OLEH:
2. Penyebab/Faktor Predisposisi
Menurut Aspiani (2017), ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri :
a. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40%-
50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum
menarche (sebelum mendapatkan haid).
b. Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan
miometrium normal.
c. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma
uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan
dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
d. Makanan
Makanan di laporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan
daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan
insiden mioma uteri.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam
kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat
pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin
berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti
peningkatan produksi reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
f. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan wanita
yang mempunyai riwayat melahirkan 1 kali atau 2 kali
Faktor terbentuknya tomor :
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor terjadinya reflikasi pada saat sel-sel yang mati diganti
oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang diturunkan dari orang tua.
Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika seorang ibu
mengidap kanker payudara, tidak serta merta semua anak gadisnya akan mengalami
hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami
kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara internal,
tidak dapat dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% –
15% kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor
eksternal (Aspiani, 2017).
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara, makanan, radiasi
dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditambahkan pada makanan,
ataupun bahan makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang ditambahkan
dalam makanan seperti pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga dapat
mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya
aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati.
Makin sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi
sel kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering
menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh, yaitu senyawa yang
bersifat radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan
pada sel.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma,
disamping faktor predisposisi genetik :
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan tumor yang cepat
selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopouse dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri
banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen kuat)
menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak dari
pada miometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
c. Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode
ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama
kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.
3. Pohon Masalah (dalam bentuk bagan berdasarkan patofisiologi)
Pola eliminasi
Perdarahan terganggu
pervaginam TindakanNyeri
Pembedahan
Akut Pembesaran uterus
(histerektomi)
Penekanan organ
Hb menurun Risiko sekitar
Hipovolemi
a
Tak tertangani Risiko Syok
dengan cepat
Estrogen berkurang
Menekan vesika Penekanan Saraf
urinaria dan rektum
Libido seksual
Progesteron
menurun
kewanitaan menurun
5. Gejala Klinis
Separuh penderita mioma uteri tidak memperlihatkan gejala. Umumnya gejala yang
temukan bergantung pada lokasi, ukuran, dan perubahan pada mioma tersebut seperti :
a. Perdarahan abnormal: hipermenore, menoragia, metroragia. Sebabnya :
Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium
Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
Myometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma di
antara serabut myometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik.
Perdarahan kontinu pada pasien dengan mioma submukosa dapat berakibat pada
hal-hal berikut :
Menghalangi implantasi terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur
pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa. Kongesti vena terjadi karena
kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstermitas bawah, hemorrhoid, nyeri,
dan dyspareunia. Selain itu terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan
kelahiran.
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi.
Keguguran dapat terjadi.
Persalinan prematuritas.
Gangguan proses persalinan.
Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
Gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.
b. Nyeri : dapat timbul karena gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada mioma submukosum yang dilahirkan setempat dapat
menyempitkan canalis servikalis sehingga menimbulkan dismenore.
c. Gejala penekanan : penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada
uretra menyebabkan retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis, pada rectum menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh
darah dan limfe menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
d. Disfungsia reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum jelas.
Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.
Mioma yang terletak di daerah kornu dapat menyebabkan sumbatan dan gangguan
transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral. Mioma uteri
dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang sebenarnya diperlukan
untuk motilitas sperma di dalam uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena
adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi
embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi
endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor.
Mekanisme gangguan fungsi reproduksi dengan mioma uteri :
Gangguan transportasi gamet dan embrio
Pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus
Perubahan aliran darah vaskuler
Perubahan histologi endometrium
(Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2015)
7. Penatalaksanaan Medis
Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam, yaitu penanganan secara
konservatif dan penanganan secara operatif.
a. Penanganan konservatif sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan
2) Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC
3) Pemberian zat besi
b. Penanganan operatif, bila :
1) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu
2) Pertumbuhan tumor cepat
3) Mioma subserosa bertangkai dan torsi
4) Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
5) Hipermenorea pada mioma submukosa
6) Penekanan pada organ sekitarnya
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :
a. Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertile atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman,
efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila
ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarcoma uterus, juga
dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor
dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila
miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan
endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan section caesaria.
b. Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang
memiliki leiomyoma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG
untuk histerektomi adalah sebagai berikut :
1) Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari
luar dan dikelukan oleh pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan.
3) Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-ulang selama lebih
dari delapan hari.
4) Anemia akut atau kronis akibat kehilangan darah
c. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Apabila
wanita sudah dilakukan miomektomi kemungkinan dapat hamil sekitar 30-50%. Dan
perlu disadari oleh penderita bahwa setelah dilakukan miomektomi harus
dilanjutkan histerektomi.
Lama perawatan :
1) 1 hari pasca diagnose keperawatan
2) 7 hari pasca histerektomi/miomektomi
Masa pemulihan :
1) 2 minggu pasca diagnose keperawatan
2) 6 minggu pasca histerektomi/miomektomi
d. Penanganan radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat
kontrak indikasi untuk tindakan operatif, akhir-akhir ini kontrak indikasi tersebut
makin berkurang. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada
keganasan pada uterus.
1) Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
2) Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
3) Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.
Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.
Obat-obatan yang biasa kepada penderita mioma yang mengalami perdarahan
melalui vagina yang tidak normal, antara lain :
Obat anti-inflamasi yang nonsteroid (Nonsteroid Anti Infamation (NSAID))
Vitamin
Dikerok (kuretase)
Obat-obatan hormonal (misalnya, pil KB)
Operasi penyayatan jaringan mioma ataupun mengangkat rahim keseluruhan
Pemberian hormone steroid sintetik seperti progestin, malah kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri daerah panggul yang bertambah. Hormon GnRH agoins
(Gonadotropin Releasing Hormon) bisa mengurangi besar ukuran mioma. Akan
tetapi, mioma kembali membesar setelah 6 bulan obat GnRH dihentikan.
Bila uterus hanya sedikit membesar apalagi tidak ada keluhan, tidak memerlukan
pengobatan khusus.
8. Komplikasi
a. Perdarahan sampai terjadi anemia
b. Torsi tangkai mioma dari :
Mioma uteri subserosa
Mioma uteri submukosa
c. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi
d. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan
1) Pengaruh mioma terhadap kehamilan
Infertilitas
Abortus
Persalinan prematuritas dan kelainan letak
Inersia uteri
Gangguan jalan persalinan
Perdarahan post partum
Retensi plasenta
2) Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen
Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN (MENGGUNAKAN 3S:
SDKI, SLKI, SIKI)
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN PENANGGUNG/ SUAMI
Nama : ............ Nama : ..................
Umur : ............ Umur : ..................
Pendidikan : ............ Pendidikan : ..................
Pekerjaan : ............ Pekerjaan : .................
Status perkawinan : ............ Alamat : ..................
Agama : ............
Suku : ............
Alamat : ............
No. CM : ............
Tangal MRS : ............
Tanggal Pengkajian : ............
Sumber informasi : ............
B. ALASAN DIRAWAT
1. Alasan MRS
...............................................................................................................
2. Keluhan saat dikaji
..............................................................................................................
E. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
GCS : ......................................
Tingkat kesadaran : ......................................
Tanda-tanda fital : TD ............. N .............. RR ..............
T ...............
BB : ................... TB : ............... LILA : ........
Head to toe
Kepala Wajah
o Inspeksi : .............................................................
o Palpasi : .............................................................
Leher
o Inspeksi : .............................................................
o Palpasi : .............................................................
Dada
o Inspeksi : .................................................
o Palpasi : .................................................
o Perkusi : .................................................
o Auskultasi : ………….................................
Abdomen
o Inspeksi :.............................................................
o Auskultasi : ............................................................
o Perkusi :.............................................................
o Palpasi : .............................................................
Genetalia
o Kebersihan : ......................................
o Keputihan : .....................................
Perineum dan anus
o Perineum : .....................................
o Hemoroid : ......................................
Ekstremitas
Atas
Oedema : ......................................
Varises : ......................................
CRT : ......................................
Bawah
Oedema : ......................................
Varises : ......................................
CRT : .......................................
Pemeriksaan Reflek : ............................
F. DATA PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium : .................................
Pemeriksaan radiologik :..................................
G. DIAGNOSA MEDIS
H. PENGOBATAN
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola napas berubah
4. Proses berpikir
terganggu
5. Menarik diri
3 Malnutrisi
4 Peningkatan paparan
organisme pathogen
lingkungan
5 Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer
1 Gangguan peristaltic
2 Kerusakan integritas
kulit
3 Perubahan sekresi
pH
4 Penurunan kerja
silialis
6 Ketuban pecah
sebelum waktunya
7 Merokok
6 Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
sekunder
1 Penurunan
hemoglobin
2 Imunosupresi
3 Leukopenia
4 Supresi respon
inflamasi
5 Vaksinasi tidak
adekuat
6 Data Mayor : Retensi urine Retensi urine
1 Sensasi penuh pada
kandung kemih Peningkatan tekanan uretra
2 Disuria / anuria
3 Distensi kandung kemih Sensasi penuh pada
kandung kemih, disuria /
Data Minor : anuria, distensi kandung
1 Dribbling kemih
2 Inkontinensia berlebihan
3 Residu urin 150 ml atau
lebih
7 Data Mayor : Gangguan integritas Gangguan integritas
1 Kerusakan jaringan dan/ kulit/jaringan kulit/jaringan
atau lapisan kulit
Penurunan mobilitas
Data Minor :
1 Nyeri Kerusakan jaringan dan/
2 Perdarahan atau lapisan kulit
3 Kemerahan
4 Hematoma
8 Data Mayor : Disfungsi seksual Disfungsi seksual
1 Mengungkapkan
aktivitas seksual berubah Perubahan struksur tubuh
2 Mengungkapkan eksitasi (pembedahan)
seksual berubah
3 Merasa hubungan seksual Mengungkapkan aktivitas
tidak memuaskan seksual berubah,
4 Mengungkapkan peran mengungkapkan eksitasi
seksual seksual berubah, merasa
5 Mengeluhkan hasrat hubungan seksual tidak
seksual menurun memuaskan,
6 Mengungkapkan fungsi mengungkapkan peran
seksual berubah seksual, mengeluhkan
7 Mengeluh nyeri saat hasrat seksual menurun,
berhubungan seksual mengungkapkan fungsi
(dispareunia) seksual berubah, mengeluh
nyeri saat berhubungan
Data Minor : seksual (dispareunia)
1 Mengungkapkan
ketertarikan pada
pasangan berubah
2 Mengeluh hubungan
seksual terbatas
3 Mencari informasi tentang
kemampuan mencapai
kepuasan seksual
9 Data mayor : Konstipasi Konstipasi
1. Defekasi kurang dari 2
kali seminggu Situasional (Perubahan
2. Pengeluaran feses lama kebiasaan makan (mis. Jenis
dan sulit makanan, jadwal makan)
3. Feses keras
4. Peristaltic usus menurun Defekasi kurang dari 2 kali
seminggu, pengeluaran
Data minor : feses lama dan sulit, feses
1 Mengejan saat defekasi keras, peristaltic usus
2 Distensi abdomen menurun
3 Kelemahan umum
4 Teraba massa pada
rektal.
b. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d mengeluh nyeri,
tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri),
gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur
2) Risiko hypovolemia d.d kehilangan cairan aktif
3) Risiko syok d.d kekurangan volume cairan
4) Ansietas b.d krisis situasional d.d merasa bingung, merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak
tegang, sulit tidur
5) Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif
6) Retensi urine b.d peningkatan tekanan uretra d.d sensasi penuh pada kandung
kemih, disuria / anuria, distensi kandung kemih
7) Gangguan integritas kulit/jaringan b.d penurunan mobilitas d.d kerusakan
jaringan dan/ atau lapisan kulit
8) Disfungsi seksual b.d perubahan struksur tubuh (pembedahan) d.d
mengungkapkan aktivitas seksual berubah, mengungkapkan eksitasi seksual
berubah, merasa hubungan seksual tidak memuaskan, mengungkapkan peran
seksual, mengeluhkan hasrat seksual menurun, mengungkapkan fungsi seksual
berubah, mengeluh nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia)
9) Konstipasi b.d situasional (perubahan kebiasaan makan (mis. jenis makanan,
jadwal makan) d.d defekasi kurang dari 2 kali seminggu, pengeluaran feses lama
dan sulit, feses keras, peristaltic usus menurun
3. Rencana Keperawatan
No Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
Penyebab keperawatan selama …x.... Observasi
maka Tingkat Nyeri
Agen pencedera Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria hasil
fisiologis (mis. karakteristik, durasi,
:
inflamasi, iskemia, frekuensi, kualitas, intensitas
Kemampuan menuntaskan
neoplasma) nyeri
aktivitas meningkat (5)
Agen pencedera kimiawi Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri menurun
(mis. terbakar, bahan
Identifikasi respons nyeri non
(5)
kimia iritan)
verbal
Agen pencedera fisik Meringis menurun (5)
Identifikasi faktor yang
(mis. abses, amputasi, Sikap protektif menurun
memperberat dan
terbakar, terpotong, (5)
memperingan nyeri
mengangkat berat, Gelisah menurun (5)
Identifikasi pengetahuan dan
prosedur operasi,
Kesulitan tidur menurun keyakinan tentang nyeri
trauma, latihan fisik
(5) Identifikasi pengaruh budaya
berlebihan)
Menarik diri menurun (5) terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri
Gejala dan Tanda Mayor Berfokus pada diri sendiri
pada kualitas hidup
Subjektif menurun (5)
Monitor keberhasilan terapi
Mengeluh nyeri Diaforesis menurun (5)
komplementer yang sudah
Objektif Perasaan depresi diberikan
(tertekan) menurun (5) Monitor efek samping
Tampak meringis
Perasaan takut mengalami penggunaan analgetik
Bersikap protektif (mis.
cedera berulang menurun Terapeutik
waspada, posisi
(5)
menghindari nyeri) Berikan teknik
Anoreksia menurun (5)
Gelisah nonfarmakologis untuk
Perinium terasa tertekan
menurun (5)
Frekuensi nadi mengurangi rasa nyeri
Uterus teraba membulat
meningkat Kontrol lingkungan yang
menurun (5)
Sulit tidur memperberat rasa nyeri (mis.
Ketegangan otot menurun suhu ruangan, pencahayaan,
(5) kebisingan)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Pupil dilates menurun (5) Fasilitasi istirahat dan tidur
(Tidak tersedia) Muntah menurun (5) Pertimbangkan jenis dan
Objektif Mual menurun (5) sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Tekanan darah Frekuensi nadi membaik
Edukasi
meningkat (5)
Pola napas berubah Pola napas membaik (5) Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Nafsu makan berubah Tekanan darah membaik
Jelaskan strategi meredakan
Proses berpikir (5)
nyeri
terganggu Proses berpikir membaik
Anjurkan memonitor nyeri
Menarik diri (5)
secara mandiri
Fokus membaik (5)
Berfokus pada diri Anjurkan menggunakan
sendiri Fungsi berkemih membaik analgetik secara tepat
Pemberian Analgesik
Observasi
Terapeutik
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika perlu
Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu
Pemantauan Cairan
Observasi
Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
Monitor frekuensi napas
Monitor tekanan darah
Monitor BB
Monitor waktu pengisian
kapiler
Monitor elastisitas atau turgor
kulit
Monitor jumlah, warna, dan
berat jenis urine
Monitor kadar albumin dan
protein total
Monitor hasil pemeriksaan
serum (mis. Osmolaritas
serum, hematokrit, natrium,
kalium, BUN)
Monitor intake dan output
cairan
Identifikasi tanda-tanda
hipovolemia (mis. Frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa
kering, volume urin menurun,
hematokrit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine
meningkat, BB menurun
dalam waktu singkat)
Identifikasi tanda-tanda
hipervolemia (mis. dispnea,
edema perifer, edema
anasarka, JVP meningkat,
CVP meningkat, refleks
hepatojugular positif, berat
badan menurun dalam waktu
singkat)
Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan cairan
(mis. prosedur pembedahan
mayor, trauma/perdarahan,
luka bakar, aferesis, obstruksi
intestinal, peradangan
pankreas, penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
4. Ansietas Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas
Penyebab keperawatan selama …x.... Observasi
Krisis situasional maka Tingkat Ansietas Identifikasi saat tingkat
Kebutuhan tidak menurun dengan kriteria ansietas berubah (mis.
terpenuhi hasil : kondisi, waktu, stresor)
Krisis maturasional Verbalisasi kebingungan Identifikasi kemampuan
Ancaman terhadap menurun (5) mengambil keputusan
konsep diri Verbalisasi khawatir Monitor tanda-tanda ansietas
meningkat Kolaborasi
Diaphoresis
Tremor
Muka tampak pucat
Suara bergetar
Kontak mata buruk Terapi Relaksasi
Sering berkemih Observasi
Terapeutik
Ciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
Gunakan pakaian longgar
Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai
Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis. Music,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
Anjurkan mengambil posisi
nyaman
Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik yang
dipilih
Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (mis. Napas
dalam, peregangan, atau
imajinasi terbimbing)
Bahan kimia iritatif Kerusakan lapisan kulit Ubah posisi tiap 2 jam jika
Faktor mekanis (mis. Perdarahan menurun (5) penonjolan tulang, jika perlu
penekanan pada tonjolan Kemerahan menurun (5) Bersihkan perineal dengan air
memuaskan anak-anaknya
Ketidakadekuatan feses
Objektif konstipasi
4. Implementasi Keperawatan
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang sudah ditentukan dengan waktu sesuai
kebutuhan.
5. Evaluasi Keperawatan
a. Evaluasi formatif (merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan).
b. Evaluasi sumatif (merefleksikan rekapitulasi dan synopsis observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu).
DAFTAR PUSTAKA
Nama Pembimbing