Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS KISTA KULIT

PADA TN. K DI POLIKLINIK BEDAH

RSUD PENDAU TAMBU

OLEH:

HARDIANI

(PO7120318051)

PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING AKADEMIK

PRODI DIV JURUSAN KEPERAWATAN TINGKAT 3A

POLTEKKES KEMENKES PALU

2021
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT

1. DEFINISI

Kista epidermoid (dikenal juga sebagai epidermal inclusion


cyst, epidermoid inclusion cyst, kista infundibular, atau kista epidermal) adalah
kista yang sering muncul dari jaringan kutaneus yang dapat muncul dimanapun
pada tubuh. Kista epidermoid merupakan hasil implantasi dari komponen sel
epidermal dari sel kulit. Kebanyakan dari kista epidrmoid berasal dari folikuler
infundibulum. Kista epidermoid merupakan lesi benigna atau non kanker
berupa tonjolan dibalik lapisan mukosa. Kista epidermoid paling sering muncul
pada wajah, kulit kepala, leher dan dapat pula muncul pada rongga mulut.

Pigmentasi kista epidermoid adalah umum pada individu kulit gelap.


Dalam studi pasien India dengan kista epidermoid 63% dari kista yang terdapat
pigmen melanin. Kista epidermoid sekitar dua kali lebih umum pada laki-laki,
pada wanita dapat terjadi pada semua usia. Namun kista dermoid lebih serin
muncul pada dekade ketiga dan keempat kehidupan, kista epidermoid kecil atau
milia yang umum pada periode neonatal.

Kebanyakan pasien dengan kista epidermoid berada di kisaran antara


10-35 tahun. Pertumbuhan kista dapat dibatasi oleh stimulus hormonal selama
masa pubertas, menghasilkan hipersekresi lemak yang akan menyebabkan
insiden lebih besar dalam tahap dewasa muda (16-40 tahun).

2. KLASIFIKASI

Beberapa bentuk kista epidermoid yang dikenal antara lain:

1. Neutrofibromatosis

Neutrofibromatosis adalah gangguan genetic yang menganggu


pertumbuhan sel pada system saraf pusat. Tumor ini dapat menyebabkan
munculnta tumor pada jaringan saraf. Tumor ini dapat muncul di otak, tulang
belakang, saraf yang besar maupun kecil, biasanya terjadi pada anak-anak.
2. Kista

Suatu rongga patologis yang dilapisi oleh epitel. Kista terjadi akibat
pembentukan cairan antara lapisan sisa-sisa epitel luar dan dalam atau antara
lapisan organ.

3. Keratosis

Papula atau plak yang berbatas tegas, kasar, berpigmen dan mengenai
wajah dan dada. Mereka timbul pada orang-orang setengah baya atau yang
berusia lebih tua.

4. Veruka (Kutil)

Suatu tumor jinak yang biasa disebut sebagai kutil atau mata ikan
yang disebabkan oleh infeksi HPV yang membuat lapisan kulit menjadi
menebal. Gejala yang timbul umumnya ada peninggian permukaan kulit
berbentuk bulat atau oval yang kasar, berwarna lebih terang atau bahkan
lebih gelap dibanding daerah sekitarnya. Pada umumnya penderita tidak
merasakan nyeri, karena veruka tidak berbahaya dan dapat sembuh sendiri
dalam hitungan bulan atau tahun

5. Angioma

Malformasi unsur dari cabang-cabang vascular. Bila ditekan objek di


atas angioma, akan memuncat. Hal ini yang membedakan angioma dan
ptekie.

6. Nevus

Sel melanoblas yang pada keadaan normal berada pada lapisan basal
epidermis. Sel dapat dan tidak mengandung pigmen melanin. Pembentukan
pigmen melanin yang berlebihan akan difagosit oleh sel makrofag yang
dinamakan melanofor yang terletak di dermis bagian atas.

7. Keloid

Jaringan parut yang luas karena hiperaktif proses penyembuhan.


Penimbunan kolagen maupun lisis kolagen meningkat. Keloid sangat sering
terjadi pada ras kulit gelap dan sering ada riwayat keloid. Hipertropi jaringan
parut dapat dikurangi dengan melepas tegangan bila jaringan parut melewati
lipatan fleksi. Suntikan kortison juga membantu untuk mengecilkan keloid.

3. ETIOLOGI

a) Pada rongga mulut biasanya akibat dari terperangkapnya jaringan


ektodermal dari lengkungan branchial pertama dan kedua, yang terjadi
pada minggu ketiga dan keempat dalam rahim, biasanya terjadi pada
rongga sublingual, submaxilary, dan submandibular.

b) Kista epidermoid merupakan hasildari poliferasi sel-sel epidermis dalam


ruang dibatasi dari dermis. Analisis pola lipid menunjukkan kemiripan
dengan epidermis. Selain itu, kista epidermoid mengungkapkan
cytokeratins 1 dan 10 yang merupakan konsituen dari lapisan suprabasilar
epidermis. Sumber epidermis ini hamir selalu infundibulum dari folikel
rambut yang dibuktikandengan pengamatan bahwa lapisan 2 struktur
identik.

c) Human papiloma virus (HPV) dan pancaran sinar UV juga berperan dalam
pembentukan beberapa kista epidermoid, terutama kista verrucous dengan
hipergranular kasar.

d) Kista epidermal dapat diakibatkan sekuestrasi dari sisa epidermal selama


kehidupan embrionik, oklusi dari unit polisebaseus, atau trauma implantasi
bedah dengan elemen epitel.

Menurut Wijayakusuma (2005), kista epidermoid dapat terjadi karena:

1. Faktor eksternal

a. Sering terpapar sinar matahari

Sinar matahari terutama UV B memiliki dampak buruk bagi


kulit yaitu menyebabkan kerusakan fotokimia pada DNA sel
sehingga memicu munculnya kelainan pada kulit

b. Terpapar sinar X-ray dan radionuklir dalam waktu lama


Radiasi yang dikeluarkan oleh sinar X maupun zat-zat
radioaktif lainnya dapat memicu terjadinya mutasi pada susunan kode
genetik DNA sehingga memungkinkan munculnya tumor kulit

c. Pemakaian bahan-bahan kimia seperti berilium, cadmium, merkuri,


plumbum, dan logam berat lainnya

Bahan-bahan tersebut termasuk bahan yang bersifat


karsinogenik sehingga jika terpapar dalam jangka lama dapat
menyebabkan tumor.

2. Faktor internal

a. Imunitas rendah

Jika imunitas rendah maka sel-sel kulit tidak dapat


mengidentifikasi dan memperbaiki kerusakan DNA sehingga
meningkatkan karsinogenesis

b. Genetik

Dapat terjadi pada orang dengan tipe kulit albino atau orang-
orang dengan keturunan kulit putih. Hal ini disebabkan oleh pigmen
yang terdapat dalam kulitnya tidak banyak sehingga tidak tahan
terhadap radiasi sinar UV.

4. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi kista epidermoid berasal dari sel epidermal yang


mempenetrasi ke dalam kulit dan bermultiplikasi membentuk dinding kista.
Karena dinding kista dilapisi epitel gepeng bertingkat, lapisan keratin akan
terakumulasi dalam kista. Permukaan dalam kista dapat berhubungan dengan
permukaan kulit melalui orifisium berisi keratin yang disebut punctum.
Karakteristik ini merupakan tanda khas kista epidermoid.

Sumbatan Folikel

Sumbatan folikel adalah faktor penting dalam patogenesis kista


epidermoid. Hal ini dapat dijumpai pada pasien acne vulgaris yang dapat
memiliki kista epidermoid multipel yang berasal dari komedon. Oklusi folikel
juga dapat disebabkan oleh proses jinak ataupun ganas yang memengaruhi atau
berada di dekat unit pilosebasea.

Pada individu lanjut usia, terdapat kondisi yang disebut sindroma Fave-
Racouchot (elastosis nodular) di mana kerusakan matahari yang terakumulasi
merusak unit pilosebasea. Hal ini berujung pada abnormalitas seperti sumbatan
komedon dan hiperkornifikasi yang kemudian dapat menyebabkan
pembentukan kista epidermoid.

Kista epidermoid kongenital pada fontanel anterior atau orogenital


kemungkinan disebabkan oleh sekuestrasi atau terjebaknya epidermis sepanjang
lokasi fusi embrio. Lesi bibir dan lidah dapat diasosiasikan dengan fusi arkus
branchialis yang abnormal. Lesi genital dapat berasal dari penutupan lipatan
genital yang abnormal.

Ruptur dan Inflamasi

Inflamasi terjadi bila materi keratin yang terkandung di dalam kista


epidermoid meluas ke jaringan sekitarnya. Materi tersebut bersifat kemotaktik
terhadap polimorfonukleosit. Infeksi aktif dapat terjadi pada kista epidermoid.
Sumber infeksi tersebut biasanya flora normal kulit, seperti Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis. Kista yang terinfeksi juga dapat
mengalami ruptur.

Transformasi Keganasan

Mekanisme karsinoma timbul dari kista epidermoid tidak jelas. Uji


imunohistokimia untuk HPV negatif, sehingga HPV diduga tidak memegang
peranan dalam patofisiologi ini. Sebagian studi mengajukan iritasi/inflamasi
kronik atau trauma repetitif terhadap lapisan epitel kista sebagai penyebab
transformasi keganasan, meskipun hubungan ini belum dibuktikan.

5. PATHWAY
Faktor Internal: Imunitas rendah, genetic
terbentuk dari berbagai
Faktor Eksternal: radiasi kontak arsenia, obat Invasi HPV tipe 2,
imunosupresan, terpapar x-ray, dan radio jenis sel kulit
nuklir dalam waktu lama, pemakaian obat 27 dan 57
(epidermis melanosit)
kimia, virus.

Masuk melalui lesi


TUMOR JINAK (BENIGNA)
Menginfeksi
keratinosis basal
Tumbuh secara ekspansif atau mendesak, tetapi tidak
merusak struktur jaringan sekitarnya yang normal
Virus menetap
dalam sel

Neurofibro- Sel epidermis


Keratosis Keloid Veruka (kutil)
matosis berdiferensiasi ke
permukaan
Kista Nervus Angioma

Virus bereplikasi
Muncul di sekitar
tangan, wajah,
kaki, dan genital Mengubah karakter
epidermis

Kurang Berawal dari nodul


halus dan mengkilap
pengetahuan
seperti pentol jarum
tentang penyakit

Gangguan citra
Ansietas tubuh

Nodul bertambah
banyak dan membesar,
permukaan kasar dan
pigmnetasi warna abu-
abu/coklat

Harga diri rendah


6. MANIFESTASI KLINIS

Gejala kista epidermoid adalah munculnya benjolan di bawah kulit pada


salah satu bagian tubuh, misalnya pada pergelangan tangan. Benjolan kista
epidermoid ini memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
 Benjolan berukuran sebesar kelereng hingga sebesar bola pingpong.
 Benjolan biasanya muncul di daerah wajah, tubuh bagian atas, atau leher.
 Pada puncak benjolan, tampak komedo hitam.
 Bila mengalami peradangan atau infeksi, area di sekitar kista menjadi
kemerahan dan bengkak.
 Bila kista pecah, akan keluar cairan kental berwarna kuning yang berbau
tidak sedap dari kista.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a) Ultrasonografi, ditemukan daerah kistik dengan bahan echogenic dan


gema internal, tidak ada bukti aliran dalam area kistik pada doppler
warna.

b) MRI, menunjukkan massa kistik dienkapsulasi tanpa klasifikasi.

c) Makroskopik, lesi muncul dikemas dan berisi baan kunin keratin seperti
keju.

d) Histopatologi, menunjukkan bahwa itu adalah kista epidermal dilapisi


oleh epitel skuamosa berlapis dengan lumen yang mengandung keratin.

e) Biopsi. Untuk memastikan diagnosis tumor, eksisi untuk kista kecil dan
insisi untuk ukuran yang besar.

8. KOMPLIKASI

Berikut ini adalah sejumlah komplikasi yang dapat terjadi akibat kista
epidermoid, yaitu:
 Peradangan pada area sekitar kista.
 Infeksi, terutama akibat memencet kista sampai pecah.
 Kista tumbuh kembali, terutama bila tidak ditangani dengan operasi.
Walaupun sangat jarang, kista epidermoid juga dapat berubah
menjadi kanker kulit.

9. PENATALAKSANAAN

Dokter dapat menentukan kista epidermoid dengan melihat karakteristik


benjolan. Bila diperlukan, dokter kulit akan mengambil sampel jaringan atau
cairan kista untuk diperiksa di laboratorium (biopsi). Biopsi dapat dilakukan
pada waktu operasi pengangkatan kista epidermoid.

Kista epidermoid dapat berhenti tumbuh bahkan hilang dengan


sendirinya tanpa diobati. Akan tetapi, jika kista menyebabkan rasa tidak
nyaman atau mengganggu penampilan, dokter dapat melakukan beberapa
metode pengobatan berikut:
 Operasi kecil, untuk mengangkat seluruh kista.
 Suntik obat, untuk mengurangi pembengkakan dan peradangan.
 Pembuatan sayatan kecil pada kista, untuk mengeluarkan isi di
dalamnya.
 Terapi laser, untuk mengecilkan kista.

Perlu diingat, jangan memencet kista karena dapat menimbulkan infeksi.


Bila hanya dipencet, kista dapat tumbuh kembali. Jika kista pecah dan
mengeluarkan cairan, tutupi dengan perban lalu segera ke dokter.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a) Riwayat Kesehatan: waktu keluhan muncul/diketahui, hingga saat ini


membesar berapa kali/mengecil/menetap; apakah ada perubahan warna,
perdarahan spontan, gatal-gatal; dan apakah ada benjolan di tempat lain.
b) Pemeriksaan Fisik
1) Lokasi: region kanan atau kiri.
2) Inspeksi: warna, tonjolan, ulkus, dasar dan pinggir ulkus, ada infeksi
sekunder/tidak, ada rambut.
3) Palpasi: diukur luasnya, diraba pengerasa di luar ulkus, infiltrasi sudah
sampai mana, hubungan dengan jaringan sekitar.
4) Konsistensi: mudah berdarah/tidak, keras, dsb.
c) Pemeriksaan Penunjang
1) Persiapan tambahan untuk operasi dengan narcosis
2) Pemeriksaan dngan indikasi
3) Biopsi insisi/eksisi (tergantung besar kecilnya tumor)
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut.
a) Cemas berhubungan dengan krisis situasional dan ancamatan kematian
b) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
sekunder
c) Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


.
1. Cemas berhubungan dengan Tujuan: Kecemasan pasien a. Observasi TTV a. Acuan untuk
krisis situasional dan berkurang mengetahui
ancaman kematian b. Atasi adanya rasa keadaan umum
Kriteria Hasil: Menunjukkan cemas dan takut, dapat pasien
pengendalian diri terhadap dilakukan dengan
kecemasan persiapan psikologis b. Menurunkan rasa
pasien melalui kecemasan pasien
pendidikan kesehatan
c. Membantu pasien
c. Bantu pasien untuk memahami
mengungkapkan situasi yang
perasaan/situasi yang menimbulkan
menimbulkan kecemasan
kecemasan
2. Gangguan citra tubuh Tujuan: Citra diri pasien a. Kaji perubahan dari a. Menentukan
berhubungan dengan meningkat gangguan persepsi dan bantuan
perubahan sekunder hubungan dengan individual dalam
Kriteria Hasil: derajat menyusun
 Menyatakan atau ketidakmampuan rencana
mengomunikasikan b. Dukung perilaku atau perawatan atau
dengan orang terdekat usaha seperti pemilihan
tentang situasi dan peningkatan minat atau intervensi
perubahan yang sedang partisipasi dalam b. Pasien dapat
terjadi aktivitas beradaptasi
 Mampu menyatakan c. Monitor gangguan dengan perubahan
penerimaan diri tidur, peningkatan dan pengertian
terhadap situasi konsentrasi, letargi tentang peran
individu di masa
mendatang
c. Dapat
mengindikasikan
terjadinya depresi
yang umumnya
terjadi dimana
keadaan ini
memerlukan
intervensi dan
evaluasi lebih
lanjut
3. Harga diri rendah Tujuan: Harga diri pasien a. Dorong pasien untuk a. Mendengar aktif
berhubungan dengan meningkat mengungkapkan dapat
gangguan citra tubuh perasaan tentang menimbulkan
Kriteria Hasil: perubahan fisik yang perasaan peduli
 Pasien menerima dialaminya dan menerima
perubahan pada b. Diskusikan kemampuan dari klien
tubuhnya dan aspek positif yang b. Mendiskusikan
 Pasien dapat dimiliki klien tingkat
berpartisipasi dalam c. Hindari penilaian kemampuan klien
berbagai aspek negatif setiap seperti menilai
perawatan dan dalam berinteraksi dengan realitas, kontrol
pengambilan keputusan klien diri atau integritas
tentang perawatan d. Usahakan memberi ego diperlukan
 Pasien pujian yang realistik sebagai dasar
mengomunikasikan asuhan
peasaan terhadap keperawatannya
perubahan citra tubuh c. Reinforcement
positif akan
meningkatkan
harga diri klien
d. Pujian realistik
mencegah klien
melakukan
kegiatan yang
didasarkan
keinginan
mendapatkan
pujian
DAFTAR PUSTAKA

Hoang VT, Trinh CT, Nguyen CH, Chansomphou V, Chansomphou V, Tran TTT.
Overview of epidermoid cyst. Eur J Radiol Open. 2019;6:291–301.

Dutta M, Saha J, Biswas G, Chattopadhyay S, Sen I, Sinha R. Epidermoid cysts in


head and neck: our experiences, with review of literature. Indian J
Otolaryngol Head Neck Surg. 2013;65:14–21.

Zito PM, Scharf R. Cyst, epidermoid (sebaceous cyst). 20 April 2021. Diunduh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499974/

Fromm LJ, Elston DM. Epidermal inclusion cyst. 20 April 2021. Diunduh dari
https://emedicine.medscape.com/article/1061582-clinical#showall

Weir CB, St. Hilaire NJ. Epidermal inclusion cyst. 20 April 2021. Diunduh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532310/

Anda mungkin juga menyukai