Anda di halaman 1dari 2

BAB II AMENORRHEA

 PATOFISIOLOGI

Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat berupa tumor yang
bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang menjadi terganggu. Kelainan kompartemen
IV (lingkungan) gangguan ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung
menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat
pelepasan gonadrotropin. Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun
sekuder. Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium (gonadal disgenesis).
Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian
folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan
yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang banyaksehingga
cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan hormone steroid seksual (estrogen
dan progesteron) tidak tercukupi.

Pada keadaaan ini juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan
bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesteron yang memicu terjadinya amenorrhea. Pada
keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat morfin. Endorphin
menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan progesterone menurun. Pada keadaan stress
berlebih cortikotropin realizinghormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat
menekan pembentukan GnRH.

 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada amenorrhea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder maka
diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perlekatan dalam rahim)
melalui pemeriksaan :

1. USG
2. Histerosalpingografi
3. Histeroskopi
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka diperlukan


pemeriksan kadar hormon FSH dan LH.

 Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder, maka dapat


dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar hormon prolaktin
dalam tubuh.
 Selain itu, kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa. Apabila kadar hormon
TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen/Progesterone Challenge Test adalah pilihan untuk
melihat kerja hormon estrogen terhadap lapisan endometrium alam rahim. Selanjutnya
dapat dievaluasi dengan MRI.

Pada amenorrhea sekunder dapat dilakukan :

1. Tes kehamilan, tes ini dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa kehamilan


2. Pemeriksaan hormonal, hormon yang diperiksa adalah hormon yang dikeluarkan oleh folekel
itu sendiri seperti hormon prolaktin, TSH, FSH, LH
3. USG, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan endometrium dan mendeteksi
apabila ada kelainan ginekologi
4. Pemeriksaan darah, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kelainan darah yang
disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan terjadinya amenorrhea sekunder seperti
hipotrombosis pada sindrom sheenan dan sepsis pada sumbatan sindrom simmond

 PENATALAKSANAAN

Pengelolaan ini tergantung dari penyebab amenorrhea. apabila penyebab adalah kemungkinan
genetic, prognosa kesembuhan buruk. Menurut beberapa penelitian dapat dilakukan terapi sulih
hormone, namun fertilitas belum tentu dapat dipertahankan.

Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang dialami, apabila
penyebabnya adalah obesitas maka diit dan olahraga adalah terapinya, belajar untuk mengatasi
stress dan menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu. Pembedahan atau insisi
dilakukan pada wanita yang mengalami Amenorrhea Primer.

Sedangkan pada Amenore tiroid atau disebabkan oleh gangguan hipofisis dapat diobati dengan obat-
obatan.

 KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya adalah tidak percaya dirinya
penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya
amenorrhea.Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat hormon seperti osteoporosis.

Anda mungkin juga menyukai