Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN

PROFESIONAL KEGAWAT DARURATAN DI RUANG


PICU JEMPIRING RSUP SANGLAH DENPASAR
TANGGAL 06 S/D 11 JUNI 2011

Oleh :

I PUTU GUNHA WISNAWA


NI MADE SUARYANI
ABDUL RAHMAN
SRI WAHYUNI
YANTI

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN DIPLOMA IV GAWAT DARURAT
DENPASAR
2011

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan manajemen di ruang PICU
JEMPIRING ini tepat pada waktunya
Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis telah banyak mendapat bantuan
berupa bimbingan, arahan, motivasi dan dukungan moril maupun material dari berbagai
pihak. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka melalui kesempatan ini penulis sampaikan
ucapan terima kasih yang mendalam kepada :
1. Bapak Drs. I Gede Sudarmanto, B.Sc.M.Kes, selaku Direktur poltekkes Depkes
Denpasar yang memberikan kesempatan mengikuti pendidikan program D IV Gawat
Darurat di Poltekkes Depkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
2.

Bapak Ns,I Nyoman Ribek, S.Kep,M.Pd, selaku ketua jurusan Keperawatan


Poltekkes Depkes Denpasar, yang telah memberi ijin dan dukungan dalam
penyusunan laporan ini.

3. Ibu I.G.A Harini, SKM, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan selama penyusunan laporan ini.
4. Ibu Ni Ketut Kumarawati, S.Kep. selaku pembimbing

yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan selama penyusunan laporan ini.


5. Rekan Rekan mahasiswa angkatan I D IV Gawat Darurat yang juga telah
memberikan motivasi demi terselesainya laporan ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi
kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih,
semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Denpasar, Juni 2011
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan adalah pelayanan asuhan keperawatan yang
holistik yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan kepuasan dengan
penerapan proses keperawatan. rumah sakit sebagai mata rantai pelayanan
kesehatan mempunyai fungsi utama penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan
yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyaktit. Agar dapat menjalankan fungsi tersebut, rumah sakit perlu
didukung oleh organisasi yang mantap dan manajemen baik dengan berorientasi
pada mutu pelayanan bagi masyarakat.
Dewasa ini di dunia pendidikan kesehatan dituntut tersedianya sumber
daya manusia yang mampu bekerja secara potensial dalam segala bidang termasuk
upaya pelayanan kesehatan. Dalam hal ini seorang tenaga keperawatan wajib
memiliki kemampuan untuk menerapkan standar asuhan keperawatan yang
bersifat altruistik dan humanistik dalam tatanan yang bersifat holistik. Tenaga
keperawatan sebagai bahan integral dari tenaga kesehatan mempunyai peran yang
sangat

penting

dalam

menentukan

keberhasilan

pelaksanaan

program

pembangunan kesehatan untuk mencapai visi dan misi Indonesia sehat. Guna
mewujudkan dan meningkatkan tenaga perawat yang berkompeten baik dari segi
kualitas maupun kuantitas, diperlukan pengolahan pendidikan keperawatan yang
professional. Sebagai institusi pendidikan politeknik kesehatan Depkes Denpasar
jurusan D4 Gawat Darurat mempersiapkan peserta didiknya dalam menyambut
persaingan tersebut baik dalam hal pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang
berwawasan internasional.
Untuk merealisasikan hal tersebut Politeknik kesehatan Depkes program
D4 Gawat Darurat memberikan kesempatan bagi mahasiswa kegawat daruratan.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan pada pasien kegawat daruratan yang
sering terjadi masyarakat, maka sudah tentu dituntut pelayanan yang lebih cepat
dan tepat. Sehingga tenaga pelayanan kesehatan sudah tentu meningkatkan
kompetensi dalam memberikan pelayanan yang sifatnya emergency.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui manajemen keperawatan profesional di Ruang PICU
Jempiring.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi penerapan manajemen pengembangan professional
keperawatan dan aspek fungsi manajemen di ruang PICU Jempiring.
b. Mengidentifikasi proses kepemimpinan, struktur dan pengembangan
manajemen pelaksanaan pelayanan pasien di ruang PICU Jempiring.
c. Mengidentifikasi manajemen motivasi, pengelolaan pasien dan proses
evaluasi perkembangan pasien.
d. Mengidentifikasi kunjungan / pasien yang dirawat, penanganan pasien
dan sumber daya manusia.
C. Manfaat
1. Manfaat Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan profesional di Ruang
PICU Jempiring di harapkan mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan
dan ketrampilan

dalam melaksanakan asuhan keperawatan kegawat

daruratan.
2. Manfaat Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen kurang lebih 1 minggu diharapkan
mahasiswa dapat :
a. Memiliki kemampuan dalam penerapan manajemen profesional gawat
darurat.
b. Mampu membuat laporan hasil praktek yang meliputi :
1) Gambaran umum model penerapan manajemen gawat darurat,
proses

kepemimpinan,

struktur,

pengembangan

manajemen

pelaksanaan pelayanan pasien emergency.


2) Gambaran umum mengenai manajemen motivasi, pengelolaan
pasien, evaluasi perkembangan pasien, penanganan pasien, dan
sumber daya manusia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Lokasi Tempat Praktek Manajemen
Denah Ruang Jempiring
Spool hock

km

Gudang

km
Kls.I

km km

km

Km.3

TAMAN

KLs III
Kls III

Km.2
Km.1

PICU

Rg.Resi
den

IKA

KM.
Residen

counter
Perawat

kamar
pegawai

gdg.
invent.

Rg.Dokter

Rg.
alat

Rg.
Dokter

KM

Kamar Tindakan

Ruang PICU Jempiring adalah Ruang pelayanan intensif anak yang masih
tergabung dengan Ruang pelayanan anak biasa, dan merupakan salah satu andalan
ruang anak Jempiring. Ruangan PICU memiliki kapasitas 6 bed dan dilengkapi
alat-alat seperti CPAP,Ventilator,EKG monitor,suction, Nebulizer,dll.
Adapun visi dari PICU Jempiring selaras dengan visi RSUP Sanglah
Denpasar adalah Menjadi Rumah Sakit Unggulan Dalam Bidang Pelayanan,
Pendidikan, dan Penelitian Tingkat Nasional dan Internasional. Sedangkan misi
dari RSUP Sanglah Denpasar adalah Meningkatkan Derajat Kesehatan yang
Optimal Melalui :
1) Pelayanan Kesehatan yang Prima
2) Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
3) Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kedokteran Klinis dan Keperawtan

B. Proses Kepemimpinan, Struktur Organisasi, Manajemen Pelaksanaan


Pelayanan Pasien Emergency.
1. Proses Kepemimpinan
Kajian Teori
Kepemimpinan seorang pemimpin banyak di tenggarai sebagia inti yang
memutuskan keberhasilan pencapaian suatu organisasi. Kepemimpinan
menyangkut persoalan kemapuan pimpinan untuk mempengaruhi prilaku
bawahan agar mereka dapat mengerahkan segala potensi yang dimiliki
untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian seorang pimpinan
dalam

melaksanakan

kepemimpinannya

akan

selalu

memusatkan

perhatiannya pada pencapaian tujuan organisasi di satu pihak dan pada sisi
lainnya dia juga harus memberikan perhatian pada kondisi humanism
mereka yang di pimpin sebagai bawahannya.
Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi orang lain untuk ikut serta
dalam mencapai tujuan bersama (Harold Koontz dan Cyrill Odonell
dalam Tohardi, 2002:294).
Memperhatikan definisi dan pandangan tentang kepemimpinan tersebut di
atas, maka dapat dipahami konsep yang terkandung dalam kepemimpinan antara
lain meliputi :
a. Kepemimpinan mengandung arti usaha untuk mempengaruhi perilaku
orang lain, agar orang lain tersebut mau berperilaku mengikuti kehendak
orang yang mempengaruhi.
b. Dalam kepemimpinan tampak adanya interaksi antara orang yang disebut
pemimpin dan orang yang disebut pengikut. Di sini tampak adanya
hubungan antara atasan (pemimpin) dengan bawahan (pengikut).
Demikian pula tampak adanya kekuasaan yang dimiliki oleh atasan
(pemimpin) untuk mempengaruhi bawahannya (pengikut).
c. Dalam aktivitas kepemimpinan, terkandung makna bahwa aktivitas
mempengaruhi, dapat dilakukan oleh pemimpin formal, jika aktivitas
tersebut dibatasi oleh tata aturan birokrasi. Dapat pula terjadi aktivitas
mempengaruhi tersebut dilakukan oleh pemimpin informal, jika tidak

dibatasi oleh tata aturan birokrasi. Dengan demikian dapat dimunculkan


konsep

apa

yang

disebut

kepemimpinan

dalam

organisasi

dan

kepemimpinan dalam masyarakat.


d. Dalam aktivitas kepemimpinan tampak bahwa tujuan mempengaruhi
perilaku orang lain tersebut, diarahkan agar dapat mencapai tujuan, apakah
itu tujuan pribadi pemimpin, tujuan bersama dalam kelompok, maupun
tujuan organisasi.
Analisa
Metoda kepemimpinan di Ruang PICU Jempiring memakai tipe
Kepemimpinan Partsipatif artinya memedukan tipe kepemimpinan secara
otoriter dan demokratis sesuai dengan situasi dan kondisi waktu tersebut.
2. Struktur Organisasi

Gambar : Bagan Struktur Organisasi Ruang PICU Jempiring RS Sanglah


Dari bagan struktur IRD Rumah Sakit Sanglah di atas, Ruang PICU
Jempiring berada di bawah coordinator keperawatan.

3. Manajemen Pelaksanaan Pelayanan PICU Jempiring


Indikasi Pasien Masuk PICU
Pengertian
Prosedur medis yang menyangkut indikasi pasien dirawat yang harus dirawat di
ruang intensif anak.
Tujuan
1. Pasien terseleksi sesuai dengan indikasi
2. Meningkatkan harapan hidup pasien
3. Memberikan pelayanan yang bersifat intensif
Prosedur
Indikasi pasien masuk ke PICU berdasarkan Prioritas / Derajat Kekritisan Pasien :
1.
Potensial gagal nafas
2.
Terdapat gagal napas/henti nafas/syok
3.
Penurunan kesadaran
4.
Membutuhkan resusitasi lanjut
5.
Cedera Berat
6.
Paska bedah yang berisiko
7.
Gangguan metabolik berat
8.
Gagal organ akut
9.
Gangguan akut pada pasien kronik
10.
Pembutuhkan pemantauan ketat
Unit Terkait
Semua Dokter di masing-masing Sub divisi
Indikasi Pasien Keluar PICU
Pengertian
Persyaratan pasien dipindahkan dari perawatan intensif.
Tujuan
Pasien terseleksi dengan benar.
Prosedur
INDIKASI PASIEN KELUAR PICU :
1. Hemodinamik stabil
2. Respirasi stabil
3. Kebutuhan oksigen minimal
4. Tidak membutuhkan intropik / vasoaktif /antiaritmia
5. Kateter pemantau hemodinamik telah dilepas
6. Disritmia terkontrol
7. Tidak perlu pemantauan intrakranial
8. Neurologi stabil
Unit Terkait
Dokter

Semua sub divis terkait

4. C. Sistem Kode
Sistem kode mengacu kepada kode warna yang dibuat oleh system medis
gawat darurat untuk mengenali kategon pasien tnage. Tidak semua negara
menggunakan kode yang sama Sebagai contoh misalnya, di dalam literature pada
umumnya disebutkan bahwa wama hitam melambangkan kematian atau kategon
yang tidak dapat diselamatkan, sementara negara-negara Islam memakai wama
putih untuk kematian dan kategori meninggal.
Tanpa melihat system wama yang dipakai, factor yang paling pentmg
adalah wama label yang dipakai di dalam triage diatur dan disetujui untuk dipakai
oleh semua anggota tim atau organisasi bencana medis. Tujuannya adalah untuk
menggunakan system yang kode warnanya tampk mudah untuk mengidentifikasi
pasien dengan melihat tingkat keparahan dan/atau sifat lukanya.
Label tersebut dapat ditaruh dimana saja pada tubuh, tetapi lebih tepat
dipasang pada pergelangan kanan bagi korban yang bisa berjalan atau pergelangan
kaki kanan pada kasus pasien yang tidak bisa berjalan untuk memudahkan
identifikasi dan memudahkan arus pasien ke daerah perawatan yang tepat di pusat
perawatan difinitif.
D. Model pengkajian Primary survey dan Secondari survey
I.

Pengkajian
A. Primary Survey
1. (A)irway
Look, Listen and Feel
Bebas : Sadar, bicara jelas tanpa suara tambahan
Tak sadar : Buka

mulut

lihat benda asing : padat, cairan,

lidah, gigi palsu, oedema.


Tanda dan gejala airway terganggu :
a. Sesak (dispnoea : shortness of breath)
Manifestasi :
-

Hipoksia : gelisah (airhunger), resah, melawan.

Nafas cepat dan pendek, pusing. (hipokapnea)

b. Adanya suara-suara tambahan


-

Gurgling/kumur-kumur

Snoring

Stridor (inspirasi, ekspirasi)

Hoarseness (serak)

2. (B)reathing
Look, Listen and Feel
Normal : Nafas spontan
-

Dewasa : 12 20 x/mnt

Anak : 20 - 30 x/mnt

Bayi : 30 60 x/mnt

Tanda dan gejala breathing terganggu :


a. Sesak nafas : Dispnoea, hyperpnoea, apnoea
b. Sianosis :
-

Central : biru seluruh tubuh

Perifer : extremitas dingin, kuku dan mukosa biru

c. Retraksi abnormal :
-

Retraksi sufra sternal

Retraksi intercostalis

Retraksi abdominal

d. Kelainan pada pemeriksaaan fisik :


-

Insfeksi : pergerakan rongga dada kanan kiri asimetris

Auskultasi : bunyi nafas kanan dan kiri beda

Perkusi : Hypersonor, pekak

Palpasi : Vocal premitus berbeda kanan- kiri, empisema sub


kutis

Deviasi trachea kontra lateral

Vena jugularis meninggi

3. (C)irculation.

Look, Listen and Feel


a. Nadi : kuat atau lemah
b. Warna kulit : Pucat, kebiruan.
c. Perdarahan external

dengan manifestasi :

d. Gangguan perfusi :
-

Central : biru seluruh tubuh (cyanosis), gelisah(ansietas),


kesadaran menurun, tanda-tanda syok.

Perifer : Akral dingin, keringat dingin (diaporitic)

Takikardi, hypotensi, oliguri

4. (D)isability.
Gangguan intracranial atau systemic.
Tanda dan gejala gangguan disability :
a. Gangguan tingkat kesadaran ( LOC : penurunan Level Of
Consciousness).
A : Allert : sadar terorientasi baik
V : Verbal : dengan rangsangan suara
P : Pain : dengan rangsangan nyeri
U : Unresponsive : tak ada respon
b. Pupil (PERL) : Pupil Equal reaction to Light.
c. Glasgow Coma Scale
Buka mata : eye open
4 : spontan, terorientasi baik
3 : dengan perintah
2 : dengan rangsang nyeri
1 : tak ada respon
Verbal respon
5 : bicara baik terorientasi
4 : bicara ngacau
3 : kata-kata tanpa kalimat yang jelas
2 : hanya suara merintih
1 : tak ada suara
Motorik respon

6 : mengikuti perintah, terorientasi


5 : melokalisir tempat nyeri
4 : menjauh dari rangsang nyeri
3 : flexi abnormal
2 : extensi abnormal
1 : tak ada respon
B. Secondary survey
5. (E)xposure
Buka pasien

cegah hipotermi

6. (F)ahrenheit (jaga kehangatan pasien)


-

Selimut

Sinar pemanas/penghangat

7. (G)et vital sign


-

Cardiac monitor

Pulse oximetri (SPO2)

Pemasangan catheter bila tak ada kontraindikasi

Gastric tube

Periksaan penunjang (lab, ro)


8. (H)istory/ Head to toe examination
-

Informasi secara umum tentang pasien

Post medical history

a. Kepala dan wajah :


-

Adanya luka, ekimosis

Keluar cairan dari hidung dan telinga

Adanya deformitas

Tanda-tanda crepitasi

b. Leher :
-

Collar brace

Adanya luka, ekimosis

Distensi vena jugularis

Empisema sub cutis

Posisi trachea/deviasi

c. Thorax :
-

Respirasi rate dan dalamnya

Adanya luka, ekimosis

Menggunakan

aksesori

otot

pernafasan

pergerakan

paradoksal)
-

Suara nafas dan jantung tanda-tanda tanponade

Tanda-tanda crepitasi

Adanya empisema subcutis dan depormitas

d. Abdomen :
-

Perhatikan luka, distensi dan jejas

Bising usus

Perhatikan tiap kuadran , masa, kelenturan, nadi femoralis.

e. Pelvis dan perineum :


-

Adanya luka, deformitas, ekimosis

Darah pada meatus atau sekitar perineum

Tanda-tanda fraktur pelvis

f. Extremitas
-

Deformitas, crepitasi

Luka

Pergerakan dan abnormal

Nadi

Suhu kulit

Sensasi

g. Inspeksi tubuh bagian belakang


-

Posisi cervical dan spinal control

Log roll

Luka, deformitas, ekimosis

Analisa
Manajemen pelaksanan pelayanan Ruang PICU Jempiring Sanglah denpasar
adalah dengan labeling seperti merah, kuning, hijau, hitam dan menggunakan

sistem START dan prioritas penanganan pada Airway, Breathing, Circulation.


C. Teori Motivasi dan manajemen Emergency
* Motivasi
1) Pengertian
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberikan
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk factorfaktor yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah
laku manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner dan Freeman, 1995:134).
Motivasi menurut Ngalim Purwanto (2000 : 60) adalah segala sesuatu
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah
perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekaryaan
atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku (Sbortell dan
Kaluzny, 1994 : 59).
2) Prinsip-prinsip dalam Memotivasi Kerja Pegawai
Terdapat

beberapa

prinsip

clalarn

memotivasi

kerja

pegawai

(Mangkunegara, 2000), yakni:


1.

Prinsip partisipatif
Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai periu diberikan kesempatan
ikut berparnsipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh
peemmpin.

2.

Prinsip komunikasi
Pemimpin mengomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan
dengan usaha pencapaian tugas. Informasi yang jelas akan membuat
pegawai lebih mudah dimotivasi kerjanya.

3.

Prinsip mengakui andil bawahan


Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil
dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai
akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

4.

Prinsip pendelegasian wewenang


Pemimpin akan membenkan otontas atau wewenang kepada pegawai
bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap

pekaryaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang


bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang
diharapkan oleh pemimpin.
5.

Prinsip memberi perhatian


Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan
pegawai bawahannya, sehingga bawahan akan termotivasi bekerja
sesuai dengan harapan pemimpin.

Analisa
Didalam membentuk dan meningkatkan minat kerja dalam tim pelayanan
di Ruang PICU Jempiring maka motivasi yang paling utama adalah motivasi
pemimpin yang memberikan contoh baik didepan bawahannya.
Salah satu contoh lain didalam memberikan motivasi tim pelayanan di Ruang
PICU Jempiring adalah :
1. Memberikan reward untuk direkomendasikan, lebih dahulu untuk
mengikuti pelatihan dan pendidikan guna meningkatkan SDM
2. Funishedment merupakan motivasi yang efektif secara tidak langsung
untuk mengubah prilaku yang buruk
3. Mengajak dan menawarkan bawahan didalam memberikan ide dan
argumen didalam membangun dan meningkatkan kualitas pelayanan dan
kwalitas kerja
4. Menghargai setiap pendapat bawahan.
Manajemen Pelayanan
1) Pasien
Kajian Teori
RSUP Sanglah Denpasar adalah rumah sakit tipe A dan merupakan rumah
sakit pendidikan dan rujukan untuk provinsi NTB, NTT, Bali yang saat ini
berstatus rumah sakit umum milik Departemen Kesehatan RI.
Pasien adalah seseorang yang datang ke instansi kesehatan yang
membutuhkan

pelayanan

medis/

keperawatan

yang

terganggu

kondisi

kesehatannya baik jasmani maupun rohaninya ( WHO).


Ruang PICU Jempiring adalah ruangan yang menangani kasus kegawat
daruratan, tempat pasien kedua setelah IRD atau rujukan Ruangan lain untuk
mendapatkan penanganan dan perawatan yang intensif. Kasus yang terdapat di
triage terdiri dari kasus bedah dan medik.
2) Ketenagaan
a) Kuantitas
Kajian Teori
Penetapan

jumlah

tenaga

keperawatan

adalah

proses

membuat

perencanaan untuk menentukan berapa banyak dengan criteria tenaga yang seperti
apa pada suatu ruangan tiap shifnya. Untuk keperluan itu beberapa ahli telah
mengembangkan beberapa formula. Formula tersebut juga dapat digunakan untuk
menilai dan membandingkan apakah tenaga yang ada saat itu cukup, kurang, atau
berlebihan. Formula tersebut antara lain :
1)

Menurut Lokakarya

Jam efektitf24 jam x 7 (TT) x (BOR)


TP= ------------------------------------------------------- + 25%
Hari kerja efektif/th x 40 jam
127x7x93,84
TP= ------------------- + 25%
34x40
8342176
TP= ------------------- + 25%
1360
TP = 61,341 + 15,33
TP = 76,67
Keterangan :
Jam perawatan :
Total Care

: 5 jam x l2

= 60 jam

Partial Care : 2 jam x 31


Self Care

= 62 jam

: 1 jam x 5 = 5 jam +
127 jam

Hari kerja efektif


2)

: 34 minggu

Menurut DepKes RI
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan menurut DepKes RI

dibagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu :


a) Pengelompokkan unit kerja di rumah sakit
Secara garis besar terdiri dari rawat inap dewasa, rawat inap
anak/perinatal, rawat inap intensif, gawat darurat (UGD), kamar bersalin,
kamar operasi dan rawat jalan.
b) Model pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan.
Menurut hasil workshop di Ciloto tahun 1997, antara jumlah tempat
tidur dengan kebutuhan tenaga keperawatan adalah per 9 tempat tidur
dibutuhkan

perawatan

setiap

shift

jaga.

Jumlah

tenaga

keperawatan per tahun dihitung dengan mempertimbangkan kapasitas


ruang, BOR jumlah jam efektif perawatan, jumlah hari dalam setahun,
jumlah hari libur setahun dan jumlah jam kerja perawat. Perhitungaimya
adalah sebagai berikut:
Total Care

: 5 jam x 12

=60 jam

Partial Care

: 2 jam x 31

= 62 jam

Self Care

: 1 jam x 5

=5 jam +
127

Jam Jumlah perawat yang dibutuhkan/siap tugas :


127
= 15,875
8
Jumlah perawat yang libur/loos day:
LD
78
x ST = x 15,875 = 4,314
KJ
287
Tugas non Keperawatan/ Administrasi: 25% dari jam pelayanan
Keperawatan: 25/100 x (15,875 + 4,314) - 5,047
Total yang dibutuhkan 15,857 + 4,314 + 5,047 = 25,236

= 25 orang

Keterangan: LD: hari libur


ST : jumlah perawat siap tugas
KJ : hari kerja efektif/tahun (287)
Analisa
Ruang PICU Jempiring RS Sanglah jumlah tenaga yang bekerja berjumlah 12
orang berarti jumlah tenaga belum sesuai dengan tipe menurut Lokakarya dan
Depkes RI. Maka perlu penambahan tenaga lagi agar pelayanan dapat memadai.
b) Kualitas
Kajian Teori
Keberhasilan Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan salah
satu indikatornya ditentukan oleh pemberian asuhan keperawatan yang
berkualitas. Untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas
diperlukan sumber daya yang cukup dengan kualitas yang tinggi dan professional
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Menurut Djojodibroto (1997) konsep pengembangan SDM yang disebut
Human Resource Development mempunyai tiga program, yaitu:
2.1 Training, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan kepada
pekerjaan saat ini,
2.2 Education, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan pada
pekerjaan yang akan dating.
2.3 Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar tidak diarahkan
untuk pekerjaan pegawai yang bersangkutan secara langsung.
Bagi tenaga kerja di Rumah Sakit menurut Djojodibroto (1997) bahwa
pelatihan, kursus dan loka karya yang diperlukan untuk paramedis adalah:
1.3 Etika komunikasi
1.4 Komunikasi terapeutik dalam perawatan
1.5 Etika Keperawatan
1.6 Manajemen Keperawatan

1.7 Hospital Manajemen Training


1.8 Audit Medis
1.9 Pencegahan Penyakit Nosokomial
1.10

Sanitasi Rumah Sakit

Disamping itu, perlu juga direncanakan rotasi dan mutasi SDM untuk
menyesuaikan beban dan tuntutan pelayanan di masa depan, sehingga
penyesuaian keahlian yang dibutuhkan dilakukan melalui pelatihan secara terus
menerus dan berkesinambungan.
Kajian Data
Kualifikasi tenaga keperawatan berdasarkan tingkat pendidikan dan
pelatihan yang diikuti terdapat pada tabel berikut:
Tabel
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan Di Ruang IRD Triage
RSUP Sanglah Denpasar
No.

Jenis Pendidikan

Jumlah

1.

SI Keperawatan

8,3 %

2.

D4 Keperawatan

0%

3.

D3 Keperawatan

11

91,7 %

4.

SPK

0%

12

100%

Jumlah

Analisa
Dari tabel diatas dapat disimpulkan jumlah tenaga keperawatan di ruang
PICU Jempiring RSUP Sanglah 8,3% berpendidikan SI Keperawatan, 0%
berpendidikan D4 Keperawatan, 91,7% berpendidikan D3 Keperawatan, dan 0%
berpendidikan SPK,6 orang sudah pelatihan PICU, 2 orang sedang dalam
pelatihan. Berarti ketenagaan perawat di triage perlu ditingkatkan pendidikannya

terutama dalam hal skill mengenai penanganan pasien kategori masuk PICU.
Maka perlu dilakukan pelatihan-pelatihan yang berkesinambungan dan disini
peran perawat gawat darurat ( D4 ) sangat diperlukan.

Tabel
Kualifikasi pendidikan Non Keperawatan Di Ruang IRD Triage RSUP
Sanglah Denpasar
No

Jenis Pendidikan

Jumlah

1.
2.
3.
Jumlah

Analisa
Tenaga SI berjumlah

orang, tamatan SMA berjumlah

orang dan

tenaga non keperawatan bertugas sebagai pegawai administrasi (billing) dan


cleaning service, pembagian jadwal diatur oleh kepala ruangan.
Kajian Data
RSUP Sanglah Denpasar merupakan rumah sakit pemerintah dan sumber
dananya berasal dari:
1) Daftar Isian Kegiatan
DIK dibiayai sendiri dari tiga sumber pendapatan yaitu pendapatan fungsional
dari hasil pelayanan, subsidi, dan non fungsional.
2) Daftar Isian Proyek ( DIP) dari APBNuntuk kegiatan investasi.
3) UYHD ( Uang Yang Harus Dipertanggungjawabakan )
Dana ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya mendesak misalnya
kerusakan alat.

4) Dana-dana yang didapat oleh rumah sakit dari sector pelayanan Pengelolaan
keuangan di ruang triage bedah dan medic di atur sepenuhnya secara sentral
olch bidang keuangan RSUP Sangiah Denpasar di bawah direktur RS
Analisa
Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan prosedur yang
berlaku di PICU Jempiring dan siap mengantisipasi bila ada kebutuhan ruangan
yang mendadak yang harus segera dipenuhi untuk kelancaran pelayanan kepada
pasien.
C. Material
Kajian Teori
Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya pengelolaan
peralatan sebagai factor pendukung atau penunjang terlaksananya pelayanan
keperawatan. Peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan merupakan
semua bentuk alat kesehatan atau peralatan lain yang dipergunakan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan dan kebidanan untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan sehingga diperoleh tujuan pelayanan yang efisien dan efektif.
Analisa data

D. Metode / Standar / Pedoman Protap


Kajian Teori
Metode/ standar/ pedoman protap adalah suatu tingkat kinerja yang secara
umum dikenal sebagai sesuatu yang dapat diterima, adekuat, atau memuaskan dan
dapat digunakan sebagai tolak ukur atau titik acuan yang dapat digunakan sebagai
pembanding ( Marr dan Giebing, 2001 ). Menurut Asrul Azwar ( 1994) , standar
menunjukkan pada tingkat ideal tercapai yang diinginkan, diukur dalam bentuk
minimal dan maksimal, penyimpangan masih dalam batas-batas yang dibenarkan
toleransi. Standar asuhan keperawatan mempunyai tujuan antara lain :
1) Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan di sarana kesehatan melalui peningkatan
kualitas keperawatan.

2) Tujuan Khusus
a) Adanya standar perencanaan pelayanan keperawatan
b) Adanya standar pengorganisasian pelayanan keperawatan
c) Adanya standar pengaturan tenaga keperawatan
d) Adanyastandar pengarahan pelayanan keperawatan
e) Adanya standar evaluasi pelayanan keparawatan
f) Adanya standar pengendalian mutu pelayanan keperawatan.
Dasar Hukum Standar profesi keperawatan adalah :
1) PP No.32/1996 tentang kesehatan.
2) UU No.8/1999 tentang perlindungan tenaga kesehatan.
3) UU kesehatan No.23/1992 pasal 53.
Analisa
Pelayanan keperawatan di Ruang PICU Jempiring Rumah Sakit Sanglah sudah
sesuai dengan protap yang ada.
e. Managemen
1) Planing atau perencanaan
Kajian Teori
Ruang perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan pelayanan
rumah sakit. Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka utama rencana
strategi rumah sakit dengan mempertimbangkan kekuatan-kekuatan, kelemahan,
peluang yang nyata dan ancaman eksternal yang harus diantisipasi. Kerangka
perencanaan yang matang sangat membantu dalam upaya melakukan perbaikan /
improvisasi apabila dalam perjalanan kegiatan usaha keluaran yang tidak
diharapkan. Perencanaan meliputi :
a) Jangka panjang (target waktu dalam minggu/bulan)
b) Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
c) Jangka panjang (untuk tahun mendatang)
Berdasarkan standar tenaga keperawatan di rumah sakit tahun 2002 tugas kepala
ruangan dalam perencanaan meliputi:
a) Menyusun rencana kerja kegiatan.

