Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori Dismenore


2.1.1 Pengertian Dismenore
Secara etimologi, dismenore berasal dari kata dalam bahasa Yunani kuno
(Greek). Kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal; meno
yang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Dengan demikian,
secara singkat dismenore dapat didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit
atau menstruasi yang mengalami nyeri. Nyeri haid (dismenore) merupakan
gangguan fisik yang sangat menonjol pada wanita yang sedang mengalami
menstruasi berupa gangguan nyeri/kram pada perut (Lestari, 2013).
Kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan
menstruasi disebut juga dengan dismenore dan kebanyakan wanita mengalami
tingkat kram yang bervariasi (Aspiani, 2017). Penanganan dismenore secara
optimal sangat tergantung dari pemahaman terhadap faktor yang mendasarinya.
Nyeri haid ini memiliki banyak sinonim, misalnya dysmenorrhea, dysmenorrhoea,
dismenorhea, dismenore, painful menstruation, syndrome of painful menstriation,
dan menstrual cramps. Biasanya rasa nyeri yang 10 bersifat seperti kejang ini akan
mereda atau hilang dengan sendirinya setelah darah haid mulai mengalir.
2.1.2 Klasifikasi Dismenore

Secara klinis, dismenore dibagi menjadi dua, yaitu dismenore primer, dan
sekunder:

1. Dismenore primer
Dismenore primer adalah nyeri haid tanpa adanya kelainan pada organ
genital dan hampir selalu muncul pertama kali pada wanita berumur 20 tahun
atau lebih muda setelah siklus ovulasi mereka tetap (Brekley, 2013). Puncak
kejadian dismenore primer adalah pada rentang usia remaja akhir menuju
dewasa muda yaitu rentang usia 15-25 tahun.
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid dengan adanya kelainan pada organ
genital yang seringnya terjadi pada wanita berusia lebih dari 30 tahun (Hong
dkk, 2014). Terjadi akibat berbagai kondisi patologis seperti endometriosis,
adenomiosis, mioma uteri, stenosis uteri, dan lain-lain.
2.1.3 Etiologi disminore
Secara umum, nyeri haid muncul akibat kontraksi disritmik
miometrium yang menampilkan suatu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang
ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di
sisi medial paha. Berikut adalah penyebab nyeri haid bedasarkan
klasifikasinya:
a. Primer
1. Faktor endokrin
Umumnya ada yang beranggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Hal
itu disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi
prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika
jumlah prostaglandin F2 berlebih dilepaskan dalam peredaran darah, maka
selain dismenorea dapat juga dijumpai efek umum seperti diare, nausea
(mual), dan vomiting (muntah).
2. Faktor konstitusi
Faktor ini berhubungan erat dengan faktor kejiwaan yang dapat
juga menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor-faktor ini yaitu
anemia, dan juga penyakit menahun.
3. Faktor psikologis (stres)
Pada gadis-gadis remaja yang secara emosional tidak stabil,
apalagi jika mereka tidak mendapatkan penjelasan yang baik mengenai
proses menstruasi yang benar sehingga mudah mengalami kejadian
dismenore
b. Sekunder
1. Endometriosis (endometrium)
2. Mioma uteri (tumor jinak dalam kandungan)
3. Stenosis serviks (penyempitan leher rahim)
2.1.4 Patofisiologi disminore
Peningkatan produksi prostaglandin dan pelepasan prostaglandin dari
endometrium selama menstruasi menyebabkan kontraksi uterus tidak
terkoordinasi dan tidak teratur sehingga menimbulkan rasa nyeri. Selama
periode menstruasi, wanita yang mempunyai riwayat dismenore memiliki
tekanan intrauteri yang lebih tinggi dan memiliki kadar prostaglandin dua kali
lebih banyak dalam darah dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami
nyeri.
Uterus lebih sering berkontraksi secara tidak terkoordinasi atau tidak
teratur dimana peningkatan aktifitas uterus yang abnormal tersebut
mengakibatkan aliran darah menjadi berkurang sehingga terjadilah iskemia
atau hipoksia uterus yang menyebabkan timbulnya nyeri. Mekanisme nyeri
lainnya disebabkan oleh prostaglandin dan hormone lain yang membuat saraf
sensori nyeri diuterus menjadi hipersensitif terhadap kerja bradikinin serta
stimulus nyeri fisik dan kimiawi (Reeder, Martin & Griffin, 2014)

Menurut kalsifikasinya, patofisiologi disminore dibagi menjadi dua yaitu:

a. Disminore Primer
Wanita dengan dismenore primer didapatkan adanya peningkatan
kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang
miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan disritmi
uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan
mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga
menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada
ujung – ujung saraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia
(Aspiani, 2017)
b. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama,
tetapi yang paling sering mucul di usia 20 – 30 tahunan, setelah tahun – tahun
normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat berperan
pada dismenore sekunder. Namun, penyakit pelvis yang menyertai haruslah
ada. Penyebab yang umum, di antaranya termasuk endometriosis (kejadian di
mana jaringan endometrium berada di luar rahim, dapat ditandai dengan nyeri
haid), adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive), polip endometrium
(tumor jinak di endometrium), chronic pelvic inflammatory disease (penyakit
radang panggul menahun), dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IU(C)D
[intrauterine (contraceptive) device].
pathway :
Prostaglandin meningkat

Merangsang miometrium

Kontraksi di uterus meningkat

DISMINOREA

intoleransi ansietas Nyeri akut


Aktifitas

Gambar 2.1 Numerical Rating Scale (Vallath N, 2016)

2.1.5 Manifestasi klinis


a. Dimenore primer
1) Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun
2) Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
3) Sering terjadi pada nulipara
4) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic
5) Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua
haid
6) Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic
7) Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
8) Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa
9) Pemeriksaan pelvik normal
10) Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala
b. Dismenore sekunder
1) Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun
2) Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
3) Tidak berhubngan dengan siklus paritas
4) Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul
5) Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
6) Berhubungan dengan kelainan pelvic
7) Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
8) Seringkali memerlukan tindakan operatif
9) Terdapat kelainan pelvic

Nyeri pada disminore juga dapat dibagi menjadi beberapa bagian,


berdasarkan gradenya :

