Anda di halaman 1dari 25

INOVASI KEPERAWATAN

PENERAPAN NURSING HOURLY ROUNDING DI RUANG PERAWATAN


DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PADA
PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Manajemen Mutu Pelayanan Keperawatan

DISUSUN OLEH :
ARI KUSMIYATI (2019980013)
SUATMAJI (2019980031)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN MANAGEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan
dan perlindungan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
judul ” Inovasi Keperawatan Penerapan Nursing Hourly Rounding Di Ruang
Perawatan Dalam Upaya Meningkatkan Kepuasan Pasien Pada Pelayanan
Keperawatan Di Ruang Rawat Inap”, disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Mutu Pelayanan Keperawatan.
Dalam penyelesaian makalah ini Penulis berterima kasih kepada Dosen Pembimbing
mata kuliah ini yaitu Dr. Hj. Tri Kurniati, M.Kep yang telah membimbing, memotivasi dan
mendampingi kami dalam pembelajaran.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif untuk dikemudian hari.
Akhirnya Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya. Semoga kita semua selalu dalam karunia Tuhan Yang
Maha Esa demi kemajuan bersama.

Jakarta, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................


DAFTAR ISI ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1. Latar Belakang
............................................................................
1.2. Tujuan
........................................................................................
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ............................................................
2.1. Mutu dalam Keperawatan ............................................................
2.2. Kepuasan .....................................................................................
2.3. Hourly Nursing Rounding ……………………………………….
BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………………….
3.1. Inovasi Keperawatan ………………………………………….
3.2. Metode Penggunaan Formulir Hourly Rounding ………………..
3.3. Kendala penerapan inovasi penggunaan formulir hourly rounding .
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………..
4.1. Kesimpulan ……………………………………………………..
4.2. Saran …………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama dari pelayanan rumah sakit. Hal
ini terjadi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam kepada pasien yang
membutuhkannya, berbeda dengan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan lainnya yang
hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada kliennya. Dengan demikian pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya
secara terus-menerus dan berkesinambungan sehingga pelayanan rumah sakit akan
meningkat juga seiring dengan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. (Ritizza,
2013).
Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan fungsi
dari manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan adalah suatu
tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh manajer/ pengelola keperawatan yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber-sumber yang ada,
baik sumber daya maupun sumber dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif dan efisien baik kepada klien, keluarga dan masyarakat. (Donny,
2014)
Perubahan yang terjadi dalam pelayanan kesehatan membuat perubahan terjadi pada
keperawatan. Perubahan ini terjadi akibat keragaman budaya, populasi yang semakin
menua, tehnologi dan pelayanan, serta terpenuhinya informasi kualitas pelayanan
kesehatan (Wakefield, 2003 dalam Huber 2006). Perubahan telah dan akan terus
mengganggu system pemberian pelayanan kesehatan. Perubahan dirasakan sebagai bentuk
kesempatan dan tantangan. Perawat harus mampu mengantiispasi dan mengamati trend
karena cepat atau lambat akan berdampak pada praktik keperawatan (Huber 2006).
Pelanggan merupakan penentu keberadaan suatu perusahaan, hal ini menurut perawat
untuk mampu mengikuti semua perubahan yang terjadi didalam suatu organisasi. Perawat
melakukannya dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan dan dan asuhan keperawatan
yang diberikan, tujuannya untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan
pendapatan rumah sakit, dan efisiensi dalam pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan
(Swansburg, 1999).
American Nurse Association (ANA) menetapkan sepuluh standar mutu yang
digunakan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Sepuluh standar mutu tersebut adalah : 1) angka infeksi nosokomial, 2) angka pasien jatuh,
3) kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan, 4) kepuasan pasien terhadap
pengelolaan nyeri/kenyamanan, 5) kepuasan pasien terhadap Pendidikan kesehatan, 6)
kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan, 7) upaya mempertahankan integritas kulit,
8) tingkat kepuasan perawat, 9) kombinasi kerja perawat professional dan non
professional, 10) total jumlah perawat perpasien ( Wojner, 2001). Salah satu cara
meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit sesuai standar ANA tersebut adalah dengan
memenuhi kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan.
Kepuasan pasien merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan (Aditama
2004) mengatakan bahwa untuk mampu memuaskan konsumennya perlu diadakan upaya
memenangkan persaingan yang terjadi diantara rumah sakit. Kotler (2003) sebagai salah
satu pakar pemasaran mengemukakan bahwa tingkat kepuasan yang dirasakan seseorang
merupakan hasil dari membandingkan anatara outcome dengan penampilan yang
dirasakan seseorang.
Gasperz (2003) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan keadaan dimana
keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang dihasilkan. Peneliti
lain menyatakan bahwa kepuasan adalah respon pelanggan terhadap analisis
ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dengan kinerja aktual yang
dirasakan Doy (1988, dalam Tjiptono & Diana, 2001)
Di sisi lain, untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, indikator diakses dan
dapat diandalkan kualitas yang diperlukan. Berbagai indikator seperti angka kematian di
rumah sakit, lama tinggal, diterima kembali, dan tingkat kekambuhan
penyakit digunakan untuk mengevaluasi kualitas pelayanan rumah sakit. Selain
semua indikator ini, skor kepuasan pasien telah digunakan sebagai indeks untuk
peningkatan mutu (Lo, Stuenkel, & Rodriguez, 2009). Dengan demikian, kepuasan pasien
telah menjadi indikator hasil yang diharapkan pada sistem perawatan kesehatan
( Merkouris et al., 2013 ).
Kepuasan adalah persepsi pasien. Karena pelayanan keperawatan memainkan peran
utama dalam kepuasan pasien, kualitas perawatan, dan keamanan, organisasi perlu terus
harus mencari cara baru untuk meningkatkan layanan . Salah satu strategi yang disebutkan
adalah strategi hourly nursing rounding adalah metode yang disarankan untuk mengatasi
masalah ini (Studer Group, 2007). Hourly nursing rounding, merupakan pendekatan
proaktif untuk perawatan yang memiliki hasil positif, fokus pada perawatan pasien
berpusat pada peningkatan kepuasan pasien.
Hourly nursing rounding memungkinkan perawat untuk berinteraksi dengan pasien,
menanggapi keluhan pasien, dan memodifikasi kondisi tidak memuaskan. Lebih tepatnya,
hourly nursing rounding memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi kebutuhan
pasien melalui prosedur keperawatan aktif. Meskipun rumah sakit menggunakan berbagai
metode rounding untuk pasien rawat inap, komponen utama dari semua rounding adalah
manajemen nyeri, toileting, mengubah posisi, dan pengelolaan lingkungan dan
kenyamanan ( Meade, Bursell, & Ketelsen 2006). Peningkatan komunikasi perawat-pasien
dapat meningkatkan hasil pasien termasuk kepuasan mereka dengan perawatan.
Shin.N, at.al (2018) mengatakan bahwa hourly nursing rounding adalah mengacu
pada pemerikasaan perawat terhadap pasien dengan interval yang regular, hal ini sangat
berbeda dengan kunjungan perawat kepada pasien yang konvensional (tidak regular)
menggunakan ceck list terorganisir dan konsisten. Cara pelaksanaan hourly nursing
rounding adalah dengan perawat akan melakukan pemeriksaan kepada pasien mengacu
kepada empat kebutuhan dasar pasien atau sering disebut 4P : 1) Pain, 2) Positioning, 3)
Potty, 4) Proximity of personal items, kegiatan ini akan sangat membantu perawat
memprediksi kebutuhan dasar pasien dalam hal pemenuhan terhadap rasa nyeri, eliminasi,
perubahan posisi dan kondisi lingkungan pasien.
literatur terbaru melaporkan bahwa hourly nursing rounding membantu mengu
urangi kecemasan pasien dan meningkatkan kepuasan mereka dengan konsekuen
membangun kepercayaan antara perawat dan pasien. Pasien berharap bahwa perawat akan
menilai kebutuhan dasar pasien dengan pemeriksaan rutin mereka, Selain itu, hourly
nursing rounding telah menunjukkan penurunan terjadinya pasien jatuh dan luka terkan
pada kulit akibat terlalu lama berbaring (skin ulser). Selain itu juga berdampak positif yaitu
menurunnya panggilan pasien melalui nurse call dan hal ini juga dapat mengurangi stres
kerja bagi perawat.
Penelitian lain dilakukan Meade et.al (2006) yang di release oleh American Journal
of Nursing mengenai pengaruh hourly nursing rounding pada penggunaan bel panggil,
keputusan dan keselamatan pasien memperlihatkan bahwa hourly nursing rounding
menurunkan panggilan dan meningkatkan kepuasan pasien sampai dengan 90% (Kocsis &
Miksch, 2007)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan inovasi penggunaan metode hourly
nursing rounding terhadap peningkatan kepuasan pasien pada pelayanan rawat inap
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Diketahuinya perbedaan harapan dan kenyataan pasien rawat inap pada
dimensi interaksi terhadap pelayanan keperawatan di rumah sakit
1.2.2.2 Diketahuinya efektifitas program hourly nursing rounding dalam
peningkatan kepuasan pasien rawat inap.
Bagi perkembangan keilmuan, inovasi penerapan metode ini dapat digunakan
sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian terkait
penerapan hourly nursing rounding dan kepuasan pasien.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Mutu dalam Keperawatan
2.1.1 Definisi Mutu
Mutu Pelayanan keperawatan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan
oleh profesi keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan pasien dalam
mempertahankan keadaan dari segi biologis, psikologis, sosial, dan spiritual pasien
(Suarli dan Bahtiar, 2012).
Mutu pelayanan keperawatan adalah asuhan keperawatan professional yang
mengacu pada 5 dimensi kualitas pelayanan yaitu, (reability, tangibles, assurance,
responsiveness, dan empathy) (Bauk et al, 2013).
Mutu pelayanan keperawatan merupakan suatu pelayanan yang
menggambarkan produk dari pelayanan keperawatan itu sendiri yang meliputi
secara biologis, psikologis, sosial, dan spiritual pada individu sakit maupun yang
sehat dan dilakukan sesuai standar keperawatan (Asmuji, 2012).
Berdasarkan pernyataan ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa
pelayanan keperawatan merupakan kegiatan atau upaya pelayanan yang dapat
dilakukan secara mandiri atau bersama-sama dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara holistik.
2.1.2 Tujuan Mutu Pelayanan Keperawatan
Menurut Nursamalam cit Triwibowo (2013) tujuan mutu pelayanan
keperawatan terdapat 5 tahap yaitu:
a. Tahap pertamaadalah penyusunan standar atau kriteria. Di maksudkan agar
asuhan keperawatan lebih terstruktur dan terencana berdasarkan standar kriteria
masing-masing perawat.
b. Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang sesuai dengan kriteria.
Informasi disini diharapkan untuk lebih mendukung dalam proses asuhan
keperawatan dansebagai pengukuran kualitas pelayanankeperawatan.
c. Tahap ketiga adalah identifikasi sumber informasi. Dalam memilih informasi
yang akurat diharuskan penyeleksian yang ketat dan berkesinambungan.
Beberapa informasi juga didapatkan dari pasien itusendiri.
d. Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data. Perawat dapat
menyeleksi data dari pasien dan kemudian menganalisa satu-persatu.
e. Tahap kelima adalah evaluasi ulang. Dihahap ini berfungsi untuk meminim kan
kekeliruan dalam pengambilan keputusan padaasuhan dan tidakan
keperawatan.
Tujuan keperawatan merupakan hal yang harus direncanakan secara optimal
oleh perawat. Tujuan keperawatan menurut Gillies cit Asmuji (2012) menyebutkan:
a. Tujuan keperawatan harus jelas, sehingga tercipta output keberhasilan yang
optimal. Dari hasil yang optimal maka akan mendukung kinerja dan
meningkakan kerja perawat.
b. Tujuan yang memiliki kriteria sulit dan menantang harus dikolaborasikan
dengan tim sejawat lain maupun tim medis lainnya. Disini perawat tidak
diperkenankan untuk melakukan tindakan secara persepsi tetapi secara rasional
berdasarkan hasil diskusi.
c. Tujuan keperawatan diharuskan dapat diukur, berisi ketentuan kuantitatif
sehingga akan lebih mudah membandingkan seberapa besar pencapaian
keberhasilan tersebut.
d. Tujuan keperawatan harus berdasarkan waktu yang ditentukan, agar
pencapaian target lebih baik lagi. Waktu yang optimal dilaksanakan dengan
target dan tidak mengesampingkan kolaborasi dengan pasien.
2.1.3 Faktor Mutu Pelayanan Keperawatan
Menurut Nursalam (2013) kualitas mutu pelayanan keperawatan terdiri atas
beberapa faktor yaitu:
a. Komunakasi dari mulut ke mulut (word of mouth communication), biasanya
komunikasi dari mulut ke mulut sering dilakukan oleh masyarakat awam yang
telah mendapatkan perawatan dari sebuah instansi. Yang nantinya akan
menyebarkan berita positif apabila mereka mendapatkan perlakuan yang baik
selama di rawat atau menyampaikan berita negatif tentang mutu pelayanan
keperawatan berdasarkan pengalaman yang tidak mengenakkan.
b. Kebutuhan pribadi (personal need), kebutuhan dari masing-masing pasien
bervariasi maka mutu pelayanan keperawatan juga harus menyesuaikan
berdasarkan kebutuhan pribadipasien.
c. Pengalaman masa lalu (past experience), seorang pasien akan cenderung
menilai sesuatu berdasarkan pengalaman yang pernah mereka alami. Didalam
mutu pelayanan keperawatan yang baik akan memberikan pengalaman yang
baik kepada setiap pasien, namun sebaliknya jika seseorang pernah mengalami
hal kurang baik terhadap mutu pelayanan keperawatan maka akan melekat
sampai dia mendapatkan perawatan kembali di suatuinstansi.
d. Komunikasi eksternal (company’s external communication), sebagai pemberi
mutu pelayanan keperawatan juga dapat melakukan promosi sehingga pasien
akan mempercayai penuh terhadap mutu pelayanan keperawatan di instansi
tersebut.
Sedangkan menurut Triwibowo (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi mutu
pelayanan keperawatan itu sendiri meliputi 7 kriteria diantaranya:
a. Mengenal kemampuan diri, seorang perawat sebelum melakukan sebuah
tindakan keperawatan kepada pasien harus mengetahui kelemahan dan kekuatan
yang ada pada diri perawat sendiri. Karena intropeksi diri yang baik akan
menghasilkan atau meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan.
b. Meningkatkan kerja sama, perawat harus berkerjasama dalam melakukan
asuhan keperawatan baik dengan tim medis, teman sejawat perawat, pasien dan
keluarga pasien.
c. Pengetahuan keterampilan masa kini, dimaksudkan agar perawat lebih
memiliki pengetahuan yang luas dan berfungsi dalam penyelesaian keluhan
pasien dengan cermat dan baik.
d. Penyelesaian tugas, perawat merupakan anggota tim medis yang paling dekat
dengan pasien. oleh karena itu, perawat dituntut untuk mengetahui keluhan
pasien dengan mendetail dan melakukan pendokumentasian teliti setelah
melakukan asuhan.
e. Pertimbangan prioritas keperawatan, seorang perawat harus mampu melakukan
penilaian dan tindakan keperawatan sesuai dengan prioritas utama pasien.
f. Evaluasi berkelanjutan, setelah melakukan perencanaan perawat juga harus
melakukan evaluasi pasien agar tindakan perawatan berjalan dengan baik, dan
perawat mampu melakukan pemantauan evaluasi secara berkelanjutan.
2.1.4 Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan
Setiap instansi kesehatan akan lebih mengedepankan mutu pelayanan
dibandingkan dengan hal lainnya. Mutu pelayanan itu sendiri dapat terwujud
apabila didalam setiap instasi memiliki peranan dan tugas sesuai dengan profesi.
Setiap profesi kesehatan juga harus mengedepankan mutu dengan memberikan
pelayanan yang optimal kepada semua pasien.
Suatu pelayanan keperawatan dapat dikatakan baik apabila dalam pemenuhan
kebutuhan pasien berjalan dengan sesuai. Dari pelayanan yang baik tersebut maka
akan menimbulkan budaya penanganan yang baik kepada semua pasien. Dan akan
tercapainya tingkat kepuasan pasien pada standar yang setinggi-tingginya.
Mutu pelayanan keperawatan sebagai alat ukur dari kualitas pelayanan
kesehatan dan mejadi salah satu faktor penentu citra instansi pelayanan kesehatan
di masyarakat. Dikarenakan keperawatan merupakan salah satu profesi dengan
jumlah terbanyak dan yang paling dekat dengan pasien. Mutu pelayanan
keperawatannya sendiri dilihat dari kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
diberikan puas atau tidak puas (Nursalam, 2011).
Menurut Nursalam (2013) suatu pelayanan keperawatan harus memiliki mutu
yang baik dalam pelaksanaanya. Diantaranya adalah:
a. Caring adalah sikap perduli yang ditunjukkan oleh perawat kepada pasiennya.
Perawat akansenantiasa memberikan asuhan dengan sikap yang siap tanggap
dan perawat mudah dihubungi pada saat pasien membutuhkan perawatan.
b. Kolaborasi adalah tindakan kerja sama antara perawat dengan anggota medis
lain, pasien, keluarga pasien, dan timsejawat keperawatan dalam
menyelesaikan prioritas perencanaan pasien. Disini perawat juga bertanggung
jawab penuh dalam kesembuhan dan memotivasi pasien.
c. Kecepatan, suatu sikap perawat yang cepat dan tepat dalam memberikan
asuhan keperawatan. Dimana perawat menunjukkan sikap yang tidak acuh tak
acuh, tetapi akan memberikan sikap baik kepada pasien.
d. Empati adalah sikap yang harus ada pada semua perawat. Perawat akan selalu
memperhatikan dan mendengarkan keluh kesah yang dialami pasien. Tetapi
perawat tidak bersikap simpati, sehingga perawat dapat membimbing
kepercayaanpasien.
e. Courtesy adalah sopan santun yang ada pada diri perawat sendiri. Perawat tidak
akan cenderung membela satu pihak, tetapi perawat akan bersikap netral
kepada siapapun pasien mereka. Perawat juga akan menghargai pendapat
pasien, keluarga pasien, dan tim medis lain dalam hal kebaikan dan
kemajuanpasien.
f. Sincerity adalah kejujuran dalam diri perawat. Jujur juga merupkan salah satu
kunci keberhasilan perawat dalam hal perawatan kepada pasien. Perawat akan
bertanggung jawab atas kesembuhan dan keluhan yang dialami pasien.
g. Komunikasi teraupetik merupakan salah satu cara yang paling mudah untuk
dilakukan perawat dalam memberikan asuhan. Karena komunikasi teraupetik
sendiri merupakan cara efektif agar pasien merasa nyaman dan lebih terbuka
dengan perawat.
Mutu pelayanan keperawatan yang baik merupakan ujung tombak pelayanan
di rumah sakit. Agar terwujudnya pelayanan keperawatan yang berkualitas perawat
professional harus memiliki kemampuan intelektual yang cukup, teknikal dan
interpersonal, melaksanakan asuhan berdasarkan standar praktik dan berdasarkan
etik legal (Syahrudin et al, 2014).
Berdasarkan pendapat ketiga teori diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu
pelayanan keperawatan dikatakan baik harus memiliki beberapa prisip tertentu.
Prinsip tersebut dapat meliputi caring, kecepatan, kolaborasi, empati, courtesy, dan
sincerity. Dalam melakukan pelayanan perawat juga harus memiliki standar
kompetensi yang baik dan berdasarkan etik legal keperawatan.
2.2 Kepuasan
2.2.1 Pengertian Kepuasan
Kepuasan pasien adalah nilai subjektif terhadap kualitas pelayanan yang
diberikan tetapi meliputi juga pada nilai objektifnya dan dilandasi pada pengalaman
masa lalu, pendidikan, situasi psikologi, dan pengaruh lingkungan (Sabarguna dan
Rubaya, 2011).
Pengguna jasa pelayanan keperawatan akan memberikan suatu penilaian
terhadap produk atau jasa pelayanan yang diterimanya dan bertindak atas dasar
kepuasaannya. Apakah pasien puas atau tidak, tergantung kepada penampilan jasa
pelayanan yang ditawarkan dalam hubungannya dan harapannya (Wijono, 2008).
Kepuasan pelayanan keperawatan terbentuk dari penilaian pelanggan
terhadap mutu, kinerja hasil (luaran klinis), dengan manfaat yang diperoleh dari
produk atau pelayanan yang diterima. Dengan demikian, kepuasan terjadi karena
penilaian terhadap manfaat serta kenikmatan yang diperoleh lebih dari apa yang
dibutuhkan atau diharapkan (Koentjoro, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien dapat terwujud dari pelayanan
kesehatan keperawatan yang baik. Kualitas atau mutu pelayanan dapat dinilai
secara tindakan ataupun sikap anggota tim medis dalam memberikan asuhan kepada
semua pasien. Pasien akan mengganggap suatu instasi itu baik jika mereka
merasakan kepuasan dari hal rohani dan badani.
Kepuasan pasien yang lainnya juga didapatkan dari perbincangan antar pasien
yang menyebarluaskan tentang pelayanan keperawatan disuatu instasi yang baik
dan memuaskan. Maka akan menimbulkan pandangan positif masyarakat kepada
instansi dan tim medis tersebut.
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
Menurut Sabarguna (2004) terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi
kepuasan pasien diantaranya:
a. Aspek kenyamanan, dimana pasien merasakan kenyamanan dari berbagai
fasilitas yang ada di sebuah Rumah Sakit tertentu dari lokasi yang mudah
dijangkau, kenyamanan ruangan, kebersihan lingkungan rumah sakit, dan
peralatan yang tersedia.
b. Aspek hubungan pasien dengan perawat, meliputi sikap petugas kesehatan
yang berjaga terutama perawat, informasi yang diberikan oleh pasien jelas, tim
medis juga bersikap cekatan dalam menangani keluhan pasien.
c. Aspek kompetensi teknis perawat, meliputi keberhasilan perawat dan tim
medis lainnya dalam memberikan asuhan kepada pasien dan berpengalaman.
d. Aspek biaya, meliputi terjangkaunya biaya administrasi rumah Sakit yang
diberikan, dan adanya keringanan dari pihak instansi kepada pasien untuk
mempermudah pembiayaan.
Versi Griffith Zahrotul (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
pasien meliputi 5 faktor yaitu:
a. Sikap dan pendekatan perawat dengan pasien yaitu dimana perawat yang
berada di suatu instansi rumah sakit tertentu di tuntut untuk bersikap ramah
kepada pasien, sehingga mempengaruhi kepuasanpasien.
b. Pengetahuan dari perawat, yaitu pasien mendapatkan informasi aktual dan
mudah dipahami oleh pasien dari keadaan realpasien.
c. Prosedur administrasi, yaitu pasien merasakan kemudahan dalam pelayanan
administrasi rumah sakit dimana alurnya tidak berbelit-belit.
d. Fasilitas yang disediakan oleh rumah sakit, meliputi peralatan dan kebersihan
lingkungan dan ruangan dimana pasien di rawat.
e. Keterampilan keperawatan, dalam memberikan asuhan kepada pasien, perawat
harus terampil dan cekatan. Sehingga pasien yang mendapatkan pelayanan
keperawatan merasakan puas dengan kinerja keterampilan perawat.
Wijono (2008) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi
kepuasan pasien terhadap suatu pelayanan yaitu:
a. Pendekatan dan prilaku tim medis khususnya perawat sangat berpengaruh
dengan pasien, terutama kesan pertama pasien saat akan mendapatkan asuhan
pelayanan dari instansi tertentu.
b. Kelengkapan informasi yang diterima, informasi yang lengkap akan
mempengaruhi prilaku seorang pasien, dimana pasien tersebut akan merasa
nyaman dan leluasa dalam melakukan tindakan.
c. Prosedur perjanjian, perawat yang akan melakukan asuhan dan mempunyai
jadwal dengan pasien harus tepat waktu dalam menangani keluhan pasien,
karena berdampak besar dengan kepercayaan pasien kepada perawat itu
sendiri.
d. Waktu tunggu, setiap pasien akan merasakan puas apabila alur administrasi dan
waktu tunggu tidak membuat pasien terlalu lama menunggu.
e. Fasilitas umum, semua fasilitas dari instansi tertentu harus tersedia sehingga
memudahkan pasien dalam melakukan aktivitas, seperti ruang rawat yang
bersih dan rapi.
f. Outcome perawatan yang diterima, pasien merasakan puas dari keberhasilan
sebuah perawatan dan tidak mengalami kerugian fisik, psikologis maupun
material.
2.2.3. Indikator Kepuasan Pasien
Salah satu satu indikator keberhasilan pelayanan keperawatan adalah kepuasan
pasien. Nursalam (2011) mengatakan model kepuasan yang komprehensif dengan
fokus utama pada pelayanan barang dan jasa meliputi lima dimensi penilaian
sebagai berikut:
a. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan perawat memberikan
pelayanan kepada pasien dengan cepat. Dalam pelayanan keperawatan adalah
waktu menunggu pasien mulai dari mendaftar sampai mendapat pelayanan dari
tenaga kesehatan (perawat).
b. Reability (kehandalan), yaitu kemampuan perawat memberikan pelayanan
kepada pasien dengan tepat. Dalam pelayanan keperawatan adalah penilaian
pasien terhadap kemampuan tenaga kesehatan khususnya perawat.
c. Assurance (jaminan), yaitu kemampuan perawat memberikan pelayanan
kepada pasien sehingga dipercaya. Dalam pelayann keperawatan adalah
kejelasan dalam memberikan informasi tentang penyakit dan obatnya
kepadavpasien.
d. Emphaty (empati), yaitukemampuan perawat membina hubungan, perhatian,
dan memahami kebutuhan pasien. Dalam pelayanan keperawatan adalah
meningkatkan komunikasi terapeutik dalam menyapa dan berbicara,
keikutsertaan pasien dalam mengambil keputusan pengobatan, dan kebebasan
pasien memilih tempat berobat dan tenaga kesehatan, serta kemudahan pasien
rawat inap mendapat kunjungan keluarga.
e. Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang
dapat langsung dirasakan oleh pasien. Dalam pelayanan keperawatan adalah
keberhasilan dalam memberikan asuhan selama pasien dirawat dan kecepatan
perawat saat pasien membutuhkan.
Menurut Khoiri dan Kiki (2014) indikator kepuasan pasien terhadap suatu
pelayanan keperawatan dapat dilihat dari beberapa hal yaitu: dilihat dari fasilitas
fisik, perawat berpakaian rapi, harmonis, hubungan komunikasi yang baik dan
memahami kebutuhan pasien, penuh perhatian, melayani pasien dengan ramah dan
dengan menarik, memahami aspirasi pasien, berkomunikasi yang baik dan benar
serta bersikap dengan penuh simpati.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat peneliti simpulkan, bahwa kepuasan
pasien dalam menggunakan layanan keperawatan dapat dilihat 5 hal yaitu: dari segi
Tangibles (kenyataan), Reability (keandalan), Responsiveness (tanggung jawab),
Assurance (jaminan), dan Empaty (empati). Perawat dalam pelayanan harus
memliki ke 5 hal diatas.
2.2.4 Faktor Ketidak puasan Pasien
Menurut Nursalam (2011) faktor yang mempengaruhi seseorang tidak
merasakan puas terhadap suatu layanan keperawatan adalah:
a. Pasien merasa mutu pelayanan keperawatan tidak sesuai yang diharapkan.
Pasien akan cenderung menilai lebih teliti kepada setiap tindakan keperawatan,
karena perawat menjadi tim medis yang paling sering ditemui oleh pasien.
b. Pelayanan selama proses penikmatan jasa tidak dirasakan oleh pasien. Pasien
merasa tidak puas terhadap mutu yang dilakukan oleh keperawatan itu sendiri.
c. Perilaku personil yang kurang memuaskan. Pasien menganggap asuhan yang
diberikan oleh perawat tidak sesuai harapan. Dilihat dari bagaimana prilaku
keseharian perawat terhadap perawatan kepada pasien.
d. Dari segi lingkungan dan kondisi fisik juga mempengaruhi pasien tidak
merasakan puas. Pasien cenderung pasrah dan tidak ingin memikirkan diluar
masalah internal dari pasien.
e. Biaya yang terlalu tinggi juga sangat mempengaruhi. Pasien dari kalangan
menengah ke bawah akan merasakan puas dari kriteria biaya yang terjangkau.
Ketidakpuasan pasien menurut Oroh dkk (2014) dipengaruhi oleh beberapa
karakteristik dari pasien tersebut. Bagaimana seorang pasien membedakan antara
pelayanan perawat satu dengan yang lainnya. Karakteristik tersebut berupa dari segi
umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, suku bangsa, agama, dan pekerjaan
dari pasien itusendiri.
2.3 Hourly Nursing Rounding
2.3.1 Definisi Hourly Nursing Rounding
Meade et al, (2006) mengatakan bahwa hourly nursing rounding dapat
meningkatkan mutu kualitas interaksi antara perawat dan pasien. Interaksi
dilakukan oleh perawat rutin setiap 1 jam atau 2 jam akan membantu mengatur
alur kerja perawat dalam memenuhui kebutuhan pasien dalam hal 4 P ; 1) Pain,
2) Positioning, 3) Potty, 4) Proximity of personal items. Hal ini memungkinkan
peningkatan produktifitas perawat dan lebih proaktif dalam mengantisipasi dan
melayani pasien bukan reaktif terhadap permintaan pasien
Literatur yang menuliskan tentang hourly nursing rounding salah satunya
dinyatakan oleh Castledine et al (2016) menerbitkan sebuah artikel awal
menyoroti kebangkitan hourly nursing rounding pada pasien untuk
mempromosikan kenyamanan dan kualitas asuhan keperawatan dasar. Hasil
menunjukkan penurunan panggilan pasien, penurunan pasien jatuh, dan
meningkatkan kepuasan pasien di ruang perawatan.
Peneliti menyimpulkan bahwa hourly nursing rounding adalah metode
interaksi perawat dengan pasien yang dilakukan secara regular setiap 1 jam atau 2
jam dan terencana untuk menggali kebutuhan dasar pasien yang terdiri 4 P ; 1)
Pain, 2) Positioning, 3) Potty, 4) Proximity of personal items untuk menurunkan
angka panggilan pasien, mengurangi kejadian jatuh, mengurangi terjadinya skin
ulcer dan meningkatkan kepuasan pasien.
American Nursing Association (1995, dalam Gass, 1999) menyatakan
bahwa proses keperawatan meliputi lima langkah : Pengkajian, diagnose,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Proses keperawatan secara umum
merupakan pendekatan kepada klien secara individu, kelompok, keluarga dan
masyarakat. Perawat dapat mengumpulkan data secara relevan dalam pengkajian
pasien dengan menggunakan kemampuan komunikasi dan ilmu yang dimiliki.
2.3.2. Tujuan Hourly Nursing Rounding
Castledine et al (2016) menerbitkan sebuah artikel awal menyoroti kebangkitan
hourly nursing rounding pada pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan
kualitas asuhan keperawatan dasar. Hasil menunjukkan penurunan panggilan
pasien, penurunan pasien jatuh, dan meningkatkan kepuasan pasien di ruang
perawatan.
Fitzsimons et al ( 2011) menyampaikan hourly nursing rounding, dapat
meningkatkan caring perawat dan menumbuhkan budaya interaksi yang positif
antara perawat dan pasien setaip jam bekerja. Sehingga dibutuhkan seorang
pemimpin yang mampu menciptakan budaya perubahan tersebut.
Meade et.al (2006) Lima dari enam studi (83 persen) yang secara khusus
meneliti penggunaan bel panggilan dinyatakan berkurang, dilaporkan bahwa
perawat dipanggil antara 12 dan 15 kali sehari untuk menanggapi kebutuhan tidak
mendesak, seperti toilet, posisi atau nyeri. Dengan melakukan hourly nursing
rounding perawat dapat mengantisipasi kebutuhan tersebut. Kalman (2008)
menyatakan bahwa hourly nursing rounding dapat mengurangi tingkat jatuh di
tujuh dari sembilan studi yang dievaluasi
Tujuan dari hourly nursing rounding untuk mengurangi kecemasan pasien,
keluarga dan kecemasan penunggu pasien, untuk memastikan keselamatan pasien
dan meningkatkan pengalaman perawatan mereka serta meningkatkan kepuasan
pasien dalam dimensi responsiveness
2.3.3 Elemen Hourly Nursing Rounding
Menurut Marie Hutchings (2013) dalam artikel nya “Caring around the clock’: a
new approach to intentional rounding” menjelaskan bahwa metode yang
dilakukan saat melakukan hourly nursing rounding adalah dengan menggunakan
beberapa elemen :
a. Dilakukan setiap jam atau setiap 2 jam
b. Menggunakan daftar pertanyaan dan checklist dalam berinteraksi dengan
pasien
c. Pada malam hari (pasien tidur) tidak dilakukan
d. Dibuat pelatihan tentang cara berkomunikasi dengan pasien untuk menggali
pertanyaan yang akan disampaikan
e. Penggunaan 4P Protokol 1) Pain, 2) Positioning, 3) Potty, 4) Proximity of
personal items
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Inovasi Keperawatan


Berdasarkan dari literatur dan jurnal – jurnal yang didapatkan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang perawatan dan dalam rangka
meningkatkan kepuasan pasien maka salah satu upaya adalah dilakukan inovasi penerapan
Nursing Hourly Rounding. Dalam penerapan hourly rounding ini beberapa hal yang
dilakukan perawat adalah sebagai berikut :
1. Perawat akan melakukan rounde keliling ke pasien setiap 1 – 2 jam
a. Pasien merasa diperhatikan, carring dan responsive perawat juga dirasakan
oleh pasien karena perawat senantiasa berada disisi pasien dan
memperhatikan kebutuhan pasien.
b. Sebelum pasien memanggil perawat melalui nursing call perawat sudah
memenuhi kebutuhan yang diperlukan pasien.
c. Pasien merasa puas
2. Menggunakan daftar pertanyaan dan checklist dalam berinteraksi dengan pasien,
Penggunaan 4P Protokol 1) Pain, 2) Positioning, 3) Potty, 4) Proximity of
personal items
a. Perawat memantau secara rutin tentang nyeri hal ini meminimalkan pasien
dengan keluhan nyeri sehingga pasien terbebas rasa nyeri
b. Perawat memantau posisi pasien setiap satu sampai dua jam hal ini sangat
penting bagi pasien dengan perawatan lama untuk mencegah terjadinya
decubitus akibat skin prseure.
c. Perawat memantau kebutuhan eliminasi pasien, hal ini sangat membantu
pasien dalam memenuhi kebutuhan eliminasi pasien selain itu dalam
pemantauan kebutuhan cairan pasien. Hal meminimalkan pasien
menggunakan nurse call untuk memanggil pasien dalam membantu
kebutuhan elimanasi (BAK, BAB)
d. Perawat mendekatkan benda – benda yang dibutuhkan oleh pasien, seperti
kaca mata, remote AC, remote TV, minum, koran, handphone dll, hal ini
mencegah terjadinya pasien jatuh karena pemantauan ketat dilakukan oleh
perawat.
3. Pada malam hari (pasien tidur) tidak dilakukan
4. Dibuat pelatihan tentang cara berkomunikasi dengan pasien untuk menggali
peranyaan yang akan disampaikan

3.2 Metode Penggunaan Formulir Hourly Rounding

TOOL HOURLY ROUNDING COMPETENCY


CHECKLIST
Tujuan:
Tool ini menyediakan daftar kompetensi yang mendokumentasikan demonstrasi hourly rounding
kompetensi dan perilaku.
Daftar kompetensi ini dapat disesuaikan untuk setiap unit.
Target: Semua staf yang terlibat dalam hourly rounding

HOURLY ROUNDING COMPETENCY CHECKLIST


Tanggal :
Nama :
Departemen :
Commen
Evaluator Self Asses Evaluator t
Ya Tidak Ya Tidak
PERKENALAN
Ketuk pintu sebelum masuk, minta izin,
berikan salam hangat
Perkenalkan diri dan sampaikan peran
anda dalam perawatan saat itu
Gunakan kontak mata yang baik
JELASKAN PELAKSANAAN HOURLY ROUNDING
Jelaskan tujuan hourly rounding
(kunjungan awal)
Gunakan kata-kata kunci perawatan
"sangat baik".
Jelaskan jadwal keliling setiap jam antara
pukul 06.00 - 22.00 & setiap dua jam
antara pukul 22.00 - 06.00.
UPDATE PADA DAFTAR PERAWATAN PASIEN
Tempatkan nama di papan tulis (diruang
perawatan pasien) atau didaftar
perencanaan pasien
Perbarui rencana perawatan / tujuan
perawatan untuk pasien
MEMANTAU PAIN, POSITION, POTTY
Bagaimana rasa sakit Anda?
Apakah Anda nyaman?
Apakah Anda perlu ke kamar mandi?
PENILAIAN LINGKUNGAN
Dekatkan peralatan yang diperlukan
dalam jangkauan (meja, bel panggilan,
telepon, air minum, Handphone)
TUGAS JADWAL PERFORM
Perencanaan tidakan dan pengobatan
(kolaborasi)
Perencanaan asuhan keperawatan yang
dibutuhkan pasien
Mengelola obat yang dijadwalkan
CLOSING
Kami akan kembali lagi dalam waktu
sekitar satu jam
Adakah hal lain yang bisa saya saya
bantu lagi ?
Mendokumentasikan tindakan hourly
rounding pada berkas rekam medis
pasien

Berikan Kartu Selamat Datang untuk memperkenalkan hourly rounding ke semua pasien (pasien baru dan
transfer)
Kami melakukan keliling setiap jam pada pasien kami untuk memastikan bahwa Anda menerima
perawatan "Sangat Baik".
Kami berkeliling setiap jam antara pukul 06.00 - 22.00 & setiap dua jam antara pukul 22.00 - 06.00.
Kami tidak akan membangunkan Anda jika Anda tidur kecuali kami perlu.
Jika selama dalam perawatan, Anda merasa tidak menerima perawatan "Sangat Baik", silakan beri tahu
kami segera sehingga kami dapat mengatasi masalah Anda.

3.3 Kendala penerapan inovasi penggunaan formulir hourly rounding


Tentunya dalam penerapan perubahan atau inovasi yang dilakukan mengalami
beberapa kendala. Adapun kendala – kendala tersebut adalah :
1. Kemampuan komunikasi dari petugas dalam menyampaikan serangkaian kegiatan yang
akan dilakukan.
2. Kekurangan tenaga sehingga tidak bisa konsisten melakukan ronde setiap jam atau 2
jam.
3. Karakteristik beberapa pasien yang membutuhkan privacy dan jam istirahat tertentu
sehingga tidak bisa dilakukan intervensi ini.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Inovasi dalam dunia keperawatan tentunya sangat banyak sekali dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Salah satunya adalah penggunaan metode hourly
ronding yang dilakukan oleh perawat dalam upaya meningkatkan mutu keperawatan dan
meningkatkan kepuasan pasien, mengurangi penggunaan bel pasien memanggil perawat,
mengurangi pasien jatuh, mengurangi decubitus

4.2 Saran
Dalam melakukan perubahan harus dilakukan persiapan yang baik dari sisi jumlah tenaga
yang mencukupi serta memperhatikan kemampuan petugas serta karakteristik pasien yang akan
dilakukan intervensi, supaya dapat mendukung upaya perubahan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006) Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka


Cipta
Brosey Lisa A. (2015). Effectiveness of structured hourly nurse rounding on patient
satisfaction and clinical outcomes. J nurs care qual. Vol.30,no 2,pp. 153-159
Kizzilay,E.P.,& Leahy,M.J. (2000). Foundation of nurshing practice: A nursing process
approach. Philadelphia: W.B.Saunders Company
Kociss,D.,& Miksch,C. (2007). Patient rounding: A prescription for satisfaction. 19
Januari,2020.http://www.getwellnetwork.com/pdfs/inova520F)%20Outcomes
%20Story.pdf
Kotler,P.(2003). Manajement pemasaran (edisi ke sebelas). Jakarta : PT Indeks Kelompok
Gramedia
Kozier,et all. 2004 Foundamental of nursing: concepts, process, and practice. (7th.ed) New
Jersey: Pearson prentice hall
Krowinski,J.W.,& Steiber,R.S.(1999). Measuring and managing patient satisfaction. New York:
American hospital publishing Inc
Notoadmojo, S., (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam, (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Edisi ke 2.
Jakarta: Salemba medika
Sabarguna,B.S. (2006). Aplikasi customer relationship management untuk rumah sakit.
Jakarta: Sagungseto
Siagian,P.S. (2008). Management sumber daya manusia. (cetakan ke delapan). Jakarta: Bumi
aksara
Supranto,J. (2006). Pengukuran tingkat kepuasan pelangan untuk menaikan pangsapasar.
Jakarta: Rineka Cipta
Negarandeh Reza,et all (2014). Impact of regular nursing round on patient satisfaction with
nurshing care: Asian nurshing research 8(282-285)
Rondinelli June,et all (2012). Hourly rounding implementation: the journal of nurshing
administration.California: Wolters Kluwer health

Anda mungkin juga menyukai