Anda di halaman 1dari 28

PEMBAHASAN HASIL TUTORIAL

A. SKENARIO

Ruang perawatan dewasa salah satu Rumah sakit tipe B memiliki 30


kapasitas tempat tidur dengan BOR 80% dan LOS 3 hari. Rata-rata tingkat
ketergantungan pasien bervariasi yaitu 7 orang total care, 10 orang partial care,
dan sisanya adalah self care. Jumlah tenaga keperawatan yang dimiliki adalah 22
orang dengan tingkat pendidikan yang juga bervariasi yaitu 2 orang SPK dengan
pengalaman kerja >20 tahun, 15 orang D.III, 2 orang diantaranya sedang
melanjutkan pendidikan Ners dengan status izin belajar, dan 5 orang Ners.
Ruangan tersebut dipimpin oleh seorang perawat dengan tingkat pendidikan Ners
yang telah memiliki pengalaman kerja selama 12 tahun. Metode penugasan
keperawatan yang saat ini digunakan adalah metode TIM.

Dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan


asuhan keperawatan yang semakin tinggi maka ruangan perlu menyusun kembali
visi dan misi ruangan. Metode penugasan yang saat ini diterapkan yaitu metode
TIM perlu diubah menjadi metode MPKP agar dapat meningkatkan
profesionalitas dari pelayanan keperawatan. Kepala ruangan merasa akan dapat
menerapkan metode tersebut jika mendapat dukungan dari seluruh staf.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, ruangan juga berhasil mengubah metode
fungsional menjadi metode TIM pada 5 tahun yang lalu. Dalam upaya tersebut,
maka kepala ruangan mengajak seluruh staf keperawatan membahas rencana
tersebut dan didapatkan informasi bahwa telah ada sebanyak 2 orang staf perawat
yang pernah mengikuti pelatihan MPKP. Saat ini kepala ruangan belum
menetapkan siapa yang akan menjadi CCM, perawat primer (PP) maupun perawat
Associate (PA).

B. STEP 1 (TERMINOLOGI)
1. LOS
Length of stay, rata-rata dari lama pasien dirawat. Ideal 5-12 hari.
2. BOR
Angka persentase TT yang digunakan/ tahun
Ideal 75-85%
3. Total care
Suatu perawatan yang dilakukan perawatan sepenuhnya.
4. PP (perawat primer)
Metode penugasan dimana perawat dari awal sampai akhir yang
bertanggung jawab pada seorang pasien.

1
5. Self care
Pasien yang tidak memerlukan bantuan dalam pemenuhan ADL
6. Parsial care
Klien yang memerlukan 3-4 jam perawatan langsung /24 jam. Penampilan
pasien sakit sedang dan dibantu sebagian oleh perawat dalam memenuhi
ADL.
7. RS tipe B
RS yang mampu memberikan pelayanan medic spesialis luas dan sub
spesialis terbatas.
8. PA (perawat associate)
Seorang perawat yang diberi wewenang langsung untuk memberikan
ASKEP
9. Metode fungsional
Perngorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
10. Metode TIM
Metode pemberian askep dimana seseorang ketua TIM untuk memimpin
anggota tim dari membuat ASKEP.
11. MPKP
Suatu system/ struktur proses dan nilai-nilai professional yang
memungkinkan perawat mengatur pemberian askep termasuk lingkungan
yang dapat menopang pemberian askep tersebut.
12. CCM
Tugasnya adalah untuk mengarahkan dalam pemberian ASKEP.

C. STEP II (MENGINDENTIFIKASI MASALAH)


1. Sebutkan tipe-tipe Rumah sakit Tipe B?
2. Apa criteria total care, parsial care, self care?
3. Apa saja syarat menjadi kepala ruangan?
4. Apa saja syarat dan tugas untuk menjadi CCM,PP dan pA?
5. Apakah scenario diatas dapat menggunakan metode kasus atau metode

D. STEP III (BRAINSTROMING)


1. Sebutkan tipe-tipe Rumah sakit tipe B?
Tipe D = -
Tipe C = spesialis 4 ( penyakit dalam, bedah, obgyn, anak)
Tipe B = spesialis luas dan sub spesialis terbatas
Tipe A = pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas

2
2. Apa criteria total care, parsial care, self care?
Total care: pasien membutuhkan kebutuhan sepenuhnya, perawatan lebih
lama. Seperti pasien koma, pasien observasi TTV/ 2 jam, pasien tidak
sadar.
Parsial care : pasien membutuhkan sebagian seperti psaien stroke, pasien
off mayor, observasi TTV
Self care: pasien yang bisa memenuhi kebutuhan sendiri seperti pasien
yang stabil, pasien tindakan diagnostic.

