PROSES KEPERAWATAN
Dosen pembimbing:
HUSNUL KHOTIMAH S.KEP NERS M. KEP.
Disusun oleh:
Mu’adam (2031800005)
Nayyiratut Tadzkiroh (2031800028)
Linda qomariyah (2031800025)
Riska Sahniati (2031800052)
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunianya kami dapat mengerjakan tugas kelompok makalah tentang “Prosess
Keperawatan”Dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin kami tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik, meskipun kami juga menyadari segala kekurangan
yang ada di makalah ini.
Makalah ini kami susun dari berdasarkan beberapa sumber buku yang telah kami
peroleh. Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti. Kami mengucapkan banyak terima kasih rekan rekan semuanya yang telah
memberikan sumbang sarannya untuk penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena it, kami
menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dan rekan-rekan pembaca untuk
penyempurnaan pada tugas makalah-makalah berikutnya semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita semua. Amin…
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................I
DAFTAR ISI......................................................................................................................II
BAB I: PENDAHULUAN
ii
A. Perbedaan Diagnosa Keperawatan & Medis..................................................10
B. Komponen Diagnosa Keperwatan..................................................................11
C. Persyaratan Diagnosa Keperawatan...............................................................11
D. Hal yang perlu Dalam Diagnosa Keperawatan...............................................11
E. Perumusan Diagnosa Keperawatan................................................................11
F. Macam Macam Diagnosa Keperawatan.........................................................12
G. Sumber Kesalahan Diagnosa Keperawatan....................................................13
2.7 Perencanaan Keperawatan.............................................................................................13
2.8 Implementasi Keperawatan...........................................................................................15
2.9 Evaluasi Kperawatan.....................................................................................................16
REFRENSI........................................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Para penerima jasa pelayanan kesehatan saat ini telah menyadari hak-haknya sehingga
keluhan, harapan, laporan, dan tuntunan ke pengadialan sudah menjadi suatu bagian dari
upaya mempertahankan hak mereka sebagai penerima jasa tersebut. Oleh karena itu industry
jasa kesehtan menjadi semakinmerasakan bahwa kualitas kualias pelayanan merupakan upaya
kompetentif dalam rangka mempertahankan eksitensi pelayanan tersebut. Selayaknya
industry pelayanan menaruh perhatian besar dan menyadari bahwa kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan dan ditentukan pula olehkualita dari berbagai komponen pelayana
termasuk keperawatan dan sumber daya manusianya. Kegiatan pelayanan keperawatan telah
berkualitas dimulai sejakseorang perawat muslim pertama pada jaman Nabi Muhammad
SAW. Selalu berusaha memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa
membedakan apakah kliennya kaya atau miskin.
Demikian pula Florence Nightingale pada tahun 1858, telah berupaya memperbaiki
kondisi pelayanan keperawatan yang diberikan kepada serdadu pada saat perang Krimen.
Dengan terjadinya perubahan diberbagai aspek kehidupan keperawatan pada saat ini pada
saat ini telah menjadi suatu profesi yang dimiliki keilmuan unik yang di menghasilkan
peningkatan minat dan perhatian diantara anggotanya dalam meningkatkan pelayannanya.
Tim pelayanan keperawatan memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan keyakinan
profesi dan standar yang ditetapkan. Hal ini ditujukan agar pelayanan keperawatan yang
diberikan senantiasa merupakan pelayanan yang aman serta dapat memenuhi kebutuhan dan
harapan klien.
1
Asuhan keperawatan yang bermutu dan dapat dicapai jika pelaksanaan asuhan
keperawatan dipersepsikan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki oleh para perawat dalam
memperlihatkan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki oleh perawat dalam memperlihatkan
haknya, untuk memberikan asuhan yang manusiawi, aman, serta sesuai dengan standar dan
etika profesi keperawatan yang berkesinabungan dan terdiri dari kegiatan pengkajian,
diagnose, perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
6. Tioritis: setiap langkah dalam prosess keperawatan selalu didasarkan pada suatu ilmu
yang luas khususnya ilmu dan model keperawatan yang berlandasan pada filosofi
keperawatan dan ditekankan pada aspek: humunistik, holistic dan care.
Selain pendapat tersebut masih banyak pula pendapat lainya, tetapi kesimpulannya
adalah: Proses keperawatan adalah suatu cara menyelesaikan masalah yang sistematis dan
dinamis serta bersifat individual untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien sebagai
manusia yang bersifat unik, dan menekankan pada pengambilan keputusan oleh perawat
sesuai kebutuhan klien.
4
5. Teori pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah
Setiap tindakan yang dilakukan dengan benar selalu melibatkan proses pengambilan
keputusan dan penyelesaian masalah klien. Tujuan tersebut hanya dapat tercapai apabila
perawat menyusun langkah-langkah pengambilan keputusan melalui tahapan proses
keperawatan.
Proses keperawatan mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Perawat yang
dididik sebelum tahun tersebut pada umumnya belum mengenal proses keperawatan
karena kurikulum di pendidikan belum mengajarkan metode tersebut. Proses keperawatan
mulai dikenal di pendidikan keperawatan Indonesia yaitu dalam Katalog Pendidikan
Diploma III Keperawatan yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 1984. Diluar
negeri istilah proses keperawatan diperkenalkan pada tahun 1955 oleh Lidya Hall, dan
sejak tahun tersebut para pakar keperawatan mendiskripsikan proses keperawatan secara
bervariasi.
Pada awal perkembangannya, proses keperawatan mempunyai tiga tahap, kemudian
empat tahap dan pada saat ini proses keperawatan mempunyai Lima tahap. Proses Lima
tahap pertama diperkenalkan pada tahun 1967 oleh Western Interstate Commision of
Higher Education (WICHE) yang meliputi: persepsi, komunikasi, interpretasi, intervensi,
dan evaluasi. Pada tahun yang sama para staf pengajar,Yura.H dan Walsh di Catholic
University of American mangusulkan metode empat tahap, meliputi: pengkajian,
perencanaan, intervensi dan evaluasi (Craven & Hirnle, 2000). Pada tahun 1973,
American Nurses Association (ANA) menerbitkan standars of Nursing Practice dan juga
National Council of State Boards of Nursing ( 1982 ) yang terdiri dari lima tahap,
meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
(Kozier et al., 1995).
Proses keperawatan terus berkembang dan kemudian istilah Nursing Diagnosis mulai
diperkenalkan dalam literatur-literatur keperawatan. Pada tahun 1973, Gebbie dan Levin
dari St.Louis University School of Nursing membantu dalam menyelenggarakan
konferensi pertama tentang klasifikasi diagnosa keperawatan di Amerika.Pada tahun
1982, terbentuk North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) yang setiap
dua tahun mengadakan konferensi tentang klasifikasi diagnosa keperawatan (Potter &
Perry, 1997).
5
Pada saat ini proses keperawatan telah berkembang dan diterapkan di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan di Indonesia, seperti rumah sakit, klinik-klinik, Puskesmas,
perawatan keluarga, perawatan kesehatan masyarakat, dan perawatan pada kelompok
khusus. Namun secara umum penerapan proses keperawatan belum optimal dan belum
menggambarkan pemecahan masalah secara ilmiah oleh perawat, karena pada dasarnya
hal ini tidak terlepas dari sumber daya keperawatan yang ada dan dukungan institusi.
6
melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga fokus pengkajian klien adalah respon klien
yang nyata maupun potensial terhadap masalah-masalah harian.
Pulta (pengumpulan data) pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang
klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta
kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien.pengumpulan informasi
merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, di
dapatkan data besar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar
tersebut digunakan untuk menetukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan
keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.
Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk rumah sakit (initial assessment), dirawat
secara terus menerus (ongoing assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah /
melengkapi data (re-assesment)
A. Tujuan Pengumpulan Data
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien
2. Untuk menentukan masalah keperwatan dan kesehatan klien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkahl-langkah
berikutnya.
B. Tipe Data
1. Data subjektif
Data Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatannya. Misalnya tentang
nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu.
2. Data objektif
Data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran.
C. Karateristik Data
1. Lengkap
Data yang terkumpul harus lengkap berguna untuk membantu mengatasi masalah
klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus
7
mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan kondisi klien
dan pola makannya.
2. Akurat dan nyata
Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan nyata
untuk membuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamati dan diukur
melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang mungkin
meragukan. Apabila perawat merasa kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data
yang telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih
mengerti. Misalnya, pada observasi: “klien selalu diam dan sering menutup mukanya
dengan kedua tangannya. Maka perawat berusaha untuk mengajak klien berkomunikasi ,
tetapi klien selalu diam dan tidak menjawab pertanyaan perawat. Selama sehari klien
tidak mau makan makanan yang diberikan”, jika keadaan klien tersebut ditulis oleh
perawat bahwa klien depresi berat, maka hal itu merupakan perkiraan dari perilaku klien
dan bukan data yang aktual. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan
kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian.
3. Relavan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data yang
harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi. Kondisi seperti ini
bisa diantisipasi dengan membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas. Dengan
mencatat data yang relevan sesuai dengan masalah klien, yang merupakan data fokus
terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus.
D. Sumber Data
1. Sumber data primer
Klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali informasi yang
sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien.
2. Sumber data sekunder
Orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang tua, suami atau istri, anak,
teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi atau
kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi atau anak-anak, atau klien dalam
kondisi tidak sadar.
3. Sumber data lainnya
Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya. Catatan kesehatan terdahulu
dapat digunakan sebagai sumber informasi yang dapat mendukung rencana
tindakan keperawatan
8
Riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan
riwayat penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah hal-
hal yang difokuskan pada identifikasi potologis dan untuk menentukan rencana
tindakan medis
Konsultasi kadang terapis, memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan
spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau dalam merencanakan
dan melakukan tindakan medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu
menegakkan diagnosa.
Hasil pemeriksaan diagnosticSeperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes
diagnostik, dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan
dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik dapat digunakan
untuk membantu mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan.
Perawat lain. Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka
perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat klien
sebelumnya. Hal ini untuk kelanjutan tindakan keperawatan yang telah diberikan.
Kepustakaan.Untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif, perawat
dapat membaca literatur yang berhubungan dengan masalah klien. Memperoleh
literatur sangat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang
benar dan tepat.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Wawancara
2. Observasi
3. Pemeriksaan fisik
4. Studi dokumentasi
9
bahwa diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan actual dan potensial dimana
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, ia mampu dan mempunyai kewenangan
untuk memberikan tindakan keperawatan. Menurut Shoemaker (1984) mendefinisikan
diagnose keperawatan sebagai keputusan klinis mengenai individu, keluarga, atau
masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data analis cermat dan
sistematis, memberikan dasar pembuatan ketentuan ketentuan untuk terapi yang pasti
diamn perawat bertanggung jawab.
jadi, dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa diagnose keperawatan
adalah keputusan klinis mengenai respon individu, keluarga, ataumasyarakat yang
diperoleh melalui proses pengumpulan data terhadap masalahkesehatan yang aktual
maupun potensial guna menjaga status kesehatan.
A. Perbedaan diagnose keperawatan dan Diagnosa medis
Untuk menemukan Perbedaan antara diagnosa keperawatan dengan diagnosa medis
kita harus mengetahui definisi dari diagnosa medis terlebih dahulu. Menurut Potter
&Perry (2009) mengungkapkan bahwa diagnosa medis adalahidentifikasi kondisi
penyakit berdasarkan evaluasi tertentu dari tanda fisik, gejala,riwayat medis klien, hasil
pemeriksaan, dan prosedur diagnostik sedangkandiagnosa keperawatan adalah keputusan
klinis mengenai respon individu,keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui proses
pengumpulan dataterhadap masalah kesehatan yang aktual maupun potensial guna
menjaga statuskesehatan.
Dari pernyataan diatas didapatkan perbedaan antara diagnosa medis dandiagnosa
keperawatan sebagai berikut:
NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN DIAGNOSIS MEDIS
Berfokus pada respon atau reaksi klien terhadap Berfokus pada factor factor yang
1 penyakitnya. bersifat pengobatan dan
penyembuhan penyakit.
Beriorentasi pada kebutuhan individu. Berorientasi kepada keadaan
2
patologis.
Berubah sesuai dengan perubahan respon klien. Cenerung tetap, mulai dari sakit
3
samapai sembuh
Mengarah kepada fungsi mandiri perawat, Mengarah pada tingkatan medis
4 dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan yang sebagian dapat di limpahkan
evaluasi kepada perawat.
10
B. Komponen diagnosa keperawatan
1. Problem (masalah)
Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum
Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan
Sebagai metode untuk mengidentifikasi Perbedaan masalah keperawatan
dengan maalah medis
Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosisdari data
pengkajian dan intervensi keperawatan, sehingga dapatmeningkatkan mutu
asuhan keperawatan
2. Etiologi (penyebab)
Keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan
yangmemberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi: perilaku,
lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.
C. Persyaratan diagnosa Keperawatan
Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien terhadapsituasi atau
keadaan yang dihadapi.
Spesifik dan akurat (pasti)
Dapat merupakan pernyataan dari penyebab
Memberikan arahan pada asuhan keperawatan
.Dapat dilaksanakan oleh perawat
.Mencerminan keadaan kesehatan klien
D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan diagnosis keperawatan
Beriorentasi kepada klien, keluarga dan masyarakat
Bersifat actual dan potensial
Dapat diatasi dengan intervensi keperawatan
Menyatakan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat,serta
factor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut
E. Proses Perumusan Diagnosa Keperawatan
Klasifikasi & Analisis Data
Mengidentifikasi masalah klien
Memvalidasi Diagnosis Keperawatan
11
Menyusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritasnya
12
menyetujui dua diagnosa keperawatan sindrom yaitu “Sindrom trauma perkosaan”
dan “Risiko terhadap sindrom disuse” (Carpenito, 1997).
13
prioritas perawat menentukannya berdasarkan bahwa masalah tersebut harus segera
diatas karena akan berpengaruh terhadap masalah lain dan juga menjadi kondisi
kesehatan pasien secara umum atau mempengaruhi status kesehatan umum pasien.
Dalam menentukan prioritas masalah dapat dilakukan sebagai berikut:
Menurut Hierarki Maslow, yaitu:
a. Fisiologu
b. Rasa aman dan nyaman
c. Cinta dan kasih sayang
d. Harga diri
e. Aktualisasi diri
14
b. Terapeutik, tindakan yang dilakukan perawat untuk mengurangi, mencegah masalah.
Perawat harus bisa dipilih tindakan yang paling sesuai dengan keadaan pasien.
c. Penyuluhan, tindakan ini berupa pendidikan kesehatan ini berguna untuk partisipasi
pasien terhadap masalah kesehatan yang dialami pasien. Pasien bertanggungjawab
untuk perawatan dini pasien. Tindakan pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Dalam penyuluhan ini perawat juga mnenyesuaikan materi yang akan diberikan
dengan kondisi pasien.
d. Kolaboratif, rencana kolaboratif disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Masalah
yang berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh ataupun patologis memerlukan
kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya. Perawat melindungi pasien dari hal yang
dapat merugikan dan memberikan saran yang bersifat konstruktif yang dapat
menunjang kesembuhan pasien.
4. Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan.
Rasional rencana tindakan keperawatan merupakan dasar ilmiah ditetapkannya rencana
tindakan keperawatan. Rasional rencana tindakan keperawatan menerapkan berfikir kritis
dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah pasien (Rohmah, 2016).
16
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Proses keperawatan merupakan suatu kegiatan yang terorganisir dengan menggunakan
metode yang sistematis dan memberikan ASKEP individu, kelompok, keluarga dan
masyarakat terhadap masalah kesehatan yang di alami.
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: Pengkajian, Diognasa, Perencanaan,
Pelaksanaan dan Evaluasi. Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling
berkesinambungan dan tidak dapat di pisahkan satu sama lain.
3.2 SARAN
1) Perawat harus memiliki kemampuan professional dalam melaksanakan
pengkajian,karena pengkajian data merupakan dasar utama dari pelaksanaan proses
keperawatan.
2) Pengkajian keperawatan harus dilakukan secara sistematis untuk memperoleh data
akurat.
3) Dalam menentukan diagnose harus disesuaikan dengan kebutuhan klien.
4) Data yang diperoleh harus akurat dan bukan kesimpulan peraat.
5) Perawat tidak boleh langsung membuat keputusan tentang kondisi klien.
17
REFRENSI
18