Anda di halaman 1dari 87

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPEMIMPINAN

DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS (PK 10)


DI RUANG KELAS 3 LANTAI 2
RSUD SANJIWANI KABUPATEN GIANYAR
31 OKTOBER - 19 NOVEMBER 2022

Oleh :
Kelompok 11
Dimas (P07120219085)
Kadek Cindy Silvana Amartha Putri (P07120219086)
Ni Made Ditha Sukmariasih (P07120219087)
Ni Kadek Yuni Anggreni (P07120219088)
Kadek Phalya Kamalaputri (P07120219089)
Putu Nanda Aura Nhaha Putri Yasa (P07120219090)
Ni Komang Indah Kusuma Dewi (P07120219091)
Ni Made Dwinda Permata Anandhi (P07120219092)
Kadek Sari Savitri (P07120219094)

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Beliau Lah
kami bisa menyelesaikan Laporan Praktik Manajemen dan Kepemimpinan dalam
Keperawatan (PK 10). Kegiatan ini dilakukan melalui praktik klinik manajemen
di Ruang Kelas 3 lantai 2 RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar tanggal 31
Oktober s/d 19 November 2022.
Kami juga ingin mengucapkan terimakasih pihak-pihak yang sudah
membantu baik bantuan fisik maupun bantuan dari pihak institusi dan pihak
rumah sakit. Kami sangat menyadari bahwa laporan yang kami buat ini jauh
dari kesempurnaan baik dalam cara penulisan, pemilihan kata ataupun dalam
penyusunannya. Maka dari itu, kami mohon agar berkenan memberikan masukan
positif yang membangun.

Gianyar, 2 November 2022

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii

DAFTAR BAGAN ................................................................................................ iv

HASIL PRAKTIK................................................................................................. 1

A. Gambaran Umum Lokasi Praktik/ Ruangan .......................................... 1


1. Lokasi RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar ..................................... 1
2. Sejarah RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar ................................... 1
3. Visi dan Misi RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar .......................... 4
4. Motto Pelayanan ..................................................................................... 5
5. Gambaran Umum Kelas III .................................................................. 5
6. Ruang Lingkup Pelayanan Kelas III .................................................... 6

B. Hasil Pengkajian ........................................................................................ 6


1. M1 (Man) ................................................................................................. 6
2. M2 (Money) ........................................................................................... 20
3. M3 (Material) ........................................................................................ 22
4. M4 (Method) ......................................................................................... 35
5. M5 (Marketing) .................................................................................... 72

C. Perencanaan ............................................................................................. 78

REFERENSI ........................................................................................................ 80

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Daftar Tenaga Kesehatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di


Lantai 2 Kelas 3 RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar Tahun 2022 ..................... 9
Tabel 2. Rata - rata Jumlah Pasien Per Hari dari Tanggal 31 Oktober - 6
November 2022 di RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar .................................... 11
Tabel 3. Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien
Berdasarkan Teori Dorothea Orem ....................................................................... 13
Tabel 4. Perhitungan jumlah tenaga perawat pershift berdasarkan klasifikasi
pasien menurut Douglas (1984) ............................................................................ 16
Tabel 5. Besaran Jasa Layanan Rawat Inap .......................................................... 21
Tabel 6. Besaran Jasa Layanan Rawat Inap Per Hari Perawatan .......................... 21
Tabel 7. Fasilitas Pasien di Ruang Kelas 3 ........................................................... 23
Tabel 8. Inventaris Peralatan Kesehatan di ........................................................... 30
Tabel 9. Inventaris Peralatan Non Kesehatan di Ruang Kelas 3 Lantai 2 ............ 31
Tabel 10. Uraian Tugas ......................................................................................... 55
Tabel 11. BOR (Bed Occupancy Rate) Tanggal 1 - 15 April 2022 Lantai 2 Kelas 3
............................................................................................................................... 75
Tabel 12. LOS (Length Of Stay) Bulan Juli - September 2022 Lantai 2 Kelas 3 . 76
Tabel 13. TOI (Turn Over Internal) Bulan Juli - September 2022 Lantai 2 Kelas 3
............................................................................................................................... 76
Tabel 14. BTO (Bed Turn Over) Bulan Juli - September 2022 Lantai 2 Kelas 3 . 77
Tabel 15. Prioritas Masalah di Ruang Kelas 3 lantai 2 ......................................... 78

iii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Struktur Organisasi Lantai II Kelas 3 RSUD Sanjiwani Kabupaten


Gianyar Tahun 2022 ................................................................................................ 7
Bagan 2. Alur Pelayanan Pasien Masuk Rawat Inap di Ruang Kelas 3 RSUD
Sanjiwani Kabupaten Gianyar............................................................................... 18
Bagan 3. Alur Pelaksanaan Sentralisasi ................................................................ 46

iv
HASIL PRAKTIK

A. Gambaran Umum Lokasi Praktik/ Ruangan

1. Lokasi RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar

Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Kabupaten Gianyar


merupakan salah satu Rumah Sakit kelas B Pendidikan dari 4 (empat)
Rumah Sakit Pemerintah yang ada di bagian Bali Timur, Yang terletak
tepat di tengah - tengah kota Kabupaten Gianyar, Lingkungan Candi
Baru, Kelurahan Gianyar, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar
Propinsi Bali. Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Kabupaten
Gianyar terletak pada posisi yang sangat strategis serta mewilayahi 4
(empat) Kabupaten terdekat yang merupakan pasar sasaran antara lain :
Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli, Kabupaten Klungkung dan
Kabupaten Karangasem yang melewati Kabupaten Gianyar. Ke empat
Kabupaten ini yang akan memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap pendapatan Rumah Sakit pada khususnya dan pendapatan
daerah pada umumnya. Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani
beralamat di Jalan Ciung Wanara-Gianyar No.2, Gianyar, Kecamatan
Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali
2. Sejarah RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar

Secara historis Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani, berdiri pada


tahun 1955 di Jalan Ngurah Rai, tepatnya pada lokasi Kantor Bupati
Kabupaten Gianyar. Awalnya hanya sebuah Poliklinik, dengan kondisi
bangunan yang sangat sederhana, peralatan minim, dan ketenagaan jauh
dari memadai.
Pada tahun 1961 pindah lokasi ke Jalan Ciung Wanara Nomor 2
Gianyar, dengan kondisi yang tidak jauh berbeda dari masa
sebelumnya. Bangunan Poliklinik sederhana 1 buah, ditambah 2 buah
bangunan bangsal. Ketenagaan terdiri dari 1 orang dokter yang
merangkap tugas pada Rumah Sakit Bangli, Klungkung, dan

1
Karangasem, 3 orang Bidan, 4 orang tenaga penjaga Rumah Sakit (Pos)
dan 2 orang tenaga bangsal.
Seiring dengan kemajuan perkembangan pembangunan yang
dicanangkan oleh Pemerintah Orde Baru, maka secara perlahan - lahan
Rumah Sakit Gianyar pun mengalami kemajuan. Perkembangan yang
cukup berarti dirasakan sejak dasawarsa tahun 70-an. Dana Operasional
Rumah Sakit dari Pemerintah semakin meningkat, tenaga bertambah,
fasilitas semakin lengkap yang secara keseluruhannya memungkinkan
untuk berkembang lebih lanjut seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Dengan dikeluarkannya keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 207/MENKES/SK/ II/1993, Tanggal 26 Februari 1993
Tentang Persetujuan Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum
Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar, dari Kelas D menjadi menjadi
Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C, Keputusan ini ditindaklanjuti
dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 307
Tahun 1994, Tanggal 15 Juli 1994, Tentang Penetapan dan Peningkatan
Kelas Rumah Sakit Umum 2 Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar
Kelas D menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C. Dalam
Keputusan tersebut belum bersifat mengatur manajemen Rumah Sakit.
Pembentukan Susunan dan Tata Kerja Rumah Sakit baru diatur dengan
Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Gianyar No. 579 Tahun
1994 Tanggal, 7 November 1994.
Pengisian jabatan struktural baru dapat dilakukan pada tahun 1996
tepatnya 12 Maret 1996. Dengan demikian perkembangan secara
organisasi menunjukkan semakin mantap dan pengisian jabatan
struktural secara lengkap dan menganut pola maksimal sesuai dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar Nomor 28
Tahun 1997 tanggal, 4 Desember 1997 tentang Pembentukan Susunan,
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani
Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar.

2
Berdasarkan Perda Nomor 28 Tahun 1997 tersebut, tercantum
nama Rumah Sakit yaitu “ Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani “
Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar.
Berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2001 tanggal 5 Januari 2001
tentang Pembentukan Susunan, Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Umum Daerah Sanjiwani Kabupaten Gianyar. Mengingat
perkembangan dan peningkatan jangkauan pelayanan Rumah Sakit
semakin pesat maka RSUD Sanjiwani Kab.Gianyar diusulkan menjadi
Rumah Sakit Kelas B Non Pendidikan.
Berdasarkan Keputusan DPRD Kabupaten Gianyar Nomor 11
Tahun 2001 tanggal 3 Agustus 2001 tentang Penetapan Persetujuan
DPRD Kab.Gianyar terhadap peningkatan kelas RSUD Sanjiwani
Kab.Gianyar dari kelas C ke kelas B Non Pendidikan. Berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
41/Menkes/SK/I/2002 tanggal 21 Januari 2002 tentang Peningkatan
Kelas RSUD Sanjiwani milik Pemerintah Kabupaten Gianyar, dari
kelas C menjadi kelas B Non Pendidikan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia tersebut di atas dan untuk mengoperasionalkan RSUD
Sanjiwani Kabupaten Gianyar Kelas B Non Pendidikan maka
diterbitkanlah Surat Keputusan Bupati Gianyar Nomor 51 Tahun 2002
tanggal 12 Februari 2002 tentang Penetapan RSUD Sanjiwani
Kab.Gianyar menjadi Kelas B Non Pendidikan, sedangkan struktur
organisasi dan tata kerja Rumah Sakit mengacu pada Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pembentukan Susunan, Organisasi dan
Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Kabupaten Gianyar.
Mengingat Peresmian RSUD Sanjiwani menjadi kelas B Non
Pendidikan yang dilaksanakan tanggal 18 Februari tahun 2002 oleh
Bapak Bupati Gianyar, maka peristiwa bersejarah ini setiap tanggal 18
Februari diperingati sebagai hari Ulang Tahun RSUD Sanjiwani
Gianyar.

3
Pada tahun 2008 RSUD Sanjiwani berubah status menjadi Badan
Layanan Umum Daerah berdasarkan Keputusan Bupati Gianyar Nomor
56 Tahun 2008 tentang Penetapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum (PPK-BLUD) pada RSUD Sanjiwani Gianyar yang
dilengkapi dengan Peraturan Bupati Gianyar Nomor 7 tahun 2008
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan dan Akuntansi RSUD
Sanjiwani Kabupaten Gianyar serta Peraturan Bupati Gianyar Nomor
52 Tahun 2012 tentang Stándar Akuntansi Berbasis Akrual Badan
Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani
Kabupaten Gianyar.
Seiring dengan tuntutan peningkatan kualitas pelayanan dan juga
untuk mewujudkan visi Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani
Kabupaten Gianyar yaitu Menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah
Sanjiwani Terdepan Dalam Pelayanan Kesehatan, Pendidikan dan
Penelitian serta Teknologi Kesehatan Berstandar Nasional, Rumah
Sakit Umum Daerah Sanjiwani Kabupaten Gianyar telah ditetapkan
menjadi Rumah Sakit Pendidikan Satelit Universitas Udayana melalui
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
HK.02.03/I/4421/2016 tanggal 27 Desember 2016 dan ditetapkan
menjadi Rumah Sakit Pendidikan Utama 4 Universitas Warmadewa
melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor. HK.01.07/MENKES/282/2020 tanggal 29 April 2020.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar secara periodik wajib
terakreditasi oleh komisi akreditasi rumah sakit, dimana saat ini telah
lulus akreditasi versi Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNAR)
tingkat paripurna melalui sertifikat yang dikeluarkan oleh Komisi
Akreditasi Rumah Sakit Nomor. KARS-SERT/Per/260/I/2022 tanggal
13 Januari 2022.
3. Visi dan Misi RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar

a Visi

4
Menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Terdepan
Dalam Pelayanan Kesehatan, Pendidikan dan Penelitian serta
Teknologi Kesehatan Berstandar Nasional.
b Misi
1) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan tata
kelola manajemen keuangan yang efektif, efisien dan
akuntabel.
2) Mewujudkan mutu pendidikan dan penelitian di bidang
kesehatan SDM untuk menunjang pelayanan kesehatan
RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar.
4. Motto Pelayanan

Untuk membangkitkan etos kerja dipandang perlu adanya


stimulan yang mampu berperan sebagai spirit semangat kerja serta
kiblat keseharian dalam berpikir, bersikap dan berperilaku bagi seluruh
karyawan, maka dipilihlah motto RSUD Sanjiwani yakni : ”SMARTS”.
Kata SMARTS, selain dapat diartikan sebagai performance yang prima,
juga merupakan terjemahan dari singkatan :
S: SENYUM SANTUN
M: MEMIKAT
A: AMAN
R: RESPONSIF
T: TERPERCAYA
S: SEJAHTERA
5. Gambaran Umum Kelas III

Ruang Kelas 3 adalah ruangan yang berada di garis komando


Direktur, kemudian Kepala Ruangan, dilanjutkan ke Inventaris, di
teruskan ke Kepala Tim, dan dilaksanakan oleh Anggota Tim.
Ruang Kelas 3 terdiri dari 13 ruangan yaitu 11 ruang pasien,1
ruang tindakan dan 1 ruangan janitor. Dalam 1 ruangan pasien yaitu
terdiri dari 4 tempat tidur. Ruang tindakan digunakan untuk
pelaksanaan tindakan khusus dan penyimpanan alat serta obat-obat
pasien.

5
6. Ruang Lingkup Pelayanan Kelas III
Ruang lingkup Pelayanan rawat inap pada Kelas 3 bersifat
terintegrasi yaitu ditujukan kepada pasien segala jenis usia dengan
berbagai kasus penyakit. Kasus penyakit jantung, kasus penyakit paru,
kasus penyakit saraf (neuro), THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan),
kulit kelamin, dan kasus bedah. Tetapi untuk saat ini pasien anak-anak
tidak dimasukan ke kelas 3. Pelayanan yang diberikan meliputi :

a. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi oleh dokter spesialis


b. Perawatan dan akomodasi di ruang perawatan
c. Pemeriksaan penunjang diagnostik
d. Tindakan medis yang bersifat diagnostik dan terapeutik
e. Pemberian obat-obatan sesuai instruksi dokter spesialis
f. Pemberian transfusi darah
g. Rujukan pasien ke pusat pelayanan kesehatan lainnya
h. Pemakaian peralatan yang dibutuhkan pasien seperti oksigen

B. Hasil Pengkajian

1. M1 (Man)

a. Struktur Organisasi
Ruang Kelas III dipimpin oleh penanggung jawab ruangan
selaku kepala ruangan yang memiliki latar belakang pendidikan
Ners. Ruang Kelas III sudah memiliki struktur organisasi yang
terdiri dari 31 orang tenaga medis (1 kepala ruangan, 1 inventaris,
ada 4 perawat sebagai katim dan 1 bidan sebagai katim, ada 4
perawat sebagai anggota tim I, ada 4 bidan dan 1 perawat sebagai
tim II, ada 5 perawat sebagai tim III, ada 5 perawat sebagai anggota
tim IV, ada 5 perawat sebagai anggota tim V)

6
Bagan 1. Struktur Organisasi Lantai II Kelas 3 RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar Tahun 2022

7
b. Pengusulan ketenagaan keperawatan
Pengusulan tenaga keperawatan di lantai 2 kelas 3
menggunakan pedoman WLI. Pedoman ini memiliki skor WLI
berdasarkan keadaan pasien, yaitu ringan, sedang dan berat. Hasil
dari skoring WLI akan dikumpulkan ke pihak komite keperawatan
(sub komite kredensial) setiap tahunya.
c. Libur dan cuti ketenagaan keperawatan
Masing-masing pegawai mendapatkan libur sesuai jadwal
yang ditetapkan. Tenaga keperawatan yang berstatus Pegawai
Negeri Sipil mendapatkan cuti tahunan sebanyak 12 hari kerja
(dalam setahun), cuti ini dibatasi penggunaannya. Selain itu juga
mendapatkan cuti melahirkan, cuti sakit dan juga mendapatkan cuti
untuk alasan penting (seperti orang tua meninggal, keluarga
opname). Sedangkan untuk tenaga keperawatan yang berstatus
kontrak hanya mendapatkan cuti sebanyak 5 hari dalam setahun.
Untuk libur bagi ketenagaan keperawatan yang berstatus Pegawai
Negeri Sipil mendapatkan libur sebanyak 14 hari dan tenaga
keperawatan yang berstatus kontrak mendapatkan libur sebanyak 5
hari.
d. Ketenagaan
1) Tenaga Keperawatan
Penerimaan tenaga keperawatan baru di Lantai II
kelas 3 akan diorientasikan oleh kepala ruangan. Setiap
penerimaan tenaga keperawatan baru akan dicatat dan
didokumentasikan dalam buku orientasi pegawai baru. Dalam
buku orientasi nantinya dicatat nama, pendidikan, tanggal
orientasi dilakukan. Adapun jumlah tenaga keperawatan di
Lantai II kelas 3, yaitu 26 orang dengan klasifikasi
pendidikan
a) Tenaga S2 Keperawatan :-
b) Tenaga Ners : 21 orang
c) Tenaga S1 Keperawatan :-

8
d) Tenaga DIV Keperawatan :-
e) Tenaga DIII Keperawatan : 5 orang
2) Tenaga Non Keperawatan
a) Tenaga DIII Kebidanan : 5 orang
b) Tenaga administrasi : 1 - 2 orang
c) Tenaga Gizi : 2 orang
d) Tenaga kebersihan (cleaning service) : 2 orang

Tabel 1. Klasifikasi Daftar Tenaga Kesehatan Berdasarkan


Tingkat Pendidikan di Lantai 2 Kelas 3 RSUD Sanjiwani
Kabupaten Gianyar Tahun 2022

No Tenaga Jumlah Persentase (%)

1 Ners 21 80,8%

2 DIII 5 19,2%

Jumlah 26 100%

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan tenaga kesehatan


keperawatan di Lantai 2 Kelas 3 dengan tingkat pendidikan
terbanyak adalah Ners dengan persentase 80,8%.
3) Perhitungan Kebutuhan Tenaga
Dalam menerapkan model asuhan keperawatan
profesional dibutuhkan tenaga yang mampu memberikan
asuhan keperawatan profesional. Penataan dan perencanaan
jumlah ketenagaan di ruang rawat inap sangat diperlukan
untuk mencapai asuhan keperawatan profesional yang
maksimal.
Berikut ini beberapa pedoman dalam penghitungan
kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat inap.
a) Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga
keperawatan

9
1) Pengelompokkan unit kerja di rumah sakit
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan
bidan) harus memperhatikan unit kerja yang ada di
rumah sakit. Secara garis besar terdapat
pengelompokan unit kerja di rumah sakit sebagai
berikut:
● Rawat Jalan
● Pelayanan Gawat Darurat (IGD)
● Pelayanan Instalasi Bedah Sentral (IBS)
● Pelayanan Rawat Inap
➔ VVIP
➔ VIP (Utama)
➔ Kelas I
➔ Kelas II
➔ Kelas III
➔ Kelas Khusus
➔ Ruang Intensif
Layanan rawat inap juga ditunjang dengan
layanan Intensif Care Unit (ICU), Neonatus Intensif
Care Unit (NICU), PICU (Perinatologi Intensive
Care Unit), Recovery Room, Laboratorium,
Rontgen, Farmasi/ Apotek dan Pelayanan Darah
● Pelayanan Rawat Khusus
Pelayanan rawat khusus yang disediakan di
Rumah sakit Umum
Daerah Sanjiwani meliputi :
➔ Ruang Hemodialisa
➔ Ruang Isolasi Covid-19
➔ Ruang Endoscopy & Colonoscopy
Di dalam unit kerja Lantai 2 Kelas 3 tidak
menggunakan pembagian berdasarkan bed pasien
setiap timnya, melainkan dalam pengelompokan unit

10
kerja ini menggunakan metode primer. Jadi setiap 1
perawat primer (PP) memegang kasus 1 sistem
penyakit yaitu dari kasus neuro, cardio, interna,
penyakit kulit, bedah dan lainnya. Masing-masing
perawat primer atau penanggung jawab tim
bertanggung jawab penuh terhadap beberapa pasien,
dari pasien tersebut masuk sampai keluar dari
perawatan di lantai 2 kelas 3.
2) Model pendekatan dalam penghitungan kebutuhan
tenaga keperawatan
Terdapat beberapa model pendekatan yang
dapat dipergunakan dalam penghitungan kebutuhan
tenaga keperawatan di ruang rawat inap rumah sakit.
Cara perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien:
● Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan
jenis kasus
● Rata - rata pasien per hari
● Jam perawatan yang diperlukan/ hari/ pasien
● Jam perawatan yang diperlukan/ ruangan/ hari
Berikut ini akan dipaparkan penghitungan
kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Kelas 3
sesuai Depkes. Pedoman Penghitungan Kebutuhan
Tenaga Keperawatan Menurut Depkes RI (2002).

Tabel 2. Rata - rata Jumlah Pasien Per Hari dari Tanggal 31 Oktober - 6
November 2022 di RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar

Tanggal Kamar jml rata-


rata
201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211

31-Okt 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 43 6,1

11
1-Nov 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 42 6

2-Nov 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 43 6,1

3-Nov 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 41 5,8

4-Nov 4 4 3 4 2 4 4 3 0 2 3 33 4,7

5-Nov 4 4 4 4 4 4 4 3 0 0 2 31 4,4

6-Nov 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 40 5,7

Jumlah Total 273 38,8

b) Analisis kebutuhan tenaga perawat berdasarkan


rumus (Pedoman WLI)
Tingkat ketergantungan pasien di Ruang Kelas 3
dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian
ketergantungan pasien menurut Pedoman WLI yaitu:
ringan, sedang dan berat.
1) Ringan : Skornya 1 x jumlah pasien dengan kategori
ringan
2) Sedang : Skornya 2 x jumlah pasien dengan kategori
Sedang
3) Berat : Skornya 5 x jumlah pasien dengan kategori
Berat
Jumlah jam perawatan setiap kategori :
1) Ringan dengan jumlah jam perawatan: 2 jam/hari
2) Sedang dengan jumlah jam perawatan: 4 jam/hari
3) Berat dengan jumlah jam perawatan: 6 jam/hari

12
Tabel 3. Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien
Berdasarkan Teori Dorothea Orem

No Klasifikasi dan Kriteria

1 Minimal Care

a. Mampu naik turun tempat tidur


b. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
c. Mampu makan dan minum sendiri
d. Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
e. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
f. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
g. Mampu BAK dan BAB dengan sedikit bantuan
h. Status psikologi stabil
i. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
j. Operasi ringan

2 Partial Care

a. Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik turun tempat tidur


b. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi atau berjalan
c. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
d. Membutuhkan bantuan untuk makan atau disuap
e. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
f. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
g. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat/kamar
mandi)
h. Pasca operasi minor (24 jam)
i. Melewati fase akut dari pasca operasi mayor
j. Fase awal dari penyembuhan
k. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

13
l. Gangguan emosional ringan

3 Total Care

a. Membutuhkan dua orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat


tidur.
b. Membutuhkan latihan pasif
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi
intravena/NGT
d. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
e. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
f. Dimandikan perawat
g. Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
h. Keadaan pasien tidak stabil
i. Perawatan kolostomi
j. Menggunakan WSD
k. Menggunakan alat traksi.
l. Irigasi kandung kemih secara terus menerus
m. Menggunakan alat bantu respirator.
n. Pasien tidak sadar.

Berdasarkan pengkajian tanggal 1 Oktober 2022


di Lantai 2 Kelas 3 dengan kapasitas 44 tempat tidur
pasien dan terisi 42 pasien. Didapatkan hasil
perhitungan kebutuhan tenaga berdasarkan rumus
Gillies tahun 1989 adalah sebagai berikut :

14
A x B x 365
Tenaga
K Perawat (TP) =
(365 - C) x D

Keterangan:
A : Jumlah jam perawatan/pasien/hari
B : Jumlah pasien/hari (BOR x Jumlah tempat
tidur)
C : Jumlah hari libur masing-masing perawat
D : Jumlah jam kerja masing-masing perawat
365 : Jumlah hari dalam setahun

TP = 6 x (0,95 x 44) x 365

(365 - 14) x 6

= 91.542

2.106
= 43,46
= 44 orang

Berdasarkan perhitungan jumlah tenaga perawat


dengan jumlah pasien 42 orang maka dapat
disimpulkan bahwa Lantai 2 Kelas 3 dalam
pelayanan 24 jam memiliki kekurangan tenaga
perawat sebanyak 13 orang.
Sedangkan perhitungan jumlah tenaga perawat
per shift berdasarkan klasifikasi pasien menurut
Douglas (1984) sebagai berikut:

15
Tabel 4. Perhitungan jumlah tenaga perawat pershift berdasarkan
klasifikasi pasien menurut Douglas (1984)

Jml Klasifikasi Pasien


Pasien
Minimal Parsial Total

P S M P S M P S M

1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0.36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,14 0.54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

dst

Berdasarkan data pasien per tanggal 30 April 2022


di Lantai 2 Kelas 3 dengan kapasitas 44 tempat tidur
pasien dan terisi pada shift pagi 41 pasien (0 pasien
dengan perawatan rendah, 35 pasien dengan perawatan
sedang dan 6 pasien dengan perawatan berat), shift sore
31 pasien (0 pasien dengan perawatan rendah, 33 pasien
dengan perawatan sedang dan 3 pasien dengan perawatan
berat), shift sore 38 pasien (0 pasien dengan perawatan
rendah, 35 pasien dengan perawatan sedang dan 3 pasien
dengan perawatan berat), Didapatkan hasil perhitungan
kebutuhan tenaga perawat sebagai berikut :
1) Dinas Pagi
0 x 0,17 = 0
35 x 0,27 = 9,45
6 x 0,36 = 2,16
Jumlah = 11, 61 → 12 orang
2) Dinas Siang
0 x 0,14 = 0

16
30 x 0,15 = 4,5
3 x 0,30 = 0,9
Jumlah = 5,4 → 5 orang
3) Dinas Malam
0 x 0,10 = 0
35 x 0,07 = 2,45
3 x 0,20 = 0,6
Jumlah = 3,05 → 3 orang
Berdasarkan perhitungan jumlah tenaga perawat di
atas jika dibandingkan dengan jumlah tenaga perawat
yang telah ditentukan di ruangan maka dapat
disimpulkan bahwa Lantai 2 kelas 3 untuk shift pagi
memiliki kekurangan tenaga perawat sebanyak 4 orang,
shift sore tidak memiliki kekurangan tenaga perawat dan
shift malam kelebihan tenaga perawat sebanyak 2 orang.

17
Bagan 2. Alur Pelayanan Pasien Masuk Rawat Inap di Ruang Kelas 3 RSUD
Sanjiwani Kabupaten Gianyar

Pasien

IGD HD Poliklinik
Alur Rawat/
Pindah dari
Bangsal Lain

Alih Rawat/ Pindah ke


R. Rawat Inap Kelas 3
Bangsal Lain

Pindah Rawat Intensif


(ICCU atau ICU)

Sembuh/BPL Rujuk ke RS lain Meninggal Pulang Paksa/ APS

Ruang Jenasah

18
Keterangan:
1. Pasien masuk ke ruang rawat inap melalui IGD,
Poliklinik, HD dan Alur rawat/ pindah dari bangsal
lain.
2. Apabila pasien memerlukan pemeriksaan penunjang,
maka pasien bisa menggunakan fasilitas laboratorium
dan rontgen, serta untuk penyediaan obat-obatan dapat
memanfaatkan fasilitas farmasi.
3. Selama proses perawatan, pasien dapat dipulangkan
apabila sudah dinyatakan sembuh. Pasien yang
memerlukan penanganan lebih lanjut dapat dirujuk ke
rumah sakit yang lebih lengkap. Selain itu pasien juga
dipulangkan ketika dinyatakan meninggal. Pasien juga
dapat dipindahkan ke ruangan lain apabila terjadi
perubahan kondisi atau perubahan kelas perawatan.
4) Komunikasi
Komunikasi antar staf di Ruang Kelas 3 dilakukan secara
lisan dan tertulis menggunakan hand over dengan jenis
komunikasi (SBAR). Komunikasi antar staf secara lisan
dilakukan pada saat pelaksanaan timbang terima dan ronde
keperawatan, secara tertulis dicantumkan pada rekam medis
setiap pasien dan buku timbang terima. Sosialisasi instruksi
atau pengumuman dilakukan lisan dan tertulis melalui buku
dan papan pengumuman.
Berdasarkan pengkajian tanggal 1 Oktober 2022
perhitungan jumlah tenaga perawat dengan jumlah pasien 42
orang maka dapat disimpulkan bahwa Lantai 2 Kelas 3 dalam
pelayanan 24 jam memiliki kekurangan tenaga perawat.
Sedangkan jika ditinjau dari perhitungan jumlah tenaga
perawat per shift berdasarkan klasifikasi pasien jika
dibandingkan dengan jumlah tenaga perawat yang telah

19
ditentukan di ruangan maka dapat disimpulkan bahwa Lantai
2 kelas 3 memiliki kekurangan tenaga perawat.

2. M2 (Money)

Sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya harus


jelas, dalam arti harus transparan. Untuk pengeluaran ada perencanaan
pengeluaran seperti untuk pengembangan program, insentif perawat,
rincian harga pelayanan jasa pengobatan dan lain- lain.
a. Perencanaan
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Gianyar merupakan
rumah sakit pemerintah dan juga merupakan rumah sakit
pendidikan. Dana di Lantai 2 kelas 3 bersumber pada anggaran RS
yang dikelola secara desentralisasi oleh Bidang Keuangan RSUD
Kabupaten Gianyar. Karena dibiayai oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, pendapatan asli daerah, dan PT. Jasa Raharja.
RSUD Kabupaten Gianyar melayani pasien dengan status
pembayaran Umum, BPJS, BK, dan Jasa Raharja. Terhitung dari
tanggal 1-31 Oktober 2022 jumlah pasien sebanyak 304 dengan
jumlah terbanyak, yaitu 175 pasien menggunakan BPJS
sedangkan paling sedikit yaitu 2 pasien menggunakan Jasa
Raharja.
b. Pengorganisasian
Berdasarkan dari hasil wawancara pengelolaan keuangan
menggunakan sistem manual sentralisasi rumah sakit atau BLUD
dengan status hukum tidak terpisah dari pemerintah daerah yang
memberikan fleksibilitas sehingga rumah sakit dapat mengatur
sendiri pengeluaran dan pendapatan RS. Pengadaan sarana
prasarana operasional ruangan berasal dari rumah sakit dengan
melakukan sistem pengamprahan sesuai kebutuhan ruangan ke
bagian pengadaan.
Segala sesuatu terkait administrasi pembayaran biaya
perawatan pasien rawat inap lantai 2 kelas 3 dilaksanakan oleh

20
pihak SIMRS rumah sakit. Ruang rawat Inap di Lantai 2 Kelas 3
RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar hanya melengkapi
kebutuhan administrasi yang diperlukan saat pasien pulang.
Adapun yang disiapkan oleh petugas di Ruang rawat Inap di
Lantai 2 Kelas 3 untuk pembayaran perawatan pasien, yaitu ː
1. Rincian tindakan medis dan keperawatan
2. Rincian obat – obat
3. Surat Eligibilitas Peserta/SEP (khusus pasien BPJS)
4. Kartu kendali (khusus pasien BPJS
5. Totalan transfusi (jika mendapatkan transfusi)

c. Tarif Perawatan

Tabel 5. Besaran Jasa Layanan Rawat Inap

No Kelas Perawatan Jasa Layanan

Medik Keperawatan
(Rp) (Rp)

1 Kelas III 50.000,00 50.000,00

Tabel 6. Besaran Jasa Layanan Rawat Inap Per Hari


Perawatan

No Kelas Perawatan Jasa Sarana (Rp)

1 Kelas III 110.000,00

Untuk perhitungan akhir semua biaya perawatan ditetapkan


sesuai dengan hari masuknya pasien dihitung satu hari penuh dan
hari pulang. Semua tarif sudah masuk melalui admin dengan
segala tarif obat, layanan jasa, serta layanan rawat inap.

21
d. Pengarahan dan Pengawasan

Untuk pengarahan dan pengawasan keuangan ataupun


pembiayaan di ruangan langsung diarahkan dan diawasi oleh
pihak terkait yaitu bidang keuangan yang ada di Rumah Sakit
Sanjiwani Kabupaten Gianyar.
Berdasarkan data observasi di ruang kelas 3, tarif
berdasarkan kelas sudah sesuai berdasarkan tarif ruangan untuk
kelasnya yang ditentukan oleh rumah sakit.

3. M3 (Material)

Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan
jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain
manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan
bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan
manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil
yang dikehendaki. Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Kelas 3
dalam hal material, meliputi sarana dan prasarana (fasilitas) yang
digunakan di ruangan yaitu sebagai berikut.

a. Perencanaan
1) Wawancara: Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas
inventaris di Ruang Kelas 3 didapatkan bahwa ketersediaan
sarana dan prasarana baik berupa peralatan medis maupun
non medis yang ada di Ruang Kelas 3 belum sesuai dengan
kebutuhan. Inventaris melakukan pengadaan sarana
prasarana dengan format excel kemudian akan dikirimkan
ke bagian IPSRS. Pengadaan sarana dan prasarana tersebut
digunakan untuk pengeluaran dana 2 tahun kedepan untuk
memenuhi perencanaan pengadaan sarana prasarana
ruangan.
2) Observasi: Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di
Lantai 2 kelas 3 yaitu inventaris Kelas 3 mengecek seluruh

22
sarana dan prasarana yang ada di ruangan secara rutin lalu
merekap semua sarana dan prasarana yang rusak, yang habis
dipakai dan lain sebagainya. Sehingga petugas inventaris
mengamprah sarana dan prasarana yang kurang di ruangan
agar dapat memenuhi sarana dan prasarana untuk
menunjang dalam pemberian asuhan keperawatan yang ada
di ruangan. Di Kelas 3 tempat meletakkan peralatan medis
sudah tertata rapi di lemari dan berisi label.

b. Pengorganisasian
Untuk meningkatkan pelayanan perawatan di Ruang Kelas 3
maka ruangan memberikan fasilitas berupa:

1) Fasilitas Pasien

Ruang Kelas 3 merupakan ruang bagian dari ruang rawat


inap medik. Fasilitas kamar untuk pasien yang ada di
ruangan ini berbeda. Berikut secara rinci fasilitas yang
terdapat di Ruang Kelas 3.

Tabel 7. Fasilitas Pasien di Ruang Kelas 3

No Ruang Nama Barang Jumlah Ket.

1. Kamar Bed paramount 3 Baik


201
Bed Platinum 1 Baik

Bantal 4 Baik

Kursi penunggu pasien 4 Baik

Flowmeter 4 Baik

Standar Infus set 4 Baik

Pispot 1 Baik

23
Urinal 1 Baik

Meja besi/metal 4 Baik

AC 1 Baik

2. Kamar Bed paramount 2 Baik


202
Bed platinum 2 Baik

Standar infus kaki 3 1 Baik

Standar infus kaki 5 1 Baik

Standar infus set 2 Baik

Bantal 4 Baik

Kursi penunggu pasien 4 Baik

AC 1 Baik

Pispot 1 Baik

Urinal 1 Baik

Meja besi / metal 4 Baik

Flowmeter 4 Baik

3. Kamar Bed platinum 4 Baik


203
Standar infus set 4 Baik

Standar infus kaki 5 1 Baik

Bantal 4 Baik

Kursi penunggu pasien 4 Baik

24
Flowmeter 4 Baik

Pispot 1 Baik

Urinal 1 Baik

Meja besi/metal 4 Baik

AC 1 Baik

4 Kamar Platinum bed 4 Baik


204
Infus set 2 Baik

Infus kaki 5 3 Baik

Bantal 4 Baik

Kursi penunggu pasien 4 Baik

Flowmeter 4 Baik

Standar infus set 4 Baik

Pispot 1 Baik

Urinal 1 Baik

AC 1 Baik

5 Kamar Platinum Bed 4 Baik


205
Bantal 4 Baik

Kursi penunggu pasien 4 Baik

Flowmeter 4 Baik

Standar infus set 4 Baik

25
Pispot 1 Baik

Urinal 1 Baik

Meja besi/metal 4 Baik

AC 1 Baik

6 Kamar Platinum bed 3 Baik


206
Paramount bed 1 Baik

Bantal 4 Baik

Kursi penunggu pasien 4 Baik

Flowmeter 4 Baik

Standar infus set 4 Baik

Pispot 1 Baik

Urinal 1 Baik

Meja besi/metal 4 Baik

AC 1 Baik

7 Kamar Platinum bed 3 Baik


207
Paramount bed 1 Baik

Infus set 4 Baik

Bantal 4 Baik

Flowmeter 4 Baik

Standar infus set 4 Baik

26
Pispot 1 Baik

Urinal 1 Baik

Meja besi/metal 4 Baik

AC 1 Baik

8 Kamar Platinum bed 3 Baik


208
Paramount bed 1 Baik

Infus set 1 Baik

Infus kaki 4 1 Baik

Infus kaki 5 2 Baik

Bantal 4 Baik

Kursi penunggu pasien 4 Baik

Flowmeter 4 Baik

Standar Infus set 4 Baik

Pispot 1 Baik

Urinal 1 Baik

Meja besi/metal 4 Baik

AC 1 Baik

9 Kamar Platinum bed 3 Baik


209
Paramount bed 1 Baik

Infus set 2 Baik

27
Infus kaki 3 1 Baik

Infus kaki 5 1 Baik

Bantal 4 Baik

Kursi penunggu pasien 4 Baik

Flowmeter 4 Baik

Standar infus set 4 Baik

Pispot 2 Baik

Urinal 1 Baik

Meja besi/metal 4 Baik

AC 1 Baik

10 Kamar Platinum bed 2 Baik


210
Paramount bed 2 Baik

Infus set 1 Baik

Infus kaki 3 1 Baik

Infus kaki 5 1 Baik

Bantal 4 Baik

Kursi penunggu pasien 4 Baik

Flowmeter 4 Baik

Standar infus set 4 Baik

Pispot 1 Baik

28
Urinal 1 Baik

Meja besi/metal 4 Baik

AC 1 Baik

11 Kamar Platinum bed 2 Baik


211
Paramount bed 2 Baik

Infus set 1 Baik

Infus kaki 3 1 Baik

Infus kaki 5 1 Baik

Bantal 4 Baik

Kursi penunggu pasien 4 Baik

Flowmeter 4 Baik

Standar infus set 4 Baik

Pispot 2 Baik

Urinal 2 Baik

Meja besi/metal 4 Baik

AC 1 Baik

29
2) Inventaris Peralatan Kesehatan
Tabel 8. Inventaris Peralatan Kesehatan di
Ruang Kelas 3

No Nama Barang Satuan Jumlah Keadaan Barang


Barang
Baik Kurang Rusak
Baik Berat

1. Blood Pump Unit 1 1

2. Brancard Unit 3 3

3. Glucosa Analyzer Unit 1 1

4. Electro Set 1 1
Cardiograph

5. Emergency Trolly Set 1 1

6. Set Luka Set 5 5

7. Manometer Unit 44 44

8. Heating set Unit 1 1

10. Nebulizer Unit 2 2

12. Pulse Oximeter Buah 3 3

13. Resusitasi Anak Set 1 1

14. Resusitasi Set 1 1


Dewasa

15. Resusitasi Bayi Set 1 1

16. Stetoscope Buah 4 4

17. Suction Pump Set 5 5

30
18. Syringe Pump Unit 6 6

19. Tabung O2 Buah 3 3

20. Tensimeter Set 10 10

21. Thermometer Set 3 3


Analog/Digital

22. Timbangan Bayi Unit 1 1

23. Timbangan Orang Unit 1 1

24. Trolly car/lori Unit 3 3

25. Utility Trolly Unit 2 2

26. Standar Infus Buah 44 44

3) Inventaris Peralatan Non Kesehatan


Tabel 9. Inventaris Peralatan Non Kesehatan di Ruang
Kelas 3 Lantai 2

No Nama Barang Satuan Jumlah Keadaan Barang


Barang
Baik Rusak Rusak
Ringan berat

1. AC Unit 12

2. Alat Unit 3 3
Pemadam/portable

3. Baggage trolly Unit 2 1 1

4. Tong sampah Buah 12 12

5. Kulkas Unit 2 2

31
6. Komputer Set 3 3

7. Kursi besi Buah 2 2

8. Kursi dorong Buah 4 4

9 Kursi kayu Buah 44

10. Lemari kaca Unit 4 1 3

11. Lemari kayu Unit 4 4

12. Meja besi Set 44 30 14

13. Pesawat telepon Buah 1 1

14. Printer Unit 1 1

15. Telepon Aiphone Buah 1 1

16. Telepon Mobile Buah 1 1

17. Tempat Tidur Set 44 29 15


pasien

18. Troli belanja Unit 1 1

19. Thermometer Unit 1 1


ruangan

20. Kitchen timer Unit 1 1

4) Administrasi Penunjang

Sarana dan prasarana di ruang rawat inap Lantai 2 Kelas


3 sudah cukup baik. Fasilitas seperti kamar mandi tersedia
untuk setiap ruangan dan terdapat 1 wastafel dan 1 kamar
mandi di setiap ruangan, 1 kamar mandi di kamar perawat

32
dan 1 wastafel serta 1 kamar mandi ruang obat dan terdapat
1 wastafel. Sehingga total ada 13 kamar mandi di ruang
perawatan dengan kondisi kamar mandi yang cukup baik.
Setiap pagi, sore dan malam ruangan dibersihkan oleh
petugas CS.

5) Pengadaan Barang
a) Sistem pengadaan barang
Pengamprahan barang di Lantai 2 Kelas 3 dilakukan
setiap 2 tahun kedepan sebagai pendorong keluarnya
dana pengamprahan barang di ruangan yang dilakukan
oleh inventaris Lantai 2 kelas 3. Pengadaan barang
baik alkes maupun barang cetak dan barang lainnya
dikelola oleh pihak manajemen rumah sakit. Alur
pengadaan barang yang dilakukan oleh Kelas 3 adalah
membuat daftar barang yang dibutuhkan oleh ruangan,
kemudian mengisi blanko pengadaan barang, lalu
blanko yang telah diisi dan ditandatangani oleh kepala
ruangan diserahkan ke bagian sub koordinator
administrasi logistik, kemudian kepala bidang
keperawatan akan menerima blanko tersebut kemudian
akan diajukan ke bagian pengadaan sarana dan
prasarana di RSUD Sanjiwani Gianyar (IPSRS). Saat
barang tersedia maka akan didistribusikan ke masing-
masing ruangan sesuai dengan amprahan.
b) Sistem maintenance barang
Sistem maintenance barang merupakan sebuah
pekerjaan yang dilakukan secara berurutan untuk
menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga
sesuai dengan standar fungsional dan kualitas. Sistem
maintenance barang yang dilakukan oleh Ruang Kelas
3 yaitu dilakukannya kalibrasi secara rutin oleh bagian
IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit)

33
setiap 1 tahun sekali bekerjasama dengan pihak
rekanan. Untuk barang yang mengalami kerusakan
dari pihak inventaris akan merekap seluruh barang
yang rusak kemudian akan diserahkan ke bagian
IPSRS. Apabila barang tersebut sudah dikatakan rusak
berat ataupun ringan maka pihak IPSRS akan
menginformasikan kembali ke Inventaris ruangan
kemudian inventaris yang akan menginformasikan ke
bagian material bahwa barang tersebut rusak.
Sedangkan maintenance untuk kebersihan peralatan, di
Lantai 2 Kelas 3 dilakukan setiap saat.
c) Sistem pemusnahan barang

Pemusnahan barang merupakan proses kegiatan


yang bertujuan untuk menghilangkan atau
mengeluarkan barang–barang tersebut karena sudah
dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang
diharapkan oleh ruangan. Sistem pemusnahan barang
di Lantai 2 Kelas 3 dilakukan oleh pihak material
setelah mendapatkan informasi dari Inventaris ruangan
atas perintah dari bagian IPSRS
c. Pengarahan
Dalam pengarahan sarana dan prasarana berdasarkan hasil
wawancara yang telah dilakukan bahwa pengarahan diberikan
langsung oleh pihak koordinator administrasi logistic instalasi
rawat inap RSUD Kabupaten Gianyar.
d. Pengawasan
Pengawasan sarana dan prasarana di Lantai 2 Kelas 3
dilakukan langsung oleh petugas inventaris yang berada di
ruangan serta diawasi langsung oleh kepala ruangan setiap harinya
untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang ada di Kelas
3.

34
4. M4 (Method)

Metode merupakan cara yang dipergunakan untuk mengelola


sistem pelayanan di suatu instansi. Dalam pengelolaan keperawatan,
Lantai 2 Kelas 3 menerapkan beberapa metode seperti:

a. Metode Primer

Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian


asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan
berkesinambungan antara klien dan seorang perawat tertentu yang
bertanggung jawab dalam perencanaan, pemberian, dan koordinasi
asuhan keperawatan klien, selama klien dirawat (Menurut Gillies,
1989). Metode keperawatan primer merupakan salah satu jenis
metode pemberian asuhan keperawatan berdasarkan kepada
pembagian tugas seorang perawat untuk memberikan pelayanan
secara komprehensif kepada kelompok kecil pasien dalam satu
ruang perawatan di rumah sakit.

Metode ini merupakan suatu pemberian asuhan keperawatan


dimana perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung
gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari.
Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan,
implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien
masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, Ini
merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat
asosiet. Keperawatan primer ini akan menciptakan kesempatan
untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif,
dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien.
Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien
dibawah tanggung jawab perawat primer, dan perawat asosiet
yang akan melaksanakan rencana asuhan keperawatan dalam
tindakan keperawatan.

Keuntungan yang dirasakan klien ialah mereka merasa lebih


dihargai sebagai manusia karena terpenuhi kebutuhannya secara

35
individu, asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan
tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Metode itu dapat
meningkatkan mutu asuhan keperawatan karena:

1. Hanya ada satu perawat yang bertanggung jawab dalam


perencanaan dan koordinasi asuhan keperawatan.
2. Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 klien.
3. PP bertanggung jawab selama 24 jam.
4. Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal
5. Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat
berjalan paralel.

Keuntungan yang dirasakan oleh PP yaitu memungkinkan


bagi PP untuk pengembangan diri melalui implementasi ilmu
pengetahuan. Hal ini di mungkinkan karena adanya otonomi
dalam membuat keputusan tentang asuhan keperawatan klien. Staf
medis juga merasakan kepuasannya dengan metode ini karena
senantiasa mendapat informasi tentang kondisi klien yang
mutakhir dan komprehensif. Keuntungan yang diperoleh oleh
Rumah Sakit adalah Rumah Sakit tidak harus mempekerjakan
terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi harus merupakan
perawat yang bermutu tinggi.

1) Kajian Data

Lantai 2 Kelas 3 menerapkan MPKP model tim dalam


prakteknya sudah dilaksanakan, hal tersebut dapat dilihat dari:

a) Kualifikasi pendidikan petugas perawat yang berada di


Lantai 2 Kelas 3 sebagian berkualifikasi Ners sebanyak
21 orang dan 5 orang berkualifikasi DIII Keperawatan.
b) Kepala Ruangan dalam pelaksanaan tugasnya dibantu
oleh Wakil Kepala Ruangan. Untuk jadwal shift dibuat
oleh kepala ruangan setiap 1 bulan sekali biasanya pada

36
akhir bulan. Dan untuk penanganan tugas saat dinas sore
dan malam diserahkan kepada penanggung jawab shift
dan anggota tim. Apabila terdapat masalah di ruangan
maka penanggung jawab shift wajib melaporkannya
kepada Kepala Ruangan.
c) Dalam pembagian shift, masih bergantung pada faktor
masa kerja atau senioritas, tetapi masih berdasarkan
kemampuan perawat yang mana senior lebih diutamakan
terlebih dahulu.. Lantai 2 Kelas 3 memiliki lima Ka.Tim
dan dibantu 24 anggota tim.

2) Analisis
Berdasarkan kajian data di atas diketahui bahwa sudah
ada model Metode primer yang digunakan yaitu model tim.
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan hasil
bahwa metode yang digunakan di Lantai 2 kelas 3 adalah
metode tim. Metode tim digunakan sejak ruangan ini ada
hingga saat ini, dengan pembagian 5 tim, masing-masing tim
dipimpin oleh ketua tim yang akan bertanggung jawab kepada
kepala ruangan.

b. Timbang Terima
1) Kajian teori
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara
untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien
harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan
secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau
belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga berkesinambungan dan
asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh perawat primer keperawatan

37
kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau
dinas malam secara tertulis dan lisan (Nursalam, 2011).
Teknik operan fokus ke pasien:
a) Dekati dan sentuh pasien.
b) Ucapkan salam.
c) Bicarakan perkembangan sementara pasien serta
diagnosa keperawatannya.
d) Tanyakan keluhan pasien.
e) Tanyakan respon pasien selama dirawat.
f) Laporan pasien (vital sign, keadaan umum stabil atau
tidak).
g) Pemeriksaan luka, drain, IVFD, balance cairan, catheter.
h) Cek rencana keperawatan.
i) Cek program baru.
j) Jelaskan ke pasien rencana hari ini.
k) Beri kesempatan pasien bertanya.
l) Pemeriksaan kembali catatan keperawatan.
m) Dokumentasikan.
n) Lanjutkan ke pasien selanjutnya.
2) Kajian data
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 1
minggu pengumpulan data diketahui bahwa:

a) Karu, Ketua tim, anggota tim sudah mengadakan diskusi


tentang keadaan pasien di ruang perawat.
b) Perawat menyebutkan identitas dan diagnosa medis
pasien.
c) Timbang terima sudah dilaksanakan dengan berfokus
pada masalah keperawatan pasien. Isi timbang terima
sebagian besar tentang program delegatif dokter dan
terapi pasien.
d) Karu dan ketua tim mengadakan operan keliling ke
pasien.

38
e) Perawat selalu menanyakan respon pasien selama
dirawat, seperti keluhan yang dirasakan pasien.
f) Perawat memberikan laporan pasien, misalnya vital sign
dan keadaan umum saat ini.
g) Perawat sudah mengecek program dokter.
h) Perawat sudah mengoperkan rencana perawatan hari ini
kepada shift jaga berikutnya dan diinformasikan ke
pasien.
3) Analisis
Berdasarkan data di atas maka kelompok kami menyimpulkan
bahwa timbang terima pasien pada Lantai 2 Kelas 3 berjalan
dengan optimal.

c. Ronde keperawatan
1) Kajian teori
Metode keperawatan tim merupakan salah satu metode
pemberian pelayanan keperawatan dimana salah satu
kegiatannya adalah ronde keperawatan, yaitu suatu metode
untuk menggali dan membahas dan secara mendalam masalah
keperawatan yang terjadi kepada pasien dan kebutuhan pasien
akan keperawatan yang dilakukan oleh ketua tim/anggota tim,
konselor, kepala ruangan dan seluruh tim keperawatan dengan
melibatkan secara langsung sebagai fokus kegiatan.
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi
perawat untuk membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan
pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi perawat
dengan harapan dalam meningkatkan kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis
perawat akan tumbuh dan berlatih melalui suatu transfer
pengetahuan dan mengaplikasikan konsep teori dalam praktik
keperawatan (Nursalam, 2011).
Adapun kegiatan ini mempunyai karakteristik meliputi:
a) Pasien terlibat secara langsung.

39
b) Pasien merupakan fokus kegiatan.
c) Tim dan konselor melakukan diskusi bersama.
d) Konselor memfasilitasi kreatifitas.
e) Konselor membantu mengembangkan kemampuan Tim
dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

Manfaat ronde keperawatan :


a) Masalah pasien dapat teratasi.
b) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
c) Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional.
d) Terjalin kerjasama antara tim kesehatan.
e) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan
dengan tepat dan benar.

Kriteria pasien: Pasien yang dipilih untuk melakukan ronde


keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai
berikut:
a) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan.
b) Pasien dengan kasus baru atau langka.

2) Kajian data dan Analisis data


Berdasarkan pengkajian data pada tanggal 31 Oktober - 6
November 2022, melalui observasi dan wawancara dengan
kepala ruangan beserta CI bahwa ronde keperawatan
dilaksanakan setiap bulan ditentukan berdasarkan ruangan
yang dipilih, tetapi 2 bulan terakhir ronde keperawatan tidak
dilaksanakan karena masih fokus mempersiapkan akreditasi.
karena Serta terdapat pedoman pelaksanaan ronde
keperawatan seperti SOP.

40
d. Refleksi Diskusi Kasus (RDK)
1) Kajian Teori

RDK (Refleksi Diskusi Kasus) adalah suatu metode


pembelajaran dalam merefleksikan pengalaman tenaga
keperawatan yang aktual dan menarik dalam memberikan dan
mengelola asuhan keperawatan di lapangan melalui suatu
diskusi kelompok yang mengacu pada pemahaman standar
yang ditetapkan. Refleksi Diskusi Kasus merupakan wahana
untuk masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan/kebidanan yang telah ditetapkan. Selain itu,
DRK dapat meningkatkan profesionalisme perawat,
meningkatkan aktualisasi diri perawat dan bidan,
membangkitkan motivasi belajar perawat, belajar untuk
menghargai kolega untuk lebih asertif dan meningkatkan
kerja sama, memberikan kesempatan individu untuk
mengeluarkan pendapat tanpa merasa tertekan serta
memberikan masukan kepada pimpinan sarana Kesehatan
untuk penambahan dan peningkatan SDM perawat (pelatihan,
Pendidikan berkelanjutan, magang), penyempurnaan SOP dan
bila memungkinkan , pengadaan alat.
Syarat-syarat pelaksanaan
a) Sistem yang didukung oleh manajer lini pertama
(supervisor) dan didukung oleh atasan langsung yang
mendorong serta mewajibkan anggotanya untuk
melaksanakan RDK secara rutin, terencana dan terjadwal
dengan baik. Diatur dalam SK dan Prosedur Tetap
Pelaksanaan RDK.
b) Merupakan satu kelompok profesi
c) Kasus/isu yang menarik diambil dari pengalaman kinerja
klinik
d) Ditunjuk satu orang sebagai penyaji kasus, satu orang
sebagai fasilitator dan beberapa orang sebagai peserta

41
diskusi, posisi fasilitator, penyaji dan peserta lain dalam
diskusi setara/sejajar.
e) Persyaratan administratif : jadual, laporan kasus, lembar
daftar hadir, lembar notulen.
f) Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan
pengalaman kinerja klinis yang menarik dan memberikan
motivasi pada peningkatan kinerja.

Proses Pelaksanaan RDK

a) Kelompok perawat atau kelompok bidan berbagi


(sharing) pengalaman klinis dan iptek diantara sejawat
masing-masing selama 1 jam, minimal setiap bulan
sekali.
b) Setiap anggota secara bergilir mendapat kesempatan dan
menimba pengalaman sebagai fasilitator, penyaji dan
sebagai anggota dalam diskusi tersebut.
c) Proses diskusi memberikan kesempatan kepada setiap
anggota untuk menyampaikan pendapat dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan sedemikian rupa
yang merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta
kemampuan masing-masing.
d) Fasilitator membuat kesimpulan dan menyampaikan
issue-issue yang muncul berdasarkan pernyataan-
pernyataan yang disampaikan oleh semua peserta.
e) Fasilitator melengkapi catatan RDK meliputi materi,
issue-issue yang muncul, termasuk meminta tanda tangan
semua peserta.
f) Selanjutnya fasilitator meminta kesepakatan untuk
rencana pertemuan berikutnya.
g) Fasilitator menutup pertemuan dan berjabat tangan.
h) Fasilitator menyimpan laporan RDK pada arsip yang
telah ditentukan bersama.

42
2) Kajian data dan Analisis data
Berdasarkan pengkajian data pada tanggal 31 Oktober -
6 November 2022, melalui observasi dan wawancara dengan
kepala ruangan beserta CI bahwa RDK keperawatan
dilaksanakan setiap bulan ditentukan berdasarkan ruangan
yang dipilih, tetapi 2 bulan terakhir RDK keperawatan tidak
dilaksanakan karena masih fokus mempersiapkan akreditasi.
karena Serta terdapat pedoman pelaksanaan RDK
keperawatan seperti SOP.

e. Pengelolaan Sentralisasi obat


1) Kajian teori
a) Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengolahan obat dimana seluruh
obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan
pengolahan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2014).

b) Teknik Pengolahan Obat (Sentralisasi)

Dalam teknik pengelolaan obat akan dilakukan


sepenuhnya oleh perawat dengan acuan sebagai berikut:

(1) Penanggung jawab pengelola obat adalah kepala


ruangan yang secara operasional dapat
mendelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
(2) Keluarga pasien wajib mengetahui dan ikut serta
mengontrol penggunaan obat serta menandatangani
surat persetujuan sentralisasi obat.
(3) Penerimaan :
(a) Obat yang telah diresepkan ditujukan kepada
perawat dan obat yang telah diambil oleh
keluarga diserahkan kepada perawat dengan
menerima lembar serah terima.
(b) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis
obat, jumlah dan sediaan dalam kartu kontrol

43
obat dan diketahui (ditandatangani) oleh
keluarga atau pasien dalam buku masuk obat,
kemudian pasien dan keluarga mendapat
penjelasan tentang kapan/ bilamana obat tersebut
akan habis.
(c) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapat kartu
kontrol obat.
(d) Obat yang telah diserahkan selanjutnya
disimpan oleh perawat dalam kotak obat
(Nursalam, 2011)

c) Pembagian obat dan penyimpanan persediaan obat:


(1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disiapkan
untuk diberikan pada pasien.
(2) Obat yang telah disiapkan selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan terlebih dahulu dicocokan dengan
terapi yang diinstruksikan dokter
(3) Pada saat memberikan obat terlebih dahulu perawat
menginformasikan kepada pasien tentang macam,
kegunaan obat, jumlah obat yang diberikan dan efek
samping. Usahakan tempat obat kembali ke perawat
setelah obat dikonsumsi/ disuntikan.
(4) Mencatat kembali dalam buku/ lembar pemberian
obat setelah obat diberikan kepada pasien.
(5) Sediakan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap
pagi oleh kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk
dan didokumentasikan dalam buku obat masuk. Obat
yang hampir habis akan diinformasikan pada
keluarga dan kemudian akan dimintai resep (jika
masih diperlukan) kepada dokter penanggung jawab
pasien.
(6) Lemari obat selalu diperiksa dengan keamanan
mekanisme kunci, penempatan obat dipisahkan

44
antara obat oral (untuk diminum) maupun obat
injeksi maupun obat luar (Nursalam, 2014).

d) Penambahan obat baru


(1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis,
dosis atau perubahan alur pemberian obat maka
informasi ini akan dimasukan dalam buku/ lembar
pemberian obat.
(2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin
(sewaktu saja), maka dokumentasi hanya dilakukan
pada pemberian obat dan kemudian diinformasikan
pada keluarga (Nursalam, 2011).

45
Bagan 3. Alur Pelaksanaan Sentralisasi

Dokter menulis obat

E-Resep SERUNI

Apotek Menerima

Apotek menyiapkan

Diterima melalui
Cs/perawat

Melakukan pengecekan obat melalui SERUNI

Memasukan sesuai nomor keranjang yang tersedia

Aplikasi obat terapi menggunakan prinsip 6B

46
2) Kajian data dan analisis

Lantai 2 Kelas 3 sudah melakukan sentralisasi obat


sepenuhnya. Awalnya dokter meresepkan obat yang
diperlukan oleh pasien melalui SERUNI (Sistem resep
elektronik), Kemudian apotek akan menerima resep dokter
yang sudah tercantum melalui sistem SERUNI dan langsung
menyiapkan obat - obatan tersebut. Pada saat obat datang dari
farmasi (apotek rawat inap), langsung dibawa ke ruang obat
dengan menggunakan trolly kemudian obat tersebut akan di
cek kembali oleh perawat agar tidak terjadi kesalahan dalam
pemberian obat dan kekurangan obat. Obat yang telah
dilakukan pengecekan kemudian akan disusun di keranjang
obat sesuai dengan nomor ruangan dan bed pasien sehingga
memudahkan dalam pengambilan obat dan menghindari
kesalahan pemberian obat. diletakan di. Pada pelaksanaan
pemberian obat sudah tercatat dengan baik pada catatan
keperawatan, dalam pendokumentasiannya sudah lengkap
sesuai 6B (benar nama, dosis, waktu, cara pemberian, obat
dan dokumentasi).

f. Supervisi
1) Kajian teori
Supervisi merupakan upaya untuk membantu
pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang
disupervisi agar mereka dapat melaksanakan kegiatan yang
telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Sudjana & Nana,
2016).
Menurut Depkes (2005), supervisi keperawatan
kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisi mencakup masalah
pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan
agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.

47
Unsur–unsur pokok dalam supervisi menurut (Azwar, 2018)
adalah:
a) Pelaksana
Adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam
pengetahuan dan keterampilan. Tingkat manajer dalam
melakukan supervisi adalah :
1) Manajer puncak/top manager (misalnya : Kakanwil
Depkes, Kadinkes daerah dan Direktur RS).
2) Manajer menengah/middle manager (misal: kepala
bagian tata usaha, kepala bidang, Kasubdin Provinsi).
3) Manajer tingkat pertama/ First Line Manager ( misal:
Kepala Seksi dan kepala urusan).
b) Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan yang melakukan pekerjaan.
c) Frekuensi
Frekuensi harus dilakukan dengan frekuensi yang
berbeda. Supervisi yang dilakukan hanya sekali,
bukankah supervisi yang baik. Tidak ada pedoman yang
pasti tentang seberapa sering supervisi dilakukan,
tergantung derajat kesulitan pekerjaan.
d) Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada
bawahan secara langsung sehingga bawahan memiliki
bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau
pekerjaan dengan hasil baik.
e) Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup
empat hal pokok yaitu menetapkan masalah dan prioritas,
menetapkan penyebab masalah atau prioritas/ jalan
keluar, melaksanakan jalan keluar, menilai hasil yang
dicapai untuk tindak lanjut berikutnya. Teknik supervisi

48
ada dua yaitu dengan pengamatan langsung dan
kerjasama.
Langkah- langkah supervisi ada tiga yaitu:
(1) Mengadakan persiapan pengawasan.
(2) Menjalankan pengawasan.
(3) Memperbaiki penyimpangan.
Manfaat supervisi ada 2 yaitu:
(1) Meningkatkan efektivitas kerja.
(2) Meningkatkan efisiensi kerja.
2) Kajian data
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 31 Oktober - 6
November 2022 dengan wawancara diperoleh data bahwa
dilaksanakannya supervisi manajemen oleh pihak rumah sakit,
manajemen supervisi keruangan sewaktu-waktu. Supervisi
ruangan pada hari kerja dilakukan oleh karu, dan supervisi pada
hari sabtu dan minggu dilakukan oleh wakaru setiap pagi dan
sore. Supervisi keperawatan di ruangan pada hari kerja sudah
dilaksanakan langsung oleh kepala ruangan dan wakil kepala
ruangan. Jenis supervisi yang dilakukan di Ruang Kelas 3 yaitu
supervisi langsung dan supervisi tidak langsung. Supervisi
langsng biasa dilakukan dengan memberikan teguran atau
mengarahkan langsung saat terjadinya suatu kesalahan ataupun
tindakan yang tidak sesuai, sedangkan supervisi secara tidak
langsung yaitu supervisi yang dilakukan melalui laporan
tertulis yaitu kinerja perawat, pasien komplain masalah dalam
ruangan, dan pakaian perawat yang tidak sesuai.
3) Analisis
Berdasarkan kajian data di atas, kegiatan supervisi
manajemen dilaksanakan dan supervisi ruangan sudah
dilaksanakan dengan baik.

49
g. Discharge planning
1) Kajian teori
Discharge planning keperawatan merupakan komponen
yang terkait dengan rentang keperawatan. Rentang
keperawatan sering pula disebut dengan perawatan
berkelanjutan yang artinya perawatan yang dibutuhkan oleh
pasien dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk
memberikan dan mendokumentasikan perencanaan pulang
akan berisiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup dan
disfungsi fisik. Dalam perencanaan pulang diperlukan
komunikasi yang baik dan terarah sehingga apa yang
disampaikan dapat dimengerti dan berguna untuk proses
perawatan di rumah.
Adapun pelaksanaan Discharge planning yang idealnya
dilaksanakan:
a) Ketua Tim memberi Health Education (HE) pada
pasien yang akan pulang atau yang direncanakan
pulang, meliputi: obat-obatan yang masih harus
diminum di rumah, diet, aktivitas, istirahat, kapan
kontrol kembali dan dimana, apa saja yang dibawa
pulang dan hal-hal yang perlu diperhatikan pasien
selama di rumah.
b) Jika pasien pulang dengan meneruskan perawatan
khusus, seperti perawatan kateter atau perawatan luka,
maka pasien dan keluarga dibekali pengetahuan tentang
perawatan kateter dan perawatan luka.
c) Selain memberikan penjelasan secara lisan, Ketua Tim
juga memberikan kartu discharge planning dan leaflet-
leaflet lain yang berisi penjelasan yang diperlukan.
Setelah pasien dan keluarga mendapatkan discharge
planning maka, pasien atau keluarga menandatangani format
discharge planning sebagai bukti telah mendapatkan

50
discharge planning dari perawat. Perencanaan pulang
(discharge planning) akan menghasilkan sebuah hubungan
terintegrasi, yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu
di rumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah
pasien pulang. Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika
dilanjutkan dengan perawatan di rumah. Namun, sampai saat
ini perencanaan pulang bagi pasien yang di rawat di rumah
sakit belum optimal dilaksanakan, dimana peran perawat
terbatas pada kegiatan rutinitas saja, yaitu hanya informasi
kontrol ulang. Pasien yang memerlukan perawatan kesehatan
di rumah, konseling kesehatan atau penyuluhan dan
pelayanan komunitas tapi tidak dibantu dalam upaya
memperoleh pelayanan sebelum pemulangan sering kembali
ke ruang kedaruratan dengan masalah minor, dan sering kali
diterima kembali dalam 24 jam sampai 48 jam dan kemudian
pulang kembali.
2) Kajian data
Discharge planning sudah dilakukan di Lantai 2 Kelas
3, dan pelaksanaannya sudah cukup baik dimana pemberian
health education secara lisan tentang kapan harus kontrol
kembali dan obat-obatan yang harus diminum di rumah sudah
dilakukan dengan baik oleh perawat Ruangan Kelas 3. Pasien
yang telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit sudah
mendapatkan surat keterangan kontrol kembali yang isinya
diagnosa medis pasien, terapi yang harus dilanjutkan di rumah
dan waktu untuk kontrol kembali, namun media edukasi
berupa leaflet/lembar balik tentang tatanan hidup baru dalam
proses pemulihan di rumah belum optimal digunakan.
3) Analisis
Dari hasil kajian data di atas, discharge planning sudah
dilakukan di Lantai 2 Kelas 3. Resume keperawatan untuk
pasien pulang juga sudah tersedia serta pendokumentasian

51
untuk discharge planning sudah cukup baik. Petugas sudah
memiliki kemampuan untuk memberikan edukasi yang baik
kepada pasien maupun keluarga namun perlu ditambahkan
pemberian edukasi yang berfokus pada masalah keperawatan
serta dilengkapi dengan pemberian edukasi dengan
menggunakan media edukasi untuk mendukung pemahaman
pasien maupun keluarga tentang tatanan hidup baru dalam
proses pemulihan di rumah.

h. Metode/ Standar/ Pedoman/ Protap


1) Kajian teori
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai
yang diinginkan dan mampu dicapai berkaitan dengan
parameter yang telah ditetapkan. Berdasarkan Clinical
Practice Guideline (1990), standar merupakan keadaan ideal
atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang
dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal.
Tujuan standar keperawatan menurut (Gillies & D.A,
n.d.) adalah untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, dan
melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas
dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik.
Standar Pelayanan Keperawatan merupakan standar
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien sesuai
dengan penyakit pasien. Masing- masing kelompok SAK
akan dijabarkan sesuai dengan jenis kasus yang ada di suatu
ruangan. Standar administrasi merupakan standar yang
berisikan kebijakan-kebijakan dari suatu rumah sakit.
2) Kajian data
Lantai 2 Kelas 3 merupakan ruang perawatan yang
terintegrasi yaitu ditujukan kepada pasien segala jenis usia
dengan berbagai kasus penyakit. Kasus penyakit jantung,
kasus penyakit paru, kasus penyakit saraf (neuro), THT

52
(Telinga, Hidung, Tenggorokan), kulit kelamin, dan kasus
bedah. Tetapi untuk saat ini pasien anak-anak tidak
dimasukan ke kelas 3. Sudah terdapat Pedoman Asuhan
Keperawatan (PAK) dan Standar Prosedur Operasional (SPO)
di ruangan.
3) Analisis
Berdasarkan pengkajian data tanggal 31 Oktober - 6
November 2022, sudah terdapat PAK dan SPO yang sesuai
dengan kasus yang terdapat di Lantai 2 Kelas 3.

i. Dokumentasi keperawatan
1) Kajian teori
Sistem pendokumentasian yang berlaku saat ini adalah
SOR (Sources Oriented Record) yaitu sistem
pendokumentasian yang berorientasi kepada lima komponen
(lembar penilaian berisi biodata, lembar order dokter, lembar
riwayat medis/penyakit, catatan perawat, catatan dan laporan
khusus).
2) Kajian data
Model pendokumentasian di Ruang kelas 3 lantai 2
sudah menggunakan model SOR. Sudah terdapat format yang
jelas mengenai pendokumentasian, hal ini dilakukan melalui
media E-RM (Elektronik Rekam Medik).
3) Analisis
Berdasarkan hasil observasi pendokumentasian di
Ruang kelas 3 Lantai 2 sudah sesuai berdasarkan SOR.
Pendokumentasian sudah dilakukan secara elektronik melalui
E-RM dan format pendokumentasian sudah sesuai dengan
SOR yang tertera serta dapat diakses oleh tenaga medis dan
paramedis yang bersangkutan.

53
j. Uraian Tugas
1) Kajian teori
a) Pengertian
Uraian tugas adalah seperangkat fungsi dan tugas serta
tanggung jawab yang dijabarkan kedalam kegiatan
pekerjaan. Pernyataan tertulis untuk semua tingkat
jabatan dalam satu unit yang mencerminkan fungsi,
tanggung jawab, dan kualitas yang dibutuhkan.
b) Manfaat
(1) Seleksi individu yang berkualitas
(2) Menyediakan alat evaluasi
(3) Menentukan budget
(4) Penentuan fungsi departemen
(5) Klasifikasi fungsi departemen
c) Lingkup uraian tugas

Uraian tugas dapat menjadi rintangan bila tidak akurat,


tidak lengkap dan kadaluarsa. Penulisan uraian tugas
yang sempurna dapat menjadi aset dan dapat
menggambarkan organisasi kerja yang memberikan
pandangan operasional secara keseluruhan dan
menunjukkan bahwa uraian tugas telah dirancang dan
dianalisis sebagai suatu bagian integral dari pelayanan
organisasi kerja. Dalam menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan dan inovasi teknologi, uraian tugas adalah
subjek perubahan. Perawat atau bidang manajer harus
memelihara agar pekerjaan tetap relevan dengan uraian
tugas melalui perbaikan secara periodik dan sistematis.
d) Klasifikasi uraian tugas Terdiri dari lima dimensi:
(1) Administrasi: jadwal, permintaan dan pemeliharaan
alat, uraian tugas personil, klarifikasi tanggung
jawab dan akuntabilitas.

54
(2) Jaminan mutu: pengetahuan tentang standar,
pengembangan staf, peningkatan motivasi,
membangun kerjasama tim, refleksi kasus.
(3) Promosi: komunikasi, motivasi, pendidikan dan
bimbingan.
(4) Monitoring kinerja klinik: observasi, memeriksa
dokumen, diskusi/ pencatatan.
(5) Kepemimpinan: pengarahan, pelimpahan
wewenang, dan advokasi.
e) Prinsip-prinsip uraian tugas
(1) Mengidentifikasi fungsi dan tugas yang telah
ditetapkan.
(2) Membuat urutan tugas secara logis dan jelas.
(3) Mulai dengan kalimat aktif.
(4) Gunakan kata kerja.
Jadi deskripsi tugas adalah seperangkat fungsi dan tugas
tanggung jawab yang dijabarkan ke dalam kegiatan
pekerjaan.
2) Kajian data
Dari data yang didapatkan di Lantai 2 Kelas 3, masing-
masing petugas memiliki uraian tugas secara tertulis dalam
bentuk SK.

Tabel 10. Uraian Tugas

No SDM Fungsi Uraian Tugas Data


Pengkajian

Ya Tidak

1 Kepala Perencanaan √
a) Mengatur dan
Ruangan
mengendalikan
pelaksanaan

55
asuhan/pelayana
n keperawatan
ruangan
b) Menyusun
kebutuhan staf,
kebutuhan alat,
fasilitas, sarana
dan prasarana
c) Menyusun
mapping
pelatihan dan
rencana
pengembangan
staf
d) Mengatur dinas
dan pembagian
tugas staf secara
tertulis
e) Memonitor
absen harian
f) Memantau dan
membina
penerapan etika
keperawatan
pada
tiap individu
dan staf
g) Melakukan
bimbingan dan
pengawasan
pelaksanaan

56
asuhan
keperawatan
pada tiap
individu pasien
h) Mensosialisasik
an peraturan
atau kebijakan
pihak terkait.
i) Melaksanakan
penyelenggaraa
n tata usaha
ruangan
(meliputi :
kelengkapan
administrasi ,
penilaian kinerja
staf)
j) Membuat
laporan rutin
dan insidentil
tentang
pelaksanaan
keperawatan
k) Melakukan
segala kegiatan
audit pelayanan
keperawatan di
ruangan rawat
inap yang di
kepala
l) Melaksanakan

57
tugas sebagai
IPCLN
m) Menjamin
terlaksananya
pelayanan yang
bermutu dengan
mengutamakan
keselamatan
pasien ruangan /
unit
n) Menjaga mutu
pelayanan dan
keselamatan
pasien di
ruangan / unit
layanan
o) Melaksanakan
kewenangan
klinis sesuai
dengan jenjang
PK

2 Inventaris Pengorganisasi √
a) Membantu
mengatur dan
mengendalikan
pelaksanaan
asuhan/pelayana
n keperawatan
ruangan
b) Membantu
menyusun

58
mapping
pelatihan dan
rencana
pengembangan
staf
c) Membantu
mengatur dinas
dan pembagian
tugas staf secara
tertulis
d) Membantu
memonitor
absen harian
e) Membantu
memantau dan
membina
penerapan etika
keperawatan
pada tiap
individu dan staf
f) Melakukan
bimbingan dan
pengawasan
pelaksanaan
asuhan
keperawatan
pada tiap
individu pasien
g) Mensosialisasik
an peraturan
atau kebijakan

59
pihak terkait
h) Melaksanakan
penyelenggaraa
n tata usaha
ruangan
(meliputi :
kelengkapan
administrasi ,
penilaian kinerja
staf)
i) Membantu
membuat
laporan rutin
dan insidentil
tentang
pelaksanaan
keperawatan
j) Membantu
segala kegiatan
audit pelayanan
keperawatan di
ruangan rawat
inap
k) Menjamin
terlaksananya
pelayanan yang
bermutu dengan
mengutamakan
keselamatan
pasien ruangan /
unit

60
l) Menjaga mutu
pelayanan dan
keselamatan
pasien di
ruangan / unit
layanan
m) Melaksanakan
kewenangan
klinis sesuai
dengan jenjang
PK

3 Ketua Perencanaan a) Memberikan √


Tim asuhan
keperawatan
(pengkajian,
perencanaan,
implementasi,
dan evaluasi)
b) Melakukan
penilaian resiko
seperti : resiko
dekubitus,
resiko jatuh,
penilaian nutrisi
, penilaian nyeri,
dan penilaian
infeksi
nosokomial
c) Memiliki
pengetahuan

61
setiap kondisi
pasien , dan
rencana
keperawatan
untuk memenuhi
kebutuhan
pasien
d) Mampu
mendelegasikan
pelayanan
keperawatan
secara
tepat kepada
anggota tim
e) Melakukan
prioritas
perencanaan
keperawatan,
memberikan
justifikasi , dan
manajemen
waktu secara
efektif
f) Melakukan
dokumentasi
semua aspek
keperawatan
pasien secara
efektif , akurat
dan jelas
g) Mengembangka

62
n hubungan
theraupetik yang
kuat dengan
pasien dan
anggota
keluarga pasien
h) Berkolaborasi
secara langsung
dengan kepala
ruangan dan tim
kesehatan lain
tentang kondisi
dan rencana
keperawatan
pasien
i) Membantu tim
untuk
memahami
upaya
keselamatan
pasien dan
bagaimana
meminimalkan
resiko terhadap
pasien
j) Membuat
laporan
kronologi
insiden
k) Berperan
sebagai role

63
model yang
efektif dan
berkontribusi
secara langsung
dalam
pengembangan
praktek klinik
profesi
keperawatan
l) Berperan dalam
kepemimpinan
yang
bertanggung
jawab dan
relevan dengan
pelayanan
keperawatan
m) Berpartisipasi
dalam program
peningkatan
mutu dan
prosedur
pemantauan
kualitas mutu
atau quality
ansurance
n) Menerapkan
prinsip – prinsip
pengendalian
infeksi seperti
cuci tangan ,

64
prosedur aseptic
secara tepat
o) Menerapkan
pasien safety
melalui
identifikasi
resiko ,
pelaporan
insiden serta
menjaga
lingkungan kerja
yang aman ,
bersih, dan
mengutamakan
keselamatan
pasien
p) Melaksanakan
kewenangan
klinis sesuai
dengan jenjang
PK

4 Anggota Pelaksana √
a) Memberikan
Tim
asuhan
keperawatan
(pengkajian,
perencanaan,
implementasi
dan evaluasi ).
b) Melakukan
prioritas

65
perencanan
keperawatan,
memberikan
justifikasi dan
manajemen
waktu secara
efektif.
c) Memberikan
penjelasan
tentang rencana
asuhan
keperawatan dan
tindakan
keperawatan
yang akan
dilakukan.
d) Melakukan
penilaian resiko
seperti: resiko
decubitus,
resiko jatuh,
penilaian nutrisi,
penilaian nyeri
dan penilaian
infeksi
nosokomial.
e) Melakukan
dokumentasi
semua aspek
keperawatan
pasien secara

66
efektif, akurat
dan jelas.
f) Melakukan
persiapan
peralatan secara
lengkap dan
benar sebelum
memulai
tindakan dan
memeriksa
kerusakan
peralatan.
g) Melakukan
teknis tindakan
keperawatan
dasar dan
khusus secara
aman dan
akurat.
h) Menjaga privasi
dan rahasia
pasien.
i) Memberikan
pelayanan yang
professional
tanpa
memandang
status pasien
dan bekerja
sesuai standar
dan aturan yang

67
berlaku.
j) Mengembangka
n komunikasi
terapeutik
dengan pasien,
anggota
keluarga serta
komunikasi
efektif dengan
tim kesehatan
lain.
k) Menerapkan
prinsip – prinsip
pengendalian
infeksi seperti
cuci tangan,
prosedur aseptic
secara tepat.
l) Melaksanakan
keterampilan
yang baik
tentang
pemberian obat
secara aman.
m) Menerapkan
patient safety
melalui
identifikasi
resiko,
pelaporan
insiden serta

68
menjaga
lingkungan kerja
yang aman,
bersih dan
mengutamakan
keselamatan
pasien.
n) Berpartisipasi
aktif di dalam
program
peningkatan
mutu.
o) Menerapkan
kode etik dan
mematuhi aturan
yang berlaku di
rumah sakit.
p) Melaksanakan
kewenangan
klinis sesuai
dengan jenjang
PK
q) Melaksanakan
tugas lain yang
diberikan oleh
atasan langsung

3) Analisis
Seluruh komponen tenaga yang ada di Ruang Kelas 3
sudah memiliki uraian tugas secara tertulis/ terdokumentasi.

69
k. Patient Safety
1) Kajian Teori
Di Indonesia telah dikeluarkan Kepmen No. 496/
Menkes/ SK/ IV/ 2005 tentang pedomen audit medis dirumah
sakit yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya
pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical
error dan memberikan keselamatan bagi pasien.
Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit
untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik
terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk berusaha
mengurangi medical error sebagai bagian dari
penghargaannya bagi kemanusiaan, maka dikembangkan
sistem patient safety yang dirancang mampu menjawab
permasalahan yang ada.
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu
sistem yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi
lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan seharusnya diambil
(Marseno, 2012). Langkah-langkah pelaksanaan patient safety
yaitu sembilan solusi keselamatan pasien di RS (WHO
Collaborating Center For Patient Safety, May 2 2007) yaitu:

a) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-


alike, sound-alike medication names).
b) Pastikan identifikasi pasien.
c) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien.
d) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang
benar.
e) Kendalikan cairan elektrolit pekat.
f) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan
pelayanan.
g) Hindari salah kateter dan salah sambung selang.

70
h) Gunakan alat injeksi sekali pakai.
i) Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi
nosokomial.

Keselamatan pasien ada enam poin yang harus diperhatikan


yaitu:

a) Ketepatan identifikasi.
b) Komunikasi efektif.
c) Mengurangi risiko infeksi.
d) High alert.
e) Mengurangi risiko jatuh.
f) Tepat lokasi dan prosedur pada pasien operasi.
2) Kajian Data
Pada pelaksanaan patient safety di Ruang Kelas 3 , sudah
optimal. Hal ini dapat dilihat dari enam point patient safety:

a) Ketepatan identifikasi: perawat sudah melakukan


identifikasi saat melakukan suatu tindakan seperti
injeksi yaitu menanyakan dan memastikan kembali
identitas pasien pada gelang pasien.
b) Komunikasi efektif : perawat sudah berkomunikasi
secara aktif pada saat memberikan tindakan
keperawatan seperti menanyakan kembali nama pasien
saat memberikan obat, sudah memberikan kesempatan
bertanya pada keluarga.
c) Mengurangi resiko infeksi: perawat di Ruangan Kelas 3
sudah memperhatikan risiko infeksi, hasil dari audit
sudah disampaikan ke unit terkait. Seperti contoh pada
5 momen cuci tangan sudah dilakukan efektif.
d) High alert: untuk penempatan sudah diletakan di tempat
yang aman (high alert medications). Penyimpanan
pengobatan sudah diberi label yang jelas dan dipisahkan
dengan obat rutin lainnya. Pada pemberian asuhan

71
keperawatan di Lantai 2 Kelas 3 memiliki lembar
catatan pemberian obat high alert yang dilampirkan di
setiap rekam medis pasien.
e) Mengurangi pasien resiko jatuh: pada Ruangan Kelas 3
pengkajian resiko jatuh sudah dilakukan. Sudah ada
panduan intervensi dari masing-masing kategori resiko
jatuh sehingga pelaksanaannya sudah optimal, serta
sudah terdapat panduan edukasi pencegahan risiko jatuh
dan adanya pemasangan jenis gelang pada pasien
dengan risiko jatuh.
f) Tepat lokasi, prosedur pada operasi: biasanya dilakukan
site marking pada pasien yang akan menjalani operasi.
3) Analisis
Berdasarkan kajian data di atas, diketahui bahwa di Lantai 2
Kelas 3 patient safety sudah dilaksanakan secara optimal.

5. M5 (Marketing)

a. Kajian Data
1) Pengkajian sistem pemasaran

RSUD Sanjiwani Gianyar saat ini belum memiliki


sub koordinator pemasaran dikarenakan masih kurangnya
tenaga kerja yang dimiliki sehingga proses pemasaran
dilakukan oleh sub koordinator Humas. RSUD Sanjiwani
Gianyar sudah melakukan pemasaran tentang pelayanan
kesehatan yang dimiliki saat ini. Pemasaran dilaksanakan
melalui media sosial, sosialisasi ke kantor pelayanan
kesehatan yang ada, sosialisasi di kantor desa, masing-
masing kecamatan dan sosialisasi langsung ke fasilitas
kesehatan lain misalnya puskesmas di wilayah Kabupaten
Gianyar dan sekitarnya sebagai upaya untuk melakukan
promosi terkait dengan layanan dan fasilitas yang dimiliki
RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar. Selain itu, pemasaran

72
yang dilakukan juga secara konvensional melalui pemberian
leaflet dan pemasangan poster guna sebagai layanan edukasi
yang dilakukan setiap 2 kali dalam seminggu oleh pihak
RSUD Sanjiwani Gianyar

2) BOR (Bed occupancy rate)


Bed occupancy rate adalah prosentase pemakaian
tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar
internasional BOR dianggap baik adalah 80 – 90 %
sedangkan standar nasional BOR adalah 70 – 80 %.
Rumus penghitungan BOR sbb:

Jumlah hari perawatan


BOR = x 100%
Jumlah TT x Jumlah hari persatuan waktu

3) Average Length of Stay (ALOS)


Average Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata
lama rawat seorang pasien. Indikator ini di samping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan
pada diagnosa tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu
pengamatan lebih lanjut). Secara umum ALOS yang ideal
antara 6 – 9 hari. Di ruang MPKP pengukuran ALOS
dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat setiap bulan
dengan rumus sbb :

Jumlah hari perawatan pasien keluar


ALOS =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

73
4) Turn Over Interval ( TOI )
Turn Over Interval ( TOI ) adalah rata-rata hari
tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi
berikutnya Indikator ini dapat memberikan gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat
tidur kosong hanya dalam waktu 1 – 3 hari. Di MPKP
pengukuran TOI dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat
setiap bulan dengan rumus sebagai berikut:

(Jumlah TT x hari) - hari perawatan RS


TOI =
Jumlah pasien keluar (hidup atau mati)

5) BTO (Bed Turn Over)


BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada
satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu
satuan waktu tertentu (Depkes RI. 2005, Kementerian
Kesehatan 2011). Idealnya dalam satu tahun, satu tempat
tidur rata-rata dipakai 40-50 kali (Depkes RI. 2005,
Kementerian Kesehatan 2011).

Jumlah pasien keluar (hidup atau mati)


BTO =
Jumlah jumlah tempat tidur

Lantai 2 kelas 3 merupakan ruang keperawatan yang


terintegrasi sebagai ruang rawat inap, kelas 3 ini memiliki
kapasitas 44 tempat tidur.

74
Efisiensi pelayanan di Lantai 2 Kelas 3:
(1) BOR (Bed Occupancy Rate)

Tabel 11. BOR (Bed Occupancy Rate)


Tanggal 1 - 15 April 2022 Lantai 2 Kelas 3

Tanggal BOR

1 April 2022 90,5 %

2 April 2022 87 %

3 April 2022 93,3 %

4 April 2022 92,6 %

5 April 2022 98,6 %

6 April 2022 93,6 %

7 April 2022 93,3 %

8 April 2022 89,3 %

9 April 2022 81,0 %

10 April 2022 81,0 %

Berdasarkan tabel di atas dapat disampaikan bahwa


rata–rata persentase pemakaian tempat tidur (BOR)
Lantai 2 Kelas 3 adalah 87,0 % yang artinya berada di
atas standar nasional (60%-80%), akan tetapi BOR
Lantai 2 Kelas 3 masih dalam standar Internasional
Barber ( 75% - 85%)

75
(2) LOS (Length Of Stay)

Tabel 12. LOS (Length Of Stay) Bulan Juli -


September 2022 Lantai 2 Kelas 3

Bulan LOS

Juli 3 hari

Agustus 2 hari

September 3 hari

Berdasarkan tabel di atas dapat disampaikan


bahwa rata- rata lamanya perawatan seorang pasien di
Lantai 2 Kelas 3 adalah 3 hari yang artinya berada di
bawah standar nasional (6-9 hari), akan tetapi masih
berada dalam standar internasional Barber Johnson
adalah (3- 12 hari)
(3) TOI (Turn Over Internal)

Tabel 13. TOI (Turn Over Internal) Bulan Juli -


September 2022 Lantai 2 Kelas 3

Bulan TOI

Juli 3,45 hari

Agustus 3,53 hari

September 3,48 hari

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat


disampaikan bahwa rata- rata tempat tidur tidak
ditempati di Ruang Lantai 2 Kelas 3 adalah 3,33 hari
yang artinya sudah sesuai standar nasional (1-3 hari).

76
(4) BTO (Bed Turn Over)

Tabel 14. BTO (Bed Turn Over) Bulan Juli -


September 2022 Lantai 2 Kelas 3

Bulan BTO

Juli 0,22 kali

Agustus 0,22 kali

September 0,22 kali

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan


bahwa rata-rata frekuensi pemakaian tempat tidur
(BTO) Ruang Lantai 2 kelas 3 adalah 0,22 kali yang
artinya sudah tidak sesuai dengan standar nasional (4-5
kali).
b. Analisis

Berdasarkan kajian data di atas dapat diketahui bahwa


rata-rata persentase pemakaian tempat tidur (BOR) Ruang
Lantai 2 Kelas 3 di atas standar nasional (60%-80%) , akan
tetapi masih berada dalam standar internasional barber (75%-
85%), rata-rata lamanya perawatan seorang pasien (LOS)
Ruang Lantai 2 Kelas 3 berada di bawah standar nasional (6-9
hari), akan tetapi masih berada dalam standar internasional (3-
12 hari), rata- rata tempat tidur tidak ditempati (TOI) Ruang
Lantai 2 Kelas 3 tidak sudah sesuai standar nasional (1-3 hari)
dan rata-rata frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) Ruang
Lantai 2 Kelas 3 telah sesuai dengan standar nasional (4-5 kali)

77
C. Perencanaan

Tabel 15. Prioritas Masalah di Ruang Kelas 3 lantai 2

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Nilai

1 Belum optimalnya 3 4 3 4 4
pengorganisasian
pembagian shift

2 Belum optimalnya 4 3 2 2 2
sarana dan prasarana
di Ruangan Kelas 3
Lantai 2

3 Belum terlaksananya 4 3 4 5 4
ronde keperawatan

4 Belum terlaksananya 4 3 3 4 3
RDK

5 Belum optimalnya 2 1 2 3 2
penggunaan media
leaflet/lembar balik
untuk discharge
planning

Keterangan:
a. Magnitude (Mg): Kecenderungan besar dan sering terjadi masalah
b. Severity (Sv): besarnya kerugian yang akan ditimbulkan
c. Manageability (Mn): dapat diselesaikan atau dikelola

78
d. Nursing Concern (Nc): berfokus pada keperawatan
e. Affordability (Af): Ketersediaan sumber daya

Keterangan rentang nilai:

a. Nilai 1: sangat kurang penting


b. Nilai 2: kurang penting
c. Nilai 3: cukup penting
d. Nilai 4: penting
e. Nilai 5: sangat penting

Prioritas Masalah:

1. Belum terlaksananya ronde keperawatan


2. Belum optimalnya pengorganisasian pembagian shift
3. Belum terlaksananya RDK
4. Belum optimalnya sarana dan prasarana di Ruangan Kelas 3 Lantai 2
5. Belum optimalnya penggunaan media leaflet/lembar balik untuk
discharge planning

79
REFERENSI

RSUD SANJIWANI KABUPATEN GIANYAR .


Asmirajanti, M. (2014). Modul praktik manajemen keperawatan. Fakultas Ilmu-
Ilmu Kesehatan Unirversitas Esa Unggul.
Asmuji, 2014. Manajemen Keperawatan : Konsep dan Aplikasi (Ar Ruzz Me).
Yogyakarta: s.n.
Damanik, R. K. (2020). Pengembangan Desain System Informasi Manajemen
Keperawatan (N. Pangesti (ed.); 1st ed.). Ahlimedia Press.
Erita, 2019. Buku Materi Pembelajaran Manajemen Keperawatan. Jakarta: s.n.
Gilies, &. D. (., n.d. Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem.
s.l.:s.n.
Jayanti, T., 2018. Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Perawat Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Bunda Thamrin Medan Berdasarkan Metode Workload
Indicator Staff Need (Wisn). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Kastuti, W. T., 2018. Perbandingan Metode Gillies Dengan Metode Workload
Indicator Staff Need (Wisn) dalam Menentukan Jumlah Tenaga Perawat di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2017. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Murgianti, S. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Manajemen dan
Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan (1st ed.). Kemenkes RI
(PPSDMK).
Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan Aplkasi dalam Praktik Keperawatan.
4th ed. Jakarta : Salemba Medika.
Rahmat, Agus, D. (2019). Proposal Role Play Kegiatan Sosialisasi Diskusi Refleksi Kasus
(Drk) Manajemen Keperawatan Di Ruang ICU RSD Idaman Banjarbaru.
Universitas Lambung Mangkurat.
Rakhmawati, W., 2008. Perencanaan Kebutuhan Tenaga Keperawatan di
Unit Keperawatan.Bandung: Universitas Padjajaran.
Sihombing, R. M., Tahulending, P. S., Agustine, U., Rumerung, C. L., Hutapea,
A. D., Manalu, N. V., Simbolon, I., Purba, A. M. V., Patrisia, I., Suwandi,

80
E. W., Sulung, N., & Purba, D. H. (2021). Manajemen Keperawatan (R.
Watrianthos (ed.); 1st ed.). Yayasan Kita Menulis.
Supinganto, A., Hadi, I., Rusiana, H. P., Zuliardi, Istianah, Kh., Utami, R. A., &
Rahmana, M. R. (2020). Praktik Manajemen Keperawatan: Teori dan
Aplikasinya (1st ed.). Pantera Publishing.
Susanti, S. S., Anggraini, D. D., Perangin-angin, M. A., Girsang, B. M., Ritonga,
I. L., Tahulending, P. S., Rumerung, C. L., Sihombing, R. M., Hutapea, A.
D., & Purba, D. H. (2020). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam
Keperawatan (A. Rikki (ed.); 1st ed.). Yayasan Kita Menulis.
Sade, S., 2013. Analisis Kebutuhan Jumlah Tenaga Perawat Berdasarkan Beban
Kerja Pada Instalasi Rawat Inap Rsud Mamuju Utara Provinsi Sulawesi
Barat. Makasar: Universitas Hasanuddin.
Sitorus, R., 2011. Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit :
Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat. Jakarta: EGC.
Sudjana & Nana, 2016. Dasar-dasar Proses Belajar Manajemen Keperawatan.
Bandung: Sinar Baru Algensido Offiset.
Wardanengsih, Ery dan Nirmawati Darwis. 2022. Manajemen Keperwatan.
Boyolali: Penerbit Lakeisha.
Sulastien, Herni dan Putu Widhi Sudariani. 2020. Buku Ajar Manajemen
Keperawatan dan Kepemimpinan. Bogor: Guepedia

81
Lampiran 1 Denah Ruang Kelas 3 RSUD Sanjiwani Gianyar.

Bed C Bed B Bed C Bed B Bed C Bed B Bed C Bed B Bed C Bed B Bed C Bed B

211 209 207 203 201


Ruang tindakan
205
Bed D Bed A Bed D Bed A Bed D Bed A Bed D Bed A Bed D Bed A Bed D Bed A

toilet toilet toilet toilet toilet toilet toilet

Tempat duduk

Janitor
toilet toilet toilet toilet toilet

toilet
Bed A Bed D Bed A Bed D Bed A Bed D Bed A Bed D Bed A Bed D

station
Nurse
210 208 206 204 202
Bed B Bed C Bed B Bed C Bed B Bed C Bed B Bed C Bed B Bed C

Lorong

Lift

Ruang penunggu pasien

82

Anda mungkin juga menyukai