Anda di halaman 1dari 37

TUGAS RESUME MANAGEMENT KEPERAWATAN

NAMA : Novie Ismawati


NIM : 1610077

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2020
RESUME PERTEMUAN KE 01 MATERI TEORI, KONSEP DAN PRINSIP
DASAR KEPEMIMPINAN MANAGEMEN KEPERAWATAN

1. Pengertian Managemen Keperawatan


Manajemen Keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
Nursalam (2007)
Manajemen Keperawatan merupakan suatu proses dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk dapat mencapai tujuan.
Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu suatu perencanaan,
pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian. Kelly dan
Heidental (2004)

2. Prinsip Managemen Keperawatan


1. Manajemen keperawatan selayaknya berlandaskan pada suatu perencanaan
karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
2. Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan suatu keputusan.
Berbagai situasi maupun suatu permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan suatu
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat
manajerial.
4. Memenuhi suatu kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir,
yakini dan ingini.
5. Manajemen keperawatan harus bisa terorganisir. Pengorganisasian tersebut
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.

3. Fungsi Managemen Keperawatan


1. Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan
tujuan organisasi sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan
untuk mencapainya, melalui perencanaan yang akan daoat ditetapkan tugas- tugas
staf.
2. Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan manajemen
untuk menghimpun semua sumber data yang dimiliki oleh organisasi dan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakan adalah
proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara
optimal dan melakukan tugas- tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka
miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.
4. Controlling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati
secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.

4. Peran Managemen Keperawatan


a. Peran Interpersonal (Interpersonal Role)
Dalam peran interpersonal terdapat tiga peran pemimpin yang muncul
secara langsung dari otoritas formal yang dimiliki pemimpin dan mencakup
hubungan interpersonal dasar.
b. Peran Informasional (Informational Role)
Dikarenakan kontak interpersonalnya, baik dengan anak buah maupun
dengan jaringan kontaknya yang lain, seorang pemimpin muncul sebagai pusat
syaraf bagi unit organisasinya.
c. Peran Pengambilan Keputusan (Decisional Role)
Informasi yang diperoleh pemimpin bukanlah tujuan akhir, tetapi
merupakan masukan dasar bagi pengambilan keputusan.

5. Filosofi Managemen Keperawatan


1. Mangerjakan hari ini lebih baik daripada besok
2. Manajerial keperawatan merupakan fungsi utama pimpinan keperawatan
3. Meningkatkan mutu kinerja perawat
4. Perawat memerlukan pendidikan berkelanjutan
5. Proses keperawatan menjamin perubahan tingkat kesehatan hingga
mencapai keadaan fungsi optimal
6. Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap
tindakan keperawatan yang diberikan

6. Elemen Menegemen Keperawatan

1. Input
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain sebuah informasi, personel,
peralatan dan fasilitas.
2. Proses
Proses adalah jumlah kelompok manajer atau dari tingkat pengelola keperawatan
tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang
untuk dapat melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
3. Output
Dari proses manajemen keperawatan adalah suatu asuhan keperawatan,
pengembangan staf dan riset.
4. Kontrol
Dalam proses manajemen keperawatan termasuk suatu budget keperawatan,
evaluasi penampilan kerja perawat, standar prosedur, dan akreditasi.
5. Umpan Balik
Proses manajemen keperawatan berupa laporan finansial dan suatu hasil audit
keperawatan.

7. Ruang Lingkup Managemen Keperawatan

1. Manajemen Pelayanan Keperawatan


Pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dikelola oleh bidang perawatan yang
terdiri dari tiga tingkatan manajerial,
2. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dapat dilakukan dengan menggunakan
proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan suatu konsep – konsep
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
atau evaluasi.
RESUME PERTEMUAN KE 03 MATERI PERENCANAAN DAN
STANDAR AKREDITASI

A. Definisi
Perencaan merupakan fungsi organik manajemen yang merupakan dasar atau
titik tolak dan kegiatan pelaksaan kegiatan tertentu dalam usaha mencapai tujuan
organisasi.
Perencanaan tenaga keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
lingkungan (external change), keputusan , organisasi yang dapat berbentuk
pensiun, pemutusan hubungan kerja (PHK), dan kematian. Perencaan ketenagaan
merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan ketelitian dalam
menerapkan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan dalam
mencapai tujuan organisasi

B. Tujuan perencanaan
1. Standar pengawasan
2. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya
3. Mengetahui siapa saja yang terlibat mendapatkan kegiatan yang sistematis
termasuk biaya dan kualitas pekerjaan
4. Meminimalkan kehgiatan yang tidak produktif
5. Menyerasikan dan memadukan beberapa sub kegiatan
6. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui
7. Mengarahkan pada pencapaian tujuan

C. Jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat


1. Berdasarkan luasnya:
a. Strategic; rencana yang berlaku bagi organisasi secara keseluruhan,
menjadi sasaran umum organisasi tersebut, dan berusaha menetapkan
organisasi tersebut kedalam lingkungannya
b. Operasional; rencana yang memerinci detail cara mencapai sasaran
menyeluruh
2. Berdasarkan karangka waktu
a. Jangka panjang
b. Jangka pendek
c. Berdasarkan kehususan
3. Berdasarkan frekuensi
a. Sekali pakai; rencana yang digunakan satu kali saja yang yang secara
kusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan situasi yang unik
b. Terus menerus; rencana yang berkesinambungan yang menjadi
pedoman bagi kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang

D. Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Managemen


1. Keputusan Strategis, adalah keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak
dalam sebuh perusahaan.
2. Keputusan taktis, adalah keputusan yang dibuat oleh manajemen menengah
3. Keputusan operasional, adalah keputusan yang dibuat oleh tingkat
manajemen yang paling bawah

E. Keputusan Dan Jenjang Manajemen


Keputusan:
a. Keputusan Terprogram. Keputusan ini berkaitan dengan kebiasaan, aturan,
dan prosedur. Dalam hal ini kondisi yang dihadapi semuanya dapat
diketahui dengan pasti.
b. Keputusan tidak terprogram. Keputusan tidak terprogram ini adalah keputusan
yang tidak mempunyai suatu aturan yang baku, tergantung pada jenis
masalahnya. Biasanya, masalah yang membutuhkan keputusan tidak
terprogram ini terjadinya tidak dapat diprediksi.
c. Keputusan tidak terstruktur.disebut tidak terstruktur karena tidak diketahui
pemecahannya karena ketidakjelasan masalahnya.
Jenjang :
a. Manajemen Puncak (Top Management) Manajemen puncak adalah jenjang
manajemen tertinggi. Jenjang manajemen tertinggi atau puncak biasanya
terdiri atas dewan direksi dan direktur utama. Dewan direksi mempunyai
tugas memutuskan hal-hal yang sangat penting sifatnya bagi kelangsungan
hidup
perusahaan. Manajemen puncak bertugas menetapkan kebijakan operasional
dan membimbing interaksi organisasi dengan lingkungan.
b. Manajemen Menengah (Middle Management)
c. Manajemen menengah biasanya memimpin suatu divisi atau departemen.
Tugasnya adalah mengembangkan rencana-rencana operasi dan menjalankan
tugas-tugas yang ditetapkan manajemen puncak. Manajemen menengah
bertanggung jawab kepada manajemen puncak.
d. Manajemen Pelaksana (Supervisory Management)
b. Manajemen pelaksana adalah manajemen yang bertugas menjalankan rencana-
rencana yang dibuat manajemen menengah. Selain itu, manajemen pelaksana
juga mengawasi para pekerja dan bertanggung jawab kepada manajemen
menengah.

F. Tahap-Tahap Pengambilan Keputusan


Menurut Herbert A. Simon (Kadarsah, 2002:15-16 ), tahap-tahap yang
harus dilalui dalam proses pengambilan keputusan sebagai berikut :
1. Tahap Pemahaman ( Inteligence Phace )
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup
problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses
dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.
2. Tahap Perancangan ( Design Phace )
Tahap ini merupakan proses pengembangan dan pencarian alternatif
tindakan / solusi yang dapat diambil. Ini merupakan representasi kejadian nyata
yang disederhanakan, sehingga diperlukan proses validasi dan vertifikasi untuk
mengetahui keakuratan model dalam meneliti masalah yang ada.
3. Tahap Pemilihan ( Choice Phace )
Tahap ini dilakukan pemilihan terhadap diantara berbagai alternatif solusi
yang dimunculkan pada tahap perencanaan agar ditentukan / dengan
memperhatikan kriteria – kriteria berdasarkan tujuan yang akan dicapai.
5. Tahap Impelementasi ( Implementation Phace )
Tahap ini dilakukan penerapan terhadap rancangan sistem yang telah
dibuat pada tahap perancanagan serta pelaksanaan alternatif tindakan yang telah
dipilih pada tahap pemilihan.

G. Jenis-Jenis Masalah Dan Pemecahannya


1. Perencanaan strategic
Merupakan kegiatan manajemen tingkat atas, sebagai proses evaluasi
lingkungan luar organisasi, penerapan tujuan organisasi, dan penentuan strategi-
strategi.
1. Pengendalian manajemen
System untuk meyakinkan bahwa organisasi telah menjalankan strategi yg
sudah ditetapkan secara efektif dan efisien. Ini merupakan tingkatan taktik(tactical
Level), yaitu bagaimana manajemen tingkat menengah menjalankan taktik supaya
perencanaan strategi dapat dilakukan dengan berhasil. Taktik yg dijalankan
biasanya bersifat jangka pendek ± 1 thn.
2. Proses pengendalian manajemen
Pembuatan program kerja, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan
pengukuran, pelaporan dan analisis.
3. Pengendalian operasi
Sistem untuk meyakinkan bahwa tiap-tiap tugas tertentu telah dilaksanakan
secara efektif dan efisien. Ini merupakan penerapan program yang telah ditetapkan
di pengendalian manajemen.Pengendalian operasi dilakukan dibawah pedoman
proses pengendalian manajemen dan difokuskan pada tugas2 tingkat bawah.

H. Perencanaan dalam managemen asuhan keperawatan di ruang rawat


dan puskesmas yang sesuai dengan standar akreditasi nasional

1. Merumuskan Misi dan Tujuan


2. Memahami Keadaan Saat Ini
3. Mempertimbangkan Faktor Pendukung dan Penghambat Tercapainya Tujuan
4. Menyusun Rencana Kegiatan untuk Mencapai Tujuan
RESUME PERTEMUAN KE 05 MATERI KONSEP DASAR,TUJUAN DAN
PRINSIP PENGORGANISASIAN

A. Pengertian
Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan untuk mencapai tujuan.
Akibat terjadinya interaksi dengan karakteristik masing-masing serta banyak
kepentingan yang membentuk gaya hidup, pola perilaku, dan etika kerja, yang
semuanya akan mencirikan kondisi suatu organisasi. (Marquis & Huston, 2010).
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan
mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang dicapai.
Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan, tugas yang
akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas,
struktur pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer
bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk
mencapai sasaran organisasi (Robins & Coulter, 2007).

B. Tujuan Pengorganisasian
1. Tujuan dari pengorganisasian adalah sebagai berikut:
2. Mempermudah pelaksanaan tugas.
3. Mempermudah pimpinan melakukan pengendalian.
4. Agar kegiatan-kegiatan para bawahan terarah ke satu tujuan yang telah
ditentukan.
5. Agar dapat menentukan orang-orang yang tepat untuk tugas-tugas yang
ada.

C. Prinsip Pengorganisasian
1. Membagi habis pekerjaan kedalam kegiatan pokok untuk mencapai tujuan
2. Mengolompokkan kegiatan pokok ke dalam satuan kegiatan yang lebih
operasional (elemen kegiatan)
3. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan fasilitas
pendukungnya.
4. Penugasan personel yang cakap.
5. Mendelegasikan wewenang
6. Dalam pembagian tugas harus diperhatikan keseimbangan antara
wewenang dan tanggung jawab. Wewenang yang terlalu besar pada staf
mendorong terjadinya kasus korupsi akibat peluang yang besar tetapi pengawasan
yang kurang.

D. Jenis Struktur Organisasi


1. Spesialisasi Kerja
Spesialisasi pekerjaan (work specialization), atau pembagian kegiatan
dalam organisasi dibagi-bagi menjadi beberapa pekerjaan tersendiri. Hakikat dari
spesialisasi pekerjaan adalah bahwa ketimbang seluruh pekerjaan dilakukan oleh
seorang individu, pekerjaan itu dipecah-pecah menjadi sejumlah tahap, dengan
masing-masing tahap diselesaikan oleh seorang individu tersendiri. Intinya,
individu mengkhususkan diri dalam melakukan bagian dari suatu kegiatan
ketimbang seluruh kegiatan.
2. Departementalisasi
Setelah memecah pekerjaan melalui spelisasi, langkah selanjutnya yaitu
mengelompokkannya bersama sehingga tugas-tugas yang sama dapat
dikoordinasikan dalam satu basis. Dasar pengelompokan bersama pekerjaan ini
disebut Departementalisasi (departementalizational).
3. Rantai Komando
Rantai komando (chain of command) adalah suatu garis wewenang tanpa
putus dari puncak organisasi ke eselom paling bawah dan menjelaskan siapa
bertanggung jawab kepada siapa.
4. Rentang kendali
Rentang kendali adalah berapa banyak bawahan yang dapat diatur oleh
seorang manajer secara efektif dan efisien. Lingkup kendali sangat penting karena
menentukan tingkatan struktur dan berapa orang manajer yang dibutuhkan sebuah
organisasi. Semakin luas lingkupnya, semakin efisien organisasi tersebut.
5. Sentralisasi dan Desentralisasi
Sentralisasi mengacu pada derajat mana pembuatan keputusan
dikonsentrasikan pada satu titik dalam organisasi. Sentralisasi juga berlaku tatkala
manajemen puncak membuat keputusan kunci organisasi dengan sedikit atau
bahkan tanpa masukan dari tingkatan yang lebih rendah. Sebaliknya, desentralisasi
adalah jika level lebih bawah diberi kesempatan untuk memberi masukan bagi
pengambilan keputusan atau bahkan diberi kewenangan untuk membuat
keputusan. (Ivancevich, Konopaske, & Matteson, 2008)
6. Formalisasi
Formalisasi mengacu sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi
dibakukan. Jika sebuah pekerjaan sangat formal, pemangku organisasi pekerjaan
akan memiliki sedikit sekali kebebasan untuk memiliki apa yang harus dikerjakan,
kapan harus dikerjakan, dan bagaimana dikerjakan. Karyawan diharapkan untuk
selalu menangani output yang konsisten dan seragam.
RESUME PERTEMUAN KE 07 MATERI KONSEP DASAR
KETENAGAAN KEPERAWATAN
A. Konsep Dasar

Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses


mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa perubahaan
dalam aspek keperawatan yaitu : penataan pendidikan tinggi keperawatan,
pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan kehidupan keprofesian, dan
penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan. Pelayanan keperawatan
harus dikelola secara profesional, karena itu perlu adanya Manajemen
Keperawatan. Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaiman
konsep dan Aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri. Manajemen
berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka
pencapaian tujuan dalam batas batas yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi (P. Siagian).
Manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan,
pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan
yang ditentukan sebelumnya (LiangLie) Manajemen keperawatan adalah proses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien,
keluarga dan masyarakat. (Gillies,1989). Untuk lebih memahami arti dari
Manajemen Keperawatan maka kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan organisasi keperawatan, bagaimana tugas dan tanggung-jawab
dari masing-masing personil di dalam organisasi yang pada akhirnya akan
membawa kita untuk lebih mengerti bagaimana konsep dasar dari Manajemen
Keperawatan itu sendiri
Ketenagaan adalah pengaturan proses mobilisasi potensi, proses motivasi
dan pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan untuk
tercapainya tujuan individu, organisasi dimana di berkarya.
B. Prinsip Penjadwalan
1.Keseimbangan kebutuhan tenaga dan pekerjaan serta rekreasi.
2.Siklus penjadualan serta jam kerja adil antar staf.
3.Semua karyawan ditugaskan sesuai siklus.
4.Bila jadual sudah dibuat penyimpangan dilakukan dengan surat permohonan.
5.Jumlah tenaga serta komposisi cukup untuk tiap unit dan shift.
6.Jadual harus dapat meningkatkan perawatan yang berkesinambungan dan
pengembangan kerja tim.

C. Jam Dinas
7 jam/shift : 6 hari kerja :42 jam/minggu.
8 jam/shift : 5 hari kerja : 40 jam/minggu

D. Perhitungan Tenaga Keperawatan


Peraturan Menkes RI No. 262/Menkes/Per/VII/1979 Tentang perbandingan
tempat tidur dengan jumlah perawat : RS tipe A B perbandingan minimal. 3 4
perawat : 2 tempat tidur

E. Perencanaan Ketenagaan
Proses estimasi terhadap jumlah sumber daya keperawatan berdasarkan
tempat, ketrampilan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan
keperawatan dan Meramalkan atau memperkirakan siapa mengerjakan apa,
dengan keahlian apa, kapan dibutuhkan dan berapa jumlahnya serta Dilakukan
dengan Analisis Kebutuhan Nakep.
Tujuan : Analisis situasi tenaga keperawatan yaitu Untuk mengetahui
jumlah tenaga perawat yang sesuai dengan kebutuhan (memadai), perlu dilakualn
analisis kebutuhan jumlah tenaga perawat. Ada dua langkah dalam kegiatan ini
yaitu: Pertama, melakukan analisis situasi tenaga perawat untuk mengetahui
deskripsi jenis kegiatan, deskripsi beban kerja, deskripsi pola beban kerja dan
deskripsi produktivitas kerja tenaga perawat. Secara garis besar metode yang dapat
digunakan dalam kegiatan ini dibagi menjadi dua, yaitu: Work Sampling dan Time
Study, dimana work sampling lebih mudah dan praktis dilakukan, terutama bila
yang ingin diketahui beban kerja dan jenis penggunaan waktu saja, tanpa
memperhatikan kualitas kerjanya.

F. Kelebihan dan Kelemahan


Kelebihan :
1. Model praktek profesional
2. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri kepuasan perawat
4. Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya

Kelemahan : .
1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada
waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu )
2. Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur 3.
Metode Primer Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat,
ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien
dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
RESUME PERTEMUAN KE 09 MATERI MENYUSUN UPAYA
PENGENDALIAN MUTU

A. Konsep dasar dan tujuan pengendalian

Pengendalian mutu pelayanan sebagai hasil interaksi seluruh komponen di


RS : struktur, proses, hasil Mutu : abstrak dan subyektif, persepsi tergantung
sistem nilai, latar belakang sosial, budaya masayarakat atau individu Bagi klien,
mutu yg baik : kesembuhan penyakit, kecepatan pelayanan, tarif yg wajar dan
keramahan Bagi pimpinan RS, mutu yg baik : efisiensi biaya operasional, biaya
investasi, dan sumber daya lain
Peran kepemimpinan dalam pengendalian mutu :
1. Dapat melibatkan aktif pada staf keperawatan dalam proses pengendalian
mutu
2. Mengkomunikasikan secara jelas standar yang diharapkan
3. Mengupayakan untuk dapat menyusun standar yang tinggi untuk
memaksimalkan mutu
4. Mendukung peningkatan mutu sebagai proses yang terus menerus
5. Menggunakan pengendalian sebagai metoda menentukan bagaimana tujuan
akan dicapai

Peran Kepemimpinan dan Fungsi Manajemen dalam Pengendalian


1. Bertanggung jawab untuk memantau mutu
2. Menjadi role model standar yang tinggi dalam asuhan keperawatan
3. Sebagai visioner, melihat dan menentukan apa yang harus dilakukan
4. Mampu mengantisipasi dan mengelola resiko

Efektifitas program pengendalian


1. Dukungan dari administratur tingkat puncak (sumber dana dan SDM)
2. Komitmen pelayanan sebagai keunggulan
3. Konsisten
Teknik Kontroling :
1. Ronde keperawatan

Rencana :

1. Menetapkan perawat yang akan melaksanan ronde


2. Waktu jam 10.00 s.dn 11.00 kecuali bila diperlukan
3. Jadwal kunjungan
4. Perawat dan Ka. Bangsal menyambut kedatangan
5. Diutamakan kebutuhan asuhan pasien
6. Area yang dikontrol
RESUME PERTEMUAN KE 11 MATERI KONSEP DASAR DAN TUJUAN
PENGENDALIAN

A. Pengertian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan.
Fayol (1998) mendefinisikan pengontrolan adalah “Pemeriksaan apakah segala
sesuatu yang terjadi sesuai dengan rencana yang telahdisepakati, instruksi yang
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan”.
Tujuan pengontrolan adalah untuk mengidentifikasi kekurangan
dankesalahan agar dapat dilakukan perbaikan. Pengontrolan penting
dilakukanuntuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat
segeradirespons dengan cepatdengan cara duduk bersama.
Menurut Mockler ( 1984 ), pengendalian dalam manajemen adalahusaha
sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja agar sesuai dengantujuan
perencanaan, untuk mendesain sistem umpan balik informasi,
untukmembandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar yang
telahditetapkan, untuk menetapkan apakah ada deviasi dan untuk
mengukursignifikansinya, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk
memastikan bahwa sumber daya digunakan dengan cara yang efektif dan efisien
mungkinuntuk mencapai tujuan.
Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas
yangdilakukan adalah sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan
berfungsiuntuk menjamin mutu serta evaluasi kinerja.

B. Tujuan Pengendalian
1. Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh
stafdalam kurun waktu tertentu,
2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf
yangmelaksanakan tugas
3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi
sudahdigunakan dengan tepat dan efisien
4. Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan
5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan (reward)
C. Prinsip Pengendalian
Proses pengendalian yang dilakukan seorang manajer dikatakan berhasil
bila mengandung beberapa karakteristik seperti di bawah ini:
1 Menggambarkan kegiatan sebenarnya
2 Melaporkan kesalahan dengan tepat
3 Berpandangan ke depan
4 Menunjukkan kesalahan pada hal-hal yang kritis dan penting
5 Bersifat obyektif
6 Bersifat fleksibel
7 Menggambarkan pola kegiatan organisasi
8 Bersifat ekonomis
9 Bersifat mudah dimengerti
10 Menunjukkan kegiatan perbaikan

D. Indikator Pengendalian Mutu Askep


1. Keselamatan pasien (patien safety)
Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien aman dari kejadian
jatuh,ulkus dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera akibat restrain.
2. Keterbatasan perawatan diri.
Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia
yangharus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari
tidakterpenuhinya kebutuhan tersebut, misal penyakit kulit, rasa tidak
nyaman,infeksi saluran kemih, dll. Pelayanan keperawatan bermutu jika
pasienterpelihara perawatan dirinya dan bebas dari penyakit yang disebabkan
olehhigiene yang buruk.
3. Kepuasan pasien
Salah satu indikator penting lainnya dari pelayanan keperawatan yang
bermutuadalah kepuasan pasien. Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan
pasien/keluargaterhadap pelayanan keperawatan yang diharapkan.
4. Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau perasaan tidak nyaman
yangterjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman.
Kecemasanyang masih ada setelah intervensi keperawatan, dapat menjadi
indikator klinik.
5. Kenyamanan
Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri
terkontrol.Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien merasa nyaman dan
bebasdari rasa nyeri dan menyakitkanf.
6. Pengetahuan
Indikator mutu lain adalah pengetahuan dimana salah satunya
diimplementasikan dalam program discharge planning. Discharge planing adalah
suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan keputusan dalam halmemenuhi
kebutuhan pasien dari suatu tempat perawatan ke tempat lainnya. Dalam
perencanaan kepulangan, pasien dapat dipindahkan kerumahnya sendiriatau
keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home atau tempat tempat laindiluar rumah
sakit
RESUME PERTEMUAN KE 13 MATERI PENYELESAIAN KONFLIK
DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANGAN

A. Pengertian

Manajemen adalah suatu proses rangkaian kegiatan yang sistematis dan


terencana (Asmuji, 2014). Organisasi merupakan tempat manusia berinteraksi
yang mempunyai kemungkinan terjadinya suatu konflik. Konflik ini bisa
berhubungan dengan perasaan termasuk perasaan diabaikan, tidak dihargai, atau
beban berlebihan, dan perasaan individu yan menimbulkan suatu titik kemarahan.
Konflik dapat diartikan sebagai suatu bentuk perselisihan antara “sikap
bermusuhan” atau kelompok penentang ide-ide (Gillies, 1994 dalam Asmuji,
2014). Dahulu konflik dianggap sebagai sesuatu yang berbau negatif sehingga
cara mengelolanya pun bermula dan yang sederhana, seperti memebiarkannya saja
sampai bersifat ekstreem, yaitu berusaha menghilangkan sampai ke “akar-
akarnya” (Gillies, 1994). Sesuai dengan latar belakang dalam jurnal menyatakan
bahwa konflik telah mendapat perhatian besar dari para peneliti di beberapa
dekade karena menjadi ancaman global untuk setiap organisasi (Ibrahim, 2014).

Lingkup konflik dalam keperawatan dapat terjadi di dalam diri perawat


sendiri, diantara perawat dengan perawat, perawat dengan tenaga kesehatan lain,
perawat dengan klien atau keluarga, perawat dengan organisasi keperawatan, serta
organisasi perawat dengan organisasi kesehatan lainnya. Beberapa konflik
berfokus pada hubungan kerja yang dilakukan, konflik antara tugas yang saling
berhubungan, serta hubungan personal dan sosial (Hariyati, 2014).

Namun saat ini konflik mampu memperkuat suatu organisasi dengan


mendamaikan pendapat yang berbeda dan menyelesaikannya secara damai.
Konflik dapat dijadikan sebagai pemersatu kelompok untuk menghindari pecah
belah kelompok yang sudah dibangun dengan baik. Konflik adalah suatu hal yang
pasti terjadi dalam suatu kelompok. Konflik yang terjadi diantara sesama perawat
dapat melanggar kode etik keperawatan. Dimana salah satu kode etik keperawatan
Indonesia yakni mengatur hubungan antar perawat agar senantiasa memelihara
hubungan baik dengan sesama perawat maupun tenaga kesehatan lainnya, dan
dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai
tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan (Utami, 2010). Sebagai contoh jika
suatu waktu teman dinas anda tidak masuk kerja dan tidak memberitahu anda.
Anda dibiarkan bekerja sendiri tanpa ada informasi sedikitpun tentang kehadiran
teman anda. Tentunya hal seperti ini akan menimbulkan konflik antar perawat.
Oleh kerena itu diperlukan seorang pemimpin yang mampu menyelesaikan konflik
dengan baik. Seorang manajer keperawatan harus memiliki kemampuan dan
strategi dalam menyelesaikan konflik.

B. Tipe Konflik

Konflik timbul didalam diantara dan antara orang- orang adanya perbedaan
adanya pada kenyataan definisi, pandangan, otoritas, tujuan, nilai, dan kendali
konflik dalam organisasi secra strukturan dapat dikategorikan sebagai konflik
vertika atau horizontal. Konflik vertical meliputi perbedaan antara pemimpin dan
anak buah. Hal inin sering diakibatkan oleh komunikasi dan kurang penyebaran
persepsi dan perilaku yang tepat untuk peran diri sendiri atau orang lain. Konflik
horizontal adalh garis konflik antara staff dan ada hubungan dengan praktik
keahlian otoritas, dan sebagainya. Sering berupa perselisihan antar departemen:

1. Konflik di dalam pengirim


Pengirim sama pesan saling berlawaan. Contoh pemimpin yang sama menutut
pelayanan yang tinggi, menolak memecat anggota staff tidak kompeten dan
menolak pengontrak staff tambahan
2. Antar pengirim
Pesan – pesan yang berlawan dari dua atau lebih pengirim. Contoh pimpinan
tertinggi dari keperawatan menekankan kebutuhan untuk memakai
keperawatan menekankan kebutuhan untuk memakai keperawatan primer
sebagai model pelayanan keperawatan; anak buah yakin bahwa mereka dapat
mencapai layanan keperawatan yang individual dan bermutu dengan
menggunakan metode keperawatan tim
3. Antar pesan
Orang yang sama ternasuk didalam kelompok- kelompok yang berkonflik.
Contoh Direktur keperawatan adalah seorang anggota kelompok konsumen
masyarakat yang sedang berusaha untuk mengkonsilidasi pelatyanan obsteri
dan pediatric didaerahnya, dengan menempatkan semau ahli pediatric terbagi
diantara dua rumah sakit lainya. Perawat yang sama juga merupakan pegawai
di salah satu rumah sakit yang ingin tetap mempertahankan kedua pelayanan
tersebut dirumah sakitnya.
4. Peran pribadi
Orang yang sama nilai- nilainya berlawanan (ketidak sesuaian kognitif).
Contoh perawat percaya bahwa pasien di klinik harus menerima perhatian
individual dari seseorang perawat yang mengikuti perkembangannya pada
setiap kunjungan. Syarat – syarat dari kedudukannya dan system pelayanan
yang ada membuat tujuan ini jarang bisa tercapai, jika tidak boleh dibilang
bahwa tidak mungkin tercapai.
5. Antar pribadi
Dua atau lebih orang bertindak sebagai pendukung kelompok- kelompok yang
berbeda. Contoh direktur keperawatan bersaing dengan direktur lain untuk
sebuah posisi baru.
6. Didalam kelompok
Nilai- nilai baru dari luar dimasukkan pada kelompok yang ada. Contoh
pendidikan yang berkelajutan diwajibkan oleh pemerintah untuk setiap
perpanjangan ijin kn keperawatan. Lembaga pelayanan kesehatan desa tidak
mempunyai dana untuk pengirim perawat untuk mengikuti program
pendidikan berkelanjutan, dan staff perawat, yang dibayar murah tetapi puas,
tidak dapat membianyayi sendiri pendidikan lanjutan mereka.
7. Antar kelompok
Dua atau lebih kelompok dengan tujuan yang berlawanan. Contoh departemen
keperawatan menuntut bahwa para perawata diruang operasi dan pemulihan
secara organisional berada dibawah keperwatan. Departemen bedah, yang
terdiri dari dari para dokter, menyakini bahwa mereka harus mengendalikan
perawat- perawat di area ini.
8. Peran mendua
Seseorang tidak menyadari harapan olrang lain terhadap sebuah peran
tertentunya. Contoh seorang pengawas perawat yang baru tidak mempunyai
gambaran tentang posisinya dan tidak mempunyai pengalaman sebelumnnya
sebagai pengawas.
9. Beban peran yang terlalu
Seseorang tidak dapat memenuhi harapan orang lain untuk perannya. Contoh
seorang sarjana muda baru diharapkan oleh direktur keperawatan untuk
bertanggung jawab terhadap 40 tempat tidur di unit penyakit kronis dan akut
pada dinas malam.

C. Penyebab Konflik

Banyak faktor yang bertanggungjawab terhadap terjadinya konflik terutama


dalam suatu organisasi. Faktor-faktor tersebut dapat berupa perilaku yang
menentang, stres, kondisi ruangan, kewenangan dokter-perawat, keyakinan,
eksklusifisme, kekaburan tugas, kekurangan sumber daya, proses perubahan,
imbalan, dan masalah komunikasi.

1. Perilaku menentang, sebagai bentuk dari ancaman terhadap suatu dialog


rasional, dapat menimbulkan gangguan protocol penerimaan untuk interaksi
dengan orang lain. Perilaku ini dapat berupa verbal dan non verbal.
2. Stres, juga dapat mengkobatkan terjadinya konflik dalam suatu organisasi.
Stres yang timbul ini dapat disebabkan oleh banyaknya stressor yang muncul
dalam lingkungan kerja seseorang. Contoh stressor antara lain terlalu banyak
atau terlalu sedikit beban yang menjadi tanggung jawab seseorang jika
dibandingkan dengan orang lain yang ada dalam organisasi, misalnya di
bangsal keperawatan.
3. Kondisi ruangan yang terlalu sempit atau tidak kondusif untuk melakukan
kegiatan-kegiatan rutin dapat memicu terjadinya konflik. Hal yang
memperburuk keadaan dalam ruangan dapat berupa hubungan yang monoton
atau konstan diantara individu yang terlibat didalamnya, terlalu banyaknya
pengunjung pasien dalam suatu ruangan atau bangsal, dan bahkan dapat berupa
aktivitas profesi selain keperawatan, seperti dokter juga mampu memperparah
kondisi ruangan yang mengakibatkan terjadinya konflik.
4. Kewenangan dokter-perawat yang berlebihan dan tidak saling mengindahkan
usulan-usulan diantara mereka, juga dapat mengakibatkan munculnya konflik.
Dokter yang tidak mau menerima umpan balik dari perawat, atau perawat yang
merasa tidak acuh dengan saran-saan dari dokter untuk kesembuhan klien yang
dirawatnya, dapat memperkeruh suasana. Kondisi ini akan semakin “runyam”
jika diantara pihak yang terlibat dalam pengelolaan klien merasa direndahkan
harga dirinya akibat sesuatu hal. Misalnya kata-kata ketus dokter terhadap
perawat atau nada tinggi dari perawat sebagai bentuk ketidak puasan tehadap
penanganan yang dilakukan profesi lain.
5. Perbedaaan nilai atau keyakinan antara satu orang dengan orang lain. Perawat
begitu percaya dengan persepsinya tentang pendapat kliennya sehingga
menjadi tidak yakin dengan pendapat yang diusulkan oleh profesi atau tim
kesehatan lain. Keadaan ini akan semakin menjadi kompleks jika perbedaan
keyakinan, nilai dan persepsi telah melibatkan pihak diluar tim kesehatan yaitu
keluarga pasien. Jika ini telah terjadi, konflik yang muncul pun semakin tidak
sederhana karena telah mengikutsertakan banyak variable di dalamnya.
6. Eksklusifisme, adanya pemikiran bahwa kelompok tertentu memiliki
kemampuan yang lebih dibandingkan dengan kelompok lain. Hal ini tidak
jarang mengakibatkan terjadinya konflik antar-kelompok dalam suatu tatanan
organisasi. Hal ini bisa terjadi manakala sebuah kelompok didalam tatanan
organisasi (seperti bangsal keperawatan) diberikan tanggung jawab oleh
manager untuk suatu tugas tertentu atau area pelayanan tertentu, lantas
memisahkan diri dari sistem atau kelompok lain yang ada dibangsal tersebut
karena merasa bahwa kelompoknya lebih mampu dibandingakan dengan
kelompo lain.
7. Peran ganda yang disandang seseorang (perawat) dalam bangsal keperawatan
seringkali mengakibatkan konflik seorang perawatan yang berperan lebih dari
satu peran pada waktu yang hamper bersamaan, masih merupakan fenomena
yang jamak ditemukan dalam tatanan pelayanan kesehatan baik di rumah sakit
maupun di komunitas. Contoh peran ganda, antara lain satu sisi perawat
sebagai pemberi pelayanan keperawatan kepada klien, namun pada saat yang
bersamaan yang harus juga berperan sebagai pembimbing mahasiswa atau
bahkan sebagai manager dibangsal yang bersangkutan. Dalam kondisi ini
sering terjadi kebingunan untuk menentukan mana yang harus dikerjaka
terlebih dahulu oleh perawat tersebut dan kegiatan mana yang dapat dilakukan
kemudian. Akibatnya, sering terjadi kegagalan melakukan tanggung jawab dan
tanggung gugat untuk suatu tugas pada individu atay kelompok.
8. Kekurangan sumber daya insani, dalam tatanan organisasi dapat dianggap
sumber absolute terjadinya konflik. Sedikinya sumber daya insani atau
manusia, sering memicu terjadinya persaingan yang tidak sehat dalam suatu
tatanan organisasi. Contoh konflik yang dapat terjadi, yaitu persaingan untuk
memperoleh uang melalui pemikiran bahwa segala sesuatu pasti di hubungkan
dengan uang, persaingan memperebutkan menangani klien, dan tidak jarang
juga terjadi persaingan dalam memperebutkan jabatan atau kedudukan.
9. Perubahan dianggap sebagai proses ilmiah. Tetapi kadang perubahan justru
akan mengakibatkan munculnya berbagai macam konflik. Perubahan yang
dilakukan terlalu tergesa-gesa atau cepat, atau perubahan yang dilakukan
terlalu lambat, dapat memunculkan konflik. Individu yang tidak siap dengan
perubahan, memandang perubahan sebagai suatu ancaman. Begitu juga
individu yang selalu menginginkan perubaan akan menjadi tidak nyaman bila
tidak terjadi perubahan, atau perubahan dilakukan terlalu dalam tatanan
organisasinya.
10. Imbalan, beberapa ahli berpendapat bahwa imbalan kadang tidak cukup
berpengaruh dengan motovasi seseorang. Namun, jika imbalan dikaitkan
dengan pembagian yang tidak merata anatar satu orang dan orang lain sering
menyebabkan munculnya konflik. Terlebih lagi bila individu yang
bersangkutan tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk
menentukan besar- kecilnya imbalan atau sering disebut dengan sistem
imbalan. Pemberian imbalan yang tidak didasarkan atas pertimbangan
professional sering menimbulkan masalah yang pada gilirannya dapat
memunculkan suatu konflik.
11. Komunikasi dapat memunculkan suatu konflik jika penyampaian informasi
yang tidak seimbang, hanya orang-orang tertentu yang diajak biacar oleh
manager, penggunaan bahasa yang tidak efektif, dan juga penggunaan media
yang tidak tepat sering kali berujung dengan terjadinya konflik ditatanan
organisasi yang bersangkutan.
D. Strategi Management Konflik

Beberapa strategi dalam pemecahan konflik, yakni :

1. Menghindar; Menghindar adalah strategi yang dilakukan kedua belah pihak


yang sedang berkonflik dengan menghindar atau tidak menyelesaikan konflik
dalam waktu yg mendesak. Teknik ini tidak dilakukan dalam situasi gawat.
2. Kompetisi; Dalam situasi ini, pihak yang berkonflik akan mempertahankan
argumen masing-masing. Teknik ini bisa bermakna positif dan negatif.
Ketidaksamaan ide, argumen, dan keyakinan dalam jangka waktu yang lama
akan merugikan organisasi. Untuk itu manajer yang harus berperan sebagai
kolaborator dan mediator.
3. Akomodasi; Teknik akomodasi sering dilaksankan jika salah satu pihak
berusaha memuaskan atau menenangkan pihak lain yang terlibat konflik.
Akomodasi dilakukan jika salah satu pihak menyadari bahwa pandangannya
salah, sedangkan individu masih ingin mendapatkan posisi untuk dihargai dan
didengar.
4. Kompromi; Kompromi dilakukan dengan mengambil jalan tengah yang diikuti
kesepakatan antara kedua belah pihak. Penanganan ini disebut juga dengan
win- win solution.
5. Kerja sama; Kerja sama pemecahan konflik dilakukan oleh kedua belah pihak.
Hal ini dilakukan untuk mencari permaslahan secara bersama-sama dan
terintegrasi
6. Negosiasi atau Perundingan: Negosiasi adalah proses penyepakatan hal-hal
lain unuk memecahkan suatu konflik. Jika negosiasi belum mencapai
kesepakatan maka dibutuhkan pihak ketiga yang bersifat netral, yang disebut
sebagai mediator.
RESUME PERTEMUAN KE 16 MATERI PERENCANAAN
MANAGEMENT KEPERAWATAN

A. Pengertian
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan
dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan (Siagian, 2007). Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi
pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2005).

B. Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan Perumusan Visi, Misi,


Filosofi, dan Tujuan
1. Perumusan Visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan dasar untuk
membuat suatu perencanaan sehingga harus disusun secara singkat, jelas,
dan mendasar, serta harus ada batasan waktu pencapaiannya. Visi
merupakan pernyataan yang berisi tentang mengapa organisasi pelayanan
keperawatan dibentuk. Contoh visi ruang perawatan “Menjadi Ruang Anak
yang Mampu Menyelenggarakan Pelayanan Keperawatan Secara
Profesional Tahun 2015”.
2. Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan operasional guna
mencapai visi yang telah ditetapkan.Contoh misi ruang perawatan:
Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
3. Perumusan Filosofi
Filosofi adalah nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut administrasi
keperawatan dan praktik keperawatan dalam suatu organisasi (Swansburg,
1993). Contoh filosofi ruang perawatan: Pasien adalah manusia sebagai
individu yang unik bermartabat
4. Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan memberikan arah
bagi organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, bagaimana
cara mencapainya, dan bagaimana cara menilainya. Perumusan tujuan
dalam organisasi pelayanan keperawatan merupakan hal yang mutlak
untuk dilakukan. Untuk merumuskan suatu tujuan organisasi pelayanan
keperawatan yang baik, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan.

C. Jenis Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan


Kegiatan perencanaan dalam manajemen keperawatan adalah membuat
perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Perencanaan
jangka pendek atau disebut juga “perencanaan operasional” adalah perencanaan
yang dibuat untuk kegiatan satu jam sampai dengan satu tahun; perencanaan
jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima
tahun (Marquis & Huston, 1998); sedangkan perencanaan jangka panjang atau
sering disebut “perencanaan strategis” adalah perencanaan yang dibuat untuk
kegiatan tiga sampai dengan 20 tahun (Swansburg, 1993).
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk jangka
pendek. Menurut Keliat, dkk (2006), rencana jangka pendek yang dapat diterapkan
di ruang perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan, dan rencana tahunan.
1. Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing
perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat
oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer, dan perawat pelaksana.
2. Rencana Bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan.
Rencana bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana
bulanan dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/perawat primer.
3. Rencana Tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali. Rencana
tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya.
Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruang.
D. Analisis Lingkungan SWOT
STRENGTH :
1. Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki visi & misi yang jelas
2. Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki SOP yang jelas
3. Rumah sakit mengadakan pelatihan seminar medikal bedah untuk tenaga
kesehatan
4. Kapasitas TT di ruang rawat bedah laki-laki adalah 34 buah
5. Bed Occupied Rate (BOR) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 85 % (34 x
85 % = 29 TT yang terpakai). Hal ini dikarenakan sesuai standar idealnya
BOR
adalah 60-85%.
6. Perawat bersertifikasi bedah 3 orang dari 15 orang (20 %)
7. Jumlah perawat yang berusia 31-40 tahun adalah 6 orang (37,5 %) dan
berpengalaman.
8. Terdapat 5 kamar untuk kelas tiga, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4
TT non AC
9. Terdapat 2 kamar untuk kelas dua, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4
TT AC
10. Terdapat 2 kamar untuk kelas satu, dengan masing-masing kamar terdiri dari 2
TT AC
11. Terdapat 2 kamar isolasi, dengan masing-masing kamar terdiri dari 1 TT
12. Kondisi bangunan ruangan kokoh
13. Peralatan yang ada di ruangan bedah lengkap

WEAKNESS:
1. Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan
eksternal sebesar 75%.
2. Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh
keluarga pasien.
3. Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang
tidak ramah.
4. Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari,
dengan ALOS adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS
yakni 6-9 hari.
5. Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/
jumlah klien.
6. Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
7. Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
8. Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan
internal sebesar 68%.
9. Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf
lainnya tidak mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
10. Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura
kecil yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
11. Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
12. Perawat banyak mengeluhkan sulit untuk mendapat fasilitas untuk
melanjutkan pendidikannya.
13. Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan
D3 dan masih ada yang SPK.
14. Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal
mereka bekerja di ruang rawat bedah.
15. Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan
keperawatan bedah.
16. Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan
proporsi
17. Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan
34 TT seharusnya tersedia 34 perawat.

OPPORTUNITY:

1. Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
2. Adanya PPNI komisariat RS yang menaungi profesi keperawatan
3. Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan
pendidikan S1 Keperawatan dan masih tetap bekerja
4. Usia 20-25 tahun : 4 orang (25 %)
5. Usia 26-30 tahun : 6 orang (37,5 %)
6. Hal ini dikarenakan ada peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.

THREAT:
1. RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
2. Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
3. Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas
yang merawat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru
belum dilaksanakan sesuai pedoman).
4. Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
5. Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat.
6. Di sekitar rumah sakit terdapat rumah sakit swasta lainnya yang memiliki
fasilitas lengkap.
7. Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat
kurang memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak
mendapatkan informasi yang jelas.
8. Banyak keluarga klien yang mengatakan kepada kepala ruang rawat bahwa
perawat kurang ramah dan jarang tersenyum.
RESUME PERTEMUAN KE 17 MATERI APLIKASI PENERAPAN
MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN

A. Pengertian
Model praktek keperawatan profesianal (MPKP) adalah salah satumetode
pelayanan keperawatan yang merupakan suatu system, struktur,proses dan nilai-
nilai yang memungkinkan perawat profesional mengaturpemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopangpemberian asuhan tersebut.
MPKP telah dilaksanakan dibeberapa negara,termasuk rumah sakit di Indonesia
sebagai suatu upaya manajemen rumahsakit untuk meningkatkan asuhan
keperawatan melalui beberapa kegiatanyang menunjang kegiatan keperawatan
profesional yang sistematik.Penerapan MPKP menjadi salah satu daya ungkit
pelayanan yangberkualitas. Metode ini sangat menekankan kualitas kinerja
tenagakeperawatan yang berfokus pada profesionalisme keperawatan antara
lainmelalui penerapan standar asuhan keperawatan.
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan,dan sistem MAKP.
Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilaiyang diyakini dan akan
menentukan kualitas produksi/jasa layanankeperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagaisesuatu pengambilan keputusan yang
independen, maka tujuanpelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi
kepuasan pasientidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2014).
Beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan sistem MAKP adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yangmerupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatanyang mendefinisikan empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan,dan sistem MAKP untuk mengatur pemberian asuhan
keperawatan.
B. Tujuan
Menurut Nursalam (2014), karakteristik ronde keperawatan sebagai berikut :
1.Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
2.Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3.Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4.Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5.Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap anggota tim keperawatan.

C. Kualitas Pelayanan Kesehatan


Menurut Nursalam (2014), Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan selalu berbicara mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk :
1. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen.
2. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi.
3. Mempertahankan eksistensi institusi.
4. Meningkatkan kepuasan kerja.
5. Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan.
6. Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar.

D. Model Praktik Keperawatan


Menurut Nursalam (2014), ada beberapa model praktik keperawatan yaitu :
1. Praktik keperawatan rumah sakit.
2. Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan
kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik keperawatan
rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik keperawatan
profesional, seperti proses dan prosedur registrasi, dan legislasi keperawatan.
3. Praktik keperawatan rumah.
4. Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan
pelayanan/asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah sakit.
Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit, atau melalui
pengikutsertaan perawat profesional yang melakukan praktik keperawatan
berkelompok.
5. Praktik keperawatan berkelompok.
6. Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan selama 24
jam kepada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan dengan pola yang
diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik keperawatan rumah sakit dan
rumah. Bentuk praktik keperawatan ini dapat mengatasi berbagai bentuk masalah
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat dan dipandang perlu di masa depan.
Lama rawat pasien di rumah sakit perlu dipersingkat karena biaya perawatan di
rumah sakit diperkirakan akan terus meningkat.
7. Praktik keperawatan individual.
8. Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang diuraikan untuk
praktik keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior dan berpengalaman
secara sendiri/perorangan membuka praktik keperawatan dalam jam praktik
tertentu untuk memberi asuhan keperawatan, khususnya konsultasi dalam
keperawatan bagi masyarakat yang memerlukan. Bentuk praktik keperawatan ini
sangat diperlukan oleh kelompok/golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil
dari fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah.

E. Dasar Penetapan MPKP


Menurut Nursalam (2014), dasar pertimbangan model metode asuhan
keperawatan dapat meliputi :
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi.
2. Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus
didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
3. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
4. Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan
asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan
sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
5. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya.
6. Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan
efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu
model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil
yang sempurna.
7. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat.
8. Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien
terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang
baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan
pelanggan.
9. Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan
kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustrasi dalam
pelaksanaannya.
10. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan
keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal
yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
RESUME PERTEMUAN KE 18 MATERI MANAGEMEN RUMAH SAKIT

KAPAL/LAPANGAN

1. MAN
Man/Women merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi. Dalam manajemen factor manusia adalah yang paling menetukan.
Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan prosesuntuk
mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya
manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya
orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan

2. METHODE
Adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan
maneje. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan
kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan
kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu serta uang
dan kegiatan usaha. Perlu diingat, meskipun metode baik, sedangkan orang yang
melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman, maka
hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam
manajemen tetap manusianya

3. MONEY
Uang merupakan salah satu unsure yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar menukar yang memiliki nilai guna tinggi. Besar kecilnya
hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. oleh
karena itu uang merupakan alat yang penting untuk mencapai tujuan karena segala
sesuatu harus diperhintungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan
berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat
yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu
organisasi
4. MATERIAL
Material terdiri dari bahan setengah jadi dan bahan jadi. Dalam dunia
usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik selain manusia tang ahli dalam
bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu
sarana. Sebab, materi dan manusia tidak dapat dipisahkan. Tanpa materi tidak
akan tercapai hasil yang dikehendaki

5. MARKETING
Pasar adalah tempat dimana organisasi menyebar luaskan produknya.
Memasarkan produk sudah tentu sangat penting, sebab bila barang uang
diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, Proses
kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti
menyebarkan hasil produksi merupakan factor penentu dalam perusahaan. Agar
pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera
konsumen dan daya beli konsumen.

Anda mungkin juga menyukai