Anda di halaman 1dari 25

TIMBANG TERIMA

Dosen Penguji : Ana Zakiyah M.Kep

Disusun Oleh:

1. Nur Pudji Astuti (2017110589)


2. Desi Puspitasari (2017110590)
3. Dwi Safitri (2017110591)
4. Fanni Diannur Aini (2017110592)
5. Dian Tri Cahyani (2017110593)
6. A. Kharimulloh .I (2017110598)

Program Profesi Ners

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

Jl.RayaJabon Km 06 Mojokerto 61364 Telp/Fax: (0321)390203

Website: stikes-ppni.ac.id E-mail:stikesppni@yahoo.co.


KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah melimpahkan rahmat, taufik, tuntunan serta hidayahnya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan dan menyajikan laporan pendahuluan yang berjudul MPKP
(MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL) TIMBANG TERIMA, ini
dengan baik. Penyusunan laporan pendahuluan ini dimaksudkan agar pembaca dapat
memperoleh informasi tentang model praktek keperawatan professional pada metode
fungsional. Selain itu juga laporan ini untuk memenuhi tugas pra profesi Managemen.

Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini, penulis menyadari bahwa laporan


pendahuluan ini masih jauh dari kesempurnaan disebabkan karena keterbatasan pengetahuan
yang dimiliki oleh penulis, waktu, serta dana. Keberhasilan penulisan laporan pendahuluan
ini semata mata bukan hasil jerih payah penulis sendiri, namun juga karena adanya
dorongan dan bantuan dari pihak lain.

Akhirnya penulis berharap laporan pendahuluan ini dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan wawasan keperawatan bagi penulis sendiri, mahasiswa STIKES Bina Sehat
PPNI Mojokerto khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, serta bermanfaaat
bagi penyusunan makalah selanjutnya.

Penulis sangat mengharap adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif,
mengingat penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Mojokerto, 09 agustus 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi..................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 1
1.4 Manfaat.................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian timbang terima........................................................................ 3
2.2 Tujuan timbang terima.............................................................................. 3
2.3 Manfaat timbang terima........................................................................... 4
2.4 Langkah-langkah dalam timbang terima.................................................. 4
2.5 Prosedur dalam timbang terima................................................................ 5
2.6 Metode dalam timbang terima.................................................................. 10
2.7 Efek timbang terima dalam shift jaga....................................................... 12
2.8 Hal-hal yang perlu diperhatikan............................................................... 12
2.9 Komunikasi SBAR................................................................................... 13
2.9 Alur timbang terima.................................................................................. 15
2.10 Contoh rencana strategi timbang terima................................................. 16
Daftar Pustaka............................................................................................................ 19
Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima............................. 20
Dialog Timbang Terima.............................................................................................. 22

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik
keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori
keperawatan di era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan
menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal.
Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan profesional
(MPKP).
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsih perawat, terutama peran dan fungsih mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar
perwat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang
harus ditingkatkan efektivitasnya adalah saat pergantian shift (timbang terima pasien).
Oleh karena itu, kami dari kelompok 2 akan membahas tentang model praktek
keperawatan profesional dalam fase timbang terima.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian timbang terima ?
2. Bagaimana tujuan timbang terima ?
3. Bagaimana manfaat timbang terima ?
4. Bagaimana langkah-langkah timbang terima ?
5. Bagaimana prosedur timbang terima ?
6. Bagaimana metode timbang terima ?
7. Apa efek dari timbang terima ?
8. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam timbang terima ?
9. Bagaimana komukasi efektif SBAR dalam timbang terima ?
10. Bagaiama alur dari timbang terima ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori model praktek keperawatan
profesional fase timbang terima.
1.3.2 Tujuan Khusus
1
1. Untuk mengetahui tentang pengertian dari timbang terima.
2. Untuk mengetahui tujuan dari timbang terima.
3. Untuk mengetahui manfaat dari timbang terima.
4. Untuk mengetahui langkah-lagkah dari timbang terima.
5. Untuk mengetahui prosedur dari timbang terima.
6. Untuk mengetahui metode dari timbang terima.
7. Untuk mengetahui efek dari timbang terima.
8. Untuk mengetahui Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dari timbang terima.
9. Untuk mengetahui komunikasi efektif SBAR pada timbang terima.
10. Untuk mengetahui alur dari timbang terima.
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat menambah
wawasan dan informasi tentang model praktek keperawatan profesional dan mampu
mengaplikasikan secara tepat dan benar, serta mampu megimplementasikan dalam
proses keperawatn.

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Timbang Terima
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu
diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage.
Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh
perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari
handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan
tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup
peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
2
pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore
atau dinas malam secara tertulis dan lisan.

2.2 Tujuan Timbang Terima


a. Tujuan umum: mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi
yang penting.
b. Tujuan khusus:
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data focus).
2. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien.
3. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat
dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

2.3 Manfaat Timbang Terima


1. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
2. Bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap.

Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,


mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan
yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam
bekerja.

Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:

a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan


perasaan perawat.

3
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.

2.4 Langkah-langkah dalam Timbang Terima


1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi :
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-
buri.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung melihat
keadaan pasien.

2.5 Prosedur dalam Timbang Terima


1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1) Identitas klien dan diagnosa medis.
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4) Intervensi kolaborasi dan dependen.
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang
tidak dilaksanakan secara rutin.

4
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas penyampaian
pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat.

Prosedur Timbang Terima

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANAA


N
Persiapan 1. Timbang terima 5 Ners PP dan PA
dilaksanakan setiap MENIT Station
pergantian shift/operan.
2. Prinsip timbang terima,
semua pasien baru masuk
dan pasien yang dilakukan
timbang terima khususnya
pasien yang memiliki
permasalahan yang
belum/dapat teratasi serta
yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3. PP menyampaikan timbang
terima pada PP berikutnya,
hal yang perlu disampaikan
dalam timbang terima :
Jumlah pasien
Identitas klien dan
diagnosis medis.
Data( keluhan/subje
ktif dan objektif).
Masalah
keperawtan yang
masih muncul.
Intervensi
keperawatan yang
5
sudah dan belum
dilaksanakan
(secara umum).
Intervensi
kolaboratif dan
dependen.
Rencana umum dan
persiapan yang
perlu dilakukan
(persiapan operasi,
pemeriksaan
penunjang, dan lain-
lain).
Pelaksanaa 1. Kedua kelompok dinas 20 menit Ners KARU, PP dan
n sudah siap (shift jaga). station PA
2. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan buku
catatan.
3. Kepala ruang membuka
acara timbang terima.
4. Perawat yang melakukan
timbang terima dapat
melakukan klarifikasi,
Tanya jawab, dan
melakukan validasi
terhadap hal-hal yang telah
ditimbang terimakan dan
berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang
kurang jelas.
5. Kepala ruang/PP
menanyakan kebutuhan
dasar pasien.
6. Penyampaian yang jelas,
singkat dan padat.
7. Perawat yang

6
melaksanakan timbang
terima mengkaji secara
penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan,
dan tindakan yang
telah/belum dilaksanakan Ruang
serta hal-hal penting Perawata
lainnya selama masa n
perawtan.
8. Hal-hal yang sifatnya
khusus dan memerlukan
perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian
diserah terimakan kepada
petugas berikutnya.
9. Lama timbang terima untuk
tiap pasien tidak lebih dari
5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan
memerlukan keterangan
yang rumit.
1. Diskusi. 5 menit Ners Karu, PP dan PA
2. Pelaporan untuk timbang
station
terima dituliskan secara
langsung pada format
timbang terima yang
ditandatangani oleh pp
yang jaga saat itu dan pp
yang jaga berikutnya
diketahui oleh kepala
ruang.
3. Ditutup oleh kepala ruang.

Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu :


7
a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggungjawab.
Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang melakukan
pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran
informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara perawat yang shift
sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab dan
tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima operan
untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau pada pasien
langsung.
2.6 Metode dalam Timbang Terima
1. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang sudah
menggunakan model bedside handover yaitu handover yangdilakukan di
samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien
secara langsung untuk mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara
tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover
memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika
ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi
medis yang lain.

8
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan kembali saat
perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way
communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau
media tertulis lain.

Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan bahkan
beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman
implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanyapertanyaan
dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat penerima
dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulangatau mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk perawatan
dan terapi sebelumnya.
5. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi atau terlupa.

Faktor-faktor dalam Timbang Terima

1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.


2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.

2.7 Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga


Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi
diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja
atau operan adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama

9
kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibattimbulnya perasaan mengantuk
dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991) mengemukakan
pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya
dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam
dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam
kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan
pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata
jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian
menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam.
Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift
pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.

2.8 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan :


1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab pasien (PP).
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan menggambarkan
kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien .
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien.
Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di
dekat klien.
10
7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan di
nurse station.
2.9 Komunikasi SBAR
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi
SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode komunikasi ini
digunakan pada saat perawat melakukan handover ke pasien. Komunikasi SBAR adalah
kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam
menyampaikan kondisi pasien.
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting
yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang
efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara efektif
untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama
atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke
dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan
kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah Kekuatan perawat
berkomunikasi secara efektif :
Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan
kondisi pasien.
Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.
Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background, Assessment,
Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga
kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah sendiri-
sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik.
sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien. Mealaui :
1. Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?
Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.
Diagnosa medis
Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan
2. Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan situasi?
Obat saat ini dan alergi
Tanda-tanda vital terbaru
Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes sebelumnya
untuk perbandingan
Riwayat medis
Temuan klinis terbaru
3. Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat
Apa temuan klinis?
Apa analisis dan pertimbangan perawat
Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
11
4. Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki masalah?
Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter?
Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien?
Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?

2.10 Alur Timbang Terima

PASIEN

DIAGNOSIS MEDIS DIAGNOSIS KEPERAWATAN


MASALAH KOLABORATIF (didukung data)

RENCANA TINDAKAN

TELAH DILAKUKAN BELUM DILAKUKAN

MASALAH :
12
1. TERATASI
PERKEMBANGAN/KEADAAN
2. BELUM TERATASI
PASIEN
3. TERATASI SEBAGAIAN
4. MUNCUL MASALAH BARU
2.11 Contoh Rencana Strategi Timbang Terima
a. Pelaksanaan Timbang Terima
Hari/Tanggal :
Pukul :
Topik :
Tempat:
b. Metode
1. Diskusi
2. Tanya Jawab
c. Medis
1. Status Klien
2. Buku timbang terima
3. Alat tulis
4. Leaflet
5. Sarana dan Prasarana perawatan
d. Pengorganisasian
Kepala Ruangan :
Perawat Primer (pagi) :
Perawat Primer (sore) :
Perawat Associate (pagi) :
Perawat Associate (sore) :
Perawat Associate (malam) :
Perawat Associate (libur) :
Pembimbing/Supervisor :
e. Uraian Kegiatan

13
1. Prolog
Pada hari.. jam.. seluruh perawat (PP dan PA) shift pagi dan sore serta kepala
ruangan berkumpul di nurse station untuk melakukan timbang terima.
2. Sesi I di nurse station
Kepala ruangan memimpin dan membuka acara yang didahului dengan doa dan
kemudian mempersilahkan PP dinas pagi untuk melaporkan keadaan dan
perkembangan pasien selama bertugas kepada PP yang akan berdinas selanjutnya
(sore). PP dan PA shift sore memberikan klarifikasi keluhan, intervensi
keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara umum), intervensi
kolaboratif dan dependen. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
(persiapan operasi, pemeriksaan penunjang dan lain-lain), hal yang belum jelas
atas laporan yang telah disampaikan. Setelah melakukan timbang terima di nurse
station berupa laporan tertulis dan lisan, kemudian diteruskan di ruang perawatan
pasien.
3. Sesi II di ruang perawatan pasien
Seluruh perawat dan kepala ruangan bersama-sama melihat ke tempat pasien. PP
dinas selanjutnya mengklarifikasi dan memvalidasi data langsung kepada pasien
atau keluarga yang mengalami masalah khusus. Untuk pasien yang tidak
mengalami masalah khusus, kunjungan tetap dilaksanakan. Lama kunjungan tidak
lebih 5 menit per pasien. Bila terdapat hal-hal yang bersifat rahasia bagi pasien
dan keluarga perlu diklarifikasi, maka dapat dilakukan di nurse station setelah
kunjungan ke pasien berakhir.
4. Epilog
Kembali ke nurse station. Diskusi tentang keadaan pasien yang bersifat rahasia.
Setelah proses timbang terima dilakukan, maka kedua PP menandatangani laporan
timbang terima dengan diketahui oleh kepala ruang.
f. Evaluasi
1. Struktur (Input)

Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara
lain: catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima.
Kepala ruang selalu memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada
pergantian shift, yaitu malam ke pagi dan pagi ke sore. Kegiatan timbang terima
pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer yang bertugas saat itu.

2. Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer
14
mengoperkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang
terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke ruang perawatan pasien
dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah pasien,
diagnosis keperawatan, dan intervensi yang belum/ sudah dilakukan. Waktu untuk
setiap pasien tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke pasien.
3. Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan
baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam.2008.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional.Jakarta: Salemba Medika

Kassean, H.K., & Jagoo, Z.B.2005.Managing Change in the Nursing Handover from
Traditional to Beside Handover.

Nursalam.2002.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional.Jakarta: Salemba Medika

16
Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :

Pasien Pertama

Situation(S) :
1. Nama : Tn. T umur 22 thn masuk interna jam 01.30 WIB, DPJP : dr Hermawan,

diagnosa medis : Typoid


2. Masalah keperawatan:
Nyeri akut
Hipertermi
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Background (B) :
1. Dengan keluhan mual, muntah,
2. Nyeri abdomen skala 7 dan mengeluh demam.
3. Hasil pemeriksaan KU : Lemah Kesadaran composmentis . Hasil TTV TD :
110/70mmHg, RR:20x/menit, N:88x/menit, S:38.
Assassment (A)
1. Nyeri sedikit menurun tampak pasien sudah tidak menyeringai
2. Penurunan suhu pada pasien terlihat dari wajah tidak merah lagi
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh masih bisa berlanjut karena pasien

masih mual dan muntah


Recommendation (R)
1. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
2. Kolaborasi Diet Bubur Halus,
3. Kolaborasi Injeksi Ranitidin 3x1 , Injeksi Santagesik 2x1,
4. Observasi TTV
5. Ambil hasil Lab jam 08.00
6. Konsultasi Hasil Lab

Pasien Kedua

Situation (S) :
1. Nama : Tn. R umur 30 tahun, perawatan hari ke 2, DPJP dr. Diaz, diagnosa medis
:Hemoroid Gread 1 + anemia
2. Masalah Keperawatan :
Nyeri akut
17
Gangguan perfusi jaringan
Resiko defisit volume cairan.
Backgroun (B) :
1. Pasien mengeluh nyeri pada anus dan memburuk saat defekasi, skala 8
2. Keluar darah dari dubur memancar
3. Hasil pemeriksaan KU : Lemah, kesadaran : composmentis TTV : TD :
110/80mmHg, RR : 18x/menit, N:92x/menit, S:38 C. Darah yang keluar 150cc
hasil lab Hb trakhir : 8,5
Assassment (A) :
1. Pasien masih merasakan nyeri terlihat pasien mengganti posisi tubuh secara hati-
hati
2. Pasien tampak pucat dan CRT > 3 detik
3. Dari observasi darah masih keluar memancar
Recommendetion (R) :
1. Ambil sampel darah pemeriksaan Hb
2. Kolaborasi diet TKTP,
3. Kolaborasi injeksi
4. Pemberian antihemoroid subsupotoria
5. Observasi pendarahan dan observasi TTV
6. Serta hasil lab darah Hb segera dilaporkan kepada Dr.Diaz jika sudah keluar.

DIALOG TIMBANG TERIMA

Peran Role Play


Kepala Ruangan : A. Kharimuallah
Perawat Primer (malam) : Desi Puspita Sari
Perawat Associate (malam) : Dian Tri Cahyani
Perawat Associate (malam) : Fanni Diannur Aini
Perawat Primer (pagi) : Dwi Safitri
Perawat Associate(pagi) : Nur Pudji Astuti

Prolog

Pada hari Kamis, 10 Agustus 2017 jam 07.00 WIB di RS Bina Sehat Ruang Irna terdapat 3
orang perawat shift malam yang sedang bertugas, terlihat juga kepala ruangan di ruangannya.
Tiba saat untuk pergantian shift di ruangan tersebut dan 2 perawat shift pagi datang. Semua

18
perawat di ruangan tersebut bersiap-siap untuk melakukan kegiatan timbang terima yang
sudah menjadi kegiatan rutin setiap pergantian shift di ruangan tersebut. seluruh perawat (PP
dan PA) shift malam dan pagi serta kepala ruangan berkumpul di nurse station untuk
melakukan timbang terima.

Kepala ruangan memimpin dan membuka acara yang didahului dengan doa dan kemudian
mempersilakan PP dinas malam untuk melaporkan keadaan dan perkembangan pasien selama
bertugas kepada PP yang akan berdinas selanjutnya (pagi). PP dan PA shift malam
memberikan klarifikasi keluhan, intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
Intervensi kolaboratif dan dependen, rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
(persiapan operasi, pemeriksaan penunjang dll), hal yang belum jelas atas laporan yang telah
disampaikan.

(Setelah melakukan tibang terima di nurse station berupa laporan tertulis dan lisan, kemudian
diteruskan diruang perawatan pasien).

Sesi I di nurse station

Kepala ruangan (Ikhwan) : Asalamualaikum Wr.Wb dan selamat pagi dan salam
sejahtera, Alhamdulillah pagi ini kita bisa berkumpul disini
untuk melakukan timbang terima dari shift malam ke shift
pagi, serta memulai shift pagi hari ini. Untuk memulainya
mari kita awali dengan berdoa terlebih dahulu agar pasien
yang kita rawat cepat diberikan kesembuhan olehNya serta
kita yang merawat senantiasa dilindungi olehNya. Berdoa
dimaluai. Amin. Seleasi. Karena semuanya sudah siap,
lansung saja silahkan pada perawat shift malam untuk
menyampaikan laporannya.

PP malam (Desi) : Terima kasih pada pak kepala ruangan, saya akan
menyampaikan laporan kami. Di ruang interna ini jumlah
pasien ada 2 orang, yaitu Tn. T dan Tn. R

19
Pasien pertama, Tn. T (22 thn) jam 01.30 WIB masuk interna
pindahan dari UGD dengan diagnosa medis Typoid. Dengan
keluhan mual, muntah, nyeri abdomen skala 7, dan demam.
Hasil pemeriksaan KU : Lemah Kesadaran composmentis .
Hasil TTV TD : 110/70mmHg, RR:20x/menit, N:88x/menit,
S:38.

Dari UGD sudah diberikan tindakan infus RL 20 tpm, injeksi


santagesik dan ranitidin, serta sampel darah sudah diambil.

Dx keperawatan Nyeri akut, Hipertermi serta Resiko nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh. Intervensi yang sudah diberikan
HE kompres air biasa, HE bad rest total dan membatasi
aktivitas, HE keluarga untuk tidak memberikan makanan yang
bertekstur kasar kepada pasien, Mengajarkan teknik relaksasi
dan distraksi. Ganti cairan RL 20 tpm jam 05.00 dan TTV TD:
120/70mmHg, RR=18x/mnt, N= 88x/mnt, S=38 C

Intervensi yang belum diberikan Kolaborasi Diet Bubur Halus,


Kolaborasi Injeksi Ranitidin 3x1 , Injeksi Santagesik 2x1,
Observasi TTV

PA pagi (Pudji) : Siapa Dokter yang akan menangani Tn T?

PA malam (Dian) : Dr. Hermawan bu, oh iya serta tolong ambil hasil Lab DL
jam 8 dan dikonsultasikan kepada Dr.Hermawan

PA pagi (Pudji) :Baik Bu.

