Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang


melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah yang
dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dari infeksi ringan sampai
berat. Penyakit ini dapat menyerang saluran pernapasan mulai dari hidung
sampai alveoli termasuk andeksanya seperti sinus, rongga telinga, pleura.
ISPA termasuk Air Bone Disease yang penularan penyakitnya melalui
udara (Kemenkes RI, 2017). ISPA dapat menyerang semua golongan
umur, tetapi balita paling rentan terinfeksi penyakit ini karena balita
memiliki sistem imun yang belum matur dan mereka cenderung kontak
dengan orang lain yang mungkin sedang sakit maupun fasilitas dan
peralatan yang belum tentu terjamin kebersihannya sehingga balita
cenderung berisiko lebih tinggi terinfeksi suatu penyakit (Wilson Wang
and Meads, 2006). Salah satu penyakit yang mudah menyerang balita
terutama apabila terdapat sumber infeksi baik di dalam maupun di luar
rumah adalah ISPA (IDAI, 2016).
Penyakit ISPA merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi
perhatian dunia sampai saat ini. Tahun 2016 didapatkan sebanyak 5,6 juta
anak dibawah lima tahun mengalami kematian dan 16% diantaranya
diakibatkan oleh pneumonia yang merupakan salah satu manifestasi dari
ISPA isidensi kematian terbanyak anak usia dibawah lima tahun terletak di
sub-Sahara Afrika dimana satu dari tigabelas anak meninggal sebelum dia
ulang tahun yang ke lima (WHO, 2017)
Berdasarkan hasil utama Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
tahun 2018, di Indonesia prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan terdapat sebanyak 2%. Dibandingkan dengan hasil
RISKESDAS 2013 yang sebesar 1.6%, period prevalence pneumonia pada

1
tahun 2018 mengalami peningkatan sebanyak 0.4% (RISKESDAS, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian ISPA ?
2. Apa Etiologi ISPA ?
3. Apa Patofisiologi ISPA ?
4. Bagaimana masa inkubasi dan penularan ISPA ?
5. Apa Manifestasi Klinis ISPA ?
6. Apa Pemeriksaan Penunjang ISPA
7. Apa Pentalaksanaa ISPA ?
8. Apa Komplikasi ISPA ?
9. Bagaimana Pencegahan ISPA ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengrtahui definisi ISPA
2. Untuk mengetahui Etiologi ISPA
3. Untuk mengtahui patofisiologi ISPA
4. Untuk mengetahui masa inkubasi dan penularan ISPA
5. Untuk mengetahui Manifestasi klinis ISPA’
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang ISPA
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan ISPA
8. Untuk mengetahui Komplikasi ISPA
9. Untuk mengetahui cara pencegahan ISPA

2
BAB I I

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ISPA
ISPA adalah penyakit saluran pernafasan atas atau bawah yang bisa
menular dan dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari penyakit
tanpa gejala dan infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan.
ISPA juga merupakan jenis penyakit yang sangat mudah menular terutama
kepada orang orang yang memiliki kelainan sistem kekebalan tubuh, seperti
lanjut usia, dan anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya belum terbentuk
sepenuhnya (Bari et al,2018).

2.2 Etiologi Penyakit ISPA


Etiologi ISPA terdiri dari :

Bakteri : Dippococcus Pneumoniea, Pneumococcus, Streptococcus

Pyogenes Staphylococcus Aureus, Haemophilus Influenza.

Virus : Influenza, Adenovirus, Sitomegagalovirus

Jamur : Aspergilus sp. Gandida Albicans Histoplasm, dll.

Aspirasi : makanan, asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak

(BBM), tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing

(biji-bijian) mainan plastik kecil, dll.

ISPA dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme, namun


yang terbanyak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus
merupakan penyebab terbanyak infeksi saluran nafas atas akut (ISPA)
seperti rhinitis, sinusitis, faringitis, tonsilitis, dan laringitis. Hampir 90%
dari infeksi tersebut disebabkan oleh virus dan hanya sebagian disebabkan
oleh bakteri2. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) disebabkan oleh virus
atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih
gejala diantaranya ialah tenggorokan sakit atau nyeri saat menelan, pilek,

3
batuk kering atau berdahak.(Vinanti, 2019)

2.3 Patofisiologi ISPA

Menurut Amalia Nurin, dkk, (2014) Perjalanan alamiah penyakit ISPA


dibagi 4 tahap yaitu :

1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan


reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul
gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan meninggal
akibat pneumonia.

2.4 Masa Inkubasi dan Penularan ISPA

1. Masa inkubasi

ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung


sampai 14 hari, dimana secara klinis suatu tanda dan gejala akut akibat
infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang
berhubungan dengan saluran pernafasan yang berlangsung tidak lebih
dari 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan berlangsungnya
proses akut.

2. Penularan

Pada umumnya ISPA termasuk ke dalam penyakit menular yang


ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita ISPA yang
menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk
droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab

4
ISPA ke dalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup,
disamping itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui
percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan
berbicara kepada orang di sekitar penderita, trasmisi langsung dapat juga
melalui ciuman, memegang/menggunakan benda yang telah terkena
sekresi saluran pernapasan penderita (Azwar, 1985).

2.5 Manifestasi Klinis ISPA

Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis,


nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri
retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari
disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan
insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan
adanya penyulit. (Suriani, 2018)

Penyakit ISPA dapat menimbulkan bermacam-macam tanda dan


gejala seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit
telinga dan demam. Berikut gejala ISPA dibagi menjadi 3 antara lain
sebagai berikut:

1. Gejala dari ISPA ringan Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan


jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a. Batuk
b. Serak, yaitu bersuara paru pada waktu mengeluarkan suara (pada
waktu berbicara atau menangis)
c. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi
anak diraba dengan punggung tangan terasa panas (Hersoni,
2015).
2. Gejala dari ISPA sedang Seseorang dinyatakan ISPA sedang jika
dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut:

5
a. Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu : untuk
kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per
menit atau lebih untuk umur 2- < 5 tahun.
b. Suhu tubuh lebih dari 39°C
c. Tenggorokan berwarna merah
d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f. Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur) atau
berbunyi menciut-ciut (Hersoni, 2015)
3. Gejala ISPA berat Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika
dijumpai gejala-gejala sebagai berikut :
a. Bibir atau kulit membiru
b. Tidak sadar atau kesadaran menurun
c. Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan tampak gelisah
d. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas
e. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f. Tenggorokan berwarna merah merah (Hersoni, 2015)

2.6 Pemeriksaan Penunjang ISPA

Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :


1. Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab) : hasil yang didapatkan
adalah biakan kuman (+) sesuai jenis kuman
2. Pemeriksaan hidung darah (deferential count) : laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Saputro, 2013)

2.7 Penatalaksanaan ISPA

6
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus
yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua atau tiga tujuan program
turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotic
dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA.
1. Pneumonia berat

Dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan


sebagainya.

2. Pneumonia

Diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak


mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat di pakai obat
antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin, atau penisilin prokain.
3. Bukan pneumonia

Tanpa pemberian obat antibiotik. Di berikan perawatan dirumah,


untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,
dekstromrtorfan dan antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun
panas yaitu paracetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada
pemeriksaan tenggorokan ditemukan adanya bercak nanah (eksudat)
diseertai pembesaran kelenjar betah bening dileher, di anggap sebagai
radang tenggorokan oleh kuman Streptococcuss dan harus diberi
antibiotik (penisilin) selama 10 hari.

2.8 Komplikasi ISPA

Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang


sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba
eusthacii dan penyebaran infeksi. (Windasari, 2018).

7
2.9 Pencegahan penyakit ISPA

Menurut Hastuti, D (2013) pencegahan ISPA dapat dilakukan


dengan :
1. Menyediakan makanan bergizi sesuai preferensi anak dan kemampuan
untuk mengkonsumsi makanan untuk mendukung kekebalan tubuh
alami.
2. Pemberian imunisasi lengkap kepada anak
3. Keadaan fisik rumah yang baik, seperti: ventilasi dirumah dan
kelembaban yang memenuhi syarat.
4. Menjaga kebersihan rumah, tubuh, makanan, dan lingkungan agar
bebas kuman penyakit. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 19
5. Menghindari pajanan asap rokok, asap dapur.
6. Mencegah kontak dengan penderita ISPA dan isolasi penderita ISPA
untuk mencegah penyebaran penyakit.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

ISPA adalah penyakit saluran pernafasan atas atau bawah yang bisa

menular dan dapat menimbulkan sebagai spektrum penyakit dan penyakit

tanpa gejala dan infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan.

Penyakit ISPA dapat menimbulkan bermacam-macam tanda dan

gejala seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga

dan demam.

Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan

tenggorokan ditemukan adanya bercak nanah (eksudat) diseertai pembesaran

9
kelenjar betah bening dileher, di anggap sebagai radang tenggorokan oleh

kuman Streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.

Cara penuluran ISPA ISPA dapat terjadi karena transmisi organisme

melalui AC (air conditioner), droplet dan melalui tangan yang dapat menjadi

jalan masuk bagi virus.

Mencegah kontak dengan penderita ISPA dan isolasi penderita ISPA

untuk mencegah penyebaran penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Repository.poltekkes-kdi.ac.id/304/8/BAB%2011.pdf
Eprints.poltekkesjogja.ac.id/6365/4/4.%20chapter%202.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai