Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

TIMBANG TERIMA

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Agung Tri A (201903136) 9. Nandy F.W.N (201903144)


2. Nadhifatun Nisa’ (201903137) 10. Pamela N.A (201903145)
3. Anggunfebi P (201903138) 11. Yuliarintasari (201903146)
4. Nurfandi Joko (201903139) 12. Yuli Alpiyah N (201903147)
5. Endang H (201903140) 13. Adi Surya I (201903148)
6. Angesti Pratiwi (201903141) 14. Ratna Dwi K.S (201903149)
7. Fajrus Sodiq (201903142) 15. Eka Aprilia R.U (201903150)
8. Moch. Ardi K (201903143) 16. Afie Maghfuri (201903151)

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN
MOJOKERTO
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah yang berjudul Makalah Manajemen Keperawatan
“Timbang Terima” dengan tepat waktu.

Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini, tidak lain adalah


untuk memenuhi tugas Managemen Keperawatan. Tidak lupa ucapan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

1. Dr.Windu Santoso, M.kep selaku penguji managament


2. Teman-teman seperjuangan yang telah memberi dukungan baik secara moril
dan materi.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak yang memerlukannya pada masa yang akan datang serta untuk
penyusunan makalah yang selanjutnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, sekiranya para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun sehingga isi makalah ini dapat lebih sempurna.

Mojokerto, 23 Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... i


Daftar Isi .................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 1
1.4 Manfaat .................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian timbang terima ....................................................................... 3
2.2 Tujuan timbang terima ............................................................................. 3
2.3 Manfaat timbang terima ........................................................................... 4
2.4 Langkah-langkah dalam timbang terima .................................................. 4
2.5 Prosedur dalam timbang terima ................................................................ 5
2.6 Metode dalam timbang terima .................................................................. 10
2.7 Efek timbang terima dalam shift jaga ...................................................... 12
2.8 Hal-hal yang perlu diperhatikan ............................................................... 12
2.9 Komunikasi SBAR ................................................................................... 13
2.9 Alur timbang terima ................................................................................. 15
2.10 Contoh rencana strategi timbang terima ................................................. 16
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 19
Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima ............................. 20
Dialog Timbang Terima ............................................................................................. 22

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari
praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi,
konsep dan teori keperawatan di era globalisasi dan perkembangan ilmu
dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi
pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya
mengembangkan model praktik keperawatan profesional (MPKP).
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai
dengan mengoptimalkan peran dan fungsih perawat, terutama peran dan
fungsih mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui
komunikasi yang efektif antar perwat, maupun dengan tim kesehatan yang
lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektivitasnya
adalah saat pergantian shift (timbang terima pasien).
Oleh karena itu, kami dari kelompok 2 akan membahas tentang
model praktek keperawatan profesional dalam fase timbang terima.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian timbang terima ?
2. Bagaimana tujuan timbang terima ?
3. Bagaimana manfaat timbang terima ?
4. Bagaimana langkah-langkah timbang terima ?
5. Bagaimana prosedur timbang terima ?
6. Bagaimana metode timbang terima ?
7. Apa efek dari timbang terima ?
8. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam timbang terima ?
9. Bagaimana komukasi efektif SBAR dalam timbang terima ?
10. Bagaiama alur dari timbang terima ?

1
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori model praktek
keperawatan profesional fase timbang terima.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang pengertian dari timbang terima.
2. Untuk mengetahui tujuan dari timbang terima.
3. Untuk mengetahui manfaat dari timbang terima.
4. Untuk mengetahui langkah-lagkah dari timbang terima.
5. Untuk mengetahui prosedur dari timbang terima.
6. Untuk mengetahui metode dari timbang terima.
7. Untuk mengetahui efek dari timbang terima.
8. Untuk mengetahui Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dari timbang
terima.
9. Untuk mengetahui komunikasi efektif SBAR pada timbang terima.
10. Untuk mengetahui alur dari timbang terima.
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat
menambah wawasan dan informasi tentang model praktek keperawatan
profesional dan mampu mengaplikasikan secara tepat dan benar, serta
mampu megimplementasikan dalam proses keperawatn.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Timbang Terima


Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah
itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan
cross coverage. Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang
pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga.
Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah
transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat)
selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup
peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer keperawatan
kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam
secara tertulis dan lisan.

2.2 Tujuan Timbang Terima


a. Tujuan umum : mengkomunikasikan keadaan pasien dan
menyampaikan informasi yang penting.
b. Tujuan khusus:
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data focus).
2. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien.

3
3. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh
perawat dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

2.3 Manfaat Timbang Terima


1. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar
perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
2. Bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap.

Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk


mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan
informasi yang relevan yang digunakan untuk kesinambungan dalam
keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.

Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:

a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan


mengekspresikan perasaan perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam
penetapan keputusan dan tindakan keperawatan.

2.4 Langkah-langkah dalam Timbang Terima


1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.

4
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab
shift selanjutnya meliputi :
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu- buri.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien.
2.5 Prosedur dalam Timbang Terima
1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-
masing penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan
tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah
dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1) Identitas klien dan diagnosa medis.
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4) Intervensi kolaborasi dan dependen.

5
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan
untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan
secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal
yang kurang jelas penyampaian pada saat timbang terima secara
singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang
lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada
buku laporan ruangan oleh perawat.

Prosedur Timbang Terima

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANAAN

Persiapan 1. Timbang terima 5 MENIT Ners PP dan PA


dilaksanakan setiap Station
pergantian shift/operan.
2. Prinsip timbang terima,
semua pasien baru masuk
dan pasien yang dilakukan
timbang terima khususnya
pasien yang memiliki
permasalahan yang
belum/dapat teratasi serta
yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.

6
3. PP menyampaikan timbang
terima pada PP berikutnya,
hal yang perlu disampaikan
dalam timbang terima :
 Jumlah pasien
 Identitas klien dan
diagnosis medis.
 Data(
keluhan/subjektif
dan objektif).
 Masalah
keperawtan yang
masih muncul.
 Intervensi
keperawatan yang
sudah dan belum
dilaksanakan
(secara umum).
 Intervensi
kolaboratif dan
dependen.
 Rencana umum dan
persiapan yang
perlu dilakukan
(persiapan operasi,
pemeriksaan
penunjang, dan lain-
lain).

7
Pelaksanaan 1. Kedua kelompok dinas 20 menit Ners KARU, PP dan PA
sudah siap (shift jaga). station
2. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan buku
catatan.
3. Kepala ruang membuka
acara timbang terima.
4. Perawat yang melakukan
timbang terima dapat
melakukan klarifikasi,
Tanya jawab, dan
melakukan validasi
terhadap hal-hal yang telah
ditimbang terimakan dan
berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang
kurang jelas.
5. Kepala ruang/PP
menanyakan kebutuhan
dasar pasien.
6. Penyampaian yang jelas,
singkat dan padat.
7. Perawat yang
melaksanakan timbang
terima mengkaji secara
penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan, Ruang
dan tindakan yang Perawatan
telah/belum dilaksanakan
serta hal-hal penting

8
lainnya selama masa
perawtan.
8. Hal-hal yang sifatnya
khusus dan memerlukan
perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian
diserah terimakan kepada
petugas berikutnya.
9. Lama timbang terima untuk
tiap pasien tidak lebih dari
5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan
memerlukan keterangan
yang rumit.
1. Diskusi. 5 menit Ners Karu, PP dan PA
2. Pelaporan untuk timbang station
terima dituliskan secara
langsung pada format
timbang terima yang
ditandatangani oleh pp
yang jaga saat itu dan pp
yang jaga berikutnya
diketahui oleh kepala
ruang.
3. Ditutup oleh kepala ruang.

9
Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu :

a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan


tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh
perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang
melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang
berupa pertukaran informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua
arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang
datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung
jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang
menerima operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada
medical record atau pada pasien langsung.
2.6 Metode dalam Timbang Terima
1. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo
(2005) di sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih
tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak
memungkinkan munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi
secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga,
sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status
kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan
sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu
handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan

10
melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk
mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga
baik secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh
berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan
diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan
terkait kondisi penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien
dengan perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada
kondisi pasien secara khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan
pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi
penyakit atau persepsi medis yang lain.

Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:


a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan
kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa
one way communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record
saja atau media tertulis lain.

Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan


bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk
dikombinasi.

11
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman
implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya
pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi
terapi, pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus
diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat
penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca,
mengulang atau mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.
5. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan
kegagalan informasi atau terlupa.

Faktor-faktor dalam Timbang Terima

1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.


2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.

2.7 Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga


Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat
mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien.
Efek-efek dari shift kerja atau operan adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam,
banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus
kurang tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat

12
timbulnya perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan
gangguan pencernaan.

2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek
fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi
dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.
Saksono (1991) mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari.
Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat
atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan
tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh
efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat
mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap
perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini
cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi
masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita
diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja yang dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan
bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift
kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja.
Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat
kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan
bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih
banyak terjadi pada shift malam.
13
2.8 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan :
1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab pasien (PP).
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan
pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien .
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara
yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang
rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak
dibicarakan secara langsung di dekat klien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station.
2.9 Komunikasi SBAR
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah
komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation),
metode komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan handover ke
pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang
disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi
penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi
terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR
juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara
shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan
semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi
pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan
untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah Kekuatan perawat
berkomunikasi secara efektif :

14
 Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat
paham akan kondisi pasien.
 Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.
Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background,
Assessment, Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan
oleh semua tenaga kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka
dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan
perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. sehingga tenaga kesehatan
lain dapat mengetahui perkembangan pasien. Mealaui :
1. Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?
 Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.
 Diagnosa medis
 Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan
2. Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan
dengan situasi?
 Obat saat ini dan alergi
 Tanda-tanda vital terbaru
 Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes
sebelumnya untuk perbandingan
 Riwayat medis
 Temuan klinis terbaru
3. Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat
 Apa temuan klinis?
 Apa analisis dan pertimbangan perawat
 Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
4. Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
 Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki
masalah?
 Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter?

15
 Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi
pasien?
 Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?

2.10 Alur Timbang Terima

PASIEN

DIAGNOSIS MEDIS DIAGNOSIS KEPERAWATAN


MASALAH KOLABORATIF (didukung data)

RENCANA TINDAKAN

TELAH DILAKUKAN BELUM DILAKUKAN

PERKEMBANGAN/KEADAAN
PASIEN

MASALAH :

1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. TERATASI SEBAGAIAN
4. MUNCUL MASALAH BARU

16
2.11 Contoh Rencana Strategi Timbang Terima
a. Pelaksanaan Timbang Terima
Hari/Tanggal :
Pukul :
Topik :
Tempat :
b. Metode
1. Diskusi
2. Tanya Jawab
c. Medis
1. Status Klien
2. Buku timbang terima
3. Alat tulis
4. Leaflet
5. Sarana dan Prasarana perawatan
d. Pengorganisasian
Kepala Ruangan :
Perawat Primer (pagi) :
Perawat Primer (sore) :
Perawat Associate (pagi) :
Perawat Associate (sore) :
Perawat Associate (malam) :
Perawat Associate (libur) :
Pembimbing/Supervisor :
e. Uraian Kegiatan
1. Prolog
Pada hari….. jam….. seluruh perawat (PP dan PA) shift pagi dan sore
serta kepala ruangan berkumpul di nurse station untuk melakukan
timbang terima.
2. Sesi I di nurse station

17
Kepala ruangan memimpin dan membuka acara yang didahului dengan
do’a dan kemudian mempersilahkan PP dinas pagi untuk melaporkan
keadaan dan perkembangan pasien selama bertugas kepada PP yang
akan berdinas selanjutnya (sore). PP dan PA shift sore memberikan
klarifikasi keluhan, intervensi keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara umum), intervensi kolaboratif dan dependen.
Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang dan lain-lain), hal yang belum jelas atas
laporan yang telah disampaikan. Setelah melakukan timbang terima di
nurse station berupa laporan tertulis dan lisan, kemudian diteruskan di
ruang perawatan pasien.
3. Sesi II di ruang perawatan pasien
Seluruh perawat dan kepala ruangan bersama-sama melihat ke tempat
pasien. PP dinas selanjutnya mengklarifikasi dan memvalidasi data
langsung kepada pasien atau keluarga yang mengalami masalah
khusus. Untuk pasien yang tidak mengalami masalah khusus,
kunjungan tetap dilaksanakan. Lama kunjungan tidak lebih 5 menit per
pasien. Bila terdapat hal-hal yang bersifat rahasia bagi pasien dan
keluarga perlu diklarifikasi, maka dapat dilakukan di nurse station
setelah kunjungan ke pasien berakhir.
4. Epilog
Kembali ke nurse station. Diskusi tentang keadaan pasien yang
bersifat rahasia. Setelah proses timbang terima dilakukan, maka kedua
PP menandatangani laporan timbang terima dengan diketahui oleh
kepala ruang.
f. Evaluasi
1. Struktur (Input)

Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah


tersedia antara lain: catatan timbang terima, status klien dan kelompok
shift timbang terima. Kepala ruang selalu memimpin kegiatan timbang

18
terima yang dilaksanakan pada pergantian shift, yaitu malam ke pagi
dan pagi ke sore. Kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam
dipimpin oleh perawat primer yang bertugas saat itu.

2. Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan
oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti
shift. Perawat primer mengoperkan ke perawat primer berikutnya yang
akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse
station kemudian ke ruang perawatan pasien dan kembali lagi ke nurse
station. Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnosis
keperawatan, dan intervensi yang belum/ sudah dilakukan. Waktu
untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke pasien.
3. Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap
perawat dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam.2008.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional.Jakarta: Salemba Medika

Kassean, H.K., & Jagoo, Z.B.2005.Managing Change in the Nursing Handover


from Traditional to Beside Handover.

Nursalam.2002.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional.Jakarta: Salemba Medika

20
Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :

Pasien Pertama
 Situation (S) :
1. Nama : Sdr. Yuliarin umur 20 thn masuk interna jam 01.30 WIB,
DPJP : dr Ardi diagnosa medis : Typoid
2. Masalah keperawatan :
 Nyeri akut
 Hipertermi
 Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 Background (B) :
1. Dengan keluhan mual, muntah,
2. Nyeri abdomen skala 7 dan mengeluh demam.
3. Hasil pemeriksaan KU : Lemah Kesadaran composmentis . Hasil TTV
TD : 110/70mmHg, RR:20x/menit, N:88x/menit, S:38.
 Assassment (A)
1. Nyeri sedikit menurun tampak pasien sudah tidak menyeringai
2. Penurunan suhu pada pasien terlihat dari wajah tidak merah lagi
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh masih bisa berlanjut
karena pasien masih mual dan muntah
 Recommendation (R)
1. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
2. Kolaborasi Diet Bubur Halus,
3. Kolaborasi Injeksi Ranitidin 3x1 , Injeksi Santagesik 2x1,
4. Observasi TTV
5. Ambil hasil Lab jam 08.00
6. Konsultasi Hasil Lab

21
Pasien Kedua

 Situation (S) :
1. Nama : Tn. Fajrus umur 30 tahun, perawatan hari ke 2, DPJP dr. Ardi,
diagnosa medis : Hemoroid Gread 1 + anemia
2. Masalah Keperawatan :
 Nyeri akut
 Gangguan perfusi jaringan
 Resiko defisit volume cairan.
 Backgroun (B) :
1. Pasien mengeluh nyeri pada anus dan memburuk saat defekasi, skala 8
2. Keluar darah dari dubur memancar
3. Hasil pemeriksaan KU : Lemah, kesadaran : composmentis TTV : TD
: 110/80mmHg, RR : 18x/menit, N:92x/menit, S:38 C. Darah yang
keluar ± 150cc hasil lab Hb trakhir : 8,5
 Assassment (A) :
1. Pasien masih merasakan nyeri terlihat pasien mengganti posisi tubuh
secara hati-hati
2. Pasien tampak pucat dan CRT > 3 detik
3. Dari observasi darah masih keluar memancar
 Recommendetion (R) :
1. Ambil sampel darah pemeriksaan Hb
2. Kolaborasi diet TKTP,
3. Kolaborasi injeksi
4. Pemberian antihemoroid subsupotoria
5. Observasi pendarahan dan observasi TTV
6. Serta hasil lab darah Hb segera dilaporkan kepada Dr.Diaz jika sudah
keluar.

22
DIALOG TIMBANG TERIMA

Peran Role Play


Kepala Ruangan : Ratna Dwi Kartia sari
Perawat Primer (malam) : Eka Aprlia
Perawat Associate (malam) : Yuli Alpiyah, Pamela
Perawat Associate (malam) : Agung, Angesti
Perawat Primer (pagi) : Adi Surya
Perawat Associate (pagi) : Nandy, Endang
Perawat Associate (pagi) : Nadifatn Nisa, Fandy, Anggun
Dokter : M. Ardi
Prolog : Afie Maghfuri
Px 1 : Yuliarintasari
Px 2 : Fajrus

Prolog

Pada hari Sabtu, 02 April 2018 jam 07.30 WIB di RSUD Bangil Ruang
Bangsal terdapat 3 orang perawat shift malam yang sedang bertugas, terlihat juga
kepala ruangan di ruangannya. Tiba saat untuk pergantian shift di ruangan
tersebut dan 3 perawat shift pagi datang. Semua perawat di ruangan tersebut
bersiap-siap untuk melakukan kegiatan timbang terima yang sudah menjadi
kegiatan rutin setiap pergantian shift di ruangan tersebut. seluruh perawat (PP dan
PA) shift malam dan pagi serta kepala ruangan berkumpul di nurse station untuk
melakukan timbang terima.

Kepala ruangan memimpin dan membuka acara yang didahului dengan


do’a dan kemudian mempersilakan PP dinas malam untuk melaporkan keadaan
dan perkembangan pasien selama bertugas kepada PP yang akan berdinas
selanjutnya (pagi). PP dan PA shift malam memberikan klarifikasi keluhan,
intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan. Intervensi

23
kolaboratif dan dependen, rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
(persiapan operasi, pemeriksaan penunjang dll), hal yang belum jelas atas laporan
yang telah disampaikan.

(Setelah melakukan timbang terima di nurse station berupa laporan tertulis


dan lisan, kemudian diteruskan diruang perawatan pasien).

Sesi I di nurse station

Kepala ruangan (Ratna) : “Asalamu’alaikum Wr.Wb dan selamat pagi dan


salam sejahtera, Alhamdulillah pagi ini kita bisa
berkumpul disini untuk melakukan timbang terima
dari shift malam ke shift pagi, serta memulai shift
pagi hari ini. Untuk memulainya mari kita awali
dengan berdo’a terlebih dahulu agar pasien yang
kita rawat cepat diberikan kesembuhan olehNya
serta kita yang merawat senantiasa dilindungi
olehNya. Berdo’a dimulai. Amin. Selesai. Karena
semuanya sudah siap, langsung saja silahkan pada
perawat shift malam untuk menyampaikan
laporannya.”

PP malam (Eka) : “Terima kasih pada ibu kepala ruangan, saya akan
menyampaikan laporan kami. Di ruang interna ini
jumlah pasien ada 2 orang, yaitu Sdr Yuli arin , Tn
Fajrus
Pasien pertama, Sdr Yuli arin (20 thn) jam 01.30
WIB masuk interna pindahan dari UGD dengan
diagnosa medis Typoid. Dengan keluhan mual,
muntah, nyeri abdomen skala 7, dan demam. Hasil

24
pemeriksaan KU : Lemah Kesadaran
composmentis . Hasil TTV TD : 110/70mmHg, RR
: 20x/menit, N:88x/menit, S:38.

Dari UGD sudah diberikan tindakan infus RL 20


tpm, injeksi santagesik dan ranitidin, serta sampel
darah sudah diambil.

Dx keperawatan Nyeri akut, Hipertermi serta


Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Intervensi yang sudah diberikan HE kompres air
biasa, HE bad rest total dan membatasi aktivitas,
HE keluarga untuk tidak memberikan makanan
yang bertekstur kasar kepada pasien, Mengajarkan
teknik relaksasi dan distraksi. Ganti cairan RL 20
tpm jam 05.00 dan TTV TD: 120/70mmHg,
RR=18x/mnt, N= 88x/mnt, S=38 C

Intervensi yang belum diberikan Kolaborasi Diet


Bubur Halus, Kolaborasi Injeksi Ranitidin 3x1 ,
Injeksi Santagesik 2x1, Observasi TTV

PA pagi ( Nandy) : Siapa Dokter yang akan menangani Sdr Yuli arin,
bu ?

PA malam (Yuli Alpiyah) : Dr. Ardi bu, oh iya serta tolong ambil hasil Lab
DL jam 8 dan dikonsultasikan kepada Dr.Ardi

PA pagi (Nandy) : Baik Bu.

PA malam (Pamela) : Pasien kedua kita adalah Sdr. Fajrus (30 tahun)
perawatan hari ke 2, Dengan diagnosa medis
hemoroid great 1 + anemia/ Dr. Rizki , px
mengeluh nyeri pada anus dan bertambah saat

25
defekasi, skala 8, keluar darah dari dubur
memancar, hasil pemeriksaan KU : Lemah,
kesadaran : composmentis TTV : TD :
110/80mmHg, RR : 18x/menit, N:92x/menit, S:38
C. Darah yang keluar ± 150cc hasil lab Hb trakhir :
8,5

Diagnosa keperawatan yang muncul, Nyeri akut,


Gangguan perfusi jaringan dan resiko defisit
volume cairan. Tindakan yang sudah diberikan
Injeksi jam 24.00, Tranfusi 1 kantong jam 04.00,
Ganti cairan RL 20tpm jam 06.00 dan ambil
sampel darah pemeriksaan Hb

Tindakan yang belum diberikan kolaborasi diet ,


kolaborasi injeksi, pemberian antihemoroid
subsupotoria, observasi pendarahan dan observasi
TTV. Serta hasil lab darah Hb segera dilaporkan
kepada Dr.Rizki jika sudah keluar.

PA pagi (Anggun) : Di lihat dari Hb terakhirnya, kayaknya masih


perlu tranfusi
PA malam (Agung) : Ya dilihat hasilnya jam 8 nanti pak, trus
dikonsulkan dulu ke Dr. Ardi .
PA pagi (Endang) : Oh iya bu, kok tidak dapat zat besi peroral ya bu ?
PA malam (Angesti) : nanti ditanyakan ke Dr. Ardi sekalian bu.
PA pagi (Nadifatun) : iya bu terimakasih infonya.
Kepala Ruangan (Ratna) : “Iya, terima kasih untuk para perawat shift malam
telah melaksanakan tugasnya dengan baik dan
sekarang mari kita bersama-sama menuju ke ruang
perawatan.”

26
Sesi II di ruang perawatan pasien

Seluruh perawat dan kepala ruangan bersama sama melihat ketempat


pasien. PP dinas selanjutnya mengklarifikasi dan memvalidasi data langsung
kepada pasien atau keluarga yang mengalami masalah khusus, untuk pasien yang
tidak mengalami masalah khusus, kunjungan tetap dilaksanakan. Lama kunjungan
tidak lebih 5 menit per pasien. Bila terdapat hal-hal yag bersifat rahasia bagi
pasien dan keluarga perlu diklarifikasi, maka dapat dilakukan di nurse station
setelah kunjungan ke pasien berakhir.

Prolog : perawat menuju ke ruang interna


PA malam (Yuli Alpiyah) : Interna 1 Sdr Yuli arin yang pindahan dari UGD
dengan typoid pasien dr.Eko TTV tidak ada
masalah, skala nyeri 7 distraksi dan relaksasi
dilanjutkan dan jangan lupa jam 08.00 ambil hasil
Lab
Dan di interna 2 ini ada Tn. Humaidi dengan
hemoroid gread 1 + anemia pasien Dr. Rizki yang,
tranfusi sudah masuk 1 kantong dan menunggu
hasil Hb jam 8 yang segera dikonsultasikan.

PP pagi (Ad Surya) : Perdarahan Sdr Yuli arin masih memancarkah bu


?
PP malam (Eka Aprilia) : sepertinya sudah berkurang bu, nanti diobservasi
lagi saat pemberian obat subnya.
PP pagi (Adi Surya) : Iya bu,
PP malam (Eka Aprilia) : Iya, di ruang Bangsal saat ini ada 2 pasien dan
sudah kita kunjungi semua, mari kita kembali ke
ruangan.

27
Sesi III Para Perawat dan Kepala Ruangan kembali ke nurse station

Kembali ke nurse station. Diskusi tentang keadan pasien yang bersifat


rahasia. Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka ke dua PP
mendatangani laporan timbang terima dengan di ketahui oleh kepala ruangan.

Kepala Ruangan ( Ratna) : Teman-teman perawat, semuanya sudah jelas?


Apa ada yang ingin didiskusikan lagi ?
Semua Perawat : Tidak ada, bu.
PP malam (Eka Aprilia) : Ini lembar dokumentasinya mohon di tanda
tangani

(perawat primer malam dan pagi melakukan tanda tangan dan disahkan oleh
kepala ruangan)

Kepala Ruangan (Ratna) : Ya sudah, kalau tidak ada. Timbang terima kali
ini cukup sampai disini, saya ucapkan terima kasih
pada tim perawat shift malam, silahkan pulang dan
berhati-hati di jalan, serta untuk yang shift pagi
selamat bekerja.

“SEKIAN”

28

Anda mungkin juga menyukai