
NO PERNYATAAN STS TS S SS
J % J % J % J %
1. Saya tidak menemukan 4 33,3 6 50 1 8,3 1 8,3
kesempatan untuk bekerja
dirumah sakit lain
2. Saya merasakan adanya 2 16,7 0 0 9 75 1 8,3
suasana kerja dengan rasa
kekeluargaan yang kental
3. Tidak tersedia pekerjaan lain 2 16,7 9 75 0 0 1 8,3
dengan gaji dan tunjangan
yang lebih tinggi
4. Saya tidak pernah nervousness 2 16,7 5 41,7 4 33,3 1 8,3
dan gelisah saat menghadapi
pasien
5. Saya tidak pernah menghindar 2 16,7 4 33,3 4 33,3 2 16,7
apabila ada pekerjaan yang
overload
45
paling banyak menjawab (sangat tidak setuju) pada pertanyaan nomor 1 tentang “Saya
tidak menemukan kesempatan untuk bekerja dirumah sakit lain” sebanyak 4 responden
(33.3%), yang paling banyak menjawab (tidak setuju) pada pertanyaan nomor 3 tentang
“Tidak tersedia pekerjaan lain dengan gaji dan tunjangan yang lebih tinggi” sebanyak 9
responden (75%), yang paling banyak menjawab (setuju) pada pertanyaan nomor 2
tentang “Saya merasakan adanya suasana kerja dengan rasa kekeluargaan yang kental Saya
merasakan adanya suasana kerja dengan rasa kekeluargaan yang kental” sebanyak 9
responden (75%) dan yang paling banyak menjawab (sangat setuju) pada pertanyaan
nomor 5 tentang “Saya tidak pernah menghindar apabila ada pekerjaan yang overload”
D. Unsur Output
1. Efisiensi Ruang Rawat
Kajian indicator mutu ruangan
a) BOR
Bor (bed, occupation rate) yaitu persentase pemakaian tempat tidur pada
satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit (Simamora,
2012). Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80-90% sedangkan
standar nasional BOR dianggap baik adalah 60-85% (DepKes, 2005).
Perhitungan data BOR di Ruangan Delta adalah sebagai berikut:
Bulan Oktober 2020
Ruang Tidur pasien : 30 Bed
Kasur : 30
46
30 x 31
b) ALOS
Menurut DepKes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien.Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu perawatan yang lebih
lanjut. Secara umum LOS yang ideal antara 6-9 hari, sedangkan RSJD
Provinsi memiliki ketetapan lama perawatan berdasarkan jenis Diagnosa
Medis antara 14 - 42 hari. Hasil dari nilai LOS bln oktober 2020 ruang delta
yaitu 64,00 %
c) TOI
TOI (Turn Over Interval) adalah jumlah tempat tidur yang tidak ditempati
dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indicator ini dapat memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong hanya dalam waktu 1-3 hari.
Di MPKP pengukuran TOI dilakukan oleh kepala ruangan yang di buat
setiap bulan dengan rumus sebagai berikut:
Rumus: (Jumlah TTxhari) – hari perawatan RS
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
Jumlah nilai TOI ruang delta bln oktober 2020 yaitu: 165,00.
47
48
BAB III
A. PERMASALAHAN
1. Analisa Data
No Data Masalah
1 Management Approach Belum optimalnya metode MPKP
Hasil wawancara : dalam hal Manajemen Approach di
a. Perencanaan Ruang Delta RSJD Provinsi Jambi
1) Visi, misi, motto ruangan
sudah ada tetapi belum ada
tujuan keperawatan dan
filosofi ruang Delt.
2) RKH,RKB,RKT Karu belum
di buat secara tertulis karena
belum ada form yang baku
dari RSJ..
b. Pengarahan
1) Operan sudah dilakukan tapi
hanya fokus ke pasien tidak
dilakukan operan alat.
2) Pre conference dan post
conference sudah
dilaksanakan Katim dalam
bentuk tertulis atau
dokumentasi di meja nurse
station tetapi bentuk
kegiatan pre conference dan
post conference tidak
49
langsung dilakukan ke
pasein
c. Pengendalian
1) Belum pernah dilakukan
survey kepuasan perawat
dan pasien
2). Belum ada jadwal supervisi
diruangan delta.
Hasil observasi tanggal 23-25 nov
2020
a. pre conference dan post
conference secara langsung ke
pasien tidak dilakukan
b. Tidak terpasang tujuan
keperawatan dan filosofi
ruangan di ruang delta.
c. Pernyataan perawat tentang
kejenuhan kerja
2 Compensatory Reward
Belum optimal Compensatory
Hasil wawancara reward yang belum optimal
sesuai MPKP
b. Katim mengatakan selama
diruang delta tidak pernah
melakukan penilaian kinerja
terhadap perawat pelaksana
karena tidak ada format baku,
dan penilaian kinerja hanya
dilihat berdasarkan dokumentasi
asuhan keperawatan yang di
lakukan setiap shift.
B. ANALISA SWOT
S (STRENGH) W (WEAK) O (OPPORTUNITY) T (TREAD)
MASALAH
KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN
Belum optimalnya 1) Di Ruang Delta sudah 1) Visi, misi dan tujuan 1) Pentingnya membuat 1) Pelayanan ruangan
metode MPKP dalam ada Visi Misi dan motto rumah sakit belum tujuan keperawatan dan belum optimal karena
hal Manajemen Rumah Sakit Jiwa dipahami sepenuhnya filosofi untuk kurangnya pemahaman
approach khususnya di 2) Diruang Delta sudah oleh perawat. Hal ini memfokuskan layanan tujuan yang ingin
bagian perencanaan dan terdapat visi, misi, motto dapat melemahkan keperawatan dan dicapai.
pengarahan di Ruang ruangan delta. komitmen, dukungan menyelaraskan sesuai 2) Kejenuhan kerja bagi
Delta RSJD Provinsi 3) Kepala ruangan sudah dan keikutsertaan dengan Visi Misi petugas bisa berdampak
Jambi. mempunyai perencanaan mereka dalam mencapai Ruangan Delta. pada asuhan
harian dan bulanan. tujuan yang diharapkan. 2) Menciptakan keperawatan yang
2) Berdasarkan wawancara lingkungan kerja yang diberikan akan kurang
4) Diruangan delta sudah dengan kepala ruangan, nyaman akan optimal.
ada perawat yang belum ada tujuan berdampak pada hasil
mengikuti pelatihan keperawatan dan filosofi yang optimal terhadap
MPKP sebanyak 4 orang di ruang delta. pelayanan keperawatan.
3) Beban kerja perawat
tidak sesuai dengan
5) Hasil kwesioner “Saya
jumlah pasien yang
memiliki kesempatan
dirawat di ruang Delta
untuk memberikan
4) Berdasarkan observasi
kemampuan terbaik saya
ruangan tidak ditemukan
53
5) Berdasarkan sebaran
questioner 90% perawat
didapatkan selalu
mengatakan melakukan
penkes tetapi pencatatan
dan pendokumentasian
tidak dilakukan.
56
2. Menyusun
format-format Perawat Selasa, 01 Agar kegiatan harian, bulan dan
yang dibutuhkan ruang Des 2020 Mahasiswa Ruang tahunan terprogram dan bisa
di ruang delta Delta dan Kepala Delta dilaksanakan dengan baik
(format RKH,
57