Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perawat merupakan tenaga penting dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, mengingat
pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam terus menerus, Pelayanan keperawatan yang
bermutu, efektif dan efisien dapat tercapai bila didukung dengan jumlah perawat yang tepat
sesuai dengan kebutuhan . Oleh karena itu perencanaan tenaga perawat terutama dalam
menentukan jumlah kebutuhan tenaga perlu dilakukan dengan sebaik- baiknya agar dapat
diperoleh ketenagaan yang efektif dan efisien. Perhitungan kebutuhan tenaga perawat
berdasarkan Kategori pasien lebih efektif karena mempertimbangkan jam efektif perawat.
kebutuhan perawat berdasarkan kategori pasien selain itu beberapa ahli telah menetapkan
formula untuk melakukan perhitungan sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat dan sesuai
dengan kebutuhan sesungguhnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun Rumusan Masalah dalam penulisan makalah ini :
1. Bagaimana melakukan Perhitungan tenaga keperawatan?
2. Bagaimana Cara Menghitung Jumlah Perawat Pertahun?
3. Bagaimana Cara Menghitung Jumlah Perawat Setiap Hari?
4. Apa yang di maksud dengan klasifikasi pasien?

1.3 TUJUAN
Ada tujuan pembuatan makalah ini :
1. Mampu menjelaskan Perhitungan Tenaga Keperawatan
2. Mampu menjelaskan Cara Menghitung Jumlah Perawat Pertahun
3. Mampu menjelaskan Cara Menghitung Jumlah Perawat Setiap Hari
4. Mampu menjelaskan Klasifikasi Pasien
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PERHITUNGAN TENAGA KEPERAWATAN

1. Factor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan :


a. Factor klien :
 Tingkat kompleksitas perawatan seperti di ICU, UGD
 Kondisi pasien sesuai dengan jenis penyakit dan usianya
 Jumlah pasien dan fluktuasinya
 Keadaan sosiak ekonomi
 Harapan social ekonomi
b. Factor tenaga
 Jumlah dan komposisi tenaga keperawatan
 Kebijakan pengaturan dinas
 Uraian tugas perawat
 Kebijakan personalia
 Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja
 Tenaga perawat spesialis
 Sikap ethis para professional
c. Factor lingkungan
 Tipe dan lokasi rumah sakit
 Lay out ruang keperawatan
 Fasilitasi dan jenis pelayanan medic/diagnostic
 Pelayanan penunjang dari instansi lain, contoh PMI
 Macam kegiatan yang dilaksanakan : penyuluhan, kunjungan rumah
d. Factor organisasi
 Mutu pelayanan yang di tetapkan
 Kebijakan pembinaan dan pengembangan
2. Rumusan perhitangan
a. Peraturan Men.Kes.R.I. No.262/Men.Kes/Per/VII/1979 menetapkan bahwa
perbandingan jumlah tempat tidur rumah sakit di banding dengan jumlah perawat
adalah sebagai berikut Rumah sakit tipe A dan B perbandingan minimal jumlah
TT : jumlah = 3-4 TT : 2 perawat
b. Hasil work shop perawatan oleh Dep.Kes RI di Ciloto tahun 1971 menyebutkan
bahwa jumlah tenaga keperawatan : pasien = 5 : 9 tiap shift.
Catatan : dinas dalam 24 jam di bagi 3 shift ada 1 tim pengganti ( aflos )
Hari kerja efektif/tahun 225-260 hari
Libur mingguan 52 hari
Cuti tahunan 12 hari
Hari besar 10 hari
Sakit/ijin 12 hari
Cuti hamil rata-rata 29 hari
c. Menurut pemerintah Filipina tahun 1984
1) Jam rata-rata kebutuhan perawatan setiap pasien dalam 24 jam
Interne 3,4 jam
Bedah 3,5 jam
Campuran bedah dan interne 3,4 jam
Post partum 3 jam
Bayi 2,5 jam
Anak-anak 4 jam
2) Proporsi rata-rata kebutuhan perawatan yang di berikan
 40% keperawatan non-profesional
 60% keperawatan professional
3) Kebutuhan keperawatan setiap pasien dalam 24 jam menurut Althaus et.al.
(1982) dan kirk ( 1981 ) :
 Level 1 ( kebutuhan perawatan minimal ) yaitu 3,2 jam
 Level II ( kebutuhan keperawatan intermediate ) yaitu 4,4jam
 Level III ( kebutuhan keperawatan maksimal ) yaitu 5,6 jam
 Level IV ( kebutuhan keperawatan intensive-care ) yaitu 7,2 jam
3. Perhitungan menurut Douglas ( 1992 )
klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi dalam 3 kategori :
a. Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam/ 24 jam, Kriteria :
1) Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan dan minum dilakukan sendiri

3) Ambulansi dengan pengawasan

4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga ( shift )

5) Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil

b. Perawatan parsial memerlukan waktu 3 – 4 jam/ 24jam, Kriteria :

1) Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu

2) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

3) Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

4) Pasien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran intake output


ciaran dicatat / dihitung.
5) Pasien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur

c. Perawatan total memerlukan waktu 5 – 6 jam/ 24jam, Kriteria :

1) Semua keperluan pasien dibantu

2) Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam

3) Makan melalui slang ( NGT / pipa lambung ), terapi intravena

4) Dilakukan penghisapan lender


5) Gelisah / disorientasi.
Berdasarkan kategori tersebut, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan
malam sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien, seperti pada table dibawah ini .
No KLASIFIKASI PASIEN
MINIMAL PARSIAL TOTAL
PAGI SIANG MALAM PAGI SIANG MALAM PAGI SIANG MALAM
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

Contoh :

Suatu ruang rawat dengan 22 pasien ( 3 pasien dengan klasifikasi minimal, 14 pasien
dengan klasifikasi parsial, dan 5 pasien dengan klasifikasi total ) maka jumlah perawat
yang dibutuhkan untuk jaga pagi ialah :
3 x 0,17 = 0,51
14 x 0,27 = 3,78
5 x 0,36 = 1,80
Jumlah = 6,09 6 orang

Menghitung jumlah pasien berdasarkan derajat ketergantungan selama 22 hari ( 4


minggu ) diruang rawat yang akan diimplementasi MPKP. Setelah itu dihitung jumlah
perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam.
Berdasarkan observasi jumlah pasien selama 22 hari, maka :

Jumlah kebutuhan perawat setiap hari : 7,11 + 5,28 + 3,35 = 15,74 16 orang
Libur / Cuti : kurang lebih 5 orang

Jumlah tenaga yang dibutuhkan : 16 + 5 = 21 orang + 1 Kaur + 3 PP = 25 orang.


Keterangan : jumlah PP / Tim ditetapkan dengan pertimbangan bahwa seorang PP
bertanggung jawab 9 – 10 pasien, dengan variasi klasifikasi pasien.
Jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam sesuai dengan tingkat
ketergantungan pasien berdasarkan katagori
Klasifikasi pasien
No. Minimal Parsial Total
Pagi Siang Malam pagi Siang Malam pagi Siang Malam
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

4. Perhitungan Menurut DEPKES (2005)

Rumus kebutuhan tenaga di ruang rawat = jumlah jam perawatan di ruang /hari
Jam efektif perawat

Untuk menghitung jumlah tenaga perlu ditambah faktor koreksi:


 Menambah perawat libur
 Tugas non keperawatan
 Loss day =
Jumlah hari minggu/tahun + cuti + hari besar x keb.tenaga
Jumlah hari kerja efektif/tahun

Tugas non keperawatan =


(kebutuhan tenaga + loss day) x 25%

Mengerjakan tugas non keperawatan diperkirakan 25% dari jumlah tenaga


keperawatan.
Jumlah kebutuhan tenaga = kebutuhan tenaga + faktor koreksi (loss day + tugas
non kep)

5. Kebutuhan tenaga berdasarkan rumus Dekpes (2005)


Kebutuhan tenaga perawat menurut klasifikasi pasien di ruang rawat inap :

No Klasifikasi Jumlah pasien/hari Jam Jumlah jam


perawatan/hari perawatan/hari
1 Minimal 6 2 12
2 Sedang 9 3.08 27,72
3 Tidak Berat 2 4.15 9,3
4 Maksimal 1 6,16 6,16
Jumlah 18 55,18

Jumlah jam perawatan di ruangan per hari = 55,18


Jumlah Jam kerja perawatan per shift = 7
Maka kebutuhan tenaga perawat = 55,18 = 7,88
7
Faktor koreksi :
Loss day = 52+12+18 X 7,88 = 82 X 7,88 = 567,36 = 2,04
365-82 283 283

Tugas non keperawatan = (7,88 + 2,04) 25% = 2,48


Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan = 7,88 + 2,04 + 2,48 = 12,4 + 1 karu = 13orang

5.2 MENGHITUNG JUMLAH PERAWAT PERTAHUN


Jika diasumsikan :
1. Jumlah jam kerja perawat/hari = 8 jam ( 3 shift dalam 24 jam )
2. Jumlah hari kerja dalam setahun 301 hari 365 – ( 52 hari libur + 12 cuti tahunan)
3. Jumlah jam keperawatan setiap pasien dalam sehari = 3,5 jam ( jam rata-rata
kebutuhan perawatan setiap pasien dalam 24 jam bagi pasien bedah menurut
Departemen Kesehatan Philipina 1984
4. Rata-rata pasien dalam satu hari = BOR X TT = 82 % x 30 TT = 25 pasien
5. Cara mencari BOR (Bed Occupancy Rate, cakupan pemanfaatan tempat tidur)
dengan menggunakan sebagai berikut :

Jumlah Hari Perawatan X 100%


Jumlah tempat tidur x 365 hari

Cara menghitung Jumlah Hari Perawatan


Jumlah hari perawatan adalah jumlah hari perawatan seluruh pasien yang pernah
di rawat di ruang perawatan tersebut selama 1 tahun. Sebagai contoh pada tahun
2007 ruang Bedah Wanita yang berkapasitas 30 TT merawat 1500 pasien.
Masing-masing pasien setelah di jumlah hari perawatannya sebanyak 9000 hari.
Maka BOR ruang Bedah Wanita adalah :

9000 x 100% = 9000 x 100 % = 82 %


30 x 365 10950
Jumlah perawat yang di butuhkan

Jml jam kep yg dibutuhkan/hari X rata-rata jml pasien/hari X jumlah hari/thn


(Jml hari/tahun – hari libur masing tiap perawat/thn) X jml jam kerja tiap perawat

= jml jam kep yg dibutuhkan/thn


Jml jam kep yg diberikan perawat/ tahun

Jadi : 3,5 x 25 x 365 = 31937 = 13,26 dibulatkan = 14 perawat


(365-64) x 8 2408

Selanjutnya kita hitung jumlah riil perawat yang bertugas setiap hari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah perawat yang bekerja perhari
Rata-rata jumlah X rata-rata jumlah jam
klien perhari (BOR) keperawatan/pasien perhari
jumlah jam kerja perawat perhari

jadi : 25 x 3,5 = 87,5 = 10,9 dibulatkan = 11 perawat


8 8

Juga dapat kita hitung jumlah perawat yang libur tidak bertugas setiap harinya
dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah tenaga libur perhari
Jumlah hari kerja X jumlah tenaga
tidak efektif yang bekerja perhari
jumlah hari kerja efektif

jadi 64 x 11 = 2,33 dibulatkan = 3 perawat


301

Kita juga dapat menghitung jumlah perawat tambahan atau cadangan yang di
perlukan dengan memperhatikan jumlah perawat yang akan cuti melahirkan.
Berdasarkan contoh di atas bila 14 orang perawat yang bertugas terdiri dari PUS
(pasangan usia subur) atau sedang hamil sebanyak 7 perawat dan sisanya masih
belum menikah maka jumlah perawat yang perlukan sebagai tambahan atau
cadangan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Jika diasumsikan tenaga yang (akan) cuti melahirkan (CM) melahirkan (CM)
adalah 50%, maka tambahan tenaga sbb :

Jml CM jam kerja perhari


% CM x perawat x 12 Mg x 6 Hr x yang di perlukan
Hari kerja efektif pertahun x jam kerja perhari

Jadi : 50% x 14 x 12 x 6 x 8 = 4032 = 1,67 = 2 perawat


301 x 8 2408
Dengan demikian kita peroleh rencana jumlah tenaga perawat tang di perlukan
dalam 1 tahun untuk bedah wanita yang berkapasitas 30 tempat tidur sebanyak :
Total perawat yang diperlukan : 14 + 2 = 16 perawat
Kemudian kita hitung jumlah perawat yang bertugas sehari hari menurut shift
tugas dengan rumus sebagai berikut :
Shift Presentase shift X total Jumlah perawat setiap
perawat tugas setiap hari shift
Pagi 47 % x 11 5,17 dibulatkan 5
Sore 36 % x 11 3,96 dibulatkan 4
Malam 17 % x 11 1,87 dibulatkan 2

5.3 MENGHITUNG JUMLAH PERAWAT SETIAP HARI


Selain menghitung jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu tahun kita juga dapat
menghitung jumlah perawat yang dibutuhkan setiap hari. Jumlah perawat yang bertugas
sehari hari pada setiap shift dapat kta hitung dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tetapkan klasifikasi pasien dengan melakukan sensus harian pasien menggunakan
lembar klasifikasi pasien. Sehingga akan kita peroleh klasifikasi setiap pasien
pada hari itu, apakah minimal care, partial care, atau total care.
2. Hitunglah jumlah perawat yang di perlukan dengan melihat table berikut ini
Jumlah kebutuhan tenaga perawat berdasarkan klasifikasi pasiean diruang rawat
Jumlah Klasifikasi pasien
pasien Minimal Intermediate/partial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
4 0,68 0,56 0,40 1,08 0,60 0,28 1,44 1,20 0,80
5 0,85 0,70 0,50 1,35 0,75 0,35 1,80 1,50 1,00
6 1,02 0,84 0,60 1,62 0,90 0,42 2,16 1,80 1,20
7 1,19 0,98 0,70 1,89 1,05 0,49 2,52 2,10 1,40
8 1,36 1,12 0,80 2,16 1,20 0,56 2,88 2,40 1,60
9 1,53 1,26 0,90 2,43 1,35 0,63 3,24 2,70 1,80
10 1,70 1,40 1,00 2,70 1,50 0,70 3,60 3,00 2,00

Sebagai contoh :
Ruang penyakit dalam wanita saat ini merawat 20 orang pasien. Setelah dilakukan
sensus harian klasifikasi pasien diperoleh klasifikasi 10 orang minimal care, 7
orang intermediate/parsial care dan 3 orang total care, maka jumlah perawat yang
dibutuhkan setiap shift adalah sebagai berikut :
Jumlah kebutuhan perawat berdasarkan klasifikasi pasien setiap shift
Jumlah dan Shift
klasifikasi pasien Pagi Sore Malam
Minimal care = 10 10 x 0,17 = 1,70 10 x 0,14 = 1,40 10 x 0,10 = 1,00
Parsial care = 7 7 x 0,27 = 1,89 7 x 0,15 = 1,05 7 x 0,07 = 0,49
Total care = 3 3 x 0,36 = 1,08 3 x 0,30 = 0,90 3 x 0,20 = 0,60
Jumlah perawat 4,67 = 5 orang 3,35 = 4 orang 2,09 = 2 orang
Dengan demikian maka ruang penyakit dalam wanita pada hari tersebut
membutuhkanvperawat sebanyak 11 orang terdiri dari :
5 orang bertugas pada shift pagi, 4 orang bertugas pada shift malam. Total
perawat yang bertugas pada malam hari itu = 14 orang perawat .

2.4 KLASIFIKASI PASIEN


Pasien di klasifikasikan berdasarkan system klasifikasi yang di bagi 3 kelompok
tingkat ketergantungan klien ( Douglas 1984 ) :
1. Kategori I : perawatan mandiri/self care
klien memerlukan 1-2 jam perawatan langsung per 24 jam. Kegiatan
sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak
ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan
pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan sederhana.
2. Katergori II : perawatan sedang/partial/intermediate care
Klien memerlukan 3-4 jam perawatan langsung per 24 jam. Kegiatan
sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan, memberi
dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau
menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan pasien sakit sedang.
Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa
urin. Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk mendukung
emosi 5-10 menit/ shift. Tindakan dan pengobatan 20-30 menit/shift atau
30-60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping obat atau reaksi
alergi
3. Kategori III : perawatan total/intensive care
Klien memerlukan 5-7 jam perawatan langsung per 24Jam. Kebutuhan
sehari-hari tidak bias dilakukan sendiri, semua dibantu oleh perawat,
penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus menerus .

Telah diketahui bahwa biaya kerja keperawatan membentuk 20% total pembiayaan
rumah sakit ( Halloran et al., 1987 ). Perusahaan asuransi swasta dan pemerintah maupun
Negara bagian menggunakan tekanan kepada pemberi perawatan kesehatan untuk memperbaiki
kualitas perawatan kesehatan sambil tetap menekan biaya. Menurut para ahli, kualitas perawatan
kesehatan meningkat ketika beban kerja dan staf cukup berimbang, yaitu ketika tingkat
penggunaan staf berkisar antara 90 dan 110 % (Meyer 1978).

1. TUJUAN SISTEM KLASIFIKASI PASIEN


System klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien menurut
jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Di dalam kebanyakan
system klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan kebergantungan mereka
pada pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu pemberi perawatan dan
kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan. Tujuan setiap system
klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing masing
nilai ankanya yang mengukur volume usaha yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan keperawatan pasien.

2. JENIS SISTEM KLASIFIKASI PASIEN


Dua jenis system klasifikasi pasien yang umum di pakai adalah bentuk
asli/dasar system evaluasi dan factor evaluasi ( Reinert dan Grant, 1981). Di
dalam system protipe tiga atau empat kategori pasien di susun agar mencerminkan
peningkatan tingkat kebergantungan pasien pada pemberian perawatan. Untuk
masing-masing kategori satu jenis pasien dijelaskan guna mengungkapkan
karakteristik pasien yang menunjukan jenis dan jumlah bantuan pemberian
perawatan yang dibutuhkan. Pasien selanjutnya diklasifikasi berdasarkan
kesamaan mereka terhadap satu jenis pasien di dalam satu kategori tersebut.
Tujuan system klasifikasi pasien adalah menghasilkan informasi mengenai
perkiraan beban kerja keperawatan, masing-masing system membolehkan usaha
kuantifikasi atau waktu. Perlu bagi system protipe untuk menentukan rata-rata
waktu yang diperlukan untuk merawat jenis pasien didalam masing-masing
kategori.

3. SISTEM EVALUASI FAKTOR


Banyak system klasifikasi pasien terdiri dari jenis factor, tempat sejumlah unsur
perawatan atau penggambaran diidentifikasi, masing-masing elemen dipecah ke
dalam sub elemen (masing-masingnya mewakili tingkat kebergantungan pasien
yang berbeda ). Karena di dalam masing-masing unit kerja waktu standar harus
ditentukan untuk setiap sub elemen, elemen dan sub elemen yang dipakai untuk
mengkategorikan pasien harus menggambarkan perilaku perawat yang dapat
diamati dan dapat diukur.

4. PENGGAMBAR PERAWATAN (CARE DESCRIPTOR)


Di dalam beberapa system descriptor penggambar yang dipakai untuk
menugaskan pasien kepada kategori perawatan adalah kegiatan seharinya
memberi makan, mendandani, buang air, ukuran kenyamanan, dan mobilitas.
Banyaknya waktu yang diperlukan untuk membantu si pasien dengan masing-
masing kegiatannya di ukur sampai waktu yang paling mungkin diperlukan.
Di rumah sakit Midwestern 32 deskriptor perawat dipakai untuk
membantu membagi-bagikan pasien yang berkenan dengan kebutuhan
keperawatan (Poulson, 1987). Rumah sakit universitas Midwestern memakai 10
deskriptor di dalam system klasifikasi pasien mereka : kegiatan sahri-harinya,
tanda-tanda vital, perawatan luka, perawatan pernapasan, manajemen pengobatan
dan cairan, manajemen pasien (izin masuk, pelepasan, pemindahan) , specimen
dan prosedur khusus, tindakan keamanan, komunikasi, dan campur tangan
psikologi (Marks, 1987).
Di rumah sakit umiversitas pantai barat 16 deskriptor keperawatan dipakai
untuk membagi pasien : kesehatan, nutrisi, cairan dan elektrolytes, pernapasan
sirkulasi, pengaturan suhu, eliminasi, aktivitas, bahaya kecelakaan, komunikasi,
mengatasi, pengetahuan, pengkajian, pengobatan, specimen, dan perlakuan
(whitney dan killien, 1987).
5. TINGKAT INTENSITAS PERAWATAN
Setelah descriptor perawatan penting di putuskan, perancang
system klasifikasi pasien harus mendefinisikan tingkat intensitas
perawatan untuk maing-masing descriptor. Tingkatan tersebut bias
dibedakan baik dengan jumlah waktu yang di perlukan atau frekuensi yang
masing-masing elemen yang dipakai di rumah sakit west coast, untuk
descriptor kesehatan, dua tingkat intensitas disusun untuk masing-masing
sub elemen memandikan, penggantian pakaian, perubahan sebagian kain
linen, bantuan ekstra, seperti berikut :

Kesehatan Poin
Mandi : dibantu 2
Mandi : selesai 4
Pergantian pakaian : dibantu 2
Pergantian pakaian : selesai 5
Perubahan linen sebagian 1-2 X 1
hari
Perubahan linen sebagian 1-2 X 2
pergantian
Bantuan ekstra : 1-2 X hari 2
Bantuan ekstra : 1-2 X pergantian 5
(dari Whitney dan Killien, 1987)
Didalam system klasifikasi pasien di dalam unit psikiatri sebuah RSU,
untuk campur tangan descriptor terapi, enam tingkat intensitas perawatan
dijelaskan seperti berikut :
Campur tangan terapi Poin
Rutinitas pembesaran di samping 4
tempat tidur
Teknik istirahat 8
Hanya membatasi latar 11
Hanya orientasi reaalitas 14
Sesi pasien individu-formal 17
Kontak sering, sebentar 19
(dari Ehrman, 1987)

6. SISTEM EVALUASI PROTOTIPE


System klasifikasi pasien digunakan oleh asosiasi perawat kunjungan, di
New Haven, Connecticut (yang didasarkan pada potensi rehabilitasi
pasien) merupakan contoh system protope. Artinya, ciri-cirinya diberikan
bagi pasien yang khas di masing-masing lima kategori perawatan.

Kategori I : pasien dengan penyakit akut, noc kronis, episodic atau


cacat yang akan kembali ke tingkat kefungsian pra sakit mereka dan yang
tujuan perawatannya adalah penghilang penuh masalah kesehatan yang
ada
Kategori II : pasien dengan penyakit kronis yang mengalami
episode penyakit akut yang memiliki potensial untuk kembali ke tingkat
kefungsian pra-episode penyakitnya, yang tujuan perawatannya adalah
pengaturan masalah kesehatan kronis oleh pasien tersebut dan keluarganya
tanpa terus mendukung oleh unit kerja.
Kategori III : pasien dengan penyakit kronis atau cacat yang
berpotensi untuk kembali ke tingkat kefungsian, dan yang tujuan
perawatannya adalah rehabilitasi ke tingkat maksimum kefungsian melalui
dukungan berkelanjutan unit kerja.
Kategori IV : pasien dengan penyakit kronis atau cacat yang tidak
dapat dirawat di rumah tanpa adanya dukungan terus menerus dari unit
kerja, yang tujuan perawatannya adalah pemeliharaan di rumah pada
tingkat maksimum kefungsian melalui dukungan terus menerus dari unit
kerja.
Kategori V : pasien di akhir tingkat sakit yang tujuan perawatannya
adalah kepastian kenyamanan dan pengabdian selama tahap utama sakit
(Daubert, 1979).

7. PERANCANGAN SISTEM KLASIFIKASI PASIEN


Untuk mengembangkan system klasifikasi pasien yang dapat
memperkirakan beban kerja keperawatan, manajer harus mengimbangi
keuntungan yang saling bersaing dari ketepatan dan hemat waktu. Artinya
semakin rumit dan sangat mendetail system klasifikasi pasien, semakin
banyak waktu di luangkan oleh staf keperawatan didalam
mengkategorikan pasien.
System klasifikasi pasien yang paling efektif adalah yang terutama
disesuaikan kepada situasi klinis dimana system tersebut akan dipakai.
Oleh karena itu, bila waktu dan keahlian ada, manajer perawat yang
bermaksud menerapkan sebuah system klasifikasi pasien sebaiknya
merancang system tersebut dari dasar, memperbolehkan personil unit kerja
untuk memutuskan jenis skema klasifikasi mana yang akan dipakai,
mendasarkan standar perawatan pada telaahan waktu dan gerak,
mengartikan kondisi khas pasien atau elemen perawatan dengan
khususannya, dan pengesahan kriteria klasifikasi sebelum menerapkan
system tersebut.

8. KEABSAHAN DAN KEAMPUHAN ALAT KLASIFIKASI


Bagi sebuah system klasifikasi pasien untuk memperkirakan beban
kerja keperawatan yang dapat dipercaya, para perawat harus mengkaji dan
mengkategorikan pasien dengan tepat.
Validitas adalah derajat sebuah alat pengukur apa yang diakui
unutk ukuran. Perancang system klasifikasi system sebaiknya
mempertimbangkan 3 jenis keabsahan : keabsahan wajah, validitas isi, dan
berdasarkan kriteria.
Validitas muka, yang terlemah diantara 3 validitas, mengacu
kepada derajat tempat alat yang kelihatannya mengukur apa yang diakui
untuk ukuran.
Validitas isi mangacu pada derajat/tingkat tempat pengukur
memberikan sampel factor-faktor tersebut atau elemen yang menunjukan
bidang penuh realitas yang di evaluasi.
Validitas berdasarkan kriteria mengacu pada tingkat/derajat
pengukuran di peroleh melalu pemakaian satu alat yang dapat disamakan
dengan pengukuran lain yang telah dikembangkan sebagai pengkajian
yang akurat dari fenomena yang sedang dihadapi.
Kepercayaan adalah derajat ketetapan dimana alat/sistemmengukur
apapun yang diukur. Dalam hal system klasifikasi pasien, kritikan-
kritikannya berkenan dengan tingkat antar tingkatan (interrater)
keampuhan system klasifikasi.

9. STANDAR KEPERAWATAN
Setelah system klasifikasi pasien dirancang, langkah manajer
perawat selanjutnya adalah menyusun sebuah standar yang menunjukan
rata-rata waktu keperawatan per hari yang di perlukan oleh pasien dalam
masing-masing observasi langsung perawat pada pekerjaannya atau
melalui laporan-sendiri oleh perawat yang mengurus perawatan (metode
yang kurang objektif). Pada saat yang sama supaya jam keperawatan per
pasien per hari di ukur, peneliti sebaiknya mencatat tugas mana yang
terlibat di dalam perawatan professional dan yang mana yang dapat
dilakukan bantuan personil. Informasi yang terakhir dibutuhkan untuk
menyusun campuran optimum pekerja professional dan non professional
untuk masing-masing unit keperawatan.

