Anda di halaman 1dari 176

MODU

L
MANA
TAHUN AJARAN 2021/2022
JAMEN
KEPER
AWAT
AN

TIM PENGAJAR
DETIANA,S.Kep,Ns.,M.Kes
KAMESYWORO,SST.,M.M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb
Alhamdulillahi Rabbil’alamin Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan kerunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-
besarnya atas segala bimbingan, pengarahan, saran-saran, bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak dari awal hingga selesainya Modul pembelajaran mata kuliah MANAJEMEN
KEPERAWATAN ini. Maka dari itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Dosen Pembimbing serta teman-
teman.
Kami menyadari bahwa Modul ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh
beberapa kendala seperti waktu dan sumber bacaan yang kami dapatkan. Untuk itu saran dan
kritikan diharapkan guna kesempurnaan makalah ini dan semoga dapat bermanfaat bagi semua
yang berkepentingan khususnya bagi kami dan pembaca.
DAFTAR ISI

Contents
BAB II.........................................................................................................................................................63
PEMBAHASAN..........................................................................................................................................63
A. Pengertian rencana kerja tim..........................................................................................................63
B. Tujuan Perencanaan........................................................................................................................63
C. Kriteria Perencanaan......................................................................................................................64
D. Manfaat Perencanaan......................................................................................................................64
E. Jenis – jenis perencanaan................................................................................................................65
F. Cara Dalam Membuat Perencanaan Kerja tim yang Baik..............................................................66
G. Contoh Rencana Kerja Sebagai Anggota Tim................................................................................67
RENCANA KEGIATAN BULANAN KEPALA RUANGAN..................................................................70
B.METODE PENUGASAN......................................................................................................................80
 Metode Fungsional..............................................................................................................................80
b. Metode Perawatan Tim.......................................................................................................................81
c. Metode Primer.....................................................................................................................................82
d. Metode Kasus......................................................................................................................................83
Contoh :......................................................................................................................................................84
3.Metode Gillies..........................................................................................................................................84
Prinsip perhitungan rumus Gillies :.............................................................................................................85
Contoh :.......................................................................................................................................................86
Jumlah tenaga yang dibutuhkan :................................................................................................................87
4. Metode swansburg.................................................................................................................................87
Contoh :.......................................................................................................................................................87
BAB IV........................................................................................................................................................88
PENUTUP..................................................................................................................................................88
Kesimpulan..................................................................................................................................................88
PENGEMBANGAN STAF.......................................................................................................................124
2. Pengertian.........................................................................................................................................126
3. Peningkatan dan Pengembangan Staf...............................................................................................127
4. Kriteria Pengembangan Staf.............................................................................................................130
7. Pengembangan Sistem Jenjang Karir Profesional Perawat..............................................................131
MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP).....................................................0
MATERI PEMBELAJARAN MODUL 1

KONSEP  DASAR  MANAJEMEN 


KEPERAWATAN

A. Definisi Atau Pengertian


Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done). (WHO, 1999)
Menejemen adalah mengungkapkan apa yang hendak dikerjakan, dan kemudian
menyelesaikannya. Dengan kata lain menejemen menentukan tujuan nya dahulu dengan pasti
(yakni menyatakan dengan rinci apa yang hendak dituju) dan kemudian mencapainya. ( WHO,
1999 )
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan melalui upaya staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien,
keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989 ).
Dalam keperawatan, manejemen berhubungan dengan perencaan (planing)
pengoorganisasian ( organizing ), pengaturan staf ( staffing), kepemimpinaan ( leading), dan
pengendalian ( kontroling ), aktifitas – aktifitas upaya keperawatan atau divisi departemen
keperawatan dan dari sub unit departermen. Menejemen keperawatan merupakan juga kelompok
dari perawat manejer yang mengatur organisasi atau usaha keperawatan. Pada akhirnya
manejemen keperawatan adalah proses dimana perawat menejer menjalankan profesi mereka.
(Swanburg, 2000 hal 456 ).Fungsi – Fungsi Manajemen, secara ringkas fungsi manajemen
adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (planning) :
1) Gambaran apa yang akan dicapai
2) Persiapan pencapaian tujuan
3) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
4) Persiapan tindakan – tindakan
5) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
6) Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan :
b. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan
menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan dan fasilitas.
c. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau/suka bekerja. Ciptakan suasana
bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara
interval
d. Pengendalian/pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat
tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya tepat.
Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
e. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil pekerjaan
yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan,
sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan
manajemen.
Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah man, money, material, methode,
machine, minute dan market.
B. Tujuan
Berikut beberapa tujuan manajemen keperawatan yaitu :
1. Mengarahkan seluruh kegiatan direncanakan
2. Mencegah atau mengaatasi permasalah managerial
3. Pencapaian tuuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh komponen
yang ada
4. Meningkatkan metode kerja keperawatan agar staf perawat dapat bekerja dengan efektif dan
efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi terjadinya duplikasi tenaga dan upaya
C. Perbedaan Manajemen & Administrasi Keperawatan
a. Administrasi
1) Administrasi merupakan usaha atau aktivitas kelompok manusia yang terdiri dari dua orang atau
lebih dalam penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan maksud
untuk menyediakan keterangan serta memudahklan untuk memperolehnya kembali secara
keseluruhan dan dalam hubungan satu sama lain
2) Administrasi memiliki tujuan yang terhimoun dalam organisasi melalui kegiatan memberi
bantuan dalam mengelola informasi, mengelola manusia, mengelola harta benda
3) Orang yang bekerja dalam administrasi disebut sebagai administrator. Administrator bukan
seorang manager.
4) Administrasi berfungsi untuk menentukan tujuan organisasi dan memutuskan kebijaksanaan
umum
5) Administrasi memiliki unsur antara lain organisasi dan manajemen.
b. Manajemen
1) Manajemen adalah proses perencanaan, perorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam
satu organisasi
2) Manajemen bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan melalui usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya
3) Orang yang melakukan tugas manajemen disebut sebagai manajer
4) Manajemen berfungsi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam
rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas kebijaksanaan umum yang telah dirumuskan

D. Komponen Managemen Keperawatan


Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada
umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input, proses, output, control dan
mekanisme umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel,
peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan. 
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang umumnya dilihat
dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan
penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran. Control dalam proses manajemen
keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi 
penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi. Selain itu,
mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang
akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar dengan proses
keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah
pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan,
terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan
kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil. ( Gillies, 1985 ).

a. Komponen Sistem Manajemen Keperawatan


Komponen dari Manajemen Keperawatan:
1. Input
2. Proses
3. Output
4. Kontrol
5. Feed back mechanism

INPUT

 Informasi
 Personal
 Peralatan
 Fasilitas 

PROSES
Kelompok manejemen dari tertinggi sampai dengan perawat pelaksana yang mempunyai tugas
dan wewenang untuk melaksanakan perencanaan, organisasi, pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan.

OUTPUT

 Askep (Asuhan Keperawatan)


 Pengembangan staf sampai dengan riset

KONTROL

 Budget
 Prosedur
 Evaluasi Kinerja
 Akreditasi

FEED BACK MECHANISM

 Laporan Financial
 Audit Keperawatan
 Survey Kendali Mutu
 Kinerja 

Prinsip yang mendasari mananejemen keperawatan.


1. Berlandaskan perencanaan
2. Penggunaan waktu yang efektif
3. Melibatkan pengambilan keputusan
4. Memenuhi kebutuhan ASKEP pasien Ô kepuasan pasien sebagai tujuan
5. Terorganisir sesuai kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan

E. Prinsip Manajemen Keperawatan


Managemen keperawatan adalah perencanaan. Perencanaan adalah memperkirakan
peristiwa-peristiwa sampai pembuatan rencana operasional. Perencanaan juga merupakan
fungsi managemen dari setiap perawat kepala dari perawat klinis profesional sampai perawat
manager, penyelia, direktur dan administrator. Ratcliffe dan logsdon menspesifikasikan 6 tahap
dalam proses perencanaan :
 Tahap merancang
 Tahap delegasi
 Tahap mendidik
 Tahap perkembangan
 Tahap implementasi
 Tahap tindak lanjut (evaluasi penampilan dan umpan balik)

Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol adalah


a. Division of work (pembagian pekerjaan)
b. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)
c. Dicipline (disiplin)
d. Unity of command (kesatuan komando)
e. Unity of direction (kesatuan arah)
f. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada kepentingan
umum)
g. Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
h. Centralization (sentralisasi)
i. Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)
j. Order (ketertiban)
k. Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai)
l. Equity (keadilan)
m. Inisiative (prakarsa)
Managemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif.
Contoh penggunaan waktu yang efektif:

 Eksekutif perawat kepala membuat suatu jadwal pertemuan yang berhubungan dengan rencana
managemen. Jadwal ini diikuti pada seluruh aktivitas sampai pengaturan pertemuan, pertemuan
divisi, pertemuan profesi, perjalanan, ronde, pertemuan individu, dsb.
 Perawat kepala dari lembaga pelayanan perawatan di rumah mempunyai rencana pertemuan
staf yang dimulai dan di akhiri pada setiap minggu. Jadwal individual perawat ditinjau ulang
pada setiap pertemuan dan di bandingkan dengan tujuan produktivitas yang seimbang dengan
anggaran.
 Perawat kesehatan di rumah meninjau kembali jadwal setiap hari. Ini harus tepat sehingga 5
menit sebelum menggunjungi pasien dapat ditambahkan selama 40 jam kerja setiap
minggu. Dengan cara ini jasa pelayanan meningkat bbukan berupa materi.
Managemen keperawatan adalah pembuat keputusan. Managemen keperawatan
membutuhkan keputusan yang dibuat oleh perawat manager pada setiap tingkatan bagian di
bangsal atau unit.
Managemen keperawatan adalah suatu formulasi dan pencapaian tujuan sosial. Perubahan
sosial penting dalam hubungannya dengan kebutuhan kesehatan. Tujuan pemenuhan seperti itu
tergantung pada perawat manager. Perawat manager mengatur dampak institusi sosial dan
mengeluarkan tanggung jawab sosialnya relatif terhadap keperawatan. 
Managemen keperawatan adalah pengorganisasian. Pengorganisasian adalah
pengidentifikasian kebutuhan organisasi dari pernyataan misi kerja yang dilakukan dan
menyesuaikan desain organisasi dan struktur untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. 
Ada empat bentuk struktur organisasi : unit, departemen, puncak (divisi atau tingkat
eksekutif dari managemen organisasi), tingkat operasional (meliputi semua fase pekerjaan dalam
struktur organisasi)
Managemen keperawatan menunjukan fungsi, posisi atau tingkat sosial, disiplin dan bidang
studi. Managemen keperawatan adalah bagian yang aktif dari divisi keperawatan, organisasi, dan
lembaga dimana hal ini berfungsi :

 Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan.


 Managemen keperawatan adalah mengarahkan atau memimpin.
 Divisi keperawatan yang dikelola baik memotivasi pekerja yang memuaskan.
 Managemen keperawatan komunikasi yang efisien.
 Managemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian. (Swanburg, 2000 )

F. Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan


Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
a. Manajemen keperawatan yang berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan,
pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif
dan terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer
keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik
dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi
maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan
pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat
dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien
merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan
kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses
pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja
yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang efektif
akan mengurangi kesalah pahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian
diantara pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat – perawat
pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan
pengetahuan karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang
pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip
melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki
kekurangan.
Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya
bekerja bersama – sama dalam perenacanaan dan pengorganisasian serta fungsi – fungsi
manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

a. Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan berbagai
aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi
semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya
perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian
besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif
seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat
pelaksana meliputi:
a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan

Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan
melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat
pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
a. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga
tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya.
Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang – orang tersebut agar penatalaksanaannya
berhasil. Faktor – faktor tersebut adalah
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan
2) Ketrampilan kepemimpinan
3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
b. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan
konsep – konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atau evaluasi.

b. Konsep Manajemen Keperawatan


Secara garis besar konsep terbagi lagi menjadi beberapa pengertian diantaranya;
1. Konsep Kualiatas
Dalam konsep ini organisasi mementingkan kualitas yang mampu memasuki pasar dan dengan
demikian harus mementingkan kepuasan pelanggan.
1. Konsep manajement
Dalam konsep manajemen bukan hanya manajer melainkan semua personil bertugas
melaksanankan manajemen menggunakan fakta dan manajemen dengan siklus  PDCA (plan do
check acet).
2. Konsep Proses
Dalam Konsep Proses siapapun yang akan melakukan tindakan lanjut rangkaian tindakan,harus
dianggap pelanggan yang harus dipuaskan. Pengendalian proses juga lebih diutamakan agar
kesalahan kualitas dapat dihindari.
3. Konsep Standarilisasi
Dalam konsep ini semua melaksanakan pekerjaan berpangkal pada standar seperti standar
prosedur kualitas dan kompetensi 
4. Konsep Hormon Respect
Dalam konsep ini manusia sepenuhnya perlu dihormati untuk membutuhkan motivasi.
5. Konsep Quality Assurunce
Dalam Konsep ini keikutsertaan pegawai dari kegiatan dalam gugus kendali mutu (quality
circle) 

b. Standar Pelaksanaan Managemen Keperawatan


1. Memenuhi Kriteria dan Hasil Manajemen Keperawatan
2. Memenuhi Aspek Aspek Operasional dan Fungsional Keperawatan
3. Memenuhi Mutu pelayanan Manajamen Kesehatan
4. Memenuhi Peran Dan meningkatkan Produktifitas Keperawatan
MODUL PEMBELAJARAN 2

PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN DAN


LEVEL MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN


Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan. Di dalam
proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi
resiko, pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan
kemudahan dari kebebasan maksimal.Di dalam proses manajemen Keperawatan, bagian akhir
adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok pasien.
Proses Manajemen dalam Keperawatan adalah suatu grup atau kelompok manajer dari
tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang memiliki tugas serta
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan juga pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.

Proses Manajemen Keperawatan :

1. PENGKAJIAN – PENGUMPULAN DATA


Pada tahap ini perawat dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien,
melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit/puskesmas), tenaga keperawatan, administrasi
dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara
keseluruhan. Pada tahap ini harus mampu mempertahankan level yang tinggi bagi efisiensi salah
satu bagian dengan cara menggunakan ukuran pengawasan untuk mengidentifikasikan masalah
dengan segera, dan setelah mereka terbentuk kemudian dievaluasi apakah rencana tersebut perlu
diubah atau prestasi yang perlu dikoreksi.

2. PERENCANAAN
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana yang strategis dalam mencapai
tujuan, seperti menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga
keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan
efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai
visidan misi yang telah ditetapkan.

3. PELAKSANAAN
Pada tahap ini Manajemen Keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap
implementasi didalam proses manajemen terdiri dari dan bagaimana memimpin orang lain untuk
menjalankan tindakan yang telah direncanakan.

4. EVALUASI
Tahap akhir dari proses manajerial adalah melakukan evaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan. Pada tahap ini manajemen akan memberikan nilai seberapa jauh staf mampu
melaksanakan tugasnya dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
dalam pelaksanaan.
PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN :
1. PLANNING, Merupakan kegiatan untuk mengetahui penyebab dan tujuan dalam melakukan
tindakan-tindakan selanjutnya.
2. ORGANIZING, Merupakan pembagian pekerjaan antar sesame anggota kelompok dan
membuat ketentuan yang berlaku.
3. ACTUATING, Merupakan kegiatan memotivasi setiap anggota kelompok untuk melakukan
pekerjaan berdasarkan tugas yang ditetapkan.
4. CONTROLLING, Merupakan Mengontrol dan Mengawasi Penyesuaian rencana yang sudah
dibuat dengan pelaksanaannya.

SISTEM DI DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN :


a. Pengumpulan data
Personalia, Pasien, Peralatan dan persediaan
b. Perencanaan
Tujuan, Sistim, Standar, Kebijaksanaan, Prosedur, Anggaran
c. Pengaturan
Tabel organisasi, Evaluasi Tugas, Deskripsi kerja, Pembentukan kerjasama tim
d. Kepegawaian
Klasifikasi pasien, penentuan kebutuhan staff, rekrutmen, pemilihan orientasi, penjadualan,
penugasan, minimalisasi ketidakhadiran, penurunan pergantian, pengembangan staff.
e. Kepemimpinan
Penggunaan kekuatan, pemecahan masalah,pengambilan keputusan, mempengaruhi
perubahan, menangani konflik, komunikasi dan analisa transaksional.
f. Pengawasan
penelitian, Jaminan Keselamatan, Audit pasien, penilaian prestasi, disiplin, hubungan pekerja
tenaga kerja, sistim informasi komputer.
ANALISA DATA DENGAN PENDEKATAN SWOT
Sebelum melakukan perencanaan, maka perlu dikaji terlebih dahulu beberapa hal. Fokus
identifikasi bisa menggunakan pendekatan yang lazim dipakai yaitu : pendekatan SWOT
(Kekuatan, Kelemahan,Kesempatan, dan Ancaman). Di dalam pendekatan ini kita akan
mengumpulkan semua data tentang tenaga keperawatan, administrasi dan bagian keuangan yang
akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan.
Setiap data akan di kelompokan apakah merupakan kekuatan. Kelemahan, kesempatan
ataukah merupakan ancaman bagi organisasi. Berikut ini akan diberikan contoh Pengumpulan
data dan Identifikasi masalah berdasarkan pendekatan SWOT
( Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats )
Memiliki visi, misi dan motto Keperawatan
SDM terdiri dari : DIII (….orang), SPK (….orang), Pekarya (….orang).
Rumah Sakit Pemerintah Tipe …..
Terdapat Standar Asuhan Keperawatan
Tersedia Sarana & prasarana Untuk pasien dan tenaga perawat
Sudah ada sistim Dokumentasi
Terdapat Administrasi penunjang
Kualitas tenaga belum memenuhi kualifikasi
MKP belum dilaksanakan
Belum ada pembagian tugas yang jelas
Pendokumentasian proses Keperawatan belum optimal
Terbukanya kesempatan melanjutkan pendidikan pada progran yang lebih baik
Adanya program pelatihan/kursus
Persaingan antar rumah sakit yang semakin kuat
Adanya tuntutan masyarkat yang lebih tinggi untuk mendapatkan pelayanan
Setelah dilakukan pengumpulan data dan analisa maka muncul permasalahan-
permasalahan yang harus kita kaji untuk dilakukan perencanaan pembenahan.
RUMUSAN MASALAH
Dari data-data yang sudah dikumpulkan dan sudah dilakukan analisa dengan pendekatan
SWOT maka kita akan menemukan apa saja permasalahan-permasalahan di dalam sebuah
organisasi Rumah Sakit khususnya pada Organisasi Keperawatan. Permasalahan yang ditemukan
ini tidak saja hanya kekurangan-kekurangan yang akan menggangu atau menghambat di dalam
Organisasi Keperawatan tetapi juga kemungkinan-kemungkinan peningkatan pelayanan agar
dapat menjadi lebih baik dari sekarang. Masalah-masalah yang ditemukan akan di kumpulkan
untuk selanjutnya dilakukan perencanaan untuk mengatasi permasalahan atau meningkatkan
kualitasnya.
PERENCANAAN DI DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN :
1. PENGORGANISASIAN
Berdasarkan hasil analisa maka perlu untuk membuat tim kerja dengan pembagian tugas dari
masing-masing personel. Sebagai contoh untuk pengelolaan di ruang rawat inap, maka
diselenggarakan pengorganisasian dengan pembagian peran sebagai berikut :
Kepala ruangan
Perawat Primer
Perawat Asosier
Adapun penetapan tugas perawat diatas harus sesuai dengan visi dan misi Rumah
Sakit/keperawatan, hasil penyelenggaraan model asuhan keperawatan sebelumnya, bagaiman
kekuatan sumber daya yang ada dan sarana serta prasarana yang telah diidentifikasi pada
pengumpulan data sebelumnya.
Pada tahap ini organisasi yang sudah terbentuk mulai merencanakan bagaimana rencana strategis
yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan di dalam Manajemen Keperawatan.
Organisasi mulai menentukan dan mendiskusikan bentuk dan penerapan praktek keperawatan
yang profesional, bagaimana format dan pendokumentasian, mengatur kebutuhan tenaga
perawat, Mengatur tugas dan wewenang dari masing-masing perawat di ruangan, jadual kerja
dari masing-masing perawat, bagaimana mensupervisi perawat,bagaimana sistim
kepemimpinannya, Instalasi-instalasi yang menunjang di dalam proses keperawatan seperti,
farmasi, radiologi,laboratorium, gizi (Jalur opersional).Hubungan dengan bagian – bagian lain
yang turut mendukung di dalam organisasi rumah sakit ini (anggaran, karyawan non-medis, dll).
2. PENGATURAN WAKTU DAN KEGIATAN
Pada tahap ini setelah Semua rencana strategis disusun maka mulai dilakukan penetuan kegiatan
apa saja yang harus dilakukan dan kapan waktunya. Sebagai contoh di bawah ini akan diberikan
rencana kegiatan kelompok dalam penerapan model asuhan Keperawatan Profesional yang akan
dilakukan dalam satu bulan.

MINGGU
URAIAN RENCANA KERJA
I
Pembuatan Struktur organisasi kelompok
Orientasi ruangan dan perkenalan
Analisa situasi dan perumusan masalah
Penyusunan program kerja
Penyusunan proposal pelaksanaan model asuhan keperawatan professional
Penyusunan jadwal dan rancangan pembagian peran dalam penerapan model praktek
keperawatan professional
Penyusunan format pengkajian khusus dan sistim dokumentasi asuhan keperawatan
Penyusunan proposal, prosedur sentralisasi obat, dan kelengkapan administrasinya
Penyusunan format supervise
Penyusunan format penunjang kegaiatan lainnya, seperti format kegiatan harian

Uji coba peran


II
Penerapan Model asuhan Keperawatan Profesional : Aplikasi peran, pendelegasian tugas, dan
proses dokumentasi keperawatan
Penyempurnaan format kajian dan dokumentasi Keperawatan
Penyelenggaraan Supervisi Keperawatan
Penyelenggaraan Sentralisasi Obat
Persiapan penyelenggaraan rotasi dinas
III
Penerapan model asuhan keperawatan profesional : Aplikasi peran, pendelegasian tugas, dan
proses dokumentasi keperawatan
Penerapan semua program
Penyelengaraan rotasi 24 jam
IV
Evaluasi penerapan model asuhan keperawatan professional
Penyusunan laporan

B. LEVEL MANAJEMEN KEPERAWATAN

Dalam organisasi yang besar, seringkali terdapat beberapa tingkatan manajer, yaitu :
1.      Top-level managers(manejer tingkat atas),
Top-level managers(manejer tingkat atas), tampak pada organisasi secara keseluruhan,
mempengaruhi koordinasi internal dan eksternal, dan biasanya keputusan dibuat dengan sedikit
instruksi atau terstruktur.  Contohnya, manajer tingkat atas termasuk COO (organization’s chief
operating officer) atau CEO (chief executive Officer), dan tingkat tertinggi perawat
administrator. saat ini nomenklatur untuk manajer perawat tingkat atas bervariasi; ada yang
disebut wakil presiden keperawatan atau layanan perawatan pasien, perawat administrator,
direktur keperawatan, kepala keperawatan, asisten administrator dari layanan perawatan pasien,
atau CNO( chief nurse officer ).
Beberapa tingkat manejer perawat tingkat atas bertanggung-jawab bukan untuk departemen
keperawatan. Contohnya, manejer perawat tingkat atas yang mengatur atau mengawasi bagian
respiratory, fisik, dan departemen  pengobatan, bersifat tambahan terhadap semua departemen
keperawatan.
Demikian juga, CEO memiliki bermacam gelar, seperti presiden atau direktur.
Hal ini perlu untuk diingat bahwa hanya CEO yang merupakan organisasi tertinggi bertugas
mengatur dan merupakan bagian dari manejer perawat tingkat atas. Tanggungjawab manajer
tingkat atas yaitu, menentukan filosofi organisasi, mengatur kebijakan, dan membuat tujuan serta
prioritas untuk alokasi sumber daya. Oleh sebab itu, manajer tingkat atas sangat membutuhkan
keterampilan kepemimpinan dan tidak terlibat dalam operasi rutin harian seperti manajer dengan
tingkat yang lebih rendah.

2.      Manager middle-level (manajer tingkat menengah),


Manager middle-level (manajer tingkat menengah), mengkoordinir upaya dari tingkat hirarki
yang lebih rendah dan Sebagai penghubung antara manajer dengan tingkat rendah dan manajer
tingkat atas. Manajer tingkat menengah berperan dalam pelaksanaan operasi sehari-hari, namun
tetap terlibat pada beberapa perencanaan jangka panjang dan dalam menetapkan kebijakan unit.
Contoh  manajer tingkat menengah yaitu Perawat supervisi, manajer keperawatan, kepala
keperawatan, dan manajer unit.
Pada saat ini, terdapat banyak konsolidasi tambahan dan perolehan fasilitas kesehatan.
Tingkat administrasi yang berkurang sering nyata pada organisasi yang mengkonsolidasikan ini.
Hal ini sering terjadi pada manajer tingkat menengah yang mempunyai tanggungjawab tinggi
dan ekspansi peran. Alhasil, banyak fasilitas kesehatan yang menamai kembali tingkat menejer
menengah dengan gelar  “ direktur ’’ sebagai cara untuk mengindikasi peran-peran yang baru
(Urden &
Rogers, 2000). Istilah lama direktur keperawatan, masih terpakai pada beberapa fasilitas kecil
yang menunjukan CNO, kini juga digunakan pada beberapa organisasi kesehatan  untuk
menunjukan manajer tingkat menengah. Perkembangan gelar pada administrator kesehatan
sangat penting dibuat agar individu memahami peran dan tanggungjawab setiap posisinya.

3.      First level manager (Manajer tingkat pertama


First level manager (Manajer tingkat pertama), berkaitan dengan unit spesifik arus kerja.
Mengurus masalah dengan segera pada unit operasi harian, dengan kebutuhan organisasi, dan
dengan kebutuhan pribadi dari karyawan. Efektivitas dari manajer tingkat  pertama amat
mempengaruhi organisasi. Manajer tingkat pertama memerlukan keterampilan manajemen  yang
baik. pekerjaannya sangat dekat dengan pasien dan tim kesehatan, manajer tingkat pertama juga
memiliki kesempatan yang sangat baik untuk mempraktekkan peran kepemimpinannya tersebut
yang akan sangat besar mempengaruhi produktifitas dan kepuasan bawahannya. Contoh manajer
tingkat pertama yaitu, perawat pemberi asuhan primer, tim pemimpin, manajer kasus, dan
pimpinan perawat. Pada beberapa organisasi, setiap perawat yang  terdaftar dapat
dipertimbangkan menjadi manajer tingkat pertama. Semua perawat dalam setiap situasi harus
mampu mengatur dirinya sendiri dan memberi perawatan.

Tabel Tingkatan Manejer

Tingkat atas Tingkat Tingkat


menengah pertama
Contoh * Kepala Kantor * Unit * Pimpinan
   Keperawatan Supervise Perawat 
* Kepala kantor   * Kepala    (charge nurse)
   Eksekutif    Departemen *Team Leader
* Kepala kantor   * Direktur *Primary Nurse
   Keuangan    (perawat
primer)
Fokus Melihat organisasi secara fokus pada terutama
tanggung keseluruhaan seperti mengintegrasi berfokus pada
jawab memberi pengaruh eksternal unit tingkat kebutuhan hari
kebutuhan hari ke hari pada unit
ke hari dengan level
kebutuhan
organisasi
Fokus Perencanaan strategis Kombinasi jangka pendek,
perencanaa perencanaan perencanaan
n primer jangka panjang operasional
dan pendek
Arus lebih sering naik turun tetapi naik turun lebih sering
komunikasi menerima feedback bawahan, dengan naik. umumnya
kedua-duanya secara centrality mengandalkan
langsung dan malalui manajer tingkat
manejer tingkat sedang sedang untuk
mengirim pesan
atau komunikasi
kepada menejer
tingkat pertama
1. Top Manajer, Tingkatan manajemen tertinggi dalam sebuah organisasi yang bertanggung
jawab terhadap keseluruhan aktivitas organisasi, contoh : Kepala Rumah Sakit, Manajer Perawat
tingkat atas, Kepala Bidang Keperawatan.
2. Manajer Middle Level, Mengkoordinir upaya dari tingkat yang rendah sebagai penghubung
antara manajer dengan tingkat rendah ke manajer tingkat atas, contoh : Kepala Unit Pelayanan,
Supervisor.
3. First Line Managemen, Memimpin dan Mengawasi karyawan baik non manajerial, contoh :
Kepala Ruang Perawatan atau Kepala Ruangan.
4. Non-Managerial, Posisi dari sebuah perusahaan yang tidak masuk pada bagian ke managerial
atau yang tidak memiliki keterampilan khusus, contoh : Receptionis, Satpam, Tukang Parkir,
Cleaning Service.
A. Pengertian Manajemen

Manajemen dalam arti luas juga mempunyai pengertian sebagai perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian (P4) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif
dan efisien.

Pengertian manajemen secara umum adalah ilmu dan seni dalam mengatur, mengelola, dan
mengkoordinasi yang bertujuan untuk melakukan suat tindakan guna mencapai tujuan.

Manajemen biasanya diidentikkan dengan cara untuk mengatur beberapa hal secara baik dan
sesuai dengan tujuan.
Pengaturan dilakukan agar hal hal yang diatur berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan
yang diharapkan. Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian manajemen secara umum dari
beberapa ahli.

Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain (Gillies,1989).
Menurut Siagian (1999), manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi.

Manajemen adalah suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu
kegiatan di organisasi (Grant dan Massey, 1999). Manajemen juga didefinisikan sebagai proses
untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Manajemen berfungsi untuk melakukan
semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas yang telah
ditentukan pada tingkat administrasi (P. Siagian).

Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan,
pengarahan, pengorganisasian dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen
sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan
rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen adalah proses yang dinamis,
yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan perkembangan. Manajemen merupakan proses
mengorganisir sumber-sumber untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai
ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi.
B. Konsep Dasar Manajemen

1) Manajemen sebagai ilmu Suatu ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis
untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan.
2) Manajemen sebagai seni Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan
usaha yang minimal.
3) Manajemen sebagai profesi Manajemen sebagai profesi merupakan suatu bidang pekerjaan
yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan keterampilan sebagai pemimpin
atau manajer pada suatu organisasi/suatu perusahaan tertentu.
4) Manajemen sebagai proses Manajemen adalah proses yang khas terdiri dari tindakan
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dimana dalam masing-masing bidang tersebut
digunakan ilmu pengetahuan dan keahlian serta diikuti secara berurutan dan tujuan yang telah
ditetapkan.

C. Tujuan

1. Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang akan dipilih secara efektif dan efisien agar
mencapai pada suatu tujuan.
2. Mengevaluasi kinerja, meninjau, dan mengkaji situasi kemudian melakukan penyesuaian dan
koreksi jika ada sesuatu penyimpangan pada suatu pelaksanaan strategi.
3. Dapat memperbaharui strategi yang dirumuskan untuk sesuai pada perkembangan lingkungan
eksternal.
4. Dapat meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada peluang yang ada.
5. Dapat melakukan inovasi atas kegiatan sehingga dapat lebih teratur.
D. Unsur Dasar Manajemen

Ada 6 unsur-unsur manajemen yang sangat dikenal sekali yaitu (6M) adalah man, money,
materials, machines, methods dan market. Berikut unsur-unsur manajemen menurut para ahli :
1. Manusia (Man)
Manusia atau man adalah Unsur manajemen yang pertama, manusia atau setiap individu
memegang peran penting pada suatu manajemen di setiap bidangnya, baik itu industri maupun
ekonomi. Segala sesuatu yang terkait pada perencaan dan pelaksanaan produksi sangat
bergantung sekali pada manusia atau setiap individunya.
2. Uang (Money) Pada proses didalam manajemen, uang atau money sangat dibutuhkan sekali.
Dalam menjalankan aktivitas perusahaan, maka diperlukan biaya usaha dalam bentuk uang
sebagai modal utama perusahaan. Pengelolaan uang yang baik akan berpengaruh sekali pada
sukses atau tidaknya manajemen.
3. Bahan (Materials) Bahan atau materials menjadi sebuah unsur manajemen yang selanjutnya.
Pengontrolan bahan atau materials yang ada sangat dibutuhkan pada proses manajemen. Individu
usaha harus dapat memanfaatkan bahan-bahan material yang ada untuk sebaik mungkin
memakainya.
4. Mesin (Machines) Teknologi sebagai bagian penting pada proses manajemen perusahaan, seperti
dapat dilihat yaitu alat dan mesin. Mesin diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan
produktivitas yang lebih dibandingkan menggunakan tenaga manusia saja.
5. Metode (Methods) Pada saat melakukan proses manajemen, diperlukan langkah-langkah tertentu
yang disebut sebagai metode atau methods. Metode yang baik dan tepat pasti menjadi sebuah
unsur manajemen yang sangat penting agar pada setiap langkahnya berjalan efektif dan efisien.
6. Pasar (Market) Pasar atau market tidak bisa dilupakan dan memiliki keterkaitan pada manajemen
perusahaan dan industri. Tujuan pada perusahaan jelas harus mengikuti perkembangan pasar
yang sudah ada pada masyarakat, sehingga pasar atau market dapat dikategorikan sebagai unsur
manajemen.

E. Perbedaan Manajemen dan Administrasi

Perbedaan utama antara manajemen dan administrasi adalah sebagai berikut:


1. Manajemen adalah cara sistematis dalam mengatur orang dan hal-hal di dalam organisasi.
Administrasi didefinisikan sebagai suatu tindakan mengelola keseluruhan oganisasi oleh
sekelompok orang.
2. Manajemen adalah aktivitas pada tingkat fungsional dan bisnis, sementara administrasi adalah
aktivitas pada level tinggi.
3. Manajemen memainkan peran eksekutif di organisasi. Tidak seperti administrasi yang memiliki
peran menentukan.
4. Administrasi menentukan semua keputusan penting dari organisasi sementara manajemen
membuat keputusan di dalam batas yang ditentukan administrasi.
5. Suatu kumpulan orang yang merupakan karyawan dari organisasi secara kolektif disebut sebagai
manajemen. Di sisi lain, administrasi mewakili pemilik dari organisasi.
6. Manajemen bisa dilihat pada organisasi yang menghasilkan keuntungan seperti usaha bisnis.
Sebaliknya, administrasi ditemukan pada kantor pemerintah dan militer, perkumpulan, rumah
sakit, organisasi keagamaan, dan semua usaha yang tidak menghasilkan profit.
7. Manajemen merupakan semua tentag rencana dan tindakan, tetapi administrasi lebih
berhubungan dengan penyusunan kebijakan dan penentuan tujuan.
8. Manajer mengurus manajemen dari organisasi, sementar administrator bertanggung jawab untuk
administrasi organisasi.
9. Manajemen berfokus pada pengelolaan orang dan pekerjaannya. Di sisi lain, adminitrasi
berfokus pada pembuatan pemanfaatan terbaik yang memungkinkan dari sumber daya
organisasi.
F.Komponen
Manajemen

a. Manajemen keuangan Sesuai namanya, manajemen ini berfungsi untuk


mengatur keuangan bisnis demi arus kas berjalan stabil sehingga pengeluaran tidak lebih besar
daripada pendapatan. Dengan adanya pengelolaan keuangan, seluruh komponen keuangan juga
akan terdata secara rapi, memudahkan dalam melakukan analisis dan meningkatkan peluang
untuk pengambilan keputusan yang lebih akurat dan strategis.
b. Manajemen SDM Manusia merupukan sumber daya yang penting bagi bisnis dan menjadi
pemegang kendali terhadap unsur-unsur lainnya, seperti uang, material, atau mesin. Perannya
yang sangat krusial, diperlukan penanganan khusus yang disebut manajemen SDM. Dengan
adanya pengelolaan yang tepat, SDM diharapkan bisa saling bekerja sama secara baik, efektif,
dan efisien sehingga tujuan usaha atau bisnis dapat tercapai.
c. Manajemen operasional Manajemen operasional dapat membantu kamu untuk memastikan
bahwa kegiatan operasional bisa berjalan sesuai rencana dan kebijakan yang berlaku. Kegiatan
ini mencakup hal yang berhubungan dengan proses produksi, mulai dari bahan baku, mesin,
teknologi hingga metode yang diterapkan dalam mengubah bahan baku menjadi produk yang
siap dijual dan digunakan. Dengan adanya pengelolaan operasional, kamu bisa memastikan
kualitas terbaik untuk bahan baku, mengetahui jumlah bahan baku, waktu yang dibutuhkan
dalam proses produksi, bagaimana cara melakukan efisiensi waktu serta tenaga, dan lainnya.
d. Manajemen pemasaran Untuk mempermudah pelanggan mengetahui produk kamu,
perusahaan berarti butuh pemasaran. Ini sangat diperlukan apalagi jika produk kamu tergolong
baru, maka kamu harus menjadi pihak yang lebih aktif melakukan promosi untuk membuat
target market mengetahui kehadiran produk. Proses pemasaran bisa membantu kamu membuat
strategi pemasaran dengan memanfaatkan peluang yang bisa memberikan kesuksesan bisnis.
F. Prinsip Manajemen

Prinsip dalam ilmu manajemen menurut Henry Fayol :


1. Pembagian Kerja (Division of Work)
Prinsip manajemen yang pertama adalah division of work atau pembagian kerja. Pembagian
kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan
efektif. Artinya penempatan karyawan harus disesuaikan dengan keahlian yang dimiliki, bukan
berdasarkan faktor emosional atau faktor nonteknis lainnya.
2. Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority and Responsibility) Selanjutnya ada prinsip
authority and responsibility atau wewenang dan tanggung jawab. Prinsip ini menjelaskan bahwa
tiap karyawan harus memiliki wewenang dan tanggungjawab yang seimbang. Setiap pekerjaan
harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dan seimbang dengan wewenang yang
dimilikinya.
3. Disiplin (Dicipline)
Disiplin juga menjadi salah satu prinsip manajemen. Sikap disiplin merupakan perasaan taat dan
patuh terhadap pekerjaan yang sudah menjadi tanggungjawabnya. Sikap disiplin ini sangat
penting untuk ditanamkan bagi tiap karyawan agar manajemen perusahaan bisa berjalan dengan
baik dan benar.
4. Kesatuan Perintah (Unity of Command)
Unity of command atau kesatuan perintah menerangkan bahwa dalam melakasanakan pekerjaan,
karyawan harus memperhatikan kesatuan perintah dalam perusahaan. Karyawan harus tahu
kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang diperolehnya dalam
struktur perusahaan.
5. Kesatuan Pengarahan (Unity of Direction)
Unity of direction atau kesatuan pengarahan berhubugan dengan prinsip pembagian kerja dan
kesatuan perintah. Seorang karyawan harus diarahkan menuju sasarannya sesuai wewenang yang
diberikan. Hal ini karena bisa saja karyawan memiliki dua perintah yang berlawanan, sehingga
harus ada kesatuan pengarahan yang jelas dalam perusahaan.
6. Mengesampingkan Kepentingan Individu (Subordination of Individual Interest)
Prinsip ini bertujuan untuk mengesampingkan kepentingan individu dan mendahulukan
kepentingan organisasi. Tiap karyawan harus berkomitmen mengabdikan diri pada perusahaan,
sehingga rela untuk mementingkan kepentingan perusahaan dibanding kepentingan pribadi jika
keduanya saling berbenturan.
7. Penggajian (Remuneration)
Selanjutnya juga ada prinsip penggajian pegawai atau remuneration. Pada prinsip ini
menjelaskan bahwa tiap karyawan berhak mendapat gaji atau upah sesuai dengan pekerjaannya.
Sistem penggajian harus diperhitungkan agar menimbulkan kedisiplinan dan antusiasme kerja
dari para karyawan untuk membuat prestasi yang lebih besar.
8. Pemusatan (Centralization)
Prinsip manajemen berikutnya adalah centralization atau pemusatan. Adanya pemusatan
wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Pemusatan juga
bertujuan untuk menghindari wewenang yang berlawanan satu sama lain, sehingga wewenang
dan tanggung jawab menjadi terpusat.
9. Hierarki (Scalar Chain)
Hierarki atau scalar chain dimaksudkan pada rantai hierarki dari atas menuju ke bawah. Hierarki
dalam perusahaan ditentukan berdasarkan wewenang terbesar sampai yang terkecil. Adanya
hierarki membuat tiap karyawan tahu kepada siapa ia bertanggungjawab dan kepada siapa ia
mendapatkan perintah.
10. Ketertiban (Order)
Prinsip ketertiban atau order bertujuan agar tiap karyawan menjalankan pekerjaannya dengan
tertib dan sistematis. Hal ini juga berkaitan dengan prinsip disiplin. Dua sikap ini harus dimliki
oleh tiap karyawan agar terwujud ekosistem pekerjaan yang tepat, lancar, dan tenang demi
kemajuan perusahaan.
11. Keadilan dan Kejujuran (Equity)
Prinsip equity diartikan sebagai keadilan dan kejujuran atau kesetaraan. Prinsip ini sangat
penting karena berkaitan dengan moral karyawan. Karyawan harus bersikap jujur dalam
memberi laporan dan melaksanakan pekerjaan. Sebaliknya manajer juga harus adil pada
bawahannya. Kesetaraan harus diwujudkan dalam ruang lingkup pekerjaan.
12. Stabilitas Kondisi Karyawan (Stability of Tenure of Personnel) Stabilitas kondisi
karyawan berkaitan dengan kondisi fisik dan mental dari tiap sumber daya manusia yang terlibat.
Manusia merupakan makhluk yang rentan dan rapuh, serta bisa mendapat guncangan saat
bekerja, baik fisik maupun mental. Untuk kondisi karyawan harus diperhatikan apakah dalam
kondisi baik atau tidak.
13. Prakarsa (Initiative)
Berikutnya ada prinsip prakarsa atau initiative. Dalam prinsip ini, karyawan didorong untuk
mengembangkan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif sesuai dengan inisiatif masing-masing.
Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian
pekerjaan dengan sebaik-beiknya.
14. Kesatuan dan Semangat (Esprit de Corps)
Prinsip manajemen yang terakhir adalah esprit de corps atau kesatuan dan semangat. Tiap
karyawan dan staff lainnya harus memiliki rasa kesatuan dalam semangat perjuangan yang sama.
Sikap saling memiliki ini tentu akan mendorong relasi baik antar individu dan berdampak positif
bagi kemajuan perusahaan ke depannya.
G. Fungsi Dasar Manajemen

Secara umum, fungsi dari manajemen dapat dikatakan sebagai serangkaian kegiatankegiatan
yang dilakukan oleh Manajemen didalam hal untuk mencapai tujuannya. Fungsi dari Manajemen
juga dikenal dengan Istilah POAC:

1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah salah satu fungsi yang digunakan untuk merencanakan segala sesuatu
dengan sebaik mungkin dalam upaya untuk mencapai tujuannya. Hal tersebut akan berjalan
dengan lancar apabila kita memiliki gambaran mengenai hal apa saja yang akan digunakan atau
dijalani, oleh sebab itu hal ini harus melibatkan perencanaan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Setelah kita melakukan sebuah perencanaan dengan matang, maka hal berikutnya yang akan kita
lakukan adalah Pengorganisasian. Sebab pengorganisasian ini sangat penting untuk dilakukan
agar mempermudah manajer melakukan sebuah pengewasan yang lebih efektif.
3. Pengarahan (Actuacting)
Fungsi dari manajemen yang ketiga adalah Pengarahan, pengarahan ini sangat penting dilakukan
agar segala sesuatu yang sudah direncanakan dapat berjalan dengan lancar sesuai denga
perencanaan yang dibuat. Seorang manajer akan melakukan pengarahan kepada setiap
karyawannya, apabila didalam perusahaan tersebut sedang mengalami suatu permasalahan atau
apa yang sedang dikerjakan tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.
4. Pengawasan (Controlling)
Fungsi yang terakhir dari Manajemen adalah melakukan pengawasan. Dari serangkaian rencana
atau pekerjaan yang sudah dilaksanakan, maka hal ini sangat memerlukan yang namanya
pengawasan. Manajer akan secara aktif melakukan pengawasan terhadap sumber daya yang telah
diorganisasikan sebelumnya dan memastikan apa yang dikerjakan itu sesuai dengan apa yang
sudah direncanakan atau tidak.

Namun, manajer juga harus memperhatikan beberapa hal yang harus dipenuhi untuk melakukan
sebuah pengawasan terhadap suatu pekerjaan, yaitu diantaranya adalah :
a)Jalur (routing) : Seorang manajer harus terlebih dahulu menentukan sebuah jalur yang
bertujuan untuk memperkecil sebuah resiko kesalahan apabila suatu saat terjadi.
b) Penetapan waktu (scheduling) : Seorang manajer juga harus mempunyai waktu yang rutin
untuk melakukan sebuah pengawasan, misalnya selama satu bulan manajer harus memiliki
waktu untuk melakukan seuah pengawasan sebanyak satu atau dua kali.
c) Perintah pelaksanaan (dispatching) : Seorang manajer harus memiliki sikap untuk
mendorong dan juga memerintah karyawannya agar dapat menyelesaikan semua pekerjaannya
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
d) Tindak lanjut (follow up) : Seorang manajer harus melakukan evaluasi dan juga memberikan
solusi terhadap semua permasalahan yang sedang terjadi selama proses dalam mencapai
tujuannya untuk mengurangi terjadinya kesalahan yang sama.

H. Proses Manajemen
Adapun proses manajemen yaitu : POLC (Planning, Organizing, Leading, Controlling). Dalam
hal ini ada dua ide penting dalam definisi:

a) Empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan


pengendalian
b) Pencapaian sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien. Empat tahap dalam proses
manajemen, yakni:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan definisi mengenai organisasi di masa depan dan cara mencapai
tujuannya. Perencanaan berarti penentuan sasaran sebagai pedoman kinerja organisasi di masa
depan, ditambah dengan penetapan tugas serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk
mencapai sasaran organisasi. Ketiadaan rencana atau perencanaan yang buruk dapat
menjatuhkan kinerja organisasi. Dalam proses manajemen, rencana jangka panjang untuk
kelangsungan organisasi (usaha) sangat diperlukan. Perkembangan organisasi sangat bergantung
salah satunya oleh perencanaan yang baik dan tepat sasaran untuk organisasi, tanpa perencanaan,
kelangsungan organisasi kedepannya tidak terjamin.

b. Pengorganisasian
Pengorganisasian biasanya mengikuti perencanaan dan mencerminkan organisasi yang mencoba
untuk menyelesaikan rencana itu. Pengorganisasian melibatkan penetapan dan pengelompokan
tugas ke departemen, dan alokasi berbagai sumber daya ke berbagai departemen. Melalui
pengorganisasian diharapkan organisasi bersifat lebih sistematik dan tim lebih mempunyai
tanggung jawab. Hal itu berguna untuk manajemen pribadi menempati posisi yang seharusnya.
c. Kepemimpinan
Dalam organisasi memberikan kepemimpinan menjadi fungsi manajemen yang semakin penting.
Kepemimpinan (leading) adalah penggunaan pengaruh untuk memotivasi karyawan agar
mencapai sasaran organisasi. Memimpin berarti menciptakan budaya dan nilai bersama,
mengkomunikasikan sasaran kepada karyawan, dan memberikan inspirasi agar karyawan
berprestasi. Memimpin termasuk memotivasi seluruh departemen, divisi, dan juga orang yang
bekerja langsung dengan manajer. Kompetisi internasional, dan keragaman yang meningkat
dalam tenaga kerja, kemampuan untuk membentuk budaya, mengkomunikasikan sasaran, dan
memotivasi karyawan merupakan hal penting bagi kesuksesan bisnis. Selain itu, anjuran untuk
setiap karyawan memiliki tanggung jawab kepimpinan, memecahkan masalah, dan membantu
memotivasi orang lain akan membuat para karyawan merasa dihargai. Kepemimpinan yang
buruk akan menyebabkan pengaruh negatif terhadap sebuah organisasi.

d. Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi keempat dalam proses manajemen dan yang terakhir dalam proses
manajemen. Pengendalian (controlling) artinya memantau aktivitas karyawan, menjaga
organisasi agar tetap berjalan ke arah pencapaian sasaran, dan membuat koreksi bila diperlukan.
Para manajer juga harus memastikan bahwa organisasi yang mereka atur bergerak menuju
tujuannya. Pelimpahan wewenang dan kepercayaan terhadap karyawan telah membuat banyak
perusahaan lebih menekankan pada pelatihan karyawan untuk memantau dan mengoreksi diri
sendiri. Terutama para karyawan pada lini depan dilatih dengan menanamkan nilai inti dan
standar kinerja yang diharapkan. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memberikan
kebebasan yang besar tanpa harus membahayakan standar perusahaan yang tinggi. Namun, para
manajer harus menyadari bahwa keberhasilan dalam sebuah perusahaan atau situasi mungkin
tidak sama terhadap yang lainnya.

I. Level Manajemen

Manajer dapat diartikan sebagai salah satu profesi dari suatu perusahaan yang bertugas
menjalankan fungsi dari manajemen dengan cara mengawasi dan mengkoordinasikan pekerjaan
yang dilakukan oleh karyawannya, sehingga dapat mewujudkan tujuan yang diharapkan.

1) Berikut ini beberapa tingkatan atau jenjang dari seorang Manajer, yaitu diantarnya adalah :

2) First-line, ini merupakan tingkatan yang paling rendah dari kategori manajemen. Didalam
tingkatan ini, seorang manajer diberikan tugas untuk mengelola suatu pekerjaan yang dilakukan
oleh para pekerja lainnya diluar tingkatan manajerial.

3) Middle-line, ini merupakan tingkatan yang berada ditengah-tengah dan bertugas untuk
mengelola pekerjaan dari first-line manajer dan akan mempertanggung jawabkannya kepada
seorang top manajer.
4) TOP Manajer, ini merupakan tingkatan yang paling tinggi didalam suatu organisasi yang
memiliki tanggung jawab didalam pengambilan keputusan terhadap organisasi yang ia jalankan
serta bertugas untuk menyusun rencana dan tujuan yang akan dicapai oleh suatu perusahaan
Perencanaan Manajemen Keperawatan
1. Pengertian manajemen keperawatan
atau manajemen pelayanan keperawatan telah dijelaskan dalam Bab 1 topik 1 termasuk fungsi–
fungsi manajemen (planning, organizing, actuating ,controlling dan evaluating). Sekarang Anda
belajar tentang fungsi perencanaan secara detail yang akan Anda coba terapkan di dalam
pelaksanaan kegiatan sehari hari dalam ruang perawatan. Namun demikian akan kita ulang
sekilas tentang fungsi-fungsi manajemen yang akan kita bahas satu per satu dalam topik ini dan
topik selanjutnya Baiklah untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang Perencanaan dalam
manajemen keperawatan, pelajarilah uraian beriku tini dengan baik dan diskusikan dengan teman
Anda.

2. HAKEKAT PERENCANAAN
Aspek utama dalam manajemen adalah pengaturan dan penggerakan karyawan melalui proses
kepemimpinan (Gitosudarmo, 2001). Untuk dapat melakukan pengaturan yang baik maka perlu
perencanaan, pembagian tugas dan koordinasi tugas-tugas, oleh karena itu perencanaan
merupakan aspek utama dan pertama kali harus dilakukan oleh seorang manajer atau pimpinan
organisasi. Hasil dari perencanaan adalah sebuah rencana/rencana kerja yang harus berisi
alternatif terbaik untuk mencapai tujuan. Rencana kerja yang baik mengarahkan pencapaian
tujuan yang efektif danefisien, sehingga faktorfaktor produksi (resources) yang ada digunakan
sebaik-baiknya. Perencanaan adalah upaya manusia secara sadar memilih alternatif masa depan
yang dikehendaki dan kemudian mengarahkan sumberdaya untuk mewujudkan tujuan (Gito
Sudarmo, 2001). Perencanaan adalah proses pengambilan keputusan manajerial yang 14
mencakup penelitian lingkungan, penggambaran sistem organisasi secara keseluruhan
memperjelas visi, misi dan filosofi organisasi, memperkirakan sumber daya organisasi,
mengidentifikasi dan memilih langkah-langkah tindakan, memperkirakan efektifitas tindakan
dan menyiapkan karyawan untuk melaksanakannya (Gilles, 1994)
Perencanaan (planning), merupakan fungsi dasar dari manajemen dan semua fungsi dalam
manajemen tergantung dari fungsi perencanaan. Maksudnya fungsi-fungsi yang lain dari
manajemen tidak akan berjalan secara efektif tanpa adanya perencanaan yang baik. Hal ini sesuai
dengan definisi perencanaan dari Swansburg dan Swansburg (1999), bahwa perencanaan adalah
proses berkelanjutan yang diawali dengan menetapkan tujuan, dan kemudian melaksanakannya
sesuai dengan proses, memberikan umpan balik dan melakukan modifikasi rencana jika
diperlukan. Lebih lanjut Swansburg dan Swansburg (1999) menjelaskan bahwa perencanaan
merupakan proses berfikir atau proses mental dalam membuat keputusan dan peramalan yang
berorientasi pada masa yang akan datang.
Perencanaan merupakan langkah utama yang penting dalam keseluruhan proses manajemen agar
faktor produksi yang biasanya sangat terbatas dapat diarahkan secara maksimal untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, oleh karena itu perencanaan harus mengandung unsur-unsur yang
dapat menjawab What, Why, Where, When, Who dan How .
Secara lengkap pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah :
1)Tindakan apa yang harus dikerjakan? Penjelasan dan perincian kegiatan yang dibutuhkan,
sumber daya yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan tersebut agar apa yang menjadi
tujuan dapat dihasilkan
2) Apa sebabnya tindakan itu harus dilansanakan? Penjelasan mengapa rencana itu harus
dikerjakan dan mengapa tujuan tertentu harus dicapai .
3) Dimana tindakan itu harus dikerjakan? Penjelasan tentang tempat/lokasi secara fisik dimana
rencana kegiatan harus dikerjakan sehingga tersedia sumber daya yang dibutuhkan untuk
mengerjakan pekerjaan itu .
4) Kapan rencana itu harus dikerjakan? Penjelasan kapan dimulainya tindakan dan kapan
selesainya di setiap unit organisasi dengan penggunaan standar waktu yang telah ditentukan
5) Siapa yang mengerjakan tindakan itu? Petugas yang akan melakukan kegiatan atau tindakan
baik jumlah maupun kualifikasi keahlian, pengalaman maupun Pendidikan
6) Bagaimana cara melaksanakan kegiatan itu? Penjelasan secara rinci teknikteknik melakukan
kegiatan yang ditetapkan sehingga tindakan yang dimaksud akan dapat dijalankan dengan benar.

3. TUJUAN PERENCANAAN
Tahukah Anda apa tujuan kita menyusun perencanaan dalam manajemen keperawatan? Berikut
ini adalah tujuan perencanaan dalam manajemen:
1.Meningkatkan peluang untuk sukses
2.Menstimulasi berfikir analisis
3.Mencegah terjadinya krisis manajemen
4.Memfasilitasi berfikir kritis dan membuat keputusan secara fleksibel. 5.Meningkatkan
keterlibatan staf dan komunikasi
6.Menjamin biaya yang efektif

PERENCANAAN DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN


Perencanaan manajemen Keperawatan diawali dengan perumusan tujuan institusi/ organisasi
yang dijelaskan dalam visi, misi, filosofi dan tujuan sebagai arah kebijakan organisasi. Sebagai
perawat, Anda harus memahami tujuan organisasi inisupaya dapat bersinergi untuk mencapai
cita-cita/harapan organisasi.
a. Perumusan Visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan dasar untuk membuat suatu
perencanaan sehingga disusun secara singkat, jelas, dan mendasar serta ada batasan waktu untuk
pencapaian. Visi merupakan pernyataan berisi tentang mengapa organisasi dibentuk. Contoh
rumusan visi: “Menjadi ruang perawatan bedah yang melakukan perawatan profesional dan
unggul dalam manajemen perawatan luka modern di tahun 2028”
b. Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan operasional guna mencapai visi yang telah ditetapkan .
Contoh misi ruang perawatan bedah yang mengacu pada visi tersebut di atas:
1)Memberikan asuhan keperawatanpadapasienbedahsecaraholistik bio-psikososiokultural dan
spiritual.
2) Melakukan tindakan perawatan luka dengan menggunakan manajemen perawatan luka
modern.
3) Menyediakan sarana prasarana untuk menunjang manajemen perawatan luka modern.
4) Melakukan penelitian tindakan bedah berdasarkan perkembangan dan trend perawatan bedah.
c. Perumusan Filosofi
Filosofi adalah nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut keyakinan dan
praktikkeperawatandalamsuatuorganisasi (Swanburg, 1999), Contoh :
1) Pasien adalah manusia yang merupakan makhluk holistik ( bio-psiko-sosialspiritual)
2) Pasien adalah individu yang unik dan bermartabat
d. Perumusan
Tujuan Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai sebagai arah kebijakan bagi organisasi
untuk menentukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara mencapainya. Tujuan mutlak
harus ada dalam organisasi pelayanan keperawatan. Untuk merumuskan tujuan yang baik harus
memenuhi syarat antara lain (Gillies, 1994)
1)Tujuan harus dapat menjelaskan arah
2) Tujuan harus memungkinkan untuk dicapai
3) Terukur artinya tujuan berisi ketentuan kwantitatif
4) Teradapatbatasanwaktuuntuk pencapaian target
5) Pencapaian akhir setiap tujuan dapat diterima semua anggota organisasi
6) Kriteria dibuat untuk melihat seberapa besar tujuan tercapai
7) Setiap tujuan mendukung sasaran organisasi Contoh Rumusan tujuan: Meningkatkan
kualifikasi tenaga perawatan yang handal dan kompeten dalam keperawatan bedah melalui
pendidikan dan pelatihan.
4. Rencana Kerja Dalam Manajemen Keperawatan
Perencanaan dalam manajemen keperawatan berdasarkan jangka waktunya dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Perencanaan jangka pendek atau yang disebut sebagai perencanaan operasional adalah
perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu satu jam sampai dengan satu tahun.
Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun
waktu antara satu tahun sampai lima tahun (Marquis & Huston, 1998), sedangkan perencanaan
jangka panjang atau sering disebut perencanaan strategis adalah perencanaan yang dibuat untuk
kegiatan tiga sampai 20 tahun (Swanburg, 1999). Dalam perencanaan di ruang perawatan
biasanya yang digunakan adalah perencanaan jangka pendek yaitu rencana harian, bulanan dan
rencana tahunan. Marilah kita perhatikan satu per satu jenis perencanaan tersebut seperti dalam
uraian berikut ini:

Rencana Harian adalah rencana yang berisikegiatanmasing-masingperawat yang


dibuatsetiapharisesuaiperannya. Rencanadibuatolehkepalaruang, ketuatim/perawat primer
danperawatpelaksana. Rencana Bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan.
Rencana ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana ini biasanya dibuat oleh kepala
ruang dan ketua tim/perawat primer. Rencana Tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun
sekali, yang dibuat berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya, rencana ini biasanya
dibuat oleh kepala ruang.

Bisakah Anda mengaplikasikan tugas sehari hari Anda dengan penulisan rencana kegiatan sesuai
peran ? Silakan mencoba ! Identifikasi dan tuliskan rencana kerja harian Anda selama 24 jam.
Menurut waktu pembuatan perencanaan dapat diklasifikasikan dalam:
1) Perencanaan reaktif yaitu perencanaan yang disusun ketika adanya masalah aktual yang
dihadapi saat ini.
2). Perencanaan proaktif yaitu perencanaan yang disusun sebelum masalah timbul, antisipasi
terhadap perubahan kebutuhan dan meningkatkan kemampuan organisasi, sedangkan menurut
proses penyusunan perencanaan diklasifikasikan menjadi: Pendekatan Perkembangan yang
menguntungkan (Profitabel Growth Approach) dan pendekatan analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity dan Treat) :
1) Pendekatan Perkembangan yang menguntungkan (Profitabel Growth

Approach) yaitu Perencanaan yang dilakukan dengan menganalisa sarana produksi yang dimiliki
dan dihubungkan dengan kebutuhan yang muncul dari lingkungan. Mengusahakan terjadinya
keseimbangan antara sarana yang dimiliki dengan kebutuhan lingkungan. SALING BANGUN :
SA (Sarana Produksi) LING (Lingkungan masyarakat), BANGUN ( Perkembangan yang
menguntungkan).
2) Pendekatan SWOT ( Strenght, Wekness, Opportunity dan Threat)

Rencana disusun dengan proses perencanaan, dimulai dengan menganalisa faktor internal yang
berhubungan dengan kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weaknes), selanjutnya melakukan
analisa factor eksternal yang berhubungan dengan peluang (opportunity) dan tekanan/ancaman
(Threat). Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman selanjutnya disusun
rencana strategis untuk mencapai tujuan organisasi. Rencana strategis harus diterjemahkan ke
dalam rencana operasional yang mencantumkan target yang harus dicapai .Bagaimana pendapat
Anda? Bisakah proses perencanaan dengan analisis SWOT ini anda terapkan dalam perencanaan
di ruang perawatan dimana Anda bertugas?

5. Perencanaan kebutuhan tenaga


Pada pembahasan dalam topik ini, perencanaan keperawatan yang juga penting adalah
perencanaan SDM khususnya SDM Keperawatan. Dalam topik ini Anda diajak untuk berlatih
bersama untuk melakukan perencanaan SDM Keperawatan yakni kegiatan merencanakan tenaga
kerja agar sesuai dengan kebutuhan organisasi serta efektif efisien dalam membantu terwujudnya
tujuan (Hasibuan, 2005).

Adapun Tujuan Perencanaan SDM Keperawatan adalah:


1)Menentukan kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan contoh perencanaan
2) kebutuhan perawat berdasarkan tingkat pendidikan (D III, Ners, Ners Spesialist)
3) Peminatan SDM keperawatan sesuai minat, spesialisasi, dan kualifikasi pendidikan yang tepat
4) Menjamin tersedianya tenaga keperawatan masa sekarang maupun masa mendatang
5) Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas
6) Mempermudah koordinasi, integrasi dan sinkronisasi

“Bagaimana menghitung kebutuhan SDM perawat tersebut?”


Dalam pembahasan ini, Anda akan diajak berlatih menghitung dengan menggunakan beberapa
formula. Penghitungan kebutuhan SDM perawat berbeda pada setiap tempat perawatan seperti di
Ruang rawat inap penghitungan didasarkan pada tingkat klasifikasi dan tingkat ketergantungan
pasien. Tingkat ketergantungan pasien dibedakan berdasarkan jenis kasus, rata-rata pasien per
hari, jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien, jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari,
jam efektif perawat 7 jam/hari.

Berdasarkan tabel di atas maka bisa dihitung kebutuhan perawat dengan formula (Rumus).
Jumlah tersebut perlu ditambah dengan faktor koreksi berupa loss day ( hari libur, cuti dan hari
besar dengan rumus sebagai berikut.
Jumlah jam perawatan = 93 = 13 perawat Jam kerja efektif/shif 7 Karena tugas perawat tidak
hanya mengerjakan tugas keperawatan, tapi juga non keperawatan (tugas administrasi), maka
diberikan toleransi 25% darijam pelayanan keperawatan dengan rumus
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + Cuti+hari besar x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
52+12x13 = 3,5 orang
286
Jumlah tenaga perawat + loss day x 25 = 13 + 3.5 x 25 = 4,1 orang
100 100
Sehingga tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: Jumlah tenaga
keperawatan = tenaga yang tersedia + faktor koreksi = 13+3,5 +4,1 = 20,6 orang (dibulatkan
keatas karena berkaitan dengan orang menjadi 21 perawat)

RINGKASAN
1 Semua fungsi dari fungsi–fungsi manajemen di dalam layanan keperawatan adalah penting dan
semuanya saling berhubungan sebagai suatu siklus yang sekuen dimulai dengan perencanaan dan
diakhiri dengan evaluasi dan seterusnya.
2 Perencanaan adalah esensial dalam manajemen keperawatan dan merupakan fungsi pertama
dalam fungsi manajemen.
3 Manajer keperawatan bertugas untuk merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan
mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien.
4 Perencanaan bisa dibedakan menjadi perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang, namun biasanya perencanaan keperawatan adalah rencana jangka pendek.
5 Perencanaan jangka pendek dalam keperawatan meliputi rencana harian yang harus dikerjakan
semua perawat, rencana bulanan yang dibuat oleh ketua tim/perawat primer, dan kepala ruang
dan rencana tahunan yang dibuat oleh kepala ruang
6 Perencanaan kebutuhan tenaga/sumber daya manusia keperawatan dapat dihitung dari jumlah
kasus yang dirawat dengan menggunakan rumus atau formula yang ada sesuai ketentuan
MODUL PEMBELAJARAN 4

Manajemen Keperawatan. Secara umum, manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai suatu
tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan, serta mengawasi sumber-sumber daya yang ada, baik itu sumber
daya manusia, alat, ataupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif, baik kepada pasien, keluarga, atau masyarakat. Sedangkan menurut Kementerian
Kesehatan Republik Republik Indonesia, yang dimaksud dengan manajemen keperawatan adalah
sebuah proses perubahan atau juga transformasi dari pemanfaatan sumber daya yang tersedia
dalam mencapai tujuan pelayanan keperawatan dengan cara pelaksanaan fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, evaluasi dan pengendalian mutu keperawatan.
Selain itu, pengertian manajemen keperawatan juga dapat dijumpai dalam pendapat para ahli,
diantaranya adalah :
Russel C. Swanburg, dalam bukunya yang berjudul "Kepemimpinan Dan Manajemen
Keperawatan Untuk Perawat Klinis", menyebutkan bahwa manajemen keperawatan adalah
kelompok dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada
akhirnya manajemen keperawatan tersebut menjadi proses di mana perawat manajer
menjalankan profesi mereka. Manajemen keperawatan memfasilitasi dan memahami pekerjaan
perawat pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan.
D.A. Gillies, dalam bukunya yang berjudul "Nursing Management A System Approach",
menyebutkan bahwa manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja setiap perawat untuk
memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manajer keperawatan adalah
untuk merencanakan, mengatur, mengarahkan, dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan,
dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada
pasien.
D. Huber, dalam bukunya yang berjudul "Leadership And Nursing Care Management",
menyebutkan bahwa manajemen keperawatan adalah suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan degan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan
obyektivitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan".
Suyanto, dalam bukunya yang berjudul "Mengenal Kepemimpinan Dan Manajemen
Keperawatan Di Rumah Sakit", menyebutkan bahwa manajemen keperawatan adalah suatu
manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan.
Nursalam, dalam bukunya yang berjudul "Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional", menyebutkan bahwa manajemen keperawatan adalah suatu proses
bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional.
Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan. Menurut Suyanto, ruang lingkup manajemen
keperawatan terdiri dari dua hal, yaitu :

1. Manajemen Pelayanan Keperawatan.


Manajemen pelayanan keperawatan adalah suatu pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh
bidang perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu :
manajemen puncak (kepala bidang keperawatan).
manajemen menengah (kepala unit pelayanan atau supervisor).
manajemen bawah (kepala ruang perawatan).

2. Manajemen Asuhan Keperawatan.


Manajemen asuhan keperawatan adalah suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep-
konsep manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan (menggerakkan), dan
pengendalian atau evaluasi.

Manajer keperawatan yang efektif selayaknya bisa memahami serta memfasilitasi tugas perawat
pelaksana.

Menurut Suyanto (2008) Manajer keperawatan mengelola kegiatan terkait keperawatan meliputi
sebagai berikut :

 Menetapkan penggunaan proses keperawatan.


 Mengetahui suatu intervensi juru rawat yang dilakukan dengan dasar diagnosa.
 Menerima akuntabilitas suatu kegiatan kepengasuhan yang dilaksanakan oleh perawat .
 Menerima akuntabilitas hasil-hasil kegiatan juru rawat.
 Dapat mengendalikan lingkungan praktek pengasuhan.

Menurut Suyanto, 2008 keperawatan ini terdiri atas :

1. Mengelola Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga
tingkatan manajerial, yaitu sebagai berikut:

Manajemen puncak
(kepala bidang)

Manajemen menengah
(kepala unit pelayanan/
supervisor)

Manajemen bawah
(manajemen bawah)
 Mangelola puncak (kepala bidang keperawatan).
 Manajemen menengah (kepala unit pelayanan atau supervisor).
 Manajemen bawah (kepala ruang perawatan).

2. Mengelola Asuhan Keperawatan


Mengelola asuhan keperawatan yang dapat dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan
pada prinsipnya menggunakan suatu konsep – konsep manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.
Jadi, dalam manajemen keperawatan nilai profesional diperlukan dalam mengimplementasikan
praktek keperawatan profesional, memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana
serta mengelola kegiatan keperawatan.

A. PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN


Tujuan profesi keperawatan adalah memberikan pelayanan kepada klien dan juga
mempertahankan kehidupan profesi itu sendiri (Keyzer, 1992 dikutip dalam Draper 1996).
Untuk mencapai tujuan tersebut perawat perlu memiliki ketrampilan intelektual, teknikal,
interpersonal, dan etik. Semua ketrampilan ini harus tampak dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada klien. Dengan kata lain, praktek keperawatan profesional adalah
praktek yang didasari dengan keterampilan intelektual, teknikal, interpersonal dengan
menerapkan suatu metode asuhan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Metode asuhan keperawatan untuk melaksanakan praktek profesional adalah dengan
menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu rangkaian asuhan
yang terdiri dari pengkajian, menyusun diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan,
implementasi, dan evaluasi.

B. MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN


Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen asuhan
keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan
keperawatan dengan menggunakan metoda proses keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien (Keliat, 2000). Tiga komponen penting
dalam manajemen asuhan keperawatan yaitu manajemen sumber daya manusia (perawat)
dengan menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan keperawatan)
dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam metoda pemberian asuhan keperawatan yaitu
proses keperawatan.

C. PROSES KEPERAWATAN
Setiap hari Anda merawat pasien? jawabnya pasti ya. Pertanyaan selanjutnya apakah
Anda menggunakan sebuah cara? Atau Anda merawat pasien karena rutinitas kerja.
Mungkin tanpa sadar sebenarnya Anda sudah menggunakan tahapan dalam proses
keperawatan. Baiklah mari kita ulangi
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang sistematis
dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan masalah klien merupakan titik
sentral dalam proses penyelesaian masalah. Menurut Craven dan Hirnle (2000) proses
keperawatan merupakan suatu panduan untuk memberikan asuhan keperawatan

professional, baik untuk individu, kelompok, keluarga dan komunitas. Dalam topik ini kami ajak
Anda untuk mengelola pasien berdasarkan tahapan berfikir kritis dan sistimatis dengan

menggunakan proses keperawatan. Proses Keperawatan dijadikan sebagai dasar hukum


praktik keperawatan ( ANA, 1973), serta untuk Pengembangan Standar Praktik
Keperawatan
Untuk memudahkan pemahaman Anda bisa lihat gambar di bawah, tergambar bahwa
tahapan proses keperawatan senantiasa berkesinambungan, dari pengkajian, diagnosis,
intervensi, implementasi, evaluasi dan akan dilakukan kembali pengkajian setelah kita
evaluasi keberhasilan Asuhan Keperawatan.

Rangkaian tahap-tahap dalam proses Keperawatan


Tujuan proses keperawatan secara umum adalah membuat suatu kerangka konsep
berdasarkan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat seperti yang disampaikan oleh
Yura dan Walsh (1983) bahwa Proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan
yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan meliputi: mempertahankan kesehatan
optimal, kembali ke keadaan normal, dan memfasilitasi kualitas hidup. Jadi apabila kita
menggunakan proses keperawatan harus dipastikan bahwa pasien kelolaan akan menjadi
lebih berkualitas, dalam kehidupannya melalui upaya kesehatan yang kita lakukan.
Teori yang mendasari Proses Keperawatan :
1. Teori sistem, didasarkan pada input, proses dan keluaran/output
2. Teori kebutuhan manusia, berdasarkan tahapan pemenuhan kebutuhan dasar,
biasanya digunakan teori Maslow
3. Teori pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah
 Pengkajian
 Diagnosis
 Pelaksanaan Perencanaan
 Evaluasi
Untuk memahami teori-teori tersebut lihat pada bab Mata Kuliah Konsep Dasar
Keperawatan. Di bawah ini Anda bisa lihat perbandingan proses pengambilan keputusan dan
Proses Keperawatan.
Perbandingan antara proses pengambilan keputusan dan Proses keperawatan
Proses Pengambilan Keputusan Proses keperawatan
Pengumpulan data :
Identifikasimasalah
Perencanaan terdiri dari Penentuantujuan, Identifikasi solusi
Implementasi
Evaluasi dan Revisi Proses
Pengkajian : Pengumpulan data
Interpretasi untuk menentukan diagnose Keperawatan
Perencanaan terdiri dari Penentuan tujuan dan Rencana tindakan
Implementasi
Evaluasi dan modifikasi
Anda bisa istirahat sejenak, internalisasi materi–materi di atas sebelum masuk
bahasan selanjutnya tentang 5 tahap proses keperawatan.
Berikut ini adalah uraian tentang tahapan proses keperawatan. Pelajarilah dengan
baik, dan ingatlah pelajaran sebelumnya yang membahas tentang proses keperawatan.

1. Pengkajian
Pada tahapan pengkajian Anda dapat gunakan
formulir pengkajian yang ada pada
institusi kerja Anda masing-masing. Ingat bahwa
pengkajian merupakan tahap awal proses
keperawatan, proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber,
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan.
Data bisa kita kelompokkan menjadi data dasar dan data fokus
Data dasar adalah kumpulan data tentang status kesehatan klien, kemampuan klien
mengelola kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya sendiri, hasil konsultasi dari medis
atau profesi kesehatan lain
Contoh:
Biodata pasien, diagnosa medis, riwayat kesehatan, pola pemenuhan kebutuhan dasar,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
Data Fokus adalah data tentang perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan
masalah kesehatan dan hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan kepada klien
Contoh Fokus Pengkajian Keperawatan
1. Respon klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan
dasar manusia
2. Penyusunan data sebagai indikator untuk mendukung diagnosa keperawatan
Manajemen Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan
Data yang kita peroleh bisa kita bedakan menjadi 2 type :
Data obyektif : adalah data yang kita dapatkan dari pasien yang terukur bisa didapat
berdasar observasi dan pemeriksaan langsung maupun menggunakan
alat. Contoh hasil pemeriksaan Tensi : 120/80 mmHg, hasil Laboratorium
Hb : 8 gr%. Konjungtiva : anemis
Data subyektif : adalah data yang didapatkan berdasarkan keluhan pasien dan bersifat
subyektif contoh : pasien mengeluh pusing, mata berkunang kunang
Demi ketepatan diagnosa keperawatan pada tahap berikutnya maka karakteristik data
harus : lengkap, akurat, nyata dan relevan
Dari mana data kita dapatkan?
Sebagai Sumber data adalah Klien, Orang terdekat, Catatan klien , Riwayat penyakit,
konsultasi Hasil pemeriksaan diagnostik, Catatan medis dan anggota tim kesehatan lain,
perawat lain
Metode pengumpulan data
Untuk melakukan pengumpulan data perawatan, perawat dapat melakukan beberapa
metode, yaitu: wawancara melalui komunikasi efektif , observasi , dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian merupakan pengumpulan data subyektif dan obyektif secara sistematis dengan
tujuan untuk menentukan diagnosa keperawatan yang tepat untuk menyusun rencana
tindakan keperawatan yang tepat, baik bagi individu, keluarga dan komunitas (Craven &
Hirnle, 2000). Oleh karena itu dibutuhkan suatu format pengkajian yang dapat menjadi alat
bantu perawat dalam pengumpulan data.
Coba Anda gunakan formulir pengkajian di tempat kerja masing-masing untuk
mencoba mengkaji kebutuhan pasien. Chek apakah Format pengkajian di ruang atau tempat
Anda sudah meliputi aspek-aspek identitas pasien, alasan masuk, factor predisposisi, fisik,
psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah
psikososial dan lingkungan, pengetahuan, dan aspek medik ? Format pengkajian dibuat agar
semua data relevan tentang masalah pasien saat ini, yang lampau, atau yang potensial
didapatkan sehingga diperoleh suatu data dasar yang lengkap

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan


tentang gangguan status kesehatan baik
aktual maupun potensial. Secara implisit dalam
diagnosa ini terdapat pernyataan tentang
respon klien yang secara legal dan berdasarkan
ilmu perawat. Diagnosa keperawatan dapat
berupa aktual, resiko, wellness atau sindroma
Manajemen Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan.
Kenapa Aktual? Karena data yang di dapat sangat mendukung
Mengapa disebut Resiko? Karena dari data yang ada belum mendukung terjadinya
gangguan nutrisi, namun bila dibiarkan maka dapat berlanjut gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Syndrome : diagnosa sindroma menjelaskan sekelompok diagnosa aktual atau risiko
yang diprediksi kan terjadi karena adanya situasi atau kejadian tertentu
Organisasi keperawatan yang peduli dalam pengembangan kategori diagnosa
keperawatan adalah NANDA (North American Nursing Diagnosis Assosiation) yang didirikan
tahun 1972 oleh para perawat Amerika Utara.

3. Rencana (Intervensi) Keperawatan


Tahap perencanaan melibatkan serangkaian
tahap dimana perawat dan pasien
menyusun prioritas, menulis tujuan dan hasil
yang diharapkan, dan menulis rencana
tindakan guna menyelesaikan masalah klien.
Jenis rencana keperawatan meliputi : intervensi
mandiri, intervensi kerja sama (interdependensi)
dan intervensi tergantung
Intervensi mandiri melibatkan aspek-aspek praktek keperawatan profesional yang
secara hukum dilakukan perawat dan tidak membutuhkan supervisi atau arahan dari profesi lain
Aktual :
Diagnosaactualmerupakanpernyataanklinisdimanaperawattelahmemfalidasikannyakarenaadanya
c
iri-ciriatautanda-tandautama yang mendukungdiagnosetersebutContoh : Fokus data : Tensi :
100/60 mmHg, Mata cowong, turgor berkurang, terdapatpenurunanBeratBadan , Total Body
Water turun 8 % BB, adariwayatmuntahdanbuang air besarcair
DiagnosakeperawatannyaadalahGangguankeseimbangancairan :Defisitsehubungandengan output
berlebih .
Risiko :
Diagnosa keperawatan risikomenjelaskanpernyataanklinisdimanaindividuataukelompok rentan
mengalami masalah dan pada orang lain dalam situasi yang samaataumirip. Contoh
Data focus: Pasiendenganriwayatmulaikemarintidakmakanatautidakadanafsumakan,
Kondisi sekarang lemah, mual, porsi makan yang disediakan habis ¼ porsi, Hb 11 gr%,
Diagnosa Keperawatannya adalah Resiko Kebutuhan Nutrisi kurang
Wellness :
Diagnose keperawatan “wellness” adalah pernyataan klinis tentang individu atau masyarakat
yang
Berada pada transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu ketingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Manajemen Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan
Contoh: Perawatan luka, memasang dan memberikan makanan melalui sonde,
melakukan personal hygiene, menyeimbangkan suhu (termoregulasi), memberikan kompres
hangat, dingin, memberikan pendidikan kesehatan keluarga di rumah sakit agar mereka
mampu merawat pasien di rumah. Tindakan keperawatan untuk individu keluarga telah
terintegrasi dengan tindakan terhadap pasien. Pendidikan kesehatan untuk kelompok
keluarga diperlukan untuk memberdayakan keluarga-keluarga pasien dalam mengatasi
masalah secara bersama-sama. Isi program disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan
keluarga untuk kesembuhan pasien. Program ini dilaksanakan dalam bentuk pertemuan
kelompok besar dan kecil.
Intervensi interdependensi dilakukan oleh perawat dengan berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan yang lain.
Contoh: Ketika pasien membutuhkan latihan rentang gerak maka perawat dapat
melatihnya, namun untuk rentang gerak kondisi tertentu maka perawat bekerja sama
dengan fisioterapist
Intervensi tergantung berdasarkan pada instruksi atau pesan tertulis dari profesi lain
Contoh : Pemberian obat berdasarkan order dokter

4. Implementasi

Pada tahap ini perawat melakukan tindakan sesuai


dengan rencana. Selama tahap ini
perawat melanjutkan mengumpulkan data,
melakukan tindakan keperawatan atau
mendelegasikan tindakan keperawatan, dan
memvalidasi rencana keperawatan. Sebelum
melakukan tindakan, perawat penting melakukan
persiapan sebagai berikut
Persiapan dalam melakukan tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan
langsung kepada klien, keluarga, dan komunitas berdasarkan rencana keperawatan yang
dibuat. Berdasarkan manajemen asuhan keperawatan maka perlu dilakukan sistem
klasifikasi pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Sistem ini dikembangkan untuk
meyakinkan adanya pelayanan prima yang berfokus pada pelayanan pelanggan.
Dengan:

Mengkaji ulang pasien



Mengikhtisar dan merevisi rencana keperawatan

Mengorganisir alat dan tenaga

Menyiapkan lingkungan, pasien dan keluarga

Mengantisipasi dan mencegah komplikasi

Manajemen Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan


sistem ini dikaji kebutuhan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan dirancang
pemenuhan kebutuhannya melalui standar pelayanan dan asuhan keperawatan.
Di ruang perawatan, klien diklasifikasikan berdasarkan tingkat kebutuhannya terhadap
tindakan keperawatan. Klasifikasi ini terdiri dari: perawatan total, parsial, dan mandiri.
Menurut Gillies (1995) rata-rata pasien membutuhkan perawatan sehari selama empat jam
dengan rincian sebagai berikut:
Berdasarlan rincian tersebut maka ditetapkan tindakan keperawatan diruangan
perawatan untuk pasien dibagi dalam tiga kategori:
Jumlah jam untuk tindakan keperawatan diatas dialokasikan untuk tindakan bagi
individu pasien selama 24 jam, tidak termasuk tindakan keperawatan dalam bentuk
kelompok dan ADL pasien.
Semua rincian waktu dan tindakan keperawatan diatas dibuatkan pedoman tindakan
dan jadwal aktivitas per masalah keperawatan per sistem klasifikasi pasien. Diharapkan
untuk selanjutnya perawat di ruang perawatan memiliki panduan yang jelas dalam
pemberian tindakan keperawatan untuk setiap pasien sesuai masalah keperawatan dan
tingkat kebutuhan tindakan keperawatannya. Pedoman tindakan keperawatan dibuat untuk
tindakan kepada pasien baik secara individual, kelompok, maupun yang terkait dengan
aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL). Dengan adanya rincian kebutuhan waktu, diharapkan
setiap perawat memiliki jadwal kegiatan harian untuk pasien masing-masing sehingga waktu
kerja perawat menjadi lebih efektif dan efisien.
Self care Kurang dari 2 jam
Minimal care 2 jam
Moderate care 3,5 jam
Extensive care 5-6 jam
Intensive care 7 jam
Keperawatan total 6 jam
Keperawatan partial 4 jam
Keperawatan mandiri 2 jam
5. Evaluasi
Pada tahap ini perawat mengkaji respon klien
terhadap intervensi keperarwatan dan kemudian
membandingkan respon tersebut dengan
standar. Standar ini sering disebut sebagai
“outcome criteria” perawat menilai sejauh mana
tujuan atau hasil keperawatan telah tercapai.
Selanjutnya semua tindakan keperawatan yang
telah dilakukan oleh perawat didokumentasikan
dalam format implementasi dan dievaluasi
dengan menggunakan pendekatan SOAP (subjective, objective, analyses, planning). Disamping
itu terkait dengan
pendekatan SOAP setiap kali selesai berinteraksi dengan pasien, perawat memberikan
penugasan atau kegiatan yang terkait dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan
sebagai tindak lanjut. Penugasan atau kegiatan ini dimasukkan kedalam jadwal aktivitas
pasien dan diklasifikasikan apakah tugas tersebut dilakukan secara mandiri (M), dengan
bantuan sebagian (B), atau dengan bantuan total (T). Setiap hari kemampuan melakukan
tugas atau aktivitas ini dievaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Cushway, B. dan Lodge , D. (1999) Organisational behavior and design, perilaku organisasi dan
desain organisasi, Jakarta : PT Elex Media Indonesia, Terjemahan Dauglass ,L.A. (1984).

The Effective Nurse Leader ang Manager, @ nd .ed. St. Louish : The CV Mosby Company
Departemen Kesehatan RI (2002)

Model Praktek Keperawatan Profesional, Edisi pertama, Jakarta , EGC (2006) Model Praktek
Keperawatan Profesional, Panduan Implementasi , Edisi pertama, Jakarta , EGC Swansberg,RC
& Swansberg RJ ( 1999) Introductory manajemen and leadership for nurses: an interactive text,
Second edition.,

Boston : Jones and Bartlett Publishers. Tappen GR (2001) Nursing Leadership and Management
Consep and Practice , 4 th ed, FA Davis, Philadelphia Thoha. M (2008)

Perilaku organisasi: Konsep dasar dan aplikasinya. Cetakan ke18 , Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada Gillies, D.A. (1994) Nursing management a system approach, Philadelphia : W.B
Sounders Company Mariono, (2001) .,

Semiloka : Model Praktek Keperawatan Profesional II, Jakarta 12 -14 Juli 2000. Gillies, (1994)

Nursing Management a System Approach, Philadelphia : WB Saunders Kron and Gray, (1987),

The Management of Patient Care : Putting Leadership Skill to Work, 6 th, Philadelphia : WB
Saunders.  Manajemen Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan  192 Sitorus Ratna,
(1998) , Jurnal Keperawatan Indonesia : Pengembangan Model PKP di RSUP Cipto
Mangunkusumo, Jakarta: FIK UI Swansburg Russell, (2001), muka

MODUL PEMBELAJARAN 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian rencana kerja tim
Perencanaan adalah proses yang mendefinisikan tujuan dari organisasi, membuat strategi
digunakan untuk mencapai tujuan dari organisasi, serta mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi. Perencanaan merupakan proses-peroses yang penting dari semua fungsi manajemen
sebab tanpa perencanaan  (planning) fungsi pengorganisasian, pengontrolan maupun pengarahan
tidak akan dapat berjalan.
Rencana kerja adalah serangkaian tujuan dan proses yang bisa membantu tim dan/atau
seseorang mencapai tujuan tersebut. Dengan membaca rencana kerja, seseorang bisa memahami
skala sebuah proyek dengan lebih baik. Ketika digunakan di dunia kerja maupun akademik,
rencana kerja membantu untuk mengerjakan proyek dengan teratur. Melalui rencana kerja,
seseorang/tim dapat memecah proses jadi tugas-tugas kecil yang ringan sekaligus mengetahui
apa saja yang ingin capai.
Tim adalah sekelompok orang yang saling berhubungan atau bekerja sama untuk tujuan
yang sama. Menurut Naresh Jain (2009). Tim memiliki anggota dengan keterampilan yang saling
melengkapi dan menghasilkan sinergi melalui upaya yang terkoordinasi yang memungkinkan
setiap anggota untuk memaksimalkan kekuatan mereka dan meminimalkan kelemahan mereka.

B. Tujuan Perencanaan

Dengan ada perencanaan yang baik dapat diketahui :


1. Tujuan dan cara pencapaiannya
2. Struktur organisasi yang dibutuhkan
3. Jenis, jumlah dan kualifikasi staf yang dibutuhkan
4. Metode yang tepat mencapai tujuan
5. Kemampuan pemimpin dalam menggerakkan organisasi
6. Bentuk dan standar, pengawasan serta hasil evaluasi.

C. Kriteria Perencanaan

Menurut Zaidin, (2010) kriteria perencanaan dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Kemanfaatan/kegunaan
Agar perencanaan bermanfaat sesuai dengan kebutuhan maka rencana tersebut harus fleksibel,
sesuai dengan situasi dan kondisi, stabil, tidak sering berubah, berkesinambungan, sederhana
(tidak rumit) dan menyeluruh (tidak sepotong – sepotong ).
2. Ketepatan dan Objektifitas Rencana
Rencana yang efektif adalah rencana tepat, ringkas, cermat, sesuai dengan data/informasi.
3. Ruang Lingkup
Perencanaan harus lengkap/menyeluruh ( comprehensive), terpadu (unity) dan konsisten.
4. Efektifitas Biaya
Dengan perencanaan harus dapat memberikan keuntungan/ nilai lebih..
5. Akuntabilitas
Suatu rencana harus dapat dipertanggung jawabkan pelaksanaan dan penerapannya.
6. Ketepatan Waktu
Perencanaan harus tepat waktu dibutuhkan bukan sesudah atau saat selesai dikerjakan.

D. Manfaat Perencanaan

Menurut Zaidin, (2010) perencanaan memiliki manfaat sebagi berikut :


1. Dengan perencanaan yang jelas, objektif dan rasional, dapat menjadi acuan bagi fungsi
manajemen lainnya.
2. Dengan perencanaan yang baik dapat diperkirakan kemungkinan yang akan terjadi pada masa
yang akan datang.
3. Dengan perencanaan yang baik dapat diperoleh gambaran (visualisasi) kegiatan secara
menyeluruh dan pemusatan pada tujuan sasaran yang telah ditentukan.
4. Dengan perencanaan diharapkan kegiatan – kegiatan akan lebih teratur, berdaya guna (efesien),
dan berhasil guna (efektif)
5. Dengan perencanaan kegiatan – kegiatan akan lebih terarah dan teratur.
6. Perencanaan pedoman/dasar untuk pengawasan dan pengendalian kegiatan.
7. Perencanaan merangsang prestasi kerja karyawan karena semua kegiatan jelas input, proses dan
outputnya.
8. Perencanaan dapat memperkecil risiko, mengurangi ketidakpastian dan meminimalkan kegiatan
– kegiatan yang tidak perlu.
9. Dengan perencanaan dapat diketahui urutan prioritas masalah dan prioritas perencanaannya.
10. Perencanaan dapat mendorong peningkatan upaya penelitian dan pengembangan yang relevan.
11. Perencanaan member gambaran sumber daya yang dibutuhkan (tenaga, dana, peralatan, metode,
informasi, organisasi dan lain – lain).
12. Dengan perencanaan dapat dipilih berbagai alternative pencapaian tujuan.

E. Jenis – jenis perencanaan

Menurut Zaidin, (2010) jenis – jenis perencanaan dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu
:
1. Menurut Jangka Waktu
a. Rencana jangka panjang : 20 – 25 tahun
b. Rencana jangka menengah : 5 tahun
c. Rencana jangka pendek : 1 tahun
2. Menurut Wilayah
a. Perencanaan nasional
b. Perencanaan regional
c. Perencanaan provinsi
d. Perencanaan kabupaten
e. Perencanaan desa
3. Menurut Tingkatnya
a. Rencana induk (master planning) yakni suatu rencana induk yang bersifat luas, yang dipakai
sebagai pedoman untuk menyusun rencana lainnya yang lebih bersifat spesifik.
b. Rencana operasional (operasional planning) yakni suatu rencana yang bersifat
operasional/pelaksanaan program.
c. Rencana harian adalah suatu perencanaan dari hari kehari yang dilakukan untuk melaksanakan
program yang telah rutin sifatnya.
4. Menurut Cara Perumusannya
a. Button up planing
Button up planning yakni rencana disusun dari bawah kemudian disesuaikan dengan kebijakan
yang lebih tinggi.
b. Top down planing
Top down planning yakni perencaan disusun dari atas atau kebijaksanaan dan kemudian disusun
rencana yang lebih kecil/operasionalnya.
5. Menurut Luasnya/Lingkupnya Perencanaan
a. Perencanaan strategi
Perencanaan strategi yakni suatu perencanaan yang dipakai sebagai pedoman pokok berisikan
tujuan utama yang ingin dicapai dan berlaku untuk jangka waktu panjang. Perencanaan ini lebih
mengutamakan hasil dan cara pencapaian dan biasanya sukar diubah atau disesuaikan
b. Perencanaan taktis
Perencanaan taktis yakni perencanaan yang menjabarkan perencanaan strategi yang bersifat lebih
singkat, lebih operasional dan lebih luwes sesuai dengan situasi dan kondisi demi pencapaiannya
yang optimal. Perencanaan ini mengutamakan cara pencapaian hasil.
c. Perencanaan menyeluruh
Perencanaan menyeluruh yakni perencanaan yang bersifat menyeluruh, lengkap, terperinci
dengan memasukan berbagai factor yang mungkin mempengaruhinya/berhubungan dengannya.

F. Cara Dalam Membuat Perencanaan Kerja tim yang Baik

Berikut cara-cara dalam membuat perencanaan kerja yang baik:


1. dapat membimbing tim untuk bekerja sesuai rencana.
2. Tentukan tugas, anggaran, dan waktu. Dengan demikian semua rencana pekerjaan dapat
dijalankan dengan baik dan memudahkan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Atur secara logis. Aturlah tugas untuk masing-masing orang dalam satu tim kerja sesuai dengan
kemampuannya.
4. Work in progress. Jangan lupa Tentukan target. Tentukan tujuan dari keseluruhan pekerjaan
yang akan dilakukan.
5. Memilih pemimpin tim kerja yang tepat. Sangat penting memiliki pemimpin yang melaporkan
progress update secara teratur kepada seluruh pihak yang terlibat.
6. Rencana cadangan. Selalu siapkan sebuah rencana cadangan untuk menghadapi kondisi yang
dapat menghambat pekerjaan tim.
7. Evaluasi. Selalu lakukan evaluasi atas semua pekerjaan yang telah dilakukan sehingga dapat
diketahui apa yang perlu ditingkatkan dan dipertahankan.
Membuat perencanaan yang efektif dan berhasil perlu di tambahkan dengan niat, konsisten diri
serta jiwa yang ingin belajar dan tujuan untuk menjadikan apa yang dikerjakan menjadi lebih
baik dan maksimal karena dalam melakukan perencanaan akan membuat kita menjadi orang
yang teratur dan bisa mengarahkan fokus pada apa yang ingin dikerjakan.

G. Contoh Rencana Kerja Sebagai Anggota Tim

Tabel I.1. Rencana Harian Kepala Ruangan

Waktu Kegiatan Keterangan


07.00 Operan

Pre conference (jika jumlah tim lebih dari 1), mengecek SDM dan
sarana prasarana.
08.00 Mengecek kebutuhan pasien (pemeriksaan, kondisi dll)
09.00 Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang
memerlukan perhatian khusus
10.00 Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana

Perawat 1 :………………………..(nama)
……………………………………(tindakan)

Perawat 2 :………………………..(nama)

……………………………………(tindakan)

Perawat 3 :………………………..(nama)

……………………………………(tindakan)
11.00 Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil
12.00 Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum
teratasi

Ishoma
13.00 Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan
untuk sore, malam dan esok hari sesuai tingkat ketergantungan
pasien

Mengobservasi post conference
14.00 Operan

Tabel I.2. Rencana Harian Ketua Tim

Waktu Kegiatan Keterangan


07.00 Operan

Pre conference (jika jumlah anggota tim lebih dari 1 orang)

Membimbing makan dan memberi obat pasien


08.00 Pasien 1…………………………(tindakan)

Pasien 2…………………………(tindakan)

Pasien 3…………………………..(tindakan)
09.00 Supervisi perawat (dapat diatur sesuai kondisi dan kebutuhan)

Perawat 1.......................................(nama)

…………………………………..(tindakan)

Perawat 2.......................................(nama)

.......................................................(tindakan)
10.00 Memimpin Terapi Aktivitas Kelompok
11.00 Pasien 1…………………………(tindakan)

Pasien 2…………………………(tindakan)

Pasin 3…………………………..(tindakan)
12.00 Membimbing makan dan memberi obat pasien

Ishoma
13.00 Post conference dan menulis dokumentasi 
Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep

Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas


14.00 Operan

Tabel I.3. Rencana Harian Perawat Pelaksana

Waktu Kegiatan Ket


07.00 14.00 21.00 Operan

Pre conference (jika 1 tim lebih dari 1 orang)

Membimbing makan dan memberikan obat (dinas pagi)


08.00 15.00 22.00 Pasien 1……………………………(tindakan)

Pasien 2……………………………(tindakan)

Pasien 3……………………………(tindakan)
09.00 16.00 23.00 Pasien 4……………………………(tindakan)

Pasien 5……………………………(tindakan)

Pasien 6……………………………(tindakan)
10.00 17.00 24.00 Pasien 1……………………………(tindakan)

Pasien 2……………………………(tindakan)

Pasien 3……………………………(tindakan)
11.00 18.00 05.00 Pasien 4……………………………(tindakan)

Pasien 5……………………………(tindakan)

Pasien 6……………………………(tindakan)
12.00 19.00 Membimbing makan dan memberi obat pasien

Istirahat
13.00 20.00 06.00 Post Conference (jika tim lebih dari satu orang) dan
dokumentasi askep
14.00 21.00 07.00 Operan

Tabel I.4. Dokumentasi Pembuatan Rencana Harian (RH) Perawat

Bulan :

No Nama Perawat 1 2 3 4 5 6 7 30 Jml %

1 Ali    0     0   9 100
2 Adi -     0      9 90
3 Ani   0     0    9 100
4 Ami 0    0     0  8 100
5 Aki -    0       9 90
6 Bona 0    -     0  8 88,9
7 Buni   0     0    9 100
8 Buri    0     0   9 100

Rencana bulanan
Tabel I.5. Rencana Bulanan Kepala Ruangan
( ……………………..)
Tabel I.6. Rencana Bulanan Ketua Tim

 RENCANA KEGIATAN BULANAN KETUA TIM

Bulan  : ______________________
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 2 3 4 5 6 7

Rapat Supervisi PA Supervisi PA Supervisi PA Supervisi PA Case Conf


Ruangan Penkes Klg
8 9 10 11 12 13 14

Alokasi Supervisi PA Supervisi PA Supervisi PA Supervisi PA Case Conf


pasien Penkes Klg
15 16 17 18 19 20 21

Alokasi Supervisi PA Supervisi PA Supervisi PA Supervisi PA Case Conf


pasien Penkes Klg
22 23 24 25 26 27 28

Menyusun Supervisi PA Supervisi PA Supervisi PA Supervisi PA Case Conf


jadwal dinas Penkes Klg
Tim
29 30 31

Menyusun Koordinasi Menyusun


Laporan Tim dg Katim Laporan
menyusun Bulanan
Lap Bln
Ketua Tim                                                                                          Kepala Ruangan

( ……………………..)                                                                        ( ………………………)

VISI DAN MISI


Pengertian visi dan misi

Visi adalah sebuah kata yang berasal dari kata Inggris yang berarti pandangan dan hal ini sangat

berkaitan dengan suatu rencana yang akan disusun untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang

sifatnya umum. Didalam perjalanannya kata VISI sering digunakan juga untuk hal hal yang

sifatnya khusus bahkan hampir setiap kegiatan baik itu yang sifatnya kegiatan amal, kegiatan

pendidikan ataupun kegiatan komersial selalu menggunakan kata VISI dalam membuat rencana

atau program kerja mereka. Namun demikian kata VISI tetap pada arti yang aslinya yaitu suatu

pandangan kedepan yang akan menjadi sasaran ataupun tujuan akhir dari suatu kegiatan. Jadi

sebuah VISI adalah suatu pandangan yang sifatnya sangat umum tetapi mengandung suatu arti

yang cukup dalam sehingga didalam membuat suatu uraian mengenai VISI harus benar benar

dipikirkan artinya yang lebih filosofis tetapi terungkap dalam kata yang sederhana.

Visi bagi organisasi dapat digunakan sebagai:

1. Penyatuan tujuan, arah dan sasaran perusahaan

2. Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya

3. Pembentuk dan pembangun budaya perusahaan (corporate culture)

Misi mempunyai arti yang sangat berlainan dengan kata VISI karena di dalam kata misi

terkandung suatu pesan kemanusiaan yang tinggi dan juga terkandung suatu aktivitas yang

mengarah kepada suatu tujuan dari aktivitas tersebut dalam kaitan dengan kemanusiaan. Didalam

kesehariannya kata MISI sering disatukan dengan kata VISI dan hal ini seolah olah telah menjadi

suatu acuan umum bagi setiap kegiatan yang akan dilaksanakan dan sepertinya dua kata ini

sudah saling dijodohkan satu sama lain, sehingga apabila hanya terdapat satu kata saja akan

terasa tidak pas. Sebenarnya hal ini terlalu diada-adakan karena tidak selalu setiap pekerjaan
mengandung suatu VISI ataupun mengandung suatu MISI dan tidak selalu setiap kegiatan harus

dibuat VISI ataupun MISI nya karena setiap apapun yang kita lakukan seringkali secara otomatis

sudah mengandung kedua unsur tadi tanpa harus ditulis secara khusus.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa misi adalah pernyataan

tentang apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan dalam usahanya mewujudkan visi. Misi

merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar

cara pencapaian visi. Adapun manfaat misi antara lain :

1. Memastikan tujuan dasar organisasi

2. Memberikan basis atau standar untuk mengalokasikan SD di organisasi

3. Menciptakan kondisi atau iklim organisasi yang umum

4. Menjadi titik utama bagi individu dalam mengidentifikasi tujuan dan arah organisasi

5. Memfasilitasi penerjemahan tujuan menjadi struktur kerja yang melibatkan penungasan

hingga elemen tanggung jawab dalam organisasi

Memberikan tujuan dasar organisasi dan kemungkinan utk menerterjemahkan tujuan dasar ini

menjadi tujuan dalam bentuk sedemikian rupa hingga parameter waktu, biaya, dan kinerja dapat

dievaluasi dan dikontrol.  

Pentingnya Visi dan Misi


   

VISI merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi

atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan

pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat

krusial bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang

Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta kebutuhan organisasi di masa

depan seperti yang diungkapkan oleh Kotler yang dikutip oleh Nawawi (2000:122), Visi adalah
pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang

ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai

yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan.

Begitu pula dengan MISI. Pada dasarnya MISI merupakan alasan mendasar eksistensi suatu

organisasi. Pernyataan misi organisasi, terutama di tingkat unit bisnis menentukan batas dan

maksud aktivitas bisnis perusahaan. Jadi perumusan misi merupakan realisasi yang akan

menjadikan suatu organisasi mampu menghasilkan produk dan jasa berkualitas yang memenuhi

kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggannya.

Dalam sebuah blognya (Heru; 2006) mengungkapkan ”Sering kali pernyataan visi misi

organisasi kurang tepat menggambarkan tujuan organisasi sehingga sering di jumpai adanya

kesulitan pada saat melakukan deploy visi misi menjadi set of action yang akan digunakan untuk

mengukur kinerja organisasi dengan menggunakan metode balance scorecard”.

Jansen Sinamo (2005) yang memberikan 12 kriteria mengenai kriteria visi dan misi yang hidup

dan efektif, yang terpenting yang bisa saya ambil yaitu:

1. Visi-misi harus sesuai dengan roh zaman dan semangat perjuangan organisasi

2. Visi-misi harus mampu menggambarkan sosok organisasi idaman yang mampu memikat hati

orang

3. Visi-misi harus mampu menjelaskan arah dan tujuan organisasi

4. Visi-misi harus mudah dipahami karena diungkapkan dengan elegan sehingga mampu

menjadipanduan taktis dan strategis

5. Visi-misi harus memiliki daya persuasi yang mampu mengungkapkan harapan, aspirasi,

sentimen, penderitaan para stakeholder organisasi

6. Visi-misi harus mampu mengungkapkan keunikan organisasi dan menyarikan kompetensi khas

organisasi tersebut yang menjelaskan jati dirinya dan apa yang mampu dilakukannya
7. Visi-misi harus ambisius, artinya ia harus mampu mengkiristalkan keindahan, ideal kemajuan,

dan sosok organisasi dambaan masa depan, sehingga mampu meminta pengorbanan dan

investasi emosional dari segenap stakeholder organisasi.

Perumusan visi misi

1. Visi Rumah Sakit

Visi RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung yaitu :

“Menjadi Rumah Sakit yang Memberikan Pelayanan Profesional, Bermutu, Nyaman dan

Mandiri”

2. Misi Rumah Sakit

Misi RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung yaitu:

a. Menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional untuk menunjang pelayanan

kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan.

b. Pelayanan kesehatan, bermutu, terjangkau dan informatif serta berorientasi pada kepuasan

pasien.

c. Menciptakan lingkungan Rumah Sakit yang bersih, hijau dan bebas dari polusi.

d. Mengelola seluruh sumber daya secara transparan, efektif, efisien dan akuntabel.

MODUL PEMBELAJARAN 6
PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KEPERAWATAN DI UNIT
KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan berkembangnya zaman, pelayanan kesehatan pun mengalami perkembangan
dalam upaya menghadapi era globalisasi yang menuntut persaingan yang cukup tinggi diantara
rumah sakit baik rumah sakit swasta maupun pemerintah. Pada kondisi persaingan yang tinggi,
pelanggan memiliki informasi yang memadai dan mampu untuk memilih diantara beberapa
alternatif pelayanan yang ada. Oleh karena itu untuk memenangkan persaingan dalam
mendapatkan pelanggan, rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas yang dapat memberikan kepuasan pada klien (Windy Rakhmawati, 2008). Salah satu
bagian yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yaitu pelayanan
keperawatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
mempunyai kontribusi yang besar terhadap pelayanan kesehatan, selain itu keperawatan
merupakan armada terbesar dalam pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit sehingga pelayanan
keperawatan mempunyai posisi yang sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan dirumah sakit. Dan salah faktor utama untuk meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan adalah tenaga keperawatan yang efektif dan efisien sebagai sumber daya
manusia (Windy Rakhmawati, 2008). Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan
sangat ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang
memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis
dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan.,dan perencanaan yang baik
mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian
asuhan keperawatan, jumlah & kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga
keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan
merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit (Windy Rakhmawati,
2008).
Pengembangan tenaga kesehatan khususnya perawat sudah menjadi tanggung jawab pihak
rumah sakit untuk memiliki tenaga perawat yang bermutu karena keperawatan adalah suatu
profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit (Aditama, 2004). Tercapainya mutu pelayanan di rumah
sakit dapat melalui kegiatan manajemen sumber daya manusia atau yang disebut juga
manajemen ketenagaan di RS yang meliputi analisis kini dan mendatang tentang kebutuhan
tenaga, recruitment, seleksi, penempatan yang sesuai (placement), promosi, pensiun (separation),
pengembangan karir, pendidikan dan pelatihan (Aditama, 2004). Griffith JR (1987) dalam buku
The Well Managed Community Hospital (dalam Aditama, 2004) bahwa kegiatan dalam
perencanaan meliputi mengantisipasi jumlah dan jenis pekerjaan yang dibutuhkan, jadwal waktu
untuk recruitment, retraining dan pemutusan hubungan kerja bila dibutuhkan, gaji dan
kompensasi yang akan diberikan dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi yang ada serta
berbagai kemungkinan perubahan dalam kebijaksanaan kesehatan. Di masa depan, manajemen
SDM menjadi hal yang sangat potensial untuk diperhatikan oleh para pemimpin rumah sakit.
Ketepatan dalam pemilihan, penerimaan, pengelolaan dan pengembangan SDM rumah sakit
merupakan kunci sukses rumah sakit untuk berkembang (Ilyas, 2004).
2. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1.Tujuan Umum
Setelah membahas lebih lanjut mengenai “Perencanaan Tenaga Keperawatan”, diharapkan
mahasiswa mampu memahami tentang Manajemen Keperawatan, khususnya dalam manajemen
perencanaan tenaga keperawatan dan metode perhitungannya yang dapat mempengaruhi proses
pelayanan kesehatan terutama pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas dalam rumah
sakit.
2.Tujuan Khusus
1) Menjelaskan pengembangan tenaga keperawatan di rumahsakit.
2) Menjelaskan perencanaan tenaga keperawatan di rumah sakit.
3) Menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit dengan metode douglas ,metode
Akuitas,metode gillies dan metode Swansburg.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Perencanaan tenaga (staffing) keperawatan merupakan salah satu fungsi utama pimpinan
organisasi dalam keperawatan. Keberhasilan pimpinan organisasi dalam merencanakan perawat
ditentukan oleh kualitas SDM (Arwani & Suprianto, 2006). Perencanaan tenaga kesehatan
adalah proses memperkirakan jumlah tenaga dan jenis pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang dibutuhkan untuk mencapai target pelayanan kesehatan yang telah ditentukan dan mencapai
tujuan kesehatan. Perencanaan ini mencakup persiapan: siapa yang berbuat apa, kapan, dimana,
bagaimana, dengan sumber daya apa dan untuk populasi mana. Perencanaan tenaga rumah sakit
adalah sebagai perencanaan tenaga kesehatan untuk mencapai target pelayanan rumah sakit yang
dibutuhkan yang akan membantu pencapaian target kesehatan.
Langkah-langkah perencanaan tenaga rumah sakit secara garis besar sama dengan
langkah-langkah perencanaan tenaga pada umumnya. Memang ada beberapa kekhususan-
kekhususan sesuai dengan fungsi rumah sakit (Junaidi, 1988 dalam Analisis Kebutuhan Tenaga
Perawat Di Instalasi Rawat Inap RSUD Karimun oleh Liza Sri, 2011). Menurut Ilyas (2004)
dalam menentukan kebutuhan SDM rumah sakit harus memperhatikan beberapa faktor seperti
ukuran dan tipe rumah sakit; fasilitas dan tipe pelayanan yang ditawarkan; jenis dan jumlah
peralatan dan frekuensi pemakaiannya; kompleksitas penyakit; usia pasien dan lamanya waktu
tinggal di rumah sakit; pemberian cuti, seperti melahirkan, liburan, sakit, dan tugas belajar;
keterbatasan anggaran; turn over (mengundurkan diri) personel dan tingkat ketidak hadiran;
pelayanan dan perawatan kesehatan 24 jam dan lain-lain
Menurut Suyanto (2008), perhitungan tenaga kerja perawat perlu diperhatikan hal-hal,
sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan.
a. Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien sesuai dengan jenis
penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan sosial ekonomi dan harapan
pasien dan keluarga.
b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan, kebijakan pengaturan
dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja,
tenaga perawat spesialis dan sikap ethis professional.
c. Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, layout keperawatan, fasilitas dan
jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan peralatan medik atau diagnostik, pelayanan
penunjang dari instalasi lain dan macam kegiatan yang dilaksanakan.
d. Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan pembinaan dan
pengembangan.
B.METODE PENUGASAN

Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi
pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini adalah sebagai berikut :

 Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai
pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi,
misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal.
Kelebihan :
2) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan pengawasan yang
baik.
3) Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
4) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan
kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.

Kelemahan :
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja.

b. Metode Perawatan Tim

Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin


sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas,
1992)
Tujuan Metode Tim :
1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
2) Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
3) Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda

Konsep Metode Tim :


1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan.
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika didukung oleh
kepala ruang

c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap
asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keul ar rumah sakit. Mendorong praktek
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan dan pelaksana. Metode
primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dengan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.

Konsep dasar metode primer :


1) Ada tanggungjawab dan tanggunggugat
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga

Kelebihannya :
1) Model praktek profesional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya

Kelemahannya :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai
dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
2) Biaya lebih besar

d. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat
ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan
bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa ditreapkan satu pasien satu perawta, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau
untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.
Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

C. METODE PERHITUNGAN PERENCANAAN TENAGA KEPERAWATAN


1.Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah perawat yang
dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing- masing
kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :

Klasifikasi Klien
Jml
klien Minimal Parsial Total
pagi Sore malam pagi sore malam pagi sore malam
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

2. 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

dst

CONTOH SOAL:
Contoh :
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang
dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total.

Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :


Minimal Partial total Jumlah
Pagi 0.17 x 3 = 0.51 0.27 x 8 = 2.16 0.36 x 6 = 2.16 4.83 (5) orang
Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4) orang
Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2) orang
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11 orang

2..Metode SistemAkuitas

Kelas 1: 2 jam/hari
Kelas 2: 3 jam/hari
Kelas 3:4,5 jam/hari
Kelas 4: 6 jam/hari

Untuk tiga kali pergantian shift → Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%

3.Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit perawatan adalah
sebagai berikut :
Jumlah jam keperawatan rata rata jumlah
Yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari x hari/tahun
Jumlah hari/tahun - hari libur x jumlah jam kerja
Masing masing tiap perawat
Perawat

jumlah keperawatan yang dibutuhkan /tahun

= jumlah jam keperawatan yang di berikan perawat/tahun

= jumlah perawat di satu unit

Prinsip perhitungan rumus Gillies :


Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1).waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesfiikasi pembagian
adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1 jam , keperawatan partial (partial care ) =
¾ x 4 = 3 jam , keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif
(intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.
2).Waktu keperawatan tidak langsung
 menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
 menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari
3) Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25 jam/hari/klien
4) Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit berdasarkan rata rata biaya
atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 % Jumlah tempat tidur x 365 hari
 Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.
 Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari minggu/libur = 52 hari ( untuk
hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus
diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ), hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8
hari).

 Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 6 hari maka
40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)

 Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20% (untuk antisipasi
kekurangan /cadangan ).
 Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %

Contoh :
Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan
ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total)
Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah jam kerja perhari
40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)

 Jumlah jam keperawatan langsung


- Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam
- Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam
Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam

Jumlah jam = 63 jam


• Jumlah keperawatan tidak langsung 17 orang klien x 1 jam = 17 jam

 Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam


Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :
63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari

17 orang

Jumlah tenaga yang dibutuhkan :


4,96 x 17 x 365 = 30.776,8 = 15,06 orang ( 15 orang )
(365 – 73) x 7 2044
Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18 orang /hari Perbandingan
profesional berbanding dengan vocasional
=55% : 45 % = 10 : 8 orang

4. Metode swansburg
Contoh :
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari . Jumlah jam kontak
langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
-total jam perawat /hari : 17 x 5 jam = 85 jam
jumlah perawat yang dibutuhkan : 85 / 7 = 12,143 ( 12 orang) perawat/hari
-Total jam kerja /minggu = 40 jam
jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) = 84 shift/minggu
jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang
(jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7 jam/shift)

Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999), merekomendasikan untuk


pembagian proporsi dinas dalam satu hari → pagi : siang : malam = 47 % : 36 % : 17 %
Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 14 orang
- Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang
- Sore : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang
- Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Salah satu aspek penting tercapainya mutu pelayanan di suatu rumah sakit adalah
tersedianya tenaga keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Untuk hal ini
dibutuhkan kesiapan yang baik dalam membuat perencanaan terutama tentang ketenagaan.
Perencanaan ketenagaan ini harus benar benar diperhitungkan sehingga tidak menimbulkan
dampak pada beban kerja yang tinggi sehingga memungkinkan kualitas pelayanan akan menurun.
Dan bila dibiarkan jakan menyebabkan angka kunjungan klien ketempat pelayanan
kesehatan akan menurun sehingga pendapatan rumah sakit juga akan menurun.
Seorang menajer keperawatan harus mampu membuat perencanaan ketenagaan dengan
baik, yaitu dengan memanfaatkan hasil perhitungan yang didasarkan pada data-data kepegawaian
sesuai dengan yang ada di rumah sakit tersebut. Dalam melakukan penghitungan kebutuhan
tenaga perawat di rumah sakit, kita dapat menggunakan beberapa rumus dimana tiap metode
penghitungan pada prinsipnya hampir sama akan tetapi memiliki kekhasan bagi situasi dan
kondisi tertentu dari sistem pemberian layanan asuhan keperawatan kepada klien.

MODUL PEMBELAJARAN 7
PENGORGANISASIAN DALAM MATA KULIAH KEPERAWATAN SEBAGAI SUB
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DAN STRUKTUR ORGANISASI
A. Batasan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan
kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo
adalah sebuah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Sedangkan
menurut Levey dan Loomba (1973), pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat
Definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Sesuai dengan
batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan
yang ditemukan banyak macamnya. Karena kesemuanya ini ditentukan oleh:
a) Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi.
b) Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan,
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan atau
kombinasi dari padanya.
c) Sasaran pelayanan kesehatan, apakah untuk peseorangan, keluarga, kelompok ataupun untuk
masyarakat secara keseluruhan.
B. Macam-macam pelayanan Kesehatan
Menurut pendapat Hodgetts dan Casco (1983), jenis pelayanan kesehatan secara
umum dapat dibedakan atas dua, yaitu:
1. Pelayanan kedokteran: Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan
kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri
(solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk
perseorangan dan keluarga.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat: Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok
kesehatan masyarakat (public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang
umumnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya
untuk kelompok dan masyarakat.

Tabel 1. Perbedaan Pelayanan Kedokteran dengan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan Kedokteran Pelayanan Kesehatan Masyarakat


 Tenaga pelaksananya  Tenaga pelaksananya
terutamaadalah terutama ahli kesehatan
dokter. masyarakat

 Perhatian utamanya  Perhatian utamanya pada pencegahan penyakit


pada
peyembuhan penyakit  Sasaran utamanya adalah masyarakat
 Sasaran utamanya adalah secara keseluruhan.
perseorangan atau keluarga  Selalu berupaya mencari cara yang efisien.
 Kurang memperhatikan efisiensi  Dapat menarik perhatian masyarakat
 Tidak boleh menarik perhatian karena misalnya dengan penyuluhan kesehatan.
bertentangan dengan etika kedokteran.  Menjalankan fungsi dengan mengorganisir
 Menjalankan fungsi perseorangan dan masyarakat dan mendapat dukungan undang-
terikat dengan undang- undang undang

 Penghasilan diperoleh  Penghasilan berupa gaji dari pemerintah


dari imbalan
jasa.  Bertanggung jawab kepada seluruh
 Bertanggung jawab hanya kepada masyarakat
penderita  Dapat memonopoli upaya kesehatan
 Tidak dapat memonopoliupaya
 Menghadapi berbagai berbagai persoalan
kesehatan dan bahkan mendapat saingan kepemimpinan.

 Masalah administrasi amat


sederhana.

Secara sederhana, kedua pembagian yang seperti ini dapat digambarkan dalam bagan 1.
Bagan 1. Pembagian Pelayanan Kesehatan
C. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan
Sekalipun pelayanan kedokteran berbeda dengan pelayanan kesehatan masyarakat, namun
untuk dapat disebut sebagai suatu pelayanan kesehatan yang baik, keduanya harus memiliki
berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah.
1. Tersedia dan berkesinambungan (available dan continous)
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus
tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan (continous). Artinya semua
jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta
keberadaanya dalam masyarakakt adalah setiap saat yang dibutuhkan.
2. Dapat diterima dan wajar (acceptable dan appropriate)
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik ada- lah yang dapat diterima (acceptable)
oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya, pelayanan kesehatan tersebut tidak
bertentangan dengan keyakinan dan ke- percayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
berten- tangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat
serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
3. Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik ada- lah yang mudah dicapai (accessible)
oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan disini terutama dari sudut
lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka
pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu
terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan di daerah pedesaan,
bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
4. Mudah di jangkau
Syarat pokok keempat peayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dijangkau (affordable)
oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini terutama dari sudut
biaya.Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya
pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.Pelayanan
kesehatan yang mahal dank arena itu hanya mungkin di nikmati oleh sebagian kecil masyarakat
saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

5. Bermutu
Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu (quality). Pengertian
mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa
pelayanan dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar
yang telah di tetapkan.

D. Masalah Pelayanan Kesehatan


Dalam syarat pokok pelayanan kesehatan terdiri atas 5 hal. Namun, kelima persyaratan
pokok ini sering kali tidak dipenuhi dalam perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.
Dengan telah berkembangnnya ilmu dan teknologi, terjadi beberapa perubahan dalam
pelayanan kesehatan. Perubahan yang seperti ini di satu pihak memang mendatangkan banyak
keuntungan seperti misalnya meningkatnya mutu pelayanan yang dapat dilihat dari makin
menurunnya angka kesakitan, cacat, dan kematian serta meningkatnya umur harapan hidup
rata-rata. Tetapi di pihak lain, perubahan yang seperti ini ternyata juga mendatangkan banyak
masalah sebagai berikut (Wijono, 2000):
1. Terkotak-kotaknya pelayanan kesehatan Timbulnya pengkotakan dalam pelayanan kesehatan
(frag- mented health services), erat hubungannya dengan mun- culnya spesialisasi dan sub
spesialisasi dalam pelayanan kesehatan. Dampak negative yang ditimbulkan ialah
menyulitkan masyarakat memperoleh pelayanan kese- hatan yang apabila, berkelanjutan pada
gilirannya akan menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan.
2. Berubahnya sifat pelayanan kesehatanPerubahan ini muncul sebagai akibat telah terkotak-
kotaknya pelayanan kesehatan, yang pengaruhnya teru- tama ditemukan pada hubungan dokter
pasien. Sebagai akibat munculnya spesialis dan sub spesialis menyebabkan perhatian
penyelenggara pelayanan kesehatan tidak dapat lagi diberikan secara menyeluruh. Perhatian
tersebut hanya tertuju kepada keluhan dan ataupun organ tubuh yang sakit saja.

E. Pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu


Pengertian pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu ada dua macam.
Pertama, pelayanan kesehatan yang berhasil memadukan barbagai upaya kesehatan yang ada di
masyarakat yakni, pelayanan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan
penyembuhan penyakitbserta pemulihan kesehatan (Azwar, 2000). Suatu pelayanan kesehatan
disebut sebagai pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu apabila kelima jenis
pelayanan ini diselenggarakan bersamaan. Kedua, pelayanan kesehatan yang menerapkan
pendekatan yang menyeluruh (holistic approach). Jadi, tidak hanya memperhatikan keluhan
penderita saja, tetapi juga berbagai latar belakang sosial ekonomi, social budaya, sosial
psikologi, dan lain sebagainya.
F. Stratifikasi pelayanan kesehatan
Strata pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap negara tidaklah sama, namun secara umum
berbagai strata ini dapat di kelompokkan menjadi tiga macam yakni (Azwar, 1988):
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primery health services) adalah pelayanan kesehatan yang
bersifat pokok, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai
strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan
kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua
Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kese- hatan yang lebih lanjut, telah bersifat
rawat inap dan untuk menyelenggarakannnya telah dibutuhkan tersediannya tenaga-tenaga
spesialis.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga
Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang bersifat lebih compleks dan
umumnya di- selenggarakan oleh tenaga-tenaga sub spesialis.

G. Sistem Rujukan
Sistem rujukan kesehatan di Indonesia telah dirumuskan dalam Permenkes No. 01 tahun
2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal balik pelayanan kesehatan secara
timbal balik baik vertikal maupun horizontal. Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana
dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan
sakitnya (Permenkes Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan, 2012).
Jenis rujukan secara konseptual menyangkut hal-hal sebagai berikut (Hatmoko, 2000):
a. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain
b. Pengiriman bahan (spesimen) unutuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
c. Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk mutu pelayanan
pengobatan.

H. Manfaat Sistem Rujukan


Adapun manfaat dari sistem rujukan adalah sebagai berikut (Hatmoko, 2000):
1. Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan (policy maker), manfaat sistem rujukan
adalah membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam
peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan; memperjelas sistem pelayanan kesehatan,
karena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia;
memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan.
2. Dari sudut masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan (health consumer), manfaat sistem
rujukan adalah meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama
secara berulang-ulang; mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah
diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.
3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan keseahatan (health provider),
manfaat sistem ru- jukan adalah memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai
akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.
4. Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja sama yang terjalin;
memudahkan atau meri- ngankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai
tugas dan kewajiban tertentu.

I. Program Menjaga Mutu


Berikut pengertian-pengertian mengenai program menjaga mutu menurut para ahli (Azwar,
1994):
1. Maltos & Keller (1989) menyebutkan bahwa program menjaga mutu adalah suatu upaya yang
berkesinambungan, sistematis dan objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang
diselenggarakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, serta menyelesaikan
masalah yang ditemukan untuk memperbaiki mutu pelayanan.
2. Ruels & Frank (1988) menyebutkan bahwa program menjaga mutu adalah suatu proses untuk
memperkecil kesenjangan antara penampilan yang ditemukan dengan keluaran yang diinginkan
dari suatu sistem, sesuai dengan batas-batas teknologi yang dimiliki oleh sistem tersebut
3. The American Hospital Association (1988) menyebutkan bahwa program menjaga mutu adalah
suatu upaya terpadu yang mencakup identifikasi dan penyelesaian masalah pelayanan yang
diselenggarakan, serta mencari dan memanfaatkan berbagai peluang yang ada untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan.
4. Joint Commission on Acreditation of Hospitals (1988) menyebutkan bahwa program menjaga
mutu adalah suatu program berlanjut yang disusun secara objektif dan sistematis dalam
memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan, menggunakan berbagai peluang yang
tersedia untuk meningkatkan pelayanan yang diselenggarakan serta menyelesaikan berbagai
masalah yang ditemukan.

J. Bentuk Program Menjaga Mutu


Bertitik tolak dari waktu penyelenggaraan maka jaminan mutu itu dapat dibedakan dalam
tiga macam bentuk yaitu (Nurmawati, 2010):
1. Program jaminan mutu prospektif (prospective quality assurance)
Program menjaga mutu prospektif (Prospective Quality Assurane) adalah program menjaga mutu
yang dilaksanakan sebelum pelayanan kesehatan diselenggarakan. Pada bentuk ini perhatian
utama lebih ditujukan pada unsur masukan serta lingkungan. Untuk menjamin
terselenggarakanya pelaynan kesehatan yang bermutu, dilakukan pemantauan dan penilaian
terhadap tenaga pelaksana, dana, serta sarana; disamping terhadap kebijakan, organisasi, dan
manajemen institusi kesehatan. (Jenny Sondakh. 2014)
2. Program jaminan mutu konkuren (concurrent quality assurance)
Program menjaga mutu konkuren (Concurrent Quality Assurance) adalah program menjaga
mutu yang diselenggarakan bersamaan dengan pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini, perhatian
utama lebih ditunjukkan pada unsur proses, yakni memantau dan menilai tindakan medis dan
nonmedis yang dilakukan. Apabila sebuah tindakan tersebut tidak sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan, maka berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan kurang bermutu.
3. Jaminan mutu Retrospektif (Retrospectif quality assurance)
Program menjaga mutu retrospektif adalah program menjaga mutu yang dilaksanakan setelah
pelayanan kesehatan diselenggarakan. Pada bentuk ini, perhatian utama lebih diutamakan pada
unsur keluaran, yakni menilai penampilan pelayanan kesehatan. Jika penampilan tersebut berada
dibawah standar yang ditetapkan, maka berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
kurang bermutu.

C. Pelayanan Kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical
services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri atau secara bersama-
sama dalam satu organisasi. Secara umum pelayanan kedokteran adalah sebagian dari pelayanan
kesehatan yang tujuan utamanya adalah menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan,
serta sasarannya adalah perseorangan. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga. Pada saat
ini pembagian tentang macam pelayanan kedokteran banyak ditemukan. Beberapa diantaranya
yang terpenting adalah (Hodgetts, 1982):
a. Ditinjau dari tenaga pengelola
Untuk ini pelayanan kedokteran dapat dibedakan atas dua macam yakni:
1) Diselenggarakan oleh satu orang. Bentuk pelayanan kedokteran yang diselenggarakan oleh satu
orang amat populer di Indonesia, inilah sebabnya banyak ditemukan dokter dan ataupun bidan
yang membuka praktek perseorangan.
2) Diselenggarakan oleh kelompok. Bentuk pelayanan kedokteran berkelompok merupakan hal
yang baru di Indonesia dan banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas dua macam
yakni:

 Hanya menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja, misalnya praktek bersama
dokter ahli kebidanan dan praktek bersama ahli kesehatan anak.

 Menyelenggarakan lebih dari satu macam pelayanan kedokteran, misalnya praktek bersama
dokter ahli kebidanan dengan dokter ahli kesehatan anak.
b. Ditinjau dari cara pelayanan yang diselenggarakan. Untuk ini pelayanan kedokteran dibedakan
atas dua macam, yakni:
1) Pelayanan rawat jalan. Contoh pelayanan rawat jalan (ambutory) adalah pelayanan kedokteran
yang dise- lenggarakan oleh poliklinik, balai pengobatan di Puskesmas.
2) Pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Contoh pela- yanan rawat jalan dan rawat inap
(hospitalization) adalah pelayanan kedokteran oleh rumah sakit dan rumah sakit bersalin.
c. Ditinjau dari macam pelayanan yang diselenggarakan.
1) Menyediakan satu macam pelayanan kedokteran saja. Misalnya praktek dokter umum.
2) Menyediakan lebih dari satu macam pelayanan kedokteran
3) Pelayanan kedokteran tidak lengkap/tidak menyeluruh (partial medical care) misalnya yang
diselenggarakan oleh BKIA.
4) Pelayanan kedokteran lengkap/menyeluruh (comprehensive medical care) misalnya yang dise-
lenggarakan oleh rumah sakit umum.
K. Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap
Pelayanan rawat jalan adalah salah satu bentuk dari pelayanan kedokteran, secara
sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang
disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap. Pelayanan rawat jalan (ambulatory)
adalah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan
pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam
bentuk rawat inap (hospitalization). Pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak hanya yang
diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal rumah sakit atau
klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien (home care) serta di rumah perawatan
(nursing homes) (Hodgetts, 1982).
Bentuk pertama dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh klinik yang
ada kaitannya dengan rumah sakit (hospital based ambulatory care). Jenis pelayanan rawat jalan
di rumah sakit secara umum dapat dibedakan atas 4 macam yaitu (Hodgetts, 1982):
1) Pelayanan gawat darurat (emergency services) yakni untuk menangani pasien yang butuh
pertolongan segera dan mendadak.
2) Pelayanan rawat jalan paripurna (comprehensive hospital outpatient services) yakni yang
memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan kebutuhan pasien.
3) Pelayanan rujukan (referral services) yakni hanya melayani pasien-pasien rujukan oleh sarana
kesehatan lain. Biasanya untuk diagnosis atau terapi, sedangkan perawatan selanjutnya tetap
ditangani oleh sarana kesehatan yang merujuk.
4) Pelayanan bedah jalan (ambulatory surgery services) yakni memberikan pelayanan bedah yang
dipulangkan pada hari yang sama.

L. Pelayanan Gawat Darurat


Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang
dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera (imediatlely) untuk menyelamatkan
kehidupannya (life sav ing). Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat
darurat disebut dengan nama Unit Gawat Darurat (emergency Unit). Kegiatan yang menjadi
tanggung iawab UGD banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam
(Azwar, 1996)
1) Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat Bertujuan menyelamatkan kehidupan penderita,
namun sering dimanfaatkan hanya untuk memperoleh mendapatkan pelayanan pertolongan
pertama dan bahkan pelayanan rawat jalan.
2) Menyelenggarakan pelayanan penyeringan untuk kasus- kasus yang membutuhkan pelayanan
rawat inap intensif. Merujuk kasus-kasus gawat darurat yang dinilai berat untuk memperoleh
pelayanan rawat inap intensif.
3) Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat. Menampung serta menjawab semua
pertanyaan semua anggota masyarakat tentang segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
keadaan medis darurat (emergency medical questions).

M. Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat. Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Untuk menjalankan tugas nya, rumah sakit mempunyai fungsi (UU 44/2009
Tentang Rumah Sakit):
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan.

N. Organisasi Rumah Sakit


1. Para penentu kebijakan
Pada penentu kebijakan rumah sakit ini dikenal dengan nama Dewan Perwakilan (Board of
Trustees). Pada waktu awal dikenalkannya rumah sakit, ke dalam Dewan Perwakilan termasuk
wakil-wakil masyarakat. Tetapi pada saat ini, terutama untuk rumah sakit yang dikelola oleh
badan swasta, anggota Dewan Perwakilan umumnya adalah para pemilik rumah sakit. Sesuai
dengan namanya, maka tugas utama Dewan Perwakilan ialah menentukan kebijakan rumah sakit.
2. Para pelaksana pelayanan non-medis
Pada pelaksana pelayanan non-medis diwakili oleh kalangan administrasi (administrator).
Pelaksana pelayanan medis adalah mereka yang ditunjuk oleh Dewan Perwakilan untuk
mengelola kegiatan rumah sakit. Tugas utamanya ialah mengelola kegiatan aspek non-medis
rumah sakit sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Dewan Perwakilan.

3. Para pelaksana pelayanan medis


Para pelaksana pelayanan medis diwakili oleh kalangan kesehatan (medical staff).
Pelaksana pelayanan medis adalah mereka yang bekerja di rumah sakit untuk menyelenggarakan
pelayanan medis rumah sakit. Sesuai dengan pengertian yang seperti ini maka tugas utama
kalangan kesehatan ialah menyelenggarakan pelayanan medis rumah sakit.

O. Pelayanan Dokter Keluarga


Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang dapat diseleng- garakan banyak

macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pelayanan kesehatan

personal (personal

health services) atau sering disebut pula sebagai pelayanan kedokteran (medical services).

Kedua, pelayanan kesehatan lingkungan (environmental health services) atau sering disebut pula

sebagai pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) (Hodgetts dan Cascio, 1983).

Menurut Leave and Clark (1953), jika pelayanan kesehatan tersebut terutama ditujukan untuk

menyembuhkan penyakit (curative) dan memulihkan kesehatan (rehabilitative) disebut dengan

nama pelayanan kedokteran. Sasaran utama pelayanan kedokteran adalah perseorangan dan

keluarga (Leave and Clark, 1953).

Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang

berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, tidak hanya memandang penderita

sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti

secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya. Pelayanan Dokter

Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK) sebagai penyaring di tingkat primer, dokter

Spesialis (DSp) di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang

kesemuanya bekerja sama dibawah naungan peraturan dan perundangan. Pelayanan

diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif, dengan

mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya

(Prasetyawati, 2011).
P. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat bertujuan untuk mening- katkan kesehatan dan

mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat. Oleh karena ruang lingkup

pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan masyarakat banyak, maka peranan

pemerintah dalam pela- yanan kesehatan masyarakat mempunyai bagian atau porsi yang besar.

Namun karena keterbatasan sumber daya pemerintah, maka potensi masyarakat perlu digali atau

diikutsertakan dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat tersebut. Mengalang potensi

masyarakat mencakup 3 dimensi, yaitu (Notoadmojo,2003):

1. Potensi masyarakat dalam arti komunitas (misalnya ma- syarakat RT, RW, Kelurahan dan
sebagainya). Bentuk- bentuk partisipasi dan penggalian potensi masyarakat dalam pelayanan

kesehatan masyarakat seperti adanya dana sehat,

iuran untuk PMT (Pembinaan Makanan Tambahan), untuk anak balita, dan sebagainya.

2. Menggalang potensi masyarakat melalui organisasi- organisasi masyarakat atau sering disebut
Lembaga- lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Penyelenggaraan pelayanan-pelayanan

kesehatan masyarakat oleh LSM-LSM pada hakikatnya merupakan bentuk partisipasi

masyarakat dalam system pelayanan kesehatan masyarakat.

3. Menggalang potensi masyarakat melalui perusahaan- perusahaan swasta yang ikut membantu
meringankan beban penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas, Balkesmas,

dan sebagainya).

Ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kesehatan masyarakat, baik

yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, antara lain (Notoadmojo,

2003):
1. Penanggung jawab. Pengawasan, standar pelayanan, dan sebagainya dalam pelayanan kesehatan
masyarakat baik pemerintah (Puskesmas) maupun swasta (Balkesmas) berada di bawah

koordinasi penanggung jawab seperti Departemen Kesehatan.

2. Standar pelayanan. Pelayanan kesehatan masyarakat, baik pemerintah maupun swasta harus
berdasarkan pada suatu standar tertentu. Di Indonesia standar ini telah ditetapkan oleh

Departemene Kesehatan, dengan adanya Buku Pedoman Puskesmas.

3. Hubungan kerja. Dalam hal ini harus ada pembagian kerja yang jelas antara bagian satu dengan
yang lain. Artinya, fasilitas kesehatan harus mempunyai struktur organisasi yang jelas yang

menggambarkan hubungan kerja baik horizontal maupun vertikal.

4. Pengorganisasian potensi masyarakat. Keikutsertaan masyarakat atu pengorganisasian

masyarakat ini penting, karena adanya keterbatasan sumber-sumber daya penye- lenggara

pelayanan kesehatan masyarakat.

Untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menye- luruh kepada seluruh masyarakat, maka

berikut ini akan dipaparkan beberapa program pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu

(Notoadmojo, 2003):

1. Puskesmas.

2. Keluarga Berencana (KB).

3. Kesehatan Ibu dan Anak.

4. Kesehatan sekolah.

5. Kesehatan gigi dan mulut.

6. Kesehatan jiwa.

7. Laboratorium sederhana.

8. Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).


9. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.

10. Pencegahan dan pemberantasan penyakit tak menular.

11. Program perbaikan gizi.

12. Program peningkatan kesehatan lingkungan.

Penanggung jawab pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah Departemen

Kesehatan yang menurut KEPRES No.15 tahun 1984 memang diserahtugaskan sebagai

penyelenggara sebagian dari tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang

kesehatan. Untuk itu, Departemen Kesehatan melalui segenap aparatnya tersebar di seluruh

tanah air, aktif menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat. Aparat yang dimaksud

adalah Kantor Wilayah Departemen Kesehatan yang terdapat di setiap propinsi dan Kantor

Departemen Kesehatan yang terdapat di setiap Kabupaten. Hanya saja sesuai dengan UU Pokok

Pemerintahan Daerah No.5 tahun 1974 dimana tanggung jawab kesehatan berada pada

Pemerintah Daerah maka tingkat pemerintah daerah juga aparat pemerintah yang bertanggung

jawab dalam bidang kesehatan. Aparat yang dimaksud adalah Kantor Dinas Kesehatan Provinsi

untuk tingkat provinsi, Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya untuk tingkat

Kabupaten/Kotamadya serta Kantor Kesehatan Kecamatan untuk tingkat Kecamatan.

Peranan kantor dalam Sistem Kesehatan di Indonesia, tidak hanya sebagai pelaksana

fungsi administrasi saja, teapi juga sebagai pelaksana fungsi pelayanan kesehatan. Dengan kata

lain Kantor Departemen Kesehatan yang terdapat di kabupaten juga bertanggung jawab

menyelenggarakan pelayanan kesehatan, yang dalam hal ini adalah pelayanan kesehatan

masyarakat seperti misalnya mengatasi keadaan wabah yang terjangkit di wilayah kerjanya.

Pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat sehari-hari dipercayakan kepada Puskesmas, yang

memang didirikan pemerintah di semua kecamatan di Indonesia. Pada saat ini pemerintah

berupaya secara maksimal untuk mengikutsertakan potensi masyarakat. Peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan masyarakat secara keseluruhan disebut Pembangunan Kesehatan

Masyarakat Desa (PKMD) yang pengorganisasiannya berada dalam naungan Lembaga

Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Sedangkan wadah peran serta masyarakat dikenal dengan

nama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Kegiatan utama Posyandu meliputi pelayanan KIA,

pelayanan gizi, pelayanan KB, pemberian oralit, dan imunisasi

Bagan 2. Hubungan Antar Berbagai Sarana Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

Q. Puskesmas

Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat

pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan

serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal

dalam suatu wilayah tertentu. Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka

peranan dan kedudukan Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di

Indonesia. Puskesmas bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan

masyarakat dan pelayanan kedokteran. Saat ini kegiatan Puskesmas ada 17, yakni Usaha

Pelayanan Rawat Jalan, Usaha Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Keluarga Berencana, Usaha

Kesehatan Gigi, Usaha Kesehatan Gizi, Usaha Kesehatan Sekolah, Usaha Kesehatan

Lingkungan, Usaha Kesehatan Jiwa, Usaha Pendidikan Kesehatan, Usaha Perawatan Kesehatan

Masyarakat, Usaha Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, Usaha Kesehatan

Olahraga, Usaha Kesehatan Lanjut Usia, Usaha Kesehatan Mata, Usaha Kesehatan Kerja,

Usaha Pencatatan dan Pelaporan, dan Usaha Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Sebagai
sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia, pengelolaan program kerja

Puskesmas berpedoman pada empat asas pokok yakni:

a. Asas pertanggung-jawaban wilayah

Puskesmas bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya.

Puskesmas tidak hanya menanti kunjungan masyarakat, melainkan harus secara aktif

memberikan pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan masyarakat.

b. Asas peran serta masyarakat

Puskesmas berupaya melibatkan masyarakat dalam menyelenggarakan program kerja tersebut

seperti dalam bentuk Posyandu.

c. Asas keterpaduan

Puskesmas berupaya memadukan kegiatan bukan saja dengan program kesehatan lain (lintas

program), tetapi juga dengan program dari sektor lain (lintas sektoral). Dengan demikian

Puskesmas dapat menghemat sumber daya, sedangkan bagi masyarakat, lebih mudah

memperoleh pelayanan kesehatan.

d. Asas rujukan

Jika Puskesmas tidak mampu menangani suatu masalah kesehatan harus merujuknya ke sarana

kesehatan yang lebih mampu. Untuk pelayanan kedokteran jalur rujukannya adalah rumah sakit.

Sedangkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat jalur rujukannya adalah berbagai kantor

kesehatan.

Bagan 3. Rujukan Pelayanan Puskesmas


Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling

mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau subsistem tidak berjalan dengan baik, maka akan

mempengaruhi bagian yang lain. Secara garis besarnya elemen-elemen dalam sistem itu adalah

masukan, proses, keluran, dampak, umpan balik, dan lingkungan. Masukan (input) adalah

subelemen-subelemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya sistem. Proses

ialah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga menghasilkan sesuatu

(keluaran) yang direncanakan. Keluaran (output) mengandung arti hal yang dihasilkan oleh

proses. Dampak (impact) merupakan akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa

waktu lamanya. Umpan balik (feed back), juga merupakan hasil dari proses yang sekaligus

sebagai masukan untuk sistem tersebut. Lingkungan (environment) ialah dunia di luar sistem

yang mempengaruhi sistem tersebut. Contoh: Dalam pelayanan Puskesmas, yang menjadi input

adalah dokter, perawat, obat-obatan, fasilitas lain, dan sebagainya. Prosesnya adalah kegiatan

pelayanan Puskesmas tersebut, output- nya adalah pasien sembuh /tidak sembuh, jumlah ibu

hamil yang dilayani, dan sebagainya, dampaknya adalah meningkatnya status kesehatan

masyarakat. Sedangkan umpan balik pelayanan Puskesmas antara lain keluhan-keluhan pasien

terhadap pelayanan, sedangkan lingkungan adalah masyarakat dan instansi-instansi di luar

Puskesmas tersebut.
MODUL PEMBELAJARAN 8
PENGORGANISASIAN KERJA PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
SISTEM HUBUNGAN KERJA DAN URAIAN TUGAS

MANAJEMEN

Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya orang lain untuk
mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen kedua yang penting dilaksanakan oleh setiap
unit kerja sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan berdaya guna dan berhasil guna.

Pengorganisasian merupakan pengelompokan yang terdiri dari beberapa aktifitas dengan


sasaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan masing-masing kelompoknya untuk
melakukan koordinasi yang tepat dengan unit lain secara horizontal dan vertikal untuk mencapai.

Tujuan organisasi sebagai organisasi yang komplek, maka pelayanan keperawatan harus
mengorganisasikan aktivitasnya melalui kelompok-kelompok sehingga tujuan pelayanan
keperawatan akan tercapai.

Ruang rawat merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan
yang dilakukan oleh semua tim kesehatan dimana semua tenaga termasuk perawat bertanggung
jawab dalam penyelesaian masalah kesehatan klien.
Pengorganisasian pelayanan keperawatan secara optimal akan menentukan mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan Yang menjadi bahasan dalam pelayaan keperawatan diruang rawat
meliputi :
Struktur organisai ruang rawat, pengelompokkan kegiatan (metode pengawasan), koordinasi
kegiatan dan evaluasi kegiatan kelompok kerja ; yang bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang struktur organisasi dalam pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan.

PENGORGANISASIAN

Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas, tugas,


kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan. (Siagian,1983 dalam Juniati)
Sedangkan Szilagji (dalam Juniati) mengemukakan bahwa fungsi pengorganisasian merupakan
proses mencapai tujuan dengan koordinasi kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur,
tugas, otoritas, tenaga kerja dan komunikasi.

Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi :

1. Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan secara efektif
2. Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi
3. Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama, pola hubungan antar kegiatan
yang berbeda, penempatan tenaga yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang efektif antar
perawat.

Pengelolaan kegiatan asuhan keperawatan dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan klien
misalnya unit rawat anak memerlukan kegiatan asuhan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembangnya. Pengorganisasian dapat diuraikan sebagai rangkaian aktifitas
menyusun suatu kerangka kerja yang menjadi wadah bagi semua kegiatan usaha kerja sama
dengan cara menbagikan, mengelompokkan pekerjaan yang harus dilakukan, menerpakan
menjalin hubungan kerja antar bagian dan menjalin hubunagan antar staf dan atasan.

PRINSIP PENGORGANISASIAN

1. PEMBAGIAN KERJA

Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga setiap orang
memilik tugas tertentu.
Untuk ini kepala bidang keperawatan perlu mengetahui tentang :
- pendidikan dan pengalaman setiap staf
- peran dan fungsi perawat yang diterapkan di RS tersebut
- mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan kedudukan
dalam organisasi
- mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
- mengetahui hal- hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada
tenaga non keperawatan

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelompokkan dan pembagian kerja


1. jumlah tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan sesuai dengan kemampuannya
2. tiap bangsal / bagian memiliki perincian aktivitas yang jelas dan tertulis
3. tiap staf memiliki perincian tugas yang jelas
4. variasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau erat hubungannya
5. mencegah terjadinya pengkotakkan antar staf/kegiatan
6. penggolongan tugas berdsasarkan kepentingan mendesak, kesulitan dan waktu

Disamping itu setiap staf mengetahui kepada siapa dia harus melapor, minta bantuan atau
bertanya, dan siapa atasan langsung serta dari siapa dia menerima tugas

2. PENDELEGASIAN TUGAS

Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk bertindak
dalam batas-batas tertentu. Dengan pendelegasian, seorang pimpinan dapat mencapai tujuan dan
sasaran kelompok melalui usaha orang lain, hal mana merupakan inti manajemen. Selain itu
dengan pendelegasian , seorang pimpinan mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal
lain yang lebih penting seperti perencanaan dan evaluasi. Pendelegasian juga merupakan alat
pengembangan dan latihan manajemen yang bermanfaat. Staf yang memiliki minat terhadap
tantangan yang lebih besar akan menjadi lebih komit dan puas bila diberikan kesempatan untuk
memegang tugas atau tantangan yang penting. Sebaliknya kurangnya pendelegasian akan
menghambat inisiatif staf. Keuntungan bagi staf dengan melakukan pendelegasian adalah
mengambangkan rasa tanggung jawab, meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri,
berkualitas, lebih komit dan puas pada pekerjaan.. Disamping itu
mamfaat pendelegasian untuk kepala bidang keperawatan sendiri adalah mempunyai waktu
lebih banyak untuk melakukan hal-hal lain seperti perencanaan dan evaluasi, meningkatkan
kedewasaan dan rasa percaya diri, memberikan pengaruh dan power baik intern maupun ekstern,
dapat mencapai pelayanan dan sasaran keperawatan melalui usaha orang lain. Walaupun
pendelegasian merupakan alat manajemen yang efektif, banyak pimpinan yang gagal
mengerjakan pendelegasian ini.

Beberapa alasan yang menghambat dalam melakukan pendelegasian :


- meyakini pendapat yang salah. Jika kamu ingin hal itu dilaksanakan dengan tepat, kerjakanlah
sendiri.
- kurang percaya diri
- takut dianggap malas
- takut persaingan
- takut kehilangan kendali
- merasa tidak pasti tentang apa dan kapan melakukan pendelegasian, mempunyai definisi kerja
yang tidak jelas
- takut tidak disukai oleh staf, dianggap melemparkan tugas
- menolak untuk mengambil resiko tergantung pada orang lain
- kurang kontrol yang memberikan peringatan dini adanya masalah, sehubungan dengan tugas
yang didelegasikan
- kurang contoh dari pimpinan lain dalam hal mendelegasikan
- kurang keyakinan dan dan kepercayaan terhadap staf, merasa staf kurang memiliki ketrampilan
atau pengetahuan untuk melakukan tugas tersebut.

Dalam pendelegasian wewenang, masalah yang terpenting adalah apa tugas dan seberapa besar
wewenang yang harus dan dapat dilimpahkan kepada staf.
Hal ini tergantung pada :
a) Sifat kegiatan ; untuk kegiatan rutin, delegasi wewenang dapat diberikan lebih besar kepada staf.
b) Kemampuan staf ; tugas yang didelegasikan jangan terlalu ringan atau terlalu berat.
c) Hasil yang diharapkan ; Applebaum dan Rohrs menyarankan agar pimpinan jangan
mendelegasikan tanggung jawab untuk perencanaan strategik atau mengevaluasi dan mendisiplin
bawahan baru. Mereka juga menyarankan agar mendelegasikan tugas yang utuh dari pada
mendelegasikan sebagian aspek dari suatu kegiatan.

Beberapa petunjuk untuk melakukan pendelegasian yang efektif :


- jangan membaurkan dengan pelemparan tugas. Oleh karena itu jangan
mendelegasikan tugas yang anda sendiri tidak mau melakukannya.
- jangan takut salah
- jangan mendelegasikan tugas pada seseorang yang kurang memiliki ketrampilan
atau pengetahuan untuk sukses
- kembangkan tingkat keterampilan dan pengetahuan staf, sehingga mereka
dapat melakukan tugas yang didelegasikan
- perlihatkan rasa percaya atas kemampuan staf untuk berhasil
- antisipasi kesalahan yang dapat terjadi dan ambil langkah pemecahan
masalahnya
- hindari kritik bila terjadi kesalahan
- berikan penjelasan yang jelas tentang tanggung jawab, wewenang, tanggung
gugat dan dukungan yang tersedia
- berikan pengakuan dan penghargaan atas tugas yang telah terlaksana dengan
baik

Langkah yang harus ditempuh agar dapat melakukan pendelegasian yang efektif :
1. Tetapkan tugas yang akan didelegasikan
2. Pilihlah orang yang akan diberi delegasi
3. Berikan uraian tugas yang akan didelegasikan dengan jelas
4. Uraikan hasil spesifik yang anda harapkan dan kapan anda harapkan hasil tersebut
5. Jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki staf tersebut
6. Minta staf tersebut menyimpulkan pokok tugasnya dan cek penerimaan staf tersebut atas tugas
yang didelegasikan.
7. Tetapkan waktu untuk mengontrol perkembangan
8. Berikan dukungan
9. Evaluasi hasilnya

3. KOORDINASI
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada
dibangsal. Keselarasan ini dapat terjalin antar perawat dengan anggota timkesehatan lain maupun
dengan tenaga dari bagian lain.
Manfaat Koordinasi:
- menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada dibangsal / bagian dan
perasaan lebih penting dari yang lain
- menumbuhkan rasa saling membantu
- menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf
Cara koordinasi:
Komunikasi terbuka, dialog, pertemuan/rapat, pencatatan dan pelaporan,
pembakuan formulir yang berlaku.

4. MANAJEMEN WAKTU
Dalam mengorganisir sumber daya, sering kepala bidang keperawatan mengalami kesulitan
dalam mengatur dan mengendalikan waktu. Banyak waktu pengelola dihabiskan untuk orang
lain. Oleh karena itu perlu pengontrolan waktu sehingga dapat digunakan lebih efektif.
Untuk mengendalikan waktu agar lebih efektif perlu :
1. Analisa waktu yang dipakai; membuat agenda harian untuk menentukan kategori kegiatan yang
ada
2. Memeriksa kembali masing-masing porsi dari tiap aktifitas
3. Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, dan perkembangannnya serta tujuan yang
akan dicapai
4. Mendelegasikan
5. Hambatan yang sering terjadi pada pengaturan waktu
- terperangkap dalam pekerjaan
- menunda karena takut salah
- tamu yang tidak terjadwal
- telpon
- rapat yang tidak produktif
- peraturan open door
- tidak dapat mengatakan pada hal-hal yang tidak perlu

PENGORGANISASIAN KEGIATAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT

Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan keperawatan di unit
kerjanya untuk mencapai tujuan pengorganisasian, pelayanan keperawatan di ruangan meliputi :

1. Struktur Organisasi
Struktur organisai ruang rawat terdiri dari struktur bentuk dan bagan. Berbagai struktur, bentuk
dan bagan dapat digunakan tergantung pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai.
Ruang rawat sebagi wadah dan pusat kegiatan pelayanan keperawatan perlu memiliki struktur
organisasi tetapi ruang rawat tidak termasuk dalam struktur organisasi raumah sakit bila dilihat
dari surat keputusan menteri Kesehatan no. 134 dan 135 tahun 1978. oleh karena itu direktur
rumah sakit perlu menerbitkan surat keputusan yang ngatur struktur organisasi ruang rawat.
Berdasarkan surat keputusan direktur tersebut dibuat struktur organisasi ruang rawat untuk
menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertikal maupun horizontal.
Dapat juga dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta tanggung gugat.
Bentuk organisasi dapat pula disesuaikan dengan pengelompokkan kegiatan atau sistem
penugasan yang digunakan.

2. Pengelompokkan Kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus diselesaikan untuk
mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi tertentu.
Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai
dengan pengetahuan dan keterampilan dimiliki peserta sesuai dengan kebutuhan klien
pengorganisasian tugas perawat ini disebut metode penugasan.
Keperawatan diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan ketidakmampuan klien
dalam melakukan aktifitas untuk dirinya dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Setiap kegiatan keperawatan diarahkan kepada pencapaian tujuan dan merupakan tugas menejer
keperawatan untuk selalu mengkoordinasi, mengarahkan dan mengendalikan proses pencapaian
tujuan melalui interaksi, komunikasi, integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat.
Dalam upaya mecapai tujuan tersebut meneger keperawatan dalam hal ini kepala ruangan
bertanggung jawab mengorganisir tenaga keperawatan yang ada dan kegiatan pelayanan
keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga kepala ruangan perlu
mengkatagorikan klien yang ada diunit kerjanya. Menurut Kron (1987) kategori klien didasarkan
atas : Tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan klien, misalnya keperawatan mandiri,
minimal, sebagian, total atau intensif. Usia misalnya anak, dewasa, usia lanjut.
Diagnosa/masalah kesehatan yang dialami klien misalnya perawatan bedah/ortopedi, kulit.
Terapi yang dilakukan, misalnya rehabilitas, kemoterapi. Dibeberapa rumah sakit ini
pengelompokkan klien didasarkan atas kombinasi kategori diatas. Selanjutnya kepala ruangan
bertanggung jawab menetapkan metode penyusunan keperwatan apa yang tepat digunakan di
unit kerjanya untuk mencapai tujuan sesuai dengan jumlah katagori tenaga yang ada di ruangan
serta jumlah klien yang menjadi tanggung jawabnya.

MACAM - MACAM METODE PENUGASAN KEPERAWATAN

Berbagai metode penugasan keperawatan yang dapat digunakan dengan beberapa keuntungan
dan kerugian.
Metode tersebut antara lain :
1) Metode Fugsional
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.

Contoh : Perawat A tugasnya menyuntik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit
tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima
laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien.
Keuntungan
- Perawat terampil untuk tugas /pekerjaan tertentu.
- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
- Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
praktek untuk ketrampilan tertentu.

Kerugian
- Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga proses keperawatan
sulit dilakukan.
- Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggalkan klien dan melakukan tugas
non keperawatan.
- Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi kontribusinya
terhadap pelayanan.
- Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai keterampilan saja.

2) Metode alokasi klien/keperawatan total


Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu
orang perawat pada saat bertugas/jaga selama periode waktu tertentu atau samapi klien pulang.
Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan
tentang pelayanan keperawatan klien.

Keuntungan
- Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
- Memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang komprehensif.
- Memotivasi perawat untuk selalu bersama kien selama bertugas, non
keperawatan dapat dilakukan oleh yang bukan perawat
- Mendukung penerapan proses keperawatan
- Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai

Kerugian
- Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
- Peserta didik sakit untuk melatih keterampilan dalam perawatan besar, misalnya
: menyuntik, mengukur suhu
- Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung
jawab klien bertugas.

3) Metode tim keperawatan /keperawatan kelompok


Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok klien dan sekelompok klien.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta memiliki
pengetahuan dalam bidangnya (registered nurse”). Pembagian tugas di dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok/ketua grup. Selain itu ketua grup bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggota grup/tim. Sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan
keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani
kesulitan Selanjutnya ketua grup yang melaporkan pada kepala ruangan tentang kemajuan
pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.

Keuntungan
- Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
- Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
- Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat tim cara
ini efektif untuk belajar.
- Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
- Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan
aman dan efektif.

Kerugian
- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan
atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi
antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat.
- Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
- Akontabilitas dalam tim kabur.

4) Metode keperawatan primer/utama (Primary Nursing)


Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh satu orang
registered nurse sebagai perawat primer yang bertanggung jawab dalam asuhan keperawatan
selama 24 jam terhadap klien yang menjadi tanggung jawabnya mulai dari masuk sampai pulang
dari rumah sakit. Apabila perawat primer/utama libur atau cuti tanggung jawab dalam asuhan
keperawatan klien diserahkan pada teman kerjanya yang satu level atau satu tingkat pengalaman
dan keterampilannya (associate nurse).

Keuntungan
- Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
- Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif
- Memungkinkan penerapan proses keperawatan
- Memberikan kepuasan kerja bagi perawat

Kerugian
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
- Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain

5) Metode
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional
dan non profesional (trampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai
pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat
yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat
untuk 8-12 orang klien.

Keuntungan dan Kerugian


Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawatan primer.

Semua metode di atas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan. Jumlah staf
yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas pembicara yang sebelumnya. Selain
itu kategori pendidikan tenaga yang ada perlu diperhatikan sesuai dengan kondisi ketenagaan
yang ada saat ini di Indonesia khususnya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo metode tim
lebih memungkinkan untuk digunakan, selain itu menurut organisasi rumah sakit Amerika
bahwa dari hasil penelitian dinyatakan 33% rumah sakit menggunakan metode Tim, 25%
perawatan total/alokasi klien, 15% perawatan primer dan 12% metode fungsional (Kron & Gray,
1987). Dengan demikian metode tim tepat digunakan.

KONSEP MODEL KEPERAWATAN TIM

Model keperawatan tim sebaiknya dilakukan sesuai dengan memperhatikan


Konsep-konsep berikut :

1. Ketua Tim sebaiknya perawat yang berpindidikan/berpengalaman, terampil dan memiliki


kemampuan kepemimpinan. Jika hanya seorang registered nurse yang bertugas dia harus
menjadi ketua tim. Ketua Tim juga harus mampu menentukan prioritas kebutuhan asuhan
keperawatan klien, merencanakan, melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan.
Selain itu harus mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan filosofi keperawatan.
Uraian tugas untuk ketua tim dan anggota tim harus jelas dan spesifik.

2. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk kelanjutan asuhan keperawatan. Dengan demikian
pencatatan rencana keperawatan untuk tiap klien harus selalu tepat waktu dan asuhan
keperawatan selalu dinilai kembali untuk validitasnya.

3. Ketua tim harus menggunakan semua teknik manajemen dan kepemimpinan

4. Pelaksanaan keperawatan tim sebaiknya fleksibel atau tidak kaku. Metode tim dapat dilakukan
pada shift pagi, sore atau malam di unit manapun. Sejumlah tenaga dapat terlibat dalam tim,
minimal dua sampai tiga tim. Jumlah atau besarnya tim bergantung dari banyaknya staf. Dua
orang perawat dapat dikatakan tim, terutama untuk shift sore dan malam, dimana jumlah tenaga
terbatas.

Tanggung jawab Ketua Tim


- Mengkaji setiap klien dan menerapkan tindakan keperawatan yang tepat.
Pengkajian merupakan proses yang berlanjut dan berkesinambungan. Dapat
dilakukan serah terima tugas.
- Mengkoordinasikan rencana perawatan yang tepat waktu, membimbing anggota
tim untuk mencatat tindak kepemimpinan yang telah dilakukan
- Meyakinkan semua hasil evaluasi berupa respon klien terhadap tindakan
keperawatan tercatat.
- Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung atau laporan
anggota tim

Tanggung jawab Anggota Tim


- Menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk setiap klien di unit
tersebut. Misalnya pada saat jam makan siang staf dan rapat tim
- Mengikuti instruksi keperawatan yang tertera dalam rencana keperawatan secara
teliti termasuk program pengobatan
- Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan yang dilakukan serta respon
yang ditunjukkan klien
- Menerima bantuan dan bimbingan ketua tim

Tanggung jawab Kepala Ruang Pada Penugasan Tim


- Menetapkan standar kinerja staf
- Membantu staf menetapkan sasaran keperawatan pada unit yang dipimpinnya
- Memberikan kesempatan pada klien tim dan membantu untuk mengembangkan
ketrampilan manajemen dan kepemimpinan.
- Secara berkesinambungan mengorientasikan staf baru tantang prosedur tim
keperawatan
- Menjadi narasumber bagi ketua tim dan staf tempat diskusi
- Memotivasi staf untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
- Melakukan kemunikasi terbuka untuk setiap staf yang dipimpinnya

3. Koordinasi kegiatan
Kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan perlu menciptakan kerjasama yang selaras satu
sama lain dan saling menunjang, untuk menciptakan suasana kerja yang menyenangkan. Selain
itu harus memperlihatkan prinsip-prinsip organisasi yang telah dijelaskan diatas misalnya
kesatuan komando, setiap staf memiliki satu atasan langsung
Rentang kendali 3 sampai 7 staf untuk satu atasan. Pada metode penugasan tim dalam satu
ruangan tidak lebih dari 3 sampai 7 dalam satu tim. Selain itu kepala ruangan perlu
mendelegasikan kegiatan asuhan keperawatan langsung kepada ketua tim, kecuali tugas pokok,
harus dilakukan kepala ruang. Selain itu, kepala ruangan harus mendelegasikan kepada orang
yang tepat, mendengarkan saran orang yang didelegasikan dan penerima delegasi harus
bertanggung gugat.

4.Tugas perawat di ruang perawat


A. tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya perawat pelaksana di ruang rawat inap
bertanggung jawab kepada kepala ruangan / kepala instalasi terhadap hal-hal sebagai berikut
1 kebenaran dan ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai standar.
2 kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan asuhan keperawatan /
seperti kegiatan lain yang dilakukan
B. wewenang dalam melaksanakan tugasnya koma perawat pelaksana di ruang rawat inap
mempunyai wewenang sebagai berikut satu meminta informasi dan petunjuk kepada atasan diah
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien / keluarga pasien sesuai kemampuan dan batas
kewenangan nya
C. UraianTugas
1. memelihara kebersihan ruangrawat dan lingkungannya , menerima pasien baru sesuai prosedur
dan ketentuan yang berlaku.
2. memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap pakai.
3. melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa keperawatan sesuai batas
kewenangan nya.
4. menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya.
5. melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas kemampuannya
antara lain
a. melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program pengobatan
b. memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakitnya.
6. Melatih apa membantu pasien untuk melakukan latihan gerak.
7. melakukan tindakan darurat kepada pasien (antara lain panas tinggi,kolaps, pendarahan,
keracunan, henti napas dan henti jantung), sesuai protap yang berlaku. Selanjutnya segera
melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada dokter uang rawat inap / dokter jaga.
8. melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas kemampuannya.
9. mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil
observasi tersebut sesuai batas kemampuannya.
10. berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan upaya
meningkatkan mutu asuhan keperawatan
11. melaksanakan tugas pagi sore malam dan hari libur secara bergilir sesuai jadwal dinas
12. mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh Kepala ruang rawat inap
13. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang keperawatan antara lain melalui
pertemuan ilmiah dan Penataran atas izin atau persetujuan atasan
14. melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan Asuhan Keperawatan yang tepat dan benar
sesuai standar asuhan keperawatan
15. melaksanakan Serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan maupun tertulis pada
saat penggantian dinas
16. memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarga sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan pasien mengenai
a. program diet
b. pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara penggunaannya
c. pentingnya pemeriksaan ulang di rumah sakit Puskesmas atau institusi kesehatan lainnya
d. cara hidup sehat seperti pengaturan istirahat makanan yang bergizi atau bahan
pengganti sesuai dengan keadaan sosial ekonomi
17. melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan seperti setel tongkat penyangga
protesa
18. melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan di rumah misalnya merawat luka
melatih anggota gerak
19. menyiapkan pasien yang akan pulang meliputi menyediakan formulir untuk penyelesaian
administrasi Seperti surat izin pulang surat keterampilan istirahat sakit petunjuk diet resep obat
untuk di rumah jika diperlukan surat rujukan atau pemeriksaan ulang dan lain-lain
5. Evaluasi Kegiatan
Kegiatan yang telah dilakukan perlu dievaluasi untuk menilai apakah pelaksanaaan kegiatan
sesuai rencana. Oleh karena itu kepala ruangan berkewajiban untuk memberi arahan yang jelas
tentang kegiatan yang akan dilakukan Dengan demikian diperlukan uraian tugas yang jelas untuk
masing-masing staf dan prosedur tugas yang diperlukan untuk melakukan kegiatan dengan
memperlihatkan keselamatan dan kenyamanan klien, keselamatan dan kenyamanan staf dan
fasilitas dengan berdaya guna dan berhasil guna. Selain itu diperlukan juga standar penampilan
kerja yang diharapkan dari perawat yang melakukan tugas. Semua ini perlu dievaluasi secara
terus menerus guna dilakukan tindakan koreksi apabila ditemukan penyimpangan dari standar

6. Kelompok Kerja
Kegiatan ruang rawat terlaksana dengan baik melalui kerjasama antar staf satu dan yang lain ;
antar kepala ruang dan staf dan staf sehingga perlu adanya kerjasama dan kebersamaan dalam
kelompok . Konflik dan hubungan interpersonal yang kurang baik akan mengurangi motivasi
kerja, untuk itu diperlukan kebersamaan yang utuh dan solid sehingga dapat meninggkatkan
motivasi kerja dan perasaan keterikatan dalam kelompok karena semua perawat yang bekerja
dalam satu ruang pada dasarnya merupakan satu kelompok kerja yang perlu bekerja sama satu
sama lain, untuk meningkatkan kualitas kerja dalam pencapaian tujuan asuhan keperawatan
diruang rawat tersebut.

MODUL PEMBELAJARAN 9
PENGEMBANGAN STAF
1. Pendahuluan

Dalam hiruk pikuknya pelaksanaan pembangunan dewasa ini, terlihat adanya tuntutan
pelaksanaan tugas dalam keterlibatan aktif semua pihak. Melalui pemberdayaan staf secara
optimal, diharapkan penyelesaian tugas dapat berjalan secara cepat, tepat, dan tuntas serta
berkualitas. Selain itu, pemberdayaan staf diharapkan dapat menunjang manajemen yakni
efektivitas, efisiensi, rasionalitas dan produktivitas dapat dicapai.
Disamping itu, rumah sakit sebagai bagian integral dari pembangunan kesehatan yang
melakukan praktik manajemen modern, perlu menelaah kembali tentang kemampuan sumber
daya manusia. Karena rumah sakit saat ini tengah menghadapi permasalahan sebagai akibat dari
terjadinya perubahan, antara lain kompleksitas dari tujuan, visi, dan misi rumah sakit, beratnya
tugas pokok yang harus diselenggarakan, beragamnya fungsi organisasi rumah sakit yang
semakin besar dan melibatkan personel yang semakin banyak, terbatasnya dana yang disediakan
serta semakin perlunya penekanan pada aspek efisiensi. Makin beragamnya peralatan atau
fasilitas kesehatan sebagai akibat dari semakin canggihnya teknologi dan ilmu pengetahuan
maka makin pesat berkembangnya profesi di bidang kesehatan (perawat, dokter, bidan, dan lain-
lain). Hal ini untuk menjawab tantangan meningkatnya daya kritis masyarakat sebagai pelanggan
untuk memperoleh pelayanan paripurna yang memuaskan.
Berangkat dari itu maka staf sebagai pembantu pimpinan rumah sakit baik dalam
kedudukannya selaku pimpinan unit lini yang lebih rendah (kepala bidang keperawatan, kepala
seksi, kepala bangsal, dan lain sebagainya) maupun staf pembantu yang memainkan peran selaku
pemberi nasehat dan masukan, serta staf pembantu yang bertanggung jawab atas terlaksananya
kegiatan penunjang dalam konteks pelayanan kesehatan di rumah sakit, dapat dibina dan
ditingkatkan pengetahuan dan keterampilan, sikap mental serta penampilan secara berencana,
terprogram dan berkesinambungan dari waktu ke waktu. Hanya staf yang mempunyai
pengetahuan, keterampilan, sikap, idealism, dan teknik yang actual dan terkini sajalah yang
mampu mengubah pola pandang, pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang inovatif dan kreatif
dan mampu meningkatkan produktifitas kinerjanya
waktu ke waktu. Hanya staf yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, sikap, idealism, dan teknik
yang actual dan terkini sajalah yang mampu mengubah pola pandang, pola pikir, pola sikap, dan pola
tindak yang inovatif dan kreatif dan mampu meningkatkan produktifitas kinerjanya.
Pelayanan keperawatan sebagai bahan integral dari pelayanan kesehatan mempunyai daya ungkit
yang besar dalam mencapai tujuan pembangunan bidang kesehatan. Keperawatan sebagai profesi dan
perawat sebagai tenaga professional bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai
kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerjasama dengan anggota tim
kesehatan lain.
Pelayanan keperawatan bermutu merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh perawat. Pelayanan
bermutu memerlukan tenaga profesional yang didukung oleh factor internal antara lain motivasi untuk
mengembangkan karir profesional dan tujuan pribadinya maupun factor eksternal, antara lain kebijakan
organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi, system penugasan dan system pembinaan.
Dewasa ini proporsi tenaga perawat di sarana kesehatan merupakan proporsi terbesar
dibandingkan dengan tenaga kesehatan lain, yaitu 40%. Pada dasarnya peran utama perawat adalah
sebagai perawat pelaksana, perawat pendidik, perawat manajer, dan perawat peneliti (riset).
Pada saat ini, system pengembangan jenjang karir dalam konteks system penghargaan bagi
perawat sudah dikembangkan untuk pegawai negeri sipil (PNS) melalui jabatan fungsional perawat yang
ditetapkan berdasarkan SK Menpan No.94/KEP/M.PAN/11/2001 tentang Jabatan Fungsional Perawat
dan Angka Kreditnya, walaupun belum sepenuhnya berbasis kompetensi. Pengembangan jenjang karir
pada saat ini lebih menekankan pada posisi/jabatan baik structural maupun fungsional (job career)
sedangkan jenjang karir profesional (professional career) berfokus pada pengembangan jenjang karir
profesional yang sifatnya individual. Oleh karena itu perlu dikembangkan jenjang profesional bagi
perawat.

2. Pengertian
Pengembangan staf merupakan bagian integral dari pengembangan SDM rumah sakit dalam
rangka peningkatan kinerja dan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit. Kejelasan system
pengembangan staf melalui program pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk peningkatan motivasi
kerja dan profesionalitas tenaga keperawatan sehingga dapat dicapai produktivitas yang optimal.

3. Peningkatan dan Pengembangan Staf

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa rumah sakit dengan berbagai program dan kegiatannya
yang dilakukan untuk menghadapi dan menjawab berbagai tantangan zaman, tidak dapat ditawar-tawar
lagi, harus dipersiapkan system pengembangan sumber daya manusia yang berdaya guna dan berhasil
guna.
Ada beberapa bentuk pengembangan staf yang dapat dilakukan, antara lain:

a. In service education

Pendekatan yang dilakukan adalah bagaimana staf akan terlibat dalam proses pendidikan melalui
berlangsungnya pelayanan kesehatan atau keperawatan yang terus diberikan kepada klien. Hal demikian
dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar rumah sakit.

b. Orientasi

Program ini diberikan kepada staf yang baru atau sebaliknya untuk mengenalkan tugas-tugas yang
harus dilakukannya atau mengetahui adanya perkembangan teknologi di bidang kesehatan.
c. Job training
Dilakukan melalui program pelatihan bagi staf sesuai dengan bidang penugasannya atau job tertentu.
d. Continuing nursing education

Program ini merupakan program berkelanjutan sesuai dengan system pendidikan formal yang berlaku,
yaitu system pendidikan tinggi bagi perawat selaras dengan statusnya sebagai insan profesi. Sesuai
dengan kebutuhan pengembangan, seluruh perawat layak untuk mengikuti program ini dengan
pertimbangan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
e. Pelatihan kepemimpinan

Hakekatnya semua perawat adalah pemimpin. Oleh sebab itu, ia perlu mengembangkan kemampuan
leadershipnya sebagai seorang profesional.
f. Pengembangan karier

Staf mempunyai hak atas pengembangan kariernya sesuai dengan system yang berlaku. Pimpinan
harus mampu merencanakan, melaksanakan dan menilai pengembangan masing-masing stafnya, serta
melihat itu semua sebagai upaya memotivasi, menstimulasi, dan memberikan penghargaan untuk
peningkatan prestasi kerja.
g. Studi banding

Unit kerja satu dengan yang lain ternyata bersifat kompetitif. Oleh sebab itu, bukan tidak mungkin unit
kerja lain mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan unit kerja sendiri. Rencana untuk tukar
pengalaman dari institusi atau unit kerja lain perlu diprogramkan dalam rangka membangun motivasi,
pengembangan, dan peningkatan prestasi kerja. Bentuk lain yang sekarang sedang menjadi tren adalah
melalui kegiatan “Study Branch Marking”. Branch marking adalah proses pengukuran operasional
terhadap bisnis sebuah perusahaan (kualitas, produksi, jasa layanan) dengan membandingkannya ke
perusahaan/institusi lain yang mempunyai produksi/jasa layanan yang lebih baik. Kegiatan
membandingkan meliputi berbagi kinerja dan
informasi operasional untuk aktivitas yang berkelanjutan dalam mencapai tujuan organisasi. Branch
Marking terjadi ketika sebuah organisasi mengidentifikasi kelemahan, atau kemudian membandingkan
dengan organisasi yang lain yang telah mencapai tingkat ideal.
h. Penilaian kinerja

Seluruh staf diberikan penilaian atas kinerjanya melalui system penilaian yang berlaku. Cakupannya,
antara lain tanggung jawab, loyalitas, kerajinan, kedisiplinan, kepemimpinan, dan kejujuran.
i. Pendidikan dan pelatihan

Program ini dirancang untuk memberikan pendidikan dan pelatihan terhadap staf melalui kurikulum
yang sesuai dengan kebutuhan dengan target tertentu (waktu, materi, keterampilan). Pelaksanaan dari
program ini adalah melalui kepanitiaan atau lembaga/institusi tertentu yang berkompeten.
j. Magang di rumah sakit yang lebih maju

Harus diakui bahwa rumah sakit lain yang memiliki nilai lebih harus menjadi target untuk “ngangsu
kawruh” atau mencari serta menambah ilmu. Program ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan
kesepakatan kedua belah pihak yang terlibat.
k. Kelompok kerja keperawatan

Program ini perlu dilaksanakan selaras dengan keperawatan sebagai profesi yang telah, tengah dan
terus dikembangkan. Produk kelompok kerja ini adalah hasil diskusi pengembangan keperawatan, karya
tulis, prosedur tetap, materi buku ajar, temu ilmiah, penelitian keperawatan, pengembangan system
pendidikan keperawatan, dan masukan untuk pengembangan organisasi profesi.
l. Pengembangan kerja tim di ruangan
Konsep kerja tim ini masih banyak kendala dalam pelaksanaannya, namun semua komponen dalam tim
tersebut perlu mengidentifikasi semua masalah di lapangan yang dilakukan oleh semua profesi kesehatan
yang terlibat. Staf keperawatan dengan otonomi dan kemandiriannya harus lebih proaktif dalam
membangun pelaksanaan kerja tim dalam memberikan asuhan keperawatan secara paripurna.

4. Kriteria Pengembangan Staf


a. Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan rumah sakit tentang system pengembangan staf tenaga pelayanan keperawatan di
rumah sakit
2. Adanya kebijakan rumah sakit tentang pola jenjang karir tenaga pelayanan keperawatan
3. Adanya program pengembangan tenaga pelayanan keperawatan (pendidikan formal dan informal)
4. Adanya mekanisme program pengembangan staf tenaga pelayanan keperawatan di rumah sakit
b. Kriteria Proses

1. Menganalisis hasil penilaian kinerja tenaga pelayanan keperawatan di rumah sakit sebagai bahan
penentuan pengembangan staf
2. Menetapkan jenjang karir sesuai dengan hasil analisis kinerja tenaga pelayanan keperawatan di rumah
sakit
3. Memberi kesempatan kepada semua tenaga pelayanan keperawatan untuk mengikuti program pendidikan
dan pelatihan sesuai dengan kriteria yang ditentukan
4. Melaksanakan pembinaan tenaga pelayanan keperawatan berdasarkan hasil evaluasi kinerja
5. Memberikan umpan balik hasil evaluasi kinerja

6. Melaksanakan tindak lanjut hasil pembinaan (pemberian penghargaan, sanksi, pelatihan/update


pengetahuan dan keterampilan)
c. Kriteria Hasil

1. Adanya dokumen hasil analisis penilaian kinerja tenaga pelayanan keperawatan di rumah sakit sebagai
bahan penentuan pengembangan staf
2. Adanya dokumen penetapan jenjang karir sesuai dengan hasil analisis kinerja tenaga pelayanan
keperawatan di rumah sakit
3. Adanya dokumen pelaksanaan pengembangan staf tenaga pelayanan keperawatan di rumah sakit, baik
formal maupun informal
4. Adanya dokumen evaluasi peningkatan kemampuan dan keterampilan tenaga pelayanan keperawatan di
rumah sakit
5. Adanya dokumen upaya tindak lanjut hasil pelaksanaan pembinaan dan penilaian kinerja SDM dengan
pemberian penghargaan atau sanksi
6. Adanya dokumen tahunan mengenai jumlah perawat yang mengikuti
pelatihan/pendidikan sesuai kompetensi profesi perawat.

7. Pengembangan Sistem Jenjang Karir Profesional Perawat


a. Pengertian jenjang karir profesional perawat

Jenjang karir merupakan system untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme, sesuai dengan
bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi. Dalam pengembangan system jenjang karir
profesional bagi perawat dapat dibedakan antara pekerjaan (job) dan karir (career).
Pekerjaan diartikan sebagai suatu posisi atau jabatan yang diberikan/ditugaskan, serta ada keterikatan
hubungan antara atasan dan bawahan, dan mendapatkan imbalan berupa uang. Karir diartikan sebagai
suatu jenjang yang dipilih oleh individu untuk memenuhi kepuasan kerja perawat, dan mengarah pada
keberhasilan pekerjaan (kinerja) sehingga pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap bidang
profesi yang dipilihnya.
Dalam system jenjang karir profesional terdapat tiga aspek yang saling berhubungan yaitu kinerja,
orientasi profesional dan kepribadian perawat, serta kompetensi yang menghasilkan kinerja profesional.
Perawat profesional diharapkan mampu berpikir rasional, mengakomodasi kondisi lingkungan, mengenal
diri sendiri, belajar dari pengalaman dan mempunyai aktualisasi diri sehingga dapat meningkatkan
jenjang karir profesinya. Jenjang karir perawat dapat dicapai melalui pendidikan formal dan pendidikan
berkelanjutan berbasis kompetensi serta pengalaman kerja di sarana kesehatan.
Pengembangan karir profesional perawat klinik (PK) bertujuan:

1. Meningkatan moral kerja dan mengurangi kebuntuan karir (dead end job/career)

2. Menurunkan jumlah perawat yang keluar dari pekerjaannya (turn-over)


1. Menata system promosi berdasarkan persyaratan dan criteria yang telah ditetapkan sehingga
mobilitas karir berfungsi dengan baik dan benar
Pengembangan system jenjang karir profesional perawat klinik ditujukan terutama bagi
perawat yang bekerja sebagai perawat pelaksana di sarana kesehatan dan dimulai dari perawat
profesional pemula.
b. Prinsip pengembangan
1. Kualifikasi
Kualifikasi perawat dimulai dari lulusan D III keperawatan. Mengingat perawat yang ada saat ini
sebagian besar lulusan SPK, maka perlu dilakukan penanganan
khusus dengan memperhatikan penghargaan terhadap pengalaman kerja, lamanya pengabdian
terhadap profesi, uji kompetensi dan sertifikasi.
2. Penjenjangan

Penjenjangan mempunyai makna tingkatan kompetensi untuk melaksanakan asuhan


keperawatan yang akontabel dan etis sesuai dengan batas kewenangan praktik dan kompleksitas
masalah pasien/klien.
3. Penerapan asuhan keperawatan

Fungsi utama perawat klinik adalah memberikan asuhan keperawatan langsung sesuai
standar praktik dan kode etik perawat.
4. Kesempatan yang sama

Setiap perawat klinik mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan karir sampai jenjang
karir profesional tertinggi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Standar profesi

Dalam memberikan asuhan keperawatan mengacu pada standar praktik keperawatan dan kode etik
keperawatan
6. Komitmen pimpinan

Pimpinan sarana kesehatan harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pengembangan karir
perawat, sehingga dapat dijamin kepuasan pasien/klien serta kepuasan perawat dalam pelayanan
keperawatan.
c. Penjenjangan karir profesional perawat
Secara umum penjenjangan karir profesional perawat terdiri dari 4
Bidang meliputi:
1. Perawat klinik (PK) yaitu perawat yang memberikan asuhan keperawatan langsung kepada pasien/klien
sebagai individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Perawat Manajer (PM) yaitu perawat yang mengelola pelayanan keperawatan di sarana kesehatan, baik
sebagai pengelola tingkat bawah (front line manager), tingkat menengah (middle management), maupun
tingkat atas (top manager)
3. Perawat pendidik (PP) yaitu perawat yang memberikan pendidikan kepada peserta didik di institusi
pendidikan keperawatan
4. Perawat peneliti/riset (PR) yaitu perawat yang bekerja di bidang penelitian keperawatan/kesehatan.
Keempat jalur jenjang karir profesional perawat digambarkan dalam gambar1.

Gambar 1: Bidang Jenjang Karir Perawat dan Pengembangan Karir Perawat Klini

PR V

PR IV
PK
V

PK PM
IV V
PK
III

PM PP
IV V PR III

PM PP
IV
PK II PM II III PR II
PP
III

PK I PM I PP PR I
II

PP
I
Pengembangan jenjang karir profesional perawat pada setiap bidang harus berjenjang mulai dari
jenjang I sampai dengan jenjang V dan bersifat terbuka. Artinya perawat profesional dimungkinkan
mencapai jenjang karir di semua bidang. Salah satu persyaratan pengembangan jenjang karir profesional
baik sebagai perawat manajer, perawat pendidik, maupun perawat klinik mempunyai kualifikasi sebagai
perawat klinik.
Dalam gambar 1 di atas menunjukkan untuk menjadi perawat manajer I harus mempunyai
kualifikasi perawat klinik II. Untuk menjadi perawat pendidik I harus mempunyai kualifikasi perawat
klinik III. Dan untuk menjadi perawat peneliti harus mempunyai kulaifikasi perawat klinik IV.

d. Jenjang karir profesional Perawat Klinik (PK) terdiri dari:

1. Perawat Klinik I (PK I)

2. Perawat Klinik II (PK II)

3. Perawat Klinik III (PK III)

4. Perawat Klinik IV (PK IV)

5. Perawat Klinik V (PK V)


1) Untuk peningkatan ke jenjang yang lebih tinggi perawat klinik harus memenuhi persyaratan tingkat
pendididkan, pengalaman kerja klinik keperawatan sesuai area kekhususan serta persyaratan kompetensi
yang telah ditentukan.
2) Perawatan klinik 1 (PK 1)

Perawatan klinik 1 (Novice) adalah perawat lulusan D-III telah memiliki pengalaman kerja 2 tahun
atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 0 tahun, dan
mempunyai sertifikat PK-1.
3) Perawatan Klinik II ( PK II).

Perawat klinik II (Advance Beginner) adalah perawat lulusan D III keperawatan dengan pengalaman
kerja 5 tahun atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 3
tahun, dan mempunyai sertifikat PK- II.
4) Perawatan Klinik III (PK-III)

Perawatan klinik III (competent) adalah perawat lulusan D III keperawatan dengan pengalaman kerja 9
tahun atau Ners (lulusan S1-keperawatan plus pendidikan profesi) dengan pengalaman klinik 6 tahun atau
Ners spesialis dengan pengalaman kerja 0 tahun dan sertifikat PK-III.bagi lulusan D-III keperawatan
yang tidak melanjutkan ke jenjang S-1 keperawatan tidak dapat melanjutkan ke jenjang PK-IV, dst.
5) Perawat Klinik IV (PK IV)

Perawatan klinik IV (Proficient) adalah lulusan Ners (lulusan S-1 keperawatan plus pendidikan
profesi) dengan pengalaman kerja 9 tahun atau Ners spesialis dengan pengalaman kerja 2 tahun, dan
memiliki sertifikat PK –IV, atau Ners spesialis konsultan dengan pengalaman kerja 0 tahun.
6) Perawat Klinik V (PK V)

Perawat klinik V (Expert) adalah Ners Spesialis dengan pengalaman kerja 4 tahun atau Ners Spesialis
Konsultan dengan pengalaman kerja 1 tahun, dan memiliki sertifikat PK-I
e. Mekanisme Jenjang Karir

Individu
perawat

Penerapan
promosi

Tim Kredential (Lembaga Sertifikasi)


Institusi Informas i
Independen
Yankes karir
Uji
kompete
nsi
Organisasi
profesi
Tidak
Lulus lulus
Menetapkan pola
karir

Remedial
Institusi Mengesahka Sertifikat (upaya
pendidikan n pola karir
perbaikan)
n

Pemerinta Uji ulang


h 3 kali

Promosi
sesuai jenjang
karir Tidak
lulus

Tk.PK
tetap
MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP)

A.    PENGERTIAN

Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik keperawatan yang
nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori keperawatan.Era globalisasi dan
perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi
pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik
keperawatan profesional (MPKP).

B. TUJUAN MODEL KEPERAWATAN

1.Menjaga konsistensi asuhan keperawatan


2.Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim
keperawata.
3.Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4.Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5.Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap anggota tim
keperawatan.
Ada lima komponen MPKP :
1.      Nilai professional
2.      Pendekatan manajemen
3.      Metode pemberian asuhan keperawatan
4.      Hubungan professional
5.      System penghargaan dan kompensasi.

B.     MACAM METODE PENUGASAN DALAM KEPERAWATAN


Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu menggunakan salah satu metode pendekatan
di bawah ini :
1. Metode fungsional.
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas
menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga
ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sebagai berikut :
a. Kepala Ruangan, tugasnya :
Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat penugasan,
melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.
b. Perawat staf, tugasnya :
- Melakukan askep langsung pada pasien
- Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan
c. Perawat Pelaksana, tugasnya :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam masa pemulihan
kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL).
d. Pembantu Perawat, tugasnya :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, menbenahi tempat tidur,
dan membagikan alat tenun bersih.
e. Tenaga Admionistrasi ruangan, tugasnya :
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan pekerjaan administrasi
ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan, membuat
permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala ruangan.

- Kerugian metode fungsional:


- Pasien mendapat banyak perawat.
- Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
- Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
- Pelayanan terputus-putus
- Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai

- Kelebihan dari metode fungsional :


- Sederhana
- Efisien.
Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk satu tugas
yang sederhana.
Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek untuk
ketrampilan tertentu.

2. Metode penugasan pasien/metode kasus


Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh
satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang.
Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang
pelayanan keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk
memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.

Kekurangan metode kasus :


- Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak mampu
memberikan asuhan secara menyeluruh
- Membutuhkan banyak tenaga.
- Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana
terlewatkan.
- Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab klien bertugas.

Kelebihan metode kasus:


- Kebutuhan pasien terpenuhi.
- Pasien merasa puas.
- Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
- Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
3. Metode penugasan tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat. Kelompok ini dipimpin
oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya.
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain itu pemimpin
kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum tugas dan menerima
laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan
tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala
ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.
Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan askep
terhadap sekelompok pasien.

Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :


- Ketua tim
- Pelakaana perawatan
- Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih baik dengan
menggunakan tenaga yang tersedia.

Kelebihan metode tim:


- Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
- Pasien dilayani secara komfrehesif
- Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
- Tercipta kerja sama yang baik .
- Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
- Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif.

Kekurangan metode tim:


-Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya.
- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau trburu-buru
sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelanncaran tugas terhambat.
-Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau berlindung kepada
anggota tim yang mampu atau ketua tim.
- Akontabilitas dalam tim kabur.

4. Metode Perawatan Primer


Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep selama
pasien dirawat.

Tugas perawat primer adalah :


- Menerima pasien
- Mengkaji kebutuhan
- Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.
- Mengkoordinasi pelayanan
- Menerima dan menyesuaikan rencana
- menyiapkan penyuluhan pulang

Konsep dasar :
1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2. Ada otonomi
3. Ada keterlibatan pasien dan keluarganya

Ketenagaan :
1. Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
2. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4. Perawat profesional sebagai primer dan perawat non profesional sebagai asisten.
Kepala bangsal :
1. Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
2. Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3. Menyusun jadwal dinas
4. Memberi penugasan pada perawat asisten.

Kelebihan dari metode perawat primer:


- Mendorong kemandirian perawat.
- Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
- Berkomunikasi langsung dengan Dokter
- Perawatan adalah perawatan komfrehensif
- Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
- Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
- Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.

Kelemahan dari metode perawat primer:


- Perlu kualitas dan
- kuantitas tenaga perawat,
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
- Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

5. Metode Modul (Distrik)


Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode perawatan primer. Metode
ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari datang sampai pulang.

- Keuntungan dan Kerugian


Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat primer.
Semua metode diatas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan. Jumlah staf yang
ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas pembicaraan yang sebelumnya.

C.    KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI  MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN


PROFESIONAL
Kelebihan model praktek keperawatan professional :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. 
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan    
    memberikankepuasan pada anggota tim
d. bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
e. ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar
f. ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing

Kekurangan model praktek keperawatan professional :


a. Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim, membutuhkan waktu   
   dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk.
b. Akuntabilitas pada tim.Konsep
c. beban kerja tinggi
d. pendelegasian tugas terbatas
e. kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab klien tugas

D.    KARATERISTIK MPKP


1.      Penetapan jumlah tenaga keperawatan
2.      Penetapan jenis tenaga keperawatan
3.      Penetapan standar rencana asuhan keperawatan
4.      Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer

E.     LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI MPKP

Tahap persiapan :
1.      Pembentukan team
Terdiri dari coordinator departemen, kepala ruang rawat, perawat ruangan, ketua MPKP
2.      Rancangan penilaian mutu
Kelompok kerja yang membuat rencana asuhan keperawatan yang meliputi kepuasan klien.
3.      Presentasi MPKP
Untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua yang terlibat pada saat presentasi.
4.      Penetapan tempat implementasi
Dalam menentukan tempat implementasi perlu memperhatikan : mayoritas tenaga perawat apakah
ada staf baru.
5.      Identifikasi jumlah klien
Kelompok klien terdiri dari 3 kriteria, yaitu : minimal, parsial, dan total)
6.      Penetapan tenaga keperawatan
7.      Penetapan jenis tenaga
a.      kepala ruang rawat
b.      clinical care manager
c.       perawat primer
d.      perawat asociate
8.      Pengembangan standar asuhan keperawatan
Bertujuan untuk mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga waktunya habis untuk
melakukan tindakan keperawatan
9.      Penetapan format dokumentasi keperawatan
10.  Identifikasi fasilitas
a.       Badge atau kartu  nama tim
b.      Papan nama
c.       Papan MPKP

Tahap pelaksanaan :
1.      Pelatihan MPKP
2.      Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan konferensi
3.      Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA
4.      Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar Renpra
5.      Member bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak dengan klien
6.      Member bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim
7.      Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan PA
8.      Memberi bimbingan tentang dokumentasi keperawatan

Tahap evaluasi :
1.      Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien / keluarga untuk setiap klien pulang
2.      Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian
3.      Penilaian infeksi nasokominal di ruang rawat
4.      Penilaian rata-rata lama hari rawat

MODUL PEMBELAJARAN 10
SISTEM KLASIFIKASI PASIEN
KONSEP TIMBANG TERIMA ( HAND OVER ) DAN KOMPERHENSIF LAYANAN
KEPERAWATAN
A. Definisi Sistem Klasifikasi Pasien
Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut jumlah dan kompleksitas
persyaratan perawatan mereka. Dalam banyak sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai
dengan ketergantungan mereka pada pemberi perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk
memberikan perawatan.
Dalam menentukan kebutuhan tenaga di ruang rawat, perawat perlu memantau klasifikasi
klien. Sistem klasifikasi pasien adalah pengelompokan pasien berdasarkan kebutuhan perawatan
yang secara klinis dapat diobservasikan oleh perawat. Pada dasarnya sistem klasifikasi pasien ini
mengelompokkan pasien sesuai dengan ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan
kemampuan yang dibutuhkan untuk memberi asuhan keperawatan yang dibutuhkan.
Ketenagaan memerlukan koordinasi antara bagian personalia dan pelayanan keperawatan,
biasanya bagian personalia mengadakan tenaga keperawatan sesuai dengan permintaan yang
diajukan oleh bagian keperawatan. Langkah pertama pada rekrut tenaga adalah menstimulasi calon
untuk mengisi posisi yang dibutuhkan. Hal ini tidak sederhana karena tidak hanya segi teknis
kualifikasi tetapi juga kwalitas individu harus sesuai dengan pekerjaan, susunan dan tujuan
organisasi. Usaha rekrut tenaga jangan tergesa-gesa karena dapat mengakibatkan seleksi yang tidak
memuaskan.

B. Tujuan Sistem Klasifikasi Pasien


Tujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai untuk mengukur
jumlah usaha yang diperlukan untuk memenuhi perawatan yang dibutuhkan pasien (Gillies, 1994).
Menurut Swanburg, tujuan klasifikasi pasien adalah untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga
yang dibutuhkan dan menentukan nilai produktivitas.
Setiap kategori deskriptor empat perawatan (aktifitas sehari-hari, kesehatan umum, dukungan
pengajar serta emosional, dan perlakuan sekitar pengobatan) dipakai untuk menunjukkan
karakteristik dan tingkat perawat yang dibutuhkan pasien di dalam klasifikasi tersebut.
Klasifikasi pasien sangat menentukan perkiraan kebutuhan tenaga. Hal ini dilakukan untuk
menetapkan jumlah tenaga keperawatan sesuai dengan kategori yang dibutuhkan untuk asuhan
keperawatan klien di setiap unit.

C. Kategori Sistem Klasifikasi Pasien


Kategori keperawatan klien, yaitu :
1. Self-care
Klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindak keperawatan dan pengobatan. Klien
melakukan aktivitas perawatan diri sendiri secara mandiri. Biasanya dibutuhkan waktu 1-2 jam
dengan waktu rata-rata efektif 1,5 jam/24 jam.
2. Minimal care
Klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindak keperawatan dan pengobatan tertentu, misalnya
pemberian obat intravena, dan mengatur posisi. Biasanya dibutuhkan waktu 3-4 jam dengan waktu
rata-rata efektif 3,5 jam/24 jam.
3. Intermediate care
Klien biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5 jam/24 jam.
4. Mothfied intensive care
Klien biasanya membutuhkan waktu 7-8 jam dengan waktu rata-rata efektif7,5jam/24jam.
5. Intensive care
Klien biasanya membutuhkan 10-14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam/24 jam.
Metode lain yang sering digunakan di Rumah Sakit adalah metode menurut Donglas (1984),
yang mengklasifikasi derajat ketergantungan pasien dalam tiga kategori, yaitu perawatan miniaml,
perawatan intermediate, dan perawatan maksimal atau total.
1. Perawatan minamal
Perawatan ini memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah
klien masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, dan ganti pakaian, termasuk minum.
Meskipun demikian klien perlu diawasi ketika melakukan ambulasi atau gerakan. Ciri-ciri lain pada
klien dengan klasifikasi ini adalah observasi tanda vital dilakukan setiap shift, pengobatan minimal,
status psikologis stabil, dan persiapan pprosedur memerlukan pengobatan.
2. Perawatan intermediate
Perawatan ini memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah
klien masih perlu bantuan dalam memenuhi kebersihan diri, makan dan minum. Ambulasi serta
perlunya observasi tanda vital setiap 4 jam. Disamping itu klien dalam klasifikasi ini memerlukan
pengobatan lebih dan sekali. Kateter Foley atau asupan haluarannya dicatat. Dan klien dengan
pemasangan infus serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

3. Perawatan maksimal atau total


Perawat ini memerlukan waktu 5-6jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah
klien harus dibantu tentang segala sesuatunya. Posisi yang diatur, observasi tanda vital setiap 2 jam,
makan memerlukan selang NGT (Naso Gastrik Tube), menggunakan terapi intravena, pemakaian
alat penghisap (suction), dan kadang klien dalam kondisi gelisah/disorientasi.

D. Penerapan Sistem Klasifikasi Pasien Dalam Tatanan Pelayanan Kesehatan


Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi dalam tiga kelompok
berdasarkan tingkat ketergantungan klien :
a. Perawatan Total: klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per 24 jam.
b. Perawatan Parsial : klien memerlukan 4 jam perawatan langsung per 24 jam.
c. Perawatan Mandiri: klien memerlukan 2 jam perawatan langsung per 24 jam.
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah sebagai berikut :
a. Kategori I : Perawatan mandiri/self care
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi
emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan
biasanya ringan dan sederhana.

b. Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care


Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan agar
mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi.
Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital,
periksa urin reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase atau infus ]. Pasien
memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk mendukung emosi 5 – 10 menit/shift. Tindakan
dan pengobatan 20 – 30 menit/shift atau 30 – 60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping
obat atau reaksi alergi.

c. Kategori III : Perawatan total/intensive care


Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua dibantu oleh perawat, penampilan sakit
berat. Pasien memerlukan observasi terus menerus.

E. Pengertian Timbang Terima ( Hand Over )


Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya handover,
handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover adalah komunikasi oral dari
informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008)
menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang informasi (termasuk
tanggungjawab dan tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang
mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga
meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan
perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover adalah waktu dimana terjadi
perpindahan atau transfer tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang
lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang rencana
perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan yang
berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan
sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift,dapat disampaikan juga informasi-informasi
yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
F. Tujuan Timbang Terima
a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada klien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi
tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk kesinambungan dalam
keselamatan dan keefektifan dalam bekerja. Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama
yaitu:
a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan
perasaan perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.

G. Langkah-Langkah Dalam Timbang Terima


a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
b. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift selanjutnya meliputi:
 Kondisi atau keadaan pasien secara umum
 Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
d. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung melihat keadaan pasien.
(Nursalam, 2002)

H. Prosedur Dalam Timbang Terima


1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara
komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan
belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
 Identitas klien dan diagnosa medis.
 Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
 Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
 Intervensi kolaborasi dan dependen.
 Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, misalnya operasi,
pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat
dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan
memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan oleh
perawat.
(Nursalam, 2002)
Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:
a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggungjawab. Meliputi faktor
informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang melakukan pertukaran
informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran informasi yang
memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada perawat
shift yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab dan tugas yang
dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima operan untuk melakukan
pengecekan data informasi pada medical record atau pada pasien langsung.

I. Metode Dalam Timbang Terima


1. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di sebutkan bahwa operan
jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya pertanyaan atau
diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses informasi dibutuhkan
oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang sudah menggunakan model
bedside handover yaitu handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan
pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi
yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun bedside handover tidak
jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi penyakitnya secara
up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada informasi
yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis yang lain.
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga
selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau media tertulis lain.
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan bahkan beberapa rumah
sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman implementasi
untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
A. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya pertanyaan dari penerima
informasi tentang informasi pasien.
B. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi, pelayanan, kodisi dan
kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
C. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat penerima dengan
melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau mengklarifikasi.
D. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk perawatan dan terapi
sebelumnya.
E. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan informasi atau terlupa.

J. Faktor-faktor dalam Timbang Terima


1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.

K. Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga


Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri seorang
perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau operan adalah
sebagai berikut:
1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya
diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas
fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan
gangguan pencernaan.

2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis hilangnya waktu luang,
kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam
masyarakat. Saksono (1991) mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja
malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam
kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.

3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek
psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang
berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.

4. Efek Terhadap Kesehatan


Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-50
tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi
penderita diabetes.

5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja


Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. Al
(dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada
akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi
tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift
malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan
lebih banyak terjadi pada shift malam.

L. Dokumentasi dalam Timbang Terima


Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi keperawatan.
Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan,
dan merupakan dokumen pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi
yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya
dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat.
Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
a. Identitas pasien.
b. Diagnosa medis pesien.
c. Dokter yang menangani.
d. Kondisi umum pasien saat ini.
e. Masalah keperawatan.
f. Intervensi yang sudah dilakukan.
g. Intervensi yang belum dilakukan.
h. Tindakan kolaborasi.
i. Rencana umum dan persiapan lain.
j. Tanda tangan dan nama terang.

Manfaat pendokumentasian adalah:


 Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
 Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya tentang apa yang sudah
dan akan dilakukan kepada pasien.
 Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi mengenai pasien telah
dicatat.
(Suarli & Yayan B, 2009)

M. Skema Timbang Terima

PASIEN

DIAGNOSAMEDIS DIAGNOSA
MASALAH KEPERAWATAN

RENCANA
TINDAKAN

YANG TELAH YANG AKAN


DILAKUKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN
KEADAAN PASIEN

MASALAH:
N. Mekanisme Kegiatan Timbang Terima

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

 Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.


 Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab
 Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
 Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan menggambarkan kondisi pasien
saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
 Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
 Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume yang cukup sehingga pasien di
sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia
sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat klien.
 Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan di nurse station.
(Nursalam, 2008)

O. Evaluasi dalam Timbang Terima


1. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain : Catatan
timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan memimpin
kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan
kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh perawat yang
bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer malam menyerahkan ke perawat
primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station
kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah
klien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan
khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke
klien.

3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat mengetahui
perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

P. Pengertian Keperawatan Komperhemsif

Keperawatan Komprehensif berfokus pada pembahasan dan review kembali tentang konsep
asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi) pada setiap
bidang (keperawatan dasar, manajemen keperawatan, keperawatan medikal bedah, keperawatan
gawat darurat dan kritis, keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan jiwa dan
keperawatan keluarga, gerontik dan komunitas). Pematangan dan penguatan ketrampilan
keperawatan pada setiap bidang kekhususan keperawatan juga menjadi fokus mata ajar karena
tujuan utama dari mata ajar ini juga untuk lebih menyiapkan mahasiswa dalam tahapan pendidikan
lanjutan yaitu pendidikan profesi ners.
Bahan kajian keperawatan komprehensif meliputi:
1. Asuhan keperawatan: pengkajian, diagnosis keperawatan, prioritas masalah, perencanaan,
implementasi, evaluasi.
2. Asuhan keperawatan komunitas: pengkajian komunitas, musyawarah masyarakat desa,
pendampingan posyandu, penyuluhan dan  focus group discussion
3. Asuhan keperawatan keluarga: pengkajian keluarga dengan format Friedman dan format
DepKes, diagnosis keperawatan keluarga, prioritas masalah, perencanaan, implementasi, evaluasi.
4. Asuhan keperawatan gerontik: pengkajian gerontik, diagnosis keperawatan, prioritas
masalah, perencanaan, implementasi terapi aktifitas kelompok dan sosiodrama, evaluasi.
5. Manajemen keperawata: pengkajian, prioritas masalah, perencanaan, implementasi Timbang
terima, Ronde, Penerimaan pasien baru, Discharge planning, Supervisi, Program inovasi, dan
evaluasi.
6. Asuhan keperawatan Jiwa: pengkajian, diagnosis keperawatan, prioritas masalah,
perencanaan, implementasi komunikasi terapeutik dan terapi modalitas pada pasien gangguan jiwa,
evaluasi.
7. Asuhan keperawatan Medikal Bedah: pengkajian, diagnosis keperawatan, prioritas masalah,
perencanaan, implementasi pasang infus, pengambilan darah, perawatan luka, pemasangan NGT,
pemasangan kateter, transfusi darah, fisioterapi dada, dan evaluasi.
8. Asuhan keperawatan Gawat Darurat: pengkajian, diagnosis keperawatan, prioritas masalah,
perencanaan, implementasi manajemen airway, manajemen breathing, manajemen sirkulasi,
manajemen disability, dan evaluasi.
9. Asuhan keperawatan Kritis: pengkajian, diagnosis keperawatan, prioritas masalah,
perencanaan, implementasi EKG, suction, AGD, CVP, dan evaluasi.
10. Asuhan keperawatan Maternitas: pengkajian, diagnosis keperawatan, prioritas masalah,
perencanaan, implementasi untuk antenatal, intranatal, postpartum dan ginekologi, dan evaluasi.
11. Asuhan keperawatan Anak: pengkajian, diagnosis keperawatan, prioritas masalah,
perencanaan, implementasi perawatan metode kanguru, memandikan bayi, pijat bayi, pemeriksaan
BBL, imunisasi, MTBS, bermain terapeutik, dan evaluasi.
12. Trend dan isu terkait: penerapan etika praktik profesi, patient safety dan pencegahan
kecelakaan kerja pada praktik keperawatan, metode komunikasi keperawatan termasuk terkait
ISBAR.

MODUL PEMBELAJARAN 11
KOMUNIKASI MANAJERIAL

Komunikasi Manajerial
Manajemen komunikasi adalah perencanaan sistematis, pelaksanaan, pemantauan, dan revisi semua
saluran komunikasi dalam suatu organisasi dan antar organisasi, itu juga mencakup organisasi dan
penyebaran arahan komunikasi baru yang terhubung dsengan organisasi, jaringan atau teknologi
komunikasi.
Motivasi
Pengertian Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktorfaktor yang menyebabkan, menyalurkan, dan
mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu. Motivasi adalah segala sesuatu
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang
mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan, terutama dalam
berperilaku
Dari berbagai macam definisi motivasi, ada tiga hal penting dalam pengertian motivasi, yaitu
hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan muncul karena seseorang merasakan
sesuatu yang kurang, baik fisiologis maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk
memenuhi kebutuhan, sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi. Memotivasi adalah
proses manajemen untuk memengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai
apa yang membuat orang tergerak (Stoner dan Freeman, 1995: 134).
Menurut bentuknya, motivasi terdiri atas:
1. motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri individu
2. motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu
3. motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit secara serentak dan
menghentak dengan cepat sekali.
Unsur Motivasi
Motivasi mempunyai tiga unsur utama yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi
bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang mereka miliki dengan apa yang
mereka harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan
harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti
daripada motivasi. Pada dasarnya motivasi mempunyai sifat siklus (melingkar), yaitu motivasi
timbul, memicu perilaku tertuju kepada tujuan (goal), dan akhirnya setelah tujuan tercapai, motivasi
itu berhenti. Tapi itu akan kembali pada keadaan semula apabila ada suatu kebutuhan lagi. Siklus
ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Siklus tersebut merupakan siklus dasar. Untuk memahami motif pada manusia dengan lebih tuntas,
ada faktor lain yang berperan dalam siklus motif tersebut, yaitu faktor kognitif. Seperti kita ketahui
bahwa kognitif merupakan proses mental seperti berpikir, ingatan, persepsi. Dengan berperannya
faktor kognitif dalam siklus motif, maka driving state dapat dipicu oleh pikiran ataupun ingatan.
Pada dasarnya motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu (Sadirman, 2003) sebagai berikut.
1. Motivasi Internal
Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Keperluan dan keinginan yang ada dalam diri
seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya. Kekuatan ini akan memengaruhi pikirannya
yang selanjutnya akan mengarahkan perilaku orang tersebut. Motivasi internal dikelompokkan
menjadi dua.
a. Fisiologis, yang merupakan motivasi alamiah seperti rasa lapar, haus, dan lain-lain.
b. Psikologis, yang dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori dasar.
1) Kasih sayang, motivasi untuk menciptakan kehangatan, keharmonisan, kepuasan batin/emosi dalam
berhubungan dengan orang lain.
2) Mempertahankan diri, untuk melindungi kepribadian, menghindari luka fisik dan psikologis,
menghindari dari rasa malu dan ditertawakan orang, serta kehilangan muka, mempertahankan
gengsi dan mendapatkan kebanggaan diri.
3) Memperkuat diri, mengembangkan kepribadian, berprestasi, mendapatkan pengakuan dari orang
lain, memuaskan diri dengan penguasaannya terhadap orang lain.

2. Motivasi Eksternal.
Motivasi eksternal tidak dapat dilepaskan dari motivasi internal.Motivasi eksternal adalah motivasi
yang timbul dari luar/lingkungan. Misalnya: motivasi eksternal dalam belajar antara lain beupa
penghargaan, pujian, hukuman, atau celaan yang diberikan oleh guru, teman atau keluarga.

Berbagai Teori Motivasi (Stoner dan Freeman, 1995) Landy dan Becker mengelompokkan
banyak pendekatan modern pada teori dan praktik menjadi lima kategori: teori kebutuhan, teori
penguatan, teori keadilan, teori harapan, dan teori penetapan sasaran.
1. Teori Kebutuhan.
Teori kebutuhan berfokus pada kebutuhan orang untuk hidup berkecukupan. Dalam praktiknya,
teori kebutuhan berhubungan dengan apa yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya
teori kebutuhan, motivasi dimiliki seseorang pada saat belum mencapai tingkat kepuasan tertentu
dalam lkehidupannya. Kebutuhan yang telah terpuaskan tidak akan lagi menjadi motivator.
2. Teori Keadilan
Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi pekerjaan adalah
evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan yang diterima. Individu akan termotivasi jika hal
yang mereka dapatkan seimbang dengan usaha yang mereka kerjakan.
3. Teori Harapan.
Teori iasil ni menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai alternatif tingkah laku
berdasarkan harapannya (apakah ada keuntungan yang diperoleh dari tiap tingkah laku). Teori
harapan terdiri atas dasar sebagai berikut.
a. Harapan hasil prestasi
b. Valensi
c. Harapan prestasi usaha
4. Teori Penguatan. Teori penguatan, dikaitkan oleh ahli psikologi B. F. Skinner dengan
temantemannya, menunjukkan bagaimana konsekuensi tingkah laku di masa lampau akan
memengaruhi tindakan di masa depan dalam proses belajar siklis. Proses ini dapat dinyatakan
sebagai berikut.
Rangsangan → Respons → Konsekuensi → Respons Masa Depan.
5. Teori Prestasi ( McClelland). Pada tahun 1961 bukunya‚ The Achieving Society, David Mc
Clelland menguraikan tentang teorinya. Dia mengusulkan bahwa kebutuhan individu diperoleh dari
waktu ke waktu dan dibentuk oleh pengalaman hidup seseorang. Dia menggambarkan tiga jenis
kebutuhan motivasi (Marquis dan Huston, 1998). Dalam sebuah studi Motivasi McClelland
mengemukakan adanya tiga macam kebutuhan manusia yaitu sebagai berikut.
a. Need for Achievement (Kebutuhan untuk berprestasi). Kebutuhan untuk berprestasi yang
merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. Untuk
mengungkap kebutuhan akan prestasi. Ini dapat diungkap dengan teknik proyeksi. Penelitian
menunjukkan bahwa orang yang mempunyai Need for Achievement tinggi akan mempunyai
performance yang lebih baik daripada orang yang mempunyai Need for Achievement rendah
b. Need for Affiliation (Kebutuhan untuk berafiliasi). Afiliasi menunjukkan bahwa seseorang
mempunyai kebutuhan berhubungan dengan orang lain. Kebutuhan untuk berafiliasi merupakan
dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan
sesuatu yang merugikan orang lain.
c. Need for Power (Kebutuhan untuk berkuasa). Kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi
dari dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain. Dalam
interaksi sosial seseorang akan mempunyai kebutuhan untuk berkuasa (power). Orang yang
mempunyai power need tinggi akan mengadakan kontrol, mengendalikan atau memerintah orang
lain, dan ini merupakan salah satu indikasi atau salah satu menefestasi dari power need tersebut.

Pendelegasian dan Supervisi


Manajer dapat mengontrol staf dan waktu yang digunakan oleh staf dalam meningkatkan
produktivitas perusahaan. Pada kenyataanya, sering ditemukan terlalu banyak pekerjaan yang harus
diselesaikan oleh seseorang dengan waktu yang hanya sedikit. Pada situasi tersebut, pendelegasian
dan pembagian pekerjaan diperlukan. Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu
pekerjaan melalui orang lain atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas kepada
seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 1998).
Pendelegasian/pelimpahan asuhan keperawatan kepada pasien oleh perawat tidak mudah dilakukan
karena menyangkut pemberian suatu perintah kepada orang lain untuk menyelesaikan tugas yang
diemban. Para perawat meyakini bahwa mereka dapat memberikan pendelegasian dengan baik
kepada staf dalam asuhan keperawatan, tetapi sering tidak dilaksanakan dengan baik. Hal ini
menyebabkan kurangnya rasa percaya kepada orang yang menerima pendelegasian (delegasi).

Ketidakefektifan dalam Pendelegasian


Pendelegasian dalam praktik keperawatan profesional sering ditemukan mengalami masalah, di
mana proses pendelegasian tidak dilaksanakan secara efektif. Ketidakefektifan atau kesalahan yang
sering ditemukan dapat dibedakan menjadi tiga hal, yaitu under-delegation, over-delegation, dan
improper-delegation.
 Pendelegasian yang Terlalu Sedikit (Under-delegation) Manajer keperawatan sering berasumsi
bahwa jika mereka melakukannya sendiri, maka akan menjadi lebih baik dan lebih cepat daripada
didelagasikan ke orang lain. Misalnya, manajer sering berpikir “Saya bisa mengerjakan ini lebih
baik, bila staf yang mengerjakan akan memerlukan waktu yang lama”. Keadaan ini berdampak
terhadap proses pendelegasian wewenang, di mana orang yang menerima tugas hanya diberikan
wewenang yang sangat terbatas dan sering terjadi ketidakjelasan wewenang yang harus dilakukan,
sehingga tugas tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik. Masalah lain adalah kekhawatiran
seseorang bahwa mereka tidak mampu melakukan seperti apa yang dilakukan staf/orang yang
didelegasikan, karena tanggung jawab yang diberikan hanya sedikit dan sering merasa bosan,
malas, dan tidak efektif. Pendelegasian yang tepat akan dapat meningkatkan kepuasan kerja dan
meningkatkan hubungan yang kondusif antara manajer dan staf.
 Pendelegasian yang Berlebihan (Over-delegation) Pendelegasian yang berlebihan kepada staf, akan
berdampak terhadap penggunaan waktu yang sia-sia. Hal ini disebabkan keterbatasan manajer
untuk memonitor dan menghabiskan waktu dalam tugas organisasi. Staf akan merasa terbebani dan
sering ditemukan penyalahgunaan wewenang yang diberikan. Misalnya staf sering bertanya, “Saya
tidak tahu apa yang manajer harapkan” atau “Saya lebih senang bantuan supervisi dari manajer
terus-menerus”.
 Pendelegasian yang Tidak Tepat (Improper-delegation) Pendelegasian menjadi tidak efektif bila
diberikan kepada orang yang tidak tepat karena alasan faktor suka/tidak suka. Pendelegasian
tersebut tidak akan memperoleh hasil yang baik karena adanya kecenderungan manajer menilai
pekerjaan staf berdasarkan unsur subjektivitas.

Konsep Pendelegasian
Pendelegasian yang baik bergantung pada keseimbangan antara tiga komponen utama, yaitu
tanggung jawab, kemampuan, dan wewenang. Tanggung jawab (responsibility) adalah suatu rasa
tanggung jawab terhadap penerimaan suatu tugas. Kemampuan (accountability) adalah kemampuan
seseorang dalam melaksanakan tugas yang didelegasikan. Wewenang (authority) adalah pemberian
hak dan kekuasaan kepada delegasi untuk mengambil suatu keputusan terhadap tugas yang
dilimpahkan

Konsep Dasar Pendelegasian yang Efektif


Lima konsep yang mendasari efektivitas dalam pendelegasian. Lima konsep tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut.
1. Pendelegasian bukan suatu sistem untuk mengurangi tanggung jawab. Tetapi suatu cara untuk
membuat tanggung jawab menjadi bermakna. Manajer keperawatan sering mendelegasikan
tanggung jawabnya kepada staf dalam melaksanakan asuhan terhadap pasien. Misalnya, dalam
penerapan model asuhan keperawatan profesional primer, seorang perawat primer (PP)
melimpahkan tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada perawat
pendamping/ associate (PA). Perawat primer memberikan tanggung jawab yang penuh dalam
merawat pasien yang didelegasikan.
2. Tanggung jawab dan otoritas harus didelegasikan secara seimbang. Perawat primer menyusun
tujuan tindakan keperawatan. Tanggung jawab untuk melaksanakan tujuan/rencana didelegasikan
kepada staf yang sesuai atau menguasai kasus yang dilimpahkan. Kemudian PP memberikan
wewenang kepada PA untuk mengambil semua keputusan menyangkut keadaan pasien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses tersebut harus meliputi:
 pengkajian kebutuhan pasien;
 identifikasi tugas yang dapat dilaksanakan dengan bantuan orang lain
 mendidik dan memberikan pelatihan supaya tugas dapat dilaksanakan dengan aman dan
kompeten;
 proses menentukan kompetensi dalam membantu seseorang;
 ketersediaan supervise yang cukup oleh PP;
 proses evaluasi yang terus-menerus dalam membantu seseorang;
 proses komunikasi tentang keadaan pasien antara PP dan PA.
3. Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung jawabnya, mengembangkan
wewenang yang dilimpahkan, dan mengembangkan kemampuan dalam mencapai tujuan organisasi.
Keberhasilan pelimpahan ditentukan oleh:
a. intervensi keperawatan yang diperlukan;
b. siapa yang siap dan sesuai dalam melaksanakan tugas tersebut;
c. bantuan apa yang diperlukan;
d. hasil apa yang diharapkan.

4. Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada semua anggota. Dukungan yang penting adalah
menciptakan suasana yang asertif. Setelah PA melaksanakan tugas yang dilimpahkan, maka PP
harus menunjukkan rasa percaya kepada PA untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara
mandiri. Jika masalah timbul, maka PP harus selalu menanyakan “Apa yang bisa kita lakukan?”
Empowering meliputi pemberian wewenang seseorang untuk melaksanakan tugas secara kritis
otonomi, menciptakan kemudahan dalam melaksanakan tugas, serta membangun rasa kebersamaan
dan hubungan yang serasi.
5. Seorang delegasi harus terlibat aktif. Ia harus dapat menganalisis otonomi yang dilimpahkan untuk
dapat terlibat aktif. Keterbukaan akan mempermudah komunikasi antara PP dan PA.

Prinsip Utama Pendelegasian


Supervisi dalam praktik keperawatan profesional adalah suatu proses pemberian berbagai sumber
yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasi.
Supervisi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tugas teknis dan manajerial. Hampir semua
tugas teknis dapat didelegasikan oleh supervisor kepada stafnya. Sementara, tidak semua tugas
manajerial dapat didelegasikan karena memerlukan supervisi dan pemberian wewenang. Misalnya,
staf dapat menyusun suatu perencanaan, anggaran pembelian, dan kegiatan yang lainnya tetapi
tugas untuk membuat persetujuan, rekomendasi, pelaksanaan masih merupakan hak dan wewenang
seorang supervisor.

Cara Pendelegasian
1. Seleksi dan susun tugas
Sediakan waktu yang cukup untuk menyusun daftar tugas-tugas yang harus dilimpahkan secara
rasional dan dapat dilaksanakan oleh staf. Tahap berikutnya yang harus dikerjakan secara otomatis
adalah menyiapkan laporan yang kontinu, menjawab setiap pertanyaan, menyiapkan jadwal
berurutan, memesan alat-alat, presentasi pada komisi yang bertanggung jawab, dan melaksanakan
asuhan keperawatan dan tugas teknis lainnya. Menyusun suatu daftar secara berurutan dengan dua
kriteria, yakni waktu yang diperlukan dan pentingnya bagi institusi. Hal yang terpenting dalam
mendelegasikan tugas adalah menentukan suatu tugas pendelegasian dan wewenang secara
bertahap. Hal ini akan menghindari terjadinya suatu penyalahgunaan wewenang.
2. Seleksi orang yang tepat
Pilih orang yang sesuai untuk melaksanakan tugas tersebut berdasarkan kemampuan dan
persyaratan lainnya. Tepat tidaknya Anda memilih staf bergantung dari kemampuan manajer
mengenal kinerja staf, kelebihan, kelemahan, dan perilakunya. Hati-hati terhadap pendelegasian
yang berlebihan atau yang terlalu sedikit. Jika Anda memberikan pendelegasian terlalu berlebih,
maka staf tidak akan siap untuk menerima keadaan tersebut dan akan berdampak terhadap
kegagalan staf dalam melaksanakan tanggung jawab untuk tugas yang pertama kali diterimanya.
Sebaliknya, pendelegasian yang terlalu sedikit akan menjadi hal yang sangat buruk efeknya
terhadap staf maupun institusi. Pendelegasian jenis ini akan menghabiskan waktu dan sering
berakibat terhadap beban bagi staf.
3. Berikan arahan dan motivasi kepada staf
Salah satu kesalahan dalam pendelegasian adalah ketiadaan arahan yang jelas. Lebih baik
pendelegasian dilakukan secara tertulis, dan ajarkan pula bagaimana melaksanakan tugas tersebut.
Jika Anda sudah siap untuk memberikan pendelegasian, maka Anda harus mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut?
a. Apakah saya sudah menjelaskan alasan pendelegasian dan mengapa tugas ini penting dilakukan?
b. Apakah semua tugas sudah jelas dalam ingatan kita? Haruskah saya menuliskan secara rinci?
c. Jika jawabannya ya, dapatkah saya memberikan instruksi dan prosedur secara rinci terhadap
tingkatan pemahaman staf?
d. Apakah tugas yang dilimpahkan dapat memberikan staf kesempatan untuk berkembang dan
memotivasi staf secara tepat?
e. Apakah staf Anda sudah mendapatkan latihan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan
dalam melaksanakan tugas tersebut? Hal penting dalam pendelegasian adalah kesepakatan antara
manajer keperawatan dan staf mengenai hasil yang diharapkan.
4. Lakukan supervisi yang tepat
Anda harus bisa menentukan apa yang perlu disupervisi, kapan dilakukan, dan bantuan apa yang
dapat diberikan. Supervisi merupakan hal yang penting dan pelaksanaannya bergantung pada
bagaimana staf melihatnya.
a. Overcontrol. Kontrol yang berlebihan akan merusak pendelegasian yang diberikan. Staf tidak akan
dapat memikul tanggung jawabnya dengan baik dan Anda hanya akan terfokus terhadap hal-hal
yang tidak didelegasikan.
b. Undercontrol. Kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk terhadap pendelegasian, di mana
staf menjadi tidak produktif dalam melaksanakan tugas dan berdampak secara signifikan terhadap
hasil yang diharapkan. Hal ini juga menyebabkan pemborosan waktu dan anggaran yang
sebenarnya dapat dihindari. Berikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf untuk berpikir dan
melaksanakan tugas tersebut. Namun, berikan pula penekanan terhadap deadline, agar staf Anda
akan mematuhi pola tersebut.

Tempat dan Waktu Pendelegasian


Di bawah ini merupakan tempat dan waktu pendelegasian dapat dilaksanakan:
1. Tugas rutin.
Tugas rutin seperti wawancara lamaran pekerjaan, tanggung jawab terhadap masalah-masalah yang
kecil, dan menyeleksi surat merupakan tugas biasa dan dapat didelegasikan kepada staf.
2. Tugas yang tidak mencukupi waktunya.
Pendelegasian dapat dilaksanakan pada tugas-tugas tertentu karena manajer tidak mempunyai
cukup waktu untuk mengerjakannya. Tugas-tugas tersebut akan dilaksanakan oleh manajer jika
mempunyai waktu untuk menyelesaikannya.
3. Penyelesaian masalah.
Pendelegasian diberikan dengan tujuan memberikan pengalaman/tantangan kepada staf untuk
menyelesaikannya. Staf akan termotivasi apabila mereka menerimanya sebagai suatu tantangan.
Oleh karena itu, perlu perhatian dan bimbingan khusus dalam membantu staf untuk menyelesaikan
tugas yang dilimpahkan kepadanya.
4. Peningkatan kemampuan.
Pendelegasian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan staf dan tim. Dengan pengelolaan
yang sesuai, pendelegasian akan menjadikan suatu latihan bagi staf untuk belajar.
5. Kapan pendelegasian tidak diperlukan.
Tidak semua jenis tugas dapat didelegasikan. Seorang manajer harus berhati-hati dalam
mendelegasikan jenis tugas tertentu, yaitu: a. tugas yang terlalu teknis, misalnya jadwal staf dan
anggaran yang merupakan tugas rutin manajer, tetapi terlalu teknis dan perlu keterampilan khusus
untuk dilaksanakan staf; b. tugas yang berhubungan dengan kepercayaan dan kerahasiaan, misalnya
kerahasiaan suatu informasi dari institusi berhubungan dengan terjadinya perse lingkuhan staf.
Pendelegasian dapat mengakibatkan masalah jika tugas yang didelegasikan tidak dilaksanakan
sesuai harapan. Untuk menghindari kesalahan tersebut, maka manajer mempunyai tangung jawab
sebagai berikut.
a. Disiplin dalam pemberian wewenang;
b. Bertanggung jawab terhadap pembinaan moral staf;
c. Perlunya suatu kontrol; dan
d. Hindari kesalahan dalam penyampaian pendelegasian

Manajemen Konflik, Kolaborasi, dan Negosiasi


Marquis dan Huston (1998) mendefinisikan konflik sebagai masalah internal dan eksternal yang
terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih.
Littlefield (1995) mengatakan bahwa konflik dapat dikategorikan sebagai suatu kejadian atau
proses. Sebagai suatu kejadian, konflik terjadi akibat ketidaksetujuan antara dua orang atau
organisasi yang merasa kepentingannya terancam. Sebagai proses, konflik dimanifestasikan sebagai
suatu rangkaian tindakan yang dilakukan oleh dua orang atau kelompok, di mana setiap orang atau
kelompok berusaha menghalangi atau mencegah kepuasan dari pihak lawan. Sumber konflik di
organisasi dapat ditemukan pada kekuasaan, komunikasi, tujuan seseorang dan organisasi,
ketersediaan sarana, perilaku kompetisi dan kepribadian, serta peran yang membingungkan.
Sebagai manajer keperawatan, konflik sering terjadi pada setiap tatanan asuhan keperawatan. Oleh
karena itu, manajer harus mempunyai dua asumsi dasar tentang konflik. Asumsi dasar yang
pertama adalah konflik merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi. Asumsi
yang kedua adalah jika konflik dapat dikelola dengan baik, maka dapat menghasilkan suatu
penyelesaian yang kreatif dan berkualitas, sehingga berdampak terhadap peningkatan dan
pengembangan produksi. Di sini, peran manajer sangat penting dalam mengelola konflik. Manajer
berusaha menggunakan konflik yang konstruktif dalam menciptakan lingkungan yang produktif..
Jika konflik mengarah ke suatu yang menghambat, maka manajer harus mengidentifikasi sejak
awal dan secara aktif melakukan intervensi supaya tidak berefek pada produktivitas dan motivasi
kerja. Belajar menangani konflik secara konstruktif dengan menekankan pada win-win solution
merupakan keterampilan kritis dalam suatu manajemen.
Sejarah Terjadinya Manajemen Konflik
Sejarah terjadinya suatu konflik pada suatu organisasi dimulai seratus tahun yang lalu, di mana
konflik adalah suatu kejadian yang alamiah dan peristiwa yang pasti terjadi di organisasi. Pada awal
abad ke-20, konflik diindikasikan sebagai suatu kelemahan manajemen pada suatu organisasi yang
harus dihindari. Keharmonisan suatu organisasi sangat diharapkan, tetapi konflik selalu akan
merusaknya. Ketika konflik mulai terjadi pada suatu organisasi, meskipun dihindari dan ditolak,
namun harus tetap diselesaikan secepatnya. Konflik sebenarnya dapat dihindari dengan
mengarahkan staf kepada tujuan yang jelas dalam melaksanakan tugas dan memfasilitasi agar staf
dapat mengekspresikan ketidakpuasannya secara langsung, sehingga masalah tidak menumpuk dan
bertambah banyak.
Pada pertengahan abad ke-19, ketika ketidakpuasan staf dan umpan balik dari atasan tidak ada,
maka konflik diterima secara pasif sebagai suatu kejadian yang normal dalam organisasi. Oleh
karena itu, seorang manajer harus belajar banyak tentang bagaimana menyelesaikan konflik
tersebut daripada berusaha menghindarinya. Meskipun konflik dalam organisasi merupakan suatu
unsur penghambat staf dalam melaksanakan tugasnya, tetapi diakui bahwa konflik dan kerja sama
dapat terjadi secara bersamaan.
Teori interaksi pada tahun 1970 mengemukakan bahwa konflik merupakan suatu hal yang penting,
dan secara aktif mengajak organisasi untuk menjadikan konflik sebagai salah satu pertumbuhan
produksi. Teori ini menekankan bahwa konflik dapat mengakibatkan pertumbuhan produksi
sekaligus kehancuran organisasi, keduanya tergantung bagaimana manajer mengelolanya.
Mengingat konflik adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam organisasi, maka manajer
harus dapat mengelolanya dengan baik.
Konflik dapat berupa sesuatu yang kualitatif atau kuantitatif. Meskipun konflik berakibat terhadap
stres, tetapi dapat meningkatkan produksi dan kreativitas. Manajemen konflik yang konstruktif
akan menghasilkan lingkungan yang kondusif untuk didiskusikan sebagai suatu fenomena utama,
komunikasi yang terbuka melalui pengutaraan perasaan, dan tukar pikiran serta tanggung jawab
yang menguntungkan dalam menyelesaikan suatu perbedaan (Erwin, 1992).

Sumber Konflik
Beberapa sumber konflik dalam organisasi dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut.
1. Keterbatasan sumber daya.
2. Perbedaan tujuan.
3. Ketidakjelasan peran.
4. Hubungan dalam pekerjaan.
5. Perbedaan antar individu
6. Masalah organisasi.
7. Masalah dalam komunikasi

Kategori Konflik
Di dalam organisasi, konflik dipandang secara vertikal dan horizontal (Marquis dan Huston, 1998).
Konflik vertikal terjadi antara atasan dan bawahan. Konflik horizontal terjadi antara staf dengan
posisi dan kedudukan yang sama, misalnya konflik yang meliputi wewenang, keahlian, dan praktik.
Konflik dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni, konflik intrapersonal, interpersonal, dan
antarkelompok.
Konflik Intrapersonal
Konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini merupakan masalah internal untuk
mengklarifikasi nilai dan keinginan dari konflik yang terjadi. Hal ini sering dimanifestasikan
sebagai akibat dari kompetisi peran. Misalnya, manajer mungkin merasa mempunyai konflik
intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan, loyalitas terhadap pekerjaan, dan
loyalitas kepada pasien.
Konflik Interpersona
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih di mana nilai, tujuan, dan keyakinan
berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang secara konstan berinteraksi dengan orang lain,
sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan. Manajer sering mengalami konflik dengan teman
sesama manajer, atasan, dan bawahannya.
Konflik Antarkelompok (Intergroup)
Konflik terjadi antara dua atau lebih, kelompok, departemen, atau organisasi. Sumber konflik jenis
ini adalah hambatan dalam mencapai kekuasaan dan otoritas (kualitas jasa layanan), serta
keterbatasan prasarana.

Proses Konflik
Proses konflik dibagi menjadi beberapa tahapan
1. Konflik laten.
Tahapan konflik yang terjadi terus-menerus (laten) dalam suatu organisasi. Misalnya, kondisi
tentang keterbatasan staf dan perubahan yang cepat. Kondisi tersebut memicu pada ketidakstabilan
organisasi dan kualitas produksi, meskipun konflik yang ada kadang tidak nampak secara nyata
atau tidak pernah terjadi.
2. Konflik yang dirasakan (felt conflict).
Konflik yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman, ketakutan, tidak
percaya, dan marah. Konflik ini disebut juga sebagai konflik affectiveness. Hal ini penting bagi
seseorang untuk menerima konflik dan tidak merasakan konflik tersebut sebagai suatu
masalah/ancaman terhadap keberadaannya.
3. Konflik yang tampak/sengaja dimunculkan.
Konflik yang sengaja dimunculkan untuk dicari solusinya. Tindakan yang dilaksanakan mungkin
menghindar, kompetisi, debat, atau mencari penyelesaian konflik. Setiap orang secara tidak sadar
belajar menggunakan kompetisi, kekuatan, dan agresivitas dalam menyelesaikan konflik.
Sementara itu , penyelesaian konflik dalam suatu organisasi memerlukan upaya dan strategi
sehingga dapat mencapai tujuan organisasi.
4. Resolusi konflik
Resolusi konflik adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan semua orang yang
terlibat di dalamnya dengan prinsip win-win solution.
5. Konflik aftermath.
Konflik aftermath merupakan konflik yang terjadi akibat dari tidak terselesaikannya konflik yang
pertama. Konflik ini akan menjadi masalah besar dan bisa menjadi penyebab dari konflik yang
utama bila tidak segera di atasi atau dikurangi.

Langkah-Langkah Vestal (1994)


Menjabarkan langkah-langkah menyelesaikan suatu konflik meliputi pengkajian, identifikasi, dan
intervensi.
1. Pengkajian.
a. Analisis situasi. Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan, setelah
dilakukan pengumpulan fakta dan memvalidasi semua perkiraan melalui pengkajian lebih
mendalam. Kemudian siapa yang terlibat dan peran masingmasing. Tentukan jika situasinya dapat
diubah.
b. Analisis dan mematikan isu yang berkembang. Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang
terjadi. Tentukan masalah utama yang memerlukan suatu penyelesaian yang dimulai dari masalah
tersebut. Hindari penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
c. Menyusun tujuan. Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.
2. Identifikasi.
a. Mengelola perasaan. Hindari respons emosional: marah, sebab setiap orang mempunyai respons
yang berbeda terhadap kata-kata, ekspresi, dan tindakan.
3. Intervensi.
a. Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik. Selanjutnya identifikasi hasil
yang positif yang akan terjadi.
b. Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik memerlukan strategi yang
berbeda-beda. Seleksi metode yang paling sesuai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.

Kunci Langkah dalam Manajemen Konflik


1. Set the tone: kendalikan diri dan jangan ada ancaman.
2. Get the feeling: beri kesempatan untuk mengekspresikan perasaan.
3. Get the fact: mendengarkan dan mengamati dengan saksama.
4. Ask for help: beri kesempatan karyawan untuk mencari solusi yang terbaik dan gali konsekuensi
dari keputusan yang akan dibuat.
5. Get a commitment: komitmen dan pengorbanan.
6. Follow up: tindak lanjuti secara konsisten.

Beberapa Strategi Penyelesaian Konflik


Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi enam macam.
1. Kompromi atau negosiasi
Suatu strategi penyelesaian konflik di mana semua yang terlibat saling menyadari dan sepakat pada
keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini sering diartikan sebagai lose-lose situation. Kedua
pihak yang terlibat saling menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat. Di dalam manajemen
keperawatan, strategi ini sering digunakan oleh middle dan top manajer keperawatan
2. Kompetisi
Strategi ini dapat diartikan sebagai win-lose situation. Penyelesaian ini menekankan hanya ada satu
orang atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah. Akibat negatif dari
strategi ini adalah kemarahan, putus asa, dan keinginan untuk perbaikan di masa mendatang
3. Akomodasi
Istilah lain yang sering digunakan adalah cooperative situation. Konflik ini berlawanan dengan
kompetisi. Pada strategi ini, seseorang berusaha mengakomodasi permasalahan, dan memberi
kesempatan pada orang lain untuk menang. Pada strategi ini, masalah utama yang terjadi
sebenarnya tidakterselesaikan. Strategi ini biasanya digunakan dalam politik untuk merebut
kekuasaan dengan berbagai konsekuensinya.
4. Smoothing
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara mengurangi komponen emosional dalam
konflik. Pada strategi ini, individu yang terlibat dalam konflik berupaya mencapai kebersamaan
daripada perbedaan dengan penuh kesadaran dan introspeksi diri. Strategi ini bisa diterapkan pada
konflik yang ringan, tetapi tidak dapat dipergunakan pada konflik yang besar, misalnya persaingan
pelayanan/hasil produksi.
5. Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang masalah yang dihadapi,
tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalah. Strategi ini biasanya dipilih
bila ketidaksepakatan membahayakan kedua pihak, biaya penyelesaian lebih besar daripada
menghindar, atau perlu orang ketiga dalam menyelesaikannya, atau jika masalah dapat
terselesaikan dengan sendirinya.
6. Kolaborasi. Strategi ini merupakan strategi win-win solution. Dalam kolaborasi, kedua pihak yang
terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Oleh karena
keduanya yakin akan tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan. Strategi kolaborasi tidak akan
bisa berjalan bila kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi tersebut, kelompok yang terlibat
tidak mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah, dan tidak adanya kepercayaan dari
kedua kelompok/seseorang (Bowditch dan Buono, 1994).

Negosiasi
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi juga diartikan
sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (Marquis dan Huston, 1998). Negosiasi sering dirancang
sebagai suatu strategi menyelesaikan konflik dengan pendekatan kompromi. Selama negosiasi
berlangsung, berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan untuk mengakomodasi
perbedaan-perbedaan antara keduanya. Smeltzer (1991) mengidentifikasi dua tipe dasar negosiasi,
yakni kooperatif (setiap orang menang), dan kompetitif (hanya satu orang yang menang). Satu hal
yang penting dalam negosiasi adalah apakah ada salah satu atau kedua pihak menghendaki adanya
perubahan hubungan yang berlangsung dengan meningkatkan hubungan yang lebih baik. Jika
kedua pihak menghendaki adanya perbaikan hubungan, maka akan muncul tipe kooperatif. Namun,
jika hanya salah satu pihak yang menghendaki perbaikan hubungan, maka yang muncul adalah tipe
kompetitif. Meskipun dalam negosiasi ada pihak yang menang dan kalah, sebagai negosiator
penting untuk memaksimalkan kedua pihak untuk mencapai tujuan bersama, meminimalkan
kekalahan dengan membuat pihak yang kalah tetap dapat tujuan bersama, dan membuat kedua
belah pihak merasa puas terhadap hasil negosiasi.
Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju untuk memulai proses negosiasi,
yaitu: masalah harus dapat dinegosiasikan, negosiator harus tertarik terhadap “take and give”
selama proses negosiasi, dan mereka harus saling percaya (Smeltzer, 1991).
Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melaksanakan negosiasi adalah sebagai berikut.
1. Mengumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin. Oleh karena pengetahuan adalah
kekuatan, semakin banyak informasi yang didapat, maka semakin besar kemungkinan untuk
menawarkan negosiasi.
2. Di mana manajer harus memulai. Oleh karena tugas manajer adalah melakukan kompromi, maka
mereka harus memilih tujuan yang utama. Tujuan tersebut sebagai masukan dari tingkat bawah.
3. Memilih alternatif yang terbaik terhadap sarana dan prasarana. Efisiensi dan efektivitas penggunaan
waktu, anggaran, dan pegawai yang terlibat perlu juga diperhatikan oleh manajer
4. Mempunyai agenda yang disembunyikan. Agenda tersebut adalah agenda negosiasi alternatif yang
akan ditawarkan jika negosiasi tidak dapat disepakati.
Ada beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam menciptakan kondisi yang persuasif,
asertif, dan komunikasi terbuka selama negosiasi berjalan.
1. Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
2. Dengarkan dengan saksama, dan perhatikan respons nonverbal yang Nampak
3. Berpikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif informasi yang disampaikan
4. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara Anda. Konsentrasi dan
perhatikan, tidak hanya memberikan persetujuan
5. Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-masalah pribadi pada saat
negosiasi
6. Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
7. Jujur
8. Usahakan bersikap bahwa Anda memerlukan penyelesaian yang terbaik
9. Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir, dan mintalah waktu untuk
menjawabnya
10. Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi berlangsung, istirahatlah
sebentar
11. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu Anda pahami
12. Bersabarlah (Smeltzer, 1991)

Kunci Sukses dalam Melakukan Negosiasi


Lakukan
1. Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa Anda mengetahui keinginan orang lain
2. Perlakukan orang lain sebagai teman dalam penyelesaian masalah, bukan sebagai musuh. Hadapi
masalah yang ada, bukan orangnya
3. Ingat, bahwa setiap orang mengharapkan penyelesaian yang dapat diterima, jika Anda dapat
menyajikan sesuatu dengan baik dan menarik.
4. Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan dan apa yang tidak. Perhatikan gerakan tubuhnya
5. Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak berbelit-belit
6. Antisipasi penolakan
7. Tahu apa yang dapat Anda berikan
8. Tunjukkan beberapa alternatif pilihan
9. Tunjukkan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat terhadap pendapat Anda
10. Bersikaplah asertif, bukan agresif
11. Hati-hati, Anda mempunyai suatu kekuasaan untuk memutuskan
12. Pergunakan gerakan tubuh, jika Anda menyetujui atau tidak terhadap suatu pendapat
13. Konsisten terhadap apa yang Anda anggap benar.

Hindari
1. Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar, dan menyepelekan.
2. Trik yang tidak baik, seperti manipulasi.
3. Distorsi.
4. Tergesa-gesa dalam proses negosiasi.
5. Tidak berurutan.
6. Membuat hanya satu pilihan.
7. Memaksakan kehendak.
8. Berusaha menekankan pada satu pendapatan.
MODUL PEMBELAJARAN 12
KONSEP PENJAMINAN MUTU
PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Latar Belakang

Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama dari pelayanan rumah sakit. Hal ini
terjadi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam kepada pasien yang
membutuhkannya, berbeda dengan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan lainnya yang hanya
membutuhkan waktu yang relatif singkat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya.
Dengan demikian pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya secara terus-menerus dan
berkesinambungan sehingga pelayanan rumahsakit akan meningkat juga seiring dengan
peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. (Ritizza, 2013)
Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan fungsi dari
manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus
yang harus dilaksanakan oleh manajer/ pengelola keperawatan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya
maupun sumber dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien
baik kepada klien, keluarga dan masyarakat. (Donny, 2014)

Mengingat pentingnya peranan manajemen pelayanan keperawatan, maka dalam makalah


ini penulis akan menguraikan tentang pengertian, proses, dimensi, penilaian, strategi, indikator,
standar, dan peran dalam menejemen mutu pelayanan keperawatan sehingga dapat menggambarkan
bagaimana manajemen keperawatan yang bermutu seharusnya dilaksanakan.

B.  Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui manajemen mutu dalam pelayanan asuhan keperawatan.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Mutu dalam Pelayanan Asuhan Keperawatan

1. Mutu

Pengertian mutu berbeda diantara tiap orang, ada yang berarti bagus, luxurious, ataupun
paling bagus. Tetapi ada beberapa pengertian mutu menurut para ahli, sebagai berikut:

Mutu merupakan gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang
berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan.(American society
for quality control). Mutu adalah “fitness for use” atau kemampuan kecocokan penggunaan.(J.M.
Juran, 1989).

Azwar (1996) menjelaskan bahwa mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan
sesuatu yang sedang diamati dan juga merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan,
sedangkan Tappen (1995) menjelaskan bahwa mutu adalah penyesuaian terhadap keinginan
pelanggan dan sesuai dengan standar yang berlaku serta tercapainya tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka mutu dapat dikatakan sebagai kondisi dimana hasil dari
produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan, standar yang berlaku dan tercapainya tujuan. Mutu
tidak hanya terbatas pada produk yang menghasilkan barang tetapi juga untuk produk yang
menghasilkan jasa atau pelayanan termasuk pelayanan keperawatan.

2. Pelayanan Keperawatan

a.  Pelayanan

Produk yang dihasilkan oleh suatu organisasi dapat menghasilkan barang  atau jasa. Jasa
diartikan juga sebagai pelayanan karena jasa itu menghasilkan pelayanan (Supranto, 2006). Definisi
mengenai pelayanan telah banyak dijelaskan, dan Kottler (2000, dalam Supranto, 2006)
menjelaskan mengenai definisi pelayanan adalah suatu perbuatan di mana seseorang atau suatu
kelompok menawarkan pada kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan
produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk, sedangkan Tjiptono (2004)
menjelaskan bahwa pelayanan merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk
dijual, sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan itu merupakan suatu aktivitas yang ditawarkan
dan menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud namun dapat dinikmati atau dirasakan.

Kotler (1997, dalam Supranto, 2006) juga menjelaskan mengenai karakteristik dari pelayanan
dengan membuat batasan-batasan untuk jenis-jenis pelayanan pelayanan sebagai berikut :

·         pelayanan itu diberikan dengan berdasarkan basis peralatan (equipment based) atau basis orang
(people based) dimana pelayanan berbasis orang berbeda dari segi penyediaannya, yaitu pekerja
tidak terlatih, terlatih atau profesional; Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan
beberapa jenis pelayanan memerlukan kehadiran dari klien (client’s precense); pelayanan juga
dibedakan dalam memenuhi kebutuhan perorangan (personal need) atau kebutuhan bisnis (business
need); dan pelayanan yang dibedakan atas tujuannya, yaitu laba atau nirlaba (profit or non profit)
dan kepemilikannya swasta atau publik (private or public). Berdasarkan dari pendapat-pendapat
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan salah satu bentuk hasil dari produk
yang memberikan pelayanan yang mempunyai sifat tidak berwujud sehingga pelayanan hanya
dapat dirasakan setelah orang tersebut menerima pelayanan tersebut. Selain itu, pelayanan
memerlukan kehadiran atau partisipasi pelanggan dan pemberi pelayanan baik yang professional
maupun tidak profesional secara bersamaan sehingga dampak dari transaksi jual beli pelayanan
dapat langsung dirasakan dan jika pelanggan itu tidak ada maka pemberi pelayanan tidak dapat
memberikan pelayanan.

Pengembangan Standar Pelayanan Keperawatan

1.   Standar 1
Falsafah dan tujuan Pelayanan keperawatan diorganisasi dan dikelola agar dapat memberikan
asuhan keperawatan yang optimal bagi pasien sesuai dengan standar yang ditetapkan.  Kriteria:

·  Dokumen tertulis yang memuat tujuan pelayanan keperawatan harus mencerminkan peran rumah
sakit, dan harus menjadi acuan pelayanan keperawatan serta diketahui oleh semua unit lain.
Dokumen ini harus selalu tersedia untuk semua petugas pelayanan keperawatan

· Setiap unit keperawatan dapat mengembangkan sendiri tujuan khusus pelayanan keperawatan.

· Dokumen ini harus disempurnakan paling sedikit setiap 3 tahun.

·Bagan  struktur organisasi harus memperlihatkan secara jelas garis

·Komando, tanggung jawab, kewenangan serta hubungan kerja dalam pelayanan keperawatan dan
hubungan dengan unit lain.

·Uraian tugas tertentu yang tertulis harus diberikan kepada setiap petugas hal hal sebagai berikut

· Kualifikasi yang dibutuhkan untuk jabatan petugas yang bersangkutan garis kewenangan

·Fungsi dan tanggungjawab

·  Frekuensi dan jenis penilaian kemamapuan staf

· Masa kerja dan kondisi pelayanan

2. Standar 2

            Administrasi dan pengelolaan Pendekatan sistematika yang digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan pasien. Kriteria:

· Asuhan keperawatan mencerminkan standar praktek keperawatan yang berlaku dan ditujukan
pada pasien atau keluarganya, yang mencakup asuhan keperawatan dasar, penugasan pasien atau
keperawatan terpadu.

· Perawat bertanggungjawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan

· Staff keperawatan senantiasa harus menghormati hak keleluasaan pribadi, martabat dan
kerahasiaan pasien.

·Staff keperawatan berpartisipasi pada berbagai pertemuan tentag asuhan pasien

· Penelitian keperawatan

·Bila penelitian keperawatan dilakukan, hak asasi pasien harus dilindungi sesuai dengan pedoman
yang berlaku dengan menjunung tinggi etika profesi

3.Standar 3
Staff dan pimpinan Pelayanan keperawatan dikelola untuk mencapai tujuan pelayanan. Kriteria:

·Pelayanan keperawatan dipimpin oleh seorang perawat yang mempunyai kualifikasi manager.

·Kepala keperawatan mempunyai kewenangan atau bertanggungjawab bagi berfungsinya pelayanan


keperawatan ; sebagai anggota pimpinan harus aktif menghadiri rapat pimpinan.

· Apabila kepala perawatan berghalangan harus ada seorang perawat pengganti yang cakap dapat
diserahi tanggungjawab dan kewenangan.

·Setiap perawat harus mempunyai izin praktek perawat yang masi berlaku dan berkualifikasi
professional sesuai jabatan yang didudukinya.

· Jumlah dan jenis tenaga keperawatan disesuaikan dengan kebutuhan pasien  fasilitas dan peralatan

4.      Standar 4

Fasilitas dan peralatan harus memadai untuk mencapai tujuan peayanan keperawatan. Kriteria:

a. Tersedianya tempat dan peralatan yang sesuai untuk melaksanakan tugas.

b. Bila digunakan peralatan khusus, peralatan tersebut dijalankan oleh staf yang telah mendapatkan
pelatihan.

5. Standar 5

            Kebijakan dan prosedur Adanya kebijakan dan prosedur secara tertulis yang sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan prinsip praktek keperawatan yang konsisten dengan tujuan
pelayanan keperawatan. Kriteria:

        a. Kepala keperawatan bertanggung jawab terhadap perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
prosedur keperawatan.

        b.  Staf keperawatan yang aktif terlibat dalam asuhan langsung kepada pasien harus diikut
sertakan dalam perumusan kebijakan dan prosedur keperawatan.

         c. Ada bukti bahwa staf keperawatan bertindak berdasarkan ketentuan hukum yang mengatur
standar pratek keperawatan dan berpedoman pada etika profesi yang berlaku.

         d. Ada kebijakan mengenai ruang lingkup dan batasan tanggung jawab serta kegiatan staf
keperawatan Pengertian: Sebagai contoh kebijakan ialah penyuntikan/ pengobatan pada terapi
intravena, pemberian darah dan produk darah, menerima pesan melalui telepon, pemberian
informasi kepada mass media dan polisi, pencatatan dan pelaporan, pelaksanaan prosedur kerja.

Tersedianya pedoman praktek keperawatan yang meliputi:


·  Prinsip-prinsip yang mendasari prosedur

·  Garis besar prosedur

·  Kemungkinan perawat menyesuaikan prosedur terhadap kebutuhan pasien. (Etika LavleeHongki,


2012)

6.Standar 6

Pengembangan staf dan program pendididkan Harus ada program pengembangan dan
pendidikan berkesinambungan agar setiap keperawatan dapat meningkatkan kemampuan
profesionalnya. Kriteria:

· Program pengembangan staf dikoordinasi oleh seorang perawat terdaftar

· Tujuan program orientasi dan pelatihan harus mengacu pada efektifitas program pelayanan.

· Tersedianya program orientasi bagi smua staf keperawatan yang baru dan bagi perawat yangbaru
ditempatkan pada bidang khusus, meliputi

-Informasi tentang hubungan antara pelayana keperawatan dengan rumah sakit

· Penjelasan mengenai kebijakan dan prosedur kerja dirumah sakit dan pelayanan keperawatan

·Penjelasan mengenai metode penugasan asuhan keperawatan dan standar praktek keperawatan.

·Prosedur penilaian terhadap staf keperawatan Penjelasan mengenai tugas dan fungsi khusus , garis
kewenangan, dan ruang lingkup tanggung jawab

·      Cara untuk mendapatkan bahan – sumber yang tepat

·      Identifikasi kebutuhan belajar bagi tiap individu

·      Petunjuk mengenai prosedur pengamanan yang harus diikuti

·      Pelatihan mengenai tekhnik pertolongan hidup dasar (basic life support).

7.Standar 7

Evaluasi dan pengendalian mutu Pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan


keperawatan yang mutu tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian
mutu dirumah sakit. Kriteria:

·       Adanya rencana tertulis untuk melaksanakan program pengendalian mutu keperawatan.

·       Program pengendalian mutu keperawatan meliputi:

·      Pelayanan keperawatan terhadap standar yang telah ditetapkan.

·      Penampilan kerja semua tenaga perawat.


·      Proses dan hasil pelayanan keperawatan.

·      Tersedianya pendayagunaan sumber daya dari rumah sakit.

b. Indikator Mutu Keperawatan

Indikator Mutu Keperawatan menurut ANA

Kategori Ukuran

Ukuran 1 Angka kematian pasien karena komplikasi operasi


berfokus
2 Angka decubitus
outcomes
pasien 3 Angka pasien jatuh

4 Angka psien jatuh dengan cidera

5 Angka restrain

6 ISK karena pemasangan cateter di ICU

7 Blood stream infection karena pemasangan cateter line central di


ICU dan HDNC

8 VAP di ICU dn HDNC

Ukuran 9 Konseling berhenti merokok pada kasus AMI


berfokus pada
10 Konseling berhenti merokok pada kasus Gagal jantung
intervensi
perawat 11 Konseling berhenti merokok pada kasus Peneumonia

Ukuran 12 Perbandingan antara RN, LVN/LPN, UAP dan kontrak


berfokus pada
13 Jam perawatan pasien per hari oleh RN,LPN/LPN dan UAP
system
14 Practice Environment Scale—Nursing Work Index

15 Turn over

c.Audit internal

Audit internal merupakan suatu penilaian atas keyakinan, independen, obyektif dan aktivitas
konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Ini
membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan
disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian,
dan tata kelola. Audit internal adalah katalis untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan
efisiensi dengan memberikan wawasan dan rekomendasi berdasarkan analisis dan penilaian data
dan proses bisnis. Dengan komitmen untuk integritas dan akuntabilitas, audit internal yang
memberikan nilai kepada mengatur badan dan manajemen senior sebagai sumber tujuan saran
independen. Profesional yang disebut auditor internal yang digunakan oleh organisasi untuk
melakukan kegiatan audit internal.

Audit keperawatan internal dilakukan oleh organisasi profesi di dalam institusi tempat
praktik keperawatan, audit keperawatan eksternal dilakukan oleh organisasi profesi di luar
institusi.Kebijakan audit medis di Rumah Sakit didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor : 496/Menkes/SK/IV/2005 tanggal 5 April 2005 tentang Pedoman Audit
Medis di RS, sedangkan untuk audit keperawatan belum ada kebijakan yang mengatur.
Pelaksana Audit Keperawatan di Rumah Sakit :

·         Tim pelaksana dapat merupakan tim atau panitia yg dibentuk di bawah Komite Keperawatan
atau panitia khusus untuk itu à pelaksana audit keperawatan di RS dapat dilakukan oleh Komite
Keperawatan, Sub Komite (Panitia) Peningkatan Mutu Keperawatan atau Sub Komite (Panitia)
Audit Keperawatan

·         Pelaksana audit keperawatan wajib melibatkan bagian rekam keperawatan


Pelaksana audit wajib melibatkan SMF mulai dari pemilihan topik, penyusunan standar & kriteria
serta analisa hasil audit keperawatan

·         Apabila diperlukan dapat mengundang konsultan tamu atau organisasi profesi terkait untuk
melakukan analisa hasil audit keperawatan & memberikan rekomendasi khusus

Langkah-langkah (Proses Audit)

1. Identifikasi masalah

Hal-hal yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan topik adalah :

- Adanya standar nasional dan pedoman yang menjadi rujukan praktik klinis yang lebih efektif
Area yang menjadi masalah dapat dijumpai di lahan praktik

- Rekomendasi dari pasien dan masyarakat

- Berpotensi jelas untuk meningkatkan pemberian pelayanan Kaitan dengan volume, risiko dan
biaya tinggi jika upaya perbaikan diterapkan

2. Menetapkan kriteria dan standar

- Kriteria adalah pernyataan eksplisit yang didefinisikan sebagai elemen representatif dari
pelayanan yang dapat diukur secara objektif.

-  Standar adalah aspek pelayanan yang dapat diukur, yang selalu didasarkan pada hasil penelitian
yang terbaik (ekspektasi tiap kriteria)
- Standar & kriteria wajib (Must Do) à merupakan kriteria minimum yg absolut dibutuhkan utk
menjalankan kegiatan sesuai kebutuhan & harus dipenuhi oleh setiap dokter

-  Standar kriteria tambahan (Should do) à merupakan kriteria-2 dari hasil riset yg dapat dibuktikan
dan penting

3. Pengumpulan data

Untuk menjamin pengumpulan data tepat dan teliti, dan hanya informasi penting yang
dikumpulkan, tentunya detail dari hal-hal yang akan di audit ditetapkan sejak awal. Diantaranya
adalah :

·         Kelompok yang termasuk pengguna pelayanan, dengan tanpa perkecualian

·         Profesional kesehatan yang termasuk pemberi pelayanan

·         Periode penerapan dari kriteria. Ukuran sampel dapat ditentukan menggunakan statistik, data
dapat dikumpulkan baik dengan sistem informasi komputer maupun secara manual. Yang
terpenting adalah data apakah yang akan diambil?, dimanakah data dapat ditemukan? Dan siapakan
yang akan mengambil data?

4.Membandingkan hasil pengumpulan data dengan standar.

Tahap ini merupakan tahap analisis, dimana hasil dari pengumpulan data dibandingkan
dengan kriteria dan standar. Hasil akhir dari analisis adalah apakah standar sudah sesuai, jika dapat
diaplikasikan, identifikasi alasan ketidaksesuaian standar dengan kasus.

5.Melakukan upaya perbaikan (Melakukan analisa kasus yg tidak sesuai dgn standar & kriteria).

Setelah hasil audit dipublikasikan dan didiskusikan, kesepakatan sebaiknya dibuat sebagai
rekomendasi perbaikan. Rencana kegiatan dilaporkan untuk menentukan siapa yang akan
menyetujui, apa yang akan dilakukan dan kapan akan dimulai. Tiap-tiap poin sebaiknya
didefinisikan dengan jelas termasuk nama-nama individu yang akan bertanggung jawab dan target
waktu pencapaian.

6. Tindakan korektif

7. Rencana re-audit

Aspek struktur, proses dan hasil pelayanan dipilih dan dievaluasi secara sistematis
berdasarkan kriteria eksplisit. Jika diindikasikan, upaya-upaya perbaikan diterapkan pada tim
individu atau tingkat pelayanan dan monitoring selanjutnya digunakan untuk memberi konfirmasi
adanya perbaikan dalam pemberian pelayanan.Audit klinik adalah suatu kegiatan
berkesinambungan penilaian mutu pelayanan yang dilakukan para pemberi jasa pelayanan
kesehatan langsung (oleh dokter, perawat, dan atau profesi lain) suatu Rumah Sakit untuk
menghasilkan perbaikan-perbaikan jika hasil penilaian menunjukkan bahwa mutu pelayanan
mereka ternyata dibawah optimal. Pengertian klinik dalam konteks ini meliputi kelompok medik
dan keperawatan, dengan demikian audit klinik dapat merupakan audit medik, audit keperawatan,
atau gabungan antara audit medik dan keperawatan.Menurut Elison, audit keperawatan secara
khusus merujuk pada pengkajian kualitas keperawatan klinis yang merupakan upaya evaluasi
secara profesional terhadap mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, dengan
menggunakan rekam keperawatan dan dilaksanakan oleh profesi keperawatan.

d.Audit manajemen personalia

Audit manajemen personalia adalah perencanaan, pengembangan, pembagian kompensasi,


penginterprestasian, dan pemeliharaan tenaga keraja dengan maksud untuk membantu mencapai
tujuan perusahaan, individu dan masyarakat (Ranupandojo dan Husnan, 2002).

Manajemen personalia adalah ilmu seni untuk melaksanakan antara lain perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan, sehingga efektivitas dan efisiensi personalia dapat ditingkatkan
semaksimal mungkin dalam mencapai tujuan (Nitisemito, 1996:143).

  Tujuan Manajemen Personalia

Tujuan manajemen personalia berhubungan dengan tujuan perusahaan secara umum. Hal ini
dikarenakan manajemen perusahaan berusaha untuk menimbulkan efisiensi dalam bidang tenaga
kerja sebagai efisiensi keuntungan dan kontinuitas.

Tujuan manajemen personalia ada dua macam, yaitu (Manullang, 2001:165) :

1. Production Minded (efisiensi dan daya guna);

2. People Minded (Kerja sama).

Karena itu manajemen personalia ini menyangkut usaha untuk menciptakan kondisi dimana
setiap karyawan didorong untuk memberikan sumbangan sebaik mungkin bagi majikannya, karena
tidak dapat mengharapkan efisiensi yang maksimal tanpa kerjasama yang penuh dari para
karyawan.

Fungsi Manajemen Personalia

Fungsi audit manajemen personalia terdiri dari :


1. Perencanaan. Perencanaan berarti menentukan program personalia yang akan membantu
mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Tujuan ini memerlukan partisipasi aktif dari
manajer personalia.

2. Pengorganisasian. Jika perusahaan telah menentukan fungsi-fungsi yang harus dijalankan


oleh karyawannya, maka manajer personalia harus membentuk organisasi dengan merancang
susunan dari berbagai hubungan antara jabatan personalia dan faktor-faktor fisik. Organisasi
merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan.

3. Pengarahan. Apabila manajer sudah mempunyai rencana dan sudah mempunyai organisasi
untuk melaksanakan rencana tersebut, fungsi selanjutnya adalah mengadakan pengarahan terhadap
pekerjaan. Fungsi itu berarti mengusahakan agar karyawan bekerja sama secara efektif.

4. Pengawasan. Pengawasan adalah mengamati dan membandingkan pelaksanaan dengan


rencana dan mengoreksinya apabila terjadi penyimpangan. Dengan kata lain pengawasan adalah
fungsi yang menyangkut masalah pengaturan berbagai kegiatan sesui dengan rencana personalia
yang dirumuskan sebagi dasar analisis dari tujuan organisasi fundamental.

Fungsi audit manajemen personalia secara operasionalnya terdiri dari :

1. Pengadaan adalah menyediakan sejumlah tertentu karyawan dan jenis keahlian yang


diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan tersebut menyangkut masalah pemenuhan
kebutuhan tenaga kerja, proses seleksi dan penempatan kerja.

2. Pengembangan karyawan yang telah diperoleh dengan malalui pelatihan dengan tujuan


untuk mengembagkan ketrampilan. 

3. Pemberian kompensasi adalah pemberian penghargaan yang adil dan layak terhadap para
karyawan sesuai dengan sumbangan mereka dalam mencapai tujuan perusahaan.

4. Pengintegrasian adalah menyangkut penyesuaian keinginan dari individu dengan keungan


pihak perusahaan dan masyarakat.

5. Pemeliharaan adalah mempertahankan dan meningkatkan kondisi yang telah ada. 

e. Pengertian Kepuasan Pasien

Kepuasan pelanggan adalah indikator utama dari standar suatu fasilitas kesehatan dan
merupakan suatu ukuran mutu pelayanan kepuasan pelanggan yang rendah akan berdampak
terhadap jumlah kunjungan yang akan mempengaruhi provitabilitas fasilitas kesehatan tersebut,
sedangkan sikap karyawan terhadap pelanggan juga akan berdampak terhadap kepuasan pelanggan
dimana kebutuhan pelanggan dari waktu ke waktu akan meningkat, begitu pula tuntutannya akan
mutu pelayanan yang diberikan (Atmojo, 2006)
Menurut Irawan (2003), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa dari seseorang yang
mendapat kesan dari membandingkan hasil pelayanan kinerja denganharapan-harapannya.
kepuasan atau ketidakpuasan merupakan respon pelanggan sebagai hasil dan evaluasi
ketidaksesuaian kinerja/tindakan yang dirasakan sebagai akibat dari tidak terpenuhinya harapan.

Hal ini juga dinyatakan oleh Sugito (2005) yang menyebutkan bahwa tingkat kepuasan
merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan, apabila kinerja di
bawah harapan maka pelanggan akan kecewa Pada dasarnya harapan klien adalah perkiraan atau
keyakinan klien tertang pelayanan yang diterimanya akan memenuhi harapannya. Sedangkan hasil
kinerja akan dipersepsikan oleh klien.

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian di atas terdapat kesamaan
pandangan bahwa kepuasan pelanggan/klien merupakan ungkapan perasaan puas apabila menerima
kenyataan / pengalaman pelayanan memenuhi harapan klien.

  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Klien

Menurut Kotler & Amstrong (dalam Huriyati,2005 &Rangkuti, 2006) faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan berhubungan dengan tingkah laku konsumen yaitu

a.Faktor Kebudayaan

Faktor budaya memberi pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap perilaku
pelanggan/klien. Faktor budaya terdiri dari beberapa komponen yaitu budaya, sub-budaya dan kelas
sosial. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang mendasar dalam mempengaruhi
keinginan atau kepuasan orang. Sub-budaya terdiri atasnasionalitas, agama,kelompok, ras, dan
daerah geografi. Sedangkan kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen mempunyai
susunan hirarki dan anggotanya memiliki nilai, minat dan tingkah laku. Kelas sosial tidak hanya
ditentukan oleh satu faktor melainkan diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan,dan
variabel lainnya.

b.Faktor Sosial

Faktor sosial terbagi atas kelompok kecil, keluarga, peran dan status. Orang yang
berpengaruh kelompok/lingkungannya biasanya orang yang mempunyai karakteristik
,keterampilan, pengetahuan,kepribadian. Orang ini biasanya menjadi panutan karena pengaruhnya
amat kuat.

c.Faktor Pribadi

Faktor pribadi merupakan keputusan seseorang dalam menerima pelayanan dan menanggapi
pengalaman sesuai dengan tahap-
tahap kedewasaannya. Faktor pribadi klien dipengaruhi oleh usia dan tahap siklus hidup, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian/konsep diri. Usia
mempunyai dimensi kronologis dan intelektual, artinya berdimensi kronologis karena bersifat
progres berjalan terus dan tidak akan kembali sedangkan usia berdimensi intelektual berkembang
melalui pendidikan dan pelatihan. Usia merupakan tanda perkembangankematangan/kedewasaan
seseorang untuk memutuskan sendiri atas suatu tindakan yang diambilnya. Usia juga dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit misal penyakit kardio vaskuler dengan
peningkatan usia.Pendidikan merupakan proses pengajaran baik formal maupun informal yang
dialami seseorang.

Hasilnya akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam mendewasakan diri.
Selain itu. pendidikan juga berkaitan dengan harapan. Seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi
akan mengharapkan pelayanan yang lebih baik dan lebih tinggi. Pekerjaan merupakan aktifitas jasa
seseorang untuk mendapat imbalan berupa materi dan non materi. Pekerjaan dapat menjadi faktor
risiko kesehatan seseorang dan berdampak pada sistem imunitas tubuh. Pekerjaan ada hubungannya
dengan penghasilan seseorang untuk berperilaku dalam menentukan pelayanan yang diinginkan.
Status perkawinan sementara diduga ada kaitannya dengan gaya hidup dan kepribadian.

d. Faktor Psikologi

Faktor psikologi yang berperan dengan kepuasan yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan,
keyakinan dan pendirian. Motivasi mempunyai hubungan erat dengan kebutuhan. Ada kebutuhan
biologis seperti lapar dan haus, ada kebutuhan psikologis yaitu adanya pengakuan, dan
penghargaan. Kebutuhan akan menjadi motif untuk mengarahkan seseorang mencari kepuasan
(Sutojo, 2003).

Menurut Kotler (200 dalam Wijono 1999) menyebutkan bahwa kepuasan pasien
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : pendekatan dan perilaku petugas, perasaan klien
terutama saat pertama kali datang, mutu informasi yang diterima, outcomes pengobatan dan
perawatan yang diterima, prosedur perjanjian, waktu tunggu. Oleh karena itu kepuasan pasien
merupakan respon kebutuhan pasien terhadap keistimewaan suatu kualitas produk jasa atau
pelayanan.

f. keselamatan

yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patien safety) adalah proses dalam suatu
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya asesmen
risiko, identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi
serta meminimalisir timbulnya risiko. Standar keselamatan pasien tersebut menurut Pasal 43 ayat
(2) dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah
dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.Yang dimaksud dengan insiden
keselamatan pasien adalah kesalahan medis (medical error), kejadian yang tidak diharapkan
(adverse event), dan nyaris terjadi (near miss). Untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit,
Menteri Kesehatan menurut Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, membentuk Komite
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Komite Nasional tersebut merupakan organisasi
nonstruktural dan independen dibawah koordinasi direktorat jenderal yang membidangi rumah
sakit, serta bertanggung jawab kepada Menteri.

Standar keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 7 ayat (2) meliputi:

1. Hak pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga;

3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;

4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program


peningkatan keselamatan pasien;

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien;dan

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Selanjutnya Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas mewajibkan setiap Rumah
Sakit untuk mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien yang meliputi tercapainya 6
(enam) hal sebagai berikut:

1. Ketepatan identifikasi pasien;

2. Peningkatan komunikasi yang efektif;

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;

4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;dan

6. Pengurangan risiko pasien jatuh.

Dalam rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien, menurut Pasal 9 Peraturan Menteri
Kesehatan tersebut diatas, Rumah Sakit melaksanakan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit yang terdiri dari:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;

2. Memimpin dan mendukung staf;

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;

4. Mengembangkan sistem pelaporan;

5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien;dan

7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

Melalui penerapan tujuh langkah tersebut diharapkan hak pasien yang dijamin dalam Pasal
32 Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, terpenuhi.  Hak tersebut antara
lain untuk memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedural operasional serta layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi. Asosiasi rumahsakitan dan organisasi profesi kesehatan menurut Pasal 10
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, wajib berperan serta dalam
persiapan penyelenggaraan Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

g. Kenyamanan

              Kenyamanan didefinisikan sebagai kondisi yang dialami oleh resipien berdasarkan
pengukuran kenyamanan.Ada tiga tipe kenyamanan (dorongan, ketentraman dan transcendence)
serta empat konteks pengalaman (fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan).

Tipe-tipe kenyamaman didefiniskan sebagai berikut :

·         Dorongan (relief): kondisi resipien yang membutuhkan penanganan yang spesifik dan segera.

·         Ketenteraman (ease): kondisi yang tenteram atau kepuasan hati.

·         Transcendence: kondisi dimana individu mampu mengatasi masalahnya (nyeri).

Empat konteks kenyamanan

·         Fisik : berkaitan dengan sensasi jasmani.

·         Psikospiritual : berkaitan dengan kesadaran diri, internal diri, termasuk penghargaan, konsep
diri, seksual dan makna hidup; berhubungan dengan perintah yang terbesar atau kepercayaan.

·         Lingkungan : berkaitan dengan keadaan sekitarnya, kondisi-kondisi, dan pengaruhnya.

·         Sosial : berkaitan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.

Teori kenyamanan meliputi tiga tipe alasan logis:

A.Induction
Induksi terjadi setelah terjadi proses generalisasi dari pengamatan terhadap objek yang
spesifik (Bishop & Hardin, 2006). Ketika perawat mendalami tentang praktek keperawatan dan
keperawatan sebagai disiplin, perawat menjadi familiar dengan konsep implisit atau eksplisit, term,
proposisi, dan asumsi yang mendukung praktik keperawatan.

B.Deduction

Deduksi merupakan proses penyimpulan prinsip atau premis yang bersifat general menjadi
kesimpulan yang lebih spesifik (Bishop & Hardin, 2006).
Tahapan deduktif dari perkembangan teori menghasilkan hubungan comfort dengan konsep
lain untuk menghasilkan sebuah teori. Pendapat dari ketiga theorist disertakan dalam teori
comfort,oleh karena itu Kolcaba mencari bentuk dasar yang dibutuhkan untuk menyatukan ketiga
konsep dasar: relief, ease, dan transcendence. Sesuatu hal yang diinginkan adalah suatu kerangka
konsep general yang mampu menjelaskan comfort menjadi istilah yang lebih mudah dipahami dan
mengurangi tingkat abstraksinya (Tomey & Alligood, 2010).

C.Retroduction

Retroduction digunakan untuk menyeleksi fenomena yang sesuai untuk dikembangkan lebih
luas untuk kemudian diuji kembali. Tipe ini diaplikasikan dalam area yang hanya memiliki
beberapa teori (Bishop & hardin, 2006).. Hasil yang diharapkan dari pemberian intervensi
keperawatan adalah diperolehnya kenyamanan pasien yang dapat dilihat dari persepsi yang
dikemukakan oleh pasien. 

H. Laporan Kerja

a. Metode Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan program kerja sub komite mutu keperawatan dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode pelaksanaan, yaitu sebagai berikut
1. Pengumpulan data

2. dentifikasi dan penyusunan data

3. Sur/ey)obser/asi

b. Tahapan Pelaksanaan

1. Sosialisasi Program

2. Pembentukan susunan organisasi

3. Pelaksanaan kegiatan

4. Monitoring dan Evaluasi

5. Pelapora

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Manajemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatan merupakan suatu pelayanan keperawatan


yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual yang diberikan oleh perawat profesional
kepada pasien (individu, keluarga maupun masyarakat) baik sakit maupun sehat, dimana perawatan
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan. Secara sederhana proses
kendali mutu ( Quality Control ) dimulai dari menyusun strandar – standar mutu, selanjutnya
mengukur kinerja dengan membandingkan kinerja yang ada dengan standar yang telah ditetapkan.
Apabila tidak sesuai, dilakukakn tindakan koreksi. Bila diinginkan peningkatan kinerja perlu
menyusun standar baru yang lebih tinggi dan seterusnya.

Dalam Manajemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatan ada beberapa Dimensi mutu yang
mencerminkan segala pelayanan keperawatan tersebut diantaranya yaitu Dimensi Tangible atau
bukti fisik, Dimensi Reliability atau keandalan, Dimensi Responsiveness atau ketanggapan,
Dimensi Assurance atau jaminan dan kepastian, dan Empati.

Penilaian Mutu Pelayanan Keperawatan berupa Audit Struktur (Input, Proses (Process), Hasil
(Outcome). Dalam Manajemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatan terdapat Strategi Mutu
Pelayanan Keperawatan, diantaranya Quality Assurance (Jaminan Mutu), Total quality manajemen
(TQM). Peran sebagai seorang pemimpin dalam pelayanan kesehatan adalah menjadi model
kepemimpinan yang berpusat pada prinsip (principle centered leadership).

B.Saran

Adapun saran yang diharapkan penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mulai
menerapkan manajemen mutu di kehidupan sehari-hari. Mulai meningkatkan manajemen mutu dan
dapat menjaga kualitas mutu dengan sebaik mungkin. Terutama manajemen mutu dalam pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada klien maupun pasien sehingga dapat menjadi perawat yang
professional.
MODUL PEMBELAJARAN 13
KONSEP DASAR TEORI DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN
A. Pendahuluan
Evidance Based Nursing didefinisikan sebagai sintesis dan penggunaan ilmiah( hasil penelitian)
dari suatu penelitian random mized control trial(Estabrook, 2004 dalam wood dan haber,2006).
Menurut sackeet, et al (2009) EBN adalah sebagai suatu sintesis dan penggunaan temuan ilmiah
dari berbagai jenis penelitian termasuk randomized control trial penelitian deskriptif informasi dari
laporan kasus dan pendapat pakar titik pendapat lain dari dharma (2011) mendefinisikan ebm
sebagai suatu integrasi (lebih dari 1 penelitian) dari bukti hasil penelitian terbaik yang telah melalui
tahapan setelah dan sintesis yang digunakan sebagai dasar dalam praktik keperawatan dan
memberikan manfaat bagi penerima pelayanan keperawatan.
Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan professional merupakan pelayanan yang bersifat
humanistic, dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat yang berorientasi pada kebutuhan obyektif
klien baik secara individu, keluarga, kelompok , komunitas dan masyarakat yang dilandasi etika
profesi keperawatan.
Keperawatan merupakan ilmu terapan yang menggunakan berbagai pengetahuan, konsep dan
prinsip dari berbagai kelompok ilmu. Para perawat menggunakan dasar ilmu pengetahuan sebagai
pedoman untuk rasionalisasi yang dikembangkan oleh perawat sendiri, sehingga para perawat dapat
mengetahui apa, mengapa dan bagaimana asuhan keperawatan harus dilaksanakan atau diberikan
kepada klien. Keberhasilan seorang perawat profesional dalam memberikan pelayanan keperawatan
sangat tergantung pada kemampuannya mensintesis berbagai ilmu tersebut dan
mengaplikasikannya kedalam suatu bentuk pelayanan profesional. Sejauh ini kita telah menekankan
pendapat bahwa pengetahuan merupakan aspek penting yang sangat vital dari keperawatan. Setiap
hal yang kita lakukan sebagai perawat dilakukan berdasarkan pengetahuan.
Pemahaman mengenai pengetahuan keperawatan memerlukan suatu wawasan tentang berbagai
komponen yang terdapat dalam pengetahuan keperawatan dan menguraikan tentang pengetahuan
keperawatan itu sendiri.

B. TUJUAN
Dharma (2011) berpendapat penggunaan hasil penelitian pada tatanan praktik keperawatan
bertujuan:
a. Memberikan landasan yang objektif dan rasional dalam praktik keperawatan fenomena yang
didapat dari pengalaman klinik masih harus dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya secara ilmiah
dan fakta ilmiah. Inilah yang kemudian dijadikan dasar dalam praktik keperawatan (evidence Based
Nursing practice). Perawat yang memiliki pengalaman kemudian melakukan tindakan keperawatan
atas dasar fakta ilmiah akan menghasilkan suatu asuhan keperawatan yang berkualitas.
b. memberikan bukti bahwa praktek keperawatan dilandasi oleh penerapan prinsip-prinsip
ilmiah (scientific method) yang relevan dan terkini (up to date). Dengan menerapkan evidence
Based Nursing practice atau praktik keperawatan dilandasi bukti ilmiah memberikan bukti bahwa
praktik keperawatan dilandasi oleh dasar ilmu pengetahuan yang kuat yang didapat melalui
penelitian.
c. melatih kemampuan perawat untuk berpikir kritis dan rasional terhadap suatu fenomena
atau masalah penerapan secara tidak langsung akan melatih kemampuan berpikir kritis dan rasional
seorang perawat dalam menghadapi suatu masalah atau fenomena. Ketika menghadapi suatu
masalah atau menemukan suatu fenomena perawat mengeksplorasi berbagai sumber ilmiah untuk
mengetahui gambaran permasalahan atau fenomena dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi
masalah tersebut.
d. Sebagai salah satu ciri dan praktik keperawatan profesional evidence Based Nursing
practice merupakan suatu cara untuk membuktikan bahwa perawat adalah profesional.
e. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan tujuan akhir dari penerapan ebn adalah
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. BBM merupakan suatu cara untuk mencapai
indikator indikator kualitas pelayanan keperawatan.
f. Sebagai dasar untuk menyusun pertanyaan penelitian berikutnya efektivitas penerapan hasil
penelitian dalam praktek keperawatan diketahui melalui evaluasi proses dan evaluasi hasil. Hasil
evaluasi dijadikan landasan untuk menyusun pertanyaan penelitian berikutnya untuk topik yang
relavan.

C. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman- pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan
dari sejumlah orang yang dipadukan secara harmonik dalam bangunan yang teratur. Ilmu
pengetahuan yang ada ini sebagian terdiri dari dari pengetahuan-pengetahuan yang telah diuji
kebenarannya melalui penelitian, akan tetapi sebagian lagi masih berbentuk pengetahuan yang
masih diragukan kebenarannya.

D. Konsep
Konsep dapat disebut juga ide-ide, yaitu kesan-kesan yang abstrak dari lingkungan yang diorganisir
melalui symbol-symbol yang nyata. Misalnya konsep mengenai obyek, sifat-sifat dan kejadian dan
lain-lain. Kumpulan dari konsep-konsep ini akan menyusun kerangka konseptual atau model
konseptual yang tersusun dari idea-idea abstrak dan umum dan preposisi yang menspesifikasi
hubungan diantara keduanya.

E. Model Konseptual
Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan
tentang serangkaian idea-idea global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi atau kejadian,
terahadap suatu ilmu dan pengembanganya. Model konseptual ini dapat dijabarkan sebagai
serangkaian konsep dan asumsi yang beritegrasi menjadi suatu gamabaran yang bermakna. Model
konseptual sering tersusun sebagai hasil pendalaman intuitif seorang ilmuwan yang terutama terjadi
dalam lingkup keilmuan disiplin terkait. Model konseptual amat penting sebagai landasan
perkembangan disiplin ilmu tertentu.
Model konseptual keperawatan memiliki area fenomena ilmu keperawatan yang melibatkan empat
konsep, yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
1. Manusia, sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konseptualisasi keperawatan memandang
manusia sebagai makluk
2. biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain termasuk
lingkungan fisiknya.
3. Lingkungan yang merupakan sumber awal masalah tetapi juga pendukung bagi individu.
4. Kesehatan yang merupakan kisaran sehat sakit yang hanya dapat terputus ketika seseorang
meninggal.
5. Keperawatan sebagai komponen penting dalam perannya sebagai faktor penentu pulihnya
atau meningkatnya

F. Teori
Teori adalah kumpulan konsep-konsep, definisi-definisi, dan usulan-usulan yang memproyeksikan
sebuah pandangan sistematis atau fenomena dengan merangcang hubungan-hubungan khusus
diantara konsep-konsep untuk keperluan penggambaran, penjelasan, perkiraan, dan atau
mengendalikan fenomena.
Teori terdiri dari dari set, postulate, definisi dan hipothesa.
1. Set adalah sekumpulan objek atau elemen yang diperlukan dalam pengembangan suatu teori
2. Postulat merupakan suatu pernyataan kebenaran umum yang memberikan janji (harapan)
penting tentang apa yang sedang diteliti. Postulat biasanya dinyatakan sebagai generalisasi yang
konsisten dengan bukti-bukti ilmiah dari suatu masalah penelitian. Sebagai contoh, Roger
mengembangkan teori tentang
manusia dimana teori ini terdiri dari empat postulat yang membahas tentang keutuhan seorang
individu, fluiditas, sense pola dan organisasi, dan kalimat (Nicoll,1993). Titik sentral dari suatu
teori terdiri dari beberapa postulat.
1. Definisi, merupakan cara berkomunikasi yang penting bagi semua ilmuwan. Definisi
konsep-konsep yang membentuk teori perlu dijabarkan secara jelas dn mencerminkan
operasionalisasi dari teori itu sendiri.
2. Ada 3 jenis definisi teori, yaitu :
a. Secara primitive, adalah definisi yang tidak dapat dioperasionalisasikan, dan hanya dapat
diinterpretasikan bila seseorang yang akan menerapkan teori ini pernah mengalami atau secara
intuitif memahami latar belakangnya
b. Definisi teoritis, ialah definisi yang tidak dapat dioperasionalisasikan secara independen,
tetapi hanya dapat dioperasionalisasikan apabila dikaitkan dengan konsep / terminologi lain.
c. Definisi Kunci, merupakan definisi yang dapat dioperasionalisasikan sehingga hipotesis
yang sedang diteliti dapat diujikan. Definisi kunci ini hamper sama dengan definisi operasional
suatu riset dimana melalui penggunaan instrument yang valid dan reliable hipothesa dapat diuji.
3. Hiphotesa, merupakan perkiraan atau prediksi yang berasal dari serangkaian postulat yang
menyebutkan hubungan antar dua atau lebih variable. Melalui hubungan ini maka variable dapat
diobservasi dan diuji. Pengujian ini penting untuk menjembatani teori dan pengetahuan
4. Dari keempat factor tersebut maka definisi teori adalah serangkaian pernyataan yang
berhubungan yang berasal dari data ilmiah, dimana dari hasil tersebut hiphotesis dapat disusun,
diuji dan diverivikasi.

Berbagai teori dapat dikelompokkan menurut bentuknya dalam 3 katagori yaitu kumpulan dalil-
dalil, aksiomatik dan proses sebab akibat.

• Kumpulan dalil-dalil merupakan sebuah pendekatan induktif yang mencari pola-pola dalam
hasil riset. Hasil-hasil riset dipilih dan disortir sesuai derajad dukungan empiris kedalam
kelompok-kelompok dalil. Konsekwensinya upaya riset harus secara luas dilakukan.
• Bentuk aksiomatik adalah suatu system logika yang saling terkait berupa konsep-konsep,
definisi-definisi dan pernytaan hubungan yang tersusun dalam ururtan hirarkis.
• Proses sebab akibat dengan meningkatkan pemahaman melalui pernyataan sebab akibat .

G. Proses
Proses adalah suatu tahap-tahap untuk melaksnakan tindakan-tindakan dari kerangka kerja
konseptual atau suatu teori untuk mencapai suatu tujuan. Dalam melaksanakan tahapan- tahapan
tersebut harus dipilih teknis yang sistematis dan dilaksanakan berdasarkan pengkajian yang telah
dilaksanakan. Proses keperawatan terdiri dari teori-teori dan konsep-konsep . Penerapan asuhan
keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, ditetapkan oleh masing-masing institusi
dengan mengembangkan konse-konsep dan teori-teori yag dipilih.

H. Teori Keperawatan
Barnum (1990), mengemukakan bahwa teori keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan,
menjelaskan fenomena (proses, peristiwa, kejadian) mengenai keperawatan. Teori keperawatan
dapat membedakan antara keperawatan dengan disiplin dan aktivitas lain didalam memberikan
pelayanan untuk mencapai tujuan dengan menguraikan, menjelaskan dan mengontrol kriteria hasil
yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

I. Proses dasar pengembangan teori-teori keperawatan


Teori –teori keperawatan seringkali didasari dan dipengaruhi oleh suatu proses dan teori-teori lain
yang dapat digunakan secara luas.
Ide-ide dan teori-teori tersebut merupakan dasar pada beberapa konsep-konsep keperawatan dan
merupakan bagian dari literature keperawatan. Para perawat harus memahami teori-teori dan istilah
tersebut, sehingga mampu mengembangkan pengetahuan dibidang keperawatan. Teori-teori
tersebut diantaranya adalah teori system, teori stress adaptasi, dan teori perkembangan.
Dengan mengembangkan teori-teori keperawatan akan mampu memperbaiki otonomi keperawatan,
dengan dasar-dasar pemikiran sebagai berikut :
1. Teori keperawatan terdiri dari batang tubuh pengetahuan khusus, yang dapat dijadikan
sebagai dasar oleh perawat dalam membuat keputusan untuk memberikan pelayanan atau asuhan
keperawatan
2. Tindakan keperawatan berdasarkan atas rasional yang dapat diterima secara luas, dapat
dipercaya dan masyarakat akan mengakui
3. Dengan teori-teori keperawatan, asuhan keperawatan yang diebrikan kepada klien hasilnya
akan tanpak nyata
4. Adanya teori keperawatan, pelayanan keperawatan dapat dibedakan dengan praktek yang
dilakukan oleh perofesi kesehatan lain.

J. Karakteristik dasar teori keperawatan


Teori-teori keperawatan mengidentifikasi dan menjabarkan konsep – konsep khusus yang
berhubungan dengan keperawatan dan hal-hal nyata yang berhubungan dengan konsep-konsep
tersebut. Teori keperawatan harus memenuhi karakteristik sebagai berikut :
1. Teori keperawatan harus berdasarkan kenyatataan-kenyataan yang ada dalam alam ini, yang
dapat digunakan berdasarkan alasan-alasan dan hubungan-hubungan yang dikembangkan dengan
menggunakan rangkaian pada kenyataan.
2. Teori keperawatan harus selalu konsisten sebagai dasar asumsi yang digunakan untuk
mengembangkannya.

K. Komponen didalam teori keperawatan


Ada empat konsep yang biasanya terdapat pada teori-teori keperawatan, yang mempengaruhi dan
menentukan praktek keperawatan dan biasanya disebut paradigma keperawatan. Empat konsep
tersebut antara lain adalah Manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Pengertian dari
masing-masing konsep ini berbeda menurut teori satu dengan teori yang lain.

L. Keyakinan-keyakinan pada teori keperawatan


M. Tujuan teori keperawatan
Teori keperawatan dalam pengembangannya harus mempunyai tujuan, diantaranya adalah :
a) Teori keperawatan memberikan rasional-rasional tentang kenyataan-kenyataan yang
dihadapi dibidang keperawatan
b) Teori keperawatan membantu para perawat untuk memahami pengetahuan-pengetahuan
yang dibutuhkan dalam pemberian asuhan keperawatan, memberikan dasar untuk diskusi dan
penyelesaian masalah-masalah keperawatan
c) Teori keperawatan memberikan dasar untuk penyelesaian masalah, sehingga tindakan
keperawatan mempunyai tujuan dapat dikoordinir dan dapat dipertimbangkan
d) Teori keperawatan dapat memberikan dasar asumsi dan filosofi keperawatan, sehingga
pengetahuan dan pemahaman tentang keperawatan bagi para perawat dapat meningkat

N. Penerapan teori keperawaatan ke dalam praktek keperawatan


Para perawat haus membuat suatu kesepakatan bersama mengenai apa itu keperawatan dan
bagaimana teori tersebut dapat dilaksanakan, sehingga para perawat mendapatkan petunjuk untuk
menentukan tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan dan pada akhirnya pemberian asuhan
dapat terus ditingkatkan mutunya.

Anda mungkin juga menyukai