3. Apa saja syarat menjadi kepala ruangan?


- Lulusan S.Kep
- Memiliki pengalaman di bangsal
- Leadership
- Memiliki tugas dan tanggung jawab

4. Apa saja syarat dan tugas untuk menjadi CCM,PP dan pA?
- Melakukan pengkajian pasien baru
- Melakukan ASKEP
5. Apakah scenario diatas dapat menggunakan metode kasus atau metode
selain MPKP?
Bisa, tapi lebih beresiko karena melihat kondisi pasien. Lebih cocok
metode MPKP sesuai dengan staff perawat yang sudah pernah pelatihan
MPKP.

3
E. STEP IV (SKEMA)

RS tipe B

Total care 7 orang


Kapasitas TT
30 Partial care 10 orang
BOR 80% Self care 13 orang
LOS 3 hari

Perawat 22 orang

(SPK 2 , D3 15 orang, S1 5
orang)

Metode
TIM

Metode MPKP

(CCM, PP, PA)

4
F. STEP V (LEARNING OBJECTIF)
1. Definisi MPKP
2. Tujuan MPKP
3. Visi dan misi MPKP
4. Karakteristik MPKP
5. Komponen MPKP
6. Macam-macam penugasan MPKP
7. Pilar MPKP
8. Karakteristik Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
9. Tahapan Pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional
10. Struktur organisasi MPKP
11. Dasar pertimbangan MPKP
12. Tingkatan MPKP
13. Tipe-tipe RS dan jumlah tenaga yang dibutuhkan
14. Cara penghitungan BOR dan LOS
15. Klasifikasi pasien menurut tingkat kemandirian
16. Rancangan MPKP
17. Peran dan fungsi perawat di MPKP

G. STEP VII (HASIL DISKUSI)

1. Definisi

Tindakan keperawatan professional menggunakan pengetahuan teoritis


yang mnatap dan kukuh dari berbagai disiplin ilmu terutama ilmu keperawatan.
Untuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, menyusun
perencanaan melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil tindakan keperawatan
serta mengadakan penyesuaian /revisi rencana askep (Sitorus, 2006)

2. Tujuan MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan.

5
3. Visi dan misi
Visi adalah suatu hal yang terlihat dalam mimpi. Suatu visi memberikan
informasi tentang bentuk dan gambaran suatu hal pada masa yang akan datang
yang bermanfaat bagi organisasi dan orang yang bekerja didalamnya (Wijono
1999 dalam Sitorus 2011).
Misi merupakan suatu alat/cara untuk mengarahkan setiap individu dalam
organisasi tersebut untuk berperan secara peoduktif.

4. Karakteristik MPKP
a. Penetapan jumlah
b. Penetapan jenis
c. Penetapan standar rencana keperawatan
d. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer.
(Murwani dan Herlambang, 2012).

5. Komponen MPKP
a. Nilai-nilai professional meliputi ekonomi, kesinambungan asuhan, dan
belajar sepanjang hayat untuk menopang praktek ilmu yang bermutu.
b. Pendekatan manajemen menunjukkan bahwa MPKP, pembuat keputusan
untuk pasien ada pada manager asuhan klinik atau PP. kepala ruangan
berperan sebagai fasilitator atau mentor.
c. Pemberian asuhan keperawatan pada umumnya menggunakan metode
perawatan prmer.
d. Hubungan professional memungkinkan adanya hubungan kolaborasi,
konsultasi antar tim, dan conference antar tim serta conference untuk
penyelesaian konflik.
e. System kompensasi dan penghargaan memungkinkan perawat
mendapatkan kompensasi dan penghargaan sesuai dengan sifat dan
layanannya yang professional. Penghargaan dapat juga keberadaan
perawat sebagai seorang ahli atau spesialis

6. Macam-macam metode penugasan MPKP

Metode kasus

Pada metode kasus satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan


kepada seorang pasien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah pasien yang

6
dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat itu dan
kompleksnya kebutuhan pasien.

Metode fungsional

Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada


penyelesaian tugas dan prosedur. Setiap perawat diberi satu atau diberi tugas untuk
dilaksanakan kepada semua pasien disuatu ruangan. Seorang perawat dapat
bertanggung jawab dalam pemberian obat, mengganti balutan, memonitor infuse,
dll.

Kelebihan:
a. manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik;
b. sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga;
c. perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan:
a. tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;
b. pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan;
c. persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan
saja.

Metode tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.

Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat inap, unit
rawat jalan, dan unit gawat darurat.

Konsep metode Tim:


a. ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan;
b. pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin;
c. anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;

7
d. peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruang.
Kelebihannya:
a. memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;
b. mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
c. memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah di atasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan: komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk


konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan
pada waktu-waktu sibuk.

Metode primer

Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh


selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.

Kelebihan:
a. bersifat kontinuitas dan komprehensif;
b. perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri;
c. keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
(Gillies, 1989).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan
bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan
dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi
pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.

Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki


pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis,
penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.

8
Konsep dasar metode primer:
a. ada tanggung jawab dan tanggung gugat;
b. ada otonomi;
c. ketertiban pasien dan keluarga.

Tugas perawat primer:


a. mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif;
b. membuat tujuan dan rencana keperawatan;
c. melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas;
d. mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain;
e. mengevaluasi keberhasilan yang dicapai;
f. menerima dan menyesuaikan rencana;
g. menyiapkan penyuluhan untuk pulang;
h. melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat;
i. membuat jadwal perjanjian klinis;
j. mengadakan kunjungan rumah.

Ketenagaan metode primer:


a. setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat dengan
pasien;
b. beban kasus pasien 4–6 orang untuk satu perawat primer;
c. penugasan ditentukan oleh kepala bangsal;
d. perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun nonprofesional
sebagai perawat asisten;

(Nursalam, 2011).

7. Pilar-pilar
Pilar 1 : pendekatan manajemen keperawatan
Terdiri dari:
a. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP
meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka
pendek, harian, bulanan dan tahunan).
b. Pengorganisasian dengan menyusun struktur organisasi, jadwal dinas, dan
daftar alokasi pasien
c. Pengarahan. Terdapat delegasi, supervisi, menciptakan iklim motivasi,
manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencakup pre dan post
conference, manajemen konflik.

9
Pilar 2: system penghargaan

Manajemen sumber daya manusia diruang MPKP berfokus pada proses


rekrutmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kerja, staf perawat. Proses ini
selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan
perawatan baru.

Pilar 3 : hubungan professional

Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim


kesehatan) dalam pelayanan keperawatan (klien dan keluarga). Pada
pelaksanannya hubungan professional secara internal artinya hubungan yang
terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya perawat dengan
perawat, perawat dengan kesehatan lain, sedangkan hubungan professional
secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan
kesehatan.

Pilar 4 : manajemen asuhan keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan di MPKP adalah asuhan


keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.

8. Karakteristik Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)


a. Penetapan jumlah tenaga keperawatan. Penetapan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat
ketergantungan klien.
b. Penetapan jenis tenaga keperawatan. Pada suatu ruang rawat MPKP,
terdapat beberapa jenis tenaga yang memberikan asuhan keperawatan
yaitu Clinical Care Manager (CCM), Perawat Primer (PP), dan Perawat
Asosiet (PA). Selain jenis tenaga tersebut terdapat juga seorang kepala
ruang rawat yang bertanggung jawab terhadap manajemen pelayanan
keperawatan di ruang rawat tersebut. Peran dan fungsi masing-masing
tenaga sesuai dengan kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang
jelas dalam sistem pemberian asuhan keperawatan.
c. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra). Standar renpra
perlu ditetapkan, karena berdasarkan hasil obsevasi, penulisan renpra
sangat menyita waktu karena fenomena keperawatan mencakup 14
kebutuhan dasar manusia
d. Penggunaan metode modifikasi keperwatan primer. Pada MPKP
digunakan metode modifikasi keperawatn primer, sehingga terdapat satu
orang perawat profesional yang disebut perawat primer yang bertanggung

10
jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan.
Disamping itu, terdapat Clinical Care Manager (CCM) yang
mengarahkan dan membimbing PP dalam memberikan asuhan
keperawatan. CCM diharapkan akan menjadi peran ners spesialis pada
masa yang akan datang (Sitorus, 2011).

