Anda di halaman 1dari 12

TERAPI KOMPLEMENTER

EFEKTIVITAS JAHE MERAH (Zingiber Officinale Var Rubrum Rhizoma )


TERHADAP NYERI DISMINORE

Tugas ini ditulis Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Terapi
Komplementer Dalam Keperawatan

Dosen Pengampu:
Ns. Aprilina Sartika, S.Kep., M.Kes

Oleh :
Cahya Faturohman 030320745

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
TAHUN AKADEMIK 2022-2023
JI. Raya lndustri Pasir Gombong Jababeka Cikarang – Bekasi Telp. (021) 89111110 Email:
info@imds.ac.id Website: www.imds.ac.id
A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
yang meliputi semua perkembangan seperti perkembangan fisik, emosional, maupun
sosial yang akan dialami remaja putri sebagai proses persiapan memasuki masa
dewasa.Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes
RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10
sampai 19 tahun.

Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Wanita yang
sehat dan tidak hamil setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah dari alat
kandungannya yang disebut menstruasi (haid). Tanda dan gejala awal menstruasi yakni
kram atau nyeri perut (dysmenorrhea), nyeri punggung bawah, rasa nyeri dan tegang pada
payudara, nafsu makan meningkat atau berkurang, perubahan suasana hati, mudah
tersinggung atau emosional, sakit kepala dan mudah kelelahan. Pada sebagian wanita
menstruasi ditandai dengan demam, keputihan, pusing, dan gejala atau tanda paling
umum dari menstruasi yang dialami oleh wanita adalah muncul jerawat di wajah.

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama
menstruasi. Nyeri di masa remaja merupakan periode terjadinya perkembangan yang
pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual (Hikmah et al., 2018). Nyeri haid
disebut juga dismenorea yang disebabkan oleh terjadinya kontraksi rahim, lepasnya
dinding rahim akibat peningkatan prostaglandin.Dismenorea dibedakan menjadi 2 jenis
yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder.
Dismenorea primer adalah perasaan sakit di bagian perut bawah yang terjadi
karena ketidakseimbangan hormon, tanpa kelainan pada alat reproduksi dan dismenorea
sekunder biasanya ditemukan jika terdapat penyakit atau kelainan pada alat
reproduksi.Nyeri dapat dirasakan sebelum, selama, dan sesudah.

Menurut world health organization (WHO) tahun 2015 didapatkan angka kejadian
dysmenorrhea di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan mengalami
dysmenorrhea primer, Prevalensi dysmenorrhea di setiap negara berbeda-beda. Prevalensi
di Amerika Serikat kurang lebih sekitar 85%, di Italia sebesar 84,1% dan di Australia
sebesar 80%. Prevalensi rata-rata di Asia kurang lebih sekitar 84,2% dengan spesifikasi
68,7% terjadi di Asia Timur laut, 74,8% di Asia Timur Tengah, dan 54,0% di Asia Barat
laut. Prevalensi di negara-negara Asia Tenggara juga berbeda, angka kejadian di
Malaysia mencapai 69,4% dan Thailand 84,2%. Angka kejadian dismenore di Indonesia
yaitu sebesar 54,89% dan angka kejadian dismenore di Jawa Barat yaitu 54,9%.

Menurut Kristiani & Priyono (2016), jahe merah mengandung zat yang dapat
menghentikan kerja prostaglandin penyebab rasa sakit dan peradangan pembuluh darah,
sehingga nyeri yang dialami responden akibat menstruasi menjadi lebih ringan setelah
minum jahe merah.
Jahe merah merupakan salah satu varian jahe yang memiliki kandungan minyak
astiri lebih tinggi dibanding dengan varian jahe lainnya. Minyak astiri yang terkandung
dalam jahe merah mengandung kandungan kimia gingerol yang memberikan efek yang
kuat dalam menghambat biosintesis prostaglandin (Kuichi, 1982 dalam (Achmad & dkk,
2008)).

B. Konsep Penyakit Pada Disminore


1. Definisi

Dismenorea berasal dari bahasa Yunani yaitu “dys” yang berarti sulit atau
menyakitkan atau tidak normal. “Meno” berarti bulan dan “rrhea” yang berarti aliran.
Dismenorea adalah rasa sakit atau nyeri pada bagian bawah perut yang terjadi saat
wanita mengalami siklus menstruasi (Ratnawati, 2017). Biasanya nyeri yang
dirasakan mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan
menghilang. Dismenorea juga sering disertai dengan pegal-pegal, lemas, mual, diare
dan kadang sampai muntah (Nugroho dan Indra, 2014).

2. Etiologi Disminore

a. Usia Menarche

Menarche adalah suatu keadaan ketika seorang wanita mengalami


menstruasi yang pertama kali. Pada remaja putri menarche yang lebih awal dari
usia normal menjadi salah satu faktor terjadinya dismenorea primer. Menarche
pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara
optimal, sehingga belum siap mengalami perubahan dan masih terjadi
penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa sakit saat menstruasi
(Widjanarko, 2006 dalam Kristianingsih, 2014).

b. Faktor Hormon Endokrin


Kejang yang terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus
yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi
memproduksi prostaglandin F2 alfa yang menyebabkan kontraksi otot polos. Jika
prostaglandin F2 alfa berlebih dilepaskan dalam peredaran darah, maka terjadilah
dismenore
c. Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya dismenore
primer, seseorang yang memiliki status gizi overweight berisiko untuk terkena
dismenorea karena semakin banyak lemak semakin banyak pula prostaglandin
yang dibentuk, peningkatan prostaglandin dalam sirkulasi darah diduga sebagai
penyebab dismenorea.
d. Stress
Seseorang dengan keadaan stres, akan memproduksi hormon kortisol dan
prostaglandin yang berlebihan pada tubuhnya. Hormon ini dapat menyebabkan
peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan sehingga mengakibatkan rasa
nyeri saat menstruasi. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat dan
menyebabkan otot tubuh menjadi tegang termasuk otot rahim dan menjadikan
nyeri saat menstruasi (Sari dan Nurdin, 2015).

3. Manifestasi Klinis Pada Disminore


a. Disminore Primer

Dismenore primer hampir selalu terjadi saat siklus ovulasi (ovulatory


cycles) dan biasanya muncul dalam setahun setelah haid pertama. Pada dismenore
primer klasik, nyeri dimulai bersamaan dengan onset haid atau hanya sesaat
sebelum haid dan bertahan atau menetap selama 1 – 2 hari. Nyeri dideskripsikan
sebagai spasmodik dan menyebar ke bagian belakang (punggung) atau paha atas
atau tengah. Berhubungan dengan gejala – gejala umumnya yaitu seperti berikut :

1) Malaise (rasa tidak enak badan)


2) Fatigue (lelah)
3) Nausea (mual) dan vomiting (muntah)
4) Diare
5) Nyeri punggung bawah
6) Sakit kepala
7) Terkadang dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas,
gelisah, hingga jatuh pingsan.

b. Disminore Sekunder

Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore sekunder yang
terbatas pada onset haid. Ini biasanya berhubungan dengan perut besar atau
kembung, pelvis terasa berat, dan nyeri punggung. Secara klinis, nyeri meningkat
secara progresif selama fase luteal dan akan memuncak sekitar onset haid. Berikut
adalah gejala klinis dismenore secara umum :

1) Dismenore terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah haid pertama
2) Dismenore dimulai setelah usia 25 tahun
3) Terdapat ketidaknormalan pelvis dengan pemeriksaan fisik, pertimbangkan
kemudian endometriosis, pelvic inflammatory disease (penyakit radang
panggul), dan pelvic adhesion (perlengketan pelvis).
4) Sedikit atau tidak ada respons terhadap obat golongan NSAID (nonsteroidal
anti-inflammatory drug) atau obat anti – inflamasi non – steroid, kontrasepsi
oral, atau keduanya.

4. Patofisiologi
a. Disminore Primer

Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi
dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan
mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah dan
melepaskan enzim fosfolipase A2. Enzim ini akan menghidrolisis senyawa
fosfolipid yang ada di membran sel endometrium; menghasilkan asam
arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium
akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan
prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan dismenore primer
didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya,
yang akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan
kontraksi dan disritmi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke
uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan
endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang
rasa sakit pada ujung – ujung saraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik
dan kimia (Aspiani, 2017).

b. Disminore Sekunder

Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama, tetapi
yang paling sering mucul di usia 20 – 30 tahunan, setelah tahun – tahun normal
dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada
dismenore sekunder. Namun, penyakit pelvis yang menyertai haruslah ada.

Penyebab yang umum, di antaranya termasuk endometriosis (kejadian di


mana jaringan endometrium berada di luar rahim, dapat ditandai dengan nyeri
haid), adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive), polip endometrium
(tumor jinak di endometrium), chronic pelvic inflammatory disease (penyakit
radang panggul menahun), dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IU(C)D
[intrauterine (contraceptive) device]. Hampir semua proses apapun yang
memengaruhi pelvic viscera (bagian organ panggul yang lunak) dapat
mengakibatkan nyeri pelvis siklik (Anurogo & Wulandari, 2011).
C. Jahe Merah (Zingiber Officinale Var Rubrum Rhizoma )

1. Karakter Botani
Jahe termasuk ke dalam divisi Magnoliophyta, kelas Monocotyledoneae, ordo
Zingiberales, dan famili Zingiberaceae (USDA, 2020). Jahe merupakan tanaman
herbaceus, memiliki rhizoma, bersifat perenial, tinggi tanaman di atas tanah dapat
mencapai 90 cm. Rhizoma bersifat aromatik, berwarna kuning pucat. Daun memiliki
bangun lanset-lonjong, sempit dan panjang, lebar 2-3 cm, helaian daun berangsur-angsur
meruncing ke arah ujung daun, memiliki pelepah dan tangkai daun yang pendek, duduk
daun berselang-seling.
2. Kandungan Jahe Merah

Jahe memiliki kandungan minyak atsiri yang terdiri atas senyawa-senyawa


sesquiterpen, zingiberen, zingeron, oleoresin, kamfena, limonen, borneol, sineol,
sitral, zingiberal, felandren, vitamin A, B dan C serta senyawa-senyawa flavonoid
dan polifenol.
Substansi-substansi fenolitik berperan pada pembentukan flavor yang dimana
beberapa turunan fenolitik memberikan efek yang disebut pungensi karena
karasteristik pedas, tajam dan sensasi menyengat. minyak atsiri adalah minyak dari
campuran zat yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda,
berwarna kehijauan sampai kuning, dan berbau khas jahe. Jahe menjadi pilihan
karena mengandung banyak oleoresin. Oleoresin adalah komponen bioaktif terdiri
dari gingerol dan shogaol yang bekerja sebagai anti inflamasi sehingga prostaglandin
dapat terblokir dan mengurangi intensitas nyeri pada saat menstruasi.

Efek analgesik perasan rimpang jahe merah berhubungan dengan unsur-unsur


yang terkandung dalam jahe merah .Senyawa-senyawa gingerol, shogaol, zingerone,
diaryiheptanoids dan derivatnya terutama paradol di ketahui dapat menghambat
enzim sikooksigenase sehingga terjadi penurunan pembentukan atau biosintesis dari
prostaglandin yanag menyebabkan berkurangnya rasa nyeri. Nyeri haid dapat diatasi
dengan terapi non farmakologi seperti ramuan jahe merah yang berfungsi dapat
mengurangi nyeri haid. Karena jahe merah termasuk tanaman herbal, memiliki
rimpang berwarna merah dan lebih kecil mengandung 2 – 3% minyak atsiri. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan penurunan nyeri haid dengan penggunaan jahe merah
yang mana kandungan di dalam jahe merah sangat berguna sebagai terapi
nonfarmakologi pada nyeri haid atau dismenore.
3. Cara Pengolahan

Untuk membuat air rebusan jahe merah peneliti menggunakan jahe merah 10
gram, gula merah 10 gram dan air 400 ml. Cara pembuatannya yaitu jahe merah
dikupas terlebih dahulu, dicuci bersih dengan air mengalir, jahe merah yang sudah
diiris lalu direbus dengan 400 ml air, rebus hingga airnya tersisa 200 ml. Dinginkan
air rebusan jahe merah tersebut dan jika sudah dingin masukkan ke dalam botol. Air
rebusan jahe merah tersebut dapat dikonsumsi oleh responden 1 kali sehari selama
menstruasi. Tidak lupa untuk mencuci tangan sebelum melakukan pengolahan dan
sesudah melakukan pengolahan.
4. Pathway
5. Penelitian Pendukung

Nama Peneliti Metode Hasil Keterangan


Eline Charla Metode Hasil penelitian Jurusan Kebidanan
Sabatina Bingan penelitian ini pada penelitian ini Poltekkes Kemenkes
menggunakan yaitu pemberian air Palangka Raya
Judul : Jenis penelitian rebusan jahe merah
Pre experimental 7,047 kali dapat
EFEKTIVITAS AIR
REBUSAN JAHE
dengan studi One membantu
MERAH Group Control mengurangi
TERHADAP Pretest-Posttest intensitas nyeri pada
INTENSITAS Design. Populasi saat haid. Rasa nyeri
NYERI HAID penelitian ini akibat adanya
adalah hormon
Tahun : 2021 Mahasiswi di prostaglandin yang
Poltekkes membuat otot uterus
Palangka Raya berkontraksi. Nyeri
dan besar sampel haid dapat diatasi
sebanyak 73 dengan terapi non
responden farmakologi seperti
dengan tehnik ramuan jahe merah
sampling yang yang berfungsi
digunakan adalah dapat mengurangi
purposive nyeri haid.
sampling. Uji
statistik yang
digunakan pada
penelitian ini
adalah uji
Wilcoxon.
Rancangan Hasil penelitian STIKes William
Intiyaswati penelitian yang dilakukan Booth Surabaya
menggunakan pre menunjukkan bahwa
PENGARUH experimental rata-rata skor nyeri
PEMBERIAN dengan sebelum perlakuan
JAHE MERAH pendekatan one adalah 2,53, setelah
TERHADAP group pre test perlakuan rata-rata
PENURUNAN post test desain. skor nyeri 1,59
NYERI Populasi dalam berdasarkan uraian
MENSTRUASI penelitian ini tersebut maka
PADA REMAJA adalah semua diketahui terjadi
PUTRI siswi yang penurunan skor
mengalami nyeri nyeri sebesar 0.94
menstruasi. atau sebesar 37,1%
Sampel remaja Uji normalitas
yang mengalami diketahui bahwa
nyeri menstruasi sebaran data pada
sebanyak 17 skor nyeri sebelum
orang dengan diberi perlakuan
teknik berdistribusi tidak
pengambilan normal dengan nilai
sampel p< α=0.05) maka
menggunakan H0 ditolak dan H1
accidental diterima.
sampling.
Penulis : Desain Penelitian Analisis data Fakultas Ilmu
ini menggunakan menggunakan tehnik Kesehatan
Fifi Ishak Pre analisis Wilcoxon Universitas
eksperimental Signed Rank Test Muhammadiyah
Zulaika F. Asikin one group pretest menunjukan ada Gorontalo,
posttest. Sampel pengaruh kompres Indonesia
Fidyawati Aprianti penelitian jahe hangat terhadap
A.Hiola sebanyak 26 Nyeri haid
orang. Tehnik (dysmenorrhea)
Pengaruh pengambilan dengan p value =
Kompres Jahe sampel 0.000 < α 0.05.
Hangat terhadap menggunakan Maka H0 ditolak
Nyeri Haid total sampling. dan Ha diterima.
(Dysmenorrhea)
pada Remaja Putri
di Pondok
Pesantren Hubulo
Gorontalo
Penulis : Rimpang jahe (Z. Program Studi
DEWI SARI officinale Rosc.) Biologi, Fakultas
ANAS NASUHA mengandung zat Sains, Universitas
gizi, diantaranya Islam Negeri
Kandungan Zat energi (79 kkal/100 Sultan Maulana
Gizi, Fitokimia, g), karbohidrat Hasanuddin
dan Aktivitas (17,86 g/100 g),
Farmakologis pada serat (3,60 g/100 g),
Jahe (Zingiber protein (3,57 g/100
officinale Rosc.): g), sodium (14
Review mg/100 g), zat besi
(1,15 g/100 g),
potasium (33
mg/100 g), dan
vitamin C (7,7
mg/100 g). Selain
itu, rimpang jahe
juga mengandung
berbagai senyawa
fitokimia,
diantaranya
alkaloid, flavonoid,
fenolik,
triterpernoid, dan
saponin.
Berdasarkan
aktivitas
farmakologis, jahe
berguna dalam
aktivitas
antioksidan. Ekstrak
air jahe juga
mengandung
senyawa gingerol,
shogaol, zingeron,
zingiberin,
sesquiphellandrene,
minyak atsiri,
flavonoid, fenol, dan
terpenoid
DAFTAR PUSTAKA

1.. Anggraini, M. A., Lasiaprillianty, I. W., & Danianto, A. (2022). Diagnosis dan
Tata Laksana Dismenore Primer. Cermin Dunia Kedokteran, 49(4), 201-206.
2. Bingan, E. C. S. (2021). Efektivitas air rebusan jahe merah terhadap intensitas
nyeri haid. Jurnal Kesehatan Manarang, 7(1), 60-63.
3.Intiyaswati, I. (2022). PENGARUH PEMBERIAN JAHE MERAH TERHADAP
PENURUNAN NYERI MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI. Jurnal
Kebidanan, 11(2), 1-7.
4.Ishak, F., Asikin, Z. F., & Hiola, F. A. A. (2022). Pengaruh Kompres Jahe Hangat
terhadap Nyeri Haid (Dysmenorrhea) pada Remaja Putri di Pondok Pesantren
Hubulo Gorontalo. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia
(MPPKI), 5(6), 710-715.
5. SARI, D., & NASUHA, A. (2021). Kandungan Zat Gizi, Fitokimia, dan Aktivitas
Farmakologis pada Jahe (Zingiber officinale Rosc.). Tropical Bioscience: Journal of
Biological Science, 1(2), 11-18.

Anda mungkin juga menyukai