PA malam (Dian) :Pasien kedua kita adalah Tn. R (30 tahun) perawatan hari ke
2, Dengan diagnosa medis hemoroid great 1 + anemia/ Dr.
Dias , px mengeluh nyeri pada anus dan bertambah saat
defekasi, skala 8, keluar darah dari dubur memancar, hasil
pemeriksaan KU : Lemah, kesadaran : composmentis TTV :
TD : 110/80mmHg, RR : 18x/menit, N:92x/menit, S:38 C.
Darah yang keluar 150cc hasil lab Hb trakhir : 8,5

20
Diagnosa keperawatan yang muncul, Nyeri akut, Gangguan
perfusi jaringan dan resiko defisit volume cairan. Tindakan
yang sudah diberikan Injeksi jam 24.00, Tranfusi 1 kantong
jam 04.00, Ganti cairan RL 20tpm jam 06.00 dan ambil
sampel darah pemeriksaan Hb

Tindakan yang belum diberikan kolaborasi diet TKTP,


kolaborasi injeksi, pemberian antihemoroid subsupotoria,
observasi pendarahan dan observasi TTV. Serta hasil lab darah
Hb segera dilaporkan kepada Dr.Diaz jika sudah keluar.

PA pagi (Pudji) : Di lihat dari Hb terakhirnya, kayaknya masih perlu tranfusi


itu bu.
PA malam (Dian) : Ya dilihat hasilnya jam 8 nanti bu, trus dikonsulkan dulu ke
Dr. Diaz.
PA pagi (Pudji) : Oh iya bu, kok tidak dapat zat besi peroral ya bu ?
PA malam (Dian) : nanti ditanyakan ke Dr. Diaz sekalian bu.
PA pagi (Pudji) : iya bu terimakasih infonya.
Kepala Ruangan : Iya, terima kasih untuk para perawat shift malam telah
melaksanakan tugasnya dengan baik dan sekarang mari kita
bersama-sama menuju ke ruang perawatan.

Sesi II di ruang perawatan pasien

Seluruh perawat dan kepala ruangan bersama sama melihat ketempat pasien. PP dinas
selanjutnya mengklarifikasi dan memvalidasi data langsung kepada pasien atau keluarga yang
mengalami masalah khusus, untuk pasien yang tidak mengalami masalah khusus, kunjungan
tetap dilaksanakan. Lama kunjungan tidak lebih 5 menit per pasien. Bila terdapat hal-hal yag
bersifat rahasia bagi pasien dan keluarga perlu diklarifikasi, maka dapat dilakukan di nurse
station setelah kunjungan ke pasien berakhir.

Prolog : perawat menuju ke ruang interna


PA malam (Fanni) : Interna 1 Tn T yang pindahan dari UGD dengan typoid
pasien dr.Hermawan TTV tidak ada masalah, skala nyeri 7
distraksi dan relaksasi dilanjutkan dan jangan lupa jam 08.00
ambil hasil Lab

21
Dan di interna 2 ini ada Tn. R dengan hemoroid gread1 +
anemia pasien Dr. Diaz yang, tranfusi sudah masuk 1 kantong
dan menunggu hasil Hb jam 8 yang segera dikonsultasikan.

PP pagi (Dwi) : Perdarahan Tn T masih memancarkah bu ?


PP malam (Desi) : sepertinya sudah berkurang bu, nanti diobservasi lagi saat
pemberian obat subnya.
PP pagi (Dwi) : Iya bu,
PP malam (Desi) : Iya, di ruang Irna saat ini ada 2 pasien dan sudah kita
kunjungi semua, mari kita kembali ke ruangan.

Sesi III Para Perawat dan Kepala Ruangan kembali ke nurse station

Kembali ke nurse station. Diskusi tentang keadan pasien yang bersifat rahasia. Setelah proses
timbang terima selesai dilakukan, maka ke dua PP mendatangani laporan timbang terima
dengan di ketahui oleh kepala ruangan.

Kepala Ruangan :Teman-teman perawat, semuanya sudah jelas? Apa ada yang
ingin didiskusikan lagi?
Semua Perawat : Tidak ada, pak
PP malam : Ini lembar dokumentasinya mohon di tanda tangani
(perawat primer malam dan pagi melakukan tanda tangan dan disahkan oleh kepala ruangan)
Kepala Ruangan : Ya sudah, kalau tidak ada. Timbang terima kali ini cukup
sampai disini, saya ucapkan terima kasih pada tim perawat
shift malam, silahkan pulang dan berhati-hati di jalan, serta
untuk yang shift pagi selamat bekerja.

SEKIAN

22

Anda mungkin juga menyukai