Anda di halaman 1dari 139

ANALISA MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG ASAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AL IHSAN

PROVINSI JAWA BARAT

Disusun Oleh :
Kelompok II

1. Dian Rahayuningsih J.0105.19.045


2. Derith Syanie Nalle J.0105.19.008
3. Desyawati Lulu Melanza J.0105.19.010
4. Devin Iriadi Rusfandi J.0105.19.011
5. Endah Dwi Pangesti J.0105.19.013
6. M. Hisyam Mutashim J.0105.19.023
7. Mikeu Hidayati J.0105.19.047
8. Rida Dinniyah J.0105.19.029
9. Trisa Puji A J.0105.19.038
10. Yusup Mulyana J.0105.19.053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BUDI LUHUR
CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas Berkah dan
Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyususunan laporan “Analisis
Manajemen Keperawatan di Asal RSUD Al–Ihsan tahun 2020 ” .
Kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan laporan ini tidak lepas
dari segala saran, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak . Untuk itu pada
kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih sebesar–
besarnya kepada yang terhormat :
1. Meilati Suryani, S.Kp., M.Kep selaku kordinator Manajemen keperawatan
STIKES Budi Luhur Cimahi
2. Ns. Keiko Pasaribu, MM selaku pembimbing akademik kelompok II di
Ruangan Asal RSUD Al-Ihsan
3. Yayah Komariah, S.Kep., Ners selaku pembimbing lapangan dan Bidang
Perawatan kelompok II Ruang Asal RSUD Al Ihsan
4. Imas Tarsiah, S.Kep., Ners selaku pembimbing lapangan kelompok II
Ruang Asal RSUD Al- Ihsan .
5. Seluruh rekan – rekan yang telah membantu dalam penyususnan laporan
ini
penyusun menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang dihasilkan manusia
dalam bentuk yang sempurna. Kritik dan saran yang sifatnya membangun, kami
harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga laporan
manajemen keperawatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandung, Januari 2020

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................3
1. Tujuan umum......................................................................................3
2. Tujuan Khusus....................................................................................3
C. Manfaat..................................................................................................4
1. Bagi Mahasiswa..................................................................................4
2. Bagi Perawat Ruangan.......................................................................4
3. Bagi Pasien dan Keluarga...................................................................4
4. Bagi Institusi Pendidikan.....................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................5
A. Konsep Manajemen................................................................................5
1. Definisi Manajemen.............................................................................5
2. Fungsi-Fungsi Manajemen..................................................................5
B. Konsep Manajemen Keperawatan..........................................................6
1. Definisi Manjemen Keperawatan.........................................................6
2. Tujuan Manajemen Keperawatan.......................................................6
3. Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan...........................................7
4. Proses Manajeman Keperawatan.......................................................8
5. Lingkup Manajemen Keperawatan......................................................9
C. Konsep Manajemen Unit......................................................................10
1. Sumber Daya Manusia (Man)...........................................................10
2. Material Dan Machine.......................................................................21
3. Metode..............................................................................................25
4. Money...............................................................................................39
5. Market...............................................................................................41
BAB III KAJIAN SITUASIONAL...........................................................................45
A. PROFIL RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT...........................45
2. Falsafah Rumah Sakit.......................................................................47

ii
3. Visi, Misi, Tujuan dan Motto Rumah Sakit Al Ihsan...........................48
B. PROFIL RUANG ASAL.........................................................................53
1. Visi Ruang Asal.................................................................................53
2. Misi Ruang Asal................................................................................53
3. Motto Ruang Asal.............................................................................54
4. Tujuan Ruang Asal............................................................................54
5. Gambaran Umum Ruang Asal..........................................................55
C. ANALISIS KAJIAN SITUASI 5 M..........................................................56
1. Data Unsur Man................................................................................56
2. Data Unsur Metode...........................................................................73
3. Data Unsur Material..........................................................................80
4. Data Unsur Money............................................................................98
5. Data Unsur Marketing.....................................................................102
D. ANALISIS SWOT................................................................................111

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/Menkes/SK/X/2016 Rumah sakit merupakan sarana pelayanan
kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau
dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.
Rumah sakit merupakan industri jasa yang memiliki ciri bentuk
produknya tidak dapat disimpan dan diberikan dalam bentuk individual,
serta pemasaran yang menyatu dengan pemberi pelayanan, sehingga
diperlukan sikap dan perilaku khusus dalam menghadapi konsumen.
Tenaga perawat yang merupakan “the caring profession” mempunyai
kedudukan yang penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya
berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual. Pelayanan
keperawatan merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24
jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding
pelayanan lainnya (Herni 2016).
Perawat memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada
pasien yang tidak hanya mempunyai harapan untuk sembuh saja, tetapi
perawat juga membantu pasien dapat meninggal dengan tenang, kondisi
tersebut memerlukan bantuan tenaga perawat yang selalu
mengobservasi dan mengintervensi secara berkala selama 24 jam.
Dengan demikian perawat ruang rawat inap dituntut untuk melakukan
suatu tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi pasien dan tingkat
ketergantungan serta dengan waktu seefektif mungkin sehingga asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien dapat dilaksanakan secara
optimal.
Dalam mencapai peningkatan mutu pelayanan rumah sakit di
setiap ruang rawat inap akan dipimpin oleh seorang manajer yaitu kepala
ruangan yang mempunyai tugas dalam mengkreasikan berbagai
keadaan lingkungan dan teknik efektif dalam mencapai tujuan
pemenuhan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan terhadap

1
pasien, serta mampu melaksanakan manajemen operasional
pengelolaan pelayanan keperawatan. Pengelolaan pelayanan yang
dilakukan menggunakan pendekatan manajemen keperawatan yaitu
melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan dan pengendalian. Metode proses keperawatan merupakan
suatu pendekatan penyelesaian masalah yang sistematis dalam
pemberian asuhan keperawatan melalui pengkajian keperawatan,
perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan tindakan keperawatan, evaluasi tindakan keperawatan dan
dokumentasi asuhan keperawatan.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
secara profesional (Nursalam, 2011). Manajer keperawatan dituntut
untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengevaluasi
sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkun bagi individu,
keluarga dan masyarakat.
Instalasi Rawat Inap menyelenggarakan pelayanan keperawatan
kepada klien dengan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan
Profesional (SP2KP) dengan model asuhan Metode Pemberian
Keperawatan Profesional (MPKP). Asuhan pelayanan keperawatan
diberikan selama 24 jam terus menerus. Ruang rawat merupakan salah
satu pusat pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang
dilakukan oleh semua tim kesehatan dimana semua tenaga kesehatan
termasuk perawat bertanggung jawab dalam mengatasi masalah
kesehatan klien.
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu
sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi
perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan,
termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. (Ratna sitorus &
Yulia, 2006). Pada model praktik keperawatan professional harus
mampu memberikan asuhan keperawatan professional, untuk itu
diperlukan penataan 5 komponen utama manajemen pelayanan

2
keperawatan yang terdiri dari Man, Money, Methode, Material dan
Market (Suarli dan Bahtiar, 2007).
Mengingat peran keperawatan yang sangat signifikan dalam
menentukan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit maka perawat
harus mampu memberikan pelayanan yang profesional dan berkualitas.
Untuk mencapai harapan tersebut maka diperlukan suatu pengelolaan
keperawatan yang efektif dan efisien melalui suatu proses manajerial
yang dikenal sebagai manajemen keperawatan.
Perawat manajer dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial
yang tangguh, sehingga pelayanan yang di berikan dapat meningkatkan
kualitas dan mutu serta kepuasan pelangggan. Kemampuan manajerial
dapat dimiliki dengan berbagai cara, salah satunya dapat di tempuh
dengan meningkatkan keterampilan melalui pendidikan dan aplikasi di
lahan praktek. Oleh karena itu diperlukan praktek manajemen
keperawatan sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang di peroleh
selama pendidikan. Hal inilah yang menjadi latar belakang di buatnya “
Laporan Analisis Situasi Manajemen Keperawatan di Ruang Asal RSUD
Al Ihsan Provinsi Jawa Barat “.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan praktek profesi manajemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami prinsip
manajemen keperawatan dan model asuhan keperawatan profesional
yang sesuai dengan prinsip MPKP yang di jalankan Ruang Asal
RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan
diharapkan mahasiswa mampu :
a. Mengetahui dan memahami proses manajemen keperawatan dari
mulai pengkajian sampai evaluasi
b. Mengetahui cara mengkaji dan dapat melakukan pengkajian
situasi melalui SWOT terhadap 5 dimensi manajemen yaitu Man,
Metode, Money, Material, dan Marketing.

3
c. Mengetahui cara penghitungan bobot penentuan prioritas
masalah yang muncul
d. Mengetahui cara pembuatan dan membuat Plan Of Action untuk
menjawab masalah-masalah yang muncul
e. Melakukan implementasi sesuai dengan rencana tindakan untuk
mengatasi masalah yang ada
f. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang sudah dilaksanakan.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat
sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan
dilaksanakan
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data yang terdapat dalam
unsur 5 M (Man, Metode, Money, Material, Marketing) di ruang
Asal.
c. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT
dan menyusun rencana stategi.
d. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan
model asuhan keperawatan profesional di ruang Asal
2. Bagi Perawat Ruangan
a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat
diidentifikasi masalah-masalah yang ada di ruang Asal, yang
berkaitan dengan pelaksanaan manajemen keperawatan sehingga
di peroleh rencana startegis untuk mengatasi permasalahan yang
terjadi.
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
3. Bagi Pasien dan Keluarga
a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan
b. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan
meningkat
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan
Asal di RSUD Al Ihsan.

4
5
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Manajemen
1. Definisi Manajemen
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara
suatu lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama di dalam suatu
kelompok dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan dengan
seefesien mungkin (H. Weihrich dan H. Koontz, dalam buku Suchri Suarli
dan Yanyan Bahtiar, 2010).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatatan diorganisasi. Didalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (Planing, Organizing,
Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey 2005 dalam Nursalam,
2012).
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Secara ringkas fungsi manajeman adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (Planing), perencanaan merupakan :
1) Gambaran apa yang akan dicapai
2) Persiapan pencapaian tujuan
3) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
4) Persiapan tindakan-tindakan
5) Rumusan tujuan
6) Tiap-tiap organisasi perlu perencanaan
b. Pengorganisasian (Organizing)
Merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan menentukan
apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat-alat, keuangan
dan fasilitas.
c. Penggerak (Actuating),
Menggerakan orang-orang agar mau/suka bekerja. Ciptakan suasana
bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus kesadaran sendiri,
termotivasi.

6
d. Pengendalian/pengawasan (Controling)
Merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai
dengan rencana, apakah orang-orangnya, cara dan waktu yang
tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan segera diperbaiki.
e. Penilaian (Evaluasi)
Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil
pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakikat penilaian merupakan
fase tertentu setelah kegiatan.

B. Konsep Manajemen Keperawatan


1. Definisi Manjemen Keperawatan
Manajemen Keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
secara profesional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan,
mengorganisir, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan
seefisien mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat (Nursalam,
2011).
Dalam keperawatan, manejemen berhubungan dengan perencaan
(planing) pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing),
kepemimpinaan (leading), dan pengendalian (controling), aktifitas –
aktifitas upaya keperawatan atau divisi departemen keperawatan dan dari
sub unit departermen.
Pada hakikatnya proses manajemen keperawatan sejalan dengan
proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan
keperawatan secara professional yang akhirnya keduanya saling
menopang. Sebagaimana dalam proses keperawatan, dalam manajemen
keperawatan terdiri dari: pengumpulan data, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil.
2. Tujuan Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan yang umumnya ditetapkan oleh bidang
keperawatan meliputi :
a. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit.

7
b. Meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi keperawatan
dengan mendidik perawat yang mempunyai sikap profesional dan
bertanggung jawab dalam pekerjaan.
c. Meningkatkan komunikasi antar staf.
d. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan umum dalam upaya
mempertahankan kenyamanan klien.
e. Meningkatkan hubungan dengan klien, keluarga, dan masyarakat
f. Meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja staf keperawatan.
Dengan demikian setiap kegiatan keperawatan diarahkan pada
pencapaian tujuan dan merupakan upaya manager keperawatan untuk
selalu mengkoordinasikan, mengarahkan, mengendalikan proses
pencapaian tujuan melalui interaksi, komunikasi dan integrasi pekerjaan
diantara staf keperawatan yang terlibat.
3. Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan
Supaya manajemen dapat berjalan sesuai dengan harapan dan
mencapai tujuan organisasi, maka pemahaman tentang prinsip-prinsip
manajemen sangatlah dibutuhkan. Ada tujuh prinsip manajemen yang
harus diketahui :
a. Perencanaan (Planing)
Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam manajemen
(the first function of management). Semua fungsi manajemen
tergantung dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses
berfikir atau proses mental untuk membuat keputusan dan peramalan
(forecasting. Perencanaan harus brorientasi ke masa depan dan
memastikan kemungkinan hasil yang diharapkan (Swansburg, 1999).
Dalam perencanaan salah satu hal penting yang menjadi pusat
perhatian adalah rencana pengaturan sumber daya manusia (SDM)
dan sumber daya lain yang relevan.
b. Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time)
Penggunaan waktu efektif berhubungan dengan pola pengaturan
dan pemanfaatan waktu yang tepat dan memungkinkan berjalannya
roda organisasi dan tercapainya tujuan organisasi. Waktu pelayanan
dihitung dan kegiatan perawat dikendalikan.
c. Pengambilan Keputusan (Decision Making)

8
Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau keluaran dari
proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan diantara
beberapa alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh seorang
pembuat keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan
merupakan sumber daya yang sangat menentukan.
d. Pengelola/Pemimpin (Manager/Leader)
Manajer yang bertugas mengatur manajemen memerlukan
keahlian dan tindakan nyata agar para anggota menjalankan tugas dan
wewenang dengan baik. Adanya manajer yang mampu memberikan
semangat, mengontrol dan mengajak mencapai tujuan merupakan
sumber daya yang sangat menentukan.
e. Tujuan Sosial (Social Goal)
Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan
ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi.
f. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah aktivitas
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing-
masing kelompok dilakukan berdasarkan supervisi, ada koordinasi
dengan unit lain baik secara horizontal maupun secara vertikal
(Swansburg, 1999).
g. Perubahan (Change)
Proses penggantian dari suatu hal dengan yang lainnya yang
berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988). Perubahan di dalam
manajemen keperawatan perubahan dijadikan prinsip karena sifat
layanan yang dinamis mengikuti karakteristik pasien yang akan
dilayani.
4. Proses Manajeman Keperawatan
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan
sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan
dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan
suatu sistem maka akan terdiri atas lima elemen yaitu input, proses,
output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dari proses menajemen keperawatan antara lain informasi,
personel, peralatan, dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan

9
adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola tingkat keperawatan
tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Untuk melaksanakan proses manejemen diperlukan
keterampilan teknik, keterampilan hubungan antar manusia, dan
keterampilan konseptual.
Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan
riset. Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan
termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja
perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik
yang berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu
dan penampilan kerja perawat.
Berdasarkan prinsip–prinsip diatas maka para manajer dan
administrator seyogyanya bekerja bersama–sama dalam perencanaan
dan pengorganisasian serta fungsi–fungsi manajemen lainnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Lingkup Manajemen Keperawatan
Pelayanan kesehatan menjadi hak yang paling mendasar bagi
semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan
membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan
kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran
pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya. Keperawatan
merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif
seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat
pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi :
a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para
manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen

10
keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan
gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari :
a. Manajemen layanan/operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu :
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil
dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh
orang-orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor-faktor
tersebut adalah :
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan
2) Keterampilan kepemimpinan
3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
5) Manajemen asuhan keperawatan
b. Manajemen asuhan keperawatan
Merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan
konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.
Proses keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang
menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan
perawat yang dibutuhkan pasien.

C. Konsep Manajemen Unit


Pada model praktik keperawatan professional harus mampu
memberikan asuhan keperawatan professional dan untuk itu diperlukan
penataan 5 komponen utama manajemen pelayanan keperawatan yang
terdiri dari Man, Money, Methode, Material dan Market (Hoffart dan Woods,
1996 dalam Suarli dan Bahtiar, 2007).
1. Sumber Daya Manusia (Man)
Menurut Kepmenkes RI No. 81 Tahun 2004, Sumber Daya
Manusia (SDM) Kesehatan adalah seseorang yang bekerja secara aktif di

11
bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan
maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan. Sedangkan tenaga kesehatan adalah setiap
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
a. Tenaga Perawat
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu kata Nutrix
yang berarti merawat atau memelihara. Harlley (1997) menjelaskan
pengertian dasar seorang perawat yaitu seseorang yang berperan
dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi
seseorang dari sakit, injuri, serta proses penuaan. Perawat
professional adalah perawat yang bertanggung jawab dan berwenang
untuk memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan
kewenangannya (Depkes RI, 2002 dalam Bastian, 2008).
1) Peran dan Fungsi Perawat
Keperawatan merupakan profesi yang di masa depan perlu
semakin tertib seperti yang dikemukakan oleh World Medical
Association (1991) bahwa “echanching the quality of life and the
health status of all people”. Dengan demikian profesi perawat
secara berkesinambungan berperan besar dalam meningkatkan
kualitas hidup serta derajat kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.
Fungsi perawat adalah melakukan pengkajian atas kondisi
individu baik sehat maupun sakit, dimana segala aktivitas yang
dilakukan berguna untuk pemulihan kesehatan. Berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki, aktivitas ini dilakukan dengan berbagai
cara untuk mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin,
yaitu dalam bentuk proses keperawatan yang terdiri dari tahap
pengkajian, identifikasi masalah (diagnosa keperawatan),
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
2) Hak dan Kewajiban Perawat

12
Menurut Undang-Undang No.38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan, perawat memiliki hak dan kewajiban dalam
melaksanakan praktik keperawatan, perawat berhak :
a) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan
tugas sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi,
standar prosedur operasional dan ketentuan Peratuan
Perundang-undangan
b) Memperoleh informasi yang benar, jelas dan jujur dari klien dan
atau keluarganya
c) Menerima imbalan jasa atas pelayanan keperawatan yang telah
diberikan
d) Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan
dengan kode etik, standar pelayanan, standar profesi dan
prosedur operasional atau ketentuan Peratuaran Perundang-
undangan
e) Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar Perawat
dalam melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban :
I. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan
sesuai dengan standar pelayanan keperawatan dan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan
II. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode
etik, standar pelayanan keperawatan, standar profesi,
standar prosedur operasional dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan
III. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat
atau tenaga kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan
lingkup dan tingkat kompetensinya
IV. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan
standar
V. Memberikan informasi yang lengka, jujur, benar, jelas dan
mudah dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada
klien dan atau keluarganya sesuai dengan batas
kewenangannya

13
VI. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga
kesehatan lainyang sesuai dengan kompetensi perawat
VII. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh
pemerintah
b. Cara Penghitungan Tenaga Perawat
Jumlah tenaga perawat keseluruhan (Profesional lanjut,
Profesional pemula, vokasional dan lain-lain). Jenis ketenagaan atau
pendidikan, keterampilan khusus yang dimiliki perawat yang dapat
melalui kursus atau pendidikan dan pealatihan. Jumlah tenaga
professional lainnya yang terkait meliputi : Dokter, Ahli Gizi, Petugas
Lab, Tenaga Administrasi dan Cleaning Service (Nursallam, 2012).
1) Rumus Depkes
Tabel 2.1 Contoh perhitungan tenaga dalam satu ruangan :
Rata-rata jam
Rata-rata Jumlah jam
No Jenis/Kategori perawatan
pasien/hari perawatan/hari
pasien/hari
A B C D E
1 Pasien P. Dalam 10 3,5 35
2 Pasien Bedah 8 4 32
3 Pasien Gawat 1 10 10
4 Pasien Anak 3 4,5 13,5
5 Paien Kebidanan 1 2,5 2,5
Jumlah 23 93,0

Keterangan :
Berdasarkan penelitian dari luar. Jadi jumlah tenaga keperawatan
yang diperlukan adalah :
Jumlah jam perawatan = 93 = 13 perawat
Jam kerja efektif per shift 7
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor
koreksi) dengan : hari libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss Day = Jml hari minggu dalam 1 tahun + Cuti + Hari besar
X Jml perawat yg ada
Jumlah hari kerja efektif
52 + 12 + 14 = 78 hari x 13 = 3,5 orang
286

14
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non
keperawatan (non nursing jobs) seperti : membuat perincian pasien
pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien dll,
diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.

Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25


100
13 + 3,5 x 25 = 4,1
100
Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + factor koreksi
16,5 + 4,1 = 20,6 (dibulatkan 21 perawat/bidan)
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk contoh diatas
adalah 21 orang
Keterangan :
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun : 52 hari
Cuti dalam 1 tahun : 12 hari
Hari besar dalam 1 tahun : 21 hari
Jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun: 275 hari
TP : Rata-rata jumlah pasien perhari x jumlah jam perawatan per
hari + Loss Day jam efektif per hari
2) Rumus Douglas (1984)
Untuk pasien rawat inap standar waktu pelayanan sebagai berikut :
a) Perawatan minimal : 1-2 jam/24 jam
b) Perawatan intermediet : 3-4 jam/24 jam
c) Perawatan maksimal/total : 5-6 jam/24 jam
Dalam penerapan system klasifikasi pasien dengan 3
kategori tersebut adalah sebagai berikut :
a) Kategori I : Self Care (Perawatan mandiri)
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara
umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan
orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan
pengobatan biasanya ringan dan simple.
b) Kategori II : Intermediet Care (Perawatan sedang)

15
Kegiatan sehari-hari dibantu, mengatur posisi waktu makan,
eliminasi dan perawatan diri dibantu. Penampilan pasien sedang.
Tindakan perawatan pada pasien ini monitor TTV,fungsi
fisiologis, status emosional, kelancaran infus. Pasien
memerlukan bantuan penkes untuk support emosi 5-20
menit/shift atau 30-60 menit/shift dengan mengobservasi efek
samping obat atau reaksi alergi.
c) Kategori III : Intensive Care (Perawatan total)
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri, semua
dibantu perawat, penampilan sakit berat, pasien memerlukan
observasi terus-menerus.

Klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan :


a) Perawatan Minimal
I. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaiian dilakukan sendiri
II. Makan dan minum dilakukan sendiri
III. Ambulasi dengan pengawasan
IV. Observasi tanda- tanda vital dilakukan setiap shif
V. Pengibatan minimal, status psikologis stabil
VI. Persiapan prosedur memerlukan pengobatan
b) Perawatan Parsial
I. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
II. Observasi tanda- tanda vital setiap 4 jam sekali
III. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
IV. Folly cateter, intake output di catat
V. Klien dengan pasang infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur
c) Perawatan Total
I. Segalanya diberi bantuan
II. Posisi yang diatur, observasi tanda- tanda vital setiap 2 jam
III. Makan memerlukan NGT, intravena terapi
IV. Pemakaian suction
V. Gelisah/disorientasi

16
3) Cara Gillies
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada 3 jenis bentuk
pelayanan, yaitu :
a) Perawatan langsung, yaitu perawatan yang diberikan oleh
perawat yang ada hubungannya secara khusus dengan
kebutuhan fisik, psikologis dan spiritual.
b) Perawatan tidak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat
rencana perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi
dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan,
serta melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha
Detroit (Gillies, 1996) = 38 menit/klien/hari, sedangkan menurut
Wolfe dan Young (Gillies, 1996) = 60 menit/klien/hari dan
penelitian di RUmah Sakit John Hopkins dibutuhkan 60
menit/pasien (Gillies, 1996).
c) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi :
aktivitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut
Mayer dalam Gillies (1996) waktu yang dibutuhkan untuk
pendidikan kesehatan = 15 menit/klien/hari.

c. Kualifikasi Perawat
Perawat profesional menurut buku Standar Nasional Akreditasi
Rumah Sakit Edisi 1 (SNARS Edisi 1) adalah sebagai salah satu
Profesional Pemberi Asuhan (PPA). Sebagai PPA yang memberikan
asuhan selama 24 jam di rumah sakit, perawat mempunyai kontribusi
besar membawa misi asuhan yang berfokus pada pasien dan juga
keselamatan pasien. Adanya asuhan interkolaborasi antara PPA juga
menuntut perawat mempunyai kompetensi. Kompetensi ini menjadi
dasar kewenangan otonomi dan tanggung jawab secara mandiri
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.
Kompetensi perawat klinis sesuai jenjang karir menurut PMK No.
40 Tahun 2017, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Perawat Klinis I (PK I)

17
Perawat klinis I adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan dasar dengan penekanan pada
keterampilan teknis keperawatan dibawah bimbingan.
2) Perawat klinis II (PK II)
Perawat Klinis II adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan holistic pada klien secara mandiri
dan mengelola klien/sekelompok klien secara tim serta memperoleh
bimbingan untuk penanganan masalah lanjut/kompleks.
3) Perawat Klinis III (PK III)
Perawat klinis III adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan komprehensif pada area spesifik
dan mengembangkan pelayanan keperawatan berdasarkan bukti
ilmiah dan melaksanakan pembelajaran klinis.
4) Perawat Klinis IV (PK IV)
Perawat klinis IV adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan pada masalah klien yang kompleks
di area spesialistik dengan pendekatan tata kelola klinis secara
interdisiplin, multidisiplin, melakukan riset untuk mengembangkan
praktek keperawatan serta mengembangkan pembelajaran klinis.
5) Perawat Klinis V (PK V)
Perawat klinis V adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
memberikan konsultasi klinis keperawatan pada area spesialistik,
melakukan tata kelola klinis secara transdisiplin, melakukan riset
klinis untuk pengembangan prakti, profesi dan kependidikan
keperawatan.
Tabel 2.2 Kewenangan Klinis Perawat
d. Komunikasi
1) Pengertian
Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan,
pendapat dari pemberian nasihat yang terjadi antara dua orang atau
lebih yang bekerja sama (Tappen, 1995 dalan Nursalam, 2012).
Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyususn
dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah

18
sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan
tujuan pemberi pesan.
Menurut Johnson (2008) komunikasi adalah alat atau cara
seseorang mengirim pesan ke orang lain dan mengharapkan
respon dari orang tersebut. Dalam konteks manajemen manajer
mengirimkan berita kepada bawahannya baru dapat dikatakan
berkomunikasi bila bawahannya menerima dan mengerti pesan
yang disampaikan dan memiliki persepsi yang sama diantara
keduanya.
2) Tujuan komunikasi menurut Effendy (2010) ada 4, yaitu :
a) Mengubah sifat orang
b) Mengubah opini atau pendapat/ pandangan
c) Mengubah perilaku
d) Mempengaruhi
Dalam konteks manajemen dan kepemimpinan komunikasi
digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi pikiran,
pengetahuan dan perilaku bawahan dalam upaya untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
3) Hambatan Komunikasi
Secara objektif hambatan yang secara tidak disengaja
keberadaannya (faktor lingkungan, kurang kemapuan, waktu yang
tidak tepat, media tidak cocok). Secara subjektif hambatan yang
secara sengaja dibuat sehingga menimbulkan gangguan
(pertentangan kepentingan, prejudis, iri hati).
a) Faktor komunikator
I. Keterampilan yang kurang dalam penyampaian isi pesan
II. Penggunaan media tidak tepat
III. Tidak bisa memanipulasi kondisi lingkungan yang tidak
kondusif
IV. Kurang kemampuan dalam merumuskan tujuan komunikasi
ke dalam pesan yang disampaikan
b) Faktor komunikan
I. Selektifitas
II. Antisipasi terhadap isi pesan

19
III. Komunikan mempunyai anggapan-anggapan tertentu
terhadap komunikator
4) Prinsip komunikasi manajer keperawatan
Walaupun komunikasi dalam satu organisasi adalah sangat
kompleks, manajer harus dapat melaksanakan komunikasi melalui
beberapa tahap di bawah ini (Nursalam, 2007):
a) Manajer harus mengerti sruktur organisasi, termasuk
pemahaman tentang siapa yamg akan terkena dampak dari
pengambilan keputusan yang telah dibuat. Jaringan komunikasi
formal dan informal perlu dibangun antara manajer dan staf.
b) Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi
sebagai bagian proses yang tidak terpisahkan dalam kebijakan
organisasi. Jika bagian lainnya akan terkena dampak akibat
komunikasi, manajer harus berkonsultasi tentang isi komunikasi
dan meminta umpan balik dari orang yang kompeten sebelum
melakukan suatu perubahan atau tindakan.
c) Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat
d) Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat
diterima secara akurat, salah satu cara untuk melakukannya
pada proses ini adalah meminta penerima pesan untuk
mengulangi pesan atau instruksi yang disampaikan.
e) Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting
bagi manajer, hal yang perlu dilakukan adalah menerima semua
informasi yang disampaikan orang lain, dan menunjukan rasa
menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.
5) Model komunikasi (Nursalam, 2007)
a) Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam
organisasi. Dalam mencapai setiap kebutuhan individu/staf,
setiap organisasi telah mengembangkan metode penulisan
dalam mengkomunikasikan pelaksanaaan pengelolaan,
misalnya publikasi perusahaan, surat menyurat ke staf,
pembayaran, dan jurnal. Manajer harus terlibat dalam
komunikasi tertulis, khususnya pada stafnya. Menurut Asosiasi

20
pendidikan kesehatan di Amerika (1988) komunikasi tertulis dan
memo dalam suatu organisasi meliputi:
I. Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai
menulis.
II. Menulis nama orang dalam tulisan anda perlu
dipertimbangkan dampaknya.
III. Tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata,
tulisan yang sederhana akan lebih mudah dipahami dan
memungkinkan untuk dibaca orang lain.
IV. Gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting,
temukan cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan,
sehingga orang lain mudah mengerti.
b) Komunikasi secara langsung
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada
atasan dan bawahan baik secara formal maupun informal.
Mereka juga melakukan komunikasi secara verbal pada
pertemuan formal, baik kepada individu dalam kelompok dan
presentasi secara formal (Nursalam, 2007).
Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness. Pelaku
asertif adalah suatu cara komunikasi yang memberikan
kesempatan individu untuk mengekspresikan perasaannya
secara langsung, jujur dan dengan cara yang sesuai tanpa
menyinggung perasaan orang lain yang diajak berkomunikasi.
Hal yang harus dihindari pada komunikasi secara asertif adalah
pasif dan agresif, khususnya agresif yang tidak langsung.
Komunikasi pasif terjadi jika individu tidak tertarik terhadap topik
atau karena enggan berkomunikasi, sedangkan komunikasi
agresif terjadi jika individu merasa superior terhadap topik yang
dibicarakan (Nursalam 2007).
c) Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan
menggunakan ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap tubuh
atau body language. Komunikasi non verbal meliputi komponen
emosi terhadap pesan yang diterima atau disampaikan, maka

21
komunikasi non verbal lebih mengandung arti yang signifikan
dibandingkan komunikasi verbal. Tetapi akan menjadi sesuatu
yang membahayakan jika komunikasi nonverbal disalah artikan
tanpa adan ya penjelasan secara verbal (Nursalam 2007).
Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi verbal dan
non verbal, agar individu (atasan atau bawahan) dapat
menerima pesan secara jelas (Nursalam 2007).
2. Material Dan Machine
Pedoman teknis fasilitas ruang rawat inap rumah sakit yang
memenuhi standar pelayanan merupakan faktor penting yang dapat
mempengaruhi perbaikan dan penyembuhan pasien, oleh karena itu
dalam merancang ruang rawat inap harus memenuhi persyaratan tertentu
yang mendukung terciptanya ruang rawat inap yang sehat, aman dan
nyaman.
a. Lokasi
Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang aman dan
nyaman tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibilitas atau
pencapaian dari sarana penunjang rawat inap dan terletak jauh dari
tempat-tempat pembuangan kotoran, bising dan mesin/generator.
b. Denah
1) Persyaratan umum
a) Pengelompokan ruang berdasarkan kelompok aktivitas yang
sejenis hingga tiap kegiatan tidak bercampur dan tidak
membingungkan pemakai bangunan.
b) Peletakan ruangannya terutama secara keseluruhan perlu
adanya hubungan antar ruang dengan skala prioritas yang
diharuskan dekat dan sangat berhubungan/membutuhkan.
c) Akses pencapaian ke setiap blok/ruangan harus dapat dicapai
dengan mudah.
d) Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan
perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya
dibuat secara linier/lurus (memanjang).
e) Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan
kebutuhan jumlah pasien yang akan ditampung.

22
f) Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ke dalam
ruangan.
g) Alur petugas dan pengunjung dipisah.
h) Besaran ruang dan kapasitas ruang harus dapat memenuhi
persyaratan minimal seperti yang ditunjukkan pada tabel
sebagai berikut :

Tabel 2.2 Kebutuhan Minimal Luas Ruangan Pada Ruang Rawat

Inap

NO NAMA RUANGAN LUAS SATUAN


1 Ruang Rawat Inap :
1.VIP 18 M2/tempat tidur
2.Kelas I 12 M2/tempat tidur
3.Kelas II 10 M2/tempat tidur
4.Kelas III 8 M2/tempat tidur
2 Ruang pos perawat 20 M2
3 Ruang Konsultasi 20 M2
4 Ruang Tindakan 9 M2
5 Ruang administrasi 12 M2
6 Ruang dokter 18 M2
7 Ruang perawat 9 M2
8 Ruang ganti/loker 9 M2
9 Ruang kepala rawat inap 12 M2
10 Ruang linen bersih 18 M2
11 Ruang linen kotor 9 M2
12 Spoelhoek 9 M2
13 Kamar mandi/toilet 25 M2
14 Pantry 9 M2
15 Ruang janitor/service 9 M2
16 Gudang bersih 18 M2
17 Gudang kotor 18 M2
2 Ruang pos perawat 20 M2
3 Ruang Konsultasi 20 M2
4 Ruang Tindakan 9 M2
5 Ruang administrasi 12 M2
6 Ruang dokter 18 M2
7 Ruang perawat 9 M2
8 Ruang ganti/loker 9 M2
9 Ruang kepala rawat inap 12 M2
10 Ruang linen bersih 18 M2
11 Ruang linen kotor 9 M2
12 Spoelhoek 9 M2
13 Kamar mandi/toilet 25 M2
14 Pantry 9 M2
15 Ruang janitor/service 9 M2

23
NO NAMA RUANGAN LUAS SATUAN
16 Gudang bersih 18 M2
17 Gudang kotor 18 M2
Sumber : Kementrian Kesehatan RI (2012)

2) Persyaratan khusus
a) Tipe ruang rawat inap, terdiri dari :
i. Ruang rawat inap 1 tempat tidur setiap kamar (VIP)
ii. Ruang rawat inap 2 tempat tidur setiap kamar (Kelas I)
iii. Ruang rawat inap 4 tempat tidur setiap kamar (Kelas II)
iv. Ruang rawat inap 6 tempat tidur atau lebih setiap kamar
(Kelas III)
b) Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan (ruang
isolasi) seperti :
I. Pasien yang menderita penyakit menular
II. Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau
(seperti tumor, gangren diabetikum dll)
III. Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam
ruangan)
Keseluruhan ruang-ruang ini harus terlihat jelas dalam
kebutuhan jumlah dan jenis pasien yang akan dirawat.
c) Pos Perawat ( Nurse Station )
Lokasi pos perawat sebaiknya tidak jauh dari ruang rawat inap
yang dilayaninya, sehingga pengawasan terhadap pasien
menjadi lebih efektif dan efisien.
d) Lantai
I. Lantai harus kuat dan rata, tidak berongga
II. penutup lantai dapat terdiri dari bahan vinyl yang rata atau
keramik dengan nat yang rata sehingga abu dari kotoran-
kotoran tidak bertumpuk, mudah dibersihkan, tidak mudah
terbakar.
III. Pertemuan dinding dengan lantai harus melengkung
(Hospital Plint), agar memudahkan pembersihan dan tidak
menjadi tempat sarang abu dan kotoran.
e) Langit-langit.

24
Langit-langit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak
menghasilkan debu atau kotoran lain.
f) Pintu
Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda,
masing-masing dengan lebar 90 cm dan 40 cm, pada sisi pintu
dengan lebar 90 cm, di pasang kaca intai, pintu masuk ke kamar
mandi umum, minimal lebarnya 85 cm, pintu masuk ke kamar
mandi pasien, untuk setiap kelas, minimal harus ada 1 kamar
mandi berukuran lebar 90 cm, diperuntukkan bagi penyandang
cacat.

g) Kamar mandi
I. Kamar mandi pasien terdiri dari kloset, shower dan bak
cuci tangan (wastafel)
II. Khusus untuk kamar mandi bagi penyandang cacat
mengikuti pedoman atau standar teknis yang berlaku
III. Jumlah kamar mandi untuk penyandang cacat 1 untuk
setiap kelas
IV. Toilet umum terdiri dari kloset dan bak cuci tangan
(wastafel)
h)Jendela
Lebih disukai menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah
pemeliharaannya, dan cukup rapat.
i) Standar Alat di Ruang Rawat Inap
Standar peralatan keperawatan dan kebidanan adalah
penetapan peralatan keperawatan dan kebidanan yang meliputi
penentuan kebutuhan (jumlah, jenis dan spesifikasi) serta
pengelolaannya dalam upaya mewujudkan pelayanan
keperawatan dan kebidanan yang berkualitas (Depkes, 2001).
Peralatan keperawatan dan kebidanan yang dimaksud dalam
standar ini terdiri dari :
I. Alat tenun
II. Alat kesehatan
III. Alat rumah tangga

25
IV. Alat pencatatan dan pelaporan keperawatan/kebidanan
V. Pengelolaan peralatan keperawatan dan kebidanan yang
meliputi : standar pengadaan, standar ditribusi, standar
penggunaan, standar pemeliharaan, standar penggantian,
standar penghapusan dan standar pengawasan dan
pengendalian.
Prinsip dasar dalam menentukan kebutuhan peralatan
keperawatan dan kebidanan adalah :
Pengadaan peralatan mempertimbangkan aspek :
a) Alat tenun
I. Menyerap keringat/air
II. Mudah dibersihkan
III. Ukuran memenuhi standarisasi yang ditetapkan
IV. Pemilihan warna memperhatikan aspek psikologis pasien
V. Tidak berfungsi sebagai mediator kuman
VI. Tidak menyebabkan iritasi/perlukaan kulit
b) Alat kesehatan
I. Mudah dibersihkan
II. Tidak mudah berkarat
III. Ukuran standar secara umum (dewasa, anak, bayi)
IV. Aman penggunaan baik bagi petugas dank lien
V. Tidak berfungsi sebagai mediator kuman
VI. Untuk alat-alat kesehatan tertentu memenuhi persyaratan
agronomi
VII. Tersedianya suku cadang terhadap kesinambungan alat
VIII. Tersedianya manual penggunaan alat dan prosedur
c) Alat pencatatan dan pelaporan
I. Bahasa sederhana dan mudah dimengerti
II. Mudah diisi
III. Ukuran, jenis kertas dan desain terstandar
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menentukan standar
peralatan keperawatan dan kebidanan adalah :
a) Kebijakan Rumah Sakit yang menyangkut pengadaan peralatan
keperawatan dan kebidanan serta prioritas yang menjadi pertimbangan
dalam pengambilan keputusan
b) Tingkat hunian Bed Occupancy Rate (BOR) dan Turn Over Interval (TOI)
yang tertinggi
c) Pola penyakit dan jenis pelayanan akan berpengaruh terhadap
pengadaan peralatan keperawatan dan kebidanan yang dipergunakan
baik jenis, jumlah dan kualitas peralatan
d) Sistem pemeliharaan peralatan keperawatan dan kebidanan
e) Adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai pengetahuan
dan pengelolaan peralatan keperawatan dan kebidanan
f) Pemilihan jenis peralatan keperawatan dan kebidanan
mempertimbangkan klien, petugas, institusi.

3. Metode
a. Mutu Pelayanan RS
1) Standar Pelayanan Minimal Rawat Inap

26
Standar pelayanan minimal (Kepmenkes No. 129 Tahun 2008)
adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap
warga secara minimal.
Pelaksanaan pelayanan di instalasi rawat inap berkaitan dengan
pelayanan medis dan penunjang klinis meliputi rekam medis dan
kegiatan pemeliharaan sarana. Dengan pelayanan rekam medis
dan pemeliharaan sarana yang baik, pasien di rawat inap akan
merasa puas dan nyaman dalam proses penyembuhannya. Adapun
Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk jenis layanan rawat inap,
rekam medis dan pemeliharaan sarana berdasarkan ketentuan
Depkes, disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.3 Standar Pelayanan Minimal Rawat Inap


NO INDIKATOR STANDAR
1 Pemberi pelayanan Dokter spesialis
Perawat minimal D3
2 Dokter penanggung jawab pasien 100%
3 Ketersediaan pelayanan dasar Anak, P Dalam,
Kebidanan, Bedah
4 Jam visite dokter 08.00-14.00/hari
5 Kejadian infeksi pasca operasi ≤ 1,5%
6 Kejadian infeksi nosocomial ≤ 1,5%
7 Tidak ada pasien jatuh yang berakibat 100%
cacat/meninggal
8 Kematian > 48 jam ≤ 0,24%
9 Kejadian pulang atas permintaan sendiri ≤ 5%
10 Kepuasan pelanggan ≥ 90%
11 Rawat inap pasien TBC :
a. Penegakan diagnose TB melalui ≥ 60%
pemeriksaan mikroskopis TB
b. Terlaksana kegiatan penatatan dan ≥ 60%
pelaporan TB
Sumber : Kempenkes No. 129 Tahun 2008

Selain menetukan SPM, Depkes juga menentukan indicator


pelayanan rumah sakit yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator
untuk rawat inap antara lain :
a) BOR (Bed Occupancy Ratio) adalah presentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu
b) LOS (Length Of Stay) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien
c) TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur
tidak ditempati dari setelah diisi ke saat terisi berikutnya

27
d) BTO (Bed Turn Over) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur
pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu
satuan waktu tertentu
e) NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian 48 jam setelah
dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar
f) GDR (Gross Death Rate) adalah angka kematian umum untuk
setiap 1000 penderita keluar
Dari masing-masing indikator menentukan nilai standar ideal
yang dibuat berdasarkan standar yang telah dibuat Huffman,
yaitu :
Tabel 2.4 Indikator Rawat Inap
Indikator Standar Ideal Standar Ideal
(Huffman) (Depkes)
BOR (Bed Occuoancy Ratio) > 75 - 85% 60 - 85%
LOS (Length Of Stay) 2 - 12 hari 6 – 9 hari
TOI (Turn Over Interval) 1 – 3 hari 1 – 3 hari
BTO (Bed Turn Over) 30 kali 40 – 50 kali
NDR (Net Death Rate) < 25% < 25%
GDR (Gross Death Rate) < 45% < 45%
Sumber : Statistik Rumah Sakit, Ery Rustiyanto (2010)
2) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
a) Peningkatan Mutu
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien dan
menjamin keselamatan pasien maka rumah sakit perlu
mempunyai program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
(PMKP) yang menjangkau ke seluruh unit kerja di rumah sakit.
Untuk melaksanakan program tersebut tidaklah mudah karena
memerlukan koordinasi dan komunikasi yang baik antara kepala
bidang/divisi medis, keperawatan, penunjang medis, administrasi,
dan lainnya termasuk kepala unit/departemen/instalasi
pelayanan.
Rumah sakit perlu menetapkan komite/tim atau bentuk
organisasi lainnya untuk mengelola program peningkatan mutu
dan keselamatan pasien agar mekanisme koordinasi
pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien dapat berjalan lebih baik. Standar ini menjelaskan
pendekatan yang komprehensif untuk peningkatan mutu dan

28
keselamatan pasien yang berdampak pada semua aspek
pelayanan. Pendekatan ini mencakup :
I. Setiap unit terlibat dalam program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien;
II. Rumah sakit menetapkan tujuan, mengukur seberapa baik
proses kerja dilaksanakan, dan validasi datanya;
III. Menggunakan data secara efektif dan fokus pada tolok
ukur program;
IV. Dan bagaimana menerapkan dan mempertahankan
perubahan yang telah menghasilkan perbaikan.
Agar peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat
berjalan baik, Direktur Rumah Sakit, para kepala bidang/divisi,
serta kepala unit dan departemen di rumah sakit:
I. Wajib mendorong pelaksanaan program peningkatan mutu
dan keselamatan pasien (PMKP);
II. Berupaya mendorong pelaksanaan budaya mutu dan
keselamatan (quality and safety culture);
III. Secara proaktif melakukan identifikasi dan menurunkan
variasi;
IV. Menggunakan data agar fokus kepada prioritas isu;
V. Berupaya menunjukkan perbaikan yang berkelanjutan.
Mutu dan keselamatan berakar dari pekerjaan sehari-
hari dari seluruh staf di unit pelayanan seperti staf klinis
melakukan asesmen kebutuhan pasien dan memberikan
pelayanan. Standar PMKP ini membantu mereka untuk
memahami bagaimana melakukan peningkatan nyata dalam
memberikan asuhan pasien dan menurunkan risiko. Demikian
pula staf nonklinis dapat memasukkan standar dalam pekerjaan
sehari-hari mereka untuk memahami bagaimana suatu proses
dapat lebih efisien, sumberdaya dapat digunakan dengan lebih
bijaksana, dan risiko fisik dapat dikurangi.
Standar PMKP ini mempunyai kegiatan dengan spektrum
yang sangat luas pada rumah sakit termasuk kerangka untuk
meningkatkan kegiatan dan menurunkan risiko yang terkait

29
dengan munculnya variasi (ketidakseragaman) dalam proses
pelayanan. Dengan demikian, kerangka yang ada dalam standar
ini sangat sesuai dengan berbagai variasi dalam struktur
program dan pendekatan yang kurang formal terhadap
peningkatan mutu serta keselamatan pasien. Kerangka standar
ini juga dapat terintegrasi dengan program pengukuran yang
sudah dilaksanakan seperti hal-hal yang terkait dengan kejadian
yang tidak diantisipasi (manajemen risiko) dan pemanfaatan
sumberdaya (manajemen utilisasi).
Fokus area standar peningkatan mutu dan keselamatan
pasien adalah :
I. Pengelolaan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien;
II. Pemilihan, pengumpulan, analisis, dan validasi data
indikator mutu;
III. Pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien;
IV. Pencapaian dan mempertahankan perbaikan;
V. Manajemen risiko.
b) Keselamatan Pasien
Menurut Vincent (2008), keselamatan pasien didefinisikan
sebagai penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari hasil
tindakan yang buruk atau injuri yang berasal dari proses perawatan
kesehatan. keselamatan pasien yaitu menurut Emanuel (2008),
yang menyatakan bahwa keselamatan pasien adalah disiplin ilmu di
sektor perawatan kesehatan yang menerapkan metode ilmu
keselamatan menuju tujuan mencapai sistem penyampaian layanan
kesehatan yang dapat dipercaya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun
2017, keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat
asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan

30
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
Insiden keselamatan pasien atau yang dikenal dengan istilah
insiden menurut definisi WHO adalah suatu kejadian atau keadaan
yang dapat mengakibatkan, atau mengakibatkan kerugian yang
tidak perlu pada pasien. Berdasarkan PMK Nomor 11/2017 tentag
Keselamatan Pasien, Insiden merupakan setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien
Australia telah menjadi salah satu pelopor pelaporan kejadian dalam
praktik umum, dan studi oleh Badan Ancaman terhadap
Keselamatan Pasien Australia (Threats to Australian Patient
Safety / TAPS) adalah salah satu analisis insiden keselamatan
pasien yang paling komprehensif di dunia internasional (Australian
Commision on Safety and Quality in Health Care, 2010).

Sasaran Keselamatan Pasien terdiri dari :


1) Ketepatan identifikasi pasien
2) Peningkatan komunikasi yang efektif
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5) Pengurangan Infeksi terkait pelayanan kesehatan
6) Pengurangan Risiko Jatuh
Adapun istilah insiden keselamatan pasien yang telah
dikenal secara luas berikut definisinya yaitu :
1) Insiden Keselamatan Pasien (IKP)/Patient Safety Incident
adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat,
kematian dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
2) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse Event adalah suatu
kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan
pada pasien karena suatu tindakan (“commission”) atau karena

31
tidak bertindak (“omission”), bukan karena “underlying disease”
atau kondisi pasien.
3) Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near Miss adalah suatu insiden
yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak
menyebabkan cedera pada pasien.
4) Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera, dapat
terjadi karena “keberuntungan” (misal: pasien terima suatu obat
kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), atau “peringanan”
(suatu obat dengan reaksi alergi diberikan , diketahui secara dini
lalu diberikan antidotumnya).
5) Kondisi Potensial Cedera (KPC)/“reportable circumstance”
adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbukan
cedera, tetapi belum terjadi insiden
6) Kejadian Sentinel (Sentinel Event) yaitu suatu KTD yang
mengakibatkan kematian atau cedera yang diharapkan atau
tidak dapat diterima seperti: operasi pada bagian tubuh yang
salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan
cedera yang terjadi (misalnya Amputasi pada kaki yang salah,
dan sebagainya) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan
dan prosedur yang berlaku.
Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dalam
menegakkan keberhasilan kendali mutu dan kendali biaya dalam
pelayanan kesehatan adalah dengan pencapaian pelayanan
yang bermutu tinggi serta mengedepankan keselamatan pasien.
Menerapkan kebijakan dan praktik keselamatan pasien
merupakan tantangan dalam bidang pelayanan kesehatan.
Dimana, fasilitas kesehatan harus dapat menjamin keamanan
dan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada setiap
pasien. Untuk menjamin hal tersebut, setiap fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk rumah sakit maupun pelayanan primer
lainnya harus menyelenggarakan Keselamatan Pasien.

32
Peraturan yang berlaku di Indonesia mewajibkan setiap fasilitas
kesehatan menerapkan standar keselamatan pasien
c) Standar Keselamatan Pasien
Dalam penyelenggaran keselamatan pasien maka
diperlukan standar keselamatan pasien sebagai acuan untuk
melaksanakan kegiatannya. Standar keselamatan pasien wajib
diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan. Standar keselamatan
pasien meliputi tujuh standar yaitu :
i. Hak pasien, pasien dan keluarga mempunyai hak untuk
mendapat informasitentang rencana dan hasil pelayanan
termasuk kemungkunan KTD
ii. Pendidikan bagi pasien dan keluarga, rumah sakit harus
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
iii. Keselamatan pasien dalam kesinambambungan pelayanan,
rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
iv. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan peningkatan keselamatan pasien, rumah sakit
harus mendisain proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalsis secara intensif KTD, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien.
v. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
vi. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien
vii. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.

b. Metode MPKP
1) Pengertian
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu
sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang

33
memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan
(Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu
sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang
memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan
berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal
penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah
tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk
melakukan tindakan keperawatan. Pada aspek proses ditetapkan
penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi
metode tim dan keperawatan primer).
2) Tujuan MPKP
a) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b) Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan
pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
c) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan
keperawatan.
d) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan
keputusan.
e) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan.
3) Komponen-Komponen Dalam MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan
professional, yaitu sebagai berikut :
a) Ketenagaan Keperawatan
b) Metoda pemberian asuhan keperawatan
c) Proses Keperawatan
d) Dokumentasi Keperawatan
4) Model Praktek di Pelayanan Kesehatan
a) Model praktek pelayanan kesehatan di puskesmas

34
Model praktek keperawatan professional merupakan suatu
sistem, baik menyangkut struktur, proses dan nilai-nilai
professional, yang memungkinkan perawat professional
mmengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan
untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan. Lingkup
cakupan, dan batasan wewenang serta tanggung jawab seorang
perawat profesional (ners) dalam praktik keperawatan di
puskesmas atau di rumah sakit dikaji. Perawat professional
dengan sikap dan kemampuan professional dapat diberi
wewenang dan tanggung jawab melaksanakan praktik
keperawatan di rumah sakit dan puskesmas.
Menurut The American Public Health Association perawat
kesehatan masyarakat adalah praktek dari promosi dan
perlindungan populasi dengan menggunakan pengetahuan
keperawatan, ilmu social dan kesehatan masyarakat (Stanhope &
Lancaster, 2000).
Sesuai dengan Kepmenpan No.94 (2001) upaya keperawatan
kesehatan masyarakat adalah pelayanan professional yang
terintegrasi dengan pelayanan kesehatan di puskesmas yang
dilaksanakan oleh perawat.
Perawat puskesmas mempunyai tugas pokok memberikan
pelayanan keperawatan dalam bentuk asuhan keperawatan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, untuk mencapai
kemandirian masyarakat baik di sarana pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit dan puskesmas.
Perawat Kesehatan di puskesmas adalah semua perawat di
puskesmas yang menjabat sebagai pejabat fungsional perawat
dan bekerja di puskesmas yang disebut dengan perawat
puskesmas (Depkes RI, 2004).
Pelaksana utama dari kegiatan keperawatan kesehatan
masyarakat adalah semua perawat fungsional keperawatan di
puskesmas.
b) Model praktek keperawatan di rumah sakit

35
Model praktik keperawatan dirumah sakit adalah suatu sistem
(stuktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memfasilitasi
perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan,
termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Ratna
Sitorus dan Yulia(2006).
Rumah sakit sebagai suatu sistem pelayanan Kesehatan
yang mengemban tugas melaksanakan upaya Kesehatan secara
berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi
dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan. Berdasarkan tugas rumah sakit di
atas, maka salah satu fungsi rumah sakit adalah
menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.
Yang dimaksud dengan pelayanan keperawatan di rumah
sakit adalah salah satu jenis pelayanan professional yang
diselenggarakan oleh rumah sakit untuk melayani kebutuhan
masyarakat khususnya dalam bidang keperawatan yang
diorganisir melalui pelayanan rawat inap. Seluruh kegiatan
pelayanan keperawatan di rumah sakit diselenggarakan selama
24 jam sehari secara berkesinambungan. Kegiatan tersebut diatur
dan diorganisir oleh manajer keperawatan. Pelayanan
keperawatan sebgai bagian integral dari pelayanan Kesehatan di
rumah sakit, menentukan mutu pelayanan Kesehatan di rumah
sakit, oleh karena keberadaan perawat yang memberikan asuhan
keperawatan selama 24 jam secara berkesinambungan. Keluhan
masyarakat terhadap pelayanan keperawatan pada umumnya
ditujukan pada sikap perawat yang kurang baik, kurang terampil
dalam berkomunikasi.
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktik
keperawatan professional, yaitu sebagai berikut :
i. Ketenagaan Keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan
dengan kategori yang akan dibutuhan untuk asuhan
keperawatan klien disetiap unit. Beberapa pendekatan dapat

36
digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang akan
dibutuhkan berdasarkan kategori klien yang dirawat,rasio
perawat,dan klien untuk memenuhi standar praktek
keperawatan.
ii. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan adalah bagian dari
manajemen pelayanan keperawatan yang merupakan
pelaksanaan proses keperawatan dengan menggunakan
konsep-konsep-konsep manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan dan pengendalian atau
evaluasi (Gillies, 1994). Sistem pemberian asuhan
keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan
keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah
pasien. Setiap metoda memiliki keuntungan dan kerugian
masing-masing. Terdapat 4 metode dalam pemberian
asuhan keperawatan, yaitu metode fungsional, metode tim ,
metode primer dan metode kasus.
iii. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan
keputusan yang dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan
asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien
merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan.
Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan
keputusan adalah :
(a) Identifikasi masalah,
(b) Menyusun alternatif penyelesaikan masalah,
(c) Pemilihan cara penyelesdaian masalah yang tepat dan
melaksanakannya,
(d) Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian
masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada
langkah-langkah proses keperawatan yaitu :
(a) Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih
holistik,

37
(b) Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari
masalah masalah keperawatan,
(c) Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah,
(d) Implementasi rencana dan
(e) Evaluasi hasil tindakan.
iv. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam
sistem pelayanan keperawatan, karena melalui
pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai
keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara
berkesinambungan. Disamping itu, dokumentasi merupakan
dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan.
Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana
komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk
pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk
penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan
pertanggung gugatan asuhan keperawatan. Dokumen dibuat
berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi
berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana
keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan
perkembangan pasien.
c) Model Praktek Keperawatan Mandiri
Praktek keperawatan perorangan
i. Pengertian
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri
perawat profesional melalui kerjasama yang bersifat
kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya
dalam memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan
yang dilandasi dengan keilmuan khusus, pengambilan
keputusan dan keterampilan perawat berdasarkan aplikasi
ilmu sesuai lingkup kewenangan dan tanggung jawab.
Sedangkan,

38
pengertian praktik keperawatan mandiri yaitu praktik
perawat swasta yang dilakukan secara perorangan atau
kelompok.
ii. Tujuan praktek keperawatan perorangan
Tujuan praktik keperawatan sesuai yang dicanangkan
WHO (1985) harus diupayakan pada pencegahan primer,
peningkatan kesehatan pasien, keluarga dan masyarakat,
perawatan diri, dan peningkatan kepercayaan diri. Praktik
keperawatan meliputi empat area yang terkait dengan
kesehatan (Kozier & Erb, 1999), yaitu, peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
kesehatan, pemulihan kesehatan, serta perawatan pasien
menjelang ajal.
5) Manajemen Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan adalah bagian dari
manajemen pelayanan keperawatan yang merupakan pelaksanaan
proses keperawatan dengan menggunakan konsep-konsep-konsep
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan
dan pengendalian atau evaluasi (Gillies, 1994).
Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu
pendekatan pemberian asuhan keperawatan secara efektif dan
efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda memiliki keuntungan
dan kerugian masing-masing. Terdapat 4 metode dalam pemberian
asuhan keperawatan, yaitu metode fungsional, metode tim , metode
primer dan metode kasus.
a) Metode fungsional
Metode ini diterapkan dalam penguasaan pekerja didunia
industri ketika setiap pekerja dipusatkan pada saatu tugas atau
aktifitas. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan menggunakan metode fungsional, setiap perawat
memperoleh suatu tugas (kemungkinan bisa lebih) untuk semua
pasien diunit/ruang tempat perawat tersebut bekerja. Disatu
unit/ruangan, seorang perawat diberikan tugas mennyuntik maka
perawat tersebut bertanggung jawab untuk memberikan program

39
pengobatan melalui suntikan kepada semua pasien di
unit/ruangan tersebut.
b) Metode kasus
Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau
asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu
orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode
waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung
jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan
tentang pelayanan keperawatan klien. Dalam metode ini staf
perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan
langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di ruang
isolasi dan ICU.
c) Metode tim
Pengembangan metode tim ini didasarkan pada falsafah
mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan
kemampuan anggota kelompok. Metode ini juga didasari atas
keyakinan bahwa setiap pasen berhak memperoleh peleyanan
terbaik. Dalam keperawatan, metode tim diterapkan dengan
menggunakan sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari
perawat professional, nonprofessional, dan pembantu perawat
untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pembantu
pasien.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan
adalah untuk memberikan asuahan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas. Selain
itu, tugas, memungkinkan adanya transfer of knowledge dan
transfer of experiences di antara perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan dan meninggkatkan pengetahuan serta
memberikan keterampilan dan motivasi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan.
d) Metode primer
Metode ini dikembangkan pada falsafah yang beriorentasi
pada pasien bukan pada tugas. Disini terjadi suatu desentralisasi
dalam pengambilan keputuan antara perawat primer dan pasien.

40
Menurut Hegyvary (1982), pemberian asuhan keperawatan
dengan metode keperawatan primer memberikan setiap perawat
primer tanggung jawab menyeluruh (total care) dalam 24 jam/hari
secara terus menurus untuk perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pada sekelompok kecil pasien (4-6 pasien).
Hal ini di mulai sejak pasien masuk hingga pulang/keluar
(Gullies, 1994). Pada saat perawat primer tidak masuk, tindakan
perawatan dapat dilakukan oleh perawat penggantinya (perawat
asisten).
4. Money
a. Pengertian Manajemen Keuangan
Menurut Bambang Riyanto (2013:4) pengertian manajemen
keuangan adalah keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan
usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau
mengalokasikan dana tersebut. Manajemen keuangan merupakan
suatu ilmu yang mempelajari tentang perencanaan, pemeriksaan,
penganggaran, pengelolaan, pencarian, pengendalian dan
penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan dengan
tujuan menyeluruh.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa fungsi manajemen keuangan bukan saja dalam hal bagaimana
mengatur dan mengambil keputusan dalam segala aktivitas yang
berhubungan dengan pengumpulan dan pengalokasian dana, akan
tetapi mencakup bagaimana mengelola serta menggunakan dana
tersebut secara efektif dan efisien.
Penjelasan singkat masing-masing fungsi manajemen keuangan :
1) Perencanaan Keuangan
Membuat rencana pemasukan dan pengeluaran serta kegiatan-
kegiatan lainnya untuk periode tertentu.
2) Penganggaran Keuangan
Tindak lanjut dari perencanaan keuanagan dengan membuat detail
pengeluaran dan pemasukan.
3) Pengelolaan keuangan

41
Menggunakan dana rumah sakit atau perusahaan untuk
memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara
4) Pencarian keuangan
Mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk
operasional rumah sakit.
5) Penyimpanaan keuangan
Mengumpulkan dana Rumah Sakit serta menyimpan dana tersebut
dengan aman.
6) Pengendalian Keuangan
Melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem
keuangan pada rumah sakit.
7) Pemeriksaan keuangan
Melakukan audit internal atas keuangan rumah sakit yang ada agar
tidak terjadi penyimpangan. Dalam menjalankan fungsinya, tugas
manajer keuangan berkaitan langsung dengan keputusan pokok
perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
b. Fungsi Utama Manajemen Keuangan
1) Investment Decision
Keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola perusahaan atau
rumah sakit.
2) Financing Decision
Keputusan berkaitan dengan penetapan sumber dana yang
diperlukan dan penetapan perimbangan pembelanjaan yang terbaik
(struktur modal yang optimal).
3) Assets Manajement Decision
Keputusan berkaitan penggunaan dan pengelolaan aktiva (kata bijak :
lebih mudah membangun daripada mengelola).
5. Market
a. Pengertian Pemasaran
Pemasaran rumah sakit merupakan suatu analis,perencanaan,
Pengimplementasian dan pengendalian program-program yang
diformulasikan dengan hati-hati untuk menghasilkan pertukaran niali
secara sukarela dengantarget pasar yang dimaksudkan untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi (Suprihanto, 2010).

42
Pemasaran rumah sakit adalah Suatu upaya rumah sakit
menyimak persepsi masyarakat tentang kebutuhannya sehingga
rumah sakit dapat mengetahui pelayaanan-pelayanan apa yang dapat
ditawarkannya kepada masyarakat (Hartono,2010).
Manajement pemasaran menurut para ahli adalah sebagai
berikut :
1) Phillip Kotler dan Keller (2006)
Manajement pemasaran adalah sebuah ilmu yang mempelajari
tentang cara pemilihan dan memperoleh target pasar,
mempertahankan dan mengembangkan pelanggan dengan
menciptakan, menyampaikan, dan mengkomunikasiakan
keunggulan suatu nilai kepada pelanggan.
2) Phillip Wiliam J. Shultz (2005)
Manajemen pemasaran adalah merencanakan, pengarahan dan
pengawasan seluruh kegiatan pemasaran perusahaan ataupun
bagian perusahaan.
Manajemen pemasaran adalah melakukan rangkaian proses
untuk menciptakan suatu nilai guna membantu pencapaian tujuan
organisasi atau perusahaan. Rumah sakit sebagai salah satu
pelayanan kesehatan dituntut untuk semakin kompetitip memberikan
pelayanan bermutu dan mengembangkan diri. Dalam hal
pengembangan rumah sakit, manajemen pemasaran mempunyai
peran penting sebab fungsi pemasaran tidak hanya memasarkan
pelayanan rumah sakit tetapi juga menjalankan fungsi manajemen
meliputi analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian
pemasaran.
Manajemen pemasaran rumah sakit akan merupakan mata
rantai yang penting dalam rangka keseluruhan rumah sakit. Hal ini
dengan manjemen pemasaran yang runtut dan konsepsional akan
dibuat pemasaran yang jelas dan dapat diandalkan untuk menciptakan,
membentuk dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan
dengan membeli sasaran (target bayar) dengan maksud untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi.

43
Pemasaran harus bertitik tolak dari kebutuhan dan keinginan
konsumen dengan memperkirakan sekaligus menentukan kebutuhan
dan keinginan konsumen serta penyerahan barang dan jasa yang
memuaskan secara efektif dan efesien. Pada era global yang sangat
kompetitip pemasaran diibaratkan sebagai denyut jantung bagi
kelangsungan perusahaan. Sudah bukan jamannya lagi apabila
sebuah perusahaan hanya memperlihatkan berapa banyakknya
barang yang bisa di produksi dan kemudian memproduksinya. Agar
bisa bertahap di dalam pasar yang peka terhadap perubahan dalam
persaingan yang sangat ketat, sebuah persaingan pertama-tama
menentukan “ apa yang bisa di jual, berapa banyak yang bisa di jual,
dan strategi apa yang harus di daya gunakan untuk memikat
konsumen.”
Perkembangan usaha jasa yang begitu cepat membuat
persaingan tidak dapat dihindari, sehingga para pengelola usaha jasa
harus menyadari bahwa pelayanan jasa yang dimilikinya harus
berorientasi kepada apa yang dibutuhkan oleh pelanggan. Oleh karena
itu perusahaan harus memiliki strategi pemasaran yang terpadu.
Menurut Rust, Zahorik, Keiningham dalam Tjiptono (2012:11) di
dalam pemasaran barang, pendekatan 4P (product, price, place,
promotion) sangat baik untuk digunakan. Tetapi dalam pemasaran
jasa, dibutuhkan tambahan 3P lagi yaitu people, physical evidence,
dan process
Karena bisnis jasa sangat komplek, Kotler dan Keller (2016:435)
mengatakan bahwa pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan
pemasaran eksternal tetapi juga memerlukan pemasaran internal dan
interaktif.
1) Pemasaran eksternal (external marketing), yaitu pekerjaan yang
dilakukan oleh perusahaan untuk menyiapkan, menetapkan harga,
mendistribusikan dan mempromosikan jasa kepada konsumen. Bila
ini bisa dilakukan dengan baik maka pelanggan akan terikat
dengan perusahaan, sehingga laba jangka panjang bisa terjamin.
Untuk dapat menetapkan bauran jasa (service mix) maka
diperlukan konsep pemasaran jasa (service marketing concept),

44
yaitu mengetahui keinginan konsumen, dan mengetahui
keuntungan dari produk yang ditawarkan.
2) Pemasaran internal (internal marketing), yaitu pekerjaan yang
dilakukan oleh perusahaan untuk melatih dan memotivasi para
karyawannya agar melayani konsumen dengan baik. Manajemen
juga memberikan penghargaan pengakuan yang sepadan dan
manusiawi. Aspek ini memberikan motivasi, moral kerja, rasa
bangga, loyalitas dan rasa memilki dari setiap orang dalam
organisasi, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi
besar bagi perusahaan dan juga bagi pelanggan yang dilayani.
3) Pemasaran interaktif (interactive marketing), yaitu keahlian
karyawan dalam melayani pelanggan. pelanggan menilai jasa tidak
hanya kualitas teknik tetapi juga kualitas fungsionalnya. Para
profesional dan penyedia jasa lainnya harus memberikan ‘sentuhan
tinggi’ dan juga ‘teknik tinggi’.
Berkembang tidaknya suatu perusahaan, tergantung dari
keberhasilan perusahaan tersebut dalam menjual produk atau jasa
kepada pelanggan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
perusahaan harus mengetahui apa dan bagaimana memenuhi dan
memuaskan kebutuhan serta keinginan pelanggan. Konsep Barber
jhonson di negara- negara maju digunakan dalam manajemen
rumah sakit untuk menilai efisiensi manajemen keperawatan.
Indikato- indikator yang digunakan meliputi antara lain;
1) Angka yang menunujukan prosentase penggunaan tempat tidur
unit rawat inap ( Bed Occupancy Rate= BOR)
2) Jumlah rata-rata jumlah hari pasien rawat inap di rumah sakit
( Length Of Stay= LOS)
3) Beberapa kali satu tempat tidur dipakai oleh pasien dalam
periode tertentu ( Bed Turn Over=BTO)
4) Rta-rata tempat tidur kosong antara pasien keluar atau
meninggal dengan pasien masuk ( Turn Over Interval= TOI)
Konsep barber johnson tersebut untuk lebih jelasnya dapat
digambarkan melalui suatu standar grafik dengan daerah penilaian
efisiensi yang sudah ditetapkan ( BOR, LOS, BTO dan TOI)

45
Manfaat Grafik Barber Johnson adalah :
1) Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur dari
suatu unit ( RS atau Bangsal) dari waktu ke waktu dalam periode
tertentu.
2) Memonitor perkembangan pencapaian target efisiensi
penggunaan tempat tidur yang telah ditentukan dalam suatu
periode tertentu.
3) Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur antar
unit (mis: antar bangsal di suatu RS) dalam periode tertentu
memantau dampak dari suatu penerapan kebijakan terhadap
efisiensi penggunaan tempat tidur.
4) Mengecek kebenaran laporan hasil perhitungan empat
parameter efisiensi penggunaan tempat tidur (BOR,LOS,TOI dan
BTO).

46
BAB III KAJIAN SITUASIONAL

A. PROFIL RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT


Rumah sakit ini didirikan pada tanggal 15 Januari 1993 dengan Akta
Notaris Tien Norman Lubis, SH Nomor: 48 didirikanlah Yayasan Al Ihsan oleh
enam orang tokoh Jawa Barat yang mewakili unsur - unsur Umat Islam.
Peletakan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Islam Al Ihsan
dilakukan pada 11 Maret 1993 M bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan
1414 H, momen ini bertepatan pula dengan Nuzulul Qur'an. Acara ini dihadiri
oleh tokoh-tokoh masyarakat, Pejabat Provinsi, Kabupaten, Bupati, Walikota,
Ulama se-Jawa Barat dan pimpinan ormas-ormas Islam. Operasional
kegiatan Rumah Sakit Islam Al Ihsan dimulai sejak tanggal 12 November
1995. Dalam perkembangannya, Rumah Sakit Islam Al Ihsan yang tadinya
dikelola oleh Yayasan Rumah Sakit Islam Al Ihsan dari tahun 1993 hingga
tahun 2004, beralih kepemilikannya menjadi milik Pemerintah Provinsi Jawa
Barat sejak tahun 2004 hingga saat ini.
Perubahan Status : Pada tanggal 19 November 2008 Berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No: 23 Tahun 2008 Rumah Sakit
Islam Al Ihsan berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan
Provinsi Jawa Barat. Pada tanggal 10 Juli 2009 RSUD Al Ihsan ditetapkan
untuk menerapkan PPK-BLUD melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi
Jawa Barat No. 900/Kep.921-Keu/2009.
Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan merupakan unit sosioekonomi,
yang menjalankan pengelolaanya berdasarkan fungsi sosial dan ekonomi.
Artinya dalam menjalankan manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan
tetap menggunakan perhitungan ekonomi, dimana pekerjaan dilakukan secara
profesional, efisien dan produktif tetapi tidak melupakan fungsi sosialnya bagi
masyarakat. Pengelolaan menjadi lebih komplek, karena di satu sisi pihak
manajemen dihadapkan pada situasi persaingan yang semakin ketat,
sementara pada sisi yang lain Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan harus
tetap menjalankan fungsi sosialnya.
Sebagai implementasi dalam menjalankan fungsi sosialnya, Rumah
Sakit Umum Daerah Al Ihsan menyediakan fasilitas yang layak untuk

47
melayani pasien yang kurang mampu, juga banyak melakukan aktifitas bakti
sosial bagi masyarakat yang membutuhkan seperti khitanan masal,
pengobatan gratis, bantuan penanggulangan bencana dll.
Akreditasi : dalam rangka memberikan jaminan mutu dan kualitas
pelayanan, Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan terus melakukan perbaikan,
diantaranya mengikuti audit mutu melalui penilaian akreditasi rumah sakit
yang dilakukan oleh Depkes pada tahun 1999 melalui Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI. Nomor YM.00.03.3.5.1933 tanggal 26 April 1999
perihal pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Dasar Kepada Rumah
Sakit Islam Al Ihsan Jalan Kiastramanggala Baleendah Kab.Bandung
Propinsi Jawa Barat. Rumah Sakit Islam Al Ihsan dinyatakan lulus
mendapatkan sertifikat akreditasi 5 pelayanan meliputi: Adminitrasi
Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan
Keperawatan dan Rekam Medis pada tahun 2004 melalui Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI. Nomor HK.00.06.2.2.259 tanggal 29 Januari 2004
perihal pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut kepada Rumah Sakit
Islam Al Ihsan Jalan Kiastramanggala Baleendah Kab. Bandung Propinsi Jawa
Barat. Kembali Rumah Sakit Islam Al Ihsan berhak atas sertifikat akreditasi 12
pelayanan meliputi: Adminitrasi Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan
Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medik, Farmasi, Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3), Radiologi, Laboratorium, Kamar Operasi,
Pengendalian INOS dan Perinatal Resiko Tinggi.
Pada tahun 2011 melalui Surat Keputusan Komisi Akreditasi Rumah
Sakit (KARS) Nomor: KARS-SERT/42NI11/2011 tanggal 15 Agustus 2011
RSUD Al Ihsan dinyatakan lulus akreditasi tingkat lengkap 16 pelayanan
meliputi Adminitrasi Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat
Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medik, Farmasi, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), Radiologi, Laboratorium, Kamar Operasi,
Pengendalian dan Pencegahan Infeksi, Perinatal Resiko Tinggi, Rehabilitasi
Medik, Pelayanan Darah, Pelayanan Intensif dan Pelayanan Gizi.
Pada tahun 2017 melalui Surat Keputusan Komisi Akreditasi Rumah
Sakit(KARS) Nomor : KARS-SERT/668/III/2017 tanggal 31 Maret 2017
bahwa RSUD Al Ihsan telah memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit dan
dinyatakan Lulus Tingkat Paripurna.

48
1. Filosofi Rumah Sakit
Nama Rumah Sakit Umum Daerah ini adalah Al Ihsan yang sekaligus
menjadi landasan filosofinya. Arti IHSAN sebagaimana dikatakan Nabi
Muhammad SAW :
“Beribadahlah kepada Allah SWT seolah - olah kamu melihat-Nya,
walaupun kamu tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihat kamu”.
Berdasarkan hal tersebut diatas, petugas pelayanan kesehatan yang
berpegang teguh pada falsafah I H S A N hendaknya :
a. Yakin bahwa hanya karena ijin Allah seorang penderita penyakit
dapat sembuh kembali
b. Yakin bahwa semua penyakit ada obatnya yang masih harus
dicari/dipelajari.
c. Allah hanya memperkenankan pengobatan dengan obat dan cara-
cara yang tidak diharamkan oleh Allah.
d. Yakin bahwa pelayanan kesehatan yang didasarkan karena Allah,
akan menjadi bagian dari ibadah kepada Allah.
2. Falsafah Rumah Sakit
Beribadah kepada Allah SWT seakan-akan kamu melihat Allah,
dan bilamana kamu tidak bisa melihat, Allah pasti melihat kamu “Dengan
demikian, derajat IHSAN yang menempatkan manusia pada tingkatan
ibadah yang paling tinggi hendaknya menjadi acuan bagi seluruh pegawai
RSUD Al Ihsan dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Falsafah IHSAN dapat mendorong petugas pelayanan kesehatan
menjadi insan pengabdi (abdi Allah) yang yakin bahwa penyakit itu
diciptakan oleh Allah dan hanya dapat disembuhkan karena izin Allah,
serta mendorong insan kesehatan untuk menemukan obat penangkalnya
sebagaimana dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW : “Allah menurunkan
penyakit dan menurunkan pula obatnya, diketahui oleh yang mengerti
dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengerti” (HR. Bukhari dan
Muslim).

49
Falsafah IHSAN dapat mencegah petugas pelayanan kesehatan
dari tindakan yang menyimpang dari kode etik dengan tata cara
pengobatan yang benar sebagaimana dikatakan oleh Nabi Muhammad
SAW : “Allah tidak menjadikan penyembuhan dengan apa yang
diharamkan atas kamu” (HR. Baihaqi).
3. Visi, Misi, Tujuan dan Motto Rumah Sakit Al Ihsan
a. Visi
“Menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Terdepan dan Rujukan Utama
di Jawa Barat serta Rumah Sakit Pendidikan Bertaraf Internasional”
b. Misi
1) Mewujudkan Centre of Exellent (dengan unggulan dalam
pelayanan : jantung, diabetic dan cancer).
2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM yang professional.
3) Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan yang berkualitas.
4) Mengembangkan kemitraan dalam bidang pelayanan kesehatan
dan pengembangan SDM Rumah Sakit.
5) Melaksanakan proses pendidikan, penelitian dan pengabdian
masyarakat yang menunjang pelayanan kesehatan prima.
6) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang berbasis pada
sistem informasi yang terpadu.
c. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat :
1) Tercapainya pelayanan prima dan kepuasan pelanggan.
2) Tersedianya SDM yang professional yang dilandasi keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan YME dan berkomitmen serta
berkepribadian Islami.
3) Tersedianya teknologi modern dan unggul.
4) Meningkatkan kemandirian dan kerjasama lintas sektoral dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta
pengembangan SDM Rumah Sakit.
5) Tercapainya Rumah Sakit Pendidikan sesuai Standar Nasional
dan Internasional sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
di bidang kesehatan dan perumahsakitan.

50
6) Peningkatan dan Pertumbuhan financial return.

d. Motto
Melindungi dari segala hal yang diharamkan Allah SWT:
Ilmiah yang dijiwai keimana dan ketaqwaan kepada Allah SWT
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang akan menghasilkan
hidayah sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada Illahi.
Kualitas pelayanan yang kami berikan adalah terbaik untuk
kesembuhan pasien.
Hemat dan efisien dalam memenuhi proses penyembuhan pasien
dalam hal biaya dan tenaga.
Lancar dalam setiap pelayanan.
Asri dan Aman lingkungan tempat pasien dirawat sehingga pasien
merasa nyaman.
Senyum, Salam, Sapa, Santun, Sopan, Sabar serta sentuhan
Ruhani adalah sikap yang kami terapkan pada setiap pelayanan.
e. Kajian Situasi Bidang Keperawatan RSUD Al Ihsan
1) Visi Bidang Keperawatan RSUD Al Ihsan
Mewujudkan pelayanan keperawatan profesional untuk
terwujudnya RSUD Terdepan dan Rujukan Utama di Jawa Barat.
2) Misi Pelayanan Keperawatan
a) Menerapkan pelayanan keperawatan profesional disemua unit
kerja berdasarkan standar profesi untuk mewujudkan Center
of Excellent (pelayanan unggulan : jantung, traumatic,
degeneratif, perinatal, stroke, diabetic, cancer, infeksi,
emergency).
b) Membangun dan mengembangkan sumber daya manusia
perawat bidan profesional, sesuai perkembangan IPTEK dan
memiliki sikap shidiq, amanah, fatonah, tabligh untuk
memberikan kepuasan kepada customer.
c) Memenuhi kebanyakan pakaian fasilitas serta sarana
keperawatan yang memadai untuk menunjang pemberian
asuhan keperawatan yang berkualitas.

51
d) Mengembangkan kemitraan dalam bidang keperawatan,
pelatihan, rumah sakit pendidikan dan penelitian yang
berhasil guna.
e) Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan bermutu berbasis
IPTEK dan sistem informasi yang terpadu.

