DI SUSUN OLEH :
Aznan Manurung
Erni Rita Sibuea
Fajar Buana
Kiki Fatmala
Miftahul Abrar
Milisa Isma
Nurwani
Perdinan
Sukma Agustian
Surya Nova
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
berkat, rahmat dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun
dalam pembuatanya makalah ini tidak sepenuhnya selalu sempurna dan masih ada beberapa
kekurangannya. Dalam makalah ini tentang “model asuhan keperawatan profsional” yang
bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah manajemen dan kepemimpinan
Kami menyadari bahwa penulisan makalah kami ini masih terdapat beberapa kekurangan
serta kesalahan, oleh karena itu kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang dapat
membangun dalam kesempurnaannya
Akhir kata semoga makalah kami ini mampu memberikan informasi kepada teman-teman
sekalian.
(Kelompok 4)
i
DAFTAR ISI
Halaman Depan
Kata pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.1 Rumusan Masalah........................................................................................................3
1.2 Tujuan..........................................................................................................................3
BAB II
Tinjauan Teori
2.1 Pengertian MAKP........................................................................................................4
2.2 Faktor- faktor yang berhubungan dengan MAKP.......................................................4
2.3 Metode pengelolahan sistem pemberian asuhan keperawatan profesional.................7
BAB III
Pembahasan
3.1 Model asuhan keperawatan profesional kasus.............................................................28
3.2 Kekurangan metode kasus...........................................................................................29
3.3 Kelebihan metode kasus..............................................................................................29
3.4 Bagan MAKP...............................................................................................................29
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................30
4.2 Saran............................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1
berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini, dan akan menentukan kualitas produksi/jasa
layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu
pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam
memenuhi kepuasan klien tidak akan dapat terwujud.
Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat dibedakan menjadi empat yaitu: standar,
proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Dalam menetapkan suatu
model, maka keempat hal tersebut harus menjadi bahan pertimbangan, karena merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis
dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan
koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen
keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan
keperawatan secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan
sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga
diharapkan keduanya saling menopang.
Adanya tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan oleh masyarakat umum, termasuk
di dalamnya keperawatan, merupakan salah satu faktor yang harus dicermati dan diperhatikan
oleh tenaga perawat, sehingga perawat mampu berkiprah secara nyata dan diterima dalam
memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan sesuai ilmu dan kiat serta kewenangan yang dimiliki.
Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan tempat
yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan perannya secara optimal. Namun
perlu disadari, tanpa tanpa adanya tata kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang
kuat, serta peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan
menjadi teori semata. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam
pelayanan keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan adanya
faktor kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan
sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.( Ratna Sitorus &
Yuli. 2006)
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses
dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. Untuk itu,
penulis tertarik untuk membahas Salah satu Model Asuhan Keparawatan yaitu, Model Asuhan
Keperawatan Profesional Kasus.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian MAKP?
2. Bagaimana Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP)?
3. Apa Pengertian MAKP Model Kasus?
4. Apa Kekurangan Metode Kasus?
5. Apa Kelebihan Metode Kasus ?
6. Bagaimana Bagan MAKP Kasus?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum :
Mahasiswa mampu memahami Model Praktik Keperawatan Profesional Kasus.
2. Tujuan khusus :
a. Mahasiswa mampu menjelaskan Pengertian Model Praktik Keperawatan Professional.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP)
c. Mahasiswa mampu menjelaskan Pengertian Model Praktik Keperawatan Professional Kasus
d. Mahsiswa mampu menjelaskan Kekurangan Model Praktik Keperawatan Professional Kasus
e. Mahasiswa mampu menjelaskan Kelebihan Model Praktik Keperawatan Professional Kasus
f. Mahasiswa mampu menjelaskan Bagan Model Praktik Keperawatan Profesional Kasus
BAB II
TINJAUAN TEORI
Di bawah ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode pemberian asuhan
keperawatan profesional. Ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah
ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan.
1. Fungsional (bukan model MAKP profesional)
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.Pada saat itu, karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi
(misalnya, merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
Metode ini diterapkan dalam penugasan pekerja di dunia industri ketika setiap pekerja
dipusatkan pada satu tugas atau aktivitas.Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan menggunakan metode fungsional, setiap perawat memperoleh satu tugas (kemungkinan
bisa lebih) untuk semua pasien di unit/ruang tempat perawat tersebut bekerja.Di satu unit/ruang,
seorang perawat diberikan tugas untuk menyuntik maka perawat tersebut bertanggung jawab
untuk memberikan program pengobatan melalui suntikan kepada semua pasien di unit/ruang
tersebut. Contoh penugasan yang lain adalah membagi obat per oral, mengganti balut,
pendidikan kesehatan pada pasien yang akan pulang, dan sebagainya.
Metode fungsional ini efisien, akan tetapi penugasan seperti ini tidak dapat memberikan
kepuasan kepada pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh
tidak bisa dicapai dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
terpisah-pisah sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada perawat.Di samping itu, asuhan
keperawatan yang diberikan tidak profesional yang berdasarkan pada masalah pasien.Perawat
senior cenderung sibuk dengan tugas administrasi dan manajerial, sementara asuhan keperawatan
kepada pasien dipercayakan kepada perawat junior.
Kelebihannya:
Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan
pengawasan yang baik
Perawat menjadi lebih terampil dalam melakukan satu tugas yang biasa menjadi
tanggung jawabnya
Pekerjaan menjadi lebih efisien
Mudah dalam mengoordinasi pekerjaan
Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien
diserahkan pada perawat junior dan/atau belum berpengalaman
Kelemahannya:
Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
Tugas perawat cenderung monoton sehingga dapat menimbulkan rasa bosan
Kesempatan untuk melakukan komunikasi antar petugas menjadi lebih sedikit
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan tidak melihat pasien secara holistik dan
tidak berfokus pada masalah pasien sehingga tidak profesional
Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan
Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan
saja Peran perawat kepala ruang:
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka peran perawat kepala ruang (nurse unit
manager) harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan,
bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang berkualitas, dan menghindari
terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar
kesalahan.Sekalipun diakui bahwa metode fungsional ini cocok untuk jangka waktu pendek
dalam kondisi gawat atau terjadi suatu bencana, tetapi metode ini kurang disukai untuk
pelayanan biasa dan jangka panjang karena asuhan keperawatan yang diberikan tidak
komprehensif dan memperlakukan pasien kurang manusiawi.
2. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi
2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok
kecil yang saling membantu.
Kelebihannya:
Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim
Kelemahannya:
Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk
Konsep metode tim:
Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan
Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin
Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil bila didukung
oleh kepala ruang.
Tanggung jawab anggota tim:
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawabnya
Kerjasama dengan anggota tim dan antartim
Memberikan laporan
Tanggung jawab ketua tim:
Membuat perencanaan
Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi
Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien
Mengembangkan kemampuan anggota
Menyelenggarakan konferensi
Tanggung jawab kepala ruang:
a) Perencanaan
Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-masing
Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi, dan persiapan pulang,
bersama ketua tim
Megidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan kebutuhan
klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan
Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang
dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan
yang akan dilakukan terhadap pasien
Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan:
Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan
Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
Membantu membimbing peserta didik keperawatan
Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
b) Pengorganisasian
Merumuskan metode penugasan yang digunakan
Merumuskan tujuan metode penugasan
Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahkan 2 ketua tim, dan ketua tim
membawahkan 2-3 perawat
Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur
tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain
Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada ketua tim
Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
Identifikasi masalah dan cara penanganannya
c) Pengarahan
Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan Askep
pasien
Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
d) Pengawasan
Melalui komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
Melalui supervisi
Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati sendiri, atau
melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-
kelemahan yang ada saat itu juga
Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim. Membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
Evaluasi
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan
yang telah disusun bersama ketua tim
Audit keperawatan
3. MAKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap
asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong
praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan
pelaksana.Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
4. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat
atau untuk keperawatan khusus seperti: isolasi, intensive care.
Kelebihannya:
Perawat lebih memahami kasus per kasus
Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih
mudah Kekurangannya:
Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
5. Modifikasi MAKP Tim-Primer
Pada metode MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S.
Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan:
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau setara
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Di samping itu, karena saat ini
perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat
bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Contoh (dikutip dari Ratna S. Sudarsono, 2002):
Untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat.Dengan menggunakan model modifikasi
keperawatan primer ini diperlukan 4 orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di
samping seorang kepala ruang rawat, juga Ners.Perawat associate (PA) 21 orang, kualifikasi
pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang).
Pengelompokkan tim pada setiap shift juga terlihat pada gambar di bawah ini.
Rusdi (2008) mengatakan terdapat 6 model asuhan keperawatan yang telah dikenal dan sering
digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan yaitu sebagai berikut:
a) Model kasus
Model Kasus merupakan model pemberian asuhan yang pertama digunakan. Sampai
Perang Dunia kedua model tersebut merupakan model pemberian asuhan keperawatan yang
paling banyak digunakan. Pada model ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan
kepada seorang pasien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah pasien yang dirawat oleh
satu perawat sangat tergantung kepada kemampuan perawat dan kompleksnya masalah dan
pemenuhan kebutuhan pasien.
Dalam Model Kasus perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang mencakup
seluruh aspek keperawatan yang dibutuhkan pasien. Pada model ini perawat memberikan
asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara menyeluruh, sehingga mengetahui apa
yang harus dilakukan terhadap pasien dengan baik, sehingga pasien merasa puas dan
merasakan lebih aman karena mengetahui perawat yang bertanggung jawab atas dirinya.
Dengan model ini menuntut seluruh tenaga keperawatan mempunyai kualitas profesional dan
membutuhkan jumlah tenaga keperawatan yang banyak.
Model ini sangat sesuai digunakan di ruangan rawat khusus seperti ruang perawatan
intensif, misalnya ruang ICCU, ICU, HCU, Haemodialisa dan sebagainya.
b) Model fungsional
Model Fungsional dikembangkan setelah perang dunia kedua, dimana jumlah pendidikan
keperawatan meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah sakit dari berbagai jenis
program pendidikan keperawatan. Agar pemanfaatan yang bervariasi tenaga keperawatan
tersebut dapat dimaksimalisasi, maka memunculkan ide untuk mengembangkan model
fungsional dalam pelayanan asuhan keperawatan.
Pada model fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada penyelesaian
tugas dan prosedur keperawatan. Setiap perawat diberikan satu atau beberapa tugas untuk
dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Seorang perawat mungkin
bertanggung jaawb dalam pemberian obat, mengganti balutan, monitor infus dan sebagainya.
Prioritas utama yang dikerjakan adalah pemenuhan kebutuhan fisik sesuai dengan kebutuhan
pasien dan kurang menekankan kepada pemenuhan kebutuhan pasien secara holistik, sehingga
dalam penerapannya kualitas asuhan keperawatan sering terabaikan, karena pemberian asuhan
yang terfragmentasi. Komunikasi antara perawat sangat terbatas, sehingga tidak ada satu
perawat yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin Kepala
Ruangan. Hal ini sering menyebabkan klien kurang puas dengan pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan, karena seringkali klien tidak mendapat jawaban yang tepat
tentang hal-hal yang ditanyakan, dan kurang merasakan adanya hubungan saling percaya
dengan perawat.
Kepala Ruangan bertanggung jawab untuk mengarahkan dan mensupervisi. Komunikasi
antar staf sangat terbatas dalam membahas masalah pasien. Perawat terkadang tidak
mempunyai waktu untuk berdiskusi dengan pasien atau mengobservasi reaksi obat yang
diberikan maupun mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan.
Pada model ini Kepala Ruangan menentukan apa yang menjadi tugas setiap perawat
dalam suatu ruangan dan perawat akan melaporkan tugas-tugas yang dikerjakan kepada
Kepala Ruangan. Dan Kepala Ruangan lah yang bertanggung jawab dalam membuat laporan
pasien.
Dalam model fungsional ini koordinasi antar perawat sangat kurang sehingga seringkali
pasien harus mengulang berbagai pertanyaan atau permintaan kepada semua petugas yang
datang kepadanya, dan Kepala Ruanganlah yang memikirkan setiap kebutuhan pasien secara
komprehensif. Informasi yang disampaikan bersifat verbal, yang seringkali terlupakan karena
tidak didokumentasikan dan tidak diketahui oleh staf lain yang memberikan asuhan
keperawatan.
Dengan menggungkan model ini Kepala Ruangan kurang mempunyai waktu untuk
membantu stafnya untuk mempelajari cara yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan pasien
atau dalam mengevaluasi kondisi pasien dan hasil asuhan keperawatan, kecuali terjadi
perubahan yang sangat mencolok. Dan orientasi model ini hanya pada penyelesaian tugas,
bukan kualitas, sehingga pendekatan secara holistik sukar dicapai.
Model fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas bila jumlah staf
sedikit, namun pasien selalu tidak mendapat kepuasan dari asuhan keperawatan yang
diberikan.
c) Model tim
Setelah bertahun-tahun menggunakan Model Fungsional, beberapa pimpinan
keperawatan (nursing leader) mulai mempertanyakan keefektifan model tersebt dalam
pemberian asuhan keperawatan profesional. Oleh karena adanya berbagai jenis tenaga dalam
keperawatan, diperlukan adanya supervisi yang adekuat, maka pada tahun 1950
dikembangkan Model Tim dalam pelayanan asuhan keperawatan.
Model Tim merupakan suatu model pemberian asuhan keperawatan dimana seorang
perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas,
1984).
Konsep model ini didasarkan kepada falsafah bawah sekelompok tenaga keperawatan
bekerja secara bersama-sama secara terkoordinasi dan kooperatif sehingga dapat berfungsi
secara menyeluruh dalam memberikan asuhan keperawatan kepada setiap pasien.
Model Tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul
motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi, sehingga setiap anggota tim
merasakan kepuasan karena diakui kontribusinya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu
mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling
komplementer menjadi satu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan
serta timbul rasa kebersamaan dalam setiap upaya pemberian asuhan keperawatan, sehingga
dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi.
Pada dasarnya di dalam Model Tim menurut Kron & Gray (1987) terkandung dua
konsep utama yang harus ada, yaitu:
1. Kepemimpinan
Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat profesional (Registered
Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala Ruangan untuk bertanggung jawab terhadap
sekelompok pasien dalam merencanakan asuhan keperawatan, merencanakan
penugasan kepada anggota tim, melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan
keperawatan yang diberikan.
2. Komunikasi yang efektif
Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya kesinambungan asuhan
keperawatan yang diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara
individual dan membantunya dalam mengatasi masalah. Proses komunikasi harus
dilakukan secara terbuka dan aktif melalui laporan, pre atau post conference atau
pembahasan dalam penugasan, pembahasan dalam merencanakan dan menuliskan
asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai.
Pengajaran dan bimbingan secara insidental perlu dilakukan yang merupakan
bagian dari tanggung jawab Ketua Tim dalam pembinaan anggotanya. Dalam model
ini Ketua Tim menetapkan anggota tim yang terbaik untuk merawat setiap pasien.
Dengan cara ini Ketua Tim membantu semua anggota tim untuk belajar apa yang
terbaik untuk pasien yang dirawatnya berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang
dihadapi pasien.
Dalam pelaksanaan model ini, Ketua Tim dapat memperoleh pengalaman praktek
melakukan kepemimpinan yang demokratik dalam mengarahkan dan membina
anggotanya. Pimpinan juga akan belajar bagaimana mempertahankan hubungan antar
manusia dengan baik dan bagaimana mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang
dilakukan dengan beberapa anggota tim secara bersama-sama. Untuk mencapai
kepemimpinan yang efektif setiap anggota tim harus mengetahui prinsip dasar
administrasi, supervisi, bimbingan dan teknik mengajar agar dapat dilakukannya
dalam bekerjasama dengan anggota tim. Ketua Tim juga harus mampu
mengimplementasikan prinsip dasar kepemimpinan.
Penjelasannya:
Maksud dari bagan tersebut adalah peran perawat sebagai tenaga ahli profesional yaitu
memegang peran penting dalam kesehatan setiap klien. Jadi MAKP kasus yang dimaksud
adalah setiap perawat atau satu perawat memberi peranan penting pada satu pasien. Pada bagan
tersebut juga memiliki kelebihan dan kekurangan terendiri seperti yang dijelaskan diatas.
Metode MAKP kasus pada bagan di atas ini lebih tepat digunakan di ruangan rawat khusus
seperti ruang perawatan intensif, misalnya ruang ICCU, ICU, HCU, Haemodialisa dan
sebagainya
BAB 4
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
Model Praktik KeperawatanProfesional sebagai sebuah sistem yang meliputi struktur,
proses, dan nilai professional yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian
asuhan keperawatan dan mengatur lingkungan untukmenunjang asuhan keperawatan.
Sebagai suatu model berarti sebuah ruang rawat dapat menjadi contoh dalam praktik
keperawatan professional di Rumah Sakit.
Manfaat MPKP terdiri dari :
• Dapat meningkatkan mutu askep
• Untuk menata tenaga keperawatan dlm upaya menuju layanan yg professionaL
• Untuk proses belajar bagi mahasiswa keperawatan
• Untuk menunjang program pendidikan ners spesialis keperawatan.
• Untuk tempat penelitian keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di suatu ruangan sakit, dapat
digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan salah satunya metode asuhan
keperawatan Kasus. Pada metode kasus seorang perawat akan memberikan perawatan konstan
dalam jangka waktu tertentu .
4.2 SARAN
Di dalam era globalisasi ini menuntut para pembaharu di bidang keperawatan untuk
mengembangkan suatu metode pemberian asuhan keperawatan untuk dapat diimplementasikan
dalam pengorganisasian ruang keperawatan sehingga dapat menjamin dan meningkatkan mutu
pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan. Sehinggga dalam pemberian asuhan
keperawatan pada setiap pasien haruslah memperhatikan dan menerapkan sesuai model asuhan
keperawatan professional.
DAFTAR PUSTAKA