Oleh :
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul “Desiminasi Awal Manajemen Keperawatan di Ruang Amelia RS Graha
Medika Gambiran-Banyuwangi Tahun 2022” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa
dari mata kuliah Manajemen Keperawatan di Kampus STIKES BANYUWANGI Program
Profesi Ners. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Fany Anitarini, M.Kep selaku dosen mata kuliah Manajemen Keperawatan yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini.
2. Ns. Reni Mandasari, S.Kep selaku Kepala Ruangan Amelia RS Graha Medika
3. Semua perawat di Ruangan Amelia RS Graha Medika yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini
4. Para Klien di Ruang Amelia RS Graha Medika
5. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan baik berupa moril maupun materil
6. Semua teman –teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini
dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa, masyarakat
serta pembaca.
1
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Tujuan 6
1.2.1 Tujuan Umum 6
1.2.2 Tujuan Khusus 6
1.3 Manfaat 7
BAB 2 TINJAUAN TEORI 8
2.1 Konsep Rumah Sakit 8
2.2 Konsep Menejemen Keperawatan 10
2.3 MAKP 16
2.3.1 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dalam Perubahan MAKP 16
2.3.2 Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) 18
2.4 Timbang Terima 27
2.4.1 Tujuan 28
2.4.2 Metode Pelaporan 28
2.4.3 Manfaat Timbang Terima 28
2.4.4 Prosedur Timbang Terima 28
2.4.5 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Timbang Terima 29
2.4.6 Alur Timbang – Terima 30
2.5 Ronde Keperawatan 30
2.5.1 Tujuan 31
2.5.2 Manfaat 31
2.5.3 Kriteria Pasien 31
2.5.4 Metode 31
2.5.5 Alat bantu 32
2.5.6 Langkah-Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan 32
2.5.7 Peran masing-masing anggota tim33
2.5.8 Kriteria Evaluasi 33
2.6 Sentralisasi Obat 34
2.6.1 Pengertian 34
2.6.2 Tujuan Pengelolaan Obat 34
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi pasien
Tercapainya kepuasan pasien terkait dengan patient safety yang optimal
meliputi identifikasi pasien, komunikasi yang efektif, ketepatan dalam pemberian
obat, ketepatan lokasi operasi, penurunan resiko infeksi nosokomial dan penurunan
resiko jatuh pasien selama dilakukan perawatan.
1.3.2 Bagi rumah sakit
Dapat menerapkan model asuhan keperawatan profesional yang mencakup
timbang terima, ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi keperawatan,
discharge planning, dan dokumentasi keperawatan.
1.3.3 Bagi perawat
1. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
2. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
3. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
4. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
8
9
dn ginekologi, mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah,
kulit dan kelamin, jiwa, paru, onthopedi dan gigi mulut.
B. Rumah Sakit tipe B
Rumah sakit tipe B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas. Rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar
yaitu: pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetric dan ginekologi. 4
spesialis penunjang medik: pelayanan anastesiologi, radiologi, rehabilitasi medik dan
patologi klinik. Dan sekurang-kurangnya 8 dari 13 pelayanan spesialin lain yaitu:
mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan
kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedic, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan
kedokteran forensik: mata, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,
kedokteran jiwa, paru, urologi dan kedokteran forensic. Pelayanan medik subspesialis
2 dari 4 subspesialis dasar yang meliputi: bedah, penyakit dalam, kesehatan anak,
obstetric dan ginekologi.
Agar mencapai hasil yang baik, ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh
orangorang yang memimpin dalam tiap level manajerial tersebut. Faktor-faktor
tersebut adalah : kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan
kepemimpinan, kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin, dan
kemampuan melaksanakan fungsi manajemen.
9. Di setiap ruangan perawatan harus disediakan kamar mandi. Kamar mandi ini
mengikuti persyaratan kamar mandi aksesibilitas.
10. Untuk kelompok ruangan penyakit menular harus dipisahkan dengan
penyakit tidak menular baik akses, alur maupun ruangannya.
11. Untuk ruangan yang menangani pasien penyakit menular melalui udara
(airborne), pertukaran udara minimal 12 kali per jam.
2.3 MAKP
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan,
dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan
akan menentukan kualitas produksi/ jas pelayanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu pengambil keputusan yang independen, maka
tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan
dapat terwujud (Nursalam, 2016).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian
asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek
struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan
derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi
hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang
dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan
(Nursalam, 2016).
Kepala ruang
Pasien/Klien
Kelebihannya:
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang baik.
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman.
Kekurangan:
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja (Nursalam, 2016).
2. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
21
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional,
teknikal dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Kepala ruang
Ketua tim
Ketua tim Ketua tim
Anggota
Anggota Anggota
Pasien/klien
Pasien/klien Pasien/klien
Kelebihannya:
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah di atasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahannya:
Komunikasi anggota tim terbentuk terutama dalam membentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu – waktu sibuk.
Konsep metode tim:
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
2. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4. Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
bila didukung oleh kepala ruangan.
Tanggung jawab anggota tim:
1. Memberi asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawab.
2. Kerja sama anggota tim dan antar tim.
3. Memberikan laporan.
Tanggung jawab ketua tim:
22
1. Membuat perencanaan.
2. Membuat penugasan, supevisi dan evaluasi.
3. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
ketergantungan pasien.
4. Mengembangkan kemampuan anggota.
5. Manyelenggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruangan
a. Perencanaan :
1. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing
2. Mengikuti serah terima pasien pada sift sebelumnya.
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat, transisi dan
persiapan pulang, bersama ketua tim.
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang di butuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/penjadwalan.
5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien.
7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing
penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan,
mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta memberikan
informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
8. Membantu pengembangan niat pendidikan dan latihan diri.
9. Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
10. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
b. Pengorganisasian :
1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
2. Merumuskan tujuan metode penugasan.
3. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
4. Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi dua ketua tim,
dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll.
6. Mengatur dan mengenalikan logistik ruangan.
7. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
23
3. MAKP Primer
24
PPI PPI
PA 1 PA 1
PA 2 PA 2
Pasien Pasien
3. MAKP Kasus
26
Kepala Ruang
Kepala Ruangan
PP 1 PP 2 PP 3 PP 4
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
2.4.1 Tujuan
2.4.1.1 Tujuan umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan
informasi yang penting.
28
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang
cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia
bagi klien. Suatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung di dekat klien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station (Nursalam, 2016).
Alur Timbang – Terima
SITUATION
Background
Riwayat Keperawatan
Assesment :
KU;TTV;GCS;Skala Nyeri;Skala
Risiko Jatuh; dan ROS (poin yang
penting)
Rekomendation :
2.5.1 Tujuan
2.5.1.1 Tujuan Umum:
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis dan
diskusi.
2.5.1.2 Tujuan Khusus:
1. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis.
2. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
4. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien.
5. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
6. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
7. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja(Nursalam, 2016).
2.5.2 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi.
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
3. Terciptanya komunitas keperatawan yang profesional.
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5. Perawat dalam melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar (Nursalam, 2016).
2.5.4 Metode
Diskusi
TAHAP PRA PP
Tahap Pra
RONDE
1. Penetapan Pasien
2. Persiapan Pasien
1) Informed Consent
2) Hasil
pengkajian/Validasi
data
1) Apa diagnosis keperwatan?
TAHAP 2) Apa data yang
PELAKSANAAN DI mendukung?
Tahap STATION
Pelaksanaan- 3. Penyajian masalah
NURSE 3) Bagaimana Intervensi yang
sudah dilakukan?
Di Nurse Station 4) Apa hambatan ditemukan?
di kamar pasien
PP, Konselor,
KARU
c. Perawat dapat:
1) Menimbulkan cara yang berpikir yang kritis.
2) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis.
3) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
7) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja (Nursalam, 2016).
Dokter
Koordinasi dengan
Perawat
PASIEN/ KELUARGA
PENGATURAN DAN
PENGELOLAAN OLEH PERAWAT
PASIEN/ KELUARGA
4. Implementasi
Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana
pengajaran referral.seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentsikan
pada catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge summary).intruksi tertulis
diberikan kepada klien.demontrasi ulang harus menjadi memuaska.klien dan
pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat
yang digunakan dirumah.
5. Cara Mengukur Discharge planning
Sebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah
dipersiapkan untuk pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-penjelasan
yang diperlukan, serta instruksi-instruksi yang harus dilakukan, serta apabila
pasien diantarkan pulang sampai ke mobil atau alat transportasi lainnya (The
Royal Marsden Hospital, 2004). Kesuksesan tindakan discharge planning
menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman
dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry &
Potter, 2006). Hal ini dapat dilihat dari kesiapan pasien untuk menghadapi
pemulangan, yang diukur dengan kuesioner.
6. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat
kerja proses discharge planning.perencanaan dan penyerahan harus diteliti
dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yag sesuai. Keberhasilan
program rencana pemulangan tergantung pada enam variable :
a. Derajat penyakit
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai pemulihan
Perencanaan pulang
Program HE
Penyelesaian 1. Kontrol dan obat/nersan Lain-lain
administrasi 2. Nurtrisi
3. Aktivitas dan istirahat
4. Perawatan diri
Monitor
(sebagai program service safety) oleh
keluarga dan petugas
2.8 Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang di supervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Huber, 2000:Nursalam,
42
PP 1 PP 2
Pembinaan (3-F)
Keterangan : Supervisi
d. Mendokumentasikan pelaksanaan
keperawatan
e. Mendokumentasikan evaluasi
keperawatan
2. Mendokumentasikan pengelolaan logistic dan obat
3. Mendokumentasikan HE (health sducation) melalui
kegiatan perencanaan pulang
4. Mendokumentasikan timbang terima (penggantian
shift jaga)
5. Mendokumentasikan kegiatan supervisi
6. Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus
melalui ronde keperawatan (Nursalam, 2016).
2.8.2 Manfaat
1. Sebagai alat komunikasi antarperawat dan dengan kesehatan lain
2. Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hukum
3. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
4. Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu keperawatan
5. Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan keperawatan
(Nursalam, 2016).
2.8.3 Pelaksanaan
Secara garis besar model pendokumentasian meliputi:
2.8.3.1 Pengkajian keperawatan
1. Pengumpulan data, kreteria – LLARB; (1) Legal ; (2) lengkap (3) akurat;
(4) relevan; dan (5) baru.
2. Pengelompokan data, kreteria:
a. Data biologis: hasil dari (1) observasi tanda – tanda vital dan
pemeriksaan fisik melalui IPPA – inpeksi, perkusi, palpasi, auskultasi;
(2) pemeriksaan diagnostik/penunjang laboratorium dan rontgen
b. Data psikologis, sosial, dan sepiritual melalui wawancara dan observasi
c. Format pengkajian data awal menggunakan model ROS ( review of
system ) yang meliputi data demografi pasien, riwayat keperawatan,
observasi, dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang/diagnostic Keterangan lengkap seperti pada lampiran
(Nursalam, 2016).
2.8.3.2 Diagnosis keperawatan
Kreteria:
1. Status kesehatan di bandingkan dengan norma untuk menentukan
kesenjangan
48
BAB 3
PENGKAJIAN
Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses manajemen keperawatan yang
meliputi data, analisis SWOT dan identifikasi masalah.
KEPALA RUANGAN
Ns. Dian Wahyudi, S.Kep Ns. Ns. Agung Widoyoko, S.Kep M. Agung Prakoso, Amd.
Ns. Nurul Maulidaturrohmah, Ns. Velinda Dewi. L., S.Kep Kep
S.Kep Ns. Iqbal Lathuf Patria, S.Kep Ns. Yunike Kindu W., S.Kep
Ns. Ari Arviana, S.Kep Ns. Ns. Suharditama, S.Kep
Fifi Lanna Fauziyah,S.Kep.Ns
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 15, 16, 17 Juli
2022 di Ruang Amelia didapatkan alur pasien masuk dari UGD dan Poli
menuju ke Ruang Amelia sebagai berikut
Pasien
UGD
RJ
MRS RJ
Farmasi
Masuk Ruangan
Amelia
Kasir
Perawatan
Pulang
Meninggal Acc KRS
Kasir Farmasi
Pulang Kasir
Pulang
56
Tabel 3.3 Peralatan dan Fasilitas ruang Amelia RS Graha Medika Banyuwangi
a. Tabel 2.3 Peralatan dan Fasilitas Ruang Amelia
NO. JENIS ALAT JUMLAH BAIK KURANG BAIK USULAN
1 Meja Tulis 1 -
3 Komputer 1 -
4 Kursi perawat 5 -
5 Meja komputer 1 -
6 Kursi Tamu/tunggu 10 -
7 Bed 18 -
8 Almari 2 -
9 Kipas 1 -
57
11 Ac 11 -
12 Tv 10 -
13 Kamar mandi pasien 11 -
15 Kamar mandi perawat 1 -
16 Alat Pemadam kebakaran 1 -
17 Lemari es 1 -
18 Telepone 2 -
19 Tempat linen kotor 2 -
21 Tiang infus 20 -
22 Monitor 2 -
23 Troli injeksi 2 -
Tensimeter, saturasi,
24 4 √ -
termometer
25 Oksigen transport 1 √ -
26 Suction 1 √ -
27 Ambu bag 1 √ -
28 Bak instrumen 1 √ -
29 Sepatu boat 1 √ -
30 Kursi roda 2 √ -
31 Gda stick 1 √ -
32 Syringe pump 1 √ -
33 Infus pump 1 √ -
34 UV 1 √ -
35 ECG 1 √ -
36 Heating set 1 √ -
37 Tempat sampah infeksius 2 √ -
38 Tempat sampah non infeksius 1 √ -
39 Tempat sampah vial 1 √ -
40 Tempat sampah infus 1 √ -
41 Wastafel pasien 11 √ -
42 Wastafel perawat 1 √ -
43 Korentang 1 √ -
3.2.4 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3-Methode)
1. Penerapan Sistem MAKP
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 15 s/d 17 Juli 2022 di Ruang Amelia
didapatkan metode asuhan keperawatan profesional yang digunakan yaitu metode
Fungsional. Metode ini menggunakan Fungsional Perawat melaksanakan tugas
(tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada. Metode ini digunakan
sebagai pilihan terbatasnya jumlah perawat atau ketenagaan, sehingga setiap perawat
hanya mampu menjalankan 1-2 jenis tindakan/intervensi kepada semua pasien yang
dirawat (Nursalam, 2015). Adapun dukungan petugas keperawatan, Karu dan CI
dalam praktik manajemen keperawatan oleh mahasiswa STIKES Program Profesi
Ners serta tingginya kemauan perawat untuk berubah keadaan yang lebih baik.
58
KARU
PA 1 PA 1 PA 1
g. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan syok sebaiknya dibicarakan di
nurse station.
3. Supervisi Ruang Keperawatan
Dalam meningkatkan pelayanan yang berkualitas sesuai misi di RS Graha
Medika Banyuwangi, maka dilakukan supervisi yang berkelanjutan terhadap berbagai
kinerja pegawai dalam melaksanakan aktivitasnya sebagi karyawan untuk melayani
pasien. Berdasarkan pengkajian yang kami lakukan di ruang Amelia RS Graha
Medika telah dilakukan supervisi terhadap penanggung jawab masing-masing namun
belum ada pendokumentasian secara tertulis.
4. Discharge Planning
Discharge planning merupakan suatu bentuk kegiatan MAKP agar klien dan
keluarga yang masuk di ruang Amelia RS Graha Medika yang sedang dalam
perawatan dan yang akan atau direncanakan pulang mengerti tentang perawatan
selama di ruang Amelia, sehingga keluarga dapat mengikuti semua proses
perawatannya dengan baik. Saat pengkajian kami menemukan bahwa ruang Amelia
telah menjalankan discharge planning secara optimal dan menyampaikan komponen
secara maksimal kepada pasien misalnya seperti kontrol, pengobatan, aturan diet atau
nutrisi, obat-obatan yang masih diminum, aktivitas dan istirahat, hal yang harus
dibawa pulang, dan menanyakan kembali pada pasien tentang materi yang telah
disampaikan.
Kegiatan ini sudah dilakukan oleh kepala ruangan dan seluruh anggotanya
secara lisan. Di ruangan sudah tersedia resume pasien pulang yang terdiri dari 2
resume yaitu resume medik yang diisi oleh dokter dan resume keperawatan yang diisi
oleh perawat/petugas dan surat kontrol yang terdapat dalam rekam medis pasien.
Sarana yang belum ada adalah leaflet untuk ruang Amelia RS Graha Medika.
5. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat di Ruang Amelia RS GRAHA MEDIKA pada saat ini resep
dari dokter dilengkapi oleh perawat, setelah itu diberikan ke apotik perawat Ruang
Amelia yang mengambil obat ke apotik jika sudah selesai kemudian perawat
melakukan pengecekan kembali. Namun untuk lembar serah terima obat belum ada.
6. Dokumentasi Keperawatan (Kepetugasan)
Berdasarkan hasil pengkajian di ruang Amelia didapatkan dokumentasi telah
terdapat format yang baku, semua perawat memahami pengisian format dokumentasi.
Evaluasi dokumentasi keperawatan dengan menggunakan SOAP.
7. Ronde Keperawatan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Ruang Amelia RS Graha
Medika bahwa pelaksanaan ronde keperawatan belum terlaksana secara optimal. Hal
ini dikarenakan belum terbentuknya tim dalam pelaksanaan ronde keperawatan, dan
60
belum terlaksana ronde keperawatan setiap bulan. Yang dilakukan diruangan hanya
sebatas studi kasus.
Penyebab : Ruangan selalu melaksanakan timbang terima ketika operan shif, dan
telah dilakukan langsung pada buku status rekam medik pasien dengan metode
SOAP & SBAR
3) Ronde Keperawatan
Masalah : belum pernah dilakukan ronde keperawatan
Penyebab :
masalah terselesaikan tepat waktu
Belum ada sosialisasi khusus terkait ronde keperawatan.
Belum terbentuk tim yang pasti dalam pelaksanaan ronde keperawatan.
Belum adanya format yang standar (alur dan mekanisme) untuk ronde
keperawatan .
4) Sentralisasi Obat
Masalah : Sentralisasi obat belum secara optimal.
Penyebab: Belum memiliki format kendali kontrol obat di setiap pasien.
5) Supervisi Keperawatan
Masalah : Supervisi belum terlaksana secara optimal
Penyebab: Supervisi belum ada pendokumentasian secara optimal
6) Discharge Planning
Masalah : Belum terlaksana secara optimal karena tidak adanya media.
Penyebab:-
Discharge Planning sudah dilakukan oleh kepala ruangan dan seluruh anggotanya
secara lisan. Di ruangan sudah tersedia resume pasien pulang. Sarana yang belum
ada adalah leaflet.
7) Dokumentasi
Masalah : Tidak ada masalah
Penyebab: -
Sudah terdapat format pendokumentasian yang baku di ruangan tersebut, perawat
sudah mengerti cara pengisian format dokumentasi tersebut dengan benar dan
tepat.
9) Mutu kepuasan pasien (M5)
Masalah : Tidak ada masalah
Penyebab :-
Tersedianya angket kepuasan pasien untuk meninjau kepuasan pasien terhadap
pelayanan perawat selama pasien dirawat diruang Amelia
1 Methode
4 Discharge Planning
5 Supervisi Keperawatan
BAB 4
PERENCANAAN
63
a. Membuat leaflet terkait Health Education tentang penyakit yang ada dan
terbanyak diruang Amelia.
65
B. Plan of Action
2 Ruangan belum a. Menentukan pasien dan kasus diagnosa Minggu ke 3 a. Adanya format dan dokumentasi
melakukan ronde penyakit yang akan dijadikan subyek untuk DRK
keperawatan secara DRK b. Perawat mampu mendiskusikan
optimal, yang b. Menentukan strategi DRK dalam suatu kasus penyakit pasien dengan
dilakukan diruang kelompok perawat yang tediri dari 5-8 orang perawat yang lain berdasarkan
Amelia adalah DRK perawat yang berperan sebagai fasilitator, pengalaman pribadi yang aktual,
(Diskusi Refleksi penyaji, dan lainnya sebagai peserta relevan, dan dapat di aplikasikan
Kasus) c. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan di ruangan
pengalaman klinis keperawatan yang masih c. DRK dapat dilakukan saat
relevan, aktual dan menarik dalam diruangan terdapat kasus yang
penanganan kasus pasien dan dapat di harus dipecahkan dengan diskusi
aplikasikan diruang Amelia yang dapat antar perawat sejawat
meningkatkan mutu pelayanan perawat
kepada pasien
d. Melakukan diskusi DRK yang terdiri 4 sesi
(pembukaan, penyajian, tanya jawab, dan
penutup)
e. Melakukan evaluasi kegiatan DRK membuat
rangkuman, mendokumentasikan dan
66
2 Supervisi Memasukkan kegiatan supervisi (membuat Minggu ke-3 a. Supervisi dilakukan sesuai dengan
Keperawatan jadwal) dalam rencana kegiatan bulanan di jadwal, minimal 1x dalam 1 bulan.
ruangan tersebut: b. Ada dokumentasi setiap kegiatan
a. Mengajukanproposal pelaksanaan alur supervisi
supervisi.
b. Melaksanakan supervisi bersama perawat
dan kepala ruangan.
c. Menentukan materi supervisi keperawatan.
d. Menyiapkan petunjuk teknis pelaksanaan
supervisi keperawatan.
e. Melaksanakan supervisi keperawatan
bersama-sama perawat ruangan.
f. Melakukan evaluasi dari kegiatan supervisi
yang telah dilakukan
g. Mendokumentasi kan hasil pelaksanaan
supervisi keperawatan.
3 Sentralisasi obat Membuat kartu kendali kontrol obat pasien untuk Minggu ke 3 Adanya format sentralisasi obat yang
belum optimal dilakukannya sentralisasi obat kepada pasien. terdokumentasikan
4 Discharge Planning Membuat leaflet terkait Health Education tentang Minggu ke 3 Adanya leaflet terkait Health
penyakit yang ada dan terbanyak diruang Amelia. Education tentang penyakit yang ada
diruangan
67
DAFTAR PUSTAKA
Company,Philapeldia.