Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pubertas merupakan masa perkembangan yang ditandai dengan perubahan
cepat pada bentuk, ukuran dan komposisi tubuh (1). Pada perempuan, 2 3 tahun
setelah awal pubertas akan terjadi menarke (2).
Menarke merupakan mulainya siklus menstruasi, biasanya terjadi antara usia
12 hingga 13 tahun. Siklus menstruasi terjadi rata rata 28 hari. Selama menstruasi
beberapa remaja putri akan merasakan nyeri haid, atau dalam bahasa medis disebut
dismenore yang disebabkan oleh kejang otot uterus (3). 4575% remaja putri
mengalami dismenore dan sekitar 1351% tidak hadir di sekolah karena dismenore
(4). Dismenore terbagi menjadi dua, yaitu dismenore primer dan dismenore
sekunder. Dismenore primer terjadi apabila tidak terdapat gangguan fisik yang
menjadi penyebab dan hanya terjadi selama siklus siklus ovulatorik. Sedangkan
dismenore sekunder timbul karena ada gangguan fisik (3).
Pada dismenore primer terjadi nyeri spasmodic yang khas dan terasa di perut
bagian bawah dan dapat menyebar ke punggung dan sepanjang paha. 75 85%
perempuan mengalami dismenore ringan (5). Pasien melaporkan nyeri saat haid,
dimana sebanyak 12% nyeri haid sudah parah, 37% nyeri haid sedang, dan 49%
2



nyeri haid masih ringan. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita
mengalami dismenore dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang
menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Bahkan di
perkirakan para perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan
akibat dismenore (6). Sebuah laporan pada pertengahan tahun 1980 memperkirakan
kerugian ekonomi di Amerika Serikat karena dismenore sekitar 2 miliar, dengan
lebih dari 600 juta jam kerja yang hilang (7). Di Indonesia angka kejadian dismenore
primer sebesar 54,89% sedangkan sisanya adalah tipe sekunder. Prevalensi
dismenore primer di Indonesia cukup tinggi yaitu 60 70% dan 15% mengalami
nyeri yang hebat (6).
Dismenore dapat dikurangi secara farmakologis dan non farmakologis.
Secara farmakologis dapat dikurangi dengan obat golongan NSAIDs (Non Steroid
Anti-Infamatory Drugs) diantaranya ada ibu profen, diclofenac, acetaminophen
tetapi obat obat tersebut menyebabkan ketergantungan dan memiliki kontraindikasi
yaitu hipersensitivitas, ulcus peptic (tukak lambung), perdarahan atau perforasi
gastrointestinal, insufisiensi ginjal dan resiko tinggi perdarahan (8). Sedangkan
secara non farmakologis antara lain dengan pengaturan posisi, teknik relaksasi,
manajemen sentuhan, manajemen lingkungan, distraksi, imajinasi, kompres dan
pemberian minuman herbal. Minuman dibuat dari beberapa tanaman yang dipercaya
dapat mengurangi rasa nyeri. Salah satunya adalah jahe (Zingibers Officinale Rosc.)
yang dapat berfungsi sebagai analgesik, antipiretik, dan anti inflamasi (9).
3



1.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat
dirumuskan pertanyaan sebagai berikut : Apakah minuman jahe asam menurunkan
nyeri dismenore primer pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas Nusa
Cendana Kupang?
1.3 Hipotesis
Adapun hipotesis pada penelitian ini :
1. H0 : Hipotesis yang tidak diharapkan
Tidak ada hubungan minuman jahe asam terhadap penurunan dismenore primer
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
2. H1: Hipotesis yang diharapkan
Ada hubungan minuman jahe asam terhadap penurunan dismenore primer pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
1.4 Rumusan Masalah
Ruang lingkup permasaahan yang diteliti adalah mencari tahu pengaruh
pemberian jahe asam terhadap penurunan dismenore pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang. Penelitian ini akan dilakukan pada
bulan Juli 2014.

1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian :
4



- Tujuan Umum :
1. Mengetahui pengaruh minuman rempah jahe asam terhadap dismenorea primer
- Tujuan Khusus :
1. Mengetahui usia responden yang menderita dismenore
2. Mengetahui skala nyeri dismenore responden sebelum dan setelah diberikan
minuman rempah jahe asam
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin
meneliti hal serupa maupun yang berkaitan dengan jahe dan asam
2. Manfaat Praktis
- Dapat memberikan informasi dan solusi bagi remaja dalam mengurangi
dismenore primer dengan menggunakan rempah-rempah tanpa bahan pengawet
- Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan tanaman obat dan
cara mengolahnya agar dapat menjadi penghilang nyeri



5



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Menstruasi
Menstruasi adalah suatu siklus perdarahan uterus sebagai respon terhadap
interaksi kompleks dari hipothalamus, hipofisis dan ovarium. Menstruasi adalah
perdarahan periodik dan sekitar 30 40 ml darah keluar saat menstruasi. Siklus
menstruasi bervariasi dari 21 35 hari dengan lama menstruasi 3 7 hari (4).
Sebelum terjadi menstruasi terdapat fase fase lainnya. Fase fase tersebut antara
lain :
a. Fase proliferasi
Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan stadium
istirahat. Stadium ini berlangsung kira kira 5 hari. Kadar estrogen yang meningkat
akan merangsang stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar
kelenjar menjadi hipertrofi dan berproliferasi, dan pembuluh darah menjadi banyak
sekali. Lamanya proliferasi sangat berbeda beda pada setiap orang, dan berakhir
pada saat terjadinya ovulasi (3).
b. Fase sekresi
Setelah ovulasi, dibawah pengaruh progesteron yang meningkat dan terus
diproduksinya estrogen dari korpus luteum, endometrium menebal dan menjadi
6



seperti beludru. Kelenjar menjadi lebih besar dan berkelok kelok dan epitel
kelenjar menjadi berlipat lipat. Terjadi infiltrasi leukosit yang banyak, dan
pembuluh darah menjadi berbentuk spiral dan melebar. Lamanya fase sekresi sama
pada setiap perempuan yaitu 14 2 hari (3).
c. Fase menstruasi
Korpus luteum berfungsi sampai kira kira hari ke 23 atau 24 pada siklus
28 hari, dan kemudian mulai beregresi. Akibatnya terjadi penurunan progesterone
dan estrogen yang tajam sehingga menghilangkan perangsangan pada endometrium.
Perubahan iskemik terjadi pada arteriola dan diikuti dengan menstruasi (3).
2.1.2 Dismenore
a. Definisi
Dismenore didefinisikan sebagai menstruasi yang menyakitkan. Kata tersebut
berasal dari kata Yunani dys yang berarti sulit / menyakitkan / abnormal, meno
berarti bulan dan rrhea berarti mengalir (7).
b. Patofisiologi
Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum jelas (10). Terjadinya
dismenore primer diyakini berhubungan dengan banyak faktor (4). Bukti terbaru
menunjukkan bahwa dismenore berhubungan dengan tingkat peningkatan
prostaglandin yang menyebabkan kontraksi uterus dan iskemia (5).
7



Pada dasarnya dismenore primer berhubungan dengan prostaglandin
endometrial, fosfolipid membrane sel dan leukotrien. Setelah ovulasi, asam lemak
akan meningkat dalam fosfolipid membrane sel . Lalu asam arakidonat dan asam
lemak omega - 7 lainnya dilepaskan dan memulai aliran mekanisme prostaglandin
dan leukotriene dalam rahim. Hal inilah yang kemudian akan memediasi respon
inflamasi, kram menstruasi dan molimina menstruasi lainnya (7).
Prostaglandin ( PG ) F2 - alpha adalah hasil metabolism dari asam arakidonat
yang merupakan siklooksigenase (COX) yang menyebabkan hypertonus
myometrium dan vasokonstriksi sehingga menimbulkan iskemia dan nyeri. Individu
yang mengalami dismenore primer menghasilkan lebih banyak prostaglandin
dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami dismenore. Selain PGF2
alpha, PGE2 juga berperan dalam menyebabkan dan meningkatkan dismenore
primer (7).
Leukotriene juga turut berperan dalam menyebabkan dismenore dengan
meningkatkan sensitivitas serabut saraf nyeri uterus. Peningkatan leukotriene
ditemukan pada remaja putri dan wanita dewasa yang mengalami dismenore.
Leukotrien dan prostaglandin merupakan vasokonstriktor kuat dan mediator
inflamasi. Namun peranan yang lebih spesifik dari kedua zat tersebut masih perlu
penelitian lebih lanjut (7).
8



Selain hormon, leukotrien, dan prostaglandin, dismenorea primer juga bisa
diakibatkan oleh adanya tekanan atau faktor kejiwaan. Stres atau tekanan jiwa dapat
meningkatkan kadar vasopresin dan katekolamin yang menyebabkan vasokonstriksi
kemudian iskemia pada sel (7).
Dismenore sekunder disebabkan oleh keadaan patologis seperti fibrosis
uterus, endometriosis , adenomiosis , dan penyakit tulang panggul (pelvis) lainnya
(7).
c. Klasifikasi
Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, dismenore
dapat dibagi menjadi, dismenore primer dan dismenore sekunder (11).
1. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa di adanya kelainan
pada alat- alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah
menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus- siklus haid pada
bulan- bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak
disertai dengan rasa nyeri (11).
Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama- sama dengan
permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus
dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit- jangkit,
9



biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah
pinggang dan paha (11).
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan anatomis
genitalis. Menurut Hacker (2001) tanda tanda klinik dari dismenore sekunder
adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan
kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang
berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada perempuan yang lebih tua (30-
40 th) dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan
perdarahan yang abnormal) (11).
d. Derajat Dismenore
Dismenorea dapat dibagi menjadi 4 tingkatan menurut keparahannya, yaitu (12) :
1) Derajat 0 : tanpa rasa nyeri dan aktivitas sehari-hari tidak terpengaruh.
2) Derajat 1 : nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri seperti parasetamol,
antalgin, ponstan, namun aktivitas sehari-hari jarang terpengaruh.
3) Derajat 2 : nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri tetapi
mengganggu aktivitas sehari-hari.
4) Derajat 3 : nyeri sangat berat dan tidak berkurang walaupun telah memakan obat
dan tidak mampu bekerja. Kasus ini harus diatasi segera dengan berobat ke dokter.
10



Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat
berupa stimulus yang bersifat fisik dan mental. Nyeri dapat diukur dengan beberapa
metode. Salah satunya dengan Numeric Rating Scale (NRS) (9).
Numeric Rating Scale (NRS) digunakan untuk menggantikan penilaian
dengan deskripsi kata. Responden menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
NRS merupakan skala nyeri yang paling sering dan lebih banyak digunakan di
klinik, khususnya pada kondisi akut, NRS digunakan untuk mengukur intensitas
nyeri sebelum dan sesudah intervensi teraupetik (9).

Gambar 2.1 Skala Penilaian Nyeri NRS

e. Etiologi dan faktor resiko
1. Dismenore Primer
Dismenore primer terjadi pada usia yang lebih muda, timbul setelah
terjadinya siklus haid yang teratur, nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan
spesifik, nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua
haid.
11



Menurut Manuaba (2001) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
dismenore primer antara lain (11):
1. Faktor Kejiwaan
Dismenore primer banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahap
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidaksiapan remaja
putri dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut,
mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya,
misalnya gangguan haid seperti dismenore (11).
2. Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan sebagai penyebab
timbulnya dismenore primer yang dapat menurunkan ketahanan seseorang terhadap
nyeri. Faktor ini antara lain:
a). Anemia
Sebagian besar penyebab anemia adalah kekurangan zat besi. Kekurangan zat
besi ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel
tubuh maupun sel otak (11).
b). Penyakit Menahun
12



Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan akan menyebabkan
tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri. Penyakit yang
termasuk penyakit menahun dalam hal ini adalah asma dan migraine (11).
3. Faktor Endokrin
Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan.
Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi
prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah
prostaglandin F2 berlebih akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain
dismenore, dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah (11).
4. Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore primer
dengan urtikaria, migren atau asma bronkial. Smith menduga bahwa sebab alergi
ialah toksin haid (11).
Faktor resiko terjadinya dismenore primer adalah (11):
a. Menarche pada usia lebih awal
Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi
belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami perubahan
perubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi.
b. Belum pernah hamil dan melahirkan
13



Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan
dengan saraf yang menyebabkan adrenalin mengalami penurunan, serta
menyebabkan leher rahim melebar sehingga sensasi nyeri haid berkurang
bahkan hilang.
c. Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari)
Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari), menstruasi menimbulkan
adanya kontraksi uterus, terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih sering
berkontraksi, dan semakin banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi
prostaglandin yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi
uterus yang turus menerus menyebabkan suplai darah ke uterus terhenti dan
terjadi dismenore.
d. Umur
Perempuan semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi maka
leher rahim bertambah lebar, sehingga pada usia tua kejadian dismenore
jarang ditemukan. Wanita yang mempunyai resiko menderita dismenore
primer adalah (11):
a. Konsumsi Alkohol
Alkohol merupakan racun bagi tubuh. Hati bertanggungjawab
terhadap penghancur estrogen untuk disekresi tubuh. Adanya alkohol dalam
tubuh secara terus menerus dapat mengganggu fungsi hati sehingga estrogen
14



tidak dapat disekresi tubuh sehingga estrogen yang menumpuk dalam tubuh
dapat merusak pelvis.
b. Perokok
Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan meningkatkan
lamanya dismenore.
c. Tidak pernah berolah raga
Kejadian dismenore akan meningkat dengan kurangnya aktifitas
selam menstruasi dan kurangnya olah raga, hal ini dapat menyebabkan
sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada uterus adalah aliran
darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan menyebabkan nyeri.
d. Stres
Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot-
otot punggung bawah sehingga menyebabkan dismenore (11).
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder terjadi pada usia yang lebih tua, cenderung timbul
setelah 2 tahun siklus haid teratur, nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul,
nyeri dimulai dari haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah.
Penyebab tersering dismenore sekunder adalah endometriosis dan infeksi
kronik genitalia. Dismenore sekunder terjadi hanya sekitar 25% (10).
15



Penyebab dari dismenore sekunder adalah: endometriosis, fibroid,
adenomiosis, peradangan tuba falopii, perlengketan abnormal antara organ di dalam
perut, dan pemakaian IUD, faktor psikologis yaitu stress (10).
f. Gejala
Gejala-gejala nyeri haid diantaranya: rasa sakit yang datang secara tidak
teratur, tajam dan kram di bagian bawah perut yang biasanya menyebar ke bagian
belakang, ke kaki, pangkal paha dan vulva (bagian luar alat kelamin wanita).
Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai
puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang (10).
Gejala-gejala tersebut meliputi tingkah laku seperti kegelisahan, depresi,
iritabilitas/sensitif, lekas marah, gangguan tidur, kelelahan, lemah, mengidam
makanan dan kadang-kadang perubahan suasana hati yang sangat cepat. Selain itu
juga keluhan fisik seperti payudara terasa sakit atau membengkak, perut kembung
atau sakit, sakit kepala, sakit sendi, sakit punggung, mual, muntah, diare atau
sembelit, dan masalah kulit seperti jerawat (10).
1. Dismenore Primer
Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu,
dengan lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah
atau melahirkan. Nyeri haid ini adalah normal, namun dapat berlebihan
apabila dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis seperti stress, shock, penyempitan
16



pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, kondisi tubuh yang
menurun, atau pengaruh hormon prostaglandine. Gejala ini tidak membahayakan
kesehatan (10).
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada suatu
penyakit. Penyebabnya adalah kelainan atau penyakit seperti infeksi rahim, kista atau
polip, tumor sekitar kandungan, atau bisa karena kelainan kedudukan rahim yang
menetap (10).
g. Penatalaksanaan
1. Dismenore primer (11):
o Farmakologis
OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)
Upaya farmakologis yang dapat dilakukan untuk menurunkan
dismenore adalah dengan memberikan obat analgesik sebagai penghilang rasa
sakit. Obat-obatan ini dapat menurunkan nyeri dan menghambat produksi
prostaglandin dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma dan inflamasi
yang dapat menghambat reseptor nyeri agar tidak sensitive terhadap stimulus
menyakitkan sebelumnya, contoh obat anti inflamasi nonsteroid adalah aspirin
dan ibuprofen (11).
Terapi hormonal
17



Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi, bersifat sementara
untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer.
Dilatasi kanalis servikalis
Dilatasi kanalis servikalis dapat memberikan keringanan karena dapat
memudahkan pengeluaran darah dengan haid dan prostaglandin didalamnya.
Neurektomi prasakral (pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan
susunan saraf pusat) ditambah dengan neurektomi ovarial (pemotongan urat
saraf sensorik pada diligamentum infundibulum) merupakan tindakan
terakhir, apabila usaha-usaha lainnya gagal.
o Non Farmakologis
Stimulasi dan Masase kutaneus
Masase adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum, sering
dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien lebih
nyaman karena masase membuat relaksasi otot (11).
Terapi es dan panas
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat
sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan
menghambat proses inflamasi. Terapi panas mempunyai keuntungan
meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut
menurungkan nyeri dengan memprcepat penyembuhan (11).
Transecutaneus Elektrikal Nerve Stimulaton ( TENS)
18



TENS bekerja dengan memblokir rangsangan nyeri saraf eferen
sehingga dismenore dapat berkurang (7).
Distraksi
Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang menyebabkan
nyeri, contoh: menyanyi, brdoa, menceritakan gambar atau foto denaga kertas,
mendengar musik dan bermain satu permainan (11).
Relaksasi
Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi
lambat dan berirama. Contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan (11).
Imajinasi
Minuman Rempah
Nyeri haid bisa juga diatasi dengan minuman rempah. Rempah yang
digunakan memiliki manfaat sebagai anti radang, anti nyeri dan
antispasmodik (kejang otot) (9).
2. Dismenore Sekunder
Pengobatan pada dismenorea sekunder yang paling utama adalah pengobatan
berdasarkan penyebabnya. Namun, diperlukan juga obat-obatan sebagai terapi
simtomatik, misalnya analgetika (12).

19



2.1.3 Jahe
Jahe (Zingiber Officinale Rosc.) adalah salah satu bumbu dapur yang sudah
lama digunakan sebagai tanaman obat. Tanaman jahe termasuk dalam famili temu-
temuan (Zingiberaceae) dan satu famili dengan temu-temuan lainnya yaitu
temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), kunyit (Curcuma domestica), kencur
(kaempferia galanga) dan lengkuas (Lenguas galaga) (13).
Jahe tersebar luas di brbagai belahan dunia dan telah digunakan sejak zaman
dahulu. Nama Zingiber berasal dari bahasa Sansekerta Singaberi. Kata
Singaberi berasal dari bahasa Arab Zanzabil atau Yunani Zingiberi (13). Di
setiap negara, jahe mempunyai nama yang berbeda-beda. Diantaranya halia
(Malaysia), adu (India), ginger (Inggris), gember (Belanda) dan gingembre
(Perancis). Di Indonesia tanaman ini mempunyai beberapa nama daerah antara lain
jae (Jawa), jhai (Madura), halia (Aceh), lahia (Nias), lea (Flores), alia (Sumba), dan
lain sebagainya (13).
Taksonomi Jahe :
Kingdom : Plantae
Divisio : Pteriophyta
Subdivisi : Angiosperma
Kelas : Mono-cotyledoneae
Ordo : Scitamineae
20



Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber Officinale
(13)
Jahe bisa hidup di tanah dengan ketinggian 200-600 meter di atas permukaan
laut dengan curah hujan 2.500-4.000 mm/tahun. Umumnya jahe hanya ditanam di
pekarangan atau sekitar rumah. Pemanfaatannya pun masih terbatas untuk konsumsi
rumah tangga saja (13).
Rimpang jahe mengandung 2-3% minyak atsiri yang terdiri dari zingiberin,
kemferia, limonene, boreneol, sineol, zingiberal, linalool, geraniol, kavikol,
zingiberol, gingerol dan shogaol. Rimpang jahe juga mengandung minyak damar
yang terdiri dari zingeron, pati, damar, asam organic, asam oksalat, asam malat dan
gingerin. Rimpang jahe dapat berperan sebagai anti radang/anti inflamasi (9).
Gingerol, senyama utama dalam jahe, berperan sebagai antioksidan kuat
dalam mengatasi radang. Selain itu, rimpang jahe juga mengandung beberapa zat gizi
penting seperti kalsium, magnesium, zat besi, beta karoten dan vitamin C (9).
Zat besi yang terkandung dapat mengcegah anemia saat haid. Kalsium dan
vitamin C berguna untuk menenagkan saraf dan mengurangi rasa nyeri. Senyawa
shogaol dan gingerol dapat berfungsi ssebagai anti mual dan memiliki sifat
antioksidan yang lebih tinggi dari vitamin E. Saat tubuh mengalami suatu reaksi
21



peradangan/inflamasi, tubuh memprooduksi zat yang disebut prostaglandin yang
memicu rasa nyeri. Obat golongan NSAIDs digunakan karena dapat memblok
produksi prtaglandin sehingga nyeri akan mereda (9).
Penelitian menunjukan bahwa jahe memiliki efektivitas yang sama dengan
ibuprofen dan asam mefenamat dalam mengurangi dismenore promer (9).
2.1.4 Asam
Tanaman asam bukan tanaman asli Indonesia. Ada beberapa literature yang
menyebutkan bahwa asam merupakan tanaman asli Gurun Sahara Selatan dan India.
Orang Arab dan Persia menyebut asam dengan nama tamar hindi, artinya kurma
india (14).
Taksonomi tumbuhan asam jawa sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Subfamili : Caesalpinioideae
Genus : Tamarindus
Species : Tamarindus indica L.
22



Kandungan bahan aktif terpenting dari buah asam jawa adalah xylose (18%).
Sedang bahan lain yang bisa diperoleh antara lain galaktosa (23%), glukosa (55%),
dan arabinose (4%). Bahan lain yang bisa diperoleh dari buah ini melalui dilusi
menggunakan asam dan pemanasan adalah xyloglycans, tannins, saponins,
sesquiterpenes, alkaloids, dan phlobatamins (Pauly, 1999). Selain agen-agen yang
dapat ditemukan di atas, ternyata baru-baru ini juga ditemukan agen aktif yang
sangat bermanfaat dalam bidang medis, yaitu anthocyanin (12).
Xylose dan xyloglycans sangat bermanfaat dalam hal kosmetika medis (Pauly,
1999). Sedangkan yang paling bermanfaat dalam hal antiinflamasi dan antipiretika
adalah anthocyanin karena agen tersebut mampu menghambat kerja enzim
cyclooxygenase (COX) sehingga mampu menghambat dilepaskannya prostaglandin
(Nair, et al., 2004). Sedangkan bahan tannins, saponins, sesquiterpenes, alkaloids,
dan phlobatamins akan sangat bermanfaat untuk menenangkan pikiran dan
mengurangi tekanan psikis (12).
2.1.5 Cara pengolahan minuman jahe asam
Jamu/minuman nyeri haid terdiri dari bahan yang mempunyai khasiat sebagai
pengurang nyeri, pereda kejang, dan peluruh haid. Bahan-bahan yang diperlukan
untuk membuat ramuan nyeri dismenore adalah sebagai berikut (9):
a. Jahe merah (pengurang nyeri) 10 gram.
b. Buah asam kawak (peluruh haid dan pereda kejang) 10 gram.
23



c. Gula merah atau aren (pemanis) 10 gram.
d. Air 400 ml.
Cara pembuatan minuman jahe asam adalah sebagai berikut: jahe dikupas,
dicuci, kemudian dipotong-potong. Seluruh bahan direbus sampai tersisa 200 ml. Air
rebusan tersebut diminum 1 kali sehari pada hari pertama atau kedua haid, saat
mengalami dismenore.
2.2 Kerangka Teori










Gambar 2.2 Kerangka teori
Menstruasi
Dismenore
Primer
Peningkatan
Prostaglandin
Kontraksi
miometrium
Farmakologis :
- OAINS
- Terapi Hormonal
- Dilatasi Kanalis
Servikalis
Non Farmakologis :
- Stimulasi dan masase
Kutaneus
- Terapi es dan panas
- TENS
- Distraksi
- Relaksasi
- Imajinasi
- Minuman rempah (jahe
dan asam)
24



Keterangan :
: Menimbulkan ; Menyebabkan
: Menghambat















25



BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep





Keterangan :
: Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka konsep

3.2 Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, antara lain sebagai berikut :
1. Variabel terikat adalah Dismenore Primer
2. Variabel bebas adalah Minuman Jahe Asam
3. Variabel perancu atau pengganggu adalah makanan yang dikonsumsi responden
dan aktivitas fisik nya.
Minuman Jahe
Asam
(Variabel Bebas)
Dismenore Primer
(Variabel terikat)

26




3.3 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No


1.














Variabel

Minuman
Jahe Asam










Definisi Variabel


Terdiri dari jahe
merah 10 gram, asam
10 gram, gula merah
10 gram, dan air 400
ml. Jahe dikupas,
dicuci lalu diiris.
Semua bahan
dimasukan ke dalam
air dan direbus
hingga air tersisa 200
ml. Minuman ramuan
rempah ini diminum
1 kali dan langsung
habis ketika merasa
nyeri dismenore yaitu
Cara Ukur


Air yang
digunakan
untuk
merebus
diukur
menggunaka
n gelas ukur.
Bahan yang
digunakan
ditimbang
dengan
menggunaka
n timbangan.


Hasil Ukur


Air yang
digunakan
sebanyak 400
ml untuk
perebusan.
Ramuan
rempah yang
telah matang
melalui
proses
perebusan
sebanyak 200
ml.


Skala Data


Ratio














27






2.



Nyeri
Dismenore
Primer
2 hari pertama haid.

Nyeri yang terjadi
saat haid diukur
sebelum meminum
ramuan rempah dan
15 menit setelah
meminum ramuan
rempah jahe asam.
Pengukuran
dilakukan dengan
cara melingkari
angka pada lembar
penilaian nyeri.



Alat ukur
nyeri
menggunaka
n lembar
penilaian
nyeri NRS.



Nilai nyeri
digambarkan
dengan
menggunaka
n angka 0-10
dimana
angka 0
menggambar
kan
keadaan
tidak nyeri
dan angka 10
menggambar
kan keadaan
nyeri hebat
(tidak dapat
beraktivitas).



Ordinal

28



3.4 Jenis dan Rancangan
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan
desain studi true eksperimen Pretest-posttest Control Group Design yaitu digunakan
dua kelompok subyek (kelompok kasus dan kelompok kontrol) yang dipilih secara
acak, kedua kelompok tersebut diberi pretest, kemudian kelompok kasus diberi
perlakuan, lalu dilakukan posttest pada kelompok kasus maupun kontrol (15).
Pada kelompok kasus, sebelumnya diukur skala nyerinya lalu diberi
perlakuan yaitu dengan meminum minuman jahe asam. 15 menit setelah diberi
perlakuan, skala nyeri kelompok ini kembali diukur. 15 menit ini didapat dari
penelitian sebelumnya tentang pengaruh minuman rempah jahe asam yang
menunjukan penurunan tingkat nyeri rata-rata 15 menit setelah perlakuan (9).

X O1 X O2

O3 O4

Gambar 3.2 Desain Penelitian
Keterangan:
X = pemberian minuman jahe asam.
O1 = pengukuran skala nyeri awal menggunakan NRS pada kelompok kasus.
Kelompok
kasus
Kelompok
kontrol
Sampel
29



O2 = pengukuran skala nyeri akhir menggunakan NRS 15 menit setelah diberi
minuman jahe asam.
O3 = pengukuran skala nyeri awal menggunakan NRS pada kelompok kontrol.
O4 = pengukuran skala nyeri akhir menggunakan NRS pada kelompok control.
3.5 Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
Kupang pada bulan Mei September 2014. Pengambilan data dilakukan pada bulan
Juni Agustus 2014.
3.6 Populasi dan Sampel
3.6.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana Kupang.
3.6.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random
sampling yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak tanpa
memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam anggota populasi tersebut. Hal ini
dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (sejenis) (16).
Digunakan rumus :
30



n1 = n2 = 2 ((Z + Z)s / (X1-X2))
2

Keterangan :
n1 : besar sampel kelompok 1
n2 : besar sampel kelompok 2
s : simpangan baku pada 2 kelompok


: tingkat kemaknaan ditentukan oleh peneliti
X1-X2 : perbedaaan klinis yang diinginkan dari clinical jugdement
Z : power ditetapkan oleh peneliti






3.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi :
31



a. mahasiswa yang mengalami dismenore primer.
b. mahasiswa yang siklus haidnya teratur (1 bulan sekali mengalami haid).
c. mahasiswa yang terbiasa, suka, dan tidak memiliki alergi terhadap bahan rempah
maupun jamu tradisional.
d. Bersedia menjadi responden.
2. Kriteria Eksklusi :
a. mahasiswa yang mengalami kelainan sistem reproduksi.
b. mahasiswa yang sudah menikah.
c. mahasiswa yang terbiasa menggunakan terapi untuk mengurangi nyeri haid
(contoh: analgesik atau kiranti).
3.8 Alur Penelitian dan Cara Kerja
3.8.1 Alur penelitian
Alur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :





Sampel
Informed
Kuisioner & Lembar Penilainan
Skala Nyeri
32










Tabel 3.8.1 Alur Penelitian
3.8.2 Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi
eksperimental yaitu observasi yang dilakukan pada hasil perlakuan.
Instrumen observasi berupa blanko atau format pengamatan (9).
Peneliti membagikan lembar penilaian skala nyeri NRS, cara
pembuatan minuman jahe asam dan penggunaannya. Lembar skala nyeri diisi
oleh responden sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest).
Sebelum meminum minuman jahe asam, responden melingkari angka pada
lembar penilaian skala nyeri NRS (pretest). Ramuan diminum ketika nyeri
dismenore mulai dirasakan. 15 menit setelah responden pada kelompok kasus
meminum minuman jahe asam, kembali dilakukan penilaian skala nyeri NRS
(posttest) oleh kedua kelompok responden.
Laporan Hasil Penelitian
Pengolahan Data Penelitian
Kuisioner & Lembar Penilainan
Skala Nyeri
Pemberian Minuman Jahe Asam
33




3.9 Analisis Data
3.9.1 Identifikasi Data
Identifikasi data yang diambil merupakan data primer atau langsung dari
subjek penelitiannya. Data yang diteliti memiliki skala data berupa skala rasio untuk
variabel bebas (Minuman Jahe Asam) dan skala ordinal untuk variabel terikat
(Dismenore Primer).
3.9.2 Jenis Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan program komputer
SPSS 17.0. Perhitungan variabel menggunakan uji parametrik regresi linear.
3.10 Etika Penelitian
Dalam penelitian yang melibatkan manusia atau hewan, peneliti harus
memperhatikan isu etik. Beberapa yang harus diperhatikan dalam penelitian ini
antara lain (9) :
1. Mencantumkan nama dan sumber apabila mengutip karya orang lain.
2. Informed consent. Tujuan informed consent adalah supaya responden mengerti
maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Responden dapat
menentukan bersedia ataupun menolak menjadi sampel penelitian.
34



3. Anonymity yaitu tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode.
4. Kerahasiaan (confidentiality) yang merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya.
3.11 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan (bulan)
Mei Juni Juli Agt Sep
1 Persiapan proposal
2 Seminar proposal
3 Penelitian
4 Pengumpulan data
5 Pengolahan data
6 Seminar Hasil
7 Skripsi

Tabel 3.11 Jadwal Kegiatan Penelitian
3.12 Rencana Anggaran
No Uraian
Volume Biaya
Satuan
Total Biaya
1 Kertas 1 Rim Rp 40.000 Rp 40.000
2 Tinta 3 Buah Rp 35.000 Rp 105.000
3 Foto kopi kuesioner Lbr Rp 150 Rp
35



4 Foto kopi informed consent Lbr Rp 150 Rp
5 Transportasi Ltr Rp 6.500 Rp
6 Hadiah subjek Orang Rp 7.500 Rp
7 Jahe Rp Rp
8 Asam Rp Rp
9 Air Rp Rp
10 Gula merah Rp Rp
Total Rp.















36



DAFTAR PUSTAKA
1. Rogol AD, Roemmich JN, Clark PA. Adolescent Health. Growth of Puberty
[Internet]. 2002;31:192200. Available from:
http://peds.stanford.edu/Rotations/adolescent_medicine/documents/jahgrowth
atpuberty.pdf
2. Batubara JRL. Sari Pediatri. Adolesc Dev (Perkembangan Remaja) [Internet].
2010;12(1):219. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-1-
5.pdf
3. Price S. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. 6th ed.
Hriawati, editor. Jakarta: EGC; 2012.
4. Alam S, Hamiki, Sembiring T, Deliana M, Lubis SM. Paediatrica
Indonesiana. Sch Perform pubertal Adolesc with dysmenorrhea [Internet].
2011;51(4):2136. Available from:
http://paediatricaindonesiana.org/pdffile/51-4-6.pdf
5. Abbaspour Z, Rostami M, Najjar S. J Res Health Sci. Eff Exerc Prim
Dysmenorrhea [Internet]. 2004;4(2):26 31. Available from:
http://jrhs.umsha.ac.ir/index.php/JRHS/article/view/482/pdf_16
6. Purwanti S. Jurnal Kebidanan. Anal Perbedaan Ter Dismenore dengan Metod
Effleurage, Kneading dan Yoga dalam mengatasi Dismenore [Internet].
2013;V:105. Available from:
http://journal.akbideub.ac.id/index.php/jkeb/article/view/106/105
7. Hillard PJA. Pediatrics in Review [Internet]. Chicago; 2006. Available from:
https://pedclerk.uchicago.edu/sites/pedclerk.uchicago.edu/files/uploads/Dysm
enorrhea.PIR_.2006.pdf
8. Anugraheni VMD, Wahyuningsih A. Jurnal STIKES. Ef kompres hangat
dalam menurunkan intensitas nyeri dysmenorrhea pada mahasiswi STIKES
RS Baptis Kediri [Internet]. 2013;6(1):1 10. Available from:
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/view/18838/18533
9. Kinanti WA. Pengaruh Minuman Rempah Jahe Asam dalam Mengurangi
Nyeri Dismenore Primer pada Mahasiswi Keperawatan Angkatan 2010-2012
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Purwokerto: UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN; 2013.
37



10. Lembaga Kesehatan Mahasiswa FKUB. 2012; Available from:
http://lakesma.ub.ac.id/2012/08/kok-bisa-sih-nyeri-haid-dysmenorrhea/
11. Lestari NMSD. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III. Pengaruh
dismenorea pada remaja [Internet]. 2013;3239. Available from:
ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/download
12. Anindita A yoga. Pengaruh Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Kunyit Asam
Terhadap Keluhan Dismenorea Primer Pada Remaja Putri Di Kotamadya
Surakarta. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret; 2010.
13. Lentera T. Khasiat & Manfaat Jahe Merah: Si Rimpang Ajaib. Agromedia
Pustaka; 2002.
14. Rukmana HR. Asam. Yogyakarta: Kanisius; 2005.
15. Sakina A, Wulandari dyah utami, Wijaya H, Jusmina. Metodologi Penelitian
[Internet]. Metode Eksperimen. Samarinda: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Samarinda; 2013. p. 137. Available from:
https://www.academia.edu/5410410/METODOLOGI_PENELITIAN_kelomp
ok_5
16. Indriani G. Populasi, Sampling dan Teknik Sampling. 2013;17. Available
from:
https://www.academia.edu/5036760/Populasi_Sampel_and_Teknik_Sampling

Anda mungkin juga menyukai