9. Tahapan Pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional


Langkah – langkah dalam Model Praktek Keperawatan Profesional
(MPKP) menurut Sitorus 2011
a. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa
hal yang harus dilakukan, yaitu :
a. Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang digunakan
sebagai tempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya
kelompok kerja ini melibatkan staf dari institusi yang berkaitan.
Sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi antara
pelayanan/rumah saklit dan institusi pendidikan. Tim ini bisa terdiri
dari seorang koordinator departemen, seorang penyelia, dan kepala
ruang rawat serta tenaga dari institusi pendidikan. (Sitorus, 2011).
b. Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan klien/keluarga
kepatuhan perawat terhadap standar yang diniali dari dokumentasi
keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi noksomial.
c. Presentasi MPKP Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan
hasil penilaian mutu asuhan kepada pimpinan rumah sakit,
departemen,staf keperawtan, dan staf lain yang terlibat. Pada
presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat
implementasi MPKP akan dilaksanakan. (Sitorus, 2011).
d. Penempatan Tempat Implementasi MPKP Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penempatan tempat implementasi MPKP, antara
lain:
a) Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang
tersebut. Hal ini diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat
tersebut akan mendapat pembinaan tentang kerangka kerja
MPKP.
b) Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri
dari 1 swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan
dikembangkan sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari ruang
rawat lain.

11
e. Penetapan Tenaga Keperawatan Pada MPKP, jumlah tenaga
keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan dari klasifikasi klien
berdasarkan derajat ketergantungan. Untuk menetapkan jumlah tenaga
keperawtan di suatu ruangrawat didahului dengan menghitung jumlah
klien derdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu tertentu,
minimal selama 7 hari berturut-turut.
f. Penetapan Jenis Tenaga Pada MPKP metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan adalah metode modifikasi keperawatan
primer. Dengan demikian, dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa
jenis tenaga, meliputi ;
a) Kepala ruang rawat
b) Clinical care manager
c) Perawat primer
d) Perawat asosiet
g. Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan. Pengembangan
standar renpra bertujuan untuk mengurangi waktu perawat menulis,
sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dilakukan untuk
melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien. Adanya standar renpra
menunjukan asuhan keperawtan yang diberikan berdasarkan konsep
dan teori keperwatan yang kukuh, yang merupakan salah satu
karakteristik pelayanan professional. Format standar renpra yang
digunakan biasanya terdiri dari bagian-bagian tindakan keperawatan:
diagnose keperawatan dan data penunjang, tujuan, tindakan
keperawatan dan kolom keterangan.
Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan Selain standar
renpra, format dokumentasi keperawatan lain yang diperlukan
adalah :
a) Format pengkajian awal keperawatan
b) Format implementasi tindakan keperawatan
c) Format kardex
d) Format catatan perkembangan
e) Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
f) Format laporan pergantian shif
g) Resume perawatan
h. Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama
dengan fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun
fasilitas tambahan yang di perlukan adalah (Sitorus, 2011) :

12
a) Badge atau kartu nama tim Badge atau kartu nama tim merupakan
kartu identitas tim yang berisi nama PP dan PA dalam tim tersebut.
Kartu ini digunakan pertama kali sat melakukan kontrak dengan
klien/keluarga.
b) Papan MPKP Papan MPKP berisi darfat nama-nama klien, PP, PA,
dan timnya serta dokter yang merawat klien.

i. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-


langkah berikut ini :
1. Pelatihan tentang MPKP Pelatihan MPKP diberikan kepada semua
perawat yang terlibat di ruang yang sudah ditentukan.
2. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam
melakukan konferensi. Konferensi merupakan pertemuan tim yang
dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan setelah melaukan
operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas PP.
Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga
dapat mengurangi gangguan dari luar. (Sitorus, 2011).
3. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam
melakukan ronde dengan porawat asosiet (PA). Ronde
keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap
hari. Ronde ini penting selain untuk supervisi kegiatan PA, juga
sarana bagi PP untuk memperoleh tambahan data tentang kondisi
klien.
4. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar
renpra. Standar renpra merupakan acuan bagi tim dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Semua masalah dan tindakan
yang direncenakan mengacu pada standar tersebut.
5. Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi
dengan klien/keluarga. Kontrak antara perawat dan klien/keuarga
merupakan kesepakatan antara perawat dan klien/keluarganya
dalam pemberian asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan
agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien dapat
terbina. Kontrak diawali dengan pemberian orientasibagi klien dan
keluarganya.
6. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus
dalam tim. PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan
kasus-kasus klien yang dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA
dapat lebih mempelajari kasus yang ditanganinya secara
mendalam.

13
7. Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam
membimbing PP dan PA. Bimbingan CCM terhadap PP dan PA
dalam melakukan implementasi MPKP dilakukan melalui
supervisi secara berkala. Agar terdapat kesinambungan
bimbingan, diperlukan buku komunikasi CCM. Buku ini menjadi
sangat diperlukan karena CCM terdiri dari beberapa orang yaitu
anggota tim/panitia yang diatur gilirannya untuk memberikan
bimbingan kepada PP dan PA. Bila sudah ada CCM tertentu untuk
setiap ruangan, buku komunikasi CCM tidak diperlukan lagi.
8. Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi
keperawatan. Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung
jawab perawat kepada klien. Oleh karena itu, pengisisan
dokumentasi secara tepat menjadi penting.
9. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen
evsluasi MPKP oleh CCM. Evaluasi prses dilakukan oleh CCM
dua kali dalam seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk
mengidentifikasi secara dini maslah-masalah yang ditemukan dan
dapat segera diberi umpan balik atau bimbingan. Evluasi hasil
(outcome) dapat dilakukan dengan:
a) Memberika instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk
setiap klien pulang.
b) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai
berdasarkan dokumentasi.
c) Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang
rawat).
d) Penilaian rata-rata lama hari rawat.
j. Tahap Lanjut MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem)
pemberian asuhan keperawatan. Agar implementasi MPKP
memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai dengan
implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada ruang MPKP
diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah ada sistem
yang tepat untuk menerapkannya.
a) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini,
PP pemula diberi kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga
mempunyai kemampuan sebagai SKp/Ners. Setelah mendapatkan
pendidikan tambahan tersebut berperan sebagai PP (bukan PP
pemula).

14
b) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP
tingkat I, PP adalah SKp/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan
keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir, diperlukan
kemampuan seorang Ners sepeialis yang akan berperan sebagai CCM.
Oleh karena itu, kemampuan perawat SKp/ Ners ditingkatkan menjadi
ners spesialis.
MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat ini
perawat denga kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjadi
doktor keperawatan. Perawat diharapkan lebih banyak melakukan
penelitian keperawatan eksperimen yang dapat meningkatkan asuhan
keperwatan sekaligus mengembangkan ilmu keperawatan.

15
10. Struktur organisasi MPKP

Kepala ruangan CCM

PP`1 PP`2 PP`3

PA PA PA
PAGI
PA PA PA

PA PA PA
SORE
PA PA PA

PA PA PA
MALAM
PA PA PA

LIBUR/ PA PA PA
CUTI PA PA
PA

9-10 9-10 9-10


ORANG ORANG ORANG

Sumber : Sitorus, 2006

16
11. Dasar pertimbangan MPKP

a. Sesuai dengan visi dan misi institusi.


Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus
didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan
asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan
keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
c. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya.
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan
efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya
suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat
hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien
terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang
baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan
pelanggan.
e. Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan
kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustrasi dalam
pelaksanaannya.
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan
keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal
yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

17
12. Tingkatan MPKP

Tingka Praktik Metode Ketenagaa Dokumentas Aspek


t Keperawata Pemberian n i Riset
n Askep
MAKP Mampu Modifikasi 1. Jumlah Standar -
Pemula memberikan keperawata sesuai renpra
asuhan n primer tingkat (masalah
keperawatan ketergantun aktual)
profesi gan pasien
tingkat 2.
pemula Skp/Ners/D
IV (1:25-30
pasien)
sebagai
CCM
3. DIII
keperawata
n sbg PP
perawat
pemula
MAKP Mampu Modifikasi 1. Jumlah Standar 1. Riset
I memberikan keperawata sesuai renpra deskrptif
asuhan n primer tingkat (masalah oleh PP
keperawatan ketergantun aktual dan 2.
profesional gan pasien masalah Identifikas
tingkat I 2. Spesialis risiko) i masalah
keperawata riset
n (1: 9–10 3.
pasien) Pemanfaat
sebagai an hasil
CCM riset
3. S.Kep/Ners
sebagai PP
4. DIII
keperawata
n sebagai
PA
MAKP Mampu Manajemen 1. Jumlah Clinical 1. Riset

18
II memberikan kasus dan sesuai pathway/ eksperime
asuhan keperawata tingkat standar n oleh
keperawatan n ketergantun renpra spesialis.
tingkat II gan pasien (masalah 2.
2. Spesialis aktual dan Identifikas
keperawata risiko) i masalah
n (1 : 3 PP) riset.
3. Spesialist 3.
keperawata Pemanfaat
n (1: 9–10 an hasil
pasien) riset.
4. DIII
Keperawata
n sebagai
PA
MAKP Mampu Manajemen 1. Jumlah Clinical 1. Riset
III memberikan kasus sesuai pathway intervensi
asuhan tingkat lebih
keperawatan ketergantun banyak.
tingkat III gan pasien. 2.
2. Doktor Identifikas
keperawata i masalah
n klinik riset.
(konsultan) 3.
3. Spesialis Pemanfaat
keperawata an hasil
n (1:3 PP) riset.
4. S.Kp/Ners
sebagai PP

13. Tipe-tipe rumah sakit dan jumlah tenaga

RUMAH SAKIT PERBANDINGAN RUMAH SAKIT


KELAS A DAN B TT: Tenaga Medis = (4-7): KELAS A DAN B
1
TT: Tenaga Keperawatan =
1: 1
TT: Nonkeperawatan = 3:

19
1
TT: Tenaga Nonmedis = 1:
1
KELAS C TT: Tenaga Medis = 9 : 1 KELAS C
TT: Tenaga Keperawatan =
(3–4): 2
TT: Nonkeperawatan = 5 :
1
TT: Tenaga Nonmedis = 3
:4
KELAS D TT: Tenaga Medis = 15 : 1 KELAS D
TT: Tenaga Keperawatan =
2:1
TT: Tenaga Nonmedis = 6
:1
Khusus Disesuaikan

14. BOR dan LOS

JUMLAH HARI RAWATAN


BOR = JUMLAH TT X JUMLAH HARI/ SATUAN WAKTU X 100%

JUMLAH HARI PERAWATAN PASIEN KELUAR


LOS = JUMLAH PASIEN KELUAR

15. Klasifikasi pasien menurut tingkat kemandirian

1) Perawatan minimal memerlukan waktu: 1−2 jam/24 jam.


2) Perawatan intermediet memerlukan waktu: 3−4 jam/24 jam.
3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu: 5−6 jam/24 jam.

1) Kategori I: perawatan mandiri.


a) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dan ganti pakaian.
b) Makan, dan minum dilakukan sendiri.
c) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
d) Observasi tanda vital setiap sif.
e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil.

20
f) Persiapan prosedur pengobatan.

2) Kategori II: perawatan intermediate.


a) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.
b) Observasi tanda vital tiap 4 jam.
c) Pengobatan lebih dari satu kali.
d) Pakai kateter Foley.
e) Pasang infus intake-output dicatat.
f) Pengobatan perlu prosedur.
3) Kategori III: perawatan total.
a) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.
b) Observasi tanda vital tiap 2 jam.
c) Pemakaian slang NG.
d) Terapi intravena.
e) Pemakaian suction.
f) Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.

Catatan:
• dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh
perawat yang sama selama 22 hari;
• setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klasifikasi pasien;
• bila hanya memenuhi satu kriteria maka pasien dikelompokkan pada klasifikasi
di atasnya.

Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan dalam satu ruang rawat

Klasifikasi pasien
Jumlah
minimal parsial total
pasien
pagi siang malam pagi siang malam pagi siang malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
(Douglas 1992 dalam Sitorus 2006)

16. Rancangan MPKP


Diketahui soal:

- Tenaga perawat =22 orang dengan 2 orang SPK dengan 20 tahun


pengalaman kerja, 15 orang D III, 5 orang Ners, dan 1 orang Ners
kepala ruangan dengan pengalaman 12 tahun.

21
- Kapasitas tempat tidur = 30 bed
- Derajat ketergantungan
7 orang total care
10 orang partial care
13 orang minimal care

KLASIFIKASI TOTAL
JUMLAH
MINIMAL PARTIAL TOTAL PERAWAT
P 0,17 X 13 =2,21 0,27 X 10 0,36 X 7 7,43 8 ORANG
= 2,7 = 2,52
S 0,14 X 13 = 1,82 0,15 X 10 0,30 X 7 5,42 5 ORANG
= 1,5 = 2,1
M 0,07 X 13 = 0,91 0,10 X 10 0,20 X 7 3,31 3 ORANG
=1 = 1,4

17. Peran dan fungsi perawat pada MPKP

Tanggung jawab kepala ruang:


1) Perencanaan
a. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing- masing.
b. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim.
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas
dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/
penjadwalan.
e. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan
dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan
h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
i. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit.

22
2) Pengorganisasian
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b. Merumuskan tujuan metode penugasan.
c. Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
d. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan
ketua tim membawahi 2 – 3 perawat.
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain- lain.
f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
g. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
h. Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua
tim.
i. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien.
j. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
3) Pengarahan
a. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b. Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik.
c. Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
d. Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan pasien.
e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4) Pengawasan
a. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien.
b. Melalui supervisi:
o Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui
laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi
kelemahannya yang ada saat itu juga.
o Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan

23
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan
tugas.
o Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
- Audit keperawatan.

Tanggung jawab clinical care manager (CCM)


Pada ruang rawat dengan MPKP pemula CCM adalah SKp?Ners
dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat 1 adalah seorang Ners Spesialis.
Pada MPKP tingkat II, jumlah Ners Spesialis lebih dari satu orang tetapi
disesuaikan dengan kekhususan sesuai kasus yang ada. CCM bertugas sesuai
jam kerja yaitu dinas pagi.

Tugas dan tanggung jawab CCM:


1. Melakukan bimbingan dan evaluasi tentang implementasi MPKP. Pada
saat CCM melakukan ronde keperawatan, kegiatan diawali dengan
menetapkan secara acak minimal dua status yang akan dievaluasi untuk
setiap tim. Bersama dengan PP mengevaluasi status meliputi:
a. Apakah diagnose yang ditetapkan sesuai dengan kondisi pasien,
apakah perlu pengkajian lanjut? CCM melakukan pengkajian lanjut
sesuai kebutuhan
b. Apakah diagnose yang ditetapkan masih menjadi masalah pasien atau
sudah teratasi. Bila sudah teratasi apakah sudah didokumentasikan?
c. Apakah semua tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada
renpra sudah dilakukan dan didokumentasikan pada format
implementasi tindakan keperawatan.
d. Apakah masalah psikososial sudah diidentifikasi? Masalah psikososial
diidentifikasi bila pasien sudah dirawat lebih dari 4 hari atau sesuai
kondisi pasien.
e. Apakah masalah kurangnya pengetahuan sudah diidentifikasikan?
f. Apakah pengisian hal-hal istimewa sudah dilakukan sesuai panduan?
g. Apakah laporan pergantian dinas diisi sesuai pergantian dinas?
h. Apakah laporan perkembangan pasien diisi sesuai panduan?
i. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh PP dan tim
j. Mendokumentasikan semua kegiatan tersebut pada buku komunikasi
CCM dengan format sebagai berikut:
- Tuliskan hari dan tanggal bimbingan dan evaluasi
- TIM 1
Kelengkapan status …..% dan …..%

24
Pasien mengetahui nama PP …% tanyakan pada semua pasien
PA mendapatkan bimbingan dari PP …%
k. Identifikasi masalah lain secara umum untuk mendapat masukan dari
kelompok kerja MPKP
l. Pada bagian akhir dituliskan nama CCM dan tanda tangan

2. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA


3. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan
4. Mengidentifikasi evidence yang memerlukan pembuktian
5. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan
penelitian
6. Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam member asuhan keperawatan
7. Bekerja sama dengan kepala ruangan dalam hal: melakukan evaluasi
tentang mutu asuhan keperawatan, mengkoordinasikan, mengarahkan, dan
mengevaluasi mahasiswa praktek dan membahas dan mengevaluasi
tentang penerapan MPKP
8. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memebri
masukan untuk perbaikan.
9. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi/ penelitian
tentang asuhan keperawatan.

Tanggung jawab perawat primer

1. Melakukan kontrak dengan pasien dan keluarga pada awal masuk ruangan
berdasarkan format orientasi pasien dan keluarga sehingga tercipta
hubungan terapeutik. Hubungan ini dibina secara terus menerus pada saat
melakukan pengkajian/ tindakan kepada pasien dan keluarga.
2. Melakukan pengkajian terhadap pasien baru atau melengkapi pengkajian
yang sudah dilakukan PP pada sore, malam atau hari libur
3. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar
renpra sesuai dengan hasil pengkajian
4. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan, kepada PA di bawah tanggung
jawabnya sesuai pasien yang dirawat (pre conference)
5. Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap pasien pada setiap
giliran jaga shift, sesuai kondisi yang ada. Bila PP bertugas dengan dua
orang PA pada satu giliran jaga, maka semua pasien akan dibagi kepada
kedua PA. Bila PP bertugas dengan seorang PP pada satu giliran jaga
maka PA akan merawat semua pasien dan PP akan melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan tanggung jawabnya. Pengaturan ini dilakukan
dengan PP dapat melaukan semua tugasnya dengan lebih optimal.

25
6. Melakukan bimbinga dan evaluasi (mengecek) pada PA dalam
implementsai tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SOP
7. Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
8. Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
9. Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan
tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA
10. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
11. Melakukan kegiatan serah terima pasien bersama dengan PA
12. Mendampingi dokter visit pasien dibawah tanggung jawabnya
13. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan pasien setiap hari.
14. Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga minimal setiap dua hari
untuk membahas kondisi keperawatan pasien.
15. Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP akan didelegasikan kepada PA yang
telah ditunjuk sebagai pembimbing dengan arahan kepala ruangan
16. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga
17. Membuat perencanaan pulang, sejak awal pasien dirawat.
18. Bekerja sama dengan clinical care manajer (CCM)
19. Mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta
evidence based practice (EBP)

Perawat associate (PA)

1. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP dan meminta bimbingan


kepada PP, bila ada hal yang belum jelas
2. Membina hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga, sebagai
lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP
3. Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan format
orientasi pasien dan keluarga jika PP tidak ada di tempat
4. Melakukan tindakan keperawatan pada pasiennya berdasarkan renpra
5. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia
6. Mengikuti visit dokter bila PP tidak di tempat
7. Mengecek kerapihan dan kelengkapan status pasien
8. Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai di paraf
9. Mengkomunikasikan kepada PP/ Pj dinas bila menemukan masalah yang
perlu diselesaikan
10. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium,
pengobatan dan tindakan
11. Berperan serta dalam penkes pada pasien dan keluarga yang dilakukan PP

26
12. Melakukan inventarisasi fasilitas terkait dengan timnya
13. Membantu tim lain yang membutuhkan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, R. (2006). Model praktik keperawatan professional di rumah sakit: penataan


struktur dan prose (system) pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat.
Jakarta : EGC

Sitorus, R. (2011). Manajemen keperawatan :manajemen keperawatan di ruang


rawat. Jakarta : Sagung Seto

28

Anda mungkin juga menyukai