Kelompok 1
1. M. Ricky Pratama
2. Mellen Apriani
3. Anis Rahmawati
4. Saadatul Jamilah
5. Perda Novita
6. Ria Agustina
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
ISPA (Infeksi Saluran pernafasan Akut) adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai
14 hari. Secara klinis ISPA ditandai dengan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan
dengan berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang
komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh 300 lebih jenis virus, bakteri, serta jamur. Virus penyebab ISPA antara
lain golongan miksovirus yang meliputi virus influensa, virus prainfluensa dan virus campak (Litbangkes, 2004).
Menurut WHO, ISPA merupakan peringkat keempat dari 15 juta penyebab kematian pada setiap
tahunnya. Jumlah tiap tahun kejadian 1 2 ISPA di Indonesia 150.000 kasus atau dapat dikatakan seorang meninggal
tiap 5 menitnya. Pada tahun 2007, prevalensi ISPA di Indonesia dengan diagnosis gejala (DG) sebesar 25,5%,
sedangkan dengan diagnosis tenaga kesehatan (D) sebesar 8,10%.
Secara umum efek polusi udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada
saluran pernafasan. Hal ini dapat menyebabkan pergerakan sillia menjadi lambat, bahkan dapat terhenti sehingga
tidak dapat membersihkan saluran pernafasan, peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar,
produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasan, rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran
pernafasan, pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel sehingga saluran pernafasan
menjadi menyempit serta lepasnya sillia dan lapisan selaput lendir (Budiono, 2007). Akibat dari hal tersebut diatas,
akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak
dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan (Dewi,
2012). Melihat kondisi tersebut pabrik merupakan tempat yang sangat beresiko khususnya pabrik gula ini karena
lingkungan pabrik gula yang penuh dengan asap, debu, dan sisa hasil pembakaran yang tidak sempurna (jelaga) yang
merupakan faktor-faktor yang dapat mencetuskan ISPA (Budiono, 2007) , dalam hal ini mengetahui faktor resiko
yang paling berpengaruh terhadap ISPA sangatlah 5 penting guna mengantisipasi hal tersebut disarankan untuk
pekerja pabrik menggunakan alat perlindungan diri masker untuk meminimalkan resiko ISPA. Berdasarkan latar
belakang diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelelitian menegenai “Identifikasi faktor-faktor pencetus ISPA
pada pekerja Pabrik Gula Rejo Agung Kota Madiun”.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan data dalam latar belakang maka perumusan masalah sebagai berikut : “Apa Faktor-
faktor pencetus ISPA pada pekerja Pabrik Gula Rejo Agung Kota Madiun?”
TUJUAN PENELITIAN
Untuk Mengidentifikasi Faktor-faktor pencetus ISPA pada pekerja Pabrik Gula Rejo Agung
Kota Madiun.
MANFAAT PENELITIAN
MANFAAT TEORITIS
Hasil Penelitian ini di harapkan dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dan memberikan
masukan positif untuk pengembangan ilmu keperawatan serta menambah wawasan dan
pengetahuan peneliti tentang Identifikasi faktor-faktor pencetus ISPA pada pekerja Pabrik Gula
serta sebagai bahan atau sumber bagi peneliti.
MANFAAT PRAKTIS
1. Bagi Pekerja Memberikan Informasi tentang faktor apa saja yang dapat mencetuskan ISPA
pada pekerja Pabrik Gula sehingga dapat melakukan upaya preventif .
2. Bagi Instansi Terkait Memberikan informasi bagi instansi terkait tentang faktorfaktor yang
mencetuskan ISPA pada pekerja Pabrik Gula sehingga dapat dijadikan dasar dalam pengambilan
kebijakan dan penanggulangan ISPA.
3. Bagi Peneliti Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data dasar acuan bagi peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian lain.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar
1. Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran
pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan
bakteri. ISPA akan menyerang host, apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling
banyak di temukan pada anak di bawah lima tahun karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit. (Karundeng Y.M, et al. 2016.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu
bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk
jaringan andeksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. ISPA merupakan infeksi saluran
pernapasan yang berlangsung selama 14 hari. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit
yang banyak dijumpai pada balita dan anak-anak mulai dari ISPA ringan sampai berat. ISPA yang berat jika
masuk kedalam jaringan paru-paru akan menyebabkan Pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi
yang dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak (Jalil, 2018).
2. Etiologi ISPA
Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa bakteri dari genus streptokokus,
stafilokokus, pneumokokus, hemofillus, bordetella, dan korinebakterium dan virus dari golongan mikrovirus
(termasuk didalamnya virus para influenza dan virus campak), adenoveirus, koronavirus, pikornavirus,
herpesvirus ke dalam tubuh manusia melalui partikel udara (droplet infection). Kuman ini akan melekat pada
sel epitel hidung dengan mengikuti proses pernapasan maka kuman tersebut bisa masuk ke bronkus dan
masuk ke saluran pernapasan yang mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit kepala dan sebagainya.
(Marni,2014).
Selain bakteri dan virus ISPA juga dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu kondisi
lingkungan (polutan udara seperti asap rokok dan asap bahan bakar memasak, kepadatan anggota
keluarga, kondisi ventilasi rumah kelembaban, kebersihan, musim, suhu), ketersediaan dan
efektifitas pelayanan kesehatan serta langkah-langkah pencegahan infeksi untuk pencegahan
penyebaran (vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi), faktor
penjamu (usia, kebiasaan merokok, kemampuan penjamu menularkan infeksi, status gizi, infeksi
sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan oleh pathogen lain, kondisi kesehatan umum)
dan karakteristik pathogen (cara penularan, daya tular, faktor virulensi misalnya gen, jumlah atau
dosis mikroba). (WHO,2007:12)
3. Patofisiologi ISPA
Menurut Amalia Nurin, dkk, (2014) Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi: virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala.
4. Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan
atelektasis, menjadi kronis dan meninggal akibat pneumonia.
4. Manifestasi Klinis ISPA
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan, batuk
dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7
hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu
berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit. (Suriani, 2018)
Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan adalah sebagai berikut Rosana (2016 ):
- Gejala dari ISPA ringan
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut:
1. Batuk.
2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada waktu berbicara
ataumenangis).
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus darihidung.
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi anak diraba dengan punggung tangan
terasa panas.
- Gejala dari ISPA sedang
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan
disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1. Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu: untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan
frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih untuk umur 2 -< 5tahun.
2. Suhu tubuh lebih dari 39°C.
3. Tenggorokan berwarna merah.
4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercakcampak.
5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubangtelinga.
6. Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
- Terapi Suportif
Berguna untuk mengurangi gejala dan meningkatkan performa pasien berupa nutrisi yang
adekuat, pemberian multivitamin.
- Antibiotik
Hanya digunakan untuk terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, idealnya
berdasarkan jenis kuman penyebab, utama ditujukan pada pneumonia, influenza, dan aureus. (Kepmenkes
RI, 2011)
6. Pemeriksaan Penunjang 7. KOMPLIKASI
Penyakit ini sebenarnya
Pemeriksaan penunjang yang lazim merupakan self limited disease,
dilakukan adalah : yang sembuh sendiri 5-6 hari
jika tidak terjadi invasi kuman
Pemeriksaan kultur/biakan lainnya. Komplikasi yang dapat
kuman (swab) : hasil yang terjadi adalah sinusitis
didapatkan adalah biakan paranasal, penutupan tuba
kuman (+) sesuai jeniskuman eusthacii dan penyebaran
Pemeriksaan hidung darah infeksi. (Windasari,2018)
(deferential count) : laju endap
darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan
bisa juga disertai dengan
adanya thrombositopenia
Pemeriksaan foto thoraks jika
diperlukan (Saputro,2013)
8. Pencegahan
1. Pengkajian
a. IdentitasPasien
b. Usia
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3
tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia
muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebihlanjut.
c. JenisKelamin
Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka
kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark.
d. Alamat
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Diketahui bahwa penyebab terjadinya
ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah
ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia.
2. Keluhan Utama
Adanya demam, kejang, sesak napas, batuk produktif, tidak mau makan
anak rewel dan gelisah, sakit kepala.
3. Riwayat Kesehatan
b. Aktivitas danistirahat
c. BAK
d. Kenyamanan
e. Hygine
7. Analisa Data
Intervensi Keperawatan yang digunakan pada pasien ISPA menggunakan perencanaan keperawatan
menurut (SIKI) standar intervensi keperawatan Indonesia serta untuk tujuan dan kriteria hasil
menggunakan standar luaran keperawatan Indonesia (SLKI). (Tim Pokja SLKI, 2018).
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yangtertahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam bersihan jalan napas meningkat.
Kriteria hasil :
1. Batuk efektif meningkat
2. Produksi sputum menurun
3. Gelisah menurun
4. Frekuensi napas membaik
5. Pola napas membaik
Intervensi:
1. Observasi
a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor adanya retensisputum
2. Terapeutik
a. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
b. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
c. Buang sekret pada tempat sputum.
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
c. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3kali
d. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yangke-3
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pengaturan suhu tubuh pasien membaik
Kriteria hasil :
1. Takikardia menurun
2. Hipoksia menurun
4. Suhu kulit
membaik Intervensi:
1. Observasi
2. Terapeutik
3. Edukasi
4. Kolaborasi