Anda di halaman 1dari 28

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

OLEH: HOFIZAH ASTUTIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR LOMBOK
TIMUR
2023

1
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga Karya Tulis dengan judul
“Konsep Dasar Keperawatan” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Karya Tulis ini saya buat dengan tujuan untuk memberikan gambaran
mengenai manajemen konflik dalam suatu organisasi. Hal ini sangat
bermanfaat untuk melengkapi pengetahuan mahasiswa agar mampu
mengatasi konflik yang mungkin terjadi, baik konflik secara personal atau
interpersonal dalam dunia kerja.

Meskipun upaya semaksimal sudah dilakukan dalam penyusunan karya tulis


ini, namun saya menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang
ditemukan. oleh karena itu, saya mohon adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun guna melengkapi karya tulis ini.

Mamben 01 April 2023

Penulis
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................... 1

KATA PENGATAR................................................................ 2

DAFTAR ISI............................................................................ 3

BAB I. PENDAHULUAN....................................................... 4

A. Latar Belakang................................................................... 4

B. Rumusan Masalah................................................................ 5

C. Tujuan Penulisan ............................................................... 6

BAB II PEMBAHSAN ............................................................ 7

A. Proses Keperawatan .......................................................... 6

1. Pengertian Proses Keperawatan.................................. 7

2. Tujuan Proses Keperawatan........................................ 7

3. Komponen Proses Keperawatan................................. 8

a. Pengkajian ............................................................. 8

b. Diagnose Keperawatan........................................... 9

c. Interpensi Keperawatan.......................................... 15

d. Implementasi Keperawatan.................................... 18

e. Evaluasi Keperawatan ........................................... 20

f. Dokumentasi Keperawatan.................................... 22

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .................................. 27

A. Kesimpulan........................................................................ 27

B. Saran .................................................................................. 27

Daftar Pustaka
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa


kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap
penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari
penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan
kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang
dapat dipertanggung-jawabkan (Prof. Elly Nurachmah, 2001).

Dengan demikian, semua pemberi pelayanan ditekan untuk menurunkan


biaya pelayanan namun kualitas pelayanan dan kepuasan klien sebagai
konsumen masih tetap menjadi tolak ukur (“benchmark”) utama keberhasilan
pelayanan kesehatan yang diberikan (Miloney, 2001).

Para penerima jasa pelayanan kesehatan saat ini telah menyadari hak-
haknya sehingga keluhan, harapan, laporan, dan tuntutan ke pengadilan sudah
menjadi suatu bagian dari upaya mempertahankan hak mereka sebagai
penerima jasa tersebut. Oleh karena itu industri jasa kesehatan menjadi
semakin merasakan bahwa kualitas pelayanan merupakan upaya kompetentif
dalam rangka mempertahankan eksistensi pelayanan tersebut.

Selayaknya industri jasa pelayanan menaruh perhatian besar dan


menyadari bahwa kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan
pula oleh kualitas berbagai komponen pelayanan termasuk keperawatan dan
sumber daya manusianya.

Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang


perawat Muslim pertama yaitu Siti Rufaida pada jaman Nabi Muhammad
S.A.W selalu berusahan memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang
membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin.

Demikian pula Florence Nightingale pada tahun 1858, telah berupaya


memperbaiki kondisi pelayayanan keperawatan yang diberikan kepada
5

serdadu pada perang Krimen. Dengan terjadinya perubahan diberbagai aspek


kehidupan keperawatan pada saat ini telah berkembang menjadi suatu profesi
yang memiliki keilmuan unik yang menghasilkan peningkatan minat dan
perhatian diantara anggotanya dalam meningkatkan pelayanannya.

Tim pelayanan keperawatan memberikan pelayanan kepada klien sesuai


dengan keyakinan profesi dan standar yang ditetapkan. Hal ini ditujukan agar
pelayanan keperawatan yang diberikan senantiasa merupakan pelayanan yang
aman serta dapat memenuhi kebutuhan dan harapan klien.

Asuhan keperawatan yang bermutu dan dapat dicapai jika pelaksanaan


asuhan keperawatan dipersepsikan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki
oleh para perawat dalam memperlihatkan sebagai suatu kehormatan yang
dimiliki oleh perawat dalam memperlihatkan haknya untuk memberikan
asuhan yang manusiawi, aman, serta sesuai dengan standar dan etika profesi
keperawatan yang berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan pengkajian,
perencanaan, implementasi rencana, dan evaluasi tindakan keperawatan yang
telah diberikan.

Proses keperawatan digunakan untuk membantu perawat melakukan


praktik keperawatan secara sistematis dalam memecahkan masalah
keperawatan. Dengan menggunakan metode ini, perawat dapat
mendemonstrasikan tanggung gugat dan tanggung jawab pada klien, sehingga
kualitas praktik keperawatan dapat ditingkatkan.   

Proses keperawatan memberikan kerangka yang dibutuhkan dalam asuhan


keperawatan kepada klien, keluarga dan komunitas, serta merupakan metode
yang efisien dalam membuat keputusan klinik, serta pemecahan masalah baik
aktual maupun potensial dalam mempertahankan kesehata

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan proses keperawatan

2. Apa tujuan dari proses keperawatan

3. Sebutkan komponen proses keperawatan


6

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan proses keperawatan

2. Untuk mengetahui apa tujuan dari proses keperawatan

3. Untuk mengetahui apa saja komponen keperawatan


7

BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Keperawatan
1. Pengertian Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah aktivitas yang mempunyai maksud yaitu praktik
keperawatan yang dilakukan dengan cara yang sistematik. Selama
melaksanakan proses keperawatan, perawat menggunakan dasar pengetahuan
yang komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, membuat penilaian
yang bijaksana dan mendiagnosa, mengidentifikasi hasil akhir kesehatan klien
dan merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang
tepat guna mencapai hasil akhir tersebut (Dermawan, 2012).

Proses keperawatan adalah salah satu metoda efektif pemecahan masalah


yang dilakukan perawat terhadap klien dengan pendekatan metodologi ilmiah.
Asuhan keperawatan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan substansi
ilmiah yaitu logis, sistimatis, dinamis dan terstruktur (Muhlisin, 2011). Proses
keperawatan adalah suatu metode ilmiah yang sistematis dan terorganisir
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang berfokus pada
respon individu terhadap gangguan kesehatan yang dialami (Manurung, 2011).

2. Tujuan Proses Keperawatan


Tujuan proses keperawatan menurut Manurung (2011) adalah sebagai
berikut:
a. Mempraktikkan metode pemecahan masalah dalam praktik keperawatan.
b. Menggunakan standar untuk praktik keperawatan.
c. Memperoleh metoda yang baku dan sesuai, rational dan sistematis dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien.,
d. Memperoleh metoda yang dapat digunakan dalam segala situasi
e. Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan kualitas tinggi.
8

3. Komponen Proses Keperawatan


Proses keperawatan mempunyai 5 komponen menurut Ali (2009) sebagai
berikut:
a. Pengkajian
1) Pengertian pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien menurut Lyer et al (1996, dalam Setiadi, 2012).
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data
dan menganalisanya (Manurung, 2011). Pengkajian adalah pemikiran
dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan
pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan menurut Effendy
(1995, dalam Dermawan, 2012).

2) Tujuan pengkajian
Tujuan pengkajian menurut Dermawan (2012) adalah sebagai
berikut:
a) Untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien.
b) Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien.
c) Untuk menilai keadaan kesehatan pasien.
d) Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan
langkah-langkah berikutnya.

3) Tipe data
Tipe data menurut Setiadi (2012) adalah sebagai berikut:
a) Data subjektif
Data subjektif adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah
kesehatannya. Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan
termasuk persepsi pasien, perasaan dan ide tentang status
kesehatannya. Sumber data lain dapat diperoleh dari keluarga,
konsultan dan tenaga kesehatan lainnya.
9

b) Data objektif
Data objektif adalah hasil observasi atau pengukuran dari
status kesehatan pasien.

4) Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengkajian


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengkajian menurut
Dermawan (2012) adalah sebagai berikut:
a) Data yang dikumpulkan harus menyeluruh meliputi aspek bio-
psiko-sosial dan spiritual.
b) Menggunakan berbagai sumber yang ada relevansinya dengan
masalah pasien dan menggunakan cara-cara pengumpulan data
yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
c) Dilakukan secara sistematis dan terus menerus.
d) Dicatat dalam catatan keperawatan secara sistematis dan terus
menerus.
e) Dikelompokkan menurut kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual.
f) Dianalisis dengan dukungan pengetahuan yang relevan.
b. Diagnosa keperawatan
1) Pengertian diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu kesimpulan yang dihasilkan
dari analisa data (Carpenito, 2009). Diagnosa keperawatan adalah
penilaian klinik tentang respon individu keluarga, atau komunitas
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensia. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilhan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan
tanggung jawab perawat menurut North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) (1990, dalam Allen, 1998).

Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses


keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat terhadap
permasalahan kesehatan baik aktual maupun potensial. Dimana
perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk mengtasinya
(Sumijatun, 2010 ). Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
10

jelas, singkat dan pasti tentang masalah pasien yang nyata serta
penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan
keperawatan menurut Gordon (1982, dalam Dermawan, 2012).

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang singkat,


tegas, dan jelas tentang respon klien terhadap masalah
kesehatan/penyakit tertentu yang aktual dan potensial karena
ketidaktahuan, ketidakmauan, atau ketidakmampuan pasien/klien
mengatasinya sendiri yang membutuhkan tindakan keperawatan
untuk mengatasinya ( Ali, 2009 ).

2) Kriteria diagnosa keperawatan


Kriteria antara lain sebagai berikut ( Nursalam, 2015 ) :

a) Status kesehatan dibandingkan dengan standar untuk     
menentukan kesenjangan.

b) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab


kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.

c) Diagnosa keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang.

d) Komponen diagnosa terdiri atas PE/PES.

e) Pengkajian ulang dan revisi terhadap diagnosis berdasarkan data


terbaru.

3) Tujuan diagnosa keperawatan


Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi menurut
Wahid & Suprapto (2012) sebagai berikut:
a) Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan
atau penyakit.
b) Faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah.
c) Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
d) Mengkomunikasikan masalah klien pada tim kesehatan.
e) Mendemonstrasikan tanggung jawab dalam indentifikasi masalah
klien.
f) Mengidentifikasi masalah utama untuk perkembangan intervensi
11

keperawatan.

4) Komponen diagnosa keperawatan


Komponen diagnosa keperawatan menurut Dermawan (2012)
sebagai berikut:
a) Problem
Problem adalah gambaran keadaan pasien dimana tindakan
keperawatan dapat diberikan. Masalah atau problem adalah
kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
seharusnya tidak terjadi.

Tujuan : menjelaskan status kesehatan pasien secara jelas dan


sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan disusun dengan
menggunakan standart yang telah disepakati, supaya :
(1) Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti
secara umum.
(2) Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan.
(3) Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah
keperawatan dengan masalah medis.
(4) Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan
diagnosis dari data pengkajian dan intervensi keperawatan.
b) Etiologi
Etiologi atau faktor penyebab adalah faktor klinik dan personal
yang dapat merubah status kesehatan atau mempengaruhi
perkembangan masalah. Merupakan pedoman untuk merumuskan
intervensi. Unsur – unsur dalam identifikasi etiologi meliputi unsur
PSMM :
(1) Patofisiologi penyakit : semua proses penyakit, akut atau
kronis yang dapat menyebabkan atau mendukung masalah.
(2) Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan,
isolasi sosial).
(3) Medikasi (berhubungan dengan program perawatan atau
pengobatan) : keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga
tidak mampu memberikan perawatan.
12

(4) Maturasional : adolensent (ketergantungan dalam kelompok),


young adult (menikah, hamil, menjadi orang tua), dewasa
(tekanan karier).
c) Sign and symptom
Data subyektif dan obyektif yang ditemukan sebagai komponen
pendukung terhadap diagnosa keperawatan. Sign and symptom
(tanda dan gejala) adalah ciri, tanda atau gejala yang merupakan
informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosa
keperawatan. Komponen diagnosa keperawatan menurut PPNI
(2010) terdiri dari masalah (P), etiologi atau penyebab (E) dan
tanda atau gejala (S) atau terdiri dari masalah dengan penyebab
(PE).

5) Langkah – langkah menentukan diagnosa keperawatan Langkah –


langkah menentukan diagnosa keperawatan menurut Setiadi (2012)
sebagai berikut:

a) Klasifikasi dan analisis data


Klasifikasi atau memfokuskan data adalah mengelompokan
data-data pasien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami
permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria
permasalahannya.
Analisis data adalah kemampuan mengkaitkan data dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan pasien.
Cara analisis data adalah:
(1) Validasi data, meneliti kembali data yang terkumpul.
(2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan    biopsiko-sosial
dan spiritual.
(3) Membandingkan dengan standar.
(4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.
13

b) Interpretasi data
(1) Menentukan kelebihan pasien.
Jika pasien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat
akan menyimpulkan bahwa pasien memiliki kelebihan dalam hal
tertentu dan kelebihan ini dapat digunakan untuk membantu
menyelesaikan permasalahan pasien.

(2) Menentukan masalah pasien/ menyimpulkan.


Jika pasien tidak memenuhi standar kriteria kesehatan maka
pasien tersebut mengalami keterbatasan dalam aspek
kesehatannya dan memerlukan pertolongan.

(3) Menentukan masalah pasien yang pernah dialami, tahap ini


perawat menentukan masalah potensial pasien.
(4) Penentuan keputusan.
(a) Tidak ada masalah tetapi perlu peningkatan status dan fungsi
(kesejahteraan) : tidak ada indikasi respon perawat,
meningkatnya status kesehatan, adanya inisiatif promosi
kesehatan.

(b) Masalah kemungkinan.

Pola mengumpulkan data untuk memastikan ada atau


tidaknya masalah yang diduga.

(c) Masalah aktual atau risiko.

Pasien tidak mampu merawat karena pasien menolak


masalah dan pengobatan.

(d) Masalah kolaboratif.

Konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional yang


kompeten dan bekerja secara kolaboratif pada masalah
tersebut.
14

c) Validasi data
Pada tahap ini perawat memvalidasi data yang ada secara akurat
yang dilakukan bersama pasien dan keluarga atau masyarakat.
Validasi ini dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan yang
reflekif kepada pasien atau keluarga tentang kejelasan interpretasi
data.

d) Merumuskan diagnosa keperawatan


Perumusan diagnosa keperawatan didasarkan pada identifikasi
masalah dan kemungkinan penyebab. Selain itu perumusan
diagnosa juga sesuai dengan kebutuhan pasien.

6) Tipe diagnosa keperawatan

Tipe diagnosa keperawatan menurut Carpenito (2009) sebagai berikut:


a) Diagnosa keperawatan aktual.
Diagnosa keperawatan aktual adalah diagnosa menjelaskan
masalah yang nyata terjadi saat ini. Pada diagnosa keperawatan
aktual batasan karakteristiknya adalah tanda dan gejala yang bila
terlihat dalam waktu yang sama mewakili diagnosa keperawatan.
Batasan karakteristik dibedakan menjadi karakteristik mayor dan
minor. Mayor setidaknya satu tanda harus ada untuk validasi
diagnosa, minor mendukung bukti tetapi boleh tidak ada.
b) Diagnosa keperawatan risiko.
Diagnosa keperawatan risiko adalah keputusan klinis yang
divalidasi oleh faktor risiko. Tidak terdapat tanda dan gejala mayor.
c) Diagnosa keperawatan potensial.
Diagnosa keperawatan potensial adalah diagnosa yang
didasarkan atas kondisi sehat klien untuk mencapai tingkat
kesehatan yang lebih tinggi.
d) Diagnosa keperawatan kemungkinan.
Diagnosa keperawatan kemungkinan adalah pernyataan tentang
masalah yang diduga akan terjadi, masih memerlukan data
15

tambahan.
e) Diagnosa keperawatan sindroma
Diagnosa keperawatan sindroma adalah sekelompok atau
kumpulan dari beberapa diagnosa keperawatan yang terjadi secara
bersamaan yang memiliki penyebab tunggal.

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia


nomor 40 tahun 2017 menyatakan bahwa salah satu kompetensi
perawat adalah merumuskan diagnosa keperawatan.
c. Perencanaan keperawatan
1) Pengertian perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan
masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang
akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang
melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).

Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan


tertulis yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang
akan diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien
secara spesifik (Manurung, 2011).

Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian


dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan
tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan,
memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan pasien
(Setiadi, 2012).

2) Tujuan perencanaan keperawatan


Tujuan rencana tindakan dibagi menjadi dua menurut Dermawan
(2012) yaitu:
a) Tujuan administratif
(1) Untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada pasien atau
kelompok.
(2) Untuk membedakan tanggungjawab perawat dengan profesi
kesehatan lainnya.
16

(3) Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan


evaluasi keperawatan.
(4) Untuk menyediakan kriteria klasifikasi pasien.
b) Tujuan klinik
(1) Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan.

(2) Mengkomunikasikan dengan staf perawat; apa yang diajarkan,


diobservasi dan dilaksanakan.

(3) Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu,


keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya untuk melaksanakan
tindakan.

3) Langkah - langkah perencanaan keperawatan


Langkah – langkah perencanaan keperawatan menurut Manurung
(2011) adalah sebagai berikut:
a) Menentukan prioritas masalah.
Prioritas keperawatan adalah penyusunan diagnosa
keperawatan atau masalah pasien dengan menggunakan tingkat
kedaruratan atau kepentingan untuk memperoleh tahapan
intervensi keperawatan yang dibutuhkan.

Saat menentukan prioritas diagnosa keperawatan digunakan


standar prioritas kebutuhan dari Maslow, sebagai berikut :
Prioritas 1 : masalah yang berhubungan dengan kebutuhan
fisiologis seperti respirasi, sirkulasi, nutrisi, hidrasi, eliminasi,
suhu dan kesenjangan fisik.

Prioritas 2 : masalah yang berpengaruh pada keselamatan dan


keamanan.

Prioritas 3 : masalah yang berpengaruh terhadap cinta dan rasa


memiliki.

Prioritas 4 : masalah yang berpengaruh pada rasa harga diri.


Prioritas 5 : masalah yang berpengaruh pada kemampuan
mencapai sasaran pribadi atau aktualisasi diri.
17

Pengurutan prioritas akan dipengaruhi oleh faktor- faktor persepsi


pasien terhadap prioritas, untuk itu menanyakan kepada pasien
tentang apa yang dirasakannya merupakan hal yang penting.
b) Menuliskan tujuan dan kriteria hasil.
Tujuan perawatan adalah hasil yang diinginkan dari asuhan
keperawatan yang diharapkan dapat dicapai bersama pasien serta
direncanakan untuk mengurangi masalah yang telah diidentifikasi
dalam diagnosis keperawatan (Manurung, 2011).

Saat merumuskan tujuan, ada beberapa petunjuk umum yang


perlu diperhatikan menurut Manurung (2011), yaitu :
(1) Tujuan dinyatakan dengan istilah hasil yang ingin dicapai,
bukan tindakan keperawatannya.
(2) Tujuan keperawatan harus menggambarkan perilaku pasien
yang dapat diamati dan diukur.
(3) Tujuan harus realistis, mencerminkan kemampuan dan
keterlibatan pasien.
(4) Setiap tujuan berdasarkan dari satu diagnosis keperawatan.

Kriteria hasil mempunyai ciri-ciri menurut Dermawan (2012)


yaitu setiap kriteria hasil berhubungan dengan tujuan yang telah
ditetapkan, hasil yang ditetapkan dalam kriteria hasil,
memungkinkan untuk dicapai, setiap kriteria hasil adalah
pernyataan satu hal yang spesifik, kriteria harus sekonkrit
mungkin untuk memudahkan pengukuran, kriteria cukup besar
atau dapat diukur, kriteria menggunakan kata-kata positif bukan
menggunakan kata negatif.

Pedoman penulisan kriteria hasil menurut Setiadi (2012)


adalah berfokus pada pasien, singkat dan jelas, dapat diobservasi
dan dapat diukur, ada batas waktu, ditentukan oleh perawat dan
pasien.
18

c) Memilih rencana tindakan atau intervensi keperawatan.


(1) Tindakan keperawatan harus aman bagi pasien.
(2) Tindakan keperawatan harus sejalan dengan tindakan
pengobatan.

(3) Tindakan keperawatan harus didasari prinsip dan


pengetahuan yang digabungkan dari pendidikan dan
pengalaman sebelumnya.

(4) Tulis sekumpulan tindakan keperawatan untuk mencapai


setiap tujuan.

(5) Pilih satu kumpulan tindakan keperawatan yang kiranya


cocok dengan sikap yang disebutkan dalam pernyataan
tujuan.

(6) Tindakan keperawatan harus realistis.

(7) Tindakan keperawatan harus penting bagi peningkatan


kesehatan pasien dan sejalan dengan tujuan serta nilai
perseorangan pasien.

(8) Gunakan pasien sebagai sumber-sumber dalam memilih


tindakan keperawatan.

(9) Tulis tindakan keperawatn secara berurutan.


d. Implementasi keperawatan
1) Pengertian implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan
oleh perawat dan pasien (Riyadi, 2010).

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari


rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
(Setiadi, 2012).
19

2) Pedoman implementasi keperawatan


Pedoman implementasi keperawatan menurut Dermawan (2012)
sebagai berikut:
a) Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan
setelah memvalidasi rencana.

Validasi menentukan apakah rencana masih relevan, masalah


mendesak, berdasar pada rasional yang baik dan
diindividualisasikan. Perawat memastikan bahwa tindakan yang
sedang diimplementasikan, baik oleh pasien, perawat atau yang lain,
berorientasi pada tujuan dan hasil. Tindakan selama implementasi
diarahkan untuk mencapai tujuan.
b) Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan dengan
kompeten dan efisien di lingkungan yang sesuai.

Perawat harus kompeten dan mampu melaksanakan keterampilan ini


secara efisien guna menjalankan rencana. Kesadaran diri dan
kekuatan serta keterbatasan perawat menunjang pemberian asuhan
yang kompeten dan efisien sekaligus memerankan peran
keperawatan profesional.
c) Keamanan fisik dan psikologis pasien dilindungi.

Selama melaksanakan implementasi, keamanan fisik dan


psikologis dipastikan dengan mempersiapkan pasien secara adekuat,
melakukan asuhan keperawatan dengan terampil dan efisien,
menerapkan prinsip yang baik, mengindividualisasikan tindakan dan
mendukung pasien selama tindakan tersebut.
d) Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan
perawatan kesehatan dan rencana asuhan.

Dokumentasi dalam catatan perawatan kesehatan terdiri atas


deskripsi tindakan yang diimplementasikan dan respon pasien
terhadap tindakan tersebut. Tindakan yang tidak diimplementasikan
juga dicatat disertai alasan. Dokumentasi rencana asuhan untuk
meningkatkan kesinambungan asuhan dan untuk mencatat
20

perkembangan pasien guna mencapai kriteria hasil.


e. Evaluasi keperawatan
1) Pengertian evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah
dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan
keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2009).

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus


dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).

2) Penilaian keberhasilan
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.
Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan, apabila dalam penilaian
ternyata tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari penyebabnya. Hal
tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor :
a) Tujuan tidak realistis.
b) Tindakan keperawatan yang tidak tepat.
c) Terdapat faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
Alasan pentingnya penilaian sebagai berikut :

a) Menghentikan tindakan atau kegiatan yang tidak berguna.


b) Untuk menambah ketepatgunaan tindakan keperawatan.
c) Sebagai bukti hasil dari tindakan perawatan.
d) Untuk pengembangan dan penyempurnaan praktik keperawatan.

3) Tipe pernyataan evaluasi


Tipe pernyataan evaluasi menurut Setiadi (2012) sebagai
berikut:
Tipe pernyataan tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif
dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan
21

selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah


evaluasi akhir.
a) Pernyataan evaluasi formatif.
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien
segera pada saat atau setelah dilakukan tindakan keperawatan dan
ditulis pada catatan perawatan.
b) Pernyataan evaluasi sumatif.
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan
perkembangan.

4) Bentuk evaluasi
Bentuk evaluasi menurut Deswani (2009) sebagai berikut:

a) Evaluasi struktur.
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau
keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan.
Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi dalam pemberian pelayanan.

b) Evaluasi proses.
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan
apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang.

c) Evaluasi hasil.
Evaluasi hasil berfokus pada respon dan fungsi pasien. Respon
perilaku pasien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan
dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
f. Dokumentasi keperawatan
1. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi keperawatan merupakan cara menggunakan
dokumentasi keperawatan dalam penerapan proses keperawatan. Ada
tiga teknik dokumentasi yang sering digunakan:
22

a. SOR (Source Oriented Record)


Adalah tehnik dokumentasi yang dibuat oleh setiap anggota tim
kesehatan. Dalam melksanakan tindakan mereka tidak tergantung
dengan tim lainnya. Catatan ini cocok untuk pasien rawat inap.
b. Kardex
Teknik dokumentasi ini menggunakan serangkaian kartu dan
membuat data penting tentang klien dengan menggunakan
ringkasan problem dan terapi klien yang digunakan pada pasien
rawat jalan.
c. POR (Problem Oriented Record)
POR merupakan teknik efektif untuk mendokumentasikan system
pelayanan keperawatan yang berorientasi pada masalah klien.
Teknik ini dapat digunakan untuk mengaplikasikan pendekatan
pemecahan masalah, mengarahkan ide pemikiran anggota tim
mengenai problem klien secara jelas.

Sistem POR ini mempunyai 4 komponen:

1) Data dasar
2) Daftar masalah
3) Rencana awal
4) Catatan perkembangan

2. Format Dokumentasi
Aziz Alimul (2001) mengemukakan ada lima bentuk format yang
lazim digunakan:
a. Format naratif
Merupakan format yang dipakai untuk mencatat perkembangan
pasien dari hari ke hari dalam bentuk narasi.
b. Format Soapier
Format ini dapat digunakan pada catatan medic yang berorientasi
23

pada masalah (problem oriented medical record) yang


mencerminkan masalah yang di identifikasi oleh semua anggota
tim perawat.
Format soapier terdiri dari:
1) S = Data Subjektif
Masalah yang dikemukakan dan dikeluhkan atau yang
dirasakan sendiri oleh pasien
2) O = Data Objektif
Tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan
diagnose keperawatan meliputi data fisiologis dan informasi
dari pemeriksaan. Data info dapat diperoleh melalui
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
diagnostic laboratorium.
3) P = Perencanaan
Pengembangan rencana segera atau untuk yang akan dating
dari intervensi tindakan untuk mencapai status kesehatan
optimal.
4) I = Intervensi
Tindakan yang dilakukan oleh perawat
5) E = Evaluasi
Merupakan analisis respon pasien terhadap intervensi
yang diberikan
6) R = Revisi
Data pasien yang mengalami perubahan berdasarkan adanya
respon pasien terhadap tindakan keperawatan merupakan
acuan perawat dalam melakukan revisi atau modifikasi
rencana asuhan kepeawatan.
c. Format fokus/DAR
Semua masalah pasien diidentifikasi dalam catatan keperawatan
dan terlihat pada rencana keperawatan. Kolom focus dapat berisi :
masalah pasien (data), tindakan (action) dan respon (R)
d. Format DAE
24

Merupakan system dokumentasi dengan konstruksi data tindakan


dan evaluasi dimana setiap diagnose keperawatan diidentifikasi
dalam catatan perawatan, terkait pada rencana keprawatan atau
setiap daftar masalah dari setiap catatan perawat dengan suau
diagnose keperawatan.
e. Catatan perkembangan ringkas
Dalam menuliskan catatan perkembangan diperlukan beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Adanya perubahan kondisi pasien
2) Berkembangnya masalah baru
3) Pemecahan masalah lama
4) Respon pasien terhadap tindakan
5) Kesediaan pasien terhadap tindakan
6) Kesediaan pasien untuk belajar
7)   Perubahan rencana keperawatan
8) Adanya abnormalitas atau kejadian ayng tidak diharapkan.
Pendapat Aziz Alimul (2001) diatas juga mempunyai kesamaan
dengan apa yang dikemukakan oleh Nursalam (2001) yang
mengatakan bahwa ada 6 (enam) bentuk model dokumentasi
keperawatan yang masing-masing model tersebut juga mempunyai
kelebihan dan kekurangan.
Enam model pendokumentasian tersebut adalah sebagai berikut :
a.    SOR (Source Oriented Record)
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau
sumber yang mengelola pencatatan. Catatan berorientasi pada
sumber yang terdiri dari 5 komponen:
1) Lembar penerimaan berisi biodata
2) Lembar order dokter
3) Lembar riwayat medic
4) Catatan perawat
5)   Laporan khusus
b.   POR (Problem Oriented Record)
25

Model ini memusatkan data tentang klien disusun menurut masalah


klien. System ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah
yang dikumpulkan oleh perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya
terdiri dari 4 komponen:
1) Data dasar
2) Daftar masalah
3) Perencanaan awal
4) Catatan perkembangan (progress note)
c.    Progress Oriented Record (Catatan Berorientasi pada perkembangan
kemajuan) Tiga jenis catatan perkembangan: Catatan perawata
(nursing note) Lembar alur (floe sheet), Catatan pemulangan dan
Ringkasan Rujukan (Discharge Summary)
d.    CBE (Charting by Exception)
CBE (Charting by Exception) Adalah system dokumentasi yang
hanya mencatat secara naratif dan hasil penemuan yang
menyimpang dari keadaan normal (standar dari praktik
keperawatan).
e. PIE (Problem Intervention and Evaluation)Adalah pencatatan
dengan pendekatan orientasi proses dengan penekanan pada proses
keperawatan dan diagnose keperawatan.
f.    FOCUS
Biasa juga disebut dengan format DAR (Data, Action, Respons)
Suatu proses pencatan terfokus pada klien. Digunakan untuk
mengorganisir dikumentasi asuhan keperawatan dimana: Data
berisi data subjektif dan objektif serta data focus Action : tindakan
yang akan dikaukan Respons : keadaan respon yang akan
dilakukan.
26

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses keperawatan merupakan suatu kegiatan yang terorganisir dengan


menggunakan metode yang sistematis dalam memberikan ASKEP kepada
individu,kelompok,keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan
yang dialami.
27

Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: Pengkajian, Diognasa,


Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Tahap-tahap dalam proses
keperawatan saling berkesinambungan dan tidak dapat di pisahkan satu sama
lain.
B. Saran

1)    Perawat harus memiliki kemampuan professional dalam melaksanakan


pengkajian,karena pengkajian data merupakan dasar utama dari
pelaksanaan proses keperawatan.
2)    Pengkajian keperawatan harus dilakukan secara sistematis untuk
memperoleh data akurat.
3)    Dalam menentukan diagnose harus disesuaikan dengan kebutuhan klien.
4)    Data yang diperoleh harus akurat dan bukan kesimpulan peraat.
5)    Perawat tidak boleh langsung membuat keputusan tentang kondisi klien.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Dialih
bahasakan oleh Yasmin Asih. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E. 2005. Nursing Diagnosis Manual: Planning, Individualizing, and


Documenting Client Care. Philadelphia : F.A. Davis Company

Esther, John D. 2010. Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan. Dialih


bahasakan oleh Andry Hartono. Jakarta : EGC

Francis, Caia, 2012. Perawatan Respirasi. Dialih bahasakan oleh Stella Tiana
28

Hasianna.
Jakarta : Erlangga

Indriani, Wijaya, 2010. Buku Pintar Atasi Asma. Yogyakarta

Marrelli, Deborah S, 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3. Dialih


bahasakan oleh Egi KOmara Yudha. Jakarta : EGC

Murwani, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I. Yogyakarta

NANDA International. 2005. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-

2011.
Dialih bahasakan oleh Made Sumarwati. Jakarta : EGC

Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Dialih bahasakan oleh Brahm U Pendit. Jakarta : EGC

Potter, Patricia A dan Perry, Anne G . 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Dialih Bahasakan Oleh Yasmin,
Asih. Jakarta : EGC

Potter, Patricia A. 2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar Edisi 5. Dialih
Bahasakan Oleh Rosidah, Didah dan Ester, Monica. Jakarta : EGC

Saputra, Lyndon. 2010. Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Tangerang : Binarupa Aksara

Publisher Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner

dan Suddarth.
Volume 1. Edisi 8. Dialih bahasakan oleh Andry. Jakarta: EGC

Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Tierney, Lawrence M. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran (Penyakit Dalam).


Dialih bahasakan oleh Abdul Gofir. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai