L
MANA
TAHUN AJARAN 2021/2022
JAMEN
KEPER
AWAT
AN
TIM PENGAJAR
DETIANA,S.Kep,Ns.,M.Kes
KAMESYWORO,SST.,M.M
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Alhamdulillahi Rabbil’alamin Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan kerunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-
besarnya atas segala bimbingan, pengarahan, saran-saran, bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak dari awal hingga selesainya Modul pembelajaran mata kuliah MANAJEMEN
KEPERAWATAN ini. Maka dari itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Dosen Pembimbing serta teman-
teman.
Kami menyadari bahwa Modul ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh
beberapa kendala seperti waktu dan sumber bacaan yang kami dapatkan. Untuk itu saran dan
kritikan diharapkan guna kesempurnaan makalah ini dan semoga dapat bermanfaat bagi semua
yang berkepentingan khususnya bagi kami dan pembaca.
DAFTAR ISI
Contents
BAB II.........................................................................................................................................................63
PEMBAHASAN..........................................................................................................................................63
A. Pengertian rencana kerja tim..........................................................................................................63
B. Tujuan Perencanaan........................................................................................................................63
C. Kriteria Perencanaan......................................................................................................................64
D. Manfaat Perencanaan......................................................................................................................64
E. Jenis – jenis perencanaan................................................................................................................65
F. Cara Dalam Membuat Perencanaan Kerja tim yang Baik..............................................................66
G. Contoh Rencana Kerja Sebagai Anggota Tim................................................................................67
RENCANA KEGIATAN BULANAN KEPALA RUANGAN..................................................................70
B.METODE PENUGASAN......................................................................................................................80
Metode Fungsional..............................................................................................................................80
b. Metode Perawatan Tim.......................................................................................................................81
c. Metode Primer.....................................................................................................................................82
d. Metode Kasus......................................................................................................................................83
Contoh :......................................................................................................................................................84
3.Metode Gillies..........................................................................................................................................84
Prinsip perhitungan rumus Gillies :.............................................................................................................85
Contoh :.......................................................................................................................................................86
Jumlah tenaga yang dibutuhkan :................................................................................................................87
4. Metode swansburg.................................................................................................................................87
Contoh :.......................................................................................................................................................87
BAB IV........................................................................................................................................................88
PENUTUP..................................................................................................................................................88
Kesimpulan..................................................................................................................................................88
PENGEMBANGAN STAF.......................................................................................................................124
2. Pengertian.........................................................................................................................................126
3. Peningkatan dan Pengembangan Staf...............................................................................................127
4. Kriteria Pengembangan Staf.............................................................................................................130
7. Pengembangan Sistem Jenjang Karir Profesional Perawat..............................................................131
MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP).....................................................0
MATERI PEMBELAJARAN MODUL 1
INPUT
Informasi
Personal
Peralatan
Fasilitas
PROSES
Kelompok manejemen dari tertinggi sampai dengan perawat pelaksana yang mempunyai tugas
dan wewenang untuk melaksanakan perencanaan, organisasi, pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan.
OUTPUT
KONTROL
Budget
Prosedur
Evaluasi Kinerja
Akreditasi
Laporan Financial
Audit Keperawatan
Survey Kendali Mutu
Kinerja
Eksekutif perawat kepala membuat suatu jadwal pertemuan yang berhubungan dengan rencana
managemen. Jadwal ini diikuti pada seluruh aktivitas sampai pengaturan pertemuan, pertemuan
divisi, pertemuan profesi, perjalanan, ronde, pertemuan individu, dsb.
Perawat kepala dari lembaga pelayanan perawatan di rumah mempunyai rencana pertemuan
staf yang dimulai dan di akhiri pada setiap minggu. Jadwal individual perawat ditinjau ulang
pada setiap pertemuan dan di bandingkan dengan tujuan produktivitas yang seimbang dengan
anggaran.
Perawat kesehatan di rumah meninjau kembali jadwal setiap hari. Ini harus tepat sehingga 5
menit sebelum menggunjungi pasien dapat ditambahkan selama 40 jam kerja setiap
minggu. Dengan cara ini jasa pelayanan meningkat bbukan berupa materi.
Managemen keperawatan adalah pembuat keputusan. Managemen keperawatan
membutuhkan keputusan yang dibuat oleh perawat manager pada setiap tingkatan bagian di
bangsal atau unit.
Managemen keperawatan adalah suatu formulasi dan pencapaian tujuan sosial. Perubahan
sosial penting dalam hubungannya dengan kebutuhan kesehatan. Tujuan pemenuhan seperti itu
tergantung pada perawat manager. Perawat manager mengatur dampak institusi sosial dan
mengeluarkan tanggung jawab sosialnya relatif terhadap keperawatan.
Managemen keperawatan adalah pengorganisasian. Pengorganisasian adalah
pengidentifikasian kebutuhan organisasi dari pernyataan misi kerja yang dilakukan dan
menyesuaikan desain organisasi dan struktur untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini.
Ada empat bentuk struktur organisasi : unit, departemen, puncak (divisi atau tingkat
eksekutif dari managemen organisasi), tingkat operasional (meliputi semua fase pekerjaan dalam
struktur organisasi)
Managemen keperawatan menunjukan fungsi, posisi atau tingkat sosial, disiplin dan bidang
studi. Managemen keperawatan adalah bagian yang aktif dari divisi keperawatan, organisasi, dan
lembaga dimana hal ini berfungsi :
a. Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan berbagai
aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi
semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya
perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian
besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif
seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat
pelaksana meliputi:
a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan
melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat
pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
a. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga
tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya.
Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang – orang tersebut agar penatalaksanaannya
berhasil. Faktor – faktor tersebut adalah
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan
2) Ketrampilan kepemimpinan
3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
b. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan
konsep – konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atau evaluasi.
2. PERENCANAAN
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana yang strategis dalam mencapai
tujuan, seperti menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga
keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan
efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai
visidan misi yang telah ditetapkan.
3. PELAKSANAAN
Pada tahap ini Manajemen Keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap
implementasi didalam proses manajemen terdiri dari dan bagaimana memimpin orang lain untuk
menjalankan tindakan yang telah direncanakan.
4. EVALUASI
Tahap akhir dari proses manajerial adalah melakukan evaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan. Pada tahap ini manajemen akan memberikan nilai seberapa jauh staf mampu
melaksanakan tugasnya dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
dalam pelaksanaan.
PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN :
1. PLANNING, Merupakan kegiatan untuk mengetahui penyebab dan tujuan dalam melakukan
tindakan-tindakan selanjutnya.
2. ORGANIZING, Merupakan pembagian pekerjaan antar sesame anggota kelompok dan
membuat ketentuan yang berlaku.
3. ACTUATING, Merupakan kegiatan memotivasi setiap anggota kelompok untuk melakukan
pekerjaan berdasarkan tugas yang ditetapkan.
4. CONTROLLING, Merupakan Mengontrol dan Mengawasi Penyesuaian rencana yang sudah
dibuat dengan pelaksanaannya.
MINGGU
URAIAN RENCANA KERJA
I
Pembuatan Struktur organisasi kelompok
Orientasi ruangan dan perkenalan
Analisa situasi dan perumusan masalah
Penyusunan program kerja
Penyusunan proposal pelaksanaan model asuhan keperawatan professional
Penyusunan jadwal dan rancangan pembagian peran dalam penerapan model praktek
keperawatan professional
Penyusunan format pengkajian khusus dan sistim dokumentasi asuhan keperawatan
Penyusunan proposal, prosedur sentralisasi obat, dan kelengkapan administrasinya
Penyusunan format supervise
Penyusunan format penunjang kegaiatan lainnya, seperti format kegiatan harian
Dalam organisasi yang besar, seringkali terdapat beberapa tingkatan manajer, yaitu :
1. Top-level managers(manejer tingkat atas),
Top-level managers(manejer tingkat atas), tampak pada organisasi secara keseluruhan,
mempengaruhi koordinasi internal dan eksternal, dan biasanya keputusan dibuat dengan sedikit
instruksi atau terstruktur. Contohnya, manajer tingkat atas termasuk COO (organization’s chief
operating officer) atau CEO (chief executive Officer), dan tingkat tertinggi perawat
administrator. saat ini nomenklatur untuk manajer perawat tingkat atas bervariasi; ada yang
disebut wakil presiden keperawatan atau layanan perawatan pasien, perawat administrator,
direktur keperawatan, kepala keperawatan, asisten administrator dari layanan perawatan pasien,
atau CNO( chief nurse officer ).
Beberapa tingkat manejer perawat tingkat atas bertanggung-jawab bukan untuk departemen
keperawatan. Contohnya, manejer perawat tingkat atas yang mengatur atau mengawasi bagian
respiratory, fisik, dan departemen pengobatan, bersifat tambahan terhadap semua departemen
keperawatan.
Demikian juga, CEO memiliki bermacam gelar, seperti presiden atau direktur.
Hal ini perlu untuk diingat bahwa hanya CEO yang merupakan organisasi tertinggi bertugas
mengatur dan merupakan bagian dari manejer perawat tingkat atas. Tanggungjawab manajer
tingkat atas yaitu, menentukan filosofi organisasi, mengatur kebijakan, dan membuat tujuan serta
prioritas untuk alokasi sumber daya. Oleh sebab itu, manajer tingkat atas sangat membutuhkan
keterampilan kepemimpinan dan tidak terlibat dalam operasi rutin harian seperti manajer dengan
tingkat yang lebih rendah.
Manajemen dalam arti luas juga mempunyai pengertian sebagai perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian (P4) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif
dan efisien.
Pengertian manajemen secara umum adalah ilmu dan seni dalam mengatur, mengelola, dan
mengkoordinasi yang bertujuan untuk melakukan suat tindakan guna mencapai tujuan.
Manajemen biasanya diidentikkan dengan cara untuk mengatur beberapa hal secara baik dan
sesuai dengan tujuan.
Pengaturan dilakukan agar hal hal yang diatur berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan
yang diharapkan. Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian manajemen secara umum dari
beberapa ahli.
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain (Gillies,1989).
Menurut Siagian (1999), manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi.
Manajemen adalah suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu
kegiatan di organisasi (Grant dan Massey, 1999). Manajemen juga didefinisikan sebagai proses
untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Manajemen berfungsi untuk melakukan
semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas yang telah
ditentukan pada tingkat administrasi (P. Siagian).
Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan,
pengarahan, pengorganisasian dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen
sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan
rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen adalah proses yang dinamis,
yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan perkembangan. Manajemen merupakan proses
mengorganisir sumber-sumber untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai
ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi.
B. Konsep Dasar Manajemen
1) Manajemen sebagai ilmu Suatu ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis
untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan.
2) Manajemen sebagai seni Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan
usaha yang minimal.
3) Manajemen sebagai profesi Manajemen sebagai profesi merupakan suatu bidang pekerjaan
yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan keterampilan sebagai pemimpin
atau manajer pada suatu organisasi/suatu perusahaan tertentu.
4) Manajemen sebagai proses Manajemen adalah proses yang khas terdiri dari tindakan
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dimana dalam masing-masing bidang tersebut
digunakan ilmu pengetahuan dan keahlian serta diikuti secara berurutan dan tujuan yang telah
ditetapkan.
C. Tujuan
1. Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang akan dipilih secara efektif dan efisien agar
mencapai pada suatu tujuan.
2. Mengevaluasi kinerja, meninjau, dan mengkaji situasi kemudian melakukan penyesuaian dan
koreksi jika ada sesuatu penyimpangan pada suatu pelaksanaan strategi.
3. Dapat memperbaharui strategi yang dirumuskan untuk sesuai pada perkembangan lingkungan
eksternal.
4. Dapat meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada peluang yang ada.
5. Dapat melakukan inovasi atas kegiatan sehingga dapat lebih teratur.
D. Unsur Dasar Manajemen
Ada 6 unsur-unsur manajemen yang sangat dikenal sekali yaitu (6M) adalah man, money,
materials, machines, methods dan market. Berikut unsur-unsur manajemen menurut para ahli :
1. Manusia (Man)
Manusia atau man adalah Unsur manajemen yang pertama, manusia atau setiap individu
memegang peran penting pada suatu manajemen di setiap bidangnya, baik itu industri maupun
ekonomi. Segala sesuatu yang terkait pada perencaan dan pelaksanaan produksi sangat
bergantung sekali pada manusia atau setiap individunya.
2. Uang (Money) Pada proses didalam manajemen, uang atau money sangat dibutuhkan sekali.
Dalam menjalankan aktivitas perusahaan, maka diperlukan biaya usaha dalam bentuk uang
sebagai modal utama perusahaan. Pengelolaan uang yang baik akan berpengaruh sekali pada
sukses atau tidaknya manajemen.
3. Bahan (Materials) Bahan atau materials menjadi sebuah unsur manajemen yang selanjutnya.
Pengontrolan bahan atau materials yang ada sangat dibutuhkan pada proses manajemen. Individu
usaha harus dapat memanfaatkan bahan-bahan material yang ada untuk sebaik mungkin
memakainya.
4. Mesin (Machines) Teknologi sebagai bagian penting pada proses manajemen perusahaan, seperti
dapat dilihat yaitu alat dan mesin. Mesin diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan
produktivitas yang lebih dibandingkan menggunakan tenaga manusia saja.
5. Metode (Methods) Pada saat melakukan proses manajemen, diperlukan langkah-langkah tertentu
yang disebut sebagai metode atau methods. Metode yang baik dan tepat pasti menjadi sebuah
unsur manajemen yang sangat penting agar pada setiap langkahnya berjalan efektif dan efisien.
6. Pasar (Market) Pasar atau market tidak bisa dilupakan dan memiliki keterkaitan pada manajemen
perusahaan dan industri. Tujuan pada perusahaan jelas harus mengikuti perkembangan pasar
yang sudah ada pada masyarakat, sehingga pasar atau market dapat dikategorikan sebagai unsur
manajemen.
Secara umum, fungsi dari manajemen dapat dikatakan sebagai serangkaian kegiatankegiatan
yang dilakukan oleh Manajemen didalam hal untuk mencapai tujuannya. Fungsi dari Manajemen
juga dikenal dengan Istilah POAC:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah salah satu fungsi yang digunakan untuk merencanakan segala sesuatu
dengan sebaik mungkin dalam upaya untuk mencapai tujuannya. Hal tersebut akan berjalan
dengan lancar apabila kita memiliki gambaran mengenai hal apa saja yang akan digunakan atau
dijalani, oleh sebab itu hal ini harus melibatkan perencanaan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Setelah kita melakukan sebuah perencanaan dengan matang, maka hal berikutnya yang akan kita
lakukan adalah Pengorganisasian. Sebab pengorganisasian ini sangat penting untuk dilakukan
agar mempermudah manajer melakukan sebuah pengewasan yang lebih efektif.
3. Pengarahan (Actuacting)
Fungsi dari manajemen yang ketiga adalah Pengarahan, pengarahan ini sangat penting dilakukan
agar segala sesuatu yang sudah direncanakan dapat berjalan dengan lancar sesuai denga
perencanaan yang dibuat. Seorang manajer akan melakukan pengarahan kepada setiap
karyawannya, apabila didalam perusahaan tersebut sedang mengalami suatu permasalahan atau
apa yang sedang dikerjakan tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.
4. Pengawasan (Controlling)
Fungsi yang terakhir dari Manajemen adalah melakukan pengawasan. Dari serangkaian rencana
atau pekerjaan yang sudah dilaksanakan, maka hal ini sangat memerlukan yang namanya
pengawasan. Manajer akan secara aktif melakukan pengawasan terhadap sumber daya yang telah
diorganisasikan sebelumnya dan memastikan apa yang dikerjakan itu sesuai dengan apa yang
sudah direncanakan atau tidak.
Namun, manajer juga harus memperhatikan beberapa hal yang harus dipenuhi untuk melakukan
sebuah pengawasan terhadap suatu pekerjaan, yaitu diantaranya adalah :
a)Jalur (routing) : Seorang manajer harus terlebih dahulu menentukan sebuah jalur yang
bertujuan untuk memperkecil sebuah resiko kesalahan apabila suatu saat terjadi.
b) Penetapan waktu (scheduling) : Seorang manajer juga harus mempunyai waktu yang rutin
untuk melakukan sebuah pengawasan, misalnya selama satu bulan manajer harus memiliki
waktu untuk melakukan seuah pengawasan sebanyak satu atau dua kali.
c) Perintah pelaksanaan (dispatching) : Seorang manajer harus memiliki sikap untuk
mendorong dan juga memerintah karyawannya agar dapat menyelesaikan semua pekerjaannya
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
d) Tindak lanjut (follow up) : Seorang manajer harus melakukan evaluasi dan juga memberikan
solusi terhadap semua permasalahan yang sedang terjadi selama proses dalam mencapai
tujuannya untuk mengurangi terjadinya kesalahan yang sama.
H. Proses Manajemen
Adapun proses manajemen yaitu : POLC (Planning, Organizing, Leading, Controlling). Dalam
hal ini ada dua ide penting dalam definisi:
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian biasanya mengikuti perencanaan dan mencerminkan organisasi yang mencoba
untuk menyelesaikan rencana itu. Pengorganisasian melibatkan penetapan dan pengelompokan
tugas ke departemen, dan alokasi berbagai sumber daya ke berbagai departemen. Melalui
pengorganisasian diharapkan organisasi bersifat lebih sistematik dan tim lebih mempunyai
tanggung jawab. Hal itu berguna untuk manajemen pribadi menempati posisi yang seharusnya.
c. Kepemimpinan
Dalam organisasi memberikan kepemimpinan menjadi fungsi manajemen yang semakin penting.
Kepemimpinan (leading) adalah penggunaan pengaruh untuk memotivasi karyawan agar
mencapai sasaran organisasi. Memimpin berarti menciptakan budaya dan nilai bersama,
mengkomunikasikan sasaran kepada karyawan, dan memberikan inspirasi agar karyawan
berprestasi. Memimpin termasuk memotivasi seluruh departemen, divisi, dan juga orang yang
bekerja langsung dengan manajer. Kompetisi internasional, dan keragaman yang meningkat
dalam tenaga kerja, kemampuan untuk membentuk budaya, mengkomunikasikan sasaran, dan
memotivasi karyawan merupakan hal penting bagi kesuksesan bisnis. Selain itu, anjuran untuk
setiap karyawan memiliki tanggung jawab kepimpinan, memecahkan masalah, dan membantu
memotivasi orang lain akan membuat para karyawan merasa dihargai. Kepemimpinan yang
buruk akan menyebabkan pengaruh negatif terhadap sebuah organisasi.
d. Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi keempat dalam proses manajemen dan yang terakhir dalam proses
manajemen. Pengendalian (controlling) artinya memantau aktivitas karyawan, menjaga
organisasi agar tetap berjalan ke arah pencapaian sasaran, dan membuat koreksi bila diperlukan.
Para manajer juga harus memastikan bahwa organisasi yang mereka atur bergerak menuju
tujuannya. Pelimpahan wewenang dan kepercayaan terhadap karyawan telah membuat banyak
perusahaan lebih menekankan pada pelatihan karyawan untuk memantau dan mengoreksi diri
sendiri. Terutama para karyawan pada lini depan dilatih dengan menanamkan nilai inti dan
standar kinerja yang diharapkan. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memberikan
kebebasan yang besar tanpa harus membahayakan standar perusahaan yang tinggi. Namun, para
manajer harus menyadari bahwa keberhasilan dalam sebuah perusahaan atau situasi mungkin
tidak sama terhadap yang lainnya.
I. Level Manajemen
Manajer dapat diartikan sebagai salah satu profesi dari suatu perusahaan yang bertugas
menjalankan fungsi dari manajemen dengan cara mengawasi dan mengkoordinasikan pekerjaan
yang dilakukan oleh karyawannya, sehingga dapat mewujudkan tujuan yang diharapkan.
1) Berikut ini beberapa tingkatan atau jenjang dari seorang Manajer, yaitu diantarnya adalah :
2) First-line, ini merupakan tingkatan yang paling rendah dari kategori manajemen. Didalam
tingkatan ini, seorang manajer diberikan tugas untuk mengelola suatu pekerjaan yang dilakukan
oleh para pekerja lainnya diluar tingkatan manajerial.
3) Middle-line, ini merupakan tingkatan yang berada ditengah-tengah dan bertugas untuk
mengelola pekerjaan dari first-line manajer dan akan mempertanggung jawabkannya kepada
seorang top manajer.
4) TOP Manajer, ini merupakan tingkatan yang paling tinggi didalam suatu organisasi yang
memiliki tanggung jawab didalam pengambilan keputusan terhadap organisasi yang ia jalankan
serta bertugas untuk menyusun rencana dan tujuan yang akan dicapai oleh suatu perusahaan
Perencanaan Manajemen Keperawatan
1. Pengertian manajemen keperawatan
atau manajemen pelayanan keperawatan telah dijelaskan dalam Bab 1 topik 1 termasuk fungsi–
fungsi manajemen (planning, organizing, actuating ,controlling dan evaluating). Sekarang Anda
belajar tentang fungsi perencanaan secara detail yang akan Anda coba terapkan di dalam
pelaksanaan kegiatan sehari hari dalam ruang perawatan. Namun demikian akan kita ulang
sekilas tentang fungsi-fungsi manajemen yang akan kita bahas satu per satu dalam topik ini dan
topik selanjutnya Baiklah untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang Perencanaan dalam
manajemen keperawatan, pelajarilah uraian beriku tini dengan baik dan diskusikan dengan teman
Anda.
2. HAKEKAT PERENCANAAN
Aspek utama dalam manajemen adalah pengaturan dan penggerakan karyawan melalui proses
kepemimpinan (Gitosudarmo, 2001). Untuk dapat melakukan pengaturan yang baik maka perlu
perencanaan, pembagian tugas dan koordinasi tugas-tugas, oleh karena itu perencanaan
merupakan aspek utama dan pertama kali harus dilakukan oleh seorang manajer atau pimpinan
organisasi. Hasil dari perencanaan adalah sebuah rencana/rencana kerja yang harus berisi
alternatif terbaik untuk mencapai tujuan. Rencana kerja yang baik mengarahkan pencapaian
tujuan yang efektif danefisien, sehingga faktorfaktor produksi (resources) yang ada digunakan
sebaik-baiknya. Perencanaan adalah upaya manusia secara sadar memilih alternatif masa depan
yang dikehendaki dan kemudian mengarahkan sumberdaya untuk mewujudkan tujuan (Gito
Sudarmo, 2001). Perencanaan adalah proses pengambilan keputusan manajerial yang 14
mencakup penelitian lingkungan, penggambaran sistem organisasi secara keseluruhan
memperjelas visi, misi dan filosofi organisasi, memperkirakan sumber daya organisasi,
mengidentifikasi dan memilih langkah-langkah tindakan, memperkirakan efektifitas tindakan
dan menyiapkan karyawan untuk melaksanakannya (Gilles, 1994)
Perencanaan (planning), merupakan fungsi dasar dari manajemen dan semua fungsi dalam
manajemen tergantung dari fungsi perencanaan. Maksudnya fungsi-fungsi yang lain dari
manajemen tidak akan berjalan secara efektif tanpa adanya perencanaan yang baik. Hal ini sesuai
dengan definisi perencanaan dari Swansburg dan Swansburg (1999), bahwa perencanaan adalah
proses berkelanjutan yang diawali dengan menetapkan tujuan, dan kemudian melaksanakannya
sesuai dengan proses, memberikan umpan balik dan melakukan modifikasi rencana jika
diperlukan. Lebih lanjut Swansburg dan Swansburg (1999) menjelaskan bahwa perencanaan
merupakan proses berfikir atau proses mental dalam membuat keputusan dan peramalan yang
berorientasi pada masa yang akan datang.
Perencanaan merupakan langkah utama yang penting dalam keseluruhan proses manajemen agar
faktor produksi yang biasanya sangat terbatas dapat diarahkan secara maksimal untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, oleh karena itu perencanaan harus mengandung unsur-unsur yang
dapat menjawab What, Why, Where, When, Who dan How .
Secara lengkap pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah :
1)Tindakan apa yang harus dikerjakan? Penjelasan dan perincian kegiatan yang dibutuhkan,
sumber daya yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan tersebut agar apa yang menjadi
tujuan dapat dihasilkan
2) Apa sebabnya tindakan itu harus dilansanakan? Penjelasan mengapa rencana itu harus
dikerjakan dan mengapa tujuan tertentu harus dicapai .
3) Dimana tindakan itu harus dikerjakan? Penjelasan tentang tempat/lokasi secara fisik dimana
rencana kegiatan harus dikerjakan sehingga tersedia sumber daya yang dibutuhkan untuk
mengerjakan pekerjaan itu .
4) Kapan rencana itu harus dikerjakan? Penjelasan kapan dimulainya tindakan dan kapan
selesainya di setiap unit organisasi dengan penggunaan standar waktu yang telah ditentukan
5) Siapa yang mengerjakan tindakan itu? Petugas yang akan melakukan kegiatan atau tindakan
baik jumlah maupun kualifikasi keahlian, pengalaman maupun Pendidikan
6) Bagaimana cara melaksanakan kegiatan itu? Penjelasan secara rinci teknikteknik melakukan
kegiatan yang ditetapkan sehingga tindakan yang dimaksud akan dapat dijalankan dengan benar.
3. TUJUAN PERENCANAAN
Tahukah Anda apa tujuan kita menyusun perencanaan dalam manajemen keperawatan? Berikut
ini adalah tujuan perencanaan dalam manajemen:
1.Meningkatkan peluang untuk sukses
2.Menstimulasi berfikir analisis
3.Mencegah terjadinya krisis manajemen
4.Memfasilitasi berfikir kritis dan membuat keputusan secara fleksibel. 5.Meningkatkan
keterlibatan staf dan komunikasi
6.Menjamin biaya yang efektif
Bisakah Anda mengaplikasikan tugas sehari hari Anda dengan penulisan rencana kegiatan sesuai
peran ? Silakan mencoba ! Identifikasi dan tuliskan rencana kerja harian Anda selama 24 jam.
Menurut waktu pembuatan perencanaan dapat diklasifikasikan dalam:
1) Perencanaan reaktif yaitu perencanaan yang disusun ketika adanya masalah aktual yang
dihadapi saat ini.
2). Perencanaan proaktif yaitu perencanaan yang disusun sebelum masalah timbul, antisipasi
terhadap perubahan kebutuhan dan meningkatkan kemampuan organisasi, sedangkan menurut
proses penyusunan perencanaan diklasifikasikan menjadi: Pendekatan Perkembangan yang
menguntungkan (Profitabel Growth Approach) dan pendekatan analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity dan Treat) :
1) Pendekatan Perkembangan yang menguntungkan (Profitabel Growth
Approach) yaitu Perencanaan yang dilakukan dengan menganalisa sarana produksi yang dimiliki
dan dihubungkan dengan kebutuhan yang muncul dari lingkungan. Mengusahakan terjadinya
keseimbangan antara sarana yang dimiliki dengan kebutuhan lingkungan. SALING BANGUN :
SA (Sarana Produksi) LING (Lingkungan masyarakat), BANGUN ( Perkembangan yang
menguntungkan).
2) Pendekatan SWOT ( Strenght, Wekness, Opportunity dan Threat)
Rencana disusun dengan proses perencanaan, dimulai dengan menganalisa faktor internal yang
berhubungan dengan kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weaknes), selanjutnya melakukan
analisa factor eksternal yang berhubungan dengan peluang (opportunity) dan tekanan/ancaman
(Threat). Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman selanjutnya disusun
rencana strategis untuk mencapai tujuan organisasi. Rencana strategis harus diterjemahkan ke
dalam rencana operasional yang mencantumkan target yang harus dicapai .Bagaimana pendapat
Anda? Bisakah proses perencanaan dengan analisis SWOT ini anda terapkan dalam perencanaan
di ruang perawatan dimana Anda bertugas?
Berdasarkan tabel di atas maka bisa dihitung kebutuhan perawat dengan formula (Rumus).
Jumlah tersebut perlu ditambah dengan faktor koreksi berupa loss day ( hari libur, cuti dan hari
besar dengan rumus sebagai berikut.
Jumlah jam perawatan = 93 = 13 perawat Jam kerja efektif/shif 7 Karena tugas perawat tidak
hanya mengerjakan tugas keperawatan, tapi juga non keperawatan (tugas administrasi), maka
diberikan toleransi 25% darijam pelayanan keperawatan dengan rumus
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + Cuti+hari besar x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
52+12x13 = 3,5 orang
286
Jumlah tenaga perawat + loss day x 25 = 13 + 3.5 x 25 = 4,1 orang
100 100
Sehingga tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: Jumlah tenaga
keperawatan = tenaga yang tersedia + faktor koreksi = 13+3,5 +4,1 = 20,6 orang (dibulatkan
keatas karena berkaitan dengan orang menjadi 21 perawat)
RINGKASAN
1 Semua fungsi dari fungsi–fungsi manajemen di dalam layanan keperawatan adalah penting dan
semuanya saling berhubungan sebagai suatu siklus yang sekuen dimulai dengan perencanaan dan
diakhiri dengan evaluasi dan seterusnya.
2 Perencanaan adalah esensial dalam manajemen keperawatan dan merupakan fungsi pertama
dalam fungsi manajemen.
3 Manajer keperawatan bertugas untuk merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan
mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien.
4 Perencanaan bisa dibedakan menjadi perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang, namun biasanya perencanaan keperawatan adalah rencana jangka pendek.
5 Perencanaan jangka pendek dalam keperawatan meliputi rencana harian yang harus dikerjakan
semua perawat, rencana bulanan yang dibuat oleh ketua tim/perawat primer, dan kepala ruang
dan rencana tahunan yang dibuat oleh kepala ruang
6 Perencanaan kebutuhan tenaga/sumber daya manusia keperawatan dapat dihitung dari jumlah
kasus yang dirawat dengan menggunakan rumus atau formula yang ada sesuai ketentuan
MODUL PEMBELAJARAN 4
Manajemen Keperawatan. Secara umum, manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai suatu
tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan, serta mengawasi sumber-sumber daya yang ada, baik itu sumber
daya manusia, alat, ataupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif, baik kepada pasien, keluarga, atau masyarakat. Sedangkan menurut Kementerian
Kesehatan Republik Republik Indonesia, yang dimaksud dengan manajemen keperawatan adalah
sebuah proses perubahan atau juga transformasi dari pemanfaatan sumber daya yang tersedia
dalam mencapai tujuan pelayanan keperawatan dengan cara pelaksanaan fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, evaluasi dan pengendalian mutu keperawatan.
Selain itu, pengertian manajemen keperawatan juga dapat dijumpai dalam pendapat para ahli,
diantaranya adalah :
Russel C. Swanburg, dalam bukunya yang berjudul "Kepemimpinan Dan Manajemen
Keperawatan Untuk Perawat Klinis", menyebutkan bahwa manajemen keperawatan adalah
kelompok dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada
akhirnya manajemen keperawatan tersebut menjadi proses di mana perawat manajer
menjalankan profesi mereka. Manajemen keperawatan memfasilitasi dan memahami pekerjaan
perawat pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan.
D.A. Gillies, dalam bukunya yang berjudul "Nursing Management A System Approach",
menyebutkan bahwa manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja setiap perawat untuk
memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manajer keperawatan adalah
untuk merencanakan, mengatur, mengarahkan, dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan,
dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada
pasien.
D. Huber, dalam bukunya yang berjudul "Leadership And Nursing Care Management",
menyebutkan bahwa manajemen keperawatan adalah suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan degan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan
obyektivitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan".
Suyanto, dalam bukunya yang berjudul "Mengenal Kepemimpinan Dan Manajemen
Keperawatan Di Rumah Sakit", menyebutkan bahwa manajemen keperawatan adalah suatu
manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan.
Nursalam, dalam bukunya yang berjudul "Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional", menyebutkan bahwa manajemen keperawatan adalah suatu proses
bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional.
Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan. Menurut Suyanto, ruang lingkup manajemen
keperawatan terdiri dari dua hal, yaitu :
Manajer keperawatan yang efektif selayaknya bisa memahami serta memfasilitasi tugas perawat
pelaksana.
Menurut Suyanto (2008) Manajer keperawatan mengelola kegiatan terkait keperawatan meliputi
sebagai berikut :
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga
tingkatan manajerial, yaitu sebagai berikut:
Manajemen puncak
(kepala bidang)
Manajemen menengah
(kepala unit pelayanan/
supervisor)
Manajemen bawah
(manajemen bawah)
Mangelola puncak (kepala bidang keperawatan).
Manajemen menengah (kepala unit pelayanan atau supervisor).
Manajemen bawah (kepala ruang perawatan).
C. PROSES KEPERAWATAN
Setiap hari Anda merawat pasien? jawabnya pasti ya. Pertanyaan selanjutnya apakah
Anda menggunakan sebuah cara? Atau Anda merawat pasien karena rutinitas kerja.
Mungkin tanpa sadar sebenarnya Anda sudah menggunakan tahapan dalam proses
keperawatan. Baiklah mari kita ulangi
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang sistematis
dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan masalah klien merupakan titik
sentral dalam proses penyelesaian masalah. Menurut Craven dan Hirnle (2000) proses
keperawatan merupakan suatu panduan untuk memberikan asuhan keperawatan
professional, baik untuk individu, kelompok, keluarga dan komunitas. Dalam topik ini kami ajak
Anda untuk mengelola pasien berdasarkan tahapan berfikir kritis dan sistimatis dengan
1. Pengkajian
Pada tahapan pengkajian Anda dapat gunakan
formulir pengkajian yang ada pada
institusi kerja Anda masing-masing. Ingat bahwa
pengkajian merupakan tahap awal proses
keperawatan, proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber,
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan.
Data bisa kita kelompokkan menjadi data dasar dan data fokus
Data dasar adalah kumpulan data tentang status kesehatan klien, kemampuan klien
mengelola kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya sendiri, hasil konsultasi dari medis
atau profesi kesehatan lain
Contoh:
Biodata pasien, diagnosa medis, riwayat kesehatan, pola pemenuhan kebutuhan dasar,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
Data Fokus adalah data tentang perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan
masalah kesehatan dan hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan kepada klien
Contoh Fokus Pengkajian Keperawatan
1. Respon klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan
dasar manusia
2. Penyusunan data sebagai indikator untuk mendukung diagnosa keperawatan
Manajemen Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan
Data yang kita peroleh bisa kita bedakan menjadi 2 type :
Data obyektif : adalah data yang kita dapatkan dari pasien yang terukur bisa didapat
berdasar observasi dan pemeriksaan langsung maupun menggunakan
alat. Contoh hasil pemeriksaan Tensi : 120/80 mmHg, hasil Laboratorium
Hb : 8 gr%. Konjungtiva : anemis
Data subyektif : adalah data yang didapatkan berdasarkan keluhan pasien dan bersifat
subyektif contoh : pasien mengeluh pusing, mata berkunang kunang
Demi ketepatan diagnosa keperawatan pada tahap berikutnya maka karakteristik data
harus : lengkap, akurat, nyata dan relevan
Dari mana data kita dapatkan?
Sebagai Sumber data adalah Klien, Orang terdekat, Catatan klien , Riwayat penyakit,
konsultasi Hasil pemeriksaan diagnostik, Catatan medis dan anggota tim kesehatan lain,
perawat lain
Metode pengumpulan data
Untuk melakukan pengumpulan data perawatan, perawat dapat melakukan beberapa
metode, yaitu: wawancara melalui komunikasi efektif , observasi , dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian merupakan pengumpulan data subyektif dan obyektif secara sistematis dengan
tujuan untuk menentukan diagnosa keperawatan yang tepat untuk menyusun rencana
tindakan keperawatan yang tepat, baik bagi individu, keluarga dan komunitas (Craven &
Hirnle, 2000). Oleh karena itu dibutuhkan suatu format pengkajian yang dapat menjadi alat
bantu perawat dalam pengumpulan data.
Coba Anda gunakan formulir pengkajian di tempat kerja masing-masing untuk
mencoba mengkaji kebutuhan pasien. Chek apakah Format pengkajian di ruang atau tempat
Anda sudah meliputi aspek-aspek identitas pasien, alasan masuk, factor predisposisi, fisik,
psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah
psikososial dan lingkungan, pengetahuan, dan aspek medik ? Format pengkajian dibuat agar
semua data relevan tentang masalah pasien saat ini, yang lampau, atau yang potensial
didapatkan sehingga diperoleh suatu data dasar yang lengkap
2. Diagnosa keperawatan
4. Implementasi
Cushway, B. dan Lodge , D. (1999) Organisational behavior and design, perilaku organisasi dan
desain organisasi, Jakarta : PT Elex Media Indonesia, Terjemahan Dauglass ,L.A. (1984).
The Effective Nurse Leader ang Manager, @ nd .ed. St. Louish : The CV Mosby Company
Departemen Kesehatan RI (2002)
Model Praktek Keperawatan Profesional, Edisi pertama, Jakarta , EGC (2006) Model Praktek
Keperawatan Profesional, Panduan Implementasi , Edisi pertama, Jakarta , EGC Swansberg,RC
& Swansberg RJ ( 1999) Introductory manajemen and leadership for nurses: an interactive text,
Second edition.,
Boston : Jones and Bartlett Publishers. Tappen GR (2001) Nursing Leadership and Management
Consep and Practice , 4 th ed, FA Davis, Philadelphia Thoha. M (2008)
Perilaku organisasi: Konsep dasar dan aplikasinya. Cetakan ke18 , Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada Gillies, D.A. (1994) Nursing management a system approach, Philadelphia : W.B
Sounders Company Mariono, (2001) .,
Semiloka : Model Praktek Keperawatan Profesional II, Jakarta 12 -14 Juli 2000. Gillies, (1994)
Nursing Management a System Approach, Philadelphia : WB Saunders Kron and Gray, (1987),
The Management of Patient Care : Putting Leadership Skill to Work, 6 th, Philadelphia : WB
Saunders. Manajemen Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan 192 Sitorus Ratna,
(1998) , Jurnal Keperawatan Indonesia : Pengembangan Model PKP di RSUP Cipto
Mangunkusumo, Jakarta: FIK UI Swansburg Russell, (2001), muka
MODUL PEMBELAJARAN 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian rencana kerja tim
Perencanaan adalah proses yang mendefinisikan tujuan dari organisasi, membuat strategi
digunakan untuk mencapai tujuan dari organisasi, serta mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi. Perencanaan merupakan proses-peroses yang penting dari semua fungsi manajemen
sebab tanpa perencanaan (planning) fungsi pengorganisasian, pengontrolan maupun pengarahan
tidak akan dapat berjalan.
Rencana kerja adalah serangkaian tujuan dan proses yang bisa membantu tim dan/atau
seseorang mencapai tujuan tersebut. Dengan membaca rencana kerja, seseorang bisa memahami
skala sebuah proyek dengan lebih baik. Ketika digunakan di dunia kerja maupun akademik,
rencana kerja membantu untuk mengerjakan proyek dengan teratur. Melalui rencana kerja,
seseorang/tim dapat memecah proses jadi tugas-tugas kecil yang ringan sekaligus mengetahui
apa saja yang ingin capai.
Tim adalah sekelompok orang yang saling berhubungan atau bekerja sama untuk tujuan
yang sama. Menurut Naresh Jain (2009). Tim memiliki anggota dengan keterampilan yang saling
melengkapi dan menghasilkan sinergi melalui upaya yang terkoordinasi yang memungkinkan
setiap anggota untuk memaksimalkan kekuatan mereka dan meminimalkan kelemahan mereka.
B. Tujuan Perencanaan
C. Kriteria Perencanaan
Menurut Zaidin, (2010) kriteria perencanaan dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Kemanfaatan/kegunaan
Agar perencanaan bermanfaat sesuai dengan kebutuhan maka rencana tersebut harus fleksibel,
sesuai dengan situasi dan kondisi, stabil, tidak sering berubah, berkesinambungan, sederhana
(tidak rumit) dan menyeluruh (tidak sepotong – sepotong ).
2. Ketepatan dan Objektifitas Rencana
Rencana yang efektif adalah rencana tepat, ringkas, cermat, sesuai dengan data/informasi.
3. Ruang Lingkup
Perencanaan harus lengkap/menyeluruh ( comprehensive), terpadu (unity) dan konsisten.
4. Efektifitas Biaya
Dengan perencanaan harus dapat memberikan keuntungan/ nilai lebih..
5. Akuntabilitas
Suatu rencana harus dapat dipertanggung jawabkan pelaksanaan dan penerapannya.
6. Ketepatan Waktu
Perencanaan harus tepat waktu dibutuhkan bukan sesudah atau saat selesai dikerjakan.
D. Manfaat Perencanaan
Menurut Zaidin, (2010) jenis – jenis perencanaan dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu
:
1. Menurut Jangka Waktu
a. Rencana jangka panjang : 20 – 25 tahun
b. Rencana jangka menengah : 5 tahun
c. Rencana jangka pendek : 1 tahun
2. Menurut Wilayah
a. Perencanaan nasional
b. Perencanaan regional
c. Perencanaan provinsi
d. Perencanaan kabupaten
e. Perencanaan desa
3. Menurut Tingkatnya
a. Rencana induk (master planning) yakni suatu rencana induk yang bersifat luas, yang dipakai
sebagai pedoman untuk menyusun rencana lainnya yang lebih bersifat spesifik.
b. Rencana operasional (operasional planning) yakni suatu rencana yang bersifat
operasional/pelaksanaan program.
c. Rencana harian adalah suatu perencanaan dari hari kehari yang dilakukan untuk melaksanakan
program yang telah rutin sifatnya.
4. Menurut Cara Perumusannya
a. Button up planing
Button up planning yakni rencana disusun dari bawah kemudian disesuaikan dengan kebijakan
yang lebih tinggi.
b. Top down planing
Top down planning yakni perencaan disusun dari atas atau kebijaksanaan dan kemudian disusun
rencana yang lebih kecil/operasionalnya.
5. Menurut Luasnya/Lingkupnya Perencanaan
a. Perencanaan strategi
Perencanaan strategi yakni suatu perencanaan yang dipakai sebagai pedoman pokok berisikan
tujuan utama yang ingin dicapai dan berlaku untuk jangka waktu panjang. Perencanaan ini lebih
mengutamakan hasil dan cara pencapaian dan biasanya sukar diubah atau disesuaikan
b. Perencanaan taktis
Perencanaan taktis yakni perencanaan yang menjabarkan perencanaan strategi yang bersifat lebih
singkat, lebih operasional dan lebih luwes sesuai dengan situasi dan kondisi demi pencapaiannya
yang optimal. Perencanaan ini mengutamakan cara pencapaian hasil.
c. Perencanaan menyeluruh
Perencanaan menyeluruh yakni perencanaan yang bersifat menyeluruh, lengkap, terperinci
dengan memasukan berbagai factor yang mungkin mempengaruhinya/berhubungan dengannya.
Pre conference (jika jumlah tim lebih dari 1), mengecek SDM dan
sarana prasarana.
08.00 Mengecek kebutuhan pasien (pemeriksaan, kondisi dll)
09.00 Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang
memerlukan perhatian khusus
10.00 Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
Perawat 1 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
Perawat 2 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
Perawat 3 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)
11.00 Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil
12.00 Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum
teratasi
Ishoma
13.00 Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan
untuk sore, malam dan esok hari sesuai tingkat ketergantungan
pasien
Mengobservasi post conference
14.00 Operan
Pasien 2…………………………(tindakan)
Pasien 3…………………………..(tindakan)
09.00 Supervisi perawat (dapat diatur sesuai kondisi dan kebutuhan)
Perawat 1.......................................(nama)
…………………………………..(tindakan)
Perawat 2.......................................(nama)
.......................................................(tindakan)
10.00 Memimpin Terapi Aktivitas Kelompok
11.00 Pasien 1…………………………(tindakan)
Pasien 2…………………………(tindakan)
Pasin 3…………………………..(tindakan)
12.00 Membimbing makan dan memberi obat pasien
Ishoma
13.00 Post conference dan menulis dokumentasi
Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
Pasien 2……………………………(tindakan)
Pasien 3……………………………(tindakan)
09.00 16.00 23.00 Pasien 4……………………………(tindakan)
Pasien 5……………………………(tindakan)
Pasien 6……………………………(tindakan)
10.00 17.00 24.00 Pasien 1……………………………(tindakan)
Pasien 2……………………………(tindakan)
Pasien 3……………………………(tindakan)
11.00 18.00 05.00 Pasien 4……………………………(tindakan)
Pasien 5……………………………(tindakan)
Pasien 6……………………………(tindakan)
12.00 19.00 Membimbing makan dan memberi obat pasien
Istirahat
13.00 20.00 06.00 Post Conference (jika tim lebih dari satu orang) dan
dokumentasi askep
14.00 21.00 07.00 Operan
Bulan :
1 Ali 0 0 9 100
2 Adi - 0 9 90
3 Ani 0 0 9 100
4 Ami 0 0 0 8 100
5 Aki - 0 9 90
6 Bona 0 - 0 8 88,9
7 Buni 0 0 9 100
8 Buri 0 0 9 100
Rencana bulanan
Tabel I.5. Rencana Bulanan Kepala Ruangan
( ……………………..)
Tabel I.6. Rencana Bulanan Ketua Tim
Bulan : ______________________
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Visi adalah sebuah kata yang berasal dari kata Inggris yang berarti pandangan dan hal ini sangat
berkaitan dengan suatu rencana yang akan disusun untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang
sifatnya umum. Didalam perjalanannya kata VISI sering digunakan juga untuk hal hal yang
sifatnya khusus bahkan hampir setiap kegiatan baik itu yang sifatnya kegiatan amal, kegiatan
pendidikan ataupun kegiatan komersial selalu menggunakan kata VISI dalam membuat rencana
atau program kerja mereka. Namun demikian kata VISI tetap pada arti yang aslinya yaitu suatu
pandangan kedepan yang akan menjadi sasaran ataupun tujuan akhir dari suatu kegiatan. Jadi
sebuah VISI adalah suatu pandangan yang sifatnya sangat umum tetapi mengandung suatu arti
yang cukup dalam sehingga didalam membuat suatu uraian mengenai VISI harus benar benar
dipikirkan artinya yang lebih filosofis tetapi terungkap dalam kata yang sederhana.
Misi mempunyai arti yang sangat berlainan dengan kata VISI karena di dalam kata misi
terkandung suatu pesan kemanusiaan yang tinggi dan juga terkandung suatu aktivitas yang
mengarah kepada suatu tujuan dari aktivitas tersebut dalam kaitan dengan kemanusiaan. Didalam
kesehariannya kata MISI sering disatukan dengan kata VISI dan hal ini seolah olah telah menjadi
suatu acuan umum bagi setiap kegiatan yang akan dilaksanakan dan sepertinya dua kata ini
sudah saling dijodohkan satu sama lain, sehingga apabila hanya terdapat satu kata saja akan
terasa tidak pas. Sebenarnya hal ini terlalu diada-adakan karena tidak selalu setiap pekerjaan
mengandung suatu VISI ataupun mengandung suatu MISI dan tidak selalu setiap kegiatan harus
dibuat VISI ataupun MISI nya karena setiap apapun yang kita lakukan seringkali secara otomatis
sudah mengandung kedua unsur tadi tanpa harus ditulis secara khusus.
tentang apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan dalam usahanya mewujudkan visi. Misi
merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar
4. Menjadi titik utama bagi individu dalam mengidentifikasi tujuan dan arah organisasi
Memberikan tujuan dasar organisasi dan kemungkinan utk menerterjemahkan tujuan dasar ini
menjadi tujuan dalam bentuk sedemikian rupa hingga parameter waktu, biaya, dan kinerja dapat
VISI merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi
atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan
pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat
krusial bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang
Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta kebutuhan organisasi di masa
depan seperti yang diungkapkan oleh Kotler yang dikutip oleh Nawawi (2000:122), Visi adalah
pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang
ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai
Begitu pula dengan MISI. Pada dasarnya MISI merupakan alasan mendasar eksistensi suatu
organisasi. Pernyataan misi organisasi, terutama di tingkat unit bisnis menentukan batas dan
maksud aktivitas bisnis perusahaan. Jadi perumusan misi merupakan realisasi yang akan
menjadikan suatu organisasi mampu menghasilkan produk dan jasa berkualitas yang memenuhi
Dalam sebuah blognya (Heru; 2006) mengungkapkan ”Sering kali pernyataan visi misi
organisasi kurang tepat menggambarkan tujuan organisasi sehingga sering di jumpai adanya
kesulitan pada saat melakukan deploy visi misi menjadi set of action yang akan digunakan untuk
Jansen Sinamo (2005) yang memberikan 12 kriteria mengenai kriteria visi dan misi yang hidup
1. Visi-misi harus sesuai dengan roh zaman dan semangat perjuangan organisasi
2. Visi-misi harus mampu menggambarkan sosok organisasi idaman yang mampu memikat hati
orang
4. Visi-misi harus mudah dipahami karena diungkapkan dengan elegan sehingga mampu
5. Visi-misi harus memiliki daya persuasi yang mampu mengungkapkan harapan, aspirasi,
6. Visi-misi harus mampu mengungkapkan keunikan organisasi dan menyarikan kompetensi khas
organisasi tersebut yang menjelaskan jati dirinya dan apa yang mampu dilakukannya
7. Visi-misi harus ambisius, artinya ia harus mampu mengkiristalkan keindahan, ideal kemajuan,
dan sosok organisasi dambaan masa depan, sehingga mampu meminta pengorbanan dan
“Menjadi Rumah Sakit yang Memberikan Pelayanan Profesional, Bermutu, Nyaman dan
Mandiri”
a. Menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional untuk menunjang pelayanan
b. Pelayanan kesehatan, bermutu, terjangkau dan informatif serta berorientasi pada kepuasan
pasien.
c. Menciptakan lingkungan Rumah Sakit yang bersih, hijau dan bebas dari polusi.
d. Mengelola seluruh sumber daya secara transparan, efektif, efisien dan akuntabel.
MODUL PEMBELAJARAN 6
PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KEPERAWATAN DI UNIT
KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan berkembangnya zaman, pelayanan kesehatan pun mengalami perkembangan
dalam upaya menghadapi era globalisasi yang menuntut persaingan yang cukup tinggi diantara
rumah sakit baik rumah sakit swasta maupun pemerintah. Pada kondisi persaingan yang tinggi,
pelanggan memiliki informasi yang memadai dan mampu untuk memilih diantara beberapa
alternatif pelayanan yang ada. Oleh karena itu untuk memenangkan persaingan dalam
mendapatkan pelanggan, rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas yang dapat memberikan kepuasan pada klien (Windy Rakhmawati, 2008). Salah satu
bagian yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yaitu pelayanan
keperawatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
mempunyai kontribusi yang besar terhadap pelayanan kesehatan, selain itu keperawatan
merupakan armada terbesar dalam pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit sehingga pelayanan
keperawatan mempunyai posisi yang sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan dirumah sakit. Dan salah faktor utama untuk meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan adalah tenaga keperawatan yang efektif dan efisien sebagai sumber daya
manusia (Windy Rakhmawati, 2008). Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan
sangat ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang
memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis
dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan.,dan perencanaan yang baik
mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian
asuhan keperawatan, jumlah & kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga
keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan
merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit (Windy Rakhmawati,
2008).
Pengembangan tenaga kesehatan khususnya perawat sudah menjadi tanggung jawab pihak
rumah sakit untuk memiliki tenaga perawat yang bermutu karena keperawatan adalah suatu
profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit (Aditama, 2004). Tercapainya mutu pelayanan di rumah
sakit dapat melalui kegiatan manajemen sumber daya manusia atau yang disebut juga
manajemen ketenagaan di RS yang meliputi analisis kini dan mendatang tentang kebutuhan
tenaga, recruitment, seleksi, penempatan yang sesuai (placement), promosi, pensiun (separation),
pengembangan karir, pendidikan dan pelatihan (Aditama, 2004). Griffith JR (1987) dalam buku
The Well Managed Community Hospital (dalam Aditama, 2004) bahwa kegiatan dalam
perencanaan meliputi mengantisipasi jumlah dan jenis pekerjaan yang dibutuhkan, jadwal waktu
untuk recruitment, retraining dan pemutusan hubungan kerja bila dibutuhkan, gaji dan
kompensasi yang akan diberikan dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi yang ada serta
berbagai kemungkinan perubahan dalam kebijaksanaan kesehatan. Di masa depan, manajemen
SDM menjadi hal yang sangat potensial untuk diperhatikan oleh para pemimpin rumah sakit.
Ketepatan dalam pemilihan, penerimaan, pengelolaan dan pengembangan SDM rumah sakit
merupakan kunci sukses rumah sakit untuk berkembang (Ilyas, 2004).
2. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1.Tujuan Umum
Setelah membahas lebih lanjut mengenai “Perencanaan Tenaga Keperawatan”, diharapkan
mahasiswa mampu memahami tentang Manajemen Keperawatan, khususnya dalam manajemen
perencanaan tenaga keperawatan dan metode perhitungannya yang dapat mempengaruhi proses
pelayanan kesehatan terutama pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas dalam rumah
sakit.
2.Tujuan Khusus
1) Menjelaskan pengembangan tenaga keperawatan di rumahsakit.
2) Menjelaskan perencanaan tenaga keperawatan di rumah sakit.
3) Menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit dengan metode douglas ,metode
Akuitas,metode gillies dan metode Swansburg.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Perencanaan tenaga (staffing) keperawatan merupakan salah satu fungsi utama pimpinan
organisasi dalam keperawatan. Keberhasilan pimpinan organisasi dalam merencanakan perawat
ditentukan oleh kualitas SDM (Arwani & Suprianto, 2006). Perencanaan tenaga kesehatan
adalah proses memperkirakan jumlah tenaga dan jenis pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang dibutuhkan untuk mencapai target pelayanan kesehatan yang telah ditentukan dan mencapai
tujuan kesehatan. Perencanaan ini mencakup persiapan: siapa yang berbuat apa, kapan, dimana,
bagaimana, dengan sumber daya apa dan untuk populasi mana. Perencanaan tenaga rumah sakit
adalah sebagai perencanaan tenaga kesehatan untuk mencapai target pelayanan rumah sakit yang
dibutuhkan yang akan membantu pencapaian target kesehatan.
Langkah-langkah perencanaan tenaga rumah sakit secara garis besar sama dengan
langkah-langkah perencanaan tenaga pada umumnya. Memang ada beberapa kekhususan-
kekhususan sesuai dengan fungsi rumah sakit (Junaidi, 1988 dalam Analisis Kebutuhan Tenaga
Perawat Di Instalasi Rawat Inap RSUD Karimun oleh Liza Sri, 2011). Menurut Ilyas (2004)
dalam menentukan kebutuhan SDM rumah sakit harus memperhatikan beberapa faktor seperti
ukuran dan tipe rumah sakit; fasilitas dan tipe pelayanan yang ditawarkan; jenis dan jumlah
peralatan dan frekuensi pemakaiannya; kompleksitas penyakit; usia pasien dan lamanya waktu
tinggal di rumah sakit; pemberian cuti, seperti melahirkan, liburan, sakit, dan tugas belajar;
keterbatasan anggaran; turn over (mengundurkan diri) personel dan tingkat ketidak hadiran;
pelayanan dan perawatan kesehatan 24 jam dan lain-lain
Menurut Suyanto (2008), perhitungan tenaga kerja perawat perlu diperhatikan hal-hal,
sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan.
a. Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien sesuai dengan jenis
penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan sosial ekonomi dan harapan
pasien dan keluarga.
b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan, kebijakan pengaturan
dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja,
tenaga perawat spesialis dan sikap ethis professional.
c. Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, layout keperawatan, fasilitas dan
jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan peralatan medik atau diagnostik, pelayanan
penunjang dari instalasi lain dan macam kegiatan yang dilaksanakan.
d. Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan pembinaan dan
pengembangan.
B.METODE PENUGASAN
Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi
pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini adalah sebagai berikut :
Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai
pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi,
misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal.
Kelebihan :
2) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan pengawasan yang
baik.
3) Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
4) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan
kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.
Kelemahan :
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja.
c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap
asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keul ar rumah sakit. Mendorong praktek
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan dan pelaksana. Metode
primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dengan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.
Kelebihannya :
1) Model praktek profesional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahannya :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai
dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
2) Biaya lebih besar
d. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat
ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan
bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa ditreapkan satu pasien satu perawta, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau
untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.
Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
Klasifikasi Klien
Jml
klien Minimal Parsial Total
pagi Sore malam pagi sore malam pagi sore malam
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
dst
CONTOH SOAL:
Contoh :
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang
dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total.
2..Metode SistemAkuitas
Kelas 1: 2 jam/hari
Kelas 2: 3 jam/hari
Kelas 3:4,5 jam/hari
Kelas 4: 6 jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift → Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%
3.Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit perawatan adalah
sebagai berikut :
Jumlah jam keperawatan rata rata jumlah
Yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari x hari/tahun
Jumlah hari/tahun - hari libur x jumlah jam kerja
Masing masing tiap perawat
Perawat
Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 6 hari maka
40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20% (untuk antisipasi
kekurangan /cadangan ).
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %
Contoh :
Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan
ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total)
Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah jam kerja perhari
40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)
17 orang
4. Metode swansburg
Contoh :
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari . Jumlah jam kontak
langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
-total jam perawat /hari : 17 x 5 jam = 85 jam
jumlah perawat yang dibutuhkan : 85 / 7 = 12,143 ( 12 orang) perawat/hari
-Total jam kerja /minggu = 40 jam
jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) = 84 shift/minggu
jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang
(jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7 jam/shift)
Kesimpulan
Salah satu aspek penting tercapainya mutu pelayanan di suatu rumah sakit adalah
tersedianya tenaga keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Untuk hal ini
dibutuhkan kesiapan yang baik dalam membuat perencanaan terutama tentang ketenagaan.
Perencanaan ketenagaan ini harus benar benar diperhitungkan sehingga tidak menimbulkan
dampak pada beban kerja yang tinggi sehingga memungkinkan kualitas pelayanan akan menurun.
Dan bila dibiarkan jakan menyebabkan angka kunjungan klien ketempat pelayanan
kesehatan akan menurun sehingga pendapatan rumah sakit juga akan menurun.
Seorang menajer keperawatan harus mampu membuat perencanaan ketenagaan dengan
baik, yaitu dengan memanfaatkan hasil perhitungan yang didasarkan pada data-data kepegawaian
sesuai dengan yang ada di rumah sakit tersebut. Dalam melakukan penghitungan kebutuhan
tenaga perawat di rumah sakit, kita dapat menggunakan beberapa rumus dimana tiap metode
penghitungan pada prinsipnya hampir sama akan tetapi memiliki kekhasan bagi situasi dan
kondisi tertentu dari sistem pemberian layanan asuhan keperawatan kepada klien.
MODUL PEMBELAJARAN 7
PENGORGANISASIAN DALAM MATA KULIAH KEPERAWATAN SEBAGAI SUB
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DAN STRUKTUR ORGANISASI
A. Batasan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan
kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo
adalah sebuah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Sedangkan
menurut Levey dan Loomba (1973), pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat
Definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Sesuai dengan
batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan
yang ditemukan banyak macamnya. Karena kesemuanya ini ditentukan oleh:
a) Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi.
b) Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan,
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan atau
kombinasi dari padanya.
c) Sasaran pelayanan kesehatan, apakah untuk peseorangan, keluarga, kelompok ataupun untuk
masyarakat secara keseluruhan.
B. Macam-macam pelayanan Kesehatan
Menurut pendapat Hodgetts dan Casco (1983), jenis pelayanan kesehatan secara
umum dapat dibedakan atas dua, yaitu:
1. Pelayanan kedokteran: Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan
kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri
(solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk
perseorangan dan keluarga.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat: Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok
kesehatan masyarakat (public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang
umumnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya
untuk kelompok dan masyarakat.
Secara sederhana, kedua pembagian yang seperti ini dapat digambarkan dalam bagan 1.
Bagan 1. Pembagian Pelayanan Kesehatan
C. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan
Sekalipun pelayanan kedokteran berbeda dengan pelayanan kesehatan masyarakat, namun
untuk dapat disebut sebagai suatu pelayanan kesehatan yang baik, keduanya harus memiliki
berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah.
1. Tersedia dan berkesinambungan (available dan continous)
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus
tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan (continous). Artinya semua
jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta
keberadaanya dalam masyarakakt adalah setiap saat yang dibutuhkan.
2. Dapat diterima dan wajar (acceptable dan appropriate)
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik ada- lah yang dapat diterima (acceptable)
oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya, pelayanan kesehatan tersebut tidak
bertentangan dengan keyakinan dan ke- percayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
berten- tangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat
serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
3. Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik ada- lah yang mudah dicapai (accessible)
oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan disini terutama dari sudut
lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka
pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu
terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan di daerah pedesaan,
bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
4. Mudah di jangkau
Syarat pokok keempat peayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dijangkau (affordable)
oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini terutama dari sudut
biaya.Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya
pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.Pelayanan
kesehatan yang mahal dank arena itu hanya mungkin di nikmati oleh sebagian kecil masyarakat
saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
5. Bermutu
Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu (quality). Pengertian
mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa
pelayanan dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar
yang telah di tetapkan.
G. Sistem Rujukan
Sistem rujukan kesehatan di Indonesia telah dirumuskan dalam Permenkes No. 01 tahun
2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal balik pelayanan kesehatan secara
timbal balik baik vertikal maupun horizontal. Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana
dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan
sakitnya (Permenkes Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan, 2012).
Jenis rujukan secara konseptual menyangkut hal-hal sebagai berikut (Hatmoko, 2000):
a. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain
b. Pengiriman bahan (spesimen) unutuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
c. Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk mutu pelayanan
pengobatan.
C. Pelayanan Kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical
services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri atau secara bersama-
sama dalam satu organisasi. Secara umum pelayanan kedokteran adalah sebagian dari pelayanan
kesehatan yang tujuan utamanya adalah menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan,
serta sasarannya adalah perseorangan. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga. Pada saat
ini pembagian tentang macam pelayanan kedokteran banyak ditemukan. Beberapa diantaranya
yang terpenting adalah (Hodgetts, 1982):
a. Ditinjau dari tenaga pengelola
Untuk ini pelayanan kedokteran dapat dibedakan atas dua macam yakni:
1) Diselenggarakan oleh satu orang. Bentuk pelayanan kedokteran yang diselenggarakan oleh satu
orang amat populer di Indonesia, inilah sebabnya banyak ditemukan dokter dan ataupun bidan
yang membuka praktek perseorangan.
2) Diselenggarakan oleh kelompok. Bentuk pelayanan kedokteran berkelompok merupakan hal
yang baru di Indonesia dan banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas dua macam
yakni:
Hanya menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja, misalnya praktek bersama
dokter ahli kebidanan dan praktek bersama ahli kesehatan anak.
Menyelenggarakan lebih dari satu macam pelayanan kedokteran, misalnya praktek bersama
dokter ahli kebidanan dengan dokter ahli kesehatan anak.
b. Ditinjau dari cara pelayanan yang diselenggarakan. Untuk ini pelayanan kedokteran dibedakan
atas dua macam, yakni:
1) Pelayanan rawat jalan. Contoh pelayanan rawat jalan (ambutory) adalah pelayanan kedokteran
yang dise- lenggarakan oleh poliklinik, balai pengobatan di Puskesmas.
2) Pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Contoh pela- yanan rawat jalan dan rawat inap
(hospitalization) adalah pelayanan kedokteran oleh rumah sakit dan rumah sakit bersalin.
c. Ditinjau dari macam pelayanan yang diselenggarakan.
1) Menyediakan satu macam pelayanan kedokteran saja. Misalnya praktek dokter umum.
2) Menyediakan lebih dari satu macam pelayanan kedokteran
3) Pelayanan kedokteran tidak lengkap/tidak menyeluruh (partial medical care) misalnya yang
diselenggarakan oleh BKIA.
4) Pelayanan kedokteran lengkap/menyeluruh (comprehensive medical care) misalnya yang dise-
lenggarakan oleh rumah sakit umum.
K. Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap
Pelayanan rawat jalan adalah salah satu bentuk dari pelayanan kedokteran, secara
sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang
disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap. Pelayanan rawat jalan (ambulatory)
adalah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan
pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam
bentuk rawat inap (hospitalization). Pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak hanya yang
diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal rumah sakit atau
klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien (home care) serta di rumah perawatan
(nursing homes) (Hodgetts, 1982).
Bentuk pertama dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh klinik yang
ada kaitannya dengan rumah sakit (hospital based ambulatory care). Jenis pelayanan rawat jalan
di rumah sakit secara umum dapat dibedakan atas 4 macam yaitu (Hodgetts, 1982):
1) Pelayanan gawat darurat (emergency services) yakni untuk menangani pasien yang butuh
pertolongan segera dan mendadak.
2) Pelayanan rawat jalan paripurna (comprehensive hospital outpatient services) yakni yang
memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan kebutuhan pasien.
3) Pelayanan rujukan (referral services) yakni hanya melayani pasien-pasien rujukan oleh sarana
kesehatan lain. Biasanya untuk diagnosis atau terapi, sedangkan perawatan selanjutnya tetap
ditangani oleh sarana kesehatan yang merujuk.
4) Pelayanan bedah jalan (ambulatory surgery services) yakni memberikan pelayanan bedah yang
dipulangkan pada hari yang sama.
M. Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat. Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Untuk menjalankan tugas nya, rumah sakit mempunyai fungsi (UU 44/2009
Tentang Rumah Sakit):
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan.
macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pelayanan kesehatan
personal (personal
health services) atau sering disebut pula sebagai pelayanan kedokteran (medical services).
Kedua, pelayanan kesehatan lingkungan (environmental health services) atau sering disebut pula
sebagai pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) (Hodgetts dan Cascio, 1983).
Menurut Leave and Clark (1953), jika pelayanan kesehatan tersebut terutama ditujukan untuk
nama pelayanan kedokteran. Sasaran utama pelayanan kedokteran adalah perseorangan dan
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, tidak hanya memandang penderita
sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti
secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya. Pelayanan Dokter
Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK) sebagai penyaring di tingkat primer, dokter
Spesialis (DSp) di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang
(Prasetyawati, 2011).
P. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat. Oleh karena ruang lingkup
pemerintah dalam pela- yanan kesehatan masyarakat mempunyai bagian atau porsi yang besar.
Namun karena keterbatasan sumber daya pemerintah, maka potensi masyarakat perlu digali atau
1. Potensi masyarakat dalam arti komunitas (misalnya ma- syarakat RT, RW, Kelurahan dan
sebagainya). Bentuk- bentuk partisipasi dan penggalian potensi masyarakat dalam pelayanan
iuran untuk PMT (Pembinaan Makanan Tambahan), untuk anak balita, dan sebagainya.
2. Menggalang potensi masyarakat melalui organisasi- organisasi masyarakat atau sering disebut
Lembaga- lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Penyelenggaraan pelayanan-pelayanan
3. Menggalang potensi masyarakat melalui perusahaan- perusahaan swasta yang ikut membantu
meringankan beban penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas, Balkesmas,
dan sebagainya).
Ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kesehatan masyarakat, baik
2003):
1. Penanggung jawab. Pengawasan, standar pelayanan, dan sebagainya dalam pelayanan kesehatan
masyarakat baik pemerintah (Puskesmas) maupun swasta (Balkesmas) berada di bawah
2. Standar pelayanan. Pelayanan kesehatan masyarakat, baik pemerintah maupun swasta harus
berdasarkan pada suatu standar tertentu. Di Indonesia standar ini telah ditetapkan oleh
3. Hubungan kerja. Dalam hal ini harus ada pembagian kerja yang jelas antara bagian satu dengan
yang lain. Artinya, fasilitas kesehatan harus mempunyai struktur organisasi yang jelas yang
masyarakat ini penting, karena adanya keterbatasan sumber-sumber daya penye- lenggara
Untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menye- luruh kepada seluruh masyarakat, maka
berikut ini akan dipaparkan beberapa program pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu
(Notoadmojo, 2003):
1. Puskesmas.
4. Kesehatan sekolah.
6. Kesehatan jiwa.
7. Laboratorium sederhana.
Kesehatan yang menurut KEPRES No.15 tahun 1984 memang diserahtugaskan sebagai
kesehatan. Untuk itu, Departemen Kesehatan melalui segenap aparatnya tersebar di seluruh
tanah air, aktif menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat. Aparat yang dimaksud
adalah Kantor Wilayah Departemen Kesehatan yang terdapat di setiap propinsi dan Kantor
Departemen Kesehatan yang terdapat di setiap Kabupaten. Hanya saja sesuai dengan UU Pokok
Pemerintahan Daerah No.5 tahun 1974 dimana tanggung jawab kesehatan berada pada
Pemerintah Daerah maka tingkat pemerintah daerah juga aparat pemerintah yang bertanggung
jawab dalam bidang kesehatan. Aparat yang dimaksud adalah Kantor Dinas Kesehatan Provinsi
Peranan kantor dalam Sistem Kesehatan di Indonesia, tidak hanya sebagai pelaksana
fungsi administrasi saja, teapi juga sebagai pelaksana fungsi pelayanan kesehatan. Dengan kata
lain Kantor Departemen Kesehatan yang terdapat di kabupaten juga bertanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, yang dalam hal ini adalah pelayanan kesehatan
masyarakat seperti misalnya mengatasi keadaan wabah yang terjangkit di wilayah kerjanya.
memang didirikan pemerintah di semua kecamatan di Indonesia. Pada saat ini pemerintah
berupaya secara maksimal untuk mengikutsertakan potensi masyarakat. Peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan masyarakat secara keseluruhan disebut Pembangunan Kesehatan
Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Sedangkan wadah peran serta masyarakat dikenal dengan
nama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Kegiatan utama Posyandu meliputi pelayanan KIA,
Q. Puskesmas
Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat
pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal
dalam suatu wilayah tertentu. Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka
peranan dan kedudukan Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di
masyarakat dan pelayanan kedokteran. Saat ini kegiatan Puskesmas ada 17, yakni Usaha
Pelayanan Rawat Jalan, Usaha Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Keluarga Berencana, Usaha
Kesehatan Gigi, Usaha Kesehatan Gizi, Usaha Kesehatan Sekolah, Usaha Kesehatan
Lingkungan, Usaha Kesehatan Jiwa, Usaha Pendidikan Kesehatan, Usaha Perawatan Kesehatan
Olahraga, Usaha Kesehatan Lanjut Usia, Usaha Kesehatan Mata, Usaha Kesehatan Kerja,
Usaha Pencatatan dan Pelaporan, dan Usaha Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Sebagai
sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia, pengelolaan program kerja
Puskesmas bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya.
Puskesmas tidak hanya menanti kunjungan masyarakat, melainkan harus secara aktif
c. Asas keterpaduan
Puskesmas berupaya memadukan kegiatan bukan saja dengan program kesehatan lain (lintas
program), tetapi juga dengan program dari sektor lain (lintas sektoral). Dengan demikian
Puskesmas dapat menghemat sumber daya, sedangkan bagi masyarakat, lebih mudah
d. Asas rujukan
Jika Puskesmas tidak mampu menangani suatu masalah kesehatan harus merujuknya ke sarana
kesehatan yang lebih mampu. Untuk pelayanan kedokteran jalur rujukannya adalah rumah sakit.
Sedangkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat jalur rujukannya adalah berbagai kantor
kesehatan.
mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau subsistem tidak berjalan dengan baik, maka akan
mempengaruhi bagian yang lain. Secara garis besarnya elemen-elemen dalam sistem itu adalah
masukan, proses, keluran, dampak, umpan balik, dan lingkungan. Masukan (input) adalah
ialah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga menghasilkan sesuatu
(keluaran) yang direncanakan. Keluaran (output) mengandung arti hal yang dihasilkan oleh
proses. Dampak (impact) merupakan akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa
waktu lamanya. Umpan balik (feed back), juga merupakan hasil dari proses yang sekaligus
sebagai masukan untuk sistem tersebut. Lingkungan (environment) ialah dunia di luar sistem
yang mempengaruhi sistem tersebut. Contoh: Dalam pelayanan Puskesmas, yang menjadi input
adalah dokter, perawat, obat-obatan, fasilitas lain, dan sebagainya. Prosesnya adalah kegiatan
pelayanan Puskesmas tersebut, output- nya adalah pasien sembuh /tidak sembuh, jumlah ibu
hamil yang dilayani, dan sebagainya, dampaknya adalah meningkatnya status kesehatan
masyarakat. Sedangkan umpan balik pelayanan Puskesmas antara lain keluhan-keluhan pasien
Puskesmas tersebut.
MODUL PEMBELAJARAN 8
PENGORGANISASIAN KERJA PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
SISTEM HUBUNGAN KERJA DAN URAIAN TUGAS
MANAJEMEN
Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya orang lain untuk
mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen kedua yang penting dilaksanakan oleh setiap
unit kerja sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan berdaya guna dan berhasil guna.
Tujuan organisasi sebagai organisasi yang komplek, maka pelayanan keperawatan harus
mengorganisasikan aktivitasnya melalui kelompok-kelompok sehingga tujuan pelayanan
keperawatan akan tercapai.
Ruang rawat merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan
yang dilakukan oleh semua tim kesehatan dimana semua tenaga termasuk perawat bertanggung
jawab dalam penyelesaian masalah kesehatan klien.
Pengorganisasian pelayanan keperawatan secara optimal akan menentukan mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan Yang menjadi bahasan dalam pelayaan keperawatan diruang rawat
meliputi :
Struktur organisai ruang rawat, pengelompokkan kegiatan (metode pengawasan), koordinasi
kegiatan dan evaluasi kegiatan kelompok kerja ; yang bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang struktur organisasi dalam pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan.
PENGORGANISASIAN
1. Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan secara efektif
2. Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi
3. Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama, pola hubungan antar kegiatan
yang berbeda, penempatan tenaga yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang efektif antar
perawat.
Pengelolaan kegiatan asuhan keperawatan dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan klien
misalnya unit rawat anak memerlukan kegiatan asuhan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembangnya. Pengorganisasian dapat diuraikan sebagai rangkaian aktifitas
menyusun suatu kerangka kerja yang menjadi wadah bagi semua kegiatan usaha kerja sama
dengan cara menbagikan, mengelompokkan pekerjaan yang harus dilakukan, menerpakan
menjalin hubungan kerja antar bagian dan menjalin hubunagan antar staf dan atasan.
PRINSIP PENGORGANISASIAN
1. PEMBAGIAN KERJA
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga setiap orang
memilik tugas tertentu.
Untuk ini kepala bidang keperawatan perlu mengetahui tentang :
- pendidikan dan pengalaman setiap staf
- peran dan fungsi perawat yang diterapkan di RS tersebut
- mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan kedudukan
dalam organisasi
- mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
- mengetahui hal- hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada
tenaga non keperawatan
Disamping itu setiap staf mengetahui kepada siapa dia harus melapor, minta bantuan atau
bertanya, dan siapa atasan langsung serta dari siapa dia menerima tugas
2. PENDELEGASIAN TUGAS
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk bertindak
dalam batas-batas tertentu. Dengan pendelegasian, seorang pimpinan dapat mencapai tujuan dan
sasaran kelompok melalui usaha orang lain, hal mana merupakan inti manajemen. Selain itu
dengan pendelegasian , seorang pimpinan mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal
lain yang lebih penting seperti perencanaan dan evaluasi. Pendelegasian juga merupakan alat
pengembangan dan latihan manajemen yang bermanfaat. Staf yang memiliki minat terhadap
tantangan yang lebih besar akan menjadi lebih komit dan puas bila diberikan kesempatan untuk
memegang tugas atau tantangan yang penting. Sebaliknya kurangnya pendelegasian akan
menghambat inisiatif staf. Keuntungan bagi staf dengan melakukan pendelegasian adalah
mengambangkan rasa tanggung jawab, meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri,
berkualitas, lebih komit dan puas pada pekerjaan.. Disamping itu
mamfaat pendelegasian untuk kepala bidang keperawatan sendiri adalah mempunyai waktu
lebih banyak untuk melakukan hal-hal lain seperti perencanaan dan evaluasi, meningkatkan
kedewasaan dan rasa percaya diri, memberikan pengaruh dan power baik intern maupun ekstern,
dapat mencapai pelayanan dan sasaran keperawatan melalui usaha orang lain. Walaupun
pendelegasian merupakan alat manajemen yang efektif, banyak pimpinan yang gagal
mengerjakan pendelegasian ini.
Dalam pendelegasian wewenang, masalah yang terpenting adalah apa tugas dan seberapa besar
wewenang yang harus dan dapat dilimpahkan kepada staf.
Hal ini tergantung pada :
a) Sifat kegiatan ; untuk kegiatan rutin, delegasi wewenang dapat diberikan lebih besar kepada staf.
b) Kemampuan staf ; tugas yang didelegasikan jangan terlalu ringan atau terlalu berat.
c) Hasil yang diharapkan ; Applebaum dan Rohrs menyarankan agar pimpinan jangan
mendelegasikan tanggung jawab untuk perencanaan strategik atau mengevaluasi dan mendisiplin
bawahan baru. Mereka juga menyarankan agar mendelegasikan tugas yang utuh dari pada
mendelegasikan sebagian aspek dari suatu kegiatan.
Langkah yang harus ditempuh agar dapat melakukan pendelegasian yang efektif :
1. Tetapkan tugas yang akan didelegasikan
2. Pilihlah orang yang akan diberi delegasi
3. Berikan uraian tugas yang akan didelegasikan dengan jelas
4. Uraikan hasil spesifik yang anda harapkan dan kapan anda harapkan hasil tersebut
5. Jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki staf tersebut
6. Minta staf tersebut menyimpulkan pokok tugasnya dan cek penerimaan staf tersebut atas tugas
yang didelegasikan.
7. Tetapkan waktu untuk mengontrol perkembangan
8. Berikan dukungan
9. Evaluasi hasilnya
3. KOORDINASI
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada
dibangsal. Keselarasan ini dapat terjalin antar perawat dengan anggota timkesehatan lain maupun
dengan tenaga dari bagian lain.
Manfaat Koordinasi:
- menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada dibangsal / bagian dan
perasaan lebih penting dari yang lain
- menumbuhkan rasa saling membantu
- menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf
Cara koordinasi:
Komunikasi terbuka, dialog, pertemuan/rapat, pencatatan dan pelaporan,
pembakuan formulir yang berlaku.
4. MANAJEMEN WAKTU
Dalam mengorganisir sumber daya, sering kepala bidang keperawatan mengalami kesulitan
dalam mengatur dan mengendalikan waktu. Banyak waktu pengelola dihabiskan untuk orang
lain. Oleh karena itu perlu pengontrolan waktu sehingga dapat digunakan lebih efektif.
Untuk mengendalikan waktu agar lebih efektif perlu :
1. Analisa waktu yang dipakai; membuat agenda harian untuk menentukan kategori kegiatan yang
ada
2. Memeriksa kembali masing-masing porsi dari tiap aktifitas
3. Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, dan perkembangannnya serta tujuan yang
akan dicapai
4. Mendelegasikan
5. Hambatan yang sering terjadi pada pengaturan waktu
- terperangkap dalam pekerjaan
- menunda karena takut salah
- tamu yang tidak terjadwal
- telpon
- rapat yang tidak produktif
- peraturan open door
- tidak dapat mengatakan pada hal-hal yang tidak perlu
Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan keperawatan di unit
kerjanya untuk mencapai tujuan pengorganisasian, pelayanan keperawatan di ruangan meliputi :
1. Struktur Organisasi
Struktur organisai ruang rawat terdiri dari struktur bentuk dan bagan. Berbagai struktur, bentuk
dan bagan dapat digunakan tergantung pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai.
Ruang rawat sebagi wadah dan pusat kegiatan pelayanan keperawatan perlu memiliki struktur
organisasi tetapi ruang rawat tidak termasuk dalam struktur organisasi raumah sakit bila dilihat
dari surat keputusan menteri Kesehatan no. 134 dan 135 tahun 1978. oleh karena itu direktur
rumah sakit perlu menerbitkan surat keputusan yang ngatur struktur organisasi ruang rawat.
Berdasarkan surat keputusan direktur tersebut dibuat struktur organisasi ruang rawat untuk
menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertikal maupun horizontal.
Dapat juga dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta tanggung gugat.
Bentuk organisasi dapat pula disesuaikan dengan pengelompokkan kegiatan atau sistem
penugasan yang digunakan.
2. Pengelompokkan Kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus diselesaikan untuk
mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi tertentu.
Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai
dengan pengetahuan dan keterampilan dimiliki peserta sesuai dengan kebutuhan klien
pengorganisasian tugas perawat ini disebut metode penugasan.
Keperawatan diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan ketidakmampuan klien
dalam melakukan aktifitas untuk dirinya dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Setiap kegiatan keperawatan diarahkan kepada pencapaian tujuan dan merupakan tugas menejer
keperawatan untuk selalu mengkoordinasi, mengarahkan dan mengendalikan proses pencapaian
tujuan melalui interaksi, komunikasi, integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat.
Dalam upaya mecapai tujuan tersebut meneger keperawatan dalam hal ini kepala ruangan
bertanggung jawab mengorganisir tenaga keperawatan yang ada dan kegiatan pelayanan
keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga kepala ruangan perlu
mengkatagorikan klien yang ada diunit kerjanya. Menurut Kron (1987) kategori klien didasarkan
atas : Tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan klien, misalnya keperawatan mandiri,
minimal, sebagian, total atau intensif. Usia misalnya anak, dewasa, usia lanjut.
Diagnosa/masalah kesehatan yang dialami klien misalnya perawatan bedah/ortopedi, kulit.
Terapi yang dilakukan, misalnya rehabilitas, kemoterapi. Dibeberapa rumah sakit ini
pengelompokkan klien didasarkan atas kombinasi kategori diatas. Selanjutnya kepala ruangan
bertanggung jawab menetapkan metode penyusunan keperwatan apa yang tepat digunakan di
unit kerjanya untuk mencapai tujuan sesuai dengan jumlah katagori tenaga yang ada di ruangan
serta jumlah klien yang menjadi tanggung jawabnya.
Berbagai metode penugasan keperawatan yang dapat digunakan dengan beberapa keuntungan
dan kerugian.
Metode tersebut antara lain :
1) Metode Fugsional
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
Contoh : Perawat A tugasnya menyuntik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit
tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima
laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien.
Keuntungan
- Perawat terampil untuk tugas /pekerjaan tertentu.
- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
- Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kerugian
- Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga proses keperawatan
sulit dilakukan.
- Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggalkan klien dan melakukan tugas
non keperawatan.
- Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi kontribusinya
terhadap pelayanan.
- Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai keterampilan saja.
Keuntungan
- Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
- Memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang komprehensif.
- Memotivasi perawat untuk selalu bersama kien selama bertugas, non
keperawatan dapat dilakukan oleh yang bukan perawat
- Mendukung penerapan proses keperawatan
- Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai
Kerugian
- Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
- Peserta didik sakit untuk melatih keterampilan dalam perawatan besar, misalnya
: menyuntik, mengukur suhu
- Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung
jawab klien bertugas.
Keuntungan
- Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
- Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
- Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat tim cara
ini efektif untuk belajar.
- Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
- Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan
aman dan efektif.
Kerugian
- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan
atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi
antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat.
- Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
- Akontabilitas dalam tim kabur.
Keuntungan
- Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
- Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif
- Memungkinkan penerapan proses keperawatan
- Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
Kerugian
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
- Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain
5) Metode
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional
dan non profesional (trampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai
pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat
yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat
untuk 8-12 orang klien.
Semua metode di atas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan. Jumlah staf
yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas pembicara yang sebelumnya. Selain
itu kategori pendidikan tenaga yang ada perlu diperhatikan sesuai dengan kondisi ketenagaan
yang ada saat ini di Indonesia khususnya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo metode tim
lebih memungkinkan untuk digunakan, selain itu menurut organisasi rumah sakit Amerika
bahwa dari hasil penelitian dinyatakan 33% rumah sakit menggunakan metode Tim, 25%
perawatan total/alokasi klien, 15% perawatan primer dan 12% metode fungsional (Kron & Gray,
1987). Dengan demikian metode tim tepat digunakan.
2. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk kelanjutan asuhan keperawatan. Dengan demikian
pencatatan rencana keperawatan untuk tiap klien harus selalu tepat waktu dan asuhan
keperawatan selalu dinilai kembali untuk validitasnya.
4. Pelaksanaan keperawatan tim sebaiknya fleksibel atau tidak kaku. Metode tim dapat dilakukan
pada shift pagi, sore atau malam di unit manapun. Sejumlah tenaga dapat terlibat dalam tim,
minimal dua sampai tiga tim. Jumlah atau besarnya tim bergantung dari banyaknya staf. Dua
orang perawat dapat dikatakan tim, terutama untuk shift sore dan malam, dimana jumlah tenaga
terbatas.
3. Koordinasi kegiatan
Kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan perlu menciptakan kerjasama yang selaras satu
sama lain dan saling menunjang, untuk menciptakan suasana kerja yang menyenangkan. Selain
itu harus memperlihatkan prinsip-prinsip organisasi yang telah dijelaskan diatas misalnya
kesatuan komando, setiap staf memiliki satu atasan langsung
Rentang kendali 3 sampai 7 staf untuk satu atasan. Pada metode penugasan tim dalam satu
ruangan tidak lebih dari 3 sampai 7 dalam satu tim. Selain itu kepala ruangan perlu
mendelegasikan kegiatan asuhan keperawatan langsung kepada ketua tim, kecuali tugas pokok,
harus dilakukan kepala ruang. Selain itu, kepala ruangan harus mendelegasikan kepada orang
yang tepat, mendengarkan saran orang yang didelegasikan dan penerima delegasi harus
bertanggung gugat.
6. Kelompok Kerja
Kegiatan ruang rawat terlaksana dengan baik melalui kerjasama antar staf satu dan yang lain ;
antar kepala ruang dan staf dan staf sehingga perlu adanya kerjasama dan kebersamaan dalam
kelompok . Konflik dan hubungan interpersonal yang kurang baik akan mengurangi motivasi
kerja, untuk itu diperlukan kebersamaan yang utuh dan solid sehingga dapat meninggkatkan
motivasi kerja dan perasaan keterikatan dalam kelompok karena semua perawat yang bekerja
dalam satu ruang pada dasarnya merupakan satu kelompok kerja yang perlu bekerja sama satu
sama lain, untuk meningkatkan kualitas kerja dalam pencapaian tujuan asuhan keperawatan
diruang rawat tersebut.
MODUL PEMBELAJARAN 9
PENGEMBANGAN STAF
1. Pendahuluan
Dalam hiruk pikuknya pelaksanaan pembangunan dewasa ini, terlihat adanya tuntutan
pelaksanaan tugas dalam keterlibatan aktif semua pihak. Melalui pemberdayaan staf secara
optimal, diharapkan penyelesaian tugas dapat berjalan secara cepat, tepat, dan tuntas serta
berkualitas. Selain itu, pemberdayaan staf diharapkan dapat menunjang manajemen yakni
efektivitas, efisiensi, rasionalitas dan produktivitas dapat dicapai.
Disamping itu, rumah sakit sebagai bagian integral dari pembangunan kesehatan yang
melakukan praktik manajemen modern, perlu menelaah kembali tentang kemampuan sumber
daya manusia. Karena rumah sakit saat ini tengah menghadapi permasalahan sebagai akibat dari
terjadinya perubahan, antara lain kompleksitas dari tujuan, visi, dan misi rumah sakit, beratnya
tugas pokok yang harus diselenggarakan, beragamnya fungsi organisasi rumah sakit yang
semakin besar dan melibatkan personel yang semakin banyak, terbatasnya dana yang disediakan
serta semakin perlunya penekanan pada aspek efisiensi. Makin beragamnya peralatan atau
fasilitas kesehatan sebagai akibat dari semakin canggihnya teknologi dan ilmu pengetahuan
maka makin pesat berkembangnya profesi di bidang kesehatan (perawat, dokter, bidan, dan lain-
lain). Hal ini untuk menjawab tantangan meningkatnya daya kritis masyarakat sebagai pelanggan
untuk memperoleh pelayanan paripurna yang memuaskan.
Berangkat dari itu maka staf sebagai pembantu pimpinan rumah sakit baik dalam
kedudukannya selaku pimpinan unit lini yang lebih rendah (kepala bidang keperawatan, kepala
seksi, kepala bangsal, dan lain sebagainya) maupun staf pembantu yang memainkan peran selaku
pemberi nasehat dan masukan, serta staf pembantu yang bertanggung jawab atas terlaksananya
kegiatan penunjang dalam konteks pelayanan kesehatan di rumah sakit, dapat dibina dan
ditingkatkan pengetahuan dan keterampilan, sikap mental serta penampilan secara berencana,
terprogram dan berkesinambungan dari waktu ke waktu. Hanya staf yang mempunyai
pengetahuan, keterampilan, sikap, idealism, dan teknik yang actual dan terkini sajalah yang
mampu mengubah pola pandang, pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang inovatif dan kreatif
dan mampu meningkatkan produktifitas kinerjanya
waktu ke waktu. Hanya staf yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, sikap, idealism, dan teknik
yang actual dan terkini sajalah yang mampu mengubah pola pandang, pola pikir, pola sikap, dan pola
tindak yang inovatif dan kreatif dan mampu meningkatkan produktifitas kinerjanya.
Pelayanan keperawatan sebagai bahan integral dari pelayanan kesehatan mempunyai daya ungkit
yang besar dalam mencapai tujuan pembangunan bidang kesehatan. Keperawatan sebagai profesi dan
perawat sebagai tenaga professional bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai
kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerjasama dengan anggota tim
kesehatan lain.
Pelayanan keperawatan bermutu merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh perawat. Pelayanan
bermutu memerlukan tenaga profesional yang didukung oleh factor internal antara lain motivasi untuk
mengembangkan karir profesional dan tujuan pribadinya maupun factor eksternal, antara lain kebijakan
organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi, system penugasan dan system pembinaan.
Dewasa ini proporsi tenaga perawat di sarana kesehatan merupakan proporsi terbesar
dibandingkan dengan tenaga kesehatan lain, yaitu 40%. Pada dasarnya peran utama perawat adalah
sebagai perawat pelaksana, perawat pendidik, perawat manajer, dan perawat peneliti (riset).
Pada saat ini, system pengembangan jenjang karir dalam konteks system penghargaan bagi
perawat sudah dikembangkan untuk pegawai negeri sipil (PNS) melalui jabatan fungsional perawat yang
ditetapkan berdasarkan SK Menpan No.94/KEP/M.PAN/11/2001 tentang Jabatan Fungsional Perawat
dan Angka Kreditnya, walaupun belum sepenuhnya berbasis kompetensi. Pengembangan jenjang karir
pada saat ini lebih menekankan pada posisi/jabatan baik structural maupun fungsional (job career)
sedangkan jenjang karir profesional (professional career) berfokus pada pengembangan jenjang karir
profesional yang sifatnya individual. Oleh karena itu perlu dikembangkan jenjang profesional bagi
perawat.
2. Pengertian
Pengembangan staf merupakan bagian integral dari pengembangan SDM rumah sakit dalam
rangka peningkatan kinerja dan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit. Kejelasan system
pengembangan staf melalui program pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk peningkatan motivasi
kerja dan profesionalitas tenaga keperawatan sehingga dapat dicapai produktivitas yang optimal.
Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa rumah sakit dengan berbagai program dan kegiatannya
yang dilakukan untuk menghadapi dan menjawab berbagai tantangan zaman, tidak dapat ditawar-tawar
lagi, harus dipersiapkan system pengembangan sumber daya manusia yang berdaya guna dan berhasil
guna.
Ada beberapa bentuk pengembangan staf yang dapat dilakukan, antara lain:
a. In service education
Pendekatan yang dilakukan adalah bagaimana staf akan terlibat dalam proses pendidikan melalui
berlangsungnya pelayanan kesehatan atau keperawatan yang terus diberikan kepada klien. Hal demikian
dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar rumah sakit.
b. Orientasi
Program ini diberikan kepada staf yang baru atau sebaliknya untuk mengenalkan tugas-tugas yang
harus dilakukannya atau mengetahui adanya perkembangan teknologi di bidang kesehatan.
c. Job training
Dilakukan melalui program pelatihan bagi staf sesuai dengan bidang penugasannya atau job tertentu.
d. Continuing nursing education
Program ini merupakan program berkelanjutan sesuai dengan system pendidikan formal yang berlaku,
yaitu system pendidikan tinggi bagi perawat selaras dengan statusnya sebagai insan profesi. Sesuai
dengan kebutuhan pengembangan, seluruh perawat layak untuk mengikuti program ini dengan
pertimbangan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
e. Pelatihan kepemimpinan
Hakekatnya semua perawat adalah pemimpin. Oleh sebab itu, ia perlu mengembangkan kemampuan
leadershipnya sebagai seorang profesional.
f. Pengembangan karier
Staf mempunyai hak atas pengembangan kariernya sesuai dengan system yang berlaku. Pimpinan
harus mampu merencanakan, melaksanakan dan menilai pengembangan masing-masing stafnya, serta
melihat itu semua sebagai upaya memotivasi, menstimulasi, dan memberikan penghargaan untuk
peningkatan prestasi kerja.
g. Studi banding
Unit kerja satu dengan yang lain ternyata bersifat kompetitif. Oleh sebab itu, bukan tidak mungkin unit
kerja lain mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan unit kerja sendiri. Rencana untuk tukar
pengalaman dari institusi atau unit kerja lain perlu diprogramkan dalam rangka membangun motivasi,
pengembangan, dan peningkatan prestasi kerja. Bentuk lain yang sekarang sedang menjadi tren adalah
melalui kegiatan “Study Branch Marking”. Branch marking adalah proses pengukuran operasional
terhadap bisnis sebuah perusahaan (kualitas, produksi, jasa layanan) dengan membandingkannya ke
perusahaan/institusi lain yang mempunyai produksi/jasa layanan yang lebih baik. Kegiatan
membandingkan meliputi berbagi kinerja dan
informasi operasional untuk aktivitas yang berkelanjutan dalam mencapai tujuan organisasi. Branch
Marking terjadi ketika sebuah organisasi mengidentifikasi kelemahan, atau kemudian membandingkan
dengan organisasi yang lain yang telah mencapai tingkat ideal.
h. Penilaian kinerja
Seluruh staf diberikan penilaian atas kinerjanya melalui system penilaian yang berlaku. Cakupannya,
antara lain tanggung jawab, loyalitas, kerajinan, kedisiplinan, kepemimpinan, dan kejujuran.
i. Pendidikan dan pelatihan
Program ini dirancang untuk memberikan pendidikan dan pelatihan terhadap staf melalui kurikulum
yang sesuai dengan kebutuhan dengan target tertentu (waktu, materi, keterampilan). Pelaksanaan dari
program ini adalah melalui kepanitiaan atau lembaga/institusi tertentu yang berkompeten.
j. Magang di rumah sakit yang lebih maju
Harus diakui bahwa rumah sakit lain yang memiliki nilai lebih harus menjadi target untuk “ngangsu
kawruh” atau mencari serta menambah ilmu. Program ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan
kesepakatan kedua belah pihak yang terlibat.
k. Kelompok kerja keperawatan
Program ini perlu dilaksanakan selaras dengan keperawatan sebagai profesi yang telah, tengah dan
terus dikembangkan. Produk kelompok kerja ini adalah hasil diskusi pengembangan keperawatan, karya
tulis, prosedur tetap, materi buku ajar, temu ilmiah, penelitian keperawatan, pengembangan system
pendidikan keperawatan, dan masukan untuk pengembangan organisasi profesi.
l. Pengembangan kerja tim di ruangan
Konsep kerja tim ini masih banyak kendala dalam pelaksanaannya, namun semua komponen dalam tim
tersebut perlu mengidentifikasi semua masalah di lapangan yang dilakukan oleh semua profesi kesehatan
yang terlibat. Staf keperawatan dengan otonomi dan kemandiriannya harus lebih proaktif dalam
membangun pelaksanaan kerja tim dalam memberikan asuhan keperawatan secara paripurna.
1. Menganalisis hasil penilaian kinerja tenaga pelayanan keperawatan di rumah sakit sebagai bahan
penentuan pengembangan staf
2. Menetapkan jenjang karir sesuai dengan hasil analisis kinerja tenaga pelayanan keperawatan di rumah
sakit
3. Memberi kesempatan kepada semua tenaga pelayanan keperawatan untuk mengikuti program pendidikan
dan pelatihan sesuai dengan kriteria yang ditentukan
4. Melaksanakan pembinaan tenaga pelayanan keperawatan berdasarkan hasil evaluasi kinerja
5. Memberikan umpan balik hasil evaluasi kinerja
1. Adanya dokumen hasil analisis penilaian kinerja tenaga pelayanan keperawatan di rumah sakit sebagai
bahan penentuan pengembangan staf
2. Adanya dokumen penetapan jenjang karir sesuai dengan hasil analisis kinerja tenaga pelayanan
keperawatan di rumah sakit
3. Adanya dokumen pelaksanaan pengembangan staf tenaga pelayanan keperawatan di rumah sakit, baik
formal maupun informal
4. Adanya dokumen evaluasi peningkatan kemampuan dan keterampilan tenaga pelayanan keperawatan di
rumah sakit
5. Adanya dokumen upaya tindak lanjut hasil pelaksanaan pembinaan dan penilaian kinerja SDM dengan
pemberian penghargaan atau sanksi
6. Adanya dokumen tahunan mengenai jumlah perawat yang mengikuti
pelatihan/pendidikan sesuai kompetensi profesi perawat.
Jenjang karir merupakan system untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme, sesuai dengan
bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi. Dalam pengembangan system jenjang karir
profesional bagi perawat dapat dibedakan antara pekerjaan (job) dan karir (career).
Pekerjaan diartikan sebagai suatu posisi atau jabatan yang diberikan/ditugaskan, serta ada keterikatan
hubungan antara atasan dan bawahan, dan mendapatkan imbalan berupa uang. Karir diartikan sebagai
suatu jenjang yang dipilih oleh individu untuk memenuhi kepuasan kerja perawat, dan mengarah pada
keberhasilan pekerjaan (kinerja) sehingga pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap bidang
profesi yang dipilihnya.
Dalam system jenjang karir profesional terdapat tiga aspek yang saling berhubungan yaitu kinerja,
orientasi profesional dan kepribadian perawat, serta kompetensi yang menghasilkan kinerja profesional.
Perawat profesional diharapkan mampu berpikir rasional, mengakomodasi kondisi lingkungan, mengenal
diri sendiri, belajar dari pengalaman dan mempunyai aktualisasi diri sehingga dapat meningkatkan
jenjang karir profesinya. Jenjang karir perawat dapat dicapai melalui pendidikan formal dan pendidikan
berkelanjutan berbasis kompetensi serta pengalaman kerja di sarana kesehatan.
Pengembangan karir profesional perawat klinik (PK) bertujuan:
1. Meningkatan moral kerja dan mengurangi kebuntuan karir (dead end job/career)
Fungsi utama perawat klinik adalah memberikan asuhan keperawatan langsung sesuai
standar praktik dan kode etik perawat.
4. Kesempatan yang sama
Setiap perawat klinik mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan karir sampai jenjang
karir profesional tertinggi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Standar profesi
Dalam memberikan asuhan keperawatan mengacu pada standar praktik keperawatan dan kode etik
keperawatan
6. Komitmen pimpinan
Pimpinan sarana kesehatan harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pengembangan karir
perawat, sehingga dapat dijamin kepuasan pasien/klien serta kepuasan perawat dalam pelayanan
keperawatan.
c. Penjenjangan karir profesional perawat
Secara umum penjenjangan karir profesional perawat terdiri dari 4
Bidang meliputi:
1. Perawat klinik (PK) yaitu perawat yang memberikan asuhan keperawatan langsung kepada pasien/klien
sebagai individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Perawat Manajer (PM) yaitu perawat yang mengelola pelayanan keperawatan di sarana kesehatan, baik
sebagai pengelola tingkat bawah (front line manager), tingkat menengah (middle management), maupun
tingkat atas (top manager)
3. Perawat pendidik (PP) yaitu perawat yang memberikan pendidikan kepada peserta didik di institusi
pendidikan keperawatan
4. Perawat peneliti/riset (PR) yaitu perawat yang bekerja di bidang penelitian keperawatan/kesehatan.
Keempat jalur jenjang karir profesional perawat digambarkan dalam gambar1.
Gambar 1: Bidang Jenjang Karir Perawat dan Pengembangan Karir Perawat Klini
PR V
PR IV
PK
V
PK PM
IV V
PK
III
PM PP
IV V PR III
PM PP
IV
PK II PM II III PR II
PP
III
PK I PM I PP PR I
II
PP
I
Pengembangan jenjang karir profesional perawat pada setiap bidang harus berjenjang mulai dari
jenjang I sampai dengan jenjang V dan bersifat terbuka. Artinya perawat profesional dimungkinkan
mencapai jenjang karir di semua bidang. Salah satu persyaratan pengembangan jenjang karir profesional
baik sebagai perawat manajer, perawat pendidik, maupun perawat klinik mempunyai kualifikasi sebagai
perawat klinik.
Dalam gambar 1 di atas menunjukkan untuk menjadi perawat manajer I harus mempunyai
kualifikasi perawat klinik II. Untuk menjadi perawat pendidik I harus mempunyai kualifikasi perawat
klinik III. Dan untuk menjadi perawat peneliti harus mempunyai kulaifikasi perawat klinik IV.
Perawatan klinik 1 (Novice) adalah perawat lulusan D-III telah memiliki pengalaman kerja 2 tahun
atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 0 tahun, dan
mempunyai sertifikat PK-1.
3) Perawatan Klinik II ( PK II).
Perawat klinik II (Advance Beginner) adalah perawat lulusan D III keperawatan dengan pengalaman
kerja 5 tahun atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 3
tahun, dan mempunyai sertifikat PK- II.
4) Perawatan Klinik III (PK-III)
Perawatan klinik III (competent) adalah perawat lulusan D III keperawatan dengan pengalaman kerja 9
tahun atau Ners (lulusan S1-keperawatan plus pendidikan profesi) dengan pengalaman klinik 6 tahun atau
Ners spesialis dengan pengalaman kerja 0 tahun dan sertifikat PK-III.bagi lulusan D-III keperawatan
yang tidak melanjutkan ke jenjang S-1 keperawatan tidak dapat melanjutkan ke jenjang PK-IV, dst.
5) Perawat Klinik IV (PK IV)
Perawatan klinik IV (Proficient) adalah lulusan Ners (lulusan S-1 keperawatan plus pendidikan
profesi) dengan pengalaman kerja 9 tahun atau Ners spesialis dengan pengalaman kerja 2 tahun, dan
memiliki sertifikat PK –IV, atau Ners spesialis konsultan dengan pengalaman kerja 0 tahun.
6) Perawat Klinik V (PK V)
Perawat klinik V (Expert) adalah Ners Spesialis dengan pengalaman kerja 4 tahun atau Ners Spesialis
Konsultan dengan pengalaman kerja 1 tahun, dan memiliki sertifikat PK-I
e. Mekanisme Jenjang Karir
Individu
perawat
Penerapan
promosi
Remedial
Institusi Mengesahka Sertifikat (upaya
pendidikan n pola karir
perbaikan)
n
Promosi
sesuai jenjang
karir Tidak
lulus
Tk.PK
tetap
MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP)
A. PENGERTIAN
Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik keperawatan yang
nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori keperawatan.Era globalisasi dan
perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi
pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik
keperawatan profesional (MPKP).
Konsep dasar :
1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2. Ada otonomi
3. Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
Ketenagaan :
1. Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
2. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4. Perawat profesional sebagai primer dan perawat non profesional sebagai asisten.
Kepala bangsal :
1. Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
2. Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3. Menyusun jadwal dinas
4. Memberi penugasan pada perawat asisten.
Tahap persiapan :
1. Pembentukan team
Terdiri dari coordinator departemen, kepala ruang rawat, perawat ruangan, ketua MPKP
2. Rancangan penilaian mutu
Kelompok kerja yang membuat rencana asuhan keperawatan yang meliputi kepuasan klien.
3. Presentasi MPKP
Untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua yang terlibat pada saat presentasi.
4. Penetapan tempat implementasi
Dalam menentukan tempat implementasi perlu memperhatikan : mayoritas tenaga perawat apakah
ada staf baru.
5. Identifikasi jumlah klien
Kelompok klien terdiri dari 3 kriteria, yaitu : minimal, parsial, dan total)
6. Penetapan tenaga keperawatan
7. Penetapan jenis tenaga
a. kepala ruang rawat
b. clinical care manager
c. perawat primer
d. perawat asociate
8. Pengembangan standar asuhan keperawatan
Bertujuan untuk mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga waktunya habis untuk
melakukan tindakan keperawatan
9. Penetapan format dokumentasi keperawatan
10. Identifikasi fasilitas
a. Badge atau kartu nama tim
b. Papan nama
c. Papan MPKP
Tahap pelaksanaan :
1. Pelatihan MPKP
2. Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan konferensi
3. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA
4. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar Renpra
5. Member bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak dengan klien
6. Member bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim
7. Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan PA
8. Memberi bimbingan tentang dokumentasi keperawatan
Tahap evaluasi :
1. Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien / keluarga untuk setiap klien pulang
2. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian
3. Penilaian infeksi nasokominal di ruang rawat
4. Penilaian rata-rata lama hari rawat
MODUL PEMBELAJARAN 10
SISTEM KLASIFIKASI PASIEN
KONSEP TIMBANG TERIMA ( HAND OVER ) DAN KOMPERHENSIF LAYANAN
KEPERAWATAN
A. Definisi Sistem Klasifikasi Pasien
Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut jumlah dan kompleksitas
persyaratan perawatan mereka. Dalam banyak sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai
dengan ketergantungan mereka pada pemberi perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk
memberikan perawatan.
Dalam menentukan kebutuhan tenaga di ruang rawat, perawat perlu memantau klasifikasi
klien. Sistem klasifikasi pasien adalah pengelompokan pasien berdasarkan kebutuhan perawatan
yang secara klinis dapat diobservasikan oleh perawat. Pada dasarnya sistem klasifikasi pasien ini
mengelompokkan pasien sesuai dengan ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan
kemampuan yang dibutuhkan untuk memberi asuhan keperawatan yang dibutuhkan.
Ketenagaan memerlukan koordinasi antara bagian personalia dan pelayanan keperawatan,
biasanya bagian personalia mengadakan tenaga keperawatan sesuai dengan permintaan yang
diajukan oleh bagian keperawatan. Langkah pertama pada rekrut tenaga adalah menstimulasi calon
untuk mengisi posisi yang dibutuhkan. Hal ini tidak sederhana karena tidak hanya segi teknis
kualifikasi tetapi juga kwalitas individu harus sesuai dengan pekerjaan, susunan dan tujuan
organisasi. Usaha rekrut tenaga jangan tergesa-gesa karena dapat mengakibatkan seleksi yang tidak
memuaskan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis hilangnya waktu luang,
kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam
masyarakat. Saksono (1991) mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja
malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam
kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek
psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang
berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
PASIEN
DIAGNOSAMEDIS DIAGNOSA
MASALAH KEPERAWATAN
RENCANA
TINDAKAN
PERKEMBANGAN
KEADAAN PASIEN
MASALAH:
N. Mekanisme Kegiatan Timbang Terima
3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat mengetahui
perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
Keperawatan Komprehensif berfokus pada pembahasan dan review kembali tentang konsep
asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi) pada setiap
bidang (keperawatan dasar, manajemen keperawatan, keperawatan medikal bedah, keperawatan
gawat darurat dan kritis, keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan jiwa dan
keperawatan keluarga, gerontik dan komunitas). Pematangan dan penguatan ketrampilan
keperawatan pada setiap bidang kekhususan keperawatan juga menjadi fokus mata ajar karena
tujuan utama dari mata ajar ini juga untuk lebih menyiapkan mahasiswa dalam tahapan pendidikan
lanjutan yaitu pendidikan profesi ners.
Bahan kajian keperawatan komprehensif meliputi:
1. Asuhan keperawatan: pengkajian, diagnosis keperawatan, prioritas masalah, perencanaan,
implementasi, evaluasi.
2. Asuhan keperawatan komunitas: pengkajian komunitas, musyawarah masyarakat desa,
pendampingan posyandu, penyuluhan dan focus group discussion
3. Asuhan keperawatan keluarga: pengkajian keluarga dengan format Friedman dan format
DepKes, diagnosis keperawatan keluarga, prioritas masalah, perencanaan, implementasi, evaluasi.
4. Asuhan keperawatan gerontik: pengkajian gerontik, diagnosis keperawatan, prioritas
masalah, perencanaan, implementasi terapi aktifitas kelompok dan sosiodrama, evaluasi.
5. Manajemen keperawata: pengkajian, prioritas masalah, perencanaan, implementasi Timbang
terima, Ronde, Penerimaan pasien baru, Discharge planning, Supervisi, Program inovasi, dan
evaluasi.
6. Asuhan keperawatan Jiwa: pengkajian, diagnosis keperawatan, prioritas masalah,
perencanaan, implementasi komunikasi terapeutik dan terapi modalitas pada pasien gangguan jiwa,
evaluasi.
7. Asuhan keperawatan Medikal Bedah: pengkajian, diagnosis keperawatan, prioritas masalah,
perencanaan, implementasi pasang infus, pengambilan darah, perawatan luka, pemasangan NGT,
pemasangan kateter, transfusi darah, fisioterapi dada, dan evaluasi.
8. Asuhan keperawatan Gawat Darurat: pengkajian, diagnosis keperawatan, prioritas masalah,
perencanaan, implementasi manajemen airway, manajemen breathing, manajemen sirkulasi,
manajemen disability, dan evaluasi.
9. Asuhan keperawatan Kritis: pengkajian, diagnosis keperawatan, prioritas masalah,
perencanaan, implementasi EKG, suction, AGD, CVP, dan evaluasi.
10. Asuhan keperawatan Maternitas: pengkajian, diagnosis keperawatan, prioritas masalah,
perencanaan, implementasi untuk antenatal, intranatal, postpartum dan ginekologi, dan evaluasi.
11. Asuhan keperawatan Anak: pengkajian, diagnosis keperawatan, prioritas masalah,
perencanaan, implementasi perawatan metode kanguru, memandikan bayi, pijat bayi, pemeriksaan
BBL, imunisasi, MTBS, bermain terapeutik, dan evaluasi.
12. Trend dan isu terkait: penerapan etika praktik profesi, patient safety dan pencegahan
kecelakaan kerja pada praktik keperawatan, metode komunikasi keperawatan termasuk terkait
ISBAR.
MODUL PEMBELAJARAN 11
KOMUNIKASI MANAJERIAL
Komunikasi Manajerial
Manajemen komunikasi adalah perencanaan sistematis, pelaksanaan, pemantauan, dan revisi semua
saluran komunikasi dalam suatu organisasi dan antar organisasi, itu juga mencakup organisasi dan
penyebaran arahan komunikasi baru yang terhubung dsengan organisasi, jaringan atau teknologi
komunikasi.
Motivasi
Pengertian Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktorfaktor yang menyebabkan, menyalurkan, dan
mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu. Motivasi adalah segala sesuatu
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang
mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan, terutama dalam
berperilaku
Dari berbagai macam definisi motivasi, ada tiga hal penting dalam pengertian motivasi, yaitu
hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan muncul karena seseorang merasakan
sesuatu yang kurang, baik fisiologis maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk
memenuhi kebutuhan, sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi. Memotivasi adalah
proses manajemen untuk memengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai
apa yang membuat orang tergerak (Stoner dan Freeman, 1995: 134).
Menurut bentuknya, motivasi terdiri atas:
1. motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri individu
2. motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu
3. motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit secara serentak dan
menghentak dengan cepat sekali.
Unsur Motivasi
Motivasi mempunyai tiga unsur utama yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi
bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang mereka miliki dengan apa yang
mereka harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan
harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti
daripada motivasi. Pada dasarnya motivasi mempunyai sifat siklus (melingkar), yaitu motivasi
timbul, memicu perilaku tertuju kepada tujuan (goal), dan akhirnya setelah tujuan tercapai, motivasi
itu berhenti. Tapi itu akan kembali pada keadaan semula apabila ada suatu kebutuhan lagi. Siklus
ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Siklus tersebut merupakan siklus dasar. Untuk memahami motif pada manusia dengan lebih tuntas,
ada faktor lain yang berperan dalam siklus motif tersebut, yaitu faktor kognitif. Seperti kita ketahui
bahwa kognitif merupakan proses mental seperti berpikir, ingatan, persepsi. Dengan berperannya
faktor kognitif dalam siklus motif, maka driving state dapat dipicu oleh pikiran ataupun ingatan.
Pada dasarnya motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu (Sadirman, 2003) sebagai berikut.
1. Motivasi Internal
Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Keperluan dan keinginan yang ada dalam diri
seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya. Kekuatan ini akan memengaruhi pikirannya
yang selanjutnya akan mengarahkan perilaku orang tersebut. Motivasi internal dikelompokkan
menjadi dua.
a. Fisiologis, yang merupakan motivasi alamiah seperti rasa lapar, haus, dan lain-lain.
b. Psikologis, yang dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori dasar.
1) Kasih sayang, motivasi untuk menciptakan kehangatan, keharmonisan, kepuasan batin/emosi dalam
berhubungan dengan orang lain.
2) Mempertahankan diri, untuk melindungi kepribadian, menghindari luka fisik dan psikologis,
menghindari dari rasa malu dan ditertawakan orang, serta kehilangan muka, mempertahankan
gengsi dan mendapatkan kebanggaan diri.
3) Memperkuat diri, mengembangkan kepribadian, berprestasi, mendapatkan pengakuan dari orang
lain, memuaskan diri dengan penguasaannya terhadap orang lain.
2. Motivasi Eksternal.
Motivasi eksternal tidak dapat dilepaskan dari motivasi internal.Motivasi eksternal adalah motivasi
yang timbul dari luar/lingkungan. Misalnya: motivasi eksternal dalam belajar antara lain beupa
penghargaan, pujian, hukuman, atau celaan yang diberikan oleh guru, teman atau keluarga.
Berbagai Teori Motivasi (Stoner dan Freeman, 1995) Landy dan Becker mengelompokkan
banyak pendekatan modern pada teori dan praktik menjadi lima kategori: teori kebutuhan, teori
penguatan, teori keadilan, teori harapan, dan teori penetapan sasaran.
1. Teori Kebutuhan.
Teori kebutuhan berfokus pada kebutuhan orang untuk hidup berkecukupan. Dalam praktiknya,
teori kebutuhan berhubungan dengan apa yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya
teori kebutuhan, motivasi dimiliki seseorang pada saat belum mencapai tingkat kepuasan tertentu
dalam lkehidupannya. Kebutuhan yang telah terpuaskan tidak akan lagi menjadi motivator.
2. Teori Keadilan
Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi pekerjaan adalah
evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan yang diterima. Individu akan termotivasi jika hal
yang mereka dapatkan seimbang dengan usaha yang mereka kerjakan.
3. Teori Harapan.
Teori iasil ni menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai alternatif tingkah laku
berdasarkan harapannya (apakah ada keuntungan yang diperoleh dari tiap tingkah laku). Teori
harapan terdiri atas dasar sebagai berikut.
a. Harapan hasil prestasi
b. Valensi
c. Harapan prestasi usaha
4. Teori Penguatan. Teori penguatan, dikaitkan oleh ahli psikologi B. F. Skinner dengan
temantemannya, menunjukkan bagaimana konsekuensi tingkah laku di masa lampau akan
memengaruhi tindakan di masa depan dalam proses belajar siklis. Proses ini dapat dinyatakan
sebagai berikut.
Rangsangan → Respons → Konsekuensi → Respons Masa Depan.
5. Teori Prestasi ( McClelland). Pada tahun 1961 bukunya‚ The Achieving Society, David Mc
Clelland menguraikan tentang teorinya. Dia mengusulkan bahwa kebutuhan individu diperoleh dari
waktu ke waktu dan dibentuk oleh pengalaman hidup seseorang. Dia menggambarkan tiga jenis
kebutuhan motivasi (Marquis dan Huston, 1998). Dalam sebuah studi Motivasi McClelland
mengemukakan adanya tiga macam kebutuhan manusia yaitu sebagai berikut.
a. Need for Achievement (Kebutuhan untuk berprestasi). Kebutuhan untuk berprestasi yang
merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. Untuk
mengungkap kebutuhan akan prestasi. Ini dapat diungkap dengan teknik proyeksi. Penelitian
menunjukkan bahwa orang yang mempunyai Need for Achievement tinggi akan mempunyai
performance yang lebih baik daripada orang yang mempunyai Need for Achievement rendah
b. Need for Affiliation (Kebutuhan untuk berafiliasi). Afiliasi menunjukkan bahwa seseorang
mempunyai kebutuhan berhubungan dengan orang lain. Kebutuhan untuk berafiliasi merupakan
dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan
sesuatu yang merugikan orang lain.
c. Need for Power (Kebutuhan untuk berkuasa). Kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi
dari dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain. Dalam
interaksi sosial seseorang akan mempunyai kebutuhan untuk berkuasa (power). Orang yang
mempunyai power need tinggi akan mengadakan kontrol, mengendalikan atau memerintah orang
lain, dan ini merupakan salah satu indikasi atau salah satu menefestasi dari power need tersebut.
Konsep Pendelegasian
Pendelegasian yang baik bergantung pada keseimbangan antara tiga komponen utama, yaitu
tanggung jawab, kemampuan, dan wewenang. Tanggung jawab (responsibility) adalah suatu rasa
tanggung jawab terhadap penerimaan suatu tugas. Kemampuan (accountability) adalah kemampuan
seseorang dalam melaksanakan tugas yang didelegasikan. Wewenang (authority) adalah pemberian
hak dan kekuasaan kepada delegasi untuk mengambil suatu keputusan terhadap tugas yang
dilimpahkan
4. Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada semua anggota. Dukungan yang penting adalah
menciptakan suasana yang asertif. Setelah PA melaksanakan tugas yang dilimpahkan, maka PP
harus menunjukkan rasa percaya kepada PA untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara
mandiri. Jika masalah timbul, maka PP harus selalu menanyakan “Apa yang bisa kita lakukan?”
Empowering meliputi pemberian wewenang seseorang untuk melaksanakan tugas secara kritis
otonomi, menciptakan kemudahan dalam melaksanakan tugas, serta membangun rasa kebersamaan
dan hubungan yang serasi.
5. Seorang delegasi harus terlibat aktif. Ia harus dapat menganalisis otonomi yang dilimpahkan untuk
dapat terlibat aktif. Keterbukaan akan mempermudah komunikasi antara PP dan PA.
Cara Pendelegasian
1. Seleksi dan susun tugas
Sediakan waktu yang cukup untuk menyusun daftar tugas-tugas yang harus dilimpahkan secara
rasional dan dapat dilaksanakan oleh staf. Tahap berikutnya yang harus dikerjakan secara otomatis
adalah menyiapkan laporan yang kontinu, menjawab setiap pertanyaan, menyiapkan jadwal
berurutan, memesan alat-alat, presentasi pada komisi yang bertanggung jawab, dan melaksanakan
asuhan keperawatan dan tugas teknis lainnya. Menyusun suatu daftar secara berurutan dengan dua
kriteria, yakni waktu yang diperlukan dan pentingnya bagi institusi. Hal yang terpenting dalam
mendelegasikan tugas adalah menentukan suatu tugas pendelegasian dan wewenang secara
bertahap. Hal ini akan menghindari terjadinya suatu penyalahgunaan wewenang.
2. Seleksi orang yang tepat
Pilih orang yang sesuai untuk melaksanakan tugas tersebut berdasarkan kemampuan dan
persyaratan lainnya. Tepat tidaknya Anda memilih staf bergantung dari kemampuan manajer
mengenal kinerja staf, kelebihan, kelemahan, dan perilakunya. Hati-hati terhadap pendelegasian
yang berlebihan atau yang terlalu sedikit. Jika Anda memberikan pendelegasian terlalu berlebih,
maka staf tidak akan siap untuk menerima keadaan tersebut dan akan berdampak terhadap
kegagalan staf dalam melaksanakan tanggung jawab untuk tugas yang pertama kali diterimanya.
Sebaliknya, pendelegasian yang terlalu sedikit akan menjadi hal yang sangat buruk efeknya
terhadap staf maupun institusi. Pendelegasian jenis ini akan menghabiskan waktu dan sering
berakibat terhadap beban bagi staf.
3. Berikan arahan dan motivasi kepada staf
Salah satu kesalahan dalam pendelegasian adalah ketiadaan arahan yang jelas. Lebih baik
pendelegasian dilakukan secara tertulis, dan ajarkan pula bagaimana melaksanakan tugas tersebut.
Jika Anda sudah siap untuk memberikan pendelegasian, maka Anda harus mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut?
a. Apakah saya sudah menjelaskan alasan pendelegasian dan mengapa tugas ini penting dilakukan?
b. Apakah semua tugas sudah jelas dalam ingatan kita? Haruskah saya menuliskan secara rinci?
c. Jika jawabannya ya, dapatkah saya memberikan instruksi dan prosedur secara rinci terhadap
tingkatan pemahaman staf?
d. Apakah tugas yang dilimpahkan dapat memberikan staf kesempatan untuk berkembang dan
memotivasi staf secara tepat?
e. Apakah staf Anda sudah mendapatkan latihan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan
dalam melaksanakan tugas tersebut? Hal penting dalam pendelegasian adalah kesepakatan antara
manajer keperawatan dan staf mengenai hasil yang diharapkan.
4. Lakukan supervisi yang tepat
Anda harus bisa menentukan apa yang perlu disupervisi, kapan dilakukan, dan bantuan apa yang
dapat diberikan. Supervisi merupakan hal yang penting dan pelaksanaannya bergantung pada
bagaimana staf melihatnya.
a. Overcontrol. Kontrol yang berlebihan akan merusak pendelegasian yang diberikan. Staf tidak akan
dapat memikul tanggung jawabnya dengan baik dan Anda hanya akan terfokus terhadap hal-hal
yang tidak didelegasikan.
b. Undercontrol. Kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk terhadap pendelegasian, di mana
staf menjadi tidak produktif dalam melaksanakan tugas dan berdampak secara signifikan terhadap
hasil yang diharapkan. Hal ini juga menyebabkan pemborosan waktu dan anggaran yang
sebenarnya dapat dihindari. Berikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf untuk berpikir dan
melaksanakan tugas tersebut. Namun, berikan pula penekanan terhadap deadline, agar staf Anda
akan mematuhi pola tersebut.
Sumber Konflik
Beberapa sumber konflik dalam organisasi dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut.
1. Keterbatasan sumber daya.
2. Perbedaan tujuan.
3. Ketidakjelasan peran.
4. Hubungan dalam pekerjaan.
5. Perbedaan antar individu
6. Masalah organisasi.
7. Masalah dalam komunikasi
Kategori Konflik
Di dalam organisasi, konflik dipandang secara vertikal dan horizontal (Marquis dan Huston, 1998).
Konflik vertikal terjadi antara atasan dan bawahan. Konflik horizontal terjadi antara staf dengan
posisi dan kedudukan yang sama, misalnya konflik yang meliputi wewenang, keahlian, dan praktik.
Konflik dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni, konflik intrapersonal, interpersonal, dan
antarkelompok.
Konflik Intrapersonal
Konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini merupakan masalah internal untuk
mengklarifikasi nilai dan keinginan dari konflik yang terjadi. Hal ini sering dimanifestasikan
sebagai akibat dari kompetisi peran. Misalnya, manajer mungkin merasa mempunyai konflik
intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan, loyalitas terhadap pekerjaan, dan
loyalitas kepada pasien.
Konflik Interpersona
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih di mana nilai, tujuan, dan keyakinan
berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang secara konstan berinteraksi dengan orang lain,
sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan. Manajer sering mengalami konflik dengan teman
sesama manajer, atasan, dan bawahannya.
Konflik Antarkelompok (Intergroup)
Konflik terjadi antara dua atau lebih, kelompok, departemen, atau organisasi. Sumber konflik jenis
ini adalah hambatan dalam mencapai kekuasaan dan otoritas (kualitas jasa layanan), serta
keterbatasan prasarana.
Proses Konflik
Proses konflik dibagi menjadi beberapa tahapan
1. Konflik laten.
Tahapan konflik yang terjadi terus-menerus (laten) dalam suatu organisasi. Misalnya, kondisi
tentang keterbatasan staf dan perubahan yang cepat. Kondisi tersebut memicu pada ketidakstabilan
organisasi dan kualitas produksi, meskipun konflik yang ada kadang tidak nampak secara nyata
atau tidak pernah terjadi.
2. Konflik yang dirasakan (felt conflict).
Konflik yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman, ketakutan, tidak
percaya, dan marah. Konflik ini disebut juga sebagai konflik affectiveness. Hal ini penting bagi
seseorang untuk menerima konflik dan tidak merasakan konflik tersebut sebagai suatu
masalah/ancaman terhadap keberadaannya.
3. Konflik yang tampak/sengaja dimunculkan.
Konflik yang sengaja dimunculkan untuk dicari solusinya. Tindakan yang dilaksanakan mungkin
menghindar, kompetisi, debat, atau mencari penyelesaian konflik. Setiap orang secara tidak sadar
belajar menggunakan kompetisi, kekuatan, dan agresivitas dalam menyelesaikan konflik.
Sementara itu , penyelesaian konflik dalam suatu organisasi memerlukan upaya dan strategi
sehingga dapat mencapai tujuan organisasi.
4. Resolusi konflik
Resolusi konflik adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan semua orang yang
terlibat di dalamnya dengan prinsip win-win solution.
5. Konflik aftermath.
Konflik aftermath merupakan konflik yang terjadi akibat dari tidak terselesaikannya konflik yang
pertama. Konflik ini akan menjadi masalah besar dan bisa menjadi penyebab dari konflik yang
utama bila tidak segera di atasi atau dikurangi.
Negosiasi
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi juga diartikan
sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (Marquis dan Huston, 1998). Negosiasi sering dirancang
sebagai suatu strategi menyelesaikan konflik dengan pendekatan kompromi. Selama negosiasi
berlangsung, berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan untuk mengakomodasi
perbedaan-perbedaan antara keduanya. Smeltzer (1991) mengidentifikasi dua tipe dasar negosiasi,
yakni kooperatif (setiap orang menang), dan kompetitif (hanya satu orang yang menang). Satu hal
yang penting dalam negosiasi adalah apakah ada salah satu atau kedua pihak menghendaki adanya
perubahan hubungan yang berlangsung dengan meningkatkan hubungan yang lebih baik. Jika
kedua pihak menghendaki adanya perbaikan hubungan, maka akan muncul tipe kooperatif. Namun,
jika hanya salah satu pihak yang menghendaki perbaikan hubungan, maka yang muncul adalah tipe
kompetitif. Meskipun dalam negosiasi ada pihak yang menang dan kalah, sebagai negosiator
penting untuk memaksimalkan kedua pihak untuk mencapai tujuan bersama, meminimalkan
kekalahan dengan membuat pihak yang kalah tetap dapat tujuan bersama, dan membuat kedua
belah pihak merasa puas terhadap hasil negosiasi.
Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju untuk memulai proses negosiasi,
yaitu: masalah harus dapat dinegosiasikan, negosiator harus tertarik terhadap “take and give”
selama proses negosiasi, dan mereka harus saling percaya (Smeltzer, 1991).
Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melaksanakan negosiasi adalah sebagai berikut.
1. Mengumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin. Oleh karena pengetahuan adalah
kekuatan, semakin banyak informasi yang didapat, maka semakin besar kemungkinan untuk
menawarkan negosiasi.
2. Di mana manajer harus memulai. Oleh karena tugas manajer adalah melakukan kompromi, maka
mereka harus memilih tujuan yang utama. Tujuan tersebut sebagai masukan dari tingkat bawah.
3. Memilih alternatif yang terbaik terhadap sarana dan prasarana. Efisiensi dan efektivitas penggunaan
waktu, anggaran, dan pegawai yang terlibat perlu juga diperhatikan oleh manajer
4. Mempunyai agenda yang disembunyikan. Agenda tersebut adalah agenda negosiasi alternatif yang
akan ditawarkan jika negosiasi tidak dapat disepakati.
Ada beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam menciptakan kondisi yang persuasif,
asertif, dan komunikasi terbuka selama negosiasi berjalan.
1. Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
2. Dengarkan dengan saksama, dan perhatikan respons nonverbal yang Nampak
3. Berpikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif informasi yang disampaikan
4. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara Anda. Konsentrasi dan
perhatikan, tidak hanya memberikan persetujuan
5. Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-masalah pribadi pada saat
negosiasi
6. Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
7. Jujur
8. Usahakan bersikap bahwa Anda memerlukan penyelesaian yang terbaik
9. Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir, dan mintalah waktu untuk
menjawabnya
10. Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi berlangsung, istirahatlah
sebentar
11. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu Anda pahami
12. Bersabarlah (Smeltzer, 1991)
Hindari
1. Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar, dan menyepelekan.
2. Trik yang tidak baik, seperti manipulasi.
3. Distorsi.
4. Tergesa-gesa dalam proses negosiasi.
5. Tidak berurutan.
6. Membuat hanya satu pilihan.
7. Memaksakan kehendak.
8. Berusaha menekankan pada satu pendapatan.
MODUL PEMBELAJARAN 12
KONSEP PENJAMINAN MUTU
PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama dari pelayanan rumah sakit. Hal ini
terjadi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam kepada pasien yang
membutuhkannya, berbeda dengan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan lainnya yang hanya
membutuhkan waktu yang relatif singkat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya.
Dengan demikian pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya secara terus-menerus dan
berkesinambungan sehingga pelayanan rumahsakit akan meningkat juga seiring dengan
peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. (Ritizza, 2013)
Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan fungsi dari
manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus
yang harus dilaksanakan oleh manajer/ pengelola keperawatan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya
maupun sumber dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien
baik kepada klien, keluarga dan masyarakat. (Donny, 2014)
BAB II
PEMBAHASAN
1. Mutu
Pengertian mutu berbeda diantara tiap orang, ada yang berarti bagus, luxurious, ataupun
paling bagus. Tetapi ada beberapa pengertian mutu menurut para ahli, sebagai berikut:
Mutu merupakan gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang
berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan.(American society
for quality control). Mutu adalah “fitness for use” atau kemampuan kecocokan penggunaan.(J.M.
Juran, 1989).
Azwar (1996) menjelaskan bahwa mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan
sesuatu yang sedang diamati dan juga merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan,
sedangkan Tappen (1995) menjelaskan bahwa mutu adalah penyesuaian terhadap keinginan
pelanggan dan sesuai dengan standar yang berlaku serta tercapainya tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka mutu dapat dikatakan sebagai kondisi dimana hasil dari
produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan, standar yang berlaku dan tercapainya tujuan. Mutu
tidak hanya terbatas pada produk yang menghasilkan barang tetapi juga untuk produk yang
menghasilkan jasa atau pelayanan termasuk pelayanan keperawatan.
2. Pelayanan Keperawatan
a. Pelayanan
Produk yang dihasilkan oleh suatu organisasi dapat menghasilkan barang atau jasa. Jasa
diartikan juga sebagai pelayanan karena jasa itu menghasilkan pelayanan (Supranto, 2006). Definisi
mengenai pelayanan telah banyak dijelaskan, dan Kottler (2000, dalam Supranto, 2006)
menjelaskan mengenai definisi pelayanan adalah suatu perbuatan di mana seseorang atau suatu
kelompok menawarkan pada kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan
produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk, sedangkan Tjiptono (2004)
menjelaskan bahwa pelayanan merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk
dijual, sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan itu merupakan suatu aktivitas yang ditawarkan
dan menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud namun dapat dinikmati atau dirasakan.
Kotler (1997, dalam Supranto, 2006) juga menjelaskan mengenai karakteristik dari pelayanan
dengan membuat batasan-batasan untuk jenis-jenis pelayanan pelayanan sebagai berikut :
· pelayanan itu diberikan dengan berdasarkan basis peralatan (equipment based) atau basis orang
(people based) dimana pelayanan berbasis orang berbeda dari segi penyediaannya, yaitu pekerja
tidak terlatih, terlatih atau profesional; Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan
beberapa jenis pelayanan memerlukan kehadiran dari klien (client’s precense); pelayanan juga
dibedakan dalam memenuhi kebutuhan perorangan (personal need) atau kebutuhan bisnis (business
need); dan pelayanan yang dibedakan atas tujuannya, yaitu laba atau nirlaba (profit or non profit)
dan kepemilikannya swasta atau publik (private or public). Berdasarkan dari pendapat-pendapat
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan salah satu bentuk hasil dari produk
yang memberikan pelayanan yang mempunyai sifat tidak berwujud sehingga pelayanan hanya
dapat dirasakan setelah orang tersebut menerima pelayanan tersebut. Selain itu, pelayanan
memerlukan kehadiran atau partisipasi pelanggan dan pemberi pelayanan baik yang professional
maupun tidak profesional secara bersamaan sehingga dampak dari transaksi jual beli pelayanan
dapat langsung dirasakan dan jika pelanggan itu tidak ada maka pemberi pelayanan tidak dapat
memberikan pelayanan.
1. Standar 1
Falsafah dan tujuan Pelayanan keperawatan diorganisasi dan dikelola agar dapat memberikan
asuhan keperawatan yang optimal bagi pasien sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kriteria:
· Dokumen tertulis yang memuat tujuan pelayanan keperawatan harus mencerminkan peran rumah
sakit, dan harus menjadi acuan pelayanan keperawatan serta diketahui oleh semua unit lain.
Dokumen ini harus selalu tersedia untuk semua petugas pelayanan keperawatan
· Setiap unit keperawatan dapat mengembangkan sendiri tujuan khusus pelayanan keperawatan.
·Komando, tanggung jawab, kewenangan serta hubungan kerja dalam pelayanan keperawatan dan
hubungan dengan unit lain.
·Uraian tugas tertentu yang tertulis harus diberikan kepada setiap petugas hal hal sebagai berikut
· Kualifikasi yang dibutuhkan untuk jabatan petugas yang bersangkutan garis kewenangan
2. Standar 2
Administrasi dan pengelolaan Pendekatan sistematika yang digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan pasien. Kriteria:
· Asuhan keperawatan mencerminkan standar praktek keperawatan yang berlaku dan ditujukan
pada pasien atau keluarganya, yang mencakup asuhan keperawatan dasar, penugasan pasien atau
keperawatan terpadu.
· Staff keperawatan senantiasa harus menghormati hak keleluasaan pribadi, martabat dan
kerahasiaan pasien.
· Penelitian keperawatan
·Bila penelitian keperawatan dilakukan, hak asasi pasien harus dilindungi sesuai dengan pedoman
yang berlaku dengan menjunung tinggi etika profesi
3.Standar 3
Staff dan pimpinan Pelayanan keperawatan dikelola untuk mencapai tujuan pelayanan. Kriteria:
·Pelayanan keperawatan dipimpin oleh seorang perawat yang mempunyai kualifikasi manager.
· Apabila kepala perawatan berghalangan harus ada seorang perawat pengganti yang cakap dapat
diserahi tanggungjawab dan kewenangan.
·Setiap perawat harus mempunyai izin praktek perawat yang masi berlaku dan berkualifikasi
professional sesuai jabatan yang didudukinya.
· Jumlah dan jenis tenaga keperawatan disesuaikan dengan kebutuhan pasien fasilitas dan peralatan
4. Standar 4
Fasilitas dan peralatan harus memadai untuk mencapai tujuan peayanan keperawatan. Kriteria:
b. Bila digunakan peralatan khusus, peralatan tersebut dijalankan oleh staf yang telah mendapatkan
pelatihan.
5. Standar 5
Kebijakan dan prosedur Adanya kebijakan dan prosedur secara tertulis yang sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan prinsip praktek keperawatan yang konsisten dengan tujuan
pelayanan keperawatan. Kriteria:
a. Kepala keperawatan bertanggung jawab terhadap perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
prosedur keperawatan.
b. Staf keperawatan yang aktif terlibat dalam asuhan langsung kepada pasien harus diikut
sertakan dalam perumusan kebijakan dan prosedur keperawatan.
c. Ada bukti bahwa staf keperawatan bertindak berdasarkan ketentuan hukum yang mengatur
standar pratek keperawatan dan berpedoman pada etika profesi yang berlaku.
d. Ada kebijakan mengenai ruang lingkup dan batasan tanggung jawab serta kegiatan staf
keperawatan Pengertian: Sebagai contoh kebijakan ialah penyuntikan/ pengobatan pada terapi
intravena, pemberian darah dan produk darah, menerima pesan melalui telepon, pemberian
informasi kepada mass media dan polisi, pencatatan dan pelaporan, pelaksanaan prosedur kerja.
6.Standar 6
Pengembangan staf dan program pendididkan Harus ada program pengembangan dan
pendidikan berkesinambungan agar setiap keperawatan dapat meningkatkan kemampuan
profesionalnya. Kriteria:
· Tujuan program orientasi dan pelatihan harus mengacu pada efektifitas program pelayanan.
· Tersedianya program orientasi bagi smua staf keperawatan yang baru dan bagi perawat yangbaru
ditempatkan pada bidang khusus, meliputi
· Penjelasan mengenai kebijakan dan prosedur kerja dirumah sakit dan pelayanan keperawatan
·Penjelasan mengenai metode penugasan asuhan keperawatan dan standar praktek keperawatan.
·Prosedur penilaian terhadap staf keperawatan Penjelasan mengenai tugas dan fungsi khusus , garis
kewenangan, dan ruang lingkup tanggung jawab
7.Standar 7
Kategori Ukuran
5 Angka restrain
15 Turn over
c.Audit internal
Audit internal merupakan suatu penilaian atas keyakinan, independen, obyektif dan aktivitas
konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Ini
membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan
disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian,
dan tata kelola. Audit internal adalah katalis untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan
efisiensi dengan memberikan wawasan dan rekomendasi berdasarkan analisis dan penilaian data
dan proses bisnis. Dengan komitmen untuk integritas dan akuntabilitas, audit internal yang
memberikan nilai kepada mengatur badan dan manajemen senior sebagai sumber tujuan saran
independen. Profesional yang disebut auditor internal yang digunakan oleh organisasi untuk
melakukan kegiatan audit internal.
Audit keperawatan internal dilakukan oleh organisasi profesi di dalam institusi tempat
praktik keperawatan, audit keperawatan eksternal dilakukan oleh organisasi profesi di luar
institusi.Kebijakan audit medis di Rumah Sakit didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor : 496/Menkes/SK/IV/2005 tanggal 5 April 2005 tentang Pedoman Audit
Medis di RS, sedangkan untuk audit keperawatan belum ada kebijakan yang mengatur.
Pelaksana Audit Keperawatan di Rumah Sakit :
· Tim pelaksana dapat merupakan tim atau panitia yg dibentuk di bawah Komite Keperawatan
atau panitia khusus untuk itu à pelaksana audit keperawatan di RS dapat dilakukan oleh Komite
Keperawatan, Sub Komite (Panitia) Peningkatan Mutu Keperawatan atau Sub Komite (Panitia)
Audit Keperawatan
· Apabila diperlukan dapat mengundang konsultan tamu atau organisasi profesi terkait untuk
melakukan analisa hasil audit keperawatan & memberikan rekomendasi khusus
1. Identifikasi masalah
- Adanya standar nasional dan pedoman yang menjadi rujukan praktik klinis yang lebih efektif
Area yang menjadi masalah dapat dijumpai di lahan praktik
- Berpotensi jelas untuk meningkatkan pemberian pelayanan Kaitan dengan volume, risiko dan
biaya tinggi jika upaya perbaikan diterapkan
- Kriteria adalah pernyataan eksplisit yang didefinisikan sebagai elemen representatif dari
pelayanan yang dapat diukur secara objektif.
- Standar adalah aspek pelayanan yang dapat diukur, yang selalu didasarkan pada hasil penelitian
yang terbaik (ekspektasi tiap kriteria)
- Standar & kriteria wajib (Must Do) à merupakan kriteria minimum yg absolut dibutuhkan utk
menjalankan kegiatan sesuai kebutuhan & harus dipenuhi oleh setiap dokter
- Standar kriteria tambahan (Should do) à merupakan kriteria-2 dari hasil riset yg dapat dibuktikan
dan penting
3. Pengumpulan data
Untuk menjamin pengumpulan data tepat dan teliti, dan hanya informasi penting yang
dikumpulkan, tentunya detail dari hal-hal yang akan di audit ditetapkan sejak awal. Diantaranya
adalah :
· Periode penerapan dari kriteria. Ukuran sampel dapat ditentukan menggunakan statistik, data
dapat dikumpulkan baik dengan sistem informasi komputer maupun secara manual. Yang
terpenting adalah data apakah yang akan diambil?, dimanakah data dapat ditemukan? Dan siapakan
yang akan mengambil data?
Tahap ini merupakan tahap analisis, dimana hasil dari pengumpulan data dibandingkan
dengan kriteria dan standar. Hasil akhir dari analisis adalah apakah standar sudah sesuai, jika dapat
diaplikasikan, identifikasi alasan ketidaksesuaian standar dengan kasus.
5.Melakukan upaya perbaikan (Melakukan analisa kasus yg tidak sesuai dgn standar & kriteria).
Setelah hasil audit dipublikasikan dan didiskusikan, kesepakatan sebaiknya dibuat sebagai
rekomendasi perbaikan. Rencana kegiatan dilaporkan untuk menentukan siapa yang akan
menyetujui, apa yang akan dilakukan dan kapan akan dimulai. Tiap-tiap poin sebaiknya
didefinisikan dengan jelas termasuk nama-nama individu yang akan bertanggung jawab dan target
waktu pencapaian.
6. Tindakan korektif
7. Rencana re-audit
Aspek struktur, proses dan hasil pelayanan dipilih dan dievaluasi secara sistematis
berdasarkan kriteria eksplisit. Jika diindikasikan, upaya-upaya perbaikan diterapkan pada tim
individu atau tingkat pelayanan dan monitoring selanjutnya digunakan untuk memberi konfirmasi
adanya perbaikan dalam pemberian pelayanan.Audit klinik adalah suatu kegiatan
berkesinambungan penilaian mutu pelayanan yang dilakukan para pemberi jasa pelayanan
kesehatan langsung (oleh dokter, perawat, dan atau profesi lain) suatu Rumah Sakit untuk
menghasilkan perbaikan-perbaikan jika hasil penilaian menunjukkan bahwa mutu pelayanan
mereka ternyata dibawah optimal. Pengertian klinik dalam konteks ini meliputi kelompok medik
dan keperawatan, dengan demikian audit klinik dapat merupakan audit medik, audit keperawatan,
atau gabungan antara audit medik dan keperawatan.Menurut Elison, audit keperawatan secara
khusus merujuk pada pengkajian kualitas keperawatan klinis yang merupakan upaya evaluasi
secara profesional terhadap mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, dengan
menggunakan rekam keperawatan dan dilaksanakan oleh profesi keperawatan.
Manajemen personalia adalah ilmu seni untuk melaksanakan antara lain perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan, sehingga efektivitas dan efisiensi personalia dapat ditingkatkan
semaksimal mungkin dalam mencapai tujuan (Nitisemito, 1996:143).
Tujuan manajemen personalia berhubungan dengan tujuan perusahaan secara umum. Hal ini
dikarenakan manajemen perusahaan berusaha untuk menimbulkan efisiensi dalam bidang tenaga
kerja sebagai efisiensi keuntungan dan kontinuitas.
Karena itu manajemen personalia ini menyangkut usaha untuk menciptakan kondisi dimana
setiap karyawan didorong untuk memberikan sumbangan sebaik mungkin bagi majikannya, karena
tidak dapat mengharapkan efisiensi yang maksimal tanpa kerjasama yang penuh dari para
karyawan.
3. Pengarahan. Apabila manajer sudah mempunyai rencana dan sudah mempunyai organisasi
untuk melaksanakan rencana tersebut, fungsi selanjutnya adalah mengadakan pengarahan terhadap
pekerjaan. Fungsi itu berarti mengusahakan agar karyawan bekerja sama secara efektif.
3. Pemberian kompensasi adalah pemberian penghargaan yang adil dan layak terhadap para
karyawan sesuai dengan sumbangan mereka dalam mencapai tujuan perusahaan.
Kepuasan pelanggan adalah indikator utama dari standar suatu fasilitas kesehatan dan
merupakan suatu ukuran mutu pelayanan kepuasan pelanggan yang rendah akan berdampak
terhadap jumlah kunjungan yang akan mempengaruhi provitabilitas fasilitas kesehatan tersebut,
sedangkan sikap karyawan terhadap pelanggan juga akan berdampak terhadap kepuasan pelanggan
dimana kebutuhan pelanggan dari waktu ke waktu akan meningkat, begitu pula tuntutannya akan
mutu pelayanan yang diberikan (Atmojo, 2006)
Menurut Irawan (2003), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa dari seseorang yang
mendapat kesan dari membandingkan hasil pelayanan kinerja denganharapan-harapannya.
kepuasan atau ketidakpuasan merupakan respon pelanggan sebagai hasil dan evaluasi
ketidaksesuaian kinerja/tindakan yang dirasakan sebagai akibat dari tidak terpenuhinya harapan.
Hal ini juga dinyatakan oleh Sugito (2005) yang menyebutkan bahwa tingkat kepuasan
merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan, apabila kinerja di
bawah harapan maka pelanggan akan kecewa Pada dasarnya harapan klien adalah perkiraan atau
keyakinan klien tertang pelayanan yang diterimanya akan memenuhi harapannya. Sedangkan hasil
kinerja akan dipersepsikan oleh klien.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian di atas terdapat kesamaan
pandangan bahwa kepuasan pelanggan/klien merupakan ungkapan perasaan puas apabila menerima
kenyataan / pengalaman pelayanan memenuhi harapan klien.
Menurut Kotler & Amstrong (dalam Huriyati,2005 &Rangkuti, 2006) faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan berhubungan dengan tingkah laku konsumen yaitu
a.Faktor Kebudayaan
Faktor budaya memberi pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap perilaku
pelanggan/klien. Faktor budaya terdiri dari beberapa komponen yaitu budaya, sub-budaya dan kelas
sosial. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang mendasar dalam mempengaruhi
keinginan atau kepuasan orang. Sub-budaya terdiri atasnasionalitas, agama,kelompok, ras, dan
daerah geografi. Sedangkan kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen mempunyai
susunan hirarki dan anggotanya memiliki nilai, minat dan tingkah laku. Kelas sosial tidak hanya
ditentukan oleh satu faktor melainkan diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan,dan
variabel lainnya.
b.Faktor Sosial
Faktor sosial terbagi atas kelompok kecil, keluarga, peran dan status. Orang yang
berpengaruh kelompok/lingkungannya biasanya orang yang mempunyai karakteristik
,keterampilan, pengetahuan,kepribadian. Orang ini biasanya menjadi panutan karena pengaruhnya
amat kuat.
c.Faktor Pribadi
Faktor pribadi merupakan keputusan seseorang dalam menerima pelayanan dan menanggapi
pengalaman sesuai dengan tahap-
tahap kedewasaannya. Faktor pribadi klien dipengaruhi oleh usia dan tahap siklus hidup, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian/konsep diri. Usia
mempunyai dimensi kronologis dan intelektual, artinya berdimensi kronologis karena bersifat
progres berjalan terus dan tidak akan kembali sedangkan usia berdimensi intelektual berkembang
melalui pendidikan dan pelatihan. Usia merupakan tanda perkembangankematangan/kedewasaan
seseorang untuk memutuskan sendiri atas suatu tindakan yang diambilnya. Usia juga dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit misal penyakit kardio vaskuler dengan
peningkatan usia.Pendidikan merupakan proses pengajaran baik formal maupun informal yang
dialami seseorang.
Hasilnya akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam mendewasakan diri.
Selain itu. pendidikan juga berkaitan dengan harapan. Seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi
akan mengharapkan pelayanan yang lebih baik dan lebih tinggi. Pekerjaan merupakan aktifitas jasa
seseorang untuk mendapat imbalan berupa materi dan non materi. Pekerjaan dapat menjadi faktor
risiko kesehatan seseorang dan berdampak pada sistem imunitas tubuh. Pekerjaan ada hubungannya
dengan penghasilan seseorang untuk berperilaku dalam menentukan pelayanan yang diinginkan.
Status perkawinan sementara diduga ada kaitannya dengan gaya hidup dan kepribadian.
d. Faktor Psikologi
Faktor psikologi yang berperan dengan kepuasan yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan,
keyakinan dan pendirian. Motivasi mempunyai hubungan erat dengan kebutuhan. Ada kebutuhan
biologis seperti lapar dan haus, ada kebutuhan psikologis yaitu adanya pengakuan, dan
penghargaan. Kebutuhan akan menjadi motif untuk mengarahkan seseorang mencari kepuasan
(Sutojo, 2003).
Menurut Kotler (200 dalam Wijono 1999) menyebutkan bahwa kepuasan pasien
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : pendekatan dan perilaku petugas, perasaan klien
terutama saat pertama kali datang, mutu informasi yang diterima, outcomes pengobatan dan
perawatan yang diterima, prosedur perjanjian, waktu tunggu. Oleh karena itu kepuasan pasien
merupakan respon kebutuhan pasien terhadap keistimewaan suatu kualitas produk jasa atau
pelayanan.
f. keselamatan
yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patien safety) adalah proses dalam suatu
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya asesmen
risiko, identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi
serta meminimalisir timbulnya risiko. Standar keselamatan pasien tersebut menurut Pasal 43 ayat
(2) dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah
dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.Yang dimaksud dengan insiden
keselamatan pasien adalah kesalahan medis (medical error), kejadian yang tidak diharapkan
(adverse event), dan nyaris terjadi (near miss). Untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit,
Menteri Kesehatan menurut Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, membentuk Komite
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Komite Nasional tersebut merupakan organisasi
nonstruktural dan independen dibawah koordinasi direktorat jenderal yang membidangi rumah
sakit, serta bertanggung jawab kepada Menteri.
1. Hak pasien
Selanjutnya Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas mewajibkan setiap Rumah
Sakit untuk mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien yang meliputi tercapainya 6
(enam) hal sebagai berikut:
Dalam rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien, menurut Pasal 9 Peraturan Menteri
Kesehatan tersebut diatas, Rumah Sakit melaksanakan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit yang terdiri dari:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;
Melalui penerapan tujuh langkah tersebut diharapkan hak pasien yang dijamin dalam Pasal
32 Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, terpenuhi. Hak tersebut antara
lain untuk memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedural operasional serta layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi. Asosiasi rumahsakitan dan organisasi profesi kesehatan menurut Pasal 10
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, wajib berperan serta dalam
persiapan penyelenggaraan Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
g. Kenyamanan
Kenyamanan didefinisikan sebagai kondisi yang dialami oleh resipien berdasarkan
pengukuran kenyamanan.Ada tiga tipe kenyamanan (dorongan, ketentraman dan transcendence)
serta empat konteks pengalaman (fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan).
· Dorongan (relief): kondisi resipien yang membutuhkan penanganan yang spesifik dan segera.
· Psikospiritual : berkaitan dengan kesadaran diri, internal diri, termasuk penghargaan, konsep
diri, seksual dan makna hidup; berhubungan dengan perintah yang terbesar atau kepercayaan.
A.Induction
Induksi terjadi setelah terjadi proses generalisasi dari pengamatan terhadap objek yang
spesifik (Bishop & Hardin, 2006). Ketika perawat mendalami tentang praktek keperawatan dan
keperawatan sebagai disiplin, perawat menjadi familiar dengan konsep implisit atau eksplisit, term,
proposisi, dan asumsi yang mendukung praktik keperawatan.
B.Deduction
Deduksi merupakan proses penyimpulan prinsip atau premis yang bersifat general menjadi
kesimpulan yang lebih spesifik (Bishop & Hardin, 2006).
Tahapan deduktif dari perkembangan teori menghasilkan hubungan comfort dengan konsep
lain untuk menghasilkan sebuah teori. Pendapat dari ketiga theorist disertakan dalam teori
comfort,oleh karena itu Kolcaba mencari bentuk dasar yang dibutuhkan untuk menyatukan ketiga
konsep dasar: relief, ease, dan transcendence. Sesuatu hal yang diinginkan adalah suatu kerangka
konsep general yang mampu menjelaskan comfort menjadi istilah yang lebih mudah dipahami dan
mengurangi tingkat abstraksinya (Tomey & Alligood, 2010).
C.Retroduction
Retroduction digunakan untuk menyeleksi fenomena yang sesuai untuk dikembangkan lebih
luas untuk kemudian diuji kembali. Tipe ini diaplikasikan dalam area yang hanya memiliki
beberapa teori (Bishop & hardin, 2006).. Hasil yang diharapkan dari pemberian intervensi
keperawatan adalah diperolehnya kenyamanan pasien yang dapat dilihat dari persepsi yang
dikemukakan oleh pasien.
H. Laporan Kerja
a. Metode Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan program kerja sub komite mutu keperawatan dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode pelaksanaan, yaitu sebagai berikut
1. Pengumpulan data
3. Sur/ey)obser/asi
b. Tahapan Pelaksanaan
1. Sosialisasi Program
3. Pelaksanaan kegiatan
5. Pelapora
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam Manajemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatan ada beberapa Dimensi mutu yang
mencerminkan segala pelayanan keperawatan tersebut diantaranya yaitu Dimensi Tangible atau
bukti fisik, Dimensi Reliability atau keandalan, Dimensi Responsiveness atau ketanggapan,
Dimensi Assurance atau jaminan dan kepastian, dan Empati.
Penilaian Mutu Pelayanan Keperawatan berupa Audit Struktur (Input, Proses (Process), Hasil
(Outcome). Dalam Manajemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatan terdapat Strategi Mutu
Pelayanan Keperawatan, diantaranya Quality Assurance (Jaminan Mutu), Total quality manajemen
(TQM). Peran sebagai seorang pemimpin dalam pelayanan kesehatan adalah menjadi model
kepemimpinan yang berpusat pada prinsip (principle centered leadership).
B.Saran
Adapun saran yang diharapkan penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mulai
menerapkan manajemen mutu di kehidupan sehari-hari. Mulai meningkatkan manajemen mutu dan
dapat menjaga kualitas mutu dengan sebaik mungkin. Terutama manajemen mutu dalam pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada klien maupun pasien sehingga dapat menjadi perawat yang
professional.
MODUL PEMBELAJARAN 13
KONSEP DASAR TEORI DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN
A. Pendahuluan
Evidance Based Nursing didefinisikan sebagai sintesis dan penggunaan ilmiah( hasil penelitian)
dari suatu penelitian random mized control trial(Estabrook, 2004 dalam wood dan haber,2006).
Menurut sackeet, et al (2009) EBN adalah sebagai suatu sintesis dan penggunaan temuan ilmiah
dari berbagai jenis penelitian termasuk randomized control trial penelitian deskriptif informasi dari
laporan kasus dan pendapat pakar titik pendapat lain dari dharma (2011) mendefinisikan ebm
sebagai suatu integrasi (lebih dari 1 penelitian) dari bukti hasil penelitian terbaik yang telah melalui
tahapan setelah dan sintesis yang digunakan sebagai dasar dalam praktik keperawatan dan
memberikan manfaat bagi penerima pelayanan keperawatan.
Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan professional merupakan pelayanan yang bersifat
humanistic, dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat yang berorientasi pada kebutuhan obyektif
klien baik secara individu, keluarga, kelompok , komunitas dan masyarakat yang dilandasi etika
profesi keperawatan.
Keperawatan merupakan ilmu terapan yang menggunakan berbagai pengetahuan, konsep dan
prinsip dari berbagai kelompok ilmu. Para perawat menggunakan dasar ilmu pengetahuan sebagai
pedoman untuk rasionalisasi yang dikembangkan oleh perawat sendiri, sehingga para perawat dapat
mengetahui apa, mengapa dan bagaimana asuhan keperawatan harus dilaksanakan atau diberikan
kepada klien. Keberhasilan seorang perawat profesional dalam memberikan pelayanan keperawatan
sangat tergantung pada kemampuannya mensintesis berbagai ilmu tersebut dan
mengaplikasikannya kedalam suatu bentuk pelayanan profesional. Sejauh ini kita telah menekankan
pendapat bahwa pengetahuan merupakan aspek penting yang sangat vital dari keperawatan. Setiap
hal yang kita lakukan sebagai perawat dilakukan berdasarkan pengetahuan.
Pemahaman mengenai pengetahuan keperawatan memerlukan suatu wawasan tentang berbagai
komponen yang terdapat dalam pengetahuan keperawatan dan menguraikan tentang pengetahuan
keperawatan itu sendiri.
B. TUJUAN
Dharma (2011) berpendapat penggunaan hasil penelitian pada tatanan praktik keperawatan
bertujuan:
a. Memberikan landasan yang objektif dan rasional dalam praktik keperawatan fenomena yang
didapat dari pengalaman klinik masih harus dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya secara ilmiah
dan fakta ilmiah. Inilah yang kemudian dijadikan dasar dalam praktik keperawatan (evidence Based
Nursing practice). Perawat yang memiliki pengalaman kemudian melakukan tindakan keperawatan
atas dasar fakta ilmiah akan menghasilkan suatu asuhan keperawatan yang berkualitas.
b. memberikan bukti bahwa praktek keperawatan dilandasi oleh penerapan prinsip-prinsip
ilmiah (scientific method) yang relevan dan terkini (up to date). Dengan menerapkan evidence
Based Nursing practice atau praktik keperawatan dilandasi bukti ilmiah memberikan bukti bahwa
praktik keperawatan dilandasi oleh dasar ilmu pengetahuan yang kuat yang didapat melalui
penelitian.
c. melatih kemampuan perawat untuk berpikir kritis dan rasional terhadap suatu fenomena
atau masalah penerapan secara tidak langsung akan melatih kemampuan berpikir kritis dan rasional
seorang perawat dalam menghadapi suatu masalah atau fenomena. Ketika menghadapi suatu
masalah atau menemukan suatu fenomena perawat mengeksplorasi berbagai sumber ilmiah untuk
mengetahui gambaran permasalahan atau fenomena dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi
masalah tersebut.
d. Sebagai salah satu ciri dan praktik keperawatan profesional evidence Based Nursing
practice merupakan suatu cara untuk membuktikan bahwa perawat adalah profesional.
e. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan tujuan akhir dari penerapan ebn adalah
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. BBM merupakan suatu cara untuk mencapai
indikator indikator kualitas pelayanan keperawatan.
f. Sebagai dasar untuk menyusun pertanyaan penelitian berikutnya efektivitas penerapan hasil
penelitian dalam praktek keperawatan diketahui melalui evaluasi proses dan evaluasi hasil. Hasil
evaluasi dijadikan landasan untuk menyusun pertanyaan penelitian berikutnya untuk topik yang
relavan.
C. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman- pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan
dari sejumlah orang yang dipadukan secara harmonik dalam bangunan yang teratur. Ilmu
pengetahuan yang ada ini sebagian terdiri dari dari pengetahuan-pengetahuan yang telah diuji
kebenarannya melalui penelitian, akan tetapi sebagian lagi masih berbentuk pengetahuan yang
masih diragukan kebenarannya.
D. Konsep
Konsep dapat disebut juga ide-ide, yaitu kesan-kesan yang abstrak dari lingkungan yang diorganisir
melalui symbol-symbol yang nyata. Misalnya konsep mengenai obyek, sifat-sifat dan kejadian dan
lain-lain. Kumpulan dari konsep-konsep ini akan menyusun kerangka konseptual atau model
konseptual yang tersusun dari idea-idea abstrak dan umum dan preposisi yang menspesifikasi
hubungan diantara keduanya.
E. Model Konseptual
Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan
tentang serangkaian idea-idea global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi atau kejadian,
terahadap suatu ilmu dan pengembanganya. Model konseptual ini dapat dijabarkan sebagai
serangkaian konsep dan asumsi yang beritegrasi menjadi suatu gamabaran yang bermakna. Model
konseptual sering tersusun sebagai hasil pendalaman intuitif seorang ilmuwan yang terutama terjadi
dalam lingkup keilmuan disiplin terkait. Model konseptual amat penting sebagai landasan
perkembangan disiplin ilmu tertentu.
Model konseptual keperawatan memiliki area fenomena ilmu keperawatan yang melibatkan empat
konsep, yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
1. Manusia, sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konseptualisasi keperawatan memandang
manusia sebagai makluk
2. biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain termasuk
lingkungan fisiknya.
3. Lingkungan yang merupakan sumber awal masalah tetapi juga pendukung bagi individu.
4. Kesehatan yang merupakan kisaran sehat sakit yang hanya dapat terputus ketika seseorang
meninggal.
5. Keperawatan sebagai komponen penting dalam perannya sebagai faktor penentu pulihnya
atau meningkatnya
F. Teori
Teori adalah kumpulan konsep-konsep, definisi-definisi, dan usulan-usulan yang memproyeksikan
sebuah pandangan sistematis atau fenomena dengan merangcang hubungan-hubungan khusus
diantara konsep-konsep untuk keperluan penggambaran, penjelasan, perkiraan, dan atau
mengendalikan fenomena.
Teori terdiri dari dari set, postulate, definisi dan hipothesa.
1. Set adalah sekumpulan objek atau elemen yang diperlukan dalam pengembangan suatu teori
2. Postulat merupakan suatu pernyataan kebenaran umum yang memberikan janji (harapan)
penting tentang apa yang sedang diteliti. Postulat biasanya dinyatakan sebagai generalisasi yang
konsisten dengan bukti-bukti ilmiah dari suatu masalah penelitian. Sebagai contoh, Roger
mengembangkan teori tentang
manusia dimana teori ini terdiri dari empat postulat yang membahas tentang keutuhan seorang
individu, fluiditas, sense pola dan organisasi, dan kalimat (Nicoll,1993). Titik sentral dari suatu
teori terdiri dari beberapa postulat.
1. Definisi, merupakan cara berkomunikasi yang penting bagi semua ilmuwan. Definisi
konsep-konsep yang membentuk teori perlu dijabarkan secara jelas dn mencerminkan
operasionalisasi dari teori itu sendiri.
2. Ada 3 jenis definisi teori, yaitu :
a. Secara primitive, adalah definisi yang tidak dapat dioperasionalisasikan, dan hanya dapat
diinterpretasikan bila seseorang yang akan menerapkan teori ini pernah mengalami atau secara
intuitif memahami latar belakangnya
b. Definisi teoritis, ialah definisi yang tidak dapat dioperasionalisasikan secara independen,
tetapi hanya dapat dioperasionalisasikan apabila dikaitkan dengan konsep / terminologi lain.
c. Definisi Kunci, merupakan definisi yang dapat dioperasionalisasikan sehingga hipotesis
yang sedang diteliti dapat diujikan. Definisi kunci ini hamper sama dengan definisi operasional
suatu riset dimana melalui penggunaan instrument yang valid dan reliable hipothesa dapat diuji.
3. Hiphotesa, merupakan perkiraan atau prediksi yang berasal dari serangkaian postulat yang
menyebutkan hubungan antar dua atau lebih variable. Melalui hubungan ini maka variable dapat
diobservasi dan diuji. Pengujian ini penting untuk menjembatani teori dan pengetahuan
4. Dari keempat factor tersebut maka definisi teori adalah serangkaian pernyataan yang
berhubungan yang berasal dari data ilmiah, dimana dari hasil tersebut hiphotesis dapat disusun,
diuji dan diverivikasi.
Berbagai teori dapat dikelompokkan menurut bentuknya dalam 3 katagori yaitu kumpulan dalil-
dalil, aksiomatik dan proses sebab akibat.
• Kumpulan dalil-dalil merupakan sebuah pendekatan induktif yang mencari pola-pola dalam
hasil riset. Hasil-hasil riset dipilih dan disortir sesuai derajad dukungan empiris kedalam
kelompok-kelompok dalil. Konsekwensinya upaya riset harus secara luas dilakukan.
• Bentuk aksiomatik adalah suatu system logika yang saling terkait berupa konsep-konsep,
definisi-definisi dan pernytaan hubungan yang tersusun dalam ururtan hirarkis.
• Proses sebab akibat dengan meningkatkan pemahaman melalui pernyataan sebab akibat .
G. Proses
Proses adalah suatu tahap-tahap untuk melaksnakan tindakan-tindakan dari kerangka kerja
konseptual atau suatu teori untuk mencapai suatu tujuan. Dalam melaksanakan tahapan- tahapan
tersebut harus dipilih teknis yang sistematis dan dilaksanakan berdasarkan pengkajian yang telah
dilaksanakan. Proses keperawatan terdiri dari teori-teori dan konsep-konsep . Penerapan asuhan
keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, ditetapkan oleh masing-masing institusi
dengan mengembangkan konse-konsep dan teori-teori yag dipilih.
H. Teori Keperawatan
Barnum (1990), mengemukakan bahwa teori keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan,
menjelaskan fenomena (proses, peristiwa, kejadian) mengenai keperawatan. Teori keperawatan
dapat membedakan antara keperawatan dengan disiplin dan aktivitas lain didalam memberikan
pelayanan untuk mencapai tujuan dengan menguraikan, menjelaskan dan mengontrol kriteria hasil
yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.