Disusun oleh:
2021/2022
A. DEFINISI
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai
pada anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala
tersebut muncul secara bersamaan (Meadow, Sir Roy. 2002:153).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan AL-ut) yang diadaptasi dari bahasa
Inggris Acute Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai
berikut:
l. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta
organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14
hari (Suryana, 2005:57).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan
nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
B. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
richetsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus
Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella
dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak
biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih
didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO,
penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembang
streptococcus pneumonia dan haemophylusinfluenza merupakan bakteri yang
selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat
paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju,
dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus
(Suriadi,Yuliani R,2001).
C. MANIFESTASU KLINIS
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah
rinitis, nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental,
nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara
4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama
biasanya menunjukkan adanya penyulit. (Suriani, 2018)
Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan adalah sebagai
berikut Rosana (2016):
a. Gejala dari ISPA ringan
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1. Batuk.
2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(pada waktu berbicara atau menangis)
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi anak
diraba dengan punggung tangan terasa panas.
b. Gejala dari ISPA sedang
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika
dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-
gejala sebagai berikut :
1. Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu: untuk kelompok
umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau
lebih untuk umur 2 -< 5 tahun.
2. Suhu tubuh lebih dari 39°C.
3. Tenggorokan berwarna merah.
4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6. Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
c. Gejala dari ISPA berat
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai
gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut :
1. Bibir atau kulit membiru.
2. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
3. Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah.
4. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
5. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
6. Tenggorokan berwarna merah
D. PEMERIKSAAN PENUJANG
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan
adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia dan,
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suryadi, Yuliani R, 2001)
E. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya
obstruksi dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam
melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui
mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin
hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti
analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada
komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada
posisi telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan
lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus
Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).
8. Diagnosa keperawatan
1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas, Hipersekresi
jalan nafas, Benda asing dalam jalan nafas, Adanya jalan nafas buatan,
Sekresi yang tertahan, Hipeplasia dinding jalan nafas, Proses infeksi,
Respon alergi
2. Gangguan pertukaran gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dan
perubahan membran alveolus-kapiler
3. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan, Hambatan upaya
nafas (mis. nyeri, saat bernafas, kelelahan otot, pernafsan, Deformitas
dinding dada,Efek agen farmakologis, kecemasan
4. Hipotermia b.d dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit,
ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan, peningkatan laju
metabolisme, respon trauma, aktivitas berlebihan, penggunaan incubator
5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, Tirah baring, Kelemahan, Imobilitas
6. Ansietas b.d Krisis situasional , Kebutuhan tidak terpenuhi, Krisis
maturasional, Ancaman terhadap konsep diri, Ancaman terhadap
kematian, Kekhawatiran mengalami kegagalan, Disfungsi sistem
keluarga, Hubungan orang tua anak-anak tidak memuaskan, Faktor
keturunan (tempramen, mudah teragitasi sejak lahir), Penyalahgunaan
zat, Terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan, dan lain-lain),
Kurang terpapar informasi
7. Perencanaan
No. Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihkan jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif Latihan Batuk Efektif
nafas tidak efektif tindakan Observasi Observasi
b.d spasme jalan keperawatan selama 1. Identifikasi kemampuan batuk 1. Untuk mengetahui kemampuan
nafas, Hipersekresi 1×24 jam diharapkan 2. Monitor adanya retensi sputum batuk pasien
jalan nafas, Benda bersihan jalan nafas 3. Monitor tanda dan gejala infeksi 2. Untuk mengetahui adanya retensi
asing dalam jalan meningkat, dengan saluran napas sputum
nafas, Adanya Kriteria hasil: 4. Monitor input dan output cairan (mis 3. Untuk mengetahui tanda dan gejala
jalan nafas buatan, 1. Batuk efektif jumlah dan karakteristik) infeksi saluran napas
Sekresi yang meningkat 4. Untuk mengetahui intake dan output
tertahan, 2. Produksi sputum Terapeutik cairan pada pasien
Hipeplasia dinding menurun 1. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
jalan nafas, Proses 3. Mengi menurun 2. Pasang perlak dan bengkok di Terapeutik
infeksi, Respon 4. Wheezing pangkuan pasien 1. Untuk memberikan rasa nyaman dan
alergi d.d menurun 3. Buang sekret pada tempat sputum memperlancar sirkulasi pernafasan
5. Dispneu 2. Untuk mempermudah dalam
membaik
Tanda Mayor 6. Ortopnea Edukasi tindakan serta kebersihan
DS: - membaik 1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk 3. Untuk mencegah terjadinya infeksi
DO : 7. Sulit bicara efektif nasokomial
1. Batuk tidak membaik 2. Anjurkan tarik napas dalam melalui
efektif 8. Sianosis hidung selama 4 detik, ditahan selama Edukasi
2. Tidak mampu membaik 2 detik, kemudian keluarkan dari 1. Agar pasien mengetahui tujuan dan
batuk 9. Gelisah menurun mulut dengan bibir mencucu tindakan apa yang akan dilakukan
3. Sputum 10.Frekuensi napas (dibulatkan) selama 8 detik 2. Untuk memberikan rasa aman dan
berlebihan membaik 3. Anjurkan mengulangi tarik napas nyaman pada pasien dengan teknik
4. Mengi, 11. Pola nafas dalam hingga 3 kali relaksasi
wheezing membaik 4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung 3. Untuk membuat pasien lebih tenang
dan/atau ronkhi setelah tarik napas dalam yang ke-3 4. Untuk mengurangi atau
kering mengeluarkan dahak
5. Mekonium Kolaborasi
dijalan napas 1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau Kolaborasi
(pada neonates) ekspektoran, jika perlu 1. Untuk mengencerkan dahak agar
mudah dikeluarkan
Tanda Minor
DS :
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
DO:
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi nafas
menurun
4. Frekuensi nafas
berubah
5. Pola nafas
berubah
2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi Pemantauan Respirasi
pertukaran gas b.d tindakan Observasi Observasi
Ketidakseimbanga keperawatan selama 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman 1. Untuk mengetahui frekuensi, irama,
n ventilasi-perfusi 1×24 jam diharapkan dan upaya napas kedalaman dan upaya nafas pasien
dan perubahan pertukaran gas 2. Monitor pola napas (seperti bradipnea,
membran alveolus- meningkat, dengan takipnea, hiperventilasi, kussmaul, 2. Untuk mengetahui pola nafas
kapiler d.d kriteria hasil: cheyne-stokes biot, ataksik) 3. Untuk mengetahui kemampuan pola
Tanda Mayor 1. Tingkat kesadaran 3. Monitor kemampuan batuk efektif batuk efektif
DS: meningkat 4. Monitor adanya produksi sputum 4. Untuk mengetahui adanya sputum
1. Dispnea 2. Dispnea menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas atau tidak
DO : 3. Bunyi napas 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 5. Untuk mengetahui adanya sumbatan
1. PCO₂ tambahan 7. Auskultasi bunyi napas jalan napas
meningkat/ menurun 8. Monitor saturasi oksigen 6. Untuk mengetahui kesimetrisan
menurun 4. Pusing menurun 9. Monitor nilai AGD ekspansi paru
2. PO₂ 5. Penglihatan kabur 10. Monior hasil x-ray toraks 7. Untuk mengetahui bunyi nafas
menurun menurun 8. Untuk mengetahui kadar oksigen
3. Takikardia 6. Diaforesis Terapeutik dalam darah
4. pH arteri menurun 1. Atur Interval pemantauan respirasi 9. Untuk mengetahui nilai AGD
meningkat/ 7. Gelisah menurun sesuai kondisi pasien 10. Untuk mengetahui keadaan organ
menurun 8. Napas cuping 2. Dokumentasikan hasil pemantauan tubuh
5. Bunyi nafas hidung menurun Terapeutik
tambahan 9. PCO₂ membaik Edukasi 1. Membantu mengatur interval
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan respirasi sesuai kondisi
Tanda Minor 10. PO₂ membaik pemantauan pasien
DS : 11. Takikardia 2. Informasikan hasil pemantauan, jika 2. Untuk dapat terus memantau keadaan
1. Pusing, membaik perlu pasien dengan hasil dokumentasi
2. Penglihatan 12. pH Arteri
Kabur. membaik Edukasi
DO: 13. Sianosis 1. Untuk memberitahukan tujuan dan
1. Sianosis membaik prosedur pemantauan pada pasien
2. Diaforesis 14. Pola napas 2. Untuk memberitahukan hasil
3. Gelisah membaik pemantauan
4. Nafas 15. Warna kulit
cuping membaik
hidung
5. Pola nafas
abnormal
(cepat/lamb
at,
regular/ireg
uler,
dalam/dang
kal)
6. Warna kulit
abnormal
(mis.pucat,
biruan)
7. Kesadaran
menurun
3. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas Manajamen Jalan Napas
efektif b.d depresi tindakan Observasi Observasi
pusat pernafasan, keperawatan selama 1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Untuk mengetahui pola napas pasien
Hambatan upaya 1×24 jam diharapkan kedalaman, usaha napas) 2. Untuk mengetahui apakah ada bunyi
nafas (mis. nyeri, Pola nafas 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. tambahan
saat bernafas, meningkat, dengan gurgling, mengi, wheezing, ronkhi 3. Untuk mengetahui jumlah, warna
kelelahan otot, Kriteria hasil: kering) atau yang lainnya pada sputum
pernafsan, 1. Ventilasi semenit 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
Deformitas dinding
dada,Efek agen meningkat aroma) Terapeutik
farmakologis, 2. Kapasitas vital 1. Untuk memberikan rasa nyaman dan
kecemasan d.d meningkat Terapeutik memperlancar sirkulasi mekanisme
Tanda Mayor 3. Diameter thoraks 1. Pertahankan kepatenan jalan napas pernapasan
DS : anterior-posterior dengan head tilt dan chin-lift (jaw- 2. Untuk mengurangi/mengencerkan
1. Dispnea meningkat thrust jika curiga trauma servikal) tingkat sputum
DO : 4. Tekanan 2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler 3. Agar pasien dapat batuk dan
1. Penggunaa ekspirasi 3. Berikan minum hangat mengeluarkan sputum
n otot bantu meningkat 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu 4. Untuk mengatasi jalan napas yang
pernafasan 5. Tekanan inspirasi 5. Lakukan penghisapan lendir kurang tersumbat
2. Fase meningka dan 15 detik 5. Untuk membantu memperlancar
ekspirasi 6. Dispnea menurun 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum pernapasan
memanjang 7. Penggunaan otot penghisapan endotrakeal 6. Mengurangi sesak pada pasien
3. Pola nafas bantu nafas 7. Keluarkan sumbalan benda padal 7. Untuk mengetahui perkembangan
abnormal menurun dengan forsep McGill atau kelainan respirasi
8. Pemanjangan 8. Berikan oksigen, jika perlu 8. Untuk mengetahui adanya kelainan
Tanda Minor
fase ekspirasi pada pola napas
DS:
menurun
1. Ortopnea 9. Ortopnea Edukasi
DO: menurun 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, Edukasi
1. Pernapasan 10. Pernapasan jika tidak kontraindikasi 1. Untuk melancarkan dalam proses
pursed-lip pursed-lip 2. Ajarkan teknik batuk efektif pernapasan
2. Pernapasan menurun
cuping 11. Pernapasan Kolaborasi Kolaborasi
hidung cuping hidung 1. Untuk mengeluarkan secret yang
3. Diameter menurun 1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, dapat membuat adanya hambatan
thorak 12. Frekuensi napas ekspektoran, mukolitik, jika perlu. pada saluran nafas
anterior- membaik
posterior 13. Kedalaman
meningkat nafas membaik
4. Ventilasi
menurun
5. Kapasitas
vitas
menurun
6. Tekanan
ekspirasi
menurun
7. Tekanan
inspirasi
menurun
8. Ekskursi
dada
berubah