Anda di halaman 1dari 190

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah manajemen dan kepemimpinan sering diartikan hanya berfungsi pada
kegiatan supervise, tetapi dalam keperawatan fungsi tersebut sangatlah luas.
Sebagai perawat professional seseorang tidak hanya mengelola orang tetapi
sebuah proses secara keseluruhan yang kemungkinan orang dapat
meneyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan serta
meningkatkan keadaan kesehatan pasien menuju ke arah kesembuhan.
(Nursalam, 2015).

Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis yang mengalami


perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan
kebutuhan masyarakat. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan
terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh
masyarakat (Nursalam, 2014).

Menurut Kholid Rosyidi (2013), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses


dalam menyelesaikan masalah pekerjaan melalui orang lain, manajemen
merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan
suatu kegiatan di organisasi, digunakan agar sistem berjalan dengan baik sesuai
dengan visi dan misi yang ada. Manajemen keperawatan keperawatan adalah
suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara professional (Gillies, 2005).

Manajemen keperawatan diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan


nyata yaitu Rumah Sakit dan komunitas sehingga perawat perlu memahami
konsep dan aplikasinya. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep manajemen
keperawatan, perencanaan yang berupa strategi melalui pengumpulan data
dengan pendekatan 5 M (Man, Money, Material, Method, Market), analisa
SWOT dan penyusunan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan model
keperawatan profesional dan melakukan pengawasan serta pengendalian.

Pemberian asuhan keperawatan profesional perlu ditunjang dengan adanya


manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan

1
2

proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan


secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang.

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan


sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat.Respon yang ada harus
bersifat kondusif dengan pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah
konkret dalam pelaksanaannya. Praktek keperawatan profesional yang
diterapkan di rumah sakit diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan
yang diberikan untuk pasien dimana lebih diutamakan pelayanan yang bersifat
interaksi antar individu. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan ciri-ciri dari
pelayanan keperawatan profesional yaitu memiliki otonomi, bertanggung jawab
dan bertanggung gugat (accountability), menggunakan metode ilmiah,
berdasarkan standar praktik dan kode etik profesidan mempunyai aspek legal.

Rumah Sakit Islam Banjarmasin yang juga sebagai Rumah Sakit rujukan kota
Banjarmasin, serta wilayah sekitarnya sekaligus sebagai Rumah Sakit Type C
mempunyai beberapa ruangan yang menjadi ruang percontohan dalam
menerapkan model keperawatan MAKP. Ruang Al Haitam merupakan salah
satu ruangan demgan pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) dengan Metode Primeryang ada di Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka Mahasiswa Program Studi S1


Keperawatan Tahap Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
perlu melakukan praktik di rumah sakit dalam Stase Manajemen Keperawatan
guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan keperawatan dan etika profesi
dalam melaksanakan manajemen keperawatan serta mencoba menerapkan
model keperawatan MAKP yang nantinya akan dilaksanakan role play yang
meliputi supervisi, ronde keperawatan, timbang terima, sentralisasi obat,
discharge planning, dan penerimaan pasien baru, serta dokumentasi dengan
melibatkan perawat ruangan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami prinsip
manajemen keperawatan dan model pemberian Asuhan Keperawatan

2
3

profesional yang sesuai dengan prinsip Model Asuhan Keperawatan


Profesional (MAKP) metode Primer yang telah diterapkan di Ruang Al-
BiruniRumah Sakit Islam Banjarmasin.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah melakukan praktik manajemen, mahasiswa diharapkan dapat:
1.2.2.1 Mampu memahami dan menganalisis pelaksanaan 5 fungsi
manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengaturan,
pengarahan dan pengawasan) di ruang perawatan
1.2.2.2 Mampu melakukan analisis situasi dalam lingkup ruang
keperawatan (bangsal)
1.2.2.3 Mampu mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah dalam
manajemen asuhan dan atau manajemen pelayanan
keperawatan
1.2.2.4 Mampu merencakan dan melakukan penyelesaian masalah
melalui invasi atau Problem Solving Better Health
1.2.2.5 Merencanakan ketenagaan keperawatan sederhana yang sesuai
dengan kebutuhan ruang rawat
1.2.2.6 Melaporkan kasus kelolaan dengan metode komunikasi efektif
(SBAR/TBAK) dalam upaya keselamatan pasien
1.2.2.7 Berperan sebagai anggota Tim/PN (primer nurse)
1.2.2.8 Melaporkan kasus kelolaan dengan metode SBAR
1.2.2.9 Memimpin ronde keperawatan
1.2.2.10 Berperan sebagai kepala ruangan dengan menerapkan gaya
kepemimpinan yang efektif
1.2.2.11 Memimpin laporan shift/timbang terima
1.2.2.12 Mengelola konflik
1.2.2.13 Memimpin preconference dan post conference
1.2.2.14 Mampu berkoordinir dengan Tim perawat lain
1.2.2.15 Mampu berkoordinasi dengan profesi kesehatan lain
1.2.2.16 Memberikan pengarahan
1.2.2.17 Melakukan suvervisi asuhan
1.2.2.18 Melakukan evaluasi kinerja
1.2.2.19 Melakukan perubahan sesuai dengan prioritas masalah di
ruangan
1.2.2.20 Mendesiminasikan hasil perubahan

3
4

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
informasi dalam bidang managemen keperawatan tentang prinsip
manajemen keperawatan dan model pemberian Asuhan Keperawatan
profesional yang sesuai dengan prinsip Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) Metode Primer.

1.3.2 Manfaat Praktis


1.3.2.1 Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan dalam bidang manajemen keperawatan.
1.3.2.2 Bagi Instansi Akademik
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar
mengajar tentang pengelolaan ruangan dengan pelaksanaan
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Metode
Primer
1.3.2.3 Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai sarana dan informasi dalam meningkatkan mutu dan
kualitas keperawatan dan profesi ners.
1.3.2.4 Bagi Pasien dan Keluarga
1) Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang
memuaskan.
2) Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan
tinggi.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Unsur Input (M1-M5)


2.1.1. Men (manusia, orang-orang, tenaga kerja)

Tenaga kerja ini meliputi baik tenaga kerja eksekutif maupun


operatif.Dalam kegiatan manajemen faktor manusia adalah yang
palingmenentukan. Titik pusat dari manajemen adalah manusia,
sebabmanusia membuat tujuan dan dia pulalah yang melakukan
proseskegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya itu.
Tanpatenaga kerja tidak akan ada proses kerja. Hanya saja manajemen
itusendiri tidak akan timbul apabila setiap orang bekerja untuk
dirinyasendiri saja tanpa mengadakan kerjasama dengan yang
lain.Manajemen timbul karena adanya orang yang bekerjasama
untukmencapai tujuan bersama.

2.1.2. Money ( uang )

Uang merupakan unsur yang penting untuk mencapai tujuan,


disamping faktor manusia yang menjadi unsur paling penting (the
most important tool) dan faktor-faktor lainnya. Dalam dunia modern
yang merupakan faktor yang penting sebagai alat tukar dan alat
pengukur nilai suatu usaha. Jadi uang diperlukan pada setiap kegiatan
manusia untuk mencapai tujuannya. Terlebih dalam pelaksanaan
manajemen ilmiah, harus ada perhatian yang sungguh-sungguh
terhadap faktor uang karena segala sesuatu diperhitungkan secara
rasional yaitu memperhitungkan berapa jumlah tenaga yang harus
dibayar, berapa alar-alat yang dibutuhkan yang harus dibeli dan
berapa pula hasil yang dapat dicapai dari suatu investasi.

2.1.3. Methods ( metode atau cara )

Cara atau metode yang digunakan dalam usaha untuk mencapai suatu
tujuan. Dengan cara kerja yang baik akan memperlancar dan
memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Tetapi walaupun metode kerja
yang telah dirumuskan atau ditetapkan itu baik, kalau orang yang
diserahi tugas pelaksanaannya kurang mengerti atau tidak
berpengalaman maka hasilnya juga akan tetap kurang baik. Oleh

5
6

karena itu hasil penggunaan/penerapan suatu metode akan tergantung


pula pada orangnya.

2.1.4. Materials ( bahan atau perlengkapan )

Manusia tanpa material atau bahan-bahan tidak akan dapat mencapai


tujuan yang dikehendakinya, sehingga unsur material dalam
manajemen tidak dapat diabaikan.Dalam setiap organisasi, peranan
mesin-mesin sebagai alat pembantu kerja sangat diperlukan. Mesin
dapat meringankan dan memudahkan dalam melaksanakan pekerjaan.
Hanya yang perlu diingat bahwa penggunaan mesin sangat tergantung
pada manusia, bukan manusia yang tergantung atau bahkan diperbudak
oleh mesin. Mesin itu sendiri tidak akan ada kalau tidak ada yang
menemukannya, sedangkan yang menemukan adalah manusia. Mesin
dibuat adalah untuk mempermudah atau membantu tercapainya tujuan
hidup manusia.

2.1.5. Market ( pasar )

Memasarkan  produk sudah barang tentu sangat penting, sebab bila


barang yang diproduksi tidak laku  maka proses barang akan berhenti.
Artinya,proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh karena itu,
penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan
faktor menentukan dalam perusahaan. Agar  pasar dapat dikuasai maka
kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan
daya( kemampuan) konsumen.

2.2. Fungsi Manajemen (POSAC)


2.2.1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah adalah suatu keputusan untuk masa yang akan nya,
apa, kapan, mana, berapa, kapan, dan apa yang akan atau harus dilakukan
sesuai tujuan tertentu.

Sebelum mengetahui lebih lanjut tentang perencanaan terlebih dahulu


mengenal perbedaan visi, misi, nilai dasar, dan tujuan. Misi, visi, nilai
dasar dan tujuan adalah titik awal dari perencanaan strategi. Keempat
hal ini mengatur konteks landasan dari suatu proses dan untuk
menjalankan sesuatu serta unit perencana yang tertanam dalam suatu

6
7

organisasi. Perbedaan misi menggambarkan tujuan dari suatu organisasi


sedangkan visi menggambarkan keinginan untuk masa depan, seringkali
digambarkan dengan jelas, menggugah, singkat oleh manajemer suatu
organisasi.

Nilai dasar menyatakan secara filosofis komitmen yang diprioritaskan


oleh manajer, sedangkan tujuan adalah keinginan masa depan dari suatu
organisasi yang di usahakan untuk di wujudkan. Empat karakteristik
tujuan :Tepat dan terukur. Tujuan yang terukur dapat memberikan
seorang manajer standar pembanding terhadap hasil yang telah
dilaksanakan.Menyebutkan issue yang penting. Untuk membangun
manajer harus memilih beberapa tujuan major untuk menaksir kinerja
organisasi.Menantang tetapi realis. Memberikan sebuah tantangan
tersendiri bagi semua karyawan, anggota organisasi untuk
mengiprovisasi kinerja dalam organisasi. jika tujuan tidak realis atau
terlalu mudah akan membuat putus asa dan bosan pada diri karyawan
atau anggota organisasi.Menetapkan dalam periode waktu tertentu yang
seharusnya dapat dicapai. Tenggat waktu dapat menyuntikkan rasa
urgensi dalam pencapaian tujuan dan bertindak sebagai motivator.
Namun, tidak semua tujuan memerlukan kendala waktu.

Pentingnya perencanaan :

a. menghilangkan atau mengurangi ketidakpastian di masa datang


b. memusatkan perhatian pada setiap unit yang terlibat
c. membuat kegiatan yang lebih ekonomis
d. memungkinkan dilakukannya pengawasan

Unsur-unsur perencanaan

Unsur-unsur yang terlibat dalam perencanaan adalah:

a. meramalkan (forecasting), misalnya memperkirakan kecenderungan


masa depan (peluang dan tantangan)
b. menetapkan tujuan (establishing objectives), misalnya menyusun
acara yang urutan kegiatannya berdasarkan skala prioritas
c. menyusun jadwa pelaksanaan (scheduling), misalnya menetap
kan/memperhitungkan waktu dengan tepat

7
8

d. menyusun anggaran (budgeting), misalnya mengalokasikan sumber


yang tersedia (uang, alat, manusia) dengan memperhitungkan waktu
dengan tepat cara yang mengembangkan prosedur, misalnya
menentukan tata cara yang paling tepat
e. kebijakan (interpreting and establishing policy), misalnya
menafsirkan kebijakan atasan dan menetapkan kebijakan operasional

Sifat-sifat perencanaan
Ada beberapa sifat perencanaan yang harus diperhatikan agar dapat
dihasilkan rencana yang baik, yaitu: melihat jauh ke depan, sederhana,
jelas, fleksibel, stabil, ada dalam keseimbangan, tersedianya sumber-
sumber untuk pelaksanaan.

Teknik perencanaan
a. PPBS, yaitu system perencaaan, pembuatan program, dan pembuatan
anggaran (planning, programming, and budgeting system)
b. NwP, yaitu perencanaan jaringan kerja (network planning)
c. Perencanaan tradisional berdasarkan jenis pengeluaran
d. Perencanaan hasil keria yang berorientasi pada sasaran/hasil yang
ingin dicapai

2.2.2 Pengertian Organizing


Organizing, atau dalam bahasa Indonesia pengorganisasian merupakan
proses menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan
dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat
dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat
memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara
efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.

Definisi sederhana dari pengorganisasian ialah seluruh proses


pengelompokan orang, alat, tugas, serta wewenang dan tanggung jawab
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

8
9

Pengorganisasian adalah penentuan pekerjaan yang harus dilakukan,


pengelompokan tugas dan membagi pekerjaan kepada setiap karyawan,
penetapan berbagai departemen serta penentuan hubungan. Tujuan
pengorganisasian ini adalah untuk menetapkan peran serta struktur
dimana karyawan dapat mengetahui apa tugas dan tujuan mereka.

Prinsip Pengorganisasian
Proses pengorganisasian dapat dilakukan secara efisien jika manajer
memiliki pedoman tertentu sehingga mereka dapat mengambil
keputusan dan dapat bertindak. Untuk mengatur secara efektif, prinsip-
prinsip organisasi berikut dapat digunakan oleh seorang manajer,
sebagai berikut:

a. Prinsip Spesialisasi

Menurut prinsip, pekerjaan seluruh perhatian harus dibagi di antara


bawahan atas dasar kualifikasi, kemampuan dan keterampilan. Ini
adalah melalui pembagian kerja dapat dicapai yang menghasilkan
organisasi yang efektif. Pembagian kerja adalah pemecahan tugas
kompleks menjadi komponen-komponennya sehingga setiap orang
bertanggung jawab untuk beberapa aktivitas terbatas bukannya tugas
secara keseluruhan.

Tidak semua orang secara fisik dan psikologi mampu melaksanakan


semua operasi yang menyusun kebanyakan tugas kompleks, bahkan
dengan anggapan seseorang dapat memperoleh semua keterampilan
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas tadi. Sebaliknya,
pembagian pekerjaan menciptakan tugas yang lebih sederhana yang
dapat dipelajari dan diselesaikan dengan relatif cepat.

Jadi hal ini memperkuat spesialisasi, ketika setiap orang menjadi


pakar dalam pekerjaan tertentu. Karena tindakan ini menciptakan
variasi pekerjaan, orang dapat memilih atau ditugaskan pada suatu
posisi yang sesuai dengan bakat dan minat mereka.

9
10

b. Prinsip Definisi Fungsional

Menurut prinsip ini, semua fungsi dalam kekhawatiran harus benar


dan jelas kepada manajer dan bawahan. Hal ini dapat dilakukan
dengan jelas mendefinisikan tugas-tugas, tanggung jawab, wewenang
dan hubungan orang terhadap satu sama lain. Klarifikasi dalam
otoritas-tanggung jawab membantu dalam mencapai hubungan
koordinasi dan dengan demikian organisasi dapat berlangsung
efektif. Sebagai contoh, fungsi utama dari produksi, pemasaran dan
keuangan dan hubungan tanggung jawab wewenang dalam
departemen ini harus jelas didefinisikan untuk setiap orang agar
melekat dalam pemikiran karyawan. Klarifikasi dalam hubungan
otoritas- tangggung jawab membantu dalam organisasi yang efisien.

c. Prinsip Rentang Pengendalian atau Pengawasan

Menurut prinsip ini, rentang kendali adalah rentang pengawasan yang


menggambarkan jumlah karyawan yang dapat ditangani dan
dikontrol secara efektif oleh seorang manajer tunggal. Menurut
prinsip ini, seorang manajer harus dapat menangani jumlah karyawan
yang dibawahinya. Keputusan ini dapat diambil dengan memilih baik
rentang lebar atau sempit froma.

Ada dua jenis rentang kendali:


1) Rentang kendali yang luas adalah salah satu di mana seorang
manajer dapat mengawasi dan mengendalikan secara efektif
sebuah kelompok besar orang pada satu waktu.
2) Rentang kendali yang sempit rentang ini, pekerjaan dan wewenang
dibagi antara banyak bawahan dan manajer tidak mengawasi dan
mengendalikan kelompok yang sangat besar dari orang di bawah
dia. Manajer sesuai dengan rentang yang sempit mengawasi
sejumlah karyawan yang dipilih pada satu waktu.

d. Prinsip Rantai Skalar


Rantai skalar adalah rantai komando atau otoritas yang mengalir dari
atas ke bawah. Otoritas dan tanggung jawab harus berjalan dalam
garis yang tegas dan tidak terputus dari eksekutif tertinggi sampai
yang paling rendah. Sebuah rantai skalar memfasilitasi alur kerja di

10
11

sebuah organisasi yang membantu dalam pencapaian hasil yang


efektif. Sebagai otoritas mengalir dari atas ke bawah, hal itu akan
menjelaskan posisi kewenangan untuk manajer di semua tingkatan
dan yang memfasilitasi organisasi yang efektif.

e. Prinsip Kesatuan Perintah

Ini menyiratkan satu bawahan-satu hubungan yang superior. Setiap


bawahan bertanggung jawab kepada satu manajer. Hal ini membantu
dalam menghindari kesenjangan komunikasi dan kesimpangan
tanggung jawab. Jika atasan yang lebih tinggi ingin memberikan
perintah atau hal-hal lain kepada para bawahan yang berada beberapa
tangga di bawah dalam hierarki organisasi, seyogianya hal itu
dilakukan melalui atasan langsung orang yang bersangkutan. Paling
tidak dengan sepengetahuan atasan langsung tersebut.

Implementasi
Pentingnya pengorganisasian, menyebabkan timbulnya sebuah struktur
organisasi, yang dianggap sebagai sebuah kerangka sebuah kerangka
yang masih dapat menggabungkan usaha-usaha mereka dengan baik.
Dengan kata lain, salah satu bagian penting tugas pengorganisasian
adalah mengharrmonisasikan kelompok orang yang berbada,
mempertemukan macam-macam kepentingan dan memanfaatkan
kemampuan-kemampuan kesemuanya kesuatu arah tertentu. (Terry
1979).

Maksud dari hal tersebut adalah dapat dihasilkannya sinergisme, yang


berarti perlu adanya tindakan-tindakan untuk mengelompokkan semua
kemampuan yang sesuai menjadi satu tempat dan memanfaaatkan
kemampuan tersebut agar dapat berguna bagi organisasi tersebut. Akan
tetapi suatu pengorganisasian tidak hanya mengelompokkan sumber
daya manusia saja, akan tetapi juga dengan sumber daya lainnya agar
dapat efektif. Jadi pengorganisasian merupakan sebuah kasus yang dapat
menimbulkan efek yang sangat baik dalam upaya menggerakan seluruh
aktivitas dan potensi yang bisa diwadahi serta sebagai pengawasan
manajerial.

11
12

2.2.3 Definisi Staffing


Fungsi staffing dalam manajemen diartikan sebagai suatu proses
prosedur langkah demi langkah yang berkesinambungan untuk menjaga
agar organisasi selalu memperoleh orang-orang yang tepat dalam posisi
yang tepat pada waktu yang tepat.

Langkah-langkah tersebut antara lain : (1) Perencanaan sumber daya


manusia (SDM), (2) Pengadaan pegawai baru (rekrutmen melalui
seleksi), (3) Pemilihan dan penempatan, (4) Induksi dan Orientasi.

1) Perencanaan Sumber Daya Manusia


Langkah-langkah perencanaan sumber daya manusia, yaitu :
a. Perencanaan untuk kebutuhan masa depan
b. Perencanaan untuk keseimbangan masa depan
c. Perencanaan untuk pengadaan dan seleksi atau pemberhentian
d. Perencanaan untuk pengembangan.

Untuk menyelesaikan langkah-langkah ini ada 2 faktor yang


pertimbangan, yaitu : Rencana strategi, tujuan dan sasaran serta taktik
untuk membuat organisasi menjadi realistik yang akan menentukan
kebutuhan personil dan organisasi. Perubahan-perubahan potensi pada
lingkungan luar, hal ini dapat berarti perubahan ketersediaan dana atau
tenaga kerja.

2) Pengadaan pegawaibaru (rekrutmen)


Dimaksudkan untuk menampung calon yang cukup banyak untuk
diadakan seleksi untuk mendapatkan calon pegawai yang memenuhi
syarat-sayarat administrasi secara umum.
Seleksi dapat dilakukan dalam 2 macam, yaitu seleksi umum (untuk
kebutuhan tenaga yang bersifat umum) dan seleksi khusus (untuk
kebutuhan tenaga-tenaga spesialis/ahli dibidang tertentu).

3) Pemilihan dan Penempatan


Jika telah ditentukan kualifikasi untuk masing kedudukan pekerjaan
maka selanjutnya adalah diadakan pemilihan (seleksi) melalui
tahapan-tahapan seleksi mulai test tertulis, kesehatan, test psikologi,

12
13

wawancara dan surat-surat pernyataan mengenai kesanggupan kerja


dan lokasi penempatan kerja.

4) Induksi dan Orientasi


Induksi dan orientasi mamberi kepada pegawai baru tentang :
a. Informasi umum tentang pekerjaan sehari-hari
b. Tinjauan tentang sejarah, lingkungan kantor, visi dan misi
organisasi serta
c. pengembangan kemasa depan.
d. Informasi mengenai kebijakan-kebijakan organisasi, aturan kerja
dan hal-hal mengenai
e. gaji dan tunjangan.

5) Pemindahan
Pemindahan terdiri dari promosi, mutasi dan demosi
a. Promosi, adalah memberikan tanggung jawab dan wewenang
yang lebih besar kepada pegawai, dengan kata lain promosi
adalah kenaikan pangkat/jabatan yang lebih tinggi, merupakan
salah satu usaha untuk memajukan/mengembangkan pegawai.
b. Mutasi, adalah memindahkan pegawai dari jabatan yang satu ke
jabatan yang lain dalam satu tingkatan secara horizontal.
c. Demosi, adalah suatu tindakan memberikan kekuasaan dan
tanggung jawab yang lebih kecil, dengan kata lain penurunan
pangkat/jabatan karena dinilai kurang cakap dan kurang
berprestasi pada jabatan tersebut.

6) Latihan dan Pengembangan


Latihan dan pengembangan adalah suatu pendekatan sistematik
untuk memberikan kesempatan kepada pegawai untuk
mengembangkan diri memanfaatkan kekuatan dan kemampuan
untuk keperluan organisasi.

7) Penilaian prestasi
Penilaian prestasi adalah salah satu hal yang penting dalan
pengorganisasian, namun dalam pelaksanaannya sangat sulit untuk

13
14

melihat hasil yang memadai. Penilaian prestasi dapat dibedakan


dalam 2 macam, yaitu formal dan informal.

2.2.4 Definisi Actuating


Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan.
Maksudnya, suatu tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota
kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan tujuan
organisasi. Jadi, actuating bertujuan untuk menggerakkan orang agar
mau bekerja dengan sendirinya dan penuh dengan kesadaran secara
bersama- sama untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien. Dalam hal ini dibutuhkan kepemimpinan (leadership) yang baik.

Actuating merupakan upaya untuk merealisasikan suatu rencana.


Dengan berbagai arahan dengan memotivasi setiap karyawan untuk
melaksanakan kegiatan dalam organisasi, yang sesuai dengan peran,
tugas dan tanggung jawab. Maka dari itu, actuating tidak lepas dari
peranan kemampuan leadership.

Leadership dan Actuating


Actuating jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan
pemahaman terhadap karakter manusia yang memiliki kecenderungan
berbeda dan sifatnya dinamis. Maka dari itu, fungsi actuating ternyata
jauh lebih rumit dari kelihatannya, karena harus melibatkan fungsi dari
leadership. Premis yang terkenal pernah diungkapkan oleh Doghlas
McGregor, bahwa seorang karyawan selalu diasumsikan negatif dan
positif.

Di dalam proses actuating ini, keberadaan leadership adalah sebagai


pendukung. Karena actuating sendiri memiliki tujuan sebagai
penggerak, yang nantinya akan bertujuan mengefektifkan dan
mengefisienkan kerja dalam organisasi.

Prinsip Actuating
a. Pelaksanaan dan Penugasan.
Langkah lanjutan dari penetapan program kerja pengawasan adalah
pelaksanaan pengawasan dalam bentuk pemberian tugas. Tjuan

14
15

utama penugasan adalah untuk mencapai keseimbangan antara


beberapa faktor: persyaratan dan kualifikasi personal, keseimbangan
untuk pengembangan profesi, dan lain-lain.
b. Pengawasan Pengelolaan Dana
Pengelolaan terhadap dana atau anggaran yang digunakan oleh
organisasi penting dilakukan agar dana tidak disia-siakan.
c. Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana Pengawasan.
Pengawasan juga membutuhkan saran dan alat untuk melakukan
pengawasan, misalnya teknologi yang digunakan untuk memantau
kerja anggota organisasi atau pekerja.
d. Dokumentasi Pengawasan.
Hal ini diperlukan unutuk mendapatkan bukti yang nyata bila terjadi
pelanggaran, kesalahan dalam melakukan aktivitas di dalam
organisasi.

Implementasi
Hal penting yang dipertimbangkan dalam melakukan actuating adalah
untuk memotivasi seorang karyawan untuk melakukan sesuatu, misalnya
saja:
a. Merasa yakin dan mampu melakukan suatu pekerjaan,
b. Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri mereka
sendiri,
c. Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih
penting atau mendesak,
d. Tugas yang diberikan cukup relevan,
e. Hubungan harmonis antar rekan kerja.

2.2.5 Definisi Controling

Menurut G.R Terry, pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses


penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang
dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu
melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan
rencana yaitu selaras dengan standar.

Jelas sekali bahwa  fungsi pengawasan yang diambil dari sudut pandang


definisi sangat vital dalam suatu perusahaan. Supaya proses pelaksanaan

15
16

dilakukan sesuai dengan ketentuan dari rencana. Melakukan tindakan


perbaikan, jika terdapat penyimpangan. Hal ini dilakukan untuk
pencapaian tujuan sesuai dengan rencana.

Jadi pengawasan dilakukan sebelum proses, saat proses, dan setelah


proses. Dengan pengendalian diharapkan juga agar pemanfaatan semua
unsur manajemen menjadi efektif dan efisien.

Proses dalam Controlling


Dalam controlling ada beberapa proses dan tahapan, yaitu pengawasan.
Proses pengawasan dilakukan secara bertahap dan sistematis melalui
langkah sebagai berikut:
a. Menentukan standar yang akan digunakan sebagai dasar
pengendalian.
b. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai.

c. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan


menentukan      penyimpangan jika ada.
d. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar

pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.


e. Meninjau dan menganalisis ulang rencana, apakah sudah realistis

atau tidak. Jika ternyata belum realistis maka perlu diperbaiki.

Implementasi
Beberapa cara pengendalian yang harus dilakukan oleh seorang
manajer yang meliputi pengawasan langsung, adalah pengawasan
yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manejer.
Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk
mengetahui apakah dikerjakan dengan benar dan hasilnya sesuai
dengan yang dikehendakinya.

Pengawasan tidak langsung, adalah pengawasan jarak jauh, artinya


dengan melalui laporan secara tertulis maupun lisan dari karyawan
tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasil yang dicapai.Pengawasan
berdasarkan pengecualian, adalah pengawasan yang dikhususkan
untuk kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar yang

16
17

diharapkan. Pengawasan ini dilakukan dengan cara kombinasi


langsung dan tidak langsung oleh manajer.

Pengawasan juga bisa dibedakan menurut sifat dan waktunya:


a. Preventive control, adalah pengawasan yang dilakukan sebelum

kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan


dalam pelaksanaannya. Pengawasan ini merupakan pengawasan
terbaik karena dilakukan sebelum terjadi kesalahan namun
sifatnya prediktif.
b. Repressive control, adalah pengawasan yang dilakukan setelah

terjadinya kesalahan dalam pelaksanaanya. Dengan maksud agar


tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai
dengan yang diinginkan.
c. Pengawasan saat proses dilakukan, sehingga dapat segera
dilakukan perbaikan.
d. Pengawasan berkala, adalah  pengawasan yang dilakukan secara

berkala, misalnya perbulan, persmester, dll.


e. Pengawasan mendadak (sidak), adalah pengawasan yang
dilakukan secara mendadak untuk mengetahui apa pelaksanaannya
dilakukan dengan baik atau tidak.
f. Pengawasan Melekat (waskat), adalah pengawasan/pengendalian

yang dilakukan secara integratif mulai dari sebelum, pada saat,


dan sesudah kegiatan dilakukan.

Ada beberapa dasar proses dalam pengawasan, diantaranya adalah


teknik pengendalian dan sistem yang pada dasarnya sama untuk kas,
prosedur kantor, moral, kualitas produk atau apa pun.
Bisa  diasumsikan bahwa baik rencana dan struktur organisasi yang
jelas, lengkap, dan terintegrasi akan tercipta jika manajer yakin akan
tugasnya. Jika manajer tidak yakin dari tugasnya atau bawahan tidak
memiliki kekuatan atau tidak tahu bahwa dia memiliki kekuatan
untuk melaksanakan tugasnya, akan menjadi sulit untuk menentukan
siapa yang bertanggung  jawab.

17
18

2.3 Model Asuhan Keperawatan


3.3.1 Model SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan
Professional)
1) Pengertian 
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional
yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model Praktek
Keperawatan Profesional ) dimana dalam SP2KP ini terjadi
kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat
asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya.

Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi


keperawatan primer (kombinasi metode tim dan metode
keperawatan primer). Penetapan metode ini didasarkan pada
beberapa alasan sebagai berikut :
a) Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan
keperawatan dilakukan secara berkesinambungan sehingga
memungkinkan adanya tanggung jawab dan tanggung gugat
yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional.
b) Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang
bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan
keperawatan yang diberikan. Pada MPKP , perawat primer
adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners.
c) Pada metode keperawataan primer, hubungan professional dapat
ditingkatkan terutama dengan profesi lain. Metode keperawatan
primer tidak digunakan secara murni karena membutuhkan
jumlah tenaga Skp/Ners yang lebih banyak, karena setiap PP
hanya merawat 4-5 klien dan pada metode modifikasi
keperawatan primer , setiap PP merawat 9-10 klien.

Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan


kemampuan yang berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan
perawat primer menjadi penting sehingga perawat dengan
kemampuan yang lebih tinggi mampu mengarahkan dan
membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya.

Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini
tanggung jawab terhadap asuhan keperawatan terbagi kepada semua

18
19

anggota tim, sehingga sukar menetapkan siapa yang bertanggung


jawab dan bertanggung gugat atas semua asuhan yang diberikan.

Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart &
Woods (1996), secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut :

1) Nilai-nilai profesional sebagai inti model


Pada model ini, PP dan PA membangun kontrak dengan
klien/keluarga sejak klien/keluarga masuk ke suatu ruangr
rawat yang merupakan awal dari penghargaan atas harkat dan
martabat manusia. Hubungan tersebut akan terus dibina selama
klien dirawat di ruang rawat, sehingga klien/keluarga menjadi
partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pelaksanaan
dan evaluasi renpra, PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas
untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan
termasuk tindakan yang dilakukan PA di bawah tanggung
jawab untuk membina performa PA agar melakukan tindakan
berdasarkan nilai-nilai professional.
2) Pendekatan Manajemen
Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis
komunikasi yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam
satu tim menjadi tanggung jawab PP. PP adalah seorang
manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali dengan
kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat
menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
3) Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang
renpra ditetapkan oleh PP. PP akan mengevaluasi
perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada
renpra sesuai kebutuhan klien.
4) Hubungan professional
Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih
mengetahui tentang perkembangan klien sejak awal masuk ke
suatu ruang rawat sehingga mampu member informasi tentang
kondisi klien kepada profesi lain khususnya dokter. Pemberian

19
20

informasi yang akurat tentang perkembangan klien akan


membantu dalam penetapan rencana tindakan medic.
5) Sistem kompensasi dan penghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk
asuhan keperawatan yang professional. Kompensasi san
penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari
asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan
prosedur. Kompensasi berupa jasa dapat diberikan kepada PP
dan PA dalam satu tim yang dapat ditentukan berdasarkan
derajat ketergantungan klien. PP dapat mempelajari secara
detail asuhan keperawatan klien tertentu sesuai dengan
gangguan/masalah yang dialami sehingga mengarah pada
pendidikan ners spesialis.

Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang PP


bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan pada sekelompok pasien mulai dari
pasien masuk sampai dengan bantuan beberapa orang PA. PP dan
PA selama kurun waktu tertentu bekerjasama sebagai suatu tim
yang relative tetap baik dari segi kelompok pasien yang dikelol,
maupun orang-orang yang berada dalam satu tim tersebut . Tim
dapat berperan efektif jika didalam tim itu sendiri terjalin kerjasama
yang professional antara PP dan PA. selain itu tentu saja tim
tersebut juga harus mampu membangun kerjasama professional
dengan tim kesehatan lainnya.

1. Peran Managerial dan Leadership


Ketua dalam tim betugas untuk membuat rencana asuhan
keperawatan, mengkoordinir kegiatan semua staf (PA) yang
berada dalam tim, mendelegasikan sebagian tindakan-tindakan
keperawatan yang telah direncanakan pada renpra dan bersama-
sama dengan PA mengevaluasi asuhan keperawatan yang
diberikan.

Seorang PP harus memiliki kemampuan yang baik dalam


membuat renpra untuk klien yang menjadi tanggungjawabnya.
Adanya renpra merupakan tanggung jawab profesional seorang

20
21

PP sebagai landasan dalam memberikan asuhan keperawatan


yang sesuai dengan standar. Renpra tersebut harus dibuat
sesegera mungkin pada saat klien masuk dan dievaluasi setiap
hari.

PP dituntut untuk memiliki kemampuan mendelegasikan


sebagian tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada
PA. pembagian tanggung jawab terhadap klien yang menjadi
tanggung jawab tim, didasarkan pada tingkat ketergantungan
pasien dan kemampuan PA dalam menerima pendelegasian.

Metode tim PP-PA dituntut untuk memiliki keterampilan


kepemimpinan. PP bertugas mengarahkan dan
mengkoordinasikan PA dalam memberikan asuhan
keperawatan pada kelompok klien. PP berkewajiban untuk
membimbing PA agar mampu memberikan asuhan
keperawatan seuai dengan standar yang ada. Bimbingan
tersebut dapat dilaksanakan secara langsung, misalnya
mendampingi PA saat melaksanakan tindakan tertentu pada
klien atau secara tidak langsung pada saat melakukan
konferens. PP juga harus senantiasa memotivasi PA agar terus
meningkatkan keterampilannya,misalnya memberikan referensi
atau bahan bacaan yang diperlukan.

Selain terkait dengan bimbingan keterampilan pada PA, sebagai


bagian dari peran kepemimpinan seorang PP, PP seharusnya
juga memiliki kemampuan untuk mengatasi konflik yang
mungkin terjadi antar PA. PP harus menjadi penengah yang
bijaksana sehingga konflik bisa teratasi dan tidak mengganggu
produktifitas PA dalam membantu memberikan asuhan
keperawatan. 

2. Komunikasi tim melalui renpra, konferensi, dan ronde


keperawatan
Komunikasi yang efektif merupakan kunci keberhasilan dalam
melakukan kerjasama profesional tim antara PP-PA.

21
22

Komunikasi tersebut dapat melalui ;renpra, konferensi, dan


ronde keperawatan yang terstruktur dan terjadwal.
Rencana asuhan keperawatan ( renpra ) selain berfungsi
sebagai:
a. Pedoman bagi PP-PA 
b. Landasan profesional bahwa asuhan keperawatan diberikan
berdasarkan ilmu pengetahuan

Kerjasama profesional PP-PA, selain berfungsi sebagai


penunjuk perencanaan asuhan yang diberikan juga berfungsi
sebagai media komunikasi PP pada PA. Berdasarkan renpra ini,
PP mendelegasikan PA untuk melakukan sebagian tindakan
keperawatan yang telah direncanakan oleh PP. Oleh sebab itu,
sangat sulit untuk tim PP-PA dapat bekerjasama secara efektif
jika PP tidak membuat perencanaan asuhan keperawatan
( renpra ). Hal ini menunjukan bahwa renpra sesungguhnya
dibuat bukan sekedar memenuhi ketentuan ( biasanya ketentuan
dalam menentukan akreditasi rumah sakit ). Renpra seharusnya
dibuat sesegera mungkin, paling lambat 1 kali 24 jam setelah
pasien masuk karena fungsinya sebagai pedoman dan media
komunikasi. Berdasarkan ketentuan tugas dan tanggung jawab
PP tidak sedang bertugas ( misalnya pada malam hari atau hari
libur ), PA yang sebelumnya telah didelegasikan dapat
melakukan pengkajian dasar dan menentukan satu diagnosa
keperawatan yang terkait dengan kebutuhan dasar pasien.
Selanjutnya segera setelah PP bertugas kembali maka
pengkajian dan renpra yang telah ada harus divalidasi dan
dilengkapi.

Penting juga diperhatikan bahwa renpra yang dibuat PP harus


dimengerti oleh semua PA. Semua anggota tim harus memiliki
pemahaman yang sama tentang istilah-istilah keperawatan yang
digunakan dalam renpra tersebut. Misalnya dalam renpra, PP
menuliskan rencana tindakan keperawatan ; " monitor I/O
( Intake/Output = pemasukan / pengeluaran ) tiap 24 jam".

Maka harus dipahami oleh semua anggota tim yang dimaksud


dengan monitor I/O, contoh lain dalam perencanaan PP

22
23

menuliskan "berikan dukungan pada pasien dan keluarganya" ,


maka baik PP dan PA dalam timnya harus memiliki persepsi
yang sama tentang tindakan yang akan dilakukan tersebut. Oleh
sebab itu PP harus menjelaskan kembali pada PA tentang apa
yang disusunnya tersebut. 

Pendelegasian tindakan keperawatan yang berdasarkan pada


renpra, PP terlebih dahulu harus memiliki kemampuan masing-
masing PA. Hal yang tidak dapat didelegasikan pada PA adalah
tanggung jawab dan tanggung gugat seorang PP (Dunville dan
McCuock, 2004). Tindakan yang telah didelegasikan pada PA,
PP tetap berkewajiban untuk tetap memonitor dan
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh PA.

3. Komunikasi tim oleh konferensi


Konferensi adalah pertemuan yang direncanakan antara PP dan
PA untuk membahas kondisi pasien dan rencana asuhan yang
dilakukan setiap hari. Konferensi biasanya merupakan
kelanjutan dari serah terimashift. Hal-hal yang ingin
dibicarakan lebih rinci dan sensitif dibicarakan didekat pasien
dapat dibahas lebih jauh didalam konferensi. Konferensi akan
efektif jika PP telah membuat renpra, dan membuat rencana apa
yang akan dibicarakan dalam konferensi. Konferensi ini lebih
bersifat 2 arah dalam diskusi antara PP–PA tentang rencana
asuhan keperawatan dari dan klarifikasi pada PA dan hal lain
yang terkait.

4. Komunikasi tim melalui Ronde Keperawatan


Ronde keperawatan yang dilakukan dalam tim ini harus
dibedakan dengan ronde keperawatan yang dilakuan
dengan clinical manager (ccm). Tujuan ronde keperawatan
dalam tim adalah agar PP dan PA bersama-sama melihat proses
yang diberikan. 

23
24

5. Kerjasama dengan tim lain


Tim kesehatan lain adalah dokter, ahli gizi, ahli farmasi,
fisioterapi, staf laboratorium dll. Peran PP dalam melakukan
kerjasama dengan tim lain tersebut adalah : 
a. Mengkolaborasikan. 
b. Mengkomunikasikan.
c. Mengkoordinasikan semua aspek perawatan pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.
d. PP dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai
baik segi tingkat pendidikan dalam pengalamannya.

PP bertanggung jawab untuk memberikan informasi kondisi


pasien yang terkait dengan perawatannya. PP dapat
memberikan informasi yang akurat bagi tenaga kesehatan lain,
sehingga keputusan medis atau gizi misalnya akan membantu
perkembangan pasien selama dalam perawatan, agar PP
melakukan komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan lain
tersebut, maka haruslah disepakati waktu yang tepat untuk
mengkomunikasikan pada tim kesehatan yang lain, misalnya
melalui ronde antar profesional. 

Kondisi dimana dokter tidak berada di ruang perawatan dapat


menyebabkan komunikasi langsung sangat sulit dilakukan oleh
karena itu komunikasi antar tim kesehatan dapat juga terbina
melalui dokumentasi keperawatan. Dokumentasi tersebut
dibuat oleh PP tetapi sebelumnya harus telah disepakati oleh
semua tim kesehatan bahwa dokumentasi yang ada juga
dimanfaatkan secara efektif sebagai alat komunikasi.

Terciptanya komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan dari


profesi lain, seorang PP harus memenuhi kepribadian yang baik
serta keterampilan berkomunikasi, misalnya memiliki sikap
mampu menghargai orang lain, tidak terkesan memerintah atau
menggurui atau bahkan menyalahkan orang lain dalam hal ini
tim kesehatan dari profesi lain, merupakan kemampuan yang
harus dimiliki PP. Melakukan komunikasi antar profesi ini PP
dituntut untuk selalu berpegang pada etika keperawatan.

24
25

Seorang PP harus melakukan tugas mengkordinasikan semua


kegiatan yang terkait dengan pengobatan dan perawatan pasien,
misalnya dokter menjadwalkan pasien untuk di rontgen dada
dan di USGabdoment sekaligus pemeriksaan mata pada hari
yang sama, maka seorang PP harus mampu mengkoordinasikan
semua kegiatan tersebut agar tidak melelahkan dan
membingungkan bagi pasien dan keluarganya. Misalnya dalam
hal ini perawat dapat menjadwal ulang semua kegiatan tadi.

6. Tantangan yang dihadapi dalam dinamika tim PP-PA dan


tenaga kesehatan lainnya
Tim PP-PA dapat dipandang sebagai suatu kelompok. Masalah
atau tantangan yang dapat dialami dalam membina kerjasama
profesional dalam kelompok dan antar profesi. Tersebut
diantaranya adalah : 
a. PP tidak mampu ( tidak kompeten ) melakukan perannya,
misalnya tidak mampu membuat renpra, atau memberikan
pendelegasian kepada PA yang tidak sesuai dengan
kemampuan PA tersebut.
b. PA tidak mampu menjalankan perannya, misalnya PA
tidak mampu melakukan tindakan yang sesuai dengan
tugas yang telah didelegasikan oleh PP.
c. Sikap tenaga kesehatan lain yang kurang menghargai
keberadaan profesi keperawatan.
d. Adanya friksi diantara sesama PA.

Tantangan seperti disebutkan diatas dapat di pandang sebagai


dinamika yang terjadi dalam kelompok. Menghadapi tantangan
tersebut seluruh pihak yang terkait dalam komunikasi perawat
pasien baik secara tidak langsung seperti CCM (Clinical Care
Manajer) , kepala ruangan, dan secara langsung PP dan PA
sendiri harus melakukan evaluasi dan mencari alternatif
penyelesaiannya.

25
26

7. Peran dan Tanggung Jawab Perawat sesuai dengan Jabatannya


a. Peran Kepala Ruangan ( KARU)
1) Sebelum melakukan sharing dan operan pagi KARU
melakukan ronde keperawatan kepada pasien yang
dirawat.
2) Memimpin sharing pagi.
3) Memimpin operan.
4) Memastikan pembagian tugas perawat yang telah di
buat olek Katim dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pagi hari.
5) Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi
dengan baik, meliputi : pengisian Askep, Visite Dokter
(Advise), pemeriksaan penunjang (Hasil Lab), dll.
6) Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai
dengan kebutuhan.
7) Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik
yang terjadi di area tanggung jawabnya.
8) Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.

b. Peran Ketua Tim ( KATIM )


1) Tugas Utama : Mengkoordinir pelaksanaan Askep
sekelompok pasien oleh Tim keperawatan di bawah
koordinasinya.
2) Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien
oleh Tim keperawatan di bawah koordinasinya pada
saat Pre Croference
3) Mengidentifikasi seluruh PP membuat rencana asuhan
keperawatan yang tepat untuk pasiennya.
4) Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
PP.
5) Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh
pasien di bawah koordinasinya pada saat Post
Conference.

26
27

c. Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)


1) Tugas Utama : menggantikan fungsi pengatur pada
saat shift sore/malam dan hari libur.
2) Memimpin kegiatan operan shift sore-malam
3) Memastikan PP melaksanakna follow up pasien
tanggung jawabnya
4) Memastikan seluruh PA Melaksanakan Asuhan
Keperawatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
PP
5) Mengatasi permasalahan yang terjadi di ruang
perawatan
6) Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan.

d.  Perawat Pelaksana (PP) dan Perawat Asosiet (PA)


1) Tugas Utama : Mengidentifikasi seluruh kebutuhan
perawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya,
merencakan asuhan keperawatan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow
Up) perkembangan pasien.
2) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
dilaksanakan oleh PA
3) Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana.

3.3.2 KonsepModel Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


3.3.2.1 Pengertian
MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendeffinisikan empat
unsur, yakni: Standar, Proses keperawatan, pendidikan keperawatan
dan Sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip
nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa
layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut
sebagai suatu pengambilan keputusan yang indevenden, maka tujuan
pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien
tidak akan dapat terwujud. Dalam menetapkan suatu model, keempat
hal tersebut harus menjadi bahan pertimbangan karena merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Nursalam, 2011).

27
28

3.3.2.2 Faktor-Faktor yang berhubungan dalam Perubahan MAKP


a. Kualitas Pelayanan Keperawatan
Menurut Nursalam (2011) setiap upaya umtuk meningkatkan
pelayanan keperawatan selalu berbicara menganai kualitas.
Kualitas sangat diperlukan untuk:
1) Meningkatkan asuhan keperawtan kepadda pasien
/konsumen.
2) Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi.
3) Mempertahankan eksistensi institusi
4) Meningkatkan kepuasan kerja
5) Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan
6) Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar.

b. Standar Praktik Keperawatan


Standar praktik keperawatan di Indonesia yang disusun oleh
Depkes RI (1995) dalam Nursalam (2011) terdiri atas beberapa
standar :
1) Meningkatkan hak-hak pasien
2) Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit (SPMRS).
3) Obsevasi keadaan pasien
4) Pemenuhan kebutuhan Nutrisi
5) Asuhan pada tindakan nonperatif dan administrative
6) Asuhan pada tindakan oprasi dan prosedur invassif
7) Pendidikan kepada pasien dan keluarga
8) Pemberian asuhan secara terus menerus dan
berkesinambungan.

Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup


tindakaan keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan
dasar manusia (14 kebutuhan dasar manusia dari Henderson),
meliputi:

1) Oksigen
2) Cairan dan elektrolit
3) Eleminasi
4) Keamanan

28
29

5) Keberhasilan dan kenyamanan fisik


2) Istirahat dan tidur
3) Aktivitas dan gerak
4) Spiritual
5) Emosional
6) Komunikasi
7) Mencegah dan mengatasi resiko psikologis
8) Pengobatan dan membantu proses penyembuhan
9) Penyuluhan
10) Rehabilitasi

c. Model Praktik di Rumah Sakit


Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan
tanggung jawab melaksanakan praktik keperawatan dirumah
sakit dengan sikap dan kemampuannya . untuk itu, perlu
dikembangkan pengertian praktik perawatan rumah sakit dan
lingkup cakurannya sebagi bentuk praktik keperawatan
profesional, sperti proses dan prosedur registrasi, dan legislasi
keperawatan.

d. Praktik keperawatan rumah


Bentuk praktik keperawatan rumah diletakan pada pelaksanaan
pelayanan asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari
pelayanan rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh peraawat
profesional dirumah sakit, atau melalui pengikutsertaan
perawat profesional yang melakukan praktik keperawatan
berkelompok.

e. Praktik keperawatan berkelompok


Beberapa perawat professional membuka praktik keperawatan
selama 24 jam kepada masyarakat yang memerlukan asuhan
keperawatan dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan
dan pelaksanaan praktik keperawatan rumah sakit dan rumah.

29
30

f. Praktik keperawatan individual


Pola pendekatan dan pelasanaan sama seperti yang diuraikan
untuk praktik keperawatan rumah sakit. Perawat professional
senior dan berpengalaman secara sendiri/ perorangan membuka
praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu untuk memberi
asuhan keperawatan khusunya konsultsi dalam keperawatan
bagi masyarakat yang memerlukan (Nursalam. 2011).

3.3.2.3 Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan


Profesional
Menurut nursalam (2011), metode system pemberian asuhan
keperawatan profesianal diantaranya:
a. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan
Keperawatan (MAKP)
1) Sesuai dengan visi dan misi institusi
2) Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan
keperawatan
3) Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4) Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat
5) Kepuasan dan kinerja perawat
6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan
tim kesehatan lainnya.

3.3.2.4 Jenis Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)


a. Fungsional (Bukan Model MAKP)
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang
dunia ke dua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu
dan dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya merawat
luka) kepada semua pasien dibangsal

30
31

Skema 2.1 Sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional

Kepala Ruangan

Perawat Perawat : Penyiapan Kebutuhan Dasar


pengobatab Merawat luka Instrumen

Pasien/Konsumen

Kelebihan
1) Manajemen klasi yang menekankan efisiensi, pembagian tugas
yang jelas dan pengawasan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat
junior/belum berpengalaman.

Kelemahan
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2) Pelayanan keperawatan terpisah-piash, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan
3) Presepsi [erawat cenderung pada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja

b. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan menjadi dua atau 3 tim/grup
yang terdiri atas perawat professional, teknikal, dan pembantu,
dalam kelompok kecil yang saling membantu.

1) Kelebihan
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

2) Kelemahan

31
32

Komunikasi anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk


konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu yang sulit
untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
3) Konsep metode tim
a) Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan,
b) Pentingnya komunikasi yang efektif angar kontinuitas
rencana keperawatan terjamin.
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d) Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model tim
akan berhasil bila didukung oleh kepala ruangan
4) Tanggung jawab anggota tim
a) Memberikan asuhan keperawatan pada psien dibawah
tanggung jawabnya
b) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
c) Memberikan laporan
5) Tanggung jawab ketua tim
a) Membuat perencanaan
b) Membuat penugasan, supervise, dan evaluasi
c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai
tingkat kebutuhan pasien
d) Mengembangkan kemampuan anggota
e) Menyelenggarakan konferensi
6) Tanggung jawab kepala ruangan
a) Perencanaan
(1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan
masing-masing
(2) Mengikuti serah terima psien pada sift sebelumnya
(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien :
gawat, transisi, dan persiapan pulang bersama ketua
tim.
(4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama
ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
(5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

32
33

(6) Mengikutii visite dokter untuk mengetahui kondisi,


patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
(7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,
termasuk kegiatan membimbing asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatan dan
menilai asuhan keperawatan , mengadakan diskusi
untuk pemecahan masalah, serta memberikan
informasi, kepada paien atau keluarga yang baru
masuk.
(8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan
latihan diri,
(9) Membantu membimbing peserta didik keperawatan
dan menjaga terwujudnya visi dan misi keperawtan
dan rumah sakit.

b) Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan
(3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim scara
jelas.
(4) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi
2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat,
(5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan :
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada
setiap hari dan lain-lain
(6) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan
(7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
(8) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak
berada ditempat kepada ketua tim.
(9) Memberi wewnang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
(10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
dan identifikasi masalah dan cara penanganannya.

33
34

c) Pengarahan
(1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua
tim
(2) Memberikan pujian kepada anggota tim yang
melaksanakan tugas dengan baik
(3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap
(4) menginformasikan hal-hal yang dianggap pentingdan
berhubugan dengan askep pasien
(5) melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
(6) membimbing bawahan yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya
(7) meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim

d) Pengawasan
(1) melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksanaan
mengenai asuhan keperawatn yang diberikan kepada
pasien.
(2) Melalui Supervisi
(a) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara
inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan
langsung secara lisa, dan memperbaiki/atau
mengawasi, kelemahan-kelemahan yang ada saait
itu juga
(b) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar
hadir ketua tim; membaca dan memeriksa rencana
keperawatn serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksanaan tugas.
(c) Evaluasi
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan
yang telah disusun bersama ketua tim.

34
35

Bagan 2.1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan MAKP


Tim

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Anggota Anggota

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

a. MAKP Primer
Meode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatn pasien mulai
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.

Bagan 2.3 Sistem pemberian asuhan keperawatan Primer


Tim Medis Kepala Ruangan Sarana RS

PP I PP I
PA I
PA I
PA 2
PA 2

PA I
Pasien PA 2

Kelebihan
1) Bersifat kontinuitas dan koperehensif
2) Bersifat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan
Rumah Sakit.
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu, selain itu asuhan
keperawatan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai

35
36

pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,


informasi, dan advokasi.

Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang


memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan
kriteria asetif, self direction, kemampuan mengambil keputusan
yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertibangan,
serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.

b. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien selama ia dinas, pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shif, dan tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh perawat yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawatan
private dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti
kasus isolasi dan intensive care.

Kelebihan
1) Perawat lebih memahami kasus perkasus
2) System evaluasi dari menejerial lebih mudah
Kekurangan
1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuandasar yang sama.
Bagan 2.4 Sistem pemberian asuhan keperawatan MSAKP
Kasus
Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien Pasien Pasien

36
37

c. Modifikasi MAKP Tim-Primer


Model MAKP tim dan primer digunakan secara kombinasi dari
kedua system. Penerapan system model MAKP ini didasarkan
pada beberapa alasan:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-
1 Keperawatan atau setara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada bagian tim
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatn dan akuntabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat
yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D3, bimbingan
tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat
primer/ketua tim.

3.3.3 Model MPKP


3.3.3.1 Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu
sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian
asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
3.3.3.2 Tujuan dari MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan
pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan
keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan
keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan.

37
38

3.3.3.3 Macam-macam Metode Penugasan MPKP dalam Keperawatan


a. Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang
pertama kali digunakan. Sampai perang dunia II metode
tersebut merupakan metode pemberian asuhan keperawatan
yang paling banyak digunakan. Pada metode ini satu perawat
akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien
secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang
dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan
perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien. (Sitorus,
2006).

Setelah perang dunia II, jumlah pendidikan keperawatan dari


berbagai jenis program meningkat dan banyak lulusan bekerja
di rumah sakit. Agar pemanfaatan tenaga yang bervariasi
tersebut dapat maksimal dan juga tuntutan peran yang
diharapkan dari perawat sesuai dengan perkembangan ilmu
kedokteran, kemudian dikembangkan metode fungsional.
(Sitorus, 2006).

b. Metode Fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan
ditekankan pada penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap
perawat diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan
kepada semua klien di satu ruangan. (Sitorus, 2006).

Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap


perawat dalam satu ruangan. Perawat akan melaporkan tugas
yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala
ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan
laporan klien. Metode fungsional mungkin efisien dalam
menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah perawat sedikit,
tetapi klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang
diterimanya. (Sitorus, 2006).

38
39

Metode ini kurang efektif karena (Sitorus, 2006) :


1) Proritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang
menekankan pada pemenuhan kebutuhan holistik
2) Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian
asuhan keperawatan terfragmentasi
3) Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu
perawat yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif,
kecuali mungkin kepala ruangan.
4) Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas
terhadap pelayanan atau asuhan yang diberikan karena seringkali
klien tidak mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang
ditanyakan.
5) Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan
perawat.

Selama beberapa tahun menggunakan metode fungsional beberapa


perawat pemimpin (nurse leader) mulai mempertanyakan
keefektifan metode tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan
profesional kemudian pada tahun 1950 metode tim digunakan untuk
menjawab hal tersebut(Sitorus, 2006).

a) Metode Tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan,
yaitu seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif
(Douglas, 1992). Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga
menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi. (Sitorus, 2006).
Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut (Sitorus,
2006) :
1) Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus
dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan,
supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Tanggung jawab
ketua tim adalah:

39
40

a) Mengkaji setiap klien dan menetapkan rencana


keperawatan
b) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap
anggota kelompok dan memberikan bimbingan melalui
konferensi
d) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai
serta mendokumentasikannya
2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra
terjamin. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui
berbagai cara, terutama melalui renpra tertulis yang merupakan
pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim
akan berhasil baik apabila didukung oleh kepala ruang untuk
itu kepala ruang diharapkan telah :
a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b) Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
c) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan
kepemimpinan
d) Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode
tim keperawatan
e) Menjadi narasumber bagi ketua tim
f) Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui
riset keperawatan
g) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka

Hasil penelitian Lambertson dalam Douglas (1992)


menunjukkan bahwa metode tim jika dilakukan dengan benar
adalah metode pemberian asuhan yang tepat untuk
meningkatkan kemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi
kemampuannya. (Sitorus, 2006).

Kekurangan metode ini, kesinambungan asuhan keperawatan


belum optimal sehingga pakar menge mbangkan metode
keperawatan primer. (Sitorus, 2006).

40
41

b) Metode perawatan primer


Menurrut Gillies (1989) “Keperawatan primer merupakan suatu
metode pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan
yang dekat dan berkesinambungan antara klien dan seorang perawat
tertentu yang bertanggungjawab dalam perencanaan, pemberian,
dan koordinasi asuha keperawatan klien, selama klien dirawat.”
(Sitorus, 2006).

Pada metode keperawatan primer perawat yang bertanggung jawab


terhadap pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer
(primary nurse) disingkat dengan PP. (Sitorus, 2006).

Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu akuntabilitas,


otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5K yaitu kontinuitas,
komunikasi, kolaborasi, koordinasi, dan komitmen. (Sitorus, 2006).

Setiap PP biasanya merawat 4 sampai 6 klien dan


bertanggungjawab selama 24 jam selama klien tersebut dirawat
dirumah sakit atau di suatu unit. Perawat akan melakukan
wawancara mengkaji secara komprehensif, dan merencanakan
asuhan keperawatan. Perawat yang peling mengetahui keadaaan
klien. Jika PP tidak sedang bertugas, kelanjutan asuhan akan di
delegasikan kepada perawat lain (associated nurse). PP
bertanggungjawab terhadap asuhan keperawatan klien dan
menginformasikan keadaan klien kepada kepala ruangan, dokter,
dan staff keperawatan. (Sitorus, 2006).

Seorang PP bukan hanya mempunyai kewenangan untuk


memberikan asuhan keperawatan, tetapi juga mempunyai
kewengangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial,
kontrak dengan lembaga sosial di masyarakat, membuat jadwal
perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah dan lain lain.
Dengan diberikannya kewenangan, dituntut akuntabilitas perawat
yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan. Metode
keperawatan primer memberikan beberapa keuntungan terhadap

41
42

klien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies, 1989). (Sitorus,


2006).

Keuntungan yang dirasakan klien ialah mereka merasa lebih


dihargai sebagai manusia karena terpenuhi kebutuhannya secara
individu, asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan tercapainya
layanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi. Metode itu dapat meningkatkan mutu
asuhan keperawatan karena (Sitorus, 2006) :
1) Hanya ada 1 perawat yang bertanggung jawab dalam
perencanaan dan koordinasi asuhan keperawatan
2) Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 klien
3) PP bertanggung jawab selama 24 jam
4) Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal
5) Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan
paralel.

Keuntungan yang dirasakan oleh PP adalah memungkinkan bagi PP


untuk pengembangan diri melalui implementasi ilmu pengetahuan.
Hal ini dimungkinkan karena adanya otonomi dalam membuat
keputusan tentang asuhan keperawatan klien. Staf medis juga
merasakan kepuasannya dengan metode ini karena senantiasa
mendapat informasi tentang kondisi klien yang mutakhir dan
komprehensif(Sitorus, 2006).

Informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar


mengetahui keadaan klien. Keuntungan yang diperoleh oleh rumah
sakit adalah rumah sakit tidak harus memperkerjakan terlalu banyak
tenaga keperawatan, tetapi harus merupakan perawat yang bermutu
tinggi (Sitorus, 2006).

Huber (1996) menjelaskan bahwa pada keperawatan primer dengan


asuhan berfoukus pada kebutuhan klien, terdapat otonomi perawat
dan kesinambungan asuhan yang tinggi. Hasil penelitian Gardner
(1991) dan Lee (1993) dalam Huber (1996) mengatakan bahwa
mutu asuhan keperawatan lebih tinggi dengan keperawatan primer
daripada dengan metode tim. Dalam menetapkan seseorang menjadi
PP perlu berhati-hati karena memerlukan beberapa kriteria, yaitu

42
43

perawat yang menunjukkan kemampuan asertif, perawat yang


mandiri, kemampuan menmgambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klini, akuntabel, bertanggung jawab serta
mampu berkolaborasi dengan baik dengan berbagai disiplin. Di
negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai PP
adalah seorang spesialis perawat klinis (clinical nurse specialist)
dengan kualifikasi master keperawatan. Menurut Ellis dan Hartley
(1995), Kozier et al (1997) seorang PP bertanggung jawab untuk
membuat keputusan yang terkait dengan asuhan keperawatan klien
oleh karena itu kualifikasi kemampuan PP minimal adalah sarjana
keperawatan/Ners. (Sitorus, 2006).

c) Differentiated practice
National League for Nursing (NLN) dalam kozier et al (1995)
menjelaskan baha differentiated practice adalah suatu pendekatan
yang bertujuan menjamin mutu asuhan melalui pemanfaatan
sumber-sumber keperawatan yang tepat. Terdapat dua model yaitu
model kompetensi dan model pendidikan. Pada model kompetensi,
perawat terdaftar (registered nurse) diberi tugas berdasarkan
tanggung jawab dan struktur peran yang sesuai dengan
kemampuannya. Pada model pendidikan, penetapan tugas
keperawatan didasarkan pada tingkat pendidikan. Bedasarkan
pendidikan, perawat akan ditetapkan apa yang menjadi tnggung
jawab setiap perawat dan bagaimana hubungan antar tenaga tersebut
diatur (Sitorus, 2006)

d) Manajemen kasus
Manajemen kasus merupakan system pemberian asuhan kesehatan
secara multi disiplin yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan
fungsi berbagai anggota tim kesehatan dan sumber-sumber yang ada
sehingga dapat dicapai hasil akhir asuhan kesehatan yang optimal.
ANA dalam Marquis dan Hutson (2000) mengatakan bahwa
manajemen kasus merupakan proses pemberian asuhan kesehatan
yang bertujuan mengurangi fragmentasi, meningkatkan kualitas
hidup, dan efisiensi pembiayaan. Focus pertama manajemen kasus
adalah integrasi, koordinasi dan advokasi klien, keluarga serta
masyarakat yang memerlukan pelayanan yang ektensif. Metode

43
44

manajemen kasus meliputi beberapa elemen utama yaitu,


pendekatan berfokus pada klien, koordinasi asuhan dan pelayanan
antar institusi, berorientasi pada hasil, efisiensi sumber dan
kolaborasi (Sitorus, 2006).

3.3.4 Komponen dari MPKP


Berdasarkan MPKP ysng sudah dikembangkan diberbagai rumah sakit
Hoffart dan Woods menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari lima
komponen, yakni:
a. Nilai-nilai profesional
Nilai-nilai profesional menjadi komponen utama pada suatu praktik
keperawatan profesional. Nilai-nilai profesional ini merupakan inti
dari MPKP. Nilai-nilai seperti penghargaan atas otonomi klien,
menghargai klien, dan melakukan yang terbaik untuk klien harus
tetap ditingkatkan dalam suatu proses keperawatan.
b. Pendekatan manajemen
Dalam melakukan asuhan keperawatan adalah untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia, yang bilamana ingin memenuhi
kebutuhan dasar tersebut seorangperawat harus melakukan
pendekatan penyelesaian masalah, sehingga dapat diidentifikasi
masalah klien, dan nantinya dapat diterapkan terapi keperawatan
yang tepat untuk masalah klien.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang
profesional, digunakan beberapa metode pemberian asuhan
keperawatan, misalnya metode kasus, fungsional, tim, dan
keperawatan primer, serta manajemen kasus. Dalam praktik
keperawatan profesional, metode yang paling memungkinkan
pemberian asuhan keperawatan profesional adalah metode yang
menggunakan the breath of keperawatan primer.
d. Hubungan profesional
Pemberian asuhan kesehatan kepada klien diberikan oleh beberapa
anggota tim kesehatan. Namun, fokus pemberian asuhan kesehatan
adalah klien. Karena banyaknya anggota tim kesehatan yang
terlibat, maka dari itu perlu kesepakatan tentang cara melakukan
hubungan kolaborasi tersebut.

44
45

e. Sistem kompensasi dan penghargaan


Pada suatu layanan profesional, seorang profesional mempunyai hak
atas kompensasi dan penghargaan. Pada suatu profesi, kompensasi
yang didapat merupakan imbalan dan kewajiban profesi yang
terlebih dahulu dipenuhi. Kompensasi dan penghargaan yang
diberikan pada MPKP dapat disepakati di setiap institusi dengan
mengacu pada kesepakatan bahwa layanan keperawatan adalah
pelayanan profesional.

3.3.5 Karakteristik MPKP


a. Penetapan jumlah tenaga keperawatan. Penetapan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat
ketergantungan klien.
b. Penetapan jenis tenaga keperawatan. Pada suatu ruang rawat
MPKP, terdapat beberapa jenis tenaga yang memberikan asuhan
keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CCM), Perawat Primer
(PP), dan Perawat Asosiet (PA). Selain jenis tenaga tersebut
terdapat juga seorang kepala ruang rawat yang bertanggung jawab
terhadap manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat
tersebut. Peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan
kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang jelas dalam
sistem pemberian asuhan keperawatan.
c. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra). Standar
renpra perlu ditetapkan, karena berdasarkan hasil obsevasi,
penulisan renpra sangat menyita waktu karena fenomena
keperawatan mencakup 14 kebutuhan dasar manusia (Potter &
Perry, 1997).
d. Penggunaan metode modifikasi keperwatan primer. Pada MPKP
digunakan metode modifikasi keperawatn primer, sehingga terdapat
satu orang perawat profesional yang disebut perawat primer yang
bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan
yang diberikan. Disamping itu, terdapat Clinical Care Manager
(CCM) yang mengarahkan dan membimbing PP dalam memberikan
asuhan keperawatan. CCM diharapkan akan menjadi peran ners
spesialis pada masa yang akan datang.

45
46

3.3.6 Langkah-langkah dalam MPKP


a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang
harus dilakukan, yaitu (Sitorus, 2006):
2) Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang
digunakan sebagai tempat proses belajar bagi mahasiswa
keperawatan, sebaiknya kelompok kerja ini melibatkan staf dari
institusi yang berkaitan. Sehingga kegiatan ini merupakan
kegiatan kolaborasi antara pelayanan/rumah saklit dan institusi
pendidikan. Tim ini bisa terdiri dari seorang koordinator
departemen, seorang penyelia, dan kepala ruang rawat serta
tenaga dari institusi pendidikan. (Sitorus, 2006).
3) Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan
klien/keluarga kepatuhan perawat terhadap standar yang diniali
dari dokumentasi keperawatan, lama hari rawat dan angka
infeksi noksomial. (Sitorus, 2006).
4) Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil
penilaian mutu asuhan kepada pimpinan rumah sakit,
departemen,staf keperawtan, dan staf lain yang terlibat. Pada
presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat
implementasi MPKP akan dilaksanakan. (Sitorus, 2006).
5) Penempatan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan
tempat implementasi MPKP, antara lain (Sitorus, 2006):
 Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang
tersebut. Hal ini diperlukan sehingga dari awal tenaga
perawat tersebut akan mendapat pembinaan tentang
kerangka kerja MPKP
 Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut
terdiri dari 1 swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan
dikembangkan sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari
ruang rawat lain.

46
47

6) Penetapan Tenaga Keperawatan


Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat
ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat
ketergantungan. Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawtan
di suatu ruangrawat didahului dengan menghitung jumlah klien
derdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu tertentu,
minimal selama 7 hari berturut-turut. (Sitorus, 2006).
7) Penetapan Jenis Tenaga
Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan adalah metode modifikasi keperawatan primer.
Dengan demikian, dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa
jenis tenaga, meliputi (Sitorus, 2006).:
 Kepala ruang rawat
 Clinical care manager
 Perawat primer
 Perawat asosiet
8) Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan
Pengembangan standar renpra bertujuan untuk mengurangi
waktu perawat menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih
banyak dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan
klien. Adanya standar renpra menunjukan asuhan keperawtan
yang diberikan berdasarkan konsep dan teori keperwatan yang
kukuh, yang merupakan salah satu karakteristik pelayanan
professional. Format standar renpra yang digunakan biasanya
terdiri dari bagian-bagian tindakan keperawatan: diagnose
keperawatan dan data penunjang, tujuan, tindakan keperawatan
dan kolom keterangan. (Sitorus, 2006).
9) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan
Selain standar renpra, format dokumentasi keperawatan lain
yang diperlukan adalah (Sitorus, 2006) :
 Format pengkajian awal keperawatan
 Format implementasi tindakan keperawatan
 Format kardex
 Format catatan perkembangan
 Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan
dokter

47
48

 Format laporan pergantian shif


 Resume perawatan

10) Identifikasi Fasilitas


Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP
sama dengan fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat.
Adapun fasilitas tambahan yang di perlukan adalah (Sitorus,
2006) :
 Badge atau kartu nama tim
Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim
yang berisi nama PP dan PA dalam tim tersebut. Kartu ini
digunakan pertama kali sat melakukan kontrak dengan
klien/keluarga.
 Papan MPKP
Papan MPKP berisi darfat nama-nama klien, PP, PA, dan
timnya serta dokter yang merawat klien.

11) Tahap Pelaksanaan


Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah
berikut ini (Sitorus, 2006) :
 Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang
terlibat di ruang yang sudah ditentukan.
 Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam
melakukan konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan
setiap hari. Konferensi dilakukan setelah melaukan operan
dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas PP.
Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri
sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar. (Sitorus,
2006).
 Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam
melakukan ronde dengan porawat asosiet (PA)
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga
dilakukan setiap hari. Ronde ini penting selain untuk
supervisi kegiatan PA, juga sarana bagi PP untuk

48
49

memperoleh tambahan data tentang kondisi klien. (Sitorus,


2006).
 Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan
standar renpra.
Standar renpra merupakan acuan bagi tim dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Semua masalah dan
tindakan yang direncenakan mengacu pada standar
tersebut. (Sitorus, 2006).
 Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat
kontrak/orientasi dengan klien/keluarga.
Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan
kesepakatan antara perawat dan klien/keluarganya dalam
pemberian asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan
agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien
dapat terbina. Kontrak diawali dengan pemberian
orientasibagi klien dan keluarganya. (Sitorus, 2006).
 Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan
presentasi kasus dalam tim.
PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan
kasus-kasus klien yang dirawatnya. Melalui kasus ini PP
dan PA dapat lebih mempelajari kasus yang ditanganinya
secara mendalam. (Sitorus, 2006).
 Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM)
dalam membimbing PP dan PA
Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan
implementasi MPKP dilakukan melalui supervisi secara
berkala. Agar terdapat kesinambungan bimbingan,
diperlukan buku komunikasi CCM. Buku ini menjadi
sangat diperlukan karena CCM terdiri dari beberapa orang
yaitu anggota tim/panitia yang diatur gilirannya untuk
memberikan bimbingan kepada PP dan PA. Bila sudah ada
CCM tertentu untuk setiap ruangan, buku komunikasi
CCM tidak diperlukan lagi. (Sitorus, 2006).
 Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi
keperawatan.

49
50

Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab


perawat kepada klien. Oleh karena itu, pengisisan
dokumentasi secara tepat menjadi penting.

12) Tahap Evaluasi


Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan
instrumen evsluasi MPKP oleh CCM. Evaluasi prses dilakukan
oleh CCM dua kali dalam seminggu. Evaluasi ini bertujuan
untuk mengidentifikasi secara dini maslah-masalah yang
ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik atau
bimbingan. Evluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan
(Sitorus, 2006) :
a. Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga
untuk setiap klien pulang.
b. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang
dinilai berdasarkan dokumentasi.
c. Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per
ruang rawat)
d. Penilaian rata-rata lama hari rawat

13) Tahap Lanjut


MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem)
pemberian asuhan keperawatan. Agar implementasi MPKP
memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai dengan
implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada ruang
MPKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah
ada sistem yang tepat untuk menerapkannya. (Sitorus, 2006).
a. MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada
tingkat ini, PP pemula diberi kesempatan meningkatkan
pendidikan sehingga mempunyai kemampuan sebagai
SKp/Ners. Setelah mendapatkan pendidikan tambahan
tersebut berperan sebagai PP (bukan PP pemula). (Sitorus,
2006).
b. MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II.
Pada MPKP tingkat I, PP adalah SKp/Ners. Agar PP dapat
memberikan asuhan keperawatan berdasarkan ilmu dan

50
51

teknologi mutakhir, diperlukan kemampuan seorang Ners


sepeialis yang akan berperan sebagai CCM. Oleh karena
itu, kemampuan perawat SKp/ Ners ditingkatkan menjadi
ners spesialis. (Sitorus, 2006).
c. MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III.
Pada tingkat ini perawat denga kemampuan sebagai ners
spesialis ditingkatkan menjadi doktor keperawatan.
Perawat diharapkan lebih banyak melakukan penelitian
keperawatan eksperimen yang dapat meningkatkan asuhan
keperwatan sekaligus mengembangkan ilmu keperawatan.
(Sitorus, 2006).

51
BAB 3
TINJAUAN LAHAN

3.1 Profil/Gambaran Umum Rumah Sakit


3.1.1 Sejarah Singkat

Rumah Sakit Islam Banjarmasin merupakan salah satu rumah sakit


swasta Tipe C di Kalimantan Selatan.RS Islam Banjarmasin terletak di
Jl. Letjend. S. Parman No. 88 Banjarmasin (70115) Banjarmasin.

Sejarah Singkat Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

Musyawarah Wilayah Pimpinan Muhammadiyah Kalimantan Selatan


ke 25 yang diadakan di Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang
berlangsunng pada tanggal 15 – 17 April 1968 merupakan tonggak
sejarah Rumah Sakit Islam Banjarmasin ditancapkan guna
mengembangkan amal usaha persyarikatan

Berdasarkan akta notaries Bachtiar tanggal 01 Maret 1972 No.1/1972


telah dibentuk pengurus yayasan RSIB yang tanggal 19 Agustus 1972
diketahui Bapak H. Abdullah dengan SK Menkes No.
673/P.Kes/0/1972 diperoleh ijin kepegawai RSIB, yang mana dalam
perjalanannya pengurus yayasan tersebut dibubarkan oleh PWM
periode 2000 – 2005.

RSIB awalnya merupakan sebuah Rumah Sakit Bersalin yang bernama


“Rumah Sakit Siti Khadijah”. Nama ini digunakan pada tanggal 14
Agustus 1974 sampai 14 Agustus 1979 dan pada tanggal 15 Agustus
1979 dirubah menjadi RSIB hingga sekarang yang mendapat ijin tetap
Menkes RI No. 0917/Yan-Men/RSKS/1988 yang berlaku selama 5
tahun dan selalu diperpanjang.

Berdirinya RSIB memerlukan waktu 3 tahun, pada tahun 1972 telah


diresmikan berdirinya RSIB yang dipimpin oleh Direktur.

3.1.2 Falsafah, Motto, Visi, Misi, Dan Tujuan


3.1.2.1 Falsafah
Pelayanan kesehatan diselenggarakan berlandaskan etika,
proesionalisme, dan islami.

51
52

3.1.2.2 Motto
C : cepat dalam pelayanan
I : Islami dalam pengabdian
N : nyaman bagi pelanggan
T : tepat dalam tindakan
A : aman dan bermutu
3.1.2.3 Visi
Mewujudkan Rumah sakit islam banjarmasin sebagai rumah
sakit yang profesional bermutu dan menjadi pilihan serta
kebanggan masyarakat.
3.1.2.4 Misi
Rumah sakit islam banjarmasin didirikan untuk pelayanan
kesehatan, membantu pasien untuk memperoleh kesehatan dan
juga sebagai media dakwah islamiah.
3.1.2.5 Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tanpa membedakan
suku, agama, ras, aliran, serta membentuk mental spritual yang
islami.

3.1.3 Kedudukan, Tugas Dan Fungsi


2.1.3.1Direktur dibantu dengan dua orang Wakil Direktur yaitu Wakil
Direktur Administrasi Umum dan Keuangan dan Wakil Direktur
Medik.
Selama perjalanannya Rumah Sakit Islam Banjarmasin dalam
pengabdiannya jabatan Direktur beberapa kali mengalami
penggantian sebagai berikut :
1. dr. H. Abu Hanifah MPH Tahun 1974 - 1984
2. dr. H. Mochlan Aham DTMH Tahun 1984 - 1994
3. drg. H. Muhammad Asj’ari Tahun 1994 - 2001
4. dr. H. Abimanyu, Sp. PD, KGEH Tahun 2001 - 2003
5. dr. H. Hasan Zain, Sp. P Tahun 2004 - 2009
6. dr. H. Mohamad Isa, Sp. P Tahun 2009 - 2014
7. dr. Hj. Rafiqah Tahun 2014 - 2019
53

3.1.4 Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan


3.1.4.1 Rawat Jalan
Poliklinik terdiri dari Poli Umum dan Spesialis sebagai berikut:
1. Umum
Pagi : 08.00 - 12.00 wita
Sore : 14.00 - 21.00 wita
2. Gigi
Pagi : 08.00 - 12.00 wita
Sore : 17.00 – selesai
3. Gizi
Pagi : 08.00 - 12.00 wita
Sore : 17.00 – selesai
4. Kebidanan & Kandungan
Pagi : 08.00 - 12.00 wita
Sore : 16.00 – selesai
5. Anak
Pagi : 08.30 - 09.30 wita
Sore : 17.00 – selesai
6. Spesialis lainnya Sore : 17.00 - selesai
- Neurologi - Urologi - Bedah
- Paru - Orthopedi - Penyakit Dalam
- THT - Kulit & Kelamin

3.1.4.2 Rawat Inap


Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Banjarmasin terdiri dari
beberapa klasifikasi/jenis yang disesuaikan dengan fasilitas
antara lain : Air Conditioner Split, TV 21, TV 14, Kulkas,
Kipas Angin, Tempat Tidur Penunggu Pasien, Kamar
Mandi/WC, Makan 3 kali Snack dan lain-lain.
Jumlah tempat tidur (TT) : 113 TT
Klasifikasi kamar pasien sebagai berikut :
1. Paviliun Super VIP : 2 TT
2. Ruang VIP A Al-Farabi : 9 TT
3. Paviliun VIP B : 3 TT
4. Ruang VIP B Al Farabi : 3 TT
5. Ruang Kelas IA Paviliun : 6 TT
54

6. Ruang Kelas IA Al-Farabi : 6 TT


7. AR-Razi VIP A : 2 TT
8. Ruang Kelas I A AR-Razi : 11 TT
9. Ruang Kelas II A AR-Razi : 2 TT
10. Ruang Kelas II B Ar-Razi : 6 TT
11. Al-Biruni Kelas I A : 3 TT
12. Al Biruni Kelas I B : 4 TT
13. Al-Biruni Kelas I : 1 TT
14. Al- Biruni Kelas II : 10 TT
15. Al-Biruni Kelas III A : 5 TT
16. Al-Biruni Keals III B : 4 TT
17. Al-Haitam IIC Anak : 13 TT
18. Al-Haitam IIIB Anak : 6 TT
19. ICU/ICCU : 8 TT
20. Kamar bayi : 15 TT

3.1.4.3 Jenis Pelayanan Spesialis yang Ada


1. Dokter Spesialis Bedah
2. Dokter Spesialis Penyakit Dalam
3. Dokter Spesialis Anak
4. Dokter Spesialis Obgyn (Kebidanan dan Kandungan)
5. Dokter Spesialis Radiologi
6. Dokter Spesialis Anasthesi
7. Dokter Spesialis Patologi Klinik
8. Dokter Spesialis Jiwa
9. Dokter Spesialis Mata
10.Dokter Spesialis THT (Telinga, Hidung & Tenggorokan)
11.Dokter Spesialis Kulit & Kelamin
12.Dokter Spesialis Kardiologi
13.Dokter Spesialis Paru
14.Dokter Spesialis Saraf
15.Dokter Spesialis Bedah Saraf
16.Dokter Spesialis Bedah Orthopedi
17.Dokter Spesialis Urologi
18.Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
19.Dokter Spesialis Patologi Anatomi
55

3.2 Input

3.2.1 Data Umum Ruangan


3.2.1.1 Karakteristik Unit
a. Visi Ruangan Perawatan Al Haitam
Unit yang dapat melaksanakan pelayanan prima ke
seluruh pasien yang ada, dan sebagai unit rawat yang
aman dan nyaman berlandaskan pada pemberian asuhan
keperawatan yang holistik.

b. MisiRuangan Perawatan Al Haitam


a) Meningkatkan kebersihan dan kerapian ruangan
b) Meningkatkan komunikasi terapeutik dalam
pemberian asuhan keperawatan
c) Mengutamakan kepentingan pasien berdasarkan
hanya.
d) Memberikan asuhan keperawatan yang optimal dari
tahap pra interaksi, interaksi, terminasi dan
dokumentasi.

3.2.1.2 Sifat Kekaryaan Ruang


a. Fokus Telaah
Dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang Al Haitam
tidak memfokuskan pada kasus penyakit, dikarenakan
ruang Al Haitam menangani seluruh jenis keluhan
penyakit secara umum.
b. Lingkup Garapan
Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruang
keperawatan Al Haitam adalah pemenuhan kebutuhan
dasar manusia. Berdasarkan fokus telaah, maka lingkup
garapan ruang Al Haitam adalah memberikan pelayanan
secara terpadu dari berbagai multi disisplin ilmu secara
aman, berkualitas dan berkesinambungan dengan segala
aktivitas untuk mengatasi gangguan/hambatan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dan meningkatkan kualitas
hidup yang terjadi akibat masalah/gangguan fisiologis
pada satu atau berbagai sistem tubuh yang dialami pasien.
56

Secara umum lingkup garapan ruang rawat inap Al


Haitam meliputi penyakit dalam, bedah, gawat, anak.

c. Basis Intervensi
Basis intervensi ruang rawat Al Haitam merupakan salah
satu bagian dari pelayanan umum bagi pasien anak dengan
berbagai macam penyakit seperti: GEA, Dyspepsia, Asma
Bronkhitis, DHF dan lain-lain. Sehingga memerlukan
penanganan yang baik dan benar. Agar kualitas hidup
pasien meningkat.

3.2.1.3 Model Layanan


Model Asuhan Keperawatan yang digunakan di Ruang Al-
Haitam Rumah Sakit Islam Banjarmasin (RSIB) adalah
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan
menggunakan Metode Primer.

3.2.1.4 Letak Ruang


Ruang Al Haitam merupakan ruang rawat inap yang berada di
sebelah Ruang Paviliun Ibnu Sina. Pelayanan rawat inap yang
diberikan mencakup seluruh jenis penyakit yang diderita oleh
anak, hal ini berkaiatan dengan kebijakan Manajemen Rumah
Sakit untuk menempatkan pasien rawat inap, tanpa
membedakan jenis kelamin.

Ruang Al Hatam ini digunakan mahasiswa Universitas


Muhammadiyah Banjarmasin sebagai tempat pembelajaran
praktik manajemen keperawatan. Ruang ini dibatasi oleh:
a. Sebelah Barat berbatasan dengan ruang paviliun Ibnu
Sina
b. Sebelah Utara berbatasan dengan lahan kosong
c. Sebelah Timur berbatasan dengan ruang administrasi
d. Sebelah Selatan berbatsan dengan balkon
57

3.2.1.5 Kapasitas Unit Ruang


Kapasitas tempat tidur di Ruang Al-Haitam terdiri atas 19
tempat tidur. Rincian tempat tidur di ruang Al- Biruni sbb:
a. Ruang kelas II : 13tempat tidur
b. Ruang kelas III : 6 tempat tidur

3.2.2 Manusia (Man)


3.2.21 Tenaga
Tenaga keperawatan di Ruang Al Haitam (Anak) seluruhnya
berjumlah 15 orang, sudah termasuk kepala ruangan dan
ditambah 1 pekarya.
a) Berdasarkan jenis dan tingkat pendidikan
No Jenis Tenaga Tetap TKK Tamu Jumlah %
1 Medis 6 6 27,2
2 Keperawatan
a.    Perawat Profesional (Ners) 4 4 8 36,3
b.    Perawat Profesional (S.Kep) 2 2 9
c.   Perawat Mahir (DIII-SKM)
d.   Perawat Mahir (DIII) 5 5 23
e.  Perawat Kesehatan (SPK-SKM)
f.   Perawat Kesehatan (SPK)
g.    Bidan
h.    Perawat Gigi
3 Non Keperawatan 1 1 4,5
4 Non Medis
100
Total
%

b) Berdasarkan jenjang karir


No Jenis Tenaga Jumlah %
1 Pra Perawat Klinis 4 27
2 Perawat Klinis I 7 46
3 Perawat Klinis II 4 27
4 Perawat Klinis III - -
5 Perawat Klinis IV - -
Total 15 100

c) Berdasarkan pelatihan yang diikuti


Jumla
No Jenis Pelatihan %
h
1 In House Training 12 80
2 BTCLS 15 100%
58

Saat wawancara dengan kepala ruangan didapatkan data bahwa


seluruh perawat di ruangan Al Haitam tidak ada yang pernah
mengikuti pelatihan keperawatan anak.

d) Pasien
1. Klasifikasi pasien : anak usia 28 hari s/d 17 tahun.
2. Data pada bulan maret
a) Jumlah pasien : 128 orang (umum: kelas II : 31
orang, kelas III: 15 orang, BPJS: kelas II 60 orang,
kelas III 22 orang)
b) Jumlah pasien meninggal : tidak ada
c) Jumlah pasien pulang APS : kelas II 2 orang, kelas
III 1 orang (kena biaya)
d) Jumlah pasien lari : tidak ada
e) Jumlah pasien pindah RS : tidak ada
f) Jumlah penyakit terbanyak di bulan maret 2019
No. Nama penyakit Jumlah kasus
1. DHF 28
2. Demam Typoid 25
3. Bronkhopneumonia 24
4. GEA 18
5. Obs. Febris 8
6. ISPA 5
7. Vomitus 3
8. KDS 3
9. Asma Bronkhial 2
10 Viral Infektion 1
Sumber: Laporan bulan Maret2019 ruang Al HaitamRS
Islam Banjarmasin

g) Angka kejadian berulang


Angka kejadian berulang di ruang Al Haitam terdpat
sebanyak 5 pasien (7 kejadian) sejak januari 2019
dengan kejadian berulang yang termasuk dalam 10
penyakit terbanyak pada bulan maret 2019.

h) Angka kejadian kesalahan dalam pemberian obat


Angka kejadian kesalahan dalam pemberian obat
pada satu tahun terakhir sejak 2018, angka kejadian
kesalahan dalam pemberian obat memiliki nilai 0%
itu artinya tidak pernah terjadi kesalahan dalam
59

pemberian obat kepada klien karena perawat selalu


memperhatikan prinsip benar obat.

i) Angka kejadian pasien jatuh


Angka kejadian Patient Safety di Ruang Al Haitam
sudah terdokumentasikan secara terperinci. Pada
bulan Maret 2019 pencatatan patient safety meliputi
kejadian dekubitus 0 orang (0%) serta kejadian pasien
jatuh tidak ada (0%).

j) Angka kejadian Infeksi


Berdasarkan Indikator Mutu PPI didaptkan data :
No. Indikator Pelaksanaan
Indikator
1 Insiden ISK 15 ‰
2 Insiden Plebitis 20 ‰
3 Insiden Infeksi Daerah 1,5 ‰
operasi
4 Angka kepatuhan petugas 85 ‰
melaksanakan hand
hygiene

Berdasarkan data HAIS tahun 2018 pada ruang ICU


didapatkan angka kejadian 19,87‰, ruang Al Farabi
19,96‰, ruang Al razi 21,38‰, ruang Al Biruni
16,8‰, ruang PAP Ibnu Sina 17,5‰ dan ruang Al
Haitam 0‰.

Berdasarkan data IDO (Infeksi Daerah Operasi)


tahun 2018-2019 tidak terdapat angka kejadian
infeksi (0‰). Data ISK (infeksi saluran kemih) tahun
2018-2019 tidak terdapat angka kejadian IDO
diseluruh ruangan (0‰).Data IADP (infeksi aliran
darah primer) 2018-2019 tidak terdapat angka
kejadian di seluruh ruangan (0‰).

Pada saat wawancara terhadap pasien dan keluarga pasien


tentang hak dan kewajiban pasien, dari 10 pasien terdapat 6
pasien yang dirawat inap mengatakan belum mengetahui hak dan
kewajiban pasien. Kemudian dari 10 pasien terdapat 5 pasien
60

yang dirawat inap mengatakan belum mengetahui cara cuci


tangan 6 langkah.

e) Jumlah kebutuhan tenaga perawat


1. Jumlah kebutuhan tenaga perawat berdasarkan
perhitungan bulan oktober-desember 2018.
a) DOUGLAS
Perawatan Minimal: 1-2 jam/ 24 jam
Jumlah bed : 19 orang
Pagi : 0,17 x 19 = 3,23
Siang : 0,14 x 19 = 2,66
Malam : 0,07 x 19 = 1,33

Dengan hasil keseluruhan dari jumlah perhitungan


Douglas didapatkan hasil : 7,22 dengan kesimpulan
sebanyak 7 orang jumlah kebutuhan tenaga perawat.

b) Depkes
BOR : 78 %
Jumlah TT : 19 buah
Jam kerja perawatan/hari : 5,7 jam ( rawat inap)
Kebutuhan tenaga perawat

( BOR X jumlah TT ) X rata−rata jam perawatan


jam kerja perawat /hari

(BOR x jumlah TT)


= (7,8% x 19)
= 15 TT
Tabel perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien
No Jenis /kategori Rata- Rata-rata Jumlah %
rata jam perawatan/hari
pasien perawatan/
/hari hari
1 Pasien - - - -
penyakit
dalam
2 Pasien bedah 2 4 8 0,6
3 Pasien gawat 7 10 70 2
4 Pasien anak 338 4,5 1521 97,4
5 Pasien - - - -
kebidanan
Jumlah 347 1599 100

Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan


- 0,6% x 15 = 0,09 x 4 = 0,36
- 2% x 15 = 0,3 x 10 =3
- 97,4% x 15 = 14,61 x 4,5 = 65,7
Total = 69,06 / 5,7
= 12 orang
61

 Faktor koreksi

Jumlah hari minggu 1tahun +cuti+hari besar


x kebutuhan perawat
Jumlah harikerja efektif

52+12+18
¿ x 12
365−82

82
¿ x 12=3 orang
283

 Tugas non keperawatan


= (12+3)x 25%
= 15 x 25% = 3,75
 Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan
= 13+ 3 +3 +1 (pp) + 1 (karu)
= 20 orang

c) Gillies

A X B XC
( C− D ) X E

Keterangan :
A. = Rata-rata jumlah prawatan/pasien/hari
B. = Rata-rata jumlah pasien/hari ( BOR X Jumlah tempat
tidur )
C. = Jumlah hari/ tahun
D. = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E. = Jumlah jam kerja masing- masing perawat

¿
= 4 X 78 % x 19 ¿ X 365 ( 365−73 ) X 5,7

4 X 16 X 365 23.360
= = =13 orang
295 X 5,7 1.681,5

No Rumus Kebutuhan Jumlah Tenaga Yang Belum Terpenuhi


keperawatan
1 Douglas 7 orang 15 orang +8 orang
2 Gillies 13 orang 15 orang +2 orang

4 Depkes 20 orang 15 orang - 5 orang


62

Dilihat dari tabel diatas bahwa kebutuhan tenaga perawat menurut


Douglas dan Gillies mengalami kelebihan tenaga keperawatan,
sedangkan menurut depkes mengalami kekurangan tenaga keperawatan.

Adapun perhitungan tenaga keperawatan yang digunakan di Ruang Al


Haitam RS Islam Banjarmasin adalah perhitungan menggunakan
Depkes. Jadi berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan
bahwa di ruang rawat inap Anak Ruang Al Haitam RS Islam
Banjarmasin mengalami kekurangan tenaga keperawatan 5 orang.

3.2.3 Sarana/prasana (Material)


3.2.3.1 Peralatan dan Fasilitas
Data inventaris ruang rawat inap tahun 2018 Ruang Al Haitam
(Anak) mengenai perlengkapan alat-alat kesehatan yang ada di
Ruang Al Haitam (Anak) seperti uraian dibawah ini :
Daftar Barang Alat Kesehatan dan Rumah Tangga di Ruang Al
Haitam (Anak) RS ISLAM Banjarmasin
a. Daftar Barang Medis di Ruang AL Haitam
No Nama Barang Keadaan Jumlah Standar Depkes 2001
1 Tensimeter Air Raksa Baik 1 buah 2/ruangan
ABN
2 Steteskop Anak ABN Baik 2 buah 2/ruangan
3 Suction Pump Dy. 1 A Baik 1 buah 1/ruangan
GEA
4 Basemed H 1 Oxygen Baik 10 buah 2/ruangan
Mask DWS
5 Gunting Lurus Baik 1 buah 2/ruangan
6 Gunting Angkat Benang Baik 1 buah 2/ruangan
7 Pinset Chirurgis 14 cm Baik 1 buah 2/ruangan
8 Pinset Anatomis Baik 1 buah 2/ruangan
9 Korentang 25 cm Baik 1 buah 2/ruangan
10 Nebulitzer C-28 omron Baik 1 buah 1/ruangan
11 Tong Spatel Stainles Baik 2 buah 2/ruangan
12 Nearberken Baik 1 buah 2/ruangan
13 Ambu Resusitator Anak Baik 1 buah 2/ruangan
14 Timbangan Badan Dewasa Baik 1 buah 1/ruangan
AMR
15 Lampu Baca Rontgen Baik 1 buah 1/ruangan
16 Standar Infus Baik 14 buah 2-3/ruangan
17 Baki Obat Baik 2 buah 2/ruangan
18 Keranjang obat Baik 12 buah
19 Thermometer Baik 2 buah 5/ruangan

b. Daftar Barang Non Medis di Ruang Al Haitam


No Nama Barang Keadaan Jumlah Standar Depkes 2001
63

1 Kacamata Hitam Baik 5 buah


2 Ranjang Pasien Kecil Baik 5 buah 1:1-2 /ruangan
Morico
3 Ranjang Elektrik Baik 4 buah 1:1/ruangan
4 Ranjang Kecil Baik 3 buah 1:1 /ruangan
5 Kasur Busa + Kulit Baik 2 buah 1:1/ruangan
6 Kasur Kapul Anak + Kulit Baik 5 buah 2-3/ruangan
7 Kasur Busa Kecil + Kulit Baik 5 buah 2-3/ruangan
8 Bantal Kapuk Kecil + Baik 12 buah
Kulit
9 Kipas Angin Maspion Baik 5 buah
10 Kipas Anging Dinding Baik 7 buah
Panasonic
11 Lemari Steinlis Baik 12 buah 1:1/ruangan
13 Jam Dinding Baik 4 buah
14 Kotal Al-Qur’an Baik 6 buah
15 Al-Qur’an Baik 5 buah
16 Kursi Busa Deco Panjang Baik 12 buah 1:2/ruangan
17 Kursi Kayu Panjang Baik 3 buah 2-3/ruangan
18 Kursi Besi Set Baik 2 buah 1-2 set/ruangan
19 Sapu Plastik Baik 4 buah
20 Rak Sepatu Plastik Baik 5 buah
21 Bak Sampah Baik 4 buah 4/ruangan
22 Keset Baik 6 buah
23 Rak Meja Kayu Baik 1 buah
24 Meja Kerja Baik 2 buah
25 Meja Sudut Kecil Baik 1 buah
26 Ranjang/Lemari Tindakan Baik 1 buah 1/ruangan
27 Kursi Plastik Baik 8 buah
28 Kursi Busa Panjang Baik 1 buah
29 Kulkas Kecil Baik 1 buah
30 Lemari Locker Baik 1 buah 1/ruangan
31 Kipas Angin Berdiri Baik 1 buah
Maspion
32 Kipas Angin Baling-baling Baik 1 buah
33 LCD Toshiba 24 Inci Baik 1 buah 1/ruangan
34 Tv Warna 14 Inci Polytron Baik 1 buah
35 Dispenser Maksimal Baik 1 buah
36 Papan Tulis Putih Baik 1buah
37 Rak Status Pasien Baik 1 buah 1/ruangan
38 Papan Status Pasien Baik 12 buah
39 Jepitan Status Pasien Baik 12 buah
40 Telpon Panasonic Baik 1 buah
41 Ceret Listrik Stainlis Baik 1 buah
42 Termos Air Panas Baik 11 buah
43 Cermin Baik 1 buah
44 Ember Tutup Plastik Baik 1 buah
45 Lampu Emergency Baik 1 buah
46 Meja Steinlis Rak 3 Baik 1 buah
47 Bak Sampah 60 Liter Baik 1 buah 1:1
48 Kereta Cucian Kotor Baik 1 buah 2/ruangan
Sumber: Buku inventaris barang Ruang Al Haitam (Anak) 2019
Berdasarkan data yang ditemukan peralatan non medis telah
memenuhi jumlah standar. Namun, saat obsevasi tidak
ditemukan matriks lis APD yang terpasang di ruangan nurse
station Al haitam. Saat wawancara kepala ruangan mengatakan
telah memiliki list matriks APD namun sering lepas saat
dipasang, sehingga tidak dipasang kembali.
64

c. Daftar Linen
No Nama Barang Keadaan Jumlah Standar Depkes 2001
1 Seprai Besar Baik 33 buah 1:5
2 Seprei Kecil Baik 53 buah 1:6-8
3 Sb Besar Baik 33 buah 1:6
4 Sb Kecil Baik 42 buah 1:6
5 Handuk Baik 6 buah 1:3
6 Perlak Baik 7 buah 1:5
7 Piama Baik 7 buah 1:5
8 Teko Baik 19 buah
Sumber : Buku daftar linen ruang Al Haitam (Anak) 2019

Dari hasil observasi jumlah peralatan medis seperti gunting, pinset,


korentang, nerberken kurang memenuhi jumlah standart dan linen
ada 86 buah sudah mencukupi dengan jumlah 19 bed di ruangan
Al Haitam (Anak) yang terdiri dari 13 bed berada di ruang
perawatan kelas II dan 6 bed diruang perawatan kelas III. SOP
pergantian linen diruang anak selalu diganti setiap hari sebanyak 1
kali yaitu waktu pagi hari dan jika keluarga mengeluhkan linen
kotor makaakan di ganti linen kotor tersebut selain jadwal
pergantian rutin linen tiap pagi dan pada SOP
penyediaan/perhitungan linen pada bed dewasa didapatkan Ratio 1
TT = 3 Parlinen, artinya diruang Al Haitam (Anak) terdapat 19 bed
dimana seharusnya memiliki 57 linen, artinya diruangan tidak
kekurangan linen.

3.2.3.2 Buku kelengkapan administrasi


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan staff
dikatakan terdapat buku kelengkapan administrasi yang terdapat
di ruang Al Haitam (Anak) RS Islam Banjarmasin meliputi arsip
pembayaran, buku sensus dan status pasien, buku penyerahan
status MR, buku penyerahan BPJS, buku harian dan visite dokter,
buku panduan SOP dan SAK, buku injeksi dan pemeriksaan vital
sign, dan buku pelayanan gizi pasien sudah terlihat sangat bagus
dan sudah digunakan. Dan juga blangko rekam medis yang sudah
tertata dengan rapi.

3.2.3.3 Denah Ruangan


65

Lokasi penerapan manajemen keperawatan dilakukan di ruang Al


Haitam (Anak) RS IslamBanjarmasin dijabarkan sebagai berikut :
3.2.3.4 Sebelah Barat berbatasan dengan ruang paviliun Ibnu
Sina
3.2.3.5 Sebelah Utara berbatasan dengan lahan kosong
3.2.3.6 Sebelah Timur berbatasan dengan ruang administrasi
3.2.3.7 Sebelah Selatan berbatsan dengan balkon

Fasilitas Ruang Al Haitam (Anak)


 Ruang Kepala ruangan/administrasi: 1 kamar
 Ruang perawat jaga : 1 kamar
 Kamar perawatan kelas 2 : 4 kamar
 Kamar perawatan kelas 3 : 1 kamar
 Kamar tindakan : 1 kamar
s

T B

DENAH RUANG AL HAITAM


U

Kantor Perawat

Balkon wc Wc B B B D E F
wastafel administrasi
A A A A A
B F G Tangga 601 602 603 604 B C

C D E

Wc Wc wc
Kamar 605

Pada saat wawancara dan observasi, kepala ruangan mengatakan di ruang Al Haitam
memang tidak memiliki ruangan khusus terapi bermain untuk mengurangi kecemasan
anak terhadap hospitalisasi Rumah Sakit.

3.2.3.4 Prosedur Tetap (SOP dan SAK)


SOP manajemen keperawatan
1. Bimbingan mahasiswa keperawatan
66

2. Penilaian bimbingan mahasiswa praktik


3. Rekrutmen dan seleksi tenaga keperawatan
4. Perawat pengganti
5. Penyusun jadwal dinas
6. Melanjutkan pendidikan dan mengikuti pelatihan
keperawatan.
7. Perjenjangan karier
8. Cuti dan ijin
9. Absensi
10. Mutasi dan rotasi
11. Persyaratan tenaga keperawatan di IGD
12. Persyaratan Tenaga keperawatan di ICU
13. Persyaratan tenaga keperawatan di instalasi bedah
14. Persyaratan tenaga keperawatan dip vk bersalin
15. Pengelolaan penyimpanan
16. Penedeglasian tugas dari kepala bidang keperawatan
superpisi.
17. Pertemuan berkala
18. Penggantian tugas perawat yang berhalang hadir
19. Prusedur superpisi
20. Prosedur orientasi tenaga baru
SPO SARANA DAN PRASARAN
21. Perencanaan peralatandan peremajaan
22. Prosedur penyedian alat kesehatan
23. Perbaikan peralatan jika tidak berfungsi
24. Pemeliharaan alat
25. Pemeliharaan deschchok/defibrillator.
26. Pemeliharan bed sid motoring
27. Pemeliharaan ventilator
28. Pemeliharaan nebulizer
29. Pemeliharaan infuse pump
30. Pemeliharaan syringe pump
31. Pemeliharaan tabung suction
32. Pemeliharaan alat EKG
33. Pemeliharaan mesin Anastesi
34. Pemeliharaan regulator dan tabung oksigen
67

35. Pemeliharaan pipa endotrakea.


36. Pemeliharaan tabung asap
37. Penggunaan alat-alat
38. Bantuan hidup dasar
39. Intubasi endotrakea
40. Ekstubasi
41. Pemasangan pipa oroparing
42. Pemakaian suction purtabel
43. Penyiapan tempat tidur kusus
44. Pemakaian dan pemeliharaan troly emergency
45. Pemakian monitor 5 parameter invivo
46. Pemakian bed side monitor
47. Prosedur umum pemakian pentilator
48. Penggunaan pentilator inter 5
49. Perekaman elektrokardiagram
50. Pemakaian syring pumpm B-Braun
51. Pemasanagn syring pump terumu
52. Pemasanagn infus pump B-Braun
53. Pemakaian infuse pump vulumed
54. Pemakian nebulizer
55. Defibrilasi
56. Pemakian regulator tabung oksigen
57. Pemakaian incubator
58. Pemakian infant warmer
59. Pemakian pototherapi
60. Pemakian dopler
61. Pemakian partu set
62. Pemakain curet set
63. Penggunaan elektro cutter
64. Penggunaan autoclave
65. Penggunaan syring pump umum
66. Pemakain infuse pump umum
67. Pemakaian dan pemeliharaan CTG
SOP PELAYANAN KEPERAWATAN
68. Penatalaksanaan pasien syok dengan anapilaktik
69. Penanganan kedaruratan kebakaran di ruang perawatan
68

70. Kejadiaan luar biasa


71. Penerimaan pasien baru di rawat inap
72. Orientasi pasien baru di ruang rawat inaf
73. Persiapan klien pulang dari ruang rawat inaf
74. Proses asuhan keperawatan
75. Konsultasi klien dengan dokter
76. Ronde keperawatan
77. Timbang trima
78. Pelayanan administrasi dan pembayaran pasien rawat
jalan
79. Pemindahan pasien IGD ke ruang rawat inap dan antara
ruang perawatan
80. Memindahkan pasien dari triage atau poli klinik ke unit
rawat inap
81. Pemberian oksigen melalui kanula binasal
82. Pemberian oksigen melalui cateter nasal
83. Pemberian oksigen melalui sungkup rebriting parsial
dan kantong non briting
84. Pemberian oksigen melalui sungkup sederhana.
85. Pemberian okseigen melalui sungkup venture
86. Penitipan pasien ke kelas perawatan yang lebih tinggi
87. Pengisapan lendir mulut
88. Pengisapan lendir hidung
89. Resusitasi jantung paru (perawat)
PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI,KESEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT.
90. Menyuapi klien
91. Insersi, pemasangan dari penahanan selang nasogastrik
92. Pemberian makanan melalui selang nasagastrik
93. Peningkatan makanan melalui selang NGT
94. Pemasangan infuse vena
95. Pemberian transfuse darah
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
96. Membantu klien BAB dan BAK di tempat tidur
97. Keteriasi urine wanita
69

98. Keteriasi urine pria


99. Pemasangan kondom kateter
100.Huknanh rendah/tinggi
PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN
101. Kewaspadaan universal
102.Pemakaina sarung tangan stril
103.Melepas sarung tangan
104.Memakai masker
105.Perawatan klien isolasi
106.Membuat larutan klorin
107.Mengangkat dengan benar
108.Posisi powler dengan sandaran
109.Posisi terlentang dengan sokongan
110.Posisi tengkuran dengan sanggaan
111.Posisi miring (lateral) dengan sokongan
112.Posisi sim’s (semi tengkurap) dengan sokongan
113.Membantu klien bangun dari tidur
114.Membantu klien pada posisi duduk
115.Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi

PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DAN


KENYAMANAN FISIK
116. Memandikan atau menyeka pasien di tempat tidur
117.Memotong kuku
118. Mecuci rambut di atas tempat tidur
119.Menyisir rambut
120.Mengganti alat tenun dengan klien di atas tempat tidur
121.Pengkajian resiko dan pencegahan luka dekubitus
122.Managemen luka keperawatan
123.Fisoterapi dada
124.Memberikan kompres hangat
125.Memberikan kompres dingin
PEMENUHAN KEBUTUHAN GERAK DAN
KEGIATAN JASMANI
126. Latihan ROM aktif dan pasif
PEMENUHAN KEBUTUHAN SPRITUAL
70

127. Perawatan klien yang akan meninggal


128. Perawatan jenazah dan pengeriman ke kamar jenazah
PEMENUHAN KEBUTUHAN KOMUNIKASI
129. Komunikasi teraputik
130.Orientasi pada klien baru
PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCEGAH DAN
MENGATASI REAKSI
131.Melakukan skin test
132.Menatalaksaan tertusuk jarum
PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGGOBATAN DAN
MEMBANTU PROSES KEBUTUHAN
133. Mengukur tekanan darah dengan auskultasi
134.Menghitung pernafasan
135.Menghitung denyut nadi radial
136.Menghitung dneyut nadi avical
137.Mengukur tuhu tubuh secara oral
138.Mengukur secara rectal
139.Mengkur suhu tubuh secara axial
140.Mengukur suhu tubuh secara timpanik
141.Penatalksaan pasien dengan syok hivolemik
142.Prinsip pemberian obat
143.Memberikan obat oral
144. Memberikan obat pada mata
145.Memberikan obat tetes telinga
146.Memberikan obat tropical padakulit
147.Memberikan injeksi intramuscular dan subkutan
148.Memberikan injeksi intravena
149.Meberikan injeksi intrakutan
150.Memberikan injeksi dengan alat khusus atau ven
151.Memberikan obat suntuik/injksi dari mapul/vial
152.Mecampur 2 tipe insulin
153.Menambahkan obat ke botol cairan intravena
154.Pemberian obat IV Piggy back atau wadah bervolume
kecil
155.Pemberian obat dengan bolus intavena
156.Memasukan obat vaginal
71

157.Memasukan supositoriak rectal


158.Irigasi telinga
159.Irigasi mata
160.Uji tournequet/rumple test
161.Melakukan tindakan WSD
162.Membantukan melakukan lumbal fungsi
163.Penerimaan dan penyerahan klien dengan kamar
operasi
164.Perawatan luka bersih dan kotor
165.Mengangkat jahitan
166.Perawatan kolostomi
167.Persiapan dan aplusing obat kemoterapi
168.Melaksanakan kemoterapi
169.Menggambil sampel darah
170.Pengukuran linggkaran perut
PEMENUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
171.Membantu klien istrhat dan tidur
BAYI
172.Memandikan bayi
173.Mengganti pakain bayi
174.Member minum bayi
175.Menyiapkan dan merawat bayi dengan fototerapi
176.Pemasangan badai infuse
177.Psioterafi dada
178.Perkusi darah
179.Postrural drenase
180.Latihan batuk efektip
181.Latihan pernafasan dalam
182.Penghisapan secret pada jalan nafas
183.Terapi oksigen dengan headbox O2.
184.Resusitasi jantung paru dan anak
185.Pengkuran intake dan output cairan
186.Oral hygien
187.Penimbangan berat badan
188.Drambuis
OK DAN ICU/ICCU
72

189.Menilai tingkat kesadaran menggunakan glasgow


Coma skale
190. Implemtasi keperawatan manyouz test
191. Penjadwalan kegiatan operasi
192. Program operasi elektif
193. Kriteria pasien masuk ICU.
194. Indikasi pasien keluar ICU
195.Penerimaan pasien baru di ruang ICU.

3.2.3.5 SAK (Standart Asuhan Keperawatan)


Panduan Asuhan Keperawatan yang dimiiki Rumah Sakit
Islam Banjarmasin 10 penyait terbanyak selama 1 tahun ini
adalah GEA, Typoid fever,Kelahiran SC, DHF, Kelahiran
Spontan, Pneumonia,Stroke, Gastristis,Heart Failure, dan
Dyspepsia.

3.2.3.6 Perlengkapan Promosi Kesehatan


Pada ruangan Al Haitam telah tersedianya format discharge
planning namun masih di revisi, dan tidak tersedia media
untuk menyampaikan penkes 10 penyakit terbanyak seperti
menggunakan leaflet.

3.2.4 Pembiayaan (Money)


Rumah Sakit Islam Banjarmasin merupakan rumah sakit swasta
yang sumber dananya berasal dari swadaya masyarakat atau
pasien yang berobat. Pengelolaan dana tidak dari APBN/APBD,
dana yang didapat sebagian besar dari pasien yang masuk dan
berobat di Rumah Sakit Islam Banjarmasin dan dari Yayasan
Muhammadiyah. Dan sejak 04 Januari 2018 mulai di buka
layanan untuk pasien BPJS sehingga perwat sudah mendapatkan
remunerasi atau “payment” sejak bulan April.

Proses mengajukan anggaran dan barang dengan cara KARU


mengajukan surat izin anggaran ke KABID Keperawatan
kemudian KABID Keperawatan mengeluarkan surat untuk
pemenuhan dana dan diserahkan ke rumah tangga. Tetapi pada
73

ruangan ini belum memiliki anggaran khusus untuk kegiatan


operasional (discharge planning)

3.2.5 Metode pemberian asuhan (Methode)


Metode pemberian asuhan yang digunakan di ruangan perawatan
ini model MAKP dengan metode primer. Menurut Gillies (1989)
perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam
pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary
nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas
keperawatan dan bersifat kom-prehensif serta dapat dipertanggung
jawab-kan, perawat primer diruangan Al Haitam bertanggung
jawab jam selama 24 jam terhadap seluruh pasien yang ada
diruangan. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan
komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan juga akan mem-buat rencana pulang klien jika
diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan
asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana
asuhan dan pelaksana.

Dalam penerimaan pasien baru, perawat primer melakukan


anamnesa kembali terkaitkeluhan pasien, mengedukasi ruangan,
peraturan, memilih dokter sesuai keinginan pasien. Anamnesa
dilakukan sesuai dengan format pengkajian ruangan.

Pada dischard planningdi ruangan Al Haitam sudah terlaksana.


Saat wawancara kepada kepala ruangan mengatakan bahwa
ruangan Al Haitam telah memiliki form dischard planning tetapi
masih direvisi. Saat ditanya tentang alat media bantu untuk
dischard planning seperti leaflet penyakit, kepala ruangan
menyatakan ruangan Al Haitam belum memiliki leaflet sebagai
alat bantu saat pelaksanaan dischard planning. Pada observasi
juga tidak terlihat leaflet penyakit sebagai media bantu saat
74

pelaksanaan penyakit, hanya ada leaflet cuci tangan yang tersedia


di nurse station.

3.2.6 Mutu /Pemasaran (Marketing)


Berdasarkan data yang di dapat dari Bagian Promosi Kesehatan dan
bagian pemasaran Rumah Sakit Islam Banjarmasin didapatkan bahwa
Yayasan Muhammadiyah sering mengadakan acara bakti sosial seperti
sunatan massal yang mana dari itu rumah sakit dapat melakukan
promosi untuk mengenalkan rumah sakit dan fasilitas yang tersedia.
Rumah Sakit Islam Banjarmasin juga telah melakukan kerja sama
dengan BPJS melalui promosi media sosial. Rumah Sakit Islam
Banjarmasin juga melakukan kerja sama dengan Dokter Praktik, dimana
pasien yang berobat di dokter praktik apabila disarankan untuk rawat
inap langsung di rujuk ke Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Prestasi yang
pernah diraih oleh ruangan ini antara lain adalah lomba kebersihan
tingkat rumah sakit dan keunggulan dari ruang perawatan ini adalah
khusus anak.

3.3 Proses
3.3.1 Fungsi Perencanaan (Planning)
3.3.1.1 Visi Ruangan Perawatan Al Haitam
Unit yang dapat melaksanakan pelayanan prima ke seluruh
pasien yang ada, dan sebagai unit rawat yang aman dan
nyaman berlandaskan pada pemberian asuhan keperawatan
yang holistik.

3.3.1.2 MisiRuangan Perawatan Al Haitam


e) Meningkatkan kebersihan dan kerapian ruangan
f) Meningkatkan komunikasi terapeutik dalam pemberian
asuhan keperawatan
g) Mengutamakan kepentingan pasien berdasarkan hanya.
h) Memberikan asuhan keperawatan yang optimal dari tahap
pra interaksi, interaksi, terminasi dan dokumentasi.
75

3.3.2 Fungsi Ruang perawatan Al Haitam


3.3.2.1 Visi misi ruangan perawatan Al Haitam
Wawancara: Bagaimana cara pembuatan visi misi tujuan dan
cara mensosialisasikan:
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 13 April 2019,
didapatkan hasil proses perumusan visi misinya dengan cara
mengkoordinasikan dan diputuskan secara bersama. Serta
untuk mensosialisasikanya yaitu dengan cara penjelasan
langsung ketika rapat. Pada saat observasi juga terdapat visi
misi ruangan di dinging nurse station.

3.3.2.2 SOP dan SAK


Berdasarkan wawancara terkait SOP yang ada yaitu mengikuti
SOP yang ada dirumah sakit, sedangkan SAK yang dimiliki
rumah sakit terbanyak yaitu 10 SAK. Penanggung jawab
menyusun dan merevisi SOP dan SAK ialah Komite
Keperawatan RS Islam Banjarmasin.

Hasil observasi ruangan Al Haitam sudah ada memiliki SOP


dan SAK dan sudah lenkap sesuai dengan yang ada dirumah
sakit. Kemudian hasil observasi langsung terhadap perawat
yang melakukan beberapa tindakan didapatkan pada
penerimaan pasien masuk rawat inap hal yang terkadang
terlewatkan oleh perawat pelaksana pada SOP adalah point 10
di SOP, yaitu tidak memberikan kesempatan kepada keluarga
untuk menanyakan hal-hal yang tidak jelas. Pada pemasangan
infus vena hal yang terkadang terlewatkan oleh perawat
adalah point 12 di SOP, yaitu perawat tidak patuh
menggunakan sarung tangan. Pada pengambilan darah vena
hal yang sering terlupakan yaitu pada point 3 di SOP, yaitu
tidak meletakkan perlak kecil dibawah lengan/daerah yang
akan dilakukan punksi. Pada tindakan memberikan injeksi
intravena, rata-rata perawat patuh dan melakukan tindakan
sesuai SOP. Pada pemakaian nebulizer hal yang sering
terlewatkan yaitu pada point 8 di SOP, yaitu perawat tidak
patuh melakukan chest fisiotherapi.
76

Pada hasil Kuisioner didapatkan persepsi perawat pelaksana


tentang SOP dan SAK yang dimiliki ruangan: seluruh perawat
berpendapat bahwa SOP dan SAK yang dimiliki sudah sesuai
dengan standar rumah sakit dan mudah diakukan karena sudah
ada panduan terkait SOP dan SAK.

3.3.2.3 Standar Kinerja


Berdasarkan wawancara didapatkan standar kinerja yang
diterapkan diruangan sesuai dengan ketetapan yang telah
diserahkan kepada kepala ruangan dan dibuat sebagai standar
kinerja Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Seluruh perawat wajib
mematuhi dan mengikuti standar kinerja yang ada di ruangan.

3.3.3 Fungsi Pengorganisasian (Organizing)


3.3.3.1 Struktur Organisasi
Ruang Al-Haitam dipimpin oleh Kepala Ruangan/Unit dan dibantu
oleh 1 perawat primer dan 13 orang Perawat Pelaksana, dan 1
orang Prakarya.

STRUKTUR ORGANISASI
UNIT AL-HAITAM
RS. ISLAM BANJARMASIN

Bidang keperawatan
Hj. Eka Damayanti S.Kep., Ns

Kasie keperawatan
Yunah S.Kep., Ns

Kepala Unit
Ristati Ningsih S.Kep

Perawat Primer
Masdiana, AMK

Perawat Pelaksana

Mustawanti, S.Kep Rini Anggriani, S.Kep., Ns

Andi Nur Halifah, AMK Nila Pratmasari S.Kep., Ns

Agustina Susilawati, AMK Nur Aeka Trysnawati, S.Kep., Ns

Racahmadaniah, AMK Ayatunisa, S.Kep., Ns

Rina Farida, S.Kep.,Ns Pipit Pramesty, S.Kep

Ressa Fatmawati, S.Kep., Ns


Pekarya
Ihda Rahmiati, S.Kep., Ns Nurul Syahidah
77

Berdasarkan data yang didapatkan di ruangan Al Haitam struktur


organisasi terdiri dari 1 perawat ahli sebagai kepala bidang
keperawatan, 1 perawat ahli sebagai Kasi Keperawatan, 1 perawat
sarjana sebagai Kepala Unit, 1 perawat vocasional sebagai perawat
primer, dan perawat pelaksana yang terdiri dari 7 perawat ahli, 2
perawat sarjana, 3 perawat vocasional serta 1 pekarya.

3.3.3.2 Uraian tugas


Berdasarkan wawancara di dapatkan:
21. Uraian Tugas Kepala Ruang Pelayanan Rawat Inap
1. Menunjuk ketua tim yang bertugas di ruangan
2. Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya
3. Merencanakan metode penugasan dan penjadwalan staf
4. Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan
5. Merencanakan kebutuhan logistik dan fasilitas ruangan
6. Mengatur dan mengendalikan situasi ruangan
7. Mendelegasikan tugas kepada ketua tim
8. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua
tim
9. Menginformasikan hal-hal baru yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien
10. Memberikan motivasi kepada staf dalam meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap
11. Melakukan supervisi langsung di ruangan melalui
pengamatan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan
12. Melakukan supervisi tidak langsung dengan cara mengecek,
membaca, dan memeriksa rencana keperawatan yang dibuat
selama proses keperawatan dilaksanakan
13. Memberikan saran dan membantu memecahkan masalah
yang terjadi di ruangan
14. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugasnya
15. Melibatkan bawahan apabila ada kegiatan yang menyangkut
ruangan
16. Memberikan teguran kepada bawahan yang membuat
kesalahan
78

17. Mengevaluasi kerja ketua tim dan anggota tim dalam


melaksanakan asuhan keperawatan di ruangan
18. Menetapkan upaya tindak lanjut di ruangan
19. Memberikan umpan balik kepada ketua tim dan anggota tim
20. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian kegitaan di
ruangan.

2.2 Uraian Tugas Perawat Primer


1. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif.
2. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
3. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktik bila
diperlukan.
4. Mengkomunikasikan dan mengkordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
5. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
6. Melakaukan rujukan kepada pekerja social, kontak dengan
lembaga social di masyarakat.
7. Membuat jadwal perjanjian klinik.
8. Mengadakan kunjungan rumah bila perlu.
9. Bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit.
10. Mengikuti timbang terima.
11. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
12. Melakukan sentralisasi obat.
13. Mendampingi visite.
14. Melaksanakan ronde keperawatan bersama dengan kepala
ruangan dan perawat asosiate.
15. Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan.

22. Uraian Tugas Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat


1. Mengadakan serah terima tugas bersama kepala ruangan dan
ketua tim
2. Menerima pembagian tugas dari ketua tim
79

3. Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan


keperawatan
4. Menerima pasien baru
5. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
6. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua tim
7. Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain
8. Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim yang lain
9. Melaksanakan asuhan keperawatan

2.2.1 Pengaturan daftar pasien


Dari data yang didapat dari salah satu karyawan Rumah Sakit
Islam Bajarmasin bahwa di Rumah Sakit Islam Banjarmasin
khususnya diruang Al-Haitam mengatakan bahwa di ruangan Al
Haitam mengikuti alur yang ditetapkan oleh Rumah Sakit, pasien
masuk baik itu pasien Gawat atau pasien rujukan dan Poliklinik
akan masuk melalui Ruang UGD dan dikaji di ruang UGD,
diruang tersebut pasien akan dikaji dan dilakukan pemeriksaan,
bagi pasien yang dirawat inap akan dianjurkan untuk mendaftar
diruang pendaftaran ruang rawat inap dan selanjutnya akan dirawat
diruang rawat inap, sedangkan bagi pasien yang bisa dirawat jalan
akan dirawat jalan dan diperbolehkan pulang.

Alur Pasien Mendaftar


Masuk direkam medik

POLI KLINIK IGD


Ke Ruangan

Rawat Jalan Rawat Inap

Pulang

Skema 3.1 Pengaturan Pendaftaran Pasien di Rumah Sakit Islam


Banjarmasin
80

2.2.2 Fungsi Pengaturan Staf (Staffing)


2.2.2.1 Orientasi Staf perawat yang baru
Wawancara: Perawat staf baru disini harus orientasi ruangan,
dan kami memiliki SOP yang digunakan untuk Orientasi staf
perawat yang baru.
Observasi: ada SOP Orientasi staf perawat baru
Pada hasil kuesioner, sebagian besar perawat menyampaikan
diberikan orientasi saat peerimaan perawat baru.

2.2.2.2 Pengaturan jadwal dinas


Wawancara: pengaturan jadwal dinas di Ruangan juga memiliki
SOP, dengan memaksimalkan perawatan yang efisien
danmemperhatikan hak libur sesuai kebutuhan.
Observasi: ada SOP penyusunan jadwal dinas.
Berdasarkan hasil kuisioner sebagian besar 86,6% perawat
menyampaikan pengaturan shiff dinas berdasarkan ketergantungan
pasien dan Pengaturan jadwal dinas di ruangan ini dilakukan
dengan musyawarah dan fleksibel

2.2.2.3 Perhitungan kebutuhan tenaga di ruangan


Wawancara: untuk perhitungan ketenagakerjaan kami mengikuti
UU Depkes tentang ketenagakerjaan.
Berdasarkan hasil kuesioner sebagian besar 79,9% perawat
menyampaikan perhitungan kebutuhan tenaga yang digunakan
oleh kepala ruangan ini sudah sesuai standar.

2.2.3 Fungsi Pengarahan (Actuating)


2.2.3.1 Timbang terima (Hand Over)
Wawancara: Timbang terima dilakukan setiap hari pada 3 shift dan
dipimpin oleh kepala ruangan atau perawat primer.
Observasi: Perawat melakukan timbang terima setiap pergantian
shift dinas. Timbang terima dilakukan di Ruang Keperawatan
kemudian dilanjutkan menuju bed pasien.
81

Berdasarkan langkah-langkah dalam timbang terima beberapa hal


yang dilakukan di ruangan antara lain :
1) Kedua kelompok shift dalam keadaan siap melakukan timbang
terima
2) Shift yang menyerahkan telah menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan seperti menjelaskan kondisi atau keadaan pasien
namun secara singkat
3) Menjelaskan rencana tindakan yang telah dilakukan dan rencana
tindak lanjut kepada perawat shift selanjutnya
4) Perawat shift sebelumnya dan perawat shift selanjutnya bersama-
sama secara langsung melihat keadaan pasien

2.2.3.2 Pre dan Post conferen


Wawancara: Kegiatan pre dan post conference dilakukan setiap hari
setelah timbang terima, juga dipimpin oleh kepala unit saat pagi
atau perawat primer setiap berganti shift dinas.
Observasi: Pada saat mahasiswa melakukan observasi, kegiatan pre
dan post conference sudah dilakukan diruangan, setiap kali berakhir
kegiatan operan/serah terima, kegiatan merumuskan perencanaan
untuk kegiatan selanjutnya. Kemudian perawat diruangan
melakukan tindakan secara bersamaan apa saja tindakan tindak
lanjut yang disampai oleh shift sebelumnya dan didokumentasikan
di buku aplusan.

2.2.3.3 Motivasi
Wawancara: Motivasi di Rumah Sakit dilakukan oleh kepala bidang
terhadap perawat yang memiliki track record atau prestasi.

2.2.3.4 Pendelegasian
Wawancara: Ruang Al-Haitam dalam melakukan pendelegasian
dilakukan antara Kepala unit kepada perawat primer, perawat
primer kepada perawat pelaksana yang dianggap kompeten.
Observasi : ada SOP pendelegasian yang disusun untuk ruangan
82

2.2.3.5 Supervisi
Pelaksanaan supervisi di ruang Al-Haitam dilakukan oleh kepala
Unit dan bisa juga dilakukan oleh ketua perawat primer. Teknik
supervisi dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung kepala unit atau ketua perawat primer melakukan
pengamatan langsung apa yang terjadi dilapangan (ruangan) dan
secara tidak langsung kepala unit atau ketua perawat primer
menerima laporan secara lisan maupun tertulis apa yang terjadi
diruangan. Kepala unit atau ketua perawat primer yang melakukan
teknik supervisi dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung kepala unit atau ketua perawat primer melakukan
pengamatan langsung apa yang terjadi dilapangan (ruangan) dan
secara tidak langsung kepala unit atau ketua perawat primer
menerima laporan secara lisan maupun tertulis apa yang terjadi
diruangan. kepala unit atau ketua perawat primer yang melakukan
supervisi akan memberikan pengarahan, bimbingan, memotivasi,
mengobservasi dan mengevaluasi kegiatan diruangan. Biasanya
kepala unit akan berdiaskusi dengan ketua perawat primer dan
anggota tim dalam memecahkan masalah atau kekurangan yang
ditemukan selama supervisi.

2.2.3.6 Ronde Keperawatan


Di ruangan Al-Haitam belum bisa dilaksanakan karena belum
adanya pasien yang dianggap perlu untuk di ronde kan.

2.2.4 Fungsi Pengendalian (Controlling)


2.2.4.1 Indikator Mutu
Wawancara: Indikator mutu ruangan adalah Hand Hygine, Resiko
Jatuh, Identifikasi Pasien, dan Komunikasi Efektif. Pelaksanaan
SKP dilakukan dengan edukasi dan jika terjadi kesalahan
identifikasi pasien maka dilaporkan kebagian pengendalian mutu
dan pada setiap bulannya.

Pencapaian SKP di ruangan perawatan Al Haitam, identifikasi


pasien 100%, resiko jatuh 100%, SBAR 100%, lokasi (SKP 4) +
75%, dan high alert + 75%.
83

Berdasarkan kuesioner pencapaian sasaran keselamatan pasien


yang dilakukan oleh perawat terhadap penggunaan komunikasi
efektif menggunakan SBAR saat pelaporan via telepon dan
timbang terima sebesar 100%, pengelolaan obat high alert dengan
baik sebesar 87%, Pelaksanaan Hand Hygeine five moment sudah
dilakukan dengan baik 100%.

2.2.4.2 Audit Dokumentasi Keperawatan


Wawancara: Audit dokumentasi Ruangan dilakukan namun tidak
rutin

2.2.4.3 Survei Kepuasan pasien


Kuisioner: berdasarkan hasil kuesioner hasil kepuasan pasien,
jumlah pasien puas adalah 81,53 %, sedangkan pasien yang tidak
puas ada 18,4 %

2.2.4.4 Rekapitulasi Komplain Pasien


Wawancara: di rumah sakit ada form saran dan masukan bagi
pasien dan itu yang biasa kami evaluasi bersama

3.4 Output
3.4.1 Efisiensi Ruang Rawat
Indikator pelayanan Efisiensi Ruangan
Perhitungan 3 bulan (Oktober-Desember 2018)
3.4.1.1 BOR
BOR = (jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat
tidur x Jumlah hari dalam satu periode) x 100%
1446
19 x 90 x 100 %
= 78 %
Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60 – 85%
(Depkes 2005). Berdasarkan perhitungan data ruangan
memiliki nilai BOR 75% yang artinya nilai BOR yang
dimiliki ruangan memenuhi nilai parameter BOR.
84

3.4.1.2 AVLOS
AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar
(hidup + mati)
1446
229 = 6 hari
Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari
(Depkes, 2005). Berdasarkan data ruangan Al Haitam
memiliki nilai AVOLOS 6 hari yang artinya memenuhi nilai
ideal.

3.4.1.3 TOI
TOI = ((Jumlah tempat tidur x Periode) – Hari perawatan) /
Jumlah pasien keluar ( hidup + mati)
(19 x 92) - 90
229
=1
TOI merupakan indikator yang memberikan gambaran
tingkat efesiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat
tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari (Depkes,
2005). Berdasarkan data ruangan Al Haitam didapat nilai
TOI 1 hari yang artinya ideal.

3.4.1.4 BTO
BTO= Jumlah pasien keluar (hidup + mati ) / Jumlah tempat
tidur
229
19 = 12
Menurut Depkes RI 2005 idealnya dalam satu tahun, satu
tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Sedangkan
berdasarkan data ruangan Al Haitam memiliki nilai BTO 12
kali yang artinya masih kurang dari nilai ideal menurut
Depkes RI.
85

3.4.1.5 NDR
NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien
keluar (hidup + mati) x 1000 permil = 0

3.4.1.6 GDR
GDR = (Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien
keluar (hidup + mati)) x 1000 permil = 0

3.4.2 Hasil Evaluasi penerapan SAK (Instrumen ABC)


3.4.2.1 Kuesioner fungsi-fungsi manajemen
Hasil kuesioner didapatkan penerapan manajemen di ruang
Al-Haitam bahwa 10 perawat menyatakan sering dilakukan
sesuai dengan manajemen ruangan.

3.4.2.2 Instrumen A
Dalam buku rekam medis diruang Al-Haitam didapatkan
pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi lengkap dengan persentasi 100
%.

3.4.2.3 Intsrumen B
Kepuasan pasien

N Kepuasan pasien Persentasi (%)


O
1 Puas 81,84 %
2 Kurang Puas 18,4 %

Dari table diatas didapatkan bahwa sebagian besar pasien


merasa puas sebanyak 81,84 %, yang dapat dilihat dari
beberapa pertanyaan dengan jwaban Ya presentasi 100%
yaitu:
1. Apakah perawat selalu memperkenalkan diri.
3. Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu
makan anda.
5. Apakah perawat menanyakan atau memperhatikan berapa
jumlah makanan dan makanan yang anda habiskan
7. Pada saat and/keluarga anda dipasang infuse, apakah
perawat selalu memeriksa cairan infuse/tetesannya dan
86

area sekita pemasangan jarum infuse


10 Apakah ruangan tidur anda/keluarga anda selalu dijaga
. kebersihannya dengan disapu/dipel setiap hari
14 Apakah alat tenun seperti seprei, selimut diganti setiap
. kotor
17 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah
. perawat memanggil nama dengan benar
18 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah
. perawat mengawasi keadaan anda secara teratur pada
pagi sore maupun malam hari
19 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah
. perawat memberi bantuan bila diperlukan.
20 Apakah perawat bersikap sopan, ramah
.
21 Apakah anda/keluarga anda mengetahui perawat yang
. bertanggung jawab setiap kali pergantian dinas
22 Apakah perawat selalu member penjelasan sebelum
. melakukan tindakan perawatan/pengobatan
23 Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan
. memperhatikan setiap keluhan anda/keluarga anda
24 Dalam hal memberikan obat apakah perawat membantu
. menyiapkan/meminumkan obat
25 Selama anda/keluarga anda dirawat apakah diberikan
. penjelasan tentang perawatan/pengobatan/pemeriksaan
lanjutan setelah andakeluarga anda diperbolehkan pulang

Kepuasan Perawat
Tabel kepuasan perawat
NO Kepuasan perawat Frekuensi Persentasi (%)

1 Puas 14 93,3 %
2 Cukup Puas 1 6,7 %

Dari table diatas didapatkan bahwa perawat diruang Al-Haitam


merasa puas dengan 14 orang (93,3%), serta yang merasa
cukup puas hanya 1 orang (6,7%) dapat dilihat dari jawaban
yang memilih puas terdapat pada pertanyaan:
1. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pekerjaan yang saudara
lakukan
3. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pendidikan saudara
4. Pemberian insentif tambahan atas suatu prestasi atau kerja ekstra
8. Adanya jaminan atas kesehatan atau keselamatan kerja
10. Hubungan antara karyawan dalam kelompok kerja
11. Kemampuan dalam bekerja sama antar karyawan
13. Kesesuaian antara pekerjaan dan latarbelakang pendidikan
saudara
16. Perlakuan atasan selama bekerja di sini
87

3.4.2.4 Instrumen C Kepatuhan Sesuai SOP

No Judul SOP Perawat 1 Perawat 2 Perawat 3 Perawat 4 Perawat 5 %


1 Penerimaan pasien 100 % 100 % 100 % 100 % 90 % 98 %
masuk rawat inap
2 Pemasangan infus 100 % 100 % 100 % 96 % 100 % 99,2 %
vena

3 Pengambilan Darah 92,3 % 92,3 % 92,3 % 92,3% 92,3 % 92,3 %


Vena

4 Memberikan injeksi 100% 100 % 100 % 100% 100 % 100 %


intra vena

5 Pemakaian nebulizer 88,8 % 100 % 88,8 % 88,8 % 88,8 % 91,04 %

Keterangan
Dari observasi yang di lakukan pada 5 perawat pelaksana dari 15 perawat di
ruangan saat melakukan tindakan yang sesuai SOP tindakan yang sering
dilakukan diruangan didapatkan hasil:

1. Pada SOP pertama penerimaan pasien masuk rawat inap,1 dari 5


perawat pelaksanatidakpatuh dalam memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk menanyakan hal-hal yang tidak jelas dengan rata-rata
nilai 98%
2. Pada SOP kedua pemasangan infus vena, 4 dari 5 perawat tidak patuh
menggunakan sarung tangan dengan rata-rata nilai 99,2 %.
3. Pada SOP ketiga pengambilan darah vena, 5 dari 5 perawat tidak patuh
dalammelaksanakan point SOP meletakkan perlak kecil dibawah
lengan/daerah yang akan dilakukan punksi dengan rata-rata nilai 92,3
%.
4. Pada SOP keempat memberikan injeksi intra vena, 5 dari 5 perawat
patuh dalammelaksanakan prosedur sesuai SOP dengan rata-rata nilai
100 %.
5. Pada SOP ketiga pemakaian nebulizer, 5 dari 5 perawat tidak patuh
dalammelaksanakan chest fisiotherapi dengan nilai rata-rata 91,04 %
86

3.5. Identifikasi Masalah


KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN
1. Hasil wawancara dengan 1. Dari pengkajian yang didapat 1. Digunakannya RS tersebut 1. Pasien pada anak
kepala unit ruang Al Haitam, perawat Primer dipimpin oleh sebagai lahan praktik bagi mempunyai resiko tinggi
jumlah tenaga perawat ners 8 perawat mahir (DIII). mahasiswa kesehatan/ untuk kejadian jatuh.
orang, sarjana keperawatan 2 2. Saat pengkajian di ruang Al keperawatan baik D3 dan S1 2. Adanya hak dan
dan diploma III keperawatan 5 Haitam tidak terdapatnya ruangan yang merupakan kesempatan kewajiban pasien yang
orang. isolasi untuk menyerap ilmu harus dipenuhi.
2. Saat dilakukan pengkajian 3. Saat pengkajian dari 10 pasien, pengetahuan. 3. Pentingnya edukasi
tersedianya poster untuk etika terdapat 6 pasien yang dirawat 2. Adanya kesempatan untuk tentang cuci tangan 6
batuk inap mengatakan belum meningkatkan kemampuan kerja langkah karena dapat
3. Saat pengkajian nampak mengetahui hak dan kewajiban melalui pelatihan dan mengurangi pencegahan
tersedianya poster untuk hak pasien. meningkatkan pendidikan infeksi.
dan kewajiban pasien. 4. Dari pengkajian 10 pasien, 3. Adanya kesempatan bagi 4. Pentingnya memakai
4. Saat pengkajian nampak terdapat 5 pasien yang dirawat perawat untuk memakai sarung sarung tangan untuk
tersedianya leaflet untuk inap mengatakan belum tangan saat memasang infus. mencegah penularan
edukasi terkait hand hygine mengetahui cara cuci tangan 6 penyakit dari cairan tubuh
5. Saat pengkajian nampak langkah. saat memasang infus.
tersedianya poster terkait 5. Saat wawancara kepala unit dan 5. Ada tuntutan tinggi dari
tumbuh kembang anak perawat diruangan juga masyarakat untuk
6. Saat dilakukan observasi kepala mengatakan tidak tersedianya pelayanan yang lebih
ruangan sudah cukup optimal media untuk menyampaikan professional.
dalam melaksanakan timbang penkes 10 penyakit terbanyak 6. Makin tingginya
terima. seperti menggunakan leaflet kesadaran masyarakat
7. Saat pengkajian kepala unit 6. Saat pengkajian dengan perawat akan pentingnya
mengatakan adanya perawat di ruangan mengatakan tidak ada kesehatan, kebijakan
yang mengikuti pelatihan In motivasi bagi perawat yang pemerintah tentang
House Training memiliki track record kesehatan
8. Hasil observasi yang dilakukan 7. Saat pengkajian tidak terlihat 7. Adanya peningkatan
87

semua perawat mengetahui matriks list APD untuk tindakan standar masyarakat yang
prinsip-prinsip tentang teknik yang terpasang di ruangan Al harus dipenuhi
penyampaian timbang terima Haitam
dihadapan pasien 8. Saat pengkajian juga tidak ada
9. Saat pengkajian di ruang Al ruangan khusus terapi bermain
Haitam ada do’a bersama bagi untuk mengurangi kecemasan
pasien dan perawat yang anak terhadap hospitalisasi
dibimbing oleh Bimroh Rumah Rumah Sakit.
Sakit serta ceramah singkat 9. Saat dilakukan observasi dari 5
yang bisa disimak oleh pasien perawat yang diobservasi
di ruangan. tindakan pemasangan infus, ada 4
10. Saat observasi di ruangan ada orang yang terlewat untuk
buku khusus untuk pelaporan pemakaian sarung tangan
11. Hasil data yang didapat diruang 10. Hasil data yang di dapatkan dari
Al Haitam tidak ditemukan ruang Al Haitam Ada 5 orang (7
kejadian jatuh kejadian) pasien berulang dari
12. Saat wawancara dengan kepala terhitung sejak Januari 2019.
unit bahwa ruangan Al Haitam
yang mendapatkan prestasi 11. Saat wawancara kepala unit dan
lomba kebersihan tingkat perawat ruangan mengatakan
rumah sakit tidak adanya perawat yang
13. Saat pengkajian di ruang Al mengikuti pelatihan keperawatan
Haitam memiliki buku SOP anak
yang tersedia di ruangan 12. Saat wawancara dengan kepala
unit mengatakan bahwa belum
adanya anggaran khusus untuk
kegiatan operasional (Discharge
Planning)

Analisa Masalah
88

No Data Masalah Faktor Penyebab


1 - Hasil data yang di dapatkan dari ruang Al Haitam Ada 5 orang Kejadian pasien berulang, Kurang optimal discharge
(7 kejadian) pasien berulang dari terhitung sejak Januari 2019 kurang perawatan dirumah planning dengan tidak
yang termasuk dalam 1 penyakit terbanyak pada bulan maret tersedianya media edukasi 10
2019. penyakit terbanyak di ruangan.
- Saat wawancara kepala unit mengatakan tidak tersedianya
media untuk menyampaikan penkes 10 penyakit terbanyak
seperti menggunakan leaflet
- Saat wawancara dengan kepala unit mengatakan bahwa belum
adanya anggaran khusus untuk kegiatan operasional (Discharge
Planning).

2 - Saat dilakukan observasi dari 5 perawat yang diobservasi Resiko tertular penyakit melalui Kurangnya kepatuhan perawat
tindakan pemasangan infus, ada 4 orang yang terlewat untuk tertusuk jarum dan cairan darah dalam memakai sarung tangan
pemakaian sarung tangan.
- Saat pengkajian tidak terlihat matriks list APD untuk tindakan
yang terpasang di ruangan
89

Daftar Masalah:

1. Kejadian pasien berulang, kurang perawatan dirumah yang disebabkan


Kurang optimal discharge planning dan kurangnya media edukasi
penyakit terbanyak di ruangan.
2. Resiko tertular penyakit melalui tertusuk jarum dan cairan darah yang
disebabkan Kurangnya kepatuhan perawat dalam memakai sarung
tangan

3.6. Prioritas Masalah


Prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria matriks dengan
memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Magnitude(Mg),yaitukecenderungandanseringnyamasalahterjadi,
b. Severity(Sv),yaitubesarnyakerugianyangditimbulkan,
c. Manageability(Mn),yaitukemampuanmenyelesaikanmasalah-masalah,
d. NursingConcern(Nc),yaitufocuspadakeperawatan
e. Affordabilility(Af),yaituketersediansumberdaya.
f. Setiap masalah diberikan nilai dengan rentang 1-5 dengan kriteria
sebagai berikut:
5= sangat penting,
4 = penting,
3 = cukup penting,
2 = kurang penting,
1 = sangat kurang penting.
Skor akhir dengan cara : M x S x Mn x Nc xAf
Tabel Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan Di Ruang Perawatan
No Masalah M S Mn Nc Af Skor Prioritas
1 Kejadian pasien berulang,
kurang perawatan dirumah
yang disebabkan Kurang
optimal discharge planning 5 5 5 5 5 3125 1
dengantidak tersedianya
media edukasi penyakit
terbanyak di ruangan.
2 Resiko tertular penyakit
melalui tertusuk jarum dan
cairan darah yang
disebabkan Kurangnya 5 5 5 5 4 2500 2
kepatuhan perawat dalam
memakai sarung tangan

Keterangan: berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Unit memang


dihasilkan nilai yang sama, namun yang lebih diprioritaskan adalah tentang
Discharge Planning yang belum tersedia media leaflet, karena masalah
tentang kepatuhan perawat dalam menggunakan SOP sudah ada rencana
Program dari Ruangan.
90

3.7. Analisis Fish Bone

Terdapat 5 pasien dengan kejadian


berulang terhitung sejak Januari 2019
Diruangan tidak tersedianya media untuk
yang termasuk dalam 1 penyakit
menyampaikan penkes 10 penyakit
terbanyak pada bulan maret 2019.
terbanyak seperti menggunakan leaflet.

Kejadian pasien berulang, kurang perawatan dirumah yang disebabkan Kurang optimal discharge planning dan kurangnya media edukasi 10 pen

Market
M5 Money
M4 Material
M3 Metodhe
M2 Man
M1

Pelaksanaan discharge
Belum adanya anggaran planning dilaksanakan
khusus untuk kegiatan dengan penkes tanpa
operasional (discharge disertai bantuan media
planning) (leaflet)
91

3.8. POA

Strategi Penyelesaian Masalah


Dengan adanya berbagai macam masalah yang muncul dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka kelompok membuat perencanaan untuk pemecahan
masalah sesuai dengan prioritas masalah sebagai berikut :
Tabel. 3.2 Planning Of Action (POA)
INDIKATOR BIAYA
No MASALAH TUJUAN KEGIATAN WAKTU PENANGGUNG JAWAB
KEBERHASILAN
1 Kejadian pasien Untuk mencegah 1. Membuat poster 10 1. Terpasangnya Role play ±350.000 Penanggung jawab discharge
berulang, kurang kejadian pasien penyakit terbanyak poster 10 dilaksanakan planning :
perawatan dirumah berulang agar pasien bisa penyakit pada tanggal Dwi Nurwahidin
yang disebabkan mendapat informasi terbanyak 19 – 30 April
Kurang optimal terkait penyakit yang diruangan Al 2019
discharge planning sering terjadi pada Haitam
karena anak
belumtersedianya 2. Membuat leaflet 10 2. Tersedianya
media edukasi 10 penyakit terbanyak leaflet 10
penyakit terbanyak penyakit
di ruangan. terbanyak di
ruangan Al
Haitam

2 Resiko tertular Meningkatkan 1. Membuat matriks list Adanya matriks list Role play Rp.50.000 Penanggung jawab Kepatuhan perawat
penyakit melalui kepatuhan perawat APD yang perlu APD yang terpasang dilaksanakan memakai sarung tangan :
tertusuk jarum dan untuk memakai digunakan saat di ruangan Al pada tanggal Emmyliana
cairan darah yang sarung tangan saat tindakan. Haitam terlihat dan 19 – 30 April
disebabkan melakukan 2. Mengingatkan teringat bagi perawat 2019
Kurangnya tindakan yang penggunaan APD
kepatuhan perawat diperlukan kepada seluruh
dalam memakai memakai sarung perawat saat timbang
sarung tangan tangan terima
92

BAB 4
IMPLEMENTASI
4.1. Pelaksanaan
POA yang sudah disusun yaitu role play yang dilaksanakan di ruang Al haitam dari
tanggal 19 April – 30 April 2019 dengan kelolaan jumlah bed 7 buah.
Uraian kegiatan berdasarkan POA :
4.1.1 Penerapan metode MAKP
4.1.1.1 Persiapan
Proses persiapan pelaksanaan MAKP dilakukan dengan menerapkan
sistem yang ada dalam proses pemberian pelayanan. Menerapkan
metode tim dengan membagi 1 ruangan kelolaan yaitu 605 menjadi 2 tim
masing – masing tim dipimpin oleh 1 orang katim dan membawahi PP 3 –
4 orang.
Jumlah jam kerja setiap orang:
Dinas pagi : 6 jam/hari
Dinas sore : 7 jam/hari
Dinas malam : 11 jam/hari.

4.1.2 Timbang terima


4.1.2.1 Persiapan
Tujuan timbang terima adalah sebagai berikut
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan klien.
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dalam asuhan
keperawatan pada klien.
c. Menyampaikan permasalahan keperawatan atau diagnosa
keperawatan klien yang masih ada dan yang sudah terselesaikan.
d. Menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
e. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
f. Timbang terima yang efektif dapat dilakukan secara lisan atau
tulisan. Timbang terima yang baik bila semua perawat dapat
mengikuti perkembangan klien secara kontinu dan dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi perawat, kerjasama yang
bertanggung jawab antar anggota tim perawat
93

4.1.2.2Pelaksanaan
Pelaksanaan role play timbang terima dilaksanakan mulai pada tanggal 15
April - 30 April 2019. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian
shift, dilakukan secara lisan atau tertulis. Kegiatan ini diikuti oleh
mahasiswa stase manajemen, perawat ruangan, dan juga mahasiswa lain
yang sedang praktik diruangan Al Haitam Rumah Sakit Islam
Banjarmasin. Dalam kegiatan timbang terima, perawat asosiate yang
bertugas pada shift malam melakukan timbang terima (operan) kepada
ketua tim yang bertugas pada shift pagi, begitu juga dari perawat yang
dinas shift pagi ke shift sore dan dari shift sore ke shift malam. Materi
timbang terima meliputi menggunakan SBAR (Situation Background
Assessment Recomendation). Timbang terim diawali dengan
penyampaian informasi perkembangan klien di nurse station oleh perawat
yang dinas, setelah itu dilanjutkan berdoa bersama sebelum memulai
kegiatan dan dilanjutkan dengan memvalidasi data yang telah
disampaikan langsung ke kamar klien. Setelah memvalidasi data ketua
tim (perawat primer) mengadakan pre conference kepada masing-masing
perawat pelaksana dan mendelegasikan rencana tindakan pada klien
kelolaan kepada perawat primer.

4.1.3 Ronde keperawatan


4.1.3.1 Persiapan
Sebelum kegiatan ronde keperawatan dilaksanakan, terlebih dahulu
dilakukan persiapan seperti berikut ini:
a. Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan
b. Menentukan klien yang akan dijadikan subyek dalam ronde
keperawatan yang dianggap memenuhi kriteria
c. Menyusun proposal kegiatan ronde keperawatan
d. Menyiapkan klien dengan membuat informed consent dan membuat
hasil pengkajian.

4.1.3.2 Pelaksanaan
Menurut teori kegiatan ronde keperawatan diawali dengan pembukaan
oleh kepala ruangan (yang diperankan oleh mahasiswa) dengan
memperkenalkan tim ronde, menjelaskan identitas dan masalah klien
serta tujuan dilaksanakan ronde keperawatan. Selanjutnya dilakukan
penjelasan tentang klien oleh ketua tim yang difokuskan pada masalah
94

dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah


dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan. Kegiatan
ronde keperawatan dilanjutkan ke kamar klien untuk dilakukan validasi
data dengan mencocokkan dan menjelaskan kembali data yang telah
disampaikan ketua tim. Selain itu melakukan diskusi antar anggota tim
dan klien/keluarga tentang masalah yang muncul pada klien. Kegiatan
berlanjut kembali ke nurse station untuk dilakukan evaluasi dan
rekomendasi intervensi keperawatan. Kegiatan ronde keperawatan
ditutup oleh kepala ruangan. Pelaksanaan ronde keperawatan dilakukan
pada hari Senin, 29 April 2019 sebelumnya dilakukan pengkajian pada
klien yang memenuhi kriteria yang ditentukan. Pengkajian dari tanggal
28 April 2019 dengan diagnosa medis pasien yaitu GEA (Gastroenteritis
Akut).

Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Dwi Nurwahidin, S.Kep
Ketua Tim I (PP) : M. Kosim Albanjari, S.Kep
Ketua Tim II (PP) : Akhmad Zarjani, S.Kep
Perawat Pelaksana : Rini Yanti, S.Kep
Rezki Mulia A. Putri, S.Kep
Emyliana, S.Kep
Rizki Anisa Fitri, S.Kep
Hj. Sarimah, S.Kep
Dinda Puteri Febiola, S.Kep
Dokumentasi : Maimunah, S.Kep
Fasilitator : Lutia Normawati, S.Kep
Pembimbing akademik : Rida’ Millati, Ns.,M.Kep
Pembimbing Klinik : Rina Farida, S.Kep.,Ns

4.1.4 Supervisi
4.1.4.1 Persiapan
Sebelum kegiatan supervisi dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan
persiapan seperti berikut ini:
a. Menentukan penanggung jawab dalam supervisi
b. Menentukan klien yang akan dijadikan subyek dalam proses
kegiatan supervisi
c. Menyusun proposal supervisi
95

d. Melakukan konsultasi dengan preseptor sekaligus penentuan waktu


pelaksanaan
e. Menentukan tindakan yang akan disupervisi

4.1.4.2 Pelaksanaan
Pada pelaksanaan supervisi awal mulanya dilakukan diruangan kepala
ruangan dimana supervisor menyampaikan alur kegiatan yang
disampaikan kepada kepala ruangan dan didengarkan oleh perawat
primer dan perawat asosiate. Setelah itu, supervisor meminta perawat
primer untuk membacakan atau menguraikan isi daripada SOP
pemberian obat intravena dimana SOP itu akan dilaksanakan oleh
perawat asosiate setelah itu kegiatan dilakukan dinurse station dimana
perawat asosiate menyiapkan obat – obatan yang akan diberikan sesuai
dengan orderan dokter dan prinsip 6 benar obat. Kemudian dilanjutkan
diruangan pasien, dimana supervisor mensupervisi perawat asosiate
yang sedang melakukan tindakan pemberian obat intravena. Setelah
selesai supervisor melakukan evaluasi dan pendokumentasian.

4.1.5 Penerimaan pasien baru


4.1.5.1 Persiapan
Sebelum kegiatan penerimaan pasien baru dilaksanakan, terlebih dahulu
dilakukan persiapan seperti berikut ini:
a. Menyiapkan kelengkapan administtasi
b. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
c. Menyiapkan format penerimaan pasien baru
d. Menyiapkan format pengkajian
e. Menyiapkan informed consent
f. Menyiapkan nursing kit
g. Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan
h. Menyiapkan kuesioner kepuasan pasien

4.1.5.2 Pelaksanaan
a. Pasien datang diruangan diterima oleh kepala ruangan /katim /
perawat yang didelegasi
b. Perawat mengenalkan diri kepada klien dan keluarganya
c. Perawat menunjukkan kamar atau tempat tidur klien dan mengantar
ketempat yang telah ditetapkan
96

d. Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ketempat tidur


( apabila pasien datang dengan brankar atau kursi roda) dan berikan
posisi yang nyaman.
e. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format
f. Perkenalkan pasien baru dengan pasien yang sekamar
g. Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat
memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang orientasi
ruangan, perawatan( termasuk perawat yang bertanggung jawab dan
sentralisasi obat), medis (dokter yang bertanggung jawab dan jadwal
visite), dan tata tertib ruangan
h. Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah
disampaikan
i. Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menandatangani informed consent
j. Perawat menyerahkan kepada pasien lembar kuesioner tingkat
kepuasan pasien

4.1.6 Discharge planning


4.1.6.1 Persiapan
Awalnya perawat pelaksana melakukan pengkajian terhadap pasien yang
akan diberikan discharge planning kemudian perawat pelaksana
mempersiapkan perencanaan pulang yang sudah ditetapkan seperti lembar
discharge planning dan leafleat. Kemudian perawat pelaksana memanggil
keluarga atau orang terdekat pasien untuk memberikan pengarahan serta
penyuluhan tentang penyakit yang diderita,rencana kontrol, dan cara
pencegahan kekambuhan kemudian perawat pelaksana melakukan pengisian
pada lembar discharge planning yang berisi tentang penjelasan terapi yang
akan dilanjutkan pada saat pulang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
serta rencana kontrol selanjutnya. Terakhir perawat pelaksanan menayakan
apakah keluarga atau orang terdekat pasien memahami apa yang sudah
dijelaskan.

4.1.6.2Pelaksanaan
Pelaksanaan disharge planning dilakukan di nurse station dengan
memanggil keluarga pasien atau orang terdekat pasien. Selanjutnya
perawat pelaksana secara bertahap menjelaskan tentang pemberian
97

perawatan lanjutan dirumah, penataan lingkungan yang tepat, serta


pelayanan yangdapat mendukung kesehatan pasien.

4.1.7 PSBH :
4.1.7.1 Sosialisasi
a. Persiapan kegiatan
Penyiapan dalam pelaksanaan discharge planning dengan media
leaflet dilakukan dengan berdiskusi bersama kepala ruangan
membahas tentang penyelesaian masalah manajemen yang muncul
diruangan yaitu Belum optimalnya pelaksanaan discharge planning
karena kurangnya bantuan media dan sarana yang ada di ruangan Al-
Haitam.
b. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dari hasil diskusi bersama kepala ruangan
membuat media leaflet dan poster besar 10 penyakit terbanyak untuk
discharge planning, melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien,
menyediakan leaflet, tempat brosur yang disediakan di nurse station
yang digunakakan sebagai bantuan media untuk
pasien,memperbanyak leafleat yang sudah dibuat, serta dilengkapi
dengan tempat leaflet yang dibuat oleh tim manajemen dengan
bentuk yang menarik, melakukan evaluasi dari program pelaksanaan
agar perawat diruang Al Haitam dapat menerapkan pelaksanaan
discharge planning dapat terlaksana secara maksimal dengan bantuan
leaflet.

4.1.7.2 Media PSBH


a. Leaflet
Leaflet yang disediakan
adalah 10 penyakit
terbanyak yang terjadi
pada bulan maret.
Dengan bantuan media
diharapkan dapat
mempermudah
pelaksanaan discharge
planning dan dapat dilaksanakan secara maksimal, dipergunakan
untuk pasien dibawa pulang sehingga bisa menjadi bahan bacaan
98

yang digunakana untuk pasien selama menentukan perencanaan yang


akan dipertimbangkan untuk pasien di rumah.

b. Poster Besar
Poster besar dibuat untuk memberikan informasi 10 penyakit
terbanyak kepada pasien di ruangan, ditempel di dinding agar bisa
dibaca oleh semua pasien, pengunjung, tamu, ataupun juga perawat
bisa lebih mudah menjelaskan kepada pasien saat di ruangan tentang
penyakit yang sering terjadi pada anak.

4.2. Evaluasi
4.2.1 PSBH
Setelah dilakukan PHSB sesuai POA yang direncanakan sejak tanggal 19 April
2019 telah dilaksanakan sesuai target.
Sebelumnya pelaksanaan discharge planning sudah dilakukan namun belum
tersedianya media berupa leaflet dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan
sebelum pasien pulang. Inovasi yang dilakukan sesuai hasil yang diharapkan,
tersedia leaflet 10 penyakit terbanyak dan juga dilengkapi tempat leaflet yang
dibuat dengan bentuk menarik di depan nurse station, serta disediakan poster
besar 10 penyakit terbanyak yang menjadi bahan bacaan pasien saat di ruangan.
Dan berdasarkan pasien kelolaan yang ada di kamar 605 semuanya dilakukan
pendidikan kesehatan sebagai simulasi dari role play discharge planning.

4.2.2. M1 – M5
4.2.2.1 Tenaga dan Pasien (MAN-M1)
Pengorganisasian kegiatan praktik mahasiswa Program Profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin kelompok 1 Manajemen
Keperawatan dilakukan pada tanggal 12 April 2019 s.d 5 Mei 2019,
99

meliputi pembuatan jadwal rencana kegiatan dan peran harian sebagai


Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Perawat Pelaksana, penentuan kamar
kelolaan di ruang Al Haitam (anak), persiapan berkas dan peralatan
yang akan digunakan di Nurse Station. PembuatanStruktur Organisasi
untuk efektifitas pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Perawatan
Profesional dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal yang
sifatnya umum, kelompok menyusun struktur organisasi sebagai berikut:
Ketua : M. Kosim Albanjari, S.Kep
Wakil Ketua : Dinda Puteri Febiola, S.Kep
Sekretaris : Emyliana, S.Kep
Hj. Sarimah, S.Kep
Bendahara : Rezki Mulia Asphihani Putri, S.Kep
Seksi Humas :Rini Yanti, S.Kep
Rizki Anisa Fitri, S.Kep
Seksi perlengkapan :Dwi Nurwahidin, S.Kep
Akhmad Zarjani, S.Kep
Seksi Konsumsi : Maimunah, S.kep
Lutia Normawati, S.Kep

Uraian tugas masing-masing berdasarkan struktur pengorganisasian


kelompok :
Ketua :
1. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan keberhasilan praktek
klinik manajemen keperawatan.
2. Mengkoordinasikan pelaksanaan program dalam manajemen
keperawatan.
3. Mengembangkan hubungan antara organisasi ruangan dan
pendidikan.
4. Menentukan berbagai kebijakan strategis dalam organisasi.
5. Memutuskan masalah yang berkaitan dengan organisasi.
6. Memimpin rapat organisasi.
7. Menandatangan surat keluar
8. Mengupayakan pengembalian dana.
9. Memeriksa dan menandatangi buku kas umum.
10.Menyetujui pengeluaran kas organisasi.
11.Bertanggung jawab penuh terhadap laporan pelaksanaan kegiatan.
100

Sekertaris
1. Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi organisasi
(surat menyurat, dokumentasi kegiatan organisasi, lain-lain)
2. Merencanakan dan menyiapkan acara rapat pengurus.
3. Bertanggung jawab pada semua bentuk pelaporan.
4. Membuat surat untuk kepentingan keluar.
5. Membuka rapat, mendokumentasi hasil rapat dan menutup rapat.
6. Membuat laporan kegiatan organisasi.
7. Memantau keadaan ruangan dan memeriksa buku bantu keuangan.
Bendahara
1. Membukukan dan menyiapkan uang organisasi secara keseluruhan.
2. Bertanggung jawab terhadap pembukuan anggaran belanja organisasi
dan mempertanggung jawabkannya kepada ketua.
3. Melaporkan keadaan keuangan organisasi secara berkala.
4. Mengeluarkan keuangan yang telah mendapat persetujuan dari ketua
5. Membuat laporan keuangan.

Seksi Humas
1. Bertanggung jawab terhadap kelancaran surat-menyurat.
2. Bertanggung jawab terhadap kelancaran diskusi, seminar, maupun
desiminasi.
3. Melaporkan sosialisasi seluruh program yang telah ditetapkan kepada
anggota.
4. Meyebarluaskan seluruh informasi yang berkaitan dengan kegiatan
pelayanan keperawatan.
5. Membantu semua kegiatan yang berhubungan dengan orang lain.
Seksi Perlengkapan
1. Bertanggung jawab terhadap pengadaan kelengkapan berkas-berkas
kegiatan.
2. Membantu kelancaran kegiatan.
3. Melakukan koordinasi dengan seksi yang lain.
Seksi Konsumsi
1. Bertanggung jawab terhadap pengadaan konsumsi untuk berbagai
kegiatan
2. Membantu kelancaran kegiatan
3. Melakukan koordinasi dengan seksi lain
101

5.1.2. Uraian Tugas Berdasarkan Metode MAKP


5.1.2.1. Metode TIM
Pada saat role play dimana dilakukan pembagian tugas berdasarkan
Metode Tim yang roleplay mana role play dilakukan di Ruang Al
Haitam kelas II Tim 1 dari bed 605 A-D dan Tim 2 dari bed 605 E-
G. Dengan struktur organisasi :
a. Kepala Ruangan
Tugas Kepala Ruangan :
a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b) Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
c) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan
kepemimpinan
d) Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim
keperawatan
e) Menjadi narasumber bagi ketua tim
f)Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan
g) Menciptakan komunikasi yang terbuka

b. Katim
Tugas Katim :
a) Mengkaji setiap klien dan menetapkan rencana keperawatan
b) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota
kelompok dan memberikan bimbingan melalui konferensi
d) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya

c. Perawat Pelaksana
Tugas Pelaksana :
a) Mengadakan serah terima tugas bersama kepala ruangan dan
ketua tim
b) Menerima pembagian tugas dari ketua tim
c) Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan
keperawatan
d) Menerima pasien baru
102

e) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian


f) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua tim
g) Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain
h) Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim yang lain
i) Melaksanakan asuhan keperawatan

5.1.2.2. Pengaturan jadwal dinas


Jadwal dinas dibagi menjadi 2 tim dan mengelola pasien diruang
kelas II dengan jumlah bed 7 dan kapasitas pasien 7.
a. Tiap Katim akan membawahi 1-2 perawat.
b. Jadwal dinas akan dibagi 3 shift :
Shift pagi : jam 08.00-14.00 WITA
Shift sore : jam 14.00-21.00 WITA
Shift malam : jam 21.00-08.00 WITA

Prinsip penyusunan jadwal hendaknya memenuhi beberapa prinsip,


diantaranya harus ada kesinambungan antara kebutuhan unit kerja
dan kebutuhan staf. Prinsip berikutnya, setiap staf harus terlibat
dalam siklus atau rotasi pagi-sore-malam : motede yang dipakai harus
sesuai dengan kuantitas staf dalam suatu unit kerja. Siklus yang
digunakan mengikuti metode penugasan yang dipakai dan setiap staf
harus dapat mencatat hasil dinas, libur dan shift.

Pelaksanaan role play penerapan MAKP dengan metode Tim oleh


mahasiswa di Ruang Al Haitam dilaksanakan selama 12 hari yaitu
pada tanggal 19 April sampai 30 April 2019 pembagian tugas sesuai
lampiran. Mahasiswa kelompok 1 terdiri dari 11 orang sehingga
pembagian peran tiap hari yaitu 1 orang Kepala Ruangan, 2 orang
Ketua Tim, dan 4 orang Perawat Pelaksana (Pagi, Siang dan Malam).
Dalam pelaksanaannya selama ± 2 minggu kegiatan tidak ada
hambatan pada proses ketenagaan. Mahasiswa mendapatkan
dukungan berupa kemauan dari pihak manajemen ruangan untuk
memberikan kesempatan mengelola 1 kamar di ruang Al Haitam
yaitu kamar 605 kelas II.

Mahasiswa mendapatkan kamar kelolaan kelas II yang terbagi atas 7


bed dan jam pelayanan untuk dinas pagi 6 jam, dinas siang 7 jam, dan
103

dinas malam 11 jam. Rata-rata jam pelayanan keperawatan


mahasiswa yaitu 40 jam/minggu.

Pada pelaksanaan role play di Ruangan Al Haitam selama ± 2


minggu mahasiswa stase manajemen melakukan koordinasi dengan
beberapa bidang terkait yaitu :
a. Pada tanggal 17 April 2019 menyiapakan kelengkapan Role Play.
b. Pada tanggal 18 April 2019 sosialisasi SBAR
c. Pada tanggal 19 April 2019 Sosialisasi Timbang Terima
d. Pada tanggal 20 April 2019 melakukan penerimaan pasien baru.
e. Pada tanggal 23 April 2019 melakukan Discharge planning.
f. Pada tanggal 29 April 2019 melakukan ronde keperawatan.

5.1.3. Sistem Perhitungan Tenaga


Pada suatu pelayanan professional, jumlah tenaga yang dibutuhkan
tergantung pada jumlah klien dan derajat ketergantungan klien.
Tabel 4.4 Nilai BOR Harian
No Hari/ Tanggal Nilai BOR Harian
.
1. Jum’at, 19 April 2019 Total Klien = 3 orang
jumlahbedterisi
BOR = x
jumlahbedtersedia
100%
3
= x 100% = 42,8 %
7
2. Sabtu, 20 April 2019 Total Klien = 5 orang
jumlahbedterisi
BOR = x
jumlahbedtersedia
100%
5
= x 100% = 71 %
7
3. Minggu, 21 April Total Klien = 5 orang
jumlahbedterisi
BOR = x
jumlahbedtersedia
100%
5
= x 100% = 71 %
7
4. Senin, 22 April 2019 Total Klien = 5 orang
jumla h bed terisi
BOR = x
jumla h bed tersedia
100%
104

5
= x 100% = 71 %
7
5. Selasa, 23 April 2019 Total Klien = 4 orang
jumla h bed terisi
BOR = x
jumla h bed tersedia
100%
4
= x 100% = 57 %
7
6. Rabu, 24 April 2019 Total Klien = 6 orang
jumla h bed terisi
BOR = x
jumla h bed tersedia
100%
6
= x 100% = 85 %
7
7. Kamis, 25 April 2019 Total Klien = 6 orang
jumla h bed terisi
BOR = x
jumla h b ed tersedia
100%
6
= x 100% = 85 %
7
8. Jum’ at, 26 April 2019 Total Klien = 6 orang
jumla h bed terisi
BOR = x
jumla h bed tersedia
100%
6
= x 100% = 85 %
7
9. Sabtu, 27 April 2019 Total Klien = 7 orang
jumla h bed terisi
BOR = x
jumla h bed tersedia
100%
7
= x 100% = 100 %
7
10. Minggu, 28 April 2019 Total Klien = 2 orang
jumla h bed terisi
BOR = x
jumla h bed tersedia
100%
2
= x 100% = 28,5 %
7
11. Senin, 29 April 2019 Total Klien = 4 orang
jumla h bed terisi
BOR = x
jumla h bed tersedia
100%
4
= x 100% = 57 %
7
105

12. Selasa, 30 April 2019 Total Klien = 5 orang


jumla h bed terisi
BOR = x
jumla h bed tersedia
100%
5
=
x 100% = 71 %
7
Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan menurut Depkes (2005) , periode
19 April – 30 April 2019 :

 BOR : 75 %
 Jumlah TT : 7 buah
 Jam kerja perawatan/hari : 5,7 jam ( rawat inap)
 Kebutuhan tenaga perawat
( BORXjumla h TT ) Xrata−ratajamperawatan
jamkerjaperawat /h ari

 (BOR x jumlah TT)


= 75% x 7
= 5 TT

No Jenis/kategori Rata- Rata-rata jam Jumlah %


rata perawatan/hari perawatan/hari
pasien/
hari
1 Pasien penyakit - - - -
dalam
2 Pasien bedah - - - -
3 Pasien gawat 1 10 10 5
4 Pasien anak 19 4,5 85,5 95%
5 Pasien - - - -
kebidanan
Jumlah 20 95,5 100

 Jumlah tenaga yang diperlukan :


- 5% x 5 = 0,25 x 10 = 2,5
- 95% x 5 = 4,75 x 4,5 = 21,375
Total = 23,375 / 5,7
= 4 orang
 Faktor koreksi

Jumlahhariminggu 1 tahun+ cuti+haribesar


xkebutuhanperawat
Jumlahharikerjaefektif

52+12+18
¿ x4
365−82

82
¿ x 4=1 orang
365−82

 Tugas non keperawatan


= (4+1)x 25%
= 5 x 25%
106

= 1 orang
 Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan
= 4+1+1 + 1 (katim) + 1 (kepala ruangan)
= 8 orang

Berdasarkan perhitungan standar kebutuhan perawat menurut Depkes


(2005) berjumlah 8 orang, dan untuk jumlah tenaga perawat
Mahasiswa Manajemen di Ruang Al Haitam yang saat ini berjumlah
11 orang.

4.2.2.2 Sarana dan prasarana ( Material-M2 )


Pada saat role play mahasiswa tidak melakukan perencanaan untuk
memperbaiki sarana dan prasarana dikarenakan keterbatasan waktu serta
keterbatasan biaya.

Berdasarkan data daftar barang-barang di ruang Al Haitam (anak) RS Islam


Banjarmasin Banjarmasin, menunjukkan bahwa material atau fasilitas yang
berada diruang Al Haitam sudah sesuai dengan kebutuhan ruangan.Sarana
dan prasarana sudah tersedia dengan baik dan sudah digunakan dengan baik
sesuai fungsinya, namun berdasarkan observasi tidak ada sarana yang rusak
karena mendapatkan perawatan yang berkelanjutan. Nurse Station sudah
dimanfaatkan dengan baik dan letaknya cukup strategi. Buku administrasi
penunjang dokumentasi keperawatan sudah lengkap.

4.2.2.3 Metode (M3)


a. Penerapan MAKP
Dilakukan role play terhadap pelaksanaan penerapan MAKP dari tanggal
19 April – 30 April 2019 di Ruang Al Haitam kamar 605, terdiri 7 bed
(tempat tidur klien). Pembagian tugas dilakukan untuk penetapan sebagai
kepala ruangan 1 orang, ketua TIM 1 dan Ketua TIM 2 masing-masing 1
orang, perawat pelaksana 1-2 orang untuk setiap pergantian shift (pagi,
siang, malam).

b. Timbang terima
107

Evaluasi Timbang Terima


Struktur
1. Semua perawat untuk pergantian shift sudah siap
2. Format timbang terima telah dibuat sesuai dengan format
3. Sarana dan prasaran yang menunjang timbang terima telah tersedia
antara lain : catatan timbang terima dan kelompok shift timbang terima
Proses
1. Proses timbang terima pagi dimulai di nurse station dipimpin
oleh kepala ruangan stage manajemen dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang telah bertugas dinas manapun perawat yang akan
menggantikan shift. Proses timbang terima pagi ke siang dimulai di
nurse station dipimpin oleh kepala ruangan, kemudian di laporkan oleh
ketua tim masing – masing yang bertugas pada shift pagi dan diikuti
oleh semua perawat asosiete yang telah bertugas pada shift
sebelumnya maupun yang akan menggantikan shift.
2. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, diagnosis keperawatan,
intervensi yang telah dilakukan maupun yang belum dilakukan,
rencana tindakan dan tindakan kolaboratif pada hari tersebut.
3. Setelah timbangan terima di nurse station dilanjutkan dengan
berkunjung ke masing-masing bed klien untuk menvalidasi data.
4. Perawat primer (ketua TIM) selalu berperan aktif dalam memimpin
validasi data ke bed klien.
Hasil :
1. Timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan
Pada pergantian shift dari malam ke pagi dan dari pagi ke sore
dipimpin oleh kepala ruangan dan laporan dibacakan oleh Ketua TIM I
dan ketua TIM II, sedangkan pergantian shift dari sore ke malam
dipimpin oleh perawat penanggung jawab.
2. Timbangan terima sudah diterapkan di ruangan Nilam
Shift Pagi : Pukul 08.00 Wita
Shift Siang : Pukul 14.00 Wita
Shift Malam : Pukul 21.00 Wita
3. Perawat pagi dan sore yang menerima timbang terima tampak fokus
memperhatikan dan perawat yang membacakan laporan
didengarkan/diperhatikan.
108

4. Pelaporan timbang terima menyampaikan keluhan klien, diagnosa


keperawatan yang muncul, intervensi yang sudah dilakukan dan belum
dilakukan, serta tindakan kolaboratif
5. Timbang terima dilakukan awalnya di nurse station dan kemudian
langsung ke bed klien untuk memvalidasi data.
6. Setiap perawat mengetahui perkembangan klien dan komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik.
7. Klien dapat dengan aktif menyampaikan perubahan keluhan yang
dirasakan setiap harinya.
8. Terbina kepercayaan dan kerjasama yang baik antara perawat, klien
maupun keluarga klien.

c. Ronde Keperawatan
Evaluasi Penilaian ronde keperawatan:
1. Persiapan klien untuk dilakukan ronde keperawatan telah dilakukan
sebelumnya.
2. Pengkajian telah dilakukan terlebih dahulu pada klien yang
ditetapkakn untuk ronde keperawatan.
3. Konsultasi telah dilakukan baik pada pembimbing klinik (C1) atau
pembimbing akademik (CT) untuk penetapan kasus.
4. Informed consent sudah diberikan kepada klien dan keluarga 1 hari
sebelum pelaksanaan pada ronde keperawatan.
5. Persiapan tempat telah dilakukan yaitu di ruang Al Haitam (605 B)
6. Undangan telah dibagikan 1 hari sebelum ronde keperawatan
dilakukan kepada para konselor seperti kepala ruangan Al Haitam,
Kepala bidang keperawatan RS Islam Banjarmasin, pembimbing klinik
(C1), ahli gizi, perawat di ruang Al haitam.

Proses :
1. Pelaksanan ronde keperawatan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan yaitu pukul. 11.00 - 12.00 WITA
2. Peserta yang berhadir di ronde keperawatan sudah sesuai yang
diharapkan akan tetapi masih kurang lengkap dikarenakan dokter,
109

kepala ruangan dan kepala bidang keperawatan RS Islam Banjarmasin


tidak dapat hadir.
3. Peserta yang berhadir di ruangan Al Haitam sekaligus pembimbing
klinik (CI), Perawat penanggung jawab, dan pembimbing akademilk
(CT), ahli gizi dan bagian promosi kesehatan RS Islam Banjarmasin.
4. Hasil pengkajian dan penyampaian masalah keperawatan yang belum
teratasi telah dijabarkan telebih dahulu oleh perawat primer (Ketua
Tim) mahasiswa profesi ners stase manajemen. Dilanjutkan dengan
masukan dan saran dari konselor: pembimbing klinik (C1), ahli gizi,
dan pembing akademik (CT).
5. Validasi dilakukan ke bed klien, peserta yang berhadir pada saat
validasai kekurangan klien mengikuti : pembimbing klinik (C1), ketua
TIM II, pembimbing akademik (CT), dan perawat pelaksana.
6. Setelah validasi data, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan diskusi.
7. Ronde keperawatan dipinmpin oleh kepala ruangan mahasiswa stase
manajemen profesi Ners A Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
8. Semua konselor yang berhadir aktif memberikan saran, dimana saran
tersebut kemudian disampaikan kepada keluarga klien.
Hasil :
1. Konselor aktif menjawab pertanyaan dan memberikan informasi
terkait masalah yang dihadapi klien.
2. Klien dan keluarga merasa senang karena telah menjadi pilihan dalam
kegiatan ronde keperawatan.
3. Solusi dari permasalahan klien telah didapatkan, yaitu :
a. Diet yang diberikan untuk klien ronde keperawatan yaitu diberikan
diet rendah serat,makanan kering seperti biscuit, sereal,dll.
b. Batasi aktivitas klien
4. Keluarga puas dengan hasil ronde keperawatan.
Keluarga telah mendapatkan penkes tentang penyakit yang dialami
anak dan penanganan ketika di rumah.

d. Supervisi
Evaluasi Struktur
1. Persiapan dilaksanakan 2 hari sebelum acara dimulai pembuatan
proposal, dan berlatih role play untuk ketua tim dan perawat associate
yang akan dilakukan supervise serta supervisor dalam kegiatan
supervisi.
110

Evaluasi Proses
1. Mengevaluasi jalannya supervise.
2. Mengevaluasi proses pelaksanaan tindakan pemberian injeksi obat IV
sesuai dengan SOP ruangan.

Evaluasi Hasil
1. Pada tahap preinteraksi, perawat sudah mencuci tangan sebelum
menyiapkan alat, alat sudah dipersiapkan dan dicek kembali
kelengkapan alat yang diperlukan
2. Tahapan orientasi, saat pertama bertemu klien dan keluarga klien,
perawat memberikan salam dan menyapa nama klien, perawat juga
memperkenalkan dirinya, menanyakan keluhan saat itu, perawat juga
tidak lupa menunjukkan sikap empatinya kepada klien, lalu
menjelaskan akan memberikan obat berupa nama dan manfaat obat,
dimana prosedurnya akan dilakukan sekitar 2 menit di tempat itu serta
tidak lupa menanyakan persetujuan klien dengan tindakan yang akan
dilakukan oleh perawat.
3. Pada tahapan kerja, secara keseluruhan sudah cukup baik dimana
keseluruhan tindakan dilakukan dengan baik, dari saat menyiapkan
obat maupun saat memberikan obat, namun saat mencek kembali obat
dengan cara menyebutkan kembali 6 benar obat perawat menyebutkan
untuk mencek kembali waktu pemberian obat dan rute pemberian obat.
4. Tahap terminasi sudah sesuai dan baik, saat mengakhiri kegiatan
perawat sudah mampu mengevaluasi kegiatan yang dilakukan,
memberikan reinforcement pada klien, mengakhiri tindakan dengan
cara yang baik serta tidak lupa mencuci tangan setelah kegiatan selesai
dilakukan.
5. Sikap perawat pada saat orientasi dan melakukan tindakan sudah
sangat baik terhadap klien maupun keluarga dimana perawat memberi
salam saat pertama datang, memperkenalkan diri, serta menunjukkan
sikap empati pada klien, perawat juga terlihat begitu ramah dengan
klien dan keluarga dimana perawat selalu tesenyum saat berbicara dan
bersikap sangat sopan saat berinteraksi dengan klien dan keluarga.
6. Tahapan evaluasi, perawat sudah melakukan evaluasi dengan baik,
perawat juga menanyakan kembali bagaimana perasaan klien setelah
diberikan injeksi obat dan mengobservasi kemungkinan komplikasi
setelah diberikan injeksi obat.
111

e. Penerimaan pasien baru


Evaluasi struktur pasien baru :
1. Tersedia sarana dan prasarana yang menunjang antara lain menyiapkan
format penerimaan pasien baru, format pengkajian, informed consent,
nursing kit, lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan.
2. Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh KARU, Katim,
dan Perawat pelaksana. Sedangkan pada shift sore dilakukan oleh
Peraat pelaksana.

Evaluasi proses
1. Pasien baru disambut oleh Karu, Katim, dan Perawat Pelaksana
2. Pasien baru diberi penjelasan tentang perawatan serta tata tertib
ruangan dan orientasi ruangan
3. Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga
4. Katim melakukan anamnesa dengan dibantui oleh Perawat Pelaksana

Evaluasi hasil
1. Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan kelengkapan
dokumen status pasien.
2. Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis, serta
tata tertib ruangan.

f. Discharge planning
Evaluasi Struktur
a. Persiapan dilakukan saat pasien masuk Al Haitam (anak) RS Islam
Banjarmasin
b. Koordinasi dengan pembimbing akademik dan klinik
c. Menyusun proposal
d. Pengorganisasian peran
e. Penyusunan leaflet

Evaluasi proses
i. Kelancaran kegiatan
ii. Peran serta perawat yang bertugas

Hasil Evaluasi
112

Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh pasien dan keluarga dan
ada dokumentasi dalam rekam medik pasien

4.2.2.4 Mutu (M5)


a. Indikator pelayanan
Tabel 4.5 Indikator di Rumah Sakit Islam Banjarmasin ruang Al Haitam
tanggal 19 – 30 April 2019
NO INDIKATOR NILAI
1. BOR 75 %
2. BTO 2
3. AVLOS 3
4. TOI 1
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui BOR ruang Al Haitam tanggal 19 – 30
April 2019 angka BOR 75%, BTO 2 kali, ALOS 3 hari, TOI 1 hari.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa indicator pelayanan di Al Haitam
selama Role Play dilakukan relative stabil.

b. Indikator pencegahan infkesi nosokomial


1. Angka Kejadian Flebitis
Tabel 4.6 Angka Kejadian Flebitis
Before After
Tanggal 18 April 2019 Tanggal 19 – 30 April 2019
Kejadian Yang Terpasang Persentase Kejadian Yang Persentase
Flebitis Infus (%) Flebitis Terpasang (%)
infus
0 6 0 0 19 0%

Dari hasil observasi angka kejadian flebitis sebelum role play pada
tanggal 18 April 2019 berjumlah 0% flebitis dari 6 pasien yang
terpasang infus di ruang Al Haitam.
Sedangkan dari hasil observasi selama role play di ruang Al Haitam
Kamar 605 A - G dari tanggal 19 – 30 April 2019, angka kejadian
flebitis sebanyak 0 kasus (0%) dari 19 pasien yang terpasang infus di
Ruang Al Haitam kamar 605.

2. Angka Kejadian ISK


Tabel 4.7 angka kejadian ISK
Before After
Tanggal 18 April 2019 Tanggal 19 – 30 April 2019
Kejadian Yang Terpasang Persentase Kejadian Yang Persentase
ISK Kateter (%) ISK Terpasang (%)
kateter
0 0 0 0 0 0%
113

Sumber : data sekunder


Dari hasil observasi angka kejadian ISK sebelum role play pada tanggal
18 April 2019 berjumlah 0 kasus ISK (0%) dari 6 pasien yang dirawat
Al Haitam kamar 605 karena tidak ada pasien yang terpasang kateter
urine.

Sedangkan dari hasil observasi selama role play di ruang Al Haitam


Kamar 605 A - G dari tanggal 19 – 30 April 2019, angka kejadian ISK
sebanyak 0 kasus (0%) dari 19 pasien yang dirawat di Ruang Al Haitam
kamar 605 karena tidak ada pasien yang terpasang kateter urine.

c. Patient safety (keselamatan pasien)


1. Angka ketepatan identifikasi pasien
Dari hasil observasi tanggal 18 April 2019 didapatkan perawat dalam
mengidentifikasi pasien menanyakan nama lengkap, mencocokkan
nomor bed pasien, ,nama panggilan, menjelaskan indikasi obat dan
memberikan label obat pada spuit saat pemberian obat injeksi.

Pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien melaksanakan selama masa


role play dari tanggal 19 April 2019 – 30 April 2019 dengan langkah-
langkah mengidentifikasi pasien sebelum pemberian obat dengan
menanyakan nama lengkap, mencocokkan rekam medik, mencocokan
bed dan memberikan obat yang akan di injeksi dan fungsinya. Adapun
hasilnya adalah mahasiswa mencoba mengidentifikasi pasien dengan
benar dan hasilnya semua mahasiswa sudah melaksanakan tugas dengan
cukup baik.

2. Angka kejadian pasien jatuh


Pasien resiko jatuh dilakukan pada saat pengkajian awal dengan
menggunakan metode yang telah ditetapkan oleh RS Islam Banjarmasin.
Penilaian resiko jatuh pada pasien anak menggunakan penilaian resiko
jatuh humty dumty.
Tabel 4.8 Penilaian pasien resiko jatuh anak menggunakan humty dumty
scoring
Jumlah Kategori Resiko Jatuh
Bulan
Pasien Resiko tinggi Resiko rendah
19 – 30 19 orang 11 8 orang
114

April (58%) (42%)


2019

Dari hasil pengkajian selama role play di ruang Al Haitam tanggal 19 –


30 April 2019 dengan menggunakan penilaian pasien resiko jatuh anak
menggunakan humty dumty Scoring dari 19 pasien didapatkan pasien
dengan resiko jatuh resiko rendah 8 orang (42%) dan 11 pasien (58%)
dengan resiko jatuh tinggi.

b. Kepuasan pasien
Sebelum dilakukan roleplay

NO Kepuasan pasien Persentasi (%)


1 Puas 81,84 %
2 Kurang Puas 18,4 %

Dari table diatas didapatkan bahwa sebagian besar pasien merasa puas
sebanyak 81,84 %.

Survei Kepuasan Pasien :


Dari hasil wawancara didapatkan pasien merasa puas dengan pelayanan dan
perawatan di RuangAl Haitam, hasil observasi pasien tidak ada keluhan
dengan pelayanan dan perawatan di ruang Al Haitam. Dengan hasil
kuesioner didapatkan hasil kepuasan pasien adalah puas dengan skor nilai
81,84 %.

Kepuasan Pasien ruang 605 setelah dilakukan roleplay

NO Kepuasan pasien Persentasi (%)


1 Puas 86,2 %
2 Kurang Puas 13,8 %

Keterangan
80%-100% : puas
<80% : Kurang Puas
Berdasarkan hasil evaluasi kuesioner yang telah dilakukan pada tanggal19 –
30 april 2019 dari 12 responden didapatkan kesimpulan bahwa pasien
merasa puas sebanyak 10 orang (86,2%) dan 2 orang (13,8%).
115

c. Instrument A (Pendokumentasian asuhan keperawatan)


1. Hasil evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan pengkajian
1) Pengkajian
No Aspek yang Dinilai Before After
1 Mencatat data yang dikaji sesuai dengan 100% 100%
pedoman pengkajian
2 Data dikelompokkan (bio-psiko-sosial- 100% 100%
spiritual)
3 Data dikaji sejak pasien masuk sampai 100% 100%
pulang
4 Masalah dirumuskan berdasarkan 100% 100%
kesenjangan antara status kesehatan
dengan norma dan pola fungsi
kehidupan
PERSENTASE 100% 100 %

Dari tabel diatas, dapat dilihat dari aspek pengkajian asuhan


keperawatan yang terjadi di ruang Al Haitam Rumah Sakit Islam
Banjarmasin, dimana sebelum dilakukan managemen penerapan PAK
nilai persentase keseluruhan adalah 100% dan setelah dilakukan
managemen penerapan PAK nilai persentase keseluruhan adalah
100%.

2) Diagnosa
No Aspek yang Dinilai Before After
1 Diagnosa keperawatan berdasarkan 100 100
masalah yang telah dirumuskan
2 Diagnosa keperawatan mencerminkan 100 100
data pengkajian dan penunjang (bila ada)
3 Merumuskan diagnosa keperawatan 100 100
aktual/potensial
PERSENTASE 100 100

Dari tabel diatas, dapat dilihat dari aspek diagnosa keperawatan yang
terjadi di ruang Al Haitam Rumah Sakit Islam Banjarmasin, dimana
sebelum dilakukan managemen penerapan PAK nilai persentase
keseluruhan adalah 100% dan setelah dilakukan managemen
penerapan PAK nilai persentase keseluruhan adalah 100%.
116

3) Perencanaan
No Aspek yang Dinilai Kegiat Keterangan
an
1 Merumuskan perencanaan sesuai dengan 100 % 100 %
diagnosa yang didapat saat pengkajian
2 Menetapkan rencana keperawatan sesuai 100 % 100 %
dengan prioritas masalah
PERSENTASE 100% 100 %

Dari tabel diatas, dapat dilihat dari aspek perencanaan asuhan


keperawatan yang terjadi di ruang Al Haitam Rumah Sakit Islam
Banjarmasin, dimana sebelum dilakukan managemen penerapan PAK
nilai persentase keseluruhan adalah 100% dan setelah dilakukan
managemen penerapan PAK nilai persentase keseluruhan adalah
100%

4) Tindakan
No Aspek yang Dinilai Before After
1 Tindakan dilaksanakan mengacu pada 100% 100%
rencana perawatan
2 Perawat mengobservasi respon pasien 100% 100%
terhadap tindakan keperawatan
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil 100% 100%
evaluasi
4 Semua tindakan yang telah dilaksanakan 100% 100%
dicatat ringkas dan jelas
PERSENTASE 100% 100%

Dari tabel diatas, dapat dilihat dari aspek tindakan asuhan


keperawatan yang terjadi di ruang Al Haitam Rumah Sakit Islam
Banjarmasin, dimana sebelum dilakukan managemen penerapan PAK
nilai persentase keseluruhan adalah 100% dan setelah dilakukan
managemen penerapan SAK nilai persentase keseluruhan adalah
100%.
117

5) Evaluasi
No Aspek yang Dinilai Before After
1 Evaluasi mengacu pada tujuan 100% 100%
2 Hasil evaluasi di catat 100% 100%
PERSENTASE 100% 100%

Dari tabel diatas, dapat dilihat dari aspek evaluasi asuhan


keperawatan yang terjadi di ruang Al Haitam Rumah Sakit Islam
Banjarmasin, dimana sebelum dilakukan managemen penerapan SAK
nilai persentase keseluruhan adalah 100% dan setelah dilakukan
managemen penerapan SAK nilai persentase keseluruhan adalah
100%.

6) Catatan asuhan keperawatan


No Aspek yang Dinilai Before After
1 Menulis pada format yang baku 100% 100%
2 Pencatatan dilakukan sesuai dengan 100% 100%
tindakan yang dilaksanakan
3 Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, 100% 100%
baku, dan benar
4 Setiap melakukan tindakan/kegiatan 100% 100%
perawat mencantumkan paraf/nama jelas,
tanggal, dan jam dilakukannya tindakan
5 Berkas catatan keperawatan disimpan 100% 100%
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
PERSENTASE 100% 100%

Dari tabel diatas, dapat dilihat terjadi peningkatan dari aspek catatan
asuhan keperawatan yang terjadi di ruang Al Haitam Rumah Sakit
Islam Banjarmasin, dimana sebelum dilakukan managemen penerapan
PAK nilai persentase keseluruhan adalah 100% dan setelah dilakukan
managemen penerapan PAK nilai persentase keseluruhan adalah
100%.

7) Rekapitulasi Hasil Evaluasi Penerapan SAK (Instrumen A) di Ruang


Al Haitam Rumah Sakit Islam Banjarmasin
No Aspek yang Dinilai Before After
1 Pengkajian 100% 100%
118

2 Diagnosa Keperawatan 100% 100%


3 Perencanaan 100% 100%
4 Tindakan Keperawatan 100% 100%
5 Evaluasi 100% 100%
6 Catatan asuhan keperawatan 100% 100%
PERSENTASE 100% 100%

4.3. Hambatan dan faktor pendukung


4.3.1 PSBH
4.3.1.1 Hambatan:
Sebelumnya pelaksanaan discharge planning sudah dilakukan namun
belum tersedianya media berupa leaflet dalam pelaksanaan pendidikan
kesehatan sebelum pasien pulang
4.3.1.2 Pendukung :
Pelaksanaan PSBH berupadischarge planning mendapatkan dukungan
serta bimbingan dari perawat dan pembimbing ruangan karena selama
ini discharge planning juga selalu dilaksanakan.

4.3.2 M1 – M5
4.3.2.1 M1 (Mutu)
Dalam pelaksanaannya selama 2 minggu kegiatan tidak ada hambatan
pada proses ketenagaan. Mahasiswa mendapatkan dukungan berupa
kemauan dari pihak manajemen ruangan untuk memberikan kesempatan
mengelola 1 kamar 605 Bed A – G RS Islam Banjarmasin.

4.3.2.2 Sarana dan prasarana (M2)


Sarana dan prasarana sudah tersedia dengan baik dan sudah digunakan
dengan baik sesuai fungsinya, namun berdasarkan observasi tidak ada
sarana yang rusak karena mendapatkan perawatan yang berkelanjutan.
Nurse Station sudah dimanfaatkan dengan baik dan letaknya cukup
strategi. Buku adminitrasi penunjang dokumentasi keperawatan sudah
lengkap.

4.3.2.3 Metode(M3)
1. Penerapan MAKP
1.1 Hambatan
a. Mahasiswa manajemen belum tersosialisasi kegiatan masing-
masing peran dengan baik.
119

b. Mahasiswa manajemen belum sepenuhnya memahami proses


asuhan keperawatan dengan baik.
1.2 Dukungan
Pihak ruangan sudah menerapkan MAKP dengan metode primer
sedangkan mahasiswa manajemen menggunakan MAKP metode
tim.

2. Timbang terima
2.1 Hambatan
Ada beberapa perawat ruangan dan juga mahasiswa yang datang
terlambat saat akan dilakukan timbang terima
2.2 Dukungan
a. Pembimbing lahan membimbing dan memberikan pengarahan
dalam pelaksanaan role play timbang terima dan juga
memberi masukan-masukan demi perbaikan pelaksanaan
timbang terima.
b. Adanya kerjasama dan partisipasi perawat ruangan dalam
kegiatan timbang terima.
c. Melibatkan mahasiswa dalam mengkaji permasalahan pasien
dan menetapkan diagnosa keperawatan.
d. Proses pembuatan rencana asuhan berdasarkan konsep
NANDA, NOC, NIC
2.3 Rencana tindak lanjut
Operan (timbang terima) yang dilakukan harus seefektif
mungkin sehingga informasi yang diberikan dari perawat yang
telah selesai melaksanakan tugasnya untuk perawat yang akan
bertugas. Lebih baik lagi apabila timbang terima dilakukan ke
setiap bed pasien. Adapun timbang terima yang dinas malam ke
dinas pagi, dan operan dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh
kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas malam
langsung dipimpin oleh perawat pelaksana sore ke perawat
pelaksana malam hendaknya dilakukan dengan optimal agar
proses keperawatan berjalan dengan optimal dengan adanya
timbang terima yang telah terorganisir sesuai dengan PAK yang
berlaku diruangan.

3. Ronde Keperawatan
120

3.1 Hambatan
a. Minimnya pengetahuan mahasiswa stase manajemen tentang
pelaksanaan ronde keperawatan sehingga kegiatan yang
dilakukan belum optimal dan kurang sesuai dengan SOP.

3.2 Dukungan
a. Adanya kerjasama yang baik serta partisipasi dari pihak,
konselor gizi, pembimbing akademik, pembimbing klinik dan
bagian promkes RS Islam Banjarmasin.
b. Adanya kemauan dari mahasiswa stase manajemen untuk
bersama-sama membahas masalah yang belum bisa teratasi
demi kebaikan status kesehatan klien tersebut.
c. Adanya kerja sama yang baik antara perawat dan keluarga
dalam proses berjalannya ronde keperawatan.

3.3 Rencana tindak lanjut


Pelaksanaan ronde keperawatan hendaknya dilakukan 3 bulan
sekali yang bertujuan untuk menumbuhkan cara berpikir yang
kritis dan sistematis dan dapat meningkatkan kemampuan
kognitif, efektif dan psikomotor . kepekaan dan cara berpikir
kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui transfer
pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke dalam parktik
keperawatan yang optimal.

4. Supervisi
4.1 Hambatan
a. Dalam pelaksanaan supervisi, mahasiswa belum
berpengalaman dalam melakukan supervisi sehingga
mahasiswa belum bisa menjiwai dengan perannya masing –
masing. Supervisi dilakukan seperti ujian praktik dengan
menyebutkan teori pemberian obat intravena.

4.2Dukungan
a. Pengorganisasian supervisi yang terstruktur
b. Proses bimbingan pelaksanaan supervisi oleh pembimbing
akademik dan lapangan
121

c. Hubungan saling percaya terjalin antara pihak perawat


ruangan dengan mahasiswa sebagai pelaksana
d. Tersedianya fasilitas pendukung untuk kelancaran proses
supervisial diruang Al Haitam RS Islam Banjarmasin

5. Penerimaan pasien baru


5.1 Hambatan
Pada pelaksanaan pasien baru perawat memberi penjelasan tentang
fasilitas ruangan, jam berkunjung, dan tata tertib secara optimal
namun kurang optimalnya pemberian edukasi tentang edukasi
resiko jatuh dan edukasi cuci tangan.

5.2 Dukungan
a. Adanya kerjasama yang baik antara Katim dengan perawat
pelaksana saat pelaksanaan
b. Hubungan saling terpercaya yang terjalin antara keluarga dan
klien dengan perawat.
c. Proses bimbingan pelaksanaan penerimaan, perawat
pelaksana pasien baru oleh pembimbing klinik dan akademik

6. Discharge planning
6.1 Hambatan
Dalam pelaksanaan discharge planning, diruangan belum
tersedianya media untuk pemberian edukasi mengenai
penyakit yang dialami pasien berupa poster atau leaflet.

6.2 Dukungan
Discharge planning mendapatkan dukungan serta bimbingan
dari perawat dan pembimbing ruangan karena selama ini
discharge planning juga selalu dilaksanakan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Tenaga perawat di Ruang Al-Haitam Rumah Sakit Islam Banjarmasin
seluruhnya berjumlah 15 orang, yang dipimpin oleh 1 orang kepala ruangan
dan 1 perawat primer.
2. Model asuhan keperawatan yang digunakan ruang Al-Haitam Rumah Sakit
Islam Banjarmasin adalah model MAKP Primer yang dipimpin oleh kepala
ruangan 1 perawat primer dan sisanya perawat pelaksana Tugas kepala
ruangan di ruang Al-Haitam yaitu membuat perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan. Tugas perawat primer, yaitu membuat
perencanaan, membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi,
mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien serta penanggungjawab perawat pelaksana. Sedangkan tugas dan
tanggungjawab perawat pelaksana, yaitu memberikan asuhan keperawatan
pada pasien, kerjasama serta memberikan laporan.
3. Ronde keperawatan biasanya dilakukan apabila ada mahasiswa yang praktek
stage manajemen saja, belum dilakukan secara rutin, belum tersedianya
format ronde keperawatan dan pengetahuan perawat tentang ronde
keperawatan belum optimal. Pada praktek stage manajemen kali ini ronde
keperawatan dilakukan pada pasien An. R dengan diagnosa medis GEA.
4. Timbang terima dilakukan di Ruang Al-Haitam. Pada saat dilakukan
roleplay perawat selalu memperkenalkan nama terlebih dahulu dan
menyebutkan siapa yang bertanggungjawab pada tiap shift.
5. Discharge planning sudah dilakukan di ruang Al-Haitam hanya saja leaflet
belum ada, setelah roleplay dilakukan discharge planning dilakukan dengan
melakukan penkes dan memberikan leaflet ke pasien.
6. Penerapan MAKP: dilakukan role play terhadap pelaksanaan penerapan
MAKP dari tanggal 19 April – 30 April 2019 di Ruang Al-Haitam kamar
605, terdiri dari 7 bed (tempat tidur klien). Pembagian tugas dilakukan untuk
penetapan sebagai kepala ruangan 1 orang, ketua TIM 1 dan Ketua TIM 2
masing-masing 1 orang, perawat pelaksana 1-2 orang untuk setiap
pergantian shift (pagi, siang, malam). Dengan evaluasi hasil BOR Ruang
Al-Haitam 3 bulan terakhir Januari, Februari dan Maret 2019 adalah 78%,

122
7. BTO 12 kali per 3 bulan ALOS 6 hari per 3 bulan dan TOI 1 hari. Setelah
dilakukan roleplay BOR ruang Al-Haitam tanggal 19 April 2019 - 30 April
2019 angka BOR 75%, BTO 2 kali, ALOS 3 hari, TOI 1 hari. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa indicator pelayanan di ruang Al-Haita, selama Role Play
dilakukan relative stabil.

5.2 Saran
Operan (timbang terima) yang dilakukan seefektif mungkin dan langsung
divalidasi sehingga informasi yang diberikan dari perawat yang telah selesai
melaksanakan tugasnya untuk perawat yang akan bertugas. Kemudian timbang
terima sebaiknya juga dilakukan pada setiap bed (masing-masing bed) saat
diruangan kamar pasien.

123
LAMPIRAN

Lampiran 1

124
Kuesioner fungsi-fungsi manajemen
Kadang-
No Pernyataan Selalu Sering Jarang
kadang
Fungsi Perencanaan
1 Dalam melaksanakan tugas, saya 2 orang 13 orang
sesuaikan dengan dengan visi dan 13,3 % 86,7 %
misi Rumah Sakit
2 Dalam melaksanakan asuhan 4 orang 11 orang
keperawatan saya berpedoman pada 26,7 % 73,3 %
standart asuhan keperawatan (SAK)
3 Dalam melaksanakan prosedur 9 orang 6 orang
keperawatan saya berpedoman pada 60% 40%
standart operasional prosedur
(SOP)
4 Dalam bekerja saya berdasarkan 6 orang 9 orang
peraturan yang ada di rumah sakit 40% 60%
5 Saya berusaha konsisten dalam 7 orang 8 orang
bekerja dengan mengikuti standart 46,7% 53,3%
kinerja di rumah sakit

Pengorganisasian
1 Sistem pemberian 7 orang 8 orang
asuhankeperawatan yang digunakan 46,7% 53,3%
diruangan ini dengan MPKP
2 Saya memahami struktur 9 orang 6 orang
organisasiyang ada di ruangan 60% 40%
3 Dalam bekerja saya melakukan 3 orang 12 orang
tugassesuai dengan uraian tugas 20% 80%
yangditentukan oleh ruangan
4 Jumlah tenaga keperawatan yang 4 orang 10 orang 1 orang
adadiruangan telah sesuai dengan 6,7% 66,7% 6,7%
bebankerja
5 Pengaturan shif yang ada 8 orang 5 orang 2 orang
dalamruangan saya berdasarkan 53,3% 33,3% 13,3%
dari tingkatketergantungan klien
Pengaturan Staf
1 Di ruangan ini dilaksanakan 3 orang 10 orang 2 orang
orientasi Staf pada setiap perawat 20% 66,7% 13,3%
yang baru

2 Pengaturan jadwal dinas di ruangan 3 orang 7 orang 4 orang 1 orang


ini dilakukan dengan musyawarah 20% 46,7% 2,7% 6,7%
dan fleksibel

3 Perhitungan kebutuhan tenaga yang 7 orang 5 orang 3 orang


digunakan oleh kepala ruangan ini 46,7% 33% 20%
sudah sesuai standar

Pengarahan
1 Didalam bekerja saya tenang 6 orang 6 orang 3 orang

125
karenasetiap saat ada kegiatan 40% 40% 20%
supervisiuntuk menunjukan yang
baik kepadakami
2 Saya tahu betul pekerjaan saya 9 orang 4 orang 2 orang
karena setiap dinas ada program 60% 26,7% 13,3%
operan antarship yang jelas
3 Saya tahu betul pekerjaan 8 orang 7 orang
sayasebagai perawat pelaksana 53,3% 46,7%
karenasebelum dinas ada pre
konferen darikepala tim untuk
menjelaskanpekerjaan yang akan
kita lakukan
4 Saya mengetahui pekerjaan 7 orang 6 orang 2 orang
denganbaik karena setiap hari ada 46,7% 40% 13,3%
programpost conferen dari kepala
tim untukmenjelaskan evaluasi
pekerjaan kitalakukan
5 Ruangan Melakukan kegiatanronde 8 orang 4 orang 1 orang 2 orang
keperawatan diruangan 57,3% 26,7% 6,7% 13,3%
untukmenyelesaikan kasus
kompleksdiruangan

Pengendalian
1 Tiap tiga bulan sekali diruangan 10 4 orang 1 orang
sayadilakukan evaluasi terhadap orang 26,7% 6,7%
kinerja perawat diruangan masing- 66,7%
masingyang dilakukan oleh ketua
tim danperawat pelaksana
2 Tiap bulan diruangan saya 12 2 orang 1 orang
dilakukanaudit mutu dengan cara orang 13,3% 6,7%
menghitungBOR 80%
3 Tiap bulan diruangan saya 13 1 orang 1 orang
dilakukanaudit mutu dengan cara orang 6,7% 6,7%
menghitungALOS 86,7%
4 Tiap bulan diruangan saya 13 1 orang 1 orang
dilakukanaudit mutu dengan cara orang 6,7% 6,7%
menghitungTOI 86,7%
5 Tiap bulan diruangan saya 10 5 orang
dilakukanaudit mutu dengan cara orang 3,3%
menghitungkejadian infeksi 66,7%
nosokomial
6 Tiap bulan diruangan saya 13 2 orang
dilakukan orang 13,3%
audit mutu dengan cara menghitung 86,7%
kejadian jatuh
7 Di ruangan kami seluruh perawat 15
Identifikasi pasien orang
100%
8 Di ruangan kami telah dilaksanakan 15
penggunaan komunikasi efektif orang
126
menggunakan SBAR saat pelaporan 100%
via telepon dan timbang terima
9 Di ruangan kami sudah dilakukan 13 2 orang
pengelolaan obat high alert dengan orang 13,3%
baik. 86,7%
10 Upaya memastikan Lokasi 14 1 orang
Pembedahan pasien operasi Sign In, orang 6,7%
Sign Out Time Out telah dilakukan 93,3%
di ruangan kami
11 Pelaksanaan Hand Hygeine five 15
moment sudah dilakukan dengan orang
baik 100%

127
Lampiran 2
Instrumen A
No. Item Buku Rekam Medik Presentasi
penilaian (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Pengkajian √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
2 Diagnosa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
Keperawatan
3 Perencanaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
4 Implementasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
5 Evaluasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
Presentasi (%) 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

128
Lampiran 3
Intsrumen B
Kepuasan pasien

No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri 13 Orang -
(100%)
2 Aakah perawat melarang anda/pengunjung merokok di 7 Orang 6 Orang (
ruangan (53,8%) 46,2%)
3 Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu 13 Orang -
makan anda (100%)
4 Apakah perwat pernah menanyakan pantangan dalam hal 6 Orang 7 Orang
makanan kepada anda ( 46,2%) (53,8%)
5 Apakah perawat menanyakan atau memperhatikan 13 Orang -
berapa jumlah makanan dan makanan yang anda (100%)
habiskan
6 Apabila anda/keluarga anda tidak mampu makan sendiri - 13 Orang
apakah perawat membantu menyuapi (100%)
7 Pada saat and/keluarga anda dipasang infuse, apakah 13 Orang -
perawat selalu memeriksa cairan infuse/tetesannya dan (100%)
area sekita pemasangan jarum infuse
8 Apabila anda/keluarga anda mengalammi kesulitan 12 Orang 1 Orang
buang air besar apakah perawat menganjurkan makan (92.3%) (7,7 %)
buah-buahan, sayuran, minum yang cukup dan banyak
bergerak
9 Pada saat perawat membantu ada/keluaga anda buang air 12 Orang 1 Orang
besar/buang air kecil, apakah perawat memasang (92.3%) (7,7 %)
sampiran/selimut, menutup pintu/jendela.
Mempersilahkan pengunjung keluar ruangan
10 Apakah ruangan tidur anda/keluarga anda selalu dijaga 13 Orang -
kebersihannya dengan disapu/dipel setiap hari (100%)
11 Apakah lantai kamar mandi/wc selalu bersih, tidak licin, 12 Orang 1 Orang
tidak berbau dan cukup terang (92.3%) (7,7 %)
12 Selama anda/keluarga anda belum mampu mandi dalam 3 Orang 10 Orang
keadaan istirahat total apakah dimandikan oleh perawat (23,1%) (76,9%)
13 Apakah anda/keluarga anda dibantu oleh perawat jika 3 Orang 10 Orang
tidak mampu memgosok gigi, membersihkan mulut atau (23,1%) (76,9%)
mengganti pakaian atau menyisir rambut
14 Apakah alat tenun seperti seprei, selimut diganti setiap 13 Orang -
kotor (100%)
15 Apakah perawat memberikan penjelasan akibat dari 5 Orang 8 Orang
kurang bergerak, atau berbaring terlalu lama (38,5 %) (61,5%)
16 Pada saat anda/keluarga anda masuk rumah sakit, apakah 11 Orang 2 Orang
perawat memberikan penjelasan tetang fasilitas yang (84,6%) (15,4%)
tersedia dan cara penggunaanya. Peraturan/tat tertib
yang berlaku di rumah sakit
17 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah 13 Orang -
perawat memanggil nama dengan benar (100%)
18 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah 13 Orang -
perawat mengawasi keadaan anda secara teratur pada (100%)
pagi sore maupun malam hari
19 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah 13 Orang -
perawat memberi bantuan bila diperlukan. (100%)
20 Apakah perawat bersikap sopan, ramah 13 Orang -
(100%)
21 Apakah anda/keluarga anda mengetahui perawat yang 13 Orang -
bertanggung jawab setiap kali pergantian dinas (100%)
22 Apakah perawat selalu member penjelasan sebelum 13 Orang -
melakukan tindakan perawatan/pengobatan (100%)
23 Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan 13 Orang -
memperhatikan setiap keluhan anda/keluarga anda (100%)
24 Dalam hal memberikan obat apakah perawat membantu 13 Orang -
menyiapkan/meminumkan obat (100%)
25 Selama anda/keluarga anda dirawat apakah diberikan 13 Orang -
penjelasan tentang perawatan/pengobatan/pemeriksaan (100%)
lanjutan setelah andakeluarga anda diperbolehkan
pulang
Rata-Rata

130
Lampiran 4
Kepuasan Perawat

No Pertanyaan SP P CP TP STP
1 Jumlah gaji yang diterima 3 orang 10 orang 2 orang
dibandingkan pekerjaan yang (20%) (66,7%) ( 13,3%)
saudara lakukan
2 Sistem pengkajiaan yang dilakukan 5 orang 7 orang 3 orang
institusi tempat saudara bekerja (33,3) (46,7%) (20%)
3 Jumlah gaji yang diterima 6 6 orang ( 3 orang
dibandingkan pendidikan saudara orang 40%) (20%)
( 40%)
4 Pemberian insentif tambahan atas 6 6 orang ( 3 orang
suatu prestasi atau kerja ekstra orang 40%) (20%)
( 40%)
5 Tersedianya peralatan dan 3 11 1
perlengkapan yang mendukung orang orang orang
pekerjaan ( 20%)
(73,%) (6,7%)
6 Tersedianya fasilitas penunjang 2 7 6
seperti kamar mandi, kantin, parker orang orang orang
( 13,3%) (46,%) ( 40%)
7 Kondisi ruangan kerja terutama 1 7 7
berkaitan dengan ventilasi udara, orang orang orang
kebersihan dan kebisingan ( 6,7%) (46,7%) (46,7%)
8 Adanya jaminan atas kesehatan atau 10 5
keselamatan kerja orang orang
( 66,7%) (33,9%)
9 Perhatian institusi rumah sakit 4 11
terhadap saudara orang orang
( 26,7%) ( 73,3%)
10 Hubungan antara karyawan dalam 8 7
kelompok kerja orang orang
( 53,3%) (46,7%)
11 Kemampuan dalam bekerja sama 12 3
antar karyawan orang orang
( 80%) ( 20%)
12 Sikap teman-teman sekerja terhadap 1 6 8
saudara orang orang orang
( 6,7%) ( 40%) ( 53,3%)
13 Kesesuaian antara pekerjaan dan 1 9 5
latarbelakang pendidikan saudara orang orang orang
( 6,7%) ( 60%) (33,3%)
14 Kemampuan dalam menggunakan 7 8
waktu bekerja dengan penugasan orang orang
yang diberikan (46,7%) (53,3%)
15 Kemampuan supervise/pengawas 5 10
dalam membuat keputusan orang orang
( 33,7%) ( 66,7%)
16 Perlakuan atasan selama bekerja di 1 8 6
sini orang orang orang
( 6,7%) (53,3%) (40%)
17 Kebebasan dalam melakukan suatu 7 8
metode sendiri dalam menyelesaikan orang orang
pekerjaan (46,7%) (53,3%)
18 Kesempatan untuk meningkatkan 5 10

131
kemampuan kerja melalui pelatihan orang orang
atau pendidikan tambahan (33,3%) (66,7%)
19 Kesempatan untuk mendapatkan 7 8
posisi lebih tinggi orang orang
(46,7%) (53,3%)
20 Kesempatan membuat suatu prestasi 4 11
dan mendapatkan kenaikan pangkat orang orang
(26,7%) (73,3%)

132
Lampiran 5

Instrumen C Kepatuhan Sesuai SOP


No Judul SOP Perawat 1 Perawat 2 Perawat 3 Perawat 4 Perawat 5
1 Penerimaan pasien 100 % 100 % 90 % 100 % 90 %
masuk rawat inap
2 Pemasangan infus vena 96 % 96 % 100 % 96 % 96 %

3 Pengambilan Darah 92,3 % 92,3 % 92,3 % 92,3% 92,3 %

4 Memberikan injeksi 100% 100 % 100 % 100% 100 %


intra vena

5 Pemakaian nebulizer 88,8 % 100 % 88,8 % 88,8 % 88,8 %

133
Lampiran 6

STRUKTUR ORGANISASI ROLE PLAY KELOMPOK 1


STASE MANAJEMEN PROFESI NERS A UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BANJARMASIN DI RUANG AL HAITAM RS ISLAM BANJARMASIN 2019

19-21 April 2019 22-24 April 2019

Kepala Ruangan Kepala Ruangan


M. Kosim Albanjari Maimunah

Ka Tim 1 Ka Tim 2 Ka Tim 1 Ka Tim 2


Rini Yanti Emylliana Hj. Sarimah Rizki Anisa F

Anggota Anggota Anggota Anggota


Dwi Nurwahidin Akhmad Zarjani Dwi Nurwahidin Akhmad Zarjani
Dinda Puteri F Maimunah Dinda Puteri F Lutia Normawati
Hj. Sarimah Rizki anis F Rini Yanti Emylliana
Rezki mulia A.P Lutia Normawati Rezki mulia A.P M. Kosim A

25 – 27 April 2019 28 – 30 April 2019

Kepala Ruangan Kepala Ruangan


Rezki Mulia A.P Dwi Nurwahidin

Ka Tim 1 Ka Tim 2 Ka Tim 1 Ka Tim 2


Mengetahui,
Dinda Puteri F Lutia Normawati M. Kosim A Akhmad Zarjani
Ketua Kelompok 12

Anggota Anggota Anggota Anggota


Rini Yanti Emylliana Rini Yanti Emylliana
M. Kosim A Maimunah Dinda Puteri F Maimunah
Hj. Sarimah Rizki anisa Hj. Sarimah Rizki anisa
Dwi Nurwahidin Akhmad Zarjani Rizki mulia Lutia Normawati

134
Lampiran 7

JADWAL DINAS MAHASISWA STASE MANAJEMEN KELOMPOK 1


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN 2019
DI RUANG AL HAITAM RS ISLAM BANJARMASIN

JADWAL DINAS
No. Nama
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1. M. Kosim Albanjari KARU KARU KARU M L S S M L KT1 KT1 KT1

2. Dwi Nurwahidin P P S S S M L M L KARU KARU KARU

3. Akhmad Zarjani P P S M L M L S S KT2 KT2 KT2

4. Emmyliana KT2 KT2 KT2 P M L M L P S S S

5. Maimunah S M L KARU KARU KARU P S M L P S

6. Hj Sarimah S M L KT1 KT1 KT1 M L P P S S

7. Rini Yanti KT1 KT1 KT1 S M L S P M L P P

8. Rizki Anisa Fitri M L P KT12 KT2 KT2 P P S M L S

9. Dinda Puteri Febiola S S M L P P KT1 KT1 KT1 S M L

10. Lutia Normawati S S M L P S KT2 KT2 KT2 P M L

11. Rezki Mulia Aspihani Putri M L P P S P KARU KARU KARU M L P

Mengetahui,
Keterangan :
Ketua Kelompok 1
Dinas Pagi Dinas Malam

Dinas Sore Lepas


(M. kosim Albanjari, S.Kep)
Lampiran 8

LAPORAN PSBH (PROBLEM SOLVING FOR BETTER HOSPITAL)


PROYEK INOVASI DISCHARGE PLANNING DI RUANG AL HAITAM
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

KELOMPOK 1:

Hj. Sarimah 1814901110038


Rini Yanti 1814901110093
Dwi Nurwahidin 1814901110021
Emylliana 1814901110026
Maimunah 1814901110053
Akhmad Zarjani 1814901110007
M. Kosim Al Banjari 1814901110063
Rizki Anisa Fitri 1814901110094
Dinda Puteri Febiola 1814901110020
Lutia Normawati 1814901110050
Rezki Mulia A.P 1814901110091

PRAKTIK KEPERAWATAN MANAJEMEN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FKIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2019
137

BAB 1
IDENTIFIKASI MASALAH DAN SOLUSI

1.1 Definisi Masalah


Masalah yang di temukan di ruang perawatan Al Haitam antara lain :
No Masalah M S Mn Nc Af Skor Prioritas
1 Kejadian pasien berulang, kurang
perawatan dirumah yang
disebabkan Kurang optimal
discharge planning dan kurangnya 5 5 5 5 5 3125 1
media edukasi penyakit terbanyak
di ruangan.

2 Resiko tertular penyakit melalui


tertusuk jarum dan cairan darah
yang disebabkan Kurangnya 5 5 5 5 4 2500 2
kepatuhan perawat dalam
memakai sarung tangan

1.2 Kemungkinan Penyebab Masalah


Kemungkinan penyebab masalah ini tejadi karena kurangnya motivasi perawat
dalam melakukan discharge planning untuk kepulangan pasien, kurangnya tenaga
keperawatan membuat perawat kesulitan untuk menangani pasien sehingga perawat
tidak maksimal dalam memberikan discharge planning.

1.3 Sumberdaya Yang Dimiliki Ruangan


1.3.1 M1 (Man)
1.3.1.1 Ketenagaan
Tenaga perawat di Ruang Al Haitam seluruhnya berjumlah 15
orang, sudah termasuk kepala ruangan, perawat primer dan perawat
pelaksana.
1. Jumlah perawat yang berada di ruangan berdasarkan tingkat
pendidikan meliputi:
a. Sarjana Keperawatan Ners : 8 orang
b. Perawat Profesional : 2 orang
c. DIII Keperawatan : 5 orang
2. Berdasarkan Jenis tenaga, perawat yang berada di ruangan
meliputi:
a. Pegawai tetap : 12 orang
b. Pegawai kontrak : 4 orang
3. Jumlah perawat berdasarkan jenjang karir :
a. Pra Perawat Klinis : 4 orang
b. Perawat Klinis I : 7 orang
138

c. Perawat Klinis II : 4 orang


4. Adanya mahasiswa profesi ners stase manajemen berjumlah 11
orang
5. Berdasarkan Pelatihan yang Pernah di ikuti
No Nama Pelatihan Jumlah Orang
1 BTCLS 15
2 In House Training 12

1.3.2 M2 (Material)
1.3.2.1 Buku kelengkapan administrasi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan staff dikatakan
terdapat buku kelengkapan administrasi yang terdapat di ruang Al
Haitam (Anak) RS Islam Banjarmasin meliputi arsip pembayaran,
buku sensus dan status pasien, buku penyerahan status MR, buku
penyerahan BPJS, buku harian dan visite dokter, buku panduan SOP
dan SAK, buku injeksi dan pemeriksaan vital sign, dan buku
pelayanan gizi pasien sudah terlihat sangat bagus dan sudah
digunakan. Dan juga blangko rekam medis yang sudah tertata dengan
rapi.

3.2.3.3 Daftar Inventaris Barang


Data inventaris ruang rawat inap tahun 2018 Ruang Al Haitam (Anak)
mengenai perlengkapan alat-alat kesehatan yang ada di Ruang Al
Haitam (Anak) seperti uraian dibawah ini :
3.2.3.4 Daftar Barang Alat Kesehatan dan Rumah Tangga di Ruang Al
Haitam (Anak) RS ISLAM Banjarmasin
No Nama Barang Keadaan Jumlah Standar Depkes
2001
1 Tensimeter Air Raksa ABN Baik 1 buah 2/ruangan
2 Steteskop Anak ABN Baik 2 buah 2/ruangan
3 Suction Pump Dy. 1 A Baik 1 buah 1/ruangan
GEA
4 Basemed H 1 Oxygen Baik 10 buah 2/ruangan
Mask DWS
5 Kacamata Hitam Baik 5 buah
6 Gunting Lurus Baik 1 buah 2/ruangan
7 Gunting Angkat Benang Baik 1 buah 2/ruangan
8 Pinset Chirurgis 14 cm Baik 1 buah 2/ruangan
9 Pinset Anatomis Baik 1 buah 2/ruangan
10 Korentang 25 cm Baik 1 buah 2/ruangan
11 Nebulitzer C-28 omron Baik 1 buah 1/ruangan
12 Tong Spatel Stainles Baik 2 buah 2/ruangan
13 Nearberken Baik 1 buah 2/ruangan
14 Ambu Resusitator Anak Baik 1 buah 2/ruangan
15 Timbangan Badan Dewasa Baik 1 buah 1/ruangan
AMR
16 Lampu Baca Rontgen Baik 1 buah 1/ruangan
139

17 Ranjang Pasien Kecil Baik 5 buah 1:1-2 /ruangan


Morico
18 Ranjang Elektrik Baik 4 buah 1:1/ruangan
19 Ranjang Kecil Baik 3 buah 1:1 /ruangan
20 Kasur Busa + Kulit Baik 2 buah 1:1/ruangan
21 Kasur Kapul Anak + Kulit Baik 5 buah 2-3/ruangan
22 Kasur Busa Kecil + Kulit Baik 5 buah 2-3/ruangan
23 Bantal Kapuk Kecil + Kulit Baik 12 buah
24 Standar Infus Baik 14 buah 2-3/ruangan
25 Kipas Angin Maspion Baik 5 buah
26 Kipas Anging Dinding Baik 7 buah
Panasonic
27 Lemari Steinlis Baik 12 buah 1:1/ruangan
28 Jam Dinding Baik 4 buah
29 Kotal Al-Qur’an Baik 6 buah
30 Al-Qur’an Baik 5 buah
31 Kursi Busa Deco Panjang Baik 12 buah 1:2/ruangan
32 Kursi Kayu Panjang Baik 3 buah 2-3/ruangan
33 Kursi Besi Set Baik 2 buah 1-2 set/ruangan
34 Sapu Plastik Baik 4 buah
35 Rak Sepatu Plastik Baik 5 buah
36 Bak Sampah Baik 4 buah 4/ruangan
37 Keset Baik 6 buah
38 Rak Meja Kayu Baik 1 buah
39 Meja Kerja Baik 2 buah
40 Meja Sudut Kecil Baik 1 buah
41 Ranjang/Lemari Tindakan Baik 1 buah 1/ruangan
42 Kursi Plastik Baik 8 buah
43 Kursi Busa Panjang Baik 1 buah
44 Kulkas Kecil Baik 1 buah
45 Lemari Locker Baik 1 buah 1/ruangan
46 Kipas Angin Berdiri Baik 1 buah
Maspion
47 Kipas Angin Baling-baling Baik 1 buah
48 LCD Toshiba 24 Inci Baik 1 buah 1/ruangan
49 Tv Warna 14 Inci Polytron Baik 1 buah
50 Dispenser Maksimal Baik 1 buah
51 Keranjang Obat Baik 12 buah
52 Baki Obat Baik 2 buah 2/ruangan
53 Papan Tulis Putih Baik 1buah
54 Rak Status Pasien Baik 1 buah 1/ruangan
55 Papan Status Pasien Baik 12 buah
56 Jepitan Status Pasien Baik 12 buah
57 Telpon Panasonic Baik 1 buah
58 Ceret Listrik Stainlis Baik 1 buah
59 Termos Air Panas Baik 11 buah
60 Cermin Baik 1 buah
61 Ember Tutup Plastik Baik 1 buah
62 Lampu Emergency Baik 1 buah
63 Meja Steinlis Rak 3 Baik 1 buah
65 Bak Sampah 60 Liter Baik 1 buah 1:1
66 Kereta Cucian Kotor Baik 1 buah 2/ruangan
67 Thermometer Baik 2 buah 5/ruangan
Sumber: Buku inventaris barang Ruang Al Haitam (Anak) 2019

1.2.42 Daftar Linen


No Nama Barang Keadaan Jumlah Standar Depkes 2001
1 Seprai Besar Baik 33 buah 1:5
2 Seprei Kecil Baik 53 buah 1:6-8
3 Sb Besar Baik 33 buah 1:6
4 Sb Kecil Baik 42 buah 1:6
5 Handuk Baik 6 buah 1:3
6 Perlak Baik 7 buah 1:5
140

7 Piama Baik 7 buah 1:5


8 Teko Baik 19 buah
Sumber : Buku daftar linen ruang Al Haitam (Anak) 2019

Dari hasil observasi jumlah peralatan medis seperti gunting, pinset,


korentang, nerberken kurang memenuhi jumlah standart dan linen ada 86
buah sudah mencukupi dengan jumlah 19 bed di ruangan Al Haitam
(Anak) yang terdiri dari 7 bed berada di ruang perawatan kelas II dan
12 bed diruang perawatan kelas III. SOP pergantian linen diruang anak
hanya akan diganti saat keluarga pasien mengeluh kotor atau pada saat
pasien baru masuk. Dan pada SOP penyediaan/perhitungan linen pada
bed dewasa didapatkan Ratio 1 TT = 3 Parlinen, artinya diruang Al
Haitam (Anak) terdapat 19 bed dimana seharusnya memiliki 57 linen,
artinya diruangan tidak kekurangan linen.

1.3.3 M3 (Metohde)
Metode pemberian asuhan yang digunakan di ruangan perawatan ini model
MAKP dengan metode primer.Menurut Gillies (1989) perawat yang
menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan
keperawatan disebut perawat primer (primary nurse).Pada metode
keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat kom-
prehensif serta dapat dipertanggung jawab-kan, perawat primer diruangan Al
Haitam bertanggung jawab jam selama 24 jam terhadap seluruh pasien yang
ada diruangan. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan
komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan
juga akan mem-buat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat
primer sedang tidak bertu-gas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada
perawat lain (associate nurse). Metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat
rencana asuhan dan pelaksana.

Dalam penerimaan pasien baru, perawat primer melakukan anamnesa


kembali terkait keluhan pasien, mengedukasi ruangan, peraturan, memilih
dokter sesuai keinginan pasien. Anamnesa dilakukan sesuai dengan format
pengkajian ruangan.

Metode Asuhan Keperawatan


141

a. Assesment
Berdasarkan hasil instrument studi dokumentasi penerapan standar
asuhan keperawatan pada bagian pengkajian didapatkan bahwa sebesar
100% dokumentasi pengkajian sudah mencapai standar asuhan
keperawatan yang ditetapkan oleh Rumah Sakit, angka yang ditetapkan
adalah > 75%. Data nilai yang paling rendah adalah pengkajian
mengenai bio-psiko-sosial-spiritual karena belum tersedianya format
mengenai bio-psiko-sosial-spiritual.
b. Diagnosa Masalah
Berdasarkan hasil instrument studi dokumentasi penerapan standar
asuhan keperawatan pada bagian diagnosa keperawatan didapatkan
bahwa sebesar 100% dokumentasi diagnosa keperawatan dinyatakan
baik.
c. Perencanaan
Berdasarkan hasil instrument studi dokumentasi penerapan standar
asuhan keperawatan pada bagian perencanaan didapatkan bahwa sebesar
100% dokumentasi perencanaan dinyakan baik.
d. Implementasi
Dari hasil instrument studi dokumentasi penerapan standar asuhan
keperawatan pada bagian tindakan keperawatan didapatkan bahwa
sebesar 100% dokumentasi tindakan keperawatan dinyatakan baik.
e. Evaluasi
Dari hasil instrument studi dokumentasi penerapan standar asuhan
keperawatan pada bagian evaluasi keperawatan didapatkan bahwa
sebesar 100% dokumentasi evaluasi keperawatan dikatakan baik
f. Dokumentasi
Dari hasil instrument studi dokumentasi penerapan standar asuhan
keperawatan pada bagian catatan asuhan keperawatan didapatkan bahwa
sebesar 100% dokumentasi catatan asuhan keperawatan dikatakan baik.
g. Discharge Planning
Berdasarkan hasil observasi, discharge planning diruangan sudah
dilakukan, sesuai dengan hasil observasi pada saat ada pasien yang
pulang lembar discharge planning di isi apa saja obat-obatan pulang
pasien, apa saja yang dianjurkan dan tidak dianjurkan dirumah. Namun
dalam hal mempraktikkan atau mencontohkan tindakan yang bisa
dilakukan dirumah serta memberikan leaflet pendidikan kesehatan
belum maksimal dilakukan oleh secara perawat.
142

1.3.4 M4 (Money)
Rumah Sakit Islam Banjarmasin merupakan rumah sakit swasta yang
sumber dananya berasal dari swadaya masyarakat atau pasien yang berobat.
Pengelolaan dana tidak dari APBN/APBD, dana yang didapat sebagian besar
dari pasien yang masuk dan berobat di Rumah Sakit Islam Banjarmasin dan
dari Yayasan Muhammadiyah. Dan sejak 04 Januari 2018 mulai di buka
layanan untuk pasien BPJS sehingga perwat sudah mendapatkan remunerasi
atau “payment” sejak bulan April.

Proses mengajukan anggaran dan barang dengan cara KARU mengajukan


surat izin anggaran ke KABID Keperawatan kemudian KABID
Keperawatan mengeluarkan surat untuk pemenuhan dana dan diserahkan ke
rumah tangga.

1.3.5 M5 (Market/Mutu)
Berdasarkan data yang di dapat dari Bagian Promosi Kesehatan dan bagian
pemasaran Rumah Sakit Islam Banjarmasin didapatkan bahwa Yayasan
Muhammadiyah sering mengadakan acara bakti sosial seperti sunatan
massal yang mana dari itu rumah sakit dapat melakukan promosi untuk
mengenalkan rumah sakit dan fasilitas yang tersedia. Rumah Sakit Islam
Banjarmasin juga telah melakukan kerja sama dengan BPJS melalui promosi
media sosial. Rumah Sakit Islam Banjarmasin juga melakukan kerja sama
dengan Dokter Praktik, dimana pasien yang berobat di dokter praktik apabila
disarankan untuk rawat inap langsung di rujuk ke Rumah Sakit Islam
Banjarmasin.

Sesuai BOR, pemanfaatan bed diruangan dihitung dalam 3 bulan terakhir


85% dan juga hasil TOI menyatakan bed kosong diruangan selama 3 bulan
terakhir rata-rata 7 hari. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa marketing
ruangan masih kurang sebab jumlah pasien yang masuk selama 3 bulan
terakhir tidak ideal.

1.4 Pemilihan Solusi


1.4.1 Prinsip PSBH ialah :
143

1.4.1.1 Inovasi (ide baru yang kreatif)


Discharge planning :
1. Perawat melakukan pengkajian pada pasien yang baru masuk,
pengkajian meliputi pengkajian mengenai kebutuhan pulang
klien, kebutuhan pendidikan kesehatan klien dan keluarga yang
berhubungan dengan bagaimana menciptakan terapi di rumah,
penggunaan alat medis.
2. Menyusun diagnose keperawatan berdasarkan pengkajian
discharge planning untuk mengetahui kebutuhan klien dan
support system klien.
3. Membuat perencanaan yang berfokus pada pengajaran yang baik
untuk persiapan pulang (METHOD)
4. Mengevaluasi pengajaran yang diberikan kepada klien dan
keluarga untuk kesiapan rencana pulang
Discharge planning dapat dilakukan oleh semua perawat dan
mahasiswa stage managemen keperawatan dan tidak mengeluarkan
banyak biaya untuk melakukannya.

1.4.2 Adakah yang telah menyelesaikan masalah sebelumnya ?


Masalah yang ada pada ruang Al Haitam mengenai discharge planning
sebelumnya sudah diselesaikan oleh perawat di ruangan tetapi belum
dilaksanakan dengan maksimal di ruangan dengan memiliki form dischard
planning yang .khusus dan media pendidikan kesehatan (leaflet).

1.4.3 Solusi yang dipilih sebelumnya ?


Solusi yang dipilih sebelumnya adalah menerapkan discharge planning di
runagan namun belum maksimal tanpa menggunakan form khusus untuk
dischard planning 10 penyakit terbanyak dan tidak membagikan leaflet
sebagai media pendidikan kesehatan.

1.4.4 Solusi yang dilanjutkan kelompok ialah


1.4.4.1 Nama kegiatan apa
Melakukan discharge planning dengan media leaflet dan form
khusus discharge planning kepada pasien.

1.4.4.2 Siapa yang melakukan kegiatan


Mahasiswa profesi Ners A Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
144

1.4.4.3 Sasaran siapa


Pasien yang masuk ke ruang perawatan Al Haitammulai dari awal
masuk ke runagan hingga pulang .
1.4.4.4 Dimana
Di nurse station dan kamar perawatan pasien di ruangan Al Haitam.
1.4.4.5 Waktu
Selama pasien di rawat di ruang Al Haitam (periode 19April sampai
30 Mei 2019)
1.4.4.6 Berapa lama
Periode 19April sampai 30 Mei 2019)
1.4.4.7 Apa tujuan
1. Mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologi dan
social untuk pulang
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien
4. Membantu rujukan pasien pada system pelayanan yang lain
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan pasien
6. Melaksanakan rentang perawatan antara rumah sakit dan
keperawatan
1.4.4.8 Dasar jurnal pendukung
Pengaruh pernecanaan pulang terhadap kesiapan pasien pulang pada
pasien ibu nifas di RS Panti Wilasa CItarum Semarang
145
146

Lampiran 9

BAB I

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG AL HAITAM

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN TAHUN 2019

Disusun Oleh:

Kelompok 1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BAMJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS

TAHUN 2019
147

HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG AL HAITAM

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

Oleh:

Kelompok 1

1. HJ. SARIMAH
2. RINI YANTI
3. DWI NURWAHIDIN
4. EMYLLIANA
5. MAIMUNAH
6. AKHMAD ZARJANI
7. M. KOSIM ALBANJARY
8. RIZKI ANISA FITRI
9. DINDA PUTERI FEBIOLA
10. LUTIA NORMAWATI
11. REZKI MULIA ASPIHANI
PUTRI

Banjarmasin, 25 April 2019

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Rida Millati, Ns., M. Kep Rina Farida, S.Kep.,Ns


148

RONDE KEPERAWATAN

A. PENDAHULUAN
Peningkatan mutu asuhan keperawatan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
perkembangan iptek maka perlu pengembangan dan pelaksanaan suatu model asuhan
keperawatan professional yang efektif dan efisien.

Metode keperawatan tim merupakan salah satu metode pemberian pelayanan


keperawatan dimana salah satu kegiatannya adalah ronde keperawatan, yaitu suatu
metode untuk menggali dan membahas secara mendalam masalah keperawatan yang
terjadi pada pasien dan kebutuhan pasien akan keperawatan yang dilakukan oleh katim,
perawat pelaksana, kepala ruangan dan seluruh tim kesehatan lainnya dengan
melibatkan pasien secara langsung sebagai focus kegiatan.

Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas lebih
dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi
perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor. Kepekaan dan cara berfikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih
melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke dalam praktik
keperawatan.

B. PENGERTIAN
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat di samping melibatkan pasien
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilaksanakan oleh perawat dan/atau konselor, kepala ruangan dan perawat tim yang
perlu juga melibatakan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2014).
Karakteristik antara lain sebagai berikut :
1. Pasien dilibatkan secara langsung
2. Pasien merupakan fokus kegiatan
3. Perawat tim dan tenaga kesehatan lainnya melakukan diskusi bersama
4. Kepala ruangan memfasilitasi kreativitas
5. Kepala ruangan membantu mengembangkan kemampuan perawat tim dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah

C. TUJUAN
Tujuan Umum :
149

Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis dan diskusi.


Tujuan Khusus :
1. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
2. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan
4. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
malah pasien
5. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan kekerawatan
6. Meningkatkan kemampuan justifikasi
7. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

D. MANFAAT
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
4. Terjalinnya kerja sama antartim kesehatan
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar

E. KRITERIA PASIEN
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memilikik
kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan
tindakan keperawatan.
2. Pasien dengan kasus baru atau langka

F. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


1. Waktu:
Hari/Tanggal : Senin, 29 April 2019
Jam : 10 Wita - Selesai
2. Tempat : Ruang Diskusi Al Haitam

G. METODE
Diskusi

H. ALAT BANTU
1. Sarana diskusi: buku, pulpen
2. Status/ dokumentasi keperawatan pasien
150

3. Materi yang disampaikan.

I. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

Langkah-langkah dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut:

Tahap Pra PP

1. Penetapan Pasien

2. Penetapan Pasien
 Informed Consent
 Hasil Pengkajian/
Validasi data

Tahap Pelaksanaan di
Nurse Station
3. Penyajian Masalah  Apakah diagnose
keperawatan?
 Apakah data yang
mendukung?
 Bagaimana intervensi
yang sudah dilakukan?
 Apakah hambatan
ditemukan?

Tahap Pelaksanaan di 4. Validasi Data di Bed


Kamar Pasien Pasien

PP, Tenaga Kesehatan,


KARU

Pascaronde 6. Kesimpulan dan 5. Lanjutan-Diskusi di


Rekomendasi Solusi Nurse Station
Masalah

Keterangan:

1. Praronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka).
b. Menentukan tim ronde.
151

c. Mencari sumber atau literature.


d. Membuat proposal.
e. Mempersiapkan pasien: informed consent dan pengkajian
f. Diskusi: Apa diagnose keperawatan? Apa data yang mendukung? Bagaimana
intervensi yang sudah dilakukan? Apa hambatan yang ditemukan selama
perawatan?
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat tim yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh perawat tim atau tenaga kesehatan lainnya atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta tindakan yang akan dilakukan.
3. Pascaronde
a. Evaluasi, revisi dan perbaikan.
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis; intervensi keperawatan
selanjutnya.

J. PERAN MASING-MASING ANGGOTA TIM


1. Peran Perawat Tim
a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan.
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
d. Menjelaskan hasil yang didapat.
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil.
f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.
2. Peran Perawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional
tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi.
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.

K. KRITERIA EVALUASI
1. Struktur
a. Persyaratan administrative (informed consent, alat dan lainnya)
152

b. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan.


c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan.
3. Hasil
a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
b. Masalah pasien dapat teratasi.
c. Perawat dapat:
1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
2) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
3) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien.
6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
7) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
8) Meningkatkan kemampuan menili hasil kerja.

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Pasien Tempat

1 hari Pra- Pra-ronde : Penanggung Ruang Al-


sebelum ronde jawab Haitam Rumah
ronde 1. Menentukan kasus dan topic Sakit Islam
2. Menentukan tim ronde Banjarmasin
3. Menentukan literature
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan pasien dengan
pemberian informed consent
5 Menit Ronde Pembukaan : Kepala Nurse Station
(Nurse Ruangan
Station) 1.Salam pembuka
2.Memperkenalkan tim ronde
3.Menjelaskan tujuan ronde
4.Memperkenalkan masalah pasien
secara spintas
30 Penyajian Masalah: KATIM Mendengarkan Nurse Station
Menit
1. Memberi salam dan
memperkenalkan pasien dan
keluarga kepada tim ronde
2. Menjelaskan riwayat penyakit
dan keperawatan pasien
3. Menjelaskan masalah pasien dan
rencana tindakan yang telah
dilaksanakan dan serta
menerapkan prioritas yang perlu
dilakukan
Validasi Data (Bed Pasien)
153

4. Mencocokan dan menjelaskan


kembali data yang telah
disampaikan dengan wawancara,
observasi dan pemeriksaan
keadaan pasien secara langsung
dan melihat dokumentasi
5. Diskusi antara anggota tim dan
pasien tentang masalah
keperawatan tersebut di bed
pasien Karu, Katim, Memberikan Ruang
6. Pemberian justifikasi oleh Perawat respon dan Perawatan
perawat atau tenaga kesehatan Pelaksana, menjawab
lainnya atau kepala ruangan Tenaga pertanyaan
tentang masalah pasien Kesehatan
Lainnya,
Pembimbing

10 Pasca 1. Melanjutkan diskusi dan Karu, Katim, - Nurse Station


Menit ronde masukkan dari tim. Perawat
(Nurse 2. Menyimpulkan untuk Pelaksana,
Station) menentukan tindakan Tenaga
keperawatan pada masalah Kesehatan
prioritas yang telah ditetapkan lainnya,
3. Merekomendasikan intervensi Pembimbing
keperawatan
4. Penutup

L. PENGORGANISASIAN
Kepala Ruangan : Dwi Nurwahidin, S.Kep

Katim I : M Kosim AlBanjary, S.Kep

PP : Rini Yanti, S.Kep

PP : Dinda Puteri Febiola, S.Kep

PP : Hj. Sarimah,S.Kep

PP : Rizki Mulia Aspihani Putri,S.Kep

Katim 2 : Akhmad Zarjani, S.Kep


154

PP : Emylliana, S.Kep

PP : Maimunah, S.Kep

PP : Rizki Anisa Fitri, S.Kep

PP : Lutia Normawati, S.Kep

Konselor :

Karu Haitam

Katim Ruang Haitam

Pembimbing Klinik : Rina Farida, S. Kep., Ns

Pembimbing Akademik : Rida Millati , Ns.,M.Kep


155

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta: Salemba Medika
156

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

1. Konsep Penyakit
1.1 Definisi/deskripsi penyakit
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan
berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare,
dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Arif
Muttaqin, 2011).

1.2 Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari gastroenteritis
sangat beragam , antara lain sebagai berikut :
1.2.1 Faktor infeksi :
1.2.1.1 Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi
makanan maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli,
salmonella, shigella, V. Cholera, dan clostridium).
1.2.1.2 Infeksi berbagai macam virus :enterovirus, echoviruses,
adenovirus, dan rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak
adalah virus Rotavirus.
1.2.1.3 Jamur : kandida
1.2.1.4 Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan
cyclospora)
1.2.2 Faktor non infeksi/ bukan infeksi :
1.2.2.1 Alergi makanan, misal susu, protein
1.2.2.2 Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit
1.2.2.3 Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
1.2.2.4 Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan
Sorbital.
1.2.2.5 Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
1.2.2.6 Emosional atau stress
1.2.2.7 Obstruksi usus

1.3 Tanda gejala


Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus
gastroenteritis, antara lain :
157

1.3.1 Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah


1.3.2 Suhu badan meningkat
1.3.3 Nafsu makan berkurang atau tidak ada
1.3.4 Timbul diare
1.3.5 Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lendir
1.3.6 Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
1.3.7 Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
1.3.8 Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi,
tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir
terlihat kering
1.3.9 Berat badan menurun
1.3.10 Pucat, lemah

1.4 Patofisiologi
Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis disebabkan oleh infeksi
dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau
memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi cairan
dan menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya
nutrisi dan elektrolit.

Menurut Diskin (2008) di buku Muttaqin (2011) adapun mekanisme dasar yang
menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.4.1 Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap
oleh mukosa intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
1.4.2 Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat
produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan
aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus,
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
1.4.3 Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
158

Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :


1.4.1 Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
1.4.2 Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
1.4.3 Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah.

Pendapat lain menurut Jonas (2003) pada buku Muttaqin (2011). Selain itu, diare
juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin.
enterotoksin yang diproduksi agen bakteri (E. Coli dan Vibrio cholera) akan
memberikan efek langsung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam
lumen gastrointestinal

1.5 Pemeriksaan penunjang


1.5.1 Pemeriksaan feces
Pemeriksaan feces, baik makoskopik amupun mikroskopik harus dilakukan
untuk menentukan diagnosa yang pasti
1.5.1.1 Pemeriksaan secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna
feces, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain
1.5.1.2 Pada pemeriksaan mikroskopik harus diperhatikan telur cacing,
parasit dan bakteri

1.5.2 Pemeriksaan darah


1.5.2.1 Homogram lengkap, meliputi: HB, eritrosit, leukosit, dan
hematokrit untuk membantu menemukan derajat dehidrasi dan
infeksi
1.5.2.2 Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam basa
1.5.2.3 Pemeriksaan AGD dan elektrolit, yaitu Na, K, Cl, dan Mg
1.5.3 Pemeriksaan urine
Ditetapkan volume, berat jenis, pH, dan elektrolitnya
159

1.6 Komplikasi
1.6.1 Dehidrasi
1.6.2 Renjatan Hiporomelik
1.6.3 Kejang
1.6.4 Bakterikimia
1.6.5 Malnutrisi
1.6.6 HipoglikEmia
1.6.7 Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat di klasifikasikan sebagai


berikut:
1.6.1 Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
1.6.2 Dehidrasi sedanG
Kehilangan 5 – 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,
suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
1.6.3 Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 – 10% dari BB dengan gambaran klinik seperti tanda
dihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma,
otot kaku sampai sianosis.

1.7 Penatalaksanaan
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diare meliputi:
pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan.
1.7.1 Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
1.7.1.1 Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan
glukosa untuk diare akut.
1.7.1.2 Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai
dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung
tersedianya cairan setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat
160

(RL) di berikan tergantung berat/ringan dehidrasi, yang di


perhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badannya.
1) Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml/kg BB/hari, kemudian 125 ml/kg
BB /oral.
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml/kg BB/oral kemudian 125 ml/kg
BB/hari.
3) Dehidrasi berat
jam pertama 20 ml/kg BB/jam atau 5 tetes/kg BB/menit
(inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml/kg BB
oralit per oral.

1.7.2 Obat- obatan


Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja
dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dsb).

1.7.2.1 Obat anti sekresi


Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
1.7.2.2 Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora,
opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi,
obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal, tidak
ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan
lagi.
1.7.2.3 Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg
BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti
OMA, faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia.
161

2. Rencana Asuhan Keperawatan


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
2.1.1.1 Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia
kemudian timbul diare.
2.1.1.2 Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurunnya tonus dan
turgor kulit berkurang, selaput kadir dan bibir kering, frekuensi
BAB lebih dari 4x dengan konsisten encer.
2.1.1.3 Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
2.1.1.4 Kebutuhan dasar
1) Pola Eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari
2) Pola Nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan BAB
3) Pola Istirahat dan Tidur
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman
4) Pola Aktifitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat disentri abdomen.

2.1.2 Pemeriksaan fisik: data fokus


2.1.2.1 Subjektif
1) Kelemahan
2) Diare lunak s/d cair
3) Anoreksia mual dan muntah
4) Tidak toleran terhadap diit
5) Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah,
abdomen tengah bawah)
6) Haus, kencing menurun
7) Nadi mkeningkat, tekanan darah turun, respirasi rate turun
cepat dan dalam (kompensasi ascidosis).
162

2.1.2.2 Objektif
1) Lemah, gelisah
2) Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus
3) Penurunan turgor, pucat, mata cekung
4) Nyeri tekan abdomen
5) Urine kurang dari normal
6) Hipertermi

2.1.3 Pemeriksaan penunjang


2.1.3.1 Darah
Ht meningkat, leukosit menurun
2.1.3.2 Feses
2.1.3.3 Bakteri atau parasit
2.1.3.4 Elektrolit Natrium dan Kalium menurun
2.1.3.5 Urinalisa
Urin pekat, BJ meningkat
2.1.3.6 Analisa Gas Darah
Asidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: kekurangan volume cairan
2.2.1 Definisi
Penurunan caairan intravskular, interstitila, dan/atau intraselular. Ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar
natrium
2.2.2 Batasan karakteristik
2.2.2.1 Haus
2.2.2.2 Kelemahan
2.2.2.3 Kulit kering
2.2.2.4 Membran mukosa kering
2.2.2.5 Peningkatan frekuensi nadi
2.2.2.6 Peningkatan hematokrit
2.2.2.7 Peningkatan konsentrasi urine
2.2.2.8 Peningkatan suhu tubuh
2.2.2.9 Penurunan berat badan tiba-tiba
2.2.2.10 Penurunan haluaran urine
2.2.2.11 Penurunan pengisian vena
163

2.2.2.12 Penurunan tekanan darah


2.2.2.13 Penurunan tekanan nadi
2.2.2.14 Penurunan turgor kulit
2.2.2.15 Penurunan volume nadi
2.2.2.16 Perubahan status mental
2.2.3 Faktor yang berhubungan
2.2.3.1 Kegagalan mekanisme regulasi
2.2.3.2 Kehilangan cairan aktif

Diagnosa 2:
2.2.4 Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2.2.5 Batasan Karkteristik
2.2.5.1 Nyeri abdomen
2.2.5.2 Menghindari makanan
2.2.5.3 BB 20% atau lebih di bawah BB ideal.
2.2.5.4 Bising usus hiperaktif
2.2.5.5 Kurang informasi
2.2.5.6 Penurunan BB dengan asupan makanan adekuat.
2.2.5.7 Kurang minat pada makanan.
2.2.5.8 Ketidakmampuan memakan makanan
2.2.5.9 Kelemahan otot untuk menelan.
2.2.5.10 Tonus otot menurun.
2.2.5.11 Kelemahan otot pengunyahan.
2.2.6 Faktor yang Berhubungan
2.2.6.1 Faktor biologis
2.2.6.2 Faktor ekonomi
2.2.6.3 Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
2.2.6.4 Ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
2.2.6.5 Ketidakmampuan untuk menelan makanan.
2.2.6.6 Faktor psikologis
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Kekurangan volume cairan
NOC NIC Rasional
Tujuan 1. Monitor vital sign. 1. Menentukan tindakan
selanjutnya.
1. Keseimbangan elektrolit dan 2. Monitor status hidrasi 2. Menentukan status hidrasi
asam basa (kelembaban membran mukosa, pasien.
2. Keseimbangan cairan nadi adekuat, turgol kulit baik)
3. Hidrasi 3. Monitor hasil Lab yang sesuai
164

Kriteria Hasil dengan retensi cairan (BUN, Ht, 3. Menentukan tindakan


albumin, total protein). selanjutnya.
1. Tanda vital dalam batas 4. Monitor intake dan outpute.
normal.
2. Tidak ada tanda-tanda 5. Anjurkan pasien untuk 4. Menentukan keseimbangan
dehidrasi, elastisitas turgol mempertahankan intake cairan intake dan outpute.
kulit baik, membran mukosa . 5. Mengurangi resiko kekurangan
lembab. volume cairan semakin
3. Memiliki Hb dan Ht dalam 6. Anjurkan keluarga untuk bertambah.
batas normal untuk pasien membantu pasien 6. Peran keluarga penting dalam
4. Tidak mengalami haus yang mempertahankan intake cairan. hal mebantu keluarganya
tidak normal 7. Kolaborasi pemberian cairan sembuh.
5. Memiliki asupan cairan oral intravena. 7. Mencegah kekurangan cairan
atau intravena yang adekuat yang berlebih.

Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.

NOC NIC Rasional


Setelah dilakukan intervensi Nutrition Management Nutrition Management
1x24 jam diharapkan 1. Kaji status nutrisi pasien. 1. Pengkajian dilakukan untuk
pemenuhan kebutuhan 2. Jaga kebersihan mulut, anjurkan mengetahui status nutrisi pasien
intake pasien tercukupi untuk selalu melakukan oral sehingga dapat menentukan
dengan kriteria hasil: hygien. intervensi yang diberikan.
Nutrition status 3. Berikan informasi yang tepat 2. Mulut yang bersih dapat
1. Intake nutrisi tercukupi terhadap pasien tentang kebutuhan meningkatkan nafsu makan.
2. Asupan makanan dan nutrisi yang tepat dan sesuai 3. Untuk membantu memenuhi
cairan tercukupi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
Nausea Management pasien.
Nausea dan vomiting
severity 1. Kaji frekuensi mual muntah,
durasi, tingkat keparahan, Nausea Management
1. Penurunan intensitas penyebab .
terjadinya mual 2. Anjurkan pasien makan sedikit 1. Untuk menentukan intervensi yang
muntah demi sedikit tapi sering. akan diberikan.
2. Penurunan frekuensi
mual muntah 3. Anjurkan pasien makan selagi
makanan masih hangat. 2. Makan sedikit demi sedikit tapi
Weight: body mass sering dapat meningkatkan intake
nutrisi.
1. Pasien tidak 3. Makan makanan dalam kondisi
mengalami penurunan hangat dapat menurunkan rasa mual
BB atau mengalami 4. Delegatif pemberian terapi sehingga intake nutrisi dapat
peningkatan BB. antiemetik. ditingkatkan.
4. Antiemetik dapat digunakan sebagai
terapi farmakologis dalam
manajemen mual dengan
menghambat sekresi asam lambung.
Weight Management

1. Timbang BB pasien jika Weight Management


memungkinkan dengan teratur.
2. Diskusikan dengan keluarga dan 1. Dengan menimbang BB dapat
pasien pentingnya intake nutrisi memantau peningkatan dan
dan hal-hal yang menyebabkan penurunan status gizi.
penurunan BB. 2. Membantu memilih alternatif
pemenuhan nutrisi yang adekuat.
165

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. (2016). Diagnosis Keperawatan: Definisi Dan Klasifikasi 2015-


2017/Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike Budhi
Subekti. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. (2011).Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan


Medikal Bedah. Jakata : Salemba Medika.

Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan


Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika.

Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Suriadi dan Yuliani, Rita. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta :
Sagung Seto.
166

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. R DENGAN DIAGNOSA

MEDIS GEA DIRUANG AL HAITAM (ANAK)

Tgl/jam MRS : 28 April 2019/ jam 03.00 wita


Ruang : Al Haitam Kelas II
No. Register : 27-18- XX
Dx. Medis : GEA
Tgl. Pengkajian : 28 April 2019

IDENDITAS PASIEN
Nama : An.R Suami/Istri/Orangtua : Orang tua
Umur : 4 Tahun Nama : Tn. M.R
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam Alamat : Jl.Melati No.10
RT.2 Banjarmasin
Suku/Bangsa : Banjar/ Indonesia Penanggung jawab
Bahasa : Banjar/ Indonesia Nama : Tn .M.R
Pendidikan :- Alamat : Jl.Melati No.10
RT.2 Banjarmasin
Pekerjaan :-
Status :-
Alamat : Jl.Melati No.10
RT.2 Banjarmasin

KELUHAN UTAMA
Ibu pasien mengatakan anaknya muntah dan BAB cair

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Ibu pasien mengatakan anaknya muntah dan BAB cair kurang lebih 10x sejak 1 hari yang
lalu, dan ibu pasien mengatakan anaknya terlihat lemas, pasien apabila minum dan makan
selalu muntah dan dibawa oleh keluarga pasien ke RS islam banjarmasin dan masuk IGD
dilakukan tindakan Obs. TTV, dipasang infus D5 1/2 NS, inj.Ranitidin, inj.Ondansentron
dan pasien disarankan rawat inap untuk perawatan lebih lanjut. Pasien dirawat di ruang Al
Haitam pada jam 03.00 subuh. Pada saat pengkajian hari minggu tanggal 28 april 2019
jam 10.00 pagi ibu pasien mengatakan 3x dan muntah 2x, mukosa bibir tampak kering,
klien tampak lemah dan hanya berbaring ditempat tidur.

RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


167

Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah masuk RS dan ini baru pertama kali pasien
dirawat pasien tidak pernah sakit diare sebelumnya.

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Ibu pasien mengatakan nenek pasien ada memiliki penyakit hipertensi dan tidak ada
memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC dan HIV.

RIWAYAT TUMBUH KEMBANG


Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 14 kg
2. Tinggi badan : 86 cm
3. Waktu tumbuh gigi : 7 bulan
Gigi tanggal : belum ada
Jumlah gigi : 20 gigi
Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat
1. Berguling : 3 bulan
2. Duduk : 7 bulan
3. Merangkak : 8 bulan
4. Berjalan : 9 bulan
5. Bicara pertama kali : 1 tahun 2 bulan
6. Berpakaian tanpa bantuan : -

POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Keluarga pasien memahami tentang penyakit yang di derita anaknya sehingga keluarga
pasien segera membawa ke pelayanan kesehatan.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien kurang nafsu makan akibat
pasien setelah makan pasien muntah dan minumnua sedikit.

3. Pola eliminasi
BAB pasien pada hari ini masih cair frekuensi 3x
BAK pasien tidak ada gangguan frekuensi 4-5 x sehari
4. Pola aktivitas
Aktivitas pasien diRS hanya terbaring lemas di tempat tidur,makan,kekamar mandi
5. Pola istirahat-tidur
168

Selama di RS pasien tidur terganggu karna lingkungan sekitar berisik,, pasien tidur
hanya 5-6 jam perhari
6. Pola konsep diri
pasien belum menyadari tentang penyakit yang dideritanya sekarang
7. Pola hubungan peran
Peran keluarga dengan anaknya baik
8. Pola seksualitas
Pasien belum menikah
9. Pola mekanisme koping
pasien dan keluarga sabar menghadapi penyakitnya mencoba menggobati dengan
menjalani pengobatan

10. Pola nilai dan kepercayaan


Keluarga percaya penyakit yang diderita anaknya adalah cobaan dan selalu sabar dan
berdoa untuk kesembuhan anaknya.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan/penampilan umum : Nampak lemas ditempat GCS : 456
tidur
BB sebelum sakit : 15 kg TB : 86 cm
BB saat ini : 14 kg

Tanda-tanda vital
TD : -
N : 113x/m
Suhu : 36,6 oC
RR : 26x/m
Spo2 : 98 %

2. Kepala
Kepala nampak bersih, semetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, rambut lebat
Konjungtiva tidak anemis..

3. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan

4. Thorax
I: dada simetris, tidak ada luka
P: tidak ada nyeri tekan
P: sonor
A: suara napas vesikuler, suara jantung tidak ada suara tambahan

5. Abdomen
169

I: abdomen tidak asites, tidak ada luka


A: terdengar 35x/m
P: timpany
P: tidak ada nyeri tekan, turgor kulit jelek >2 detik

7. Ekstremitas
Ekstremitas terpasang infus RL 15 Tpm di tangan kiri, kuku tangan pendek, CRT 2
detik skala kekuatan otot
Ekstermitas bawah baik
4 4
4 4

8. Genetalia dan anus


Jenis kelamin perempuan dan anus berfungsi dengan baik

PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

TERAPI SAAT INI


Golongan Indikasi/ Cara
Nama Obat Komposisi Dosis
Obat Kontraindikasi Pemberian
Infus RL Natrium laktat Cairan Indikasi: 15 tpm IV
3,1 gram, NaCl 6 parenteral Untuk mengatasi
gram, KCl 0,3 deidrasi,
gram, CaCl2 0,2 mengembalikan
gram, air untuk keseimbangan
injeksi ad 1,000 elektrolit
mL
Ondansentron Ondansenron Antiemetik Indikasi: 2 mg IV
Mual dan muntah
Kontraindikasi
Hipersensifitas,se
ndroma
perpanjangan
intervel QT
bawaan
Lacto B Lacto B Obat diare Indikasi: 2x1 bungkus Oral
terkandung sel Mengurangi
bakteri baik frekuensi feses
berjumlah 1×109 dan durasi
CFU/g penyakit pada
anak dengan diare
infeksi akut
Pengobatan diare
dan pencegahan
170

intoleransi laktosa
Kontraindikasi:
Syrup Nifudiar Per 5 ml Antibiotik Indikasi: 3x 1 cth Oral
:Nifuroxazide Kontraindikasi:
250 mg Hipersensifitas

I. ANALISA DATA
Tanggal/
No Data Fokus Etiologi Problem
Jam
1 28-04- DS : Terpapar Diare
2019/ - Ibu klien mengatakan anaknya sejak malam tadi makanan tidak
03.00 Wita BAB cair dan muntah kurang lebih 10 kali higienis,
intoleransi
sebelum dibawa kerumah sakit.
makanan
- Ibu klien mengatakan sebelum sakit anaknya
mengkonsumsi bubur kacang hijau.

- DO:
- Kondisi umum klien tampak lemah, mukosa
bibir kering, turgor kulit kembali >2 detik
- Mata cekung
- TTV :
N : 113x/menit
RR :26x/menit,
T : 36,6ºC
SpO2 : 98%
- Bising usus positif 35 x/menit
2 DS : Iritasi/ketidakn Mual
- Ibu klien mengatakan anaknya masih mual, yamanan
masih belum mau makan dan hanya sedikit gastrointestinal
minum.

- DO:
- Kondisi umum klien tampak lemah, mukosa
bibir kering.
- Anak terlihat gelisah dan rewel
- Anak tidak mau makan dan minum saat
ditawarkan.
3 DS : output berlebih Defisien
- Ibu klien mengatakan anaknya sejak malam tadi (muntah, diare) volume
BAB cair dan muntah kurang lebih 10 kali cairan
sebelum dibawa kerumah sakit.
- Ibu klien mengatakan anaknya masih belum mau
makan dan hanya sedikit minum.

- DO:
- Kondisi umum klien tampak lemah, mukosa
bibir kering, turgor kulit kembali >2 detik
- Mata cekung
- Akral dingn
- Anak terlihat gelisah dan rewel
- Klien terpasang infus infuse D5 ½ 17 tpm

II. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


171

1. Diare berhubungan dengan terpapar makanan tidak higienis, intoleransi


makanan (00013)
2. Mual berhubungan dengan Iritasi/ketidaknyamanan gastrointestinal (00134)
3. Defisien volume cairan berhubungan dengan output berlebih (muntah dan
diare). (00027)

III. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Kep Nursing Outcome Nursing Intervenstion


1 Diare Setelah diberikan asuhan Manajemen diare:
berhubungan keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitor tanda gejala diare
dengan terpapar diare berkurang atau bahkan 2. Ukur diare/output pencernaan
makanan tidak berhenti. 3. Kaji tanda-tanda vital
higienis, Kriteria hasil 4. Amati turgor kulit secara berkala
intoleransi Frekuensi BAB berkurang, 5. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi
makanan konsistensi feses meningkat. kecil tapi sering serta tingkatkan porsi
(00013) secara bertahap
6. Kolaborasi pemberian terapi
2 Mual Setelah diberikan asuhan Manajemen mual:
berhubungan keperawatan selama 1x24 jam 1. Observasi tanda-tanda nonverbal dari
dengan mual berkurang atau berhenti. ketidaknyamanan.
Iritasi/ketidaknya 2. Kaji diet yang disukai dan tidak disukai
Kriteria hasil
manan
Anak tidak gelisah dan rewel, pasien
gastrointestinal
(00134) mulai mau makan dan minum 3. Kolaborasi pemberian diet:
walau sedikit. 4. Kolaborasi pemberian terapi

3 Defisien volume Setelah diberikan asuhan Manajemen elektrolit/cairan:


cairan keperawatan selama 1x24 jam 1. Kaji tanda gejala dehidrasi
berhubungan keseimbangan cairan 2. Kaji Intake dan output
dengan output terpenuhi dengan Kriteria
berlebih hasil 3. Observasi turgor kulit secara rutin
(muntah dan Tidak ada tanda gejala 4. Anjurkan ibu untuk meningkatkan cairan
diare). (00027) dehidrasi, intake adekuat. peroral
5. Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena
dan obat.

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Hari/TGL: Minggu 28-04-2019
Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
08.00 Diare Manajemen diare: S:
wita berhubungan 1. Memonitor tanda gejala diare: - ibu klien mengatakan
dengan Klien lemas, terlihat feses cair di anaknya masih BAB cair 2
terpapar popok. Bising usus positif 38 kali, masih belum mau
x/menit makan dan sedikit minum.
makanan tidak
2. Mengukur diare/output
higienis, O:
pencernaan: - terlihat feses di popok
intoleransi
Ibu klien mengatakan anaknya - klien terlihat lemas
makanan BAB cair sudah 2 kali + 400 cc,
(00013) - bising usus positif 38
BAK + 350 cc
3. Mengkaji tanda-tanda vital: x/menit
T : 36,4°C
N : 118 x/m A : masalah belum teratasi.
RR : 26 x/m
SpO2 : 96 % P : lanjutkan intervemsi
172

4. Mengamati turgor kulit secara 1. Monitor tanda gejala diare


berkala: 2. Ukur diare/output
Turgor kulit kembali dalam >2 pencernaan
detik 3. Kaji tanda-tanda vital
5. Menganjurkan klien untuk 4. Amati turgor kulit secara
makan dalam porsi kecil tapi berkala
sering serta tingkatkan porsi 5. Anjurkan klien untuk
secara bertahap: makan dalam porsi kecil
Klien masih belum mau makan tapi sering serta tingkatkan
dan sedikit minum ± 250 cc
porsi secara bertahap
dalam 11 jam.
6. Kolaborasi pemberian terapi: 6. Kolaborasi pemberian
Lacto B 1 bungkus dan Syr. terapi
Nefudiar 1sth jam 10.30 wita.
Mual Manajemen mual: S:
berhubungan 1. Mengobservasi tanda-tanda - ibu klien mengatakan
dengan Iritasi/ nonverbal dari ketidaknyamanan: anaknya masih mual,
ketidaknyaman Klien gelisah dan rewel belum mau makan dan
an 2. Mengkaji diet yang disukai dan sedikit minum
gastrointestinal,
tidak disukai pasien: O:
(00134)
Klien menyukai makanan - anak terlihat gelisah dan
rending dan tidak menyukai rewel
makanan pedas A : masalah belum teratasi.
3. Kolaborasi pemberian diet: P : lanjutkan intervemsi
Bubur 1. Observasi tanda-tanda
nonverbal dari
ketidaknyamanan.
2. Kolaborasi pemberian diet:
3. Kolaborasi pemberian terapi
Defisien Manajemen elektrolit/cairan: S:
volume cairan 1. Mengkaji tanda gejala dehidrasi: - ibu klien mengatakan
berhubungan Mata cekung, turgor kulit jelek anaknya masih sedikit
dengan output >2 detik, mukosa bibir kering minum ± 250 cc dalam 11
berlebih 2. Mengkaji Intake dan output: jam.
(muntah dan Intake : 650 cc
diare). Output : 750 cc
(00027) 3. Mengobservasi turgor kulit O:
secara rutin: turgor kulit kembali - Mata cekung, turgor kulit
dalam >2 detik kembali >2 detik, mukosa
4. Menganjurkan ibu untuk bibir kering
meningkatkan cairan peroral:
Klien masih sedikit minum ± A : masalah belum teratasi.
P : lanjutkan intervemsi
250 cc dalam 11 jam.
1. Kaji tanda gejala dehidrasi
5. Kolaborasi dalam pemberian
2. Kaji Intake dan output
cairan intravena dan obat:
Memberikan RL 15 tpm
3. Observasi turgor kulit secara
terpasang jam 10.25 wita kolf 1
rutin
4. Anjurkan ibu untuk
meningkatkan cairan peroral
5. Kolaborasi dalam pemberian
cairan intravena dan obat.

14.00 Diare Manajemen diare: S:


wita berhubungan 1. Memonitor tanda gejala diare: - ibu klien mengatakan
dengan Ibu klien mengatakan anaknya anaknya masih BAB cair
terpapar masih ada BAB cair 1 kali. Klien 1kali.
terlihat masih lemas, bising usus O:
makanan tidak
positif 36 x/menit. - klien masih terlihat lemas
higienis, 2. Mengukur diare/output
intoleransi - bising usus positif 36
173

makanan pencernaan: x/menit


(00013) BAB cair 1 kali + 200 cc, BAK
+ 200 cc A : masalah belum teratasi.
3. Mengkaji tanda-tanda vital:
T : 36,8°C P : lanjutkan intervemsi
N : 126 x/m 1. Monitor tanda gejala diare
RR : 26 x/m 2. Ukur diare/output
SpO2 : 98% pencernaan
4. Mengamati turgor kulit secara 3. Kaji tanda-tanda vital
berkala: 4. Amati turgor kulit secara
Turgor kulit kembali dalam 2 berkala
detik
5. Anjurkan klien untuk
5. Menganjurkan klien untuk
makan dalam porsi kecil
makan dalam porsi kecil tapi
tapi sering serta tingkatkan
sering serta tingkatkan porsi
porsi secara bertahap
secara bertahap:
6. Kolaborasi pemberian
Ibu klien mengatakan anaknya
mulai mau makan roti dan terapi
biscuit dan minum ± 200 cc
dalam 7 jam
Mual Manajemen mual: S:
berhubungan 1. Mengobservasi tanda-tanda - ibu klien mengatakan
dengan Iritasi/ nonverbal dari ketidaknyamanan: anaknya tidak ada muntah
ketidaknyaman Klien sudah tidak gelisah tetapi lagi setelah obat diberikan.
an masih rewel. Klien muntah 1 kali O : anak masih terlihat rewel
gastrointestinal, + 100 cc A : masalah belum teratasi.
(00134) 2. Kolaborasi pemberian diet: P : lanjutkan intervemsi
Bubur 1. Observasi tanda-tanda
3. Kolaborasi pemberian terapi: nonverbal dari
Memberikan obat injeksi ketidaknyamanan.
Ondancentron 2 mg jam 14.30 2. Kolaborasi pemberian diet:
wita
3. Kolaborasi pemberian terapi
Defisien Manajemen elektrolit/cairan: S:
volume cairan 1. Mengkaji tanda gejala dehidrasi: - ibu klien mengatakan
berhubungan Mata cekung, turgor kulit anaknya masih sedikit
dengan output kembali dalam 2 detik, mukosa minum ± 200 cc dalam 7
berlebih bibir kering. jam.
(muntah dan 2. Mengkaji Intake dan output: O:
diare). Intake : 550 cc - Mata cekung, turgor kulit
(00027) Output : 500 cc kembali 2 detik, mukosa
3. Mengobservasi turgor kulit bibir kering.
secara rutin: turgor kulit kembali
dalam 2 detik A : masalah belum teratasi.
P : lanjutkan intervemsi
4. Menganjurkan ibu untuk
1. Kaji tanda gejala dehidrasi
meningkatkan cairan peroral:
2. Kaji Intake dan output
Ibu klien mengatakan anaknya
mulai mau makan roti dan
3. Observasi turgor kulit secara
biscuit dan minum ± 200 cc
rutin
dalam 7 jam
4. Anjurkan ibu untuk
5. Kolaborasi dalam pemberian
meningkatkan cairan peroral
cairan intravena dan obat:
5. Kolaborasi dalam pemberian
Memberikan RL 15 tpm
cairan intravena dan obat.
terpasang jam 14.30 wita kolf 2
21.00 Diare Manajemen diare: S:
wita berhubungan 1. Memonitor tanda gejala diare: - ibu klien mengatakan
dengan Ibu klien mengatakan anaknya anaknya sudah tidak ada
terpapar sudah tidak ada BAB dan BAB dan muntah lagi.
muntah lagi. O:
makanan tidak
Klien terlihat lebih bertenaga, - klien terlihat lebih
higienis, bising usus positif 20 x/menit.
intoleransi bertenaga
174

makanan 2. Mengukur diare/output - bising usus positif 20


(00013) pencernaan: x/menit
BAK + 400 cc
3. Mengkaji tanda-tanda vital: A : masalah teratasi.
T : 37,7°C
N : 113 x/m P : intervensi dihentikan
RR : 24 x/m
SpO2 : 98 %
4. Mengamati turgor kulit secara
berkala:
Turgor kulit kembali dalam <2
detik
5. Menganjurkan klien untuk
makan dalam porsi kecil tapi
sering serta tingkatkan porsi
secara bertahap:
Ibu klien mengatakan anaknya
mau makan roti dan biscuit dan
minum ± 300 cc dalam 11 jam
6. Kolaborasi pemberian terapi:
memberikan Inj. Paracetamol
150 mg jam 01.00 wita
Mual Manajemen mual: S:
berhubungan 1. Mengobservasi tanda-tanda - ibu klien mengatakan
dengan Iritasi/ nonverbal dari ketidaknyamanan: anaknya masih mual.
ketidaknyaman Ibu klien mengatakan anaknya O:
an kadang-kadang masih mual, - anak terlihat masih belum
gastrointestinal sehingga masih belum mau memakan diet (bubur)
(00134) makan nasi hanya mau makan yang disediakan rumah
roti dan biscuit.
sakit.
2. Kolaborasi pemberian diet:
A : masalah belum teratasi.
Bubur
P : lanjutkan intervemsi
1. Observasi tanda-tanda
nonverbal dari
ketidaknyamanan.
2. Kolaborasi pemberian diet:
3. Kolaborasi pemberian terapi
Defisien Manajemen elektrolit/cairan: S:
volume cairan 1. Mengkaji tanda gejala dehidrasi: - ibu klien mengatakan
berhubungan turgor kulit kembali dalam <2 anaknya minum ± 300 cc
dengan output detik, mukosa bibir lembab. dalam 11 jam
berlebih 2. Mengkaji Intake dan output: - O:
(muntah dan Intake : 600 cc - turgor kulit kembali <2
diare). Output : 400 cc detik, mukosa bibir
(00027) 3. Mengobservasi turgor kulit lembab.
secara rutin: turgor kulit kembali
dalam <2 detik A : masalah teratasi.
P : intervemsi dihentikan
4. Menganjurkan ibu untuk
meningkatkan cairan peroral:
Klien minum ± 300 cc dalam 11
jam
5. Kolaborasi dalam pemberian
cairan intravena: Memberikan
RL 15 tpm terpasang jam 21.00
wita kolf 3
175

V. CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN


Hari /tanggal: Senin, 29 April 2019 (08.00 wita)
Diagnose Keperawatan S (Subjektif) O (Objektif) A (Assesment) P (Planning)
Diare berhubungan dengan Ibu klien 1. Tidak terdapat Masalah teratasi Pendidikan
terpapar makanan tidak mengatakan tanda gejala kesehatan terkait
higienis, intoleransi anaknya sudah diare diet yang
tidak ada BAB dianjurkan.
makanan (00013) 2. TTV:
lagi
T: 37,5
N: 112 xm
RR: 20 x/m
SpO2: 99%
3. Bising usus
positif:
15x/menit
Mual berhubungan dengan Ibu klien Anak terlihat masih Masalah belum 1. Observasi
Iritasi/ ketidaknyamanan mengatakan belum memakan teratasi tanda-tanda
gastrointestinal (00134) anaknya kadang- diet (bubur) nonverbal dari
kadang masih
ketidaknyama
mual sehingga
hanya mau makan nan.
roti dan biskuit. 2. Kolaborasi
pemberian
diet
3. Kolaborasi
pemberian
terapi

Defisien volume cairan 1. Ibu klien 1. Terlihat tidak Masalah Memberikan


berhubungan dengan output mengatakan ada feses teratasi. motivasi kepada
berlebih (muntah dan diare). anaknya didalam klien agar lebih
banyak makan
(00027) sudah tidak popok.
dan minum.
ada BAB cair 2. Turgor kulit
dan muntah kembali dalam
lagi. <1 detik, bibir
2. Anaknya mukosa
sudah bisa lembab.
makan roti 3. TTV:
dan biscuit, T: 37 oC
dan sudah N: 112 xm
mulai lebih RR: 20 x/m
SpO2: 99%
banyak
minum air
putih dan
susu.
176

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Masalah Utama yang Ditemukan


Ibu klien menceritakan kemungkinan penyebab sakit yang diderita anaknya adalah
disebabkan oleh anaknya memakan bubur kacang hijau yang dibelikan oleh tantenya
sore hari pada tanggal 27 April 2019. Setelah memakan makanan tersebut pada malam
harinya anak langsung diare (BAB cair) dan muntah kurang lebih 10 kali. Diduga
makanan bubur kacang hijau yang dibeli terkontaminasi bakteri baik dari es batunya
atau tidak hygienis saat pembuatan.

Pathway
Konsumsi bubur kacang hijau
177

(terkontaminasi bakteri/intoleransi makanan)



Meningkatkan mortalitas usus

Iritasi usus

Mual Muntah Diare

Defisiensi volume cairan

Masalah utama yang ditemukan adalah Defisien volume cairan berhubungan dengan
output berlebih (muntah dan diare). (00027)
Data yang ditemukan: (28-04-2019/ 03.00 Wita)
DS :
- Ibu klien mengatakan anaknya sejak malam tadi BAB cair dan muntah kurang lebih
10 kali sebelum dibawa kerumah sakit.
- Klien sedikit minum.

DO:
- Kondisi umum klien tampak lemah, mukosa bibir kering, turgor kulit kembali >2
detik
- Mata cekung
- Klien terpasang infus infuse D5 ½ 17 tpm
- TTV :
N : 113x/menit
RR :26x/menit,
T : 36,6ºC
SpO2 : 98%

4.2 Intervensi yang telah dilaksanakan


Pada tanggal 28 April 2019 jam 03.00 wita klien masuk IGD diberikan terapi infus D5
12 Ns 17 tpm dan Inj. Ranitidine 10 mg, Ondansentron 2 mg jam 03.15 wita. Kemudian
jam 03.30 klien dirawat inap di ruang Al Haitam dan diberikan asuhan keperawatan
pemeriksaan keadaan umum, tanda gejala dehidrasi, tanda-tanda vital, pengukuran
intake output, mengobservasi turgor kulit secara rutin, menganjurkan keluarga untuk
meningkatkan cairan per oral anak, dan kolaborasi pemberian terapi cairan intravena dan
178

obat sesuai oderan dokter yaitu terapi infus Infus RL 15 tpm terpasang jam 10.25 wita
kolf 1. Lacto B 1 bungkus dan Syr. Nefudar 1sth jam 10.30 wita, pemberian infuse RL
15 tpm kolf ke 2, Inj. Ondancentron 2 mg jam 14.30 wita, pemberian infuse RL 15 tpm
terpasang jam 21.00 kolf ke 3, Inj. Paracetamol 150 mg jam 01.00 wita.

4.3 Hambatan atau masalah yang belum teratasi


Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam, pada hari senin tanggal 29 April
2019 jam 08.00 wita kondisi anak sudah membaik dan sebagian masalah teratasi. Klien
sudah tidak ada BAB dan muntah lagi, sudah mulai banyak minum air putih dan susu,
namun masih belum mau makan nasi atau bubur hanya mau makan roti dan biscuit
karena masih merasa mual. Sehingga dalam masalah keperawatan yang belum teratasi
adalah mual berhubungan dengan iritasi/ ketidaknyamanan pencernaan.

BAB V
HASIL RONDE KEPERAWATAN

V.1Intervensi Selanjutnya
Masalah keperawatan yang belum teratasi adalah mual berhubungan dengan iritasi/
ketidaknyamanan pencernaan. Setelah pelaksanaan ronde keperawatan didapatkan hasil
intervensi yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah membantu
memenuhi oral hygiene klien agar meningkatkan kenyamanan pencernaan sehingga
mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa mual.

V.2Implementasi
Pada hari selasa tanggal 30 April 2019 jam 08.00 wita dilaksanakan tindakan
keperawatan pada klien untuk mengatasi masalah keperawatan mual berhubungan
dengan iritasi/ ketidaknyamanan pencernaan yaitu dengan memenuhi oral hygiene.
Klien kooperatif dan mampu melakukan oral hygiene secara mandiri.

V.3Evaluasi
179

Setelah dilakukan tindakan keperawatan oral hygiene, klien menyatakan merasa


nyaman. Kemudian ibu klien mengatakan anaknya sudah mau memakan bubur yang
disediakan oleh Rumah Sakit, tidak ada rasa mual lagi.
180

Lampiran 10

DOKUMENTASI KEGIATAN DESIMINASI AWAL

(18 April
2019)
181

DOKUMENTASI KEGIATAN ROLE PLAY

TIMBANG TERIMA DI NURSE STATION

(19 – 30 April 2019)


182

DOKUMENTASI KEGIATAN ROLE PLAY

TIMBANG TERIMA DI SAMPING TEMPAT TIDUR PASIEN

(19 – 30 April 2019)


183

DOKUMENTASI KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

(29 April 2019)


184

DOKUMENTASI KEGIATAN
DISCHARGE PLANNING

(19 – 30 April 2019)


185

DOKUMENTASI PROYEK INOVASI

(3 MEI
2019)
186

DOKUMENTASI KEGIATAN DESIMINASI AKHIR

(3 MEI 2019)

DOKUMENTASI KEGIATAN MENGINGATKAN PENGGUNAAN APD


187

(26 April 2019)

Anda mungkin juga menyukai