Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TENTANG

SYSTEM MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP) DAN


APLIKASI MODEL MAKP

OLEH:

FRANSISKA EDITHA RIA (191111050)

LEA ALDONA VERONIKA FAMANI (191111058)

PRODI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah MANAJEMEN. Selain itu, makalah ini juga ditulis agar menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi kami.

Terimakasih kepada yang telah membantu dalam membimbing dan mengoreksi makalah
ini. Kami menyadari bahwa makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini agar
menjadi lebih baik.

Kupang, Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1

1.3 Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perubahan MAKP..................................... 3

2.2 Model Pengelolaan System MAKP............................................................................... 4

2.3 Model Asuhan Keperawatan Profesional...................................................................... 5

2.4 Prinsisp-Prinsip Manajemen Keperawatan.................................................................... 10

BAB III PENUTUP


Kesimpulan.......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan keperawatan merupakan peruses atau rangkaian kegiatan praktik keperawatan
langsung pada klien diberbagai tatanan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya
berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti praktik keperawatan.
Pelaksanaan peroses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah
satu wujud tanggung jawab perawat terhadap klien. Pada akhirnya, pelaksanaan proses
keperawatan ini akan mengingatkan kualitas layanan keperawatan pada klien. (Supinganto et
al., 2019)
MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni standar,
proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan system MAKP. definisi tersebut
berdasrkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menetukan kualitas produksi atau
jasa layanan keperawatan. jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu
pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan atau
keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud.
Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan suatu system baik itu struktur,
proses, maupun nilai-nilai yang berpotensi perawat professional memenejemen pemeberian
asuhan keperawatan salah satunya lingkungan untuk mendukung proses pemberian asuhan
keperawatan.
Proses keperawatan adalah suatu metode yangsistematis dan ilmiah yang digunakan
perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan
biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal melalui tahap pengkajian, identifikasi
diagnose keperawatan, penentuan rencana keperawatan. (Zulkarnain, 2022)
1.2 Rumusan masalah
1. Apa Sajakah Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dalam Perubahan MAKP?
2. Apa Saja Metode Pengelolahan System MAKP?
3. Bagaimanakah Modes Asuhan Keperaatan Profesional MAKP?
4. Apa Saja Prinsip Manajemen Keperawatan?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk menetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dalam Perubahan MAKP
2. Untuk menetahui Metode Pengelolahan System MAKP
3. Untuk menetahui Model Asuhan Keperaatan Profesional MAKP
4. Untuk menetahui Saja Prinsip Manajemen Keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perubahan MAKP


1. Kualitas pelayanan keperawatan Upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan,
selalu berhubungan dengan kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:
a. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen
b. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi
c. Mempertahankan eksistensi institusi
d. Meningkatkan kepuasan kerja
e. Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan
f. Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar. (Tage, 2022)
2. Standar Praktik Keperawatan
Standar praktik keperawatan di indonesia disusun oleh Persatuan Perawat Nasional
Indonesia dalam bentuk Standar Diagnosis Keperawatan, Standar Intervensi
Keperawatan, dan Standar Luaran Keperawatan. (Tage, 2022)
Menurut JCHO, standar praktik keperawatan yaitu :
1) Menghargai hak-hak pasien
2) Penerimaan sewaktu pasien MRS
3) Observasi keasaan pasien
4) Pemenuhan kebutuhan nutrisi
5) Asuhan pada tindakan non operatif dan administratif
6) Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur infasif
7) Pendidikan kepada pasien dan keluarga
8) Pemberian asuhan secara terus - menerus dan berkesinambungan.
3. Standar Praktik
Sebagai sebuah profesi dibidang kesehatan, maka kebijakan keperawatan dibawah
naungan kementerian kesehatan. Baru-baru ini Kemenkes baru saja mengeluarkan aturan
KMK NOMOR HK.01.07/MENKES/425/2020 tentang Standar Profesi Perawat. Aturan

3
ini disesuaikan dengan amanah UU No. 38/2014 tentang keperawatan dan aturan lainnya
yang terkait.
4. Standar Akreditasi Rumah Sakit
Saat ini standar akreditasi rumah sakit mengacu pada STANDAR AKREDITASI
Nasional Rumah Sakit Edisi 1. (Tage, 2022)

2.2 Metode Pengelolaan Sistem Pemberian MAKP


Langkah awal dalam keperawatan menuntut perawat setempat untuk mendata pengalaman
masa lalu pasien, pengetahuan pasien, perasaan dan harapan kesehatan dimasa mendatang
melalui pengkajian. (Zulkarnain, 2022)
1. Pengkajian
Pengkajian terdiri dari proses pengumpulan data-data, memvalidasi data yang telah
terkumpul, dan menginterprestasikan informasi mengenai pasien/klien tersebut.
2. Diagnosa keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian kemudian data-data diananlisis dan diambil keputusan hal
ini merupakan tahap diagnosis. Keputusan tersebut dapat dikatan sebagai diagnosis
(masalah kesehatan aktual/potensial) yang meliputi pengelompokkan analisis data dan
merumuskan diagnosis. Oleh karenanya perawat yang berwenang untuk mendiagnosis
harus memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang patofisiologi, daerah masalah
keperawatan , serta kemampuan untuk berpikir secara objektif dan kritis. Diagnosa
keperawatan yang sudah dirumuskan tercantum pada daftar masalah klien kemudian
ditandatangani oleh perawat yang berwernang terhadap klien tersebut.
3. Intervensi
Setelah melakukan diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan intervensi kepada
pasien dapat dibuat. Perawat dapat memilih tindakan khusus dari banyaknya tindakan
alternatif dari sumber-sumber yang tersedia seperti NANDA NIC NOC dalam jangka
waktu panjang maupun pendek untuk membantu klien/pasien mempertahankan
kesehatan yang optimal.
4. Implementasi

4
Perawat mengarahkan, membantu, mengkaji, dan memberikan pendidikan baik kepada
sejawat ataupun pasien dan termasuk juga dilakukan evaluasi pada respon sikap dan
pendidikan. Hal tersebut dikatan sebagai implementasi. Perawat yang professional harus
memakai semua metode manajemen. Salah satunya adalah pengawasan dan menolong
pegawai staf dalam pemberian asuhan keperawatan dengan baik. Perawat juga harus
mampu memakai sikap kepemimpinan untuk meyakinkan pasien menerima asuhan yang
diperlukan setiap saat sesuai cara yang dikehendaki. (Tage, 2022)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap yang kelima dalam proses asuhan keperawatan. Evaluasi
adalah pertimbangan dan standar dari tindakan praktik yang telah dilakukan dengan
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dalam prosos asuhan keperawatan. Evaluasi ini
dapat mencapai titik efektif apabila tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sudah
cukup raalistis dan sekiranya bisa dilakukan dan dicapai oleh perawat, pasien, serta
keluarga. Lima tahapan dalam asuhan keperawatan dilakukan secara kontinu dengan
metode penugasan yang telah ditetapkan oleh manajer keperawatan sebelumnya.
Manajer keperawatan ikut campur dalam proses manjerial yang meliputi fungsi
manajermen agar bisa mempengaruhi perawat ditingkat bawah manajer keperawatan.
Semua itu dilakukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kode
etik dan standar praktik keperawatan.
2.3 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
1. Metode Tradisional
a. Metode Pasien Total atau Keperawatan
Metode Kasus Perawatan pasien total adalah cara tertua dalam mengatur perawatan
pasien. Dengan perawatan pasien total, perawat memikul tanggung jawab total
selama mereka bertugas untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang ditugaskan.
Perawatan pasien total kadang-kadang disebut sebagai metode penugasan kasus
karena pasien dapat ditugaskan sebagai kasus. Memang, pada pergantian abad ke-19,
perawatan pasien total adalah model pemberian asuhan keperawatan yang dominan.
Struktur organisasi ini memberikan perawat otonomi dan tanggung jawab yang
tinggi. Penugasan pasien sederhana dan langsung dan tidak memerlukan
perencanaan yang diperlukan metode pemberian perawatan pasien lainnya. Garis

5
tanggung jawab dan akuntabilitas jelas. Pasien secara teoritis menerima perawatan
holistik dan tidak terfragmentasi selama waktu perawat bertugas. Namun, setiap
perawat yang merawat pasien dapat memodifikasi rejimen perawatan. Oleh karena
itu, jika ada tiga shift, pasien dapat menerima tiga pendekatan perawatan yang
berbeda, seringkali mengakibatkan kebingungan bagi pasien. Untuk menjaga
kualitas perawatan, metode ini membutuhkan personel yang sangat terampil dan
dengan demikian mungkin lebih mahal daripada beberapa bentuk perawatan pasien
lainnya. Model ini sangat sesuai digunakan di ruangan rawat khusus seperti ruang
perawatan intensif, misalnya ruang ICCU, ICU, HCU, Hemodialisa dan sebagainya.
Kerugian terbesar dari pemberian perawatan pasien total terjadi ketika perawat tidak
cukup siap atau terlalu berpengalaman untuk memberikan perawatan total kepada
pasien. Karena perawat berlisensi yang ditugaskan bersama mungkin memiliki beban
pasien yang berat, sedikit peluang untuk pengawasan dan ini dapat mengakibatkan
perawatan yang tidak aman. (Tage, 2022)
b. Metode Fungsional
Metode fungsional dalam memberikan asuhan keperawatan berkembang terutama
sebagai akibat dari Perang Dunia II dan pesatnya perkembangan zaman
pembangunan rumah sakit.
Karena perawat sangat dibutuhkan di luar negeri dan di dalam negeri, kekurangan
perawat berkembang dan personel tambahan diperlukan untuk membantu perawatan
pasien. Para pekerja yang relatif tidak terampil ini dilatih untuk melakukan tugas-
tugas sederhana dan memperoleh kemahiran dengan pengulangan. Personil
ditugaskan untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu daripada merawat pasien
tertentu. Contoh tugas keperawatan fungsional adalah memeriksa tekanan darah,
memberikan obat, mengganti sprei, dan memandikan pasien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan menggunakan
metode fungsional, setiap perawat memperoleh satu tugas (kemungkinan bisa lebih)
untuk semua pasien di unit/ruang tempat perawat tersebut bekerja. Di satu
unit/ruang, seorang perawat diberikan tugas untuk menyuntik maka perawat tersebut
bertanggung jawab untuk memberikan program pengobatan melalui suntikan kepada
semua pasien di unit/ruang tersebut.(Tage, 2022)

6
Metode fungsional ini efisien, akan tetapi penugasan seperti ini tidak dapat
memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan
keperawatan secara menyeluruh tidak bisa dicapai dengan metode ini karena
asuhankeperawatan yang diberikan kepada pasien terpisah-pisah sesuai dengan tugas
yang dibebankan kepada perawat. Di samping itu, asuhan keperawatan yang
diberikan tidak profesional yang berdasarkan pada masalah pasien. Perawat senior
cenderung sibuk dengan tugas administrasi dan manajerial, sementara asuhan
keperawatan kepada pasien dipercayakan kepada perawat junior.
c. Metode Tim
Dalam metode tim, personel tambahan berkolaborasi dalam memberikan perawatan
kepada sekelompok pasien di bawah arahan perawat profesional. Sebagai pemimpin
tim, perawat bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua
pasien yang ditugaskan dalam tim dan untuk merencanakan perawatan individu.
Tugas pemimpin tim bervariasi tergantung pada kebutuhan pasien dan beban kerja.
Tugas-tugas ini mungkin termasuk membantu anggota tim, memberikan perawatan
pribadi langsung kepada pasien, mengajar, dan mengkoordinasikan aktivitas pasien
Melalui komunikasi tim yang ekstensif, perawatan komprehensif dapat diberikan
untuk pasien meskipun proporsi staf tambahan relatif tinggi. Komunikasi ini terjadi
secara informal antara pemimpin tim dan anggota tim individu dan secara formal
melalui konferensi perencanaan tim reguler.
Sebuah tim harus terdiri dari tidak lebih dari lima orang atau akan kembali ke lini
organisasi yang lebih fungsional. Keperawatan tim juga biasanya dikaitkan dengan
kepemimpinan yang demokratis. Anggota kelompok diberikan otonomi sebanyak
mungkin ketika melakukan tugas yang diberikan, meskipun tim berbagi tanggung
jawab dan akuntabilitas secara kolektif.
Kebutuhan akan keterampilan komunikasi dan koordinasi yang baik membuat
penerapan keperawatan tim menjadi sulit dan membutuhkan disiplin diri yang tinggi
dari anggota tim. Keperawatan tim juga memungkinkan anggota untuk
menyumbangkan keahlian atau keterampilan khusus mereka sendiri. Pemimpin tim,
kemudian, harus menggunakan pengetahuan mereka tentang kemampuan masing-
masing anggota saat membuat tugas pasien Mengakui nilai individu dari semua

7
karyawan dan memberikan otonomi kepada anggota tim menghasilkan kepuasan
kerja yang tinggi
 Metode Tim dapat dibagi ke dalam beberapa bagian
1) Tim Multidisiplin
Beberapa organisasi perawatan kesehatan saat ini menggabungkan
apoteker, pekerja sosial, terapis okupasi, terapis wicara, dan pekerja
perawatan kesehatan lainnya sebagai bagian dari tim multidisiplin untuk
memastikan bahwa perawatan kesehatan yang komprehensif dan holistik
dapat diberikan kepada setiap pasien, meskipun tanggung jawab untuk tim
kepemimpinan masih sering jatuh ke perawat
Masalah implementasi sering terjadi, bagaimanapun, dalam tim
multidisiplin, karena memiliki ahli dalam tim berbeda dengan memiliki tim
ahli; setiap disiplin mungkin percaya bahwa perspektif mereka adalah yang
paling penting dan meremehkan kontribusi anggota tim lainnya. Selain itu,
seperti keperawatan tim tradisional, tim multidisiplin memerlukan sarana
komunikasi yang efisien tentang tujuan, kemajuan, dan masalah pasien.
Seringkali tidak mudah untuk menemukan peluang bagi seluruh tim untuk
bertemu karena pola shift kerja atau komitmen kerja lainnya. Selain itu,
terkadang ada tantangan dalam menentukan siapa yang harus menjadi
anggota tim dan siapa yang harus menjadi pemimpin tim.(Tage, 2022)
2) Modular
Keperawatan modular menggunakan tim mini (dua atau tiga anggota
dengan setidaknya satu anggota menjadi ketua tim), dengan anggota tim
keperawatan modular kadang-kadang disebut pasangan perawatan. Dalam
keperawatan modular, unit perawatan pasien biasanya dibagi menjadi
modul atau distrik, dan penugasan didasarkan pada lokasi geografis pasien.
d. Metode Primer
Metode primer dalam pengaturan rawat inap juga dikenal sebagai keperawatan
berbasis hubungan, dikembangkan pada akhir 1960-an, menggunakan beberapa
konsep perawatan pasien total. Prinsip dasar keperawatan primer bersifat
revolusioner: Untuk pertama kalinya dalam keperawatan rumah sakit, tanggung

8
jawab dan wewenang eksplisit untuk pasien tertentu secara jelas dialokasikan kepada
perawat terdaftar tertentu (yang lisensinya oleh undang-undang mengizinkan
pengambilan keputusan independen tentang asuhan keperawatan).
Metode ini sistem penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien
dirawat.
e. Manajemen kasus
Desain kerja lain yang diusulkan untuk memenuhi kebutuhan pasien. Manajemen
kasus didefinisikan oleh Case Management Society of America (CMSA) sebagai
"preses kolaboratif penilaian, perencanaan, fasilitasi, dan advokasi untuk pilihan dan
layanan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan individu melalui komunikasi dan
sumber daya yang tersedia untuk mempromosikan kualitas hasil yang hemat biaya."
Dalam manajemen kasus, perawat menangani setiap pasien secara individual,
mengidentifikasi penyedia, perawatan, dan pengaturan perawatan yang paling hemat
biaya. Selain itu, manajer kasus membantu pasien mengakses sumber daya
komunitas, membantu pasien mempelajari tentang rejimen pengobatan dan rencana
perawatan mereka, dan memastikan bahwa mereka telah merekomendasikan tes dan
prosedur.
Manajemen kasus keperawatan membutuhkan:
a. Kolaborasi semua anggota tim perawatan kesehatan
b. Identifikasi hasil pasien yang diharapkan dalam kerangka
c. Penggunaan prinsip peningkatan kualitas berkelanjutan
d. Promosi praktik profesional.
Dalam perkembangannya, manajemen kasus juga berubah menjadi Manajemen
Penyakit, dikenal sebagai perawatan kesehatan berbasis populasi dan peningkatan
kesehatan berkelanjutan. Sistem ini memungkinkan pendekatan terpadu yang
komprehensif untuk perawatan dan penggantian biaya tinggi, penyakit kronis.

9
Tujuan manajemen penyakit adalah untuk mengatasi penyakit atau kondisi tersebut
dengan efisiensi maksimum di seluruh area pengobatan. Pengaturan terlepas dari
pola penggantian yang khas. Dengan demikian, rangkaian perawatan penyakit kronis
ditetapkan mencakup deteksi dini dan intervensi dini. Ini mencegah atau mengurangi
eksaserbasi penyakit, episode akut (dikenal sebagai pemicu biaya), dan penggunaan
sumber daya yang mahal seperti perawatan rawat inap di rumah sakit, membuat
pencegahan dan manajemen kasus proaktif menjadi dua area penekanan yang
penting. (Zulkarnain, 2022).
2.4 Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan
Agar manajemen dapat berjalan sesuai dengan harapan dan mencapai tujuan organisasi,
maka pemahaman tentang prinsip-prinsip manajemen sangatlah dibutuhkan. Ada 7 (tujuh)
prinsip manajemen yang harus diketahui, yaitu: perencanaan, penggunaan waktu yang
efektil, pengambilan keputusan, pengelola/pemimpin, tujuan sosial, pengorganisasian, dan
perubahan. Berikut ini akan dijelaskan maksud dari prinsip-prinsip manajemen tersebut,
a. Perencanaan (Planning).
Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam manajemen (the first function
of management). Semua fungsi manajemen tergantung dari perencanaan. Perencanaan
adalah suatu proses berpikir atau proses mental untuk membuat keputusan dan
peramalan (forecasting). Perencanaan harus berorientasi ke masa depan dan
memastikan kemungkinan hasil yang diharapkan (Swansburg dan Swansburg, 1999).
Dalam perencanaan, salah satu hal penting yang menjadi pusat perhatian adalah
rencana pengaturan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya lain yang relevan.
Perencanaan yang baik akan meningkatkan capaian tujuan dan pembiayaan yang
efektif.
b. Penggunaan Waktu Efektif (Effective Utilization of Time)
Penggunaan waktu efektif berhubungan dengan pola pengaturan dan pemanfaatan
waktu yang tepat dan memungkinkan berjalannya roda organisasi dan tercapainya
tujuan organisasi Waktu pelayanan dihitung dan kegiatan perawat dikendalikan.
c. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau
kognitif yang membawa pada pemilihan di antara beberapa alternatif yang tersedia

10
yang dilakukan oleh seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai
tujuan melalui pelaksanaan/implementasi dan pilihan keputusan yang diambil
d. Pengelola Pemimpin (Manager/Leader)
Manajer yang bertugas mengatur manajemen memerlukan keahlian dan tindakan
nyata agar para anggota menjalankan tugas dan wewenang dengan baik. Adanya
manajer yang mampu. memberikan semangat mengontrol dan mengajak mencapai
tujuan merupakan sumber daya yang sangat menentukan.
e. Tujuan Sosial (Social Cont)
Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan ditetapkan dalam
bentuk visi, misi, dan tujuan organisasi.
f. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah aktivitas untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing- masing kelompok dilakukan
berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik secara horizontal maupun
secara vertikal.
g. Perubahan (change)
Perubahana adalah proses pengantian dari suatu hal dengan yang lainnya yang
berbeda dari sebelumnya. Didalam manajemen keperawatan perubahan dijadikan
prinsip kerena sifat layanan yang dinamis mengikuti karakteristik pasien yang akan
dilayani. (Supinganto et al., 2019)

11
BAB II

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni standar,
proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan system MAKP. definisi tersebut
berdasrkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menetukan kualitas produksi atau
jasa layanan keperawatan. jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu
pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan atau
keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud
Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan suatu system baik itu struktur,
proses, maupun nilai-nilai yang berpotensi perawat professional memenejemen pemeberian
asuhan keperawatan salah satunya lingkungan untuk mendukung proses pemberian asuhan
keperawatan.(Zulkarnain, 2022)
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan perubahan MAKP yaitu antara lain:
kualitas pelayanan keperawatan, standar praktik keperawatan, standat praktik standar
akreditasi rumah sakit. Selain itu ada juga prinsip-prinsip manajemen keperawatan, yaitu:
perencanaan (planning), Penggunaan Waktu Efektif (Effective Utilization of Time),
Pengambilan Keputusan (Decision Making), Pengelola Pemimpin (Manager/Leader),Tujuan
Sosial (Social Cont),Pengorganisasian (Organizing), Perubahan (change). (Supinganto et al.,
2019)

12
DAFTAR PUSTAKA

Supinganto, A., Hadi, I., Rusiana, H. P., Zuliardi, Istianah, H., Utami, R. A., & Rahmana, M. R.
(2019). Praktik Manajemen Keperawatan Teori dan Aplikasinya. Pana Terra Firma.

Tage, P. K. S. (2022). Bahan Ajar Manajemen Keperawatan.

Zulkarnain. (2022). Analisis Fungsi Manajemen Pengarahan Terhadap Penerapan MAKP (M.
Suardi (ed.)). Penerbit CV. Azka Pustaka.

13

Anda mungkin juga menyukai