Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN “A” DENGAN DIAGNOSA


MEDIS ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS )
DI RUANG POLI ANAK RSUD KOTA MATARAM
TANGGAL 07 FEBRUARI 2023

OLEH

DWI AISYAH
NIM. P07120522064N

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PRODI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN
MATARAM
2023
HALAMAN PENGESAHAN

NAMA MAHASISWA : Dwi Aisyah


NIM : P07120522064N
JUDUL LAPORAN KASUS : Asuhan Keperawatan Pada An.A Dengan
Diagnosa Medis Ispa (Infeksi Saluran
Pernapasan Atas) Di Ruang Poli Anak RSUD
Kota Mataram Tanggal 07 Februari 2023.

TELAH DISAHKAN
PADA TANGGAL……….. DI ……….

OLEH

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN

(Mas’adah,.M.Kep.) (Nita Febriyanti,. S.Kep)


NIP. 197912202002122002 NIP.
VISI DAN MISI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

VISI :

“Menjadi Program Studi yang Menghasilkan Tenaga Ners yang Expert, Inovatif,
Enterpreuner dan Berdaya Guna di Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan
Bencana dalam Mewujudkan Masyarakat Sehat, Produktif dan Berkeadilan pada
Tahun 2022”

MISI :

a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang expert, inovatif, dan


enterpreneur di bidang keperawatan gawat darurat dan bencana.
b. Mengembangkan penelitian berbasis inovatif di bidang keperawatan gawat
darurat dan bencana.
c. Menyelenggarakan dan meningkatkan pengabdian masyaralat yang berdaya
guna di bidang keperawatan gawat darurat dan bencana dalam mewujudkan
masyarakat sehat, produktif dan berkeadilan.
d. Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah daerah, institusi pendidikan
dan lembaga pelayanan kesehatan dalam bidang keperawatan.
LAPORAN PENDAHULUAN

ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS )

I. KONSEP ISPA

A. DEFINISI
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada
anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut
muncul secara bersamaan (Meadow, Sir Roy. 2012).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan AL-ut) yang diadaptasi dari
bahasa Inggris Acute Respiratory Infection (ARl) mempunyai pengertian
sebagai berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran  pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli
beserta organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian
atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat
berlangsung dari 14 hari (Suryana, 2015).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan
pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme
asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
B. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
richetsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari
genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,
Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena
dahak biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di
Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia.
Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara menunjukkan
bahwa di negara berkembang streptococcus
pneumonia dan haemophylusin fluenza  merupakan bakteri yang selalu
ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat paru
dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju,
dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus
(Suriadi,Yuliani R,2011)
C. TANDA DAN GEJALA
a. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
1. Batuk
2. Nafas cepat
3. Bersin
4. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5. Nyeri kepala
6. Demam ringan
7. Tidak enak badan
8. Hidung tersumbat
9. Kadang-kadang sakit saat menelan
b. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas
lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit
kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak(Naning
R,2012)
D. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding
dada kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat,
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi
penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah
2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi
penyakit yaitu :
1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat
dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat
untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau
lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda
tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3
klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas
(pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak
menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk
usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1
-4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah,
2014).
E. PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya
virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak
ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan
refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus
merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending
dan Chernick, 1983 dalam DepKes RI, 1992).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya
batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran
pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak
terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan
mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan
tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).
Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi
sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan
mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada
saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-
bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti
streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus
menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983).
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah
banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas
dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini
dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.
Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu
serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan
gizi akut pada bayi dan anak.
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke
tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan
kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah . Dampak
infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah,
sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran
pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-
paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri.
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus
diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa
sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak
sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran
nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar,
merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah
bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG
pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA)
sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas.
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat
dibagi menjadi empat tahap,yaitu:
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul
gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal
akibat pneumonia.

F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
1. Penemonia
2. Bronchitis
3. Sinusitis
4. Laryngitis
5. Kejang deman (Soegijanto, S, 2019)
H. PEMERIKSAAN PENUJANG
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan
adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2.  Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia dan,
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suryadi, Yuliani R, 2011)
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya
obstruksi dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam
melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui
mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin
hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti
analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada
komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi
telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga
drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts;
1990; 452).
           Prinsip perawatan ISPA antara lain :
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan
sapu tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menetek
g. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
h. Mengatasi batuk, dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
J. Analisa data
Symptom Etiologi Problem
1.      Biasanya pasien Penupukan secret Bersihan jalan nafas
ditandai dengan adanya
secret, suara ronchi/wising,
otot bantu pernafasan, cuping
hidung, dada terasa sesak.
2.      Adanya penupukan Kongesti hidung Pola nafas tidak
secret, infeksi pada saluran efektif
pernafasan, adanya otot bantu
pernafasan
3.      Ditandai adanya, Ventilasi pervusi Gangguan pertukaran
sianosis, otot bantu gas
pernafasan, expansi
didinding dada, suara
ronchi/wising
4.      Ditandai Input/autput tidak Gangguan nutrisi
dengan penuran BB sebnyak adekuat kurang dari
20%, kulit kriput, klien kebutuhan tubuh.
terlihat kurus, nafsu makan
menurun, mual muntah, nyeri
abdomen
5.      Adanya tanda-tanda Agen bakteri/virus Resiko infeksi
infeksi seperti: tumor, dolor,
calor, rubor, dan disfusilaesa.
Dan cek leukosit tinggi/
rendah
6.      Ditandai dengan adanya Proses infeksi Hipertermi
panas lebih dari 37,6°C, akral
panas, bibir merah, wajah
tampak merah.

K. Diagnose yang mungkin muncul


1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi muskus (secret)
2) Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan  ventilasi perfusi
4) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri
6) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
L. Rencana intervensi
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi muskus (secret)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah bersihan
jalan nafas dapat teratasi dengan kreteria hasil: hidung bersih, tidak ada
secret klien dapat bernafas dengan lancer, tidak ada pernafasan
menggunakan cuping hidung.
Rencana tindakan:
a. Observasi sistem pernafasan dan adanya subatan
b. Bersihkan jika ada sumbatan
c. Berikan posisi semi fowler
d. Anjurkan klien untuk minum yang hangat
e. Ajarkan batuk efektif
f. Masase punggung dan dada klien
g. Kalaborasi pemberian O2
h. Kalaborasi pemberian obat
2) Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung
Tujuan :
Setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah gangguan
pola nafas teratasi dengan kreteria hasil: klien tidak sesak lagi, sudah
tidak ada sumbatan, inspirasi dan ekspirasi tidak menggunakan otot
bantu pernafasan.
Rencana tindakan:
a. Berikan posisi semi fowler
b. Kalaborasi pemberian O2
c. Kalaborasi pemberian obat
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan  ventilasi perfusi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah gangguan
pertukaran gas teratasi dengan kreteria hasil: klien tidak sesak lagi,
sudah tidak ada sumbatan, inspirasi dan ekspirasi tidak menggunakan
otot bantu pernafasan.
Rencana tindakan: 
a. Berikan posisi semi fowler
b. Anjurkan klien untuk minum yang hangat
c. Ajarkan batuk efektif
d. Masase punggung dan dada klien
e. Kalaborasi pemberian O2
f. Kalaborasi pemberian obat
4) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
Tujuan :
Setelah dilakukan tidak keperawatan diharapkan masalah gangguan
nutrisi teratasi dengan kreteria hasil: nafsumakkan klien meningkat,
klien tidak mual dan muntah, peningkatan BB, wajah terlihat segar.
Rencana tindakan:
a. Observasi adanya gangguan nutrisi
b. Observasi pola makan
c. Njurkan klien untuk makan sedikit tapi sering yaitu 2 jam sekali
d. Anjurkan diit yang sehat
e. Kalaborasi dengan tim gizi
f. Kalaborasi pemberian obat
5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri
Tujuan :
Setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah resiko tinggi
infeksi dapat teratasi dengan kreteria hasil: tidak ada tanda-tanda
infeksi, pemeriksaan leukosit dalam batas normal.
Intervensi
a. Observasi adanya tanda-tanda infeksi seperti: tumor, dolor, rubor,
color, dan disfusilaesa.
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
c. Menggunakan APD untuk proteksi diri dank lien
d. Kolaborasi dalam pemberian obat
6) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan :
Setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah hipertermi
klien dapat teratasi dengan kreteria hasil, suhu dalam rentang normal
36,5°C-37,5°C, akral tidak panas, bibir tidak kering, turgor kulit elastic.
Intervensi:
a. Observasi adanya peningkatan dan penurunan suhu
b. Observasi vital sign
c. Berikan kopres pada lipatan tubuh
d. Anjurkan klien untuk menggunakan baju yang tipis dan menyerap
keringat
e. Lakukan kalaborasi pemberian obat

II. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA SEKOLAH


A. Pengertian
1. Pertumbuhan (crowth)
Yaitu berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa
di ukur dengan ukuran berat (gram, pound, kg). Ukuran panjang
(cm, meter), umur, tulang dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium & nitrogen).
2. Perkembangan (development)
Bertambahnya skill/kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat di
ramalkansebagai hasil dari proses pematangan.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh kembang
1. Faktor genetik
a. Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di
dalam sel telur yang telah di buahi, dapat di tentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan.
b. Termasuk faktor genetik adalah berbagai faktor faktor bawaan
yang nirmal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa. Gangguan
tumbang di sebabkan oleh faktor genetik.
c. Pada negara berkembang di sebabkan faktor genetik, lingkungan
yang kurang memadai.
d. Penyakit keturunan ; kelainan kromosom, sindrom down, sindrom
turner.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan terbagi 2 yaitu :
a. Lingkungan pranatal
Lingkungan di dalam uterus sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembngan fetus, terutama karena ada selaput yang
menyelimuti dan melindungi fetus dari lingkungan luar.
b. Pengeruh bydaya lingkungan
Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi
bagaimana meeka memahami kesehatan berprilaku hidup sehat.
c. Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang berada di lingkungan keluarga yang sosial
ekonominya rendah, bahkan punya keterbatasan untuk memberi
makanan yang bergizi dll.
d. Nutrisi
Telah disebutkan bahwa untuk bertumbuh dan berkembang, anak
membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein, lemak,
karbohidrat, mineral, vitamin, dan air yang harus di konsumsi
secara seimbang dengan jumlah yang sesuai kebutuhan pada
tahapan usianya.
C. Ciri-ciri tumbuh kembang
Menurut Hidayat (2008) dalam pertumbuhan dan perkembangan anak,
terdapat berbagai ciri khas yang membedakan komponen satu dengan
yang lain.
1. Proses pertumbuhan anak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal
bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan,
lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada dan yang lainnya.
b. Dalam Pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat
terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul
mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.
c. Pada pertumbuhan dan perkembangan, hilang ciri-ciri lama yang
ada selama pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, gigi
susu atau hilangnya refleks tertentu.
2. Tahap tumbuh kembang anak usia 6 tahun keatas
a. Masa Sekolah (6-12 tahun)
 Fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6
sampai 12 tahun, sama dengan masa usia Sekolah Dasar. Anak-
anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca,
menulis dan berhitung. Secara formal mereka mulai memastiki
dunia yang lebih luas dengan budayanya. Pencapaian prestasi
menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri
sendiri bertambah pula.
b. Masa Remaja (12-18 tahun)
Pada masa remaja ini banyak dijumpai masalah, karena masa ini
merupakan proses menuju kedewasaan dan anak ingin mencoba
mandiri. Masalah yang sering dijumpai adalah perubahan bentuk
tubuh. Perkembangan khusus yang terjadi pada masa ini adalah
kematangan identitas seksual yang ditandai dengan
perkembangan organ reproduksi. Masa ini merupakan masa
krisis identitas dimana anak memasuki proses pendewasaan dan
meninggalkan masa anak-anak, sehingga membutuhkan bantuan
dari orang tua. 
1) Motorik kasar
a. Loncat tali
b. Badminton
c. Memukul
d. Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan
secara bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.
2) Motorik halus
a. Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan
tangan
b. Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat
model dan bermain alat musik.
3) Kognitif
a. Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
b. Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam
pemecahan masalah
c. Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan
kejadian kembali sejak awal
d. Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan
datang
4) Bahasa
a. Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
b. Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat,
kata keterangan, kata penghubung dan kata depan
c. Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
d. Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
III. KONSEP HOSPITALISASI ANAK USIA SEKOLAH (6 – 14 tahun)
A. Pengertian
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan
yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di
rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya
kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat
mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian di
tunjukan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan
stresas.
B. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak
Banyak penelitian membuktikan bahwa perawatan anak di rumah sakit
menimbulkan stress pada anak dan orang tua. Reaksi orang tua
terhadap perawatan anak di rumah sakit latar belakang yang
menyebabkan dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Perasaan cemas dan takut
Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak
mendapat prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah,
injeksi, infus, di lakukan fungsi lumbal dan prosedur infasiv
lainnya.Perilaku yang sering di tujukan orang tua berkaitan dengan
adanya perasaan cemas dan takut ini adalah sering bertanya atau
bertanya tentang hal yang sama secara berulang pada orang yang
berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan merah
2. Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi
terminal dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan
anaknya untuk sembuh. Pada kondisi ini, orang tua menunjukan
perilaku isolasi atau tidak mau di dekati orang lain. Bahwa tidak
bisa kooperatif terhadap petugas kesehatan.
3. Perasaan frustrasi
Pada kondisi anak yang telah di rawat cukup lama dan di rasakan
tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan
psikologis yang di terima orang tua baik dari keluarga maupun
kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan
frustrasi. Oleh karena itu, sering kali orang tua menunjukan
perilaku tidak koomperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan
menginginkan pulang paksa.
C. Reaksi anak usia sekolah terhadap hospitalisasi ( 6 – 14 tahun)
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah
dengan lingkungan yang di cintainya, yaitu keluarga dan terutama
kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol
tersebut berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak
kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan
bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan adanya
kelemahan fisik.
Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan di tunjukan
dengan ekspresi baik secara verbal maupun non verbal karena anak
sudah mampu mengomunikasi kannya. Anak usia sekolah sudah
mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan
menggigit bibir dan atau memegang sesuatu dengan erat.
1. Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-14
tahun)
a. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman
sebayanya.
b. Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi
terhadap rasa nyeri.
c. Selalu ingin tahu alasan tindakan.
d. Berusaha independen dan produktif.
2. Reaksi orang tua
a. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit,
prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan
anak.
b. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan
pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

Suriadi,Yuliani R,2011,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta

 Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-

2012,Philadelpia,USA

Departemen Kesehatan RI, 2012. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita:

Jakarta.

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa

oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC


DOKUMENTASI KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai