Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

METODE PELAYANANAN KEPERAWATAN

Makalah ini disusun dan dibuat untuk memenuhi tugas Manajemen Keperawatan

Disusun Oleh :

Nama : Deti Damayanti

Kleas : 8D Keperawatan

Nim : 171030100146

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM STUDY S-1 KEPERAWATAN

TANGERANG SELATAN

MARET, 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-

nya, kami dapat menyelesaikan makalah “Konsep Keperawatan Keluarga”. Shalawat

serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi semesta alam

Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini.

Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan

penulisan yang akan datang. Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih

kepada bimbingan dosen mata kuliah Keperawatan Keluarga dan semua pihak yang

telah membantu hingga terselesainya makalah ini. Semoga segala upaya yang telah

dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Aamiin.

Tangerang Selatan, 27 Maret 2020

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i

Daftar isi ............................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan .............................................................................................. 1

A. Definisi Pelayanan Keperawatan ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 5

A. Tujuan .............................................................................................................. 5

BAB II Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 6

A. Pelayanan keperawatan ..................................................................................... 6

1. Definisi Pelayanan Kesehatan ...................................................................... 6

B. Sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) ................................. 8

1. Definisi Sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) ............... 8

2. enis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) ................................. 9

3. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) ......................................... 21

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai

bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan dituju kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat baik

sehat maupun sakit (UU Keperawatan no 38 tahun 2014). Pelayanan

keperawatan profesional dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh tenaga

keperawatan yang profesional sehingga dapat berkontribusi dalam

peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit khususnya pelayanan

keperawatan (sumijatun, 2010). Menurut Kusnanto (2004) pelayanan

keperawatan profesional adalah rangkaian upaya melaksanakan sistem

pemberian asuhan keperawatan kepada masyarakat sesuai dengan kaidah-

kaidah keperawatan sebagai profesi.

Mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit juga ditentukan oleh mutu

pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan terutama diperuntukkan bagi

pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Kuntoro, 2010). Pelayanan

keperawatan sebagai bentuk kegiatan utama dari pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada masyarakat belum dapat diwujudkan sebagai pelayanan

kesehatan yang berkualitas. Keadaan aktual pelayanan keperawatan

menunjukan bahwa banyak tenaga keperawatan lebih berkonsentrasi dan

1
terlibat dengan tindakan pengobatan dan penggunaan teknologi yang

berorientasi medik untuk mengatasi kompleksitas penyakit (Sitorus &

Panjaitan, 2011).

Pelaksanaan layanan keperawatan tidak terlepas dari fungsi-fungsi

manajemen keperawatan yang dilaksanakan secara efisien dan efektif. Ada

lima fungsi manajemen keperawatan yaitu perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), ketenagaan (staffing), pengarahan (actuating),

pengawasan (controling) (Marquis dan Huston , 2013). Masing-masing fungsi

manajemen tersebut saling keterkaitan satu sama lain dan dapat diterapkan

baikoleh mamajer tingkat atas, menengeh maupun bawah. Dalam jajaran

keperawatan dapat diterapkan mulai dari Kepala bagian keperawatan sampai

kepala ruangan (Swansburg, 2000).

Kepala ruangan menjalakan fungsi manajemen keperawatan yaitu

meliputi manajemen pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan

keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan didukung oleh

pengorganisasian asuhan keperawatan melalui metode pemberian asuhan

keperawatan sebagai bagian dari fungsi pengorganisasian. Adapun komponen

fungsi pengorganisasian meliputi struktur organisasi, metode pemberian

asuhan keperawatan, pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan, bekerja

dalam organisasi dengan memahami kekuatan dan otoritas (Marquis dan

Huston, 2013).

2
Metode penugasan merupakan suatu sistem yang akan diterapkan

dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien untuk meningkatkan

kualitas asuhan keperawatan dan meningkatkan derajat kesehatan pasien.

Metode penugasan keperawatan menurut Grant dan maseey (1997) dalam

Marquis dan Huston (2013) terdapat lima metode asuhan keperawatan yaitu:

Metode kasus, metode fungsional, metode keperawatan primer, metode

keperawatan tim,metode modifikasi: keperawatan tim-primer. Menurut

laughin, Thomas dan Barterm (1995) dalam Nursalam (2015) model yang

lazim digunakan di rumah sakit hanya 3 yaitu asuhan keperawatan total,

keperawatan tim dan keperawatan primer. Masing-masing metode pemberian

asuhan keperawatan memiliki kelebihan dan kekurangannya.

Metode keperawatan yang sering digunakan adalah asuhan

keperawatan metode tim. Asuhan keperawatan metode tim dikenal di

Indonesia pada tahun 1996 yang telah diterapkan dibeberapa rumah sakit.

Metode ini merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan pada

sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984

dalamSimamora, 2013). Keuntungan menggunakan metode tim adalah

memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan memungkinkan

pencapaian proses keperawatan. Kerugiannya adalah rapat tim memerlukan

waktu, sehingga mengganggu komunikasi dan koordinasi anggota tim dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien (Simamora, 2013).

3
Pelaksanaan metode tim menggunakan tim yang terdiri dari anggota

yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

kelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdiri

dari perawat profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu tim kecil yang

saling membantu. Metode ini didasarkan pada keyakinan bahwa setiap

anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan

memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung

jawab perawat yang tinggi (Tussaleha, 2014). Menurut Arwani dan

Supriyatno (2006) pemberian metode tim pada asuhan keperawatan bertujuan

untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif

pasien sehingga pasien merasa puas. Metode tim juga dapat meningkatkan

pengetahuan, ketrampilan, dan motivasi perawat karena dalam metode ini ada

kerjasama antar sesama perawat dan transfer of knowledge.Untuk tercapainya

tujuan tersebut maka tugas dan tanggung jawab dari tim keperawatan harus

diarahkan dan benar-benar direncanakan serta memiliki ketua tim yang

profesional. Menurut Huber (2010), Marquis & Huston (2012) dikutip dalam

Rusmianingsih (2012) dan Swansbrug (2000) Faktor yang mempengaruhi dari

metode tim yaitu kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, penugasan,

motivasi dan supervisi. Sitorus (2006) mengatakan ketua tim sebagai perawat

profesional, harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan dan

harus dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, serta

evaluasi asuhan keperawatan. Ketua tim harus mampu mengontrol setiap

4
perkembangan pasien, keberhasilan asuhan keperawatan sangat ditentukan

oleh ketua tim yang profesional.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pelayanan keperawatan

2. Apa itu Sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) ?

3. Apa saja Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) ?

4. Apa saja 3. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP ?

C. Tujuan

1. Tujuan Khusus

Untuk Mengidentifikasi metode Pelayanan Keperawatan serta

2. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui definisi metode pelayanan keperawatan

A. Untuk mengetahui Sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional

(MAKP)

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Pelayanan Keperawatan

1. Definisi

Pelayanan keperawatan adalah upaya untuk membantu

individu baik yang sakit maupun yang sehat, dari lahir hingga

meninggal dalam bentuk pengetahuan, kemauan, dan kemampuan

yang dimiliki. Sehingga individu tersebut dapat melakukan

kegiatan sehari-hari secara mandiri dan optimal (Yulihastin, 2009).

Sedangkan pelayanan keperawatan professional dilaksanakan di

berbagai tatanan pelayanan kesehatan, menjangkau seluruh

golongan dan lapisan masyarakat yang memerlukan, baik di

tatanan pelayanan kesehatan di masyarakat, maupun di tatanan

pelayanan rumah sakit (Kusnanto, 2009).

Pelayanan keperawatan dikembangkan bersifat berjenjang

mulai dari keperawatan dasar sampai dengan keperawatan yang

bersifat rumit atau spesialistik bahkan subspesialistik, disertai

dengan sistem rujukan keperawatan sebagai bagian dari rujukan

kesehatan yang efektif dan efisien. Pelayanan/ asuhan keperawatan

yang bersifat spesialistik, baik keperawatan klinik maupun

keperawatan komunitas antara lain adalah keperawatan anak,

keperawatan maternitas, keperawatan medical bedah, keperawatan

6
jiwa, keperawatan gawat darurat, keperawatan keluarga,

keperawatan gerontik, dan keperawatan komunitas. Secara

bersamaan dikembangkan kemampuan pengelolaan keperawatan

professional (professional nursing management) dengan

kepemimpinan professional keperawatan (professional nursing

leadership), sehingga memungkinkan keperawatan berkembang

sesuai dengan kaidah-kaidah keperawatan sebagai profesi

(Kusnanto, 2009).

Asuhan keperawatan professional (professional nursing care)

merupakan kegiatan melaksanakan asuhan keperawatan kepada

klien berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan (nursing science and

art), bersifat “humane”, dengan pendekatan holistik, mencakup

bio-psiko-sosialkultural-spiritual, serta dengan orientasi kebutuhan

objektif klien, dalam bentuk praktik keperawatan ilmiah (scientific

nursing practice). Asuhan keperawatan professional dilaksanakan

oleh perawat professional (professional nurse) kepada klien

sebagai individu, keluarga, komunitas, atau masyarakat, karena

tidak tahu, kurang kemampuan, tidak atau kurang kemauan, dan

atau tidak/ kurang berpengetahuan untuk memenuhi kebutuhan

dasarnya secara mandiri (Priharjo, 2008).

2. Kualitas Pelayanan Keperawatan

7
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan selalu

berbicara mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:

1. meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen

2. menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi

3. mempertahankan eksistensi institusi

4. meningkatkan kepuasan kerja

5. meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan;

6. menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar.

Pada pembahasan praktik keperawatan akan dijabarkan tentang

model praktik, metode praktik, dan standar.

B. Sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

1. Definisi

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan

keempat unsur: standar, proses keperawatan, pendidikan

keperawatan, dan sistem MAKP

Faktor-faktor yang berhubungan dalam perubahan MAKP :

a. Kualitas Pelayanan Keperawatan

Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan

selalu berbicara mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan

untuk:

1) meningkatkan asuhan keperawatan kepada

pasien/konsumen

8
2) menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi

3) mempertahankan eksistensi institusi

4) meningkatkan kepuasan kerja

5) meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan;

6) menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar.

Pada pembahasan praktik keperawatan akan dijabarkan tentang

model praktik, metode praktik, dan standar.

b. Standar Praktik Keperawatan

Standar praktik keperawatan di Indonesia yang disusun oleh

Depkes RI (1995) terdiri atas beberapa standar, yaitu:

1) menghargai hak-hak pasien

2) penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit (SPMRS)

3) observasi keadaan pasien

4) pemenuhan kebutuhan nutrisi

5) asuhan pada tindakan nonoperatif dan administrative

6) asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasive

7) pendidikan kepada pasien dan keluarga

8) pemberian asuhan secara terus-menerus dan

berkesinambungan.

2. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

Menurut Marquis & Huston (2010), jenis model asuhan

keperawatan profesional terdiri dari 5 (lima) metode yaitu:

9
a. Fungsional

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam

pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada

saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih

terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap

perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya,

merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di bangsal.

Kelebihan:

1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian

tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.

2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.

3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,

sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat

junior dan atau belum berpengalaman.

Kelemahan:

1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.

2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat

menerapkan proses keperawatan.

3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang

berkaitan dengan keterampilan saja.

10
Kepala

Ruangan

Perawat: Perawat: Perawat: Perawat:


pengobatan Pengobatan
Merawat Luka Merawat Luka

Pasien/ Keluarga

Gambar 2.1 Sistem Asuhan Keperawatan“Fungtional

Nursing” (Nursalam, 2014)

b. Keperawatan Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang

berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim

atau grup yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan

pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.

Kelebihan:

1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

2) Mendukung pelaksana proses keperawatan.

11
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik

mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota

tim.

Kelemahan :

Komunikasi antar tim terbentuk terutama dalam bentuk

konfrensif, tim yang biasanya membutuhkan waktu dimana

sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien Pasien Pasien

Gambar 2.3 Sistem Asuhan Keperawatan “Team Nursing”


(Nursalam, 2014)

Konsep Metode Tim:

1) Ketua tim sebagi perawat profesional harus mampu

menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan.

2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas

rencana keperawatan terjamin.

3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.

12
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim

akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.

Tanggung jawab anggota tim :

1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah

tanggung jawabnya.

2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.

3) Memberikan laporan.

4) Tanggung jawab ketua tim:

a) Membuat perencanaan.

b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.

c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai

tingkat kebutuhan pasien.

d) Mengembangkan kemampuan anggota.

e) Menyelenggarakan konferensi.

Tanggung jawab kepala ruangan :

1) Perencanaan

a) Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan

masing-masing.

b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.

c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat,

transisi, dan persiapan pulang bersama ketua tim.

13
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan

berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama

ketua tim, mengatur penugasan atau penjadwalan.

e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.

f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,

patofisiologi, dan tindakan medis yang dilakukan,

program pengobatan dan mendiskusikan dengan

dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap

pasien.

g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan

h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan

latihan diri.

i) Membantu membimbing terhadap peserta didik

keperawatan.

j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan

rumah sakit.

2) Pengorganisasan

a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.

b) Merumuskan tujuan metode penugasan.

c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim

secara jelas.

14
d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi

2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.

e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan:

membuat proses dinas, menagtur tenaga yang ada

setiap hari dan lain-lain.

f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.

g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.

h) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak

berada di tempat, kepada ketua tim.

i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk

mengurus administrasi pasien.

j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.

k) Identifikasi masalah dan cara penanganan.

l) Pengarahan.

m) Memberi pengarahan tentang penugasan ketua tim.

n) Memberi pujian kepada anggota tim yang

melaksanakan tugas dengan baik.

o) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,

keterampilan dan sikap.

p) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan

berhubungan dengan askep pasien.

15
q) Melibatkan bawahan yang mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tugasnya.

r) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim.

3) Pengawasan

1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi

langsung dengan ketua tim maupun pelaksana

mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada

pasien.

2) Melalui supervisi:

a. Pengawasan langsung melalui inspeksi,

mengamati sendiri atau melalui laporan langsung

secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi

kelemahan-kelamahan yang ada saat itu juga.

b. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar

hadir ketua tim.

c. Membaca dan memeriksa rencana keperawatan

serta catatan yang dibuat selama dan sesudah

proses keperawatan dilaksanakan

(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim

tentang pelaksanaan tugas.

d. Evaluasi

16
e. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan

membandingkan dengan rencana keperawatan

yang telah disusun bersama ketua tim.

f. Audit keperawatan.

c. Keperawatan Primer

Metode penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab

penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien

mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.

Kelebihan :

1) Bersifat kontinuitas dan konfrehensif.

2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi

terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.

3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter

dan rumah sakit.

Kelemahan :

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki

pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria

asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang

tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntable serta mampu

berkolaborasi dengan berbagai disiplin. Konsep dasar metode

primer:

17
1) Adanya tanggung jawab dan tanggung gugat.

2) Ada otonomi.

3) Keterlibatan pasien dan keluarga.

Tugas perawat primer:

1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara

komprehensif.

2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan.

3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.

4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan

yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain.

5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.

6) Menerima dan menyesuaikan rencana.

7) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.

8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan

lembaga sosial di masyarakat.

9) Membuat jadwal perjanjian klinik.

10) Mengadakan kunjungan rumah.

Peran kepala perawat atau bangsal dalam metode primer.

1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer.

2) Orientasi dan merencanakan karyawan baru.

18
3) Menyusun jadwal dinas dan memberi penjelasan pada

perawat asisten.

4) Evaluasi kerja.

5) Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf.

6) Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal

hambatan yang terjadi.

Ketenagaan metode primer:

1) Setiap perawat primer adalah perawat bed side.

2) Beban kasus pasien 4-6 orang perawat untuk satu perawat.

3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.

4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain

maupun non profesional sebagai perawat asisten.

Dokter Kepala Ruangan Sarana Rumah


sakit

Perawat Primer

Pasien/klien

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

(Siang) (Malam) Jika diperlukan

19
Gambar 2.3 Sistem Asuhan Keperawatan dengan Model

Keperawatan Primer (Nursalam, 2014).

d. Manajemen Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani semua kebutuhan

pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang

berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien

akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.

Kelebihan :

1) Perawat lebih memahami kasus perkasus.

2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.

Kelemahan :

1) Belum dapatnya diientifikasi perawat penanggung jawab.

2) Perlu tenaga yang cukup banyak yang mempunyai

kemampuan dasar yang sama.


Kepala Ruangan
v

Staft Perawat Staft Perawat Staft Perawat

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

Gambar 2.4 Sistem Keperawatan Asuhan dengan Model

Manajemen Kasus (Nursalam, 2014)

20
3. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

a. Definisi

Praktik keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan

yang bertujuan mengatasi fenomena keperawatan (Suyono,

2007). Fenomena keperawatan adalah penyimpangan atau tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosial-

spiritual), mulai dari tingkat individu utuh (mencakup seluruh

siklus kehidupan) sampai pada tingkat masyarakat (Sitorus,

2006). Model praktek keperawatan profesional merupakan

suatu system (struktur, proses dan nilai-nilai professional) yang

memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian

asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menompang

pemberian asuhan tersebut menurut.

b. Standar Praktik Keperawatan

Standar praktik keperawatan menurut ANA (Sitorus, 2006)

meliputi:

Standar I : Perawat mengumpulkan data tentang kesehatan

klien.

Standar II : Perawat menetapkan diagnosis keperawatan.

Standar III : Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan

untuk setiap klien.

21
Standar IV : Perawat mengembangkan rencana askep yang

berisi rencana tindakan untuk mencapai hasil yang

diharapkan.

Standar V : Perawat mengimplementasikan tindakan yang

sudah ditetapkan dalam rencana askep.

Standar VI : Perawat mengevaluasi perkembangan klien dalam

mencapai hasil akhir yang sudah ditetapkan.

e. Metode Penugasan dalam MPKP

Model Penugasan (Gillies D.A, 1996) mengatakan metode

penugasan dalam MPKP meliputi:

1) Metode Fungsional

Metode ini merupakan modalitas keperawatan paling tua.

Setiap perawat mempunyai tanggung jawab yang berbeda

berdasarkan pembagian tugas yang telah ditetapkan.

Contoh tugas pemberian obatobatan, perawatan diri,

penerimaan pasien baru dan pemulangan, perawatan luka

dan sebagainya masing-masing perawat bertangung jawab

pada manajer. keperawatan yang bertugas saat ini.

Kelebihan :

a) Perawat terampil untuk tugas dan pekerjaan tertentu.

b) Perawat dapat memberikan pelayanan pada klien

dalamjumlah lebih banyak.

22
c) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat

setelah tugas.

d) Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan

tenaga yang kurang.

e) Pengalaman untuk tugas sederhana.

f) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf

dalam pelaksanaan tugas.

g) Tugas lebih cepat diselesaikan.

Kelemahan :

a) Pelayanan keperawatan tak memungkinkan untuk

diterapkan secara holistik.

b) Keperawatan dilakukan secara terpilah-pilah.

c) Kepuasan kerja secara keseluruhan sulit dicapai.

d) Apabila pekerjaan selesai cenderung perawat

meninggalkan klien.

e) Pelayanan keperawatan terfokus pada keterampilan

saja.

f) Perlu banyak supervisor untuk memantau pelaksanaan

asuhan keperawatan.

2) Metode Tim

23
Metode ini terbentuk karena adanya perbedaan kualifikasi

kategori perawat pelaksana. Berdasarkan perbedaan ini

perlu adanya seseorang pelaksana untuk memenuhi fungsi

perawat. Ketua Tim harus seorang profesional untuk

mengkoordinasi perawatan total dari sekelompok

perawatan klien. Tujuan utamanya memberikan perawatan

yang berpusat pada klien dengan pendekatan pada proses

keperawatan. Pelaksanaan metode ini memerlukan

kesamaan dari koordinator dan anggota tim. Untuk itu

seseorang koordinator harus mempunyai kemampuan

manajerial yang efektif.

Kelebihan :

a) Pertemuan staff memungkinkan memberikan

penambahan pengetahuan dan kemampuan staff.

b) Dapat merawat klien pada mulai masuk sakit hingga

pulang.

c) Dengan adanya ketua tim dapat meningkatkan kualitas

hubungan perawat dengan klien sehingga diharapkan

dapat meningkatkan kepercayaan klien pada perawat.

d) Dengan adanya case conference dapat mengarahkan

ketua tim dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan

keperawatan.

24
Keterbatasan Metode Tim :

a) Dibutuhkan jumlah staff yang relatif banyak, ada

kecenderungan membuat kesalahan dan memerlukan

banyak waktu untuk mengkoordinasi anggota tim.

b) Harus membutuhkan sarjana keperawatan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2015. Manajemen Keperawatan Edisi 5. Salemba Medika:

Jakarta.

http://scholar.unand.ac.id/5755/2/BAB%20I.pdf

file:///C:/Users/hp/Downloads/f2f4b1116d6a310e893852a44331ebae.pdf

http://repository.unimus.ac.id/1700/4/BAB%20II.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai