Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN HASIL KAJIAN SITUASI/IMPLEMENTASI

PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG CARNATION CIPUTRA HOSPITAL
CITRA RAYA TANGERANG

Disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah stase Manajemen Keperawatan

dosen Koordinator Ners. Henri Suntoro, S.Kep.

Disusun Oleh :

Irwan Farid 30190122069


Ambarwati 30190122070
Himawan Saputro 30190122071
Rina Triwahyuni 30190122072

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
Hidayahnya Nya, kelompok dapat menyelesaikan Laporan Hasil Kajian Situasi Kasus pada Stase
Manajemen Keperawatan tepat pada waktunya yang berjudul “Laporan Hasil Kajian Situasi
Praktik Profesi Manajemen Keperawatan Di Ruangan Carnation Ciputra Hospital citra Raya
Tangerang”. Dalam menyusun laporan ini kelompok tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Bapak Ners. Henri Suntoro, S. Kep selaku dosen koordinator
2. Ns. Maria Emilia Putri Parera, M. Kep selaku dosen pembimbing
3. Seluruh staff ruangan Carnation yang sudah memberi kami arahan dan informasi terkait
pengumpulan data.
Penulis menyadari bahwa laporan Hasil Kajian Situasi Kasus pada Stase Manajemen
Keperawatan ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, kelompok mengharapkan adanya
kritikan dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan
Hasil Kajian Situasi Kasus pada Stase Manajemen Keperawatan ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya serta dapat menambah wawasan maupun pemahaman baik bagi
perawat maupun pembaca.

Tangerang, 29 Mei 2023

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................................3
1. Tujuan Umum...................................................................................................................3
2. Tujuan Khusus..................................................................................................................3
C. Manfaat.................................................................................................................................3
BAB II KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN CIPUTRA HOSPITAL CITRA
RAYA..............................................................................................................................................5
A. Kajian Situasi Ciputra Hospital Citra Raya..........................................................................5
B. Kajian Situasi Ruang Carnation............................................................................................7
C. Pengumpulan Data..............................................................................................................10
D. Money.................................................................................................................................13
E. Metode................................................................................................................................15
F. Material dan Mesin.............................................................................................................46
BAB III ANALISA DATA DAN PERENCANAAN...................................................................58
I. ANALISIS DATA..............................................................................................................58
A. Matriks EFAS………………………………………………………………………..

B. Matriks IFAS…………………………………………………………………………

C. Matriks SWOT……………………………………………………………………….

II. Perencanaan (POA)……………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit mempunyai
misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Tugas
Rumah Sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dengan
pemulihan yang dilaksanakan mengutamakan penyembuhan secara serasi dan terpadu
dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan (WHO, 2013). 

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1974, rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga
kesehatan dan pusat penelitian medik. Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan secara
sinergis antar disiplin profesi kesehatan dan non kesehatan.
Mutu pelayanan rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
yang paling dominan adalah sumber daya manusia. (Depkes RI, 2018) Peran yang paling
menonjol di rumah sakit adalah perawat, karena perawat merupakan tenaga yang paling
lama kontak dengan pasien dibanding dengan tenaga-tenaga yang lain. Pelayanan
keperawatan terdiri dari perawatan langsung dan tidak langsung.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam
pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang dibuktikan oleh
kenyataan bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan
hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit
maupun tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. (Wiwiek, 2008)
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang dilaksanakan
di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan perawatan. Manajemen
pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber
daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang

4
dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999). Sedangkan menurut
Gillies (1986), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain.
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan
fungsi-fungsi keperawatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan, dan pengendalian. Fungsi-fungsi manajemen tersebut merupakan pendekatan
manajemen dari pengelolaan manajemen keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai salah
satu bentuk pelayanan profesional dalam upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan,
oleh karenanya kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan
seoptimal mungkin. Proses manajemen yang baik perlu diterapkan dalam memberikan
asuhan keperawatan sehingga dicapai suatu asuhan keperawatan yang memenuhi standar
profesi yang ditetapkan (Marquis dan Huston, 2010).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode
perlakuan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling
menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Karena
manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga dari pada seorang
pegawai, maka setiap tahapan didalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan proses
keperawatan.
Praktik profesi manajemen keperawatan merupakan program yang menghantarkan
mahasiswa dalam adaptasi profesi untuk dapat menerapkan konsep-konsep yang berhubungan
dengan manajemen dan kepemimpinan dalam pelayanan keperawatan yang sesuai dengan
keadaan saat ini. Praktik profesi mencakup manajemen keperawatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dengan menerapkan berbagai gaya
kepemimpinan yang efektif. Selama praktik mahasiswa memprakarsai perubahan yang efektif
dan inovatif pelayanan dalan asuhan keperawatan dan keperawatan (BPKM Manajemen
Keperawatan Universitas Santo Borromeus, 2021).
Oleh karena itu, Pada saat ini mahasiswa program profesi ners Universitas Santo
Borromeus sedang menjalani praktek pada stase profesi manajemen, Mahasiswa telah
mendapatkan ilmu mengenai Manajemen Keperawatan, maka dari itu mahasiswa diharapkan

5
dapat mengaplikasikan proses menajemen di Rumah Sakit. Dan dalam hal ini, kelompok
mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan dan menggali informasi sejauh mana MPKP
dijalankan di Ruang Carnation Ciputra Hospital Citra Raya Tangerang

B. Tujuan
C. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan di ruangan Carnation Ciputra
Hospital Citra raya Tangerang, diharapkan mahasiswa mampu memahami aplikasi
manajemen dan kepemimpinan.
D. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengakajian tentang pelaksanaan proses manajemen
keperawatan di Ruangan Carnation Ciputra Hospital Citra raya Tangerang,
b. Mahasiswa mampu menetapkan masalah pelaksanaan proses manajemen
keperawatan di Ruangan Carnation Ciputra Hospital Citra raya Tangerang,
c. Mahasiswa mampu menyusun prioritas masalah manajemen pelaksanaan proses
keperawatan di Ruangan Carnation Ciputra Hospital Citra raya Tangerang,
d. Mahasiswa mampu menyusun strategi pelaksanaan proses manajemen keperawatan
di Ruangan Carnation Ciputra Hospital Citra raya Tangerang,
e. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalah yang
ditemukan di Ruangan Carnation Ciputra Hospital Citra raya Tangerang,
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi serta menyusun rencana tindak lanjut.
diruangan Carnation Ciputra Hospital Citra raya Tangerang,
E. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan informasi dna masukan bagi Ciputra Hospital
Citra raya Tangerang, terkait pencapaian organisasi di bidang peningkatan pelayanan
kepada pasien yang paripurna dan pengembangan pengetahuan ilmu kesehatan klinis
dan perawatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, terkait
dengan memberikan gambaran seberapa kuat hubungan gaya kepemimpinan seorang
kepala ruangan terhadap kepuasan kerja perawat.

6
2. Bagi pasien
Diharapkan pasien mendapatkan pelayanan optimal dan mendapat kenyamanan
dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai kepuasan pasien di Ciputra
Hospital Citra raya Tangerang,

7
BAB II

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

CIPUTRA HOSPITAL CITRA RAYA

A. Kajian Situasi Ciputra Hospital Citra Raya


Ciputra Hospital Citra Raya, terletak dijalan citra raya boulevard blok V.00/00 Cikupa
Citra Raya Tangerang yang diresmikan pada tanggal 01 November 2011. Rumah Sakit Ciputra
Citra Raya Tangerang adalah Rumah Sakit pertama yang dibangun dan dimiliki oleh Ciputra
Healthcare, yang terletak di kawasan hunian eksklusif CitraRaya Tangerang. Ciputra Hospital
CitraRaya Tangerang dapat dengan mudah diakses melalui pintu keluar tol Bitung atau
Cikupa, jalan raya Serang (arteri).
Rumah Sakit Ciputra Citra Raya Tangerang juga merupakan rumah sakit dengan
fasilitas dan servis yang lengkap. Dimulai dari layanan rawat inap dengan berbagai ruangan
yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pasien, rawat jalan yang memiliki layanan poliklinik
umum dan juga spesialis, rehabilitasi medik serta hemodialisa, hingga layanan 24 jam dengan
fasilitas seperti ambulans, IGD, laboratorium, farmasi dan radiologi. Selain itu, Rumah Sakit
Ciputra Citra Raya Tangerang juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti auditorium,
minimarket dan atm center yang bertujuan untuk memudahkan kebutuhan keluarga dan
kerabat pasien.
1. Visi Rumah Sakit
Menjadi Rumah Sakit pilihan dengan menyediakan pelayanan kesehatan yang handal
dan berkualitas.
2. Misi Rumah Sakit
a. Memberikan pelayanan kesehatan dengan tulus hati dengan berperilaku
professional, berkualitas dan dengan biaya yang efektif.
b. Menciptakan kesadaran masyarakat akan gaya hidup yang sehat.
c. Menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan dan menantang.
3. Motto Rumah Sakit
“Care For Your Health & Happines”

8
4. Filosofi Rumah Sakit
Tujuan kami bukan untuk membuat anda membayar lebih atau dirawat lebih lama, akan
tetapi tujuan kami untuk membuat anda lebih sehat dan lebih bahagia.
5. Nilai nilai dasar Ciputra
a. Compassion : Welas kasih dan empati
Adanya perasaan belas kasih dan menunjukan empati terhadap masalah orang lain.
Compassion tingkatannya lebih tinggi dari perasaan empati. Compassion ditandai
dengan adanya sikap melayani dengan hati serta keinginan secara aktif untuk
meringankan penderitaan orang lain.
b. Integrity : Kejujuran
Berperilaku secara utuh sesuai dengan moral dan etika antara lain dengan
berperilaku yang mencerminkan kejujuran dan transparan, menunjukkan komitmen
kepada para pemangku kepentingan serta bersikap adil dan bijaksana.
c. Profesionalisme : Berkompeten dan bertanggung jawab
Berkompeten dan bertanggung jawab untuk memberikan hasil yang terbaik antara
lain dengan menunjukkan perilaku: terus meningkatkan kompetensi, menetapkan
dan mencapai standard/target yang tinggi, bekerja keras dan bertanggung jawab
serta membangun sinergi yang positif.
d. Understand Each Other : Menunjukkan penghargaan serta memberikan rasa hormat
terhadap orang lain
Perilaku yang menunjukkan adanya komunikasi dua arah, menunjukkan
penghargaan serta memberikan rasa hormat terhadap orang lain. Perasaan yang
menunjukkan penghargaan tersebut ditunjukkan dengan menampilkan tindakan-
tindakan nyata.
e. Team Work : Kerjasama tim
Perilaku yang menunjukkan adanya kerjasama tim, membangun sinergi yang
positif satu dengan yang lain, sikap saling membantu dan saling
mengisi/melengkapi antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang
sama.

9
f. Responsive : Perilaku cepat tanggap dan proaktif
Perilaku yang menunjukkan adanya kecepatan dan ketepatan dalam memberikan
respon terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien. menunjukkan perilaku
yang cepat tanggap dan proaktif terhadap kebutuhan pasien serta memperilakukan
pasien dan customer secara khusus/istimewa.
g. Achievement : Menciptakan peluang yang inovatif
Menjadi pelopor dalam menciptakan peluang yang inovatif, mampu mengubah
sesuatu yang tidak berguna dan tidak berharga menjadi sesutau yang luar
biasa/bernilai tinggi, mampu memaksimalkan sumber daya, berani mengambil
resiko yang terukur, pantang menyerah dan optimis, mempunyai wawasan yang
luas serta mengenal hari depan bisnis, ekonomi, teknologi, sosial dan politik.
B. Kajian Situasi Ruang Carnation
1. Karakteristik Unit
Ruang Carnation merupakan instalasi ruang rawat inap bagi pasien kategori anak-
anak dan dewasa, ruang carnation memiliki kapasitas 16 tempat tidur yaitu 1 kamar
President suit, 1 Kamar Suit, 2 kamar SVIP dan 10 kamar VIP, dalam pengelolaan nya
ruang carnation memiliki 1 kepala ruangan perawatan dan memiliki 4 Pj shift dengan
total perawat 13 orang yang dibagi menjadi 2 tim, dengan sistem kerja secara tim
Visi dan Misi Ruang Carnation.
Berdasarkan hasil wawancara bersama narasumber yaitu ibu Ervirahmadani S. Kep
pada tanggal 01 Juni 2023, mengatakan bahwa untuk visi dan misi ruang carnation
mengacu pada visi dan misi Rumah Sakit Ciputra.

B. Fokus telaah
Fokus telaah yang diberikan diruang carnation dalam bidang pelayanan adalah
secara individu dengan kasus bedah dan non bedah Ruangan Carnation merupakan
ruangan dari gedung baru perawatan umum yang dikhususkan untuk pasien-pasien
dengan jaminan umum, asuransi dan perusahaan yang terdiri dari ruang rawat inap
Presiden suit, Suit, SVIP dan VIP.

10
C. Lingkup Garapan
Dari hasil kajian yang dilakukan, adapayn lingkup garapan di ruang rawat inap
Carnation Ciputra Hospital dalam tiga bulan terakhir diantaranya :
a. Diagnosa Medis
Berikut merupakan daftar diagnosa medis tertinggi dalam tiga bulan terakhir di
ruang rawat inap Carnation Ciputra Hospital Citra Raya

Tabel 2.1
Diagnosa Medis
Bulan
No. Diagnosa Medis
Maret April Mei
1 Viral Infection 10 11 13

2 IBA 9 10 11

3 Dispepsia 8 7 10

4 Diabetes melitus 6 6 9

5 Pneumonia 6 5 6

6 DHF 4 5 6

7 GEA 3 4 3

8 ISPA 3 4 3

9 Apendicitis 2 3 2

10 Stroke Hemoragic 2 1 1

Sumber : Rekam Medis Ciputra Hospital

Berdasarkan Tabel 2.1 didapatkan bahwa diagnose medis tertinggi dalam tiga bulan
terakhir yaitu pada bulan maret, April dan mei yaitu nemenpati urutan terbanyak
adalah diagnose Viral Infection 34 kasus, lalu diikuti dengan diagnose medis kedua
yaitu IBA sebanyak 30 kasus, kemudian urutan ketiga yaitu Dispepsia sebanyak 24
kasus.

11
b. Diagnosa Keperawatan
Berikut merupakan daftar diagnosa keperawatan tertinggi dalam tiga bulan terakhir
di ruang rawat inap Carnation Ciputra Hospital Citra Raya

Tabel 2.2
Diagnosa Keperawatan
Bulan
No. Diagnosa Medis
Maret April Mei
1 Hipertermi 18 23 32

2 Nausea 16 22 27

3 Nyeri akut 12 20 24

4 Bersihan Jalan Nafas 10 15 12

5 Pola Nafas Tidak Efektif 9 13 11

6 Diare 9 12 13

7 Gangguan Eliminasi Urine 8 12 8

8 Gangguan Perfusi Jaringan Serebral 6 8 3

9 Ketidakstabilan Gula Darah 8 5 6

10 Resiko perdarahan 9 7 6
Sumber : Rekam Medis Ciputra Hospital

Berdasarkan Tabel 2.2 didapatkan bahwa diagnosa keperawatan tertinggi dalam tiga
bulan terakhir yaitu pada periode bulan Maret sampai dengan Mei yaitu sebanyak
73 pasien yang mengalami Hipertermi dan diikuti dengan masalah keperawatan
Nausea sebanyak 65 pasien dan nyeri akut 56 pasien.
D. Basis Intervensi
Dari hasil kajian yang dilakukan, adapun lingkup basis intervensi di ruang rawat inap
Carnation Ciputra Hospital Citra Raya dalam tiga bulan terakhir diantaranya :

12
a. Daftar Tindakan atau Intervensi Medis
Tabel 2.3
Intervensi Medis
Bulan
No. Intervensi Medis
Maret April Mei
1 Pemberian obat oral injeksi 56 55 63
2 EKG 3 4 9
3 Pemberian obat inhalasi 9 26 25
4 Oksigenasi 4 9 16
5 Tehnik ROM 3 5 4
Sumber : Dokumen Ruang Carnation

Berdasarkan Tabel 2.3 didapatkan bahwa intervensi medis tertinggi dalam tiga
bulan terakhir yaitu pada periode bulan maret sampai dengan mei di ruang
carnation yaitu sebanyak 174 pasien yang dilakukan intervensi medis pemberian
obat oral injeksi dan di ikuti dengan intervensi medis pemberian pasien.

b. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.4
Intervensi Keperawatan
Bulan
No. Intervensi Keperawatan
Maret April Mei
1 Kompres hangat 18 23 32
2 Tehnik relaksasi napas dalam 16 22 27
3 Posisi semi fowler 9 13 11
4 Mengajarkan cuci tangan 56 55 63
5 Batuk efektif 10 15 12
Sumber : Dokumen Ruang Carnation

Berdasarkan Tabel 2.4 didapatkan bahwa intervensi keperawatan tertinggi dalam


tiga bulan terakhir yaitu pada periode bulan Maret sampai dengan mei yaitu
sebanyak 73 pasien yang dilakukan intervensi keperawatan kompres hangat dan

13
diikuti dengan intervensi keperawatan memberikan tehnik relaksasi nafas dalam
sebanya 65 pasien.

E. Letak Ruang Carnation


Di lantai 3 ruangan Carnation memiliki 16 ruang perawatan yang terdiri dari
Executive VVIP, VVIP, SVIP dan VIP. Letak kamar pasien sisi sebelah kiri pintu masuk
terdiri dari kamar VIP 370, 371, 372, 373, 375, kamar 378 Executive VVIP (1 kamar),
VVIP 377 (1 kamar), SVIP (2 kamar) di mulai dari kamar 375 - 376. Disisi sebelah
kanan terdiri dari 10 kamar VIP dimulai dari kamar 370 -382 dan kamar 386-387.
Kemudian kamar 383 dan 385 kamar SVIP.

Gambar. Letak Ruang Carnation / Denah

14
F. Kapasitas Unit Ruang
Di lantai 3 ruangan Carnation memiliki 16 ruang perawatan yang terdiri dari Executive
VVIP, VVIP, SVIP dan VIP. Letak kamar pasien sisi sebelah kiri pintu masuk terdiri dari kamar
VIP 370, 371, 372, 373, 375, kamar 378 Executive VVIP (1 kamar), VVIP 377 (1 kamar), SVIP
(2 kamar) di mulai dari kamar 375 - 376. Disisi sebelah kanan terdiri dari 10 kamar VIP dimulai
dari kamar 370 -382 dan kamar 386-387. Kemudian kamar 383 dan 385 kamar SVIP.

G. Pengumpulan Data
1. Man
a. Ketenagaan
Jumlah seluruh perawat bila ditambahkan dengan 1 orang koordinator, maka jumlah tenaga
perawat untuk Ruang Carnation 16 orang perawat.

Tabel 2.5
Ketenagaan Ruang Rawat Inap
Ketenagaan
Nama Pendidi Lama
JK Jabatan Pelatihan
kan Kerja
Ervirahmadani PK III Koordinat S1 Kep 11 th BTCLS, Manajemen
or Bangsal,
CI/Perceptorship,
Tri Yuli Astuti PK III PJ Shift D3 Kep 10 th BTCLS, Manajemen
Bangsal,
CI/Perceptorship,

Yunita Sari PK III PJ Shift D3 Kep 11 th BTCLS, Manajemen


Bangsal,
CI/Perceptorship,

Riski Meilinda PK II PJ Shift D3 Kep 6 th BTCLS

Nico Andriani PK II PJ Shift S1 Kep 5 th BTCLS


+ Ners

Ulpi Fauziah PK I Pelaksana S1 Kep 2 th BTCLS


+ Ners

Mona Elyza PK I Pelaksana S1 Kep 2 th BTCLS

15
+ Ners

Jonisius koi PK I Pelaksana S1 Kep 3 th BTCLS


+ Ners

Desi Natali PK I Pelaksana S1 Kep 3 th BTCLS


+ Ners

Melati Intan P PK I Pelaksana S1 Kep 2 th BTCLS


+ Ners

Rita Murniati PK I Pelaksana S1 Kep 2 th BTCLS


+ Ners

Linda Petra PK I Pelaksana S1 Kep 3 th BTCLS


+ Ners

Ilyas Munif A PK I Pelaksana S1 Kep 1 th BTCLS


+ Ners

Wiwi PK I Pelaksana S1 Kep 1 th BTCLS


+ Ners
Alawiyah
Deko Pra Pelaksana S1 Kep 8 bln BTCLS
+ Ners
Pernando PK
Elis Pujilestari Pra Pelaksana S1 Kep 6 bln BTCLS
+ Ners
PK
Sumber : Dokumen Ruang Carnation
 Jumlah
Jumlah seluruh tenaga kesehatan berjumlah 16 orang ditambah 1 orang tenaga non
kesehatan (admin ruangan)
 Kualifikasi pendidikan
S1 Keperawatan + Ners : 12 orang ( 75,0 %)
S1 Keperawatan : 1 Orang (6,3 %)
D III Keperawatan : 3 orang ( 18,8 % )
Karyawan Tetap : 14 orang
Karyawan Kontrak : 2 orang
 Pelatihan dan jenjang Karier
PK III : 3 orang ( 18,75 % )

16
PK II : 2 orang ( 12,5 % )
PK I : 9 orang ( 56,25 % )
Pra PK : 2 orang ( 12,5% )

 Pelatihan :
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan, kepala ruangan mengatakan bahwa
“seluruh perawat Carnation telah mengikut pelatihan dasar BTCLS, EWS, BHD dan
beberapa mengikuti pelatihan eksternal Manajemen Bangsal serta CI dan beberapa
pelatihan yang mendukung pelayanan di rawat inap.” Selain itu pelatihan internal
dilakukan secara rutin di hari selasa dan jum’at.
 Pembagian jam kerja (beban kerja) : jam kerja efektif pershift 7 jam,
 Rata rata perawatan perhari : 3,5 jam.

Tabel 2. 6 Data Karakteristik Keperawatan berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia Dalam
Tiga Bulan Terakhir

No Jenis Kelamin Usia

1 Laki - Laki Perempuan 20 - < 30 >30 – 40 > 40


tahun tahun tahun

2 3 orang 13 orang 15 orang 1 orang Tidak ada


(18,75 % ) (18,25 % ) (6,25%) (93,75 %)

- Motivasi Perawat
Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator ruangan didapatkan informasi
bahwa peningkatan motivasi dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Setelah dilakukan pengambilan data dari kuesioner ditemukan persepsi perawat
pelaksana mengenai motivasi yang didapatkan dari pimpinan dengan kategori baik (
85 %)
Masalah : Tidak ditemukan masalah menganai motivasi perawat

17
- Kepuasan Kerja Perawat
Pengukuran tingkat kepuasan kerja perawat di unit Carnation sudah dilakukan
dengan cara memberikan kuesioner kepada 15 orang perawat secara acak kecuali
koordinator. Pengukuran tingkat kepuasan meliputi beberapa indikator antara
lain : Penghasilan, kondisi lingkungan kerja, hubungan antar rekan kerja,
supervisi, mutasi, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab serta promosi
/pengembangan karier. Dari hasil tingkat kepuasan perawat di Unit Carnation
didapatkan bahwa 12 orang perawat puas (75 %) dan 4 orang perawat cukup puas
25 % perawat mengatakan kurang puas.
Masalah : Tidak terdapat masalah tentang kepuasan kerja.

2. Money
a. Kualifikasi Ruangan
Untuk kualifikasi ruangan perawatan tentunya dibedakan berdasarkan dari kelas ru-
ang perawatan, harga, dan fasilitas yang ada diruangan carnation
b. Sumber pembiayaan: Umum, dan Semua Asuransi Sudah Dapat digunakan untuk
proses pembayaran, Asuransi Perusahaan (Telkom dan PLN)
c. Biaya Unit perawatan di ruang carnation
 Kelas Executive VVIP: Rp. 4.000.000/hari
Fasilitas: tempat tidur elektrik, 1 buah nakas, 1 buah meja makan, Kulkas, TV,
AC, 2 kamar mandi tersedia air hangat, 1 ruang keluarga, kitchen set, sofa bed,
untuk digunakan Bersama
 Kelas VVIP : Rp. 3.000.000/hari
Fasilitas: tempat tidur elektrik , 1 buah nakas, kulkas, 1 buah meja makan,
AC ,TV , 1 kamar mandi, kitchen set, sofa bed, di dalam ruangan untuk digu-
nakan Bersama.
 Kelas SVIP : Rp 2.250.000/hari
Fasilitas : Tempat tidur elektrik ,1 buah nakas ,1 Buah Lemari baju ,1 buah meja
makan , sofa bed, AC ,TV ,kulkas, kamar mandi, tersedia air hangat dan air din-
gin didalam ruangan untuk digunakan secara Bersama.

18
 Kelas VIP : Rp 1.500.000/hari
Fasilitas : 1 tempat tidur electric ,1 sofa bed ,Kulkas ,TV,meja makan,AC,1 buah
meja kerja ,1 buah nakas ,toilet tersedia air hangat dan air dingin didalam ruan-
gan untuk digunakan sendiri
Biaya ruangan dan tindakan serta alat-alat yang digunakan selama perawatan
pasien di rumah sakit akan dirproses oleh administrasi melalui system Teramedik.
d. Kompensasi Perawat
Adapun kompensasi yang didapat oleh perawat di ruang carnation, adalah kom-
pensasi upah yang mana disesuaikan berdasarkan UMK Kabupaten Tangerag, dan
disesuaikan dengan pengalaman kerja/lama kerja perawat, selain itu perawat ciputra
hospital mendapatakan tunjangan profesi, kunjangan kompetensi, dan tunjangan
risiko (untuk unit khusus yang terdiri dari ICU, IGD, Thalasemia, HD, OK, NICU).
Kemudian kompensasi non finansial yang didapatkan berupa asuransi kesehatan, dan
rekreasi/gathering.
Masalah : Tidak ditemukan masalah mengenai kompensasi perawat
H. Metode
1) Metode Unit Carnation
Berdasrkan hasil wawancara dengan koordinator ruang carnation, adapaun metode
yang digunakan adalah metode modifikasi tim, adapun alasan Metode yang digunakan
adalah tidak memenuhi syarat untuk diberlakukan metode tim di ruangan Carnation,
sehingga metode tim dilakukan modifikasi.
Masalah : Masih belum maksimalnya metode asuhan keperawatan profesional di ruang
carnation.
a. Struktur Oganisasi
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan Carnation pada tanggal 01 Juni
2023 bahwa diruangan Carnation belum ada struktur organisasi yang tertulis dengan
jelas, akan tetapi struktur organisasi menyesuaikan dengan struktur organisasi
departemen keperawatan yang mana dalam hal ini jabatan tertinggi di unit carnation
adalah kepala ruangan/ Koordinator ruangan.

19
b. Uraian Tugas
Berdasarkan hasil kajian situasi di ruang Carnation pada tanggal 01 Mei 2023 di-
dapatkan bahwa terdapat uraian tugas dari setiap perawat dibagi berdasarkan
kewenangan klinis. terbagi dalam Pra PK, PK 1, PK 2, PK 3
1). Koordinator Keperawatan/ Kepala ruangan
Berdasarkan hasil wawancara terhadap Kepala ruangan atau koordinator di
ruang Carnation pada pembagian tanggung jawab seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan telah dilakukan di ruangan.
2). Penangung Jawab Shift :
a). Mengelola atau mengkoordinir asuhan keperawatan semua pasien dalam 1
shift saat kepala bagian tidak ada ditempat.
b). Mengkoordinir akan ketersediaan alat medis dan sarana lainnya yang
dibutuhkan dan disiapkan pakai didalam jam kerjanya.
c). Membagi tugas tenaga yang ada pada jam kerja pada saat itu.
d). Menyusun prioritas dalam mengatur pelayanan keperawatan.
e). Memberikan pengarahan kepada perawat pelaksana mengenai perawatan
yang harus diberikan kepada pasien.
f). Mengontrol inventaris alat medis dan pencatatan alat kesehatan yang
dilakukan perawat pelaksana.
g). Mengatasi kerusakan alat medis dan alat rumah tangga dengan
menghubungi bagian Maintenance.
h). Mengikuti atau menemani Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) visite
ke pasien.
i). Mengontrol pelaksanaan administrasi keperawatan.
3). Pelaksana :
a). Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
b). Menerima pasien baru sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
c). Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa
keperawatan
d). Menyusun rencana sesuai dengan batas kemampuan dan kewenangannya.

20
e). Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai dengan kebutuhan
dan batas kemampuan.
f). Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai dengan program pengobatan
dari dokter.
g). Melakukan pendokumentasian pencatatatn dalam pelaporan asuhan
keperawatan yang tepat dan benar.
c. Metode/Manajemen Asuhan Keperawatan
1). Pasien datang
Berdasarkan hasil kajian situasi yang dimulai dari tanggal 01 Mei – 05 Juni
2023 didapatkan data sebagai berikut :
Pasien baru yang terobservasi selama kajian situasi adalah sebanyak 5 pasien
yang masuk ke ruang carnation
Dari hasil observasi proses penerimaam pasien baru meliputi :
a). Perawat mempersiapkan pasien tidur di tempat tidur yang telah disiapkan
sesuai dengan permintaan kelas dari pasien atau keluarga.
b). Pasien yang baru datang di tempatkan ditempat tidur yang telah
disediakan.
c). Perawat yang bertugas selalu memperkanalkan diri.
d). Perawat selalu memonitoring terhadap kondisi pasien selama pasien
diperawatan.
e). Perawat selalu memperhatikan lingkungan yang bersih, aman dan nyaman
bagi pasien dan keluarga.
f). Perawat selalu melakukan edukasi pergerakan atau mobilisasi ditempat
tidur dan menjelaskan resiko yang terjadi akibat dari kurang mobilisasi
atau berbaring cukup lama.
g). Perawat memfasilitasi kebutuhan pasien dalam keterbatasan yang dialami
seperti membantu kebersihan diri, pemenuhan kebutuhan pasien dan
toileting.
h). Perawat melakukan edukasi atau penjelasan mengenai fasilitas apa saya
yang tersedia dan cara penggunaannya, peraturan atau tata tertib yang
berlaku di rumah sakit.

21
i). Perawat selalu mengupayakan untuk bersikap sopan dan ramah.
j). Perawat selalu memberikan penjelasan perihal obat yang akan diberikan
dan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga.
k). Perawat memfasilitasi persiapan pulang pasien dan memberikan penjelasan
tentang perawatan di rumah.
Sedangkan menurut Standa Operasional Prosedur (SOP) yang ada di Ciputra
Hospital dalam menerima pasien baru adalah sebagai berikut :
a). Pasien datang diantar oleh petugas poliklinik, IGD atau ruangan lain
beserta status pasien.
b). Pasien di tempatkan diruang perawatan yang telah disepakati, tempat tidur
dalam keadaan rapih.
c). Perawat memperkenalkan diri.
d). Perawat menjelaskan hal dan kewajiban pasien.
e). Melakukan orientasi ruangan kepada pasien dan keluarganya.
f). Perawat menginformasikan fasilitas ruangan perawatan, dokter dan
perawat yang merawat dan informasi biaya.
g). Melaksanakan asuhan keperawatan dari mulai pengkajian sampai dengan
evaluasi.
c. Peraturan
 Peraturan Perawat
Menurut koordinator ruang carnation dan perawat ruang carnation, terkait
peraturan yang diterapkan kepada perawat di ruang Carnation diantaranya
adalah wajib menggunakan masker, berpakaian seragam sesuai ketentuan
Rumah Sakit, memakai name tag, kaos kaki warna krem dan sepatu hitam.
Hasil Analisis:
Berdasarkan pedoman pengelolaan metode keperawatan di masa pandemik,
perawat masih di wajibkan menggunakan masker. Menurut aturan dari RS
khusus karyawan perempuan di wajibkan rambut di bawah bahu menggu-
nakan hairnet dan yang menggunakan hijab sesuai aturan dari RS untuk
menjaga kerapian rambut perawat agar tidak terurai dan kotor untuk perawat

22
laki laki tidak diperkenankan rambut gondrong dan memelihara jenggot
ataupun kumis.
 Peraturan pasien dan pengunjung
Menurut penuturan narasumber, penunggu pasien yang dirawat pasien
hanya diperbolehkan 1 orang dan wajib menggunakan masker untuk jam
berkunjung hanya diberikan 1 x dari jam 11.00 – 13.00 WIB.
Hasil Analisis:
Berdasarkan pedoman pengelolaan pasien masih dalam fase Pandemik
pasien dan pengunjung masih diwajibkan memakai masker.

1) Metode / Manajemen Asuhan Keperawatan


a) Pasien Datang (Orientasi, SOP, Flow of care)
 Orientasi
Secara garis besar orientasi pasien yang masuk ke ruang Carnation ini sama
seperti rawat inap biasa, dimana akan diorientasikan mengenai ruangan,
orientasi sasaran, keselamatan pasien menggunakan gelang identitas, cuci
tangan yang benar, orientasi petugas (perawat dan dokter yang sedang
berdinas saat itu), jadwal pembersihan ruangan, mengganti linen kotor atau
basah, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa pasien di ruang Carnation
pada tanggal 01 Juni 2023, mengatakan bahwa mereka di lakukan orientasi
pada saat masuk di ruangan rawat inap, di berikan penjelasan tentang tata
tertib RS, dokter yang merawat dan nama perawat jaga
Hasil Analisis
Pasien dan keluarga yang baru masuk rumah sakit biasanya mengalami
kecemasan karena mereka tidak memiliki gambaran atau informasi yang jelas
dan lengkap terkait lingkungan yang baru dimasukinya sehingga proses
orientasi sangat diperlukan supaya pasien dan keluarga dapat segera
menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit
 Standar Operational Prosedur
Menurut Standar Operasional Prosedur Ciputra Hospital Citra raya

23
Tangerang, mengenai menerima pasien baru prosedurnya adalah sebagai
berikut :
- Pasien datang diantar oleh petugas poliklinik, IGD, atau ruangan lain
beserta status pasien.
- Pasien di tempatkan di ruang perawatan yang telah disepakati, ruangan
dan tempat tidur dalam keadaan rapi.
- Perawat memperkenalkan diri.
- Perawat menjelaskan hak dan kewajiban pasien.
- Melaksanakan orientasi ruangan kepada pasien dan keluarganya.
- Perawat menginformasikan fasilitas ruangan perawatan, dokter dan per-
awat yang merawat.
- Melaksanakan asuhan keperawatan dari mulai pengkajian sampai evalu-
asi

24
 Flow of Care Pasien Datang
Pasien

IGD Klinik Poliklinik Rawat Jalan

Indikasi rawat inap


Proses Adminisi

Ketersediaan tempat

Mempersiapkan dokumen pasien

Pasien diantar menuju ruang rawat Carnation

Serah terima dilakukan antar perawat menggunakan metode

Melakukan orientasi pasien baru dan keluarganya

Hasil Analisis :
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan diruangan rawat inap Carnation,
beberapa perawat sudah melakukan persiapan penerimaan pasien dengan
baik, namun ada beberapa informasi tambahan yang kurang pada saat serah
terima pasien. Ada beberapa perawat juga yang belum memperkenalkan diri
kepada keluarga pasien.

b) Pengelolaan Pasien

1. Metode Penugasan

a. Metode Asuhan Keperawatan yang digunakan

Berdasarkan pengkajian yang dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Carnation


pada tanggal 01 Juni - 05 Juni didapatkan bahwa Ruang rawat inap Carnation
menggunakan MPKP metode Modifikasi tim yang diterapkan di ruang rawat
inap Carnation. Metode Asuhan yang di gunakan di Ruangan Carnation yaitu
MPKPP (Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula) dengan

25
menerapkan metode tim yang dimodifikasi dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien. Metode Asuhan Keperawatan MPKPP yaitu :
Adapun bagan dalam penerapan metode asuhan keperawatan profesional di
ruang carnation.

Shift Pagi Shift Siang Shift Malam

1 Pj Shift 1 Pj Shift 1 Pj Shift

2 Perawat 2 Perawat 2 Perawat


Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Gambar. Bagan pola Ketenagaan di ruang Carnation

Tabel pola ketenagaan di ruang carnation

Dinas Pagi Dinas Dinas Lepas Dinas Libur


Siang Malam

1 Pj Shift 1 Pj Shift 1 Pj Shift 1 Pj Shift 1 Pj Shift

1 Pelaksana 1 Pelaksana 1 Pelaksana 1 Pelaksana 1 Pelaksana

1 Pelaksana 1 Pelaksana 1 Pelaksana 1 Pelaksana 1 Pelaksana

 PJ Shift bertanggung jawab pada seluruh pasien dan mengelola pasien


dengan ketergantungan (total care)
 PP bertanggung jawab penuh mengelola pasien dengan tingkat
ketergantungan Parsial care dan Minial Care

Berdasarkann hasil observasi dan wawancara yang dilakukan didapatkan


hasil bahwa di ruang Carnation menggunakan metode penugasan modifikasi
tim, koordinator, PJ Shift/Ketua tim dan anggota tim/PP telah melakukan

26
peran dan tanggung jawabnya. Koordinator carnation juga menyadari bahwa
penerapan MPKP belum berjalan dengan maksimal akan tetapi koordinator
berserta departemen keperawatan selau berusaha untuk memenuhi
persyratan agar dapat diberlakukan MPKP ini secara optimal.

Hasil Analisis :

Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok


mempunyai konstribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggungjawab perawat
yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui
konstribusinya didalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas
asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling
melengkapi menjadi suatu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan
kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya
dalam pemberian asuhan keperawatan.

b. Timbang Terima Pasien (Hand Over)

Pelaksanaan handover yang efektif adalah handover yang dilakukan


dengan penjelasan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan dan belum
dilakukan, dan perkembangan pasien saat itu. Handover yang dilaksanakan
dengan baik dapat membantu mengidentifikasi kesalahan serta
memfasilitasi kesinambungan perawatan pasien (Alvarado et al., 2006).
Timbang terima dilakukan oleh ketua tim keperawatan kepada ketua tim
(penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.
Manfaat timbang terima yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

2. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.

3. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang


berkesinambungan.

27
4. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.

Hasil analisis

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 01-05 Juni


2023 dimana kegiatan timbang terima dilakukan jika terdapat semua
perawat, pada saat shift pagi dipimpin oleh koordinator ruang rawat inap.
Perawat pada shift malam melaporkan pasien pada perawat yang shift pagi
sesuai dengan bagian timnya disertai pencatatan dikomputer. Berdasarkan
hasil observasi pada hari senin, selasa, rabu, saat pelaksanaan timbang
terima di ruang Carnation menggunakan metode SBAR dan sudah
dilakukan melakui komputerisasi dalam bentuk sinologi keperawatan.
Proses timbang terima sudah dilakukan sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur yang berlaku di Ciputra Hospital Citraraya
Tangerang. Hand over dilakukan pada setiap dinas. Apabila ada data yang
tidak jelas maka langsung di validasi ke pasien secara langsung.

c. Ronde Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang rawat inap Carnation,


mengatakan bahwa bidang keperawatan dan kepala ruang mendukung
adanya ronde keperawatan namun belum terlaksana. Salah satu kendala
pelaksanaan ronde keperawatan adalah belum terdapat kasus komplek
yang dapat diangkat sebagai topik ronde keperawatan, karena ruang
carnation merupakan ruang perawatan baru sehingga jumlah pasien pun
masih sedikit, selain itu SPO Ronde Keperawatan baru terbentuk dan
belum tersosialisasi.

Hasil Analisis

Menurut Nursalam (2012), ronde keperawatan adalah kegiatan yang


bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan
oleh perawat. Ronde keperawatan sangat penting dilakukan, melalui
kegiatan ronde keperawatan, perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang
telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Melalui ronde

28
keperawatan, evaluasi kegiatan, rintangan yang dihadapi oleh perawat atau
keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai.

d. Pre dan Post Confrence

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada narasumber pada


tanggal 01- 05 Juni 2023 didapatkan bahwa kegiatan pre dan post
conference sudah dilaksanakan di ruang Carnation, tetapi pelaksanaannya
masih belum optimal, disesuaikan dengan kondisi ruangan.

Hasil Analisis :

Pre Conference adalah komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana


setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh ketua tim dan penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada
tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan
rencana dari kepala tim dan penanggung jawab tim (Nursalam, 2011).

1. Syarat pelaksanaaan pre conference adalah:


2. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan
dan post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan
keperawatan.
3. Waktu efektif yang diperlukan 10 menit sampai 15 menit.
4. Topic yang dibicarakan harus dibatasi
5. Pre conference yang terlibat adalah kepala ruangan, katim, dan
anggota.
Post Conference adalah diskusi tentang aspek ruangan sesudah
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Konferensi merupakan
pertemuan tim yang dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan,
dinas pagi, sore atau malam sesuai jadwal dinas perawatan pelaksanaan.
Post Conference sebaiknya dilakukan ditempat tersendiri sehingga
mengurangi gangguan dari luar (Nursalam, 2011).
Syarat post conference adalah:

29
1. Post conference dilakukan setelah pemberian asuhan keperawatan
2. Waktu efektif yang diperlukan 10 sampai 15 menit
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi

Post conference yang terlibat adalah kepala ruangan

e. pengelolaan logistic

Keberhasilan pengelolaan logistik rumah sakit tergantung pada muatan


dari manajer logistik rumah sakit. Manajer berfungsi untuk mengelola logistik
melalui fungsi antara lain mengidentifikasi, merencanakan pengadaan,
pendistribusian alat hingga mengembang kan sistem pengelolaan logistik yang
efektif dan efisien.Pengadaan alat yang tepat dan berfungsi dengan baik akan
memperlancar kegiatan pelayanan pasien sehingga berdampak bagi peningkatan
mutu pelayanansecara umum
- Penyediaan kebutuhan bahan habis pakai di ruangan dapat langsung diperoleh
melalui amprahan permintaan barang ke depo farmasi.
- Penyediaan alat/fasilitas ruangan dapat dilakukan melalui prosedur permintaan
barang yang diajukan ke bagian administrasi rumah sakit
Dari hasil wawancara dengan POS apabila ada kehilangan barang terlebih
dahulu kita harus mencarinya apabila tidak ditemukan dan adanya kekurangan
barang bisa mengajukan permintaan barang yang baru dengan alur:
Prosedur/kegiatan permintaan barang ke logistik di Rumah Sakit Ciputra antara
lain :
1. SPB (Surat Permintaan Barang)
- Petugas bagian membuat Surat Permintaan Barang (SPB) pada sistem
logistic masing-masing.
- Petugas bagian memberikan SPB yang telah ditandatangani oleh kepala
Bagian ke Gudang Umum.
- Petugas bagian menerima barang sesuai dengan catatan yang tercantum
dalam Surat Permintaan Barang
2. SKB (Surat Kirim Barang)
- Staff gudang menerima surat permintaan barang dari bagian/ruangan.

30
- Staff gudang menyiapkan barang sesuai dengan permintaan.
- Segera setelah barang tersedia, maka sebelum barang dikirim keruangan
terlebih dahulu staff gudang membuat surat kirim barang secara sistem dan
tercetak yang ditandatangani oleh kepala gudang.
- Staff gudang menyerahkan barang beserta Surat kirim Barang kepada
petugas bagian/ruangan.
3. Surat Serah Terima barang
- Staff Gudang memberikan barang kepada bagian sesuai dengan
permintaan.
- Petugas Gudang bersama dengan petugas bagian menghitung ulang
jumlah barang yang dikirim.
- Setelah petugas bagian menerima barang dan sesuai dengan permintaan
bagian, kemudian membuat STB Mutasi pada program computer.
4. Stock Opname
- Staf gudang umum atau logistic menyiapkan data-data yang akan di pakai
untuk stock melalui sistem logistik.
- Kepala bagian logistik menyampaikan pemberitahuan jadwal stock
opname kepada pihak yang terkait dengan stock opname logistik.
- Bagian logistik melibatkan audit internal untuk melakukan stock opname
sesuai dengan jadwal. Setelah stock opname bagian logistic memulai
telusur barang-barang yang tidak sesuai antara fisik dengan sistem.
- Setelah semuanya balance bagian logistic mengupdate hasil stock
opname. Bagian logistic membuat laporan stock opname untuk kepala
bagian untuk diperiksa kebenarannya.
5. Jadwal Permintaan Barang
Jadwal permintaan barang dibagi dalam 3 hal, yaitu :
1) Permintaan Barang Gudang Umum : Permintaan barang ke gudang umum
seperti cetakan, ATK, alat tenun, dan barang rumah tangga, dapat
dilakukan tiap hari kerja. – Permintaan
2) Barang Alat Kesehatan : Permintaan barang ke gudang alat kesehatan
seperti alat medis habis pakai yang merupakan stok bagian dilakukan 2

31
kali dalam seminggu, yaitu hari senin dan kamis pada jam kerja dan
permintaan ke bagian farmasi untuk obat-obatan dilakukan 3 kali dalam
seminggu yaitu hari selasa, kamis dan sabtu pada jam kerja.
3) Permintaan barang Cito : Permintaan barang cito merupakan permintaan
barang ke gudang alat kesehatan di jadwal permintaan karena kebutuhan
akan pelayanan dan bagian tidak menyetok barang tersebut. Permintaan
cito dapat dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan.
6. Alur Permintaan Logistik
Alur permintaan barang ke gudang umum dan gudang alat media/alat
kesehatan disesuaikan dengan hari permintaanya. Adapun alurnya sebagai
berikut:
- Petugas logistic bagian menghitung ketersediaan barang, baik alat medis/alat
kesehatan dan barang yang disediakan di gudang umum. Disesuaikan
dengan standar stok persediaan bagian.
- Petugas melakukan permintaan dengan membuat SPB (Surat Permintaan
Barang), dan SPB ini harus ditandatangani oleh kepala bagian.
- SPB yang telah ditandatangani diserahkan kegudang sesuai permintaan.
- Barang yang diminta oleh bagian akan disiapkan oleh petugas gudang.
Petugas gudang akan melakukan penginputan SKB (Surat Keluar Barang).
- Petugas bagian mengambil barang ke gudang umum dan untuk gudang
medis barang-barang permintaan bagian diantar kebagian yang meminta.
- Saat penerimaan barang dari gudang umum atau gudang alat kesehatan,
petugas logistic bagian melakukan cek dan ricek terhadap barang yang
diminta.
- Setelah semuanya sesuai dengan permintaan, petugas akan melakukan STB
mutasi bagian.
- Barang dikelola dibagian dan disimpan dalam lemari persediaan barang
baik berupa cetakan, ATK, linen, atau pun alat kesehatan.
7. Penyimpanan Dan Distribusi Barang
Barang bagian disimpan dilemari dan dibedakan penyimpananya antara
barang alat medis, alat kesehatan, dan cetakan, linen ataupun ATK. Pada

32
setiap shiftnya persediaan alat medis selalu terpenuhi dalam lemari alat
medis diruang alat medis. Disetiap shif petugas logistic/ petugas
administrasi ruangan akan menghitung pemakaiaan dan akan menambah
persediaan alat medis sesuai dengan standar jumlah barang.
8. Peminjaman Barang Antar Unit Keperawatan
Peminjaman barang antar unit keperawatan masih diberlakukan, adpaun
peminjaman barang yang dimaksud yaitu peminjaman alat medis seperti
infus pump, syringe pump, nebulizer dan alat medis lainnya. Setiap unti
memiliki buku investigasi peminjaman antara unit beserta serah terima dan
pengembaliannya.

f. SOP

Standart Operasional Prosedur (SPO) adalah standart/pedoman


tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu
kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Standart operasional prosedur
merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui
untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (Perry dan Potter, 2015).

Berdasarkan hasil kajian situasional pada tanggal 01 -05 Juni 2023


didapatkan hasil wawancara dengan koordinator ruang carnation, bahwa
SPO yang digunakan di ruangan carnation berbasis komputerisasi dengan
sistem sinology keperawatan yang terintegrasi yang mana semua SPO sudah
terdapat di sinology keperawatan

2. Proses keperawatan (SAK)

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang ditetapkan oleh Depkes dan


dijadikan pedoman di Rumah Sakit, sedangkan SAK khusus adalah Standar
Asuhan yang dibuat oleh Rumah sakit untuk kasus terbanyak untuk masing-
masing unit pelayanan. Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dapat digunakan
oleh perawat ruangan sebagai pedoman dalam hal membimbing perawat dalam
penentuan tindakan keperawatan yang tepat dan juga benar. Berdasarkan hasil
wawancara dengan kepala ruangan bahwa standar asuhan keperawatan telah

33
dipenuhi oleh Dinas Kesehatan dengan keputusan Menteri Kesehatan RI
namun standar asuhan keperawatan sudah terlaksana dengan optimal.

Hasil observasi di ruang carnation pada tanggal 1-5 Juni 2023 Proses
keperawatan yang diberikan pada pasien yaitu berdasarkan Panduan Asuhan
Keperawatan (PAK) yang berlaku Di Ciputra Hospital Citraraya Tangerang.
Adapun PAK ini terdapat didalam sistem sinology keperawatan yang mana
sistem ini dapat di akses oleh semua perawat di ciputra hospital. Adapun pada
prosesnya Proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat dilakukan mulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan diambil sesuai dengan (Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), tujuan berdasarkan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) dan intervensi sesuai dengan (Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia). Semua proses asuhan kepewatana sudah
menggunakan penerapan electric medical record (Teramedik)

3. Identifikasi Tk.ketergantungan pasien

Mengenal jenis atau tingkat ketergantungan pasien di rumah sakit adalah hal
yang wajib diketahui oleh seorang perawat saat dinas atau bekerja di rumah
sakit atau fasilitas kesehatan rawat inap lainnya. Tingkat ketergantungan
pasien adalah kondisi atau keadaan yang menggambarkan seberapa banyak
waktu yang diperlukan seorang perawat memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dalam waktu 24 jam

Douglass (1992) membagi atau mengklasifikasikan tingkat ketergantungan


pasien dalam 3 kategori yakni perawatan minimal, parsial dan total. Apa saja
bedanya?

1) Perawatan minimal
 memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam
 kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
 makan dan minum dilakukan sendiri
 ambulasi dengan pengawasan
 observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)

34
 pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
2) Perawatan parsial
 memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam
 kebersihan diri dibantu
 makan dan minum dibantu
 pengobatan lebih dari sekali
 pasien dengan kateter urin
 pemasukan dan pengeluaran intake output cairan dicatat/dihitung
 persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur

3) Perawatan total
 memerlukan waktu 5-6 jam /24 jam
 semua keperluan pasien dibantu termasuk perubahan posisi
 observasi vital dilakukan setiap 15 menit.
 makan melalui selang NGT terapi intravena
 dilakukan penghisapan lendir
 gelisah/disorientasi.

Tabel tingkat ketergantungan pasien di ruang carnation Ciputra Hospital


Citraraya Tangerang

PAGI SIANG MALAM


Tgl
M P T M P T M P T
1/6/23 4 3 2 3 6 2 4 7 3
2/6/23 3 5 1 5 5 3 4 6 2
3/6/23 2 5 2 5 6 2 5 6 4
4/6/23 4 5 4 4 6 1 6 7 3
5/6/23 6 6 0 5 6 2 6 6 2
Total 17 24 9 22 29 10 25 32 14
Rata- 1. 4. 5. 6. 2.
3.4 4.8 2 5
Rata 8 4 8 4 8
% % % %
% % % % % %

35
Hasil Analisis :
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan diruangan rawat inap Carnation
mengkategorikan pasien berdasarkan tingkat ketergantungan.

4. Tindakan keperawatan (SOP)

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diruang Carnation sudah


terdapat panduan SOP tindakan keperawatan yang bisa diakses melalui
sinologi keperawatan dan dapat di akses oleh semua perawat di Ciputra
Hospital Citraraya Tangerang

5. Dokumentasi (Kelengkapan)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruangan carnation,


dokumentasi keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian keperawatan
sudah melalui komputer, dibuat persistem dalam bentuk checklist, nursing
care plan yang sudah dalam bentuk baku sampai dengan evaluasi
menggunakan SOAP, sehingga dapat memudahkan perawat dalam mengkaji
dan lebih singkat waktu yang dibutuhkan.

Catatan perkembangan pasien terintegrasi berisikan semua disiplin ilmu yang


ikut berkolaborasi dalam perawatan pasien contohnya instruksi dokter dan
tindakan mandiri perawat dan tindakan kolaboratif yang dilakukan oleh
perawat, konsultasi gizi, rehabilitasi medik (fisioterapi), farmasi

6. Pasien pulang (Penkes,SOP, flow of care)

Berdasarkan hasil observasi, perawat telah memberikan pendidikan kesehatan


dan rencana pengobatan serta perawatan di rumah. Hal ini dibuktikan dengan
ada nya form discharge planning yang terisi dan didukung dengan SPO dan
perawat juga menjelaskan perawatan dan pengobatan dirumah.

36
Flow of care pasien pulang

Dokumentasi Dischange Planning

Mengisi Kepuasan Pasien

Surat Pulang

Farmasi

Kasir

Pulang

3) Kajian Manajemen Resiko (Fokus pada 6 Sasaran Keselamatan Pasien/SKP)

1. SKP I : Ketepatan Identifikasi Pasien.

a) Setiap pasien harus menggunakan gelang identitas pasien, yaitu nama tanggal
lahir dan nomor rekam medic. Petugas kesehatan wajib melakukan idntifikasi
pasien dengan menanyakan nama pasien dan tanggal lahir pasien, gelang ada
dua warna, warna pink untuk perempuan dan warna biru untuk laki-laki.

Tanda yang ada di gelang pasien:

Sticker kuning : penanda pasien mempunyai resiko jatuh tinggi

Sticker merah : penanda pasien mempunyai alergi

Sticker DNR: penanda Do Not Resusitation

b) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.

37
c) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan specimen lain untuk
pemeriksaan klinis.

d) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.

e) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten


pada semua situasi dan lokasi

Hasil Analisis :

Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan di Ruang Carnation, sudah terdapat


dokumen mengenai Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) di ruangan. Untuk
pelaksanaannya sendiri pada SKP 1 ada beberapa yang sudah sesuai mulai dari
pasien terpasang gelang dengan nama dan nomor rekam medis dan tanggal lahir.
Meminta pasien menyebutkan nama dan tanggal lahir dan mencocokkan dengan
gelang identitas pasien.

2. SKP II : Peningkatan Komunikasi yang Efektif.

Konsep SPEAK UP naik untuk dipahami dan dilakukan oleh pasien dan
keluarga

S : Sampaikan pendapat anda bila ada pertanyaan atau kekhawatiran yang anda
rasakan. Dan jika anda kurang atau tidak mengerti, tanyakan kembali karena
anda berhak mengetahui kondisi kesehatan anda.

P : Perhatikan tindakan medis yang dilakukan pada anda. Pastikan anda


memperolah penanganan dan tindakan medis yang benar dan dilakukan oleh
tenaga medis professional.

E : Evaluasi mengenai diagnose penyakit anda termasuk pemeriksaan medis


yang sedang anda jalani atau rencana tindakan medis yang akan dilakukan
dengan bertanya kepada petugas kesehatan.

A : Ajaklah anggota keluarga atau kawan yang anda percayai untuk menjadi
pendamping anda.

K : Ketahuilah obat-obatan yang anda minum dan bertanyalah mengapa anda


harus minum obat tersebut, agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan
obat.

U : Untuk itu perlu dipahami bahwa anada sesungguhnya yang menjadi focus
utama dalam tim perawatan medis.

38
P : Pengobatan anda memerlukan keterlibatan aktif anda dalam pengambilan
keputusan untuk memastikan tindakan medis yang anda jalani dan tidak ragu
untuk meminta informasi dari tim medis yang merawat anda.

Hal yang perlu diperhatikan oleh perawat:

1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.

2. Perintah lengkap lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah.

3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan.

4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan perlaksanaan verifikasi keakuratan


komunikasi lisan atau melaui telepon secara konsisten melalui “read back”

Hasil Analisis :

Untuk SKP II dalam komunikasi yang efektif antara perawat dan perawat lain
dan antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya menggunakan SBAR (situation,
background, assessment, dan recommendation), sedangkan komunikasi yang
efektif antara perawat dan keluarga pasien menggunakan SPEAK UP, namun
pelaksanaan nya terkadang kurang optimal

3. SKP III : Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (High Alert).

1). Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,
menetapkan lokasi, pemberian label dan penyimpanan elekrolit konsentrat.

2). Implementasi kebijakan dan prosedur.

3). Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.

4). Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan medis harus diberi
label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted)

Hasil Analisis :

Pada SKP III sudah sesuai dalam keamanan dalam obat terkait penyimpanan
obat “High Alert”.

39
4. SKP IV, Ketepatan Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi.

1) Ruang Perawatan Carnation mengadopsi atau mengadaptasi Pedoman Hand


Hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (antara
lain : WHO dan Patient Safety).

2) Pelaksanaan cuci tangan 6 (enam) langkah dan 5 (lima) Momen cuci tangan.

3) Ruang Perawatan Carnation menerapkan program Hand Hygiene yang efektif.

4) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan


secara berkelanjutan berkenaan dengan resiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.

Hasil Analisis :

Adapun pada SKP IV terkait mengenai ketepatan dalam lokasi, prosedur, dan
pasien operasi sudah sesuai dengan SPO yang ada.

5. SKP V : Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan.

1) Hand hygiene/cuci tangan dilakukan oleh setiap atau semua petugas, keluarga
dan pengunjung yang berhubungan langsung dengan lingkungan pasien.

2) Hand hygiene dengan air dan sabun dilakukan dengan waktu 40-60 detik.

3) Hand hygiene dengan hand scrub berbasis alcohol dilakukan dengan waktu
20-30 detik.

4) Hand hygiene dilakukan dengan prinsip lima moment, yaitu:

(1) Sebelum kontak dengan pasien

(2) Sebelum melaksanakan tindakan aseptic

(3) Setelah terkena cairan tubuh pasien

(4) Setelah kontak dengan pasien

(5) Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

5) Cuci tangan dilakukan dengan perbandingan 6 kali menggunakan hand scrub


dan 1 kali menggunakan hand wash.

40
Hasil Analisis :

Pada SKP V dengan pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


yang terdiri dari hand hygiene (cuci tangan) dengan five moment cuci tangan
dan 6 langkah yang dilakukan oleh perawat namun masih ada beberapa
tindakan yang kurang tepat.

6. SKP VI : Pengurangan Resiko Pasien Jatuh.

Setiap pasien akan dinilai resiko pasien jatuh dengan menggunakan penilaian
resiko jatuh di rumah sakit (data/proses penilaian).

a) Ada regulasi yang mengatur tentang mencegah pasien cedera karena jatuh.

b) Rumah sakit melaksanakan suatu proses asesmen terhadap semua pasien


rawat inap dan rawat jalan dengan kondisi, diagnosis, dan lokasi terindikasi
berisiko tinggi jatuh sesuai dengan regulasi.

c) Rumah sakit melaksanakan proses asesmen awal, asesmen lanjutan, asesmen


ulang dari pasien pasien rawat inap yang berdasar atas catatan terindetifikasi
risiko jatuh.

d) Setiap pasien akan dinilai resiko pasien jatuh dengan menggunakan penilaian
resiko jatuh di rumah sakit (data/proses penilaian).

e) Penilaian Resiko jatuh yang digunakan ruang Carnation adalah humpty


dumpty untuk anak, dan skala morse untuk dewasa

Hasil Analisis :

pada SKP VI mengenai pengurangan resiko pasien jatuh di ruangan Carnation


sudah terdapat form pasien jatuh yang ada di Teramedik, beberapa pasien
dengan resiko jatuh sudah terpasang gelang kuning. Di ruangan Carnation
edukasi mengenai resiko jatuh pada keluarga sudah dilakukan dengan baik.

I. Material dan Mesin


Pengumpulan data material di ruang Carnation. Proses pengumpulan data material yang
dilakukan di ruang Carnation yang merupakan ruang rawat inap, untuk mengetahui
ketersedian sarana dan prasarana yang tersedia dengan mengacu kepada pedoman yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia.

41
 Persyaratan tekhnis bangunan
No. Pernyataan Ya Tidak
1 Lokasi ruang Carnation terletak di ruang yang tenang, 
aman, dan nyaman
2 Sirkulasi udara baik (udara masuk dan keluar) 
3 Lokasi pos perawat dekat dengan ruangan pasien, 
sehingga mudah pengawasan
4 Lantai kuat, rata, dan tidak bergelombang 
5 Langit-langit rapat, kuat, dan tidak berdebu (kotor) 
6 Toilet atau kamar kecil memiliki ruang gerak yang 
cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.

7 Toilet atau kamar kecil dilengkapi dengan pegangan 


rambat (handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian
disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan
penyandang cacat yang lain.
8 Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) 
dan perlengkapan-perlengkapan seperti tempat sabun
dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh
orang yang memiliki keterbatasan keterbatasan fisik
dan bisa dijangkau pengguna kursi roda

10 Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. 


Lantai tidak boleh menggenangkan air buangan
11 Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada 
daerah pintu masuk, disarankan untuk menyediakan
tombol bunyi darurat (emergency sound button) bila
sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
12 Jendela dapat mengoptimalkan terjadinya pertukaran 
udara dari dalam ruangan ke luar ruangan
13 Terdapatnya APAR di ruangan rawat inap 
14 Terdapat tempat safety box 
15 Terdapat tempat pembuangan sampah medis (jarum, 
plebot, limbah farmasi, dan sitotoksik) dan non-medis
16 Saluran pembuangan air lancer 
17 Terdapat helm untuk keselamatan rumah sakit 
terhadap bencana (kebakaran, gempa, bom,
penculikan)
18 Fasilitas dan aksesibilitas sebagaimana dimaksud 
42
meliputi toilet, telepon umum, jalur pemandu, rambu
dan marka, pintu, tangga, dan lift bagi penyandang
cacat dan lanjut usia
a. Sarana dan prasarana pasien

Sarana dan Prasarana (alat medis dan Di ruangan


No Keterangan
non medis) Ada Tidak
1 Tempat Tidur     Tersedia
2 Bedside Monitor   
3 Standar Infus     Tersedia
4 Kamar Mandi     Tersedia
5 Keranjang Obat   
6 Tutup Sampiran Per Pasien     Tersedia
7 Alat Panggil Perawat (Bell)     Tersedia
8 Kursi Dan Meja Pasien     Tersedia
9 Jam dinding 
10 Lemari Pasien     Tersedia
11 Televisi     Tersedia
12 Denah Ruangan v   Tersedia

b. Sarana dan prasarana untuk petugas kesehatan

Di ruangan
No Sarana dan Prasarana Keterangan
Ada Tidak
1 Nurse Station   Tersedia
2 Meja Dan Kursi   Tersedia
3 Alat Tulis Kerja   Tersedia
4 Tempat Istirahat Perawat/pantry  Tersedia
5 Tempat Istirahat Dokter  Tersedia
6 Telpon Ruangan  Tersedia
7 Ruang Kepala Ruangan  Tersedia
8 Wastafel  Tersedia
9 Lemari Dokumentasi Keperawatan  Tersedia

c. Sarana dan prasarana alat-alat medis kesehatan

Jumlah Kondisi
No Nama Barang Yang Rusak Rusak Keterangan
Ada Baik
Sedang Berat
1 Stetoskop 3  terpenuhi

2 Tensimeter 4  Terpenuhi
3 Lampu tindakan 1  terpenuhi

43
4 Pulse Oximeter 1  Terpenuhi

5 Defibrilator 1      Terpenuhi
6 Termometer 2      Terpenuhi
7 Syringe Pump 1      Terpenuhi
8 Suction dinding 16      Terpenuhi
15 Sentral Oksigen 16      Terpenuhi
16 Nebulizer 1      Terpenuhi
17 Timbangan 1      Terpenuhi
18 EKG 1      Terpenuhi
19 Viewer X-Ray 1  Terpenuhi

d. Sarana dan prasarana alat tenun

Kondisi
Jumlah
No Nama Barang Rusak Rusak Keterangan
Baik
sedang Berat
1 Seprei 45  Terpenuhi
2 Bed cover 16  Terpenuhi
3 Selimut 25  Terpenuhi
4 Sarung Bantal  Terpenuhi
5 Bantal 16  Terpenuhi

Analisis :

Pada saat dilakukan wawancara pada tanggal 01-05 juni 2023 bersama narasumber
didapatkan hasil yaitu ruang Carnation mempunyai ruangan khusus untuk menyimpan
linen. Penyimpanan dan transportasi linen sangat penting memperhatikan kaidah PPI
agar linen tidak merupakan media perantara kuman penyebab HAIs. Dan data bahwa
ruangan sudah sesuai dengan demikian sudah sesuai dengan Pedoman yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (Kemenkes RI 2020)

E. Market

a. Indikator Mutu Ruangan Carnation

1). Indikator Mutu Ruangan

Tabel 2.13
Indokator Mutu Ruangan (BOR, AVLOS, TOI, BTO)
Indikator Target Capaian (Bulan)

44
Maret April Mei
Perawatan Dewasa
Penusukan infus > 2x < 10 % 0.16% 0.2 % 0.15 %
Kejadian decubitus < 1,5 % 0% 0% 0%
Kejadian ruam popok < 1,5 % 0% 0% 0%
Kejadian resiko jatuh <3% 0% 0% 0%
Sumber : Data Ruang Carnation

Hasil analisis : berdasarkan rincian pasien di atas didapatkan bawah semua


indikator mutu dalam tiga bulan terakhir tercapai.

2). BOR (Bed Occupation Ratio)


BOR (Bed Occupation Ratio) adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada
satuan waktu tertentu. (Kementrian Kesehatan, 2011). Indikator BOR ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%.
(Kementrian Kesehatan, 2011). Sedangkan dalam Nursalam (2012) standar
nasional BOR adalah antara 75-80%.
BOR 3 bulan terakhir di Ruang Carnation dari bulan Maret - Mei 2023.
Diketahui :
Tempat tidur tersedia : 16 tempat tidur
Rumus BOR :

(Jumlah hari perawatan di rumah sakit x 100 %


(Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu periode

Berdasarkan hasil rekapitulasi data yang dilakukan pada bulan Maret - Mei
2023 di Ruang Carnation, didapatkan hasil BOR pasien sebagai berikut :

Tabel 2.14
BOR (Bed Occupation Ratio)
No. Bulan Jumlah Hari Rawat BOR (%)
1 Maret 129 26.0

45
2 April 135 28,1
3 Mei 162 32,7
Rata-Rata 30,4 %
Sumber : Dokumen Ruang Carnation

Berdasarkan hasil rekapitulasi rata-rata BOR ruangan carnation pada periode


bulan Maret-Mei 2023 yaitu 30,4 %, akan tetapi menurut Depkes RI (2005)
yaitu 60-80%. Jadi berdasarkan observasi dan analisa, BOR ruang carnation
belum mencapai target yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh Depkes.

3). AVLOS (Average Length of Stay)


AVLOS (Average Length of Stay) Menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata
lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara
umum nilai AVLOS yang ideal menurut Kemenkes adalah 6-9 hari. Menurut
Nursalam (2012) Standar Nasional AVLOS adalah 1-10 hari :
Rumus :

(Jumlah lama dirawat)


(Jumlah pasien keluar x (hidup + mati)

Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan Maret-Mei 2023 di


Ruang Carnation, didapatkan hasil AVLOS sebagai berikut :

Tabel 2.15
AVLOS (Average Length of Stay)
Jumlah
Jumlah Lama AVLOS
No. Bulan Pasien
Rawat (Hari)
Keluar
1 Maret 38 56 0,67
2 April 42 55 0,76
3 Mei 51 63 0,80
Rata-Rata 0,74

46
Sumber : Dokumen Ruang Carnation
Berdasarkan hasil rata-rata AVLOS yang diperoleh di Ruang carnation pada
bulan Maret - Mei 2023 sebesar 0,74 atau 1 hari dan dikatakan sudah masuk
kategori Ideal menurut Nursalam (2012) dalam standa Nasional AVLOS adalah
1 - 10 hari.

4). TOI (Turn Over Internal)


TOI (Turn Over Internal) menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari
dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
Indicator ini memberikan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur, idealnya
menurut Kemenkes tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1 - 3 hari.
Rumus :

(Jumlah Tempat Tidur x Periode) – (Hari Perawatan)


Jumlah Pasien Keluar Hidup + Mati
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan Maret-Mei 2023 di
Ruang Alamanda didapatkan TOI (Turn Over Internal) pasien sebagai berikut :
Tabel 2.16
TOI (Turn Over Internal)
No. Bulan TOI (Hari)
1 Maret 6,5
2 April 6,5
3 Mei 5,3
Rata-Rata 6,1
Sumber : Dokumen Ruang Carnation

Berdasarkan hasil rata-rata TOI (Turn Over Internal) yang diperoleh di Ruang
Carnation pada bulan Maret - Mei 2023 sebesar 6,1. Hal ini belum sesuai
dengan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur kosong tidak terisi
yang idealnya pada kisaran 1-3 hari menurut Depkes RI 2004 dan Kemenkes
RI, 2011.

47
5). BTO (Bed Turn Over)
BTO (Bed Turn Over) adalah angka perputaran tempat tidur atau frekuensi
pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai
dalam satu satuan waktu tertentu, idealnya dalam satu tahun satu tempat tidur
rata-rata dipakai 40 - 50 kali. (Depkes RI, 2005)
Rumus :
Jumlah Pasien Keluar (Hidup + Mati)
Jumlah Tempat Tidur

Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan Maret - Mei 2023 di
Ruang Alamanda, BTO (Bed Turn Over) pasien sebagai berikut :

Tabel 2.17
BTO (Bed Turn Over)
No Bulan Jumlah Pasien Keluar BTO (Hari)
.
1 Maret 56 3,5
2 April 55 3,4
3 Mei 63 3,9
Total 3,6
Sumber : Dokumen Ruang Carnation

Berdasarkan hasil rata-rata BTO (Bed Turn Over) yang diperoleh di Ruang
Carnation pada bulan Maret - Mei 2023 sebesar 3,6 kali. Sedangkan, ideal
menurut Depkes RI (2005) yaitu satu tempat tidur rata-rata dipakai sampai
dengan 40 - 50 kali dalam satu tahun

a. Lokasi Rumah Sakit


Lokasi Ciputra Hospital berada di jalan Citra Raya Boulevard Blok V00
No. 08 Mekar Bakti Kec. Panongan Kab. Tangerang Banten 15710. Rumah sakit
berada ditengah pemukiman Ciputra Citra Raya (Cikupa) yang dilalui oleh
kendaraan umum sehingga untuk mencapai rumah sakit tidak terlalu sulit.

48
Ciputra Hospital berdekatan dengan RS Hermina Bitung, Metro Hospital,
RS Keluarga Kita, RS Siloam Karawaci dan RSUD Balaraja serta RS Permata
Hati. Secara geografis letak Ciputra Hospital sangatlah strategis, karena lokasinya
ditengah area pemukiman penduduk dan berdekatan dengan jalan raya Panongan
yang dilalui banyak oleh angkutan umum.
Analisa Data :
Berdasarkan Permenkes No. 24 Tahun 2016 tentang persyaratan lokasi rumah sakit
sudah memasuki kriteria. Salah satunya yaitu tersedianya transportasi yang mudah
dijangkau oleh masyarakat dan dekat dengan jalan raya.
b. Akreditasi Rumah Sakit
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan yang dilakukan pada tanggal
29 Mei 2023, Ciputra Hospital merupakan Rumah Sakit Tipe B yang telah lulus
tingkat PARIPURNA.
c. Promosi Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat agar mereka dapat menolong diri sendiri serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai dengan kondisi
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan 45 publik yang berwawasan
kesehatan. (Departemen Kesehatan, 2012).
Analisa Data :
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 1,2,3 Juni 2023 dengan kepala Bidang
Promosi Kesehatan Rumah Sakit, didapatkan hasil bahwa untuk pemasaran promosi
Ciputra Hospital memiliki 2 Program yaitu Internal dan Eksternal. Program Internal
dilakukan di RS dalam bentuk media cetak yang digunakan adalah brosur serta
adanya penyuluhan kesehatan di rumah sakit, dan dari luar rumah sakit (Eksternal)
menggunakan media internet (Website resmi) dibawah naungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang.
d. Kerja Sama dengan Instansi Lain

49
Pada saat dilakukan wawancara dengan Bagian Humas pada tanggal 1-3 juni 2023
mengenai kerjasama Ciputra Hospital dengan pihak lain, maka didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 2.18
Kersama Sama dengan Instansi Lain
No. Nama Relasi
1 Bank Rakyat Indonesia (BRI)
2 Bank Mandiri
3 Bank Central Asia (BCA)
4 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
5 Mayapada Hospital
6 Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
7 Sistem Informasi Jejaring Rujukan Maternal dan Neonatal
(SijariEMAS)
8 PT Indonesia Servant Service (ISS)
9 D-Best Parking
10 Trans Security
11 Asuransi Prudential
12 Telkomsel
Sumber : Bagian HBD

Berdasarkan hal yang diperoleh bahwa Ciputra Hospital menjalin kerjasama


dengan 10 instansi. Manfaat dari kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit, baik dari segi pengadaan alat dan pelayanan, sehingga dapat
meningkatkan dan menjaga kelangsungan pelayanan mutu rumah sakit tersebut.
e. Data Kepuasan Pasien
Tabel 2.19
Data Kepuasan Pasien
Maret April Mei
Indikator Tidak Tidak Tidak
Puas Puas Puas
Puas Puas Puas
Angket 82 % 18 % 85 % 15 % 88 % 12 %
Kepuasan

50
pasien
terhadap
perawat
(Dinkes
2014)

Sumber : Data Komite Keperawatan


Berdasarkan hasil pengolahan data pada tanggal Maret – Mei 2023 didapatlan rata
rata kepuasan pasien adalah 85 %, yang mana dalam hal ini sudah sesuai dengan
standar dari Ciputra Hospital yaitu di atas 80 %.
f. Angka Kejadian Infeksi
Tabel 2.20
Angka Kejadian Infeksi
Bulan
No. Uraian
Maret April Mei
1 Angka pemasangan infus 0 0 0
2 Insiden ruam popok 0 0 0
3 Insiden Infeksi Daerah Operasi 0 0 0
(IDO)
4 Pemasangan kateter 0 0 0
Jumlah HAIs / Infeksi Nosokomial 0% 0% 0%
Sumber : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

Menurut definisi World Health Organization (WHO, 2010) HAIs adalah


infeksi yang terjadi pada pasien dan tenaga medis di rumah sakit yang terjadi
selama proses perawatan ataupun selama bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/MenKes/SK/II/2008 standar angka kejadian HAIs rumah sakit adalah < 1,5%
Angka kejadian HAIs di Ruang Carnation yang terdiri dari, insiden IDO,
insiden infeksi perineuim dan insiden ruam popok adalah 0 %. Kejadian HAIs
dijadikan sebagai indikator mutu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit,

51
tinggi atau rendahnya angka HAIs secara akurat merupakan bukti konkrit dari
kualitas pelayanan ksehatan dan keperawatan di rumah sakit/

52
BAB III

ANALISA DATA DAN PERENCANAAN

Indikator Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Peluang) Threat (Ancaman)

MAN 1. Ruang rawayt inap carnation 1. Pelatihan yang dirumah 1. Adanya kesempatan kuliah 1. Ada tuntutan tinggi dari
memiliki 16 orang tenaga keper- sakit memiliki keter- atau melanjutkan ke jen- masyarakat untuk
awatan dan 1 orang tenaga non batasan peserta, sehingga jang yang lebih tinggi pelayanan keperawatan
keperawatan ilmu yang didapat tidak 2. Ada nya Kerjasama yang yang lebih professional
2. Adanya uraian tugas, peran dan tersalurkan dengan mak- baik antara mahasiswa 2. Makin tinggi kesadaran
wewenang perawat menggu- simal pada perawat yang Fakultas Ilmu Keper- masyarakat akan pent-
nakan metode modifikasi tim lain awatan dengan perawat ingnya Kesehatan
3. Jumlah Perawat S1+ Ners 75 % 2. Pelatihan yang diikuti klinik
4. Di ruang carnation sudah terda- hanya sebatas pelatihan
pat Clinical Intructor (CI) dasar
5. Seluruh perawat sudah terserti- 3. Masih terdapat PJ Shift
fikasi BTCLS dengan Pendidikan D3
6. Koordinator dan PJ sudah terser- Keperawatan.
tifikasi manajemen bangsal rawat
inap.
7. Rasio pasien dan perawat dis-
esuaikan dengan jenis ketergan-
tungan pasien
8. Motivasi kerja perawat ruang
carnation didapatkan sebesar 85
% maka dapat diasumsikan baik.
9. Kepuasan kerja perawat di ruang
carnation sebesar 75% maka da-

53
pat diasumsikan baik.
Money 1. Sistem pembayaran yang dapat 1. adanya keterbatasan 1. adanya penyesuaian 1. tidak tercapainya target
digunakan dapat dilakukan secara kenaikan kopetensi yang kompensasi setiap tahun perusahaan yang dapat
umum, dan semua jenis asuransi diatur oleh kebijakan berdasarkan kebijakan mempengaruhi penyesuian
baik swasta atau taspen. perusahaan. pemerintah upah setiap perawat
2. Kelas perawatan dimulai dengan
VIP sampai dengan president 2. pembayaran asuransi dan 2. Penambahan penjamin 2. persaingan antara rumah
suites dengan fasilitas yang konfirmasi yang memiliki asuransi yang semakin banyak. sakit akan fasilitas dan harga
lengkap. waktu yang belum dapat di kamar perawatan yang
3. Kompensasi yang perawat dap- standarisasi antar penjamin. kompetetif
atkan berupa kompensasi finan-
sial dan sudah diatas UMK Kab.
Tangerang
4. Kompensasi dibedakan
berdasarkan level klinik dan lama
kerja
Matode

Visi Misi 1. RS memiliki visi, misi sebagai 1. Belum adanya visi misi
acuan dlam melakukam kegiatan di ruangan carnation
pelayanan disertai dengan moto dan
nilai-nilai

Struktur 1. Belum terdapat struktur 1. Adanya mahasiswa Ners yang 1. Persaingan dengan Rumah
Organisasi organisasi di ruang praktek Manajemen Sakit swasta yang semakin
carnation Keperawatan ketat

2. Ada kebijakan Rumah Sakit 2. Adanya tuntutan masyarakat


tentang profesionalisasi perawat yang semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan
kepaerawatan yang lebih

54
profesional

3. Adanya tuntutan yang lebih


tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
Keperawatan yang
professional

Uraian Tugas 1. Sudah ada metode MPKP yang di- 1. Pelaksanaan model 1.Adanya kebijakan pemerintah 1. Persaingan dengan rumah
gunakan yaitu metode modifikasi MPKP sudah dilaksanakan tentang profesionalisasi sakit swasta semakin berat
tim tetapi penerapannya belum perawat 2. Adanya tuntutan masyarakat
2. Kepala Ruagan sudah men- maksimal 2.Adanya kebijakan RS tentang yang semakin tinggi
jalankan tugasnya pelaksanaan MPKP terhadap peningkatan
3. Perawat PJ Shift/ Ka Tim Sudah pelayanan keperawatan
memiliki uraian tugas 3. Makin tinggi tingkat
4. Perawat Pelakasana sudah memi- kesadaran masyarakat akan
liki uraian tugas pentingnya kesehatan
5. Pelaksanaan Supervisi rutin di-
lakukan oleh kepala ruangan

Penerimaan a. Sudah terdapat SPO alur pasien a. Pelaksanaan peneri- a. adanya mahasiawa ners a. adanya tuntukan masyarat
Pasien Baru masuk , pindah maan pasien masuk su- praktek manajemen keper- untuk mendapatkan
b. tersedianya sarana dan prasarana dah terdapat SPO na- awatan pelayanan keperawatan
orientasi pasien masuk mun pada kenyataannya b. adanya kerja sama antara yang profesional
c. perawat melakukan orientasi belum dapat dilakukan perawat ruangan dengan ma- b. persaingan RS semakin
kepada pasien baru/pindah sesuai dengan SPO hasiswa ketat
yang diterakpakn diru-
angan secara maksimal

Pengelolaan 1. Pengelolaan pasien sudah diatur 1. Belum maksimal 1. Adanya kebijakan pemerintah 1. Persaingan dengan rumah
pasien berdasarkan pola ketenagaan yang pengelolaan beberapa tentang profesionalisasi perawat sakit swasta semakin berat
disesuaikan berdasarkan tingkat perawat masih memerlukan 2. Adanya kebijakan RS tentang 2. Adanya tuntutan masyarakat

55
ketergantungan pasien bantuan dari perawat pelaksanaan MPKP yang semakin tinggi terhadap
lainnya. Karenan peningkatan pelayanan
2. pembagian penugasan atas kendali kemampuan yang dimiliki keperawatan
Ka Tim/ Pj Shift 3. Makin tinggi tingkat
kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan

Ronde a. terdapat kasus yang memerlukan a. rondek keperawatan a. adanya pelatihan dan semi- a. adanya tuntutan yang lebih
Keperawatan perhatian khusus merupakan kegiatan nar tentang manajemen tinggi dari masyarakat un-
b. terapat SDM yang mempunyai yang belum dilakukan keperawatan tuk mendapatkan
pengalaman dalam bidang keper- di ruangan carnation b. adanya kesempatan dari pelayanan yang profe-
awatan bedah atau pun penyakit b. perawat belum paham kepala ruangan untuk men- sional
dalam mengenai pelaksanaan gadakan ronde keperawatan b. persaingan antar ruangan
c. sudah terdapat SPO ronde keper- ronde keperawatan pada perawat dengan adanya semakin kuat dalam pem-
awatan mahasiswa praktek manaje- berian pelayanan
men

Dokumentasi a. pendokumentasian dilakukan se- a. SAK dan SPO pendoku- a. adanya program pelatihan a. adanya tuntukan masyarat
Keperawatan jak saat pasien masuk ruang mentasian belum di- dokumentasi keperawatan untuk mendapatkan
rawat inap lakukan secara maksi- b. adanya peluang perawat un- pelayanan keperawatan
b. status pengkajian memuat doku- mal tuk meningkatkan pen- yang profesional
mentasi secara lengkap didikan b. meningkatnya kedasaran
c. kepala ruangan selalu melakukan c. adanya kebijakan RS tentang masyarakat tentang tang-
supervisi pendokumentasian pendokumentasian gung gugat perawat seba-
d. pendokumentasian dilakukan gai pemberi asuhan keper-
pada format yang sudah ada awatan
e. pendokumentasian sudah meng- c. persaingan RS dalam
gunakan EMR (Electric Medical memberikan pelayanan
Recod) keperawatan
f. 100 % Pendokumentasian sudah

56
menggunakan SDKI, SLKI dan
SIKI
Standar asuhan a. kepala ruanga mendukung terlak- a. pelaksanaan standar a. adanya mahasiawa ners a. adanya tuntukan masyarat
keperawatan sananya standar asuhan keper- asuhan keperawatan su- praktek manajemen keper- untuk mendapatkan
awatan dah terdapat SPO akan awatan pelayanan keperawatan
b. tersediannya SPO dalam melak- tetapi pada pelak- b. adanya kerja sama antara yang profesional
sanakan standar asuhan keper- sanaannya belum di- perawat ruangan dengan ma- b. meningkatnya kedasaran
awatan lakukan sesuai SPO hasiswa masyarakat tentang tang-
c. tersediannya format standar c. adanya kebijakan RS tentang gung gugat perawat seba-
asuhan keperawatan standar asuhan keperawatan gai pemberi asuhan keper-
d. proses keperawatan sudah meng- awatan
gunakan EMR yang mempermu-
dah perawat dalam melaksanakan
proses asuhan keperawatan

Tingkat a. Sudah terdapat prototap untuk a. masih terdapat kesala- 1. adanya mahasiawa ners a. adanya tuntukan masyarat
Ketergantungan pengkategorian ketergantungan han dalam menentukan praktek manajemen keper- untuk mendapatkan
pasien ketergantungan awatan pelayanan keperawatan
b. terdapat sarana dan prasana b. belum terdapat tools un- 2. adanya kerja sama antara yang profesional .
dalam pelaksanaan pelayanan tuk membantu mengkat- perawat ruangan dengan ma-
berdasarkan tingkat ketergantun- egorikan pasien hasiswa
gan pasien

Standar 1. Standar prosedur operasional su- 1. SPO sudah tedapat na- 1. adanya mahasiawa ners 1. adanya tuntukan masyarat
Prosedur dah terdapat di sinology keper- mun tidak dijalankan praktek manajemen keper- untuk mendapatkan
Operasional awatan yagng teringrasi oleh se- sesuai SPO yang ada awatan pelayanan keperawatan
(SPO) uma ruang keperawatan untuk beberapa tin- 2. adanya kerja sama antara yang profesional
2. Sudah tersedia format SPO dakan. perawat ruangan dengan ma- 2. meningkatnya kedasaran
3. supervisi tindakan sesuai SPO hasiswa masyarakat tentang tang-
sudah dilakukan secara rutin oleh 3. adanya kebijakan RS tentang gung gugat perawat seba-
kapala ruangan SPO gai pemberi asuhan keper-

57
4. SPO tesusun secara sistematis awatan
dan mudah di akses melalui
sinologi (komputerisasi)

Pasien Pulang 1. tersediannya sarana dan prasarana 1. pelaksanaan dischage 1. adanya mahasiawa ners 1. adanya tuntukan masyarat
dischage planning di ruangan un- planning sudah terdapat praktek manajemen keper- untuk mendapatkan
tuk pasien pulang SPO namun pada pelak- awatan pelayanan keperawatan
2. adanya kartu kontrol berobat sanaannya belum sesuai 2. adanya kerja sama antara yang profesional
3. perawat memberikan pendidikan SPO perawat ruangan dengan ma- 2. meningkatnya kedasaran
kesehatan secara informal kepada 2. keterbatasan waktu dan hasiswa masyarakat tentang tang-
pasien/ keluarga pasien. tenaga perawat 3. adanya kebijakan RS tentang gung gugat perawat seba-
4. terdapat SPO dischage planning dischage planning gai pemberi asuhan keper-
5. pendidikan kesehatan sudah ter- awatan
dokumentasi

Manajemen 1. belum terdapat kesalahan 1. perawat berisiko 1. adanya mahasiawa ners 1. adanya tuntukan masyarat
risiko mengenai Sasaran Keselamatan mengalami human eror praktek manajemen keperawatan untuk mendapatkan pelayanan
Pasien dari SKP1, SKP 2, SKP 3, sehingga perlu dilakukan keperawatan yang profesional
SKP 4, SKP 5, SKP 6. upaya pencegahan secara 2. adanya kerja sama antara
berkelanjutan perawat ruangan dengan 2. persaingan RS semakin
mahasiswa ketat

Material 1. Memiliki sarana dan prasarana 1. Kontroling alat dan 1. Tersedianya dana untuk per- 1. Ada tuntutan tinggi dari
yang dibilang cbaik di wilayah pencatatan utilitas belum baikan sarana dan prasarana masyarkat untuk me-
Banten yang cukup melayani maksimal dijalankan yang rusak atau penambhan lengkapi sarana dan
dengan baik bagi pasien, tenaga barang baru dari bagian pen- prasarana
Kesehatan termasuk sarana gadaan barang ( Logistik
prasarana Universal Precaution Umum)

58
untuk perawat 2. Adanya tuntukan pent-
2. Terdapat administrasi penunjang ingkatan kualitas pelayanan
yang memadai ( form rujukan,
observasi, inform consent, dll)
3. Semua sarana dan prasarana su-
dah digunakan secara optimal
dan elektronik.
4. Alat medis dan sarana prasarana
yang tersedesia sudah sesuai
berdasarkan standar dari DEP-
KES dibuktikan dengan surat
izin operasional
d.
Market 1. Indikator Rawat Inap Tercapat 100 1. sistem kerja perawat 1. adanya mahasiawa ners 1. adanya tuntukan masyarat
% dalam 3 bulan terakhir masih berisiko mengalami praktek manajemen keperawatan untuk mendapatkan pelayanan
kesalahan sehingga keperawatan yang profesional
2. BOR, AVLOS, TOI, BTO sesuai motinoring indikator mutu 2. adanya kerja sama antara
dengan standar Depkes RI. harus selalu dilakukan rumah sait dengan beberapa 2. persaingan RS semakin
perusahan ketat
3, Lokasi Rumah sakit strategis yang 2. indikator rawat inap
terletak dipemukiman elit atas percapaiannya perlu 3. adanya kebijakan RS tentang
kelolaan Grup Ciputra Hospital. ditingkatkan. pencapaian indikator mutu
rawat inap.
3. sudah terjalinnya Kerjasama
dengan berbagai asuransi dan
beberapa perusahaan di wilayah
kabupaten Tangerang.

59
A. ANALISIS SWOT
Matriks IFAS

Faktor-faktor Strategis Bobot Rating Nilai


STENGHT
1. Adanya uraian tugas, peran dan wewenang perawat 4 0,28
0,07
menggunakan metode modifikasi tim
2. Jumlah Perawat S1+ Ners 75 % 0,03 3 0,09

3. Di ruang carnation sudah terdapat Clinical Intructor 0,03 2 0,06


(CI)
4. Koordinator dan PJ sudah tersertifikasi manajemen 0,05 3 0,15
bangsal rawat inap
5. Rasio pasien dan perawat disesuaikan dengan jenis 0,04 4 0,16
ketergantungan pasien
6. Motivasi kerja perawat ruang carnation didapatkan 0,04 4 0,16
sebesar 85 % maka dapat diasumsikan baik.
7. Kepuasan kerja perawat di ruang carnation sebesar 75% 0,04 4 0,16
maka dapat diasumsikan baik.
8. Sistem pembayaran yang dapat digunakan dapat di-
lakukan secara umum, dan semua jenis asuransi baik 0,03 2 0,06
swasta atau taspen.
9. Kompensasi dibedakan berdasarkan level klinik dan 0,04 3 0,12
lama kerja
10. RS memiliki visi, misi sebagai acuan dlam
melakukam kegiatan pelayanan disertai dengan 0,04 4 0,16
moto dan nilai-nilai
11. Pelaksanaan Supervisi rutin dilakukan oleh kepala ruan- 0,04 3 0,12
gan
12. sudah terdapat SPO ronde keperawatan 0,04 2 0,08

13. pendokumentasian sudah menggunakan EMR (Electric 0,04 3 0,12


Medical Recod)
14. 100 % Pendokumentasian sudah menggunakan SDKI, 0,04 4 0,16
SLKI dan SIKI
15. terdapat sarana dan prasana dalam pelaksanaan 0,04 4 0,16
pelayanan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
16. SPO tesusun secara sistematis dan mudah di akses 0,04 3 0,12
melalui sinologi (komputerisasi)
17. perawat memberikan pendidikan kesehatan secara in- 0,04 3 0,12
formal kepada pasien/ keluarga pasien.

60
18. Keselamatan Pasien dari SKP1, SKP 2, SKP 3, 0,04 3 0,12
SKP 4, SKP 5, SKP 6.
19. Memiliki sarana dan prasarana yang dibilang cbaik
di wilayah Banten yang cukup melayani dengan
baik bagi pasien, tenaga Kesehatan termasuk 0,04 3 0,12
sarana prasarana Universal Precaution untuk per-
awat
20. Alat medis dan sarana prasarana yang tersedesia
sudah sesuai berdasarkan standar dari DEPKES 0,04 4 0,16
dibuktikan dengan surat izin operasional
21. Indikator Rawat Inap Tercapat 100 % dalam 3 bu- 0,05 4 0,2
lan terakhir
22. BOR, AVLOS, TOI, BTO sesuai dengan standar 0,05 4 0,2
Depkes RI.
23. Lokasi Rumah sakit strategis yang terletak
dipemukiman elit atas kelolaan Grup Ciputra Hos- 0,05 3 0,15
pital.
24. Sudah terjalinnya Kerjasama dengan berbagai asur-
ansi dan beberapa perusahaan di wilayah kabu- 0,04 3 0,12
paten Tangerang.
1 79 3,35

Weakness
1. Pelatihan yang dirumah sakit memiliki
keterbatasan peserta, sehingga ilmu yang didapat -0,14
0,07 -2
tidak tersalurkan dengan maksimal pada perawat
yang lain
2. Masih terdapat PJ Shift dengan Pendidikan D3 0,1 -4 -0,4
Keperawatan.
3. Adanya keterbatasan kenaikan kompetensi yang 0,05 -2 -0,1
diatur oleh kebijakan perusahaan.
4. Belum adanya visi misi di ruangan carnation 0,05 -2 -0,1

5. Belum terdapat struktur organisasi di ruang carna- 0,05 -2 -0,1


tion
6. Pelaksanaan model MPKP sudah dilaksanakan 0,08 -2 -0,24
tetapi penerapannya belum maksimal
7. Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang belum 0,07 -2 -0,21
dilakukan di ruangan carnation
8. Pelaksanaan standar asuhan keperawatan sudah terdapat 0,08 -2 -0,24
SPO akan tetapi pada pelaksanaannya belum dilakukan

61
sesuai SPO
9. masih terdapat kesalahan dalam menentukan ketergan- 0,07 -2 -0,14
tungan
10. keterbatasan waktu dan tenaga perawat 0,07 -2 -0,14

11. perawat berisiko mengalami human eror sehingga perlu 0,08 -2 -0,16
dilakukan upaya pencegahan secara berkelanjutan
12. Kontroling alat dan pencatatan utilitas belum mak- 0,09 -2 -0,18
simal dijalankan
13. sistem kerja perawat masih berisiko mengalami ke-
salahan sehingga motinoring indikator mutu harus 0,07 -2 -0,14
selalu dilakukan
14. indikator rawat inap percapaiannya perlu dit- 0,07 -2 -0,28
ingkatkan.
Total 1 -30 -2,2

No Faktor Strategis Skor

1 Strength 3,35

2 Weakness -2,2

Total 1,15

Matriks EFAS

Oportunity
1. Adanya kesempatan kuliah atau melanjutkan ke jenjang 4 0,4
0,1
yang lebih tinggi
2. Ada nya Kerjasama yang baik antara mahasiswa
0,08 2 0,16
Fakultas Ilmu Keperawatan dengan perawat klinik
3. adanya penyesuaian kompensasi setiap tahun
0,09 3 0,27
berdasarkan kebijakan pemerintah
4. Adanya mahasiswa Ners yang praktek Manajemen
0,08 2 0,16
Keperawatan
5. Ada kebijakan Rumah Sakit tentang 0,1 4 0,4

62
profesionalisasi perawat
6. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi 0,08 4 0,32
perawat
7. Adanya kebijakan RS tentang pelaksanaan MPKP 0,1 4 0,4

8. adanya program pelatihan dokumentasi keperawatan 0,08 2 0,16

9. adanya kebijakan RS tentang SPO 0,08 2 0,16

10. Tersedianya dana untuk perbaikan sarana dan prasarana


yang rusak atau penambhan barang baru dari bagian 0,07 3 0,21
pengadaan barang ( Logistik Umum)
11. Adanya tuntukan pentingkatan kualitas pelayanan 0,07 3 0,21

12. adanya kebijakan RS tentang pencapaian indikator 0,07 3 0,21


mutu rawat inap.
1 36 3,06

Threat (Ancaman)

1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk -2 -0,4


pelayanan keperawatan yang lebih professional 0,2

2. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan 0,2 -2 -0,4


pentingnya Kesehatan

3. Tidak tercapainya target perusahaan yang dapat 0,3 -3 -0,9


mempengaruhi penyesuian upah setiap perawat
4. Persaingan antara rumah sakit akan fasilitas dan 0,2 -2 -0,4
harga kamar perawatan yang kompetetif
5. Persaingan dengan Rumah Sakit swasta yang
0,1 -2 -0,2
semakin ketat

1 -11 -2,3

No Faktor Strategis Skor

1 Oportunity 3,06

2 Threat -3,3

63
Total -0,76

DIAGRAM SWOT

Oportunity
4

Weakness -4 0
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 Strength
-1

-2

-3

-4
Threat

Analisis :
Berdasarkan hasil analisa diatas, terlihat baik dari hasil interpolarisasi garis diagonal dan
perhitungan luas masing-masing kuadran membuktikan bahwa posisi analisis SWOT atas
unit kerja ruang Caration Ciputra Hospital berada pada kuadran II (Diversifikasi),
meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini memiliki kekuatan dari segi
interna;. Strategi yang harus diterapkan adalah yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peruang janka Panjang dengan cara strategi diversifikasi.

64
Planning Of Action (POA)
Ruang Rawat Inap Carnation Ciputra Hospital
No Masalah Tujuan Kegiatan/ Sasaran Waktu PJ Indikator
Program Keberhasilan
1
2
3

65
DAFTAR PUSTAKA

Alvarado,K. R. L., Christoffersen, E., Fram, N., Boblin, S., Poole, N., Lucas, J., & Forsyth, S.
(2006). Transfer of accountability: transforming shift handover to enhance patient safety.
Healthcare Quarterly, 9, 75-9.
http://www.hqontario.ca/portals/0/Modals/qi/en/processmap_pdfs/resources_links/
Transfer%20of%20Accountability.pdf
LAMPIRAN
JIM FKep Volume VI No. 3 Tahun 2022

GAMBARAN PELAKSANAAN HANDOVER PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP


RUMAH SAKIT

An Overview of Nurse Handover Implementation in The Hospital Ward

Atrivia ; Noraliyatun Jannah2 ; Ardia Putra2


1Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh 2Bagian Keilmuan Keperawatan Manajemen Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh
Email: viatri0@gmail.com ; nora@unsyiah.ac.id ; ardia@unsyiah.ac.id
ABSTRAK

Handover merupakan proses transfer informasi selama perpindahan perawatan berkelanjutan yang
mencakup pertanyaan, klasifikasi, konfirmasi tentang pasien, tanggung jawab utama dan kewenangan
perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutkan perawatan. Kegagalan dalam proses
mentransfer informasi pasien dalam handover merupakan salah satu penyebab terjadinya medication
errors yang dapat menyebabkan Kejadian Nyaris Cedera (KNC) bahkan Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pelaksanaan handover perawat di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Pendidikan Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
total sampling, didapatkan sampel sebanyak 36 perawat di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Syiah
Kuala. Pengumpulan data menggunakan kuesioner pelaksanaan handover yang dibuat sendiri oleh
peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 32 perawat melakukan handover pada kategori baik
(88,9%) dan 4 perawat berada pada kategori kurang baik (11,1%). Kesimpulan pada penelitian ini
didapatkan bahwa perawat yang bertugas di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Syiah Kuala melaksanakan handover dengan baik. Diharapkan bagi tim manajemen keperawatan sering
melakukan sosialisasi dan pemantauan di Ruang Rawat Inap serta melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan Handover. Kata Kunci: Handover, Perawat Pelaksana, Rumah Sakit. ABSTRACT

Handover is the process of information transfer during a continuing course of care that includes questions,
classifications, confirmation of patients, the primary responsibility and nursing authority from the
previous nurse to the nurse that will continue the treatment. Failure in the process of transferring the
patient's information in handover may in one way result in errors that may result in almost injuries (KNC)
even unexpected events (KTD). The purpose of this study is to find out the details of how a handover
nurse is carried out in the hospital hospital at shia university. The study employed a quantitative
descriptive method with a cross-sectional approach. Sampling techniques using total sampling techniques,
obtained a sample of 36 nurses at the shia university educational hospital in Kuala Lumpur. The data
collection USES the handover performance questionnaires made by researchers themselves. Studies have
shown that 32 nurses are doing handovers in both categories (88.9%) and 4 nurses are less good (11.1%).
The conclusion reached in the study was that the nurse in charge of the shia university education hospital
in Kuala Lumpur conducted a handover well. It is expected that the nursing management team will often
conduct socialization and monitoring in the Inpatient Room and evaluate the implementation of Handover
Keywords: Handover, executive nurse, hospital.
PENDAHULUAN dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Pasien
dan keluarga yang dilibatkan langsung merasa
Rumah sakit merupakan fasilitas penyedia layanan lebih diperhatikan dan meningkatkan perasaan
kesehatan profesional dan bertanggung jawab otonomi atas program terapi yang diberikan
untuk masyarakat sekaligus sebagai instansi (Oxelmark et al., 2020). Komunikasi bisa dianggap
penyedia jasa pelayanan kesehatan perorangan efektif apabila tepat waktu, akurat, lengkap, dan
secara paripurna. Rumah sakit memiliki peran yang dapat diterima oleh penerima informasi dengan
sangat strategis untuk mewujudkan derajat baik. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan
kesehatan yang setinggi-tingginya salah satu proses dan meningkatkan keselamatan pasien (Akhun,
pelayanan yang menunjang proses nya adalah 2020).
keperawatan (Depkes RI, 2018).
Penelitian sebelumnya Nursery (2020)
Menurut World Health Organization (2006) salah menyebutkan bahwa data dari RSUD Jaraga
satu penyebab terjadinya medication errors adalah Sasameh 2018 dimana Kejadian Nyaris Cedera
tidak bagusnya komunikasi antara tenaga kesehatan (KNC) sebanyak 14 kasus dan Kejadian Tidak
profesional dengan pasien. Hal ini berdampak pada Diharapkan (KTD) 10 kasus. Hal ini merupakan
keselamatan pasien di rumah sakit. Begitu pun JCI dampak dari tidak efektifnya handover. Kemudian
(2012) menyatakan bahwa 80% medication errors diperkuat oleh penelitian Setiawan dan Fitriasari
berhubungan dengan misscomunication antar (2021) dimana pada saat penelusuran dokumen
pemberi pelayanan kesehatan. Keterampilan dalam ditemukan bahwa perawat tidak mengisi dokumen
berkomunikasi pada pelaksanaan pelayanan pencatatan handover dengan lengkap, perawat
kesehatan dimulai dari mengidentifikasi pasien hanya melakukan serah terima berdasarkan
merupakan bagian yang sangat penting untuk diagnosis medis tanpa ada diagnosis keperawatan
dilaksanakan untuk mencapai hasil perawatan serta tidak tercatatnya tindak lanjut implementasi
secara optimal, serta menurunkan angka kejadian keperawatan. Kondisi ini dapat terjadi jika
medical error yang diakibatkan oleh kegagalan komunikasi antar perawat kurang baik hal ini
berkomunikasi oleh petugas kesehatan, termasuk di sejalan dengan penelitian yang dilakukan
dalamnya perawat (Simamora, 2020). Kusumaningsih (2019) mendapatkan hasil
responden yang komunikasi SBAR kurang baik 27
Handover merupakan proses transfer komunikasi
responden (54,0%) dengan pelaksanaan handover
antara perawat yang berdinas sebelumnya kepada
kurang baik 17 responden (34,0%) dan pelaksaan
perawat yang berdinas selanjutnya. Komunikasi
handover baik hanya sebanyak 10 responden
yang terjadi pada proses perpindahan shift jaga ini
(20,0%).
merupakan upaya untuk mempertahankan asuhan
keperawatan yang berkesinambungan (Fernanda, Menurut penelitian Maurissa (2019) bedside
2019). Handover secara lengkap dibagi menjadi handover di RSUD Pemerintah Aceh sudah
tiga tahap yaitu: 1) pra handover, 2) pelaksanaan dilakukan tapi belum sistematis dan optimal
handover dan 3) post handover. Efektifitas penerapannya. Kondisi ini didukung dengan hasil
handover antar shift bukan hanya dapat wawancara yang dilakukan kepada sepuluh perawat
mengurangi resiko terjadinya insiden keselamatan di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Syiah
pasien namun juga menjadi upaya untuk Kuala, yang mengatakan bahwa insiden
meningkatkan kualitas pelayanan yang ada. keselamatan pasien disebakan oleh sarana
Perawat saling berkomunikasi dengan prinsip prasarana yang tidak memadai salah satunya sarana
SBAR untuk mempertahankan kesesuaian dalam pelaksanaan serah terima pasien atau
informasi berdasarkan kondisi pasien yang menjadi handover dimana belum adanya SPO (Standar
tanggung jawabnya. Tindak lanjut dan Prosedur Operasional) dan kerangka komunikasi
kesinambungan pelayanan dan asuhan keperawatan dalam proses handover.
menjadi point penting dalam kegiatan pelaksanaan
handover antar shift. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
Pelaksanaan handover dengan melibatkan pasien kuantitatif dengan desain cross sectional study.
dan keluarga secara langsung di samping tempat Pengambilan sampel menggunakan teknik total
tidur pasien memiliki dampak yang signifikan sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah
perawat di Rumah Sakit Pendidikan Universitas 4. Lama Bekerja
Syiah Kuala seabanyak 36 perawat. Penelitian ini <3 Tahun 6 16,70
berlangsung dari tanggal 21-25 Agustus 2022. >3 Tahun 30 83,30
Penelitian ini menggunakan analisis univariat. Sumber: Data Primer (Diolah 2022)
Penelitian ini dilakukan dengan izin oleh Komite
Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa
Etik Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
distribusi proses handover perawat pelaksana di
Kuala dengan nomor uji etik 111134130722.
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Pendidikan
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Universitas Syiah Kuala dapat disimpulkan bahwa
kuesioner handover yang terdiri dari 15 pertanyaan mayoritas responden yang melaksanakan proses
bentuk positif. Kuesioner sudah diuji baik validitas handover dengan baik sebanyak 30 orang (83.3%)
maupun reliabilitasnya. Uji validitas dilakukan dan kurang baik
dengan menggunakan content validity yang
dalam melaksanakan proses handover sebanyak 6
dilakukan oleh expert selanjutnya dilakukan
orang (16.7%).
construct validity dengan nilai r tabel lebih besar
dari ≥ 0,444. Uji reliabilitas telah diuji dengan nilai Tabel 5. Distribusi Post Handover Perawat
skor cronbach alpha 0,72. Pelaksana di Rumah Sakit (n=36)
HASIL Pelaksa Pelaksa f %
na di naan
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan
Rumah Handov
terhadap 36 responden pada perawat di Rumah
Sakit er
Sakit Pendidikan Universitas Syiah Kuala
(n=36)
didapatkan hasil sebagai berikut
No.
1.Data Demografi
1 Baik 32 88,90
Tabel 1. Data f %
2 Kurang 4 11,10
Data demogr
Demogr afi Baik
afi
Total 36 100,0
Respon
den
(n=36)
No. PEMBAHASAN
1. Usia
Remaja 1 2,80 1. Gambaran Pelaksanaan Handover Perawat
Akhir (17- Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
25 Tahun) Pendidikan Universitas Syiah Kuala.
Dewasa 13 36,10
Awal (26- Berdasarkan data pada tabel 2 didapatkan hasil
35 Tahun) bahwa sebanyak 32 orang (88,9%) memiliki tingkat
Dewasa 21 58,30 pelaksanaan handover yang baik. Hasil yang
Akhir (36- didapatkan dalam penelitian ini mengindikasikan
45 Tahun) mayoritas perawat pelaksana di Rumah Sakit
Lansia 1 2,80 Pendidikan Universitas Syiah Kuala melaksanakan
Awal (46- handover dengan baik. Hasil penelitian ini sejalan
55 Tahun) dengan penelitian Trinesa, Arif & Murni (2020)
2. Jenis Kelamin terhadap 138 perawat menunjukkan bahwa
Laki-laki 5 13,90 sebagian besar pelaksanaan handover berada dalam
Perempuan 31 86,10 kategori baik sebanyak 88 orang (63,8%). Hasil
3. Pendidikan penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang
DIII 21 58,30
dilakukan oleh Fatrida dkk (2019) yang
DIV 1 2,80
menyebutkan sebanyak 39 orang (66,1%)
S1/Ners 14 38,90
melaksanakan handover dengan baik, hal ini kamar dan hari perawatan, menyebutkan diagnosa
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan masa kerja medis, dan masalah keperawatan pasien yang sudah
perawat yang lebih dari 3 tahun. maupun yang belum teratasi.

Pelaksanaan handover yang efektif adalah Handover merupakan salah satu prosedur yang
handover yang dilakukan dengan penjelasan secara beresiko jika tidak dilakukan dengan profesional
singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri dan sesuai dengan standar prosedurnya karena
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan dapat menjadi faktor utama penyumbang terjadinya
dan belum dilakukan, dan perkembangan pasien
saat itu. Handover yang dilaksanakan dengan baik kesalahan dan penundaan pelayanan berikutnya
dapat membantu mengidentifikasi kesalahan serta pada pasien (Nopriyanti & Hariyati, 2017).
memfasilitasi kesinambungan perawatan pasien Menurut Maurissa & Yuswardi (2019) dimana
(Alvarado et al., 2006). pelaksanaan bedside handover di Rumah Sakit
Kota Banda Aceh berjumlah 427 observasi
Menurut Nursalam (2015) kegiatan pelaksanaan (75,71%) berada pada katagori terlaksana. Hal ini
handover dilakukan setiap pergantian shift. Pada tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
saat pelaksanaan handover, perawat pelaksana shift Kusumaningsih (2019) yang menyatakan bahwa
yang bertugas akan melaporkan keadaan dan perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap sebanyak
perkembangan pasien selama bertugas kepada 27 orang (54,0%) dengan pelaksanaan handover
perawat pelaksana yang akan berdinas selanjutnya. kurang baik, hal ini dikarenakan kurangnya
Perawat shift yang akan berdinas berikutnya penerapan komunikasi SBAR pada saat
memberikan klarifikasi terkait intervensi pelaksanaan handover. Sehingga berdampak pada
keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan, keselamatan pasien dengan angka kejadian KTD
intervensi kolaboratif dan dependen, rencana (Kejadian Tidak Diharapkan) maupun KNC
umum maupun persiapan yang perlu dilakukan (Kejadian Nyaris Cidera). Didukung dengan
serta hal yang belum jelas atau laporan yang telah penelitian yang dilakukan oleh Safrina & Rahma
disampaikan kemudian. Trinesa, Arif & Murni (2019) meyebutkan bahwa pelaksanaan handover
(2020) menyatakan handover (operan) yang berdasarkan data audit yang dilakukan pada kepala
dilakukan sudah berjalan dengan baik, sudah ruang, katim dan perawat pelaksana angkanya
mewakili segala aktivitas proses pelaksanaan masih berada dibawah 60% sehingga sangat rentan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat dan telah untuk terjadinya KTD dan KNC.
dikuasai dengan baik oleh perawat. Alur
pelaksanaan operan dilakukan pada tiga tahap yaitu 2. Gambaran Pra Handover Perawat Pelaksana Di
pra handover, handover dan post handover. Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Syiah Kuala.
Penelitian yang dilakukan oleh Hilda, dkk (2018)
menyebutkan bahwa sebanyak 47 perawat sudah Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil bahwa tingkat
menerapkan handover dengan metode SBAR. pra handover responden berada pada kategori baik
Namun 30 perawat lainnya memiliki implementasi yaitu sebanyak 32 orang (88.9%). Hasil yang
yang buruk hal ini disebabkan karena tidak semua didapat dalam penelitian ini berdasarkan kategori
perawat dapat menyebutkan tanggal masuk maupun baik dan kurang baiknya mayoritas perawat di
lama hari perawatan pasien. Perawat bisa seperti itu Rumah Sakit Pendidikan Universitas Syiah Kuala
dikarenakan banyaknya pasien yang dirawat melaksanakan proses pra handover dengan baik.
sehingga perawat tidak dapat memaksimalkan Dalam tahap pra handover harus sesuai Standar
laporan yang sesuai dengan prosedur. Beberapa Operasinal Prosedur (SOP) yang digunakan dalam
perawat juga sering tidak menyebutkan pasien setiap setting tempat (Nursalam, 2015). Ruang
memiliki alergi, sama halnya dengan penelitian rawat inap yang ada di Rumah Sakit Pendidikan
yang dilakukan oleh Larira (2018) menunjukkan Universitas Syiah Kuala memiliki tim keperawatan
bahwa sebanyak 9 perawat terkadang tidak yang masing-masing ruangan terdiri dari 3 tim
melaksanakan beberapa poin penting dari keperawatan, yaitu tim A, tim B dan tim C.
handover. Namun untuk hasil komunikasi berjalan Masing-masing memiliki peranan dalam mengelola
dengan efektif sebanyak 24 perawat dapat pasien berdasarkan ruangan. Hal tersebut didukung
menyebutkan nama, umur, tanggal pasien masuk, oleh Nursalam (2015) bahwa metode tim terdiri
dari 2-3 tim perawatan dalam satu ruangan dimana JIM FKep Volume VI No. 3 Tahun 2022
tim perawatan ini menyediakan perawatan terhadap
kelompok pasien tertentu yang telah ditentukan 168
oleh kepala ruang. Setelah perawat mendapat
yang dilakukan oleh kepala ruang atau penanggung
pasien kelolaan masing-masing, selanjutnya
jawab shift, serta laporan tentang kondisi pasien
dilakukan tahap persiapan lembar CPPT (Catatan
apakah ada kemajuan atau kemunduran (Nursalam,
Perkembangan Pasien Terintegrasi) yang akurat
2015).
berisi tentang identitas pasien, catatan
perkembangan pasien, keluhan pasien, rencana Pelaksanaan handover adalah fase penting dalam
perawatan, catatan obat, keseimbangan cairan, proses perawatan pasien karena menyangkut
penilaian resiko jatuh atau ulkus, hasil penunjang dengan akuntabilitas dan tanggung gugat perawat
medis, perencanaan keuangan, tindakan terhadap peralihan tanggung jawab dalam
keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan, perawatan pasien (Washington, Brown, & Gilmore,
juga informasi yang sensitif seperti HIV dan 2015). Dalam studi yang dilakukan oleh Safrina,
kondisi lainnya (Nursalam, 2015; Chaboyer et al, Hariyati, & Fatmawati (2019) menunjukkan bahwa
2008; Wallis, 2010). implementasi peningkatan dalam metode serah
terima mampu memberikan akuntabilitas
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hidajah,
pelaksanaan berupa adanya tanda tangan verifikasi
dkk (2018) dan Fadilah, dkk (2016), disebutkan
serah terima pasien pada format catatan terintegrasi
bahwa sebanyak 87,14% perawat masuk dalam
atau CPPT sebesar 88,9% yang menunjukkan
kategori komunikasi yang efektif dalam
kesadaran diri perawat terhadap akuntabilitas.
melaksanakan pra handover atau persiapan sebelum
handover. Hal ini sejalan pula dengan prinsip Dalam penelitian Umaternate dkk (2015)
handover berdasarkan Australian Commission on didapatkan hasil 64,5% perawat melakukan
Safety and Quality in Health Care (2010) identifikasi pasien secara benar, hal tersebut
menyatakan bahwa handover membutuhkan dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu
persiapan terlebih dahulu, handover harus pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien.
diorganisasikan dengan baik termasuk kepala Apabila pengetahuan keselamatan pasien diketahui
ruangan sebagai pemimpin dalam proses handover, perawat dengan baik maka kesalahan dalam
serah terima harus dilakukan dengan lingkungan melakukan tindakan kepada pasien akan terhindar.
yang nyaman, serta harus terdapat akuntabilitas dan Perawat saat melakukan handover harus
responsibilitas pelaksanaan serah terima pasien menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien
serta hal-hal penting seperti diagnosa medis, hal
3. Gambaran Proses Handover Perawat Pelaksana
tersebut dikarenakan perlunya tindak lanjut
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Pendidikan
mengenai apa saja yang akan dilakukan ketika shift
Universitas Syiah Kuala.
jaga nanti (Nursalam, 2015).
Berdasarkan data pada tabel 4 didapatkan bahwa
4. Gambaran Post Handover Perawat Pelaksana Di
sebanyak 30 orang (83.3%) memiliki tingkat proses
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Pendidikan
handover yang baik. Hasil yang didapat dalam
Universitas Syiah Kuala.
penelitian ini mayoritas perawat di Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Syiah Kuala melaksanakan Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil bahwa
proses handover dengan baik. Dalam proses sebanyak 32 orang (88.9%) memiliki tingkat post
handover yang dilakukan menggunakan Standar handover yang baik. Hasil yang didapat dalam
Operasinal Prosedur (SOP) yang dibuat oleh penelitian ini berdasarkan kategori baik dan kurang
Rumah Sakit dan ada beberapa hal yang harus baik mayoritas perawat di Rumah Sakit Pendidikan
diperhatikan dalam melakukan handover. Universitas Syiah Kuala melaksanakan post
diantaranya kejelasan komunikasi yang didukung handover dengan baik. Dalam tahap post handover
dengan kelengkapan informasi yang disampaikan, perawat harus melaksanakannya sesuai Standar
akurasi terhadap pasien, penggunaan istilah atau Operasinal Prosedur (SOP) yang diterapkan dalam
kata-kata yang mudah dipahami, ketersediaan suatu layanan kesehatan (Nursalam, 2015).
sumber dan sarana, monitoring Menjelang berakhirnya serah terima sebaiknya
perlu dilakukan diskusi apabila ada masalah baru
yang muncul sebelum perawat akan melakukan INDONESIA).
implementasi keperawatan (Nursalam, 2016; http://repo.stikesperintis.ac.id/id/eprint/1249
Chaboyer et al, 2008; Wallis, 2010).
Hidajah U, et al. 2018. Peran komunikasi SBAR
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dalam pelaksanaan handover di ruang rawat inap
tentang Gambaran Pelaksanaan Handover Perawat RSPS. NersMid Jurnal Keperawatan dan
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit yang dilakukan Kebidanan. 1(2), 72-81
di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Syiah http://nersmid.unmerbaya.ac.id/index.php/nersmid/
Kuala kepada 36 perawat, dapat disimpulkan article/view/13 Hilda, H., Setiadi, R., Wahyuni, E.
bahwa tingkat pelaksanaan handover perawat P., Supriadi, S., Loriana, R., Rasmun, R., &
pelaksana berada dalam kategori baik dengan Nurachmah, E. (2018). Strengthening patients
persentase 88.9%, tingkat pra handover perawat safety culture through the implementation of SBAR
pelaksana sebagian besar berada dalam kategori communication method. Health Notions, 2(8), 856-
baik dengan 88.9%, tingkat proses handover 861. https://doi.org/10.33846/hn.v2i8.262
perawat pelaksana dalam kategori baik dengan
83.3% dan tingkat proses post handover perawat Kementerian Kesehatan, R. . (2018). PMK No 26
pelaksana berada dalam kategori yang baik juga Tahun 2019 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU
dengan persentase 88,9%. REFERENSI Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.

AHHA (Australian Healthcare & Hospitals Kusumapradja, R. (2019). Patient safety in nursing.
Association). (2009). Clinical Handover: System Makalah seminar. Tidak dipublikasikan
cange, Leadership and Principles. Alvarado,K. R.
Kusumaningsih, D., & Monica, R. (2019).
L., Christoffersen, E., Fram, N., Boblin, S., Poole,
Hubungan komunikasi SBAR dengan pelaksanaan
N., Lucas, J., & Forsyth, S. (2006). Transfer of
timbang terima perawat di Ruang Rawat Inap
accountability: transforming shift handover to
RSUD Dr . A . Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung.
enhance patient safety. Healthcare Quarterly, 9, 75-
Indonesian Jurnal of Health Development, 1(2),
9.
25–35. https://doi.org/10.52021/ijhd.v1i2.13
http://www.hqontario.ca/portals/0/Modals/qi/en/pro
cessmap_pdfs/resources_links/Transfer%20of Larira D. M., Rasmiati, K., & Kasih, F. I. (2018).
%20Accountability.pdf Fadilah, A., & Yusianto, The relationship between implementation of SBAR
W. (2016). Perbedaan pelaksanaan timbang terima communication techniques and patient safety in
pasien sebelum dan sesudah menggunakan ICU and ICCU Departments at Kendari General
komunikasi SBAR terhadap penerapan patient Hospital. Sorume Health Sciences Jurnal. 1(1), 1-8.
safety oleh perawat pelaksana di Rs. Siti Khodijah http://usnsj.com/index.php/shsj/article/view/1058/6
Sepanjang Sidoarjo Jawa Timur. Jurnal 34
Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia
Utama, 5(2). https://doi.org/10.31596/jcu.v1i5.144 Maurissa, A., & Yuswardi, Y. (2019). Pelaksanaan
Fatrida, D., & Nuriman, D. I. (2019). Hubungan bedside handover oleh perawat di Ruang Rawat
tanggung jawab, komunikasi, dan dokumentasi Rumah Sakit Banda Aceh. IDEA Nursing Journa,
dengan pelaksanaan handover. Jurnal'Aisyiyah X(1),63-68.
Medika, 4. https://scholar.archive.org/work/sgc7b2 https://doi.org/10.52199/inj.v10i1.16632
Nopriyanto, D., & Hariyati, R. T. S. (2017).
JIM FKep Volume VI No. 3 Tahun 2022 Optimalisasi pelaksanaan timbang terima dalam
metode asuhan keperawatan dengan model tim:
169
Pilot study. Holistik Jurnal Kesehatan, 11(1), 14-
cyozckdkyeyxuslnk6gq/access/wayback/http:// 22.
jurnal.stikes-aisyiyah-palembang.ac.id/index.php/ http://www.ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holis
JAM/article/download/215/194 Fernanda, Y. tik/article/download/118/63
(2019). Pelaksanaan operan keperawatan
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan,
menggunakn teknik komunikasi Sbar di ruang
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Azzahrawi RSI Yarsi Bukittinggi tahun 2019
Salemba Medika, Jakarta. Nursery, S. M. C.,
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS PERINTIS
Chrismilasari, L. A., & Oktaviana, F. (2021).
Gambaran pelaksanaan timbang terima oleh Washington, N., Brown, L., & Gilmore, J. (2015).
perawat di ruang rawat inap RSUD Jaraga Standardizing the OR to PACU patient hand over.
Sasameh. Khatulistiwa Nursing Journal, 3(2). AORN, 101, P10–P12. https://doi.org
https://doi.org/10.53399/knj.v3i2.98 Oxelmark, L.,
Whitty, J. A., Ulin, K., Chaboyer, W., Gonçalves, Yanti, R. I., & Warsito, B. E. (2013). Hubungan
A. S. O., & Ringdal, M. (2020). Patients prefer karakteristik perawat, motivasi dan supervisi
clinical handover at the bedside; nurses do not: dengan kualitas dokumentasi proses asuhan
evidence from a discrete choice experiment. keperawatan. Jurnal Manajemen Keperawatan
International journal of nursing studies, 105, Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 1(2), 107-
103444. 114.
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2019.103444 https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JMK/article/v
iew/1006/1055
Safrina, N., Hariyati, R. T. S., & Fatmawati, U.
(2019). Optimalisasi pelaksanaan serah terima JIM FKep Volume VI No. 3 Tahun 2022
pasien antar shift keperawatan di ruang rawat inap
dewasa di Rumah Sakit. IDEA Nursing Journal.
10(1), 37-43,
https://doi.org/10.52199/inj.v10i1.15646

Safrina, N., & Rahmah, S. (2019). optimalisasi


pelaksanaan serah terima pasien antar shift
keperawatan di Ruang Rawat Inap Dewasa Rumah
Sakit X Jakarta: Pilot Study. Jurnal Kesehatan
Almuslim, 4(8), 30–36.
http://www.journal.umuslim.ac.id/index.php/jka/art
icle/view/291

JIM FKep Volume VI No. 3 Tahun 2022

170

Setiawan, H., & Fitriasari, N. (2021). Analisis


Pelaksanaan Timbang Terima Pasien Antar
Perawat di Unit Rawat Inap RSU “X” Tahun 2019.
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
31(2), 143-152.
https://doi.org/10.22435/mpk.v31i2.3736

Simamora R. H. (2018). Buku Ajar Keselamatan


Pasien Melalui Timbang Terima Pasien Berbasis
Komunikasi Efektif: SBAR. USU Press, Medan.

Trinesa, D., Arif, Y., & Murni, D. (2020). Faktor–


faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan
handover perawat. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah
Problema Kesehatan. 5(3), 448–457.
http://doi.org/10.22216/jen.v5i3.5283

Umaternate T S., dkk. (2015). Hubungan


pelaksanaan identifikasi pasien secara benar
dengan kepuasan pasien di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RSUP Prof.DR.R.D Kandou Manado.
EJournal Keperawatan. 3(2). 1-6.
https://doi.org/10.35790/jkp.v3i2.8084
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

Jurnal Kesehatan Medika Saintika


Volume 10 Nomor 2 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id

130 S EK O L A H T I NG G I I L M U K E S E H ATA N SY EDZ N A SAI T I K A e-ISSN : 2540-961 p-


ISSN : 2087-8508 PENGARUH KEPUASAN PASIEN MENGENAI METODE SERAH TERIMA PASIEN
DENGAN BEDSIDE HANDOVER THE EFFECT OF PATIENT SATISFACTION ON METHODS THANK
THE PATIENT WITH BEDSIDE HANDOVER

Siti Aisyah Nur 1 , Hafni Bachtiar2 , Leni Merdawati3 1Mahasiswa Keperawatan Universitas Andalas 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3 Program Studi Magister Keperawtan Universitas Andalas Email :
siti_aisyahnur@ymail.com

ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk melacak kepuasan pasien terkait dengan metode serah terima pasien
dengan cara membandingkan dua metode yaitu metode serah terima pasien dengan tradisional dan
bedside handover.Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional comparative study.
Dilaksanakan di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Padang yaitu di ruangan Shafa dan Marwa,
sedangkan untuk RSI Bukittinggi di ruang rawat inap Penyakit Dalam dan Bedah. Dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. dalam pengumpulan data
menggunakan angket, kuesioner dan wawancara mendalam. hasil penelitian menunjukan bahwa
Kepuasan pasien mengenai serah terima pasien dengan tradisional mampu memenuhi harapan
pasien sebesar 70,17% lebih rendah dibandingkan kepuasan pasien mengenai serah terima pasien
dengan bedside handover yang mampu memenuhi harapan pasien sebesar 88,24%. Kata kunci:
Kepuasan pasien; metode serah terima; tradisional, bedside handover ABSTRACT This study aims to
track patient satisfaction related to the method of patient handover by comparing two methods
namely the method of handover of patients with traditional and bedside handover. The research
design used is cross sectional comparative study. Implemented in the inpatient room RSI Ibn Sina
Padang is in the room Shafa and Marwa, while for RSI Bukittinggi in inpatient wards of Disease and
Surgery. Using consecutive sampling sampling technique. In data collection using questionnaires,
questionnaires and indepth interviews. Result of research indicate that patient satisfaction about
handover of patient with traditional able to fulfill patient expectation equal to 70,17% lower than
patient satisfaction about handover patient with bedside handover able to fulfill patient expectation
equal to 88,24%.

Keywords: Patient satisfaction, handover method, traditional, bedside handover


PENDAHULUAN KTD tersebut, salah satu penyebabnya adalah
kesalahan komunikasi baik secara verbal atau
Upaya peningkatan pelayanan kesehatan, tidak
lepas dari pelayanan keperawatan yang tertulis antar multidisiplin dan antar shift,
berkesinambungan dengan mempromosikan selain itu juga diakibatkan karena masalah
perawatan yang baik sesuai standar professional sumber daya manusia diantaranya adalah
dan hukum (College of registered nurses of British tidak mengikuti kebijakan yang telah
Columbia, 2007). Salah satu bentuk pelayanan disepakati berupa standard operating
yang diberikan kepada pasien adalah melalui
procedure (SOP), pengetahuan yang tidak
pemberian asuhan keperawatan, pengobatan
adekuat, identifikasi pasien yang kurang
dan rasa aman bagi pasien, keluarga serta
tepat, pengkajian pasien yang tidak lengkap,
masyarakat (Aditama,T, 2003). Pemberian
sumber daya manusia yang tidak
asuhan keperawatan yang aman kepada
memadaiserta fungsi keperawatan yang tidak
pasien dapat mencegah terjadinya Kejadian
adekuat (agency for healthcare research and
yang Tidak Diharapkan (KTD). Berdasarkan
quality, 2003). Pemberian asuhan
laporan dari Institute of Medicine Amerika,
keperawatan merupakan kebutuhan dasar
bahwa di Utah dan Colorado ditemukan
yang diperlukan oleh setiap pasien rawat inap.
kejadian tidak diharapkan sebesar 2,9% dan
Salah satunya adalah prosedur serah terima
6,6% di antaranya meninggal dunia, padahal
yang merupakan kegiatan sehari-hari dan
53% dari jumlah KTD tersebut dapat dicegah
harus dilakukan perawat. Pelaksanaan serah
(Preventable adverse events).Data kejadian
terima pasien merupakan tindakan
KTD tertinggi terjadi pada pasien rawat inap,
keperawatan yang secara langsung akan
sebagaimana dilaporkan Institute of Medicine
berdampak pada perawatan pasien, selain itu
(IOM) bahwa angka kematian akibat KTD pada
serah terima dibangun sebagai sarana untuk
pasien rawat inap di seluruh Amerika
menyampaikan tanggung jawab serta legalitas
berjumlah 33,6 juta per tahun. Salah satu
yang berkaitan dengan pelayanan
penyumbang KTD adalah pelaksanaan serah
keperawatan kepada pasien (Wallis, 2010).
terima pasien di ruangan yang kurang optimal
Serah terima pasien termasuk pada sasaran
(Cohen dan Hilligoss, 2009). Kondisi ini akan
yang kedua yaitu peningkatan komunikasi
mengakibatkan pemberian asuhan
yang efektif petugas kesehatan. Kesalahan
keperawatan yang tidak memuaskan pasien.
akibat penyampaian serah terima pada saat
Data Indonesia menurut ( U ta r in i, 20011)
pergantian shift akan berakibat pada
menyatakan bahwa dari 15 rumah sakit
menurunnya indikator kualitas pelayanan
dengan 4.500 rekam medis menunjukkan
terutama patient safety suatu rumah sakit
angka kejadian tidak diharapkan yaitu 8,0-
(Pranatha, A., & Karimah, 2017). Serah terima
98,2 untuk diagnostic error dan 4,1-91,6%
pasien harus dilakukan seefektif mungkin
untuk medication error.Laporan insiden
dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan
keselamatan pasien di Indonesia diketahui
lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) 46%.
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan
Kesalahan dalam proses pelayanan
atau belum dan perkembangan pasien saat
disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya
itu. Informasi yang disampaikan akurat
proses pelayanan disebabkan oleh petugas
sehingga kesinambungan asuhan
(85%) dan peralatan (15%). Hal ini
keperawatan dapat berjalan dengan
menggambarkan bahwa petugas memiliki
sempurna. Serah terima dilakukan oleh
peran penting dalam pelayanan kepada
perawat primer keperawatan kepada perawat
pasien (Kongres PERSI, 2007). Tingginya angka
primer (penanggung jawab) dinas sore atau
dinas malam secara tertulis atau lisan, disamping tempat tidur pasien yang bertujuan
diperlukan juga suatu komunikasi yang jelas untuk berbagi informasi antara pasien dan
tentang kebutuhan klien terhadap apa yang petugas untuk memastikan kesinambungan
sudah dilakukan intervensi dan yang belum, perawatan dan merupakan proses interaktif,
serta respon pasien yang terjadi. Perawat memberikan kesempatan pasien untuk
melakukan timbang terima dengan berjalan memberikan masukan dan menyampaikann
bersama dengan perawat lainnya dan masalahnya. Melalui pendekatan bedside
menyampaikan kondisi pasien secara akurat handover maka perawat dapat memastikan
didekat pasien. Cara ini lebih efektif dari pada keselamatan pasien yang mencakup
harus menghabiskan waktu orang lain untuk lingkungan pasien seperti posisi tempat tidur,
membaca dan akan membantu perawat alat-alat medis disamping pasien berfungsi
dalam menerima serah terima secara nyata. dengan baik dan memastikan terapi medikasi
Clair dan Trussel (dalam Kerr, 2001) yang diberikan sesuai program. Pelaksanaan
menyusun pengertian dari handover adalah bedside handover yang berkualitas akan
komunikasi oral dari informasi tentang pasien mampu menggali data tentang pasien. Tujuan
yang dilakukan oleh perawat pada pergantian operan disini adalah : 1). Perawat dapat
shift jaga. Menurut (Cohen, M.d, & Hilligoss, mengikuti perkembangan klien secara
2009) ada dua jenis metode serah terima paripurna. 2). Meningkatkan kemampuan
yaitu serah terima dengan metode tradisional komunikasi antar perawat.3). Akan terjalin
dan serah terima dengan metode bedside suatu hubungan kerjasama yang bertanggung
handover. Operan perawat dulunya dilakukan jawab antar anggota tim perawat.4).
dengan cara tradisonal yaitu: 1.dilakukan Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap
hanya di meja perawat. 2. Menggunakan satu klien yang berkesinambungan dan pasien
arah komunikasi sehingga tidak akan merasa puas apabila kinerja layanan
memungkinkan munculnyaan pertanyaan kesehatan yang diperolehnya sama atau
atau diskusi. 3.Jika ada pengecekan ke pasien melebihi harapannya dan sebaliknya,
hanya sekedar memastikan kondisi secara ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien
umum.4. Tidak ada kontirbusi atau feedback akan muncul apabila kinerja layanan
dari pasien dan keluarga, sehingga proses kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait dengan harapannya. Berdasarkan apa yang
status kesehatannya tidak up to date. Operan disebut di atas, pengertian kepuasan pasien
tradisional hanya cukup di meja perawat dapat dijabarkan sebagai berikut.Kepuasan
tanpa mengkonfirmasi keadaan pasien secara pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien
langsung. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan yang timbul sebagai akibat dari kinerja
dari pasien dan perawat karena tidak ada layanan kesehatan yang diperolehnya setelah
komunikasi antara perawat dengan pasien pasien membandingkannya dengan apa yang
yang nantinya bermanfaat bagi pelayanan diharapkannya. Kepuasan pasien merupakan
yang dilakukan (Kassesan and Jagoo, dalam nilai subjektif terhadap kualitas pelayanan
JCI, 2010). Menurut Australian Commission on yang diberikan. Walaupun subjektif tetap ada
Safety and Quality in Healthcare (2007), dasar objektifnya (Finley, 2001 dalam
bedside handover yaitu metode transfer Wahyudi, 2009). Berdasarkan penelitian yang
informasi (termasuk tanggungjawab dan dilakukan oleh Sexton, et al (2004),
tanggunggugat) selama perpindahan pelaksanaan serah terima dengan tatap muka
perawatan yangberkelanjutan atau langsung memiliki efek yang sangat penting
pertukaran antar shift yang dilakukan terhadap kesinambungan perawatan pasien.
Menurut (COHEN, M.D, & HILLIGOS, 2009), Ampek, RSI Ibnu Sina Payakumbuh dan RSI
serah terima keperawatan yang dilakukan Ibnu Sina Padang Panjang. RSI Ibnu Sina
secara continue dapat meningkatkan kualitas dalam mewujudkan Rumah Sakit menjadi tipe
pelayanan keperawatan yang terstruktur dan B dengan pelayanan profesional dan islami
informatif yang didukung dengan adanya melakukan peningkatan mutu secara terus
acuan berupa Standard Operational menerus (Yarsi Sumbar, 2015). Data survey
Prosedure (SOP). Hasil penelitian yang pelayanan keperawatan terhadap pasien
dilakukan Arora dan Johnson (2006) bahwa rawat inap di RSI Ibnu Sina Padang dan
dengan adanya prosedur timbang terima Bukittinggi. RSI Ibnu Sina Bukittinggi diketahui
maka semakin efektif dalam meningkatkan 40% pelayanan serah terima pasien dilakukan
kesinambungan, kualitas serta keselamatan secara tradisional dan 60% dilakukan secara
antara perawat dengan pasien dalam bedside handover. Berdasarkan survey yang
memberikan pelayanan yang berkualitas dilakukan didapatkan data bahwa 23% pasien
kepada pasien. Hasil penelitian (Hemant K.K, sangat puas terhadap pelayanan keperawatan
2005) menyatakan bahwa ada hubungan yang diberikan dalam hal ini juga pelayanan
penerapan serah terima dengan kepuasan keperawatan saat pergantian shift, 62,1%
pasien. Hasil penelitian ini juga didukung oleh menyatakan puas dan 15,5% menyatakan
penelitian (Maxson. PM., n.d.) menyatakan cukup puas (RSI Ibnu Sina Bukittinggi, 2016).
bahwa ada hubungan serah terima antar Hasil studi pendahuluan di RSI Ibnu Sina
perawat dengan terjaminnya keselamatan Padang peneliti melakukan observasi pada
pasien dan kepuasan pasien. Data Indonesia dua ruang rawat inap sebagai studi
penelitian terkait operan dilakukan oleh pendahuluan pada bulan Mei 2016 yang
Rahmi (Yudiakategori baik. Penelitian ini juga berkaitan dengan pelaksanaan serah terima
menemukan bahwa sikap yang ditunjukkan adalah observasi yang dilakukan kepada 10
dalam operan pasien menunjukkan 13% responden diketahui 6 orang dari 10
responden dalam kategori baik, 67% responden (60%) melakukan serah terima
responden dalam kategori cukup dan 20% pasien dengan metode tradisional. Selain
responden dalam kategori kurang. Dari data daripada itu 5 orang pasien dari 10 pasien
tersebut diatas menunjukkan bahwa respon (50%) menyatakan kurang puas terhadap
perawat terhadap pelaksanaan operan masih pelayanan yang perawat berikan. Studi
sangat rendah. Penelitian ( Fr ie s e n , 200 9) pendahuluan yang dilakukan di RSI Ibnu Sina
ditemukan 70% kesesuian antara laporan Bukittinggi pada 10 responden di dua ruang
dengan kondisi sebenarnya terdapat kelalaian rawat inap pada bulan Juli 2016 diketahui 5
12% yang berkaitan dengan serah terima orang dari 10 responden (50%) melakukan
pasien dalam pemberian asuhan serah terima dengan metode tradisional dan
keperawatan. Pendapat lain juga mengatakan menyatakan kurang puas terhadap pelayanan
bahwa pelaksanaan serah terima pasien yang perawat berikan. Sementara itu, hasil
hanya merupakan rutinitas biasa dan wawancara mendalam yang dilakukan oleh
berdasarkan kebiasaan sebelumnya (Evans, et peneliti kepada Kepala Bidang Keperawatan
al, 2008). RS Islam Ibnu Sina merupakan RS dan Kepala Ruangan Rawat Inap di RSI Ibnu
swasta yang berada di bawah Yayasan Rumah Sina Padang menyatakan bahwa penerapan
Sakit Islam (Yarsi) Sumatera Barat. RS Islam serah terima pasien masih menggunakan
Ibnu Sina terdapat di lima Kabupaten/Kota di metode tradisional dengan dilakukannya
Sumatera Barat yaitu RSI Ibnu Sina Bukittinggi, serah terima kepada perawat pengganti di
RSI Ibnu Sina Padang, RSI Ibnu Sina Simpang nurse station dengan menggunakan white
board yang berisi dokumentasi nama pasien, menyatakan kepuasan pasien rawat inap di
nomor rekam medis, tanggal masuk, diagnosis RSUD Sawahlunto memiliki gradasi mulai
medis dan terapi medis, sedangkan untuk dari65% sampai dengan 84%. Perbedaan
diagnosis keperawatan, intervensi dan tingkat kepuasan ini dapat terjadi karena
evaluasi tidak ada. Selain daripada itu hasil terdapatnya perbedaan persepsi dan harapan
wawancara mendalam dengan Kepala Bidang serta kenyataan yang diterima oleh pasien
Keperawatan di RSI Ibnu Sina Bukittinggi dalam pelayanan keperawatan. Hasil
menyatakan bahwa penerapan serah terima penelitian Shaikh, dkk (2008) dalam
pasien yang dilakukan yaitu bedside handover penelitiannya using SERVSQUAL for assessing
dan juga telah menggunakan komunikasi and improving patient satisfaction at a rural
Situation, Background, Assessment, health facility in Pakistan dimana kepuasan
Recommendation(SBAR). Berdasarkan uraian pasien memiliki gradasi mulai dari 34% sampai
diatas peneliti tertarik untuk melakukan dengan 81%. Perbedaan tingkat kepuasan
penelitian mengenaiperbedaan kepuasan dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah
pasien mengenai metode serah terima pasien satunya adalah tempat penelitian. Shaikh, dkk
dengan tradisional dan bedside handover. (2008) melakukan penelitian di daerah rural
METODE Studi ini merupakan penelitian (terpencil) yang memungkinkan semua
kuantitatif menggunakan desain penelitian dimensi kepuasan dalam kondisi keterbatasan
yang digunakan adalah cross sectional atau tidak dapat terpenuhi. Sementara RSI
comparative study. Dilaksanakan di ruang Ibnu Sina Padang dan Bukittinggi yang
rawat inap RSI Ibnu Sina Padang yaitu di menjadi lokasi penelitian berada di daerah
ruangan Shafa dan Marwa, sedangkan untuk district capital (ibukota daerah), dimana
RSI Bukittinggi di ruang rawat inap Penyakit hampir semua aspek kebutuhan rumah sakit
Dalam dan Bedah. Dengan menggunakan lebih mudah untuk dipenuhi oleh pihak
teknik pengambilan sampel consecutive manajemen. Hasil penelitian ini sejalan
sampling, sementara itu jumlah sampel dengan penelitian yang dilakukan oleh
dihitung dengan menggunakan rumus Stanley Fachruddin (2005) pada pendekatan konsep
Lemeshow. Teknik pengumpulan data dengan lima dimensi mutu yaitu reliability,
cara field study yaitu angket, kuesioner, responsiveness, assurance, emphaty, dan
wawancara dan observasi. HASIL Berdasarkan tangibles yang mengumpulkan data kepada
hasil penelitian diketahui bahwa kepuasan 100 responden, menyatakan kepuasan pasien
pasien mengenai serah terima pasien dengan bergradasi dari 55% sampai dengan 86%.
tradisional mampu memenuhi harapan pasien PEMBAHASAN Kepuasan pasien rawat inap
sebesar 70,17%. Sedangkan kepuasan pasien mengenai serah terima pasien dengan
mengenai serah terima pasien dengan tradisional dan bedside handover berdasarkan
bedside handover mampu memenuhi harapan dimensi kepuasan diketahui kepuasan pasien
pasien sebesar 88,24%. Hal ini rawat inap mengenai serah terima pasien
menggambarkan bahwa kepuasan pasien dengan tradisional didapatkan dimensi
mengenai serah terima pasien dengan kepuasan berdasarkan tangibles (bukti fisik)
bedside handover lebih tinggi jika memiliki tingkat kepuasan tertinggi yaitu
dibandingkan tradisional. Walaupun masih 72.16%, diikuti oleh kepuasan dari dimensi
menunjukkan tingkat kepuasan rata-rata yang berdasarkan responsiveness (daya tanggap)
masih bernilai di bawah 90%, namun hasil ini yaitu 71.74% dan assurance (jaminan) 70,05%,
lebih baik bila dibandingkan dengan yang emphaty (empati) 69% dan reliable
ditemukan oleh Sandra (2015) yang (kehandalan) 67,51%. Kelima dimensi
tersebut belum memenuhi kepuasan pasien merasa tidak puas.(Idris, 2012) Penyebab
rawat inap. Kepuasan pasien rawat inap terjadinya ketidakpuasan pasien pada serah
mengenaiserah terima pasien dengan bedside terima secara tradisional disebabkan karena
handover didapatkan dimensi kepuasan proses serah terima lebih banyak dilakukan di
berdasarkan assurance (jaminan) memiliki nurse station, perawat kurang memberikan
tingkat kepuasan tertinggi yaitu 89.70%, kesempatan kepada pasien untuk bertanya
diikuti oleh kepuasan dari dimensi maupun menyampaikan keluhannya.
berdasarkan responsiveness (daya tanggap) Pengecekan ke pasien hanya sekedar
yaitu 88.6% dan tangible (bukti fisik) 88,12%, memastikan kondisi secara umum. Hal inilah
reliable (kehandalan) 87.73% dan emphaty yang menyebabkan tidak ada kontribusi atau
(empati) 87,40%. Kelima dimensi tersebut feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
belum memenuhi kepuasan pasien rawat proses informasi dibutuhkan oleh pasien
inap. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terkait status kesehatannya tidak up to date.
kepuasan pasien rawat inap mengenai serah Pada kuadran B terdapat 4 atribut kepuasan
terima pasien dengan bedside handover lebih yaitu perawat menguasai dan terampil dalam
tinggi dibandingkan dengan tradisional. memberikan pelayanan, pelayanan
Berdasarkan pada diagram kartesius kepuasan pemeriksaan dan pengobatan yang dilakukan
pasien rawat inap mengenai metode serah kepada pasien di lakukan dengan teliti,
terima dengan tradisional diketahui pada perawat bersikap kekeluargaan untuk
posisi kuadran kepuasan pasien yang perlu mengerti kebutuhan pasien, kebersihan
diperbaiki adalah pada kuadran A terdapat 10 perlengkapan di ruang rawat inap dan
atribut kepuasan pasien mengenai serah perawat tidak tergesa-gesa dalam
terima pasien dengan tradisional yaitu memberikan pelayanan. Pada atribut-atribut
perawat melakukan pergantian shift dengan kepuasan tersebut memiliki kepuasan yang
perawat lain dengan baik dan melibatkan baik dan perlu untuk dipertahankan.
pasien di tempat tidur pasien secara langsung Kepuasan yang timbul pada kuadran B
dalam serah terima pasien, perawat selalu berdasarkan serah terima secara tradisional
ramah dalam melayani pasien dan berhubungan dengan pelayanan keperawatan
keluarganya, timbang terima dilakukan esensial yang diberikan oleh perawat dalam
dengan waktu yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan rawat inap di rumah sakit yang
pasien, perawat pengganti dapat memenuhi harus dan penting untuk dilakukan oleh
kebutuhan pasien, pelayanan yang diberikan perawat, karena seorang perawat
oleh perawat sama kepada semua pasien professional harus memiliki kompetensi
karena tidak membedakan berdasarkan dalam memberikan pelayanan keperawatan
kelompok pembayaran, perawat sebelumnya dan melakukan pelayanan keperawatan dan
dan perawat pengganti selalu siap sedia pengobatan dengan teliti. Hal ini sesuai
dalam melayani pasien, perawat sebelumnya dengan atribut pada kuadran B yang pasien
dan perawat pengganti ramah dan sopan merasa puas. Berdasarkan pada diagram
dalam memberikan pelayanan dan kartesius kepuasan pasien rawat inap
pengobatan, perawat senantiasa memberikan mengenai metode serahterima dengan
perhatian terhadap masalah kesehatan yang bedside handover diketahui pad a posisi
dihadapi, perawat bersedia dengan sabar kuadran kepuasan pasien yang perlu
mendengarkan keluhan yang pasien alami dan diperbaiki adalah pada kuadran A terdapat 4
adanya kotak saran, kritik dan keluhan pasien. atribut kepuasan pasien mengenai serah
Pada atribut-atribut kepuasan tersebut pasien terima pasien, yaitu perawat menanyakan
keluhan pasien saat timbang terima, perawat privasi pasien, perawat memiliki kemauan
memberikan informasi mengenai masalah untuk melakukan serah terima secara
kesehatan dan penyakit yang diderita, pada langsung dengan melibatkan pasien pada
saat memperkenalkan perawat lain pada saat saaat pergantian shift dengan perawat
pergantian shift perawat memberikan lainnya, perawat menjelaskan mengenai
kesempatan bertanya kepada pasien dan pergantian shift kepada pasien, perawat
perawat bersikap kekeluargaan untuk pengganti dapat memenuhi kebutuhan
mengerti kebutuhan pasien. Pada atribut- pasien, perawat yang melayani dalam setiap
atribut kepuasan tersebut pasien merasa shiftnya cepat tanggap dalam memberikan
tidak puas. Penyebab rendahnya pelayanan dan pengobatan kepada pasien,
ketidakpuasan pasien pada serah terima perawat yang melayani dalam setiap shiftnya
secara bedside handover dibandingkan memotivasi agar pasien cepat dalam proses
tradisional handover disebabkan karena penyembuhan, perawat sebelumnya dan
bedside handover dilakukan di samping perawat pengganti ramah dan sopan dalam
tempat tidur pasien dengan melibatkan memberikan pelayanan dan pengobatan dan
pasien atau keluarga pasien secara langsung perawat senantiasa memberikan perhatian
untuk mendapatkan feedback. Hal ini terhadap masalah kesehatan yang dihadapi.
sesungguhnya meningkatkan keterlibatan Pada atribut-atribut kepuasan tersebut
pasien dalam mengambil keputusan terkait memiliki kepuasan yang baik dan perlu untuk
kondisi penyakitnya dan meningkatkan dipertahankan. Kepuasan yang timbul pada
hubungan keperawatan dan komunikasi kuadran B berdasarkan serah terima secara
antara pasien dengan perawat. Jika dilihat bedside handover berhubungan dengan
pada tradisional handover serah terima hanya pelayanan serah terima pasien dan pelayanan
dilakukan antar perawat sehingga pasien tidak keperawatan esensial, berbeda jika dilihat
mengetahui bagaimana kondisi pada tradisional handover pada kuadran B
perkembangan penyakitnya berbanding dimana pasien hanya puas pada pelayanan
terbalik dengan bedside handover dimana keperawatan esensial namun dari segi serah
pasien dilibatkan dan mengetahui terima pasien dan komunikasi antara perawat
perkembangan terkini mengenai penyakitnya, pada pasien dirasa kurang memuaskan, hal ini
sehingga pasien merasa terlayani dan dapat dimaklumi karena serah terima yang
dilibatkan dalam setiap proses keperawatan. dilakukan secara tradisional tidak melibatkan
Pada kuadran B terdapat 12 atribut kepuasan pasien dalam prosesnya, sehingga tidak
yaitu penampilan perawat di ruang rawat inap berlangsungnya komunikasi yang efektif dan
bersih dan rapi, perawat melakukan dua arah antara perawat dan pasien. Jika
pergantian shift dengan perawat lain dengan dilihat berdasarkan perbandingan dua
baik dan melibatkan pasien di tempat tidur diagram kartesius pada penerapan tradisional
pasien secara langsung dalam serah terima dan bedside handover terjadi pegeseran
pasien, perawat selalu ramah dalam melayani beberapa atribut pelayanan yang pada
pasien dan keluarganya, perawat memberi penerapan tradisional handover berada pada
salam pada pasien atau keluarga dan kuadran B yang artinya telah memenuhi
memberi tahu perawat yang akan kenyataan dan harapan pasien yaitu atribut
melaksanakan pelayanan pada tugas 17 (perawat menguasai dan terampil dalam
berikutnya, timbang terima di kamar pasien memberikan pelayanan), atribut 19
menggunakan suara yang cukup dan tidak (pelayanan kepada pasien dilakukan dengan
didengar pasien disebelahnya dan menjaga teliti) dan atribut 24 (tidak tergesa-gesa dalam
memberikan pelayanan). Namun pada Sina Bukittinggi adalah terdapatnya kotak
bedside handover atribut 17 dan 19 berada saran, kritik dan keluhan pasien (45,3%). Hasil
pada kuadran C hal ini terjadi karena observasi peneliti di RSI Ibnu Sina Padang
kenyataan yang diterima pasien telah diketahui bahwa penerapan serah terima
melebihi dari harapan pasien, sehingga pasien masih menggunakan metode
menurut pasien hanya perlu dilakukan biasa- tradisional dengan dilakukannya serah terima
biasa saja, hal ini terjadi karena perawat di RSI kepada perawat pengganti di nurse station
Ibnu Sina Bukittinggi yang melakukan serah dengan menggunakan white board yang berisi
terima bedside handover dalam melakukan dokumentasi nama pasien, nomor rekam
pelayanan keperawatan selalu menyampaikan medis, tanggal masuk, diagnosis medis dan
setiap tindakan kepada pasien, berbeda terapi medis, sedangkan untuk diagnosis
dengan RSI Ibnu Sina Padang yang melakukan keperawatan, intervensi dan evaluasi tidak
tradisional handover yang tidak selalu ada. Selain daripada itu observasi di RSI Ibnu
menyampaikan setiap tindakan kepada Sina Bukittinggi diketahui bahwa penerapan
pasien. Selain daripada itu pada atribut 24 serah terima pasien yang dilakukan yaitu
juga terjadi pergeseran pada penerapan bedside handover dan juga telah
tradisional handover yang berada pada menggunakan komunikasi Situation,
kuadran B namun pada bedside handover Background, Assessment, Recommendation
bergeser pada kuadran D. Hal ini dapat terjadi (SBAR) Analisis pada diagram kartesius ini
karena kenyataan yang diterima pasien telah menunjukkan atribut kepuasan yang memiliki
jauh melebihi harapan pasien, dapat kepuasan pasien yang rendah dalam hal
dimaklumi karena serah terima pasien di RSI dimensi reliable (kehandalan) dan emphaty
Ibnu Sina Bukittinggi dilakukan secara bedside (emphaty). Hal ini dapat terjadi karena
handover yang melibatkan pasien dan tidak perawat dalam menangani pasien dihadapkan
dilakukan dengan tergesa-gesa. Berdasarkan pada jumlah pasien yang banyak sehingga
analisis kuesioner diketahui bahwa kepuasan perawat yang melayani dalam setiap shiftnya
responden yang terendah mengenai kurang tanggap dalam memberikan pelayanan
penerapan serah terima pasien di RSI Ibnu dan pengobatan kepada pasien, perawat sulit
Sina Padang adalah perawat melakukan dihubungi apabila pasien mengalami keluhan
pergantian shift dengan perawat lain dengan dan perawat yang melayani dalam setiap
baik dan melibatkan pasien di tempat tidur shiftnya memotivasi agar pasien cepat dalam
pasien secara langsung dalam serah terima proses penyembuhan. Oleh karena itu perlu
pasien (24,5%), menjelaskan mengenai diterapkan timbang terima dengan bedside
pergantian shift kepada pasien (28,3%), handover secara menyeluruh dan
perawat senantiasa memberikan perhatian menjalankannya berdasarkan Standar
terhadap masalah kesehatan yang dihadapi Operasional Prosedur (SOP) timbang terima,
(32,1%), perawat memberi salam pada pasien sehingga antara perawat shift sebelumnya
atau keluarga dan memberi tahu perawat dan pengganti mengetahui dan memahami
yang akan melaksanakan pelayanan pada keluhan pasien secara langsung dan mampu
tugas berikutnya (35,8%) dan perawat selalu memberikan pelayanan dan pengobatan
ramah dalam melayani pasien dan kepada pasien berdasarkan kebutuhan pasien.
keluarganya (37,7%). Sedangkan berdasarkan Hasil penelitian perbedaan kepuasan pasien
analisis kuesioner diketahui bahwa kepuasan terhadap serah terima pasien dengan
responden yang terendah mengenai tradisional dan bedside handover diketahui
penerapan serah terima pasien di RSI Ibnu rata-rata kepuasan pasien mengenaiserah
terima pasien pada responden dengan dengan hal tersebut Thurgood dikutip dalam
penerapan serah terima secara tradisional menyatakan bahwa dalam pelaksanaan
adalah 70.1 dengan standar deviasi 4.12, operan sangat ditekankan pentingnya
sedangkan untuk responden dengan memberikan informasi yang akurat,
penerapan serah terima secara bedside relevan,dan spesifik untuk menjamin
handover 88.24 dengan standar deviasi 2.49. kesinambungan perawatan bagi pasien.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000 (p Pendapat lain juga mengatakan bahwa
value< 0,05) maka dapat disimpulkan terdapat pelaksanaan serah terima pasien hanya
perbedaan yang bermakna antara kepuasan merupakan rutinitas biasa dan berdasarkan
pasien terhadap serah terima pasien dengan kebiasaan sebelumny. Keakuratan data yang
tradisional dan bedside handover. Hasil diberikan saat timbang terima sangat penting,
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang karena dengan timbang terima ini maka
dilakukan oleh (Idris, 2012) menyatakan pelayanan asuhan keperawatan yang
bahwa terdapat hubungan penerapan serah diberikan akan bisa dilaksanakan secara
terima pasien dengan kepuasan pasien di berkelanjutan, dan mewujudkan
ruang rawat inap dengan nilai p < 0,05. tanggungjawab dan tanggunggugat dari
Penelitian (Hasibuan, 2003) juga menyatakan seorang perawat. Bila timbang terima tidak
bahwa terdapat hubungan penerapan serah dilakukan dengan baik, maka akan muncul
terima dengan kepuasan pasien dengan nilai kerancuan dari tindakan keperawatan yang
p< 0,05. Hasil penelitian lainnya yaitu (Effendi, diberikan karena tidak adanya informasi yang
2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan bisa digunakan sebagai dasar pemberian
penerapan serah terima pasien dengan tindakan keperawatan. Hal ini akan
kepuasan yang pasien rasakan.Hubungan menurunkan kualitas pelayanan keperawatan
penerapan serah terima pasien dengan dan menurunkan tingkat kepuasan pasien.
kepuasan pasien yaitu menurut (Margono, H., Kegiatan timbang terima yang telah dilakukan
& Wardani, 2018), timbang terima perlu dipertahankan dan ditingkatkan
keperawatan yang dilakukan secara continue kualitasnya. Timbang terima adalah transfer
dapat meningkatkan kualitas pelayanan tentang informasi (termasuk tanggungjawab
keperawatan yang terstruktur dan informatif dan tanggunggugat) selama perpindahan
yang didukung dengan adanya acuan berupa perawatan yang berkelanjutan yang
Standard Operational Prosedure (SOP). Hasil mencakup peluang tentang pertanyaan,
penelitian bahwa dengan adanya prosedur klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien
timbang terima maka semakin efektif dalam (Friesen, 2009). Timbang terima pasien harus
meningkatkan kesinambungan, kualitas serta dilakukan seefektif mungkin dengan
keselamatan antara perawat dengan pasien menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap
dalam memberikan pelayanan yang tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
berkualitas kepada pasien. Banyak manfaat kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan
yang dapat diperoleh perawat dari perkembangan pasien saat itu. Informasi yang
kegiatanoperanini. Salah satu manfaat operan disampaikan harus akurat sehingga
yaitu perawat dapat mengikuti kesinambungan asuhan keperawatan dapat
perkembanganpasien secara berjalan dengan sempurna. Timbang terima
berkesinambungan dan mengurangi tingkat dilakukan oleh perawat primer keperawatan
kesalahan pada saatpemberian tindakan kepada perawat primer (penanggung jawab)
keperawatan sehingga asuhan keperawatan dinas sore atau dinas malam secara tertulis
dapatdiberikan semaksimal mungkin. Sesuai dan lisan. Prosedur timbang terima, selama ini
sudah dilakukan pada setiap pergantian shift Recommendation (SBAR). Kerangka
jaga, namun cara penyampaian isi timbang komunikasi dengan metode SBAR digunakan
terima belum terungkap secara komprehensif, pada saat perawat melakukan timbang terima
meliputi: isi timbang terima (masalah (handover), pindah ruang perawatan maupun
keperawatan pasien lebih focus pada dalam melaporkan kondisi pasien kepada
diagnosis medis), dilakukan secara lisan tanpa dokter (Tim KP-RS Ibnu Sina Bukittinggi, 2014).
ada pendokumentasian, sehingga rencana Komunikasi dengan metode SBAR adalah
tindakan yang belum dan sudahdilaksanakan, kerangka teknik komunikasi yang disediakan
dan hal-hal penting masih ada yang terlewati untuk berkomunikasi antar petugas kesehatan
untuk disampaikan pada shiftberikutnya. dalam menyampaikan kondisi pasien
Selain itu mekanisme timbang terima belum (Permanente, 2011). SBAR merupakan
sesuai dengan standar baku (Nurssalam, kerangka yang mudah diingat, mekanisme
2009). Kepuasan pasien akan tercapai bila nyata yang digunakan untuk menyampaikan
diperoleh hasil yang optimal bagi setiap kondisi pasien yang kritis atau perlu perhatian
pasien atau keluarganya. Harus ada perhatian dan tindakan segera. S (Situation)
terhadap mutu pelayanan berupa keluhan, mengandung komponen tentang identitas
kondisi lingkungan fisik dan tanggap atas pasien, masalah saat ini, dan hasil diagnosa
kebutuhan pasien. Tetapi masih banyak medis. B (Background) menggambarkan
ditemukan keluhan pasien tentang mutu riwayat penyakit atau situasi yang mendukung
pelayanan rumah sakit yang tidak masalah/situasi saat ini. A (Assessment)
memuaskan, keluhan tersebut tidak hanya merupakan kesimpulan masalah yang sedang
berkaitan dengan fasilitas peralatan yang dan terjadi pada pasien sebagai hasil analisa
gedung rumah sakit serta tersedianya dokter terhadap situationdan background. R
ahli tetapi juga menyangkut komunikasi (Recommendation) adalah rencana ataupun
antara staf rumah sakit dengan pasien usulan yang akan dilakukan untuk menangani
sehingga merasakan kenyamanan dan kualitas permasalahan yang ada. Metode komunikasi
pelayanan yang diberikan. Menurut (Zeithaml, SBAR diharapkan dapat mengatasi kendala
V and Bitnert, n.d.)identifikasi mutu yang ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien
pelayanan yang diterima berkaitan dengan dan perawat. menyatakan bahwa timbang
kualitas pelayanan berdasarkan dimensi mutu terima dengan metode komunikasi SBAR
yaitu reliability (kehandalan), responsiveness terbukti memerlukan lebih sedikit waktu
(daya tanggap), assurance (jaminan), empathy karena perawat terampil mengenali
(empati) dan tangibles (bukti fisik)(Zeithaml, V kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh).
and Bitnert, n.d.). Penerapan timbang terima Komunikasi yang tidak tepat berdampak fatal
tidak perlu dilakukan dan harus menghindari baik terhadap pasien maupun petugas itu
kesalahan akibat penyampaian timbang sendiri. Banyak hal dan kejadian yang tidak
terima pada saat pergantian shift karena akan diharapkan terjadi dalam memberikan asuhan
berakibat pada menurunnya indikator kualitas keperawatan berakar dari komunikasi saat
pelayanan di rumah sakit (Fabre, 2010 dalam timbang terima. Penerimaan pesan yang salah
Manopo, 2012). Dalam penerapan pelayanan dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor
ada beberapa standar yang perlu diantaranya kerangka atau model yang tidak
diimplementasikan, salah satu standar jelas, sumber daya yang tidak memenuhi
tersebut adalah penerapan timbang terima syarat atau Standar Prosedur Operasional
menggunakan komunikasi dengan metode (SPO) sebagai pedoman baku yang harus
Situation, Background, Assesement and diikuti oleh perawat dalam prosedur
pelayanan tidak jelas. RSI Ibnu Sina membuat pasien merasa dihargai dan
menetapkan kebijakan menggunakan dilibatkan dalam proses keperawatan
komunikasi berbasis SBAR dalam sehingga secara tidak langsung akan
meningkatkan komunikasi antar petugas membantu kesembuhan pasien. Dalam
kesehatan yang ada. Kebijakan ini sejalan timbang terima pasien, ada dua hal penting
dengan salah satu standar yang yang harus diperhatikan oleh perawat yaitu
dipersyaratkan dari JCI tentang Patient Safety komunikasi yang akurat dan pastikan
Goals (Tim KP-RS RSI Ibnu Sina, 2014). Lama pemberian obat pada saat serah terima
waktu timbang terima (handover) bervariasi pasien. Fenomena yang dijumpai dalam
tergantung kondisi pasien, biasanya berkisar pelayanan keperawatan di rumah sakit terkait
dua menit setiap pasien. Pasien yang dengan komunikasi antar petugas terutama
mempunyai masalah khusus atau spesifik dalam kegiatan timbang terima pasien
akan membutuhkan waktu yang lebih lama (handover) adalah komunikasi yang salah
tetapi tidak lebih dari lima menit. Kenyataan sehingga berdampak salah persepsi, waktu
yang ada di lapangan masih banyak perawat yang lama, isi (content) komunikasi yang tidak
yang melakukan timbang terima (handover) fokus tentang masalah pasien bahkan tidak
belum menggunakan kerangka komunikasi jarang saat timbang terima (handover) topik
berbasis SBAR sehingga timbang terima pembicaraan sering ngelantur, informasi tidak
berlangsung lama dan kesalahan penerimaan lengkap sehingga perawat harus menanyakan
pesan masih terjadi, RSI Ibnu Sina ulang kepada perawat yang bertugas
menetapkan kebijakan menggunakan sebelumnya. Situasi ini mengakibatkan tidak
komunikasi berbasis SBAR dalam efektifnya pelaksanaan asuhan keperawatan
meningkatkan komunikasi antar petugas bahkan berdampak terhadap keselamatan
kesehatan yang ada. Kebijakan ini sejalan pasien (patient safety) (Aditaman.T, 2010).
dengan salah satu standar yang Daerah Amerika Serikat, menunjukkan bahwa
dipersyaratkan dari JCI tentang Patient Safety 45% pasien yang dirawat di rumah sakit
Goals (Tim KP-RS RSI Ibnu Sina, 2014). pernah mengalami medical mismanagement
Kenyataan yang ada di lapangan masih banyak dalam pemberian obat, dan sekitar 17 %
perawat yang melakukan timbang terima memerlukan hari rawat inap yang lebih
(handover) belum menggunakan kerangka panjang atau mengalami efek samping yang
komunikasi berbasis SBAR sehingga timbang serius. Salah satu penyebab terjadinya
terima berlangsung lama dan kesalahan medication error adalah adalah timbang
penerimaan pesan masih terjadi. Bedside terima antar shift yang tidak jelas dan tidak
handover juga memberikan kesempatan adanya validasi data ke pasien, oleh karena itu
pasien untuk menyampaikan keluhannnya metode bedside handover dengan komunikasi
dan keikutsertaan pasien dalam program SBAR merupakan salah satu solusinya.
perawatan. Pelaksanaan bedside handover Berdasarkan data JCHO (2006), di 36 rumah
yang berkualitas akan mampu menggali data sakit dan nursing home di Colorado dan
tentang pasien. Kualitas pelaksanaan bedside Georgia USA dari 3216 jenis pemberian obat
handover dapat dilihat dari lima komponen 4% diberikan obat yang salah
kualitas pelayanan yaitu, keandalan (JointCommission on Accreditiation of Health
(reliability), daya tanggap (responssiveness), Organization/JCAHO,2006). Metode timbang
jaminan (assurance), empati (empathy), bukti terima yang saat ini dilakukan di ruang rawat
fisik (tangibles). Kelima komponen kualitas inap RSI Ibnu SinaBukittinggi sudah
pelaksanaan bedsisde handover tersebut akan menggunakan kom unikasi SBAR dan bedside
handover. Namun untuk RSI Ibnu Sina Padang Kesehatan RI yaitu 70-80%. Berdasarkan
penerapannya masih menerapkan timbang analisis peneliti terdapatnya perbedaan
terima secara tradisional dalam kepuasan pasien terhadap serah terima
penerapannya masih melakukan timbang pasien dengan tradisional dan bedside
terima di nurse station, sehingga handover disebabkan karena dimensi
menimbulkan berbagai kendala seperti, kepuasan yang meliputi reliability
informasi yang kurang fokus, waktu yang (kehandalan), responsiveness (daya tanggap),
panjang, kesalahan penerimaan pesan yang assurance (jaminan), empathy (empati) dan
berefek pada salah persepsi, sehingga kurang tangibles (bukti fisik) tidak dapat terlepas satu
efektif dan efisien. Metode timbang terima sama lain dan membentuk citra tersendiri
(handover) yang dilakukan saat pergantian bagi pasien dan keluarganya, sehingga
shift belum sesuai dengan SPO untuk terpenuhinya aspek dimensi tersebut dapat
melakukan timbang terima secara bedside berhubungan dengan kepuasan pasien dan
handover. Jika dilihat berdasarkan hasil keluarga rasakan. KESIMPULAN Kepuasan
observasi peneliti menemukan bahwa pasien terhadap pelayanan rumah sakit
penilaian mutu pelayanan dan efisiensi merupakan hal yang sangat kursial dan perlu
pelayanan serta tingkat keberhasilan atau ditingkatkan, karena rumah sakit sebagai
memberikan gambaran tentang status penjual jasa maka kepuasan pasien adalah
pelayanan dapat dilihat dari indikator tingkat feedback dari jasa yang diberikan. Termasuk
pemanfaatan sarana pelayanan, salah satu juga dengan penggunaan metode serah
indikator tersebut adalah Bed Occupation terima pasien. Studi ini menunjukan bahwa
Rate (BOR). Data RSI Ibnu Sina Padang pasien lebih puas dengan metode serah
diketahui BOR tahun 2015 yaitu 70,5%, terima bedside handover dibandingkan
sedangkan BOR RSI Ibnu Sina Bukittinggi lebih dengan metode serah terima secara
tinggi yaitu 80,48%. Tingginya BOR pada RSI tradisional karena dapat meni gkatakan
Ibnu Sina Bukittinggi dibandingkan RSI Ibnu keterlibatan pasien dalam mengambil
Sina Padang dapat diasumsikan bahwa keputusan terkait kondisi penyakitnya secara
masyarakat memiliki kepuasan yang tinggi up to date dan meningkatkan hubungan
dalam pelayanan pasien rawat inap di RSI caring dan komunikasi antara pasien dengan
Ibnu Sina Bukittinggi sehingga masyarakat perawat
memiliki kepercayaan yang cukup tinggi untuk
DAFTAR PUSTAKA
memanfaatkan pelayanan rawat inap
dibandingkan RS lain. Hal ini sinergi dengan
penerapan serah terima pasien dengan
Aditaman.T, Y. (2010). manajemen admkinistrasi
bedside handover yang cenderung
rumah sakit. Jakarta: Universitas Indonesia.
memberikan kepuasan pasien yang cukup
tinggi dibandingkan dengan tradisional. COHEN, M.D, & HILLIGOS, P. bRIA. (2009).
Sehingga RSI Ibnu Sina Bukittinggi yang HANDOFFS IN HOSPITAL : REVIEW OF THE
LITERATURE INFORMATION EXCHANGE
menerapkan serah terima pasien dengan
WHILETRANSFERING PATIENT
bedside handover berkontribusi terhadap
RESPONSIBILITY.
kepuasan pasien dan menjadi salah satu
faktor yang meningkatkan kepuasan pasien di
ruang rawat inap. Namun jika dilihat secara
Effendi, M. Hubungan Mutu Pelayanan denagn
keseluruhan kedua RS ini telah mencapai Kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap Penyakit
standar yang ditetapkan oleh Kementerian Dalam RS Adam Malik. , (2013). Friesen, M. .
(2009). Hand off : Implication for Nurses. Hand
off : Implication for Nurses. Hasibuan. (2003).
Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta: FKUI. Hemant K.K, and zaheda


B. . Managing

Pasien Kunci Pelayanan Kesehatan yang Optimal


dan Responsif. , (20011). Wallis, S. Nursing
Handover Research Project : How is Nursing
Handover Talkes About in The Literature. , (2010).
Zeithaml, V and Bitnert, M. . (n.d.). Service
Marketing

Anda mungkin juga menyukai