MANAJEMEN KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
semoga semua bimbingan, bantuan dan amal kebaikan yang telah diberikan mendapat
limpahan rahmat dan karunia dari ALLAH SWT, dan kelompok kami menyadari bahwa dalam
penulisan proposal ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu kami mengharapkan saran dan masukannya agar proposal ini dapat bermanfaat bagi
Co-Ners, perawat , pembaca, institusi terkait,Universitas Muhammadiyah Bengkulu, serta
peneliti selanjutnya, Amin Ya Robal Alamin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
5.1.Kesimpulan ........................................................................................46
5.2.Saran ...................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat (UU No. 44 tahun 2009). Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk
dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, aman dan professional sesuai dengan
perkembangan IPTEK kesehatan serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat. (Haris, 2012).
Perubahan sosial, politik, pengetahuan dan teknologi mempengaruhi perubahan pada
pelayanan kesehatan yang membawa implikasi terhadap perubahan sistem pelayanan
kesehatan/keperawatan. Hal ini merupakan tantangan bagi tenaga keperawatan dalam proses
profesionalisasi. Keperawatan sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan
keperawatan sebagai profesi, yaitu suatu proses berjangka panjang yang ditujukan untuk
memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan yang profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan.Pelayanan keperawatan menjadi bagian terdepan dari
pelayanan kesehatan yang menentukan kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Keberadaan keperawatan dalam memberikan ASKEP dalam situasi yang komplek selain 24
jam secara berkesinambungan melibatkan klien, keluarga maupun profesi atau tenaga
kesehatan yang lain.
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi
salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan dimata masyarakat. Menurut Al
Assaf (2009) mutu dapat dicapai jika layanan yang terjangkau dapat diberikan dengan cara
yang pantas dan hemat biaya. Layanan yang bermutu adalah layanan yang berorientasi pada
pelanggan, tersedia terjangkau dan mudah didapat.
1
yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat yang bermuara pada peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit. Kondisi ini dapat terjadi di berbagai Rumah Sakit.
2
dari ruangan ini. sehingga hal ini dapat menghambat kinerja perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan. Tapi hal ini sudah direkomendasikan ruangan kepada pihak Rumah
Sakit.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek, mahasiswa mampu menerapkan konsep
dan teori kepemimpinan dan manajemen keperawatan pada instalasi/unit pelayanan
kesehatan di rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
rumah sakit khususnya pelayanan keperawatan
a. Melakukan kajian situasi unit pelayanan keperawatan tertentu sebagai dasar untuk
menyusun rencana strategis dan operasional di Rumah Sakit Tipe C
b. Menyusun strategis dan rencana operasional unit berdasarkan hasil kajian di
Rumah Sakit Tipe C.
c. Mengimplementasikan model pengorganisasian pelayanan keperawatan tertentu
sesuai dengan kondisi di Rumah Sakit Tipe C.
d. Melakukan pengelolaan staf di Rumah Sakit Tipe C
e. Mengidentifikasi 5M dalam manajemen keperawatan di Rumah Sakit Tipe C
f. Melakukan fungsi kontrol dan evaluasi
1.3.Manfaat
a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai satu masukan kepada pihak Rumah Sakit tentang pengembangan staff perawat
melalui pendekatan manajerial yang efektif dalam mencapai keefektifan tenaga perawat
dan pelayanan Rumah Sakit yang berkualitas.
b. Bagi Perawat
Menambah wawasan perawat tentang kebutuhan pelayanan berkualitas dan
meningkatkan motivasi dalam mengembangkan diri dan Menambah pengetahuan tenaga
3
perawat tentang manajemen pelayanan dan manajemen asuhan keperawatan melalui
bermain peran oleh mahasiswa (role play) dan penyegaran yang diberikan sesuai dengan
masalah yang ditemukan.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat terus meningkatkan kemampuan mahasiswa khususnya dalam
manajemen keperawatan dengan pendekatan praktik profesional
1.4.Sistematika penulisan
Proposal manajemen ini dibuat melalui berbagai literatur-literatur yaitu, buku panduan,
buku manajemen, internet dan Skenario kasus yang di berikan oleh preceptor akademik.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
c. Konsep proses
Dalam konsep proses siapapun yang akan melakukan tindak lanjut rangkaian tindakan,
harus dianggap pelanggan yang harus dipuaskan. Pengendalian proses juga lebih
diutamakan agar kesalahan kualitas dapat dihindari.
d. Konsep Standardisasi
Dalam konsep ini semua melaksanankan pekerjaan berpangkal pada standar, seperti
standar prosedur, kualitas dan kompetensi.
e. Konsep homan respect
Dalam konsep ini manusia sepenuhnya perlu dihormati untuk menumbuhkan motivasi.
f. Konsep quality assurance
Dalam konsep ini keikutsertaan pegawai tercermin dari kegiatan dalam gugus kendali
mutu ( quality circle)
g. Konsep Manajemen Jepang
Secara garis besar konsep ini dapat digunakan untuk memilih karakteristik calon
karyawan, melatih karyawan baru, mengenalkan organisasi, merotasi karyawan
diberbagai unit, mengambil keputusan secara kolektif ( kelompok kerja ), dan
memotivasi karyawan untuk mencapai hasil maksimal.
6
a) Gambaran apa yang akan dicapai
b) Persiapan pencapaian tujuan
c) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
d) Persiapan tindakan – tindakan
e) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
f) Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan
2. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur
dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat – alat,
keuangan dan fasilitas.
3. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja.
Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan
kesadaran sendiri, termotivasi secara interval.
4. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan
dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya
tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
5. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil
pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu
setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada
fungsi organik administrasi dan manajemen.
7
klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga
yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan
B. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
tim keperawatan
C. Komponen-komponen dalam metode praktik keperawatan professional (MPKP)
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu menggunakan salah satu metode
pendekatan yaitu :
1. Nilai–nilai professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi
partner dalam menunjukkan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan penilaian
renpra. PP memiliki otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan
asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP
memiliki tanggung jawab membina performa PA semoga melaksanakan tindakan
menurut nilai-nilai professional.
2. Hubungan antar professional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP, PP yang paling mengetahui
perkembangan kondisi klien semenjak awal masuk. Sehingga bisa memberi isu
wacana kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter. Pemberian isu yang
akurat akan membantu dalam penetapan planning tindakan medik.
3. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan yaitu modifikasi
keperawatan primer sehingga keputusan wacana renpra ditetapkan oleh PP, PP akan
mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra
sesuai kebutuhan klien.
8
4. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan administrasi SDM, yaitu ada garis koordinasi yang
terperinci antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab
PP. Dengan demikian, PP yaitu seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai
seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan administrasi dan
kepemimpinan sehingga PP sanggup menjadi manajer yang efektif dan pemimpin
yang efektif.
5. Sistem kompensasi dan panghargaan.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan
yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan penghargaan yang
diberikan kepada perawat bukan bab dari asuhan medis atau kompensasi dan
penghargaan menurut prosedur.
9
BAB III
10
Ruangan bangsal kelas III di sebuah Rumah Sakit Tipe C yang merupakan
salah satu rumah sakit di kota B. Ruangan ini dipimpin oleh kepala ruangan,
ketua tim, dan perawat pelaksana. Ruangan ini mempunyai 30 perawat
dengan kualifikasi pendidikan D3 20 orang dan ners 10 orang.
DIREKTUR
Supervisior SDM
Kepala Ruangan
Katim 1 Katim 2
11
STRUKTUR
Rumah Sakit Tipe C di Kota B
Kelas I
Kelas III
IGD VIP
Kamar Bedah
RUMAH
SAKIT TIPE C
Hemodialisa
Ruang Bersalin
Apotek
Laundry
12
b. Jumlah tenaga di ruang Bangsal kelas III di Rumah Sakit Tipe C
1) Keperawatan
1 D3 Keperawatan 20 66,6 %
Jumlah 30 100 %
2) Kebutuhan Tenaga
Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan dapat diterapkan beberapa
formula yaitu:
a) Metode Rasio
Rumah sakit tipe B dengan jumlah tempat tidur 200 buah, maka
seorang pimpinan tenaga keperawatan akan memperhitungkan jumlah
tenaga keperawatan adalah:
1/1 × 200 = 200
jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan untuk rumah sakit tersebut
adalah 200 orang.
Bila rumah sakit tipe C dengan jumlah tempat tidur 50 buah, maka
jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah:
2/3 × 50 = 33, maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah 33
orang.
Bila rumah sakit tipe D dengan jumlah tempat tidur 75 buah, maka
jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah:
½ × 75 = 37,5 maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah 38
orang.
13
b) Douglas
Ruang bangsal kelas III berada lantai 2 RS yaitu diantara bangsal
I,& kelas II, apotek dan OK . Ruangan ini mempunyai 30 perawat dengan
kualifikasi pendidikan D3 20 orang dan Ners 10 orang. ruangan ini
terdapat 50 tempat tidur yang setiap hari penuh dengan pasien rawat
inap. Perawat di bagi 3 shift ( pagi, sore, malam) .
Cara menentukan kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Bangsal
Kelas III di RS. Tipe C
Diketahui:
Karakteristik pasien : Intermidiate
Menurut Depkes 2002 jumlah jam perawatan rata-rata pasien
intermediate adalah 3,5 jam perawatan per hari.
Jumlah TT : 50 TT
BOR :
14
Shift Pagi : 47% X 22 = 10 Orang
Shift Sore : 36% X 22 = 8 Orang
Shift Malam : 17% X 22 = 4 Orang
c) Metode Gillies
Ruang bangsal RS tipe C berkapasitas tempat tidur 50 tempat
tidur, jumlah rata-rata pasien yang dirawat 50 orang per hari. Ruangan ini
mempunyai 30 perawat dengan kualifikasi pendidikan D3 20 orang dan
ners 10 orang . Hari kerja efektif adalah 6 hari perminggu. Berdasarkan
situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat
diruang tersebut adalah sebagai berikut.
Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan
pasien per hari, yaitu:
keperawatan langsung:
keperawatan minimal 35 orang pasien (35 × 2 jam = 70
jam)
keperawatan parsial 10 orang pasien (10 x 3 jam = 30 jam)
keperawatan total 5 orang pasien (5 x 6 jam = 30 jam)
Rata-rata keperawatan langsung = 43 jam
Keperawatan tidak langsung: 50 orang pasien × 38 menit = 32
jam
Penyuluhan kesehatan = 50 orang pasien × 15 menit = 12,5
jam
Total jam secara keseluruhan adalah 87,5 jam.
Menentukan jumlah total jam perawatan yang dibutuhkan per
pasien per hari adalah 87,5 jam ÷ 50 pasien = 2 jam.
Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan per hari yaitu
8 jam
15
d) Penghitungan beban kerja perawat.
Time motion study
Work sampling
Daily log
Contoh:
penghitungan beban kerja (Time and Motion Study).
Pengukuran beban kerja objektif dilakukan untuk mengetahui penggunaan
waktu tenaga keperawatan dalam melaksanakan aktivitas baik untuk tugas
pokok, tugas penunjang, kepentingan pribadi dan lain-lain. Adapun
pembagian kerja secara normatif pada setiap sif kerja yaitu sif pagi, sore
dan malam. Adapun pembagian jam kerja secara normatif pada setiap sift
pada ruang bangsal kelas 3 sebagai berikut.
1) sift pagi dimulai pukul 08.00– 14.00 (6 jam)
2) sift sore dimulai pukul 14.00–20.00 (6 jam)
3) sift malam dimulai pukul 20.00–08.00 (12 jam)
3) Non Keperawatan
Di Rs. Tipe C terdapat tenaga non keperawatan seperti petugas laundry dan
petugas sarana dan prasarana
4) Klarifikasi pasien
Ruang bangsal kelas III berada lantai 2 RS yaitu diantara bangsal I,&
kelas II, apotek dan OK . Ruangan ini mempunyai 30 perawat dengan
kualifikasi pendidikan D3 20 orang dan ners 10 orang . ruangan ini terdapat
50 tempat tidur yang setiap hari penuh dengan pasien rawat inap. Perawat di
bagi 3 shift ( pagi, sore, malam) .
Tingkat ketergantungan klien di Rs. Tipe C dinilai dengan menggunakan
instrument penilaian ketergantungan klien menurut Orem; total, parsial,
minimal care (Nursalam, 2009). Mouglas, Lovevidge, dan cunnings (2006),
klasifikasi ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
perawatan minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, perawatan
intermediet dengan waktu 3-4 jam/24 jam, dan perawatan total dengan waktu
5-6 jam/24 jam
16
Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
279
Keterangan:
Angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas dinas dalam 1
tahun, sedangkan 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1
tahun.
Angket M1–Ketenagaan
1. Bagaimana struktur organisasi yang telah berjalan di ruangan?
Apakah Anda merasa puas dan sesuai dengan kemampuan perawat
di bidangnya?
Jawab : kurang
17
2. Bagaimana pembagian tugas yang dilakukan di ruangan?
Jawab: Sangat kurang
3. Apakah sudah sesuai dengan struktur organisasi yang telah ada?
Jawab : kurang
4. Bagaimanakah kinerja ketua tim/PP menurut Anda? Apakah
kompeten dengan tugas-tugasnya? Jawab: kurang
5. Apakah Anda merasa membutuhkan kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan/pendidikan
tambahan? Berikan alasannya.
Jawab: Iya perlu, dengan melalui pelatihan/pendidikan maka kita
akan mendapat suatu ilmu dan pengalaman yang akan menjadi
penunjang kemampuan kerja kita.
6. Bagaimana kebijaksanaan rumah sakit mengenai pemberian
beasiswa atau pelatihan pendidikan keperawatan? Apakah Anda
merasa puas?
Jawab: tidak
7. Bagaimana jumlah pendapatan yang diterima plus insentif yang
diterima saudara sudah sesuai dengan latar pendidikan Anda?
Apakah Anda merasa puas?
Jawab: tidak ada
8. Apakah ada kesempatan untuk mengambil cuti dalam waktu 1
minggu?
Jawab: tidak
9. Dengan tingkat ketergantungan pasien yang ada di ruangan,
bagaimana tingkat beban kerja di ruangan menurut Anda?
Jawab: cukup
10. Apakah jumlah perawat dan pasien di ruangan sudah sesuai
menurut Anda?
Jawab: kurang
Ket. Jawaban :
1. Sangat kurang atau tidak pernah.
18
2. Cukup atau kadang-kadang.
3. Baik atau sering.
4. Sangat baik atau selalu.
19
Angket M2 (Material)–Sarana dan Prasarana
Petunjuk pengisian: Berilah tanda (√) pada jawaban pilihan Anda.
No. PERTANYAAN
1. Apakah tata letak gedung ruangan sudah sesuai dengan standar
pelayanan? √
2. Apakah faslitas di ruangan Anda sudah lengkap untuk perawatan
pasien sesuai dengan standar yang berlaku? Tidak
3. Apakah peralatan kesehatan di ruangan Anda sudah lengkap untuk
perawatan pasien? Belum
4. Apakah jumlah alat yang tersedia sesuai dengan rasio pasien? Tidak
Apakah Anda berencana untuk menambah peralatan perawatan? Belum
5. Apakah semua perawat mengerti cara menggunakan semua alat-alat
perawatan? Tidak
6. Apakah persediaan consumable (alat habis pakai) selalu tersedia
sesuai yang dibutuhkan pasien? Tidak
7. Apakah administrasi penunjang yang dimiliki sudah memadai? Tidak
Fokus pengkajian M3 (Methods) sebagaimana tertulis pada data fokus berikut ini
20
2) Tupoksi (Tanggung jawab Ketua Tim).
Membuat perencanaan.
Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi.
Mengenal atau mengetahui kondisi pasien
dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien.
Mengembangkan kemampuan anggota.
Menyelenggarakan konferensi.
3) Tanggung jawab Anggota Tim.
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien
di bawah tanggung jawabnya.
Kerja sama dengan anggota tim dan antar tim.
Memberikan laporan.
4) Tanggung jawab Kepala Ruang.
Perencanaan.
Pengorganisasian.
Pengarahan.
Pengawasan.
