Disusun Oleh :
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 2030077
Hari/tanggal :
NIP. 03025
1.1 Konsep Kista Ovarium
1.1.1 Pengertian Kista Ovarium
Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi cairan, yang
tumbuh di indung telur. Cairan ini bias berupa air ,darah, nanah, atau cairan coklat
kental seperti darah menstruasi. Kista banyak terjadi pada wanita usia subur atau usia
reproduksi (Dewi, 2010). Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang
berbentuk seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini
bisa berisi zat gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah
kapsul (Andang, 2013). Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat
kanker yang berisi material cairan atau setengah cair (Nugroho, 2014).
1.1.2 Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus,
hipofisis, dan ovarium (Setyorini, 2014). Salah satu pemicu kista ovarium adalah faktor
hormonal. Penyebab terjadinya kista ovarium ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang
saling berhubungan. Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kista ovarium
adalah sebagai berikut:
a) Faktor Umur:
Kista sering tejadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi, keganasan kista
ovarium bisa terjadi pada usia sebelum menarche dan usia di atas 45 tahun
(Manuaba, 2009). Menurut penelitian Azhar (2014), kista ovarium di Peshawar,
Pakistan, penderita kista ovarium paling banyak terjadi pada wanita umur 21- 30
tahun (46,0 %)
b) Faktor Genetik:
Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukkan apakah seseorang
wanita memiliki risiko terkena kista ovarium. Resiko wanita terkena kista ovarium
adalah sebesar 1,6%. Apabila wanita tersebut memiliki seorang anggota keluarga
yang mengindap kista, risikonya akan meningkat menjadi 4% sampai 5%. Dalam
tubuh kista ada terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker yaitu
protoonkogen. Karena faktor pemicu seperti pola hidup yang kurang sehat,
protoonkogen bisa berubah menjadi onkogen yaitu gen yang dapat memicu
timbulnya sel kanker.
c) Faktor Reproduksi:
Kista ovarium sering terjadi pada wanita dimasa reproduksi, menstruasi di usia
dini (menarche dini) yaitu usia 11 tahun atau lebih muda (< 12 tahun) merupakan
faktor risiko berkembangnya kista ovarium, karena faktor asupan gizi yang jauh
lebih baik, rata-rata anak perempuan mulai memperoleh haid pada usia 10-11
tahun. Siklus haid yang tidak teratur juga merupakan faktor risiko terjadinya kista
ovarium (Manuaba, 2010). Pada wanita usia subur dan sudah menikah serta
memiliki anak, biasanya mereka menggunakan alat kontrasepsi hormonal
merupakan faktor resiko kista ovarium, yaitu pada wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi hormonal implant, akan tetapi pada wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi hormonal berupa pil cenderung mengurangi resiko untuk terkena kista
ovarium.
d) Faktor Hormonal:
Kista ovarium dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan
progesteron, misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi
dan obat pelangsing tubuh yang bersifat diuretik. Kista fungsional dapat terbentuk
karena stimulasi hormon gonadotropin atau sensitivitas terhadap hormon
gonadotropin yang berlebihan. Hormon gonadotropin termasuk FSH (Folikel
Stimulating) dan HCG (Human Chorionik Gonadotropin). Individu yang
mengalami kelebihan hormon estrogen atau progesteron akan memicu terjadinya
penyakit kista.
e) Faktor Lingkungan:
Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada saluran
yang berisi cairan karena adanya infeksi bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari
asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan
tubuh manusia, dan kemudian akan membantu tumbuhnya kista, Faktor makanan ;
lemak berlebih atau lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak
tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan
resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik (Andang, 2013).
1.1.5 WOC
Jaringan Terputus
Px merasa nyeri di perut
Rasa sebah di perut
bagian bawah
Gangguan Integritas
Kulit/Jaringan (SDKI
Mual, muntah Nyeri Akut b/d Agen
D.0129)
Cidera Fisiologis (SDKI
D.0077)
Nausea b/d tumor Resiko Infeksi b/d Efek
terlokalisasi SDKI Prosedur Invasif (SDKI
Px mengalami ketakutan D.0142)
D.0076
dalam melakukan mobilisasi
1.3 Konsep Asuhan Keperawatan Post TAH Atas Indikasi Kista Ovarium
1.3.1 Pengkajian
1. Identitas: Nama pasien, riwayat perkawinan, jenis kelamin, pendidikan,
tanggal MRS, No. Rekam Medis, diagnosa medis, alama. Untuk mengenal
faktor risiko dilihat dari umur pasien. Dicatat dalam tahun untuk mengetahui
adanya resiko sepertikurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umum lebih dari 35 tahun rentan
sekali untuk terjadi kista ovarium (Anggraini,2010).
2. Keluhan Utama: Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang dirasakan
saat pemeriksaan (Varney, 2007). Pada kasus kista ovarium pasien merasa
nyeri pada perut bagian bawah, nyeri saat haid, sering ingin buang air besar
atau kecil dan teraba benjolan pada daerah perut (Manuaba, 2010)
3. Riwayat Perkawinan: Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali klien
menikah, sudah berapa lama, jumlah anak, istri keberapa dan keberadaannya
dalam keluarga, kesehatan dan hubungan suami istri dapat memberikan
wawasan tentang keluhan yang ada.
4. Riwayat Menstruasi: Untuk mengetahui menarche, siklus haid, lamanya
haid, banyaknya darah, teratur/tidak, sifat darah, dismenorhea. Pada kasus
kista ovarium siklus haid normal, lamanya ± 7 hari.
5. Riwayat Kehamilan, persalinan dan Nifas yang lalu:
Pengkajian riwayat kehamilan, persalinan, nifas yanglalu menurut Varney
(2007), meliputi : (1) Kehamilan: untuk mengetahui riwayat kehamilan yang
lalu normal atau ada komplikasi. (2) Persalinan: untuk mengetahui jenis
persalinan, penolong persalinan, lama persalinan, kala I, II, III dan IV. (3)
Nifas: untuk mengetahui riwayat nifas yang lalu normal atau ada komplikasi.
6. Riwayat Keluarga Berencana:
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah menggunakan alat
kontrasepsi atau belum. Jika pernah lamanya berapa tahun dan jenis alat
kontrasepsi yang digunakan serta komplikasi yang menyertai.
7. Riwayat Penyakit Sekarang:
8. Riwayat Penyakit Dahulu:
Untuk mengetahui apakah klien pernah menderita jantung, ginjal, asma/TBC,
hepatitis, DM, hipertensi TD160/110, dan Diabetes melitus dan penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS.
9. Kebiasaan Sehari-hari:
1) Nutrisi: Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah ibu suka memakan
makanan yang masih mentah dan apakah ibu suka minum minuman
beralkohol karena dapat merangsang pertumbuhan tumor dalam
tubuh.
2) Eliminasi: Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu
kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi
dan bau serta kebiasaan air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
3) Istirahat: Dikaji untuk mengetahui apakah klien beristirahat yang
cukup atau tidak.
4) Hubungan seksual: dikaji untuk mengetahui berapa kali klien
melakukan hubungan seksualitas dengan suami dalam seminggu dan
ada keluhan atau tidak
5) Personal Hygiene: untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien.
Kebersihan perorangan sangat penting agar terhindar dari penyakit
kulit dan keputihan patologis.
6) Aktivitas: hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah aktivitas
sehari-hari akan terganggu karena adanya nyeri akibat penyakit
yang dialaminya
10. Pemeriksaan Fisik:
1) Inspeksi:
Rambut : untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok, dan
berketombe.
Muka : untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, adakah
kelainan, adakah oedema.
Mata : untuk mengetahui warna konjungtiva merah atau pucat,
sklera putih atau tidak.
Hidung : untuk mengetahui adakah kelainan, adakah polip, adakah
hidung tersumbat.
Mulut : untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak, ada
caries dan karang gigi tidak, ada stomatitis atau tidak.
Telinga : untuk mengetahui apakah ada serumen atau tidak.
2) Palpasi:
Leher : untuk mengetahui apakah ada pembesaran thyroid atau
tidak, ada pembesaran limfe atau tidak.
Dada : untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, bersih atau
tidak, ada benjolan atau tidak. Hal ini untuk mengetahui apakah
ada tumor atau kanker.
Abdomen : untuk mengetahui apakah ada luka bekas operasi,
adakah nyeri tekan serta adanya masa. Hal ini untuk mengetahui
adanya kelainan pada abdomen. Pada kista ovarium perut terlihat
membuncit dan salah satu bagian perut ibu terlihat lebih besar,
hasil palpasi teraba adanya benjolan keras pada perut bagian
bawah.
Ekstremitas : untuk mengetahui adanya oedema, varises, dan untuk
mengetahui reflek patella.
3) Auskultasi:
Jantung : untuk mengetahui bunyi jantung teratur atau tidak.
Paru-paru : untuk mengetahui adakah suara wheezzing, serta ada
suara ronchi atau tidak.
Perkusi : untuk mengetahui ekstremitas reflek patella kanan kiri
positif atau tidak.
4) Pemeriksaan Penunjang: Data penunjang diperlukan untuk mengetahui
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan penunjang meliputi USG kista
ovarium dan pemeriksaan laboratorium
1.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d Agen Cidera Fisiologis (SDKI D.0077)
2. Gangguan Mobilitas Fisik b/d Nyeri (SDKI D.0064)
3. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (SDKI D.0129)
4. Resiko Infeksi b/d Efek Prosedur Invasif (SDKI D.0142)
5. Ansietas b/d Ancaman Terhadap Konsep Diri (SDKI D.0080)
6. Nausea b/d tumor terlokalisasi (SDKI D.0076)
7. Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan (SDKI D.0019)
8. Risiko Konstipasi b/d Penurunan Motilitas GI (SDKI D.0052)
9. Gangguan Citra Tubuh b/d Perubahan Struktur/Bentuk Tubuh (SDKI D.0083)
Edukasi
1. Jelaskan tanda
gejala infeksi
2. Anjurkan
makan makanan
tinggi kalori
dan protein
3. Ajarkan
prosedur
perawatan luka
secara mandiri.
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
antibiotic, jika
perlu
3. Resiko Infeksi b/d SLKI L.14137 hal SIKI I.14539 hal 1. Agar dapat mengetahui
Efek Prosedur 139 278 tanda infeksi local dan
Invasif Setelah dilakukan Observasi: sistemik pada luka
(SDKI D.0142) hal Tindakan keperawatan 1. Monitor tanda pasien.
304 3x24 jam maka di dan gejala tanda 2. Membatasi jumlah
harapkan tingkat infeksi local dan pengunjung untuk
infeksi sistemik meminimalisir terjadinya
menurun,dengan infeksi pada pasien.
kriteria hasil: Terapeutik 3. Perawatan kulit
4. Nyeri dari skala 4 1. Batasi jumlah dilakukan agar kondisi
cukup meningkat pengunjung tubuh pasien tetap bersih
menjadi skala 2 2. Berikan dan meminimalisir
cukup menurun. perawatan kulit terjadinya infeksi.
5. Kemerahan dari 3. Cuci tangan 4. Teknik aseptic bertujuan
skala 4 cukup sebelum dan untuk mencegah
meningkat sesudah kontak mikroorganisme masuk
menjadi skala 2 dengan pasien ke dalam luka.
cukup menurun. dan lingkungan 5. Agar pasien dapat
6. Bengkak dari pasien mengetahui tanda gejala
skala 4 cukup 4. Pertahankan infeksi
meningkat Teknik aseptic 6. Cuci tangan 6 langkah
menjadi skala 2 pada pasien dapat meminimalisir
cukup menurun. beresiko tinggi. masuknya
mikroorganisme ke
Edukasi dalam luka dan
4. Jelaskan tanda meminimalisir terjadinya
gejala infeksi infeksi.
5. Ajarkan cuci 7. Agar pasien mengetahui
tangan dengan keadaan luka oprasinya
benar secara mandiri dan dapat
6. Ajarkan cara melaporkan bila terjadi
memeriksa tanda-tanda infeksi
kondisi luka 8. Asupan nutrisi dan cairan
operasi yang adekuat dapat
7. Anjurkan mempercepat
meningkatkan penyembuhan luka
asupan nutrisi pasien.
8. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Oktavelani Dyah Ayu. 2019. Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny. I Dengan Diagnosa
Medis Kista Ovarium + Post Operasi Tah – Bso + Adhesiolisis + Iud Missing Tail
Hari Ke 1 Di Ruang E2 Rumah Sakit Dr. Ramelan Surabaya
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta.
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta. Dewan
Pengurus Pusat PPNI