a) Menyusun rencana kebutuhan sumber daya (tenaga , fasilitas , alat dan


dana) keperawatan.
b) Menyusunjadwal dines.
c) Menyusun jadwal cuti.
d) Menyusun rencana pengembangan.
e) Menyusun rencana kegiatan pengendalian mutu.
b) Melaksanakan bimbingan dan pembinaan dalam pelaksanaan protap / SOP
pelayanan keperwatan.
c) Melaksanakan koordinasi pelaksanaan kegiatan keperawatan dengan unit
terkait.
d) Melaksanakan program orientasi pada perawat baru dan atau peserta didik /
pelatihan.
2) Pengorganisasian
Kajian Teori
Menurut Nursalam, 2002, pengorganisasian meliputi:
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan metode penugasan
c) Membuat rincian tugas kedua tim dan anggota tim secara jelas.
d) Membuat rentang kendali kepada ruangan membawahi 2 ketua tim dan
ketua tim membawahi 2-3 perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan.
f) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek,
g) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di tempat,kepada
ketua tim.
h) Memberi wewenang kepada TU untuk mengurus administrasi pasien.
i) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya.
Dalam sistem manajemen pemberian asuhan keperawatan ( care delivery
system ), ada beberapa teori mengenai metode asuhan keperawatan adalah sebagai
berikut :
a) Metode Kasus( Total Care Method)

Metode ini dimana seseorang pasien dirawat oleh seseorang perawat


selama 8 jam perawatan.
b) Metode Fungsional
Dimana perawat berlisensi dan perawat tak berlisensi melaksanakan tugas
spesifik untuk jumlah pasien yang besar.
c) Metode Tim
Sekelompok perawat yang dipimpin oleh ketua tim memberikan asuhan
kepada sekelompok pasien. Ketua tim bertanggung jawab kepada Kepala
Ruangan.
d) Metode Modular
Unit dibagi menjadi beberapa modul,kemudian ditunjuk tim yang idealnya
tiap modul terdiri dari satu RN dan satu LPN dan satu pembantu perawat.
e) Metode Primer / Primary Nursing
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam suatu
agency ( perwakilan ) dengan semua staf keperawatan yang professional. Pada
metode ini setiap perawat primer memberikan tanggungjawab secara menyeluruh
terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.Penanggung javvab
adalah perawat Primer ( Primary Nurse / PN ). Setiap PP merawat 4-6 pasien dan
bertanggungjawab terhadap pasien selama 24 jam dari pasien masuk sampai
pasien pulang. Ada kontinuitas dalam asuhan keperawatan yang bersifat
komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam satu grup PP mempunyai
beberapa PA dan bila PP tidak ada, perawatan dilanjutkan oleh perawat Associate (
PA),
f) Metode Case Management ( Nursing Case Management)
Adalah suatu cara kumpulan aktivitas yang dijalankan oleh seorang perawat
untuk mengerahkan,memantau dan mengevaluasi semua sumber yang digunakan
oleh seorang pasien secara total selama sakit ( Zander, 1998 .Cit.Gillies
1989 ).Nursing Management, dimana karakteristik Zander merupakan generasi
kedua perawat primer, sebagai suatu metode yang ditekankan pada keseimbangan
biaya perawatan kesehatandan kualitas pelayanan.
Tugas Kepala ruangan, adalah sebagai berikut:
1.1 Membagi staf keperawatan ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan

dan kerja.
1.2 Membuat jadwal dinas koordinasi dengan PP
1.3 Membagi pasien kepada grup MPM sesuai dengan kemampuan dan beban
kerja.
1.4 Menfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PP dan PA
1.5 Melakukan supervisi dan memberikan motivasi seluruh staf keperawatan
untuk mencapai kinerja optimal.
1.6 Melakukan upaya pcningkatan mutu Askep dengan melaksanakan evaluasi
melalui angket setiap pasien akan pulang.
1.7 Mendelegasikan tugas kepada PPJRpada S/M/HL.
1.8 Berperan sebagi konsultan dari PP
1.9 Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan Askep di ruangan.
1.10

Menyusun dan mengembangkan staf, kebutuhan alat,fasilitas, sarana

dan prasarana ruangan.


1.11

Memantau dan membina penerapan etika keperawatan pada setiap

individu staf.
1.12

Mensosialisasi peraturan / kebijakan pimpinan dan mengkaji masukan

- masukan dalam meningkatkan mutu asuhan / pelayanan keperawatan.


1.13

Mengawasi dan menilai system pencatatan dan pelaporan Askep tiap

pasien.
1.14

Mengendalikan penyelenggaraan tata usaha ruangan.

1.15

Mengatur pemanfaatan alat/ fasilitas dan sumber untuk efisiensi.

1.16

Membuat laporan rutin dan insidentil tentang pelaksanan asuhan

keperawatan / pelayanan keperawatan dan etika keperawatan.


