Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MODEL PRAKTIK KEPERAWAATAN PROFESIONAL

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Menejemen Keperawatan

Kelompok 1 :
1. Muhammad Afandi ( 211447214 )
2. Andriano Prasisko ( 211447203 )
3. Pito valentine prasetia ( 211447219 )

PRODI DIII KEPERAWATAN BELITUNG


POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG
JULI 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul ”Model Praktik Keperawatan Profesional ”.
Makalah ini berisikan informasi tentang Model Praktik Keperawatan Profesional.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang bagaimana
Praktik Keperawatan Profesional.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Tanjungpandan, Juli 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….........i
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………..........i
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………….................ii
1.3 Tujuan Pembahasan………………………………………………………………………..ii
1.4 Manfaat………………………………………………….………………………...............iii
BAB II PEMBAHASAN………………………………...…..……………………………..….1
2.1 Definisi……………………………….…………………………………………………….1
2.2.1 Metode Penugasan Keperawatan Di Ruang MPKP .………………...………..…………2
2.2.2 Karakteristik modalitas keperawatan primer….........…………...…………….....………2
2.2.3 Uraian Kerja kepala Ruangan, Clinical Care Maneger (CCM), Perawat Primer, Dan
Perawat Asosiet……………………………………………………………………..……6
2.2.3 Pilar–pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional…………….........................6
2.2.4 Macam macam metode pembagian keperawatan……………………..………………..11
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..11
3.1 Kesimpulan…………………………………………………..……………………….12
3.2 Saran……………………………………………………………...…………………….13
3.3 Daftar Pustaka…………………………………………………………………….…....14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk
bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas dan profesional tersebut adalah pengembangan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
(Nursalam, 2014)/lv
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan
tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit.
Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana
yang memadai.
Banyak metode praktik keperawatan yang telah dikembangkan selama 35 tahun
terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim, keperawatan
primer, praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap unit keperawatan mempunyai 2
upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat berdasarkan kesesuaian antara
ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Kategori pasien didasarkan
atas, tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien, Usia, Diagnosa atau
masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan. Pelayanan yang
profesional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan dalam melakukan kegiatan penerapan standart asuhan keperawatan dan
pendidikan berkelanjutan. Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingnya
yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan
secara teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan
motivasi kerja.(Maquis,2010)

i
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1.2.1 Apa definisi dari model praktik keperawatan profesional?
1.2.2 Apa tujuan model keperawatan?
1.2.3 Bagaimana komponen model keperawatan?
1.2.4 Bagaimana standart praktik keperawatan?
1.2.5 Bagaimana model praktik?
1.2.6 Bagaimana penetapan jenis tenaga keperawatan?
1.2.7 Apa macam metode praktik keperawatan professional?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum :
Mampu memahami modul praktik keperawatan professional.
1.3.2 Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan topik ini mahasiswa mampu
a. Mengetahui definisi model praktik keperawatan profesional.
b. Untuk mengetahui kualitas keperawatan profesional.
c. Untuk mengetahui standart praktik keperawatan.
d. Untuk mengetahui model praktik.
e. Untuk mengetahui penetapan jenis tenaga keperawatan.
f. Untuk mengetahui macam metode praktik keperawatan profesional.

1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan serta
sangat penting untuk melaksanakan praktikum perawatan. Serta mengenal secara
terperinci data yang tertulis dengan detail.

ii
BAB II
MODEL PRAKTIK KEPERAWAATAN PROFESIONAL (MPKP)

2.1 Definisi MPKP


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan yang profesional merupakan
praktek keperawatan yangdilandasi oleh nilai-nilai profesional, yaitu mempunyai otonomi
dalam pekerjaannya, bertanggung jawab dan bertanggung gugat, pengambilan keputusan
yang mandiri, kolaborasi dengan disiplin lain, pemberian pembelaan dan memfasilitasi
kepentingan klien. Tuntutan terhadap kualitas pelayanan keperawatan mendorong
perubahan dalam memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan bermutu.
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional diperlukan sebuah
pendekatan manajemen yang memungkinkan diterapkannya metode penugasan yang dapat
mendukung penerapan perawatan yang profesional di rumah sakit (Marquis, 2010).
Model praktek keperawatan profesianal (MPKP) adalah salah satu metode
pelayanan keperawatan yang merupakan suatu system, struktur, proses dan nilai-nilai
yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. MPKP telah
dilaksanakan dibeberapa negara, termasuk rumah sakit di Indonesia sebagai suatu upaya
manajemen rumah sakit untuk meningkatkan asuhan keperawatan melalui beberapa
kegiatan yang menunjang kegiatan keperawatan profesional yang sistematik. Penerapan
MPKP menjadi salah satu daya ungkit pelayanan yang berkualitas. Metode ini sangat
menekankan kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada profesionalisme
keperawatan antara lain melalui penerapan standar asuhan keperawatan.

1
2.2 Metode Penugasan Keperawatan Di Ruang MPKP
2.2.1 Metode Primer.
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan
beberapa konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan suatu
metode pemberian asuhan keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab
selama 24 jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaluasi satu atau beberapa
klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam
kerja, perawat primer memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika
perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada
perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni oleh perawat
primer.
Pada model ini, klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan
mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat primer
tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer
mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak
dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan
kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan tersebut,
maka dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan.
Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang
memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang diberikan
direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer. Metode keperawatan
primer mendorong praktek kemandirian perawat, yang ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung jawab untuk
membangun komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan
anggota tim kesehatan lain. Walaupun perawat primer membuat rencana keperawatan,
umpan balik dari orang lain diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan
klien

2
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati
karena memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan kemampuan
asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai
disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat
primer adalah seorang perawat spesialis klinik yang mempunyai kualifikasi master
dalam bidang keperawatan.
keperawatan selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung jawab untuk
membangun komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan
anggota tim kesehatan lain. Walaupun perawat primer membuat rencana keperawatan,
umpan balik dari orang lain diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan
klien
2.2.2 Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah:
 Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan
pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan
 Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan,
kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun
rencana perawatan
 . Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat
primer kepadaperawat sekunder selama shift lain.
 Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.
Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer

3
2.2.3 Kelebihan:
 Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri.
 Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan
motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer
dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.
 Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
operasional dan administrasi
 Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberikan asuhan
keperawatan secara holistik.
 Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer adalah memungkinkan
pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan.
 Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang
kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat
diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya.
 Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
 Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan
supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.
 Pasien terlihat lebih menghargai. kebutuhannya secara individu.
 Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi
 Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
 Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat
yang mengetahui semua tentang kliennya
 Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
 Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
 Metode ini mendukung pelayanan profesional.
 Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan
tetapi harus berkualitas tinggi
4
2.2.4 Kelemahan :
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
 Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki
akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan
keperawatan untuk klien.
 Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
 Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.
 Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.

2.2.5 Ketenagaan metode primer


 Setiap perawat primer adalah perawat "bedside"
 Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
 Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
 Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non
professional sebagai perawat asisten

2.2.6 Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer


 Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
 Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer
 Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
 Orientasi dan merencanakan karyawan baru
 Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff

5
2.2.7 Tanggung jawab perawat primer :
 Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
 Membuat tujuan dan rencana keperawatan
 Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
 Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain
 Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
 Menyipakan penyuluhan untuk pulang
 Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial
dimasyarakat
 Membuat jadual perjanjian klinis
 Mengadakan kunjungan rumah

6
2.3 Uraian Kerja kepala Ruangan, Clinical Care Maneger (CCM), Perawat
Primer, Dan Perawat Asosiet

2.3.1 Definisi kepala ruangan perawat


Kepala Ruang adalah seorang tenaga perawat professional yang diberi
tanggung jawab dan wewenang untuk mengelola kegiatan pelayanan
keperawatan di suatu ruang rawat. Standar tugas pokok Kepala Ruang yang
ditetapkan oleh Depkes (2002) meliputi kegiatan menyusun rencana kegiatan
tahunan yang meliputi kebutuhan sumber daya (tenaga, fasilitas, alat dan
dana), menyusun jadwal dinas dan cuti, menyusun rencana pengembangan staf,
kegiatan pengendalian mutu, bimbingan dan pembinaan staf, koordinasi
pelayanan, melaksanakan program orientasi, mengelola praktik klinik serta
melakukan penilaian kinerja dan mutu pelayanan. Menutur Depkes RI 2000,
Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawat profersional yang diberi
tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan
keperawatan di satu ruang rawat. Depkes RI (2000) menyatakan bahwa
seorang kepala ruan gan memiliki tanggung jawab sebagai berikut:

1) Tugas Pokok
Membantu pelaksanaan bimbingan asuhan keperawatan penerapan
etika keperawatan serta mengelola kegiatan asuhan keperawatan di ruangan.

2) Uraian Tugas:
a) Mengatur pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan yang
diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan klien/ anggota keluarga.
b) Mengatur penempatan tenaga keperawatan di ruangan.
c) Mengatur penggunaan dan pemeliharaan logistik keperawatan agar
selalu siap pakai.
7
d) Memberi pengarahan dan motivasi kepada Ketua Tim dan
Pelaksanaan agar melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar,
etis dan profesional.
e) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga baru, siswa/
mahasiswa, klien/ anggota keluarga baru.
f) Mengelompokkan klien/ anggota keluarga menurut tingkat jenis
kelamin untuk mempermudah asuhan keperawatan.
g) Menciptakan, memelihara suasana kerja yang baik antar petugas,
klien/ anggota keluarga sehingga memberi ketenangan.
h) Mengadakan pertemuan berkala tenaga keperawatan minimal 2 kali
perhari untuk membicarakan pelaksanaan kegiatan di rumah.
i) Memeriksa dan meneliti : pengisian daftar permintaan makanan,
pengisian sensus harian, pengisian buku register, pengisian rekam
medik.
j) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan 5 tahapan:
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan.
k) Pertemuan secara rutin dengan pelaksana keperawatan.
l) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan di ruangan
m) Melaksanakan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) dan SOP
(Standard Operational Procedur) yang ditetapkan pimpinan bidang
keperawatan.
n) Melaksanakan pembimbingan mahasiswa keperawatan.
o) Memberikan laporan berkala tentang pelayanan keperawatan.

8
1. Penetapan Standar Rencana Asuhan Keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan perlu ditetapkan, karena berdasarkan
hasil observasi, penulisan rencana asuhan keperawatan sangat menyita waktu karena
fenomena keperawatan mencakup 14 kebutuhan dasar manusia (Potter & Perry,
1997). Pada MPKP digunakan metode modifikasi keperawatan primer, sehingga
terdapat satu orang perawat profesional yang disebut perawat primer yang
bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan.
Disamping itu, terdapat Clinical Care Manager (CCM) yang mengarahkan dan
membimbing PP dalam memberikan asuhan keperawatan. 2 CCM diharapkan akan
menjadi peran Ners spesialis pada masa yang akan datang.

A. Metode Primer
Metode primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana perawat professional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap
asuhan keperawatan pasien selama 24 jam. Menurut Nursalam (2014), metode
penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah
sakit. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi askep dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang
ini merupakan tugas utama perawat primer yang 12 dibantu oleh perawat asosiet.
Perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan
keperawatan disebut perawat primer (primary nurse, 2010).
Pada metode keperawatan primer terdapat kontinuitas keperawatan dan
bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan. Setiap perawat primer
biasanya mempunyai 4–6 pasien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama
pasien dirawat di rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk
mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan
dan juga akan membuat rencana pulang pasien jika diperlukan. Jika perawat primer
sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain
(associate nurse)
9
Kelebihan:
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif.
 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil, dan memungkinkan pengembangan diri.
 Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah
sakit (Gillies, 1989 dalam Nursalam, 2014).

Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena


terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu
tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer
karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbarui dan komprehensif. Kelemahan: metode ini hanya dapat dilakukan oleh
perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria
asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mempu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin ilmu.

B. Konsep Dasar Metode Primer


a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
b) Ada otonomi.
c) Ketertiban pasien dan keluarga.

10
C. Tugas Perawat Primer
a) Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
d) Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
f) Menerima dan menyesuaikan rencana.
g) Meyiapkan penyuluhan untuk pulang.
h) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga
social di masyarakat.
i) Membuat jadwal perjanjian klinis.
j) Mengadakan kunjungan rum

3. PERAWAT ASOSIATE
C. PERAWAT ASOSIATE
Seorang perawat yang Diberikan wewenang dan ditugaskan untuk langsung kepada
klien. memberikan pelayanan keperawatan.
Tugas Pokok
1. Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan
kasih sayang.
a. Melaksanakan tindakan perawtan yang telah disususun.
b. Mengevalusai tindakan keperawatan yang telah diberikan.
c. Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan repons klien pada catatan
perawatan.

11
2. Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab.
a. Pemberian obat.
b. Pemeriksaan laboratorium.
c. Persiapan klien yang akan dioperasi.
3. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, dan spiritual dari klien. :
a. Memelihara kebersihan klien dan lingkungan.
b. Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman dan ketenangan.
c. Pendekatan dengan komunkasi terapiutik.

4. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan perawatan dan
pengobatan serta diagnostik.
5 Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuannnya.
6. Memberi pertolongan segera pada kien gawat atau sakaratul maut.
7. Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksanaan ruangan secara administratif.
a. Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal.
b. Sensus harian dan formulir.
c. Rujukan atau penyuluhan PKMRS.
8. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan.
9. Menciptkan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan keindahan ruangan.
10. Melaksankan tugas dinas pagi/sore/malam secara bergantian
11. Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan dengan penyakitnya.
12. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun tertulis.
13. Membuat laporan harian.
14. Mengikuti timbang terima.
15. Mengikuti kegiatan ronde keperawatan.
16. Melaksanakan rencana keperawatan yang dibuat oleh perawat primer
17. Berkoordinasi dengan perawat associate
18. Melakukan evaluasi formatif yang lain dan perawat primer.
19. Pendokumentasian tindakan dan catatan perkembangan pasien.
20. Melaporkan segala perubahan yang terjadi atas pasien kepada perawat primer.
12
BAB III
PENUTUP

3.2 Kesimpulan

Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas


dan prosedur keperawatan. Metode kasus adalah metode dimana perawat
bertanggung jawab terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu
perawat untuk satu pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode
tertentu.

Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk


memberikan asuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien.Metode
keperawatan modular memiliki kesamaan baik dengan metode keperawatan tim
maupun metode keperawatan primer. Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan
pada klien artritis mulai dari pengkajian misalnya biodata, riwayat kesehatan,
pengkajian pengkajian sekunder, pemeriksaan penunjang, dan analisa data. Setelah
itu ditentukan diagnosa keperawatan dan dilanjut dengan intervensi keperawata

14
3.3 Saran

Diharapkan para pembaca memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar


dapat membuat makalah yang baik dan benar. Terutama litelatur yang berhubungan
dengan model praktik keperawatan profesional supaya mempermudah mahasiswa
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada pasien.

15
Daftar pustaka

Douglass, L.M. (1992). The effective nurse: Leader and manager. St. Louis:
Mosby.
Gillies, D.A. (1996). Nursing management: A system approach . 3rd ed.
Philadelphia: W.B. Saunder Company.
Huber, D.L. (2010). Leaderhip and nursing care management, ed 4. Philadelphia:
W.B. Saunder Company.
Marquis, B.L dan Huston, C.J. (2009). Leadership Roles and management
functions in nursing: Theory and application. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Marquis, B.L dan Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen
keperawatan : Teori dan aplikasi, edisi 4. Jakarta: EGC.
Potter , P.A., & Perry, A.G., (2005). Fundamental of nursing : Concepts, process
& practice, 4nd ed., Vol. 1. St. Louis: Mosby.
Sitorus, R. (2006) Model praktek keperawatan professional di Rumah Sakit:
Penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di
ruang rawat. Jakarta: EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai