Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA BERENCANA (KB)

Oleh:
NOVIKA ANA LELY HARAHAP
PO71202210069

PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KELUARGA BERENCANA (KB)

A. DEFINISI
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu untuk mendapatkan
objek-objek tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kehamilan yang diinginkan, mengatur interval kehamilan, menentukan jumlah anak
dalam keluarga, mengontrol saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri.
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari
mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk
mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015” dimana misinya sangat menekankan
pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam
meningkatkan kualitas keluarga. Oleh karena itu diperlukan suatu metode kontrasepsi
untuk mengatur kelahiran anak (Saifuddin, 2010).Kontrasepsi adalah upaya untuk
mencegah terjadinya kehamilan, alat yang digunakan untuk menunda kehamilan dan
menjarangkan jarak kelahiran.
Menurut WHO (dalam Imbarwati, 2009), keluarga berencana adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk:
a. Mendapatkan obyektif-obyektif tertentu
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d. Mengatur interval diantara kelahiran
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga
Dalam Imbarwati (2009) juga dijelaskan bahwa kontrasepsi berasal dari kata
kontra berarti mencegah atau melawan.Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel
telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan.Jadi kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

B. TUJUAN
Tujuan menggunakan kontrasepsi adalah untuk menjarangkan kelahiran,
mengendalikan jumlah anak, dan untuk kesehatan reproduksi wanita.Serta mencapai
keluarga yang sejahtera.
Menurut Imbarwati (2009) kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran.
Kebijakan KB ini bersama-sama dengan usaha pembangunan yang lain selanjutnya akan
meningkatkan kesejahteraan keluarga.

C. JENIS-JENIS
Menurut Kusumaningrum (2009), terdapat beberapa jenis kontrasepsi, diantaranya:
a. Alami
1. Metode Suhu Basal Tubuh
Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun, biasanya diambil pada saat
bangun tidur dan belum meninggalkan tempat tidur. Suhu basal tubuh akan meningkat
setelah ovulasi. Pencatatan suhu dilakukan setiap hari pada sebuah tabel/kertas grafik
Contoh grafiknya seperti ini :

2. Metode Lendir Serviks


Metode berdasarkan lendir serviks yang muncul dalam siklus wanita.Lendir ini dicek di
vagina.Sesudah haid vagina biasanya kering.Setelah itu muncul lendir yang lengket
(sticky).Sesaat sebelum ovulasi, lendir berubah menjadi basah dan licin (wet and
slippery).Hari terakhir basah karena lendir ini biasanya bersamaan dengan ovulasi.
3. Metode Sympthotermal
Metode ini menggabungkan kedua metode diatas. Selanjutnya wanita disuruh mencari
tanda tanda ovulasi lainnya yaitu: nyeri perut (cramps), spotting dan perubahan posisi
serta konsistensi serviks. Metode ini sedikit lebih unggul karena mengkombinasi
berbagai variabel.Tetapi tetap juga memiliki keterbatasan.
4. Metode Kalender
Bila haid teratur (28 hari), Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan
masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.Sedangkan, bila
siklus haid tidak teratur, harus dicatat siklus haid selama 6 bulan.Yang paling normal
haid adalah 28 hari, tetapi masih dianggap normal jika antara 21-35 hari.Masa subur
awal didapatkan dengan siklus terpendek dikurangi 18 dan akhir masa subur adalah
siklus terpanjang dikurangi 11.Misalnya siklus terpendek 25 hari dan terpanjang 35 hari,
maka waktu subur adalah antara hari ke 7 s/d 24.
5. Metode Amenorea Laktasi
Pada periode menyususi sering wanita menjadi tidak haid akibat hormon
laktasi.Ternyata disamping haid, ovulasi juga ikut terhambat.Supaya methode ini bekerja
dengan baik, ibu2 harus memberikan ASI saja (eksklusif). Interval menyusui pada
malam hari tidak melebihi 6 jam dan interval siang tidak lebih 4 jam. Semakin sering
dan lama bayi menyusui maka semakin kecil ovulasi akan timbul. Dalam 6 bulan
pertama jika diterapkan dengan benar angka kehamilannya hanya 2 %.Jika perdarahan
(haid) muncul maka kemungkinan hamil semakin muncul.
6. Coitus Interruptus  (senggama terputus)
Ejakulasi dilakukan di luar vagina.Efektivitasnya 75-80%.Faktor kegagalan biasanya
terjadi karena ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau
terlambat menarik penis keluar.
b. Kontrasepsi Mekanik
1. Kondom
Terbuat dari latex, ada kondom untuk pria maupun wanita serta berfungsi sebagai
pemblokir atau barrier sperma.Kegagalan pada umumnya karena kondom tidak dipasang
sejak permulaan senggama atau terlambat menarik penis setelah ejakulasi sehingga
kondom terlepas dan cairan sperma tumpah di dalam vagina.
o Cara Kerja
Sarung karet ini mencegah sperma bertemu dengan ovum
o Efektivitas
Dalam teori: 98%. Dalam praktek: 85%. Efektif jika digunakan benar tiap
kali berhubungan.Namun efektivitasnya kurang jika dibandingkan metode pil,
AKDR, suntikan KB.
o Keuntungan
a) Dapat dipaki sendiri
b) Dapat mencegah penularan penyakit kelamin
c) Tidak mempengaruhi kegiatan menyusui
d) Dapat digunakan sebagai pendukung metode lain
e) Tidak mengganggu kesehatan
f) Tidak ada efek samping sistemik
g) Tersedia secara luas
h) Tidak perlu resep atau penilaian medis
i) Tidak mahal (jangka pendek)
o Kekurangan metode ini:
a) Mudah robek bila tergores kuku atau benda tajam lain
b) Membutuhkan waktu untuk pemasangan
c) Mengurangi sensasi seksual
o Baik untuk pasangan yang:
a) Ingin menunda kehamilan atau ingin menjarangkan anak
b) Jarang bersenggama
c) Pasangan yang takut menularkan & tertular penyakit kelamin
d) Wanita yang kemungkinan sudah hamil
o Kontraindikasi
Alergi.
2. Spermatisida
Bahan kimia aktif untuk 'membunuh' sperma, berbentuk cairan, krim
atau tisu vagina yang harus dimasukkan ke dalam vagina 5 menit
sebelum senggama. Efektivitasnya 70%. Sayangnya bisa
menyebabkan reaksi alergi. Kegagalan sering terjadi karena waktu
larut yang belum cukup, jumlah spermatisida yang digunakan terlalu
sedikit atau vagina sudah dibilas dalam waktu < 6 jam setelah
senggama.
3. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR atau spiral, atau Intra-Uterine Devices (IUD) adalah alat yang
dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yg ditempatkan
di dalam rahim.Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan dapat
dilepaskan bila berkeinginan untuk mempunyai anak.
o Jenis
Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus.Lilitan kawat tembaga halus ini
mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.IUD bentuk
T yang baru.
IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah
selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas
yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun
perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek
samping hormonal dan amenorhea.
Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan.
fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel.
Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung.Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.
o Cara Kerja
AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur.
Imbarwati (2009), menjelaskan cara kerja IUD sebagai berikut:
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri
c) Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma masuk ke
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

o Efektivitas
Sangat efektif (0,5-1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian selama 1
tahun)
o Keuntungan
a) Tidak terganggu faktor lupa
b) Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan menggunakan
tembaga T 380 A)
c) Mengurangi kunjungan ke klinik
d) Lebih murah dari pil dalam jangka panjang
o Baik untuk Wanita yang:
a) Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektivitas yg tinggi, & jangka
panjang
b) Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak
c) Memberikan ASI
d) Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI
e) Berada dalam masa pasca aborsi
f) Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
g) Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari
h) Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang
memang tidak boleh menggunakannya
i) Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat
o Kontraindikasi
a) Hamil atau diduga hamil
b) Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit
kelamin
c) Pernah menderita radang rongga panggul
d) Penderita perdarahan pervaginam yg abnormal
e) Riwayat kehamilan ektopik
f) Penderita kanker alat kelamin
o Efek samping
a) Perdarahan dank ram selama minggu2 pertama setelah pemasangan.
Kadang2 ditemukan keputihan yg bertambah banyak. Disamping itu pada
saat berhubungan (senggama0 terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi)
sebagian atau seluruhnya
b) Pemasangan IUD mungkin meninmbulkan rasa tidak nyaman dan
dihubungkan dengan resiko infeksi rahim.
o Waktu Penggunaan IUD
Dalam Imbarwati (2009) dijelaskan penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada
saat:
a) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
b) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
c) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea
laktasi (MAL)
d) Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak
ada gejala infeksi
e) Selama 1-5 hari setelah senggama yg tidak dilindungi
o Waktu Kontrol IUD
Menurut Imbarwati (2009), waktu kontrol IUd yang harus diperhatikan adalah:
a) 1 bulan pasca pemasangan
b) 3 bulan kemudian
c) Setiap 6 bulan berikutnya
d) Bila terlambat haid 1 minggu
e) Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya
c. Kontrasepsi Hormonal
Dengan fungsi utama untuk mencegah kehamilan (karena menghambat ovulasi),
kontrasepsi ini juga biasa digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Harus diperhatikan beberapa faktor dalam pemakaian semua jenis obat yang
bersifat hormonal, yaitu:
1. Kontraindikasi mutlak: (sama sekali tidak boleh diberikan):kehamilan,
gejala thromboemboli, kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati
atau tumor dalam rahim.
2. Kontraindikasi relatif (boleh diberikan dengan pengawasan intensif oleh
dokter): penyakit kencing manis (DM), hipertensi, pendarahan vagina berat,
penyakit ginjal dan jantung.

1. Kontrasepsi PIL
Tablet yang mengandung hormone estrogen dan progesterone sintetik disebut pil
kombinasi dan hanya
mengandung progesterone sintetik saja disebut Mini Pil atau Pil Progestrin.
o Cara Kerja
a) Menekan ovulasi
b) Jika seorang wanita minum pil KB setiap hari maka tidak akan terjadi ovulasi
(tidak ada sel telur). Tanpa ovulasi tidak akan terjadi kehamilan.
c) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu
d) Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan proses
implantasi
e) Memperkental lender serviks (mencegah penetrasi sperma)
o Efektivitas
Efektivitas teoritis untuk pil sebesar 99,7% sedangkan efektivitas praktisnya
sebesar 90-96%. Artinya pil cukup efektif jika tidak lupa meminum pil secara
teratur.
o Keuntungan
a) Mudah penggunaannya dan mudah didapat
b) Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid
c) Mengurangi resiko terjadinya KET (Kehamilan Ektopik Terganggu) dan
Kista Ovarium
d) Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium dan rahim
e) Pemulihan kesuburan hampir 100%
o Baik untuk wanita yang:
a) Masih ingin punya anak
b) Punya jadwal harian yang rutin
o Kontraindikasi
a) Menyusui (khsusu pil kombinasi)
b) Pernah sakit jantung
c) Tumor atau keganasan
d) Kelainan jantung, varices, dan darah tinggi
e) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui sebabnya
f) Penyakit gondok
g) Gangguan fungsi hati & ginjal
h) Diabetes, epilepsy, dan depresi mental
i) Tidak dianjurkan bagi wanita mur >40 tahun
o Efek Samping
Penggunaan pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan efek
samping, antara lain mual, berat badan bertambah, sakit kepala (berkunang-
kunang) perubahan warna kulit dan efek samping ini dapat timbul berbulan-
bulan.

2. KB Suntik
Kontrasepsi suntikan adalah hormone yang diberikan secara suntikan atau injeksi
untuk mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan hormone ini ada yg terdiri
atas 1 hormon, & ada pula yg terdiri atas dua hormone sebagai contoh jenis suntikan yg
terdiri 1 hormon adalah Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston & Noristerat.
Sedangkan yg terdiri dari atas dua hormone adalah Cyclofem dan Mesygna.
KB suntik sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang menginginkan
kontrasepsi yang efektif, reversible, dan belum bersedia untuk sterilisasi.
o Cara Kerja
a) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum
untuk terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan releasing faktor
dari hipotalamus.
b) Mengentalkan lender serviks sehingga sulit untuk ditembus oleh spermatozoa.
c) Merubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak sempurna untuk
implantasi dari hasil konsepsi.
o Efektivitas
Dalam teori: 99,75%. Dalam praktek: 95-97%.
o Keuntungan
a) Noristerat pemberiannya sederhana diberikan 200 mg sekali setiap 8 minggu
untuk 6 bulan pertama 3 x suntikan pertama kemudian selanjutnya sekali tiap 12
minggu.
b) DMPA pemberiannya diberikan sekali dalam 12 minggu dengan dosis 150 mg.
c) Tingkat efektifitasnya tinggi
d) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.
e) Suntikan tidak ada hubungannya dengan saat bersenggama.
f) Tidak perlu menyimpan atau membeli persediaan.
g) Kontrasepsi suntikan dapat dihentikan setelah 3 bulan dengan cara tidak
disuntik ulang, sedangkan IUD dan implant yang non-bioderdable harus
dikeluarkan oleh orang lain.
h) Bila perlu, wanita dapat menggunakan kontrasepsi suntikan tanpa perlu
memberitahukan kepada siapapun termasuk suami atau keluarga lain.
i) Tidak ditemukan efek samping minor seperti pada POK yang disebabkan
estrogen, antara lain mual atau efek samping yang lebih serius seperti timbulnya
bekuan darah disamping estrogen juga dapat menekan produksi ASI.
o Kerugian
a) Perdarahan yang tidak menentu
b) terjadinya amenorhoe yang berkepanjangan
c) Berat badan yang bertambah
d) Sakit kepala
e) Kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan
f) Jika terdapat atau mengalami side efek dari suntikan tidak dapat ditarik lagi.
g) Masih mungkin terjadi kehamilan, karena mempunyai angka kegagalan 0.7%.
h) Pemberiannya harus dilakukan oleh orang yang profesional.
i) Menimbulkan rasa sakit akibat suntikan
j) Memerlukan biaya yang cukup tinggi.
o Saat Pemberian yang tepat:
a) Pasca persalinan
1. Segera diberika ketika masih di Rumah Sakit atau setelah 6 minggu post
partum dan sebelum berkumpul dengan suami.
2. Tepat pada jadwal suntikan berikutnya.
b) Pasca Abortus
1. Segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari.
2. Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan.
c) Interval.
1. Hari kelima menstruasi
2. Jadwal waktu suntikan diperhitungkan.
o Baik untuk Wanita yang:
a) Calon akseptor yg tinggal di daerah terpencil
b) Lebih suka disuntik daripada makan pil
c) Menginginkan metode yang efektif dan bisa dikembalikan lagi
d) Mungkin tidak ingin punya anak lagi
e) Tidak khawatir kalau tidak mendapat haid
o Kontraindikasi
a) Hamil atau disangka hamil
b) Perdarahan pervaginam yg tidak diketahui sebabnya
c) Tumor/keganasan
d) Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis, penyakit paru berat, varices
o Efek Samping
1) Gangguan Haid :
a). Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan selama menggunakan
kontrasepsi suntikan kecuali pada pemakaian cyclofem.
b). Spoting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama
menggunakan kontrasepsi suntikan.
c). metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya
2) Keputihan
Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari jalan lahir dan terasa
mengganggu ( jarang terjadi)
3) Perubahan berat badan
Berat badan bertambah beberapa kilogram dalam beberapa bulan setelah
menggunakan kontrasepsi suntikan
4) Pusing dan sakit kepala
Rasa berputar /sakit kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi, kedua sisi atau
keseluruhan dari bagian kepala .Ini biasanya bersifat sementara.
5) Hematoma
Warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan di bawah
kulit.

3. AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)/ Implant


Adalah 2 kapsul kecil yang terbuat dari silicon berisi 75 gram hormone
levonorgestrel yang ditanam di bawah kulit.
o Cara Kerja
AKBK atau sering disebut dengan implant secara tetap melepaskan hormone
tersebut dalam dosis kecil ke dalam darah.
Bekerja dengan cara:
a) Lendir serviks menjadi kental
b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
c) Menekan ovulasi
o Efektivitas
Dalam teori: 99,7%. Dalam praktek: 97-99%
o Keuntungan
a) Sekali pasang untuk 3 tahun
b) Tidak mempengaruhi produksi ASI
c) Tidak mempengaruhi tekanan darah
d) Pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum pemakaian
e) Baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi tetapi belum mantap untuk
di tubektomi
o Baik untuk wanita yang:
a) Ingin metode yang praktis
b) Mungkin tidak ingin punya anak lagi
c) Tinggal di daerah terpencil
d) Tak khawatir jika tak dapat haid
o Kontraindikasi
a) Hamil atau disangka hamil
b) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
c) Tumor/keganasan
d) Penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis
o Efek samping
Kadang2 pada saat pemasangan akan terasa nyeri. Selain itu ditemukan haid
yang tidak teratur, sakit kepala, kadang2 terjadi spotting atau anemia karena
perdarahan yg kronis.
o Waktu Mulai Menggunakan Implant
a) Implant dapat dipasang selama siklus haid ke-2 sampai hari ke-7
b) Bila tidak hamil dapat dilakukan setiap saat
c) Saat menyusui 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan
d) Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan
e) Bila setelah beberapa minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi
dilakukan setiap saat jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari
4. Koyo KB (Patch)
Ditempelkan di kulit setiap minggu, sayangnya bagi yang
berkulit sensitif sering menimbulkan reaksi alergi.
Efektivitas suatu metode kontrasepsi biasanya dinyatakan
dengan angka z (PI).Angka ini menunjukkan jumlah kehamilan yang
terjadi pada 100 wanita bila menggunakan metode kontrasepsi tersebut
selama 1 tahun.Angka PI yang semakin kecil menandakan semakin
efektifnya metode kontrasepsi tersebut.

d. Kontrasepsi strerilisasi
Adalah pemotongan atau pegikatan kedua saluran telur wanita (tubektomi) atau
kedua saluran sperma laki-laki (vasektomi). Operasi tubektomi ada beberapa macam
cara antara lain adalah Kuldoskopik, Kolpotomi, Posterior, Laparoskopi, dan
Minilaparotomi. Cara yang sering dipakai di Indonesia adalah Laparoskopi dan Mini
laparotomi.
1. Kontap Pada Wanita ( TUBEKTOMI )
TUBEKTOMI adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang menyebabkan
wanita bersangkutan tidak hamil lagi. Merupakan alat kontrasepsi paling efektif dengan
angka kegagalankurang dari 1%

o Keuntungan Tubektomi
a) Sangat efektif
b) Permanen
c) Tidak mempengaruhi proses menyusui
d) Tidak bergantung pada faktor senggama
e) Baik bagi klien apabila kehanilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius
f) Pembedahan sederhana dan dapat dilakukan dengan anastesi local
g) Tidak ada efek samping dalam jangka waktu panjang
h) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
i) Berkurangnya resiko kanker ovarium
o Yang Dapat Menjalani Tubektomi
a) Usia > 26 tahun
b) Peritas > 2
c) Yakin telah mempunyai besar keluarga ayng sesui dngan kehendak
d) Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius
e) Pasca persalinan
f) Pasca keguguran
g) Secara sukareka setuju dengan prosedur ini
o Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi
a) Hamil
b) Perdarahan vaginal yang belum terjelasajn
c) Infeksi sistemik atau pelvic yang akut
d) Tidak boleh menjalani proses pembedahan
e) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan
f) Belum memberikan persetujuan tertulis

o Kapan dilakukan
a) Setiap waktu selama siklus menstrusi apabila diyakini secara rasional klien tsb
tidak hamil
b) Hari ke 6 – 13 siklus menstruasi ( fase proliferasi )
c) Pasca persalinan

2. Kontap Pada Pria ( VASEKTOMI )


VASEKTOMI adalah prosedur klinik untuk menghenrtikan kapasitas reproduksi pria
dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.

o Indikasi
Upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi mengancam atau
gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan
dan kualitas keluarga.
o Kondisi Yang Memerlukan Perhatian Khusus Bagi Tindakan Vasektomi
a) Infeksi kulit pada daerah operasi
b) Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien
c) Hidrokel atau varikokel yang besar
d) Hernia inguinalis
e) Filariasis / elephantiasis
f) Undesensus testikularis
g) Massa intraskrotalis
h) Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan
antikoagulansia
D. SIKLUS MENSTRUASI
a. Pengertian
Menstruasi merupakan proses pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai
dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat
kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan
membentuk siklus menstruasi. Bila siklus haid teratur (28 hari) : Hari pertama dalam
siklus haid dihitung sebagai hari ke-1. Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-
16 dalam siklus haid.
b. Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi :
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone - releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH.
2. LH-RH (luteinizing hormone- releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH.
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolaktin.

c. Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:


1. Masa menstruasi
Berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim)
dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada
dalam kadar paling rendah.
a) Masa proliferasi
 Dimulai dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14.
 Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi
pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim
untuk perlekatan janin.
 Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke- 12 sampai
14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
b) Masa sekresi.
Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi.Hormon progesteron
dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat
kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim).
d. Mekanisme Siklus Menstruasi
 Pada setiap siklus haid FSH dikeluarkan oleh Lobus anterior hipofisis yang
menyebabkab beberapa folikel primer berkembang dalam ovarium.
 Folikel primer berkembang menjadi folikel de Graaf yang membuat esterogen,
 Esterogen menekan FSH, sehingga lobus anterior hipofisis mengeluarkan
hormon gonadotropin yang kedua yaitu LH (luteinizing hormone)
 Produksi FSH dan LH dipengaruhi RH (relasing hormones) yang disalurkan dari
hipotalamus ke hipofisis
 Dibawah pengruh RH folikel de graff semakin lama semakin matang dan makin
banyak mengeluarkan likuor folikuli yang mengandung esterogen. Esterogen
mempunyai pengaruh terhadap endometrium menyebabkan endometrium
tumbuh (menebal) yang disebut masa proliferasi
 Dibawah pengaruh LH folikel de graff menjadi lebih matang, mendekati
permukaan ovarium, dan kemudian terjadi ovulasi.
 Setelah ovulasi terjadi, terbentuklah korpus rubrum(berwarna merah) yang akan
menjadi korpus luteum (berwarna kuning).
 Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Hormon progesteron
mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi
menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berlekuk-lekuk dan bersekresi (masa
sekresi)
 Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi yang menyebabkan
kadar esterogen dan progesteron menurun, sehingga terjadi degenerasi serta
perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik, yang disebut masa
mestruasi.
 Bilamana ada pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum
dipertahankan dan berkembang menjadi korpus luteum graviditatis
E. PATHWAY
1. Suntik
Suntik

Progesterone Estrogen

Sirkulasi GIT Reproduksi


Faktor pembekuan
darah meningkat
Retensi cairan Merangsang pusat Stimulasi hipotalamus
reseptor makanan Pengentalan lender
Trombosis
Peningkatan TD Menekan LH,FSH serviks
Nafsu makan
Menghambat meningkat Ovulasi terhambat Menghambat penetrasi
siklus sperma
oksigenasi BB meningkat Perubahan maturasi
endometrium Sperma & ovum tidak
Nyeri kepala Perubahan body bertemu
Menghambat image Atropi
Nyeri produksi Lender meningkat
prostaglandin Dinding rahim sulit
Asam lambung lepas Keputihan
meningkat Peningkatan
proteksi Amenorrhea
Merangsang terhadap
Mual muntah mukosa Ansietas
lambung
Devisit
vol.cairan Iritasi mukosa
lambung

2. PIL KOMBINASI
PIL

Progesterone Estrogen

Sirkulasi Reproduksi
Faktor pembekuan
GIT
darah meningkat
Retensi Stimulasi hipotalamus
cairan & Na Merangsang pusat Pengentalan lender
Trombosis
nafsu makan LH,FSH menurun serviks
Peningkatan
TD Nafsu makan Ovulasi terhambat Menghambat penetrasi
meningkat sperma
Menghambat Perubahan maturasi
sikluas BB meningkat endometrium Sperma & ovum tidak
oksigenasi bertemu
Menghambat Perubahan body Atropi
Nyeri kepala produksi image Lendir meningkat
prostaglandin Dinding rahim sulit
Nyeri lepas Konsepsi tidak terjadi
Peningkatan
Asam proteksi Amenorrhea
lambung terhadap
meningkat mukosa Ansietas
lambung
Merangsang
muntah Iritasi mukosa
lambung
Devisit
vol.cairan
3. IMPLANT
IMPLANT

Hormon levonorgestrel (progestin sintetik) Benda asing dibawah kulit

Kadar progestin tetap Supresi maturasi siklik Merangsang hipotalamus Reaksi radang di lengan Kurang pengetahuan
konstan endometrium dan hipofisis kiri tentang prosedur
pemasangan dan efek yg
Mucus servik Mengganggu proses Supresi peningkatan Pelepasan mediator terjadi
menebal, kental dan pembentukan Luteininzing Hormone inflamasi
jumlahnya menurun endometrium (LH) Ansietas
Stimulasi saraf simpatis
Membentuk sawar Atrofi endometrium Menekan terjadinya & parasimpatis
untuk penetrasi ovulasi
sperma Menghambat terjadinya Persepsi nyeri
implantasi
Menghambat Nyeri
pergerakan sperma
4. IUD
IUD

Benda asing dalam uterus

Reaksi radang di cavum Perubahan reaksi kimia Terjadi efek mekanik Kurang pengetahuan
uteri tentang prosedur
Perubahan reaksi pemasangan dan efek
Erosi endometrium Kontraksi uterus
Fagosit meningkat enzimatik uterus yg terjadi

Spotting Iskemia otot uterus


Perubahan endometrium Perubahan Ansietas
endometrium
Infeksi Pelepasan mediator
Keputihan meningkat
inflamasi
Nidasi tidak terjadi
Infeksi pelvis Makrofag meningkat
Stimulasi saraf
Hipertermi Menekan sperma simpatis &
parasimpatis
Perubahan suhu tubuh Sperma dan ovum
tidak bertemu Persepsi nyeri

Nyeri
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan suami
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat mestruasi
e. Riwayat KB
f. Riwayat psikologi
g. Pemeriksaan fisik
h. Riwayat obstetric
2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
a. Kontrasepsi suntik
 Nyeri akut
 Deficit volume cairan
 Perubahan body image
 Ansietas
b. Kontrasepsi pil
 Nyeri akut
 Perubahan body image
c. Implant
 Nyeri akut
 Ansietas
 Kurang pengetahuan
d. IUD
 Nyeri akut
 Perubahan suhu tubuh
 Ansietas
 Kurang pengetahuan

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut
Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan

Luaran Keperawatan Intervensi

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan a. Manajemen nyeri


keperawatan selama 1x24 jam, 1) Observasi
Penyebab: tingkat nyeri menurun dan - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
a. Agen pencedera fisiologis kriteria hasil: nyeri
(mis. inflamasi, iskemia, - Kemampuan menuntaskan - Identifikasi skala nyeri
neoplasma) aktivitas meningkat - Identifikasi respons nyeri non verbal
b. Agen pencedera kimiawi - Keluhan nyeri menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
(mis. terbakar, bahan kimia - Meringis menurun - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
iritan) - Sikap protektif menurun - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
c. Agen pencedera fisik (mis. - Gelisah menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
abses, amputasi, terbakar, - Kesulitan tidur menurun - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
terpotong, mengangkat - Menarik nadi menurun - Monitor efek samping penggunaan analgetik
berat, prosedur operasi, - Berfokus pada diri sendiri
trauma, latihan fisik menurun
2) Terapeutik
berlebihan) - Diaphoresis menurun
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
- Perasaan depresi
TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
Dibuktikan dengan (tertekan) menurun
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
Data Mayor - Perasaan takut mengalami
1. Tampak meringis cedera berulang menurun bermain)
2. Bersikap protektif (mis. - Anoreksia menurun - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
waspada, posisi - Perineum terasa tertekan pencahayaan, kebisingan)
menghindari nyeri) menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Gelisah - Uterus teraba membula - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
4. Frekuensi nadi meningkat menurun meredakan nyeri
5. Sulit tidur - Ketegangan otot menurun 3) Edukasi
Data Minor: - Pupil dilatasi menurun - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
1. Tekanan darah meningkat - Muntah menurun - Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Pola napas berubah - Mual menurun - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
3. Nafsu makan berubah - Frekuensi nadi membaik - Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
4. Proses berpikir terganggu - Pola napas membaik - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
5. Menarik diri - Tekanan darah membaik 4) Kolaborasi
6. Berfokus pada diri sendiri - Proses berpikir membaik - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
7. Diaphoresis - Focus membaik
- Fungsi berkemih membaik b. Pemberian analgesic
- Perilaku membaik 1) Observasi
- Nafsu makan membaik - Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
- Pola tidur membaik intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
a. Luaran tambahan: - Identifikasi kesesuaian jenis analgesic (mis. narkotika, non-narkotik,
1) Fungsi gastrointestinal atau NSAIO) dengan tingkat keparahan nyeri
2) Kontrol nyeri - Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesic
3) Mobilitas fisik - Monitor efektifitas analgesik
4) Penyembuhan luka 2) Terapeutik
5) Perfusi miokard - Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia
6) Perfusi perifer optimal, jika perlu
7) Pola tidur - Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk
8) Status kenyamanan mempertahankan kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respons
pasien
- Dokumentasikan respons terhadap efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
3) Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, jika perlu
b. Ansietas
Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan

Luaran Keperawatan Intervensi

Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan intervensi Reduksi Ansietas (1.09314)


dalam….. jam, ansietas akan
b.d: (penyebab) Observasi
menurun, dengan kriteria hasil:
1. Krisis situasional 1. Identifikasi saat ansietas berubah (kondisi, waktu, stressor)
Tingkat Ansietas (L.09093)
2. Kebutuhan tidak terpenuhi 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Krisis maturasional 1. Verbalisasi kebingungan 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
4. Ancaman terhadap konsep menurun Terapeutik
diri 2. Verbalisasi khawatir akibat
1. Ciptakan suasana terapeuti untuk menumbuhkan kepercayaan
5. Ancaman terhadap kondisi yang dihadapi
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan jika memungkinkan
kematian menurun
3. Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh perhatian
6. Kekhawatiran 3. Perilaku gelisah menurun
4. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
7. Disfungsi sitem keluarga 4. Perilaku tegang menurun
8. Hubungan orang tua-anak 5. Konsentrasi membaik 5. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
tidak memuaskan 6. Pola tidur membaik 6. Diskusikan rencana realistis tentang peristiwa yang akan datang
9. Faktor keturunan Edukasi
(temperamen mudah
1. Keluhan pusing menurun 1. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
teragitasi sejak lahir)
2. Anoreksi menurun 2. Informasi secara factual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
10. Penyalahgunaan zat
3. Palpitasi menurun 3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien jika perlu
11. Terpapar bahaya
4. Frekuensi pernafasan 4. Anjurkan untuk melakukan kegiatan yang tidak kompetitif sesuai kebutuhan
lingkungan (toksin, polutan)
menurun 5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan perssepsi
12. Kurang terpapar informasi
5. Frekuensi nadi menurun 6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
dd: (Gejala dan Tanda Mayor)
6. Tekanan darah menuruh 7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
Subjektif 7. Diaforesis menurun 8. Latih teknik relaksasi
8. Tremor menurun Kolaborasi
1. Merasa bingung
9. Pucat menurun
2. Merasa khawatir dengan 1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu
10. Perasaan keberdayaan
akibat dari kondisi yang
membaik
dihadapi
11. Kontak mata membaik Terapi Relaksasi (1.09326)
3. Sulit berkonsentrasi
12. Pola berkemih membaik Observasi
Objektif
13. Orientasi membaik
4. Tampak gelisah 1. Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi atau gejal
5. Tampak tegang lain yang mengganggu kemampuan kognitif
NB: Luaran tambahan 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
6. Sulit
(Gejala dan tanda Minor) (tergantung kasus) 3. Identifikasi kesediaan, kemampuan dan penggunaan teknik sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu sebelum dan
Subjektif 1. Dukungan Sosial
sesudah latihan
(L.13113)
1. Mengeluh pusing 5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
2. Harga Diri (L.09069)
2. Anoreksi Terapeutik
3. Kesadaran Diri
3. Palpitasi
(L.09072) 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanda gangguan dengan pencahayaan dan suhu
4. Merasa tidak berdaya
4. kontrol Diri (L.09076) diruangan jika memungkinkan
Objektif
5. Proses Informasi 2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
5. Frekuensi nafas meningkat (L.10100) 3. Gunakan pakaian longgar
6. Frekuensi nadi meningkat 6. Status Kognitif 4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
7. Tekanan darah meningkat (L.09086) 5. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan medis
8. Diaforesis 7. Tingkat Agitasi jika sesuai
9. Tremor (L.09092) Edukasi
10. Muka tampak pucat 8. Tingkat Pengetahuan
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang tersedia (music, meditasi,
11. Suara bergetar (L.12111)
nafas dalam, relaksasi otot progresif)
12. Kontak mata buruk
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
13. Sering berkemih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
14. Berorientasi pada masa lalu
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
c. hipertermia
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Hipertermia Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 Manajemen Hipertermia
jam, maka termoregulasimembaik
b.d: (penyebab)  Observasi:
dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehi
1. Dehidrasi
 Menggigil menurun drasi, terpapar lingkungan panas, penggunaa
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis.  Suhu tubuh membaik n incubator)
 Suhu kulit membaik 2. Monitor suhu tubuh
Infeksi, kanker)
 Kulit merah menurun 3. Monitor kadar elektrolit
4. Ketidaksesuaian pakaian
 Kejang menurun 4. Monitor haluaran urine
dengan suhu lingkungan
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
5. Pengingkatan laju  Akrosianosis menurun
 Terapeutik:
metabolisme  Konsumsi oksigen menurun
6. Respon trauma 1. Sediakan lingkungan yang dingin
 Piloereksi menurun
7. Aktivitas berlebihan 2. Longgrakan atau lepaskan pakaian
 Vasokonstriksi perifer menurun
8. Penggunaan Inkubator 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Kutis memorata menurun
4. Berikan cairan oral
 Pucat menurun
d.d: (gejala mayor): 5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
 Takikardi menurun
mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih)
1. Suhu tubuh diatas normal  Takipnea menurun
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimu
 Bradikardi menurun t hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
 Dasar kuku sianotik menurun
(gejala minor):  Hipoksia menurun leher, dada, abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
1. Kulit merah
8. Berikan oksigen bila perlu
2. Kejang
 Edukasi:
3. Takikardi
1. Anjurkan tirah baring
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat  Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian antipiretik, cairan dan
elektrolit intravena (jika perlu)

Regulasi Temperature

 Observasi
1. Monitor suhu tubuh sampai stabil (36.50-37.5
0
C)
2. Monitor suhu tubuh tiap 2 jam
3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan
dan nadi
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermi
atau hipertermi
 Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perl
u
2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang a
dekuat
3. Gunakan kasue pendingin, water circulating
blankets, ice pack atau gel pad dan intravas
cular cooling cathetedzation untuk menurun
kan suhu tubuh
4. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuha
n pasien
 Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion da
n heat stroke
 Kolaborasi
1. Kolaboasi pemberian antipiretik, jika perlu
No Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan
Luaran keperawatan Intervensi keperawatan
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan intervensi selama Edukasi Kesehatan
3x24 jam, maka tingkat pengetahua Mengajarkan pengelolaan faktor resiko pen
Definisi : ketiadaan atau kurangnya informasi
nmembaik dengan kriteria hasil yakit dan perilaku hidu bersih dan sehat
kognitif yang berkaitan dngan topik tertentu.
sebagai berikut :
Penyebab : Tindakan
1. Perilaku sesuai anjuran mening Observasi
1. kteratasan kognitif
kat - Identifikasi kesiapan dan kemampu
2. Gangguan fungsi kognitif
2. verbarlisasi minat dalam belaja an menerima informasi
3. kekeliuran mengikuti anjuran
r meningkat - identifikasi faktor-faktor yang dapat
4. Kurang terpapar informasi
3. kemampuan menjelaskan peng meningkatkan dan menurunkan mot
5. Kurang minat dalam belajar
etahuan tentang suatu topik me ivasi perilaku hidup bersih dan seha
6. Kurang mampu mengingat
ningkat t
7. ketidaktahuan menemukan sumber
4. kemampuan menggambarkan p Terapeutik
informasi
engalaman sebelumnya yang se - Sediakan materi dan media pendidi
Gejala dan tanda mayor
suai dengan topik meningkat kan kesehatan
Subjektif
5. perilaku sesuai dengan pengeta - Jadwalkan pendidikan kesehatan se
1. Menanyakan masalah yang dihadapi
huan meningkat suai kesepakatan
Objektif
6. pertanyaan tentang masalah ya - berikan kesempatan untuk bertanya
1. Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjura
ng dihadapi meningkat Edukasi
n 7. persepsi yang keliru terhadap - Jelaskan faktor risiko yang dapat m
2. Menunjukkan persepsi yang keliru terhad masalah empengaruhi kesehatan
ap masalah - ajarkan perilaku hidup bersih dan se
Gejala dan tanda minor hat
Subjektif - ajarkan strategi yang dapat digunak
1. ------ an untuk meningkat perilaku hidup
Objektif bersih dan sehat
1. menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2. menunjukkan perilaku berlebihan (mis.ap
atis, bermusuhan, agitasi, histeria)
Kondisi klinis terkait

1. Kondisi klinis yang baru dihadapi olh


pasien
2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis
Diagnosis ini dispesifikasikan berdasarkan topik
tertentu, yaitu :
1. gaya hidup sehat
2. keamanan diri
3. keamanan fisik anak
4. kehamilan dan persalinan
5. kesehatan maternal pasca persalinan
6. Kesehatan maternal prekonsepsi
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008. Buku Pedoman Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta
Hidayati. 2009. Buku Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:Salemba Medika
Imbarwati.2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD pada
Peserta KB non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
(http://eprints.undip.ac.id/17781/1/IMBARWATI.pdf). (Online).(Diakses tanggal 01
Maret 2020. Pada pukul 19.00 WIB)
Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis
Kontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur.
(http://eprints.undip.ac.id/19194/1/Radita_Kusumaningrum.pdf).(Online), (Diakses
tanggal 01 Maret 2020. Pada pukul 19.00 WIB).
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :EGC.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta

PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta

PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta

Saifuddin, Bari, A. 2010. Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai