Anda di halaman 1dari 133

LAPORAN DESIMINASI AKHIR

PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
DIRUANG PANDAN 1 INSTALASI RAWAT INAP MEDIK
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

OLEH:
KELOMPOK 2

Isna Ahadyah, S.Kep 201906070


Aak Adang S, S.Kep 201906031
Diah Oktaviani, S.Kep 201906047
Rentika P, S.Kep 201906089
Fuji Istiqomah H, S.Kep 201906066
Resti Vikalasari, S.Kep 201906075
Novita Rahayuningtyas, S.Kep 201906084
Eva Setiani, S.Kep 201906069
Zulham Efendi, S.Kep 201906109
Yosep Petrus, S.Kep 201906106
Lutfi Apriliani, S.Kep 201906077
Devi Fatma Wati, S.Kep 201906044
Jenifer Elsa T, S.Kep 201906071
Ervika Yulya N , S.Kep 201906061
M. Arif Mufti, S.Kep 201906080
Rio Dwi Prasnowo, S.Kep 201906091

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2019/2020

22
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen merupakan proses pelaksanaan pelayanan keperwatan melalui

staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.

Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama

penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif

dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dan

rasional dalam pengambilan keputusan manajerial. Manajemen

keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas utama dalam

pengembangan keperawatan pada masa mendatang. Hal ini berkaitan

dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan

dan perubahan memerlukan pengelolaan secara professional, dengan

memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia. Proses

manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu

metode perlakuan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga

diharapkan keduanya dapat saling menopang (Gillies (1986), dalam

Nursalam 2015).

Marquis & Huston (1998) dasar pertimbangan pemilihan Model Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP) terdiri dari 6 unsur utama yaitu sesuai

dengan visi dan misi institusi, dapat diterapkan proses keperawatan dalam

asuhan keperawatan, efisiensi dan efektif dalam penggunaan biaya,


terpenuhinya kepuasaan klien kepuasan perawat dan tatalaksanaanya

komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainya. Pada

penerapan MAKP perlu penataan 3 komponen utama yaitu: 1. Ketenagaan

keperawatan baik dalam kuantitas dan kualitas, 2. Metode pemberian

asuhan keperawatan, 3. Dokumentasi keperawatan (Nursalam, 2015).

Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri

dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai

kekhususan terhadap mayoritas tenaga daripada seorang pegawai, maka

setiap tahapan didalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan proses

keperawatan. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang

pengelolaan bahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan, yang

berupa rencana strategis melalui pendekatan: pengumpulan data, analisis

SWOT dan penyusunan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan secara

operasional, khususnya dalam pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan

Profesional (MAKP) dan melakukan pengawasan dan pengendalian

(Nursalam, 2015). Kepuasan pasien terhadap pelayanan mengakibatkan

meningkatnya keinginan untuk menggunakan pelayanan tersebut sehingga

berdampak pada peningkatan produktivitas pelayanan tersebut. Pelayanan

yang ideal dapat diberikan bila ada keseimbangan antara jumlah perawat

dan tingkat ketergantungan pasien.


Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Pandan 1 RSUD Dr. Soetomo

Surabaya pada tanggal 15 dan 16 Juni 2020 didapatkan bahwa Model

Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang diterapkan adalah MAKP

Modular (Modifikasi/Tim Primer). Model perawatan modular merupakan

model kombinasi dari sistem model MAKP Primer dan Tim.

Pelayanan asuhan keperawatan yang profesional akan terus menjadi

tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan

keperawatan pada saat ini melibatkan pengetahuan, ketrampilan dan

perilaku dari para praktisi, klien, keluarga dan dokter. Saat mendefinisikan

kualitas keperawatan, perlu diperhitungkan nilai-nilai dasar keyakinan para

perawat serta cara mengorganisasikan asuhan keperawatan tersebut. Latar

belakang dalam pemberian tugas dalam mutu asuhan yang berorientasi

teknik, mungkin akan didefinisikan cukup berbeda dengan keperawatan

yang lebih holistik dan ada kemungkinan bahwa metode keperawatan

hanya merupakan prosedur dan teknik bukannya interpersonal dan

kontekstual yang berkaitan dengan mutu asuhan. Model pemberian asuhan

keperawatan yang saat ini sedang menjadi trend dalam keperawatan

Indonesia adalah Model Asuhan Keperawatan Profesional dengan metode

pemberian asuhan keperawatan Modular.

Berdasarkan observasi kita selama 1 minggu ini, maka kami akan

menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional dengan metode

pemberian asuhan keperawatan Primary Nursing, dimana pelaksanaanya


melibatkan 16 mahasiswa Praktik Program Profesi Ners STIKES Karya

Husada Kediri dengan 12 pasien kelolaan di Ruang Pandan 1 RSUD Dr.

Soetomo Surabya dan mendapat bantuan perawat dan tenaga medis

setempat.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa

diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan

dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

Primary Nursing.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktek klinik manajemen keperawatan, mahasiswa

mampu:

1) Melaksanakan pengkajian data di Ruang Pandan 1

2) Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT.

3) Menentukan rumusan masalah berdasarkan analisa yang dibuat.

4) Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil

pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional: (1) Timbang

Terima, (2) Ronde Keperawatan, (3) Sentralisasi obat, (4) Supervisi

Keperawatan, (5) Discharge planning, (6) Dokumentasi Keperawatan.

5) Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil

pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional: (1) Timbang


Terima, (2) Ronde Keperawatan, (3) Sentralisasi Obat, (4) Supervisi

Keperawatan, (5) Discharge Planning (6) Dokumentasi Keperawatan.

6) Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan

berdasarkan hasil pengkajian Model Asuhan Keperawatan

Profesional: (1) Timbang Terima, (2) Ronde Keperawatan, (3)

Sentralisasi Obat, (4) Supervisi Keperawatan, (5) Discharge planning,

(6) Dokumentasi Keperawatan.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Mahasiswa

1) Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat

sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan

dilaksanakan

2) Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan MAKP :

Primary Nursing di Ruang Pandan 1

3) Mahasiswa dapat mengetahui masalah dalam penerapan MAKP di

Ruang Pandan 1

4) Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan

menyusun rencana strategi

5) Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model

asuhan keperawatan profesional di Ruang Pandan

1.3.2 Bagi Rumah Sakit


Dapat menerapkan model asuhan keperawatan profesional yang mencakup

timbang terima, ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi

keperawatan, discharge planning, dan dokumentasi keperawatan.

1.3.3 Bagi Perawat

1) Melalui Praktik Manajemen Keperawatan dapat diidentifikasi

masalah-masalah yang ada di ruang Pandan Iyang berkaitan dengan

pelaksanaan MAKP.

2) Melalui Praktik Manajemen Keperawatan perawat ruangan dapat

mempelajari penerapan model asuhan keperawatan profesional.

3) Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal

4) Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat

dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.

1.3.4 Bagi Pasien Dan Keluarga

Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang optimal serta

diharapkan meningkatnya kepuasan pasien dan keluarga terhadap

penerapan model asuhan keperawatan profesional yang telah dilaksanakan


BAB 2

PENGKAJIAN

Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses pengkajian yang meliputi

pengumpulan data, analisis SWOT, dan identifikasi masalah.

2.1 Visi, Misi dan Motto RSUD Dr. Soetomo Surabaya

2.1.1 Visi RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Menjadi Rumah Sakit bermutu Internasional dalam pelayanan, pendidikan

dan penelitian.

2.1.2 Misi RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian yang

profesional akuntabel yang berorientasi pada kastamer untuk menuju

pelayanan kesehatan berstandar internasional

2.1.3 Motto RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Motto RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah “noto roso mijil tresno, agawe

karyo”.

2.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data mengenai ruang Pandan 1 dilakukan tanggal 18-19

Maret 2019 , data ini kemudian digunakan sebagai data sekunder pada

tanggal 15-16 Juni 2020, meliputi ketenagaan, sarana dan prasarana,

MAKP, sumber keuangan, pemasaran (marketing) dan mutu. Data yang

didapat melalui wawancara, observasi, serta penyebaran angket yang

kemudian dianalisis menggunakan analisis SWOT sehingga diperoleh


beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu sebagai prioritas

masalah.

2.2.1 Tenaga dan Pasien (M1 – Man)

Analisis ketenagaan perawat mencakup jumlah tenaga keperawatan dan

non keperawatan, keunggulan dari Ruang Pandan 1 salah satunya adalah

telah menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dalam

pelaksanaan proses keperawatan. Ruang Pandan 1 memiliki tenaga S1

Keperawatan 9 orang, jumlah tenaga D4 Keperawatan 1 orang, D3

Keperawatan 14 orang dan 1 orang SPK. Selain itu, hampir semua tenaga

keperawatan di Ruang Pandan 1 telah mengikuti berbagai pelatihan dan

sebagian besar memiliki kemampuan di bidang critical care.

1) Struktur Pemberian Asuhan Keperawatan Ruang Pandan 1

PP 1 PP 2 PP 3

PA PA PA PA PA PA

PA PA PA + NIC

+ NIC
PA PA PA

Perawat yang Libur

P P P
A A A
Bagan 2. 1 Struktur Asuhan keperawatan Ruang Pandan 1

RSUD Dr.Soetomo Surabaya

Struktur Organisasi pada Ruang Pandan 1 RSUD Dr.Soetomo

menggunakan model keperawatan modular. Dimana Ruangan Pandan 1 di

pimpin oleh Kepala Ruangan yang memiliki 3 ketua tim yang

memberikan arahan pada perawat pelaksaan tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan, pada Ruangan Pandan 1 setiap Ketua tim memiliki 4 Perawat

pelaksana/associate yang bertugas untuk melaksanakan rencana asuhan

keperawatan sampai melaporkan perkembangan konsisi pasien kepada

ketua tim.

Model MAKP Modular merupakan kolaborasi atas modifikasi dari model

Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut

Sitorus (2002) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada

beberapa alasan berikut:

a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat

primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1

Keperawatan atau setara.

b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung

jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai

tim.

c. Melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan komunitas

asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat

pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar
adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan

diberikan oleh perawat primer atau ketua tim.

Metode yang digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar

belakang pendidikan dan kemampuannya. Pada Ruangan Pandan 1 terdiri

dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan

terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim yang

terdiri dari tenaga professional, teknikal dan pembantu dalam satu grup

kecil yang saling membantu.

2) Tenaga Keperawatan

Tabel 2.1 Tenaga Keperawatan Ruang Pandan 1 RSUD Dr. Soetomo

Surabaya

Pengumpulan data dalam hal ketenagaan di Ruang Pandan 1 RSUD Dr.

Soetomo dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan dengan

perawat ruangan. Tenaga keperawatan di Ruang Pandan 1 memiliki tenaga

S1 Keperawatan 10 orang, D4 Keperawatan 2 orang, D3 Keperawatan 14

orang dan 1 orang SPK. Hampir seluruh perawat Ruang Pandan 1 sudah

mendapatkan pelatihan-pelatihan, pelatihan yang diberikan seperti : PRA

TUGAS, PPGD, ALS, BLS, AT, Patient Safety, Dalin, Management, LSH,

PPRA, Obat RAS, ASKEP, Oksigen, Cairan, Paliatif, PKRS, Bimtek LKE,

Transfusi Darah, PPOSR, BIC, CI, IPSG, Jenjang Karir Keperawatan.

Model keparawatan Modular merupakan motode modifikasi keperawatan

primer dan tim yang dilaksanakan untuk meningkatkan efektifitas konsep

keperawatan tim melalui penugasan modular. Perawat profesional yang


bekerjasama dalam merawat sekelompok klien dari mulai masuk ruangan

rawat hingga pulang (tanggung jawab total). Untuk metode ini diperlukan

perawat yang berpengetahuan luas, terampil, dan memiliki kemampuan

kepemimpinan idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 orang klien (Nursallam,

2014)

3) Tenaga Non Keperawatan

Tabel 2.2Tenaga Non Keperawatan Ruang Pandan 1 RSUD Dr.

Soetomo Surabaya

Berdasarkan pengkajian dengan observasi dan dokumentasi dengan

kepala ruangan Pandan 1 RSUD Dr. Soetomo didapatkan tenaga non

keperawatan di Ruang Pandan 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya berjumlah

8 orang, dengan pendidikan terakhir D3 PK berjumlah 1 orang, SMA

berjumlah 5 orang, SD 2 orang

Berdasarkan teori dari Nursalam jumlah tenaga Non Keperawartan dibagi

menjadi 3 yaitu Tata Usaha, Cleaning Service dan Penjaga Orang Sakit.

Dari ketiga kategori tersebut di butuhkan sebanyak 9 orang. Adapun Dasar

hukum yang mendasari penyusunan jenjang karir profesi keperawatan di

RS adalah :

Dasar hukum yang mendasari penyusunan jenjang karir profesi

keperawatan di RS adalah :

1. UU No. 8b Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,

sebagaimana dirubah dengan UU No. 49 tahun 1999.

2. UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

3. UU RI No. 22 tahun 2000, tentang Otonomi Daerah.


4. Kep. Men. Kes. No 1239 tahun 2001, tentang Registrasi dan Praktik

Perawat.

5. PP No. 32 tahun 1996, tentang Tenaga Kesehatan.

6. Kep. Men. PAN No 94 tahun 2001, tentang Jabatan Fungsional

Perawat dan Angka Kreditnya.

Tenaga Non Keperawatan yang ada di RSUD Dr. Soetomo sebanyak 8

oang, hal ini sudah cukup. Pengembangan jenjang karir yang dilakukan

pihak rumah sakit merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kinerja

dan profesionalisme sesuai bidang pekerjaannya melalui peningkatan

kompetensinya. Sehingga dapat memenuhi kepuasan kerja, sehingga pada

akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap bidang profesi yang

dipilihnya.

4) Tenaga Medis

Tabel 2.3Tenaga Medis Ruang Pandan 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Berdasarkan pengkajian pada tanggal 18-19 Maret 2019 dengan

wawancara, observasi dan dokumentasi dengan kepala ruangan dan

perawat di Ruang Pandan 1 RSUD Dr. Soetomo bahwa setiap pasien

memiliki dokter penanggung jawab pelayanan/ DPJP sebanyak 6,

terdapat 10 dokter PPDS, dan Dokter Muda sbanyak 6. Dokter PPDS

penyakit dalam dibantu oleh dokter muda yang berada di ruang

tersebut, dokter PPDS yang bertanggung jawab kurang lebih 2-3 pasien,
setiap dokter dimana dokter PPDS akan melaporkan kepada Dokter

Penanggung Jawab Pelayanan pasien.

Tenaga medis merupakan setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan melalui

pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Berdasarkan fakta dan teori diatas tenaga medis yang terdapat pada

Ruang Pandan 1 sudah baik karena terdapat dokter spesialis, dokter

penanggungjawab dan dokter muda yang telah paham dan memiliki

keterampilan dalam penyakit yang terdapat di Ruang Pandan 1

5) Prosentase Kasus Terbanyak di Ruang Pandan 1 bulan April –

Mei 2019

Tabel 2.4 Prosentase Kasus Terbanyak di Ruang Pandan 1 bulan April

– Mei 2019

NO KUALIFIKASI JUMLAH

1 CKD dengan Hipertensi 66

2 CKD Stage V 32

3 DM dengan multiple complications 44

4 DM dengan Gangren 30

5. DM dengan Complication Renal 11

6 Sirosis Hepatis 31

7 AKI 15

8 AML 11

9 HHD (Hypertentive Heard Disease) 9

10 LNH (Lympoma Non Hodkin) 8


Sumber: Dokumen Ruang Perawatan Pandan 1 bulan April – Mei 2019

Pada pengkajian dari data sekunder pada tanggal 15-16 juni 2020

didapatkan bahwa kasus terbanyak pasien di Ruang Pandan 1 adalah

CKD dengan Hipertensi dengan jumlah pasien sebanyak 66 pasien.

5) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Perawat

1. Pengaturan Ketenagaan

a. Perhitungan dengan rumus Douglas

Jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah klien

dan tingkat ketergantungannya. Klasifikasi derajat

ketergantungan klien dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

b. Perawatan minimal, memerlukan waktu 1-2 jam sehari

c. Perawatan parsial, memerlukan waktu 3-4 jam sehari

d. Perawatan total, memerlukan waktu 5-6 jam sehari

Untuk menentukan tingkat ketergantungan klien, kelompok

menggunakan klasifikasi dan kriteria tingkat ketergantungan

klien berdasarkan Douglas karena dilakukan pada 1x sekali1

pada hari yang sama dan menggunakan format klasifikasi klien

berdasarkan derajat ketergantungan. Sedangkan untuk

mengetahui jumlah tenaga yang dibutuhkan menggunakan

perhitungan tenaga menurut Douglas dalam Ratna Sitorus

(2006).Klasifikasi ketergantungan klien menurut OREM

(disesuaikan dengan kondisi klien Pandan 1):

1. Minimal Care
a. Klien Klien bisa mandiri / hampir tidak memerlukan

bantuan

1) Mampu naik turun tempat tidur

2) Mampu ambulasi dan berjalan sendiri

3) Mampu makan minum sendiri

4) Mampu mandi sendiri atau mandi dengan bantuan

sebagian

5) Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)

6) Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit

bantuan

7) Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan

b. Status psikologis klien stabil

c. Klien dirawat untuk prosedur diagnostik

d. Operasi ringan

2. Parsial Care

a. Klien memerlukan bantuan perawat sebagian

1) Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik turun

tempat tidur

2) Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan

3) Membutuhkan bantuan untuk menyiapkan makanan

4) Membutuhkan bantuan untuk makan/disuap

5) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut

6) Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan

berdandan
7) Membutuhkan bantuan untuk BAB & BAK (tempat

tidur/kamar mandi)

b. Post operasi minor (< 24 jam)

c. Melewati fase akut dan operasi mayor

d. Fase awal dari penyembuhan

e. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

f. Gangguan emsional ringan

3. Total care

a. Klien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan

memerlukan waktu perawat yang lebih lama

1) Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi

dari tempat tidur ke kereta dorong/kursi roda

2) Membutuhkan latihan pasif

3) Kebutuhan cairan dan nutrisi terpenuhi melalui

terapi intravena atau NGT

4) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut

5) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian

dan berdandan

6) Dimandikan perawat

7) Dalam keadaan inkontinensia, mengunakan kateter

b. Klien tidak sadar

c. Keadaan klien tidak stabil

d. Observasi klien tiap jam

e. Menggunakan alat bantu pernafasan (respirator)


f. Menggunakan WSD

g. Irigasi kandung kemih secara terus menerus

h. Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi

Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Keperawatan

Secara Keseluruhan Di Ruang Pandan 1 Per Hari Tanggal 15 juni

2020

Tabel 2.5 Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga

Keperawatan Secara Keseluruhan Di Ruang Pandan 1 Per

Hari Tanggal 18 Maret 2019

Penghitungan tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas

Kualifikasi Klien Jumlah kebutuhan tenaga


Tingkat Jml Pagi Sore Malam

Ketergantu Klien

ngan
Minimal 7 7 x 0,17 = 7 x 0,14 = 0,98 7 x 0,07 =

1,19 0,49
Parsial 25 25 x 0,27 = 25 x 0,15 = 25 x 0,10 =

6,75 3,75 2,5


Total 3 3 x 0,36 = 3 x 0,30 = 0,9 3 x 0,20 =

1,08 0,6
Jumlah 35 9,02 5.63 3,59

9 6 4
Sumber: Dokumen Ruang Pandan 1

Total Tenaga Perawat:

Pagi : 9 orang

Sore : 6 orang
Malam : 4 orang +

19 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 x 19 = 1634 = 5,85 = 6 orang

279 279m

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan:

19 orang + 2 orang struktural (Kepala ruangan dan wakil kepala ruangan)

+ 6 orang lepas dinas = 27 orang

Berdasarkan hitungan yang sudah disesuaikan dengan rumus kebutuhan

pasien dari buku man1ajemen keperawatan (Nursalam, 2015), jumlah

perawat pagi sebanyak 9 orang ,siang sebanyak 6 orang, malam sebanyak

4 orang. Sekitar 100% pasien di Ruang Pandan 1 memiliki tingkat

ketergantungan parsial. Jumlah tenaga lepas dinas perhari adalah 6 orang

dan total jumlah perawat adalah 27 orang. Jam kerja dibagi menjadi 3

shift, shift pagi (07.00-14.00), shift sore (14.00-21.00), dan shift malam

(21.00-07.00).

Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Keperawatan

Di Ruang Pandan 1 Kelolaan Mahasiswa Praktik Manajemen

Keperawatan Tanggal 18 Maret 2019

Tabel 2.6 Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga

Keperawatan di Ruang Pandan 1 tanggal 15 Juni 2020

Kualifikasi Klien Jumlah kebutuhan tenaga


Tingkat Jml Pagi Sore Malam

Ketergantun Klien
gan
Minimmal 2 2 x 0,17 = 0,34 2 x 0,14 = 2 x 0,07 =

0,28 0,14
Parsial 6 6 x 0,27 = 1,67 6 x 0,15 = 0,9 6 x 0,10 = 0,6
Total 2 2 x 0,36 = 0,72 2 x 0,30 = 0,6 2 x 0,20 = 0,4
Jumlah 10 2,73 1,78 1,14

3 2 1
Sumber: Dokumen Ruang Pandan 1

Total Tenaga Perawat :

Pagi : 3 orang

Sore : 2 orang

Malam : 1 orang +

6 orang

Jumlah tenaga lepas dinas perhari :

86x5 = 516 = 1,84= 2 orang

279 279

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :

6 orang + 3 orang struktural (1 kepala ruangan, 2 Perawat Primer) +

2orang lepas dinas = 11 orang.

Menuerut Douglas (1984, dalam Swansburg 1999) menetapkan jumlah

perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan

klasifikasi klien. Sekitar 100% pasien kelolaan mahasiswa di ruang Pandan

I memiliki tingkat ketergantungan parsial. Jumlah tenaga lepas dinas

perhari adalah 2 dan total jumlah perawat adalah 11 orang (kelebihan),


maka dari itu untuk mengatasi kelebihan tenaga perawat di setiap shift

ditambahkan 1-2 orang perawat.Jam kerja dibagi menjadi 3 shift, shift pagi

(07.00-14.00), shift sore (14.00-21.00), dan shift malam (21.00-(07.00)

dari data menunjukkan bahwa sistem model keperawatan yang cocok

untuk dilaksanakan yaitu MAKP primer.

6) BOR Klien

Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur

Ruang Pandan 1, yaitu 37 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2.7 Komposisi BOR Klien Ruang Pandan 1 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya pada tanggal 15 Juni 2020
No Shift Kelas 1 A Kelas 2 B Kelas 3 C BOR
1. Pagi 2 bed 10 bed 18 bed 30/37 x 100% =
2 kosong 2 kosong 3 kosong 81,08%
2. Sore 3 bed 9 bed 19 bed 31/37 x 100% =
1 kosong 3 kosong 2 kosong 83,78%

3. Malam 3 bed 9 bed 18 bed 31/37 x 100% =


1 kosong 3 kosong 3 kosong 83,78%

Sumber: Dokumen RuangPandan I tanggal 15 juni 2020

Ruang Pandan I RSUD Dr. Soetomo Surabaya mempunyai kapasitas

tempat tidur, total keseluruhan 37 bed terdiri dari kelas I (4 bed), kelas

II (12 bed) dan kelas III (21 bed).

Menurut Baeber Johnson i nilai ideal BOR 75-85%. BOR digunakan

untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Angka

BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas

perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (85

%) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi


sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat

tidur.

Sesuai dengan teori diatas bahwa BOR pada ruang Pandan 1 memiliki

angka tata-rata 82,88% menunjukkan nilai BOR yang ideal.

Tabel 2.8 Komposisi BOR Klien Kelolaan Mahasiswa Ruang Pandan 1

Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya Kelolaan Mahasiswa

pada tanggal 20 juni 2020

No Shift Kelas II BOR


1. Pagi 10 bed 10/12 x 100% = 83,33%

2 kosong
2. Sore 9 bed 9/12 x 100% = 75%

3 kosong
3. Malam 10 bed 10/12 x 100% = 83,33%

2 kosong
Sumber: Dokumen Ruang Pandan I tanggal 15 juni 2020

Pada tanggal 15 juni 2020 komposisi BOR kelolaan mahasiswa total

keseluruhan terdiri dari 12 bed. Dan hasil prosentase komposisi BOR

didapatkan sift pagi mencapai 83,33%, sift siang mencapai 75%, dan sift

malam 83,33%,

Menurut Baeber Johnson i nilai ideal BOR 75-85%. BOR digunakan untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Angka BOR

yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan

rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (85 %)

menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu


pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur. Sesuai dengan

teori diatas bahwa BOR pada ruang Pandan 1 dalam angka yang ideal.

2.2.2 Bangunan, Sarana, dan Prasarana (M2 – Material)

Ruang Pandan 1 merupakan bagian dari ruang perawatan di irna medik

RSUD Dr. Soetomo. Ruang Pandan 1 terletak di lantai dua, berada

diantara Ruang Kemuning 1 dan Ruang Rosela serta bagian depannya

terdapat ruangan laboratorium mikologi dan ruangan hematologi –

onkologimedik. Adapun dalam Ruang Pandan 1 terbagi dalam beberapa

ruang pertemuan, kamar pasien, tata usaha, sentralisasi obat pasien, kamar

dokter jaga (PPDS), kamar jaga dokte muda (dm), mushola pasien, Mhola

karyawan, kamar mandi pasien, kamar mandi perawat, spoel hock, gudang,

dapur dan depo farmasi. Ruang Pandan1 berkapasitas 37 bed yang terdiri

dari kelas 1 (4 bed), kelas 2 (12 bed) dan kelas 3 (21 bed). di setiap kelas

memiliki kamar mandi sendiri-sendiri. kamar mandi kelas 1 dan 2 ada 1,

kamar mandi kelas 3 ada 7 kamar mandi. jadi jumlah seluruh kamar mandi

pasien ada 8. disamping tempat tidur pasien ada laci pasien yang

berjumlah 37 laci. total kipas angin ada 14 buah yang terdiri dari kipas

angin besar 4 buah, kipas angin kecil 10 buah. ruang pandan 1 juga

memiliki 2 lemari es untuk menyimpan obat dan darah, 6 wastafel, 37

nomor bed pasien, dan 37 buah bantal. Di Ruang Pandan 1 terdapat

peralatan kesehatan yang memadai seperti alat timbang kecil 1 buah, 1 alat

timbangan besar, 2 ambubag/bym, 3 APAR, 2 bak injeksi besar, 2 bak

injeksi kecil, 2 bed site monitor, 1 brancard, 1 charge DC shock, 2 DC

shock, 1 ECG, 2 gunting, 4 kursi roda, 2 laringoscope, 13 manometer


tembok, 7 manometer tabung, 1 nebulizer, oximetri, 1 pompa angin, 2

stetoskop, 4 syring pump, 1 suction pump, 8 set rawat luka, 1 senter, 1

tabung 02 kosong, 8 tabung 02 isi, 2 tromol gas kecil, 2 tromol gas besar, 1

termometer digital glucocek dan cucing yang memiliki kondisi yang baik.

Tensi meter digital, 23 baskom stenlis, 1 box spill kit. Ada 2 infus pump, 2

tensi berdiri, dan 36 standart infus dalam kondisi cukup baik. Kalibrasi

Alat-Alat Di Ruang Pandan 1(tiga bulan sekali) yaitu jenis peralatan

tensimeter, suction, 02, humidifier, flowmeter, stetoskop yang di tanggung

jawabi oleh Pak Wasis (Instalasi Pemeliharaan Sarana). Selain itu Ruang

Pandan 1 juga memiliki fasilitas untuk petugas kesehatan seperti nurse

station yang terletak diantara ruang kelas 2 dan 3, ruang pertemuan di

belakang depo farmasi, ruangan tersebut juga dimanfaatkan untuk timbang

terima pasien, ruang kepala ruang yang berada di depan Ruang Pandan 1,

mushola perawat berada dibelakang kamar mandi perawat, kamar mandi

pegawai terdapat 2 kamar mandi, 1 kamar mandi didekat musolah perawat

dan 1 di belakang dekat ruang kelas 3. Sebagai bukti tertulis, ruang Pandan

1 dilengkapi dengan beberapa dokumen diantaranya dokumen surat tugas

pelatihan, dokumen absensi karyawan, dokumen absensi mahasiswa, daftar

pengamat, daftar inventaris alat kesehatan dan non-alat kesehatan

daftar pegawai perawat, dokumen penerimaan logistic, surat keluar dan

masuk, laporan pelaksanaan pkrs, buku sensus harian, buku timbang

terima, lembar rpo, buku observasi tanda-tanda vital, buku penerimaan

obat, buku pengiriman laboratorium, buku besar mutu pelayanan dan buku

pasien complain.
Menurut Nursalam (2015) Analisa Angket M2 Sarana Dan Prasarana Di

ruang Pandan 1

(Nursalam, 2015)

1. Sembilan dari sembilan perawat yang mendapatakan quisoner atau

100% tata letak gedung sudah sesuai standar pelayanan

2. Sembilan dari sembilan perawat yang mendapatakan quisoner atau

100% mengatakan jumlah alat cukup sedikit dengan standar pasien

3. Sembilan dari sembilan perawat yang mendapatakan quisoner atau

100% mengatakan ada beberapa perawat yang tidak cukup mengerti

dengan alat-alat perawat

Berdasarkan analisa inventaris alat-alat ruang Pandan 1 yang dilakukan

oleh mahasiswa melalui wawancara kepada kepegawaian penjaga alat-

alat inventaris yang menjaga dan memelihara alat jumlah alat medis (8

set steril) sudah tersedia namun masih perlu ditambahkan. Penyimpanan

sebagian alat sudah tertata dengan rapi, obat emergency tersedia di

dalam emergency box yang mudah dijangkau di dalam troly emergency.

Di dalam Ruang Pandan 1 belum ditemukan adanya SOP kesehatan

yang ditempel di ruangan seperti SOP cuci tangan, etika batuk dll. Di

Ruang Pandan 1 juga belum ditemukan liflet mengenai penyakit yang

sering muncul di ruang tersebut.

2.2.3 Metode Asuhan Keperawatan (M3 – Method)

3 Penerapan Pemberian Model Praktik Keperawatan Profesional

(MAKP)
MAKP
25 Tahu
Tidak Tahu

75

Dari hasil pengkajian tanggal 15-16 Juni 2020 melalui wawancara dan

angket tentang model asuhan keperawatan yang digunakan saat ini

didapatkan bahwa model yang digunakan Ruang Pandan 1 RSUD Dr.

Soetomo adalah metode primer .Sebagian besar (75%) perawat

menyatakan mengerti/memahami model yang digunakan. Semua

perawat menyatakan cocok dengan model yang ada dan menjalankan

dengan cukup baik dengan ditunjang standar asuhan keperawatan dan

protap tindakan walaupun ada beberapa perawat yang tidak memahami

secara pasti konsep model asuhan keperawatan metode modular.Model

yang dipergunakan sesuai dengan misi dan visi rumah sakit.

Metode modular yang digunakan dipimpin oleh seorang kepala ruang

lulusan Ners yang berpengalaman, dibantu seorang wakil kepala ruang

dengan pendidikan Ners. Ruang Pandan 1 memiliki tenaga S1

Keperawatan 9 orang, jumlah tenaga D4 Keperawatan 1 orang, D3

Keperawatan 14 orang dan 1 orang SPK. Selain itu, hampir semua

tenaga keperawatan di Ruang Pandan 1 telah mengikuti berbagai

pelatihan.

Sistem MAKP merupakan suatu kerangka kerja yang mendefinisikan

empat unsur standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan,


sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip yang

diyakini dan akan menentukan kualitas produksi atau jasa pelayanan

keperawatan. Dalam MAKP terdapat empat proses keperawatan

diantaranya adalah, pengkajian, perencanaan, intervensi dan evaluasi.

Dasar pertimbangan pemilihan MAKP (Mc. Laughin, Thomas dean

Barterm, 1995) mengidentiikasikan 8 model pemberian asuhan

keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah

keperawatan tim dan keperawatan primer karena setiap perubahan akan

berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan enam

unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan

keperawatan (Marquis \and Huston 1998 : 143)

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif

dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup

kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staff, sarana dan prasarana

dalam mencapai tujuan. manajemen keperawatan merupakan proses

bekerja melalui anggot staf untuk memberikan asuhan keperawatan

secara proesional. Adanya tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan

oleh masyarakat umum, termasuk di dalamnya keperawatan merupakan

salah satu faktor yang harus dicermati dan harus diperhatikan oleh

tenaga perawat sehingga perawat mampu bekiprah secaa nyata dan

diterima dalam memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan sesuai ilmu

dan kiat serta kewenangan yang dimiliki.

4 Timbang Terima
Timbang terima

Dilakukan
Tidak dilakukan

100%

Dari hasil pengkajian yang dilakukan di ruang pandan 1 tanggal 15-16

Juni 2020 didapat keseluruhan (100%) perawat mengatakan bahwa

pelaksanaan timbang terima sudah dilaksanakan dengan baik. Setiap

timbang terima dihadiri oleh perawat yang bertugas dan juga kepala

ruangan kecuali untuk shift sore dan malam dilakukan tanpa kehadiran

kepala ruangan. Menurut observasi yang kami lakukan di ruangan,

pelaksanaan timbang terima pada shift pagi, siang dan malam

didokumentasikan pada form khusus timbang terima dan telah diisi

secara lengkap. Isi dari form timbang terima mencakup Situation (berisi

diagnosa, keluhan utama, masalah keperawatan), Background (berisi

lama keperawatan, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu),

Assesment (berisi TTV, GCS, resiko jatuh), Recomendation (berisi

tindakan yang sudah dilakukan dan akan dilakukan pemberian obat,

rawat luka, positioning pasien) serta dalam kegiatan timbang terima

dilaporkan juga complain dari pasien. Pelaksanaan timbang terima

hanya mencakup penyampaian tentang kondisi pasien, terapi medis

yang sudah dilakukan sesuai instruksi dokter serta acara pasien pada

hari itu. Tanda tangan yang tercantum dalam buku timbang terima

menggunakan nama terang dan tanda tangan. Pelaksanaan timbang


terima dilakukan secara lisan dan tertulis dengan dilanjutkan keliling ke

semua pasien. Isi dan substansi dari kegiatan timbang terima yang

dilakukansudah menyentuh aspek asuhan keperawatan. Rencana

tindakan sudah tersampaikan ke shift berikutnya. Berdasarkan hasil

wawancara beberapa orang perawat didapatkan seluruh perawat

menyatakan bahwa laporan timbang terima sudah lengkap dengan

menggunakan dokumentasi SBAR, sehingga informasi tentang pasien

lebih lengkap dan memudahkan perawat dalam melakukan tindakan

asuhan keperawatan.

Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk

menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan

keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif

mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang

tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah

dilakukan/belum, dan perkebangan pasien saat itu,

Informasi yang disampaikan dalam timbang terima harus akurat

sehingga kesinambungan asuhan keperawatan berjalan dengan

sempurna. Timbang terima bertujuan untuk menyampikan hal yang

penting yang hrus ditindaklanjuti oleh perawat dinas berikutnya. Selain

itu timbang terima juga sangat bermafaat bagi perawat dalam

meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat dan menjalin

hubungan kerja sama dalam bertanggungjawab antar perawat.

5 Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan

Dilakukan
Tidak
dilakukan

100%

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 15-16 Juni 2020 melalui

wawancara dan angket tentang ronde keperawatan didapatkan bahwa

keseluruhan (100%) perawat menyatakan bahwa ronde keperawatan

tidak dilakukan namun untuk mengatasinya Ruang Pandan 1 mengganti

dengan program pelaksanaan Diskusi Refleksi Kasus (DRK). Hal ini

dikarenakan banyaknya beban kerja yang ditanggung dan kesulitan

dalam menentukan waktu yang tepat dikarenakan kesibukan dari

masing-masing tim yang menghadiri ronde. DRK dihadiri oleh kepala

ruang, penyaji, dan perawat ruangan pandan 1 untuk mendiskusikan

kasus baru maupun kasus yang belum teratasi.

Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

mengatasi masalah keperawatan klien yang akan dilaksanakan oleh

perawat disamping melibatkan klien untuk membahas dan

melaksanakan asuhan keperwatan didalam ronde keperawatan terjadi

proses interaksi antara perawat dengan perawat, perawat dengan pasien.

Selanjutnya perawat akan mendapatkan informasi yang akan membantu

dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memeberikan

kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalahnya.


Ronde keperawatan dapat menyelesaikan masalah pasien melalui

pendekatan berifikir kritis dan sistematis, sealain itu meningkatkan

kemampuan validasi data pasien dan menumbuhkan peikiran,

kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan. Jika hanya

dilakukan DRK maka ruang lingkup pembahasan dan diskusi terkait

masalah kurang meluas dan kurang komprehensif. Disisi lain perawat

juga tidak dapat mengetahui masukan yang mungkin saja bermanfaat

yang berasal dari profesi lain. Dengan DRK pasien kurang

mendapatkan pelayanan yang komprehensif dari rumahsakit karena

seolah-olah hanya profesi perawat saja yang memikirkan peningkatan

derajat kesehatan pasien.

6 Supervisi dan Delegasi

Supervisi dan delegasi


17%

Dilakukan
Tidak dilakukan

83%

Berdasarkan pengkajian yang kami lakukan pada tanggal 15-16 Juni

2020 pada tenaga perawat sebagian besar (83%) mengatakan bahwa

pelaksanaan supervisi sudah dilakukan dengan baik. Supervisi

keperawatan yang dilakukan sudah mempunyai format penilaian yang


baku dan adanya dokumentasi supervisi yang jelas. Supervisi dilakukan

oleh Kepala bidang Keperawatan atau Kepala per IRNA dan

menetapkan kegiatan dan tujuan serta instrumen atau alat ukur.

Pengawas keperawatan bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan

kepada kepala ruangan yang ada di instalasinya. Pada saat pelaksanaan

supervisi, Kepala IRNA dan Kepala Bidang Keperawatan menilai

kinerja perawat : Responsibility-Accountability-Authorithy (R-A-A).

Pasca supervisi, kepala Bidang Keperawatan dan Kepala per IRNA

melakukan pembinaan (3-F) mencangkup: penyampaian penilaian

(Fair), Feedback (umpan balik), Follow up (tindak lanjut) serta

pemecahan masalah dan reward.

Supervisi merupakan bentuk bantuan, bimbingan atau

pengajaran,dukungan kepada seorang perawat untuk menyelesaikan

pekerjaanya sesuai kebijakan dan prosedur, mengembangkan

keterampilan baru, pemahaman yang lebih luas tentang pekerjaanya.

Sedangkan pendelegasian adalah pelimpahan tugas yang diberikan dari

atasan kepada staf yang diberi wewenang. Bagian dari manajemen yang

memerlukan latihan manajemen profesional dan dikembangkan untuk

dapat menerima pendelegasian tanggungjawab secara struktural.

Pelaksanaan supervisi ini harusnya dilakukan rutin dan sesuai jadwal

sehingga komitmen untuk meningkatkan SDM dalam hal ini adalah

perawat menjadi terlihat lebih serius. Hal ini juga bukti dari keseriusan

ruangan dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya.


dalam pelayanan keperawatan karena hal tersebut merupakan prioritas

utama dalam pengembangan ke masa depan. Perawat harus mau

mengembangkan ilmu pengetahuanya dan berubah ssesuai tuntutan

masyarakat dan menjadi tenaga perawat yang profesional, tidak hanya

dalam keterampilan teknis namun juga kemampuan manajerial.

karenauntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan dirasakan

sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat oleh karena

itu supervisi dan delegasi perlu dilakukan

Discharge Planning

Discharge Planning

18%
Tahu
Tidak tahu

82%

Dari pengkajian dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 15-16

Juni 2020 didapatkan Discharge Planning di Ruang Pandan 1 hampir

seluruh tenaga perawat sebagian besar (82%) mengetahui

tentangDischarge Planning. namun pelaksanaan Discharge Planning

belum maksimal karena kurangnya pembagian tugas terkait Discharge

Planning.

Discharge Planning adalah suatu proses yang sistematis dalam

pelayanan kesehatan untuk membantu pasien dan keluarga dalam


menetapkan kebutuhan, mengembangkan dan mengimplementasikan

serta mengkrdinasikan rencana perawatan yang mungkin dilakukan

pasien setelah pulang dari rumah sakit dalam upaya meningkatkan

derajat kesehatannya (Capernito, 1999)

Untuk itu pembagian tugas dalam Discharge Planning sangat penting

supaya perawat sebagai tenaga kesehatan yang mandiri dan profesinal

mengerti tentang tugas dan perannya masing-masing sesuai ranah yang

dibebankan kepadanya. Selain itu dengan berjalannya tugas secara baik

dapat dipastikan bahwa Discharge Planning dapat secara ptimal

dilakukan pada pasien sehingga saat pulang dari rumah sakit pasien

dapat dengan jelas mengerti kondisi yang dialami dan dapat

memutuskan tindakan yang tepat untuk mempertahankan kesehatannya

secara mandiri.

7 Penerimaan Pasien Baru

Penerimaan Pasien Baru


5
tahu
tidak tahu

95

Dari pengkajian dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 15-16

Juni 2020 didapatkan penerimaan pasien baru di Ruang Pandan I adalah

sebagian besar (95%) mengetahui dan melakukan penerimaan pasien

baru. Penerimaan pasien baru ini dilakukan agar pasien dapat


melakukan adaptasi dengan ruangan dengan baik sehingga tidak terjadi

kecemasan (Nursalam, 2002).

Hal tersebut merupakan salah satu upaya yang baik dalam memberikan

pelayanan kesehatan karena keluarga tidak merasakan kebingungan

yang dapat menimbulkan stresor sehingga keluarga lebih mampu ikut

membantu meningkatkan derajat kesehatan pasien dengan keaadaan

yang tenang karena penjelasan yang diberikan saat penerimaan paien

baru secara jelas diberikan.

8 Sentralisasi Obat

Sentralisasi Obat
15
tahu
tidak tahu

85

Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 15-16 Juni 2020 didapatkan

sebagian besar (85%) perawat mengetahui tentang sentralisasi obat,

tetapi pada proses penerimaan obat Ruang Pandan I dikelola secara

kolaborasi antara petugas farmasi dengan perawat ruang Pandan 1

dilaksanakan dengan alur sebagai berikut: Perawat ke pasien→ pasien

ke depo farmasi→serah terima obat ada dari depo yang di tanda tangani

oleh perawat .
Depo meracik obat sesuai dengan jam konsumsi obat→ Petugas Depo

Farmasi menyerahkan obat ke perawat→perawat ruangan yang

disaksikan oleh perawat dan petugas depo sendiri serta dokter, perawat

memberikan obat ke pasien sesuai dengan jadwal.

Akan tetapi pada kenyataannya, serah terima obat hanya disaksikan

oleh perawat dan petugas depo farmasi sendiri. Selain itu, tidak terdapat

lembar serah terima obat antara perawat dan pasien yang akan

membuktikan bahwa pasien telah mendapat terapi obat sesuai jadwal

pemberiannya.

Berdasarkan hasil observasi dengan bagian farmasi didapatkan data

bahwa depo farmasi Ruang Pandan 1 telah mempunyai buku yang

berisikan daftar obat untuk injeksi dan oral. Kemudian dilakukan

pemisahan kepemilikan antar obat pasien dan juga pemberian etiket

pada obat-obat pasien.

Sentralisasi obat perlu disentralisasikan dengan alasan memberi

bermacam-macam obat untuk pasien, memilih obat yang tepat,

menghindari membuang obat atau lupa meminumnya, menyimpan obat

dengan tepat (Mc.Mahon,1990)

Hal ini merupakan kelemahan dari ruangan khususnya dan rumahsakit

umumnya karena hal seperti ini dapat menimbulkan masalah karena

tidak ada bukti bahwa pasien telah menerima obat yang telah di

depokan ke farmasi. Walaupun tujuan dari sentralisasi sendiri

sebenarnya difokuskan pada penyimpanan dan pengelolaan pemberian


obat ke pasien. Namun hal ini juga perlu dipertimbangkan karena hal

ini mungkin saja menjadi masalah walaupun jarang sekali sentralisasi

obat ini dipermasalahkan oleh pasien maupun keluarga.

9 Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi Keperawatan
10

Mampu
Kurang

90

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada medical record

(status) didapatkan hampir seluruh perawat (90%) yang di Ruang

Pandan 1 mampu mendokumentasikan tindakan keperawatan yang

sudah dilakukan. Mengingat dokumentasi keperawatan ini akan

mempengaruhi kontinuitas perawatan pasien dan memungkinkan

perawat melakukan perawatan yang lebih aman (Rykkje,2009) selain

itu data pendokumentasian tersebut dapat meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan (Esther,2011). Sehingga sangat selaras jika

perawat mampu mendokumentasikan tidakan keperawatannya karena

hal tersebut merupakan bukti tanggungjawab terhadap kinerjanya.

Dokumentasi keperawatan merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari profesi keperawatan itu sendiri


Manfaat dokumentasi keperawatan yaitu dapat digunakan untuk

mempertahankan kontinuitas layanan kesehatan yang diberikan. Bagi

rumah sakit dokumentasi keperawatan digunakan untuk

mempertanggung jawabkan atas tindakan yang telah dilakukan

sedangkan manfaat bagi pasien sendriri dapat mendapatkan pelayanan

kesehatan yang memuaskan karena petugas kesehatan mau tidak mau

harus berkerja secara prosdural agar tidak menyalahi SOAP sedangkan

untuk beberapa hal lain yang masuk dokumentasi adalah tertera dalam

table berikut.

Tabel 2.12 Lembar Dokumentasi Ruang Pandan 1 RSUD Dr. Soetomo

Surabaya

KODE URAIAN BAGIAN PETUGAS PENGISI


RM 01 Daftar tenaga kesehatan Tenaga kesehatan yang

terkait
RM 02 Persetujuan Umum saat Masuk Pasien

Rumah Sakit (MRS)


RM 02a Permintaan privasi Pasien/keluarga dan

diketahui oleh kepala

ruangan
RM 03 Data Demografi pasien Petugas Admisi
RM 04 Penempelan surat rujukan ruangan, Petugas rekam medik

dll
RM 04a Penetapan DPJP utama Perawat
RM 05 Assasment awal (keperawatan keperawatan atau bidan

dewasa usia diatas 18 tahun)


RM 05a Assasment nyeri Dokter
RM Assasment pasien jatuh khusus Perawat

05mK geriatri
RM 05 K Assasment resiko dekubitus Perawat
RM 05 Medis dewasa (usia > 18 tahun) Dokter
RM 5a K Keperawatan kritis : assasment awal Dokter

pasien kritis
RM 05c Rencana perawatan awal Dokter
RM 05 K Assasment nyeri CPOT Perawat
RM 05 K Skrining suspek infeksi Perawat
RM 05 Triage gawat darurat Dokter, perawat

IGD
RM 05a Assasment dan terapi gawat darurat Dokter, perawat

IGD
RM 05b Observasi gawat darurat Dokter, perawat

IGD
RM 05c Assasment awal keperawatan gawat Perawat

IGD darurat
RM 06 Pengkajian kebutuhan informasi, Perawat

edukasi, privasi pasien dan keluarga


RM 07 K Observasi dan pemberian cairan Dokter/perawat

(perjam)
RM 07 observasi early warning sign pasien Perawat

dewasa pada perawatan low care


RM 08 Perkembangan terintegrasi pasien Dokter, perawat, terapi

fisik, ahli gizi, apoteker


RM 08a Revisi dan review rencana Dokter/tim medis

perawatan
RM 08b Transfer antar pelayanan dan Perawat dan dokter

K pengalihan DPJP
RM 08d Konsultasi Dokter

K
RM 10 Hasil pemeriksaan penunjang PPDS
RM 11 Rekam pemberian obat Dokter/apoteker
RM 11a Perkonsiliasi terapi dan serah terima Farmasi

obat atau alat kesehsatan dari pasien


RM 12 Resume medis Dokter
RM 13 Persiapan pasiem pulang Perawat
Sumber: Dokumen Ruang Pandan 1
2.2.4 Pembayaran (M4 – Money)

Sumber dana ruangan Pandan 1 RSUD Dr. Soetomo berasal dari rumah sakit

yang diperoleh dari APBD Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sedangkan

pembiayaan pasien Ruang Pandan 1 sebagian besar dari BPJS. Biaya

Perawatan yang berlaku saat ini sesuai kelas perawatan. Pada Ruang Pandan

1 terdiri atas kelas I, II dan III.

Sumber dana operasional di ruang pandan 1 berasal dari Rumah Sakit yang

dianggarkan pertahun melalui MUSERBANG. Pendanaan alat kesehatan di

ruang Pandan 1 diajukan ke rumah sakit tiap satu tahun sekali seperti EKG,

Nebulizer dan alat kesehatan lainnya. Sedangkan untuk alat yang sifatnya

mendadak akan diajukan ke IRNA, lalu dari IRNA akan diajukan ke Yanmed

(Pelayanan medik). Adanya depo farmasi memungkinkan menyimpan stok

alat kesehatan, obat dan alat habis pakai yang diperlukan. Setiap 1 hari

sekali, depo farmasi akan meminta / memesan obat dan alat habis pakai ke

UPF besar, kemudian satu minggu 2 kali UPF besar menghubungi bagian

gudang untuk segera mengirim barang pesanan depo farmasi Ruang Pandan

1.

Pegawai di ruang Pandan 1 terdiri dari PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan

BLUD (Badan Layanan Umum Daerah).Untuk pembayaran pegawai ruang

Pandan 1 sudah diatur oleh badan kepegawaian rumah sakit.Pegawai di

ruangan juga mendapatkan uang remunerasi dari rumah sakit setiap satu

bulan sekali. Pemeliharaan sarana dan prasarana diruang Pandan 1

diserahkan ke bagian IPS (Instalasi Pemeliharaan Sarana). Untuk alur


pelaporannya jika ada alat kesehatan (nebulizer, suction, EKG, dan lain-lain)

yang rusak maka perawat akan melaporkan ke IPS sehingga bisa lagsung

dibenahi. Bila alat alat tersebut tidak bisa dibenahi, maka ruangan akan

mengajukan permintaan alat baru ke IRNA Medik dan dilakukan pengajuan

melalui MUSERBANG setiap satu tahun sekali. Untuk kompetensi SDM

perawat dievaluasi oleh komite keperawatan melalui proses evaluasi terhadap

tenaga keperawatan untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan

klinis (kredensialis).

Kompensasi merupakan terminologi luas yang berhubungan dengan imbalan

finansial. Terminologi dalam kompensasi adalah Upah dan Gaji. Upah

(wages) biasanya berhubungan dengan tarif gaji per jam. Gaji (salary)

umumnya berlaku untuk tarif bayaran mingguan, bulanan, atau tahunan.

Insentif (incentive) adalah tambahan kompensasi di atas atau di luar gaji atau

upah yang diberikan organisasi.

Francisca (2006) memfokuskan definisi reward sebagai hadiah atau bonus

yang diberikan karena prestasi seseorang. Reward dapat berwujud banyak

rupa. Paling sederhana berupa kata-kata seperti pujian adalah salah satu

bentuknya. Reward biasanya digunakan untuk mengendalikan jam kerja

seseorang dalam organisasi (Raharja, 2006). Artinya,

dengan reward seseorang bekerja dapat dilakukan tanpa ada kendali

langsung dari pimpinan, melainkan dapat berjalan apa adanya sesuai evaluasi

kinerja sebelumnya. Selebihnya, dengan reward seseorang dapat

meningkatkan cara kerjanya tanpa harus dikendalikan pimpinan. Hal ini juga
ditegaskan Gouillart & Kelly dalam Raharja (2006) bahwa reward yang

diperoleh atau diharapkan akan diperoleh sebagai konsekwensi dari apa yang

mereka kerjakan akan merubah perilaku manusia secara fundamental.

Sampai saat ini para ahli dibidang kesehatan dan keperawatan berusaha

meningkatkan: mutu diri, profesi, peralatan keperawatan, kemampuan

manajerial keperawatan dan mutu asuhan keperawatan (Potter dan Perry,

2015).

Ronde keperawatan hanya dilakukan dalam lingkup kecil atau perawat saja

(DRK) sehingga kurang optimal karena bertujuan untuk mengatasi masalah

keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien

dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan

tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor,

kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh

anggota tim. Supervisi dilakukan tidak sesuai dengan jadwal dan tidak rutin

sehingga tidak dapat meningkatkan efektifitas kerja, peningkatan ini erat

kaitannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat, serta

makin terbinanya hubungan dan suasana kerja. Pada bagian dokumentasi

masih ada perawat yg belum mendokumentasikan asuhannya secara optimal

karena terlalu sibuk pelayanan, fungsi dari dokumentasi sendiri adalah

sebagai catatan dan laporan perawat untuk kepentingan klien, perawat

maupun tim kesehatan lain.

2.2.5 Mutu (M5 – Mutu)


Ruang Pandan 1 RSUD. DR. Soetomo Surabaya telah menerapakan upaya

penjaminan mutu perawatan pasien, dengan menggunakan instrument poster

edukasi pencegahan Covid-19 dengan mengambil 10 responden. Berikut

beberapa aspek penilaian penting:

1. Sasaran keselamatan pasien

Program keselamatan klien (patient safety) adalah suatu usaha untuk

menurunkan angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang sering

terjadi pada klien selama dirawat dirumah sakit sehingga sangat

merugikan baik klien itu sendiri maupun pihak rumah sakit.

1) Ketepatan identifikasi pasien

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa profesi

ners STIKES Karya Husada Kediri yang sedang melakukan praktek

manajemen pada tanggal 15 – 16 Juni 2020. Pada tanggal 15 Juni

2020 diruang Pandan 1 RSUD Dr.Soetomo Surabaya jumlah

pasien 7 pasien dan pada tanggal 16 Juni 2020 sebanyak 10 pasien.

Semua pasien 100% sudah terpakai gelang identitas masing-masing

yang diperoleh dari rumah sakit. Pemberian gelang sesuai dengan

jenis kelamin (merah muda: perempuan, biru: laki-laki).

Identifikasi juga telah tersedia untuk klien resiko jatuh (berwarna

kuning), dan klien yang alergi (berwarna merah).

2) Komunikasi efektif

Komunikasi efektif dalam bidang keperawatan dibutuhkan dan

efektif baik antara sesama petugas kesehatan maupun antara

petugas kesehatan dengan pasien. Berdasarkan hasil pengkajian


yang dilakukan mahasiswa profesi ners STIKES Karya Husada

Kediri yang sedang melakukan praktek manajemen pada tanggal

15-16 Juni 2020 diruang Pandan 1 RSUD Dr.Soetomo Surabaya,

Metode komunikasi antar petugas kesehatan sudah menggunakan

komunikasi dua arah, begitu juga antara petugas kesehatan dan

pasien juga menggunakan komunikasi dua arah tetapi masih kurang

optimal, karena masih sering terjadi kurang adanya follow up dari

pasien dan kurang adanya konfirmasi dari perawat atau petugas

kesehatan yang lain. Sementara untuk komunikasi

pendokumentasian status pasien ruangan sudah menerapkan

komunikasi SBAR.

3) Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High Alert

Medications)

Dari hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa pendidikan

profesi ners STIKES Karya Husada Kediri yang sedang melakukan

praktek manajemen, pada tanggal 15-16 Juni 2020 di ruang Pandan

1 RSUD Dr.Soetomo Surabaya, hasil yang didapatkan ruangan

memiliki depo farmasi sendiri. Keadaan depo farmasi sendiri

banyak menguntungkan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan

obat. Pemisahan tempat untuk obat High-Alert sudah di terapkan,

terbukti memiliki tempat tersendiri dalam pemilahan obat.

Ketepatan pemberian obat menerapkan prinsip 8T + 1W (tepat

pasien, tepat obat, tepat tempat, tepat waktu, tepat cara pemberian,

tepat dosis, tepat kadaluarsa, tepat dokumentasi dan waspada efek


samping). Sedangkan untuk ketepatan obat sudah sesuai dengan

prosedur tindakan, untuk menjamin kebenaran obat yang akan

diberikan perawat sudah melaksanakan pengecekan oleh dua orang

perawat yang berbeda.

4) Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi

Dalam indikator ini dari hasil rekapitulasi empat bulan terakhir

(bulan Januari sampai dengan bulan April 2020) didapatkan hasil

100% tidak pernah terjadi kesalahan salah lokasi, prosedur

maupun terjadi kesalahan pasien operasi.

5) Pengurangan Risiko infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan

Rumah sakit Dr. Soetomo mengadopsi atau mengadaptasi pedoman

hand hygiene terbaru sudah diterima secara umum (antara lain dari

WHO Patiens safety). Rumah sakit sudah menerapkan program

hand hygiene yang efektif maka kebijakan dan atau prosedur

dikembangkan untuk mendukung pengurangan secara

berkelanjutan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, oleh

karena itu maka pengurangan resiko infeksi dalam sebuah ruang

rawat inap harus benar-benar diperhatikan. Dari data hasil

pengkajian selama 3 bulan terakhir didapatkan hasil kepatuhan

dalam cuci tangan sebagai berikut : perawat patuh sebanyak 61%,

dokter patuh 48%, mahasiswa patuh 54,5% dan yang lain-lain

sebanyak 49%.

6) Pengurangan resiko pasien jatuh


Rumah sakit menerapkan proses asessment awal pasien resiko jatuh

dan melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan

terjadi perubahan kondisi atau pengobatan. Langkah-langkah

diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka yang pada

hasil asessment dianggap beresiko. Langkah-langkah dimonitor

hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan cidera akibat jatuh

maupun dampak yang berkaitan secara tidak sengaja. Kebijakan

dan atau prosedur pendukung pengurangan berkelanjutan dari

resiko cidera pasien akibat jatuh di rumah sakit.

Dari data hasil rekapitulasi didapatkan hasil sebagai berikut :

a. Angka Kejadian Pasien Jatuh

Keselamatan pasien dalam masa perawatan terutama pada

pasien dengan tingkat ketergantungan tinggi (parsial - total)

harus diperhatikan demi pemenuhan mutu agar sesuai dengan

indikator mutu yang diharapkan. Dari hasil rekapitulasi dalam

tiga bulan terakhir dari bulan Januari sampai dengan bulan April

2020 didapatkan hasil sesuai standar yaitu 0%.

b. Kesalahan Pengobatan (Medication Error)

Kejadian kesalahan pemberian obat yang meliputi tidak tepat

obat, tidak tepat cara pemberian, tidak tepat dosis, tidak tepat

klien, tidak tepat waktu pemberian dan tidak waspada terhadap

efek pemberian obat tidak terjadi selama periode bulan Januari

sampai dengan bulan April 2020, pemberian obat dilakukan

secara benar sesuai indikasi yang diberikan oleh dokter.


c. Angka Kejadian Plebitis

Dari hasil rekapitulasi dalam tiga bulan terakhir dari bulan

Desember 2018 sampai dengan bulan februari 2019 dengan

menggunakan Visual Intrafussion Score, dari pasien yang

terpasang intravena line (IVL) didapatkan hasil 0%.

Hasil observasi pada tanggal 16 Juni 2020 dengan jumlah

12 pasien di ruang Pandan 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya,

menunjukkan:

No Tingkat Flebitis Jumlah Frekuensi

(%)
1 Ada flebitis 1 10%
2 Risiko flebitis 0 80
3 Tidak flebitis 9 90%
TOTAL 10 100%
Tabel 1.1 Tingkat kejadian flebitis pada klien di Ruang Seruni A

di RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Dari tabel diatas menunjukkan kejadian flebitis pada tanggal 16

Juni 2020 sebesar 90% tidak flebitis dan pasien dengan flebitis

10% dengan total 1 pasien.

7) Angka kejadian dekubitus

Hasil observasi pada tanggal 16 Juni 2020 dengan jumlah 12

pasien di ruang Seruni A RSUD Dr. Soetomo Surabaya,

menunjukkan:

No Tingkat Kejadian Jumlah Frekuensi


(%)
1 Pasien dengan dekubitus 0 0
2 Pasien dengan risiko 0 0
dekubitus
3 Tidak ada risiko dekubitus 10 10
TOTAL 10 100%
Tabel 1.2 Tingkat kejadian dekubitus klien di ruang Pandan 1
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar pasien pada

tanggal 16 Juni 2020 di ruang Pandan 1 RSUD Dr. Soetomo

Surabaya tidak ada resiko decubitus sejumlah 10 pasien dengan

persentase 100%.

8) Infeksi luka operasi (ILO)

Kejadian infeksi luka operasi pada tanggal 16 Juni 2020 dengan

jumlah 12 pasien di ruang Seruni A RSUD Dr. Soetomo

menunjukkan tidak ada kejadian ILO, dengan jumlah pasien post

operasi 1 orang.

9) Infeksi saluran kencing (ISK)

Penilaian risiko infeksi saluran kencing (ISK) pada tanggal 16 Juni

2020 di ruang Pandan 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan

dari total jumlah 12 pasien di dapatkan data :

No Risiko ISK Jumlah Frekuensi


(%)
1 Pasien terpasang 2 16,7%
kateter
2 Tidak terpasang 10 83,3%
kateter
TOTAL 12 100%
Tabel 1.3 Tabel infeksi saluran kencing pada tanggal 18 Maret
2019 dengan jumlah 12 pasien di ruang Seruni A
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pasien yang memiliki risiko

infeksi saluran kemih sebanyak 16,7% pada tanggal 16 Juni 2020.


2. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan

Pelaksanaan evaluasi kami lakukan dengan mempersiapkan kuesioner

yang berisi 20 soal pertanyaan berbentuk pilihan. Pertanyaan pilihan

mencakup, 1) Pemberian penjelasan orientasi ruangan, 2) Pemberian

penjelasan setiap prosedur tindakan, 3) Sikap perawat selama

memberikan asuhan keperawatan. Jawaban pada pertanyan pilihan terdiri

dari 3 bagian jawaban, yaitu jawaban “Ya” dengan skor 3, “Kadang-

kadang” dengan skor 2, dan “Tidak” dengan skor 1. Selanjutnya skor

yang diperoleh responden dijumlahkan dan dikategorikan.

Pengkategorian hasil perhitungan kuesioner ditentukan dengan rumus cut

of point sehingga diperoleh 2 kategori yakni skor ≥ 58 masuk kategori

“puas” dan < dari 58 masuk kategori “tidak puas”.

Hasil pengkajian kepuasan klien terhadap pelayanan perawat sejumlah 37

responden yang dilakukan pada tanggal 15 Juni 2020 di ruang Pandan 1

RSUD Dr.Soetomo Surabaya menunjukkan:

No Tingkat Kepuasan Jumlah Frekuensi %

Klien terhadap

Pelayanan Ruangan
1 Puas 13 35%
2 Cukup puas 4 11%
3 Tidak Puas 20 54%
TOTAL 37 100%
Tabel 2.1 Tingkat kepuasan klien di Ruang Pandan 1 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
Berdasarkan diagram diatas menunjukkan sebagian besar pasien tidak

puas dalam pelayanan 20 pasien (54%), pasien menyatakan cukup puas

sebagian kecil 4 pasien (11%), dan 13 pasien (35%) menyatakan puas.

3. Angka kejadian nyeri

Dari hasil rekapitulasi dalam tiga bulan terakhir dari bulan Januari

sampai dengan bulan April 2020, didapatkan hasil angka kejadian nyeri

sebanyak 0%.

4. Kecemasan

Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Pandan 1 RSUD Dr Soetomo

Surabaya yang setelah diberikan edukasi pencegahan Covid-19

menggunakan poster pada tanggal 16 Juni 2020 didapatkan tingkat

kecemasan sebagai berikut yang tidak ada pasien terkategori cemas berat,

cemas sedang 5 orang, cemas ringan 7 orang, dari 10 responden .

No Tingkat Kecemasan Pasien Jumlah Frekuensi

(%)
1 Cemas ringan 6 60%
2 Cemas sedang 4 40%
3 Cemas berat 0 0%
TOTAL 10 100%
Tabel 2.3 Tingkat kecemasan klien di Ruang Pandan 1 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan sebanyak 6 pasien (60%) merasa

cemas ringan, 4 pasien (40%) merasa cemas sedang, dan tidak ada yang

mengalami cemas berat (0%).

5. Pengetahuan Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Pandan 1 RSUD Dr

Soetomo Surabaya setelah dilakukan edukasi menggunakan poster

pencegahan COVID-19 pada tanggal 16 Juni 2020 sebagian besar

didapatkan tingkat pengetahuan pencegahan Covid-19 kategri baik

sebanyak 8 pasien dan yang memiliki pengetahuan pencegahan Covid-19

kategori kurang sebanyak 2 pasien.

No Tingkat Pengetahuan Jumlah Total


1 Pengetahuan baik 8 83%
2 Pengetahuan Kurang 2 17%
TOTAL 10 100%
Diagram 2.4 Tingkat Pengetahuan klien di Ruang Seruni A RSUD
Dr.Soetomo Surabaya

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian

besar klien tingkat pengetahuan baik. Kondisi ini menunjukkan bahwa,

klien cukup memahami tentang penyakitnya, tanda dan gejala penyakit,

upaya pencegahan penyakit dan upaya mengatasi tanda dan gejala yang

muncul dari penyakit yang dialaminya.

Ada variabel yang sulit untuk diaplikasikan atau ditanyakan

ke klien pada instrument yang tersedia yaitu nama penyakit yang

dideritanya, karena banyak sekali istilah medis yang sulit disebutkan oleh

klien meskipun sudah dijelaskan oleh perawat.

6. Average Length of Stay (ALOS)

ALOS (Avarage Length of Stay) menurut DEPKES RI (2005) adalah

lamanya rawat seorang klien. Secara umum nilai yang ideal antara 6-9

hari. Dari hasil akhir dalam satu tahun terakhir yaitu tahun 2018

didapatkan hasil 4,86.


Rumus :

jumlah lama dirawat


jumlah klien keluar( hidup+mati)

7. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka Penggunaan Tempat Tidur)

BOR menurut Huffman (1994) adalah“the ratio of patient service days to

inpatient bed count days in a period under consideration” yang artinya

rasio hari pelayanan pasien dengan jumlah hari rawat inap di periode

yang dipertimbangkan. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR

adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.

Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat

pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal

adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).

Rumus :
jumlah hari perawatan di rumah sakit
x 100 %
jumlak tempat tidur x jumlah hari dalam satu periode

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 16 -18 maret 2019 di

dapatkan gambaran kapasitas tempat tidur ruang Pandan 1 yaitu 35

tempat tidur dengan rincian sebagai berikut

Tabel BOR di ruang Pandan 1 Tanggal 15 Juni 2020

No Shift Kelas II BOR


1. Pagi 10 bed 10/12 x 100% = 83,33%
2 kosong
2. Sore 9 bed 9/12 x 100% = 75%
3 kosong
3. Malam 11 bed 11/12 x 100% = 91,67%
12 kosong

Rata – rata BOR tanggal 15 Juni 2020

BOR 1+ BOR 2+ BOR 3


Rata−rata BOR=
Jumlah Hari

83,3 %+75 % +91,67 %


¿
3

¿ 83,3 %

Berdasarkan data tersebut diperoleh rata – rata BOR selama 16 Juni 2020

yakni 83,3% dimana rata – rata tersebut menunjukkan angka ideal BOR.

8. TOI (Turn Over Interval = Tenggang Perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur

tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini

memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.

Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

Rumus :

jumlah tempat tidur x periode


jumlah klien keluar( hidup+mati)

TOI
3.74 2.67 4.28 3.5
1.51
4 0.9 1.88
0
0
ni Ju
li tu
s
be
r
be
r
be
r
be
r
Ju us m to m m
Ag pte Ok ove e se
Se N D
TOI

Diagram 8.1 Diagram kapasitas TOI di ruang Pandan 1 pada bulan Juni –
Desember 2020

Terjadi lonjakan tempat tidur kosong tidak terisi pada bulan November
selama 4 hari.

9. BTO (Bed Turn Over = Angka Perputaran Tempat Tidur)

BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed in

occupancy rateand length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005)

adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali

tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Hasil pengkajian,

satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

Rumus :

jumlah klien keluar( hidup+mati)


jumlah tempat tidur
10. GDR (Gross Death Rate)

GDR (Gross Death Rate) adalah angka kematian umum untuk setiap

1000 penderita keluar

Rumus :

jumlah pasien mati seluruhnya


x 1000 %
jumlah pasien keluar(hidup+mati )

11. NDR (Net Death Rate)

NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat

untuk tiap – tiap 1000 penderita keluar.

Rumus :

jumlah pasien mati> 48 jam


x 1000 %
jumlah pasien keluar(hidup+mati )

Chart Title
1
0.8
0.6
standard
0.4
Axis Title

capaian
0.2
0
ni li s r er r r
ju ju stu be ob be be
u m t m m
ag pt
e ok ve se
se no de

2.3 Analisa SWOT


Dari hasil pengkajian dilkukan analisa swot berdasarkan sub sistem dalm
MAKP yang meliputi 1) M1 (Ketenagaan), 2) M2 (Sarana Prasarana), 3)
M3 (Metode), 4) (Money), 5) M5 (Mutu)
BOBOT X
NO ANALISA SWOT BOBOT RATING
RATING
1. M1 (Ketenagaan)
a. Internal Factors (IFAS)
STRENGHT
1) Adanya sistem 0, 2 4 0, 8
pengembangan mutu S-W
pelayanan keperawatan 2, 6 –
sesuai standar 1, 9 =
2) Adanya kemauan perawat 0, 2 3 0, 6 0, 7
untuk meningkatkan kualitas
kerja
3) Adanya pendelegasian 0, 2 2 0, 4
pelatihan oleh kepala ruang
kepada staf
4) Pembagian tugas sesuai job 0, 1 2 0, 2
description
5) Jenis ketenagaan : 0, 3 2 0, 6
a. S1 Kep : 9orang
b. D4 : 1orang
c. D3 kep : 14orang
d. SPK : 1 orang
e. Asisten Perawat :
1orang
f. Ahli Gizi : 1 orang
g. Cleaning Service : 2
orang
h. Tenaga Administrasi :
1 orang
i. Pramubakti : 3 orang
j. PK I : 4orang
k. PK II : 14orang
l. PK III : 2orang
m. PK IV : 2 orang

TOTAL 1 2, 6

WEAKNESS
1) Jumlah tenaga perawat sudah 0, 2 3 0, 6
mencukupi.
2) Sebagian perawat belum
mengikuti pelatihan MAKP
3) Jumlah tenaga keperawatan 0, 3 1 0, 3
lulusan S1 masih kurang
untuk optimalisasi 0, 5 2 1
manajemen ruangan.
TOTAL

1 1, 9
b. External Factors (IFAS)
OPPORTUNITY
1) Adanya program pelatihan/
seminar khusus untuk
meningkatkan kualifikasi 0, 1 3 0, 3 O–T
kemampuan perawat 2, 6 –
2) Adanya kesempatan 2, 3 =
melanjutkan pendidikan ke 0, 3
jenjang yang lebih tinggi 0, 2 2 0, 4
3) Adanya mahasiswa praktikan
baik dari S1 maupun D3
4) Adanya kerjasama yang baik 0, 2 3 0, 6
antar mahasiswa
Profesikeperawatan dengan 0, 2 3 0, 6
perawat ruangan
5) Adanya kebijakan pemerintah
tentang profesionalisasi
perawat 0, 1 2 0, 2
6) Adanya akreditasi tingkat
international JCI
7) Adanya persaingan perawat 0, 1 3 0, 3
di era MEA (Masyarakat
Ekonomi Asean) 0, 1 2 0, 2

TOTAL

THREATENED 1 2, 6
1) Ada tuntutan tinggi dari
masyarakat untuk pelayanan
yang lebih profesional 0, 2 2 0, 4
2) Semakin tingginya kesadaran
masyarakat akan hukum
3) Semakin tingginya kesadaran 0, 1 3 0, 3
masyarakat akan pentingnya
kesehatan 0, 2 3 0, 6
4) Persaingan antar RS yang
semakin kuat
5) Terbatasnya kuota tenaga 0, 2 2 0, 4
keperawatan yang
melanjutkan pendidikan 0, 1 2 0, 2
setiap tahun
6) Adanya persaingan perawat
di era MEA (Masyarakat
Ekonomi Asean) 0, 2 2 0, 4
TOTAL

1 2, 3

2. M2 (Sarana Prasarana)
a. Internal Factors (IFAS)
STRENGHT
1) prasarana untuk pasien dan 0,2 3 0,6 S-W
tenaga kesehatan 3,3-
2) Sebagian besar Peralatan 0,2 4 0,8 2,0 =
ruangan cukup memadai dan 1,2
semua perawat ruangan
mampu menggunakannya.
3) Penyediaan alat consumtable 0,1 3 0,3
(habis pakai) selalu tersedia
4) Terdapat ruang penunjang 0,1 4 0,4
kegiatan personal perawat :
musholla, kamar mandi
khusus petugas, ruang
pertemuan khusus petugas.
5) Kalibrasi dilakukan setiap 0,3 3 0,9
bulan
6) Barang yang sudah tidak 0,1 3 0,3
layak akan diganti
TOTAL 1 3,3

WEAKNESS
1) Jumlah beberapa alat medis 0,6 1 1,2
kurang memadai dengan
jumlah pasien
2) Ada beberapa alat yang rusak 0,4 2 0,8

TOTAL 1 2,0

b. External Factors (EFAS)


OPPORTUNITY
1) Ruangan dapat mengajukan 0,5 3 1,5
penambahan alat yang kurang O-T
pada bagian pengadaan 3,5-
barang 2,5=
2) Adanya kesempatan untuk 0,5 4 2,0 1,0
penggantian atau perbaikan
alat-alat yang rusak.
TOTAL 1 3,5

THREATENED
1) Adanya tuntutan yang tinggi
dari masyarakat untuk 0,5 2 1,0
melengkapi sarana dan
prasarana yang sesuai.
2) Tidak adanya yang merawat 0,5 3 1,5
sarana dan prasarana

TOTAL 1 2,5

3. M3 (Metode)
MAKP
a. Internal Factors (IFAS)
STRENGHT
1) MAKP yang digunakan 0,2 4 0,8
adalah modular dan ada S-W
dokumentasi tertulis 3,1-3
2) Ada kemauan perawat untuk 0,1 3 0,3 = 0,1
meningkatkan kualitas
pelayanan kepada klien.
3) Mempunyai standar asuhan 0,1 4 0,4
keperawatan yang
terintegrasi.
4) Mempunyai dan 0,1 2 0,2
melaksanakan setiap tindakan
sesuai dengan SPO
5) Terlaksananya komunikasi 0,1 3 0,3
antara perawat dan tim
kesehatan lain secara optimal.
6) Adanya kepuasan pasien 0,1 3 0,3
terhadap kinerja perawat
7) RS memiliki visi dan misi 0,1 2 0,2
dan motto sebagai acuan
melaksanakan kegiatan
pelayanan
8) Ketenagaan keperawatan
sudah memenuhi syarat untuk 0,2 3 0,6
MAKP modular (S1)
keperawatan: 8 orang.

TOTAL 1 3,1

WEAKNESS
1) MAKP belum dilaksanakan 1 3 3
dengan optimal.
1 3
TOTAL

b. External Factors (EFAS)


OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa S1 0,2 4 0,8 O-T
keperawatan praktik 4-3,5
manajemen keperawatan =
2) Ada kerjasama yang baik 0,8 4 3,2 0,5
antara perawat ruangan
dengan mahasiswa PSIK

TOTAL 1 4

THREATENED
1) Persaingan antar Rumah
Sakit swasta yang semakin 0,1 2 0,2
ketat
2) Adanya tuntutan masyarakat
yang semakin tinggi terhadap 0,2 3 0,6
peningkatan pelayanan
keperawatan yang lebih
profesional
3) Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan hukum 0,1 3 0,3
4) Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan pentingnya 0,5 4 2,0
kesehatan
5) Bebasnya pers yang dapat
langsung menyebarkan 0,1 2 0,4
informasi dengan cepat.

TOTAL 1 3,5

SENTRALISASI OBAT
a. Internal Factors (IFAS)
STRENGHT
1) Sudah dilaksanakan kegiatan 0,2 3 0,6 S-W
sentralisasi obat oleh perawat 3,1-3
berkolaborasi dengan depo =0,1
farmasi
2) Pembagian obat dengan 0,2 4 0,8
menggunakan metode UDD
(Unit Day Dose)
3) Ada lembar 0,1 3 0,3
pendokumentasian disetiap
status pasien
4) Adanya buku injeksi dan obat 0,2 4 0,8
oral bekerja sama dengan
depo farmasi
5) Tersedia sarana dan prasarana 0,3 2 0,6
untuk pengelolaan
sentralisasi obat.

TOTAL 1 3,1

WEAKNESS
1) Informed consentsentralisasi 0,5 3 1,5
obat untuk pasien belum
dilakukan secara optimal
2) Unit pelayanan Farmasi 0,3 3 0,9
ruangan (UPF) tidak buka 24
jam
3) Tidak adanya format 0,2 3 0,6
persetujuan sentralisasi obat
dari pasien atau keluarga
pasien.
TOTAL 1 3

b. External Factors (EFAS)


OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa Praktek 0,5 3 1,5 O-T
Profesi Keperawatan yang 2,5-
praktik manajemen 1,4=
keperawatan 1,1
2) Kerjasama yang baik antara 0,5 2 1,0
Farmasi, perawat, dan
mahasiswa.
TOTAL 1 2,5

THREATENED
1) Adanya tuntutan pasien untuk 0,6 1 0,6
mendapatkan pelayanan yang
profesional
2) Makin tinggi kesadaran 0,4 2 0,8
masyarakat akan hukum
TOTAL 1 1,4

SUPERVISI
a. Internal Factors (IFAS)
STRENGHT
1) RSUD Dr. Soetomo 0,3 3 0,9
merupakan RS Pendidikan S-W
tipe A sehingga informasi 2,2-
kesehatan selalu ter-update 3=-0,8
2) Adanya kemauan perawat 0,3 2 0,6
untuk berubah.
3) Kepala ruangan mendukung 0,3 2 0,6
dan melaksanakan supervisi
untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan kualitas
perawat.
4) Supervisi telah dilaksanakan 0,1 1 0,1
secara ritin tiap satu bulan
sekali.

TOTAL 1 2,2

WEAKNESS
1) Supervisi sudah terjadwal 1 3 3
tetapi dalam pelaksanaannya
masih belum optimal.
TOTAL 1 3

b. External Factors (EFAS)


OPPORTUNITY O-T
1) Adanya mahasiswa Praktek 0,6 3 1,8 2,6-3
Profesi Keperawatan yang = -0,4
praktik manajemen
keperawatan.
2) Terbuka kesempatan untuk 0,2 2 0,4
melanjutkan pendidikan atau
mendapat pelatihan untuk
menambah skill perawat.
3) Adanya teguran dari kepala 0,2 2 0,4
ruang bagi perawat yang
tidak melaksanakan tugas
dengan baik.

TOTAL 1 2.6

THREATENED
1) Tuntutan pasien sebagai 1 3 3
konsumen untuk
mendapatkan pelayanan yang
profesional.
TOTAL 1 3

TIMBANG TERIMA
a. Internal Factors (IFAS)
STRENGHT
1) Kepala ruangan memimpin 0,1 2 0,2
kegiatan timbang terima S-W
setiap pagi 3,7-
2) Adanya laporan jaga setiap 0,1 4 0,4 1,4 =
shift secara lengkap 2,3
3) Timbang terima sudah 0,2 4 0,8
merupakan kegiatan rutin
yang telah dilaksanakansetiap
pergantian shift
4) Adanya buku khusus untuk 0,1 3 0,3
pelaporan timbang terima
5) Kegiatan timbang terima 0,2 4 0,8
dilakukan secara optimal.
6) Alur timbang terima sudah 0,3 4 1,2
dilakukan sesuai dengan
teori.

TOTAL 1 3,7

WEAKNESS
1) Saat validasi ke pasien, 0,5 1 0,5
perawat belum
menyampaikan nama perawat
operan yang akan dinas
selanjutnya pada pasien.
2) Pelaksanaan timbang terima 0,4 2 0,8
masih belum optimal,
khususnya dari shift sore ke
malam
3) Format timbang terima sudah 0,1 1 0,1
menyangkut nama dan paraf
perawat.
TOTAL 1 1,4

b. External Factors (EFAS)


OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa Praktek 0,3 3 0,9 O-T
Profesi Keperawatan praktik 3,0-2
manajemen keperawatan =
2) Adanya kerjasama yang baik 0,2 3 0,6 1
antara mahasiswa PSIK yang
praktik dengan perawat
ruangan
3) Sarana dan prasarana 0,3 3 0,9
penunjang yang memadai
4) Kebijakan RS (bidang 0,2 3 0,6
keperawatan tentang timbang
terima).
TOTAL 1 3,0

THREATENED
1) Adanya tuntutan yang lebih 0,5 2 0,5
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional
2) Meningkatnya kesadaran 0,5 1 1,5
masyarakat tentang tanggung
jawab dan tanggung gugat
perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan.
TOTAL 1 2

DISCHARGE PLANNING
a. Internal Factors (IFAS)
STRENGHT
1) Sudah tersedia format khusus 0,4 4 1,6 S-W
untuk pelaksanaan discharge 3,4-
planning. 2,6=
2) Perawat juga mengkaji 0,2 2 0,4 0,8
tingkat pengetahuan klien
tentang penyakit dan
perawatan lanjutan(bila sudah
pernah dirawat di RS) saat
klien ada di rumah.
3) Pelaksanaan Discharge 0,2 3 0,6
Planning sudah dilaksanakan
4) Adanya kartu kontrol berobat 0,2 4 0,8
TOTAL 1 3,4

WEAKNESS
1) Discharge Planning kurang 0,4 2 0,8
dilakukan secara optimal oleh
perawat pada tahap terminasi,
dimana kurangnya kolaborasi
antara perawat dan dokter
pada tahap terminasi.
2) Kurangnya kemauan untuk 0,6 3 1,8
memberikan pendidikan
kesehatan kepada
pasien/keluarga

TOTAL 1 2,6

b. External Factors (EFAS)


OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa Praktek 0,5 2 1,0 O-T
Profesi Keperawatan yang 3-2
melakukan praktik =1
manajemen keperawatan
2) Adanya kerjasama yang baik 0,3 3 0,9
antara mahasiswa dengan
perawat klinik.
3) Pasien/keluarga yang peduli 0,2 3 0,6
melakukan perawatan
lanjutan setelah KRS.
TOTAL 1 3

THREATENED
1) Adanya tuntutan masyarakat 0,3 2 0,6
untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang
profesional.
2) Makin tingginya kesadaran 0,4 2 0,8
masyarakat akan pentingnya
kesehatan.
3) Adanya persaingan antar 0,3 2 0,6
instansi RS dalam
meningkatkan mutu dan
kualitas pelayanan RS.
TOTAL 1 2

RONDE KEPERAWATAN
a. Internal Factors (IFAS)
STRENGHT
1) Adanya kemauan perawat
untuk berubah
2) Adanya jumlah sumber daya
manusia yang mendukung 0,3 3 0,9
untuk dilakukannya ronde.
3) Adanya Diskusi Refleksi 0,2 3 0,6 S-W
Kasus yang akan dilakukan 3-3,6
diruangan tersebut. =
4) Adanya upaya pelaksanaan 0,2 3 0,6 -0,6
ronde karena RSUD
Dr.Soetomo merupakan
rumah sakit rujukan yang 0,3 3 0,9
memungkinkan mendapatkan
pasien dengan penyakit
langka.
TOTAL

WEAKNESS
1) Ronde keperawatan tidak 1 3
dilakukan namun digantikan
dengan program pelaksanaan
Diskusi Refleksi Kasus 0,6 4 2,4
(DRK).
2) Dengan DRK perawat kurang
memberikan pelayanan yang
komprehensif karena seolah- 0,4 3 1,2
olah hanya profesi perawat
saja yang memikirkan
peningkatan derajat 1 3,6
kesehatan pasien
TOTAL

b. External Factors (EFAS) 0,3 2 0,6


OPPORTUNITY
1) Adany
a pelatihan dan seminar 0,3 3 0,9 O-T
tentang manajemen 2,7– 3
keperawatan =
2) Bidang 0,4 3 1,2 -O,3
perawatan dan ruangan
mendukung adanya kegiatan
ronde keperawatan
3) Adany
a kesempatan dari Karu untuk
mengadakan ronde
keperawatan karena adanya 1 2,7
tim yang mendukung dan
sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan ronde 1 3 2
keperawatan.
TOTAL

THREATENED 1 3
1) Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang
lebih professional.
TOTAL 0,1 3 0,3
S-W
DOKUMENTASI KEERAWATAN 3-4 =
a. Internal Factors (IFAS) 0,2 3 0,6 -1
STRENGHT
1) Tersedianya sarana dan
prasarana (administrasi 0,1 3 0,3
penunjang)
2) Sudah ada sistem pendoku-
mentasian SOAP dan
terintegrasi.
3) Dokumentasi keperawatan
yang dilakukan meliputi
pengkajian menggunakan 0,1 3 0,3
sistem Head to Toe dan ROS,
serta diagnosa keperawatan
sampai dengan evaluasi
dengan menggunakan SOAP 0,1 3 0,3
4) Format pengkajian sudah ada
dan dapat memudahkan
perawat dalam pengkajian
dan pengisiannya.
5) Seluruh perawat mengatakan 0,2 3 0,6
mengerti cara pengisian
format dokumentasi yang
digunakan dengan benar dan
tepat.
6) Seluruh perawat mengatakan 0,2 3 0,6
format yang digunakan
sangat membantu dalam
melakukan pengkajian pada 1 3
pasien secara efisien.
7) Sistem pendokumentasian
dilakukan secara manual dan
komputerisasi. 1 4 4
TOTAL

1 4
WEAKNESS
1) Terdapat beberapa dokumen
pasien yang belum terisi
secara lengkap.
2) 10% perawat tidak 0,4 3 1,2
mendokumentasikan secara
sempurna O-T
TOTAL 0,3 3 0,9 3,0-
2,0 =
1
b. External Factors (EFAS)
OPPORTUNITY 0,3 3 0,9
1) Adanya program pelatihan
tentang pendokumentasian
keperawatan
2) Peluang perawat untuk
meningkatkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi 1 3,0
(Pengembangan SDM).
3) Adanya mahasiswa Program 0,5 2 1,0
Profesi Keperawatan praktik
manajemen keperawatan dan
kerjasama yang baik antara 0,4 2 0,8
mahasiswa dan perawat
ruangan.
TOTAL
THREATENED
1) Adanya kesadaran pasien dan
keluarga akan tanggung 0,1 2 0,2
jawab dan tanggung gugat
2) Dengan adanya akreditasi
rumah sakit menjadikan 1 2,0
tuntutan bagi perawat untuk
melengkapi dokumen asuhan
keperawatan yang telah
mereka melakukan.
3) Adanya persaingan rumah S-W=
sakit dalam memberikan 0,4 3 1,2 3,0-
layanan keperawatan 2,5=
TOTAL 0,6 3 1,8 0,5

PENERIMAAN PASIEN BARU 1 3,0


a. Internal Factors (IFAS)
STRENGHT
1) Setiap ada pasien baru selalu 0,5 3 1,5
didokumentasikan
2) Semua perawat mengerti
tentang alur penerimaan 0,5 2 1
pasien baru. 1 2,5
TOTAL

WEAKNESS
1) Tidak ada alat bantu leaflet
saat melakukan penerimaan 0,5 3 1,5
pasien baru O-T=
2) Tidak ada orientasi ruangan 0,5 2 1 2,5-2=
TOTAL 0,5
1 2,5

b. External Factors (EFAS)


OPPORTUNITY
1) Adanya format dokumentasi 0,4 2 0,8
penerimaan pasien baru
2) Ada pembagian tugas tentang 0,6 2 1,2
PBB
TOTAL 1 2

THREATENED
1. Peningkatan pasien baru yang
berlebihan
2) Ada tugas tentang
penerimaanpasien baru
TOTAL

4. M4 (Keuangan)
a. Internal Factors (IFAS)
STRENGHT
1) Ada pendapatan tambahan 0,4 4 2,0 S–W
yaitu koperasi ruangan =
2) pendapatan dari jasa medik, 0,2 3 0,6 4,2 –
untuk pasien dengan biaya 2=
BPJS yang dapat diklaim 2,2
setelah perawatan.
3) Ada pendapatan dari jasa 0,2 4 0,8
pelayanan rumah sakit berupa
remunerasi.
4) Ada pendapatan dari jasa 0,2 4 0,8
pelayanan IRNA medis
TOTAL 1 4,2

WEAKNESS
1) Jasa intensif untuk pelayanan 1 2 2
dan jasa medic yang
diberikan sama untuk semua
perawat.

TOTAL 1 2

b. External Factors (EFAS)


OPPORTUNITY
1) Pengeluaran sebagian besar 0,5 3 1,5
dibiayai oleh rumah sakit
2) Ada kesempatan menambah 0.5 4 2,0 O–T
penghasilan ruangan dari =
usaha koperasi 3,5 –
3=
TOTAL 1 3,5 0,5

THREATENED
1) Adanya tuntutan yang lebih 1 3 3
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lebih
professional sehingga
membutuhkan pendanaan
yang lebih besar utuk
mendanai sarana dan
prasarana

TOTAL 1 3

5. M5 (Mutu)
a. Internal Factors (IFAS)
STRENGHT
1) Kepuasan pasien terhadap 0,3 4 1,2 S-W
pelayanan kesehatan (68 % 3,7-
pasien sangat puas). 2,2 =
2) Rata-rata BOR baik (82,88%) 0,3 3 0,9 1,5
3) Sebagai tempat praktek 0,2 4 0,8
mahasiswa keperawatan D3,
S1 dan juga Profesi Ners
4) Adanya variasi karakteristik 0,2 4 0,8
dari pasien BPJS, umum dan
asuransi swasta.

TOTAL 1 3,7

WEAKNESS
1) Kejadian flebitis 0,1 3 0,3
2) Reaksi tranfusi darah 0,1 2 0,2
3) Masih ada pasien yang belum 0,1 3 0,3
puas dengan pelayanan
4) Masih ada pasien yang 0,3 2 0,2
merasa cemas
5) Masih ada pasien yang 0,4 3 1,2
mengalami nyeri (34 orang)

TOTAL 1 2,2

b. External Factors (EFAS)


OPPORTUNITY
1) Mahasiswa S-1 keperawatan 0,5 4 2,0
praktek manajemen O-T
2) Kerja sama yang baik antara 0,5 3 1,5 3,5-
perawat dan mahasiswa 2,0=
1,5
TOTAL 1 3,5

THREATENED
1) Adanya peningkatan standart 0,4 2 0,8
masyarakat yang harus
dipenuhi
2) Persaingan RS dalam 0,6 2 1,2
memberikan pelayanan
keperawatan

TOTAL 1 2,0
2.3 Diagram Layang

M5
1,5

1,2
SO
DP M2 TT
1,0
DK
0,9

0,7
MAKP PPB M4
0,5

M1
0,3

W S
-0,7 -0,5 -0,3 -0,1 0,1 0,3 0,6 0,8 1,0 1,2
2,3
RK -0,3
SD SPV
SPV -0,5

KETERANGAN : T
M1 : Ketenagakerjaan
M2 : Sarana Dan Prasarana
M3 : Metode
MAKP : Model Asuhan Keperawatan Profesional
DK : Dokumentasi Keperawatan
RK : Ronde Keperawatan
SO : Sentralisasi Obat
PB : Penerimaan Pasien Baru
TT :Timbang Terima
SD : Supervisi Delegasi
DP : Discharge Planning
M4 : Money
M5 : Mutu

2.5 Prioritas Masalah


Tabel 2.17 Prioritas Masalah Ruang Pandan 1 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
Skor Analisis Swot Prioritas
Masalah
IFAS EFAS

Supervisi Delegasi -0,8 -0,4 1


Ronde Keperawatan -0,6 -0,3 2
Dokumentasi Keperawatan -0,1 1 3
MAKP 0,1 0,5 4
Sentralisasi Obat 0,1 1,1 5
Penerimaan Pasien Baru 0,5 0,5 6
M1/SDM 0,7 0,3 7
Discharge planning 0,8 1 8
M2/material 1,2 1 9
M5/Mutu 1,5 1,5 10
M4/Money 2,2 0,5
Timbang Terima 2,3 1

Berdasarkan rumusan masalah diatas, terdapat 3 yang prioritas yaitu :


Supervisi Delegasi, Ronde keperawatan, dan Dokumentasi Keperawatan.
BAB 3

PERENCANAAN

3.1 PENGORGANISASIAN

Untuk efektivitas pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan

Profesional dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya

umum kelompok menyusun struktur organisasi sebagai berikut :

Ketua : Isna Ahadyah, S.Kep

Wakil Ketua : Novita Rahayuningtyas, S.Kep

Sekretaris : Resti Vikalasari, S.Kep

Bendahara : Eva Setiani, S.Kep

PJ PKRS : Zulham Efendi, S.Kep

PJ Discharge Planing : Jenifer Elsa Tinlia, S.Kep

PJ Ronde Keperawatan : Diah Oktaviani, S.Kep

PJ Sentralisasi Obat : Aak Adang S, S.Kep

PJ Penerimaan Pasien Baru : Lutfi Apriliani, S.Kep

PJ Timbang Terima : Rio Dwi Prasnawo, S.Kep

PJ Supervisi Delegasi : Ervika Yulya N, S.Kep

PJ M1-M5 : Devi Fatma, S.Kep

Rentika Perwiditasari, S.Kep

Fuji Istiqomah, S.Kep

M. Arif, S.Kep

PJ Teknisi : Yosep Petrus, S.Kep


Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan

pengorganisasian dalam pembagian peran sebagai berikut :

1. Kepala Ruangan

2. Perawata Primer

3. Perawat Associate

Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan, setelah pelaksanaan

Model Asuhan Keperawatan Profesional di ruangan.

3.2 STRATEGI KEGIATAN

Setelah dilakukan analisa dengan metode SWOT maka kelompok praktik

klinik manajemen keperawatan di ruang Pandan 1 menerapkan model

asuhan keperawatan profesional Primary Nursing untuk kebutuhan

pembelajaran.

Model perawatan Primary Nursing merupakan salah satu model praktik

keperawatan profesional dimana perawat bertanggung jawab penuh terhadap

asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien mulai dari klien masuk

sampai keluar Rumah Sakit. Model ini mendorong kemandirian perawat,

ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan keperawatan dan pelaksanaan

asuhan keperawatan selama klien dirawat. Model ini ditandai dengan adanya

keterkaitan kuat dan terus menerus antara klien dan perawat yang

ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan

keperawatan selama klien di rawat. Konsep dasar dan model ini adalah

tanggung jawab dan tanggung gugat.

Berikut sistem pemberian asuhan keperawatan Primary Nursing.


3.2.1 MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)

TIM MEDIS DAN KEPALA RUANG SARANA


TIM LAIN PRASARANA

PERAWAT PERAWAT
PRIMER 1 PRIMER 2

PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT


ASSOCIATE PAGI ASSOCIATE PAGI ASSOCIATE PAGI ASSOCIATE PAGI

NURSING IN PERAWAT PERAWAT PERAWAT


CHARGE SIANG ASSOCIATE ASSOCIATE ASSOCIATE
SIANG SIANG SIANG

NURSING IN PERAWAT
CHARGE MALAM ASSOCIATE
MALAM

NURSING IN NURSING IN
HOLIDAY HOLIDAY

PASIEN

: Garis Komando

: Garis Koordinasi

Bagan 3.1 Sistem pemberian Model Asuhan Keperawatan Primary

Nursing
Dalam penerapan MAKP model Primary Nursing terdapat beberapa

kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan :

1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif

2. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil

danmemungkinkan pengembangan diri

3. Klien merasa diperlakukan sewajarnya karena kebutuhan secara

individu sudah terpenuhi.

4. Tercapainya pelayanan kesehatan yang efektif terhadap pengobatan,

dukungan proteksi, informasi dan advokasi (Gillies, 1989)

Kelemahan :

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan

pengetahuan yang memadai dengan kriteria assertif, self direction,

kemampuan pengambilan keputusan yang tepat, menguasai keperawatan

klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin

profesi.

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan

pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,

kemampuan pengambilan keputusan yang tepat, menguasai keperawatan

klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin

profesi.

Tugas Kepala Ruangan

1. Perencanaan
a. Menunjuk perawat primer (PP) dan mendeskripsikan tugasnya

masing-masing

b. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya

c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien yang dibantu

perawat primer

d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan

aktivitas dan tingkat ketergantungan pasien dibantu oleh perawat

primer

e. Merencanakan strategi pelaksanaan perawat

f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiolois,

tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan

mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan

dilakukan terhadap klien.

g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan

1) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan

2) Membimbing penerapan proses keperawatan

3) Menilai asuhan keperawatan

4) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah

5) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang

baru masuk

h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri

i. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan

j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.

2. Pengorganisasian
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan

b. Merumuskan tujuan metode penugasan

c. Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat associate

secara jelas

d. Membuat rencana kendali kepala ruangan yang membawahi dua

perawat primer dan perawat primer yang membawahi dua perawat

associate

e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses

dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain

f. Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan

g. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik

h. Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak ada di tempat kepala

perawat primer

i. Mengetahui kondisi klien dan menilai tingkat kebutuhan pasien.

j. Mengembangkan kemampuan anggota

k. Menyelenggarakan konferensi

3. Pengarahan

a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat primer

b. Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas

dengan baik

c. Memberi motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan

dan sikap

d. Menginformamsikan hal-hal yang dianggap penting dan

berhubungan dengan askep klien


e. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tugasnya.

f. Meningkatkan kolaborasi.

4. Pengawasan

a. Melalui komunikasi

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat primer

mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien

b. Melalui supervisi

1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau

melalui lapora langsung secara lisan dan

memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat

ini

2) Pegawasan secara langsung, yaitu mengecek daftar hadir,

membaca dan memeriksa rencana keperawatan, serta catatan

yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan

dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan dari

perawat primer

c. Evaluasi

1) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan

rencana keperawatan yang telah disusun bersama

2) Audit keperawatan

Tugas Perawat Primer


a. Menerima klien dan mengkaji kebutuhan klien secara

komprehensif

b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan

c. Membuat rencana yang telah dibuat selama praktik

d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang

diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain

e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

f. Menerima dan menyesuaikan rencana

g. Melakukan rujukan kepada pekarya sosial dan kontak dengan

lembaga soisal di masyarakat

h. Membuat jadwal perjanjian klinik

i.Mengadakan kunjungan rumah

Tugas Perawat Associate (PA)

a Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan

proses keperawatan dan kasih sayang:

1) Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien

2) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana

3) Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan

4) Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan

respon klien pada catatan perawatan.

b Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab

1) Pemberian obat

2) Pemeriksaan laboratorium
3) Persiapan klien yang akan operasi

c Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial dan

spiritual

1) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan

2) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman,

nyaman danketenangan.

3) Pendekatan dan komunikasi terapiutik

d Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi

tindakan keperawatan dan pengobatan atau diagnosis.

e Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan

kemampuannya.

f Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau sakaratul

maut.

g Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanakan ruangan secara

admnistratif

1) Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal

2) Sensus harian atau formulir

3) Rujukan harian atau formulir

h Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan menurut

fungsinya supaya siap pakai.

i Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan

dan keindahan ruangan.

j Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur secaa

berganti sesuai jadwal tugas.


k Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya

(PKRS)

l Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara

lisan maupun tulisan.

m Membuat laporan harian klien

1. Penerapan Model Asuhan Keperawatan Professional (MAKP)

a. Penanggung Jawab : Isna Ahadyah, S.Kep

b. Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan praktik manajemen oleh

mahasiswa STIKES Karya Husada Kediri, ruang Pandan 1 mampu

menerapkan MAKP primary nursing secara baik.

c. Waktu : Pelaksanaan aplikasi MAKP mulai tanggal 22 - 30 Juni

2020. Pelaksanaan evaluasi Minggu III

d. Rencana Strategis :

1. Mendiskusikan bentuk dan penerapan model MAKP yang

dilaksanakan, yaitu model primary nursing.

2. Mengajukan proposal MAKP dan melaksanakan desiminasi awal.

3. Sosialisasi hasil diseminasi.

4. Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.

5. Melakukan pembagian peran perawat.

6. Menentukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.

7. Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat.

8. Menerapkan model MAKP yang sudah ditentukan.

e. Kriteria Evaluasi :
1. Struktur :

1) Menentukan penanggung jawab MAKP.

2) Mendiskusikan bentuk dan penerapan MAKP yaitu primary

nursing.

3) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.

4) Melakukan pembagian peran perawat.

5) Menetukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.

6) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat.

2. Proses :

Menerapkan MAKP : Tahap Aplikasi MAKP pada tanggal 22 sampai 30

Juni 2020

3.Hasil :

Mahasiswa mampu menerapkan MAKP primary nursing sesuai dengan job

discription.

3.2.2 PENERIMAAN PASIEN BARU

a. Penanggung Jawab : Lutfi Apriliani, S.Kep

b. Pengorganisasian :

Karu : Isna Ahadyah, S. Kep

PP 1 : Eva Setiani, S. Kep

PP 2 : Resti Vikalasari,S.Kep

PA : Aak Adang S, S. Kep

Diah Oktaviani, S. Kep

Ervika Yulya N, S.Kep

Jenifer Elsa T, S.Kep


Novita Rahayuningtyas, S.Kep

Rentika Perwiditasari, S.Kep

Yosep Petrus, S.Kep

Zulham Efendi, S.Kep

M. Arif, S.Kep

Fuji Istiqomah, S.Kep

c. Tujuan :

Setelah dilakukan Praktik manajemen Keperawatan, diharapkan

semua perawat di Ruang Pandan dan Mahasiswa mampu

melaksanakan penerimaan klien baru dengan benar.

d. Waktu : Selasa, 23 Juni 2020

e. Rencana Strategi :

1. Menentukan tanggung jawab penerimaan klien baru.

2. Menentukan klien yang akan dijadikan subjek penerimaan klien

baru dengan benar.

3. Menentukan jadwal pelaksanaan penerimaan klien baru.

4. Melaksanakan penerimaan klien baru.

f. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar

penerimaan klien baru, format pengkajian, nursing kit, status,

lembar kuesioner tingkat kepuasan klien dan lembar tata

tertib pasien dan pengunjung.


b. Penerimaan klien baru pada sift pagi dilakukan oleh KARU,

PP, dan PA. Sedangkan pada shift sore dilakukan oleh PP dan

PA.

2. Evaluasi Proses

a. Klien baru disambut oleh KARU, PP, dan PA

b. PP melakukan anamnesa dan pemerikasaan fisik dengan

dibantu oleh PA.

c. Klien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan,

perawatan (termasuk sentralisasi obat), medis, serta tata tertib

ruangan.

d. Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan

keluarga.

3. Evaluasi Hasil

a. Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan

benar.

b. Klien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan,

medis, serta tata tertib ruangan.

c. Klien sudah menandatangani persetujuan sentralisasi obat

Penerimaan klien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan

klien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan klien baru

disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan,

medis, dan tata tertib ruangan.

1. Tahapan Penerimaan Klien Baru

a. Tahap pra penerimaan klien baru


1) Menyiapkan kelengkapan administrasi

2) Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan.

3) Menyiapkan format penerimaan klien baru.

4) Menyiapkan format pengkajian

5) Menyiapkan informed consent sentralisasi obat

6) Menyiapkan nursing kit

7) Menyiapkan lembar tata tertib klien dan pengunjung ruangan

b. Tahap pelaksanaan penerimaan klien baru

1) Klien datang di ruangan diterima oleh kepala

ruangan/perawat primer/perawat yang diberi delegasi.

2) Kepala ruangan memperkenalkan diri kepada klien dan

keluarganya.

3) Perawat menunjukkan kamar/tempat tidur klien dan

mengantar ke tempat yang telah ditetapkan.

4) Perawat bersama karyawan lain memindahkan klien ke

tempat tidur (apabila klien datang dengan branchard/kursi

roda) dan berikan posisi yang nyaman

5) Perawat melakukan pengkajian terhadap klien sesuai dengan

format.

6) Perkenalkan klien baru dengan dengan klien baru yang

sekamar.

7) Setelah klien tenang dan situasi sudah memungkinkan

perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga

tentang orientasi ruangan, perawatan (termasuk perawat yang


bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang

bertanggung jawab), dan tata tertib ruangan.

8) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi

yang telah disampaikan.

9) Apabila klien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk

menandatangani informed concent sentralisasi obat.

10) Perawat menyerahkan kepada klien lembar kuesioner

tingkat kepuasan klien.

2. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan

1. Pelaksanan secara efektif dan efisien

2. Dilakukan oleh kepala ruangan atau perawat primer dan atau

perawat associate yang telah diberi wewenang/delegasi

3. Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi klien

4. Membina komunikasi yang baik dan beri sentuhan terapeutik

3. Protab Penerimaan Klien Baru:

1. Tahap para peneriamaan klien baru

a. Menyiapkan fungsi administrasi klien baru

b. Menyiapkan fungsi kamar sesuai pesanan

c. Menyiapkan peralatan khusus

d. Menyiapkan format penerimaan klien baru

2. Tahap pelaksanaan penerimaan klien baru

a) Klien datang diruangan diterima oleh kepala ruangan/perawat

primer/ perawat yang diberi delegasi.

b) Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganya.


c) Perawat menunjukan kamar/tempat tidur klien dan mengantar

ketempat yang telah ditetapkan.

d) Perawat bersama karyawan lain memindahkan klien ke

tampat tidur (apabila klien datang dengan branchard/kursi

roda) dan berikan posisi nyaman)

e) Perkenalkan klien baru dengan klien baru yang sekamar.

f) Kaji keadaan umum klien.

g) Perawat melakukan pengkajian data awal sesuai format.

h) Barang-barang utmuk inventaris, yang diletakkan dialmari

klien yang tidak diperlukan psien yang tidak diperlukan klien

dibawa pulang oleh keluarganya.

i) Setelah klien tenang dan situasi sudah memungkinkan

perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga

tentang:

1) Letak kamar perawat, dokter, kamar mandi/WC dan dapur.

2) Jam berkunjung : senin s/d minggu pukul 16.00-17.00

WIB

3) Minggu dan hari libur pukul 10.00-11.00 WIB

4) Persyaratan menunggu apabila diperlakukan : penunggu

adalah keluarga yang terdekat dan masing-masing klien

hanya boleh satu penunggu.

5) Administrasi ruangan yang perlu diketahui :

a. Sentralisasi obat

b. Tata cara pembayaran jasa RS


6) Dokter, nama kepala ruangan, perawat penanggung jawab

klien dan tenaga non keperawatan yang akan berhubungan

dengan pasien.

7) Tunjukkan alat-alat yang dapat digunakan klien (tempat

tidur, lampu, kipas angin, AC)

8) Perawat menannyakan kembali tentang kejelasan

informasi yang telah disampaikan.

9) Apabila klien atau keluarga sudah jelas, maka diminta

untuk menandatangani informed concent.

j) Perawat mempersilahkan anggota keluarga yang lain

untuk keluar

4. Alur penerimaan klien baru

Pra
Karu memberitahu PP akan ada klien baru

PP menyiapkan:
Lembar klien masuk RS
Lembar format pengkajian klien
Nursing kit
Informed concent sentralisasi obat
Lembar tata tertib klien dan pengunjung
Lembar tingkat kepuasan klien
Tempat tidur klien baru

KARU, PP dan PA menyambut klien baru

Pelaksanaan
Anamnesa klien baru oleh PP dan PA

PP menjelaskan segala sesuatu yang tercantum


dalam lembar penerimaan klien baru

Terminasi

Evaluasi
Pasca

Bagan 3.2 Mekanisme Penerimaan Pasien Baru

3.2.3 DISCHARGE PLANNING

a. Penanggung jawab : Jenifer Elsa Tinlia, S.Kep

b. Pengorganisasian :

Karu : Rentika Perwiditasari, S. Kep

PP 1 : Zulham Efendi, S. Kep

PP 2 : Isna Ahadyah, S. Kep

PA : Aak Adang S, S. Kep

Devi Fatma, S.Kep

Ervika Yulya N, S.Kep

Eva Setiani, S.Kep

Fuji Istiqomah, S.Kep

Lutfi Apriliani, S.Kep

M. Arif, S.Kep

Resti Vikalasari, S.Kep

Rio Dwi Prasnawo

Yosep Petrus, S.Kep

c. Tujuan:
Setelah dilaksanakan praktek manajemen keperawatan diharapkan

mahasiswa dan perawat di Ruang Pandan 1 RSUD Dr.Soetomo

Surabaya mamapu menerapkan Discharge Planning dengan baik

dan benar.

d. Waktu : Selasa, 23 Juni 2020

e. Target :

1. Semua perawat memahami alur, proses, dan content dalam

pelaksanaan Discharge planning

2. Adanya peningkatan target dari jumlah klien yang akan

dilakukan Discharge planning

3. Discharge planning bisa terlaksana secara berkelanjutan

f. Program kerja

1. Rencana strategi:

a. Menentukan penanggung jawab Discharge planning

b. Menentukan materi Discharge planning

c. Menentukan klien yang akan dijadikan subjek Discharge

planning

d. Menentukan jadwal pelaksanaan Discharge planning

e. Melaksanakan Discharge planning

2. Kriteria evaluasi

1) Evaluasi struktur

a. Persiapan klien, peralatan, status, kartu dan lingkungan


b. Penyusunan struktur pelaksanaan Discharge planning

2) Evaluasi proses

a. Discharge planning dilaksanakan pada semua klien

pulang

b. Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan klien

3) Evaluasi hasil

a. Terdokumentasinya pelaksanaan klien pulang

b. Klien dan keluarga dapat mengetahui perawatan dirumah

tentang aturan diet, obat yang harus diminum di rumah,

aktivitas, yang harus di bawah pulang, rencana control,

yang perlu di bawah saat control, prosedur control, jadwal

pesan khusus.

Discharge Planning (perencanaan pulang) merupakan suatu proses yang

dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan serta koordinasi yang

dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan

kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang (Carpenito,

1990 dalam Nursalam, 2009).

1. Komponen perencanaan pulang

a) Perawatan di rumah

b) Pemberian pembelajaran dan pendidikan kesehatan mengenai:

diet, waktu kontrol, tempat kontrol, surat yang harus dibawa

seperti surat rujukan dan persyaratan kontrol.

c) Penjelasan mengenai obat-obatan yang masih diminum, dosis,

cara pemberian, dan waktu yang tepat untuk minum obat.


d) Obat-obatan yang dihentikan. Walaupun obat-obatan klien

sudah tidak diminum lagi, namun tetap dibawa oleh klien serta

ditentukan siapa yang akan menyimpan obat tersebut.

e) Hasil pemeriksaan.

f) Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dibawakan kepada klien

waktu pulang.

g) Surat-surat seperti surat keterangan sakit.

2. Tindakan keperawatan pada waktu perencanaan

pulang

Tindakan perawatan yang diberikan pada perencanaan pulang yaitu

meliputi:

a. Pendidikan (edukasi, reedukasi, reorientasi) kesehatan yang

diharapkan dapat mengurangi angka kekambuhan dan

meningkatkan pengetahuan klien serta keluarga.

b. Program pulang yang bertahap. Melatih klien kembali ke

lingkungan dan masyarakat antara lain yang dilakukan klien di

rumah sakit, dan tugas keluarga.

c. Rujukan

d. Integrasi pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan

langsung antara perawatan komunitas dengan rumah sakit

sehingga dapat mengetahui perembangan klien di rumah.


3.Alur discharge planning(Nursalam, 2015)

Dokter dan tim kesehatan Dokter dan tim kesehatan

Keadaan klien:
Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
Tingkat ketergantungan
klien

Perencanaan pulang

Penyelesain PROGRAM HE: Lain-lain


administrasi Kontrol dan obat/perawatan
Gizi
Aktivitas
Perawatan diri

Monitor (sebagai program


service safety) oleh keluarga
dan petugas

Bagan 3.3 Alur Discharge Planning (Nursalam, 2015)


3.2.4 DOKUMENTASI KEPERAWATAN

Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat dibuktikan atau dijadikan

bukti dalam persoalan hukum.Komponen dari dokumentasi mencakup aspek

komunikasi, proses keperawatan, standar keperawatan.

1. Tujuan Utama Pendokumentasian

 Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat

kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan

dan mengevaluasi tindakan.

 Dokumentasi untuk penelitian hukum dan etika.

2. Manfaat dan pentingnya dokumentasi keperawatan.

a. Hukum

Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi

resmi dan bernilai hukum, oleh karena itu data harus diidentifikasi

secara lengkap, jelas, objektif dan ditandatangani oleh tenaga

kesehatan atau perawat.Dalam hal ini, perlu dicantumkan waktu dan

sebaiknya dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan

interpretasi yang salah.

b. Jaminan Mutu (kualitas pelayanan)

Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat akan memberi

kemudahan perawat untuk menyelesaikan masalah klien serta untuk

mengetahui sejauh mana masalah dapat teratasi. Dalam hal ini juga

memungkinkan perawat untuk mengetahui adanya masalah baru

secara dini.

c. Komunikasi
Dokumentasi merupakan alat perekam masalah yang berkiatan

dengan klien sehingga dapat dijadikan sebagai alat komunikasi antar

tenaga kesehatan.

d. Keuangan

Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang dan telah

diberikan dicatata dengan lengkap sebagai acuan dalam menentukan

biaya perawatan klien.

e. Pendidikan

Dokumentasi berisi kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan

yang dapat digunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran

bagi siswa atau profesi keperawatan.

f. Penelitian

Data yang terdapat dalam dokmentasi keperawatan mengandung

informasi yang dapat digunakan sebagai bahan riset untuk

pengembangan ilmu keperawatan.

g. Akreditasi

h. Dokumentasi keperawatan dapat digunakan untuk melihat sejauh

mana peran dan fungsi perawat dalam melaksanakan asuhan

keperawatan

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian ((Potter &

Perry, 1984)

1. Jangan menghapus dengan tipe-x ataumenghapus tulisan yang salah.

Cara yang benar adalah dengan mencoret tulisan yang salah dengan
garis kemudian dituliskan kata salah kemudian diberi paraf, setelah

itu dituliskan catatan yang benar.

2. Jangan mengkritik klien atau tenaga kesehatan yang lain yang dapat

digunakan sebagai bukti terhadap asuhan keperawatan yang tidak

profesional.

3. Jangan tergesa-gesa melengkapi catatan, pastikan dulu bahwa

datanya akurat.

4. Catat hanya fakta, akurat, reliable.

5. Jangan biarkan pada akhir catatan perawat kosong coret bagian sisa

yang kosongdan bubuhkan tanda tangan.

6. Semua catatan ditulis dengan tinta dan bahasa yang lugas.

7. Jika mempertanyakan suatu instruksi catat bahwa anda sedang

mengklarifikasi.

8. Tulis hanya untuk diri sendiri

9. Hindari penulisan yang kurang spesifik

10. Catatlah dokumentasi dengan waktu dan diakhiri dengan tanda

tangan. Pastikan urutan kejadian catat dengan benar dan ditanda

tangani.

Kelompok mencoba membuat suatu model pendokumentasian yang

mengacu pada model pie.Teknik pengisian lembar dokumentasi

keperawatan.

1. Pengkajian pada waktu klien masuk diikuti pengkajian persistem.

2. Pengkajian dilakukan secara komprehensif.

3. Lembar dokumentasi asuhan keperawatan.


- Pengisian nama, umur, jenis kelamin, tanggal dan nomor registrasi

klien.

- Tiap lembar data diisi problem, intervensi dan evaluasi.

4. Pada kolom problem ditambahkan data subjektif dan objektif.

5. Pada kolom intervensi, intervensi langsung terhadap penyesuaian

masalah ditandai dengan “I” (intervensi) dan nomor masalah dicatat

dan dibuat oleh PP.

6. Pada kolom evluasi dicatat keadaan klien sebagai pengaruh dari

intervensi dan diidentifikasi dengan tanda “E” (evaluasi) dan nomor

masalah, berisi tentang jam dan paraf perawat.

7. Setiap masalah yang diidentifikasi dievaluasi minimal tiap 8 jam

(setiap pergantian jaga).

4. Keuntungan

a. Memungkikan penggunaan proses keperawatan

b. Rencana tindakan dan catatan perkembangan dapat dihubungkan

c. Memungkinkan pemberian asuhan keperawatan secara kontiniu

d. Perkembangan klien dapat dengan mudah digambarkan

5. Kerugian

1. Tidak dapat digunakan untuk pencatatan semua disiplin ilmu titip

2. Pembatasan rencana tindakan keperawatan yang tidak aplikatif untuk

beberapa situasi keperawatan

6. Bagian Dari Dokumentasi Keperawatan

Format pengkajian dan menggunakan format pengjkajian.persistem

lembar dokumentasi keperawatan dengan sistem PIE berisi tentang :


a) Nama klien

b) Umur

c) Nomor registrasi

d) Diagnosa medis

e) Diagnosa keperawatan

f) Kolom, tanggal dan jam

g) Kolom problem

h) Kolom intervensi

i) Evaluasi

j) Kolom tanda tangan

Penerapan Dokumentasi Keperawatan

a. Penanggung jawab : M. Arif, S.Kep

b. Tujuan :

Setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan, diharapkan

semua perawat di Ruang Pandan 1 dan mahasiswa mampu

menerapkan pendokumentasian keperawatan secara baik dan benar.

c. Waktu : Senin, 22 - 30 Juni 2020

d. Rencana strategi :

1. Mendiskusikan format pengkajian dan dokumentasi sesuai

dengan kasus di ruang Pandan 1.

2. Menyiapkan format pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanan dan evaluasi.

3. Menyiapkan format/pendokumentasian keperawatan


4. Melaksanakan pendokumentasian bersama dengan perawat

ruangan.

e. Kriteria Evaluasi:

1. Struktur

a) Menentukan penanggung jawab kegiatan.

b) Mendiskusikan format pengkajian dan pendokumentasian

sesuai dengan kasus di ruang Pandan 1.

c) Menyiapkan format pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencaan, pelaksanaan dan evaluasi

d) Menyiapkan format pendokumentasian keperawatan.

2. Proses

a) Penggunaan standar terminologi (pengkajian, Diagnosa,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi).

b) Data angy relevan dan bermanfaat dikumpulkan kemudian

dicatat sesuai prosedur dalam catatan yang permanen

c) Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan klasifikasi dan

analisa data yang akurat.

d) Rencana tindakan keperawatan dirulis dan dicatat sebagai

bagian dari catatan yang permanen

e) Observasi dicatat secara akurat, lengkap dan sesuai dengan

waktu

f) Evaluasi dicatat sesuai dengan urutan waktu meliputi selama

dirawat, dirujuk, pulang ataupu perubahan status klien,

respon klien terhadap tindakan.


g) Rencana tindakan yang direvisi, berdasarkan hasil yang

diharapkan klien.

3. Hasil

Mahasiswa mampu menerapkan pendokumentasian secara baik

dan benar.

3.2.5 SUPERVISI DELEGASI KEPERAWATAN

a. Penanggung jawab : Ervika Yulya N, S.Kep

b. Pengorganisasian

Karu : Aak Adang S, S. Kep

PP 1 : Jenifer Elsa T, S.Kep

PP 2 : Lutfi Apriliani, S.Kep

PA : Devi Fatma, S.Kep

Diah Oktaviani,S.Kep

Eva Setiani, S.kep

Fuji Istiqomah ,S.Kep

Isna Ahadyah, S.Kep

M. Arif, S.Kep

Novita Rahayuningtyas, S.Kep

Rentika Perwiditasari, S.Kep

Resti Vikalasari, S.Kep

Rio Dwi Prasnawo, S.Kep

c. Tujuan
Tujuan Umum

Mampu mengaplikasikan supervisi dalam lingkup tanggung jawab

sebagai supervisor keperawatan, terutama dalam melakukan

supervisi terhadap Perawat Primer dalam melakukan tindakan

asuhan keperawatan.

Tujuan Khusus

1. Mampu menyusun, melaksanakan atau menetapkan tujuan

supervisi.

2. Mampu mempersiapkan instrumen tindakan keperawatan.

3. Mampu menilai kinerja perawat dalam melaksanakan tindakan

keperawatan.

4. Mampu memberikan masukan terhadap staf.

5. Mampu memberikan follow-up terhadap hasil supervisi terhadap

staf

6. Mampu melaksanakan dokumentasi hasil supervisi.

d. Waktu : Kamis, 25 Juni 2020

e. Target

1. Supervisi dilakukan secara terorganisir dan rutin dalam kurun

waktu tertentu.

2. Supervisi dinyatakan melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas

dan

standard.

3. Supervisi terdokumentasikan dengan baik dan benar.

f. Rencana Kegiatan:
1. Membuat konsep supervisi keperawatan

2. Menentukan materi supervisi keperawatan

3. Membuat format, alat ukur atau instrument supervisi

4. Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama perawat

ruangan.

5. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.

g. Kriteria Evaluasi:

1. Struktur:

1) Menentukan penanggungjawab supervisi keperawatan.

2) Menyusun konsep supervisi keperawatan.

3) Menentukan materi supervisi.

2. Proses:

1) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama perawat

ruangan dan supervisor.

2) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi

keperawatan.

3. Hasil:

1) Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal.

2) Supervisor mengevaluasi hasil supervisi.

3) Supervisor memberikan reward/feed back pada PP dan PA.

Secara teori, supervisi keperawatan adalah salah satu fungsi pokok

manager berupa proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan

perawat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya untuk pencapaian tujuan,


meliputi: 1) Langkah-langkah supervisi, 2) Prinsip supervisi, 3) Peran

dan fungsi supervisi, 4) Tugas supervisi, dan 5) Teknik supervisi.

1. Langkah-langkah Supervisi:

A. Pra supervisi

a) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.

b) Supervisor menetapkan tujuan supervisi.

B. Supervisi

a) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau

instrumen yang telah disediakan

b) Supervisor mendapatkan hal-hal yang perlu dilakukan

pembinaan dan klarifikasi permasalahan

c) Supervisor memanggil PP dan PA yang perlu dilakukan

pembinaan

d) Supervisor mengklasifikasi permasalahan yang ada.

e) Supervisor memberikan masukan kepada PP dan PA.

C. Evaluasi

a) Supervisor memberikan penilaian supervisi (Fair)

b) Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil

laporan supervisi)

c) Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan

2. Prinsip Supervisi

a. Supervisi dilakukan sesuai struktur

organisasi
b. Supervisi memerlukan pengetahuan dan

ketrampilan dasar manajemen, kemampuan menerapkan prinsip

manajemen dan kepemimpinan

c. Fungsi Supervisi diuraikan dengan jelas,

terorganisir dan sesuai standart

d. Supervisi merupakan proses kerjasama yang

demokrasi antara supervisor dan perawat pelaksana

e. Supervisi menerapkan visi, misi, falsafah,

tujuan dan rencana yang spesifik

f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi

efektif, kreativitas dan motivasi

g. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil

guna dan berdaya guna dalam pelayanan keperawatan yang

memberi kepuasan klien, perawat dan manajer.

3. Fungsi dan peran supervisor

Fungsi dan peran supervisor khususnya dalam supervisi keperawatan

mempertahankan keseimbangan manajemen pelayanan keperawatan,

manajemen sumber daya, dan manajemen anggaran yang tersedia.

Manajemen pelayanan keperawatan meliputi: mendukung pelayanan

keperawatan, rencana program keperawatan, implementasi dan

evaluasi keperawatan.

4. Tugas Supervisor

a. Mempertahankan standart praktek keperawatan.

b. Menilai kualitas asuhan keperawatan yang diberikan.


c. Mengembangkan peraturan dan prosedur pelayanan

keperawatan

bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.

d. Memantapkan kemampuan perawat.

e. Memastikan asuhan keperawatan profesional dilaksanakan.

5. Teknik Supervisi

a. Secara Langsung

Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang

berjalan.Supervisor terlibat dalam kegiatan, memberikan reward

dan perbaikan.

Prosesnya :

a) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan

keperawatan didampingi supervisor

b) Selama proses, supervisor memberi dukungan, reinforcement

dan petunjuk

c) Supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi setelah

kegiatan selesai, yang bertujuan untuk menguatkan cara yang

telah sesuai dan memperbaiki kekurangan dan reinforcement

positif dari supervisor.

b. Secara Tidak Langsung

Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis maupun maupun lisan.

Supervisor tidak terlibat atau melihat langsung apa yang terjadi di

lapangan, sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan

balik dapat diberikan secara tertulis


6. Alur Supervisi
Ka. Bidang
Perawatan
Pra
Kasi
Perawatan

Ka Per
IRNA
Menetapkan kegiatan dan Ka Ru
tujuan serta instrument / alat
ukur Supervisi

Menilai kinerja Perawat:


PP 1 PP 2 Pelaksanaan
Responsibility-
Accountability-Authority
(R-A-A)
PA PA
Fair (penyampaian Pasca
penilaian)
Feedback Kualitas Pelayanan Meningkat
Keterangan
Follow Up : Kegiatan supervisi

Delegasi dan Supervisi

Bagan 3.4 Mekanisme Alur Supervisi

Tabel 3.1 Daftar Mahasiswa Manajemen yang di Supervisi

No Nama
1. Isna Ahadyah, S.Kep
2. Novita Rahayuningtyas, S.Kep
3. Resti Vikalasari, S.Kep
4. Eva Setiani, S. Kep
5. M. Arif, S.Kep
6. Jenifer Elsa T, S.Kep
7. Diah Oktaviani, S.Kep
8. Aak Adang, S.Kep
9. Lutfi Apriliani, S.Kep
10. Rio Dwi Prasnawo, S.Kep
11. Ervika Yulya N, S.Kep
12. Devi Fatma, S.Kep
13. Rentika Perwiditasari, S.Kep
14. Fuji Istiqomah, S.Kep
3.2.6 TIMBANG TERIMA KEPERAWATAN

a. Penanggung Jawab : Rio Dwi Prasnawo,

S.Kep

b. Pengorganisasian :

Karu : Devi Fatma, S. Kep

PP 1 : M. Arif, S. Kep

PP 2 : Fuji Istiqomah, S. Kep

PA : Diah Oktaviani, S.Kep

Aak Adang S, S.Kep

Ervika Yulya N, S.Kep

Lutfi Apriliani, S.Kep

Novita Rahayuningtyas, S.Kep

Rentika Perwiditasari, S.Kep

Resti Vikalasari, S.Kep

Isna Ahadyah, S.Kep

Yoseb Petrus, S.Kep

Zulham Efendi, S.Kep

c. Tujuan

Tujuan umum

Menjaga kesinambungan informasi keadaan klien kepada setiap

shift.

Tujuan Khusus

1. Menyampaikan kondisi dan keadaan penderita (data fokus).


2. Menyampaikan hal-hal yang sudah/ belum dilakukan dalam

askep pada penderita.

3. Menyampaikan hal-hal yang penting yang harus ditindak

lanjuti oleh dinas berikutnya.

4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

d. Waktu : Kamis, 25 Juni 2020

e. Target

Timbang terima dapat berjalan lebih optimal dengan perbaikan

format content yang disampaikan serta mempertahankan alur dan

proses timbang terima yang telah baik dalam pelaksanaannya.

f. Program Kerja

1. Rencana strategi:

a) Menentukan penanggung jawab timbang terima

b) Menyusun format timbang terima serta petunjuk teknis

pengisiannya

c) Menyiapkan kasus kelolaan yang akn digunakan untuk

timbang terima

d) Menentukan jadwal pelaksanaan timbang terima

e) Timbang terima dapat dilakukan secara lisan atau tertulis

f) Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala

ruangan dan staf keperawatan

g) Dilaksanakan pada setiap pergantian shift

h) Dipimpin oleh perawat primer sebagai penanggung jawab

shift
i) Diikuti perawat, mahasiswa yang berdinas atau akan berdinas

j) Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum

k) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat sistematis

atau menggambarkan kondisi saat ini dengan tetap menjaga

kerahasiaan klien

l) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan

keperawatan, rencana keperawatan, tindakan dan

perkembangan kesehatan klien

m) Mendokumentasikan hasil timbang terima klien

2. Kriteria Evaluasi

A. Struktur :

a) Menentukan penanggungjawab timbang terima.

b) Menyusun teknik timbang terima bersama-sama dengan

staf keperawatan.

c) Menentukan materi timbang terima.

d) Status klien disiapkan.

e) Persiapan buku laporan dan buku pesanan khusus.

B. Proses :

a) Melaksanakan timbang terima bersama dengan Karu

dan staf keperawatan pada pergantian shift.

b) Timbang terima dipimpin oleh Perawat Primer sebagai

penanggung jawab shift.

c) Timbang terima diikuti oleh perawat, mahasiswa yang

berdinas atau akan berdinas


d) Timbang terima dilaksanakan di Nurse station paling

lama 15 menit dan 3 menit di setiap klien dengan

keadaan istimewa

C. Hasil

a) Perawat mampu melaporkan timbang terima yang berisi

(identitas, diagnosa medis, masalah keperawatan,

intervensi yang sudah dan belum dilaksanakan,

intervensi kolaboratif, rencana umum klien).

b) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara

paripurna.

c) Dapat meningktakan kemampuan komunikasi antar

perawat.Menjalin hubungan kerja sama yang

bertanggung jawab antar perawat.

d) Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan

berkesinambungan.

Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan

laporan yang berkenaan dengan keadaan klien.

1. Metode Pelaporan

a. Perawat yang bertanggung jawab terhadap klien melaporkan

langsung kepada perawat penanggung jawab berikutnya dengan

membawa laporan timbang terima

b. Pelaksanaan timbang terima dapat dilakukan di ruang perawat,

kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi klien satu-persatu


terutama pada klien-klien yang memiliki masalah khusus serta

memerlukan observasi lebih lanjut.

2. Mekanisme timbang terima

KLIEN

DIAGNOSA MEDIS DIAGNOSA


MASALAH KEPERAWATAN
KOLABORATIF

RENCANA
TINDAKAN

YANG TELAH YANG AKAN


DILAKUKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN
KEADAAN KLIEN

MASALAH TERATASI SELURUHNYA,


SEBAGIAN, BELUM TERATASI DAN
TERDAPAT MASALAH BARU

Bagan 3.5 Mekanisme Timbang Terima


3. Prosedur Pelaksanaan

a. Kedua kelompok siap.

b. Prinsip timbang terima : tidak semua klien

dilakukan timbang terima, khusus pada klien yang memiliki

permasalahan yang belum teratasi serta yang membutuhkan observasi

lebih lanjut.

c. Perawat yang melaksanakan timbang terima

mengkaji secara penuh terhadap masalah, kebutuhan dan tindakan yang

telah dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa

perawatan.

d. Hal-hal yang sifatnya khusus diserahterimakan

kepada perawat berikutnya.

e. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang

terima adalah :

1) Identitas klien dan diagnosis medis

2) Data (keluhan obyektif dan subyektif)

3) Masalah keperawatan yang masih muncul

4) Intervensi keperawatan yang sudah dilakukan

5) Intervensi keperawatan yang belum/akan dilakukan

6) Intervensi kolaboratif

7) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan

klarifikasi, Tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal

yang telah ditimbangterimakan atau terhadap hal-hal yang kurang

jelas
8) Mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat, dan padat

9) Lama timbang terima untuk tiap klien tidak lebih dari 3 menit,

kecuali dalam kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang

rumit.

3.2.7 RONDE KEPERAWATAN

a. Penanggung jawab : Diah Oktaviani, S.Kep

b. Pengorganisasian

Karu : Novita Rahayuningtyas, S. Kep

PP 1 : Yoseb Petrus, S. Kep

PP 2 : Rio Dwi P, S. Kep

PA : Aak Adang S, S.Kep

Devi Fatma, S.Kep

Eva Setiani, S.Kep

Ervika Yulya N, S.Kep

Fuji Istiqomah, S.Kep

Isna Ahadyah, S.Kep

Jenifer Elsa T, S.Kep

M. Arif, S.Kep

Rentika Perwiditasari, S.Kep

Zulham Efendi, S.Kep

c. Tujuan

Tujuan Umum:

Menyelesaikan masalah-masalah klien yang belum teratasi.


Tujuan Khusus:

1) Menjustifikasi masalah yang belum teratasi.

2) Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer lain.

d. Waktu : Selasa, 30 Juni 2020

e. Target

Ronde keperawatan dapat berjalan sesuai dengan alur dan syarat

dilaksanakannya ronde serta dapat terlaksana berkala.

f. Program Kerja

1) Rencana Strategi

a. Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan.

b. Menentukan klien yang akan dijadikan subyek dalam ronde

keperawatan.

c. Menyusun proposal kegiatan ronde keperawatan (strategi dan

materi).

d. Menentukan strategi ronde keperawatan yang akan dilakukan.

e. Menentukan materi dalam pelaksanaan ronde keperawatan.

f. Menyiapkan petunjuk teknis pelaksanaan ronde keperawatan.

g. Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama kepala ruangan

dan staf keperawatan.

2) Kriteria Evaluasi

1. Struktur

a) Menetukan penanggung jawab ronde keperawatan.

b) Menetapkan kasus yang akan di rondekan.

c) Membuat proposal kegiatan.


d) Memberikan informed consent kepada klien dan keluarga.

2. Proses

a) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama Kepala

ruangan dan staf keperawatan.

b) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini

penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan

intervensi yang telah dilaksanakan tetapi belum mampu

mengatasi masalah klien.

c) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.

d) Pemberian masukan solusi tindakan yang lain yang mampu

mengatasi masalah klien tersebut.

3. Hasil

a) Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk

menyelesaikan masalah klien.

b) Hasil diskusi yang disampaikan dapat ditindak lanjuti dan

dilaksanakan.

Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah

keperawatan klien yang dilaksanakan disamping klien, membahas dan

melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh

perawat primer, kepala ruangan, perawat associate serta melibatkan seluruh

anggota tim.

1. Karakteristik antara lain:

a. Klien dilibatkan secara langsung

b. Klien merupakan fokus kegiatan


c. PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama

d. Konselor memfasilitasi kreativitas

e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam

meningkatkan kemampuan mengatasi masalah

2. Kriteria klien dilakukannya

ronde keperawatan

a. Mempunyai masalah

keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan

tindakan keperawatan.

b. Klien dengan kasus

baru atau langka Klien dengan kasus baru atau langka


3.Alur pelaksanaan ronde keperawatan
Tahap Pra PP

Penetapan
Klien

Persiapan Klien:
- Informed consent
- Hasil Pengkajian/Validasi data

- Apa diagnosa keperawatan ?


- Apa data yang mendukung ?
Tahap Pengajuan - Bagaimana intervensi yang
Pelaksanaan di Masalah sudah dilakukan ?
Nurse Station
- Apa hambatan yang ditemukan ?

Validasi Data

Tahap
Pelaksanaan di Diskusi PP – PP,
Kamar Klien Konselor, KARU

Lanjutan Diskusi di
Nurse Station

PascaRonde Kesimpulan dan


Rekomendasi

Bagan 3.6 Mekanisme Ronde Keperawatan


Keterangan:

1. Pra Ronde

1. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan

masalah yang langka)

2. Menentukan tim ronde

3. Mencari sumber atau leteratur

4. Membuat proposal

5. Mempersiapkan klien: informed consent dan pengkajian

6. Planning diskusi kediatan ronde keperawatan (Apa diagnosis

keperawatan, data apa yang mendukung, Bagaimana intervensi yang

sudah dilakukan, dan apa hambatan yang ditemukan selama

perawatan).

2. Pelaksanaan Ronde

1. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer yang difokuskan pada

masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan

dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu

didiskusikan.

2. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.

3. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala

ruangan tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan

dilakukan.
3. Pasca Ronde

1. Evaluasi, revisi, dan perbaikan

2. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan

diagnosis, intervensi keperawatan selanjutnya.

3.2.8 SENTRALISASI OBAT

a. Penanggung jawab : Aak Adang, S.Kep

b. Pengorganisasian :

KARU : Diah Oktaviani, S.Kep

PP 1 : Ervika Yulya N, S. Kep

PP 2 : Rentika Perwiditasari, S.Kep

PA : Devi Fatma S, S.Kep

Eva Setiani, S.Kep

Jenifer Elsa T, S.Kep

Lutfi Apriliani, S.Kep

M.Arif, S.Kep

Novita Rahayuningtyas, S.Kep

Resti Vikalasari, S.Kep

Rio Dwi P, S.Kep

Yoseb Petrus, S.Kep

Zulham Efendi, S.Kep

c. Tujuan

Tujuan Umum
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat

dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.

Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat primer dan

perawat associate dalam penerapan prinsip 8 T + 1 W (tepat klien,

tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara pemberian, tepat

dokumentasi, tepat kadaluarsa, tepat informasi dan waspada efek

samping obat).

2. Mampu mengelola obat klien : pemberian obat secara tepat dan

benar sesuai dengan prinsip 8 T + 1 W (tepat klien, tepat obat,

tepat dosis, tepat waktu, tepat cara pemberian, tepat dokumentasi,

tepat kadaluarsa, tepat informasi dan waspada efek samping obat).

3. Meningkatkan kepatuhan klien terhadap program terapi.

4. Meningkatkan kepuasan klien dan keluarga terhadap perawat

dalam pengelolaan sentralisasi obat.

d. Waktu : Selasa, 30 Juni 2020

e. Target

1. Seluruh obat klien sudah tersentralisasi dengan baik.

2. Dokumentasi sentralisasi obat dapat terlaksana dengan optimal.

f. Program Kerja

a) Rencana strategi:

1. Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat.

2. Menyusun proposal sentralisasi obat.


3. Melaksanakan sentralisasi obat klien bekerja sama dengan

perawat, dokter dan bagian farmasi.

4. Mendokumentasikan hasil pelaksanaaan pengelolaan sentralisasi

obat. Melaksanakan sentralisasi obat klien bekerja sama dengan

perawat, dokter dan bagian farmasi.

5. Mendokumentasikan hasil pelaksanaaan pengelolaan sentralisasi

obat.

b) Kriteria Evaluasi:

1. Struktur:

a) Menentukan penanggungjawab sentralisasi obat.

b) Menyiapkan format sentralisasi obat

2. Proses :

a) Melaksanakan sentralisasi obat klien bersama-sama dengan

perawat, dokter dan bagian farmasi.

b) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengeloalaan

sentralisasi obat.

3. Hasil :

a) Klien menerima sistem sentralisasi obat.

b) Perawat mampu mengelola obat klien.

c) Mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian obat

meningkat.

d) Dapat bertanggungjawab dan bertanggung gugat baik secara

hukum maupun secara moral.

e) Pengelolaan obat efektif dan efisien.


Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat yang akan

diberikan kepada klien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat

(Nursalam, 2002).

1. Tujuan pengelolaan obat

a. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu klien

b. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat

standar yang lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki

efektivitas dan keamanan yang sama

c. Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk

mencoba”

d. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan

e. Memberikan obat kepada klien yang tidak mempercayainya, dan

yang akan membuang atau lupa meminum obat

f. Memesan obat lebih dari yang dibutuhkan, sehingga banyak yang

tersisa sesudah batas kadaluarsa

g. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi

tidak efektif

h. Meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya atau

panas

i. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak

pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Mc

Mahon, 1999).

2. Teknik Pengelolaan Sentralisasi Obat

Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.


1) Penanggungjawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang

secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunnjuk

2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan

obat

3) Penerimaan obat:

a. Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat

yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat

dengan menerima lembar terima obat

b. Perawat menuliskan nama klien, nomor register, jenis obat,

jumlah dan sediaan dalam kartu kontrol, dan diketahui

(ditandatangani) oleh keluarga tau klien dalam buku masuk obat.

Keluarga atau klien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan

atau bilamana obat tersebut akan habis serta penjelasan tentang

8T – 1W (tepat klien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat

cara pemberian, tepat dokumentasi, tepat kadaluarsa, tepat

informasi dan waspada efek samping obat).

c. Klien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang

harus diminum beserta kartu sediaan obat.

d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat

dalam kotak obat (Nursalam, 2002)

4) Pembagian obat

a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku

daftar pemberian obat


b. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh

perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku

daftar pemberian obat; dengan terlebih dahulu dicocokkan

dengan terapi yang diinstruksikan dokter dan kartu obat yang ada

pada klien

c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,

kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan

tempat/wadah obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi.

Pantau efek samping pada klien

d. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh

kepala ruang atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan

dalam buku masuk obat.

Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada

keluarga dan kemudian dimintakan resep (jika masih perlu

dilanjutkan) kepada dokter penanggungjawab klien (Nurasalam,

2002).

5) Penambahan obat baru

a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau

perubanah alur pemberian obat, maka informasi ini akan

dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan

perubahan dalam kartu sediaan obat

b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja),

maka dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan


selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan kartu

khusus obat (Nurasalam, 2002).

6) Obat khusus

a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang

cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit,

memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan

dalam waktu tertentu saja

b. Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus

obat, dilaksanakan oleh perawat primer

c. Informasi yang diberikan kepada keluarga atau klien; nama obat,

kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping,

penanggungjawab pemberiann dan wadah obat sebaiknya

diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian.

Usahakan terdapat saksi keluarga saat pemberian obat

(Nurasalam, 2002).

3.Alur pelaksanaan sentralisasi obat

DOKTER

PENDEKATAN PERAWAT

KELUARGA/ KLIEN

FARMASI/APOTIK

PERAWAT (PP/PA)

Surat persetujuan
PP/PERAWAT YANG Lembar serah terima obat
MENERIMA Pencatatan obat klien
Menunjukkan tempat
PENGATURAN / PENGELOLAAN penyimpanan obat
OLEH PERAWAT
Bagan 3.7 Mekanisme Sentralisasi Obat

3.2.9 PKRS

a. Penanggung jawab : Zulham Efendi, S.Kep

b. Tujuan :

Setelah dilakukan Praktik manajemen Keperawatan, diharapakan semua

perawat di Ruang Dahlia dan mahasiswa P3N mampu meningkatakan

kognitif, afektif dan psikomotor keluarga klien dengan pemberian PKRS

c. Waktu : Selasa, 30 Juni 2020

d. Rencana Strategi:

1. Menentukan penanggung jawab penerimaan klien baru.

2. Menentukan klien yang akan dijadikan subjek penerimaan klien

baru.

3. Menentukan jadwal pelaksanaan penerimaan klien baru.

4. Melaksanakan penerimaan klien baru.

e. Kriteria Evaluasi:
1. Evakuasi Struktur

a. Undanga penyuluhan diberikan 1 hari sebelum acara dilakukan.

b. Pembuatan SAP, leaflet dan flipchart maksimal 2 hari sebelum

acara.

c. Peserta berada ditempat yang ditentukan pada minggu ke II

Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan

sebelum dan saat penyuluhan dilaksanakan.

2. Kriteria Proses

a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

b. Peserta mendengarkan dan memperhatika penyuluhan

c. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana

d. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description


Plan of Action (POA)

No. Problem Data Tujuan Rencana Kegiatan

1. M3- Method 1) Jadwal supervisi dari Supervisi dilakukan secara 1) Mengikutsertakan


karu sudah ada tetapi struktur dan optimal, perawat ruangan dala
Supervisi
dalam pelaksanaannya teknis ataupun operasional kegiatan supervisi
Delegasi
masih belum optimal 2) Melaksanakan superv
2) Jadwal supervisi dari keperawatan sesuia
bidang keperawatn dengan SOP yang be
dilakukan secara 3) Mengevalusi hasil
inspeksi pelaksanaan supervis
3) Tersedianya format keperawatan sesuia
supervisi yang baku dengan 3F (Fail,
diruangan sesuai Feedback, Follow up
standart keperawatan 4) Mendokumentasikan
untuk setiap tindakan pelaksanaan supervis
keperawatan

2. M3- Method 1) Keseluruhan (100%) Ronde keperawatan 1) Pelaksanan ronde


perawat tidak dilaksanakan sesuai keperawatan dilakuk
Ronde
melakukan ronde dengan alur ronde dengan teknik DRK a
Keperawatan
keperawatan namun keperawatan diskusi refleksi kasus
mengganti dengan 2) Koordinasi dengan ca
program pelaksanaan manajer untuk
Diskusi Refleksi menentukan kasus ro
Kasus (DRK) keperawatan
2) Pelaksanaan ronde 3) Perencanaan
keperawatan dilaksanakan ronde p
terkendala oleh waktu saat mahasiswa prakt
pelaksanaan dan
kasus yang akan
digunakan ronde

22
3. M3-Methode 1) Terdapat beberapa Dokumentasi perawatan 1) Menyusun SOP dan
dokumen pasien yang dilakukan secara benar dan SAK dan cek list
Dokumentasi
belum terisi secara lengkap 2) Mahasiswa jaga tiap
Keperawatan
lengkap. shift harus selalu
2) 10% perawat tidak mengecek kelengkap
mendokumentasikan dokumentasi
secara sempurna.
4. M3- Method 1) Jumlah tenaga 1) Mahasiswa mampu 1) Melakukan
perawat masih kurang memahami MAKP di penghitungan beban
MAKP
dibanding dengan ruang Pandan 1 kerja sesuai tingkat
beban kerja perawat 2) Diharapkan setelah ketergantungan pasie
di ruangan dilakukan praktek ruang pandan 1
2) Sebagian perawat manajemen 2) Mendiskusikan bentu
belum mengikuti keperawatan dan penerapan MAK
pelatihan MAKP mahasiswa mampu Primer
3) Model MAKP yang melakukan MAKP 3) Merencanakan
digunakan di ruang Primer Nursing di kebutuhan tenaga
Pandan I model Ruang Pandan I dari perawat
asuhan keperawatan tanggal 22 – 30 Juni 4) Mendiskripsikan tuga
profesional modular berjalan secara optimal dan tanggungjawab
karena disesuaikan perawat
dengan jumlah tenaga 5) Melakukan pembagia
perawat yang ada jadwal serta pembagi
diruangan dan tenaga perawat
terdapat job 6) Menerapkan model
description yang jelas MAKP Primer yang
4) Mahasiswa praktek direncanakan
mencoba menerapkan
model asuhan
keperawatan primary
nursing untuk
kebutuhan
pembelajaran
5. M3 – Method Pendokumentasian belum Diharapkan mahasiswa 1) Memberikan penjelas
maksimal karena mampu memahami dan kepada keluarga tenta
Sentralisasi
pendokumentasian melakukan sentralisai obat
Obat
dilakukan langsung RPO pendokumentasian yang 2) Mengevaluasi proses
(Resep Pemberian Obat) sistematis terkait dengan pelaksanaan
pelaksanaan sentralisasi pendokumentasian
obat di ruang Pandan 1 sentralisasi obat
3) Bekerjasama dengan
depo farmasi ruangan
dalam sentralisai oba

Anda mungkin juga menyukai