Analisa
Manajemen keperawatan yang digunakan di ruang PICU Jempiring RSUP
Sanglah Denpasar adalah dengan menerapkan metode penugasan primer
modifikasi dengan Metoda Tim ( modifikasi ) dimana di PICU Jempiring RSUP
Sanglah sekelompok pasien dirawat oleh sekelompok perawat selama dirawat di
Rumah sakit, terdiri dari perawat primer (PP) dan perawat asosiate (PA) dan

dengan jenis pendidikan yang beragam.


3) Actuating ( Penggerakan )
Kajian Teori
Menurut buku pedoman tugas tenaga keperawatan di Rumah Sakit tugas
penanggung jawab ruangan / kepala ruangan sebagai penggerak dan pelaksanaan
terdiri dari:
a) Membagi staf keperawatan ke dalam grup MPM sesuai dengan kemempuan
dan beban kerja.
b) Menyusun jadwal / daftar dinas koordinasi dengan perawat primer.
c) Membagi pasien kepada grup MPM sesuai dengan kemampuan dan beban
kerja.
d) Mamfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PP dan PA
e) Melakukan supervisi dan memberikan motivasi seluruh staf keperawatan
untuk mencapai kinerja optimal.
f) Melakukan upaya peningkatan mutu Askep dengan melaksanakan evaluasi
melalui angket setiap pasien akan pulang.
g) Mendelegasikan tugas kepada PPJR pada S/M/HL.
h) Berperan sebagi konsultan dari PP
i) Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan Askep di ruangan.
j) Menyusun dan mengembangkan staf, kebutuhan alat,fasilitas, sarana dan
prasarana ruangan.
k)

Memantau dan membina penerapan etika keperawatan pada setiap individu


staf.

l) Mensosialisasi peraturan / kebijakan pimpinan dan mengkaji masukanmasukan dalam meningkatkan mutu asuhan / pelayanan keperawatan.
Kajian Data
Manajemen keperawatan yang digunakan di ruang PICU Jempiring RSUP
Sanglah Denpasar adalah dengan menerapkan metode penugasan primer
modiftkasi (Tim dan Primer), dimana di PICU Jempiring RSUP Sanglah
sekelompok pasien dirawat oleh sekelompok perawat selama dirawat di Rumah

sakit, terdiri dari perawat primer (PP) dan perawat asosiate (PA).
D. Kunjungan pasien
Ruang PICU dan Jempiring mempunyai BOR rata-rata 94 orang

Analisa data

E. Evaluasi perkembangan pasien


Evaluasi perkembangan pasien di PICU Jempiring sanglah adalah
dilakukan setiap saat yaitu setiap menit, jam dan dilakukan secara simultan pada
waktu melakukan tindakan. Karena keterlambatan dan salah dalam melakukan
evaluasi pasien akan menyebabkan kecacatan dan kematian. Maka prioritas
penanganan pasien di PICU Jempiring adalah Airway, breathing, Circulation.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penanganan pasien di Ruang PICU Jempiring menggunakan system pelabelan
yang terdiri dari label merah, kuning, hijau, dan putih. Fungsi manajemen
tediri man, money, method, manage, material.
2. Metoda

kepemimpinan

di

Ruang

PICU

Jempiring

memakai

tipe

Kepemimpinan partsipatif. Dari bagan struktur Rumah Sakit Sanglah di atas,


Ruang PICU Jempiring berada di bawah koordinator keperawatan.
3. Didalam meningkatkan kinerja bawahan pemempin menjadi motivasi awal
sebagai cermin yang baik bagi bawahan. Didalam membentuk dan
meningkatkan minat kerja dalam tim pelayanan di Ruang PICU Jempiring
maka motivasi yang paling utama adalah motivasi pemimpin yang
memberikan contoh baik didepan bawahannya.
4. Jumlah kunjungan pasien selama 3 ( tiga ) bulan terakhir adalah 11. 418 orang,
dengan klasifikasi yaitu merah 120 orang, kuning 1.349 orang, hikau 9.949
orang dan pasien yang meninggal 34 orang. SDM yang ada di Triage tidak
sesuai dengan ketenagaan tipe / menurut lokakarya dan depkes RI.
B. Saran
Untuk meningkatkan kualitas kerja dan mencapai pelayanan yang prima
khususnya pada pelayanan di PICU Jempiring RS Sanglah maka diharapkan :
1. Kepada RS sanglah Denpasar
Mampu mendistribusikan tenaga pada kualitasnya masing masing ( job discrip
tion ) agar lebih mengarah pada profesionalisme kerja.
2. Kepada para pemimpin pelaksana pelayanan agar dapat mengatasi perma
salahan serta karakter bawahan agar mudah memberikan motivasi.
3. Kepada pelaksana perawatan agar lebih memperhatikan protap pelayanan
4. Kepada institusi pendidikan untuik lebih meningkatkan pengetahuan dalam
penelitian dan pendidikan untuk meningkatkan kualitas SDM.

DAFTAR PUSTAKA
Haroll kont and crill o,donel ( 1992 ), dalam tohardi . EGC Jakarta
Long C, Barbara. 1996. Perawatan medical bedah, jilid 2. bandung : Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Nettina, M. S. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai