Anda di halaman 1dari 36

PENGORGANISASIAN

DI RUANG
KEPERAWATAN
Aam sumadi
Pengorganisasin adalah rangkaian kegiatan
manajemen untuk menghimpun semua
sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh
organisasi dan memanfaatkanya secara
efisien untuk mencapai tujuan organisasi
dengan mengintegrasikan semua sumber
daya (potensi) yang dimiliki oleh sebuah
organisasi.
Istilah organisasi mempunyai dua
pengertian umum.
Pertama organisasi diartikan sebagai suatu
lembaga atau kelompok fungsional,
misalnya sebuah rumah sakit, puskesmas,
sebuah perkumpulan, badan-badan
pemerintahan dan lain sebagainya
Kedua, merujuk pada proses
pengorganisasian yaitu bagaimana
pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara
para anggota, sehingga tujuan organisasi itu
dapat tercapai secara efektif
organisasi itu sendiri diartikan sebagai
kumpulan orang dengan sistem kerjasama
untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam sistem kerjasama secara jelas diatur
• siapa menjalankan apa,
• siapa bertanggung jawab atas siapa,
• arus komunikasi dan memfokuskan sumber
daya pada tujuan.
Karakteristik sistem kerjasama dapat dilihat,
antara lain
1) Ada komunikasi antara orang yang
bekerjasama;
2) Individu dalam organisasi tersebut
mempunyai kemampuan untuk bekerjasama;
3) Kerjasama itu ditujukan untuk mencapai
tujuan.
Pengorganisasian dalam
keperawatan
Meliputi pembentukan struktur untuk
melaksanakan perencanaan, menentukan
jenis metode pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien yang tepat,
mengelompokkan kegiatan untuk mencapai
tujuan unit, melakukan peran dan fungsi
dalam organisasi, dan menggunakan
kekuatan serta wewenang secara tepat.
Merumuskan metode/sistem pemberian
asuhan keperawatan yang akan digunakan.
Merumuskan klasifikasi pasien.
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan
pasien.
Merumuskan tujuan sistem penugasan.
Membuat rincian tugas dan tanggung jawab
ketua tim dan anggota tim secara jelas.
Membuat rentang kendali.
Mengatur dan mengendalikan logistik
ruangan.
Memberi wewenang kepada petugas
administrasi untuk mengurus administrasi
ruangan, mengatur penugasan: jadwal
pekarya, identifikasi masalah dan
penugasan.
Pertemuan dengan staf setiap bulan/sesuai
kebutuhan ruangan secara individual.
Membuat daftar nama semua tenaga di
ruang rawat dan merencanakan pertemuan
bulanan secara individual. Pada pertemuan
individual dibahas bagaimana individu
memenuhi filosofi dan objektif rumah sakit,
uraian tugas dan penampilan kerja.
Permintaan bahan/material di ruang rawat.
Rencana permintaan bahan dilakukan
berdasarkan kebutuhan dengan
mengidentifikasi kebutuhan dalam satu
bulan.
Mengorganisir jadwal CI dan Ketua Tim
Mengorganisir presentasi kasus ruangan
Pengorganisasian sebagai proses membagi
kerja ke dalam tugas-tugas itu kepada orang
yang sesuai dengan kemampuannya,
mengalokasikan sumber daya manusia,
mengkoordinasikannya dalam rangka
efektifitas pencapaian tujuan organisasi.
pembagian tugas dan tanggung jawab
orang-orang atau karyawan yang akan
melakukan kegiatan masing-masing sesuai
struktur organisasinya.
1. Struktur Organisasi
Struktur
Bentuk (Lini =P.Tim, Lini-Staf=Primary
Nursing)
Bagan
2. Pengelompokan Kegiatan
Memudahkan pembagian tugas
Karu bertanggung jawab dalam mengorganisir
tenaga keperawatan.
Pengelompokan menurut Kron, (1987):
Tingkat kebutuhan klien : mandiri, minimal,sebagian,
total atau intensif.
Usia : anak, dewasa, usila
Diagnosa: bedah, kulit, ortopedi, dll.
Terapi: rehabilitasi, kemoterapi, dll.
3. Macam-Macam Metode
Penugasan
Metode Fungsional
Metode Kasus
Metode Tim
Metode primer
Metode moduler
3.1. Metode Fungsional
Pada model fungsional, pemberian asuhan
keperawatan ditekankan pada penyelesaian tugas
prosedur keperawatan
Seorang perawat mungkin bertanggung jawab dalam
pemberian obat, mengganti balutan, monitor infus dan
sebagainya
Prioritas pertama yang dikerjakan adalah pemenuhan
kebutuhan fisik sesuai dengan kebutuhan pasien dan
kurang menekankan kepada pemenuhan kebutuhan
pasien secara holistik , pemberian asuhan
terfrgmentasi.
Kepala Ruangan bertanggung jawab untuk
mengarahkan dan mensupervisi
Komunikasi antar staf sangat terbatas dalam
membahas pasien
model ini koordinasi antar perawat sangat kurang
Kepala Ruangan yang memikirkan setiap
kebutuhan pasien scara komprehensif
Kepala Ruangan kurang mempunyai waktu untuk
membantu stafnya untuk mempelajari cara terbaik
dalam memenuhi kebutuhan pasien
Model Fungsional mungkin efisien dalam
menyelesaikan tugas-tugas bila jumlah staf sedikit
Ka. Ruangan

Perawat Perawat Perawat Perawat


Obat Luka higiene Adm

Perawat Obat
3.b. Metode Kasus
Dalam model kasus perawat mampu memberikan
asuhan keperawatan yang mencakup seluruh aspek
keperawatan yang dibutuhkan pasien
Dengan model ini menuntut seluruh tenaga
keperawatan mempunyai kualitas profesional dan
membutuhkan jumlah tenaga keperawatan yang
banyak.
Model ini sangat sesuai digunakan di ruangan
rawat khusus seperti ruang perawatan intensif,
misalnya ruang ICU,ICCU,HCU, Hemodialiasa
dan sebagainya
Kepala Ruangan

Perawat Perawat Perawat

Klien-2 Klien-2 Klien-2


3.d. Metode Tim
Model Tim merupakan suatu model pemberian
asuhan keperawatan diman seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui
upaya kooperatif dan kolaboratif ( Daoglas, 1984 )
Konsep model ini didasarkan kepada falsafah
bahwa sekelompok tenaga keperawatan bekerja
secara bersama-sama secara terkoordinasi dan
kooperatif sehingga dapat berfungsi secara
menyeluruh dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada setiap pasien.
Model tim didasarkan keyakinan bahwa setiap
anggota kelompok mempunyai konstribusi dalam
merencanakan dan rasa tanggung jawab perawat
yang tinggi
Potensi setiap anggota tim saling komplementer
menjadi satu kekuatan yang dapat meningkatkan
kemampuan kepemimpinan seta timbul rasa
kebersamaan
Pada dasarnya didalam Model Tim menurut Kron &
Gray ( 1987 ) terkandung dua konsep utama yang
harus ada, yaitu :

Kepemimpinan
Komunikasi yang efektif
Tanggung Jawab Kepala Ruangan

Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruangan,
yang berperan sebagai manajer di ruangan tersebut, yang
bertanggung jawab dalam:
• Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan
standar asuhan keperawatan.
• Membantu staf dalam menetapkan sasaran asuhan keperawatan.
• Memberikan kesempatan kepada ketua tim untuk mengembangkan
kepemimpinan.
• Mengorientasikan tenaga keperawatan yang tentang fungsi model tim
dalam sistem pemberian asuhan keperawatan.
• Menjadi nara sumber bagi ketua tim.
• Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan.
• Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.
2. Tanggung Jawab Ketua Tim
• Mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana
keperawatan.

• Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan


tindak medik.
• Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap
anggota tim dan memberikan bimbingan melalui pre
atau post konfrences.
• Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses
ataupun hasil yang diharapkan serta
mendokumentasikannya
Tanggung Jawab Anggota Tim
• Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun.
• Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan
keperawatan yang telah diberikan berdasarkan
respon pasien.
• Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan
untuk meningkatkan asuhan keperawatan.
• Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua
tim.
Umumnya satu tim terdiri dari 3 – 5 orang tenaga
keperawatan untuk 10 – 20 pasien.
Berdasarkan hasil penelitian Lambertson ;dikutip
oleh Douglas (1950): bahwa model tim bila
dilakukan dengan benar merupakan model asuhan
keperawatan yang tepat dalam meningkatkan
pemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi
kemampuannya dalam memberikan asuhan
keperawatan. Hal ini berarti bahwa model tim
dilaksanakan dengan tepat pada kondisi dimana
kemampuan tenaga keperawatan bervariasi.
3.Model Keperawatan Primer
Berdasarkan studi para pakar keperawatan
mengembangkan model pemberian asuhan
keperawatan yang terbaru yaitu Model Primer (
Primary Nursing ).
Tujuan dari Model Primer adalah terdapatnya
kontunuitas keperawatan yang dilakukan secara
komprensif dan dapat dipertanggung jawabkan
Setiap Primary Nurse mempunyai 4 – 6 pasien dan
bertanggung jawab selama 24 jam selama pasien
dirawat
Jika Primary Nurse tidak bertugas, kelanjutan
asuhan keperawatan dideligasikan kepada perawat
lain Associate Nurse.

