Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN

MELAKUKAN PENJAHITAN LUKA JALAN LAHIR


DERAJAT 1 DAN 2 DI RUANG BERSALIN
RSUD dr. ABDUL RIVAI
BERAU

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Pendidikan Profesi Bidan

DISUSUN OLEH:

ENDWI PRASTIANING DAMYATI


NIM.22082009

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan pada Melakukan Penjahitan Luka Jalan


Lahir Derajat 1 Dan 2 Pada Ibu Bersalin DI RUANG BERSALIN RSUD dr. ABDUL
RIVAI BERAU telah diperiksa dan disahkan pada :

Tanggal Juli 2023

Clinical Instructur Mahasiswa,

(Citha Desti Asmarani, Amd. Keb) (Endwi Prastianing. D)


Nip. 19921225 202203 2 012 NIM. 22082009

Mengetahui,
Pembimbing

(Ridha Wahyuni, S.ST, M.Keb)


NIDN. 116078902
Daftar Isi

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................................
Daftar Isi......................................................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
BAB I...........................................................................................................................................
PENDAHULUAN........................................................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Tujuan..............................................................................................................................
C. Manfaat............................................................................................................................
BAB II..........................................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................
A. Definisi...............................................................................................................................
B. Anatomi Perineum..............................................................................................................
C. Etiologi...............................................................................................................................
D. Patofisiologi.......................................................................................................................
E. Jenis Ruptur Perineum......................................................................................................
F. Klasifikasi Ruptur Perineum.............................................................................................
G. Tanda dan Gejala Ruptur Perineum..................................................................................
H. Komplikasi.......................................................................................................................
I. Penatalaksanaan................................................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Pembuatan Laporan Pendahuluan ini
merupakan salah satu tugas Praktek Lapangan Stase Persalinan,adapun asuhan yang
akan diberikan dalam laporan ini adalah berupa penjahitan luka robekan derajat 1 dan 2
pada jalan lahir.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Chandra Sulistyorini, S. ST, M. Keb selaku Koordinator Stase Persalinan.
2. Ridha Wahyuni, S.ST, M.Keb selaku Dosen Pembimbing
3. Dewi Mustika Sari, Amd. Keb Selaku Pembimbing Lahan di Ruang PONEK.
4. Petugas Ruang PONEK yang sudah banyak memberi bimbingan dan arahan selama
praktik di lapangan.
5. Teman-teman kelompok 2 stage Persalinan di Profesi Kebidanan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Wiyata Husada Samarinda yang telah memberi banyak dukungan
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis mengucapkan terima kasih semua pihak yang turut membantu penulis
dalam penyelesaian tugas ini. Semoga Allah memberikan balasan yang sepadan atas
budi baik yang selama ini diberikan. Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala
kesalahan yang telah penulis perbuat selama menyelesaikan tugas ini.
Dengan terselesainya penyusunan tugas ini, penulis berharap agar tugas ini dapat
memberikan manfaat pada pembelajaran Praktik Lapangan Stase Persalinan. Kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan laporan ini akan penulis terima dengan senang
hati.

Tanjung Redeb, Juli 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada jalan lahir

maupun karena episotomi pada saat melahirkan janin. Robekan perineum terjadi

pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga terjadi pada persalinan

berikutnya. Perineum adalah merupakan bagian permukaan pintu bawah panggul,

yang terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia

urogenitalis serta diafragma pelvis.(Wiknjosastro H, 2016)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009


terjadi 2,7 juta kasus ruptur perineum pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan
mencapai 6,3 juta pada tahun 2050, seiring dengan semakin tingginya bidan yang
tidak mengetahui asuhan kebidanan dengan baik. Di Amerika, 40 % dari 26 juta ibu
bersalin mengalami ruptur perineum. Menurut penelitian di Australia, setiap tahun
20.000 ibu bersalin akan mengalami ruptur perineum. Di Asia ruptur perineum juga
merupakan masalah yang cukup banyak dalam masyarakat, 50 % dari kejadian
ruptur perineum di dunia terjadi di Asia. Kejadian ruptur perineum pada ibu
bersalin didunia pada tahun 2015 terdapat 2,5 juta kasus, dimana angka ini
diperkirakan akan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050. Di benua Asia sendiri
50%ibu bersalinmengalami ruptur perineum. Pada beberapa provinsi di Indonesia
didapatkan bahwa satu dari lima ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum
meninggal dunia (20%)(Pemiliana et al., 2019)
Sekitar 90% penyebab Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia terjadi pada
saat persalinan. Perdarahan pospartum sebagai penyebab utama yaitu menyumbang
sebesar 40%. Perdarahan post partum terjadi diantaranya karena adanya robekan
jalan lahir atau perineum. Sekitar 50% terjadi robekan jalan lahir merupakan
penyebab kedua dari perdarahan post partum (Pemiliana et al., 2019)
Ruptur perenium adalah robeknya perineum pada saat janin lahir. Robekan
ini sifatnya traumatik karena perineum tidak kuat menahan regangan pada saat
janin lewat. Dampak dari terjadinya ruptur perineum pada ibu dapat mengakibatkan
terjadinya infeksi pada luka jahitan di mana dapat merambat pada saluran kandung
kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi
infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir. Menurut Sumaryani, 2015
Ruptur perineum juga dapat mengakibatkan perdarahan karena terbukanya
pembuluh darah yang tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus
menerus. Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya
kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih
lemah.(Darmawati et al., 2023)
Rupture Perineum dapat terjadi karena adanya ruptur spontan maupun
episiotomi perineum, yang dilakukan dengan gunting episiotomi. Episiotomi itu
sendiri dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan
dengan kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baikforceps maupun
vacum. Apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang
tidak perlu dilakukan dengan indikasi diatas maka menyebabkan peningkatan
kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum. Sedangkan luka perineum
itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri bagi ibu yaitu gangguan
ketidaknyamanan.(Wiknjosastro H, 2016)
Robekan perineum derajat satu hanya mengenai mukosa vagina dan jarang
menimbulkan nyeri sedang sampai berat, sedangkan robekan perineum derajat dua
mengenai otot perineum sehingga menimbulkan nyeri yang lebih berat. Robekan
jalan lahir bisa ditangani dengan penjahitan. Sebelum dilakukan penjahitan,
perineum harus diobservasi terlebih dahulu derajat robekannya, setelah itu proses
penjahitan bisa dilakukan dengan melakukan prosedur pra penjahitan terlebih yaitu
dengan di anestesi secara lokal yang merupakan salah satu isi dari program asuhan
sayang ibu, yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit yang dialami ibu selama
proses penjahitan luka jalan lahir. Penjahitan perineum merupakan upaya untuk
memperbaiki fungsi organ reproduksi ibu yang mengalami rupture pada saat
melahirkan (Pasiowan et al., 2015)
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada
Persalinan sesuai dengan manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan dan
mendokumentasikannya dengan memggunakan pendekatan manajemen
kebidanan menggunakan metode SOAP.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif.
b. Menganalisa data untuk menentukan diagnosis aktual dan diagnosis
potensial yang mungkin timbul pada ibu bersalin.
c. Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera.
d. Merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh berdasarkan
kebutuhan ibu bersalin
e. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah
disusun
f. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang dilaksanakan
g. Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan dengan
menggunakan SOAP.

C. Manfaat

Penulisan laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:


1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat meningkatkan kemampuan bidan dalam memberikan pelayanan
asuhan kebidanan melakukan penjahitan luka jalan lahir derajat satu dan dua
pada ibu bersalin.
2. Bagi Penulis
Dapat memberikan manfaat bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman mengasuh klien.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Irianto. K, 2014) menyatakan, laserasi perineum merupakan robekan yang


terjadi saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat-alat
tindakan, robekan ini umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin terlalu cepat keluar.
Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada jalan lahir maupun
karena episotomi pada saat melahirkan janin. Robekan perineum terjadi pada
hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga terjadi pada persalinan
berikutnya. Perineum adalah merupakan bagian permukaan pintu bawah panggul,
yang terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia
urogenitalis serta diafragma pelvis (Wiknjosastro H, 2016).
B. Anatomi Perineum

Sumber Wikipedia 2017

Perineum adalah otot, kulit, dan jaringan yang terdapat diantara vulva dan
anus, panjangnya rata-rata 4 cm (Irianto. K, 2014). Jaringan yang utama menopang
perineum adalah diafragma pelvis dan urogenital. Diafragma pelvis terdiri dari
muskulus levator ani dan muskulus koksigis di bagian posterior serta selubung fasia
dari otototot ini. Muskulus levator ani membentuk sabuk otot yang lebar bermula
dari permukaan posterior ramus pubis superior, permukaan dalam spina ishiaka dan
dari fasia obturatorius. Serabut otot berinsersi pada tempat-tempat sekitar vagina
dan rektum yang membentuk spingter. Diafragma urogenitalis terletak di sebelah
luar diafragma pelvis, yaitu daerah segitiga antara tuberositas iskial dan simpisis
pubis. Diafragma urogenital terdiri dari muskulus perinialis transversalis profunda,
muskulus konstriktor uretra dan selubung fasia interna dan eksterna. Persatuan
antara mediana levatorani yang terletak antara anus dan vagina diperkuat oleh
tendon sentralis perineum, tempat bersatu bulbokavernosus, muskulus perinialis
transversalis superfisial dan spingter ani eksterna. Jaringan ini yang membentuk
korpus perinialis dan merupakan pendukung utama perineum sering mengalami
luka selama persalinan. Infeksi pada luka robekan perineum merupakan infeksi
masa nifas yang paling sering ditemukan pada genetalia eksterna (Sukarni, K. &
Wahyu, n.d.)
C. Etiologi

Etiologi Menurut (Syaifuddin, 2016) :


a. Penyebab Maternal
1) Partus precipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong
2) Pasien tidak mampu berhenti mengejan
3) Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang
berlebihan
4) Edema dan kerapuhan pada perineum.
b. Faktor Janin
1) Bayi besar
2) Posisi kepala yang abnormal
3) Kelahiran bokong
4) Ekstraksi forsep yang sukar
5) Distosia bahu
D. Patofisiologi

Patofisiologi rupture perineum diawali dengan peregangan pada bagian


perineum, terutama pada saat melahirkan yang akhirnya menyebabkan robekan
pada dinding vagina yang dapat meluas hingga mencapai anus. Robekan perineum
terjadi pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan maupun dikurangi dengan menjaga agar
jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat, sebaliknya
apabila kepala janin akan lahir jangan ditahan terlalu kuat dan lama karena akan
menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot
– otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama (Cunningham,
2018).
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada
biasanya sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih belakang daripada biasanya,
kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran lebih besar dari pada
sirkumferensia suboksipitobregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan
vaginal. Adanya desakan tiba – tiba dan karena pergerakan pada vulva sehingga
membuat integritas kulit menjadi rusak dan kontinuitas jaringan pada pembuluh
darah kapiler terpisah (Wiknjosastro H, 2016)
E. Jenis Ruptur Perineum

Menurut (Fatimah, 2019) ruptur perineum terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :


1. Ruptur
Ruptur adalah luka pada perineum yang disebabkan rusaknya jaringan secara
alami karena adanya desakan kepala janin atau bahu ketika proses persalinan.
Biasanya bentuk luka tidak teratur dan penjahitan sulit dilakukan. Luka yang
tidak dirawat dengan baik dapat menyebabkan terjadinya infeksi.
2. Episiotomi
Episiotomi ialah sayatan yang disengaja dibuat pada perineum berfungsi untuk
memperbesar jalan lahir yang dilakukan tepat sebelum keluarnya bayi.
Episiotomi merupakan tindakan yang sengaja dilakukan saat vagina dalam
keadaan meregang. Episiotomi dilakukan jika perineum diperkirakan akan
robek teregang oleh kepala janin, sebelum episiotomi dilakukan harus
diberikan anestesi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestesi epidural,
insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis
tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar
dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki.
F. Klasifikasi Ruptur Perineum

Klasifikasi robekan perineum berdasarkan luasnya adalah sebagai berikut:


1. Derajat Satu
Robekan meliputi jaringan mukosa vagina, vulva bagian depan, dan kulit
perineum.
2. Derajat Dua
Robekan terjadi pada jaringan mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum, dan otot-otot perineum. Ruptur perineum derajat kedua merupakan
luka robekan yang lebih dalam. Luka ini terutama mengenai garis tengah dan
melebar sampai corpus perineum.Acapkali musculus perineus transversus turut
terobek dan robekan dapat turun tapi tidak mencapai sphincter recti.Biasanya
robekan meluas keatas dan disepanjang mukosa vagina dan jaringan
submukosa.Keadaan ini menimbulkan luka laserasi yang berbentuk segitiga
ganda dengan dasar pada fourchette, salah satu apex pada vagina dan apex
lainnya di dekat rectum.
3. Derajat Tiga
Robekan terjadi pada jaringan mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum, otot-otot perineum, dan sfingter ani eksternal.
4. Derajat Empat
Robekan terjadi pada jaringan keseluruhan perineum dan sfingter ani yang
meluas sampai ke mukosa (Fatimah, 2019)
G. Tanda dan Gejala Ruptur Perineum

Adapun tanda dan gejala terjadinya laserasi perineum, sebagai berikut :


1. Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
2. Kontraksi rahim baik
3. Plasenta lahir lengkap
4. Wajah pucat dan lemah (Sukarni, K. & Wahyu, n.d.)
H. Komplikasi

Komplikasi ruptur perenium tersering menurut (Manuaba, I., 2014) yaitu :


1. Perdarahan
Perdarahan post partum khususnya yang berasal dari jalan lahir selalu harus
dievaluasi, baik sumber maupun jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi.
Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks, dan ruptur
uterus (ruptur uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan ruptur jalan
lahir, bersifat arteriil atau pecahnya pembuluh vena, sedangkan jumlah
perdarahan adalah bila lebih dari 500 – 600 ml dalam masa 24 jam setelah anak
lahir.
2. Infeksi
Ruptur atau perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman
ke dalam tubuh, sehingga mudah menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi
kala nifas adalah infeksi-peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas
oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38°C
tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 (dua) hari.
3. Fistula
Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena perlukaan pada
vagina menembus kandung kencing atau rectum. Jika kandung kencing luka,
maka air kencing akan segera keluar melalui vagina. Fistula dapat menekan
kandung kencing atau rectum yang lama antara kepala janin dan panggul,
sehingga terjadi iskemia.
4. Hematoma
Hematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada persalinan karena adanya
penekanan kepala janin serta tindakan persalinan yang ditandai dengan rasa
nyeri pada perineum dan vulva berwarna biru dan merah.Hematoma dibagian
pelvis bisa terjadi dalam vulva perineum dan fosa iskiorektalis.Biasanya karena
trauma perineum tetapi bisa juga dengan varikositasvulva yang timbul
bersamaan dengan gejala peningkatan nyeri.Kesalahan yang menyebabkan
diagnosis tidak diketahui dan memungkinkan banyak darah yang hilang. Dalam
waktu yang singkat, adanya pembengkakan biru yang tegang pada salah satu
sisi introitus di daerah rupture perineum.
I. Penatalaksanaan

Menurut (Mochtar, 2015) bila dijumpai robekan perineum, lakukan penjahitan


luka dengan baik lapis demi lapis, perhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong
terbuka ke arah vagina (dead space) yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan
darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka dan berikan
antibiotika yang cukup.
Periksa terlebih dahulu keadaan laserasi secara keseluruhan untuk mengetahui
tingkat keparahan laserasi, kemudian dilakukan teknik penjahitan laserasi perineum
disesuaikan dengan derajat laserasinya.
Tindakan yang dilakukan untuk menangani laserasi perineum, sebagai berikut :
1. Laserasi derajat satu
Jika laserasi terjadi di bagian permukaan perineum dan tidak mengakibatkan
perdarahan seperti pada derajat satu, laserasi dapat dibiarkan, dengan tetap
mempertahankan luka dalam keadaan bersih (Liu, 2010).
2. Laserasi derajat dua, tiga dan empat
Pada laserasi derajat dua, tiga dan empat dilakukan tindakan penjahitan. Tujuan
penjahitan robekan perineum adalah untuk menyatukan kembali jaringan tubuh
dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
Langkah-langkah penjahitan laserasi derajat dua sebagai berikut :
1) Cuci tangan dengan sabun, keringkan dengan kain bersih dan kering

2) Posisikan bokong ibu pada sudut ujung tempat tidur, dengan posisi
litotomi
3) Pasang kain bersih di bawah bokong ibu

4) Atur lampu sorot/senter kearah vulva/perineum ibu.

5) Pakai satu sarung tangan DTT atau steril.Isi tabung suntik 3/5 ml
dengan larutan lidokain 1%, dengan teknik satu tangan, letakkan kembali
ke dalam wadah heacting set.
6) Lengkapi pemakaian sarung tangan pada ke dua tangan

7) Gunakan kasa bersih, untuk membersihkan daerah luka dari darah atau
bekuan darah, dan nilai kembali luas dan dalamnya robekan pada daerah
perineum
8) Beritahu ibu akan disuntik

9) Tusukkan jarum suntik pada ujung luka/robekan perineum, masukkan


jarum suntik secara subkutan sepanjang tepi luka
10) Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap. Bila ada darah,
tarik jarum sedikit dan kembali masukkan. Ulangi lagi aspirasi ( cairan
lidokain yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat menyebabkan
gangguan denyut jantung hingga tidak teratur)
11) Suntikkan cairan lidokain 1% secukupnya sambil menarik jarum suntik
pada tepi luka daerah perineum
12) Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum suntik
sepanjang tepi luka pada mukosa vagina, lakukan aspirasi, suntikkan cairan
lidokain 1% sambil menarik jarum suntik. ( Bila robekan besar dan dalam,
anastesi daerah bagian dalam robekan – alur suntikan anastesi akan
berbentuk seperti kipas : tepi perineum, dalam luka, tepi mukosa vagina )
13) Lakukan langkah no. 9 s/d 10 untuk ke dua tepi robekan

14) Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan hasil
optimal dari anastesi
15) Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan.
Rabalah dengan ujung jari anda seluruh daerah luka. Lihatlah dengan cermat
dimana ujung luka tersebut
16) Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka episiotomi, pasang tampon
atau kassa ke dalam vagina ( sebaiknya menggunakan tampan bertali )
17) Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian kunci
pemegang jarum
18) Pasang benang jahit (chromic 2-0) pada mata jarum

19) Lihat dengan jelas batas luka episiotomy / luka robekan

20) Lakukan penjahitan pertama 1 cm di atas puncak luka robekan di dalam


vagina, ikat jahitan pertama dengan simpul mati. Potong ujung benang yang
bebas (ujung benang tanpa jarum) hingga tersisa ±1 cm.
21) Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur hingga tepat di
belakang lingkaran himen.
Bila menggunakan benang plain cat gut, buat simpul mati pada jahitan
jelujur di belakang lingkaran himen.
22) Tusukkan uarum pada mukosa vaginadari belakang lingkaran himen hingga
menembus luka robekan bagian perineum. Perhatikan seberapa
dekatnya jarum ke puncak lukanya.
Bila robekan yang terjadi sangat dalam:
- Lepaskan jarum dari benang
- Ambil benang baru dan pasang pada jarum
- Buat jahitan terputus pada robekan bagian dalam untuk menghindari rongga
bebas/dead space.
- Gunting sisa benang
- Pasang kembali jarum pada benang jahitan jelujur semula.
23) Teruskan jahitan jelujur pada luka robekan perineum sampai ke
bagian bawah luka robekan
Bila menggunakan benang plain cat gut, buat simpul mati pada jahitan
jelujur paling bawah.
24) Jahit jaringan subkutis kanan dan kiri kearah atas sehingga tepat di muka
lingkaran himen.
25) Tusukkan jarum dari depan lingkaran hymen kemukosa vagina
dibelakang lingkaran hymen dan potong benang hingga tersisa ± 1 cm.
26) Bila menggunakan tampon/kasa di dalam vagina, keluarkan tampon/kasa.
27) Masukkan jari telunjuk anda ke dalam rektum dan rabalah dinding atas rektum.
(bila teraba jahitan gunakan sarung tangan lain dan lakukan penjahitan ulang).
28) Bersihkan ibu dari sisa darah dan cucilah alat kelamin ibu dengan air
bersabun. Disifeksi tempat tidur ibu dari sisa darah dan cairan lainnya.
29) Pakaikan pembalut pada ibu dan bantu ibu mengenakan pakaian.
30) Rendam alat-alat yang digunakan untuk penjahitan pada larutan clorin
0,9 % selama 10 menit, buang sampah dan rapikan kembali tempat
pasien.
31) Nasihati ibu agar:
- Membasuh perineum dengan sabun dan iar, terutama setelah buang
air besar (arah basuhan dari bagian muka kebelakang)
- Kembali untuk kunjungan tindak lanjut setelah 1 minggu untuk
pemeriksaan jahitan dan rektum. (Panduan Panum Itkes Wiyata, 2017)

J. Perawatan Luka Perineum


Perawatan perineum adalah upaya memberikan pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman dengan caa menyehatkan daerah antara kedua paha yang dibatasi antara
lubang dubur dan bagian alat kelamin luar pada wanita yang habis melahirkan agar
terhindar dari infeksi (Kumalasari, 2015).
Adapun tujuan dari perawatan luka perineum menurut Kumalasari (2015) yaitu
sebagai berikut:
1) Menjaga kebersihan daerah kemaluan

2) Mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman pada ibu

3) Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan


membrane mukosa
4) Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan

5) Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan

6) Membersihkan luka dari benda asing atau debris

7) Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat


Penatalaksanaan
1) Mencuci tangan di air mengalir dengan menggunakan sabun

2) Lepaskan pembalut dari depan ke belakang untuk menghindari penyebaran


bakteri dari anus ke vagina.
3) Bilas dengan air hangat atau cairan antiseptik area perineum setelah buang air
kecil atau besar. Keringkan dengan handuk yang kering.
4) Jangan dipegang sebelum area tersebut pulih.

5) Rasa gatal pada area sekitar jahitan merupakan tanda penyembuhan. Namun,
untuk meredakan rasa tidak enak atasi dengan kompres air dingin dengan
menggunakan handuk. Penyembuhan luka jahitan secara normal akan terjadi
pada hari kelima hingga hari ketujuh dan bisa juga lebih cepat dalam waktu 5
hari yang ditandai dengan luka kering, tidak adanya 4 kemerahan,
pembengkakan, jaringan menyatu dan tidak nyeri ketika untuk duduk dan
berjalan (Utami, 2017).
6) Bebaring pada sisi tubuh, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi
tekanan pada daerah tersebut.
7) Ganti pembalut yang bersih 4-6 jam atau paling sedikit 3 x sehari, letakkan
dengan baik sehingga tidak tergeser.
Daftar Pustaka

Cunningham, F. G. (2018). Obstetri (EGC (ed.); III). EGC.

Darmawati, D., Kesehatan Ummi Khasanah, P., & Istimewa Yogyakarta, D. (2023).

Hubungan Paritas dan Umur dengan Kejadian Ruptur Perineum pada Persalinan

Normal ARTICLE INFO ABSTRAK. 9(1), 46–50. https://10.0.187.220/jik.v9i1.188

Fatimah, L. P. (2019). Pijat Perineum (I). PUSTAKA BARU PRESS.

Irianto. K. (2014). Panduan Lengkap Biologi Reproduksi Manusia (Human

Reproductive Biology) untuk Paramedis dan Nonmedis (I). Alafbeta.

Kumalasari I. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan

Antenatal,Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi. Jakarta: Salemba

Liu, D. T. Y. (2010). Manual Persalinan (Labour Ward Manual). (III). EGC.

Manuaba, I. (2014). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB (II). EGC.

Mochtar, R. (2015). Sinopsis Obstetri (I). EGC.

Panduan Panum Itkes Wiyata. (2017). Itkes Wiyata Husada.

Pasiowan, S., Lontaan, A., & Rantung, M. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin. Jurnal Ilmiah Bidan, 3(1), 90926.

Pemiliana, P. D., Sarumpaet, I. H., & Ziliwu, S. (2019). Faktor - Faktor Yang

Berhubungan Dengan Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal di Klinik Niar

Medan. Jurnal Kesehatan, 2(2), 170–182.


http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/woh2209

Sukarni, K. & Wahyu, P. (n.d.). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (I). Nuha Medika.

Syaifuddin, H. (2016). Anatomi Fisiologi. Buku kedokteran (II). EGC.

Utami, D. 2017. Penerapan Hydroterapi sitz bath Air Hangat Untuk Mengurangi
Nyeri Luka Perineum Pda Ibu Post Partum Spontan Di Puskesmas
Rowokele. Program Studi Diploma III Kebidanan, STIKES Muhammadiyah
Gombong.

Wiknjosastro H. (2016). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai