OLEH : JOIS
NIM : 111200150059
PROGRAM STUDI
SI. KEPERAWATAN 2020
UNIVERSITAS WALLACEA
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan
saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host, apabila
ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan pada anak di bawah lima tahun karena
pada kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai
penyakit. (Karundeng Y.M, et al. 2016)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran
napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan andeksanya, seperti sinus, rongga
telinga tengah, dan pleura. ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari. Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang banyak dijumpai pada balita dan anak-anak mulai dari ISPA ringan
sampai berat. ISPA yang berat jika masuk kedalam jaringan paru-paru akan menyebabkan Pneumonia. Pneumonia
merupakan penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak (Jalil, 2018).
B. Etiologi ISPA
Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa bakteri dari genus streptokokus, stafilokokus, pneumokokus,
hemofillus, bordetella, dan korinebakterium dan virus dari golongan mikrovirus (termasuk didalamnya virus para influenza
dan virus campak), adenoveirus, koronavirus, pikornavirus, herpesvirus ke dalam tubuh manusia melalui partikel udara
(droplet infection). Kuman ini akan melekat pada sel epitel hidung dengan mengikuti proses pernapasan maka kuman tersebut
bisa masuk ke bronkus dan masuk ke saluran pernapasan yang mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit kepala dan
sebagainya. (Marni,2014)
Selain bakteri dan virus ISPA juga dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu kondisi lingkungan (polutan udara seperti
asap rokok dan asap bahan bakar memasak, kepadatan anggota keluarga, kondisi ventilasi rumah kelembaban, kebersihan,
musim, suhu), ketersediaan dan efektifitas pelayanan kesehatan serta langkah-langkah pencegahan infeksi untuk pencegahan
penyebaran (vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi), faktor penjamu (usia, kebiasaan
merokok, kemampuan penjamu menularkan infeksi, status gizi, infeksi sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan
oleh pathogen lain, kondisi kesehatan umum) dan karakteristik pathogen (cara penularan, daya tular, faktor virulensi misalnya
gen, jumlah atau dosis mikroba). (WHO,2007:12).
C. Patofisiologi ISPA
Menurut Amalia Nurin, dkk, (2014) Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan
daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis
dan meninggal akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem
pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di
udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak
mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya
telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
12 keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara),
sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan
dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri,
sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini.
Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi
ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan
(imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi.
Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
D. Menifestasi Klinis ISPA
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih
kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala,
anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.
(Suriani, 2018).
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental,
nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit. (Suriani, 2018)
Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan adalah sebagai berikut Rosana (2016):
a. Gejala dari ISPA ringan Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut :
1) Batuk.
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada waktu berbicara atau menangis).
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.
b. Gejala dari ISPA sedang Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan
disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu: untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas
60 kali per menit atau lebih untuk umur 2 -< 5 tahun.
c. Gejala dari ISPA berat Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan
atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
5) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
E. Penatalaksanaan ISPA
Terapi untuk ISPA atas tidak selalu dengan antibiotik karena sebagian besar kasus ISPA atas disebabkan oleh
virus. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atas yang disebabkan oleh virus tidak memerlukan antiviral, tetapi
cukup dengan terapi suportif.
a. Terapi Suportif Berguna untuk mengurangi gejala dan meningkatkan performa pasien berupa nutrisi yang
adekuat, pemberian multivitamin.
b. Antibiotik Hanya digunakan untuk terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, idealnya
berdasarkan jenis kuman penyebab, utama ditujukan pada pneumonia, influenza, dan aureus. (Kepmenkes
RI, 2011)
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab) : hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai jenis kuman
b. Pemeriksaan hidung darah (deferential count) : laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa
juga disertai dengan adanya thrombositopenia
G. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman
lainnya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba eusthacii dan penyebaran infeksi.
(Windasari, 2018)
a. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala
umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan
maksilaris. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar.
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus langsung kedaerah telinga tengah dan
menyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi
(hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang demam.
c. Penyebaran infeksi.
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti laryngitis, trakeitis, bronkitis dan
bronkopneumonia. Selain itu dapat pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Usia
c. Jenis Kelamin
d. Alamat
2. Analisa Data.
Dari hasil pengkajian kemudian data terakhir dikelompokkan lalu dianalisa data sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah
yang timbul dan dapat dirumuskan diagnosa masalah.
3. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons pasien terhadap suatu masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang didalamnya baik berlangsung aktual maupun potensial yang bertujuan untuk mengidentifikasi respon
pasien baik individu, keluarga ataupun komunitas, terhadap situasi yang berkaitan mengenai kesehatan.
4. Intervensi Keperawatan.
Keperawatan Intervensi Keperawatan yang digunakan pada pasien ISPA menggunakan perencanaan keperawatan menurut
(SIKI) standar intervensi keperawatan Indonesia serta untuk tujuan dan kriteria hasil menggunakan standar luaran keperawatan
Indonesia (SLKI). (Tim Pokja SLKI, 2018).
5. Implementasi Keperawatan.
Implementasi adalah proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Sebelum
mengimplementasikan intervensi keperawatan, gunakan pemikiran kritis untuk menentukan ketepatan intervensi terhadap situasi
klinis. Persiapan proses implementasi akan memastikan asuhan keperawatan yang efisien, aman, dan efektif. Lima kegiatan
persiapan tersebut adalah pengkajian ulang, meninjau dan merevisi rencana asuhan keperawatan yang ada, mengorganisasikan
sumber daya dan pemberian asuhan, mengantisipasi dan mencegah komplikasi, serta mengimplementasikan intervensi
keperawatan. (Potter & Perry, 2010).
6. Evaluasi.
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien. Selama evaluasi, lakukan berfikir kritis dalam membuat keputusan dan mengarahkan asuhan
keperawatan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien. Pencapaian tujuan keperawatan dilakukan dengan membandingkan antara
respon klien dengan hasil yang diharapkan. (Potter & Perry,2010)
LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH : JOIS
NIM : 111200150059
PROGRAM STUDI
SI. KEPERAWATAN 2020
UNIVERSITAS WALLACEA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BP. F DI RT 000 RW 00 DESA BAMBU, DUSUN SALULAYANG
I. DATA UMUM
1. Nama KK : Bp. F
2. Usia : 30 tahun
3. Pendidikan : SMP
4. Pekerjaan : Pekerja Swasta
5. Alamat : Jl. Trans Mamuju-Kalukku
6. Komposisi anggota keluarga :
Genogram :
50th 6666
55thn Keterangan gambar :
n ttht
th hn
Perempuan
7. Tipe Keluarga
Keluarga Bp.F adalah tipe keluarga inti, yaitu ayah, ibu dan anak
8. Suku
Keluarga Bp.F adalah suku Sunda, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, kadang-kadang bahasa Sunda, karena
memang berasal dari Bogor, isterinya (Ibu J) juga dari suku yang sama. Bp F dan Ibu J mempunyai pola makan yang
biasa ada di daerah Bogor, yaitu lauk pauk dan sayur. Bp F dan ibu J jarang mengikuti kerja bakti dan pengajian meskipun
rumahnya dekat dengan pos karang taruna dan musholla, karena harus mengurus kedua anaknya. Kebiasaan dalam
keluarga apabila ada yang sakit, maka berobat ke puskesmas ataupun langsung membeli obat di warung, misalnya kalau
anaknya batuk pilek
9. Agama
Keluarga menganut agama Islam dan menjalankan kewajiban sholat lima waktu, kadang-kadang mereka sholat
berjamaah Semua aktifitas yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama Islam.
dapur
8 5m
Pintu Ruang
masuk keluarg
a
kamar
k kmrwcmandi/w
rmm
mndi
keluarg
6m
aaa
kelurga
16.3 Pengolahan sampah
16.3.1 Keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah terbuka
16.3.2 Pengolahan sampah rumah tangga diambil petugas
16.4 Sumber air
16.4.1 Sumber air yang digunakan oleh keluarga : pompa tangan
16.4.2 Sumber air minum yang digunakan keluarga : pompa tangan
16.5 Jamban keluarga
16.5.1 Keluarga mempunyai WC sendiri
Jenis jamban keluarga : leher angsa
16.5.2 Jarak sumber air dengan penampungan tinja : < 10 m
16.6 Pembuangan air limbah
16.6.1 Keluarga mempunyai air pembuangan limbah, dibuang ke saluran air (selokan) yang ada di depan rumah
16.7 Fasilitas social dan fasilitas kesehatan
16.7.1 Perkumpulan social dalam kegiatan di masyarakat setempat : karang taruna, pengajian
16.7.2 Fasilitas kesehatan yang ada : puskesmas
16.7.3 Keluarga kadang-kadang menggunakan fasilitas puskesmas
16.7.4 Fasilitas kesehatan tersebut jaraknya terjangkau oleh keluarga.
V. Fungsi Keluarga
25. Fungsi Afektif
Semua keluarga Bp.F saling menyayangi satu sama lain, tempat tinggal saudara saling berdekatan, kakak-kakak dan ibu
J bersebelahan tinggalnya. Apabila ada yang menderita sakit mereka saling membantu apabila terjadi kesusahan, bantuan
berupa pinjaman dana.
26. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Bp.F menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain,mereka membiasakan anak-anak mereka bermain
dengan temannya.
27. Fungsi Perawatan Kesehatan
- Ibu J mengatakan anak P sering batuk pilek. Untuk keadaan saat ini batuk pilek terjadi selama satu minggu, ibu J
mengatakan anak P tidak panas sehingga ibu J merasa tenang dan tidak perlu berobat. Karena sudah sering batuk pilek
ibu mengaku sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. Apabila demam biasanya dikompres dan bila kondisi panas baru
ibu J membeli obat panas di warung. Ibu mengatakan belum mengetahui anaknya sering batuk pilek. Ibu mengatakan
pernah disarankan oleh tetangganya untuk diberikan perasan jeruk nipis dan kecap kemudian diteteskan di mulut
anaknya dan hal ini dilakukan pada anaknya, mengenai ukuran pemberian ibu lupa. Tetapi biasanya didiamkan saja
dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya, ibu J mengatakan apabila batuk pileknya hebat barulah dibawa ke
puskesmas. Ibu J menanyakan bagaiman cara mencegah batuk pilek yang terjadi pada anaknya.
Ibu mengatakan anak S tangannya terasa gatal-gatal juga di aderah sekitar leher. Ibu mengatakan pernah berobat dan
dikatakan alergi. Setelah berobat tidak ada perubahan, sehingga ibu J sudah malas lagi untuk berobat. Ibu mengakui
bahwa handuk yang dipakai mandi anaknya dipakai bersama-sama, karena dapat mengurangi cucian dan tidak
mengetahui kalau hal itu dapat menyebabkan gatal-gatal, ibu mengatakan biasanya diberikan bedak gatal biasa beli di
warung.
VI. Stress dan koping keluarga
28. Stressor jangka pendek
Keluarga mengakui bahwa anak P sering batuk pilek dan berharap supaya cepat sembuh. Ibu J mengatakan ingin berusaha
sendiri tanpa merepotkan orang tua dan saudara yang lain.
ANALISA DATA
NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DS :
▪ Ibu mengatakan anak P sering batuk pilek Ketidak efektifan bersihan
▪ Batuk pilek saat ini terjadi selama 1 minggu jalan nafas pada keluarga
▪ Ibu mengatakan anak P tidak demam sehingga bapak F, khususnya anak P bd
merasa tenang dan tidak perlu berobat KMK merawat anggota
▪ Ibu mengatakan apabila anak P batuk pilek tanpa keluarga dengan ISPA
demam biasanya didiamkan saja dan biasanya
dapat sembuh sendiri
▪ Ibu menanyakan anaknya mengapa sering batuk
pilek
▪ Ibu J mengatakan pernah memberikan perasan
jeruk nipis dan kecap kepada anaknya apabila
batuk pilek, diberikan dengan cara diteteskan,
ukuran pemberian ibu lupa
▪ Ibu J mengatakan suaminya mempunyai
kebiasaan merokok ½ bungkus setiap hari
termasuk di dalam rumah
▪ Ibu mengatakan anak P suka sekali minum es
▪ Anak P mengatakan sakit tenggorokan saat
menelan
DO :
▪ Tanda-tanda vital :
N : 88x/menit
Rr : 28x/menit
Sh : 370C
▪ Hidung : ada secret, warna bening
▪ Leher : ada pembesaran kelenjar limfe
DO :
• Tampak merah-merah pada tangan dan bintik-
bintik, juga pada daerah leher
DIAGNOSA KEPERAWATAN
✓ Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga bapak F, khususnya pada anak P b.d KMK merawat anggota
keluarga dengan ISPA
✓ Gangguan integritas kulit; gatal gatal pada keluarga bapak F, khususnya pada anak S bd KMK merawat anggota keluarga
dengan Milliaria (biang keringat).
SKORING
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga bapak F, khususnya pada anak P b.d KMK merawat anggota
keluarga dengan ISPA
NO KRITERIA BOBO SKORE PEMBENARAN
T
1. Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Masalah batuk pilek
aktual pada anak P sdh sering
terjadi
2. Kemungkinan 2 2/2x2 = 2 Masalah ini dapat
diubah: diubah dengan mudah,
mudah dilihat dari sumber
daya, dana yang
menunjang, orang tua
bekerja, dan jarak ke
puskesmas dekat,
biaya berobat
terjangkau, lingkungan
rumah bersih
3. Potensi dicegah: 1 2/3x1 = 2/3 Masalah ini dapat
cukup dicegah dengan
tindakan keperawatan;
penyuluhan cara
merawat anggota
keluarga yang sakit,
namun dipengaruhi
juga dengan daya
tahan tubuh anak dan
makanan yang bergizi
4. Menonjolnya 1 2/2x1 = 1 Menurut ibu anaknya
masalah: sudah sering batuk
ada masalah,tetapi pilek, jadi apabila
tidak perlu segera
JUMLAH 5 4 2/3
2. Gangguan integritas kulit; gatal-gatal pada keluarga bapak F,khususnya Anak S bd KMK merawat anggota
keluarganya dengan Milliaria (biang keringat)
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Bapak F, khususnya Anak P bd KMK merawat anggota keluarga
dengan ISPA.
2. Gangguan integritas kulit; gatal-gatal pada keluarga bapak F,khususnya pada Anak S
bd KMK merawat anggota keluarga dengan Milliaria (biang keringat)
PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA BP.F, KHUSUSNYA ANAK P
O:
A:
P:
• Lanjutkan ke TUK
berikutnya
TUK 2
A:
TUK 3 : P:
• Lanjutkan ke TUK
3.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga tentang berikutnya
pencegahan ISPA , jauhkan anak dari penderita
batuk, berikan makanan bergizi setiap setiap hari, S :
jagalah kebersihan tubuh, makanan dan
• Ibu mengatakan cara
lingkungan
mencegah ISPA
3.1.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan menjauhkan anak dari
kembali pencegahan ISPA penderita batuk, makan
makanan bergizi serta
3.1.3 Menjelaskan cara perawatan ISPA di rumah lingkungan harus bersih
yaitu jika panas berikan obat panas sesuai aturan
• Ibu mengatakan akan
atau atau kompres air dingin, jika batuk berikan
mencoba menjauhkan
obat tradisional, campuran jerik nipis : kecap
anak dari penderita
manis 1:1, jika hidung tersumbat karena pilek
batuk
bersihkan lubang hidung dengan kain bersih,
• Ibu mengatakan cara
selama anak dirawat di rumah beri makan sedikit
perawatan ISPA di
tapi sering, minum banyak dari biasanya, jangan
rumah memberikan obat
pakaikan selimut selama anak masih panas, awasi
panas sesuai resep atau
tanda penyakit bertambah parah : mis, anak tidak
kompres dingin
mau minum, nafas sesak dan bila bertambah parah
• Ibu mengatakan bila
membawa anak ke klinik/puskesmas
anak batuk bisa
3.1.3 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan diberikan campuran
kembali cara perawatan ISPA di rumah jeruk nipis dengan kecap
1:1
3.1.4 Memberikan kesempatan kepada keluarga • Ibu mengatakan jika
untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat anak pilek hidung
3.1.5 Memberikan reinforcement positif atas dibersihkan dengan kain
kemampuan keluarga menjelaskan cara bersih
pencegahan dan cara perawatan ISPA • Ibu mengatakan se3lama
anak di rumah tetap
diberkan makanan
sedikit tapi sering, beri
minum banayk dan tidak
memakaikan selimut
bila anak panas
• Ibu mengatakan apabila
anak panas anak
diberikan obat penurun
panas
• Ibu mengatakan bila
anak panas selalu
diberikan selimut agar
berkeringat tetapi
setelah dijelaskan akan
mengubah hal tersebut
• Ibu mengatakan akan
membawa anaknya
apabila sesak dan tidak
mau minum obat ke
klinik/puskesmas
O:
A:
• Keluarga mampu
menyebutkan cara
pencegahan ISPA
• Keluarga mampu
menjelaskan cara
TUK 4
perawatan ISPA di
4.1.1 Mendemonstrasikan cara membuat obat rumah
tradisional
P:
4.1.2 Memberikan kesempatan keluarga untuk
• Lanjutkan ke TUK
mencoba membuat obat tradisional jeruk nipis :
berikutnya
kecap manis 1:1
O:
• Ibu mendemonstarsikan
pembuatan obat
tradisional pelega
tenggorokan
A:
• Ibu mampu
mendemonstrasikan
cara pembuatan obat
tradisional pelega
tenggorokan
P: