OLEH KELOMPOK 3
2023/2024
KONSEP TEORI
1. Defenisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur yang mengenai setiap lokasi di sepanjang saluran pernafasan. ISPA berat apabila masuk ke
jaringan paruparu dan dapat menyebabkan pneumonia. ISPA termasuk golongan Air Bone
Disease yang penularannya melalui udara (Pitriani, 2020). Gejala ISPA ditandai dengan demam,
batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak napas, mengi atau kesulitan bernapas. ISPA banyak terjadi
pada anak usia di bawah 5 tahun karena pada usia tersebut merupakan kelompok usia yang
immunologinya masih rentan terhadap penyakit. ISPA adalah masuknya bakteri, virus, atau
riketsi ke dalam saluran pernapasan dan menimbulkan gejala penyakit yang berlangsung hingga
14 hari. Istilah Infeksi Saluran Pernafasan Akut mencakup tiga unsur sebagai berikut (Masriadi,
2017)
Infeksi : Masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak, sehingga menimbulkan gejala infeksi seperti demam, batuk, pilek,
sakit tenggorokan, sesak napas, dan mengi atau kesulitan bernapas.
Saluran pernapasan : Organ pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli, dan organ
lainnya seperti sinus, rongga telinga tengah, serta pleura.
Infeksi akut : Infeksi berlangsung selama 14 hari. Batas hari ditentukan untuk
menunjukkan proses akut, bahkan untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan
dalam ISPA. Penyakit yang termasuk ISPA antara lain rhinitis (pilek), sinusitis, faringitis,
tonsilitis, epiglotitis, dan laringitis. ISPA melibatkan invasi langsung mikroba ke dalam
selaput lendir saluran pernafasan. Virus dan bakteri dapat menyebar melalui udara,
terutama saat orang yang terinfeksi batuk dan bersin (Khasanah, 2022).
2. Patofisiologi
Infeksi pernafasan yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur mengakibatkan reaksi
inflamasi dari respon immunologi. Hal ini menimbulkan reaksi mekanisme pertahanan tubuh
pada saluran pernafasan seperti filtrasi udara, inspirasi di rongga hidung, refleksi batuk, refleksi
epiglotis, serta pembersihan mukosilier dan fagositosis. Patogen yang menyerang tubuh,
menempel pada sel epitel hidung mengikuti proses pernafasan dan masuk kedalam saluran
pernafasan. Setelah terjadi inokulasi, patogen melewati beberapa mekanisme pertahanan saluran
nafas seperti pertahanan fisik, mekanis, sistem imun hormonal, dan seluler.
Pertahanan pada saluran pernafasan atas adalah rambut-rambut halus di lubang hidung
yang memfiltrasi patogen, lapisan mukosa, dan sel-sel silia. Selain itu, terdapat amandel dan
kelenjar gondok yang mengandung sel-sel imun. Jika patogen dapat menghindari mekanisme
pertahanan dan menjajah saluran pernafasan atas, maka patogen akan dihalangi oleh lapisan 10
pertahanan (sistem imun) untuk mencegah patogen tersebut masuk hingga ke salauran pernafasan
bawah (Pitriani, 2020).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat menyebar melalui udara yang
terkontaminasi. Bakteri penyakit masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu ISPA
termasuk dalam kelompok penyakit yang ditularkan melalui udara. Rute penularan melalui udara
yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun benda yang terkontaminasi. Sebagian besar
infeksi melalui udara dapat ditularkan melalui kontak langsung, namun tidak jarang ISPA terjadi
ketika udara yang mengandung mikroorganisme penyebab ISPA terhirup.
3. Patway
4. Etiologi
Di negara berkembang, streptococcus pneumonia dan haemopylus influenza menjadi
penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Patogen ini dapat masuk dan hidup di saluran
pernafasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan. Penyebab ISPA terdiri lebih dari 300
spesies 9 bakteri, virus, dan riketsi. Bakteri penyebab ISPA antara lain genus streptococcus,
staphylococcus, pneumococcus, haemophilus influenza, bordetella, dan corynebacterium. Virus
penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) antara lain myxovirus, adenovirus,
coronavirus, picornavirus, mycoplasma, herpesvirus (Pitriani, 2020). Faktor lain yang dapat
menyebabkan ISPA pada anak antara lain status gizi, status imunisasi, kepadatan penduduk,
kondisi rumah, ventilasi rumah, dan asap rokok
5. Klafisikasi
ISPA berdasarkan umur :
1. Anak umur <2 bulan
Dengan tanda klinis berhenti menyusu, kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun,
stridor pada anak yang tenang, mengi, demam >38°C, pernapasan cepat >60x/menit, penarikan
dinding dada berat, sianosis sentral pada lidah, distensi abdomen,
dan abdomen tegang.
2. Anak usia 2 bulan sampai <5 tahun
1. Gejala sangat berat : Batuk, kesulitan bernafas, sianosis sentral, tidak dapat makan dan
minum, pernafasan cepat,terdapat penarikan dinding dada, anak kejang, dan penurunan
kesadaran.
2. Gejala berat : Batuk, kesulitan bernafas, pernafasan cepat, terdapat penarikan dinding
dada, tidak terdapat sianosis sentral, dan masih dapat minum.
3. Gejala sedang : Batuk, kesulitan bernafas, pernafasan cepat, tidak terdapat penarikan
dinding dada.
4. Gejala ringan : Batuk, tanpa pernafasan cepat, tidak ada penarikan dinding dada.
3. Intervensi
Terapeutik
-Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Edukasi
-Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
Kolaborasi
5. Evaluasi
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnos keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai. Meskipun
tahapp evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian
integral pada setiap tahap proses keperawatan (Dermawan, 2012).
KASUS SEMU
Nn.s usia: 25 tahun Nn.s datang ke rumah sakit dengan keluhan demam tinggi (39°C), batuk kering yang
berlangsung selama 3 hari, sesak napas, dan nyeri dada sudah memburuk selama 2 hari karna gejala tidak
membaik dan pada tanggal 21 maret pasien dan keluarga memutuskan untuk ke rumah sakit setiba di
rumah sakit di periksa dan mendapatkan hasil Pemeriksaan Fisik: Suhu tubuh: 38,9°C,Frekuensi
pernapasan: 24 kali/menit, Tekanan darah: 130/80 mmHg, Nadi: 100,Auskultasi paru-paru: Terdengar
suara napas wheezing di kedua belah paru-paru. Hasil Foto thorax menunjukkan adanya infiltrat pada
kedua belah paru-paru, konsisten dengan pneumonia viral.dan pasien diberikan antibiotik spektrum luas
intravena untuk menangani kemungkinan infeksi bakteri sekunder.Bronkodilator: Inhalasi bronkodilator
diberikan untuk meredakan sesak napas dan wheezing. Terlebih Obat Parasetamol diberikan untuk
menurunkan demam. Dan Pasien diberikan oksigen melalui nasal kanul untuk memastikan oksigenasi
yang adekuat.Pasien dimonitor secara ketat untuk tanda-tanda peningkatan atau penurunan
gejala .Diinstruksikan untuk istirahat yang cukup dan minum banyak cairan. Pasien dan keluarganya
diberi edukasi tentang penggunaan obat yang diresepkan, pentingnya istirahat, dan tanda-tanda
perburukan yang harus segera dilaporkan ke dokter.Tindak Lanjut:Pasien dijadwalkan untuk kunjungan
kontrol dalam 1 minggu untuk evaluasi lebih lanjut
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
Data Umum
Identitas Klien
Nama : Nn.S Umur : 22 Jenis Kelamin : P
Alamat : Jln.Sadar bakti nasipanaf
Agama : Kristen protestan
Suku/Bangsa : WNI
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : S1
Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny.A Umur : 45 Jenis Kelamin : P
Alamat : Jln. Sadar bakti nasipanaf
Agama : Kristen protestan
Suku/Bangsa : WNI
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan klien :Anak kandung
Status Pembiayaan : √Sendiri Asuransi Tanggungan : ………
Riwayat Kesehatan
Nn s ,Usia: 25 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan demam tinggi (39°C), batuk
kering yang berlangsung selama 3 hari, sesak napas, dan nyeri dada. memburuk selama 2
hari karna gejala tidak membaik dan pada tanggal 21 maret pasien dan keluarga
memutuskan untuk ke rumah sakit setiba di rumah sakit di periksa dan mendapatkan
hasil:Pemeriksaan Fisik ,Suhu tubuh: 38,9°C,Frekuensi pernapasan: 24 kali/menit,Tekanan
darah: 130/80 mmHg,Nadi: 100 Auskultasi paru-paru: Terdengar suara napas wheezing di
kedua belah paru-paru Foto thorax menunjukkan adanya infiltrat pada kedua belah paru-
paru, konsisten dengan pneumonia viral.dan pasien diberi terapi diberikan antibiotik
spektrum luas intravena untuk menangani kemungkinan infeksi bakteri sekunder. Inhalasi
bronkodilator diberikan untuk meredakan sesak napas dan wheezing. Obat Antipiretik:
Parasetamol diberikan untuk menurunkan demam.dan Pasien diberikan oksigen melalui
nasal kanul untuk memastikan oksigenasi yang adekuat.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada penyakit yang sama
yang di rasakan pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga :Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada penyakit keluarga
atau penyakit keturunan
Reaksi :
Kualitas :Baik
Di RS
Waktu tidur : Siang : 3 Jam (11:00-13:32-00)
Malam:35 menit(12:35)
Kualitas :
b. Pola Nutrisi
Di Rumah
Di RS
Waktu : …..hari/minggu/bulan
c. Pola Eliminasi
Di Rumah
Kebiasaan BAB
BAB terakhir : -
Kebiasaan BAK
Warna : Putih
Di RS
Kebiasaan BAB
BAB terakhir :
Kebiasaan BAK
Warna :.
BAK terakhir :
Kesimpulan: -
Kesimpulan: -
d. Pola Koping
Masalah utama selama MRS : Tidak ada
Kesimpulan: .......................................................................................................................
..............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Menstruasi terakhir :
Kesimpulan: .......................................................................................................................
..............................................................................................................................................
.........
Kesimpulan:-
Kesimpulan
1. Data Klinik
Keadaan umum :=
Kesadaran :Composmentis
GCS : E: 4 V : 5 M: 6
SPO2 : 89 %
EWS :4
TB : 157 cm BB : 45 kg
(Data TB dan BB diperoleh dari hasil anamnesa dengan pasien yang mengungkapkan
pengukuran BB dan TB berdasarkan hasil pengukuran terakhir yang dilakukan satu bulan
yang lalu atau saat MRS)
2. Pernafasan (Breathing/B1)
Frekwensi nafas : 21x/mnt
Jumlah : Banyak/Cukup/Sedikit
Konsistensi : Kental/Encer
Sianosis : √Tidak Ya
dosis :4iter/menit
SpO2 : : 89%
3. Sirkulasi
Irama jantung : Reguler Irreguler S1/S2 tunggal : Ya Tidak
4. Persarafan / Sensorik
GCS : Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
5. Perkemihan
Balance Cairan :1000 ml per
Inkontinensia
6. Abdomen
Mulut : √Bersih Kotor Bau, Jelaskan :
Peristaltik : 5-15x/menit
7.Muskuloskeletal
ROM : Penuh Tidak, Sebutkan :
5 5
5 5
Interpretasi :
Lain-lain : ...............................................................
Norton Scale: skor > 18 Resiko rendah skor 14-18 Resiko Sedang
Perencanaan Pulang
Bantuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari : Tidak Ya, Sebutkan :......
LABORATORIUM
a.Darah:
b. Urine :
c. Dahak: ................................................................................................................
d. Feses : .................................................................................................................
e. Biopsi : ...............................................................................................................
f. Lain-lain: ............................................................................................................
RADIOLOGI
a. X – Ray :
b. CT Scan : ............................................................................................................
c. EEG :..............................................................................................................
d. USG : ............................................................................................................
e. MRI : ............................................................................................................
f. Lain-lain: .............................................................................................................
Pengambil data
(.................................)
A.ANALISA DATA
HARI/ DATA ETIOLOGI MASALAH
TANGGAL KEPERAWATAN
RR :23 limfa
hematogen
Pola
napastidak
efektif
Sabtu maret DS:Pasien mengatakan Frekuensi kencing terus Gangguan pola tidu
2024 sulit tidur D.0055
DO:Pasien terihal tanpak Terbanggun pada
muka pucat,mata panda, malam hari
TTV:
TD :120/70 Tidak bisa tidur lagi
S :38
N :87 Gangguan pola tidur
SPO2 :89
RR :23
1. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan d.d penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Hipertermi b.d proses penyakit (mis. Infeksi ) d. d kulit terasa hangat
3. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur,mengeluh tidak puas
tidur,mengeluh istirahat tidur tidak cukup.
C.RENCANA INTERVENSI
Nama Klien : Nn.S
Nama :Andre,Sara,Nedi,Lorens
Ruangan :Anggrek
Nim:13011122,13061122,13071122,13171122
DX Medis :ISPA
Terapeutik:
Modifikasi
lingkungan (mis:
pencahayaan,
kebisingan, suhu,
matras, dan tempat
tidur)
Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
Fasilitasi
menghilangkan
stress sebelum
tidur
Tetapkan jadwal
tidur rutin
Lakukan prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis:
pijat, pengaturan
posisi, terapi
akupresur)
Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau Tindakan
untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi:
Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama sakit
Anjurkan
menepati
kebiasaan waktu
tidur
Anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur
Anjurkan
penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung
supresor terhadap
tidur REM
Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur (mis:
psikologis, gaya
hidup, sering
berubah shift
bekerja)
Ajarkan relaksasi
otot autogenic atau
cara
nonfarmakologi
lainnya
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
28 Maret Gangguan pola tidur Mengidentifikasi pola aktivitas
2024 b.d hambatan dan tidur
lingkungan d.d Mengidentifikasi makanan dan
mengeluh sulit minuman yang mengganggu
tidur,mengeluh tidak tidur (mis: kopi, teh, alcohol,
puas tidur,mengeluh makan mendekati waktu
istirahat tidur tidak tidur, minum banyak air
cukup. sebelum tidur)
Mengidentifikasi obat tidur
yang dikonsumsi
Memodifikasi lingkungan
(mis: pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur)
Membatasi waktu tidur
siang, jika perlu
Menetapkan jadwal tidur
rutin
Menyesuaikan jadwal
pemberian obat dan/atau
Tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Menjelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
Menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
Menganjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
E. Evaluasi
David, G., 2015. Acute lymphoblastic leukemia. The pharmacogenomics journal, hlm.77–89
Damayanti, T K. (2016).Gambaran Strategi Koping Anak Dengan Leukemia Limfostik Akut Dalam
Menjalani Terapi Pengobatan.(Fakultas Kedokteran Universits Udayana).