0 : Tidak disminore

1 : Nyeri ringan, aktivitas sedikit terganggu, jarang membutuhkan obat,


namun jika obat dikonsumsi dapat efektif mengurangi nyeri

2 : Nyeri sedang, aktivitas terganggu, membutuhkan obat, dan obat


tersebut efektif mengurangi nyeri

3 : Nyeri hebat, mengganggu sebagian besar aktivitas, membutuhkan


obat, tapi obat jarang efektif dalam mengurangi rasa nyeri

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien diminore adalah:
a. Tes laboratorium
1. Pemerksaan darah lengkap : normal
2. Urinarisis : normal
b. Tes Diagnostik tambahan
Laporoskopi: penyikapan atas adanya ednomeriosis atau kelainan pelvis yang
lain.
2.1.7 Penatalaksanaan Medis
a. Terapi non-farmakologis
Penanganan dismenore secara non-farmakologis dapat dilalukan melalui
istirahat yang cukup, Latihan atau senam yang teratur, mengurangi atau
menghindari faktor-faktor psikologi yang dapat memicu nyeri haid
(kecemasan, depresi dan stres yang berlebihan) dan mengurangi konsumsi
kafein dan gula.
Latihan olahraga mampu meningkatkan produksi endorphin (pembunuh rasa
sakit alami tubuh), dapat meningkatkan kadar serotonin. Selain itu pencegahan 
yang lebih aman dengan cara melakukansenam atau yang biasa disebut dengan
senam dismenore
b. Terapi farmakologis
Secara farmakologis, biasanya digunakan obat-obat sejenis prostaglandin
inhibitor yaitu golongan obat NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory
Drugs) yang menghambat enzim siklooksigenasi (COX) dan dengan demikian
menghambat terbentuknya prostaglandin. Sebuah studi mengatakan bahwa 4
jenis NSAID, yaitu naproxen, ibuprofen, asam mefenamat, dan aspirin efektif
digunakan untuk mengurangi nyeri menstruasi.
2.1.8 Komplikasi
Gejala utama dismenore adalah kram di perut bagian bawah. Gejala ini
merupakan hal yang normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Seiring bertambahnya
usia, dismenore akan menghilang secara bertahap.
Meski jarang menimbulkan komplikasi, gejala dismenore dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari. Khusus pada dismenore yang disebabkan oleh
penyakit tertentu, dapat muncul komplikasi berupa (lee, 2020):
 Masalah kesuburan
 Infeksi saluran tuba
 Hamil di luar rahim
2.2 Konsep asuhan keperawatan infark miokard akut
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual
dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan yaitu Pengumpulan Data,
Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta keperawatan.
Menurut (Aspiani, 2017), pengkajian asuhan keperawatan pada pasien
dismenore adalah sebagai berikut:
a. Identitas
Pada identitas pasien ini meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, suku, bangsa, agama, tanggal, jam
MRS, nomor register, dan diagnose medis. Pada penderita dengan
gangguan menstruasi biasanya pada wanita usia >12-45 tahun.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan sering menjadi alasan klien untuk
menerima pertolongan kesehatan. Pada dismenore biasanya
dikeluhan merasa nyeri dimulai saat haid.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang adalah informasi mengenai keadaan
dan keluhan paien saat timbul dismenore yang menyebabkan
gangguan rasa yang tidak nyaman. Keluhan pada klien dengan
gangguan dismenore adalah nyeri dimulai saat haid dan meningkat
saat keluarnya darah, disertai mual, muntah, kelelahan dan nyeri
kepala.
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah mengalami riwayat penyakit seperti DM,
hipertensi atau penyakit jantung.
e. Riwayat penyakit keluarga
Peranan keluarga atau keturunan merupakan faktor penyebab
penting yang perlu dikaji yaitu penyakit berat yang pernah diderita
salah satu anggota keluarga yang ada hubungannya dengan oeprasi
misalnya: TBC, DM dan Hipertensi.
f. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada klien dengan gangguan
menstruasi yang perlu diketahui adalah :
1. Keadaan haid
Perlu ditanyakan kapan datangnya menarche siklus haid, hari
pertama haid terakhir untuk diketahui yang keluar darah muda
atau darah tua, encer atau menggumpal, lamanya nyeri atau
tidak, pada sebelum atau sesudah haid, berbau atau tidak,
dimana untuk mengetahui gambaran tentang keadaan alat
kandungan.
2. Perkawinan
Berapa kali kawin dan berapa lama dengan suami yang
sekarang.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Ditanyakan riwayat kehamilan dan persalinan serta nifas yang
lalu, bagaimana keadaan bayi yang dilahirkan, apakah cukup
bulan atau tidak, kelahirannya normal atau tidak, siapa yang
menolong persalinan dan dimana melahirkannya
g. Pola kebiasaan sehari – hari
1. Respirasi
Pada klien dengan gangguan menstruasi frekuensi pernafasan
biasanya normal atau meningkat bila disertai dengan nyeri pada
saat menstruasi.
2. Nutrisi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya mengalami
perubahan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi dikarenakan
adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
3. Eliminasi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak mengalami
gangguan dalam eliminasi.
4. Istirahat/tidur
Pada klien dengan gangguan menstruasi biasanya mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur akibat nyeri dan
ketidaknyamanan.
5. Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan gangguan menstruasi tidak mengalami
gangguan dalam hal temperatur tubuh, suhu tubuh 370C.
6. Kebutuhan personal hygiene
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak mengalami
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
7. Aktivitas
Pola aktivitas klien dengan gangguan menstruasi dapat
terganggu karena adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
8. Gerak dan keseimbangan tubuh
Gerak dan keseimbangan tubuh klien dengan gangguan
menstruasi terkadang mengalami gangguan karena adanya
nyeri dan ketidaknyamanan.
9. Kebutuhan pakaian
Klien dengan gangguan menstruasi tidak mengalami gangguan
dalam memenuhi kebutuhan berpakaian tersebut.
10. Kebutuhan keamanan
Klien dengan gangguan menstruasi mengalami gangguan
dengan keamanan karena adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
11. Sosialisasi
Pada data sosial ini dapat dilihat apakah klien merasa terisolasi
atau terpisah karena terganggunya komunikasi, adanya
perubahan pada kebiasaan atau perubahan dalam kapasitas fisik
untuk menentukan keputusan untuk beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya.
12. Kebutuhan spiritual
Klien yang menganut agama tertentu selama keluar darah haid
tidak diperbolehkan melaksanakan ibadah.
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak memenuhi
kebutuhan bermain dan rekreasi karena nyeri dan
ketidaknyamanan.
14. Kebutuhan belajar
Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau
memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada
perkembangan yang normal, kesehatan dan penggunaan
fasilitas kesehatan yang tersedia
h. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum klien yang mengalami gangguan menstruasi
biasanya lemah dan gelisah.
2. Kesadaran
Kesadaran klien dengan gangguan menstruasi biasanya
composmentis jika tidak mengalami dismenore berat yaitu
sampai tidak sadarkan diri.
3. Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : Normal (120/80 mmHg)
b. Nadi : Normal/Meningkat (>80-100 x/menit)
c. Pernafasan : Normal (>20-24 x/menit)
d. Suhu : Normal (36,50C – 37,50C)
4. Pemeriksaan head to toe
a) Kepala
Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak,
keadaan rambut dan keadaan kulit kepala.
b) Wajah
Pada daerah wajah yang dikaji bentuk wajah, keadaan
mata, hidung, telinga, mulut dan gigi.
c) Mata – telingah – hidung
Apakah konjungtiva pucat atau merah, apakah sklera
ikterik.
d) Leher
Perlu dikaji apakah terdapat benjolan pada leher,
pembesaran vena jugularis dan adanya pembsesaran
kelenjar tiroid.
e) Dada dan punggung
Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya tertraksi
intercostae, pernafasan tertinggal, suara wheezing,
ronchi, bagaimana irama dan frekuensi pernafasan. Pada
jantung dikaji bunyi jantung (interval) adakah bunyi
gallop, mur – mur.
f) Payudara/mammae
Apakah puting susu menonjol atau tidak, apakah ada
pembengkakkan dan atau nyeri tekan.
g) Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan
bising usus, adakah nyeri tekan
h) Ekstremitas atas dan bawah
Kulit dingin, kering, pucat, capillary refill memanjang.
Ekstremitas atas dan bawah yang dikaji yaitu
kesimetrisannya, ujung – ujung jari sianosis atau tidak,
ada tidaknya edema.
i) Genetalia
Bagaimana rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai
usia perkembangan klien. Kulit dan area pubis, adanya
lesi, eritema, visura, leukoplakia dan eksoria labia
mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap
perkembangan ulkus, keluaran dan nodul.

2.2.2 Diagnosa
Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan
pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah. Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan
intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.
Adapun persyaratan dari diagnose keperawatan adalah perumusan
harus jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi atau keadaan
yang dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan arahan pada asuhan
keperawatan, dapat dilaksanakan oleh perawat dan mencerminkan
keadaan kesehatan klien. Dilihat dari kesehatan klien diagnosa
dibdakan menjadi aktual, potensial, resiko dan kemungkinanan

Menurut (Aspiani, 2017), diagnosis keperawatan pada pasin


dismenore yaitu: gangguan rasa nyaman, nyeri akut, defisit nutrisi,
ansietas, dan defisit pengetahuan. Pada kasus ini diagnosis
keperawatan yang muncul pada pasien dismenore yaitu gangguan rasa
nyaman berhubungan dengan adanya gejala suatu penyakit ditandai
dengan klien mengeluh tidak nyaman kerna nyeri, mengeluh lelah dan
mual, tidak mampu rileks, sulit tidur, serta klien tampak gelisah dan
merintih/menagis.

2.2.3 Intervensi keperawatan


Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat
dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan.
Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat
memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke
perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat. mempunyai
kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan
konsisten. Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan
meliputi: penetapan prioritas, penetapan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan, menentukan intervensi keperawatan yang tepat dan
pengembangan rencana asuhan keperawatan

Diagnosa SLKI SIKI


Nyeri akut Setelah Manajemen nyeri
( D.0077) dilakukan (I.08238)
asuhan Observasi :
keperawatan
1. identifikasi lokasi
diharapkan
,karakteristik,durasi,frek
tingkatan nyeri
uensi,
menurun dengan
kualitas,intensitas nyeri
kriteria hasil :
1. Keluhan
2. identifikasi skala nyeri

nyeri 3. identifikasi faktor


menurun yang
(5) memperberat dan
2. Meringi memperingan
s nyeri
menurun 4. monitor efek samping
(5)
3. Sikap penggunaan analgetik
protektif Terapeutik :
menurun 5. berikan teknik
(5)
nonfarmakologis
4. Gelisah
untuk mengurangi rasa
menurun
nyeri
(5)
6. kontrol lingkungan
5. Kesulita
n tidur
yang

menurun memperberat rasa nyeri


(5) 7. fasilitasi istirahat dan
6. Frekuen tidur
si nadi Edukasi :
membai 8. jelaskan
k (5) penyebab,periode dan
pemicu nyeri
9. jelaskan strategi
meredakan nyeri
10. anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi :
11. kolaborasi pemberian
analgetic,jika perlu
Intolera Setelah Manajemen energi
nsi dilakukan (I.05178)
aktivita asuhan Observasi :
s keperawatan 1. identifikasi gangguan
(D.0056) diharapkan fungsi
toleransi tubuh yang
aktifitas mengakibatkan
meningkat kelelahan
dengan 2. monitor kelelahan
kriteria hasil : fisik dan
1. emosional
frekuen 3. monitor pola dan jam
si nadi tidur
mening Terapeutik :
kat (5) 4. sediakan lingkungan
2. nyaman dan
keluhan rendah stimulus
Lelah 5. berikan aktivitas
menuru distraksi yang
m (5) menenangkan
3. 6. lakukan Latihan
dispnea rentang gerak
saat pasif dan aktif
aktifitas Edukasi :
menuru 7. anjurkan tirah baring
n (5) 8. anjurkan melakukan
4. aktifitas
dipsnea secara bertahap
setelah Kolaboasi :
aktifitas 9. kolaborasi dengan ahli
menurun (5) gizi
tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Ansieta Setelah Reduksi ansietas
s dilakukan (I.09314)
(D.0080 asuhan Observasi :
) keperawatan 1. identifikasi saat
diharapkan tingkat ansietas
tingkat ansietas berubah
menurun 2. monitor tanda-tanda
dengan kriteria ansietas
hasil : Terapeutik :
1. verbalisasi 3. pahami situasi yang
kebingungan membuat
menurun ansietas
(5) 4. dengarkan dengan
2. verbalisasi penuh
khawatir perhatian
akibat kondisi 5. gunakan pendekatan
yang yang tenang
dihadapi dan meyakinkan
menurun (5) Edukasi :
3. perilaku 6. jelaskan
gelisah prosedur,termasuk
menurun (5) sensasi yang mungkin
4. perilaku dialami
tegang 7. latih kegiatan
menurun (5) pengalihan untuk
5. konsentrasi mengurangi ketegangan
membaik 8. latih teknik relaksasi
(5) Kolaborasi :
6. pola tidur 9. kolaborasi pemberian
membaik (5) obat
antiansietas,jika perlu
Ganggu Setelah Dukungan tidur
an pola dilakukan (I.09265)
tidur asuhan Observasi :
(D. keperawatan 1. identifikasi pola
0055) diharapkan aktifitas dan
pola tidur tidur
membaik 2. identifikasi pola
dengan kriteria pengganggu
hasil : tidur
1. keluhan sulit 3. identifkasi obat tidur
tidur yang
menurun (5) dikonsumsi
2. keluhan Terapeutik :
sering terjaga 4. modifikasi lingkungan
menurun (5) 5. fasilitasi
3. keluhan menghilangkan stres
istirahat tidak sebelum tidur
cukup menurun 6. terapkan jadwal tidur
(5) rutih
7. sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan Tindakan untuk
menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi :
8. jelaskan pentingnya
tidur cukup
selama sakit
9. anjurkan menepati
kebiasaan
waktu tidur
10. anjurkan penggunaan
obat tidur
yang tidak mengandung
supresor
terhadap tidur REM

2.2.4 Implementasi keperawatan


Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Untuk kesuksesan
pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana
keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif
(intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan
keterampilan. dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
2.2.5 Evaluasi
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara
proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan
sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Lestari, Ni Made Sri Dewi. 2013. Pengaruh Dismenore pada Remaja, Jurnal Ilmu
Kesehatan, (Online). (http://ejournal.undiksha.ac.id/in dex.php/semnasmipa/article/vie

Aspiani, Reni Yuli. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Trans Info
Media

Hong J, Mark J, Gita M. The Prevalence and Risk Factor of Dysmenorrhea. Am J Epidemiol.
2014;36(1):104–13

Berkley K. Primary dysmenrrhea: an urgent mandate. Int Assoc Study Pain. 2013;21(3):1–8.

Reeder, Martin. Koniak, Griffin. (2014). Volume 2 Keperawatan Maternitas Kesehatan


Wanita, Bayi dan Keluarga. Edisi 18. Jakarta: EGC

Lee, H. et al. (2020). Fennel for Reducing Pain in Primary Dysmenorrhea: A Systematic
Review and Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. Nutrients, 12 (11), 3438.
American College of Obstetricians and Gynecologists (2022). Dysmenorrhea: Painful
Periods.

Anda mungkin juga menyukai