Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS

ABORTUS DI RUANG OBGYN RS ISLAM SITI KHADIJAH

DISUSUN OLEH:
Hapidz Nurrahman (19.14201.30.20)

DOSEN PEMBIMBING:
Ns, Sutrisari Sabrina Nainggolan, S.Kep., M.Kes., M.Kep.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA


PALEMBANG 2021/2022
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Abortus

Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan
dengan berat kurang dari 1000 gram atau kehamilan kurang dari 28 minggu (Chandranita 2010).
Abortus ialah berakhirnya suatu kehamilan yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu pada
sebelum kehamilan atau kelurnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungn dengan
berat badan kurang dari 1000gr atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu ( Manuamba 2010).

Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan
dengan berat badan dibawah 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu
( Nanny,2011). Peneliti mengmbil kesimpulan bahwa arbotus merupakan pengeluaran hasil
konsepsi dengan umur kehamilan kurang dari 28 minggu sebelum janin dapat bertahan hidup.

B. Etiologi Abortus

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa
faktor sebagai berikut ( Nanny, 2011):

1. Umur

Resiko abortus semakin tinggi dengan semakin bertambahnya usia ibu. Insiden abortus
dengan trisomi meningkat dengan bertambahnya usia ibu. Resiko ibu mengalami aneuploidi
yaitu diatas 35 tahun kerena kelainan kromosom akan meningkat pada usia diatas 35 tahun.

2. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin an cacat bawahan
yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat
terjadi seperti:

a. Faktor kromosom, gangguan terjad sejak semula pertemuan kromosom, termasuk


kromosom seks.
b. Faktor lingkungan endometrium.

c. Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.

d. Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.

3. Pengaruh luar

a. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi

b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil
konsepsi terganggu.

4. Kelainan Pada Plasenta

a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi.

b. Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita diabetes
melitus.

c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga menimbulkan


keguguran.

5. Penyakit Ibu

Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis, anemia dan
penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan penyakit diabetes
melitus. Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh
kembangnya janin dijumpai keadaan anormal dalam bentuk mioma, uterus arkuatus, uterus
septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi
serviks), robekan serviks postpartum (manuaba,2010).

6. Riwayat Abortus

Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi terjadinya abortus berulang.
Kejadian ini sekitar 3-5% jumlah kejadian abortus. Data menunjukan bahwa setelah 1 kali
abortus pasangan akan bersiko mengalami abortus sebesar 15% (soepada,2010).
7. Faktor Anatomi

Faktor anatomi dapat memicu terjadinya abortus pada 10-15% kejadian yang ditemukan.
Kejadian abortus dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah sebagai
berikut:

a. Lesi anatomi kongenital yaitu kelainan duktus mullerian (uterus bersepta) kelainan pada
duktus ini biasanya terjadi abortus pada kehamilan tremester kedua.

b. Kelainan kongenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah enometrium.

c. Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma dan endometritis.

8. Faktor Infeksi

Infeksi termasuk yang diakibatkan oleh TORC (toksoplasma,rubella,cytomegalovirus) dan


malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan abortus.

9. Obat – obatan rekreasional dan toksin lingkungan

Peranaan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap teratogenik harus


dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang berperan karena jika ada mungkin
hal ini merupakan salah satu yang berperan terjadinya abortus.

C. Tanda dan Gejala Abortus

Abortus ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga sisanya
memberikan gejala klinis sebagai berikut (Soepardan,2010):

1. Amenore
2. Perdarahan dapat dalam jumlah sedikit atau banyak, perdarahan biasanya dalam darah beku
3. Sakit perut dan mulas-mulas dan sudah keluar jaringan atau bagian janin
4. Pemerikasaan dalam didapatkan servik terbuka, pada palpasi teraba sisa-sisa jaringan dalam
kantung servikalis atau kavum uteri.
5. Gejala lain dari abortus incomplit yang dapat muncul adalah sebagai berikut:
6. Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah
7. Rasa mules (kontraksi) tambah hebat
8. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka
9. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau kadang-kadang
sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
10. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok
(Maryunani,2009).

D. Pathways
E. Penatalaksanaan Abortus

Dalam mengahadapi kasus abortis, bidan dapat berkomunikasi dengan dokter,sehingga tidak
merugikan pasien. Penatalaksaan yang dilakukan pada kasus abortus ini adalah :

1. Tentukan besar uterus (taksir usis gestasi),kenali dan atasi setiap komplikasi(perdarahan
hebat,syok,infeksi atau sepsis).
(Khumaira,2012:h 140)
2. Rujuk ke Dr.SpOG untuk penatalaksaan lebih lanjut.
3. Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah.
Pemberian cairan pada penatalaksaan syok hipovelemik :
a. Untuk memulihakn status volume,pasang 2 jalur intravena,berikan 1-2 kristaloid seperti
NaCL 0,9% atau RL secaa intravena selama 30-60 menit,sambil memantau respirasi dan
teruskan pemberian cairan berdasakan tanda vital.
b.Berikan komponen sel darah merah untuk mempertahankan hematokrit 30%. (Joseph
HK,2011:h 92)
4. Pemberian obat-obatan uterotonika sepeti metilergometrin maleat 3x1 tablet perhari dan
antibiotika apabila terjadi infeksi,seperti amphisllin 3x1000 mg dan metrodinazol 3x 500
mg. (Joseph HK,2011;H 92)
5. Keluaran jaringan secepat mungkin denagn metode digital dan kuretase. (Joseph HK.2011;h
92). Pada keguguran inkomplet sisa plasenta didalam rongga uterus dapat mengakibatan
perdarahan yang hebat dan banyak. Evakuaso untuk membuang jaringan yang tertinggal
harus dilakukan dibawah anestesi umum setelah kondisi ibu stabil. (Diane,2009;h 277)
6. Melakukan kuretase yaitu serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding
kavum uteri dnegan invasi dan manipulasi instrumen (sendok kuret) kedalam avum uteri.
Sendok kuretakan melepaskan jaringan tersebut dnegan teknil pergerokan secara sistematik
(Prawiroharjo,2009;h 441)
7. Diberikan antibotika untuk mencegah infeksi. (Yulianingsih,2009)
F. Pemeriksaan penunjang

Yang dilakukan untuk mendiagnosis abortus adalah plano pregnancy test, laboratorium


darah, dan ultrasonografi.
1. Plano Pregnancy Test
Plano pregnancy test yang diperiksa melalui urin akan menunjukkan hasil positif
pada 2 minggu pasca terbentuknya konsepsi janin. Pada abortus, plano pregnancy
test umumnya masih positif sampai 7-10 hari pasca abortus namun berangsur-angsur akan
menjadi negatif. [15]
2. Pemeriksaan Laboratorium Darah
Jika terjadi perdarahan hebat pada abortus, akan ditemukan penurunan hemoglobin
(Hb) dan hematokrit, serta terjadi peningkatan leukosit dengan pergeseran ke kiri (shift to the
left) jika terjadi infeksi.
- Profil koagulasi dianjurkan diperiksa hanya jika ada perdarahan masif.
- Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch dilakukan jika ada indikasi transfusi darah.
- Pemeriksaan golongan darah dan rhesus juga diperlukan untuk melihat adanya
kemungkinan inkompatibilitas, serta untuk menentukan jika diperlukan pemberian anti-D.
- Pemeriksaan beta HCG darah dapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan plasenta.
Pada abortus, kadar beta HCG bisa lebih rendah atau menurun dibanding sebelumnya dan
akan normal dalam 2 minggu setelah abortus. Pemeriksaan ini jarang diperlukan, tetapi
dapat dilakukan sebagai pemeriksaan serial untuk menunjang diagnosis jika kelangsungan
kehamilan meragukan. [4,7,17]
3. USG
USG umumnya dianjurkan dilakukan untuk melihat ada tidaknya kantung gestasi,
untuk mengetahui apakah embrio masih berkembang, dan untuk mendeteksi detak jantung
janin. USG transvaginal lebih baik dibanding transabdominal karena gambaran yang
ditampilkan lebih jelas.  USG transvaginal disarankan terutama pada pasien obesitas dan
pasien dengan uterus retrofleksi. [4,17]

G. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan


2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ansietas dan nyeri abdomen

H. Diagnosa keperawatan

1.  Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri


2.  Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang prosedur kuret yang akan dilakukan
3.  Resiko infeksi b.d perdarahan, keadaan vulva lembab
I. Intervensi keperawatan
Diagnosa NOC NIC Rasional
No
keperawatan
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan 1.    1. Observasi tanda – tanda 1.Mengetahui keadaan
nyaman nyeri tindakkan keperawatan vital umum klien
b.d kerusakan 3 x 24 jam masalah 2.   2. Observasi skala nyeri, 2.Mengetahui tingkat
jaringan nyeri berkurang. lokasi, frekuensi, nyeri yang di alami klien
intrauteri Setelah dilakukan 3.    3. Ajarkan klien teknik 3.Mengurangi nyeri pada
tindakan keperawatan 1 relaksasi dan distraksi klien
x 24 jam masalh teratasi4.   4. Kolaborasi dengan dokter 4.Untuk menghilangkan
sebagian dengan kriteria pemberian analgetik nyeri
hasil:
     - Nyeri berkurang
     - TTV dalam batas
normal
- TD 120/80, nadi 80
x/menit, respirasi 20 x/
menit

2 Cemas b.d Setelah dilakukan 1.    -  Observasi tanda – tanda 1.     1. Untuk
kurangnya tindakan keperawatan 3 vital mengetahui keadaan
pengetahuan x 24 jam cemas teratasi.2.    -   Kaji tingkat ansietas klien umum klien
tentang Setelah dilakukan 3.    -  Dengarkan masalah klien 2.     2. Untuk
prosedur tindakan keperawatan 14.    -  Jelaskan prosedur kuretase mengetahui sejauh
kuretase yang x 24 jam masalah 5.     - Evaluasi/ validasi tentang mana tingkat ansietas
akan di teratasi sebagian, informasi yang di berikan klien
lakukan dengan kriteria hasil : 3.    3. Meningkatkan
      Cemas berkurang rasa kontrol terhadap
situasi
4.     4. Pengetahuan
dapat membantuan
menurunkan tingkat
ansietas
5.    5. Mengetahui
sejauh mna informasi
dapat di terima
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1.    - Pantau TTV, setiap 4 jam 1.  1.  Peningkatan
b.d
tindakan keperawatan 3 sekali tekanan darah, nadi
perdarahan,
keadaan vulva x 24 jam infeksi teratasi.2.    - Kali kondisi pengeluaran respirasi, suhu dapat
lembab
Setelah dilakukan darah, warna dan bau. mengetahui adanya
tindakan keperawatan 1 3.    - Anjurkan klien melakukan infeksi
x 24 jam masalah personal hygiene : ganti 2.    2. Mengetahui
teratasi sebagian, balutan adanya pengeluaran
dengan kriteria hasil : 4.   - Berikan penyuluhan darah, warna, bau.
      - TTV dalam batas pendidikan kesehatan tentang3.    3. Untuk mencegah
normal. TD 120/80, perawatan post kuret di infeksi
nadi 80 x/menit, rumah 4.    4. Untuk mencegah
respirasi 21x/menit 5.  -   Anjurkan klien makan infeksi dan membantu
      - Tidak terdapat tanda makanan berprotein proses penyembuhan
– tanda infeksi (tubor, 6.    - Kolaborasi dengan dokter 5.    5. Membantu
lubor, dolor, kalor, mencegah infeksi
fungsiolesa) pemberian obat sesuai
indikasi :
Daftar Pustaka

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA


(North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta: Media
Hardy.

Morgan, (2011).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade S.

Musliha (2010). Keperawatan Gawat Darurat nuha medika, Yogyakarta.

https://id.scribd.com/document/409534089/1566

Anda mungkin juga menyukai