3) Tujuan Pelayanan Keperawatan


a) Tercapainya mutu pelayanan keperawatan profesional
berkualitas prima bernuansa Islami sesuai dengan standar
profesi.
b) Terselenggaranya asuhan keperawatan spiritual muslim yang
komprehensif dengan aspek bio-psiko-sosial-spiritual.
c) Meningkatnya kontribusi efektif SDM perawat dan kerjasama
tim dalam seluruh kegiatan pelayanan keperawatan di RSUD
Al Ihsan.
d) Adanya sistem pengembangan karier, kesejahteraan dan
perlindungan hukum dalam pelayanan keperawatan/kebidanan
disemua unit kerja
e) Terpenuhinya fasilitas dan sarana keperawatan sesuai
standar.
f) Tercapainya kualitas sumber daya keperawatan yang mampu
membawa perubahan dalam pelayanan keperawatan melalui
pendidikan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan
IPTEK Kesehatan/ keperawatan.
g) Core Value
Inner Value Outer Value
1. Jujur 1. Senyum
2. Tanggungjawab 2. Salam dan Sapa
3. Disiplin 3. Sopan dan
4. Visioner Santun
5. Kerjasama 4. Sabar
6. Adil 5. Sentuhan Rohani
7. Peduli 6. Cepat dan Tepat
7. Terimakasih

4) Falsafah Pelayanan Keperawatan RSUD Al Ihsan

52
a) Tenaga keperawatan berfungsi untuk memberikan asuhan
keperawatan secara kompehensif sebagai wujud amaliah
ibadah kepada Allah SWT.
b) Manusia adalah makhluk sempurna yang mulia disisi Allah
SWT memiliki hak hidup dan mati yang baik, maka dalam
memberikan perawatan harus senatiasa dengan akhlaqul
karimah, ukhuwah islamiyah dan sopan santun yang terpuji.
c) Etik keperawatan yang sesuai tuntutan Islam akan
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
d) Pasien adalah seeorang yang harus dihargai dan dihormati
tanpa membedakan agama, suku bangsa, warna kulit, jenis
kelamin atau status sosial.
e) Program diklat keperawatan dan kerohanian yang
berkesinambungan bagi tenaga perawat akan meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan sehingga dapat menyesuai-kan
diri dengan tuntutan masyarakat, perkembangan ilmu dan
teknologi kedokteran.
5) Motto
IKHLAS, melayani dengan hati
a) Arah dan Kebijakan Umum Pelayanan
Keperawatan/Kebidanan
b) Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan/kebidanan.
c) Peningkatan struktur dan proses pelayanan keperawatan
melalui model praktek keperawatan profesional.
d) Memantapkan dan mengoptimalkan struktur organisasi
keperawatan untuk mendorong praktek keperawatan
profesional di semua unit pelayanan keperawatan.
e) Mengembangkan program jaminan mutu asuhan keperawatan
(Quality Assurance), Keselamatan Pasien dan Perawat serta
Pengendalian Infeksi.
f) Tersedianya standar-standar keperawatan/kebidanan
sehingga mampu memberikan pelayanan
keperawatan/kebidanan yang bermutu.

53
g) Mengembangkan akreditasi pelayanan
keperawatan/kebidanan.
h) Mengembangkan sistem informasi terpadu yang terintegrasi.
i) Mengembangkan Asuhan Spiritual Care pada pasien.
j) Peningkatan kemampuan SDM Perawat
k) Tersedianya tenaga perawat/bidan profesional, memiliki moral,
sesuai dengan etika profesi pada jenjang pelayanan
kesehatan di lingkungan RSUD AL Ihsan dengan jumlah
sesuai dengan standar, sehingga dapat terlaksananya
pelayanan keperawatan/ kebidanan yang optimal.
l) Tersedianya fasilitas, sarana dan prasarana yang menunjang
upaya pelayanan keperawatan dan kebidanan disetiap
pelayanan kesehatan.
m) Pengembangan SDM melalui pendidikan berkelanjutan pada
semua tatanan pelayanan keperawatan/ kebidanan profesional
sesuai perkembangan IPTEK.
n) Pengembangan karier dan kesejahteraan sesuai jenjang yang
telah ditetapkan PPNI dan Depkes, dimodifikasi sesuai dengan
kemampuan rumah sakit.
o) Pendayagunaan peran manajerial pada semua tatanan
pelayanan kesehatan sehingga koordinasi pelayanan
keperawatan dan kebidanan baik lintas sektoral maupun lintas
program.
p) Peningkatan perlindungan hukum dalam pelayanan
keperawatan/kebidanan
q) Peningkatan perlindungan hukum dalam pelayanan
keperawatan/kebidanan disemua unit kerja.
r) Pemberian asuhan keperawatan/kebidanan harus didasari
standar profesi yang telah ditetapkan sesuai lingkup
tanggungjawab dan wewenangnya.
s) Melaksanakan pendidikan keperawatan/kebidanan melalui
sistem regulasi pada pendidikan keperawatan/ kebidanan
serta PKB yang terakreditasi/tersertifikasi.

54
t) Memantau pelaksanaan pelayanan keperawatan/kebidanan
terhadap adanya penyimpangan (malpraktek) dan kelalaian
(negligence).
u) Perhatian khusus untuk perlindungan hukum bagi perawat
yang mendapat tugas limpah.
v) Mengembangkan peningkatan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi dalam pelayanan keperawatan/kebidanan
w) Mengembangkan program pendidikan, pelatihan dan
penelitian secara continue dan berkesinambungan
bekerjasama dengan berbagai disiplin ilmu dan lintas sektoral.
x) Memfasilitasi terbentuknya pusat unggulan pelayanan
keperawatan untuk mendukung program unggulan RSUD Al
Ihsan di bidang pelayanan kesehatan Ibu dan Anak, serta
pelayanan lansia.

B. PROFIL RUANG ASAL


1. Visi Ruang Asal
“Mewujudkan Pelayanan Asuhan Keperawatan medikal untuk
menunjang terwujudnya Rumah Sakit Umum Daerah terdepan dan
rujukan utama di Jawa Barat dan rumah sakit pendidikan bertaraf
internasional.

2. Misi Ruang Asal


a. Menerapkan pelayanan keperawatan secara profesional
berdasarkan standar profesi untuk mewujudkan center of
Excellent) pelayanan unggulan degeneratif, Jantung, Cancer,
diabetic,)
b. Membangun dan mengembangkan sumber daya manusia
yang profesional, yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.

55
c. Meningkatkan kegiatan ketersediaan sarana dan prasarana di
ruangan untuk menujang pemberian pelayanan keperawatan
medikal yang berkualitas.
d. Meningkatkan kegiatan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
pengembangan SDM dan pelayanan keperawatan di Ruangan.
e. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan medikalyang
berbasis pada sistem informasi yang terpadu

3. Motto Ruang Asal


“IKHLAS : Melindungi Dari Segala Hal Yang Diharamkan Allah SWT”
I :Ilmiah dijiwai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang akan menghasilkan hidayah
sehingga dapat dipertanggung jawabkan kepada Illahi
K :Kualitas pelayanan yang kami berikan adalah terbaik untuk
kesembuhan pasien
H :Hemat dan efisien dalam memenuhi proses penyembuhan pasien
dalam hal biaya dan tenaga
L :Lancar dalam setiap pelayanan
A :Asri dan aman lingkungan tempat pasien dirawat sehingga pasien
merasa nyaman
S :Sabar, santun, sopan serta senyum adalah sikap yang kami terapkan
pada setiap pelayanan

4. Tujuan Ruang Asal


a. Tujuan Umum
Sebagai Pedoman untuk memberikan petunjuk dan penjelasan
tentang perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan pengendalian
pelayanan di Ruang ‘Asal dan menjadi dasar dalam pembuatan
kebijakan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan tupoksi di
RSUD AL Ihsan.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan pedoman pelayanan ini adalah untuk :

56
1) Sebagai landasan dan pedoman agar diperoleh persepsi yang
sama dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di RS dengan
memperhatikan kaidah-kaidah pelayanan kesehatan yang sesuai,
dengan memperhatikan mutu pelayanan dan berorientasi
customer satisfaction.
2) Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan untuk pasien medikal.
3) Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien RS.
4) Menjadi acuan pengembangan pelayanan di RS.

5. Gambaran Umum Ruang Asal


Ruang ‘ASAL merupakan ruang medikal kelas 3 yang memberikan
pelayanan asuhan keperawatan untuk pasien penyakit dalam dan
penyakit syaraf dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 28 tempat tidur
(TT) dengan jenis pasien BPJS PBI, BPJS Non PBI, Pasien Umum dan
Kontraktor serta pasien Maskin (SKTM, dan Gakinda) dan Menyediakan
semua fasilitas dan kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan
pelayanan bagi pasien.

57
C. ANALISIS KAJIAN SITUASI 5 M
1. Data Unsur Man
a. Struktur Organisasi Ruang Asal (Medikal) RSUD AL IHSAN
Provinsi Jawa Barat
b.DIREKTUR RSUD AL-IHSAN

c. dr. Dewi Basmala, MARS

WADIR MEDIK DAN KEPERAWATAN KOMITE RS


d.
e. dr. Hadri Pramono, MARS

KEPALA
f. INSTALASI RAWAT INAP B KOMITE KOMITE
KABID KEPERAWATAN KABID YANMED KEPERAWAT
g. MEDIK
Yani Maryani, S.Kep, Ners AN
h.

i. KEPALA RUANGAN ‘Asal


j.
Imas Tarsiah, S.Kep, Ners
k.

Pj Mutu Pj. Logistik IPCN


Lanny G Ilham kemal Endang Sudrajat

PP Tim 1 PP Tim 2
Wakhidatun, AMK Lanny G, S.Kep,Ners

Ade Saeful, AMK Ilham Kemal R, AMK


PKU
Endang Sudrajat , AMK Sarah Tri Sumirat, AMK
Sofiawati,
Hani AMK AMK
Hananiyah
Siti Nurul Fitrit , AMK
Administrasi
Sofi Sofiyanti AMK Bambang Trianto, AMK

Ade Isan, AMK Ferry Anggriawan, AMK


Keamanan
Detri Yayu, AMK Santi Anisa, AMK
Rizka Ayu H, AMK
Vera Oprariyanti, AMK
Yono Sutiono, AMK Dewi Purnama, AMK

58
b. Data Umum Perawat di Ruang Asal (Medikal)

Tabel 3.1 Data Umum Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin


Hasil
Jenis Kelamin
Frekuensi Presentasi
Laki-Laki 6 31,0%
Perempuan 13 68,4%
Total 19 100,0%
Sumber : Data Primer 2020

Analisis
Berdasarkan analisis hasil kajian pada Tabel 3.1 didapatkan
hasil bahwa sebagian kecil yaitu 6 orang (31,0%) perawat di ruang
Asal berjenis kelamin laki-laki dan sebagian besar yaitu 13 orang
(68,4%) perawat di ruang asal berjenis kelamin perempuan. Dengan
jumlah laki-laki sebanyak 6 orang sehingga setiap shift terdapat
perawat laki-laki yang berdinas untuk membantu jika adanya
tindakan khusus untuk pasien laki-laki.
Tabel 3.2 Data Umum Perawat Berdasarkan Jabatan
Hasil
Jabatan
Frekuensi Presentasi
Kepala Ruangan 1 5,2%
Perawat Primer 2 10,5%
Perawat Associate 16 84,2%
Total 19 100,0%

Sumber : Data Primer 2020

Analisis
Berdasarkan hasil kajian pada Tabel 3.2 didapatkan hasil
bahwa di ruangan asal terdapat sebanyak 19 perawat yang terdiri
dari 1 orang (5,2%) kepala ruangan, 2 orang (10,5%) sebagai
perawat primer dan sebanyak 16 orang (84,2%) perawat asosiate.
Jabatan yang belum ada di ruang asal adalah Clinical Case Manager
(CCM) sebagai konsultan yang bertanggung jawab untuk kualitas
asuhan keperawatan secara keseluruhan.

59
Tabel 3.3 Data Umum Perawat Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Hasil
Pendidikan Terakhir
Frekuensi Presentasi
D-III Keperawatan 15 79,0%
Profesi Ners 4 21,0%
Total 19 100,0%
Sumber : Data Primer 2020

Analisis
Berdasarkan hasil kajian pada Tabel 3.3 diperoleh data
hampir seluruhnya yaitu 15 orang perawat di ruang asal
berpendidikan DIII Keperawatan (79,0%), dan 4 orang perawat yang
berpendidikan Profesi Ners (21,0%). Tingkat pendidikan seseorang
itu merupakan perkiraan bagi kedudukan kelas sosial yang umum
diterima, sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
besar kemungkinan dalam melakukan kajian asuhan keperawatan
yang akan dilakukan khususnya dalam melaksanakan asuhan
keperawatan secara Primary Nersing yang mungkin dapat
diterapkan diruangan. Maka dengan jumlah Profesi Ners sebanyak 4
orang dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan secaa
primary nursing.
Tabel 3.4 Data Umum Perawat Berdasarkan Masa Kerja

Hasil
Masa Kerja
Frekuensi Presentasi
0 – 5,11 tahun 13 68,6%
6 – 9,11 tahun 3 15,7%
>10 tahun 3 15,7%
Total 19 100,0%

Sumber : Data Primer 2020

Analisis
Berdasarkan hasil kajian pada Tabel 3.4 diperoleh hasil
sebagian besar yaitu sebanyak 13 orang perawat (68,6%) dengan
masa kerja < 6 tahun, 3 orang (15,7%) dengan masa kerja < 10
tahun dan sebanyak 3 orang (15,7%) perawat dengan masa kerja
>10 tahun. Dari gambaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
sebagian besar perawat di ruang asal baru bekerja dangan masa

60
kerja kurang dari 6 tahun sehingga pengalaman kerja masih sedikit
akan tetapi mereka bersemangat tinggi dalam bekerja.
Tabel 3.5 Data Umum Perawat Berdasarkan Perawat Klinik

Hasil
Perawat Klinik
Frekuensi Presentasi
Pra PK 3 15,7%
PK I 9 47,3%
PK II 3 15,7%
PK III 3 15,7%
PK IV 1 5,2%
Total 19 100,0%

Sumber : Data Primer 2020

Analisis
Berdasarkan hasil kajian pada Tabel 3.5 diperoleh hasil
perawat yang berstatus pra PK sebanyak sebanyak 3 orang
(15,7%), PK I sebanyak 9 orang (47,3%) , PK II sebanyak 3 orang
(15,7%) , PK III sebanyak 3 orang (15,7%), dan PK IV sebanyak 1
orang (5,2%). Dengan jumlah PK I yang banyak yaitu 9 orang dan
Pra PK sebanyak 3 orang menimbulkan adanya konflik, yaitu
banyaknya tugas yang dilakukan oleh Pra PK dan PK I yang
sebenarnya bukan kewenangannya.
Tabel 3.6 Data Umum Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian

Hasil
Status Kepegawaian
Frekuensi Presentasi
Tetap 7 36,8%
Kontrak 12 63,2%
Total 19 100,0%

Sumber : Data Primer 2020

Analisis
Berdasarkan hasil kajian pada tabel 3.6 diperoleh data
sebagian kecil yaitu sebanyak 7 orang (36,8%) berstatus pegawai
tetap. Dan sebagian besar yaitu sebanyak 12 orang (62,2%) perawat
berstatus pegawai kontrak, dapat disimpulkan bahwa status
kepegawaian perawat kontrak lebih besar dari pada pegawai tetap.
Dengan begitu dapat memicu kinerja perawat yang berstatus kontrak

61
dikarenakan tidak adanya tunjangan seperti pegawai yang berstatus
tetap.
Tabel 3.7 Data Umum Perawat Berdasarkan Kepemilikan STR

Hasil
Kepemilikan STR
Frekuensi Presentasi
Ada 19 100,0%
Total 19 100,0%
Sumber : Data Primer 2020

Analisis
Berdasarkan hasil kajian pada Tabel 3.7 diperoleh data
bahwa seluruhnya tenaga keperawatan di ruang asal RSUD AL
Ihsan Provinsi Jawa Barat sudah memiliki STR dengan angka
presentase (100,0%).
Tabel 3.8 Data Umum Perawat Berdasarkan Status Pernikahan

Hasil
Status Pernikahan
Frekuensi Presentasi
Menikah 18 94,7%
Belum Menikah 1 5,3%
Total 19 100,0%
Sumber : Data Primer 2020

Analisis
Berdasarkan hasil kajian pada Tabel 3.8 diperoleh data
hampir seluruhnya perawat di ruang asal berstatus sudah menikah
yaitu sebanyak 18 orang (94,7%), dan sebanyak 1 orang (5,3%)
perawat di ruang asal yang berstatus belum menikah. Dengan
banyak nya karyawan yang sudah menikah maka akan adanya
kemungkinan mempengaruhi kinerja perawat, diantaranya bisa
disebabkan karena adanya konflik (Iqtishadia, Vol 9, No 1, Maret
2016).
Tabel 3.9 Data Umum Perawat Berdasarkan Pelatihan Yang
Telah Diikuti

Hasil
Jenis Pelatihan
Frekuensi Presentasi
BTCLS 19 100,0%
PPGD 19 100,0%
Sumber : Data Primer 2020

62
Analisis
Berdasarkan hasil kajian pada Tabel 3.9 diperoleh data
bahwa seluruhnya perawat di ruang asal sudah mengikuti pelatihan
khusus dasar di ruang asal dengan presentase (100,0%). Secara
kualitas perawat diruang asal sudah memiliki sertifikasi BTCLS dan
PPDG.
c. Deskripsi pembagian tugas
1) Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah jabatan fungsional perawat
professional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam
melaksanakan fungsi manajemen keperawatan di ruang rawat
dengan memperhatikan prinsip kinerja prima dan budaya
“IKHLAS” untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
RSUD Al-Ihsan.
Kualifikasi / Kepala Ruangan :
a) Pangkat/golongan : C2
b) Pendidikan : S1 Keperawatan
c) Pengalaman kerja : 22 tahun
d) Kursus / pelatihan & seminar : Pelatihan Manajemen
Bangsal Keperawatan, Pelatihan Manajemen Wound Care,
pelatihan DAMKAR, sosialisasi SJSN dan Program casemix,
pelatihan perseptorshipt, Pelatihan BLS AHA, Pelatihan dan
workshop edukator DM basic, Workshop Emergency
Management in Hospital, Seminar Spiritual Care, Pelatihan
spiritual care, Seminar HPMI, Pelatihan penanganan HIV,
AIDS, Pelatihan Preseptor ship, Pelatihan Assesor
Keperawatan, Pelatihan Pelayanan Geriatri Terpadu di RS
e) Tugas Pokok dan Fungsi: Melaksanakan dan mengendalikan
kegiatan manajemen operasional dan asuhan keperawatan
di ruang rawat.

Management Approach
Perencanaan

63
I. Menyusun rencana harian, bulanan dan tahunan
mengenai jumlah dan kategori tenaga keperawatan
serta tenaga lain sesuai kebutuhan.
II. Menyusun rencana harian, bulanan dan tahunan
mengenai jumlah dan jenis peralatan kesehatan
keperawatan serta permintaan permintaan rutin, meliputi
alat kesehatan/obat, alat tenun, alat rumah tangga
sesuai kebutuhan serta mengenal penggunaanya dan
mempertanggungjawabkan pemeliharaan dan
inventarisasinya.
III. Menyusun rencana mengenai desain tata letak ruangan
perawatan dan metode asuhan keperawatan yang akan
diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
IV. Menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan
diruang rawat yang bersangkutan.
Pengorganisasian
I. Menyusun struktur organisasi ruangan
II. Mengatur dan mengorganisasikan seluruh kegiatan
pelayanan di ruang rawat, melalui kerjasama dengan
petugas lain yang bertugas di ruang rawat.
III. Menyusun jadwal konferensi kasus, supervise dan rapat
bulanan/pertemuan berkala dengan pelaksana perawat
dan tenaga lain yang terkait.
IV. Menyusun daftar alokasi pasien sesuai jumlah tim,
mengatur penempatannya untuk kelancaran pelayanan
keperawatan.
V. Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban
ruangan.
VI. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan kebijakan yang
telah ditentukan.
VII. Melaksanakan standar, prosedur dan pedoman Rumah
Sakit dan pelayanan keperawatan serta memberi
pengarahan dan motivasi kepada staff untuk
melaksanakannya.

64
Pengarahan
I. Menjelaskan uraian tugas PA/ PP
II. Memimpin operan saat pergantian dinas
III. Memotivasi staff dan reinforcement
IV. Memberikan informasi.
V. Mengatur pendelegasian.
VI. Melakukan supervise pada ketua Tim/ PP dan
pelaksana/ PA.
VII. Memberi penyuluhan kesehatan kepada
pasien/keluarga yang dirawat sesuai kebutuhan dalam
batas kewenangan.
Pengendalian
I. Mengevaluasi indikator mutu/ QA/ SAK, inos dan
melaksanakan tindak lanjut.
II. Melakukan audit dokumen, survey kepuasan pasien,
survey masalah kesehatan.
III. Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan
peralatan kesehatan/obat-obatan, alat tenun, alat
rumah tangga dan alat pencatatan/pelaporan secara
efektif dan efisien.
IV. Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan
pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta
kegiatan lain di ruangan (sensus harian, berkas RM,
perincian pasien, DPMP, dll).
V. Mengawasi dan menilai mahasiswa keperawatan yang
sedang praktek
Compensatory Reward
I. Melaksanakan program orientasi perawat baru/
mahasiswa
II. Melakukan pembinaan pada perawat PP dan PA
III. Melaksanakan pengembangan staf, memberi ijin staf
untuk mengikuti kegiatan ilmiah sesuai program
Professional Relationship
I. Memimpin rapat ruangan

65
II. Memimpin konferensi kasus
III. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain
(dokter, lab, radiologi, gizi, dll)
IV. Megikuti rapat dengan bidang perawatan / instalasi
/bidang /bagian lain di RSUD Al-Ihsan
V. Bekerjasama dalam menciptakan lingkungan yang
kondusif
Patient Care Delivery
I. Mengelola asuhan keperawatan di ruangan
II. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan
keluarga tentang RS, tata tertib, fasilitas, sarana dan
penggunaannya
III. Membimbing staf dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan langsung kepada pasien serta
membimbing dan mengawasi mahasiswa dari institusi
pendidikan yang sedang praktek
IV. Memelihara dan mengembangkan system pencatatan
dan pelaporan asuhan keperawatan dan kegiatan lain
secara tepat dan benar.
2) Ketua Tim/Perawat Primer
Ketua Tim. Perawat primer adalah seorang perawat
professional yang diberi tugas dan wewenang untuk mewakili
kepala ruangan untuk mengkoordinir pelaksana asuhan
keperawatan dan semua kegiatan ruangan perawat pada pagi,
sore, malam dan hari libur dengan mempertahankan prinsip kerja
prima dan budaya “IKHLAS” di wilayah kerjanya di RSUD Al-
Ihsan
Kualifikasi / Jabatan
a) Pangkat : C2
b) Pendidikan : S1 Keperawatan & D3 keperawatan
c) Pengalaman kerja : 10 -19 tahun
d) Kursus / pelatihan & seminar: Pelatihan Pena nggulangan
Pendeita Gawat Darurat (PPGD), Modern Wound Care dalam
Perspektif Bisnis Perawat, Pelatihan Pengelolaan HIV-AIDS,

66
Pelatihan Penatalaksanaan Pasien dengan Anemia dan
Leukemia, Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life Support,
Pelatihan Pengelolaan Kemoterapi, Pelatihan Pelayanan
Prima Bagi Perawat, Pelatihan Bimbingan Klinik bagi
Pembimbing Klinik Keperawatan, Seminar Keperawatan Kritis,
Seminar EKG Dasar.
e) Dasar tugas pokok dan fungsi: Mengkordinir pelaksanaan
asuhan keperawatan diwilayah kerjanya.
Managemen Approach
a) Perencanaan
I. Menyusun rencana harian, bulanan.
b) Pengorganisasian
I. Menyusun jadwal dinas PA dibawah
tanggungjawabnya bersama kepala ruangan.
II. Membagi alokasi pasien kepada PA/ perawat
pelaksana.
c) Pengarahan
I. Melaksanakan supervisi pada anggotanya
II. Memimpin pre/post conference
III. Memotivasi tim
IV. Mengatur pendelegasian dalam tim.
d) Pengendalian
I. Mengobservasi pelaksanaan askep pada pasien yang
dilaksanakan anggotanya.
II. Melakukan evaluasi askep.
III. Membuat catatan perkembangan tiap hari / sesuai
tujuan.
Compensatory Reward
Membuat laporan kinerja staf tenaga keperawatan
dibawah tanggung jawabnya untuk disampaikan kepada
kepala ruangan perawatan.
Professional Relationship

67
I. Mendampingi dokter pada saat visite untuk memeriksa
pasien, mencatat program pengobatan serta
menyampaikan kepada staf untuk segera dilaksanakan.
II. Mengikuti rapat berkala atau sewaktu-waktu yang
diselenggarakan oleh kepala ruangan.
III. Memberi saran dan pertimbangan kepada atasan

Patient Care Delivery


I. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan
perencanaan asuhan keperawatan.
II. Melakukan bimbingan rohani pada pasien, meliputi:
Memberi salam dan sapa setiap masuk kamar pasien,
Membimbing doa kesembuhan pasien setiap kali
operan, Memberikan santunan rohani, Membaca
basmalah setiap akan melakukan tindakan dan
hamdalah bila telah selesai, Mengingatkan pasien setiap
waktu sholat, Melaksanakan bimbingan ibadah pada
pasien, Melaksanakan bimbingan sakaratul maut pada
pasien gawat
III. Membimbing pelaksana perawatan dalam
melaksanakan pemberian asuhan keperawatan.
IV. Mencatat dan melaporkan tentang tindakan yang
diberikan kepada pasien.
V. Melaksanakan orientasi kepada pasien baru dan
keluarganya meliputi penjelasan mengenai rumah sakit,
tata tertib ruangan, fasilitas ruangan dan cara
penggunaanya.
3) Perawat Assosiate
Perawat associate adalah jabatan fungsional perawat/
bidan yang diberikan tugas melaksanakan asuhan keperawatan
di gawat darurat dengan memperhatikan prinsip kinerja prima
dan budaya “IKHLAS” kepada klien sesuai tanggungjawabnya

68
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan RSUD
Al Ihsan
a) Kualifikasi / jabatan
I. Pangkat / golongan : B2
II. Pendidikan : D-3 keperawatan
III. Pengalaman kerja : 0,6- 12 tahun
IV. Khursus/ Pelatihan & seminar : Basic Trauma Life Support,
, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, Seminar
Pelayanan Keperawatan Profesional, Seminar Model
praktek keperawatan Profesional, Seminar Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi "Peran CSSD dalam Mencegah
Infeksi Daerah Operasi, Pelatihan Bantuan Hidup Dasar
Pada Pasien Kritis Di Ruang Rawat Inap, Workshop EKG
Dasar, Seminar EKG Dasar, PPGD Basic 1, , Trend dan
Issue PPNI Terkini dan SIM K. Online PPNI,Seminar
komunikasi efektif, Patien safety
V. Tugas pokok dan fungsi: Melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien sesuai alokasi tugasnya.
Managemen Approach
a) Perencanaan
Menyusun rencana kerja harian
b) Pengorganisasian
I. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan skala prioritas.
II. Mengikuti dan aktif dalam rapat bulanan.
III. Mengikuti aktif dalam pre/post conference.
IV. Membimbing pelaksanaan perawatan dalam
pemberian asuhan keperawatan.
V. Mengikuti pengembangan staf sesuai dengan tugas.
VI. Memelihara kerapihan dan kelengkapan status klien.
VII. Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya.
VIII. Mengawasi, memelihara dan mengendalikan
penggunaan, pencatatan dan pelaporan serta
pemeliharaan inventaris ruangan.

69
IX. Mengkomunikasikan kepada PP/PA bila menemukan
masalah asuhan keperawatan.
X. Membantu tim lain bila diperlukan.
c) Pengendalian
I. Melakukan evaluasi perhadap tundakan yang telah
dilakukan dan mendokumentasikannya.
II. Melakukan inventaris fasilitas terkait pelaksanaan
askepyang telah dilaksanakan.
III. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan dalam buku
komunikasi meliputi jumlah pasien awal, baru, pulang,
meninggal dll. Dan pencatatan alat dan sarana yang
perlu di operkan ke dinas selanjutnya.
Professional Relationship
I. Mengikuti konferensi kasus.
II. Berperan serta dengan tim kesehatan dalam membahas
kasus dan upaya peninggkatan mutu asuhan
keperawatan.
III. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan.
IV. Mengikuti program pengembangan staf untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan askep
melalui pertemuan ilmiah, seminar, diklat keperawatan
klinik, dll.
V. Melakukan operan denganketua tim/kepal shif
sebelumnya dan tim berikutnya.
VI. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan.
Pasien Care Delivery
I. Membina hubungan terapeutik.
II. Menerima klien baru sesuai dengan prosedur dan
melaksanakan orientasi kepada pasien/keluarganya.
III. Memberikan asuhan kepearwatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.
IV. Melakukan pengkajian data focus pasien baru pada saat
PP/ Ketua Tim tidak ada sesuai batas kewenangan.
V. Menyusun rencana keperawatan sesuai kewenangan.

70
VI. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana.
VII. Melakukan tindakan darurat kepada pasien misalnya
demam tinggi, kolaps, perdarahan, keracunan, henti
nafas,/jantung.
VIII. Melaksanakan system pencatatan dan pelaporan
asuhan keperawtan secara tepat dan benar sesuai
dengan standar asuhan keperawatan.
IX. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan Lab. Pengobatan
dan diagnostik.
X. Berperan dalam melakukan pendidikan kesehatan
terhadap klien/keluarga.
XI. Melatih pasien menggunakan alat bantu.
XII. Melatih pasien dalam melakukan tindakan keperawatan
secara mandiri dirumah.
XIII. Melakukan bimbingan rohani pada pasien.
XIV. Menyiapkan pasien yang akan pulang.
d. Kebutuhan SDM Ruangan
Perhitungan menurut Gillies
1. Kuantitatif
Tenaga Perawat (TP) = AxBxC
(C-D)x E
Keterangan
A : Rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B : Rata-rata jumlah pasien/hari
C : Jumlah hari/tahun
D : Jumlah hari libur masing-masing perawat
E : Jumlah jam kerja masing-masing perawat
Hasil perhitungan
a. Penghitungan Waktu Perawatan Langsung
Total care : 6 x 6 jam : 36 jam
Partial care : 18 x 3 jam : 54 jam
Self care : 3 x 2 jam : 6 jam
Jumlah : 27 orang 96 jam

71
b. Penghitungan waktu perawatan tidak langsung
PTL : 1 jam x 27 27 jam
c. Perhitungan waktu penkes
Penkes : 15 menit x 27 : 6,75 jam
Jumlah Keseluruhan 129,75 jam
Total : 129,75 jam
27
: 4,8 jam
Jumlah Tenaga Perawat
= 4,8 jam x 27 orang x 365 hari
(365-78 hari) x 8 jam
=47.304
2.296
= 20,60 + (20,60 x 20%)
= 20,60 + 4,1
= 24,7
= 25 orang

Perhitungan menurut depkes


Perhitungan kebutuhan tenaga di ruang Asal berdasarkan rumus

DEPKES dengan BOR 90% kapasitas TT 28 , dengan tingkat

ketergantungan total rata-rata perhari total care 6 orang,Partial care 18

orang, sedangkan selfcare3 orang. Adapun Rumus depkes adalah

sebagai berikut:

Kebutuhan perawat = Ʃ jam perawatan/hari x rata-rata Ʃ pasien/hari +

Loss Day+ Faktor koreksi Jam kerja efektif

Lossday = jumlah hari kerja tidak efektif x jumlah perawat yang tersedia

Jumlah hari kerja efektif

Tabel 3.12 Dasar perhitungan

No Jenis/kategori Rata2 px/hari Rata2 jam Jumlah jam


perawatan pwtn ps/hari

72
ps/hari
1 Self care 3 2 jam 6 jam
2 Partial care 18 3 jam 54 jam
3 Total care 6 6 jam 36 jam
Jumlah 27 96 jam

a. Jumlah perawat yang dibutuhkan/hari

= 96 : 7

=13,71

b. Loss day

= ( 95 x 13,71) : 270

= 4,82

c. Faktor koreksi 25%

= (13,71 + 4,82) x 0,25

= 4,63

d. Jadi kebutuhan perawat di Ruang Asal

= 13,71 + 4,82 + 4,63 = 23,16

= 23 orang

Analisis
Perawat yang dibutuhkan diruang Asal sebanyak 25 orang menurut
Gillies dan 23 orang menurut DepKes, adapun jumlah perawat di ruang
Asal terdapat 19 perawat. jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah
perawat yang dibutuhkan, Sehingga dapat menyebabkan terjadinya
beban kerja yang meningkat dan berisiko mengurangi mutu pelayanan
pasien.
e. Tingkat Kepuasan Pasien
Tingkat Kepuasan Ruang Asal 3 Bulan Terakhir Bulan Oktober s/d
Desember 2019
Tabel 3.3 Tingkat Kepuasan Pasien Ruang Asal 3 Bulan
Terakhir Bulan Oktober s/d Desember 2019
No Bulan Kepuasan
1 Oktober 94 %
2 November 88 %

73
3 Desember 87,4 %
Rata Rata 89,8 %
Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal

Analisis
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari hasil
kepuasan klien tau keluarga yaitu didapatkan persentase Bulan Oktober
sebesar 94%, persentase bulan November sebesar 88% dan persentase
Bulan Desember sebesar 87,4 % dengan rata-rata kepuasan 3 bulan
terakhir Bulan Oktober s/d Desember sebesar 89,8 %.
Tingkat Kepuasan Berdasarkan Survei Kelompok
Pengukuran tingkat kepuasan pada pasien menggunakan
kuesioner yang berisi 23 pernyataan dengan pilihanya sangat puas, puas,
tidak puas, sangat tidak puas dan keseluruhan pertanyaan bersifat positif.
Tabel 3.36 Survei Kepuasan Pasien

No Interpretasi data Sub total Persentase


1 Sangat Puas 11 44.0
2 Puas 14 56.0
3 Tidak Puas 0 0.00
4 Sangat tidak puas 0 0.00
Total 25 100,00

Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal

Analisis
Dari 25 pasien 11 orang (44%) mengatakan sangat puas terhadap
kinerja perawat di ruang asal, 14 orang (56%) mengatakan puas terhadap
kinerja perawat di ruangan ‘Asal. Dan tidak ada satupun pasien yang
mengatakan tidak puas dan sangat tidak puas terdahap kinerja perawat di
ruang Asal.
f. Kepuasan Perawat

Tabel 3.15 Kepuasan Perawat di Ruangan Asal Kelas 3 2020

Kategori Frequency Persentase (%)


Sangat puas 11 64,7 %
Puas 6 35,3 %
Total 17 100 %

74
Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal

Analisis
Berdasarkan tabel 3. 15 didapatkan hasil bahwa sebagian besar
yaitu 11 perawat (64,7%) perawat sangat puas, dan 6 perawat (35,3%)
merasa puas. Dari total keseluruhan jumlah perawat di ruang asal yaitu
sebanyak 19 perawat, kelompok dapat mengkaji sebanyak 17 perawat
dikarenakan terdapat 2 perawat yang sedang cuti melahirkan.
g. Caring perawat
Tabel 3.16 Observasi Caring Perawat

Kategori Frequency Persentase (%)

Baik 16 94,1 %
Cukup 1 5,9 %
Total 17 100 %

Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal

Analisis
Berdasarkan hasil analisis dari tabel diatas didapatkan hampir
seluruhnya yaitu 94,1 % atau 16 perawat baik dalam berperilaku caring
dan terdapat sebagian kecil yaitu 5,9 % atau 1 perawat yang cukup
dalam berprilaku caring. kelompok dapat mengkaji sebanyak 17
perawat dikarenakan terdapat 2 perawat yang sedang cuti melahirkan.

2. Data Unsur Metode


Hasil kajian yang dilakukan pada tanggal 13-16 Januari 2020, didapatkan
data :
b. Alur Penerimaan Pasien
Gambar 3.1 Bagan Alur Pelayanan Pasien Di Ruang Asal RSUD
Al-Ihsan Prov Jawa Barat

IGD POLIKLINIK

INTENSIF RUANG ASAL RAWAT INAP


MEDICAL

PULANG PULANG ALIH RAWAT RUJUK MENINGGAL


75
PAKSA
Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal

c. Penerapan MPKP
Hasil observasi yang telah kami lakukan di ruangan asal pada
hari selasa, 14 januari 2020 didapatkan hasil bahwa ruang asal telah
menerapkan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP). MPKP
yang diterapkan oleh ruang asal adalah metode tim yang dimodifikasi
dengan metode keperawatan primer.
Dengan metode tim disusun kepengurusan di ruang rawat inap
Asal dengan 1 kepala ruangan,2 orang ketua Tim dan terdapat
penanggung jawab setiap shift, dimana dalam setiap tim terdapat
perawat pelaksana.
Dari hasil pengamatan kami bahwa struktur organisasi ruang
Asal sudah sesuai dengan metode namun yang masih belum ada
yaitu CCM. CCM adalah sebagian konsultan yang bertanggung jawab
terhadap kualitas asuhan keperawatan secara keseluruhan di Ruang
Asal.
d. Timbang Terima/ Operan Dinas
Dari hasil observasi selama 4 hari terhitung dari tanggal 13-16
Januari 2020 didapatkan bahwa proses timbang terima sudah
berjalan dengan rutin, yaitu pada shift pagi, siang, malam. Dan
berikut hasil observasi timbang terima diruang Asal
Tabel 3. 10 Hasil Observasi Timbang Terima tahun 2020

No Observasi Nilai Persentase (%)


1 TT1 (malam-pagi) 94,4
2 TT2 (pagi-siang) 94,7
3 TT3 (siang-malam) 94,4
4 TT4 (malam-pagi) 94,4
5 TT5 (pagi-siang) 89,4
6 TT6 (malam-pagi) 94,4
7 TT7 (pagi-siang) 94,4
8 TT8 (malam-pagi) 94,7
9 TT9 (pagi-siang) 94,4
Jumlah 845,7

76
Rata-rata 93,9
Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal

Analisis
Dari hasil observasi yang dilakukan pada 9 kali proses timbang
terima di ruang Asal (Medikal) RSUD Al-Ihsan Prov. Jabar dari
tanggal 13-16 Januari 2020 didapatkan bahwa prosedur timbang
terima sudah dilakukan setiap adanya pergantian shift,dengan
persentasi rata-rata 93,9%, adapun point- point yang belum
dilakukan secara maksimal seperti tidak adanya buku inventaris pada
saat timbang terima dan belum dibubuhkannya serah terima
inventaris ruangan.
e. Pre dan Post Confrence
Tabel 3.11 Observasi Kegiatan Conference tahun 2020

No Conference Nilai Persentase (%)


1 C1 92,5
2 C2 85,1
3 C3 92,5
4 C4 92,5
5 C5 88,8
6 C6 92,5
7 C7 96,2
8 C8 85,1
9 C9 88,8
Jumlah 814
Rata-rata 90,4%
Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal

Analisis
Dari hasil observasi kegiatan pre dan post conference yang
dilakukan di ruang Asal didapatkan bahwa prosedur pre dan post
conference yang dilakukan sudah optimal dengan nlai rata-rata
90,4% dan ada sebagian kecilnya masih belum sesuai dengan
SOP yang ada di dalam pre-conference dan post conference yaitu
tidak mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan,
e. Supervisi
Supervisi merupakan upaya membantu pembinaan dan
peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar perawat dapat
melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien

77
dan efektif. Tujuan memberikan bantuan kepada bawahan sehingga
bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan
tugas dengan hasil yang baik.
Selama dinas di ruangan Asal belum ada supervisi yang
dilakukan di ruangan, dan supervisi belum dilakukan secara optimal
karena berbagai kesibukan yang harus terlebih dahului terselesaikan.
Namun berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang
Asal di peroleh data bahwa supervisi di ruang asal sudah sering
dilakukan, namun kurang dalam hal pendokumentasian dan tidak
sesuai dengan SOP yang berlaku seperti tidak ada kontrak waktu
sebelum melakukan supervisi, tidak menggunakan daftar tilik dan
tidak membawa format penilaian supervisi.
f. Penerimaan pasien baru
Tabel 3.12 Observasi Pasien Baru tahun 2020
No Responden Persentase %
1 P1 87,5
2 P2 100
3 P3 100
4 P4 86,6
5 P5 93,7
6 P6 100
7 P7 87,5
Jumlah 655,3
Rata – Rata 93,6
Analisis
Dari hasil observasi selama 3 hari mengenai penerimaan pasien
baru yang dilakukan ± 7 kali oleh perawat di ruang Asal RSUD Al
Ihsan Prov. Jabar dari tanggal 13-16 Januari 2020, didapatkan bahwa
pada penerimaan pasien baru yang telah dilaksanakan dengan rata-
rata persentasi yg di dapatkan yaitu baik 93,6%. Adapun point yang
belum dilakukuan ketika ada pasien baru yaitu menyiapkan set
pemeriksaan fisik seperti timbangan berat badan dan tinggi badan.
g. Perencanaan pasien pulang (Discharge planning)
Perencanaan pasien pulang (Discharge planning) yaitu
menyiapkan klien yang akan pulang karena sudah sembuh atau
melanjutkan perawatannya di rumah (home care). Tujuan
menyiapkan klien untuk kembali ke lingkungan tempat tinggalnya

78
dan menyiapkan keluarga untuk melakukan perawatan lanjutan yang
masih diperlukan bagi klien di rumah.

Tabel 3.13 Pasien Pulang ( Discharge planning)

No Discharge Planning Persentase (%)

1. Persiapan Perlengkapan 100

2. Persiapan pasien 100

3. Pelaksanaan 84,43
Jumlah 284,43
Rata-rata 94,81
Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal

Analisis
Dari hasil observasi yang dilakukan kepada 4 orang perawat
tentang bagaimana proses discharge planing di ruang Asal RSUD
Al-Ikhsan Prov. Jabar dari tanggal 14-16 Januari 2020 yang
berkenaan dengan pasien pulang dari ruangan didapatkan hasil
dengan persentasi saat persiapan Perlengkapan 100%, persiapan
pasien100%, Pelaksanaan 84,43%, hampir sebagian besar
discharge planning sudah optimal dilaksanakan dengan rata-rata
nilai mulai dari persiapan dan pelaksanaan yaitu 94,81%, adapun
point yang masih jarang dilakukan yaitu pasien dan keluarga tidak
diantar sampai pintu luar dan tidak memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien atau keluarga pasien yang akan pulang
karena seharusnya memberikan pendidikan kesehatan harus
memberikan liflet/media tetapi hal itu masih jarang dilakukan ketika
pasien pulang.
h. Pelaksanaan Universal Precaution
Universal precaution atau yang sering disebut dengan
kewaspadaan universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang
dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko

79
penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan
cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal
dari pasien maupun petugas kesehatan.

Tabel 3.14 Observasi Pelaksanaan Universal Precaution


No Responden Persentase %
1 P1 94,1 %
2 P2 88,2 %
3 P3 82,3 %
4 P4 94,1 %
5 P5 88,2 %
6 P6 76,5 %
7 P7 94,1 %
8 P8 94,1 %
9 P9 82,3 %
10 P 10 94,1 %
11 P 11 94,1 %
12 P 12 94,1 %
13 P 13 88,2 %
14 P 14 94,1 %
15 P 15 88,2 %
16 P 16 88,2 %
17 P 17 88,2 %
Jumlah 1.523,4
Rata – Rata 89,6
Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal

Analisis
Dari hasil observasi yang dilakukan kepada 17 orang perawat
tentang bagaimana pelaksanaan universal precaution di ruang Asal
RSUD Al-Ihsan Prov Jabar dari tanggal 14-16 Januari 2020
didapatkan nilai rata-rata 89,6 %, yang menunjukan bahwa perawat
sudah melaksanakan universal precaution dengan baik di mana
sarung tangan, masker, tempat sampah medis dan benda tajam
tersedia dan mudah didapat. Perawat mencuci tangan setelah

80
tindakan, menggunakan masker pada saat yang tepat sesuai
kebutuhan .
Namun, dari hasil pengkajian yang dilakukan mengenai
mengurangi resiko infeksi terutama dalam melakukan cuci tangan
perawat tidak semuanya melakukan five moments masih jarang
dilakukan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien dan perawat
tidak melakukan desinfeksi instrument yang sudah digunakan
dengan larutan chlorine 0,5 % karena instrument yang sudah
digunakan langsung diserahkan ke CSSD.
i. Audit dokumentasi askep
Tabel 3.15 Observasi Dokumentasi Penerapan Standar
Asuhan Keperawatan

No Askep Yang Dinilai Persentase (%)

1. Pengkajian 90,1%

2. Diagnosa 83,5%

3. Perencanaan 93,3%
Jumlah 2066,9%
Rata-rata 88,96%
Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal

Analisis
Dari hasil observasi yang dilakukan pada 10 dokumentasi
asuhan keperawatan di ruang Asal RSUD Al-Ihsan Provinsi Jabar
dari tanggal 14-16 Januari 2020 didapatkan hasil persentasi
kelengkapan dokumentasi pengkajian sebesar 90,1%, kelengkapan
dokumentasi diagnosa sebesar 100%, dan kelengkapan
dokumentasi perencanaan yaitu sebesar 93,3 dan nilai rata-rata
kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di Ruang Asal yaitu
88,96%.
Audit dokumentasi askep sudah dijalankan dengan baik
dimana data dalam pengkajian lengkap (data biodata, riwayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, data biologis (Fisik),
data psikososial-spiritual, pola hidup/pola aktivitas sehari-hari, data

81
respon nyeri, dalam data diagnose sesuai dengan prioritas masalah
dan dirumuskan dengan benar (PES) tetapi ada sebagian yang
tidak sesuai dengan PES, untuk perencanaan rencana keperawatan
disusun menurut prioritas masalah, terdapat tujuan yang harus di
capai, mencakup tindakan mandiri perawat dan tindakan kolaboratif.
Untuk pelaksanaan terdapat tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaborasi, tercatat hasil observasi atau respon pasien terhadap
tindakan yang sudah dilaksanakan dan tercantum nama dan paraf
perawat setiap tindakan keperawatan yang dilaksanakan dan untuk
evaluasi diagnosa keperawatan dievaluasi setiap hari, diagnosa
keperawatan yang teratasi, teratasi sebagian dan yang tidak teratasi
tercantum dalam dokumentasi, tercantum nama dan waktu
pelaksanaan evaluasi, tercantum nama dan paraf perawat yang
melakukan evaluasi.
Namun pendokumentasian keperawatan masih terdapat
kekurangan yaitu dalam pengkajian keperawatan tidak seluruhnya
mencantumkan riwayat keluarga, pada diagnosa dan perencanaan
keperawatan ada sebagian pendokumentasian yang tidak
dilengkapi.
3. Data Unsur Material
a. Daftar fasilitas untuk petugas kesehatan dan pasien Ruangan
Asal RSUD Al-Ihsan Tahun 2020
Tabel 3.17 Daftar fasilitas untuk petugas kesehatan dan
pasien Ruangan Asal RSUD Al-Ihsan Tahun 2020

Nama
NO Ideal Real
Ruangan
1 Ruang Ruang tempat kepala Terdapat ruangan khusus
Kepala ruangan untuk kepala ruangan,
Ruangan melakukan berdasarkan fungsi
managemen asuhan ruangan ini sudah berfungsi
dan pelayanan dengan baik.
keperawatan Kebutuhan fasilitas di
diantaranya ruangan inipun sudah
pembuatan program sesuai.
kerja dan pembinaan.
Besaran luas sesuai
kebutuhan.
Kebutuhan fasilitas :

82
Lemari, meja/kursi,
sofa, komputer, printer
dan peralatan kantor
lainnya.
2 Nurse Idealnya ruangan ini Terdapat ruangan nurse
stasion berfungsi untuk stasion, bersadarkan fungsi
melakukan ruangan ini sudah berfungsi
perencanaan, dengan baik, besaran luas
penggorganisasian ruangan nurse stasion di
asuhan dan pelayanan ruangan asal 7m x 5 m =
keperawatan (pre dan 35 m2. Jumlah maksimal
post conference, perawat dalam 1 sift ± 5
pengaturan jadwal), orang, sehingga idealnya
dokumentasi sampai besaran ruangan sebesar
dengan evaluasi 15 - 25 m2.
pasien. Sehingga dapat
Besaran Luas 3-5 disimpulkan bahwa besaran
m2/perawat luas nurse station ruang
(perhitungan 1 stasi asal sudah memenuhi
perawat untuk standar Depkes.
melayani max. 25 TT) Kebutuhan fasilitas sudah
Kebutuhan fasilitas : cukup baik.
Meja, kursi, lemari
arsip, lemari obat,
telpon atau intercom,
alat monitoring untuk
pemantauan terus
menerus fungsi vital
pasien.
3 Ruang Ruangan ini berfungsi Terdapat 10 ruang
perawatan untuk pasien yang perawatan, dimana 1 ruang
memerlukan asuhan perawatan berisi 3 TT. Saat
dan pelayanan ini dari 10 ruang perawatan
keperawatan dan seluruhnya beroperasi.
pengobatan secara Berdasarkan luas ideal
berkesinambungan ruang perawatan
lebih dari 24jam. Idealnya dengan kebutuhan
Besaran luas ruangan 3 TT membutuhkan luas
tergantung kelas dan banguanan sekitar 21,6 m2.
keinginan desain, Sedangkan di ruang asal 1
kebutuhan ruang 1 TT TT hanya memiliki luas
min. 7,2 m2. 1,5m x 2,7m = 4,05 m
Kebutuhan Fasilitas : Jadi 3 TT hanya memiliki
Tempat tidur pasien, luas 12,15 m
lemari, nurse call, Sehingga dapat
meja, kursi, televisi, disimpulkan bahwa ruang
tirai pemisah bila ada. perawatan di ruang asal
belum memenuhi standar
Depkes.
Untuk kebutuhan fasilitas
sudah sesuai dengan
kelasnya, terdapat tempat
tidur pasien, lemari pasien,
meja dan kursi serta setiap
TT dipisah dengan

83
menggunakan tirai
pemisah.
4 Ruang Ruang untuk Di ruang asal tidak terdapat
Konsultasi melakukan konsultasi khusus ruang konsultasi,
oleh profesi kesehatan tetapi bila ada pasien yang
kepada pasien dan membutuhkan konsultasi
keluarga. dengan tenaga kesehatan
Besaran ruangan dilakukan di nurse station.
sesuai kebutuhan.
Kebutuhan fasilitas :
Meja, kursi, lemari
arsip,
telepon/intercom,
peralatan kantor
lainnya
5 Ruang Ruangan untuk Terdapat ruang tindakan.
tindakan melakukan tindakan Secara fungsi ruangan ini
pada pasien baik belum maksimal digunakan.
berupa tindakan Karena untuk tindakan
invasif maupun non invasif maupun non invasif
invasif. dilakukan di ruang
Idealnya besaran perawatan pasien.
ruangan 12-20 m2. Besar ruangan tindakan
Kebutuhan fasilitas : 4,75 m x 4.75 m = 22,5 m2.
Lemari alat periksa Secara besaran luas ruang
dan obat, tempat tidur tindakan sudah sesuai
periksa, tangga dengan kriteria Depkes.
roolstool, wastafel, Hanya saja besaran ruang
lampu periksa, tiang tersebut menjadi terlihat
infus, dan kecil karena ruangan
kelengkapan lainnya. tindakan digabung dengan
penyimpanan alat tenun
dan alat medis, dan bersatu
dengan ruang kepala
ruangan.
Berdasarkan kebutuhan
fasilitas di ruang tindakan
tidak ada tempat tidur
periksa.
6 Ruang Ruang untuk Ruang administrasi
administrasi menyelenggarakan memiliki ruang khusus di
kegiatan administrasi dekat ruang perawat
khususnya pelayanan dengan luas 2 m x 2.25 m =
pasien di Ruang 4.5 m.
Rawat Inap yaitu Sehingga dapat
berupa registrasi dan disimpulkan bahwa ruang
pendataan pasien, administrasi di ruang asal
penandatanganan memenuhi kriteria Depkes.
surat pernyataan
keluarga apabila
diperlukan tindakan
operasi.
Ideal besaran ruangan
3-5m2/petugas.
Kebutuhan fasilitas :

84
Meja, kursi, lemari
arsip, telepon,
komputer, printer dan
peralatan kantor
lainnya.
7. Ruang Ruang kerja dan Tidak terdapat ruang dokter
Dokter Jaga kamar jaga dokter. jaga.
Besaran ruangan
sesuai kebutuhan.
Kebutuhan fasilitas :
Tempat tidur, sofa,
lemari, meja/kursi,
wastafel.
8 Ruang Ruang tempat Ruang pendidikan masih
pendidikan/di melaksanakan bergabung dengan ruang
skusi kegiatan pertemuan/ruang rapat.
pendidikan/diskusi.
Besaran ruangan
sesuai kebutuhan.
Kebutuhan fasilitas :
Meja, kursi, perangkat
audio visual, dll
9 Ruang Ruang istirahat Ruang istirahat perawat
perawat perawat. masih bergabung dengan
Besaran ruangan ruang istirahat ruang Zumar
sesuai kebutuhan.
Kebutuhan fasilitas :
Sofa, lemari,
meja/kursi, wastafel
10 Ruang Loker Rang ganti pakaian Ruang ganti pakaian dan
bagi petugas instalasi toilet masih bergabung
rawat inap. dengan ruang Zumar.
Besaran ruangan
sesuai kebutuhan.
Kebutuhan fasilitas :
Loker, dilengkapi
dengan toilet.
11 Ruang Linen Tempat penyimpanan Ruang tempat
Bersih bahan-bahan linen penyimpanan linen
steril atau bersih. menyatu dengan ruang
Ideal besaran ruangan tindakan. Terdapat 1 lemari
min. 4 m2. tempat penyimpanan linen
Kebutuhan fasilitas : bersih.
lemari
12 Ruang Linen Ruangan untuk Terdapat ruang linen kotor,
Kotor menyimpan bahan- secara fungsi ruangan ini
bahan linen kotor yang sudah berfungsi cukup
telah digunakan di baik.
ruang perawatan Besaran ruangan sudah
sebelum dibawa ke sesuai.
ruang laundry Kebutuhan fasilitas sudah
Ideal besaran ruangan sesuai kebutuhan.
min. 4 m2.
Kebutuhan fasilitas :
Bak penampungan

85
linen kotor
13 Gudang Fasilitas untuk Belum terdapat spoolhoek
kotor membuang kotoran untuk membuang limbah
(spoolhoek/di bekas pelayanan cair.
rty utylity) pasien khususnya
yang berupa cairan.
Spoolhoek berupa
bak/kloset yang
dilengkapi dengan
leher angsa (water
seal)
Ideal besaran ruangan
4-6m2
Kebutuhan fasilitas :
Kloset leher angsa,
keran air bersih (sink).
Tinggi bibir kloset ±80-
100 cm dari
permukaan lantai
14 WC pasien WC pria/wanita luas 2- Terdapat WC khusus
dan 3 m2 pasien dan pengunjung.
pengunjung Kebutuhan fasilitas : Besaran luas 2m x 2m=
Kloset, westafel, bak 4m2.
air Jumlah WC ada 10. Untuk
tata letak WC pasien
terletak di setiap kamar
pasien. Fasilitas WC belum
dilengkapi untuk pasien
safety seperti bel tetapi
sudah ada pegangan
tangan pasien, pintu wc
sudah membuka ke luar
15 Dapur Kecil Sebagai tempat untuk Ruang pantry bersatu
(pantry) menyiapkan makanan dengan ruangan Lukmanul
dan minuman bagi Hakim.
petugas di ruang rawat
inap
Besaran ruangan
sesuai kebutuhan.
Kebutuhan fasilitas :
Kursi + meja untuk
makan, sink, dan
perlengkapan dapur
lainnya.
16 Gudang Ruang tempat Ruang tempat
bersih penyimpanan alat-alat penyimpanan alat-alat
medis dan bahan- medis dan bahan habis
bahan habis pakai pakai masih menyatu
yang diperlukan. dengan ruang tindakan.
Besaran ruangan Kebutuhan fasilitas sudah
sesuai kebutuhan. sesuai kebutuhan, 2 lemari
Kebutuhan fasilitas : penyimpanan alat-alat
Lemari. medis.
17 Janitor/ Ruang untuk Terdapat ruang khusus
ruang menyimpan alat-alat untuk petugas kebersihan.

86
petugas kebersihan/cleaning Besaran ruangan 5m2.
kebersihan service. Pada ruangan Kebutuhan Fasilitas sudah
ini terdapat area sesuai kebutuhan. Tetapi
basah. masih bersatu dengan
Ideal besaran ruangan ruang Zumar
min. 4-6m2.
Kebutuhan fasilitas :
Lemari/rak
18 Ruang Ruang perawatan Tidak terdapat ruang HCU
Observasi yang berada di dekat di Ruang Asal, karena
atau bersebelahan untuk pasien pasien yang
dengan nurse stasion, membutuhkan peawatan
untuk pasien dalam khusus di kirim ke HCU
kondisi yang gedung A lt.4.
memerlukan observasi
khusus atau
pelayanan
keperawatan yang
lebih intensif
dibandingkan ruang
perawatan biasa
Ideal besaran ruangan
min. 9 m2/tt.
Kebutuhan fasilitas :
Tempat tidur pasien,
lemari, nurse call
19 Ruang Ruang perawatan Terdapat ruang isolasi,
perawatan untuk pasien yang secara funsgi sudah
isolasi berpotensi menular, berfungsi dengan baik,
mengeluarkan bau dan Kebutuhan ruangan sudah
pasien yang gaduh sesuai kebutuhan ruangan.
gelisah.
Ideal besaran ruangan
min. 12 m2/tt
Kebutuhan Fasilitas :
Tempat tidur pasien,
lemari, nurse call
Sumber : Data Primer Kajian ruangan Asal 2020
Analisis
Dari hasil observasi didapatkan bahwa sarana prasarana di
ruangan Asal ada beberapa yang sudah memenuhi standar Depkes
dan ada beberapa ruangan juga yang belum memenuhi standar.
Berdasarkan Standar Departemen Kesehatan idealnya Ruang rawat
Inap memiliki 19 ruangan sarana prasarana. Pada keadaan di ruang
Asal ada beberapa ruangan yang masih bergabung dengan ruangan
lain, dan ada ruangan juga yang masih belum ada. Secara garis
besar kondisi ruangan bersih.

87
b. Daftar Alat Tenun Ruang Asal RSUD Al-Ihsan

Tabel 3.18 Daftar Alat Tenun Ruang Asal RSUD Al-Ihsan

KONDISI
NAMA ALAT KUANTITAS
Secara Kuantitas (Jumlah)
STANDAR ALAT SESUAI KETERANGAN (YANG
NO
DIRUANGAN STANDAR Jumlah Optimal Layak AKAN DIAJUKAN)
Rusak / hilang
MENURUT DEPKES DEPKES Diruangan Jumlah pakai
(Sesuai Standar yang ada
Rs)
1 Alas Baki 1:2 56 24 √ - Jumlah alas baki yang ada
tidak sesuai dengan jumlah
ideal di ruangan.
2 Barak schort 1:3 60 33 √ - Jumlah barak schort yang
ada tidak sesuai dengan
jumlah ideal di ruangan.
3 Perlak Oscar Besar 1:3 84 75 √ - Jumlah perlak oscar besar
yang ada tidak sesuai
dengan jumlah ideal di
ruangan.
4 Perlak Tindakan Kecil - - 22 √ - Layak pakai.
5 Sarung Bantal 1:3 84 178 √ - Layak pakai
Dewasa
6 Sarung Bantal Oscar 1:3 84 90 √ - Layak pakai
7 Sarung Oksigen - - 3 √ - Layak pakai
8 Selimut Dewasa 1:2 56 58 √ - Layak pakai
Beludru
9 Sprei Karet Dewasa 1:3 84 100 √ - Layak pakai
10 Stik Laken 1:3 84 32 √ - Layak pakai
12 Tali Restrain Tangan 1:1 28 3 √ - Jumlah tali restrain tangan
dan Kaki dan kaki yang ada tidak

88
sesuai dengan jumlah ideal
di ruangan.
13 Gorden Hijau Jendela 1:1 - 0 √ - Tidak ada
Besar
14 Gorden Hijau Jendela 1:1 - 16 √ - Layak pakai
Kecil
15 Gorden Putih 1:1 - 0 √ - Tidak ada
16 Gorden Scerm - - 50 √ - Layak pakai
Gantung/penyekat
17 Barackshort Plastik - 24 1 √ - Layak pakai
18 Sarung Buli-Buli - - - √ - Tidak ada
19 Bantal Dewasa - - 37 √ - Layak pakai
20 Tutup Alat - - - √ - Tidak ada
21 Laken Anak - 6 - √ - Tidak ada

Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal


Analisis
Berdasarkan hasil observasi di ruangan, didapatkan bahwa alat tenun yang ada di ruangan Asal 100% layak pakai
tetapi dari standar jumlah, masih terdapat beberapa alat tenun yang tidak ada dan belum memenuhi standar DEPKES RI 2012.
Dan dalam penempatan linen masih belum semua sesuai dengan tempatnya.

89
c. Daftar Inventaris Keperawatan Ruang AsalRSUD Al-Ihsan Tahun 2020
Tabel 3.19 Daftar inventaris keperawatan Ruang AsalRSUD Al-Ihsan Tahun 2020
SPESIFIKASI MODEL JUMLAH TAHUN KONDISI
NO NAMA BARANG MERK Ket
(TYPE/NO SERI) YANG ADA PEROLEHAN BAIK RUSAK
1 Bak injeksi Stainles One med 4 2012 4 -
2 Baki tindakan Stainles One Med 9 2012 9 -
3 Windring bantal Karet 0 - - -
Bulat
4 Bengkok Stainles One Med 10 2012 10 -
5 Easy Move Matras One Med 1 2013 1 -
2 2012
6 Gelas Ukur Plastik 1 2011 1 -
7 Iluminator single Dharma 1 2012 1 -
8 Kom alc Tutup Stainles One Med 1 2012 1 - Tidak ada
9 Kasur Dekubitus Zanuplus Zigma 6 2011 6 -
Yazumi 2012
Amez 2013
Suzric 2009
10 Air matress Arnez 1 2013 1 -
11 Lampu sorot Autolux 1 2012 1 - berfungsi
12 Lavement set Stainles 0 - - -
13 Metline Plastik 0 - - -
14 Penlight ABN 1 2011 1 - Layak
pakai
15 Pispot Plastik One Med 24 2009 24 -
Stainles One Med 24 2009 24
16 Reflex Hamer Karet, stainles - 4 2009 4 -
17 Regulator manual Besi - 2 2013 1 1 Layak

90
pakai
18 Regulator sentral Besi - 20 2013 20 -
19 Papan Resusitasi Plastik - 1 2011 1 -
20 Resusitator Weinmann 1 2012 1 -
dewasa
21 Scherm - 1 2011 1 -
22 Stetoscope anak Karet - 0 -
23 Stetoskop Dewasa Karet - 2 2012 2 -

24 Spuit gilserin Stainles - 1 2005 1 -


25 Tensimeter Air Raksa Reistar 0 - 0 -
raksa
26 Termometer - 4 - 3 1 1 tidak
Digital berfungsi
27 Timbangan Yamamoto 1 - 1 -
Dewasa
28 Tongue spatel Stainles - 1 - 1 -
29 Kruk - 0 - 0 -
30 Ice crop - 0 - 0 -
31 Tourniquet Karet - 2 - 1 1
32 Tromol kassa Stainles - - 1 -
Besar
33 Comode Plastik - 0 - -
34 Beban traksi 1 kg - 0 - 0 -
35 Beban traksi 2 kg - 0 - 0 -
36 Beban traksi 3 kg - 0 - 0 -
37 Beban traksi 4 kg - 0 - 0 -
38 Beban traksi 5 kg - 0 - 0 -
39 Cukuran elektrik Jinghao 0 - 0 -

91
40 Blood warmer - 1 - 1 -
41 Sepatu boot - 0 - 0 -
42 Brangkar roda Besi Paramount Bed 2 2014 2 -
43 Kostul/kursi - 1 1 -
44 EKG Philips 1 2015 1 1 1 retur
Esaote 1 2013 1
45 Nebulizer Omron 1 2016 6 -
Z compresor 1 2009
1 2018
Ultrasonic 1 2013
2 2016
46 Infus Pump 1208000355 Terumo 1 2014 10 -
1201000102 Terumo 1 2014
M22100 B.Braun 1 2011
B.Braun 1 2011
101.264 B Braun 1 2011
B braun 1 2011
109672 B braun 1 2011
118208 B.Braun 1 2011
348633 B.Braun 1 2017
47 Suction Alsa as-200 1 2011 1 -

48 Syringe pump TE-331 Terumo 1 2011 1 -


49 Talang keramas - 1 - 1 -
50 Baskom mandi Stainles - 42 - 42 -
51 Urinal Staniles - 17 - 22 -
Plastik 3
52 Stik GD - 1 - 1 -
53 Oxymetry Cr67173400 Solaris 1 2016 1 -

54 Tensimeter digital Digital Microlife 4 2019 3 1 Tidak

92
berfungsi
Sumber : Data Primer Kajian ruangan asal

Analisis
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, didapatkan bahwa jumlah barang yang layak pakai ada 246 alat
kesehatan dan jumlah yang rusak/ hilang/tidak berfungsi sebanyak 5 alat kesehatan di Ruangan Asal. Dari standar jumlah
belum semua memenuhi standar DEPKES RI 2012.
d. Daftar Inventaris mebeller dan elektronik Ruang Asal RSUD Al-Ihsan Tahun 2020
Tabel 3.20 Daftar inventaris mebeller dan elektronik Ruang Asal RSUD Al-Ihsan Tahun 2020
SPESIFIKASI MODEL JUMLAH TAHUN KONDISI
NO NAMA BARANG MERK Ket
(TYPE/NO SERI) YANG ADA PEROLEHAN BAIK RUSAK
1 Apar Protect 1 2011 1 -
2 Bed side cabinet Mak 30 2011 30 -
4 Lemari alat tenun Mak 1 2011 1 -
5 Blower Maspion 15 2015 15 -
6 Computer HP 1 2011 2 -
1 2017
7 Dispenser Miyako 1 2016 1 -
8 Jam dinding Sakana 14 2011 14 -
9 Kulkas Sharp 3 2011/2016 3 -
10 Lemari alkes Mak 1 2016 1 -
11 Kursi putar chairman 3 2015 3 -
12 Lampu Dharma health 1 2012 1 -
pemeriksaan
13 Loker perawat Mak 2 2015/2016 2 -
14 Lemari pasien Mak 33 2011 33 -
15 Meja tulis Local 2 2 -

93
16 Nurse stasion 2 2 -
17 Over bad Tabel Mak 31 2011 31 -
18 Tempat sampah Shinpo 20 2015 20 -
injak
19 Trolley EKG 1 1 -
20 Trolley Nebulizer 1 1 -
21 Trolley O2 Kecil 2 2 -
22 Trolley Suction 1 1 -
23 Strolley tindakan 2 2 -
24 Tangga pasien Mak 8 8 -
25 TV LED Thosiba 1 2017 1 -
26 Printer Epson 1 2015 1 -
27 Tempat hasil Kayu 1 2017 2 -
radiologi 1 2015
28 Stand infus roda 2 2 -
29 Stand infus pump 3 3 -
30 Tempat tidur Mak 30 2010 30 -
manual
31 Kipas angin Miyako 2 2014 2 -
32 Laci excel besar 13 13 -
33 Laci excel kecil 3 3 -
34 Wadah plastik 2 2 -
Besar
35 Tempat sampah 7 2016 7 -
besar
36 Lemari besi Mak 5 2016 5 -
37 Loker besi Mak 4 2016 4 -
38 Excel besi Barata 2 2015 5 -
39 Kursi Lipat Chitose 54 2011 54 -

94
40 Lemari Besi Krisbow 1 2016 1 -
(tempat helm)
41 Trolley Linen 1 2017 1 -
42 Keranjang 1 2018 1 -
Pengambilan Obat

Sumber : Data Primer Kajian ruangan Asal 2020


Analisis
Dari hasil observasi yang didapatkan di ruangan bahwa jumlah barang yang layak pakai ada 314 alat mebeller dan
jumlah alat yang rusak/hilang/tidak berfungsi sebanyak 0 alat mebeller di Ruangan Asal. Dari standar jumlah yang
didapatkan tersebut, belum semua alat memenuhi standar DEPKES RI 2012.

95
e. Daftar Alat Pencatatan dan Pelaporan Ruang Asal RSUD Al-Ihsan
Tahun 2020
Tabel 3.21 Daftar Alat Pencatatan dan Pelaporan Ruang Asal
RSUD Al-Ihsan Tahun 2020

Sisa Permintaan
No Nama barang Satuan Ket
Barang Bulan depan
1 Amplop polos panjang Dus - 5
2 Amplop polos pendek ¾ Dus - 3
3 Bak stempel Buah - 1
4 Buku bouble polio Buah - 2
5 Buku ekpedisi Buah - 2
6 Buku polio 100/200 lmb Buah - 2/2
7 Buku quartor Buah - 3
8 Box file lipat Buah - 4
9 Calculator Buah - 1
10 Clear holder isi 20/40 lmb Buah - 2/2
11 Clip besar no 5 Dus - 5
12 Clip kecil no 3 Dus - 3
13 Container FL 3 susun Buah - -
14 Container FL 4 susun Buah - -
15 Container ATK 3 Buah - -
susun/4susun
16 Cutter L 500 Buah - 1
17 DBL Clip No. 107/155/260 Dus - -
18 Gunting sedang gg coklat Buah - 2
19 Hecter besar Buah - 1
20 Kecter kecil Buah - 1
21 Isi cuter besar Pak - 1
22 Isi hecter no 10 kecil Dus - 5
23 Isi hecter no 3 besar Dus - 3
24 Kertas CF 2 :1 Box - 2
25 Kertas HVS A4/F4 RIM - 2/2
26 Kertas Karbon LBR - 5
27 Kertas scotlait warna LBR - 1
semua warna
28 Lebel no. 103/108 LBR - 10/5
29 Lebel no. 110 LBR - 5
30 Lakban bening 2” ROLL - 3
31 Lakban hitam 11/2” ROLL - 1
32 Lem cair BTL - 1
33 Lem diacol besar Buah - -
34 Map clip hitam Buah - -
35 Mapsnel plastik warna Buah - -
36 Mapsnel transparan Buah - 20
warna hijau
37 Mistar besi 30cm/60cm Buah - 1/1
38 Penghapus pensil Buah - 2
39 Penghapus W/B Buah - -
40 Pensil 2B Buah - 2
41 Pensil merah/biru Buah - -

96
42 Penyerut pensil Buah - 1
43 Perpurator besar Buah - 1
44 Tinta printer LX 310 Buah - 1
45 Solasi 1x72 ROLL - 2
46 Spidol kecil BR Buah - 5
47 Spidol kecil HJ Buah - 5
48 Spidol kecil HTM Buah - 5
49 Spidol kecil KN Buah - 5
50 Spidol kecil MR Buah - 5
51 Spidol S/M Buah - 3
52 Spidol W/B Buah - 3
53 Tinta Snowman warna.. Buah - -
54 Tinta stampel warna BTL - -
55 Tinta Whiteboard BTL - -
warna....
56 Tip-ex Buah - 2
57 Alko - 1
58 Karet BKS - 1
59 Double tipe - 2
60 Steropom - 2
61 Kertaskado - 10
62 Plastik kado - 10
63 Buku ket. kematian NCR Buku - 1
64 Buku ket. Dirawat Buku - 2
65 Buku ket. Sakit Buku - 2
66 Buku klem BPJS Buku - 6
67 Buku kontrol Buku - 2
68 Buku pendamping pasien Buku - -
68 Buku permintaan darah Buku - 2
70 Buku pernyataan sanggup Buku - 1
bayar
71 Buku rujukan extern Buku - -
72 Buku teman sejawat Buku - -
73 Kartu stok obat/alkes LBR - 50
74 KTN umum deposit Buku - 1
75 L aswal keperawatan Px LBR - 500
Dewasa R inap 1
76 L aswal keperawatan Px LBR - 500
Dewasa R inap 2
77 L aswal medis bedah R LBR - 200
inap
78 L aswal medis dalam R LBR - 50
inap
79 L aswal medis gigi & LBR - 50
mulut R inap
80 L aswal Medis kulit LBR - 50
kelamin R Inap
81 L aswal medis mata R LBR - 50
Inap
82 L aswal medis saraf R LBR - 50
Inap
83 L aswal medis THT R LBR - 50
inap
84 L aswal medis anak R LBR - 50

97
Inap
85 L assesment pasien LBR - 50/50/50
terminal/DNR/END OF
LIFE
86 L CTT observasi LBR - 100
87 L CTT perkembangan LBR - 100
terintegrasi R Inap
88 L DFR biaya alkes LBR - 100
89 L DPJP LBR - 100
90 L edukasi & verifikasi 1 LBR - 100
91 L edukasi & verifikasi 2 LBR - 100
92 L edukasi terintegrasi LBR - 100
93 L grafik suhu nadi LBR 100 -
94 L inform consent LBR - 100
95 L Informasi LBR - 200
96 L kartu kendali pasien R LBR - 200
inap
97 L Kepuasan Pelayanan LBR - 50
Perawat
98 L Ket Ruangan Penuh LBR - 50
-99 L Ket Pasien Pulang LBR - 50
100 L Orientasi Pasien LBR - 300
101 L Pelaksanaan LBR - 1000
Keperawatan HJ
102 L pemberian obat LBR - 500
103 L pengembalian obat LBR - 300
104 L pengkajian nyeri LBR 50 400
komprehensif
105 L penolakan TM LBR - 50
106 L persetujuan/ penolakan LBR - 300
Anastesi
107 L persetujuan/ penolakan LBR - 300
operasi
108 L persetujuan/ penolakan LBR - 50
pemasangan restrain
109 L persetujuan / penolakan LBR - 50
transfusi darah
110 L pindah kelas LBR - 50
111 L PMT konsul LBR - 50
112 L PMT obat & alkes LBR - 300
113 L pre operasi LBR - 300
114 L PSJ Bayar selisih naik Buku - 1
kelas
115 L PSJ tindakan medis LBR - 100
116 L RENC perawatan Kepru LBR - 35
117 L RENC perawat LBR - 750
pelaksana
118 L RENC perawat primer LBR - 100
119 L rencana pemulanga LBR - 100
pasien
120 L rencana TK HJ 1 LBR - 200
121 L rencana TK HJ 11 LBR - 50
122 L rencana TK HH 12 LBR - 50
123 L rencana TK HJ 13 LBR - 300

98
124 L rencana TK HJ 14 LBR - 50
125 L rencana TK HJ 15 LBR - 50
126 L rencana TK HJ 16 LBR - 50
127 L rencana TK HJ 18 LBR - 50
128 L rencana TK HJ 19 LBR - 50
129 L rencana TK HJ 2 LBR - 50
130 L rencana TK HJ 20 LBR - 50
131 L rencana TK HJ 21 LBR - 300
132 L rencana TK HJ 22 LBR - 300
133 L rencana TK HJ 23 LBR - 50
134 L rencana TK HJ 24 LBR - 50
135 L rencana TK HJ 25 LBR - 50
136 L rencana TK HJ 26 LBR - 50
137 L rencana TK HJ 27 LBR - 50
138 L rencana TK HJ 3 LBR - 50
139 L rencana TK HJ 4 LBR - 50
140 L rencana TK HJ 5 LBR - 50
141 L rencana TK HJ 6 LBR - 50
142 L rencana TK HJ 7 LBR - 50
143 L rencana TK HJ 8 LBR - 50
144 L rencana TK HJ 9 LBR - 50
145 L Resume Keperawatan LBR - 500
146 L Rujukan BPJS LBR - 300
147 L Sanggup Bayar Selisih LBR - 100
148 Pindah DR Buku - 50
149 PMT Fisioterapi Buku - 50
150 PMT PMR Lab Buku - 2
151 PMT PMR Radiologi Buku - 2
152 Resep BPJS NCR Buku - 35
153 Resep Umum & Buku - -
Kontraktor NCR
154 Sensus rawat Inap Buku - 5
155 SPL EKG LBR - 50
156 L rekonsiliasi obat LBR - 300
157 L obs transfusi LBR - 100
158 L Laporan Insiden Internal LBR - 100
159 L Persetujuan/ penolakan LBR - 100
Transfusi
160 L Form Terminal LBR - 50
161 L Aswal Kep. Px Anak 1 LBR - 100
162 L Aswal Kep. Px Anak 2 LBR - 100
163 L Aswal Kep. Px Anak 3 LBR - 100
164 L anastesi sedasi LBR - 300
165 L Farmasi R Inap LBR - 500

99
Sumber : Data Primer Kajian ruangan Asal 2020

Analisis
Berdasarkan hasil observasi dari tanggal 13-16 januari 2020 di ruangan
asal, diperoleh data bahwa ada banyak barang yang tidak ada atau sudah
habis. Dan telah diajukan permintaan dibulan depan agar bisa memenuhi
kebutuhan di ruangan kembali .
4. Data Unsur Money
Pada tanggal 14 Januari 2020, kami mewawancarai Kepala Ruangan
dan Administrasi Ruangan dengan tujuan untuk mengkaji data dari unsur
“Money”.
Berdasarkan hasil kajian dari bidang SDM didapatkan bahwa, setiap
tahun Rumah Sakit mendapatkan dana subsidi dari APBD dan APBN
Pemerintah Provinsi Jawa Barat Biasanya dana tersebut untuk pendanaan
biaya belanja modal/ investasi ruangan, seperti: pengadaan alat-alat kesehatan,
pengadaan fasilitas kesehatan bagi pasien pengadaan bahan kesehatan habis
pakai. Untuk pengelolaan dana dikelola oleh pihak Rumah Sakit. Sedangkan
untuk dana renovasi ada alurnya dan tidak dikelola oleh ruangan melainkan
dikelola oleh Rumah Sakit. Sesuai pengajuan dana sendiri tergantung dengan

100
berapa banyak permintaan dana yang dibutuhkan oleh ruangan dalam
melengkapi fasilitas ruangan yang dapat menunjang kesembuhan pasien.
Penyusunan anggaran tahunan mengenai pengajuan pendanaan operasional
ruangan sudah dilaksanakan setiap tahun dan kemudian diserahkan pada
kepala instalasi rawat inap dan bidang keperawatan untuk direalisasikan.
1) Pengelompokan Kelas beserta tarif perawatan perhari
Tabel 3.22 Pengelompokan Kelas beserta tarif perawatan perhari

No Golongan Kelas Tarif

Kelas III Rp : 150.000

Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal

Analisis
Pada tabel diatas menjelaskan pengelompokan kelas
perawatan beserta tarif perawatannya, untuk biaya perawatan untuk
kelas III Rp 150.000 per hari.
Kesejahteraan untuk pegawai tetap bersumber dari Rumah
Sakit, sedangkan untuk pegawai tidak tetap bersumber dari
operasional Rumah Sakit. Untuk kenaikan gaji bagi karyawan sesuai
dengan jabatan dan golongannya sedangkan untuk pegawai kontrak
kenaikan gaji sesuai dengan UMK provinsi itu sendiri, dan adanya
insentif yang diberikan setiap bulan pertanggal 15 setelah 3 bulan
kerja untuk perawat tetap ataupun kontrak. Sedangkan kesejahteraan
perawat mendapat jaminan hari tua berupa BPJS ketenagakerjaan
dan Pensiunan yang bekerja di Rumah Sakit.
2) Tarif biaya visit dokter
Tabel 3.23 biaya visit dokter

No Klasifikasi dokter Tarif

1 Umum Rp : 25.000
2 Spesialis Rp : 50.000

101
Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal

Analisis
Pada tabel 3.23 menjelaskan tarif biaya visit dokter umum
yaitu Rp: 25.000, dan dokter spesialis sebesar Rp 50.000.
3) Biaya Tindakan Medis
Tabel 3.24 biaya tindakan medis
Kelas Tujuan Kelas 3
Tindakan Im,Sc,Iv 7.000
Tindakan Ic,Skintes 12.000
Injek Infus 1-3 Kali 7.000
Injek infus 4-5 Kali 20.000
Injek Infus > 6 37.000
Pasang Ngt 27.000
Pasang Dc (W) 32.000
Pasang Dc (L) 32.000
Pasang/Up Tranfusi 32.000
Pasang/Up Infus 27.000
Suction 1-3 Kali 35.000
Suction 4-5 Kali 50.000
Suction > 6 75.000
Nebulizer Per Kali 22.000
Rjp Dr Umum 90.000
Rjp Perawat 71.000
Lavage 1-3 45.000
Lavage 4-5 55.000
Lavage >6 80.000
Ekg 95.000
Echo 800.000
Kasur Decub 105.000
Infus Pump 110.000
Syiring Pump 55.000
Aspirasi Cairan Genu 140.000
Pungsi Abses Hepar/Renal 700.000
Peleura Punksi, Acsiters 140.000
Hemodialisa 982.000
Administrasi 100.000
Gizi 30.000
Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal

4) Pengelompokan Pasien Sesuai Dengan Jenis Jaminan


Kesehatan

102
Tabel 3. 25 Pengelompokan Pasien Sesuai Dengan Jenis
Jaminan Kesehatan

Pengelomp
No okan Bpjs Umum Kontraktor Sktm Jumlah
SumbSSumber : Pasien
1 120 18 0 20 158
Data Primer Oktober
2 109 18 1 32 160
Kajian ruangan November
3 134 15 0 14 163
Asal Desember

Jumlah 363 51 1 66 481

Analisis
Pada tabel diatas menjelaskan pengelompokan pasien
sesuai dengan jenis jaminan kesehatannya, penggunaan
jaminan kesehatan BPJS dalam 3 bulan terakhir adalah 363
pasien dan untuk umum 51 pasien, kontraktor 1 pasien dan
SKTM sebanyak 66 pasien.
Dari hasil kajian dengan bagian Administrasi Ruangan
bahwa, setiap tahun ada peningkatan benefit melihat pasien-
pasien yang ada diruangan menggunakan pembayaran dengan
pasien BPJS, Pasien yang terbanyak yang ada diruangan
tersebut yaitu pasien dengan BPJS per setiap bulannya, rata-
rata pasien dengan jaminan sekitar >90%, pasien umum dan
kontraktor < 10%.
Pengelompokan pasien sesuai dengan jenis
pembayaran, Kepercayaan masyarakat khususnya pasien
BPJS, kontraktor dan umum akan pelayanan keperawatan
diruangan sangat menguntungkan dalam marketing mutu
pelayanan keperawatan.
Pendapatan Karyawan

Tabel 3.26 Pendapatan Karyawan

Perawat tetap
No Perawat kontrak
B C D

103
1 3.100.000 – 4.000.000 4.500.000 – 5.500,000 –
4.500.000 jika – 5.000.000 6.500.000
dengan insentif5.000.000 Jika dengan
jika insentif
dengan
insentif
Sumber : Data Primer Kajian ruangan Asal

Analisis
Berdasalkan hasil kajian dari SDM, penghasilan karyawan
kontrak sebesar Rp.3.100.000-4.500.000, sedangkan berdasarkan
hasil analisis penghasilan terhadap 13 karyawan kontrak di ruang
asal yaitu Rp.3.100.000 untuk gajih pokok, uang makan dan
insentif ± Rp.1.400.000 sehingga jumlah pendapatan yang di
terima dalam 1 bulan adalah Rp.4.500.000. Jadi gajih yang
diterima perawat kontrak sudah sesuai dengan UMK Kabupaten
Bandung 2019 dengan jumlah Rp.2.893.074, pendapatan yang
diterima sesuai dengan jumlah UMK.
Menurut survey yang dilakukan kepada 17 perawat
mengenai sistem penggajian, di dapatkan 14 perawat merasa
puas 82,4%, 2 perawat merasa tidak puas 11,8%, dan 1 perawat
merasa sangat puas 5,9%, terhadap jumlah gaji di yang
didapatkan
5. Data Unsur Marketing
a. Hasil Pengkajian Berdasarkan Jumlah Pasien Masuk di Ruang
Asal RSUD Al-Ihsan
1) Pasien Masuk
Tabel 3.27 Jumlah Pasien Masuk di Ruang Asal RSUD Al-
Ihsan Selama 3 Bulan Terakhir Oktober s/d
Desember Tahun 2019

No Pasien Masuk Jumlah Persentase


1 Oktober 171 32.6 %
2 November 172 32.9 %

3 Desember 181 34.5 %

Total 524 100 %

104
S

Sumber :Data Primer 2020

Analisis
Berdasarkan tabel jumlah pasien dari Bulan Oktober s/d
Desember 2019 menunjukan bahwa pasien masuk tidak terjadi
peningkatan atau penurunan yang signifikan pada 3 bulan
terakhir.

2) Pasien Keluar
Tabel 3.28 Jumlah Pasien Keluar di Ruang Asal RSUD Al
Ihsan Selama 3 Bulan Terakhir Oktober s/d
Desember Tahun 2019

No Pasien Keluar Jumlah Persentase


1 Oktober 174 33.0%
2 November 174 33.0%

3 Desember 179 34.0%

Total 527 100 %

Sumber Data Primer Kajian ruangan Asal


Analisis
Berdasarkan tabel jumlah pasien keluar dari Bulan Oktober s/d
Desember 2019 menunjukan bahwa pasien keluar tidak ada
peningkatan angka yang signifikan yang terjadi pada 3 bulan
terakhir.
b. Daftar 10 Besar Penyakit di Ruang Asal RSUD Al-Ihsan

No Oktober November Desember


Dx Jumlah Dx Medis Jumlah Dx Medis Jumlah
Medis
1 CHF 23 CHF 23 CHF 21
2 DHF 19 STROKE 21 CAD 17
3 GASTR 18 CAD 18 STROKE 14
ITIS
4 CAD 18 GERD 15 GEA 10
5 STROK 17 DM 11 ANEMIA 9
E

105
6 DM 11 GEA 10 GERD 8
7 GEA 11 TB PARU 8 TB PARU 8
8 TB 7 SERD 7 SERD 8
PARU
9 GERD 7 ANEMIA 7 DHF 7
10 CKD 5 GASTRITIS 7 GASTRITI 7
HAEMORAG S
IK HAEMORA
GIK
11 LAIN 35 LAIN LAIN 45 LAIN LAIN 45
LAIN
Jumlah 171 172 172
Tabel 3.28 Daftar 10 Besar Penyakit di Ruang Asal RSUD Al-
Ihsan Selama 3 Bulan Terakhir Oktober s/d
Desember Tahun 2019
SuSumber :Data Primer Kajian ruangan Asal
Analisis
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 10
penyakit besar yang sering muncul di Ruang Asal RSUD Al-Ihsan
menduduki peringkat teratas selama 3 bulan terakhir yaitu Bulan
Oktober s/d Desember adalah penyakit CHF.
c. Rekapitulasi Indikator Mutu Pelayanan Instalasi Rawat Inap
Ruang Asal RSUD Al-Ihsan
Tabel 3.29 Indikator Mutu Pelayanan Instalasi Rawat Inap Ruang
AsalBedah RSUD Al-Ihsan Bulan Oktober s/d
Desember 2019

N Laporan Oktobe Novembe Desembe Jumla


o Pasien r r r h
1 Pasien 1 orang 2 orang 1 orang 4 orang
Meningga
l < 48
Jam
2 Pasien 7 orang 10 orang 7 orang 24
meningga orang
l > 48 jam
3 Pasien 3 orang 0 orang 3 orang 6 orang
Pulang
Paksa
4 Pasien 16 13 orang 16 orang 45
pindah orang orang
ruangan
5 Pasien di 1 orang 0 0rang 0 orang 1 orang
rujuk
6 Pasien 0 rang 0 orang 0 orang 0 orang
kabur

106
Sumber :Data Primer Kajian ruangan AsalBedah

Analisis
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 3 bulan
terakhir Oktober s/d Desember 2019 angka kematian kurang dari 48
jam perawatan sebanyak 4 orang dan yang meninggal lebih dari 48
jam perawatan sebanyak 24 orang. Sementara angka kejadian
pulang paksa berjumlah 6 orang. Alasan kepulangan sebagian besar
karena pasien sudah perbaikan. Sedangkan Untuk pasien yang
dipindahkan ruangan sebanyak 45 orang, dengan alasan
berhubungan dengan hak rawat pasien di tempat tersebut, ada 1
pasien yang dirujuk pada bilan oktober, dan tidak kejadian pasien
yang kabur dan angka kejadian pasien pulang biasa selama 3 bulan
terakhir berjumlah 614 orang dengan perbaikan kesehatan sehingga
dilanjutkan dengan rawat jalan atau kontrol di Poliklinik.

d. Jenis kunjungan pasien di Ruang Asal RSUD Al-Ihsan


Tabel 3.30 Jenis Kunjungan Pasien di Ruang Asal Bulan
Oktober s/d Desember 2019

No Uraian Oktober Nov Desember Jumlah Persentase


emb
er
1 Pasien BPJS 75 56 71 202 40,0 %
Non PBI
2 Pasien 50 42 85 177 35.0 %
BPJS PBI
3 Pasien 29 30 26 85 16.8 %
Umum

4 Pasien 0 3 3 6 1,1 %
Kontraktor

5 Pasien 17 12 6 35 6,9 %
Maskin

Jumlah 171 143 191 505 100 %

107
Sumber: Data Primer Kajian ruangan Asal
Analisis

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar pasien berobat


menggunakan jaminan BPJS non PBI dan PBI yaitu sebesar 40,0%
dan 35.0%, sebagian kecil pasien berobat menggunakan umum yaitu
16,8, KONTRAKTOR 1,1%,dan yang menggunakan SKTM sebanyak
6.9 %

e. Mutu Pelayanan Keseluruhan di Ruang Asal RSUD Al-Ihsan


Tabel 3.31 Mutu Pelayanan Keseluruhan di Ruang Asal RSUD Al
Ihsan Bulan Oktober s/d Desember 2018

N Urai Okt Nove Desem Total Rata Ideal Kat


o an ober mber ber - ego
rata ri
1 BOR 83,9 77.53 61,52 273. 91 75- lebi
8 50 % 85% h

2 LOS 5,67 4.13 2,75 12. 4.18 2-12


55 hari

3 TOI 3.81 1,40 2.00 7,21 2.40 1-3


hari

4 BTO 5.89 5.28 0,18 11,3 3,78 > 30


5 % kali

5 GD 14,2 9,80 - 24,0 8,0 < 45%


R 2 2 %
6 NDR 9,48 9,80 - 19,2 6,42 < 25%
8 %
Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal

Analisis
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Pada 3
bulan terakhir terhitung dari Bulan Oktober s/d Desember 2018 nilai

108
rata-rata BOR adalah sebesar 91 % artinya kapasitas bed terisi
sanatb optimal dapat dikategorikan berlebih . Sedangkan nilai rata-
rata ALOS adalah sebesar 4.18 % artinya rata-rata lama perawatan
di Ruang Asal 4 hari, nilai rata-rata TOI adalah sebesar 2,40 %,
artinya lama kosongnya bed di ruangan kurang dari 2 hari, rata-rata
BTO adalah sebesar 11,35 %. nilai rata-rata GDR adalah sebesar
8,0 %. nilai rata-rata NDR adalah sebesar 6,42 %.
f. Rekapitulasi Mutu Umum Kejadian Cedera Dan Infeksi
Nosokomial Berdasarkan Keseluruhan di Ruang Asal RSUD Al-
Ihsan
Tabel 3.32 Rekapitulasi Mutu Umum Kejadian Cedera dan Infeksi
Nosokomial Berdasarkan Keseluruhan di Ruang Asal
RSUD Al-Ihsan Bulan Oktober s/d Desember 2019
No Bulan Cedera Infeksi Nosokomial
Dekubitus Plebitis/ ISK VAP/ IDO
IADP HAV
1 Oktober 0 0 0 0 0 0
2 November 0 0 0 0 0 0
3 Desember 0 0 0 0 0 0
Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal

Analisis
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada Bulan Oktober s/d
Desember tidak terjadi cedera dan infeksi nasokomial yang terdiri dari dekubitus,
plebliitis, infeksi saluran kemih, HAP/HAV (hepatitis) dan (Infeksi daerah operasi)
g. Pengkajian 10 Besar Masalah Keperawatan di Ruang Asal RSUD
Al-Ihsan
Tabel 3.34 Pengkajian 10 Besar Masalah Keperawatan bulan
Oktober s/d Desember 2019
NO MASALAH KEPERAWATAN
1 Hypervolemia
2 Penurunan curah jantung
3 Aktual / resiko hipovolemia
4 Nyeri akut / kronis
5 Gangguan oksigenasi, transportasi/ventilasi, difusi
6 Gangguan perfusi jaringan selebral
7 Defisit nutrisi
8 Defisit perawatan diri
9 Hipertermia
10 Resiko hipo / hiperglikemia
Sumber :Data Primer Kajian ruangan Asal

Analisis

109
Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa 10 diagnosa terbesar
diatas telah diperbaiki dengan yang terdapat dalam buku SDKI 2018,
tatapi diruangan sebagaian masih mengunakan standar diagnosa nic
noc
h. Hasil Kajian Marketing Berdasarkan 4P (Place, Promotion, Price
and Product)
Hasil Kajian Marketing Ruang Zaitun 2 Medikal RSUD Al-Ihsan
Berdasarkan 4P (Place, Promotion, Price and Product) Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan selama 3 hari
terhitung dari 14 Januari s/d 17 Januari 2020, maka hasil kajiannya
berdasarkan 4P yaitu:
1) Tempat (Place)
a) Ruang Asal RSUD Al-Ihsan saat ini berada pada wilayah
kerja Kabupaten Bandung dengan lokasi strategis di
Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung
b) Petunjuk alur menuju Ruangan Asal Al-Ihsan sudah
terpampang jelas diluar ruangan tetapi, letak ruang Asal
berada sebelum ruang zumar , sehingga membuat
pengunjung masih kebingungan untuk ke ruangan Asal
c) Adanya ruangan dibagi menjadi 2 sayap yaitu kanan dan kiri,
untuk sayap kanan ada blok tim 2 dan sayap kiri blok tim 1
untuk kamar isolasi terletak di ruang paling depan dekat pintu
masuk.
d) Visi ruang Asal sejalan dengan visi Rumah Sakit dan bidang
Keperawatan, yaitu mewujudkan pelayanan keperawatan
prima bernuansa Islam dan terdepan dalam memberikan
kepuasan kepada pelanggan di Asal sesuai dengan visi rumah
sakit Al Ihsan. Misi ruang Asal sejalan dengan misi Rumah
Sakit dan Bidang keperawatan yaitu :
I. Menerapkan pelayanan keperawatan secara profesional
berdasarkan standar profesi untuk mewujudkan center of
Excellent) pelayanan unggulan degeneratif, Jantung,
Cancer, diabetic,)

110
II. Membangun dan mengembangkan sumber daya manusia
yang profesional, yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
III. Meningkatkan kegiatan ketersediaan sarana dan
prasarana di ruangan untuk menujang pemberian
pelayanan keperawatan medikal yang berkualitas.
IV. Meningkatkan kegiatan pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi untuk pengembangan SDM dan pelayanan
keperawatan di Ruangan.
V. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan medikalyang
berbasis pada sistem informasi yang terpadu
Visi, Misi dan Moto Ruang Asal belum terpampang jelas di
Ruang Asal
e) Kotak saran terpampang jelas di Ruang Asal
2) Pengembangan Promosi (Promotion)
a) Adanya beberapa instansi kerjasama sebagai tempat rujukan
Rumah Sakit.
b) Sudah terdapat tempat media informasi tetapi belum terdapat
lengkap leaflet 10 besar penyakit atau media pemasaran
c) Telah optimalnya pengembangan kerjasama pasien kontraktor
d) Ruang Asal merupakan ruang rawat inap kelas III. Ruang
rawat inap ini merupakan ruang rawat inap dengan kualitas
perawatan yang sudah cukup baik tetapi, yang masih harus di
perhatiakan adalah kelengkapan ruangan, seperti kurangnya
ventilasi, handscrub , Sedangkan untuk tingkat kepercayaan
masyarakat yang di rawat di Ruang AsalBedah dengan nilai
BOR rata-rata 3 Bulan terakhir Bulan Oktober s/d Desember
2019 mencapai 91 %. Kondisi ini perlu dipertahankan dan
ditingkatkan ditahun-tahun berikutnnya.
3) Harga (Price)
a) Harga di Ruang asal kelas III sesuai dengan kebijakan
Direktur RSUD Al-Ihsan

111
b) Harga sudah tercatat jelas dibagian administrasi Ruang
AsalBedah
c) Informed concent harga untuk setiap tindakan sudah optimal di
informasikan pada klien.
4) Produk Unggulan (Product)
a) Adanya program unggulan ruangan yaitu mewujudkan
pelayanan keperawatan prima bernuansa Islam dan terdepan
dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan di Asal
sesuai dengan visi rumah sakit Al Ihsan
b) Sudah adanya program home care bekerjasama dengan
Poliklinik Diabetic Center RSUD Al-Ihsan.
c) Informed consent dalam menjelaskan prosedur tindakan
sudah optimal
5) People
Pegawai di Ruang Asal dari mulai dokter, perawat, petugas
kesehatan lain, petugas umum sudah memberikan pelayanan
prima pada pasien dalam memberikan pelayanan service
excellence memiliki senyuman yang tulus dan hati yang tulus
dalam melayani pasien, wajah yang hangat dan ceria, penampilan
yang menarik, tutur kata yang halus, dan kemampuan melayani
pasien. Pasien senang bila mendapatkan sapaan halus pada
mereka. Sikap ramah dan mudah menyesuaikan diri pada pasien
akan memudahkan dalam memberikan pelayanan pasien
6) Physical Environment
Ruang AsalBedah merupakan ruang perawatan kelas III dengan
fasilitas kelas III dengan 1 ruang perawatan dengan 3 bed manual,
Lemari pakaian. Ruangan dibagi menjadi 2 sayap yaitu kanan dan
kiri, untuk sayap kanan ada blok team 2 (kamar ganjil) dan sayap
kiri ada blok tim 1 (kamar genap). khusus kamar isolasi terletak di
paling belakang.
7) Process
Pelayanan service excellence yang diberikan cepat, mudah
dan ramah dengan kepuasan pasien. Dari 25 pasien 11 orang
(44%) mengatakan sangat puas terhadap kinerja perawat di ruang

112
asal, 14 orang (56%) mengatakan puas terhadap kinerja perawat di
ruangan ‘Asal. Dan tidak ada satupun pasien yang mengatakan
tidak puas dan sangat tidak puas terdahap kinerja perawat di ruang
Asal

113
D. ANALISIS SWOT
1. Analisis SWOT
Analisis SWOT di Ruang Asal RSUD Al -Ihsan Provinsi Jawa barat Tahun 2020

Internal External
Unsur Strength
No Weakness Opportunity Threat
Manajemen (S)
(W) (O) (T)
1 MAN 1. Jumlah perawat yang di Ruang 1. Dari 19 jumlah perawat 1. Tersedianya sumber daya 1.  Adanya
Asal adalah 17 perawat diruangan Asal terdapat 16 manusia yang sudah peningkatan dan
Asosiate, 1 kepala ruangan dan perawat lulusan Diploma 3 teregistrasi STR pada daya pikir yang
2 perawat primer. Adanaya Keperawatan. proses dan adanya kritis seiring
kepala ruangan dan perawat 2. Status kepegawaian perawat peluang untuk mengikuti berkembangnya
asosiate menjadi kekuatan bagi yang ada diruangan asal pelatihan seperti pelatihan teknologi
ruangan. dibedakan menjadi 2 kategori PPGD, BTCLS, dll. informasi terkait
2. Seluruh perawat sudah memiliki yaitu pegawai tetap sebanyak 7 2. Adanya peluang untuk kesehatan
STR Setiap pegawai sudah orang, pegawai kontrak melanjutkan studi ke S1 2. letak geografis
mengikuti pelatihan MPKP dan sebanyak 12 orang. Dapat dan juga dapat yang sering
juga mengikuti pelatihan – memicu kinerja perawat karena memudahkan bagi perawat mengalami
pelatihan penunjang lainnya adanya perbedaan dalam tetap untuk meningkatkan bencana alam
3. Perawat yang berada payment. jenjang karir (jabatan (banjir) dapat
diruangan asal mayoritas sudah 3. Perhitungan tenaga kerja dalam pekerjaan). mempengaruhi
menikah dengan jumlah 18 perawat yang dibutuhkan 3. Adanya kerja sama dengan akses pegawai
orang dan yang belum menikah diruang asal menurut gilies institusi pendidikan. menuju rumah
hanya 1 orang. yaitu sebanyak 25 orang dan sakit yang akan
4. Sebagian besar perawat perhitungan menurut depkes berdampak
memiliki pengetahuan yang yaitu 23 orang jadi dapat terhadap
baik terhadap peran dan simpulkan kurangnya tenaga pelayanan.
fungsinya masing-masing perawat diruang asal sehingga
dapat menyebabkan
peningkatan beban kerja

114
perawat diruang asal.

2 METODE 1. Ruangan Asal sudah 1. Pelaksanaan ronde 1. Adanya fasilitas yang 1. Adanya tuntutan
menggunakan metode MPKP keperawatan dalam MPKP memadai dari ruangan akan pelayanan
dengan tim modifikasi belum berjalan dengan baik terkait dengan menghindari yang maksimal
keperawatan primer 2. Prosedur pelaksanaan terjadinya infeksi dari masyarakat
2. Pelaksanaan Timbang terima supervisi telah dilakukan tetapi nasokomial. 2. Peningkatan
sudah dilakukan setiap tidak di dokumentasi 2. Adanya kepercayaan yang daya pikir yang
pergantian shift dengan 3. Pendokumentasian cukup baik dari pasien dan kritis dari
persentasi 93,9% (baik) keperawatan masih terdapat masyarakat kepada rumah masyarakat
3. Pelaksanaan prosedur kekurangan yaitu dalam sakit terhadap
penerimaan pasien baru pengkajian keperawatan tidak 3. Sudah terdapat lembaga pelayanan dan
mencapai 93,6% (baik) seluruhnya mencantumkan PKRS. tindakan
4. Sudah terlaksananya discharge riwayat keluarga, psikososial, 4. Penerapan SPO tindakan keperawatan
planning prosedur persiapan dan Activity Daily Livng. Pada keperawatan dan secara
pasien pulang dengan item tidakan keperawatan tidak keseluruhan SPO diruang
presentase 94,81% seluruhnya dilakukan Asal telah lengkap
5. Prosedur pelaksanaan universal pendidikan kesehatan secara
precaution sudah dilaksanakan keseluruhan
dengan presentase 89,6% 4. Ruangan tidak melakukan
6. Prosedur tetap dari survei kepuasan tenaga
pelaksanaan pre dan post kesehatan setiap bulannya
conference sudah dilaksanakan 5. Metode DRK dalam MPKP
dengan persentase 90,4% belum berjalan secara optimal.
( baik) 6. Pelaksanaan discharge
7. Audit dokumentasi askep sudah planning dalam mengantar
dilakukan dengan baik dengan pasien dan keluarga tidak
presentase 88,96% diantarkan ke pintu luar dan
jarangnya memberikan
Pendidikan kesehatan pada
pasien
7. masih terdapat kekurangan dari
setiap identifikasi terutama
aspek identivikasi tidak

115
dilakukan secara tepat masih
belum 100% masih terdapat
kekurangan rata-rata pasien
diidentifikasi berdasarkan
kamar dan namanya saja
8. masih terdapat kekurangan dari
komunikasi tidak langsung yaitu
dari perawat tidak menyebutkan
pasien masuk ruangan dan hari
perawatannya dan tidak
mengidentifikasi pengetahuan
pasien terhadap diagnosa
medis atau penyakit yang
dialami.
9. mengenai mengurangi Risiko
InfeksI terutama dalam
melakukan cuci tangan perawat
tidak semuanya melakukan
dengan five moment masih
jarang dilakukan cuci tangan
sebelum kontak dengan pasien
dan setelah kontak dengan
lingkungan pasien, serta
penggunaan APD juga masih
tidak sepenuhnya dilakukan
dengan nilai 75%, terutama
dalam melakukan tindakan
tidak menggunakan handscoon
dan pemaiakan masker

3 MATERIAL 1. Alat – alat tindakan sudah 1. Belum adanya struktur 1. Pengadaan alat – alat 1. Adanya
tersimpan didalam lemari organisasi ruangan yang sudah diruangan mendapat persaingan
2. Pemilihan tempat sampah diperbaharui bantuan atau inventaris antar rumah
untuk sampah non medis, 2. Belum ada tempat bimbingan logistic dari APBD sakit negeri

116
medis, farmasi, plabot dan khusus untuk pendidikan maupun swasta
safetybox sudah berjalan 3. Belum tertatanya ruang ganti promosi tentang
3. Tersedia ruangan tindakan perawat dengan rapih dan pengadaan alat-
keperawatan (belum memenuhi masih bersatu dengan mushola alat kesehatan
standar) 4. Penyimpanan alat tenun di yang semakin
4. Sudah tersedia nurse station dalam lemari belum sesuai canggih.
dan kotak saran dengan tempatnya. Cara 2. Meningkatnya
5. Sudah tersedia tempat pengambilan alat tenun tidak harga fasilitas
penyimpanan status pasien dan beraturan dan tidak dirapihkan kesehatan
penempatan alat di meja sudah kembali ketempatnya. seiring
tertata rapih 5. Identitas perawat diloker berkembangnya
6. Sudah tersedia tempat masing” sudah tercatat tetapi peralatan yang
penyimpanan kertas format belum lengkap semakin
diagnosa di lemari canggih
4 MONEY 1. Penyusunan anggaran tahunan 1. Tidak adanya insentif yang 1. Setiap tahun Rumah Sakit 1. Jika
mengenai pengajuan diberikan kepada perawat PHL. mendapatkan dana subsidi terhambatnya
pendanaan operasional dari APBD Pemerintah proses
ruangan sudah dilaksanakan Provinsi Jawa Barat. pengajuan
setiap tahun dan diserahkan Biasanya Dana tersebut anggaran dana
pada kepala bagian instalasi untuk pendanaan biaya subsidi
rawat inap dan bidang investasi rumah sakit, APBD,akan
keperawatan untuk adanya bantuan dana berdampak
direalisasikan. APBD provinsi untuk pada kinerja
2. Kesejahteraan perawat investasi bangunan dan rumah sakit
mendapat jaminan hari tua alat-alat kesehatan rumah sendiri.
berupa BPJS ketenagakerjaan sakit. 2. Persaingan
dan Pensiunan yang bekerja di 2. Pasien yang sering masuk / rumah sakit baik
Rumah Sakit. dirawat diruang medikal dari Negeri
3. Untuk kenaikan gaji bagi yaitu rata-rata pasien maupun swasta.
karyawan sesuai dengan dengan menggunakan 3. Berubahnya
jabatan dan golongannya jaminan BPJS kesehatan kebijakan JKN
sedangkan untuk pegawai non PBI serta pasien umum dari fee for
kontrak kenaikan gaji sesuai dan kontraktor. service menjadi
dengan UMK provinsi itu INA CBG’s.

117
sendiri, dan adanya insentif
yang diberikan setiap bulan
pertanggal 15 setelah 3 bulan
kerja untuk perawat tetap
ataupun kontrak.
4. Sebagian besar perawat
merasa puas dengan tunjangan

5 MARKETING 1. Ruang Asal RSUD Al-Ihsan 1. Visi, Misi dan Moto Ruang Asal 1. Adanya beberapa instansi 1. Persaingan
saat ini berada pada wilayah belum terpampang jelas di kerjasama sebagai tempat antar rumah
kerja Kabupaten Bandung Ruang Asal. rujukan Rumah Sakit. sakit swasta
dengan lokasi strategis di 2. Kotak saran tidak terpampang 2. Telah optimalnya dan negeri
Kecamatan Baleendah di Ruang Asal karena rusak. pengembangan kerjasama 2. Akses
Kabupaten Bandung. 3. Sudah terdapat tempat media pasien kontraktor. transportasi
2. Petunjuk alur menuju Ruangan informasi tetapi belum terdapat 3. Harga di Ruang Asal kelas yang kurang
Asal Al-Ihsan telah tertata rapi lengkap leaflet 10 besar 1 sesuai dengan kebijakan mudah, karena
dan terpampang dengan jelas penyakit atau media Gubernur melalui Direktur berada di
di depan ruangan. pemasaran. RSUD Al-Ihsan. kawasan rawan
3. Visi dan misi ruang Asal sejalan 4. Masih terdapat kejadian pulang 4. Harga sudah tercatat jelas banjir, sehingga
dengan visi Rumah Sakit dan paksa berjumlah 6 orang, dibagian administrasi menimbulkan
bidang Keperawatan, yaitu angka kematian kurang dari 48 Ruang Asal. kendala
mewujudkan pelayanan jam perawatan sebanyak 4 5. Informed concent harga pemasaran.
keperawatan prima bernuansa orang dan yang meninggal untuk setiap tindakan 3. Adanya
Islam dan terdepan dalam lebih dari 48 jam perawatan sudah optimal di kegiatan pasar
memberikan kepuasan kepada sebanyak 24 orang, pasien informasikan pada klien. minggu disekitar
pelanggan di Asal sesuai yang dipindahkan ruangan 6. Sudah adanya program Rumah sakit
dengan visi rumah sakit Al sebanyak 45 orang, dengan home care bekerjasama yang dapat
Ihsan. alasan berhubungan dengan dengan Poliklinik diabetic mengganggu
4. Adanya program unggulan hak rawat pasien di tempat center RSUD Al-Ihsan. kenyamanan
ruangan yaitu mewujudkan tersebut, pasien dirujuk ada 1 7. Informed consent dalam klien dan akses
pelayanan keperawatan prima orang. menjelaskan prosedure untuk berobat
bernuansa Islam dan terdepan tindakan sudah optimal. pada hari
dalam memberikan kepuasan 8. Sebagian besar pasien tersebut
kepada pelanggan di Asal berobat menggunakan terganggu.

118
sesuai dengan visi rumah sakit jaminan BPJS non PBI 4. Tingkat
Al Ihsan. dan PBI yaitu sebesar pengetahuan
5. Ruang Asal merupakan ruang 40% dan 35% sebagian masyarakat
rawat inap kelas III. kecil pasien berobat non yang semakin
6. Kunjungan pasien 91% sudah BPJS umum 16,8 dan non tinggi dan kritis
optimal selama 3 bulan terakhir BPJS kontraktor 1,1%, menyikapi
berdasarkan BOR ruang Asal sktm 6,9%. pelayanan yang
RSUD Al-Ihsan. diberikan.
7. Angket kepuasan pasien Perkembangan
dilakukan terhadap 25 pasien teknologi yang
didapatkan sebanyak 11 (44%) pesat menuntut
pasien yang sangat puas pelayanan yang
dengan kinerja perawat dan harus diberikan
sebanyak 14 (56%) pasien
yang puas terhadap kinerja
perawat di ruang Asal RSUD
Al-Ihsan.
8. Jumlah pasien yang masuk dan
menunjukan kestabilan pasien,
tidak ada peningkatan dan
penurunan yang signifikan.
9. Tidak ada pasien yang kabur.
10. Tidak terjadi cedera dan infeksi
nasokomial yang terdiri dari
dekubitus, plebliitis, infeksi
saluran kemih, HAP/HAV
(hepatitis) dan (Infeksi daerah
operasi).
11. Hasil kepuasan dari tenaga
kesehatan lain yaitu pada ahli
gizi didapatkan persentase 80%
dengan kriteria puas

119
a. Man (M1)

Tabel 3.42 IFE (Internal Faktor Evaluation)


No Internal Faktor Strategis Bobot Rating (b) Nilai (axb) Ket
(a)
A Kekuatan
1. Jumlah perawat yang di Ruang Asal adalah 17 perawat Asosiate. 2 0,2 4 0,8
perawat primer dan 1 kepala ruangan adalah satu kekuatan bagi ruangan.

2  Seluruh perawat sudah memiliki STR Setiap pegawai sudah mengikuti 0,2 4 0,8
pelatihan MPKP dan juga mengikuti pelatihan – pelatihan penunjang
lainnya
3  Perawat yang berada diruangan asal mayoritas sudah menikah dengan 0,2 3 0,6
jumlah 19 orang dan yang belum menikah hanya 1 orang.

4 Sebagian besar perawat memiliki pengetahuan yang baik terhadap peran 0,2 3 0,6
Nodan fungsinya
Internal Faktor Strategis
masing-masing Bobot (a) Rating (b) Nilai (axb) Ket

B Kelemahan
Total 1 3,4 `
1.  Dari 19 jumlah perawat diruangan Asal terdapat 16 perawat 0,6 3 1,8
lulusan Diploma 3 Keperawatan.

1. Status kepegawaian perawat yang ada diruangan asal 0,4 3 1,2


dibedakan menjadi 2 kategori yaitu pegawai tetap sebanyak 7
orang, pegawai kontrak sebanyak 12 orang. Dapat memicu
kinerja perawat karena adanya perbedaan dalam payment.

2. Perhitungan tenaga kerja perawat yang dibutuhkan diruang asal


menurut gillies sebanyak 25 orang dan menurut depkes
sebanyak 23 orang maka dapat disimpulkan kurangnya tenaga
perawat diruang asal sehingga dapat menyebabkan penigkatan
beban kerja perawat. 120

Total 1 6 3
Tabel 3.43 (Eksternal Faktor Evaluation)

No Eksternal Faktor Strategis Bobot (a) Rating (b) Nilai (axb) Ket
C Peluang
1. Tersedianya sumber daya manusia yang sudah teregistrasi STR 0,4 4 1,6
dan adanya peluang untuk mengikuti pelatihan seperti pelatihan
PPGD, BTCLS, dll.

2.   Adanya peluang untuk melanjutkan studi ke S1 dan juga dapat 0,3 3 0,9
memudahkan bagi perawat tetap untuk meningkatkan jenjang
karir (jabatan dalam pekerjaan)
3. adanya kerja sama dengan institusi pendidikan 0,3 4 1,2

Total 1 11 3,7
No Eksternal Faktor Strategis
D Ancaman
1. adanya peningkatan dan daya pikir yang kritis seiring 0,3 3 0,9
berkembangnya teknologi informasi terkait kesehatan

2. letak geografis yang sering mengalami bencana alam (banjir) 0,4 3 1,2
dapat mempengaruhi akses pegawai menuju rumah sakit yang
akan berdampak terhadap pelayanan.

Total 1 3,3

Sumbu X (S:W) = skor kekuatan –skor kelemahan


= 3,4 – 3 = 0.4
Sumbu Y (O:T) = Skor peluang – Skor Ancaman

121
=3,7 – 3,3 = 0,4

122
b. Metode (M2)

Tabel 3.44 IFE (Internal Faktor Evaluation)


No Internal Faktor Strategis Bobot (a) Rating (b) Nilai (axb) Ket
A Kekuatan
8. Ruangan Asal sudah menggunakan metode MPKP dengan tim
modifikasi keperawatan primer 0,13
4 0,52
2. Pelaksanaan Timbang terima sudah dilakukan setiap pergantian
shift dengan persentasi 93,9% (baik) 0,13
4 0,52
3. Pelaksanaan prosedur penerimaan pasien baru mencapai 93,6%
(baik) 0,13
4 0,52
4. Sudah terlaksananya discharge planning prosedur persiapan
pasien pulang dengan presentase 94,81% 0,12
2 0,24
5. Prosedur pelaksanaan universal precaution sudah dilaksanakan
dengan presentase 89,6% 0,12 4
0,48
6. Prosedur tetap dari pelaksanaan pre dan post conference sudah 4 0,52
dilaksanakan dengan persentase 90,4% ( baik) 0,13

Total 1 27 3,4

No Internal Faktor Strategis Bobot (a) Rating (b) Nilai (axb) Ket
B Kelemahan
1. Pelaksanaan ronde keperawatan dalam MPKP belum berjalan
dengan baik 0,2
4 0,8
2. Prosedur pelaksanaan supervisi telah dilakukan tetapi tidak di
dokumentasi 0,2
4 0,8
3. Pendokumentasian keperawatan masih terdapat kekurangan yaitu 0,2

123
dalam pengkajian keperawatan tidak seluruhnya mencantumkan 4 0,8
riwayat keluarga, psikososial, dan Activity Daily Livng. Pada item
tidakan keperawatan tidak seluruhnya dilakukan pendidikan
kesehatan secara keseluruhan

4. Ruangan tidak melakukan survei kepuasan tenaga kesehatan 3 0,6


setiap bulannya 0,2

5. Metode DRK dalam MPKP belum berjalan secara optimal. 0,2 3 0,6
6. Pelaksanaan discharge planning dalam mengantar pasien dan
keluarga tidak diantarkan ke pintu luar dan jarangnya memberikan
Pendidikan kesehatan pada pasien
7. masih terdapat kekurangan dari setiap identifikasi terutama aspek
identivikasi tidak dilakukan secara tepat masih belum 100% masih
terdapat kekurangan rata-rata pasien diidentifikasi berdasarkan
kamar dan namanya saja
8. masih terdapat kekurangan dari komunikasi tidak langsung yaitu
dari perawat tidak menyebutkan pasien masuk ruangan dan hari
perawatannya dan tidak mengidentifikasi pengetahuan pasien
terhadap diagnosa medis atau penyakit yang dialami.
9. mengenai mengurangi Risiko InfeksI terutama dalam melakukan
cuci tangan perawat tidak semuanya melakukan dengan five
moment masih jarang dilakukan cuci tangan sebelum kontak
dengan pasien dan setelah kontak dengan lingkungan pasien, serta
penggunaan APD juga masih tidak sepenuhnya dilakukan dengan
nilai 75%, terutama dalam melakukan tindakan tidak menggunakan
handscoon dan pemaiakan masker
Total 1 18 3,6

Tabel 3.45 EFE (Eksternal Faktor Evaluation)

124
No Eksternal Faktor Strategis Bobot (a) Rating (b) Nilai Ket
(axb)
C Peluang
1. Adanya fasilitas yang memadai dari ruangan terkait
dengan menghindari terjadinya infeksi nasokomial. 0,17 4 0,68

2. Adanya kepercayaan yang cukup baik dari pasien dan 3 0,51


masyarakat kepada rumah sakit 0,17

3. Sudah terdapat lembaga PKRS. 0,17 4 0,68


4. Penerapan SPO tindakan keperawatan dan secara 4 0,64
0,16
keseluruhan SPO diruang Asal telah lengkap
5. Sudah terdapat lembaga PKRS. 0,17 4 0,68
Total 1 23 3,8

No Eksternal Faktor Strategis Bobot (a) Rating (b) Nilai (axb) Ket
D Ancaman
1. Adanya tuntutan akan pelayanan yang maksimal dari 4 0,16
0,4
masyarakat
2. Peningkatan daya pikir yang kritis dari masyarakat terhadap 2 0,6
0,3
pelayanan dan tindakan keperawatan
Total 1 10 1,56
Sumbu X (S : W) = Skor Kekuatan – Skor Kelemahan
3,4 – 3,6 = -0,2

Sumbu Y (O : T) = Skor Peluang – Skor Ancaman


3,8- 1,56 = 2,24

125
c. Material (M3)

Tabel 3.46 IFE (Internal Faktor Evaluation)


No Internal Faktor Strategis Bobot (a) Rating (b) Nilai (axb) Ket
A Kekuatan
1. Alat – alat tindakan sudah tersimpan didalam lemari 0,3 3 0,9

2. Pemilihan tempat sampah untuk sampah non medis, 0,2 3 0,6


medis, farmasi, plabot dan safetybox sudah berjalan

3. Tersedia ruangan tindakan keperawatan (belum memenuhi 0,2 3 0,6


standar)

4. Sudah tersedia nurse station dan kotak saran 0,1 3 0,3

5. Sudah tersedia tempat penyimpanan status pasien dan 0,1 3 0,3


penempatan alat di meja sudah tertata rapih

6. Sudah tersedia tempat penyimpanan kertas format 0,1 3 0,3


Jumlah 1 18 2,4
Internal Factor Strategis Bobot Ranting Nilai Ket
No
Kelemahan
1. Belum adanya struktur organisasi ruangan yang sudah 0,2 2 0,4
diperbaharui
2. Belum ada tempat bimbingan khusus untuk pendidikan 0,2 2 0,4
3. Belum tertatanya ruang ganti perawat dengan rapih dan 0,2 3 0,6
masih bersatu dengan mushola
4. Penyimpanan alat tenun di dalam lemari belum sesuai 0,2 3 0,6
dengan tempatnya. Cara pengambilan alat tenun tidak
beraturan dan tidak dirapihkan kembali ketempatnya.
5. Identitas perawat diloker masing” sudah tercatat tetapi
belum lengkap
Total 1 13 2,6

126
Tabel EFE (Eksternal Faktor Evaluation)
No Eksternal Faktor Strategis Bobot (a) Rating (b) Nilai (axb) Ket
C ng Pelua
1. Pengadaan alat – alat diruangan 1 4 4
mendapat bantuan atau inventaris
logistic dari APBD
Total 1 4 4
No Eksternal Faktor Strategis Bobot (a) Rating (b) Nilai (axb) Ket
D Ancaman
1. Adanya persaingan antar rumah sakit 0,5 4 2
negeri maupun swasta promosi tentang
pengadaan alat-alat kesehatan yang
semakin canggih
2. Meningkatnya harga fasilitas 0,5 3 1,5
kesehatan seiring berkembangnya
peralatan yang semakin canggih.
Total 1 7 3,5

Sumbu X (S : W) = Skor Kekuatan – Skor Kelemahan

=2,4 – 2,6 = - 0,2

Sumbu Y (O : T) = Skor Peluang – Skor Ancaman

=4 – 3,5= 0,5

d. Marketing (M5)
Tabel 3.48 IFE (Internal Faktor Evaluation)
No Internal Faktor Strategis Bobot (a) Rating (b) Nilai (axb) Ket
A Kekuatan

127
1. Ruang Asal RSUD Al-Ihsan saat ini berada pada wilayah kerja
Kabupaten Bandung dengan lokasi strategis di Kecamatan Baleendah 0,09 4
Kabupaten Bandung. 0,36
2. Petunjuk alur menuju Ruangan Asal Al-Ihsan telah tertata rapi dan 0,09
4
terpampang dengan jelas di depan ruangan. 0.36
3. Visi dan misi ruang Asal sejalan dengan visi Rumah Sakit dan bidang
Keperawatan, yaitu mewujudkan pelayanan keperawatan prima 0,1
3
bernuansa Islam dan terdepan dalam memberikan kepuasan kepada
pelanggan di Asal sesuai dengan visi rumah sakit Al Ihsan. 0,3
4. Adanya program unggulan ruangan yaitu mewujudkan pelayanan
keperawatan prima bernuansa Islam dan terdepan dalam memberikan 0,09
3
kepuasan kepada pelanggan di Asal sesuai dengan visi rumah sakit Al
Ihsan. 0,27
5. Ruang Asal merupakan ruang rawat inap kelas I. 0,09 3 0,27
6. Kunjungan pasien 91% sudah optimal selama 3 bulan terakhir 0,09
4
berdasarkan BOR ruang Asal RSUD Al-Ihsan. 0,36
7. Angket kepuasan pasien dilakukan terhadap 25 pasien didapatkan 0,09
sebanyak 11 (44%) pasien yang sangat puas dengan kinerja perawat
dan sebanyak 14 (56%) pasien yang puas terhadap kinerja perawat di 3
ruang Asal RSUD Al-Ihsan.
0,27
8. Jumlah pasien yang masuk dan menunjukan kestabilan pasien, tidak 0,09
3
adapeningkatan dan penurunan yang signifikan. 0,27
9. Tidak ada pasien yang kabur. 0,09 2 0,18
10. Tidak terjadi cedera dan infeksi nasokomial yang terdiri dari dekubitus, 0,09
plebliitis, infeksi saluran kemih, HAP/HAV (hepatitis) dan (Infeksi 3
daerah operasi). 0,27
11. Hasil kepuasan dari tenaga kesehatan lain yaitu pada ahli gizi 0,09
3
didapatkan persentase 80% dengan kriteria puas 0,27
Total 1 35 3,18
No Internal Faktor Strategis Bobot (a) Rating (b) Nilai (axb) Ket
B Kelemahan

128
1. Visi, Misi dan Moto Ruang Asal belum terpampang jelas di Ruang 0,25 4 1
Asal.
2. Kotak saran tidak terpampang di Ruang Asal karena rusak. 0,25 4 1
3. Sudah terdapat tempat media informasi tetapi belum terdapat lengkap 0,25 3 0,75
leaflet 10 besar penyakit atau media pemasaran.
4. Masih terdapat kejadian pulang paksa berjumlah 6 orang, angka 0,25 3 0,75
kematian kurang dari 48 jam perawatan sebanyak 4 orang dan yang
meninggal lebih dari 48 jam perawatan sebanyak 24 orang, pasien
yang dipindahkan ruangan sebanyak 45 orang, dengan alasan
berhubungan dengan hak rawat pasien di tempat tersebut, pasien
dirujuk ada 1 orang.
Total 1 14 3,5

Tabel 3.49 EFE (Eksternal Faktor Evaluation)


No Eksternal Faktor Strategis Bobot (a) Rating (b) Nilai (axb) Ket
C Peluang
1. Adanya beberapa instansi kerjasama sebagai tempat rujukan Rumah 0,125 4 0,5
Sakit.
2. Telah optimalnya pengembangan kerjasama pasien kontraktor. 0,125 3 0,375
3. Harga di Ruang Asal kelas 1 sesuai dengan kebijakan Gubernur 0,125 4 0,5
melalui Direktur RSUD Al-Ihsan.
4. Harga sudah tercatat jelas dibagian administrasi Ruang Asal. 0,125 4 0,5
5. Informed concent harga untuk setiap tindakan sudah optimal di 0,125 4 0,5
informasikan pada klien.
6. Sudah adanya program home care bekerjasama dengan Poliklinik 0,125 2 0,25
diabetic center RSUD Al-Ihsan.
7. Informed consent dalam menjelaskan prosedur tindakan sudah 0,125 4 0,5
optimal.
8. Sebagian besar pasien berobat menggunakan jaminan BPJS non PBI 0,125 4 0,5
dan PBI yaitu sebesar 40% dan 35% sebagian kecil pasien berobat

129
non
No BPJS umumFaktor
Internal 16,8 dan non BPJS kontraktor 1,1%, sktm 6,9%.
Strategis Bobot (a) Rating Nilai Ket
(b) (axb)
B Kelemahan Total 1 29 3,625
No 1. Tidak adanya
Eksternal Faktor Strategis Insentif yang diberikan kepada perawat PHL
Bobot (a) 1
Rating (b) Nilai (axb) 4
4 Ket
D Ancaman
1. Persaingan antar rumah sakit swasta dan negeri 0,2 4 0,8
2. Akses transportasi yang kurang mudah, karena berada di kawasan 0,2 3 0,6
rawan banjir, sehingga menimbulkan kendala pemasaran.
Total pasar minggu disekitar Rumah sakit yang dapat
3. Adanya kegiatan 0,2 13 4 0,6 4
mengganggu kenyamanan klien dan akses untuk berobat pada hari
tersebut terganggu.
4. Tingkat pengetahuan masyarakat yang semakin tinggi dan kritis 0,2 4 0,8
menyikapi pelayanan yang diberikan.

5. Perkembangan teknologi yang pesat menuntut pelayanan yang 0,2 3 0,6


harus diberikan.

Total 1 17 3,4
Sumbu X (S : W) = Skor Kekuatan – Skor Kelemahan
= 3,18 – 3,5 = - 0,32
Sumbu Y (O : T) = Skor Peluang – Skor Ancaman
= 3,6 – 3,4 = 0,2
e. Money (M4)

IFE (Internal Faktor Evaluation)

EFE (Eksternal Faktor Evaluation)


No Eksternal Faktor Strategis Bobot (a) Rating Nilai Ket

130
(b) (axb)
C Peluang
1. Setiap tahun Rumah Sakit mendapatkan dana subsidi dari APBD 0.6 2 1.2
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dana tersebut untuk pendanaan
biaya investasi rumah sakit, adanya bantuan dana APBD provinsi
untuk investasi bangunan dan alat-alat kesehatan rumah sakit.
2. Pasien yang sering masuk / dirawat diruang medikal yaitu rata-rata 0.4 3 1.2
pasien dengan menggunakan jaminan BPJS kesehatan non PBI serta
pasien umum dan kontraktor.
Total 1 5 2.4

No Eksternal Faktor Strategis Bobot (a) Rating (b) Nilai (axb) Ket
D Ancaman
1. Jika terhambatnya proses pengajuan anggaran dana 0.4 2 1
subsidi APBD, akan berdampak pada kinerja rumah sakit
sendiri.
2. Persaingan rumah sakit baik dari Negeri maupun swasta. 0.4 2 1
3. Berubahnya kebijakan JKN dari fee for service menjadi 0.2 2 1
INA CBG’S
Total 1 6 3

Sumbu X (S : W) = Skor Kekuatan – Skor Kelemahan

= 2.7 – 4 = -1.3

Sumbu Y (O : T) = Skor Peluang – Skor Ancaman

= 2.4 – 3 =- 0.6

131
132
Sumbu X (S: W) = Skor Kekuatan – Skor Kelemahan =
Sumbu Y (O : T) = Skor Peluang – Skor Ancaman =
Tabel 3.59 Peritungan 5M
5M STRENGHT WEAKNESS Jumlah 5M OPPORTUNITY THREATS Jumlah
M1 3,4 3 0,4 M1 3,7 3,3 0,4
M2 3,4 3,6 -0,2 M2 3,8 1,56 2,24
M3 2,4 2,6 -0,2 M3 4 3,5 0,5
M4 3,18 3,5 -0,32 M4 3,6 3,4 0,2
M5 2,7 4 1,3 M5 2,4 3 -0,6

Posisi Eksternal

Kuadran II
Stability/ Turn Arround KUADRAN I
Mendukung
M2 Startegi Agresif
M1
M3 Posisi
Internal
(-)
(+)

M4
M5

Kuadran III Kuadran IV


Defensif deversifikasi

133
Plan of Action
Tabel.3.60 Plans Of Action Di Ruang Asal RSUD Al-Ihsan Tahun 2020
No Strategi Kegiatan Tujuan Penanggung Jawab
Mengoptimalkan Menyarankan
tenaga pengajuan Mengoptimalkan tenaga
1. keperawatan penambahan SDM keperawatan diruang asal 1. Mikeu Hidayati
diruang asal (Perawat) kepada RSUD Al Ihsan
RSUD Al Ihsan rumah sakit
2. Mengoptimalkan Melakukan sosialisasi Mengoptimalkan 1. Desyawati Lulu
pelaksanaan supervisi di ruangan pelaksanaan supervisi & 2. Dian Rahayuningsih
supervisi dan asal DRK
DRK Mengsosialisasikan
tentang DRK

3. Mengoptimalkan Menginformasikan Mengoptimalkan 1. Desyawati Lulu


pelaksanaan atau pelaksanaan discharge 2. Dian Rahayuningsih
discharge planing mengsosisalisikan planning
mengenai discharge
planning dan penkes
sebelum pasien
pulang
4. Mengoptimalkan Memberikan label Untuk memudahkan 1. M. Hisyam M
6 benar obat nomor kamar dan perawat dalam menyimpan 2. Derith Syanie
label identifikasi dan mengambil obat Nalle
pasien (nama, no sesuai dengan identitas
medrek, tanggal lahir) dan nomor kamar pasien
pada lemari obat

5. Mengoptimalkan Menyarankan Agar perawat dan yang 1. Rida Dinniyah


Struktur Pengajuan perbaruan berkungjung ke ruang asal
Organigram dan struktur organigram mengetahui struktur
visi misi Ruang dan visi misi ruangan organigram dan visi misi
Asal kepada rumah sakit ruang Asal

6. Mengoptimalkan Mengoptimalkan Refresing PAK 1. Trisa Puji A


PAK pengisian PAK 2. Devin Iriadi R

7. Mengoptimalkan Mensosialisasikan Memperrmudah keluarga 1. Yusup Mulyana


penyediaan tentang leafleat 10 atau pasen memperoleh 2. Endah Dwi P
sumber informasi penyakit terbesar informasi mengenai
tentang 10 yang ada diruangan penyakit
penyakit terbesar
di ruang asal

83
84

Anda mungkin juga menyukai