2. Timbang Terima 1) Persiapan (Pra)
Timbang terima dilaksanakan setiap
pergantian sif/operan.
Semua pasien baru masuk dan pasien yang
dilakukan timbang terima khususnya pasien
baru masuk dan pasien yang memiliki
permasalahan yang belum teratasi
Semua sarana prasarana terkait pelayanan
keperawatan dilaporkan dan dioperkan.
2) Pelaksanaan di nurse station dan di bed pasien.
Kedua kelompok dinas sudah siap.
Kelompok yang akan bertugas menyiapkan
buku catatan.
Kepala ruang membuka acara timbang
terima.
Perawat yang sedang jaga menyampaikan
timbang terima kepada perawat berikutnya.
Perawat sif dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab, dan validasi.
Melakukan validasi keliling ke bed pasien.
3) Pasca.
Diskusi/klarifikasi.
Pelaporan untuk timbang terima dituliskan
21
secara langsung tanda tangan pergantian sift
serta penyerahan laporan.
Ditutup oleh kepala ruangan.
22
register, umur, ruangan.
2) Pemberian obat.
Perhatikan 6 tepat(pasien, obat, dosis, cara,
waktu, dokumentasi) dan 1W
(Waspada/monitoring).
3) Penyimpanan
Mekanisme penyimpanan.
Obat yang diterima dicatat dalam buku besar
persediaan atau dalam kartu persediaan.
Periksa persediaan obat, pemisahan antara
obat untuk penggunaan oral dan obat luar.
5 Penerimaan Pasien 1) Persiapan.
Baru 2) Pelaksanaan.
3) Penjelasan tentang 3P.
Pengenalan kepada pasien, tenaga kesehatn
lain.
Peraturan rumah sakit.
Penyakit termasuk sentralisasi obat.
4) Penandatanganan penjelasan.
6. Discharge Planning 1) Persiapan.
Mengidentifikasi kebutuhan pemulangan
pasien, kebutuhan ini dikaitkan dengan
masalah yang mungkin timbul pada saat
pasien pulang, antara lain: pengetahuan
pasien/keluarga tentang penyakit; kebutuhan
psikologis; bantuan yang diperlukan pasien,
pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup
sehari-hari seperti makan, minum, eliminasi,
dan lain-lain; sumber dan sistem yang ada di
masyarakat; sumber finansial; fasilitas saat
di rumah; kebutuhan perawatan dan
supervisi di rumah.
2) Pelaksanaan: dilakukan secara kolaboratif serta
disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas
yang ada.
7. Supervisi 1) Prasupervisi.
Supervisi dilakukan oleh kepala ruang terhadap
kinerja dari tim (ketua dan anggota) dan atau
Perawat Primer dalam melaksanakan ASKEP
23
2) Pelaksaaan supervisi dilihat aspek; tanggung
jawab, kemampuan, dan kepatuhan dalam
menjalankan delegasi
3) Pascasupervisi-3F:
penilaian (fair),
feedback dan klarifikasi,
reinforcement dan follow up perbaikan.
8. Dokumentasi 1) Format model dokumentasi yang digunakan
(pengkajian dan catatan asuhan keperawatan).
2) Pengisian dokumentasi: legalitas, lengkap,
akurat, relevan, baru (LLARB).
24
Jawab: Berdasarkan dari kasus belum terlaksana karena administrasi lain yang
menunjang pelayanan kepada pasien belum optimal.
2. Apakah kontunuitas rencana keperawatan terlaksana? Iya
3. Apakah Anda menjalankan kegiatan sesuai tupoksi? Kurang
Tanggung jawab dan pembagian tugas.
1. Apakah job description untuk Anda selama ini sudah jelas? Belum
2. Jelaskan tugas Anda sesuai dengan model asuhan keperawatan yang saat ini
digunakan ruangan?
3. Apakah Anda mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan?
26
Tertulis.
Lisan dan tertulis.
6) Apakah setiap selesai melakukan PPB, Anda melakukan pendokumentasian?
27
11) Apakah setiap selesai melakukan discharge planning, Anda melakukan
pendokumentasian dari discharge planning yang telah Anda lakukan?
4. M4 Money
Sumber pengadaan dana bagi ruangan Bangsal kelas III di RS tipe C seluruhnya
melalui anggaran dana Rumah sakit. Pendanaan alat kesehatan, fasilitas
kesehatan, bahan habis pakai bagi pasien semua berasal dari pendanaan anggaran
rumah sakit.
pemasukan
Pemasukan Rumah Sakit Tipe C di dapatkan dari kerja sama dengan pihak BPJS
dan kuantitas kunjungan pasien ke Rumah Sakit
RAB(rencana anggaran biaya) yang meliputi dana untuk kegiatan berikut :
a. operasional (kegiatan pelayanan)
b. manajemen (pembayaran pegawai, listrik, air, telepon, dan lainnya)
c. pengembangan (sarana dan prasarana dan sumber daya manusia)
28
5. M5 – Mutu : Kualitas Pelayanan Keperawatan
Sebuah Rumah Sakit Tipe C merupakan salah satu RS di kota B. Rumah sakit
tersebut mempunyai fasilitas untuk melayani masyarakat . Fasilitas tesebut adalah
pelayanan rawat jalan ada 10 poli dengan pendidikan perawat rata-rata D3
keperawatan dan perawatan rawat inap : VIP, bangsal kelas I , Kelas II, dan Kelas III
dimana tidak ada pemisahan pasien antara penyakit dalam , bedah , anak & dewasa).
Selain itu juga terdapat fasilitas IGD, kamar bedah, ICU & ICCU , HD , ruang
bersalin , laundry , apotek , sarana prasarana.
a. Mutu Pelayanan keperawatan
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety) Enam sasaran keselamatan
pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
Rumah sakit tipe C di kota B Telah menerapkan upaya penjaminan mutu
perawatan pasien, dimana terdapat beberapa aspek penilaian penting, diantaranya
sebagai berikut:
1) Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
Standar SKP I Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/
meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
Elemen Penilaian Sasaran I :
29
Elemen Penilaian Sasaran II :
a) Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
b) Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dibacakan secara lengkap oleh penerima perintah.
c) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau
yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
d) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
3) Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert)
Standar SKP III Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert.)
Elemen Penilaian Sasaran III :
a) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan agar memuat proses
identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label dan penyimpanan
elektrolit konsentrat.
b) Implementasi kebijakan dan prosedur.
c) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4) Sasaran IV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
Standar SKP IV Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien.
Elemen Penilaian Sasaran IV :
a) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien didalam proses
penandaan.
b) Rumah sakit menggunakan suatu cheklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat pre operasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-
pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat
dan fungsional.
30
c) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur sebelum
"incisi/time out" tepat sebelum dimulainya suatu prosedur tindakan
pembedahan.
d) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung suatu proses
yang seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-
pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar
kamar operasi.
5) Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Standar SKP V Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi resiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Elemen Penilaian Sasaran V :
a) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (dari WHO
Guidelines on Patient Safety.
b) Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
c) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan resiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
6) Sasaran VI : Pengurangan resiko pasien jatuh
Standar SKP VI Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi resiko pasien dari cidera karena jatuh.
Elemen Penilaian Sasaran VI :
a) Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap
resiko jatuh dan melakukan asesmen ulang bila pasien diindikasikan
terjadi perubahan kondisi atau pengobatan dan lain-lain.
b) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap beresiko jatuh.
c) Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan, pengurangan
cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian yang tidak diharapkan.
31
b. Berikut adalah penerapan beberapa parameter pengukuran keselamatan pasien
yang bias digunakan di rumah sakit. Parameter secara lengkap bias dilihat pada
halaman lain pada buku ini:
1) Angka kejadian jatuh
Dari data hasil didapatkan bahwa 100% pasien tidak mengalami jatuh selama
dilakukan perawatan oleh perawat oleh perawat ruangan. Meskipun sebagian
pasien mempunyai risiko jatuh, akan tetapi dari hasil tabulasi menunjukkan
tida ada pasien yang mengalami jatuh.
2) Kejadian Pengobatan (Medication error)
Kejadian keselahan pemberian obat yang meliputi tidak tepat obat, tidak tepat
cara pemberian, tidak tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak tepat waktu
pemberian dan tidak waspada terhadap efek pemberian obat tidak terjadi
selama periode bulan januari-maret, pemberian obat dilakukan secara benar
sesuai indikasi yang diberikan oleh dokter.
0 x 100% =0%
50
0 x 100% = 0%
50
32
3) Kejadian flebitis
Pada bulan januari-mei tercatat 200 pasien yang terpasang intravena line
(IVL). Dari 200 pasien yang terpasang IVL, tidak ada yang terjadi kejadian
flebitis (0%).
4) Angka kejadian decubitus.
Kejadian dekubitas, dari data yang didapatkan selama januari - mei tidak
terdapat pasien yang mengalami dekubitus (0%) dari total 200 pasien yang di
lakukan perawatan di ruang bangsal kelas III.
5) Lain-Lain
Upaya pengurangan infeksi nosocomial (INOS).
Indikator penilai INOS:
a) ILO (tidak terjadi) selama januari-maret:
Luka bersih: 30 orang
Bersih kontaminasi: 110 orang
Kontaminasi: tidak ada.
Kotor: tidak ada
b) ISK: total pasien yang menggunakan kateter sebanyak 89 pasien dan
lama pemakaian kateternya selama 120 hari. Dari 89 pasien = tidak
terdapat infeksi saluran kemih (0%).
c. Kepuasan
1) Tingkat kepuasaan pasien:
Berikut akan dipaparkan mengenal kepuasan pasien terhadap kinerja perawat,
pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner yg berisi 20 soal berbentuk
pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan mencakup pemberian penjelasan setiap
prosedur tindakan, dan sikap perawat selama memberikan asuhan
keperawatan. Dari hasil kuesioner tentang kepuasaan pasien terhadap
pelayanan perawat yang dibagikan kepada 24 responden secara umum
menyatakan bahwa pelayan perawat di ruang bangsal kelas III di RS. Tipe C
puas yaitu sebanyak 20 orang (76%-100%). Sebanyak 4 orang (56%-75%)
menyatakan pelayanan perawat di ruang bangsal kelas III d RS. Tipe C
cukup puas.
33
2) Perawatan diri
Kategori tingkat kemandirian pasien kelolaan pada
Tanggal 24 Juniberdasarkan indeks KATZ
Kategori Deskripsi Jumlah pasien
A. mandiri dalam hal makan,BAB/BAB, mengenakan 5
pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi
B. mandiri semuanya, kecuali salah satu dari fungsi di atas 2
C. mandiri, kecuali mandi dan salah satu dari fungsi di atas -
D. mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan salah satu dari -
fungsi di atas
2x 100% = 20%
10
3) Kenyamanan
Angkan penanganan nyeri pada pasien kelolaan tanggal 24 Juni 2021
Presentase pasien yang terdokumentasi dalam askep:
34
2 x 100% =20%
10
4) Kecemasan
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner dari skala peringkat kecemasan diri
zung self pada pasien kelolaan tanggal 24 juni didapatkan 80% pasien
normal/ tidak cemas dan hanya 20% yang mengalami kecemasan berat.
5) Pengetahuan
Pengetahuan tentang yang kurang pengetahuan x 100%
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
4 x 100% = 4
a) ALOA ( Average Length of Stay)
ALOS secara umum
Lama rawat inap pasien di RS B mulai bulan januari - april rata-rata 6-
10 hari dengan presentase 30% dari total pasien 50 0rang.
ALOS secara khusus
Lama rawat inap pasien diruang bedah berdasarkan divisi medis yaitu
sebagai berikut.
a. Urologi.
Lama rawat inap pasien diruang bedah mulai bulan april-juni pada
divisi urologi rata-rata 6-10 hari dengan presentase 30,16% dari
total pasien 126 orang.
b. Digestif
Lama rawat inap pasien di ruangan bedah mulai bulan april - juni
pada divisi digestif rata-rata 6-10 hari dengan presentase 26,67%
dari total pasien 45 orang
c. Bedah plastic
Lama rawat inap pasien di ruangan bedah mulai bulan april - juni
pada divisi bedah plastic rata-rata 6-10 hari dengan presentase
59,14% dari total pasien 7 orang.
35
3.3.Analisa SWOT
Analisis SWOT di Ruang Bangsal kelas III Rs. Tipe C ditinjau dari fungsi manajemen,
yaitu;perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, penggerakan, dan pengawasan. Adapun
dari hasil analisa SWOT sebagai berikut.
36
kualifikasi yang lama, tidak profesional dalam untuk memenuhi
pendidikan D3 adanya ronde melayani pasien syarat akreditasi
sebanyak 20 orang keprawatan, rumah sakit.
dan ners sebanyak sentralisai obat
10 orang. yang tidak sesuai
standard dan tidak
adanya panduan
Discharge
Planning.
Di ruangan
bangsal kelas III
masih terdapat
perawat yang lalai
dalam pemakaian
APD, kesadaran
dalam
pembuangan medis
yang masih
kurang, belum
adanya pedoman
Pasien safety yang
baku, dan
kuesioner -
kuesioner yang
bertujuan untuk
mengukur mutu
pelayanan dari
ruangan ini.
37
3.4.Identifikasi masalah
Dari analisa yang dilakukan pada Ruang Bangsal Kelas III, maka dapat di identifikasi
permasalahan-permasalahan yang muncul dari aspek manajemen di Ruang Bangsal Kelas III
antara lain :
1. Belum optimalnya kepatuhan perawat dalam melaksanakan SKP di Ruang Bangsal
Kelas III RS. Tipe C
2. Belum optimalnya kepatuhan perawat dalam melaksanakan MAKP di Ruang Bangsal
Kelas III RS. Tipe C
3. Kurang lengkapnya peralatan penunjang di Ruang Bangsal Kelas III RS. Tipe C
3.5.Planning Of Action
POA (Plan Of Action) Di Ruang Bangsal Kelas III Rumah Sakit Tipe C di kota B
Penangg
Rincian Waktu
No Masalah Pokok Kegiatan Sasaran Target ung
Kegiatan Pelaksanaan
Jawab
1 Belum optimalnya Mengoptimalkan 1. Kordinasi 1. Karu KaRu, PP, Juni 2021 Mahasiswa
kepatuhan perawat pelaksanaan 6 kepada PA profesi ners
dalam melaksanakan sasaran kepala 2. PP mengikuti kelompok 3
SKP di Ruang ruangan
keselamatan 3. PA kegiatan
Bangsal kelas III Bangsal
- Sentralisasi obat pasien khusunya terkait dan
yang tidak sesuai SKP 1,2, 3, dan 4 pelaksanaan Pelaksana
standard di Ruang Bangsal 6 sasaran an SKP di
- Tidak adanya kelas III keselamatan ruang
pemisahan antara pasien Bangsal
pasien penyakit khusunya kelas III
dalam, bedah, SKP 1, 2, 3,
anak dan dewasa dan 4
- Diruangan ini
masih terdapat 2. Sosialisasi
perawat yang SKP 1, 2, 3,
lalai dalam dan 4
pemakaian APD
- Kesadaran dalam Sosialisasi SKP
pembuangan 1 tentang :
medis yang masih
kurang Perawat
- Belum adanya melakukan
38
pedoman Pasien Sentralisasi
safety yang baku, obat yang
dan kuesioner - sesuai
kuesioner yang standard
bertujuan untuk
mengukur mutu Sosialisasi SKP
pelayanan dari 2 tentang :
ruangan ini.
memakai
APD
Sosialisasi SKP
3 tentang:
Pembuangan
sampah
sesuai
dengan
tempat
pembuangan
Sosialisasi SKP
4 tentang:
Pedoman
safety yang
baku dan
kuesioner
yang
bertujuan
untuk
mengukur
mutu
pelayanan
dari ruangan
ini.
2 Belum optimalnya Role play a. Koordinasi 1. Karu KaRu, PP, Juni 2021 Mahasiswa
kepatuhan perawat kegiatan meeting dengan PA profesi ners
2. PP
dalam melaksanakan morning, pre KaRu mengikuti kelompok 3
MAKP di Ruang tentang 3. PA
conferernce - post kegiatan
Bangsal kelas III pelaksanaan
conference dan pre- post dan
- Pelaksanaan pre ronde conference Pelaksana
dan post keperawatan dan ronde an MAKP
confrence yang keperawatan di ruang
lama serta Bangsal
- Tidak adanya
39
ronde keperawatan pembuatan kelas III
- Tidak adanya jadwal ronde
penduan discharge keperawatan
planning b. Menyiapkan
- belum optimal materi
dalam tentang
pendokumentasia meeting
n Askep, dan morning,
administrasi lain preconferenc
yang menunjang e dan
pelayanan kepada postconferen
pasien ce
c. Konsultasi
dengan
KaRu dan PP
tentang
pentingnya
ronde
keperawatan
d. Mengoptimal
kan
pendokument
asian Asuhan
Keperawatan
dan
administrasi
lain yang
menunjang
pelayanan
kepada
pasien
e. Berasama
perawat
lainnya
mendemonstr
asikan
kegiatan
meeting
morning,prec
onference
dan post
conference,
ronde
keperawatan,
40
3 Kurang lengkapnya MengoptimalkanMe1. Koordinasikan 1. Karu KaRu, PP, Juni 2021 Mahasiswa
peralatan penunjang pengadaan sarana kepada KaRu PA profesi ners
di ruang Bangsal dan prasarana masalah alat- 2. PP mendiskus kelompok 3
alat medis
bangsal kelas III peralatan medis 3. PA ikan
yang belum
- Alat - alat medis tersedia masalah
banyak belum diruang dan alat
tersedia di Bangsal kelas sarana dan
ruangan ini III prasarana
sehingga masih
meminjam ke di ruang
M 2. Menghitung Bangsal
ruangan lain. alat-alat medis
kelas III
sesuai
kebutuhan
2. 3. Bersama
KaRu, PP, PA
memberikan
masukan atau
saran
mengenai
surat
pengusulan
alat-alat medis
yang belum
tersedia di
ruang bangasal
kelas III
41
BAB IV
PEMBAHASAN
praktik keperawatan profesional (MAKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian
asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan Model
Asuhan keperawatan profesional (MAKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-
nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur
ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat
ketergantungan klien.Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal
penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan,
tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
42
4.2.Analisa
1. Belum optimalnya kepatuhan perawat dalam melaksanakan SKP di Ruang Bangsal
Kelas III RS. Tipe C
a. Masalah
Belum optimalnya kepatuhan perawat dalam melaksanakan SKP
b. Tujuan
Agar pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pasien di rumah sakit menjadi
lebih aman ,privasi pasien lebih terjaga dan mengurangi kesalahan dalam
pemberian obat-obatan high alert.
c. Kegiatan
1. Berkordinasi dengan kepala ruang tentang pemasangan tirai pemisah antara
pasien penyakit dalam,bedah,anak dan dewasa di ruang bangsal kelas III
2. Memberi Label pada Obat-obatan High Allert di ruang bangsal kelas III
3. Membuat label pada wadah atau tempat sampah limbah medis padat sesuai
katagorinya
4. Membuat pedoman keselamatan pasien diruang bangsal kelas III
5. Membuat Poster Standar APD di Ruang Bangsal Kelas III
d. Proses
1. Memasang tirai pemisah antara pasien penyakit dalam,bedah,anak dan
dewasa di ruang bangsal kelas III
2. Menempelkan lebel pada obat-obatan high alert diruang bangsal kelas III
3. menempelkan label pada wadah limbah medis padat sesuai katagorinya
4. memasang pedoman 6 sasaran keselamatan pasien diruang bangsal kelas III
5. Menempel Poster Standar APD di Ruang Bangsal Kelas III
e. Hasil
1. Terpasangnya tirai pemisah antara pasien penyakit dalam,bedah,anak dan
dewasa di ruang bangsal kelas III
2. Terpasangnya label pada obat-obatan high alert dirauang bangsal kelas III
3. Terpasangnya label pada wadah atau tempat sampah limbah medis padat
sesuai katagorinya
43
4. Terpasangnya pedoman 6 sasaran keselamatan pasien diruang bangsal kelas
III
5. Kesadaran perawat diruang bangsal kelas III untuk memakai alat pelindung
diri meningkat
2. Belum optimalnya kepatuhan perawat dalam melaksanakan MAKP di Ruang Bangsal
Kelas III RS. Tipe C.
a. Masalah
Belum maksimalnya sistem manajemen ruangan dan metode penugasan dengan
metode tim berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien dalam pelaksanaan untuk
asuhan keperawatan pasien
b. Tujuan
Untuk memaksimalkan sistem manajemen ruangan dan pelaksanaan untuk asuhan
keperawatan pasien
c. Kegiatan
1) Mengajak staff perawat yang bertugas untuk melakukan pre dan post conference
setiap pergantian shift agar terlaksananya manajemen keperawatan yang baik.
2) Membuat poster alur ronde keperawatan diruang bangsal kelas III
3) Berkoordinasi dengan kepala ruangan membuat jadwal ronde keperawatan
4) Membuat poster panduan alur discharge planning diruang bangsal kelas III
d. Proses
1. melakukan pre dan post conference bersama staff perawat setiap pergantian
shift agar terlaksananya manajemen keperawatan yang baik di ruang bangsal
kelas III
2. memasang poster alur ronde keperawatan diruang bangsal kelas III
3. melakukan ronde keperawatan diruang bangsal kelas III sesuai jadwal
4. memasang poster panduan alur discharge planning di ruang bangsal kelas III
e. Hasil
1. Terlaksananya Pre conferece dan Post Conference di bangsal kelas III setiap
pergantian shift dengan tepat waktu
2. Terlaksananya ronde keperawatan diruang bangsal kelas III
3. Terpasangnya panduan alur discharge planning diruang bangsal kelas III
44
3. Kurang lengkapnya peralatan penunjang di Ruang Bangsal Kelas III RS. Tipe C
a. Masalah
Alat-alat medis yang masih kurang diruang bangsal kelas III
b. Tujuan
Diharapkan alat-alat medis diruang bangsal kelas III lebih lengkap dari sebelumnya
c. Kegiatan
1. Berkoordinasi dengan Kepala ruang bangsal kelas III terkait masalah alat-alat
medis yang belum tersedia diruangan
2. Menghitung alat-alat medis sesuai kebutuhan ruang bangsal kelas III
3. Bersama KaRu, PP, PA memberikan masukan atau saran mengenai surat
pengusulan alat-alat medis yang belum tersedia diruang bangsal III
d. Proses
Bersama kepala ruang membuat daftar alat-alat medis yang masih kurang diruang
bangsal kelas III untuk di usulkan pada pihak managemen rumah sakit
e. Hasil
Peninjauan kembali kelengkapan alat-alat medis diruang bangsal kelas III oleh pihak
managemen rumah sakit
45
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pelaksanan kegiatan praktek manajemen di Ruangan Bangsal Kelas III dimulai pada
tanggal 21 Juni 2021 s/d 10 Juli 2021. Kelompok melakukan pengkajian kemudian data
diolah/analisa dan merumuskan masalah dimana kelompok menemukan beberapa masalah
yang perlu di intervensi. yaitu :
1. Tidak ada pemisahan pasien antara penyakit dalam, bedah, anak & dewasa pada ruang
rawat inap bangsal Kelas III.
2. Ruangan bangsal kelas III belum optimal dalam pendokumentasian Askep, dan
administrasi lain yang menunjang pelayanan kepada pasien.
3. Alat-alat medis banyak belum tersedia di ruangan bangsal kelas III.
4. Ruangan bangsal kelas III juga belum optimal dalam pelaksanaan MAKP.
5. Di ruangan bangsal kelas III masih terdapat perawat yang lalai dalam pemakaian APD,
kesadaran dalam pembuangan medis yang masih kurang, belum adanya pedoman
pasien safety yang baku, dan kuesioner - kuesioner yang bertujuan untuk mengukur
mutu pelayanan dari ruangan ini.
5.2. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
a. Agar dapat di terapkannya manajemen keperawatan yang baik di Ruang Bangsal
Kelas III yang sesuai dengan MAKP.
b. Agar dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada tenaga kesehatan seperti
perawat agar termotivasi untuk melaksanakan kepatuhan standar SKP secara
optimal.
c. Agar dapat menyediakan pedoman pasien safety yang baku diruang bangsal kelas
III
d. Agar dapat merencanakan penambahan jumlah tenaga keperawatan terutama untuk
ruang bangsal kelas III
46
e. Agar dapat dilakukan penambahan barang-barang medis yang masih kurang guna
meningkatkan standar perlengkapan Ruang Bangsal Kelas III.
2. Bagi Perawat
a. Agar dapat menerapkan pre dan post conference, dan timbang terima, serta
ronde keperawatan.
b. Agar dapat memanfaatkan dan mengembangkan inovasi-inovasi yang telah
dilakukan oleh mahasiswa
c. Agar dapat menggunakan APD sesuai standart
d. Agar dapat melaksanakan panduan discharge planning pada ruangan
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat terus meningkatkan kemampuan mahasiswa khususnya dalam
manajemen keperawatan dengan pendekatan praktik profesional
47
DAFTAR PUSTAKA
Henry L. Silk. 2010. Buku Ajar Managemen Keperawatan . Yogyakarta : Nuha Medika
Koontz, Harold., Cyril O’Donnell, dan Heinz Weihrich. 2011. Manajemen.Jakarta : Erlangga.
Marquis, B. L. & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan : teori dan
aplikasi, (Ed. 4). Jakarta : EGC
Potter Dan Perry. 2005. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Alih Bahasa.
Jakarta : EGC
48
49
DOKUMENTASI
ZOOMINAR LOKMIN I
50
DOKUMENTASI
ZOOMINAR LOKMIN II
51
DOKUMENTASI
HASIL IMPLEMENTASI POA
52
2. Menempelkan label pada obat-obatan high alert diruang bangsal kelas III
53
3. menempelkan label pada wadah atau tempat sampah limbah medis padat sesuai
katagorinya
54
4. memasang pedoman 6 sasaran keselamatan pasien diruang bangsal kelas III
55
5. Menempel Poster Standar APD di Ruang Bangsal Kelas III
56
6. Melakukan pre dan post conference bersama staff perawat setiap pergantian shift
dengan tepat waktu agar terlaksananya manajemen keperawatan yang baik di ruang
bangsal kelas III
57
7. Memasang poster alur ronde keperawatan diruang bangsal kelas III
58
8. Melaksanakan ronde keperawatan diruang bangsal kelas III sesuai jadwal yang
dibuat
59
9. Membuat poster panduan alur discharge planning diruang bangsal kelas III
60
10. Bersama kepala ruang membuat daftar alat-alat medis yang masih kurang diruang
bangsal kelas III untuk di usulkan pada pihak managemen rumah sakit
61