Anda di halaman 1dari 12

MODEL DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Dosen pengampu : Ns. IKA PURWANTO

DISUSUN OLEH:

DIAN RAMADHANI 20221018

AKADEMIK KEPERAWATAN YATNA YUANA LEBAK


JL.Jend.Sudirman Km.2 Rangkasbitung 42315 Lebak BANTEN
Telp (0252) 201116-209831
Tahun Ajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul "Metode Praktek Keperawatan Profesional". Makalah ini
disusun sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan nilai mata kuliah Kepemimpinan Dan Manajemen
Keperawatan.
Makalah ini tidak terlepas dari bantuan media massa, litelatur buku, kerjasama kelompok kami.
Makalah ini kami susun berdasarkan materi yang kami dapat dari media massa dan litelatur buku.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan yang membutuhkan.
Makalah ini tentunya terdapat kekurangan maupun kesalahan untuk itu kritik dan saran serta masukan
dari teman-teman sangat kami nantikan. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Rangkasbitung, 29 Oktebek 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................................5
C. TUJUAM PENULISAN.............................................................................................................5
BAB II .....................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................................6
1. PENGERTIAN............................................................................................................................6
2. MODEL DOKUMENTASI KEPERAWATAN...........................................................................6
3. HAMBATAN DOKUMENTASI
KEPERAWATAN...................................................................8
4. PROSES ASUHAN
KEPERAWATAN.......................................................................................9
BAB II....................................................................................................................................................11
KESIMPULAN......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan dituju kepada individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat baik sehat maupun sakit (UU Keperawatan No 38 tahun
2014). Pelayanan keperawatan profesional dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh tenaga
keperawatan yang profesional sehingga dapat berkontribusi dalam peningkatan kualitas
pelayanan rumah sakit khususnya pelayanan keperawatan (Sumijatun, 2010). Pelayanan
keperawatan profesional adalah rangkaian upaya melaksanakan sistem pemberian asuhan
keperawatan kepada masyarakat sesuai dengan kaidah-kaidah keperawatan sebagai profesi.
Mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit juga ditentukan oleh mutu pelayanan keperawatan.
Pelayanan keperawatan terutama diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan dasar manusia
(Kuntoro, 2010). Pelayanan keperawatan sebagai bentuk kegiatan utama dari pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat belum dapat diwujudkan sebagai pelayanan
kesehatan yang berkualitas. Keadaan aktual pelayanan keperawatan menunjukan bahwa
banyak tenaga keperawatan lebih berkonsentrasi dan terlibat dengan tindakan pengobatan dan
penggunaan teknologi yang berorientasi medik untuk mengatasi kompleksitas penyakit
(Sitorus & Panjaitan, 2011). Pelaksanaan layanan keperawatan tidak terlepas dari fungsi-
fungsi manajemen keperawatan yang dilaksanakan secara efisien dan efektif. Ada lima fungsi
manajemen keperawatan yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
ketenagaan (staffing), pengarahan (actuating), pengawasan (controling) (Marquis dan Huston,
2013).
Masing-masing fungsi manajemen tersebut saling keterkaitan satu sama lain dan dapat
diterapkan baik oleh mamajer tingkat atas, menengah maupun bawah. Dalam jajaran
keperawatan dapat diterapkan mulai dari kepala bagian keperawatan sampai kepala ruangan.
Kepala ruangan menjalakan fungsi manajemen keperawatan yaitu meliputi manajemen
pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan. Manajemen pelayanan
keperawatan didukung oleh pengorganisasian asuhan keperawatan melalui metode pemberian
asuhan keperawatan sebagai bagian dari fungsi pengorganisasian. Adapun komponen fungsi
pengorganisasian meliputi struktur organisasi, metode pemberian asuhan keperawatan,
pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan, bekerja dalam organisasi dengan memahami
kekuatan dan otoritas (Marquis dan Huston, 2013).
Metode penugasan merupakan suatu sistem yang akan diterapkan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan
meningkatkan derajat kesehatan pasien. Metode penugasan keperawatan menurut Grant dan
maseey (1997) dalam Marquis dan Huston (2013) terdapat lima metode asuhan keperawatan
yaitu: Metode kasus, metode fungsional, metode keperawatan primer, metode keperawatan
tim, dan metode modifikasi keperawatan tim-primer. Menurut laughin, Thomas dan Barterm
(1995) dalam Nursalam (2015) model yang lazim digunakan di rumah sakit hanya 3 yaitu
asuhan keperawatan total, keperawatan tim dan keperawatan primer. Masing-masing metode
pemberian asuhan keperawatan memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Metode keperawatan yang sering digunakan adalah asuhan keperawatan metode tim. Asuhan
keperawatan metode tim dikenal di Indonesia pada tahun 1996 yang telah diterapkan
dibeberapa rumah sakit. Metode ini merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984 dalam
Simamora, 2013). Keuntungan menggunakan metode tim adalah memfasilitasi pelayanan
keperawatan yang komprehensif dan memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
Kerugiannya adalah rapat tim memerlukan waktu, sehingga mengganggu komunikasi dan
koordinasi anggota tim dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien (Simamora,
2013). Pelaksanaan metode tim menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap kelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdiri dari perawat profesional, teknikal, dan pembantu
dalam satu tim kecil yang saling membantu. Metode ini didasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan
asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi
(Tussaleha, 2014).
Menurut Arwani dan Supriyatno (2006) pemberian metode tim pada asuhan keperawatan
bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien
sehingga pasien merasa puas. Metode tim juga dapat meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan, dan motivasi perawat karena dalam metode ini ada kerjasama antar sesama
perawat dan transfer of knowledge. Untuk tercapainya tujuan tersebut maka tugas dan
tanggung jawab dari tim keperawatan harus diarahkan dan benar-benar direncanakan serta
memiliki ketua tim yang profesional.
Menurut Huber (2010), Marquis & Huston (2013) dikutip dalam Rusmianingsih (2012) faktor
yang mempengaruhi dari metode tim yaitu kepemimpinan, komunikasi, koordinasi,
penugasan, motivasi dan supervisi. Sitorus (2006) mengatakan ketua tim sebagai perawat
profesional, harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan dan harus dapat
membuat keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, serta evaluasi asuhan
keperawatan. Ketua tim harus mampu mengontrol setiap perkembangan pasien, keberhasilan
asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh ketua tim yang professional.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah “model dokumentasi asuhan
keperawatan”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum:
Diketahuinya Model Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

2. Tujuan Khusus:
a. Diketahuinya pengetahuan perawat mengenai asuhan keperawatan pada Ruangan
Interna (Ruang Rinra Sayang II)
b. Diketahuinya model pendokumentasian asuhan keperawatan pada Ruangan Interna
(Ruang Rinra Sayang II)
c. Diketahuinya hambatan atau kesulitan dalam mengisi pendokumentasian asuhan
keperawatan pada Ruangan Interna (Ruang Rinra Sayang II)
d. Diketahuinya sesuai atau tidaknya penerapan model pendokumentasian auhan
keperawatan pada Ruangan Interna (Ruang Rinra Sayang II)
e. Diketahuinya manfaat penerapan model pendokumentasian asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Dokumentasi proses asuhan keperawatan merupakan tampilan perilaku atau kinerja perawat
pelaksanan dalam memberikan proses asuhan keperawatan kepada pasien selama pasien
dirawat di rumah sakit. Kualitas pendokumentasian keperawatan dapat dilihat dari
kelengkapan dan keakuratan menuliskan proses asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan evaluasi
(Nursalam,2007).

2. Model Dokumentasi Keperawatan


Hutahaean (2010) menyatakan model dokumentasi asuhan keperawatan merupakan model
dokumentasi dimana data-data klien dimasukkan dalam suatu format, catatan dan prosedur
dengan tepat yang dapat memberikan gambaran perawatan secara lengkap dan akurat. Model
dokumentasi keperawatan tersebut terdiri dari komponen yaitu sebagai berikut (Hutahaean,
2010):
a. Model dokumentasi SOR (Source-Oriented-Record)
Suatu model pendokumentasian sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
sumber informasi. Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau
sumber yang mengelola pencatatan. Dokumentasi dibuat dengan cara setiap anggota tim
kesehatan membuat catatan sendiri dari hasil observasi. Kemudian, semua hasil
dokumentasi dikumpulkan jadi satu. Sehingga masing-masing anggota tim kesehatan
melaksanakan kegiatan sendiri tanpa tergantung anggota tim kesehatan yang lain.
Misalnya, kumpulan dokumentasi yang bersumber dari dokter, bidan, perawat,
fisioterapi, ahli gizi, dan lainlain. Dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi,
lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit. perawat menggunakan catatan
keperawatan, begitu pula disiplin lain mempunyai catatan masing-masing. Catatan
berorientasi pada sumber terdiri dari lima komponen yaitu
1) Lembar penerimaan berisi biodata
2) Lembar order dokter
3) Lembar riwayat medik atau penyakit.
4) Catatan perawat
5) Catatan dan laporan khusus

Keuntungan model dokumentasi SOR:


1) Menyajikan data yang secara berurutan dan mudah diidentifikasi
2) Memudahkan perawat untuk cesara bebas bagaimana informasi akan dicatat.
3) Format Dapat menyederhanakan proses pencatatan masalah, kejadian, perubahan
intervensi dan respon klien atau hasil.

Kerugian model dokumentasi SOR:


1) Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi, karena tidak berdasarkan
urutan waktu.
2) Kadang-kadang mengalami kesulitan untuk mencari data sebelumhya, tanpa harus
mengulang pada awal.
3) Superficial pencatatan tanpa data yang jelas. Memerlukan pengkajian data dari
beberapa sumber untuk menentukan masalah dan tindakan kepada klien.

b. Model dokumentasi POR (Problem-Oriented-Record)


Model ini memusatkan data tentang klien dan didokumentasikan dan disusun menurut
masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data mengenai
masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang terlibat
dalam pemberian layanan kepada klien. Model dokementasi ini terdiri dari empat
komponen yaitu:
1) Data Dasar
a) Data dasar berisi kumpulan dari data atau semua informasi baik subyektif maupun
obyektif yang telah dikaji dari klien ketika pertama kali masuk Rumah Sakit atau pertama
kali diperiksa. Data dasar mencakup:
(1) Pengkajian keperawatan
(2) Riwayat penyakit/ kesehatan
(3) Pemeriksaan fisik
(4) Pengkajian ahli gizi
b) Data penunjang (hasil laboratorium)
c) Data dasar yang telah terkumpul selanjutnya digunakan sebagai sarana
mengidentifikasi masalah dan mengembangkan daftar masalah klien.
2) Daftar masalah Daftar masalah merupakan suatu daftar inventaris masalah yang sudah
dinomori menurut prioritas. Untuk memudahkan mencapainya daftar masalah ini berada
didepan dari catatan medik.
Daftar masalah ini bisa mencerminkan keadaan pasien, masalah-masalah ini diberi nomor
sehingga akan memudahkan bila perlu dirujuk ke masalah tertentu dalam catatan klinik
tersebut. Bila masalah sudah teratasi juga diberi catatan dan diberi tanggal kapan masalah
tersebut teratasi juga diberi catatan dan diberi tanggal kapan masalah tersebut teratasi dan
petugas yang mengidentifikasi masalah tersebut untuk pertama kalinya.
Dengan demikian daftar masalah ini berfungsi sebagai indeks maupun gambaran dari
klien tersebut, diantaranya adalah:
a) Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar,
kemudian disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah.
b) Daftar masalah ditulis pertama kali oleh tenaga yang pertama bertemu dengan klien
atau orang yang diberi tanggung jawab.
c) Daftar masalah dapat mencakup masalah fisiologis, psikologis, sosiokultural, spiritual,
tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan.
d) Daftar ini berada pada bagian depan status klien dan tiap masalah diberi tanggal,
nomor, dirumuskan dan dicantumkan nama orang yang menemukan masalah tersebut.
3) Daftar Awal Rencana Rencana asuhan merupakan hasil yang diharapkan tindak lanjut
dikembangkan untuk masalah yang terindentifikasi.
Rencana asuhan harus mencakup instruksi untuk memperoleh data tambahan, untuk
intervensi terapeutik dan penyuluhan untuk pasien. Setiap masalah yang ada dimaksudkan
kebutuhan akan asuhan, dilaksanakan oleh siapa, frekuensi pelaksanaan dan hasil yang
diharapkan, tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Batas waktu ditentukan untuk
evaluasi respon pasien terhadap intervensi maupun kemajuan terhadap pencapaian tujuan,
yaitu:
a) Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah.
Dokter menulis instruksinya, sedang perawat atau bidan menulis instruksi menulis
instruksi rencana asuhan
b) Perencanaan awal terdiri dari 3 (tiga) bagian:
(1) Diagnostik Dokter mengidentifikasi apa pengkajian diagnostik yang perlu
dilakukan terlebih dahulu. Menetapkan prioritas untuk mencegah duplikasi tindakan
dan memindahkan pemenuhan kebutuhan klien. Koordinasi pemeriksaan untuk
menegakkan diagnostik sangat penting.
(2) Usulan Terapi Dokter menginstruksikan terapi khusus berdasarkan masalah.
Termasuk pengobatan, kegiatan yang tidak boleh dilakukan, diit, penanganan secara
khusus, observasi yqng harus dilakukan. Jika masalah awal diagnosa kebidanan,
bidan dapat menyusun urutan usulan tindakan asuhan kebidanan
(3) Pendidikan klien Diidentifikasi kebutuhan pendidikan klien bertujuan jangka
panjang. Team kesehatan mengidentifikasi jenis informasi atau keterampilan yang
diperlukan oleh klien untuk beradaptasi terhadap masalah yang berkaitan dengan
kesehatan.
(4) Catatan Perkembangan (Proses Note)
Catatan perkembangan membentuk rangkaian informasi dalam sistem pendekatan
berorientasi masalah. Catatan ini dirancang sesuai dengan format khusus untuk
mendokumentasikan informasi mengenai setiap nomor dan judul masalah yang sudah
terdaftar. Catatan ini menyediakan suatu rekaman kemajuan pasien dalam mengatasi
masalah khusus, perencanaan dan evaluasi. Catatan perkembangan biasanya
ditampilkan dalam tiga bentuk, yaitu flow sheet berisi hasil observasi dan tindakan
tertentu, catatan perawat/ keterpaduan memberi tempat untuk evaluasi kondisi pasien
dan kemajuan dalam mencapai tujuan, catatan pulang dan ringkasan asuhan dan
memudahkan follow up waktu pasien pulang, yaitu:
a) Catatan perkembangan berisikan catatan tentang perkembangan tiap–tiap masalah
yang telah dilakukan tindakan, dan disusun oleh semua anggota yang terlibat dengan
menambahkan catatan perkembangan pada lembar yang sama.
b) Beberapa acuan catatan perkembangan dapat digunakan antara lain:
(1) SOAP: Subyektif data, Obyektif Data, Assesment, Plan
(2) SOAPIER: SOAP ditambah Intervensi, Evaluasi dan Revisi.
(3) PIE: Problem, Intervensi Evaluasi.
3. . Hambatan Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Tantangan dalam mengukur asuhan keperawatan adalah waktu dan tugas-tugas
mendokumentasikan dalam seluruh catatan klinis serta dokumentasi pengasuhan informal
tidak tersedia (Bettgeel et al., 2012).
Dokumentasi keperawatan dianggap beban. Banyaknya lembar format yang harus diisi untuk
mencatat data intervensi keperawatan 28 pada pasien membuat perawat terbebani. Kurangnya
perawat yang ada dalam suatu tatanan pelayanan kesehatan memungkinkan perawat bekerja
hanya berorientasi dalam tindakan saja. Tidak cukup waktu untuk menuliskan setiap tindakan
yang telah diberikan pada lembar format dokumentasi keperawatan. Tidak adanya pengadaan
lembar format dokumentasi keperawatan oleh institusi. Tidak semua tindakan diberikan pada
pasien dapat di dokumentasikan dengan baik. Karna lembar format yang ada tidak
menyediakan tempat (kolom untuk menuliskannya).
4. Proses Asuhan Keperawtan
a. Pengkajian Tahap ini merupakan awal dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian memerlukan kecermatan dan ketelitian untuk mengenal masalah.
Keberhasilan proses keperawatan berikutnya sangat bergantung pada tahap ini.
b. Pengumpulan data Pengumpulan data merupakan kegiatan menghimpun dan mencatat
data untuk menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan/keperawatan.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data yang tepat atau relevan. Artinya, data terrsebut
mempunyai pengaruh atau hubungan dengan situasi yang sedang ditinjau. Data ini dapat
dibedakan menjadi dua jeni, yaitu:
1) Data objektif, yaitu data yang dapat dilihat, diobservasi, dan diukur oleh perawat.
Misalnya pasien demam dengan suhu 39°C, tekanan darah pasien 120/80 mmHg.
2) Data subjektif, yaitu data yang merupakan pernyataan yang disampaikan oleh klien.
Misalnya “Kepala saya pusing”, “Ceater ini menyiksa saya”. Sumber dapat diperoleh dari:
a) Pasien
b) Keluarga/orang yang mengenal pasien 35
c) Tenaga kesehatan (dokter, perawat, ahli radiologi, dan lainlain)
d) Catatan yang dibuat oleh tenaga kesehatan
e) Hasil pemeriksaan.
c. Cara pengumpulan data Secara umum data dapat dikumpulkan dengan cara:
1) Wawancara, yaitu pembicaaan terarah yang umunya dilakukan pada pertemuan-
pertemuan tatap muka
2) Observasi, yaitu mengamati perilaku dan keadaan untuk memperoleh data tentang
tingkat kesehatan pasien. Observasi dilakukan dengan menggunakan alat inderaa
lainnya. Misalnya meraba, menyentuh, dan mendengar.
3) Pemeriksaan fisik, yang dilakukan secara keseluruhan dari kepala sampai ujung kaki, di
antaranya inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan lain. Yang dimaksud
pemeriksaan lain adalah pemeriksaan dengan menggunakan instrument atau alat ukur,
misalnya thermometer, tensimeter, dan lain-lain. Setelah data pasien terkumpul,
selanjutnya data dipisahpisahkan ke dalam kelompok-kelompok tertentu. Setelah
mengelompokan data, langakah selanjutnya adalah menentukan masalah yang terjadi
pada pasien.
Perhatikan pengelompokan data berikut :
1) Data fisiologis/biologis, di antaranya:
a) Masalah kesehatan dan penyakit sebelumnya
b) Masalah kesehatan yang sedang dialami
c) Masalah pola kehidupan sehari-hari
d) Masalah perilaku berisiko tinggi terrhadap kehidupan
2) Data psikologis, di antaranya:
a) Perilaku
b) Pola emosi
c) Konsep diri
d) Gambaran diri
e) Penampilan intelektual
f) Pola pemecahan masalah
g) Tingkat pendidikan
h) Daya ingat
3) Data social, di antaranya:
a) Status ekonomi
b) Kegiatan rekreasi
c) Bahasa komunikasi
d) Pengaruh budaya
e) Masyarakat asal
f) Factor risiko lingkungan
g) Hubungan social
h) Hubungan dengan keluarga
i) Pekerjaan
4) Data spiritual, di antaranya:
a) Nilai-nilai/norma
b) Kepercayaan
c) Keyakinan
d) Moral
Setelah pengelompoka data seharusnya dilakukan anaisis data, yaitu mengaitkan dan
menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep, teori, dan prinsip yang relevan,
untuk mengetahui masalah kesehatan yang sedang dihadapi. d. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti, tentang masalah
pasien serta pengembangan yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan
keperawatan.
BAB II
KESIMPULAN

Berdasrakan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa pengetahuan perawat


terhadapa pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai dengan teori yang ada, serta
model yang telah diterapkan yaitu model terintegarsi atau disebut model SOR (Source-
Oriented-Record) yang berarti bahwa setiap tim ksehatan di ruangan Rinra Sayang II baik
itu perawat, dokter,gizi, farmasi, mengisi lembar dokumentasi tersendiri. Penerapan
model pendokumentasian asuhan terintegarsi menurut beberapa perawat sebenrnya sudah
sesuai namun mereka dituntut untuk bekerja secara optimal dalam pengisian
pendokumentasin namun jumlah tenaga perawat pershift itu bagi mereka msih kurang
yang akibatnya mereka lebih fokus mengisis dokumentasi daripada fokus pada pasien.
Manfaat dalam model pendokumentasian yang telah terintegrasi yaitu mengurangi mis
komunikasi antar sesama tim medis lainnya..
DAFTAR PUSTAKA
American Nurses Associotion. Intriduce Principle for Documentation Brohure for Nurses,
Nevada Information. 2010 Findarticles.com.http://findarticles.com/p/articles/mi qa4102/is
20030/ai n9255514/ diakses19 Des, 2016.

Carrol & Johson. International Journal of Nursing Terminologis and Classification.


Editorial: Without Border. 2004.

College of Nurses of Ontario. Pratice Standard, Documentation, revised 2008, Pub


No.41001,
Toronto,Canada.2009http//www.cno.org+practice+standar+documentation+revised+2008
& hl=id&biw=1366&bih=578&ie=UTF-7&source=lnms diakses 19 Des 2016.

Eka Desi Purwanti. Kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan dan karakteristiknya


pada pasien rawat inap dewasa non kebidanan di RS Haji Jakarta. 2012

Anda mungkin juga menyukai