Disusun Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
Hidayahnya Nya, kelompok dapat menyelesaikan Laporan Hasil Kajian Situasi Kasus pada Stase
Manajemen Keperawatan tepat pada waktunya yang berjudul “Laporan Hasil Kajian Situasi
Praktik Profesi Manajemen Keperawatan Di Ruangan Carnation Ciputra Hospital citra Raya
Tangerang”. Dalam menyusun laporan ini kelompok tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Bapak Ners. Henri Suntoro, S. Kep selaku dosen koordinator
2. Ns. Maria Emilia Putri Parera, M. Kep selaku dosen pembimbing
3. Seluruh staff ruangan Carnation yang sudah memberi kami arahan dan informasi terkait
pengumpulan data.
Penulis menyadari bahwa laporan Hasil Kajian Situasi Kasus pada Stase Manajemen
Keperawatan ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, kelompok mengharapkan adanya
kritikan dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan
Hasil Kajian Situasi Kasus pada Stase Manajemen Keperawatan ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya serta dapat menambah wawasan maupun pemahaman baik bagi
perawat maupun pembaca.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................................3
1. Tujuan Umum...................................................................................................................3
2. Tujuan Khusus..................................................................................................................3
C. Manfaat.................................................................................................................................3
BAB II KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN CIPUTRA HOSPITAL CITRA
RAYA..............................................................................................................................................5
A. Kajian Situasi Ciputra Hospital Citra Raya..........................................................................5
B. Kajian Situasi Ruang Carnation............................................................................................7
C. Pengumpulan Data..............................................................................................................10
D. Money.................................................................................................................................13
E. Metode................................................................................................................................15
F. Material dan Mesin.............................................................................................................46
BAB III ANALISA DATA DAN PERENCANAAN...................................................................58
I. ANALISIS DATA..............................................................................................................58
A. Matriks EFAS………………………………………………………………………..
B. Matriks IFAS…………………………………………………………………………
C. Matriks SWOT……………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit mempunyai
misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Tugas
Rumah Sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dengan
pemulihan yang dilaksanakan mengutamakan penyembuhan secara serasi dan terpadu
dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan (WHO, 2013).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1974, rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga
kesehatan dan pusat penelitian medik. Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan secara
sinergis antar disiplin profesi kesehatan dan non kesehatan.
Mutu pelayanan rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
yang paling dominan adalah sumber daya manusia. (Depkes RI, 2018) Peran yang paling
menonjol di rumah sakit adalah perawat, karena perawat merupakan tenaga yang paling
lama kontak dengan pasien dibanding dengan tenaga-tenaga yang lain. Pelayanan
keperawatan terdiri dari perawatan langsung dan tidak langsung.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam
pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang dibuktikan oleh
kenyataan bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan
hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit
maupun tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. (Wiwiek, 2008)
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang dilaksanakan
di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan perawatan. Manajemen
pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber
daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang
4
dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999). Sedangkan menurut
Gillies (1986), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain.
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan
fungsi-fungsi keperawatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan, dan pengendalian. Fungsi-fungsi manajemen tersebut merupakan pendekatan
manajemen dari pengelolaan manajemen keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai salah
satu bentuk pelayanan profesional dalam upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan,
oleh karenanya kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan
seoptimal mungkin. Proses manajemen yang baik perlu diterapkan dalam memberikan
asuhan keperawatan sehingga dicapai suatu asuhan keperawatan yang memenuhi standar
profesi yang ditetapkan (Marquis dan Huston, 2010).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode
perlakuan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling
menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Karena
manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga dari pada seorang
pegawai, maka setiap tahapan didalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan proses
keperawatan.
Praktik profesi manajemen keperawatan merupakan program yang menghantarkan
mahasiswa dalam adaptasi profesi untuk dapat menerapkan konsep-konsep yang berhubungan
dengan manajemen dan kepemimpinan dalam pelayanan keperawatan yang sesuai dengan
keadaan saat ini. Praktik profesi mencakup manajemen keperawatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dengan menerapkan berbagai gaya
kepemimpinan yang efektif. Selama praktik mahasiswa memprakarsai perubahan yang efektif
dan inovatif pelayanan dalan asuhan keperawatan dan keperawatan (BPKM Manajemen
Keperawatan Universitas Santo Borromeus, 2021).
Oleh karena itu, Pada saat ini mahasiswa program profesi ners Universitas Santo
Borromeus sedang menjalani praktek pada stase profesi manajemen, Mahasiswa telah
mendapatkan ilmu mengenai Manajemen Keperawatan, maka dari itu mahasiswa diharapkan
5
dapat mengaplikasikan proses menajemen di Rumah Sakit. Dan dalam hal ini, kelompok
mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan dan menggali informasi sejauh mana MPKP
dijalankan di Ruang Carnation Ciputra Hospital Citra Raya Tangerang
B. Tujuan
C. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan di ruangan Carnation Ciputra
Hospital Citra raya Tangerang, diharapkan mahasiswa mampu memahami aplikasi
manajemen dan kepemimpinan.
D. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengakajian tentang pelaksanaan proses manajemen
keperawatan di Ruangan Carnation Ciputra Hospital Citra raya Tangerang,
b. Mahasiswa mampu menetapkan masalah pelaksanaan proses manajemen
keperawatan di Ruangan Carnation Ciputra Hospital Citra raya Tangerang,
c. Mahasiswa mampu menyusun prioritas masalah manajemen pelaksanaan proses
keperawatan di Ruangan Carnation Ciputra Hospital Citra raya Tangerang,
d. Mahasiswa mampu menyusun strategi pelaksanaan proses manajemen keperawatan
di Ruangan Carnation Ciputra Hospital Citra raya Tangerang,
e. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalah yang
ditemukan di Ruangan Carnation Ciputra Hospital Citra raya Tangerang,
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi serta menyusun rencana tindak lanjut.
diruangan Carnation Ciputra Hospital Citra raya Tangerang,
E. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan informasi dna masukan bagi Ciputra Hospital
Citra raya Tangerang, terkait pencapaian organisasi di bidang peningkatan pelayanan
kepada pasien yang paripurna dan pengembangan pengetahuan ilmu kesehatan klinis
dan perawatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, terkait
dengan memberikan gambaran seberapa kuat hubungan gaya kepemimpinan seorang
kepala ruangan terhadap kepuasan kerja perawat.
6
2. Bagi pasien
Diharapkan pasien mendapatkan pelayanan optimal dan mendapat kenyamanan
dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai kepuasan pasien di Ciputra
Hospital Citra raya Tangerang,
7
BAB II
8
4. Filosofi Rumah Sakit
Tujuan kami bukan untuk membuat anda membayar lebih atau dirawat lebih lama, akan
tetapi tujuan kami untuk membuat anda lebih sehat dan lebih bahagia.
5. Nilai nilai dasar Ciputra
a. Compassion : Welas kasih dan empati
Adanya perasaan belas kasih dan menunjukan empati terhadap masalah orang lain.
Compassion tingkatannya lebih tinggi dari perasaan empati. Compassion ditandai
dengan adanya sikap melayani dengan hati serta keinginan secara aktif untuk
meringankan penderitaan orang lain.
b. Integrity : Kejujuran
Berperilaku secara utuh sesuai dengan moral dan etika antara lain dengan
berperilaku yang mencerminkan kejujuran dan transparan, menunjukkan komitmen
kepada para pemangku kepentingan serta bersikap adil dan bijaksana.
c. Profesionalisme : Berkompeten dan bertanggung jawab
Berkompeten dan bertanggung jawab untuk memberikan hasil yang terbaik antara
lain dengan menunjukkan perilaku: terus meningkatkan kompetensi, menetapkan
dan mencapai standard/target yang tinggi, bekerja keras dan bertanggung jawab
serta membangun sinergi yang positif.
d. Understand Each Other : Menunjukkan penghargaan serta memberikan rasa hormat
terhadap orang lain
Perilaku yang menunjukkan adanya komunikasi dua arah, menunjukkan
penghargaan serta memberikan rasa hormat terhadap orang lain. Perasaan yang
menunjukkan penghargaan tersebut ditunjukkan dengan menampilkan tindakan-
tindakan nyata.
e. Team Work : Kerjasama tim
Perilaku yang menunjukkan adanya kerjasama tim, membangun sinergi yang
positif satu dengan yang lain, sikap saling membantu dan saling
mengisi/melengkapi antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang
sama.
9
f. Responsive : Perilaku cepat tanggap dan proaktif
Perilaku yang menunjukkan adanya kecepatan dan ketepatan dalam memberikan
respon terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien. menunjukkan perilaku
yang cepat tanggap dan proaktif terhadap kebutuhan pasien serta memperilakukan
pasien dan customer secara khusus/istimewa.
g. Achievement : Menciptakan peluang yang inovatif
Menjadi pelopor dalam menciptakan peluang yang inovatif, mampu mengubah
sesuatu yang tidak berguna dan tidak berharga menjadi sesutau yang luar
biasa/bernilai tinggi, mampu memaksimalkan sumber daya, berani mengambil
resiko yang terukur, pantang menyerah dan optimis, mempunyai wawasan yang
luas serta mengenal hari depan bisnis, ekonomi, teknologi, sosial dan politik.
B. Kajian Situasi Ruang Carnation
1. Karakteristik Unit
Ruang Carnation merupakan instalasi ruang rawat inap bagi pasien kategori anak-
anak dan dewasa, ruang carnation memiliki kapasitas 16 tempat tidur yaitu 1 kamar
President suit, 1 Kamar Suit, 2 kamar SVIP dan 10 kamar VIP, dalam pengelolaan nya
ruang carnation memiliki 1 kepala ruangan perawatan dan memiliki 4 Pj shift dengan
total perawat 13 orang yang dibagi menjadi 2 tim, dengan sistem kerja secara tim
Visi dan Misi Ruang Carnation.
Berdasarkan hasil wawancara bersama narasumber yaitu ibu Ervirahmadani S. Kep
pada tanggal 01 Juni 2023, mengatakan bahwa untuk visi dan misi ruang carnation
mengacu pada visi dan misi Rumah Sakit Ciputra.
B. Fokus telaah
Fokus telaah yang diberikan diruang carnation dalam bidang pelayanan adalah
secara individu dengan kasus bedah dan non bedah Ruangan Carnation merupakan
ruangan dari gedung baru perawatan umum yang dikhususkan untuk pasien-pasien
dengan jaminan umum, asuransi dan perusahaan yang terdiri dari ruang rawat inap
Presiden suit, Suit, SVIP dan VIP.
10
C. Lingkup Garapan
Dari hasil kajian yang dilakukan, adapayn lingkup garapan di ruang rawat inap
Carnation Ciputra Hospital dalam tiga bulan terakhir diantaranya :
a. Diagnosa Medis
Berikut merupakan daftar diagnosa medis tertinggi dalam tiga bulan terakhir di
ruang rawat inap Carnation Ciputra Hospital Citra Raya
Tabel 2.1
Diagnosa Medis
Bulan
No. Diagnosa Medis
Maret April Mei
1 Viral Infection 10 11 13
2 IBA 9 10 11
3 Dispepsia 8 7 10
4 Diabetes melitus 6 6 9
5 Pneumonia 6 5 6
6 DHF 4 5 6
7 GEA 3 4 3
8 ISPA 3 4 3
9 Apendicitis 2 3 2
10 Stroke Hemoragic 2 1 1
Berdasarkan Tabel 2.1 didapatkan bahwa diagnose medis tertinggi dalam tiga bulan
terakhir yaitu pada bulan maret, April dan mei yaitu nemenpati urutan terbanyak
adalah diagnose Viral Infection 34 kasus, lalu diikuti dengan diagnose medis kedua
yaitu IBA sebanyak 30 kasus, kemudian urutan ketiga yaitu Dispepsia sebanyak 24
kasus.
11
b. Diagnosa Keperawatan
Berikut merupakan daftar diagnosa keperawatan tertinggi dalam tiga bulan terakhir
di ruang rawat inap Carnation Ciputra Hospital Citra Raya
Tabel 2.2
Diagnosa Keperawatan
Bulan
No. Diagnosa Medis
Maret April Mei
1 Hipertermi 18 23 32
2 Nausea 16 22 27
3 Nyeri akut 12 20 24
6 Diare 9 12 13
10 Resiko perdarahan 9 7 6
Sumber : Rekam Medis Ciputra Hospital
Berdasarkan Tabel 2.2 didapatkan bahwa diagnosa keperawatan tertinggi dalam tiga
bulan terakhir yaitu pada periode bulan Maret sampai dengan Mei yaitu sebanyak
73 pasien yang mengalami Hipertermi dan diikuti dengan masalah keperawatan
Nausea sebanyak 65 pasien dan nyeri akut 56 pasien.
D. Basis Intervensi
Dari hasil kajian yang dilakukan, adapun lingkup basis intervensi di ruang rawat inap
Carnation Ciputra Hospital Citra Raya dalam tiga bulan terakhir diantaranya :
12
a. Daftar Tindakan atau Intervensi Medis
Tabel 2.3
Intervensi Medis
Bulan
No. Intervensi Medis
Maret April Mei
1 Pemberian obat oral injeksi 56 55 63
2 EKG 3 4 9
3 Pemberian obat inhalasi 9 26 25
4 Oksigenasi 4 9 16
5 Tehnik ROM 3 5 4
Sumber : Dokumen Ruang Carnation
Berdasarkan Tabel 2.3 didapatkan bahwa intervensi medis tertinggi dalam tiga
bulan terakhir yaitu pada periode bulan maret sampai dengan mei di ruang
carnation yaitu sebanyak 174 pasien yang dilakukan intervensi medis pemberian
obat oral injeksi dan di ikuti dengan intervensi medis pemberian pasien.
b. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.4
Intervensi Keperawatan
Bulan
No. Intervensi Keperawatan
Maret April Mei
1 Kompres hangat 18 23 32
2 Tehnik relaksasi napas dalam 16 22 27
3 Posisi semi fowler 9 13 11
4 Mengajarkan cuci tangan 56 55 63
5 Batuk efektif 10 15 12
Sumber : Dokumen Ruang Carnation
13
diikuti dengan intervensi keperawatan memberikan tehnik relaksasi nafas dalam
sebanya 65 pasien.
14
F. Kapasitas Unit Ruang
Di lantai 3 ruangan Carnation memiliki 16 ruang perawatan yang terdiri dari Executive
VVIP, VVIP, SVIP dan VIP. Letak kamar pasien sisi sebelah kiri pintu masuk terdiri dari kamar
VIP 370, 371, 372, 373, 375, kamar 378 Executive VVIP (1 kamar), VVIP 377 (1 kamar), SVIP
(2 kamar) di mulai dari kamar 375 - 376. Disisi sebelah kanan terdiri dari 10 kamar VIP dimulai
dari kamar 370 -382 dan kamar 386-387. Kemudian kamar 383 dan 385 kamar SVIP.
G. Pengumpulan Data
1. Man
a. Ketenagaan
Jumlah seluruh perawat bila ditambahkan dengan 1 orang koordinator, maka jumlah tenaga
perawat untuk Ruang Carnation 16 orang perawat.
Tabel 2.5
Ketenagaan Ruang Rawat Inap
Ketenagaan
Nama Pendidi Lama
JK Jabatan Pelatihan
kan Kerja
Ervirahmadani PK III Koordinat S1 Kep 11 th BTCLS, Manajemen
or Bangsal,
CI/Perceptorship,
Tri Yuli Astuti PK III PJ Shift D3 Kep 10 th BTCLS, Manajemen
Bangsal,
CI/Perceptorship,
15
+ Ners
16
PK II : 2 orang ( 12,5 % )
PK I : 9 orang ( 56,25 % )
Pra PK : 2 orang ( 12,5% )
Pelatihan :
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan, kepala ruangan mengatakan bahwa
“seluruh perawat Carnation telah mengikut pelatihan dasar BTCLS, EWS, BHD dan
beberapa mengikuti pelatihan eksternal Manajemen Bangsal serta CI dan beberapa
pelatihan yang mendukung pelayanan di rawat inap.” Selain itu pelatihan internal
dilakukan secara rutin di hari selasa dan jum’at.
Pembagian jam kerja (beban kerja) : jam kerja efektif pershift 7 jam,
Rata rata perawatan perhari : 3,5 jam.
Tabel 2. 6 Data Karakteristik Keperawatan berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia Dalam
Tiga Bulan Terakhir
- Motivasi Perawat
Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator ruangan didapatkan informasi
bahwa peningkatan motivasi dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Setelah dilakukan pengambilan data dari kuesioner ditemukan persepsi perawat
pelaksana mengenai motivasi yang didapatkan dari pimpinan dengan kategori baik (
85 %)
Masalah : Tidak ditemukan masalah menganai motivasi perawat
17
- Kepuasan Kerja Perawat
Pengukuran tingkat kepuasan kerja perawat di unit Carnation sudah dilakukan
dengan cara memberikan kuesioner kepada 15 orang perawat secara acak kecuali
koordinator. Pengukuran tingkat kepuasan meliputi beberapa indikator antara
lain : Penghasilan, kondisi lingkungan kerja, hubungan antar rekan kerja,
supervisi, mutasi, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab serta promosi
/pengembangan karier. Dari hasil tingkat kepuasan perawat di Unit Carnation
didapatkan bahwa 12 orang perawat puas (75 %) dan 4 orang perawat cukup puas
25 % perawat mengatakan kurang puas.
Masalah : Tidak terdapat masalah tentang kepuasan kerja.
2. Money
a. Kualifikasi Ruangan
Untuk kualifikasi ruangan perawatan tentunya dibedakan berdasarkan dari kelas ru-
ang perawatan, harga, dan fasilitas yang ada diruangan carnation
b. Sumber pembiayaan: Umum, dan Semua Asuransi Sudah Dapat digunakan untuk
proses pembayaran, Asuransi Perusahaan (Telkom dan PLN)
c. Biaya Unit perawatan di ruang carnation
Kelas Executive VVIP: Rp. 4.000.000/hari
Fasilitas: tempat tidur elektrik, 1 buah nakas, 1 buah meja makan, Kulkas, TV,
AC, 2 kamar mandi tersedia air hangat, 1 ruang keluarga, kitchen set, sofa bed,
untuk digunakan Bersama
Kelas VVIP : Rp. 3.000.000/hari
Fasilitas: tempat tidur elektrik , 1 buah nakas, kulkas, 1 buah meja makan,
AC ,TV , 1 kamar mandi, kitchen set, sofa bed, di dalam ruangan untuk digu-
nakan Bersama.
Kelas SVIP : Rp 2.250.000/hari
Fasilitas : Tempat tidur elektrik ,1 buah nakas ,1 Buah Lemari baju ,1 buah meja
makan , sofa bed, AC ,TV ,kulkas, kamar mandi, tersedia air hangat dan air din-
gin didalam ruangan untuk digunakan secara Bersama.
18
Kelas VIP : Rp 1.500.000/hari
Fasilitas : 1 tempat tidur electric ,1 sofa bed ,Kulkas ,TV,meja makan,AC,1 buah
meja kerja ,1 buah nakas ,toilet tersedia air hangat dan air dingin didalam ruan-
gan untuk digunakan sendiri
Biaya ruangan dan tindakan serta alat-alat yang digunakan selama perawatan
pasien di rumah sakit akan dirproses oleh administrasi melalui system Teramedik.
d. Kompensasi Perawat
Adapun kompensasi yang didapat oleh perawat di ruang carnation, adalah kom-
pensasi upah yang mana disesuaikan berdasarkan UMK Kabupaten Tangerag, dan
disesuaikan dengan pengalaman kerja/lama kerja perawat, selain itu perawat ciputra
hospital mendapatakan tunjangan profesi, kunjangan kompetensi, dan tunjangan
risiko (untuk unit khusus yang terdiri dari ICU, IGD, Thalasemia, HD, OK, NICU).
Kemudian kompensasi non finansial yang didapatkan berupa asuransi kesehatan, dan
rekreasi/gathering.
Masalah : Tidak ditemukan masalah mengenai kompensasi perawat
H. Metode
1) Metode Unit Carnation
Berdasrkan hasil wawancara dengan koordinator ruang carnation, adapaun metode
yang digunakan adalah metode modifikasi tim, adapun alasan Metode yang digunakan
adalah tidak memenuhi syarat untuk diberlakukan metode tim di ruangan Carnation,
sehingga metode tim dilakukan modifikasi.
Masalah : Masih belum maksimalnya metode asuhan keperawatan profesional di ruang
carnation.
a. Struktur Oganisasi
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan Carnation pada tanggal 01 Juni
2023 bahwa diruangan Carnation belum ada struktur organisasi yang tertulis dengan
jelas, akan tetapi struktur organisasi menyesuaikan dengan struktur organisasi
departemen keperawatan yang mana dalam hal ini jabatan tertinggi di unit carnation
adalah kepala ruangan/ Koordinator ruangan.
19
b. Uraian Tugas
Berdasarkan hasil kajian situasi di ruang Carnation pada tanggal 01 Mei 2023 di-
dapatkan bahwa terdapat uraian tugas dari setiap perawat dibagi berdasarkan
kewenangan klinis. terbagi dalam Pra PK, PK 1, PK 2, PK 3
1). Koordinator Keperawatan/ Kepala ruangan
Berdasarkan hasil wawancara terhadap Kepala ruangan atau koordinator di
ruang Carnation pada pembagian tanggung jawab seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan telah dilakukan di ruangan.
2). Penangung Jawab Shift :
a). Mengelola atau mengkoordinir asuhan keperawatan semua pasien dalam 1
shift saat kepala bagian tidak ada ditempat.
b). Mengkoordinir akan ketersediaan alat medis dan sarana lainnya yang
dibutuhkan dan disiapkan pakai didalam jam kerjanya.
c). Membagi tugas tenaga yang ada pada jam kerja pada saat itu.
d). Menyusun prioritas dalam mengatur pelayanan keperawatan.
e). Memberikan pengarahan kepada perawat pelaksana mengenai perawatan
yang harus diberikan kepada pasien.
f). Mengontrol inventaris alat medis dan pencatatan alat kesehatan yang
dilakukan perawat pelaksana.
g). Mengatasi kerusakan alat medis dan alat rumah tangga dengan
menghubungi bagian Maintenance.
h). Mengikuti atau menemani Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) visite
ke pasien.
i). Mengontrol pelaksanaan administrasi keperawatan.
3). Pelaksana :
a). Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
b). Menerima pasien baru sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
c). Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa
keperawatan
d). Menyusun rencana sesuai dengan batas kemampuan dan kewenangannya.
20
e). Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai dengan kebutuhan
dan batas kemampuan.
f). Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai dengan program pengobatan
dari dokter.
g). Melakukan pendokumentasian pencatatatn dalam pelaporan asuhan
keperawatan yang tepat dan benar.
c. Metode/Manajemen Asuhan Keperawatan
1). Pasien datang
Berdasarkan hasil kajian situasi yang dimulai dari tanggal 01 Mei – 05 Juni
2023 didapatkan data sebagai berikut :
Pasien baru yang terobservasi selama kajian situasi adalah sebanyak 5 pasien
yang masuk ke ruang carnation
Dari hasil observasi proses penerimaam pasien baru meliputi :
a). Perawat mempersiapkan pasien tidur di tempat tidur yang telah disiapkan
sesuai dengan permintaan kelas dari pasien atau keluarga.
b). Pasien yang baru datang di tempatkan ditempat tidur yang telah
disediakan.
c). Perawat yang bertugas selalu memperkanalkan diri.
d). Perawat selalu memonitoring terhadap kondisi pasien selama pasien
diperawatan.
e). Perawat selalu memperhatikan lingkungan yang bersih, aman dan nyaman
bagi pasien dan keluarga.
f). Perawat selalu melakukan edukasi pergerakan atau mobilisasi ditempat
tidur dan menjelaskan resiko yang terjadi akibat dari kurang mobilisasi
atau berbaring cukup lama.
g). Perawat memfasilitasi kebutuhan pasien dalam keterbatasan yang dialami
seperti membantu kebersihan diri, pemenuhan kebutuhan pasien dan
toileting.
h). Perawat melakukan edukasi atau penjelasan mengenai fasilitas apa saya
yang tersedia dan cara penggunaannya, peraturan atau tata tertib yang
berlaku di rumah sakit.
21
i). Perawat selalu mengupayakan untuk bersikap sopan dan ramah.
j). Perawat selalu memberikan penjelasan perihal obat yang akan diberikan
dan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga.
k). Perawat memfasilitasi persiapan pulang pasien dan memberikan penjelasan
tentang perawatan di rumah.
Sedangkan menurut Standa Operasional Prosedur (SOP) yang ada di Ciputra
Hospital dalam menerima pasien baru adalah sebagai berikut :
a). Pasien datang diantar oleh petugas poliklinik, IGD atau ruangan lain
beserta status pasien.
b). Pasien di tempatkan diruang perawatan yang telah disepakati, tempat tidur
dalam keadaan rapih.
c). Perawat memperkenalkan diri.
d). Perawat menjelaskan hal dan kewajiban pasien.
e). Melakukan orientasi ruangan kepada pasien dan keluarganya.
f). Perawat menginformasikan fasilitas ruangan perawatan, dokter dan
perawat yang merawat dan informasi biaya.
g). Melaksanakan asuhan keperawatan dari mulai pengkajian sampai dengan
evaluasi.
c. Peraturan
Peraturan Perawat
Menurut koordinator ruang carnation dan perawat ruang carnation, terkait
peraturan yang diterapkan kepada perawat di ruang Carnation diantaranya
adalah wajib menggunakan masker, berpakaian seragam sesuai ketentuan
Rumah Sakit, memakai name tag, kaos kaki warna krem dan sepatu hitam.
Hasil Analisis:
Berdasarkan pedoman pengelolaan metode keperawatan di masa pandemik,
perawat masih di wajibkan menggunakan masker. Menurut aturan dari RS
khusus karyawan perempuan di wajibkan rambut di bawah bahu menggu-
nakan hairnet dan yang menggunakan hijab sesuai aturan dari RS untuk
menjaga kerapian rambut perawat agar tidak terurai dan kotor untuk perawat
22
laki laki tidak diperkenankan rambut gondrong dan memelihara jenggot
ataupun kumis.
Peraturan pasien dan pengunjung
Menurut penuturan narasumber, penunggu pasien yang dirawat pasien
hanya diperbolehkan 1 orang dan wajib menggunakan masker untuk jam
berkunjung hanya diberikan 1 x dari jam 11.00 – 13.00 WIB.
Hasil Analisis:
Berdasarkan pedoman pengelolaan pasien masih dalam fase Pandemik
pasien dan pengunjung masih diwajibkan memakai masker.
23
Tangerang, mengenai menerima pasien baru prosedurnya adalah sebagai
berikut :
- Pasien datang diantar oleh petugas poliklinik, IGD, atau ruangan lain
beserta status pasien.
- Pasien di tempatkan di ruang perawatan yang telah disepakati, ruangan
dan tempat tidur dalam keadaan rapi.
- Perawat memperkenalkan diri.
- Perawat menjelaskan hak dan kewajiban pasien.
- Melaksanakan orientasi ruangan kepada pasien dan keluarganya.
- Perawat menginformasikan fasilitas ruangan perawatan, dokter dan per-
awat yang merawat.
- Melaksanakan asuhan keperawatan dari mulai pengkajian sampai evalu-
asi
24
Flow of Care Pasien Datang
Pasien
Ketersediaan tempat
Hasil Analisis :
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan diruangan rawat inap Carnation,
beberapa perawat sudah melakukan persiapan penerimaan pasien dengan
baik, namun ada beberapa informasi tambahan yang kurang pada saat serah
terima pasien. Ada beberapa perawat juga yang belum memperkenalkan diri
kepada keluarga pasien.
b) Pengelolaan Pasien
1. Metode Penugasan
25
menerapkan metode tim yang dimodifikasi dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien. Metode Asuhan Keperawatan MPKPP yaitu :
Adapun bagan dalam penerapan metode asuhan keperawatan profesional di
ruang carnation.
26
peran dan tanggung jawabnya. Koordinator carnation juga menyadari bahwa
penerapan MPKP belum berjalan dengan maksimal akan tetapi koordinator
berserta departemen keperawatan selau berusaha untuk memenuhi
persyratan agar dapat diberlakukan MPKP ini secara optimal.
Hasil Analisis :
27
4. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
Hasil analisis
c. Ronde Keperawatan
Hasil Analisis
28
keperawatan, evaluasi kegiatan, rintangan yang dihadapi oleh perawat atau
keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai.
Hasil Analisis :
29
1. Post conference dilakukan setelah pemberian asuhan keperawatan
2. Waktu efektif yang diperlukan 10 sampai 15 menit
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi
e. pengelolaan logistic
30
- Staff gudang menyiapkan barang sesuai dengan permintaan.
- Segera setelah barang tersedia, maka sebelum barang dikirim keruangan
terlebih dahulu staff gudang membuat surat kirim barang secara sistem dan
tercetak yang ditandatangani oleh kepala gudang.
- Staff gudang menyerahkan barang beserta Surat kirim Barang kepada
petugas bagian/ruangan.
3. Surat Serah Terima barang
- Staff Gudang memberikan barang kepada bagian sesuai dengan
permintaan.
- Petugas Gudang bersama dengan petugas bagian menghitung ulang
jumlah barang yang dikirim.
- Setelah petugas bagian menerima barang dan sesuai dengan permintaan
bagian, kemudian membuat STB Mutasi pada program computer.
4. Stock Opname
- Staf gudang umum atau logistic menyiapkan data-data yang akan di pakai
untuk stock melalui sistem logistik.
- Kepala bagian logistik menyampaikan pemberitahuan jadwal stock
opname kepada pihak yang terkait dengan stock opname logistik.
- Bagian logistik melibatkan audit internal untuk melakukan stock opname
sesuai dengan jadwal. Setelah stock opname bagian logistic memulai
telusur barang-barang yang tidak sesuai antara fisik dengan sistem.
- Setelah semuanya balance bagian logistic mengupdate hasil stock
opname. Bagian logistic membuat laporan stock opname untuk kepala
bagian untuk diperiksa kebenarannya.
5. Jadwal Permintaan Barang
Jadwal permintaan barang dibagi dalam 3 hal, yaitu :
1) Permintaan Barang Gudang Umum : Permintaan barang ke gudang umum
seperti cetakan, ATK, alat tenun, dan barang rumah tangga, dapat
dilakukan tiap hari kerja. – Permintaan
2) Barang Alat Kesehatan : Permintaan barang ke gudang alat kesehatan
seperti alat medis habis pakai yang merupakan stok bagian dilakukan 2
31
kali dalam seminggu, yaitu hari senin dan kamis pada jam kerja dan
permintaan ke bagian farmasi untuk obat-obatan dilakukan 3 kali dalam
seminggu yaitu hari selasa, kamis dan sabtu pada jam kerja.
3) Permintaan barang Cito : Permintaan barang cito merupakan permintaan
barang ke gudang alat kesehatan di jadwal permintaan karena kebutuhan
akan pelayanan dan bagian tidak menyetok barang tersebut. Permintaan
cito dapat dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan.
6. Alur Permintaan Logistik
Alur permintaan barang ke gudang umum dan gudang alat media/alat
kesehatan disesuaikan dengan hari permintaanya. Adapun alurnya sebagai
berikut:
- Petugas logistic bagian menghitung ketersediaan barang, baik alat medis/alat
kesehatan dan barang yang disediakan di gudang umum. Disesuaikan
dengan standar stok persediaan bagian.
- Petugas melakukan permintaan dengan membuat SPB (Surat Permintaan
Barang), dan SPB ini harus ditandatangani oleh kepala bagian.
- SPB yang telah ditandatangani diserahkan kegudang sesuai permintaan.
- Barang yang diminta oleh bagian akan disiapkan oleh petugas gudang.
Petugas gudang akan melakukan penginputan SKB (Surat Keluar Barang).
- Petugas bagian mengambil barang ke gudang umum dan untuk gudang
medis barang-barang permintaan bagian diantar kebagian yang meminta.
- Saat penerimaan barang dari gudang umum atau gudang alat kesehatan,
petugas logistic bagian melakukan cek dan ricek terhadap barang yang
diminta.
- Setelah semuanya sesuai dengan permintaan, petugas akan melakukan STB
mutasi bagian.
- Barang dikelola dibagian dan disimpan dalam lemari persediaan barang
baik berupa cetakan, ATK, linen, atau pun alat kesehatan.
7. Penyimpanan Dan Distribusi Barang
Barang bagian disimpan dilemari dan dibedakan penyimpananya antara
barang alat medis, alat kesehatan, dan cetakan, linen ataupun ATK. Pada
32
setiap shiftnya persediaan alat medis selalu terpenuhi dalam lemari alat
medis diruang alat medis. Disetiap shif petugas logistic/ petugas
administrasi ruangan akan menghitung pemakaiaan dan akan menambah
persediaan alat medis sesuai dengan standar jumlah barang.
8. Peminjaman Barang Antar Unit Keperawatan
Peminjaman barang antar unit keperawatan masih diberlakukan, adpaun
peminjaman barang yang dimaksud yaitu peminjaman alat medis seperti
infus pump, syringe pump, nebulizer dan alat medis lainnya. Setiap unti
memiliki buku investigasi peminjaman antara unit beserta serah terima dan
pengembaliannya.
f. SOP
33
dipenuhi oleh Dinas Kesehatan dengan keputusan Menteri Kesehatan RI
namun standar asuhan keperawatan sudah terlaksana dengan optimal.
Hasil observasi di ruang carnation pada tanggal 1-5 Juni 2023 Proses
keperawatan yang diberikan pada pasien yaitu berdasarkan Panduan Asuhan
Keperawatan (PAK) yang berlaku Di Ciputra Hospital Citraraya Tangerang.
Adapun PAK ini terdapat didalam sistem sinology keperawatan yang mana
sistem ini dapat di akses oleh semua perawat di ciputra hospital. Adapun pada
prosesnya Proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat dilakukan mulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan diambil sesuai dengan (Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), tujuan berdasarkan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) dan intervensi sesuai dengan (Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia). Semua proses asuhan kepewatana sudah
menggunakan penerapan electric medical record (Teramedik)
Mengenal jenis atau tingkat ketergantungan pasien di rumah sakit adalah hal
yang wajib diketahui oleh seorang perawat saat dinas atau bekerja di rumah
sakit atau fasilitas kesehatan rawat inap lainnya. Tingkat ketergantungan
pasien adalah kondisi atau keadaan yang menggambarkan seberapa banyak
waktu yang diperlukan seorang perawat memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dalam waktu 24 jam
1) Perawatan minimal
memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam
kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
makan dan minum dilakukan sendiri
ambulasi dengan pengawasan
observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
34
pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
2) Perawatan parsial
memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam
kebersihan diri dibantu
makan dan minum dibantu
pengobatan lebih dari sekali
pasien dengan kateter urin
pemasukan dan pengeluaran intake output cairan dicatat/dihitung
persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur
3) Perawatan total
memerlukan waktu 5-6 jam /24 jam
semua keperluan pasien dibantu termasuk perubahan posisi
observasi vital dilakukan setiap 15 menit.
makan melalui selang NGT terapi intravena
dilakukan penghisapan lendir
gelisah/disorientasi.
35
Hasil Analisis :
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan diruangan rawat inap Carnation
mengkategorikan pasien berdasarkan tingkat ketergantungan.
5. Dokumentasi (Kelengkapan)
36
Flow of care pasien pulang
Surat Pulang
Farmasi
Kasir
Pulang
a) Setiap pasien harus menggunakan gelang identitas pasien, yaitu nama tanggal
lahir dan nomor rekam medic. Petugas kesehatan wajib melakukan idntifikasi
pasien dengan menanyakan nama pasien dan tanggal lahir pasien, gelang ada
dua warna, warna pink untuk perempuan dan warna biru untuk laki-laki.
37
c) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan specimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
Hasil Analisis :
Konsep SPEAK UP naik untuk dipahami dan dilakukan oleh pasien dan
keluarga
S : Sampaikan pendapat anda bila ada pertanyaan atau kekhawatiran yang anda
rasakan. Dan jika anda kurang atau tidak mengerti, tanyakan kembali karena
anda berhak mengetahui kondisi kesehatan anda.
A : Ajaklah anggota keluarga atau kawan yang anda percayai untuk menjadi
pendamping anda.
U : Untuk itu perlu dipahami bahwa anada sesungguhnya yang menjadi focus
utama dalam tim perawatan medis.
38
P : Pengobatan anda memerlukan keterlibatan aktif anda dalam pengambilan
keputusan untuk memastikan tindakan medis yang anda jalani dan tidak ragu
untuk meminta informasi dari tim medis yang merawat anda.
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan.
Hasil Analisis :
Untuk SKP II dalam komunikasi yang efektif antara perawat dan perawat lain
dan antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya menggunakan SBAR (situation,
background, assessment, dan recommendation), sedangkan komunikasi yang
efektif antara perawat dan keluarga pasien menggunakan SPEAK UP, namun
pelaksanaan nya terkadang kurang optimal
3. SKP III : Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (High Alert).
1). Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,
menetapkan lokasi, pemberian label dan penyimpanan elekrolit konsentrat.
3). Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4). Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan medis harus diberi
label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted)
Hasil Analisis :
Pada SKP III sudah sesuai dalam keamanan dalam obat terkait penyimpanan
obat “High Alert”.
39
4. SKP IV, Ketepatan Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi.
2) Pelaksanaan cuci tangan 6 (enam) langkah dan 5 (lima) Momen cuci tangan.
Hasil Analisis :
Adapun pada SKP IV terkait mengenai ketepatan dalam lokasi, prosedur, dan
pasien operasi sudah sesuai dengan SPO yang ada.
1) Hand hygiene/cuci tangan dilakukan oleh setiap atau semua petugas, keluarga
dan pengunjung yang berhubungan langsung dengan lingkungan pasien.
2) Hand hygiene dengan air dan sabun dilakukan dengan waktu 40-60 detik.
3) Hand hygiene dengan hand scrub berbasis alcohol dilakukan dengan waktu
20-30 detik.
40
Hasil Analisis :
Setiap pasien akan dinilai resiko pasien jatuh dengan menggunakan penilaian
resiko jatuh di rumah sakit (data/proses penilaian).
a) Ada regulasi yang mengatur tentang mencegah pasien cedera karena jatuh.
d) Setiap pasien akan dinilai resiko pasien jatuh dengan menggunakan penilaian
resiko jatuh di rumah sakit (data/proses penilaian).
Hasil Analisis :
41
Persyaratan tekhnis bangunan
No. Pernyataan Ya Tidak
1 Lokasi ruang Carnation terletak di ruang yang tenang,
aman, dan nyaman
2 Sirkulasi udara baik (udara masuk dan keluar)
3 Lokasi pos perawat dekat dengan ruangan pasien,
sehingga mudah pengawasan
4 Lantai kuat, rata, dan tidak bergelombang
5 Langit-langit rapat, kuat, dan tidak berdebu (kotor)
6 Toilet atau kamar kecil memiliki ruang gerak yang
cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.
Di ruangan
No Sarana dan Prasarana Keterangan
Ada Tidak
1 Nurse Station Tersedia
2 Meja Dan Kursi Tersedia
3 Alat Tulis Kerja Tersedia
4 Tempat Istirahat Perawat/pantry Tersedia
5 Tempat Istirahat Dokter Tersedia
6 Telpon Ruangan Tersedia
7 Ruang Kepala Ruangan Tersedia
8 Wastafel Tersedia
9 Lemari Dokumentasi Keperawatan Tersedia
Jumlah Kondisi
No Nama Barang Yang Rusak Rusak Keterangan
Ada Baik
Sedang Berat
1 Stetoskop 3 terpenuhi
2 Tensimeter 4 Terpenuhi
3 Lampu tindakan 1 terpenuhi
43
4 Pulse Oximeter 1 Terpenuhi
5 Defibrilator 1 Terpenuhi
6 Termometer 2 Terpenuhi
7 Syringe Pump 1 Terpenuhi
8 Suction dinding 16 Terpenuhi
15 Sentral Oksigen 16 Terpenuhi
16 Nebulizer 1 Terpenuhi
17 Timbangan 1 Terpenuhi
18 EKG 1 Terpenuhi
19 Viewer X-Ray 1 Terpenuhi
Kondisi
Jumlah
No Nama Barang Rusak Rusak Keterangan
Baik
sedang Berat
1 Seprei 45 Terpenuhi
2 Bed cover 16 Terpenuhi
3 Selimut 25 Terpenuhi
4 Sarung Bantal Terpenuhi
5 Bantal 16 Terpenuhi
Analisis :
Pada saat dilakukan wawancara pada tanggal 01-05 juni 2023 bersama narasumber
didapatkan hasil yaitu ruang Carnation mempunyai ruangan khusus untuk menyimpan
linen. Penyimpanan dan transportasi linen sangat penting memperhatikan kaidah PPI
agar linen tidak merupakan media perantara kuman penyebab HAIs. Dan data bahwa
ruangan sudah sesuai dengan demikian sudah sesuai dengan Pedoman yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (Kemenkes RI 2020)
E. Market
Tabel 2.13
Indokator Mutu Ruangan (BOR, AVLOS, TOI, BTO)
Indikator Target Capaian (Bulan)
44
Maret April Mei
Perawatan Dewasa
Penusukan infus > 2x < 10 % 0.16% 0.2 % 0.15 %
Kejadian decubitus < 1,5 % 0% 0% 0%
Kejadian ruam popok < 1,5 % 0% 0% 0%
Kejadian resiko jatuh <3% 0% 0% 0%
Sumber : Data Ruang Carnation
Berdasarkan hasil rekapitulasi data yang dilakukan pada bulan Maret - Mei
2023 di Ruang Carnation, didapatkan hasil BOR pasien sebagai berikut :
Tabel 2.14
BOR (Bed Occupation Ratio)
No. Bulan Jumlah Hari Rawat BOR (%)
1 Maret 129 26.0
45
2 April 135 28,1
3 Mei 162 32,7
Rata-Rata 30,4 %
Sumber : Dokumen Ruang Carnation
Tabel 2.15
AVLOS (Average Length of Stay)
Jumlah
Jumlah Lama AVLOS
No. Bulan Pasien
Rawat (Hari)
Keluar
1 Maret 38 56 0,67
2 April 42 55 0,76
3 Mei 51 63 0,80
Rata-Rata 0,74
46
Sumber : Dokumen Ruang Carnation
Berdasarkan hasil rata-rata AVLOS yang diperoleh di Ruang carnation pada
bulan Maret - Mei 2023 sebesar 0,74 atau 1 hari dan dikatakan sudah masuk
kategori Ideal menurut Nursalam (2012) dalam standa Nasional AVLOS adalah
1 - 10 hari.
Berdasarkan hasil rata-rata TOI (Turn Over Internal) yang diperoleh di Ruang
Carnation pada bulan Maret - Mei 2023 sebesar 6,1. Hal ini belum sesuai
dengan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur kosong tidak terisi
yang idealnya pada kisaran 1-3 hari menurut Depkes RI 2004 dan Kemenkes
RI, 2011.
47
5). BTO (Bed Turn Over)
BTO (Bed Turn Over) adalah angka perputaran tempat tidur atau frekuensi
pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai
dalam satu satuan waktu tertentu, idealnya dalam satu tahun satu tempat tidur
rata-rata dipakai 40 - 50 kali. (Depkes RI, 2005)
Rumus :
Jumlah Pasien Keluar (Hidup + Mati)
Jumlah Tempat Tidur
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan Maret - Mei 2023 di
Ruang Alamanda, BTO (Bed Turn Over) pasien sebagai berikut :
Tabel 2.17
BTO (Bed Turn Over)
No Bulan Jumlah Pasien Keluar BTO (Hari)
.
1 Maret 56 3,5
2 April 55 3,4
3 Mei 63 3,9
Total 3,6
Sumber : Dokumen Ruang Carnation
Berdasarkan hasil rata-rata BTO (Bed Turn Over) yang diperoleh di Ruang
Carnation pada bulan Maret - Mei 2023 sebesar 3,6 kali. Sedangkan, ideal
menurut Depkes RI (2005) yaitu satu tempat tidur rata-rata dipakai sampai
dengan 40 - 50 kali dalam satu tahun
48
Ciputra Hospital berdekatan dengan RS Hermina Bitung, Metro Hospital,
RS Keluarga Kita, RS Siloam Karawaci dan RSUD Balaraja serta RS Permata
Hati. Secara geografis letak Ciputra Hospital sangatlah strategis, karena lokasinya
ditengah area pemukiman penduduk dan berdekatan dengan jalan raya Panongan
yang dilalui banyak oleh angkutan umum.
Analisa Data :
Berdasarkan Permenkes No. 24 Tahun 2016 tentang persyaratan lokasi rumah sakit
sudah memasuki kriteria. Salah satunya yaitu tersedianya transportasi yang mudah
dijangkau oleh masyarakat dan dekat dengan jalan raya.
b. Akreditasi Rumah Sakit
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan yang dilakukan pada tanggal
29 Mei 2023, Ciputra Hospital merupakan Rumah Sakit Tipe B yang telah lulus
tingkat PARIPURNA.
c. Promosi Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat agar mereka dapat menolong diri sendiri serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai dengan kondisi
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan 45 publik yang berwawasan
kesehatan. (Departemen Kesehatan, 2012).
Analisa Data :
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 1,2,3 Juni 2023 dengan kepala Bidang
Promosi Kesehatan Rumah Sakit, didapatkan hasil bahwa untuk pemasaran promosi
Ciputra Hospital memiliki 2 Program yaitu Internal dan Eksternal. Program Internal
dilakukan di RS dalam bentuk media cetak yang digunakan adalah brosur serta
adanya penyuluhan kesehatan di rumah sakit, dan dari luar rumah sakit (Eksternal)
menggunakan media internet (Website resmi) dibawah naungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang.
d. Kerja Sama dengan Instansi Lain
49
Pada saat dilakukan wawancara dengan Bagian Humas pada tanggal 1-3 juni 2023
mengenai kerjasama Ciputra Hospital dengan pihak lain, maka didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 2.18
Kersama Sama dengan Instansi Lain
No. Nama Relasi
1 Bank Rakyat Indonesia (BRI)
2 Bank Mandiri
3 Bank Central Asia (BCA)
4 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
5 Mayapada Hospital
6 Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
7 Sistem Informasi Jejaring Rujukan Maternal dan Neonatal
(SijariEMAS)
8 PT Indonesia Servant Service (ISS)
9 D-Best Parking
10 Trans Security
11 Asuransi Prudential
12 Telkomsel
Sumber : Bagian HBD
50
pasien
terhadap
perawat
(Dinkes
2014)
51
tinggi atau rendahnya angka HAIs secara akurat merupakan bukti konkrit dari
kualitas pelayanan ksehatan dan keperawatan di rumah sakit/
52
BAB III
MAN 1. Ruang rawayt inap carnation 1. Pelatihan yang dirumah 1. Adanya kesempatan kuliah 1. Ada tuntutan tinggi dari
memiliki 16 orang tenaga keper- sakit memiliki keter- atau melanjutkan ke jen- masyarakat untuk
awatan dan 1 orang tenaga non batasan peserta, sehingga jang yang lebih tinggi pelayanan keperawatan
keperawatan ilmu yang didapat tidak 2. Ada nya Kerjasama yang yang lebih professional
2. Adanya uraian tugas, peran dan tersalurkan dengan mak- baik antara mahasiswa 2. Makin tinggi kesadaran
wewenang perawat menggu- simal pada perawat yang Fakultas Ilmu Keper- masyarakat akan pent-
nakan metode modifikasi tim lain awatan dengan perawat ingnya Kesehatan
3. Jumlah Perawat S1+ Ners 75 % 2. Pelatihan yang diikuti klinik
4. Di ruang carnation sudah terda- hanya sebatas pelatihan
pat Clinical Intructor (CI) dasar
5. Seluruh perawat sudah terserti- 3. Masih terdapat PJ Shift
fikasi BTCLS dengan Pendidikan D3
6. Koordinator dan PJ sudah terser- Keperawatan.
tifikasi manajemen bangsal rawat
inap.
7. Rasio pasien dan perawat dis-
esuaikan dengan jenis ketergan-
tungan pasien
8. Motivasi kerja perawat ruang
carnation didapatkan sebesar 85
% maka dapat diasumsikan baik.
9. Kepuasan kerja perawat di ruang
carnation sebesar 75% maka da-
53
pat diasumsikan baik.
Money 1. Sistem pembayaran yang dapat 1. adanya keterbatasan 1. adanya penyesuaian 1. tidak tercapainya target
digunakan dapat dilakukan secara kenaikan kopetensi yang kompensasi setiap tahun perusahaan yang dapat
umum, dan semua jenis asuransi diatur oleh kebijakan berdasarkan kebijakan mempengaruhi penyesuian
baik swasta atau taspen. perusahaan. pemerintah upah setiap perawat
2. Kelas perawatan dimulai dengan
VIP sampai dengan president 2. pembayaran asuransi dan 2. Penambahan penjamin 2. persaingan antara rumah
suites dengan fasilitas yang konfirmasi yang memiliki asuransi yang semakin banyak. sakit akan fasilitas dan harga
lengkap. waktu yang belum dapat di kamar perawatan yang
3. Kompensasi yang perawat dap- standarisasi antar penjamin. kompetetif
atkan berupa kompensasi finan-
sial dan sudah diatas UMK Kab.
Tangerang
4. Kompensasi dibedakan
berdasarkan level klinik dan lama
kerja
Matode
Visi Misi 1. RS memiliki visi, misi sebagai 1. Belum adanya visi misi
acuan dlam melakukam kegiatan di ruangan carnation
pelayanan disertai dengan moto dan
nilai-nilai
Struktur 1. Belum terdapat struktur 1. Adanya mahasiswa Ners yang 1. Persaingan dengan Rumah
Organisasi organisasi di ruang praktek Manajemen Sakit swasta yang semakin
carnation Keperawatan ketat
54
profesional
Uraian Tugas 1. Sudah ada metode MPKP yang di- 1. Pelaksanaan model 1.Adanya kebijakan pemerintah 1. Persaingan dengan rumah
gunakan yaitu metode modifikasi MPKP sudah dilaksanakan tentang profesionalisasi sakit swasta semakin berat
tim tetapi penerapannya belum perawat 2. Adanya tuntutan masyarakat
2. Kepala Ruagan sudah men- maksimal 2.Adanya kebijakan RS tentang yang semakin tinggi
jalankan tugasnya pelaksanaan MPKP terhadap peningkatan
3. Perawat PJ Shift/ Ka Tim Sudah pelayanan keperawatan
memiliki uraian tugas 3. Makin tinggi tingkat
4. Perawat Pelakasana sudah memi- kesadaran masyarakat akan
liki uraian tugas pentingnya kesehatan
5. Pelaksanaan Supervisi rutin di-
lakukan oleh kepala ruangan
Penerimaan a. Sudah terdapat SPO alur pasien a. Pelaksanaan peneri- a. adanya mahasiawa ners a. adanya tuntukan masyarat
Pasien Baru masuk , pindah maan pasien masuk su- praktek manajemen keper- untuk mendapatkan
b. tersedianya sarana dan prasarana dah terdapat SPO na- awatan pelayanan keperawatan
orientasi pasien masuk mun pada kenyataannya b. adanya kerja sama antara yang profesional
c. perawat melakukan orientasi belum dapat dilakukan perawat ruangan dengan ma- b. persaingan RS semakin
kepada pasien baru/pindah sesuai dengan SPO hasiswa ketat
yang diterakpakn diru-
angan secara maksimal
Pengelolaan 1. Pengelolaan pasien sudah diatur 1. Belum maksimal 1. Adanya kebijakan pemerintah 1. Persaingan dengan rumah
pasien berdasarkan pola ketenagaan yang pengelolaan beberapa tentang profesionalisasi perawat sakit swasta semakin berat
disesuaikan berdasarkan tingkat perawat masih memerlukan 2. Adanya kebijakan RS tentang 2. Adanya tuntutan masyarakat
55
ketergantungan pasien bantuan dari perawat pelaksanaan MPKP yang semakin tinggi terhadap
lainnya. Karenan peningkatan pelayanan
2. pembagian penugasan atas kendali kemampuan yang dimiliki keperawatan
Ka Tim/ Pj Shift 3. Makin tinggi tingkat
kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan
Ronde a. terdapat kasus yang memerlukan a. rondek keperawatan a. adanya pelatihan dan semi- a. adanya tuntutan yang lebih
Keperawatan perhatian khusus merupakan kegiatan nar tentang manajemen tinggi dari masyarakat un-
b. terapat SDM yang mempunyai yang belum dilakukan keperawatan tuk mendapatkan
pengalaman dalam bidang keper- di ruangan carnation b. adanya kesempatan dari pelayanan yang profe-
awatan bedah atau pun penyakit b. perawat belum paham kepala ruangan untuk men- sional
dalam mengenai pelaksanaan gadakan ronde keperawatan b. persaingan antar ruangan
c. sudah terdapat SPO ronde keper- ronde keperawatan pada perawat dengan adanya semakin kuat dalam pem-
awatan mahasiswa praktek manaje- berian pelayanan
men
Dokumentasi a. pendokumentasian dilakukan se- a. SAK dan SPO pendoku- a. adanya program pelatihan a. adanya tuntukan masyarat
Keperawatan jak saat pasien masuk ruang mentasian belum di- dokumentasi keperawatan untuk mendapatkan
rawat inap lakukan secara maksi- b. adanya peluang perawat un- pelayanan keperawatan
b. status pengkajian memuat doku- mal tuk meningkatkan pen- yang profesional
mentasi secara lengkap didikan b. meningkatnya kedasaran
c. kepala ruangan selalu melakukan c. adanya kebijakan RS tentang masyarakat tentang tang-
supervisi pendokumentasian pendokumentasian gung gugat perawat seba-
d. pendokumentasian dilakukan gai pemberi asuhan keper-
pada format yang sudah ada awatan
e. pendokumentasian sudah meng- c. persaingan RS dalam
gunakan EMR (Electric Medical memberikan pelayanan
Recod) keperawatan
f. 100 % Pendokumentasian sudah
56
menggunakan SDKI, SLKI dan
SIKI
Standar asuhan a. kepala ruanga mendukung terlak- a. pelaksanaan standar a. adanya mahasiawa ners a. adanya tuntukan masyarat
keperawatan sananya standar asuhan keper- asuhan keperawatan su- praktek manajemen keper- untuk mendapatkan
awatan dah terdapat SPO akan awatan pelayanan keperawatan
b. tersediannya SPO dalam melak- tetapi pada pelak- b. adanya kerja sama antara yang profesional
sanakan standar asuhan keper- sanaannya belum di- perawat ruangan dengan ma- b. meningkatnya kedasaran
awatan lakukan sesuai SPO hasiswa masyarakat tentang tang-
c. tersediannya format standar c. adanya kebijakan RS tentang gung gugat perawat seba-
asuhan keperawatan standar asuhan keperawatan gai pemberi asuhan keper-
d. proses keperawatan sudah meng- awatan
gunakan EMR yang mempermu-
dah perawat dalam melaksanakan
proses asuhan keperawatan
Tingkat a. Sudah terdapat prototap untuk a. masih terdapat kesala- 1. adanya mahasiawa ners a. adanya tuntukan masyarat
Ketergantungan pengkategorian ketergantungan han dalam menentukan praktek manajemen keper- untuk mendapatkan
pasien ketergantungan awatan pelayanan keperawatan
b. terdapat sarana dan prasana b. belum terdapat tools un- 2. adanya kerja sama antara yang profesional .
dalam pelaksanaan pelayanan tuk membantu mengkat- perawat ruangan dengan ma-
berdasarkan tingkat ketergantun- egorikan pasien hasiswa
gan pasien
Standar 1. Standar prosedur operasional su- 1. SPO sudah tedapat na- 1. adanya mahasiawa ners 1. adanya tuntukan masyarat
Prosedur dah terdapat di sinology keper- mun tidak dijalankan praktek manajemen keper- untuk mendapatkan
Operasional awatan yagng teringrasi oleh se- sesuai SPO yang ada awatan pelayanan keperawatan
(SPO) uma ruang keperawatan untuk beberapa tin- 2. adanya kerja sama antara yang profesional
2. Sudah tersedia format SPO dakan. perawat ruangan dengan ma- 2. meningkatnya kedasaran
3. supervisi tindakan sesuai SPO hasiswa masyarakat tentang tang-
sudah dilakukan secara rutin oleh 3. adanya kebijakan RS tentang gung gugat perawat seba-
kapala ruangan SPO gai pemberi asuhan keper-
57
4. SPO tesusun secara sistematis awatan
dan mudah di akses melalui
sinologi (komputerisasi)
Pasien Pulang 1. tersediannya sarana dan prasarana 1. pelaksanaan dischage 1. adanya mahasiawa ners 1. adanya tuntukan masyarat
dischage planning di ruangan un- planning sudah terdapat praktek manajemen keper- untuk mendapatkan
tuk pasien pulang SPO namun pada pelak- awatan pelayanan keperawatan
2. adanya kartu kontrol berobat sanaannya belum sesuai 2. adanya kerja sama antara yang profesional
3. perawat memberikan pendidikan SPO perawat ruangan dengan ma- 2. meningkatnya kedasaran
kesehatan secara informal kepada 2. keterbatasan waktu dan hasiswa masyarakat tentang tang-
pasien/ keluarga pasien. tenaga perawat 3. adanya kebijakan RS tentang gung gugat perawat seba-
4. terdapat SPO dischage planning dischage planning gai pemberi asuhan keper-
5. pendidikan kesehatan sudah ter- awatan
dokumentasi
Manajemen 1. belum terdapat kesalahan 1. perawat berisiko 1. adanya mahasiawa ners 1. adanya tuntukan masyarat
risiko mengenai Sasaran Keselamatan mengalami human eror praktek manajemen keperawatan untuk mendapatkan pelayanan
Pasien dari SKP1, SKP 2, SKP 3, sehingga perlu dilakukan keperawatan yang profesional
SKP 4, SKP 5, SKP 6. upaya pencegahan secara 2. adanya kerja sama antara
berkelanjutan perawat ruangan dengan 2. persaingan RS semakin
mahasiswa ketat
Material 1. Memiliki sarana dan prasarana 1. Kontroling alat dan 1. Tersedianya dana untuk per- 1. Ada tuntutan tinggi dari
yang dibilang cbaik di wilayah pencatatan utilitas belum baikan sarana dan prasarana masyarkat untuk me-
Banten yang cukup melayani maksimal dijalankan yang rusak atau penambhan lengkapi sarana dan
dengan baik bagi pasien, tenaga barang baru dari bagian pen- prasarana
Kesehatan termasuk sarana gadaan barang ( Logistik
prasarana Universal Precaution Umum)
58
untuk perawat 2. Adanya tuntukan pent-
2. Terdapat administrasi penunjang ingkatan kualitas pelayanan
yang memadai ( form rujukan,
observasi, inform consent, dll)
3. Semua sarana dan prasarana su-
dah digunakan secara optimal
dan elektronik.
4. Alat medis dan sarana prasarana
yang tersedesia sudah sesuai
berdasarkan standar dari DEP-
KES dibuktikan dengan surat
izin operasional
d.
Market 1. Indikator Rawat Inap Tercapat 100 1. sistem kerja perawat 1. adanya mahasiawa ners 1. adanya tuntukan masyarat
% dalam 3 bulan terakhir masih berisiko mengalami praktek manajemen keperawatan untuk mendapatkan pelayanan
kesalahan sehingga keperawatan yang profesional
2. BOR, AVLOS, TOI, BTO sesuai motinoring indikator mutu 2. adanya kerja sama antara
dengan standar Depkes RI. harus selalu dilakukan rumah sait dengan beberapa 2. persaingan RS semakin
perusahan ketat
3, Lokasi Rumah sakit strategis yang 2. indikator rawat inap
terletak dipemukiman elit atas percapaiannya perlu 3. adanya kebijakan RS tentang
kelolaan Grup Ciputra Hospital. ditingkatkan. pencapaian indikator mutu
rawat inap.
3. sudah terjalinnya Kerjasama
dengan berbagai asuransi dan
beberapa perusahaan di wilayah
kabupaten Tangerang.
59
A. ANALISIS SWOT
Matriks IFAS
60
18. Keselamatan Pasien dari SKP1, SKP 2, SKP 3, 0,04 3 0,12
SKP 4, SKP 5, SKP 6.
19. Memiliki sarana dan prasarana yang dibilang cbaik
di wilayah Banten yang cukup melayani dengan
baik bagi pasien, tenaga Kesehatan termasuk 0,04 3 0,12
sarana prasarana Universal Precaution untuk per-
awat
20. Alat medis dan sarana prasarana yang tersedesia
sudah sesuai berdasarkan standar dari DEPKES 0,04 4 0,16
dibuktikan dengan surat izin operasional
21. Indikator Rawat Inap Tercapat 100 % dalam 3 bu- 0,05 4 0,2
lan terakhir
22. BOR, AVLOS, TOI, BTO sesuai dengan standar 0,05 4 0,2
Depkes RI.
23. Lokasi Rumah sakit strategis yang terletak
dipemukiman elit atas kelolaan Grup Ciputra Hos- 0,05 3 0,15
pital.
24. Sudah terjalinnya Kerjasama dengan berbagai asur-
ansi dan beberapa perusahaan di wilayah kabu- 0,04 3 0,12
paten Tangerang.
1 79 3,35
Weakness
1. Pelatihan yang dirumah sakit memiliki
keterbatasan peserta, sehingga ilmu yang didapat -0,14
0,07 -2
tidak tersalurkan dengan maksimal pada perawat
yang lain
2. Masih terdapat PJ Shift dengan Pendidikan D3 0,1 -4 -0,4
Keperawatan.
3. Adanya keterbatasan kenaikan kompetensi yang 0,05 -2 -0,1
diatur oleh kebijakan perusahaan.
4. Belum adanya visi misi di ruangan carnation 0,05 -2 -0,1
61
sesuai SPO
9. masih terdapat kesalahan dalam menentukan ketergan- 0,07 -2 -0,14
tungan
10. keterbatasan waktu dan tenaga perawat 0,07 -2 -0,14
11. perawat berisiko mengalami human eror sehingga perlu 0,08 -2 -0,16
dilakukan upaya pencegahan secara berkelanjutan
12. Kontroling alat dan pencatatan utilitas belum mak- 0,09 -2 -0,18
simal dijalankan
13. sistem kerja perawat masih berisiko mengalami ke-
salahan sehingga motinoring indikator mutu harus 0,07 -2 -0,14
selalu dilakukan
14. indikator rawat inap percapaiannya perlu dit- 0,07 -2 -0,28
ingkatkan.
Total 1 -30 -2,2
1 Strength 3,35
2 Weakness -2,2
Total 1,15
Matriks EFAS
Oportunity
1. Adanya kesempatan kuliah atau melanjutkan ke jenjang 4 0,4
0,1
yang lebih tinggi
2. Ada nya Kerjasama yang baik antara mahasiswa
0,08 2 0,16
Fakultas Ilmu Keperawatan dengan perawat klinik
3. adanya penyesuaian kompensasi setiap tahun
0,09 3 0,27
berdasarkan kebijakan pemerintah
4. Adanya mahasiswa Ners yang praktek Manajemen
0,08 2 0,16
Keperawatan
5. Ada kebijakan Rumah Sakit tentang 0,1 4 0,4
62
profesionalisasi perawat
6. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi 0,08 4 0,32
perawat
7. Adanya kebijakan RS tentang pelaksanaan MPKP 0,1 4 0,4
Threat (Ancaman)
1 -11 -2,3
1 Oportunity 3,06
2 Threat -3,3
63
Total -0,76
DIAGRAM SWOT
Oportunity
4
Weakness -4 0
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 Strength
-1
-2
-3
-4
Threat
Analisis :
Berdasarkan hasil analisa diatas, terlihat baik dari hasil interpolarisasi garis diagonal dan
perhitungan luas masing-masing kuadran membuktikan bahwa posisi analisis SWOT atas
unit kerja ruang Caration Ciputra Hospital berada pada kuadran II (Diversifikasi),
meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini memiliki kekuatan dari segi
interna;. Strategi yang harus diterapkan adalah yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peruang janka Panjang dengan cara strategi diversifikasi.
64
Planning Of Action (POA)
Ruang Rawat Inap Carnation Ciputra Hospital
No Masalah Tujuan Kegiatan/ Sasaran Waktu PJ Indikator
Program Keberhasilan
1
2
3
65
DAFTAR PUSTAKA
Alvarado,K. R. L., Christoffersen, E., Fram, N., Boblin, S., Poole, N., Lucas, J., & Forsyth, S.
(2006). Transfer of accountability: transforming shift handover to enhance patient safety.
Healthcare Quarterly, 9, 75-9.
http://www.hqontario.ca/portals/0/Modals/qi/en/processmap_pdfs/resources_links/
Transfer%20of%20Accountability.pdf
LAMPIRAN
JIM FKep Volume VI No. 3 Tahun 2022
Handover merupakan proses transfer informasi selama perpindahan perawatan berkelanjutan yang
mencakup pertanyaan, klasifikasi, konfirmasi tentang pasien, tanggung jawab utama dan kewenangan
perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutkan perawatan. Kegagalan dalam proses
mentransfer informasi pasien dalam handover merupakan salah satu penyebab terjadinya medication
errors yang dapat menyebabkan Kejadian Nyaris Cedera (KNC) bahkan Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pelaksanaan handover perawat di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Pendidikan Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
total sampling, didapatkan sampel sebanyak 36 perawat di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Syiah
Kuala. Pengumpulan data menggunakan kuesioner pelaksanaan handover yang dibuat sendiri oleh
peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 32 perawat melakukan handover pada kategori baik
(88,9%) dan 4 perawat berada pada kategori kurang baik (11,1%). Kesimpulan pada penelitian ini
didapatkan bahwa perawat yang bertugas di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Syiah Kuala melaksanakan handover dengan baik. Diharapkan bagi tim manajemen keperawatan sering
melakukan sosialisasi dan pemantauan di Ruang Rawat Inap serta melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan Handover. Kata Kunci: Handover, Perawat Pelaksana, Rumah Sakit. ABSTRACT
Handover is the process of information transfer during a continuing course of care that includes questions,
classifications, confirmation of patients, the primary responsibility and nursing authority from the
previous nurse to the nurse that will continue the treatment. Failure in the process of transferring the
patient's information in handover may in one way result in errors that may result in almost injuries (KNC)
even unexpected events (KTD). The purpose of this study is to find out the details of how a handover
nurse is carried out in the hospital hospital at shia university. The study employed a quantitative
descriptive method with a cross-sectional approach. Sampling techniques using total sampling techniques,
obtained a sample of 36 nurses at the shia university educational hospital in Kuala Lumpur. The data
collection USES the handover performance questionnaires made by researchers themselves. Studies have
shown that 32 nurses are doing handovers in both categories (88.9%) and 4 nurses are less good (11.1%).
The conclusion reached in the study was that the nurse in charge of the shia university education hospital
in Kuala Lumpur conducted a handover well. It is expected that the nursing management team will often
conduct socialization and monitoring in the Inpatient Room and evaluate the implementation of Handover
Keywords: Handover, executive nurse, hospital.
PENDAHULUAN dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Pasien
dan keluarga yang dilibatkan langsung merasa
Rumah sakit merupakan fasilitas penyedia layanan lebih diperhatikan dan meningkatkan perasaan
kesehatan profesional dan bertanggung jawab otonomi atas program terapi yang diberikan
untuk masyarakat sekaligus sebagai instansi (Oxelmark et al., 2020). Komunikasi bisa dianggap
penyedia jasa pelayanan kesehatan perorangan efektif apabila tepat waktu, akurat, lengkap, dan
secara paripurna. Rumah sakit memiliki peran yang dapat diterima oleh penerima informasi dengan
sangat strategis untuk mewujudkan derajat baik. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan
kesehatan yang setinggi-tingginya salah satu proses dan meningkatkan keselamatan pasien (Akhun,
pelayanan yang menunjang proses nya adalah 2020).
keperawatan (Depkes RI, 2018).
Penelitian sebelumnya Nursery (2020)
Menurut World Health Organization (2006) salah menyebutkan bahwa data dari RSUD Jaraga
satu penyebab terjadinya medication errors adalah Sasameh 2018 dimana Kejadian Nyaris Cedera
tidak bagusnya komunikasi antara tenaga kesehatan (KNC) sebanyak 14 kasus dan Kejadian Tidak
profesional dengan pasien. Hal ini berdampak pada Diharapkan (KTD) 10 kasus. Hal ini merupakan
keselamatan pasien di rumah sakit. Begitu pun JCI dampak dari tidak efektifnya handover. Kemudian
(2012) menyatakan bahwa 80% medication errors diperkuat oleh penelitian Setiawan dan Fitriasari
berhubungan dengan misscomunication antar (2021) dimana pada saat penelusuran dokumen
pemberi pelayanan kesehatan. Keterampilan dalam ditemukan bahwa perawat tidak mengisi dokumen
berkomunikasi pada pelaksanaan pelayanan pencatatan handover dengan lengkap, perawat
kesehatan dimulai dari mengidentifikasi pasien hanya melakukan serah terima berdasarkan
merupakan bagian yang sangat penting untuk diagnosis medis tanpa ada diagnosis keperawatan
dilaksanakan untuk mencapai hasil perawatan serta tidak tercatatnya tindak lanjut implementasi
secara optimal, serta menurunkan angka kejadian keperawatan. Kondisi ini dapat terjadi jika
medical error yang diakibatkan oleh kegagalan komunikasi antar perawat kurang baik hal ini
berkomunikasi oleh petugas kesehatan, termasuk di sejalan dengan penelitian yang dilakukan
dalamnya perawat (Simamora, 2020). Kusumaningsih (2019) mendapatkan hasil
responden yang komunikasi SBAR kurang baik 27
Handover merupakan proses transfer komunikasi
responden (54,0%) dengan pelaksanaan handover
antara perawat yang berdinas sebelumnya kepada
kurang baik 17 responden (34,0%) dan pelaksaan
perawat yang berdinas selanjutnya. Komunikasi
handover baik hanya sebanyak 10 responden
yang terjadi pada proses perpindahan shift jaga ini
(20,0%).
merupakan upaya untuk mempertahankan asuhan
keperawatan yang berkesinambungan (Fernanda, Menurut penelitian Maurissa (2019) bedside
2019). Handover secara lengkap dibagi menjadi handover di RSUD Pemerintah Aceh sudah
tiga tahap yaitu: 1) pra handover, 2) pelaksanaan dilakukan tapi belum sistematis dan optimal
handover dan 3) post handover. Efektifitas penerapannya. Kondisi ini didukung dengan hasil
handover antar shift bukan hanya dapat wawancara yang dilakukan kepada sepuluh perawat
mengurangi resiko terjadinya insiden keselamatan di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Syiah
pasien namun juga menjadi upaya untuk Kuala, yang mengatakan bahwa insiden
meningkatkan kualitas pelayanan yang ada. keselamatan pasien disebakan oleh sarana
Perawat saling berkomunikasi dengan prinsip prasarana yang tidak memadai salah satunya sarana
SBAR untuk mempertahankan kesesuaian dalam pelaksanaan serah terima pasien atau
informasi berdasarkan kondisi pasien yang menjadi handover dimana belum adanya SPO (Standar
tanggung jawabnya. Tindak lanjut dan Prosedur Operasional) dan kerangka komunikasi
kesinambungan pelayanan dan asuhan keperawatan dalam proses handover.
menjadi point penting dalam kegiatan pelaksanaan
handover antar shift. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
Pelaksanaan handover dengan melibatkan pasien kuantitatif dengan desain cross sectional study.
dan keluarga secara langsung di samping tempat Pengambilan sampel menggunakan teknik total
tidur pasien memiliki dampak yang signifikan sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah
perawat di Rumah Sakit Pendidikan Universitas 4. Lama Bekerja
Syiah Kuala seabanyak 36 perawat. Penelitian ini <3 Tahun 6 16,70
berlangsung dari tanggal 21-25 Agustus 2022. >3 Tahun 30 83,30
Penelitian ini menggunakan analisis univariat. Sumber: Data Primer (Diolah 2022)
Penelitian ini dilakukan dengan izin oleh Komite
Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa
Etik Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
distribusi proses handover perawat pelaksana di
Kuala dengan nomor uji etik 111134130722.
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Pendidikan
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Universitas Syiah Kuala dapat disimpulkan bahwa
kuesioner handover yang terdiri dari 15 pertanyaan mayoritas responden yang melaksanakan proses
bentuk positif. Kuesioner sudah diuji baik validitas handover dengan baik sebanyak 30 orang (83.3%)
maupun reliabilitasnya. Uji validitas dilakukan dan kurang baik
dengan menggunakan content validity yang
dalam melaksanakan proses handover sebanyak 6
dilakukan oleh expert selanjutnya dilakukan
orang (16.7%).
construct validity dengan nilai r tabel lebih besar
dari ≥ 0,444. Uji reliabilitas telah diuji dengan nilai Tabel 5. Distribusi Post Handover Perawat
skor cronbach alpha 0,72. Pelaksana di Rumah Sakit (n=36)
HASIL Pelaksa Pelaksa f %
na di naan
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan
Rumah Handov
terhadap 36 responden pada perawat di Rumah
Sakit er
Sakit Pendidikan Universitas Syiah Kuala
(n=36)
didapatkan hasil sebagai berikut
No.
1.Data Demografi
1 Baik 32 88,90
Tabel 1. Data f %
2 Kurang 4 11,10
Data demogr
Demogr afi Baik
afi
Total 36 100,0
Respon
den
(n=36)
No. PEMBAHASAN
1. Usia
Remaja 1 2,80 1. Gambaran Pelaksanaan Handover Perawat
Akhir (17- Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
25 Tahun) Pendidikan Universitas Syiah Kuala.
Dewasa 13 36,10
Awal (26- Berdasarkan data pada tabel 2 didapatkan hasil
35 Tahun) bahwa sebanyak 32 orang (88,9%) memiliki tingkat
Dewasa 21 58,30 pelaksanaan handover yang baik. Hasil yang
Akhir (36- didapatkan dalam penelitian ini mengindikasikan
45 Tahun) mayoritas perawat pelaksana di Rumah Sakit
Lansia 1 2,80 Pendidikan Universitas Syiah Kuala melaksanakan
Awal (46- handover dengan baik. Hasil penelitian ini sejalan
55 Tahun) dengan penelitian Trinesa, Arif & Murni (2020)
2. Jenis Kelamin terhadap 138 perawat menunjukkan bahwa
Laki-laki 5 13,90 sebagian besar pelaksanaan handover berada dalam
Perempuan 31 86,10 kategori baik sebanyak 88 orang (63,8%). Hasil
3. Pendidikan penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang
DIII 21 58,30
dilakukan oleh Fatrida dkk (2019) yang
DIV 1 2,80
menyebutkan sebanyak 39 orang (66,1%)
S1/Ners 14 38,90
melaksanakan handover dengan baik, hal ini kamar dan hari perawatan, menyebutkan diagnosa
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan masa kerja medis, dan masalah keperawatan pasien yang sudah
perawat yang lebih dari 3 tahun. maupun yang belum teratasi.
Pelaksanaan handover yang efektif adalah Handover merupakan salah satu prosedur yang
handover yang dilakukan dengan penjelasan secara beresiko jika tidak dilakukan dengan profesional
singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri dan sesuai dengan standar prosedurnya karena
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan dapat menjadi faktor utama penyumbang terjadinya
dan belum dilakukan, dan perkembangan pasien
saat itu. Handover yang dilaksanakan dengan baik kesalahan dan penundaan pelayanan berikutnya
dapat membantu mengidentifikasi kesalahan serta pada pasien (Nopriyanti & Hariyati, 2017).
memfasilitasi kesinambungan perawatan pasien Menurut Maurissa & Yuswardi (2019) dimana
(Alvarado et al., 2006). pelaksanaan bedside handover di Rumah Sakit
Kota Banda Aceh berjumlah 427 observasi
Menurut Nursalam (2015) kegiatan pelaksanaan (75,71%) berada pada katagori terlaksana. Hal ini
handover dilakukan setiap pergantian shift. Pada tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
saat pelaksanaan handover, perawat pelaksana shift Kusumaningsih (2019) yang menyatakan bahwa
yang bertugas akan melaporkan keadaan dan perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap sebanyak
perkembangan pasien selama bertugas kepada 27 orang (54,0%) dengan pelaksanaan handover
perawat pelaksana yang akan berdinas selanjutnya. kurang baik, hal ini dikarenakan kurangnya
Perawat shift yang akan berdinas berikutnya penerapan komunikasi SBAR pada saat
memberikan klarifikasi terkait intervensi pelaksanaan handover. Sehingga berdampak pada
keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan, keselamatan pasien dengan angka kejadian KTD
intervensi kolaboratif dan dependen, rencana (Kejadian Tidak Diharapkan) maupun KNC
umum maupun persiapan yang perlu dilakukan (Kejadian Nyaris Cidera). Didukung dengan
serta hal yang belum jelas atau laporan yang telah penelitian yang dilakukan oleh Safrina & Rahma
disampaikan kemudian. Trinesa, Arif & Murni (2019) meyebutkan bahwa pelaksanaan handover
(2020) menyatakan handover (operan) yang berdasarkan data audit yang dilakukan pada kepala
dilakukan sudah berjalan dengan baik, sudah ruang, katim dan perawat pelaksana angkanya
mewakili segala aktivitas proses pelaksanaan masih berada dibawah 60% sehingga sangat rentan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat dan telah untuk terjadinya KTD dan KNC.
dikuasai dengan baik oleh perawat. Alur
pelaksanaan operan dilakukan pada tiga tahap yaitu 2. Gambaran Pra Handover Perawat Pelaksana Di
pra handover, handover dan post handover. Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Syiah Kuala.
Penelitian yang dilakukan oleh Hilda, dkk (2018)
menyebutkan bahwa sebanyak 47 perawat sudah Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil bahwa tingkat
menerapkan handover dengan metode SBAR. pra handover responden berada pada kategori baik
Namun 30 perawat lainnya memiliki implementasi yaitu sebanyak 32 orang (88.9%). Hasil yang
yang buruk hal ini disebabkan karena tidak semua didapat dalam penelitian ini berdasarkan kategori
perawat dapat menyebutkan tanggal masuk maupun baik dan kurang baiknya mayoritas perawat di
lama hari perawatan pasien. Perawat bisa seperti itu Rumah Sakit Pendidikan Universitas Syiah Kuala
dikarenakan banyaknya pasien yang dirawat melaksanakan proses pra handover dengan baik.
sehingga perawat tidak dapat memaksimalkan Dalam tahap pra handover harus sesuai Standar
laporan yang sesuai dengan prosedur. Beberapa Operasinal Prosedur (SOP) yang digunakan dalam
perawat juga sering tidak menyebutkan pasien setiap setting tempat (Nursalam, 2015). Ruang
memiliki alergi, sama halnya dengan penelitian rawat inap yang ada di Rumah Sakit Pendidikan
yang dilakukan oleh Larira (2018) menunjukkan Universitas Syiah Kuala memiliki tim keperawatan
bahwa sebanyak 9 perawat terkadang tidak yang masing-masing ruangan terdiri dari 3 tim
melaksanakan beberapa poin penting dari keperawatan, yaitu tim A, tim B dan tim C.
handover. Namun untuk hasil komunikasi berjalan Masing-masing memiliki peranan dalam mengelola
dengan efektif sebanyak 24 perawat dapat pasien berdasarkan ruangan. Hal tersebut didukung
menyebutkan nama, umur, tanggal pasien masuk, oleh Nursalam (2015) bahwa metode tim terdiri
dari 2-3 tim perawatan dalam satu ruangan dimana JIM FKep Volume VI No. 3 Tahun 2022
tim perawatan ini menyediakan perawatan terhadap
kelompok pasien tertentu yang telah ditentukan 168
oleh kepala ruang. Setelah perawat mendapat
yang dilakukan oleh kepala ruang atau penanggung
pasien kelolaan masing-masing, selanjutnya
jawab shift, serta laporan tentang kondisi pasien
dilakukan tahap persiapan lembar CPPT (Catatan
apakah ada kemajuan atau kemunduran (Nursalam,
Perkembangan Pasien Terintegrasi) yang akurat
2015).
berisi tentang identitas pasien, catatan
perkembangan pasien, keluhan pasien, rencana Pelaksanaan handover adalah fase penting dalam
perawatan, catatan obat, keseimbangan cairan, proses perawatan pasien karena menyangkut
penilaian resiko jatuh atau ulkus, hasil penunjang dengan akuntabilitas dan tanggung gugat perawat
medis, perencanaan keuangan, tindakan terhadap peralihan tanggung jawab dalam
keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan, perawatan pasien (Washington, Brown, & Gilmore,
juga informasi yang sensitif seperti HIV dan 2015). Dalam studi yang dilakukan oleh Safrina,
kondisi lainnya (Nursalam, 2015; Chaboyer et al, Hariyati, & Fatmawati (2019) menunjukkan bahwa
2008; Wallis, 2010). implementasi peningkatan dalam metode serah
terima mampu memberikan akuntabilitas
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hidajah,
pelaksanaan berupa adanya tanda tangan verifikasi
dkk (2018) dan Fadilah, dkk (2016), disebutkan
serah terima pasien pada format catatan terintegrasi
bahwa sebanyak 87,14% perawat masuk dalam
atau CPPT sebesar 88,9% yang menunjukkan
kategori komunikasi yang efektif dalam
kesadaran diri perawat terhadap akuntabilitas.
melaksanakan pra handover atau persiapan sebelum
handover. Hal ini sejalan pula dengan prinsip Dalam penelitian Umaternate dkk (2015)
handover berdasarkan Australian Commission on didapatkan hasil 64,5% perawat melakukan
Safety and Quality in Health Care (2010) identifikasi pasien secara benar, hal tersebut
menyatakan bahwa handover membutuhkan dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu
persiapan terlebih dahulu, handover harus pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien.
diorganisasikan dengan baik termasuk kepala Apabila pengetahuan keselamatan pasien diketahui
ruangan sebagai pemimpin dalam proses handover, perawat dengan baik maka kesalahan dalam
serah terima harus dilakukan dengan lingkungan melakukan tindakan kepada pasien akan terhindar.
yang nyaman, serta harus terdapat akuntabilitas dan Perawat saat melakukan handover harus
responsibilitas pelaksanaan serah terima pasien menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien
serta hal-hal penting seperti diagnosa medis, hal
3. Gambaran Proses Handover Perawat Pelaksana
tersebut dikarenakan perlunya tindak lanjut
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Pendidikan
mengenai apa saja yang akan dilakukan ketika shift
Universitas Syiah Kuala.
jaga nanti (Nursalam, 2015).
Berdasarkan data pada tabel 4 didapatkan bahwa
4. Gambaran Post Handover Perawat Pelaksana Di
sebanyak 30 orang (83.3%) memiliki tingkat proses
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Pendidikan
handover yang baik. Hasil yang didapat dalam
Universitas Syiah Kuala.
penelitian ini mayoritas perawat di Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Syiah Kuala melaksanakan Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil bahwa
proses handover dengan baik. Dalam proses sebanyak 32 orang (88.9%) memiliki tingkat post
handover yang dilakukan menggunakan Standar handover yang baik. Hasil yang didapat dalam
Operasinal Prosedur (SOP) yang dibuat oleh penelitian ini berdasarkan kategori baik dan kurang
Rumah Sakit dan ada beberapa hal yang harus baik mayoritas perawat di Rumah Sakit Pendidikan
diperhatikan dalam melakukan handover. Universitas Syiah Kuala melaksanakan post
diantaranya kejelasan komunikasi yang didukung handover dengan baik. Dalam tahap post handover
dengan kelengkapan informasi yang disampaikan, perawat harus melaksanakannya sesuai Standar
akurasi terhadap pasien, penggunaan istilah atau Operasinal Prosedur (SOP) yang diterapkan dalam
kata-kata yang mudah dipahami, ketersediaan suatu layanan kesehatan (Nursalam, 2015).
sumber dan sarana, monitoring Menjelang berakhirnya serah terima sebaiknya
perlu dilakukan diskusi apabila ada masalah baru
yang muncul sebelum perawat akan melakukan INDONESIA).
implementasi keperawatan (Nursalam, 2016; http://repo.stikesperintis.ac.id/id/eprint/1249
Chaboyer et al, 2008; Wallis, 2010).
Hidajah U, et al. 2018. Peran komunikasi SBAR
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dalam pelaksanaan handover di ruang rawat inap
tentang Gambaran Pelaksanaan Handover Perawat RSPS. NersMid Jurnal Keperawatan dan
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit yang dilakukan Kebidanan. 1(2), 72-81
di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Syiah http://nersmid.unmerbaya.ac.id/index.php/nersmid/
Kuala kepada 36 perawat, dapat disimpulkan article/view/13 Hilda, H., Setiadi, R., Wahyuni, E.
bahwa tingkat pelaksanaan handover perawat P., Supriadi, S., Loriana, R., Rasmun, R., &
pelaksana berada dalam kategori baik dengan Nurachmah, E. (2018). Strengthening patients
persentase 88.9%, tingkat pra handover perawat safety culture through the implementation of SBAR
pelaksana sebagian besar berada dalam kategori communication method. Health Notions, 2(8), 856-
baik dengan 88.9%, tingkat proses handover 861. https://doi.org/10.33846/hn.v2i8.262
perawat pelaksana dalam kategori baik dengan
83.3% dan tingkat proses post handover perawat Kementerian Kesehatan, R. . (2018). PMK No 26
pelaksana berada dalam kategori yang baik juga Tahun 2019 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU
dengan persentase 88,9%. REFERENSI Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.
AHHA (Australian Healthcare & Hospitals Kusumapradja, R. (2019). Patient safety in nursing.
Association). (2009). Clinical Handover: System Makalah seminar. Tidak dipublikasikan
cange, Leadership and Principles. Alvarado,K. R.
Kusumaningsih, D., & Monica, R. (2019).
L., Christoffersen, E., Fram, N., Boblin, S., Poole,
Hubungan komunikasi SBAR dengan pelaksanaan
N., Lucas, J., & Forsyth, S. (2006). Transfer of
timbang terima perawat di Ruang Rawat Inap
accountability: transforming shift handover to
RSUD Dr . A . Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung.
enhance patient safety. Healthcare Quarterly, 9, 75-
Indonesian Jurnal of Health Development, 1(2),
9.
25–35. https://doi.org/10.52021/ijhd.v1i2.13
http://www.hqontario.ca/portals/0/Modals/qi/en/pro
cessmap_pdfs/resources_links/Transfer%20of Larira D. M., Rasmiati, K., & Kasih, F. I. (2018).
%20Accountability.pdf Fadilah, A., & Yusianto, The relationship between implementation of SBAR
W. (2016). Perbedaan pelaksanaan timbang terima communication techniques and patient safety in
pasien sebelum dan sesudah menggunakan ICU and ICCU Departments at Kendari General
komunikasi SBAR terhadap penerapan patient Hospital. Sorume Health Sciences Jurnal. 1(1), 1-8.
safety oleh perawat pelaksana di Rs. Siti Khodijah http://usnsj.com/index.php/shsj/article/view/1058/6
Sepanjang Sidoarjo Jawa Timur. Jurnal 34
Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia
Utama, 5(2). https://doi.org/10.31596/jcu.v1i5.144 Maurissa, A., & Yuswardi, Y. (2019). Pelaksanaan
Fatrida, D., & Nuriman, D. I. (2019). Hubungan bedside handover oleh perawat di Ruang Rawat
tanggung jawab, komunikasi, dan dokumentasi Rumah Sakit Banda Aceh. IDEA Nursing Journa,
dengan pelaksanaan handover. Jurnal'Aisyiyah X(1),63-68.
Medika, 4. https://scholar.archive.org/work/sgc7b2 https://doi.org/10.52199/inj.v10i1.16632
Nopriyanto, D., & Hariyati, R. T. S. (2017).
JIM FKep Volume VI No. 3 Tahun 2022 Optimalisasi pelaksanaan timbang terima dalam
metode asuhan keperawatan dengan model tim:
169
Pilot study. Holistik Jurnal Kesehatan, 11(1), 14-
cyozckdkyeyxuslnk6gq/access/wayback/http:// 22.
jurnal.stikes-aisyiyah-palembang.ac.id/index.php/ http://www.ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holis
JAM/article/download/215/194 Fernanda, Y. tik/article/download/118/63
(2019). Pelaksanaan operan keperawatan
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan,
menggunakn teknik komunikasi Sbar di ruang
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Azzahrawi RSI Yarsi Bukittinggi tahun 2019
Salemba Medika, Jakarta. Nursery, S. M. C.,
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS PERINTIS
Chrismilasari, L. A., & Oktaviana, F. (2021).
Gambaran pelaksanaan timbang terima oleh Washington, N., Brown, L., & Gilmore, J. (2015).
perawat di ruang rawat inap RSUD Jaraga Standardizing the OR to PACU patient hand over.
Sasameh. Khatulistiwa Nursing Journal, 3(2). AORN, 101, P10–P12. https://doi.org
https://doi.org/10.53399/knj.v3i2.98 Oxelmark, L.,
Whitty, J. A., Ulin, K., Chaboyer, W., Gonçalves, Yanti, R. I., & Warsito, B. E. (2013). Hubungan
A. S. O., & Ringdal, M. (2020). Patients prefer karakteristik perawat, motivasi dan supervisi
clinical handover at the bedside; nurses do not: dengan kualitas dokumentasi proses asuhan
evidence from a discrete choice experiment. keperawatan. Jurnal Manajemen Keperawatan
International journal of nursing studies, 105, Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 1(2), 107-
103444. 114.
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2019.103444 https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JMK/article/v
iew/1006/1055
Safrina, N., Hariyati, R. T. S., & Fatmawati, U.
(2019). Optimalisasi pelaksanaan serah terima JIM FKep Volume VI No. 3 Tahun 2022
pasien antar shift keperawatan di ruang rawat inap
dewasa di Rumah Sakit. IDEA Nursing Journal.
10(1), 37-43,
https://doi.org/10.52199/inj.v10i1.15646
170
Siti Aisyah Nur 1 , Hafni Bachtiar2 , Leni Merdawati3 1Mahasiswa Keperawatan Universitas Andalas 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3 Program Studi Magister Keperawtan Universitas Andalas Email :
siti_aisyahnur@ymail.com
ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk melacak kepuasan pasien terkait dengan metode serah terima pasien
dengan cara membandingkan dua metode yaitu metode serah terima pasien dengan tradisional dan
bedside handover.Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional comparative study.
Dilaksanakan di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Padang yaitu di ruangan Shafa dan Marwa,
sedangkan untuk RSI Bukittinggi di ruang rawat inap Penyakit Dalam dan Bedah. Dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. dalam pengumpulan data
menggunakan angket, kuesioner dan wawancara mendalam. hasil penelitian menunjukan bahwa
Kepuasan pasien mengenai serah terima pasien dengan tradisional mampu memenuhi harapan
pasien sebesar 70,17% lebih rendah dibandingkan kepuasan pasien mengenai serah terima pasien
dengan bedside handover yang mampu memenuhi harapan pasien sebesar 88,24%. Kata kunci:
Kepuasan pasien; metode serah terima; tradisional, bedside handover ABSTRACT This study aims to
track patient satisfaction related to the method of patient handover by comparing two methods
namely the method of handover of patients with traditional and bedside handover. The research
design used is cross sectional comparative study. Implemented in the inpatient room RSI Ibn Sina
Padang is in the room Shafa and Marwa, while for RSI Bukittinggi in inpatient wards of Disease and
Surgery. Using consecutive sampling sampling technique. In data collection using questionnaires,
questionnaires and indepth interviews. Result of research indicate that patient satisfaction about
handover of patient with traditional able to fulfill patient expectation equal to 70,17% lower than
patient satisfaction about handover patient with bedside handover able to fulfill patient expectation
equal to 88,24%.