Primary Nurse bertanggung jawab terhadap


asuhan keperawatan yang diterima pasien dan
menginformasikan tentang keadaan pasien kepada
kepala ruangan, dokter dan staf keperawatan
lainnya Kepala ruangan tidk perlu mengecek satu
persatu pasien , tetapi dapat mengevaluasi secara
menyeluruh tentang aktivitas pelayananyang
diberikan kepada semua pasien.
Seorang Primary Nurse bukan hanya mempunyai
kewenangan untuk memberikan asuhan
keperawatan tetapi juga mempunyai kewenangan
untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial,
kontak dengan lembaga sosial masyarakat,
membuat jadwal perjanjian klinik, mengadakan
kunjungan rumah dan sebagainya.

Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka


dituntut akuntabilits yang tinggi terhadap hasil
pelayanan yang diberikan. Primary Nurse berperan
sebagai advokad pasien terhadap biokrasi rumah
sakit.
Kepuasan yang dirasakan pasien : merasa
dimanusiawikan , terpenuhi kebutuhannya secara
individual dg askep yg bermutu dan tercapainya
pelayanan yg efektif terhadap pengobatan ,
dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
Kepuasan yang dirasakan oleh Primary Nurse
adalah tercapainya hasil berupa kemampuan yang
tinggi terletak pada kemampuan supervisi
Staf medis; senantiasa informasi tentang kondisi
pasien selalu mutakhir dan laporan pasein
komprehensif, sedangkan pada model fungsional
dan tim, informasi diperoleh dari beberapa
perawat.
pihak rumah sakit:perlu mempekerjakan terlalu
banyak tenaga keperawatan.
model primer dapat meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan bila dibandingkan dengan model tim, karena :

1. Hanya satu perawat yang bertanggung jawab dan


bertangguing gugat dalam perencanaan dan
koordinasi asuhan keperawatan.
2. Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4 – 6
pasien bila dibanding dengan 10 – 20 orang pada
setiap tim.
3. Perawat primer bertanggung jawab selama 24
jam.
4. Rencana pulang pasien dapat diberikan lebih
awal.
5. Rencana keperawatan dan rencana medik dapat
berjalan paralel.
3.Model Manajemen Kasus
Dalam model ini asuhan keperawatan
dilaksanakan berdasarkan pandangan, bahwa
untuk penyelesaian kasus keperawatan secara
tuntas berdasarkan berbagai sunber daya yang ada
Tujuan daripada manajemen kasus adalah :
1. Menetapkan pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan
sesuai dengan standar.
2. Memfasilitasi ketergantungan pasien sesingkat mungkin.
3. Menggunakan sumber daya seefesien mungkin.
4. Memfasilitasi secara berkesinambungan asuhan keperawatan melalui
kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
5. Pengembangan profesionalisme dan kepuasan kerja.
6. Memfasilitasi alih ilmu pengetahuan.
Kerangka kerja dari model manajemen kasus adalah :
1. Pasien masuk melalui agency kesehatan, manager
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam perencanaan
sampai dengan evaluasi pada episode tertentu tanpa membedakan
pasien itu berasal dari unit mana
2. Dalam manajemen kasus menggunakan dua cara yaitu :
(a) Case Manajemen Plan ( CMP )
Merupakan perencanaan bersama dari masing-masing profesi
kesehatan
(b) Critical Part Diagram ( CPD )
3. Merupakan penjabaran dari CMP dan ada taget waktunya
3. Manager mengevaluasi perkembangan pasien setiap hari,
yang mengacu kepada tujuan asuhan keperawatan yang telah
ditetapkan. Bentuk spesifik dari manajemen kasus ini tergantung
dari karakteristik tatanan asuhan keperawatan.
penutup
Pengorganisasian sebagai proses membagi
kerja ke dalam tugas-tugas itu kepada orang
yang sesuai dengan kemampuannya, dan
mengalokasikan sumber daya manusia, serta
mengkoordinasikannya dalam rangka
efektifitas pencapaian tujuan organisasi.

Anda mungkin juga menyukai