A. SKENARIO
B. STEP 1 (TERMINOLOGI)
1. LOS
Length of stay, rata-rata dari lama pasien dirawat. Ideal 5-12 hari.
2. BOR
Angka persentase TT yang digunakan/ tahun
Ideal 75-85%
3. Total care
Suatu perawatan yang dilakukan perawatan sepenuhnya.
4. PP (perawat primer)
Metode penugasan dimana perawat dari awal sampai akhir yang
bertanggung jawab pada seorang pasien.
1
5. Self care
Pasien yang tidak memerlukan bantuan dalam pemenuhan ADL
6. Parsial care
Klien yang memerlukan 3-4 jam perawatan langsung /24 jam. Penampilan
pasien sakit sedang dan dibantu sebagian oleh perawat dalam memenuhi
ADL.
7. RS tipe B
RS yang mampu memberikan pelayanan medic spesialis luas dan sub
spesialis terbatas.
8. PA (perawat associate)
Seorang perawat yang diberi wewenang langsung untuk memberikan
ASKEP
9. Metode fungsional
Perngorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
10. Metode TIM
Metode pemberian askep dimana seseorang ketua TIM untuk memimpin
anggota tim dari membuat ASKEP.
11. MPKP
Suatu system/ struktur proses dan nilai-nilai professional yang
memungkinkan perawat mengatur pemberian askep termasuk lingkungan
yang dapat menopang pemberian askep tersebut.
12. CCM
Tugasnya adalah untuk mengarahkan dalam pemberian ASKEP.
2
2. Apa criteria total care, parsial care, self care?
Total care: pasien membutuhkan kebutuhan sepenuhnya, perawatan lebih
lama. Seperti pasien koma, pasien observasi TTV/ 2 jam, pasien tidak
sadar.
Parsial care : pasien membutuhkan sebagian seperti psaien stroke, pasien
off mayor, observasi TTV
Self care: pasien yang bisa memenuhi kebutuhan sendiri seperti pasien
yang stabil, pasien tindakan diagnostic.
4. Apa saja syarat dan tugas untuk menjadi CCM,PP dan pA?
- Melakukan pengkajian pasien baru
- Melakukan ASKEP
5. Apakah scenario diatas dapat menggunakan metode kasus atau metode
selain MPKP?
Bisa, tapi lebih beresiko karena melihat kondisi pasien. Lebih cocok
metode MPKP sesuai dengan staff perawat yang sudah pernah pelatihan
MPKP.
3
E. STEP IV (SKEMA)
RS tipe B
Perawat 22 orang
(SPK 2 , D3 15 orang, S1 5
orang)
Metode
TIM
Metode MPKP
4
F. STEP V (LEARNING OBJECTIF)
1. Definisi MPKP
2. Tujuan MPKP
3. Visi dan misi MPKP
4. Karakteristik MPKP
5. Komponen MPKP
6. Macam-macam penugasan MPKP
7. Pilar MPKP
8. Karakteristik Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
9. Tahapan Pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional
10. Struktur organisasi MPKP
11. Dasar pertimbangan MPKP
12. Tingkatan MPKP
13. Tipe-tipe RS dan jumlah tenaga yang dibutuhkan
14. Cara penghitungan BOR dan LOS
15. Klasifikasi pasien menurut tingkat kemandirian
16. Rancangan MPKP
17. Peran dan fungsi perawat di MPKP
1. Definisi
2. Tujuan MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan.
5
3. Visi dan misi
Visi adalah suatu hal yang terlihat dalam mimpi. Suatu visi memberikan
informasi tentang bentuk dan gambaran suatu hal pada masa yang akan datang
yang bermanfaat bagi organisasi dan orang yang bekerja didalamnya (Wijono
1999 dalam Sitorus 2011).
Misi merupakan suatu alat/cara untuk mengarahkan setiap individu dalam
organisasi tersebut untuk berperan secara peoduktif.
4. Karakteristik MPKP
a. Penetapan jumlah
b. Penetapan jenis
c. Penetapan standar rencana keperawatan
d. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer.
(Murwani dan Herlambang, 2012).
5. Komponen MPKP
a. Nilai-nilai professional meliputi ekonomi, kesinambungan asuhan, dan
belajar sepanjang hayat untuk menopang praktek ilmu yang bermutu.
b. Pendekatan manajemen menunjukkan bahwa MPKP, pembuat keputusan
untuk pasien ada pada manager asuhan klinik atau PP. kepala ruangan
berperan sebagai fasilitator atau mentor.
c. Pemberian asuhan keperawatan pada umumnya menggunakan metode
perawatan prmer.
d. Hubungan professional memungkinkan adanya hubungan kolaborasi,
konsultasi antar tim, dan conference antar tim serta conference untuk
penyelesaian konflik.
e. System kompensasi dan penghargaan memungkinkan perawat
mendapatkan kompensasi dan penghargaan sesuai dengan sifat dan
layanannya yang professional. Penghargaan dapat juga keberadaan
perawat sebagai seorang ahli atau spesialis
Metode kasus
6
dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat itu dan
kompleksnya kebutuhan pasien.
Metode fungsional
Kelebihan:
a. manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik;
b. sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga;
c. perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan:
a. tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;
b. pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan;
c. persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan
saja.
Metode tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat inap, unit
rawat jalan, dan unit gawat darurat.
7
d. peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruang.
Kelebihannya:
a. memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;
b. mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
c. memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah di atasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
Metode primer
Kelebihan:
a. bersifat kontinuitas dan komprehensif;
b. perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri;
c. keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
(Gillies, 1989).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan
bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan
dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi
pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.
8
Konsep dasar metode primer:
a. ada tanggung jawab dan tanggung gugat;
b. ada otonomi;
c. ketertiban pasien dan keluarga.
(Nursalam, 2011).
7. Pilar-pilar
Pilar 1 : pendekatan manajemen keperawatan
Terdiri dari:
a. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP
meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka
pendek, harian, bulanan dan tahunan).
b. Pengorganisasian dengan menyusun struktur organisasi, jadwal dinas, dan
daftar alokasi pasien
c. Pengarahan. Terdapat delegasi, supervisi, menciptakan iklim motivasi,
manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencakup pre dan post
conference, manajemen konflik.
9
Pilar 2: system penghargaan
10
jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan.
Disamping itu, terdapat Clinical Care Manager (CCM) yang
mengarahkan dan membimbing PP dalam memberikan asuhan
keperawatan. CCM diharapkan akan menjadi peran ners spesialis pada
masa yang akan datang (Sitorus, 2011).
11
e. Penetapan Tenaga Keperawatan Pada MPKP, jumlah tenaga
keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan dari klasifikasi klien
berdasarkan derajat ketergantungan. Untuk menetapkan jumlah tenaga
keperawtan di suatu ruangrawat didahului dengan menghitung jumlah
klien derdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu tertentu,
minimal selama 7 hari berturut-turut.
f. Penetapan Jenis Tenaga Pada MPKP metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan adalah metode modifikasi keperawatan
primer. Dengan demikian, dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa
jenis tenaga, meliputi ;
a) Kepala ruang rawat
b) Clinical care manager
c) Perawat primer
d) Perawat asosiet
g. Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan. Pengembangan
standar renpra bertujuan untuk mengurangi waktu perawat menulis,
sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dilakukan untuk
melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien. Adanya standar renpra
menunjukan asuhan keperawtan yang diberikan berdasarkan konsep
dan teori keperwatan yang kukuh, yang merupakan salah satu
karakteristik pelayanan professional. Format standar renpra yang
digunakan biasanya terdiri dari bagian-bagian tindakan keperawatan:
diagnose keperawatan dan data penunjang, tujuan, tindakan
keperawatan dan kolom keterangan.
Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan Selain standar
renpra, format dokumentasi keperawatan lain yang diperlukan
adalah :
a) Format pengkajian awal keperawatan
b) Format implementasi tindakan keperawatan
c) Format kardex
d) Format catatan perkembangan
e) Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
f) Format laporan pergantian shif
g) Resume perawatan
h. Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama
dengan fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun
fasilitas tambahan yang di perlukan adalah (Sitorus, 2011) :
12
a) Badge atau kartu nama tim Badge atau kartu nama tim merupakan
kartu identitas tim yang berisi nama PP dan PA dalam tim tersebut.
Kartu ini digunakan pertama kali sat melakukan kontrak dengan
klien/keluarga.
b) Papan MPKP Papan MPKP berisi darfat nama-nama klien, PP, PA,
dan timnya serta dokter yang merawat klien.
13
7. Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam
membimbing PP dan PA. Bimbingan CCM terhadap PP dan PA
dalam melakukan implementasi MPKP dilakukan melalui
supervisi secara berkala. Agar terdapat kesinambungan
bimbingan, diperlukan buku komunikasi CCM. Buku ini menjadi
sangat diperlukan karena CCM terdiri dari beberapa orang yaitu
anggota tim/panitia yang diatur gilirannya untuk memberikan
bimbingan kepada PP dan PA. Bila sudah ada CCM tertentu untuk
setiap ruangan, buku komunikasi CCM tidak diperlukan lagi.
8. Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi
keperawatan. Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung
jawab perawat kepada klien. Oleh karena itu, pengisisan
dokumentasi secara tepat menjadi penting.
9. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen
evsluasi MPKP oleh CCM. Evaluasi prses dilakukan oleh CCM
dua kali dalam seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk
mengidentifikasi secara dini maslah-masalah yang ditemukan dan
dapat segera diberi umpan balik atau bimbingan. Evluasi hasil
(outcome) dapat dilakukan dengan:
a) Memberika instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk
setiap klien pulang.
b) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai
berdasarkan dokumentasi.
c) Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang
rawat).
d) Penilaian rata-rata lama hari rawat.
j. Tahap Lanjut MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem)
pemberian asuhan keperawatan. Agar implementasi MPKP
memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai dengan
implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada ruang MPKP
diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah ada sistem
yang tepat untuk menerapkannya.
a) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini,
PP pemula diberi kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga
mempunyai kemampuan sebagai SKp/Ners. Setelah mendapatkan
pendidikan tambahan tersebut berperan sebagai PP (bukan PP
pemula).
14
b) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP
tingkat I, PP adalah SKp/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan
keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir, diperlukan
kemampuan seorang Ners sepeialis yang akan berperan sebagai CCM.
Oleh karena itu, kemampuan perawat SKp/ Ners ditingkatkan menjadi
ners spesialis.
MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat ini
perawat denga kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjadi
doktor keperawatan. Perawat diharapkan lebih banyak melakukan
penelitian keperawatan eksperimen yang dapat meningkatkan asuhan
keperwatan sekaligus mengembangkan ilmu keperawatan.
15
10. Struktur organisasi MPKP
PA PA PA
PAGI
PA PA PA
PA PA PA
SORE
PA PA PA
PA PA PA
MALAM
PA PA PA
LIBUR/ PA PA PA
CUTI PA PA
PA
16
11. Dasar pertimbangan MPKP
17
12. Tingkatan MPKP
18
II memberikan kasus dan sesuai pathway/ eksperime
asuhan keperawata tingkat standar n oleh
keperawatan n ketergantun renpra spesialis.
tingkat II gan pasien (masalah 2.
2. Spesialis aktual dan Identifikas
keperawata risiko) i masalah
n (1 : 3 PP) riset.
3. Spesialist 3.
keperawata Pemanfaat
n (1: 9–10 an hasil
pasien) riset.
4. DIII
Keperawata
n sebagai
PA
MAKP Mampu Manajemen 1. Jumlah Clinical 1. Riset
III memberikan kasus sesuai pathway intervensi
asuhan tingkat lebih
keperawatan ketergantun banyak.
tingkat III gan pasien. 2.
2. Doktor Identifikas
keperawata i masalah
n klinik riset.
(konsultan) 3.
3. Spesialis Pemanfaat
keperawata an hasil
n (1:3 PP) riset.
4. S.Kp/Ners
sebagai PP
19
1
TT: Tenaga Nonmedis = 1:
1
KELAS C TT: Tenaga Medis = 9 : 1 KELAS C
TT: Tenaga Keperawatan =
(3–4): 2
TT: Nonkeperawatan = 5 :
1
TT: Tenaga Nonmedis = 3
:4
KELAS D TT: Tenaga Medis = 15 : 1 KELAS D
TT: Tenaga Keperawatan =
2:1
TT: Tenaga Nonmedis = 6
:1
Khusus Disesuaikan
20
f) Persiapan prosedur pengobatan.
Catatan:
• dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh
perawat yang sama selama 22 hari;
• setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klasifikasi pasien;
• bila hanya memenuhi satu kriteria maka pasien dikelompokkan pada klasifikasi
di atasnya.
Klasifikasi pasien
Jumlah
minimal parsial total
pasien
pagi siang malam pagi siang malam pagi siang malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
(Douglas 1992 dalam Sitorus 2006)
21
- Kapasitas tempat tidur = 30 bed
- Derajat ketergantungan
7 orang total care
10 orang partial care
13 orang minimal care
KLASIFIKASI TOTAL
JUMLAH
MINIMAL PARTIAL TOTAL PERAWAT
P 0,17 X 13 =2,21 0,27 X 10 0,36 X 7 7,43 8 ORANG
= 2,7 = 2,52
S 0,14 X 13 = 1,82 0,15 X 10 0,30 X 7 5,42 5 ORANG
= 1,5 = 2,1
M 0,07 X 13 = 0,91 0,10 X 10 0,20 X 7 3,31 3 ORANG
=1 = 1,4
22
2) Pengorganisasian
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b. Merumuskan tujuan metode penugasan.
c. Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
d. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan
ketua tim membawahi 2 – 3 perawat.
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain- lain.
f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
g. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
h. Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua
tim.
i. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien.
j. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
3) Pengarahan
a. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b. Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik.
c. Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
d. Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan pasien.
e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4) Pengawasan
a. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien.
b. Melalui supervisi:
o Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui
laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi
kelemahannya yang ada saat itu juga.
o Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
23
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan
tugas.
o Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
- Audit keperawatan.
24
Pasien mengetahui nama PP …% tanyakan pada semua pasien
PA mendapatkan bimbingan dari PP …%
k. Identifikasi masalah lain secara umum untuk mendapat masukan dari
kelompok kerja MPKP
l. Pada bagian akhir dituliskan nama CCM dan tanda tangan
1. Melakukan kontrak dengan pasien dan keluarga pada awal masuk ruangan
berdasarkan format orientasi pasien dan keluarga sehingga tercipta
hubungan terapeutik. Hubungan ini dibina secara terus menerus pada saat
melakukan pengkajian/ tindakan kepada pasien dan keluarga.
2. Melakukan pengkajian terhadap pasien baru atau melengkapi pengkajian
yang sudah dilakukan PP pada sore, malam atau hari libur
3. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar
renpra sesuai dengan hasil pengkajian
4. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan, kepada PA di bawah tanggung
jawabnya sesuai pasien yang dirawat (pre conference)
5. Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap pasien pada setiap
giliran jaga shift, sesuai kondisi yang ada. Bila PP bertugas dengan dua
orang PA pada satu giliran jaga, maka semua pasien akan dibagi kepada
kedua PA. Bila PP bertugas dengan seorang PP pada satu giliran jaga
maka PA akan merawat semua pasien dan PP akan melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan tanggung jawabnya. Pengaturan ini dilakukan
dengan PP dapat melaukan semua tugasnya dengan lebih optimal.
25
6. Melakukan bimbinga dan evaluasi (mengecek) pada PA dalam
implementsai tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SOP
7. Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
8. Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
9. Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan
tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA
10. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
11. Melakukan kegiatan serah terima pasien bersama dengan PA
12. Mendampingi dokter visit pasien dibawah tanggung jawabnya
13. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan pasien setiap hari.
14. Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga minimal setiap dua hari
untuk membahas kondisi keperawatan pasien.
15. Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP akan didelegasikan kepada PA yang
telah ditunjuk sebagai pembimbing dengan arahan kepala ruangan
16. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga
17. Membuat perencanaan pulang, sejak awal pasien dirawat.
18. Bekerja sama dengan clinical care manajer (CCM)
19. Mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta
evidence based practice (EBP)
26
12. Melakukan inventarisasi fasilitas terkait dengan timnya
13. Membantu tim lain yang membutuhkan.
27
DAFTAR PUSTAKA
28