10. PERHITUNGAN YANG DIBUTUHKAN UNTUK TAMBAHAN


PERSONIL
Setelah pengelola keperawatan memutuskan berapa banyak jam
keperawatan per pasien per hari akan di sediakan pada masing-masing
unit, manajer masing-masing unit sebaiknya menggunakan formula
berikut untuk menghitung jumlah personil yang harus dianggarkan bagi
unit tersebut untuk memastikan jumlah personil yang cukup untuk
bertugas setiap harinya (Amdt dan Huckabay, 1975).
Jam harian perawatan rata-rata hari per
Yang dibutuhkan per X harian sensus X tahun
Pasien per hari pasien
Hari per tahun hari libur yang jam tugas
Diperkirakan per X harian per
Pegawai pegawai
Jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
= jam perawatan yang diberikan oleh masing-
masing pegawai

= jumlah pegawai yang di anggarkan

Apabila tinjauan catatan kehadiran personil menunjukan bahwa perawat memakai rata-rata 6 hari
sakit yang di bayar pertahun, masing-masing keperawatan dapat diperkirakan libur kerja 140 hari
dari 365 hari. Nilai ini kemudian di bagi dalam formula kepegawaian berikut :

5 jam perawatan per pasien X 20 pasien X 365 hari


Perhari pertahun pertahun
365 hari - 140 hari X 8 jam kerja
Pertahun libur per hari

36.000 jam perawatan pertahun 20,2 waktu pemula perawat yang


= 1800 jam perawatan per pegawai = sama dianggarakan untuk unit
pertahun tersebut

situasi yang sama dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda : karena rata-rata masing-
masing perawat berijazah di dalam organisasi tersebut di perkirakan bekerja 224 hari dari 365
hari, diperlukan untuk menganggarkan 1,62 perawat tetap full time yang sama bagi unit tersebut
untuk memastikan posisi masing-masing perawat yang dibutuhkan di isi 7 hari seminggu.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Manajer perawat tidak lagi percaya bahwa “ seorang juru rawat adalah juru rawat itu
sendiri ”, juga tidak percaya bahwa “seorang pasien adalah pasien itu sendiri”. Penelitian
telah mengungkapkan bahwa pasien berbeda sekali dalam kebutuhan mereka akan asuhan
perawatan sebagai akibat perbedaan di dalam diagnose perawat dan medisnya, ketajaman
penyakit, usia dan lingkungan social.
Untuk memberikan asuhan perawatan yang efektif dan aman sambil memelihara sumber
daya unit kerja, manajer perawat sebaiknya mengukur kebutuhan perawatan pasien per
harinya dan memakai informasi tersebut untuk menentukan jumlah dan jenis pegawai yang
harus ditugaskan di dalam konfigurasi tertentu untuk memberikan perawatan yang
dibutuhkan.
Dalam menyesuaikan susunan kepegawaian ia sebaiknya memastikan kelanjutan
hubungan pasien pemberi perawatan yang maksimum, kepuasan kerja maksimum bagi para
pegawai, dan kelanjutan maksimum dari hubungan pegawai dalam kelompok kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Sukmana Dika, Sukmana Widya Rika. 1996. Manajemen Keperawatan Suatu pendekatan
system.

Sudarta Wayan,I .Dkk. 2019.Manajemen Keperawatan Teori &Aplikasi Praktik


Keperawatan.Yogyakarta: Goysen Publising

Suyanto. 2009. Mengenal kepemimpinan dan manajemen keperawatan di rumah sakit.


Yogyakarta: mitra cendekia press

Anda mungkin juga menyukai