Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PENYAKIT ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) PADA “By. A” DI RUANG
TIN-TIN RSU AMELIA KABUPATEN KEDIRI

Disusun oleh :

Arian Chumaini Hidayatulloh

202101007

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI
2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan dengan kasus ISPA disusun


untuk memenuhi tugas praktik departemen keperawatan dewasa Prodi Sarjana
Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri yang dilakukan oleh :

NAMA : Arian Chumaini Hidayatulloh

NIM : 202101007

JUDUL : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Penyakit Ispa


(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Pada “By. A” Di Ruang Tin-Tin Rsu
Amelia Kabupaten Kediri

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik sarjana keperawatan
departemen keperawatan anak yang dilaksanakan pada tanggal 5 Juni – 10 Juni
2023.

Mengetahui,

Mahasiswa

Arian Chumaini Hidayatulloh

NIM: 202101007

Pembimbing Akademik CI Ruangan

Diana Rachmania, S.Kep.Ns.,M.KeP Lulus Tyas Erina S.Kep.Ns


NIDN. 0725078703
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT ISPA

A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi Ispa
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan
atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus,
maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA adalah
masuknya miroorganisme (bakteri, virus dan riketsia) ke dalam saluran pernafasan
yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari
(Wijayaningsih, 2016).
ISPA merupakan salah satu penyakit menular yang dapat ditularkan melalui
udara. Infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit
ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala berupa tenggorokan
sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau batuk berdahak (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan
organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi
ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host, apabila
ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling banyak di
temukan pada anak di bawah lima tahun karena pada kelompok usia ini adalah
kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap
berbagai penyakit (Suriani, 2018).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya ISPA yaitu karena infeksi bakteri serta virus pada saluran
pernapasan atas maupun bawah. Bakteri penyebab ISPA antara lain dari genus
Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan
Korinebakterium dan virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus,
Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. ISPA yaitu infeksi
yang disebabkan oleh mikroorganisme distruktur saluran napas atas yang tidak
berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk rongga hidung, faring dan laring, ciri-ciri
ISPA antara lain pilek, faringitis (radang tenggorokan), laringitis dan influenza tanpa
komplikasi. Terjadinya ISPA tentu dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu kondisi
lingkungan (polutan udara seperti asap rokok dan asap bahan bakar memasak,
kepadatan anggoata keluarga, kondisi ventilasi rumah kelembaban, kebersihan,
musim, suhu), ketersediaan dan efektifitas pelayanan kesehatan serta langkahlangkah
pencegahan infeksi untuk pencegahan penyebaran (vaksin, akses terhadap fasilitas
pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi), factor penjamu (usia, kebiasaan
merokok, kemampuan penjamu menularkan infeksi, status gizi, infeksi sebelumnya
atau infeksi serentak yang disebabkan oleh pathogen lain, kondisi kesehatan umum)
dan karakteristik pathogen (cara penularan, daya tular, faktor virulensi misalnya gen,
jumlah atau dosis mikroba). Kondisi lingkungan yang berpotensi menjadi risiko ispa
adalah lingkungan yang banyak tercemar oleh asap kendaraan bermotor, bahan bakar
minyak, asap hasil pembakaran serta benda asing seperti mainan plastik kecil
(Rosana, 2016).
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ISPA biasanya muncul dengan cepat, yaitu dalam beberapa
jam sampai beberapa hari. Penyakit ISPA pada balita dapat menimbulkan bermacam
macam tanda dan gejala. Tanda dan gejala ISPA seperti batuk, kesulitan bernapas,
sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam (Rosana, 2016).
Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan adalah sebagai berikut (Rosana,
2016):
a. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut :
1) Batuk.
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada waktu
berbicara atau menangis).
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C.
b. Gejala dari ISPA Sedang
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari
ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu :untuk kelompok umur
kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih untuk umur 2
-< 5 tahun.
2) Suhu tubuh lebih dari 39°C.
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
5) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
c. Gejala dari ISPA Berat
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala
ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut :
1) Bibir atau kulit membiru.
2) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
3) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah.
4) Sela iga tetarik ke dalam pada waktu bernafas.
5) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
6) Tenggorokan berwarna merah.
4. Patofisiologi
ISPA merupakan penyakit yang dapat menyebar melalui udara (air bone
disease). ISPA dapat menular bila agen penyakit ISPA seperti virus, bakteri, jamur,
serta polutan yang ada di udara masuk dan mengendap di saluran pernapasan
sehingga menyebabkan pembengkakan mukosa dinding saluran pernapasan dan
slauran pernapasan tersebut menjadi sempit. Agen mengiritasi, merusak menjadikan
kaku atau melambatkan gerak rambut getar (cilia) sehingga cilia tidak dapat menyapu
lender dan benda asing yang masuk di saluran pernapasan. Pengendapan agen di
mucociliary transport (saluran penghasil mukosa) menimbulkan reaksi sekresi lendir
yang berlebihan (hipersekresi). Bila hal itu terjadi pada anak-anak, kelebihan
produksi lender tersebut akan meleleh keluar hidung karena daya kerja mucociliary
trasport sudah melampaui batas. Batuk dan lender yang keluar yang keluar dari
hidung itu menandakan bahwa seseorang telah terkena ISPA. Seseorang yang terkena
ISPA bisa menularkan agen penyebab ISPA melalui transmisi kontak dan transmisi
droplet. Transmisi kontak melibatkan kontak langsung antar penderita dengan orang
sehat seperti tangan yang terkontaminasi agen penyebab ISPA. Transmisi droplet
ditimbulkan dari percikan ludah penderita saat batuk dan bersin di depan atau dekat
dengan orang yang tidak menderita ISPA. Droplet tersebut masuk melalui udara
masuk melalui udara melalui udara dan mengendap di mukosa mata, mulut, hidung,
dan tenggorokan orang yang tidak menderita ISPA. Agen yang mengendap tersebut
menjadikan orang tidak sakit ISPA menjadi sakit ISPA. (Noviantari, 2018)

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab): hasil yang didapatkan adalah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan sempel darah di laboratorium.
3. Pencitraan dengan x-ray atau CT scan untuk menilai kondisi paru-paru, jika perlu.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penyakit ispa meliputi: a.
Terapi Farmakologi
1) Analgesik – antipiretik untuk mengobati gejala demam seperti paracetamol
dan ibuprofen.
2) Kombinasi dekongestan dan anti alergi untuk pilek dan flu. Contoh:
pseudoefedrin, fenil propanolamin, dan dipenhidramin.
3) Ekspektoran untuk batuk berdahak. Contoh: ammonium klorida.
4) Mukolitik untuk batuk berdahak. Contoh: ambroksol,
bromheksin, gliserilgualakolat.
5) Antitutif untuk meringankan gejala batuk kering. Contoh: dekstrometorfan.
6) Antibiotic tidak disarankan untuk ISPA yang disebabkan oleh virus karena
antibiotic tidak dapat membunuh virus.
b. Terapi Non Farmakologi
1) Istirahat yang cukup.
2) Konsumsi makanan yang bergizi, misalnya buah-buahan yang mengandung
vitamin c dan makanan kaya zinc seperti sup ayam.
3) Berkumur dengan air garam atau obat kumur yang mengandung antiseptic
dapat meringankan gejala sakit tenggorokan.
4) Menghindari polusi udara.
7. Komplikasi
Apabila penyakit ISPA tidak segera diobati dan jika disertai dengan malnutrisi,
maka penyakit tersebut menjadi berat dan akan menyebabkan terjadinya komplikasi
seperti bronkitis, pneumonia, otitismedia, sinusitis, gagal nafas, henti jantung, syok
dan sebagainya.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a) Identitas
1) Identitas pasien: nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomer RM, diagnose medis.
2) Identitas penanggung jawab: nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
status, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomer RM, diagnose medis.
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama saat masuk RS
Klien biasanya mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah,
nafsu makan menurun, batuk-pilek dan sakit tenggorokan, batuk produktif
dan anak rewel.
2) Riwayat penyakit dahulu
Umumnya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini.
3) Riwayat Penyakit keluarga
Biasanya anggota keluarganya ada juga yang pernah mengalami sakit
seperti penyakit klien tersebut.
c) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pada umumnya keadaan umumnya lemas
2) Tanda Vital
Pada umumnya suhu diatas 37oC, nadi lebih cepat, pernafasan terdapat
ronchi.
3) Kepala Dan Leher
Biasanya balita yang mengalami infeksi saluran pernafasan akut terlihat
pucat karena penurunan pada nafsu makannya.
4) Sistem Pernapasan
Biasanya sesak nafas, dada tertekan, pernafasan cuping hidung,
hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, pernafasan
diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan meningkat dan anak
biasanya rewel.
5) Sistem Kardiovaskuler
Biasanya anak mengalami sakit kepala, denyut nadi meningkat,
takikardi/bradikardi, dan disritmia, pemeriksaan CRT < 2 detik.

6) Sistem Neurosensori
Biasanya anak gelisah, terkadang ada yang mengalami penurunan
kesadaran, kejang, refleks normal, letargi.
7) Sistem perkemihan
Biasanya produksi urine normal dan tidak mengalami gangguan.
8) Sistem Pencernaan
Biasanya anak mengalami mual, kadang muntah, konsistensi feses normal.
9) Sistem Musculoskeletal Biasanya lemah, cepat lelah, tonus otot menurun,
nyeri otot/normal, retraksi paru, penggunaan otot aksesoris pernafasan.
10) Sistem Integumen
Biasanya balita mempunyai turgor kulit menurun, kulit pucat, sianosis,
banyak keringat, suhu tubuh meningkat dan kemerahan.
2. Analisa Data
Analisa data merupakan metode yang dilakukan perawat untuk mengaitkan
data klien serta menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang
relevan keperawatan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan pasien dan keperawatan pasien.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosa keperawatan pada pasien ispa yang muncul yaitu :
a) Bersihan jalan napas tidak efektif
b) Hipertermi
c) Gangguan Pola Tidur
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala pengobatan yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan 25 penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

5. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merpakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dari setelah rencana
tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan.

6. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang harus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan tersebut efektif dan juga bagaimana
rencana keperawatan tersebut dilakukan, serta merevisi rencana atau bahkan
menghentikan rencana.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Noviantari Dwi. (2018). Gambaran Karakteristik Balita dan Kondisi Lingkungan Dalam
Ruangan Terhadap Keluhan Gejala ISPA di Taman Penitipan Anak. Tersedia dalam
http://repository.uinjkt.ac.id.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Rosana, E. N. (2016). Faktor Risiko Kejadian ISPA Pada Balita Ditinjau Dari Lingkungan
Dalam Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Blado 1. Tersedia dalam
https://lib.unnes.ac.id

Suriani, Y. (2018). Asuhan Keperawatan Pada An.R Dengan Gangguan ISPA (Infeksi
Saluran Pernafasan Akut) Di Wlayah Kerja Puskesmas Air Haji Kecamatan Linggo
Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan. Program Studi Diploma III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang , 13-17.

Wijayaningsih, K. S. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Jakatra: Trans Info Media. Whaley
and Wong.(1991). Nursing Care Infants and Children, Fourth Edition. Toronto Canada
: Mosby Year Book.

Anda mungkin juga menyukai