Anda di halaman 1dari 14

LPENGARUH BUDAYA TERHADAP KESEHATAN INDIVIDUAL,

KELUARGA, DAN MASYARAKAT DALAM KONTEKS BUDAYA

DI SUSUN
OLEH
KELOMPOK 5
NAMA KELOMPOK
1. MELI WULAN ASIH
2. DILA RIANTI
3. YOSSY ROHDATUL JANNAH
4. SINTIA LORENTA
5. LAULINGGA FEBRIANTI
6. ADELLIA ANGGERAIN
7. LIA HARPITA

KELAS : II.A
MATA KULIAH : ANTROPOLOGI KESEHATAN
DOSEN PEMBIMBING : H. A. Gani, Spd, SKM, S. Kep, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI D-III KEPERAWATAN LAHAT
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pengaruh Budaya Terhadap kesehatan individual, keluarga, dan masyarakat
dalam konteks budaya
Makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Antropologi kesehatan
walaupun dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca. Kami mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada H. A. Gani, Spd, SKM, S. Kep, M.Kes Sebagai dosen
mata kuliah Antropologi kesehatan
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan tidak sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah ini yang telah kami buat terimakasih.
Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa prodi D-III keperawatan
lahat

LAHAT, 18 OKTOBER 2021


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia yang merupakan negara kepualauan, terbentang dari
Sabangsampai Merauke, memiliki kekayaan berbagai ragam suku bangsa
dan budaya.Keberagaman budaya yang merupakan aset dan kekayaan
Indonesia ini patut dilestarikan. Keberagaman Budaya ini ternyata juga
membutuhkan pemahaman tersendiri bagi orang lain yang berasal di luar
budaya tersebut.
Budaya menjadikan pula pemahaman dan cara tersendiri dalam menjalin
komunikasi pada individu, keluarga, dan masyarakat yang termasuk di
dalamnya dalam pemberian pelayanan kesehatan. Tuntutan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan saat ini termasuk tuntutan terhadap
asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin kompleks.
Dengan adanya berbagai macam karakteristik budaya yang negara kita
miliki ditambah lagi dengan adanya globalisasi, dimana terjadi perpindahan
penduduk antar negara dimungkinkan menyebabkan adanya pergeseran
terhadap asuhan keperawatan yang harus diberikan.
Nilai-nilai budaya dari setiap daerah bersifat kompleks, karena setiap
manusia yang menjadi pasien mempunyai latar belakang, lingkungan hidup,
pengalaman hidup yang tidak sama baik dinilai dari tingkatan individu, di
dalam keluarga, masyarakat yang tidak sama. Selain itu perkembangan
IPTEK mempunyai dampak dalam dinamika nilai-nilai budaya, yang
mempengaruhi paradigma seseorang terhadap persepsi yang dihadapi.
Kondisi seperti itu menuntut kita sebagi pemberi pelayanan kesehatan
khususnya sebagai perawat yang selalu berhadapan dengan pasien harus
banyak memahami model pemenuhan harapan pasien bukan hanya dari sisi
metode pelayanan klinis teknis keperawatan namun pendekatan nilai-nilai
budaya yang beraneka ragam yang menjadi milik pasien baik dalam hal
individu, keluarga, maupun masyarakat yang harus dimengerti dan dipahami
karena dalam prakteknya nilai-nilai budaya tersebut berpengaruh dalam
pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan yang mana diberikan secara
komprehensif dan holistik.
Pemberi pelayanan kesehatan khususnya kita perawat yang menyadari benar
bahwa secara kultural individu, keluarga, dan masyarakat memiliki
karakteristik yang unik dan dalam proses pemberian asuhan keperawatan
akan membawa karakteristik tersebut.
B. TUJUAN
Memahami pengaruh budaya terhadap kesehatan individu, keluarga, dan
masyarakat
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN BUDAYA
Budaya adalah kata sederhana dengan pengertian kompleks yang mencakup
Seluruh wilayah aktivitas manusia. Secara spesifik, budaya didefinisikan
sebagai pola kompleks dari makna, kepercayaan, dan tingkah laku bersama
yang Dipelajari dan diperoleh oleh kelompok orang selama perjalanan
sejarah. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah,Yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-Hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris,Kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin Colere, yaitu mengolahAtau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani.KataCulture juga kadang diterjemahkan sebagai
“kultur” dalam bahasa Indonesia.Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat.Budaya mencerminkan keseluruhan dari tingkah laku
manusia, termasuk nilai, Sikap, dan cara-cara berhubungan dan
berkomunikasi satu dengan yang lain.
Hal ini juga mencakup konsep diri individu, alam semesta, waktu, dan ruang,
Termasuk juga kesehatan, penyakit, dan kesakitan. Oleh karena kita
beragam aspek kehidupan, individu umumnya masuk ke dalam lebih Dari
satu kelompok budaya atau subkultur, yang mengacu pada kelompok-
Kelompok terpisah dalam konteks kultural yang lebih besar. Kelompok-
kelompok Budaya yang banyak ini dapat berasal dari agama, pekerjaan, jenis
kelamin, Usia, penyakit, dan banyak faktor lain dari seseorang. Sebagai
contoh, seorang Pasien wanita dari suku Jawa beragama Katolik dengan
kanker, akan Mencerminkan beragam aspek, dalam tingkat tertentu, dari
semua kelompok Kultural ini. Istilah kultur sebaiknya tidak dirancukan
dengan istilah ras, walaupun Ras mengacu pada pengelompokkan orang
dengan keturunan keluarga dan Biologis yang sama. Ras seseorang
umumnya dicerminkan dalam karekteristik Fisik, seperti warna kulit, dan
diteruskan sepanjang generasi Sebagai makhluk yang dapat berpikir,
manusia memiliki pola-pola tertentu dalam Bertingkah laku. Tingkah laku
ini menjadi sebuah jembatan bagi manusia untuk Memasuki kondisi yang
lebih maju. Pada hakikatnya, budaya tidak hanya Membatasi masyarakat,
tetapi juga eksistensi biologisnya, tidak hanya bagian Dari kemanusiaan,
tetapi struktur instingtifnya sendiri. Namun demikian, batasan Tersebut
merupakan prasyarat dari sebuah kemajuan.
Jika diamati, saat ini manusia sering kali menghadapi permasalahan yang
Disebabkan oleh budaya yang tidak mendukung. Ketika pengaruh budaya
buruk Mempengaruhi kepribadiaan seseorang maka dengan sendirinya
berbagai Masalah yang tidak di inginkan akan terjadi secara terus-menerus.
Menurut konsep budaya Leinenger, karakteristik budaya dapat digambarkan
Sebagai berikut:
 Budaya merupakan pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak
ada
Dua budaya yang sama persis.
 Budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya itu diturunkan
Kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan.
 Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa
Disadari.
B. WUJUD DAN KOMPONEN BUDAYA

1. Gagasan (Wujud ideal)


Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-
Ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang
sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini
terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan,
maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku
hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Contoh: Konsep manusia perlu berpakaian. Didasarkan pada rasa susila
yaitu manusia malu jika telanjang. Dari konsep di atas, didapatkan fungsi
pakaian yaitu untuk melindungi tubuh dari cuaca panas, dingin dan
tantangan alam, untuk mempercantik diri serta memenuhi norma agama dan
etika.
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem
sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya
konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati
dandidokumentasikan.
Contoh: Sebagai aplikasi dari gagasan yang dikemukakan, manifestasi
pelaksanaanya dilakukan kegiatan pabrik tekstil, penjahit, toko pakaian,
peragaan busana, mencuci pakaian dan sebagainya
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda
atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya
paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Contoh: Benda hasil budayanya berupa baju seragam, baju olahraga, baju
pesta dan sebagainya Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara
wujud kebudayaan yangsatu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan
yang lain. Sebagai contoh:wujud kebudayaan yang ideal mengatur dan
memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
C. KOMPONEN BUDAYA
1. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata,
Konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan
Yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat,
Perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup
Barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian
Gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan non material
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan
dari Generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu
atau Tarian tradisional.
D. UNSUR-UNSUR BUDAYA
1. Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi
Menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara
Segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara
Manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan
Rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian. Masyarakat
Kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari
Pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional
(disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu: alat-alat
Produktif, senjata, wadah, alat-alat menyalakan api, makanan, pakaian,
Tempat berlindung dan perumahan, alat-alat transportasi.
2. Sistem mata pencaharian hidup.
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada
Masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya: berburu Dan
meramu, beternak, bercocok tanam di ladang, menangkap ikan. Hal ini Sering
ditemukan di pedesaan. Untuk penduduk yang berada di kota maka Mata
pencaharian akan lebih beragam seperti berdagang, menjadi seorang Karyawan
di perusahan pemerintah atau swasta, wiraswasta. Semakin kompleksnya
kebutuhan manusia, maka usaha yang diperlukan Untuk memenuhinya akan
semakin meningkat juga, ini berpengaruh terhadap Waktu yang dibutuhkan
dalam bekerja. Sebagai contoh bila seseorang sakit atau anggota keluarga yang
sakit ini akan berdampak dalam sistem kerja yang padat, sehingga berpengaruh
pada hubungan sosial dalam lingkup, individu, keluarga, ataupun masyarakat.
3. Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur
sosial. M. Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat
dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang
bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa
keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota
kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman,
bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada
beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil
hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri,.dan paroh masyarakat. Di
masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti
keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga
unilateral.Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang
dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam
pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-
sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
4. Bahasa.
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk
saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun
gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau
kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia
dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama
masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan sesama individu
lainnya, dalam keluarga, dan juga dalam masyarakat. Bahasa memiliki beberapa
fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi
bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan
alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa
secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari,
mewujudkan seni (sastra), Mempelajari naskah-naskah kuno dan untuk
mengeksploitasi ilmu Pengetahuan dan teknologi.
5. Kesenian
Karya seni dari peradaban Mesir kuno. Kesenian mengacu pada nilai Keindahan
(estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan Keindahan yang
dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk Yang mempunyai cita
rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak Kesenian mulai dari yang
sederhana hingga perwujudan kesenian yang Kompleks.
6. Sistem kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam
Menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat
Terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa Tertinggi
dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia Sebagai salah satu
bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara Individual maupun
hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari Religi atau sistem
kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
E. PENGARUH BUDAYA TERHADAP KESEHATAN INDIVIDU,
KELUARGA DAN MASYARAKAT

Kepribadian merupakan konsep dasar psikologi yang berusaha menjelaskan


Keunikan manusia. Kepribadian mempengaruhi dan menjadi kerangka acuan
dari Pola pikir dan perilaku manusia, serta bertindak sebagi aspek fundamental
dari Setiap individu yang tak lepas dari konsep kemanusiaan yang lebih besar,
yaitu Budaya sebagai bentuk sosial. Indonesia sebagai Negara agraris, sebagian
besar penduduknya bermukim di Daerah pedesaan dengan tingkat pendidikan
mayoritas sekolah dasar dan belum Memiliki budaya hidup sehat. Hidup sehat
adalah hidup bersih dan disiplin Sedangkan kebersihan dan kedisiplinan itu
sendiri belum menjadi budaya sehari- Hari. Budaya memeriksakan secara dini
kesehatan anggota keluarga belum Tampak. Hal ini terlihat dari banyaknya
klien yang datang ke pelayanan Kesehatan untuk memeriksakan keadaan
kesehatan sebagai tindakan kuratif Belum didukung sepenuhnya oleh upaya
promotif dan preventif, misalnya gerakan 3M pada pencegahan demam
berdarah belum terdengar gaungnya jika belum mendekati musim hujan atau
sudah ada yang terkena demam berdarah. Menanamkan budaya hidup sehat
harus sejak dini dengan melibatkan pranata yang ada di masyarakat, seperti
posyandu atau sekolah. Posyandu yang ada di komunitas seharusnya
diberdayakan untuk menanamkan perilaku hidup bersih, sehat, dan berbudaya
pada anak. Di dalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan adat istiadat
dibentuk untuk mempertahankan hidup diri sendiri, dan kelangsungan hidup
suku mereka. Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran,
pemberian makanan bayi, yang bertujuan supaya reproduksi berhasil, ibu dan
bayi selamat. Dari sudut pandangan modern, tidak semua kebiasaan itu baik.
Ada beberapa yang kenyataannya malah merugikan. Kebiasaan menyusukan
bayi yang lama pada beberapa masyarakat, merupakan contoh baik kebiasaan
yang bertujuan melindungi bayi. Tetapi bila air susu ibu sedikit, atau pada ibu-
ibu lanjut usia, tradisi budaya ini dapat menimbulkan masalah tersendiri. Dia
berusaha menyusui bayinya, dan gagal. Bila mereka tidak mengetahui nutrisi
mana yang dibutuhkan bayi (biasanya demikian), bayi dapat mengalami
malnutrisi dan mudah terserang infeksi. Dalam tiap kebudayaan terdapat
berbagai kepercayaan yang berkaitan dengan kesehatan. Di pedesaan
masyarakat Jawa, ibu nifas tidak boleh makan yang amis-amis misalnya ikan
karena menurut kepercayaan mereka akan membuat jahitan perineum sulit
sembuh dan darah nifas tidak berhenti. Menurut ilmu gizi hal tersebut tidak
dibenarkan karena justru ikan harus dikonsumsi karena mengandung protein
sehingga mempercepat pemulihan ibu nifas. Disinilah peran petugas kesehatan
untuk meluruskan anggapan tersebut. Di daerah Langkat, Sumatera Utara ada
kebudayaan yang melarang ibu nifas untuk melakukan mobilisasi selama satu
minggu sejak persalinan. Ibu nifas harus bedrest total selama seminggu karena
dianggap masih lemah dan belum mampu beraktifitas sehingga harus istirahat di
tempat tidur. Mereka juga menganggap bahwa dengan ilmu pengetahuan saat
ini bahwa dengan beraktifitas maka proses penyembuhan setelah persalinan
akan terhambat. Hal ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa
ibu nifas harus melakukan mobilisasi dini agar cepat pulih kondisinya. Dengan
mengetahui kebudayaan di daerah tersebut , petugas kesehatan dapat masuk
perlahan- lahan untuk memberi pengertian yang benar kepada masyarakat.
Di sisi lain ada kebudayaan yang sejalan dengan aspek kesehatan. Dalam arti
kebudayaan yang berlaku tersebut tidak bertentangan bahkan saling mendukung
dengan aspek kesehatan. Dalam hal ini petugas kesehatan harus mendukung
kebudayaan tersebut. Tetapi kadang kala rasionalisasinya tidak tepat sehingga
peran petugas kesehatan adalah meluruskan anggapan tersebut. Sebagai contoh,
ada kebudayaan yang menganjurkan ibu hamil minum air kacang hijau agar
rambut bayinya lebat. Kacang hijau sangat baik bagi kesehatan karena banyak
mengandung vitamin B yang berguna bagi metabolisme tubuh. Petugas
kesehatan mendukung kebiasaan minum air kacang hijau tetapi meluruskan
anggapan bahwa bukan membuat rambut bayi lebat tetapi karena memang air
kacang hujau banyak vitaminnya. Ada juga kepercayaan jangan meludah di
dalam sumur, nanti bibir bisa sumbing. Hal ini tidak dibenarkan dan tidak salah
juga, jika meludah dalam sumur tidak membuat bibir sumbing, namun air ludah
kita mengandung bakteri, jika dikonsumsi dapat menyebabkan diare. Dan ada
juga kepercayaan yang kita ketahui seperti jika seseorang mengalami mimisan,
bisa diobati dengan menggunakan daun sirih. Hal ini dibenarkan karena sirih
mengandung vitamin K yang berguna untuk mengikat darah. Masih banyak lagi
jenis kebudayaan yang dipercaya berpengaruh terhadap kesehatan baik itu
diyakini oleh individu, keluarga, maupun masyarakat pada umumnya. Menjadi
sakit memang tidak diharapkan oleh semua orang apalagi penyakit- penyakit
yang berat dan fatal. Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti bagaimana
penyakit itu dapat menyerang seseorang. Ini dapat dilihat dari sikap mereka
terhadap penyakit itu sendiri. Ada kebiasaan dimana setiap orang sakit diisolasi
dan dibiarkan saja. Kebiasaan ini mungkin dapat mencegah penularan dari
penyakit-penyakit iternyata pengobatan yang mereka pilih berlawanan dengan
pemikiran secara Medis. Di dalam masyarakat industri modern dalam artian
masyarakat Perkotaan, iatrogenic disease merupakan problema. Budaya modern
menuntut Merawat penderita di rumah sakit, padahal rumah sakit itulah tempat
ideal bagi Penyebaran kuman-kuman yang telah resisten terhadap antibiotika.

Beberapa contoh di atas, budaya memiliki pengaruh terhadap kesehatan baik itu
Secara individu, di dalam keluarga, maupun masyaraka medis. Di dalam
masyarakat industri modern dalam artian masyarakat perkotaan, iatrogenic
disease merupakan problema. Budaya modern menuntut merawat penderita di
rumah sakit, padahal rumah sakit itulah tempat ideal bagi penyebaran kuman-
kuman yang telah resisten terhadap antibiotika. Beberapa contoh di atas, budaya
memiliki pengaruh terhadap kesehatan baik itu secara individu, di dalam
keluarga, maupun masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Budaya adalah kata sederhana dengan pengertian kompleks yang mencakup
Seluruh wilayah aktivitas manusia. Secara spesifik, budaya didefinisikan
sebagai Pola kompleks dari makna, kepercayaan, dan tingkah laku bersama
yang Dipelajari dan diperoleh oleh kelompok orang selama perjalanan sejarah.
Setiap Manusia yang menjadi pasien mempunyai latar belakang, lingkungan
hidup, Pengalaman hidup yang tidak sama baik dinilai dari tingkatan individu,
di dalam Keluarga, serta dalam masyarakat yang tidak sama. Selain itu
perkembangan IPTEK mempunyai dampak dalam dinamika nilai-nilai budaya,
yang Mempengaruhi paradigma seseorang terhadap persepsi yang dihadapi.
Menanamkan budaya hidup sehat harus sejak dini dengan melibatkan pranata
Yang ada di masyarakat, seperti posyandu atau sekolah. Di dalam masyarakat
sederhana, kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentuk untuk mempertahankan
hidup diri sendiri, dan kelangsungan hidup suku mereka yang sering tidak
sejalan dengan aspek kesehatan.
Di sisi lain ada kebudayaan yang sejalan dengan aspek kesehatan. Dalam arti
kebudayaan yang berlaku tersebut tidak bertentangan bahkan saling mendukung
dengan aspek kesehatan. Dalam hal ini petugas kesehatan harus mendukung
kebudayaan tersebut. Tetapi kadang kala rasionalisasinya tidak tepat sehingga
peran petugas kesehatan adalah meluruskan anggapan tersebut.
B. SARAN
Beragamnya budaya yang ada di sekeliling kita, sebagai tenaga kesehatan
khususnya perawat harus bisa memahami budaya yang begitu beragam sehingga
tidak terjadi bentrokan dalam pemahaman budaya dengan aspek kesehatan saat
ini. Itulah tuntutan nyata yang harus dapat kita atasi di era yang serba kompleks.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktik


Dalam Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencan
Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai