Anda di halaman 1dari 41

LITERATUR REVIEW

PENGARUH AROMATHERAPY LAVENDER


TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA
HIPERTENSI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:

Devi
Neng Rika Sopiyanti
Herma
Rustayim

Program Studi Pendidikan Ners


STikes Budi Luhur Cimahi
2020

9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu faktor penting sebagai pemicu Penyakit

Tidak Menular (Non Communicable Disease = NCD) seperti Penyakit

Jantung, Stroke dan dimana dari dua pertiganya terdapat di negara

berkembang yang mengalami penyebab kematian di seluruh dunia meninggal

setiap tahunnya dan di perkirakan 1 milyar penduduk di dunia yang

menderita hipertensi (Tryanto, 2014). Penderita hipertensi sebagian besar

mengalami peningkatan tekanan darah dan insiden yang sering berkaitan

dengan peningkatan tekanan darah yang banyak ditemukan yaitu akan

mengakibatkan gaya hidup, kolesterol, makanan yang mengandung tinggi

lemak, penurunan aktivitas fisik (Herwati, 2013).

Hipertensi sering terjadi tanpa menunjukkan gejala dan penderita

hipertensi biasanya baru menyadari bahwa setelah terjadi komplikasi atau

gangguan organ seperti stroke atau gangguan fungsi jantung (Depkes, 2012).

Penderita hipertensi selama ini cenderung mengkonsumsi obat-obatan seperti

diuretik, penghambat-beta dan penghambat alpha sedangkan disamping itu

ada cara pengobatan alternatif (terapi nonfarmakologi) yaitu dengan cara

pemberian aromaterapi (Jain, 2011).

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015

mencatat bahwa jumlah penderita hipertensi mencapai 34% dari 1/100.000

jumlah penduduk di dunia. Penyakit hipertensi tahun demi tahun mengalami

10
peningkatan dari tahun 2014-2015 mencapai 11.370.521 jiwa (12,2)

(Arjatmo, 2016).

Menurut American Heart Association (AHA) pada tahun 2013

mengatakan bahwa faktor yang mempengaruh tekanan darah meningkat,

antara lain olahraga, stres dan merokok. Salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi tekanan darah adalah denyut jantung karena frekuensi dari

jumlah detak jantung dalam satu menit. Selain itu semakin meningktanya

tekanan darah resikonya semakin besar, maka dari itu penderita hipertensi

harus mengetahui tekanan darah karena hipertensi merupakan salah satu

penyakit yang mematikan (Wolf, 2006). Tekanan darah tinggi dianggap

sebagai faktor resiko utama karena berkembangnya penyakit jantung dan

penyakit vaskuler, maka dari itu penyebab ketegangan yang lebih tinggi

dalam arteri sehingga bisa terjadi hipertensi (Jani, 2011). Hipertensi juga

merupakan salah satu faktor utama dari penyakit jantung dan stroke. Salah

satu minyak yang dapat digunakan secara komplementer meliputi bunga

lavender karena dapat digunakan sebagai relaksasi (Jaelani, 2009).

Penanganan secara nonfarmakologi yaitu menggunakan aromaterapi

Lavender dengan cara perawatan tubuh atau penyembuhan penyakit dengan

menggunakan minyak esensial (essential oil) (Jaelani, 2009). Minyak

lavender telah memiliki banyak potensi dan ada beberapa kandungan seperti

camphene, limonen, nerol dan sebagaian besar mengandung linalool dengan

jumlah sekitar 30%-60% dari total berat minyak yang merupakan kandungan

aktif utama dalam relaksasi (Nuraini, 2014). Aromaterapi Lavender yang

bekerja dengan mempengaruhi tingkat emosi (Setiono dan Hidayat, 2005).

11
Karena manfaat pemberian aromaterapi Lavender bagi seseorang adalah

menurunkan kacemasan, tekanan darah tinggi, dan mengatasi gangguan tidur

(insomnia) (Setiono & Hidayati, 2005). Cara pemberian aromaterapi lavender

diberikan 1 hari sekali selama 7 hari dengan berturut-turut kemudian berikan

3 tetes aromaterapi lavender dengan cara diinhalasi selama 10 menit (Rezita

& Lubis, 2015). Berdasarkan latar belakang dan fenomena atau masalah

diatas, maka kelompok kami tertarik untuk melakukan literature riview

tentang pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap tekanan darah

pada penderita hipertensi.

B. Rumusan Masalah Literatur Riview

Berdasarkan fenomena di atas maka rumusan masalah literature review yaitu

“Pengaruh aromatherapy lavender terhadap tekanan darah pada penderita

hipertensi”.

C. Tujuan Literatur Riview

1. Tujuan umum

Menganalisis pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap tekanan

darah pada penderita hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tekanan darah sebelum pemberian aromaterapi

lavender pada penderita hiperensi.

12
b. Menganalisis pengaruh aromaterapi lavender terhadap tekanan darah

pada penderita hipertensi di Desa Plandi Dusun Parimono Kecamatan

Jombang Kabupaten Jombang.

D. Ruang Lingkup Literatur Riview

Adapun ruang lingkup pada literature review ini yaitu semua jenis penelitian

mengenai pengaruh pengaruh aromatherapy lavender terhadap tekanan darah

pada penderita hipertensi.

E. Manfaat Literatur Riview

1. Manfaat Teoritis

Hasil Literatur Riview ini di harapkan dapat memberikan manfaat

untuk perkembangan ilmu. Sebagai masukan data dan memberikan

sumbangan pemikiran perkembangan ilmu dan untuk penelitian

selanjutnya khusus di bidang Keperawatan di bidang Keperawatan

Medikal Bedah.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai menambah pemahaman

tentang manfaat dn penggunaan aromaterapi sebagai pengobatan

hipertensi. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan

ilmu pengetahuan dan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh untuk

menjaga tekanan darah pada penderita hipertensi.

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TENTANG TEKANAN DARAH

1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan kekuatan yang didapatkan dinding arteri dari

hasil memompa darah yang berasal dari jantung. Darah dapat mengalir

dikarenakan terdapat perbedaan tekanan dari area yang mempunyai tekanan

tinggi ke tekanan rendah. Tekanan puncak saat ejeksi terjadi yaitu saat

ventrikel berkontraksi disebut tekanan sistolik. Sedangkan saat ventrikel

beristirahat, darah yang tertinggal dalam arteri menghasilkan tekanan minimal

yang disebut tekanan diastolik (Potter & Perry, 2009).

Menurut Gunawan (2001), tekanan darah yaitu kekuatan untuk

mengalirkan darah di dalam pembuluh darah sehingga darah tersebut dapat

mencapai jaringan, dimana darah tersebut diperlukan untuk mengangkut zat-zat

penting yang diperlukan oleh tubuh dan mengangkut sisa metabolisme dari

jaringan tubuh. Ronny, dkk (seperti yang dikutip Magfirah, 2016) menyatakan

bahwa tekanan darah adalah tekanan di pembuluh darah, dimana tekanan

tersebut dihasilkan oleh darah yang dipengaruhi oleh kelenturan pembuluh

darah dan volume darah.

Dari ketiga pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian

tekanan darah adalah tekanan atau kekuatan pada dinding arteri yang

dihasilkan oleh darah yang berasal dari jantung, dimana darah tersebut

14
diperlukan untuk mengangkut oksigen dan zat-zat penting yang dibutuhkan

oleh tubuh dan mengangkut sisa metabolisme dari jaringan tubuh.

2. Fisiologi Tekanan Darah

Hubungan antara volume darah, curah jantung, kekentalan darah, resistensi

perifer dan elastisitas arteri digambarkan oleh tekanan darah (Potter & Perry,

2009).

a. Volume Darah

Tekanan darah dipengaruhi oleh volume darah yang mengalir dalam

sistem peredaran darah. Pada orang dewasa, normal volume darah sebanyak

500 ml. Tekanan dinding arteri akan meningkat jika terjadi peningkatan

volume.

b. Curah Jantung

Tekanan darah akan meningkat jika terjadi penambahan darah yang

dipompa pada dinding arteri yang terjadi akibat peningkatan curah jantung.

Peningkatan curah jantung terjadi karena adanya kontraktilitas otot jantung,

atau volume darah dan peningkatan frekuensi denyut jantung.

c. Kekentalan Darah

Kekentalan darah mempengaruhi lancarnya aliran darah yang melalui

pembuluh darah kecil. Kekentalan darah dipengaruhi oleh hematokrit atau

jumlah sel darah merah dalam darah. Meningkatnya hematokrit menyebabkan

aliran darah menjadi lebih lambat sehingga tekanan arteri menjadi meningkat.

d. Resistensi Perifer

Darah mengalir melalui jaringan vena, venula, kapiler, arteriola dan arteri.

Otot polos di sekeliling arteri dan arteriola dapat berkontraksi dan relaksasi

15
sehingga mengubah ukuran lumen. Ukuran lumen berubah sebagai adaptasi

terhadap sirkulasi darah menyesuaikan dengan kebutuhan jaringan lokal.

Resistensi atau tahanan perifer adalah tahanan terhadap aliran darah yang

dipengaruhi oleh tonus kekuatan otot pembuluh darah dan diameternya. Jika

ukuran lumen pembuluh darah semakin mengecil, maka resistensi terhadap

aliran darah menjadi semakin besar. Peningkatan resistensi menyebabkan

tekanan darah arteri meningkat. Sebaliknya, tekanan darah menurun jika terjadi

dilatasi dan penurunan resistensi.

e. Elastisitas Arteri

Dinding arteri yang normal bersifat elastis atau dapat meregang.

Meningkatnya tekanan dalam arteri menyebabkan bertambahnya diameter

pembuluh darah sebagai kompensasi dari adanya perubahan tekanan.

Distensibilitas arteri mencegah terjadinya perubahan yang besar pada tekanan

darah.

Setiap faktor hemodinamik diatas dapat saling mempengaruhi satu sama

lain. Contohnya, penurunan elastisitas arteri dapat menyebabkan peningkatan

resistensi perifer. Namun secara normal, kontrol kardiovaskuler yang kompleks

dapat mencegah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Tekanan darah dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain jenis kelamin,

usia, stres, proses penyakit, olahraga, medikasi, ras, obesitas, dan variasi

diurnal (Kozier, 2012).

16
a. Jenis kelamin

Setelah mencapai usia pubertas, pada usia yang sama wanita biasanya

memiliki tekanan darah lebih rendah daripada laki-laki, hal ini diduga

berkaitan dengan variasi hormon. Sedangkan post menopause, wanita biasanya

memiliki tekanan darah lebih tinggi dari sebelumnya.

b. Usia

Tekanan darah manusia meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan

mencapai puncak pada masa pubertas, dan selanjutnya cenderung untuk sedikit

menurun. Pada lansia arteri berkurang elastisitasnya dan kurang dapat berespon

terhadap tekanan darah. Dinding pembuluh darah kurang mampu beretraksi

(kembali pada bentuk semula) dengan kelenturan pada saat tekanan darah

turun., sehingga tekanan diastolik dapat meningkat.

c. Stres

Rangsangan pada sistem saraf simpatis akan membuat peningkatan curah

jantung dan vasokontriksi arteriol, sehingga akan menyebabkan terjadi

peningkatan tekanan darah.

d. Proses penyakit

Setiap keadaan yang berpengaruh terhadap kekentalan darah, curah

jantung, volume darah dan atau komplians arteri dapat berpengaruh langsung

terhadap tekanan darah.

e. Olahraga

Peningkatan curah jantung dipengaruhi oleh aktivitas fisik yang kemudian

menyebabkan tekanan darah meningkat. Sehingga seseorang harus beristirahat

17
20-30 menit setelah melakukan aktivitas fisik sebelum dilakukan pengukuran

tekanan darah dalam kondisi istirahat dapat dikaji.

f. Medikasi

Beberapa obat berpengaruh terhadap peningkatan atau penurunan tekanan

darah secara langsung ataupun tidak langsung.

g. Ras

Ras berpengaruh pada terhadap tekanan darah. Contohnya pada ras Afrika-

Amerika berjenis kelamin laki-laki dengan usia diatas 35 tahun cenderung

memiliki tekanan darah lebih tinggi dibanding laki-laki ras Eropa-Amerika

dengan usia yang sama.

h. Obesitas

Obesitas dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya hipertensi baik pada

obesitas yang terjadi pada masa kanak-kanak maupun obesitas pada masa

dewasa.

i. Variasi diurnal

Pada pagi hari, tekanan darah biasanya ada pada titik terendah, yaitu pada

saat laju metabolisme ada pada titik terendah, lalu meningkat sepanjang hari

dan pada sore atau menjelang malam hari mencapai titik puncaknya.

B. TINJAUAN TENTANG HIPERTENSI

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi menurut Kozier (2012) adalah tekanan darah yang berada diatas

normal secara terus menerus. Gejala hipertensi biasanya asimtomatik (tidak

18
menunjukkan gejala yang jelas) dan merupakan faktor pendukung terjadinya

infark miokard.

Sedangkan menurut Corwin (2009), hipertensi adalah peningkatan tekanan

darah abnormal yang didapat dari minimal tiga kali pengukuran dalam waktu

yang berbeda. Tekanan darah disebut normal tergantung pada usia, sehingga

penegakan diagnosa hipertensi harus spesifik berdasarkan usia.

Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg

dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg, yang didapat dengan 2 kali pengukuran

atau lebih. (Smeltzer, 2017)

Penulis menyimpulkan hipertensi adalah peningkatan darah abnormal yang

terus menerus, dimana tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan

darah diastolik diatas 90 mmHg yang diukur dengan 2 kali pengukuran atau

lebih.

2. Klasifikasi Hipertensi

Menurut WHO (1999), hipertensi dikelompokkan sebagai berikut:

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat 1 (ringan) 140-159 90-99
Subkelompok : borderline 140-149 90-94
Hipertensi derajat 2 (sedang) 160-179 100-109
Hipertensi derajat 3 (berat) ≥180 ≥110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Subkelompok : borderline 140-149 <90

3. Jenis Hipertensi dan Etiologinya

Menurut Corwin (2009), hipertensi dibagi menjadi sebagai berikut :

19
a. Hipertensi Primer

Hipertensi primer merupakan jenis hipertensi yang penyebabnya tidak

dapat diidentifikasi. Antara 90-95% dari populasi dewasa yang menderita

hipertensi merupakan penderita hipertensi primer. Etiologinya banyak faktor,

tetapi pada umumnya berkaitan dengan homeostatik. Hipertensi dapat terjadi

karena adanya resistensi perifer dan atau peningkatan curah jantung sekunder

akibat peningkatan rangsang simpatik, meningkatnya reabsorpsi natrium ginjal,

meningkatnya aktivitas dari sistem renin angiotensin aldosteron, menurunnya

vasodilatasi arteriol, atau tahanan terhadap kerja insulin.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang

disertai penyebab spesifik, misalnya stenosis arteri renalis yang menyebabkan

hipertensi vaskular renal. Stenosis arteri renalis menyebabkan penurunan aliran

darah ke ginjal, sehingga baroreseptor ginjal diaktifkan kemudian merangsang

pelepasan renin dan pembentukan angiotensin II. Pembentukan angiotensin II

menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi

perifer, dan secara tidak langsung melalui peningkatan sintesis aldosteron dan

juga reabsorpsi natrium.

Penyebab lain hipertensi sekunder antara lain yaitu feokromositoma, yaitu

sejenis tumor penghasil epinefrin pada kelenjar adrenal, yang meningkatkan

kecepatan denyut jantung (heart rate) dan volume sekuncup (stroke volume).

Aldosteronisme primer atau peningkatan aldosteron yang tidak diketahui

penyebabnya dan hipertensi yang disebabkan kontrasepsi oral juga merupakan

hipertensi sekunder. Hipertensi dapat juga bersifat akut, hal ini menandakan

20
terdapat suatu gangguan yang menyebabkan perubahan curah jantung atau

perubahan resistensi perifer.

c. Hipertensi Pada Kehamilan

Hipertensi pada kehamilan digolongkan menjadi 4 kategori yang

diidentifikasi oleh National Institutes of Health Working Group on High Blood

Pressure in Pregnancy yaitu : hipertensi gestasional, hipertensi kronis,

preeklampsia-eklampsia, dan preeclampsia superimposed pada hipertensi

kronis. Hipertensi gestasional terjadi pada usia kehamilan 20 minggu dan

membaik setelah 12 minggu post partum pada wanita yang tidak memiliki

riwayat hipertensi sebelumnya. Jika hipertensi tetap terjadi setelah 12 minggu

post partum atau telah terjadi sebelum kehamilan 20 minggu, maka termasuk

dalam kategori hipertensi kronis. Pada preeklamsi, hipertensi disertai keadaan

proteinuria, yang memerlukan penanganan khusus karena sangat beresiko

terhadap keadaan ibu dan janinnya.

4. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah dipengaruhi oleh kecepatan denyut jantung (heart rate),

volume sekuncup (stroke volume), dan resistensi perifer (total pheriperal

resistance/TPR), jika terjadi peningkatan dari salah satu variabel tersebut yang

tidak dapat di kompensasi, maka dapat menyebabkan hipertensi. Misalnya pada

peningkatan denyut jantung yang disebabkan oleh abnormalnya rangsangan

saraf simpatis atau hormonal pada nodus SA, peningkatan denyut jantung ini

biasanya di kompensasi dengan menurunnya volune sekuncup atau resistensi

perifer sehingga hipertensi tidak terjadi.

21
Mekanisme yang mengatur vasokonstriksi dan dilatasi pembuluh darah

manusia terletak dipusat vasomotor, yaitu pada medula di otak. Pada pusat

vasomotor inilah bermulanya jaras saraf simpatis, yang dilanjutkan ke bawah

yaitu ke korda spinalis lalu keluar dari kolumna medula spinalis ganglia

simpatis pada toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor ini

dihantarkan dengan bentuk implus dan bergerak ke bawah melalui sistem saraf

simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang kemudian

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepineprin menyebabkan terjadinya konstriksi pembuluh

darah. Berbagai faktor seperti rasa cemas dan takut dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Pasien dengan

hipertensi biasanya sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun hal tersebut

tidak diketahui dengan jelas mengapa bisa terjadi.

Pada saat bersamaan sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon terhadap rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriktor yang menyebabkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan

pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriksi kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan

retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume

22
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan tekanan darah

tinggi.

Sebagai konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya

dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume

sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan

perifer (Brunner & Suddarth, 2013).

5. Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan pengobatan hipertensi adalah sebagai pencegahan dari kematian

dan timbulnya komplikasi yang dilakukan dengan mencapai serta

mempertahankan tekanan darah arteri kurang dari atau sama dengan 140/90

mmHg (130/80 mmHg pada penderita penyakit diabetes melitus atau gagal

ginjal kronik) (Smeltzer, 2017)

a. Pengobatan non farmakologis diantaranya yaitu dengan menurunkan berat

badan, pembatasan konsumsi alkohol dan natrium, terapi relaksasi dan

olahraga teratur. Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), yaitu

diet tinggi sayur, buah, dan produk susu dengan kadar lemak yang rendah

terbukti dapat menurunkan tekanan darah tinggi

b. Kelas obat dipilih yaitu obat dengan efektifitas terbesar, efek samping

seminimal mungkin, dan dapat diterima pasien. Dua kelas obat yang

tersedia sebagai pengobatan lini utama hipertensi yaitu diuretik dan

penyekat beta.

c. Meningkatkan kepatuhan konsumsi obat secara teratur dengan membuat

jadwal pengobatan yang mudah dipahami.

6. Dampak Hipertensi Pada Tindakan Pembedahan

23
Aronson dan Varon (2011) mengatakan tindakan pembedahan

menyebabkan stres terhadap tubuh, stres pada tubuh saat tindakan pembedahan

berpengaruh terhadap komplikasi kardiovaskuler seperti henti jantung dan

infark miokard. Oleh karena itu sebelum dilakukan tindakan pembedahan,

dilakukan regulasi tekanan darah untuk menghindari komplikasi selama

pembedahan. Kaplan (2013) mengatakan faktor penting untuk mengendalikan

stres saat pembedahan adalah dengan pengendalian hemodinamika tubuh,

karena tekanan darah pasien yang diberikan anestesi dapat berfluktuasi.

Aktivasi simpatetik menyebabkan peningkatan tekanan darah sampai 20-30

mmHg dan peningkatan nadi sampai 15-20 kali per menit pada pasien dengan

tekanan darah normal. Oleh karena itu, sangat penting mengetahui kisaran

tekanan darah intra operatif normal.

Pasien hipertensi cenderung memiliki respon tekanan darah yang

berlebihan pada periode peri operatif. Terdapat 2 fase yang menjadi bahan

pertimbangan, yaitu saat tindakan anestesi dan post operasi. Pasien dengan

hipertensi pre operatif dengan tekanan darah terkontrol dengan baik akan

memiliki hemodinamik yang lebih stabil jika dibandingkan dengan pasien yang

tidak terkontrol dengan baik (Stier, 2004; Kaplan. 2007; Laslett, 1995, dalam

Wiryana, 2008)

Induksi anestesi dan tindakan intubasi endotrakea dapat menimbulkan

goncangan hemodinamik pada pasien hipertensi. Saat induksi biasanya terjadi

hipotensi namun pada saat intubasi biasanya terjadi hipertensi. Hipertensi yang

terjadi akibat dari rangsang nyeri karena tindakan laringoskop dan intubasi

endotrakea yang dapat menyebabkan takikarida dan menyebabkan terjadinya

24
iskemia miokard (Wiryana, 2008). Itulah sebabnya sebelum dan selama

tindakan pembedahan penting dilakukan pemantauan terhadap tekanan darah

pasien terutama pada pasien hipertensi. Selain itu, menurut Yao dan Ho, 2003 ;

Stier, 2004; Dix dan Howel, 2001 (seperti yang dikutip Wiryana, 2008)

konsumsi diuretika rutin dapat menyebabkan kondisi hipokalemia dan

hipomagnesemia yang dapat meningkatkan resiko terjadinya aritmia.

C. TINJAUAN TENTANG AROMA TERAPI

1. Definisi Aroma Terapi

Aromaterapi adalah suatu cara pengobatan dari penyakit dan atau

perawatan tubuh dengan menggunakan minyak esensial (Jaelani, 2017).

Aromaterapi merupakan metode yang menggunakan minyak atsiri dengan

tujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mempengaruhi kesehatan

emosi seseorang (Koensoemardiyah, 2009).

Bangun dan Nuraeni (2013) mengatakan bahwa aroma terapi merupakan

terapi komplementer dengan menggunakan minyak esensial dari wewangian

tumbuhan dalam praktek keperawatan yang bertujuan untuk membantu

penyembuhan masalah kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup.

Penulis menyimpulkan definisi aromaterapi adalah suatu metode terapi

komplementer dengan menggunakan minyak atsiri atau minyak esensial dari

wewangian tumbuhan dalam praktek keperawatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kesehatan fisik, emosi dan meningkatkan kualitas hidup

seseorang.

2. Manfaat Aromaterapi Untuk Kesehatan

25
Menurut Jaelani (2017), aroma terapi mempunyai berbagai khasiat untuk

kesehatan didasarkan pengalaman empiris masa lampau, yaitu sebagai berikut:

a. Sebagai support therapy, untuk membantu penyembuhan penyakit.

b. Membantu melancarkan fungsi sistem tubuh, dengan membuat

keseimbangan bioenergi tubuh.

c. Merupakan metoda perawatan yang baik dan efisien dalam menjaga

kondisi tubuh agar tetap sehat.

d. Memberikan efek relaksasi pada pikiran, jasmani, dan rohani.

e. Merupakan bahan anti bakteri dan anti septik alami yang dapat

mengawetkan makanan ataupun jasad renik.

f. Membantu meningkatkan stamina tubuh.

3. Metode Dalam Aromaterapi

Menurut Koensoemardiyah (2009) aromaterapi dapat memberikan manfaat

bagi manusia seperti efek kesembuhan jika aromaterapi tersebut kontak dengan

tubuh manusia. Dalam aromaterapi, minyak atsiri atau minyak esensial dapat

masuk kedalam tubuh manusia melalui 3 jalan utama yaitu ingesti (oral),

inhalasi (olfaksi), dan absorpsi melalui kulit.

1) Terapi melalui ingesti (oral)

Prinsipnya sama seperti meminum obat oral. Minyak esensial dapat

dilarutkan dalam pelarut non alkohol dengan konsentrasi 1% cairan minyak

esensial sebelum digunakan sebagai terapi oral.

2) Terapi inhalasi

Indera penciuman manusia memiliki sensor dengan tingkat kepekaan yang

tajam dan sensitif. Indera penciuman manusia memiliki ketajaman 10.000 kali

26
lebih kuat dari indera perasa. Oleh karena itu, melalui hirupan atau inhalasi ini

efek terhadap organ-organ sensorik yang dilalui bahan aktif minyak esensial ini

sangatlah kuat terutama dalam mengatasi masalah emosi seperti stres dan

depresi.

Cara kerja terapi inhalasi yaitu dengan mengalirkan uap dari minyak

esensial melalui alat bantu atau dapat dihirup secara langsung. Alat bantu yang

digunakan yaitu tabung inhaler atau spray, anglo, pemanas elektrik ataupun

lilin. Zat-zat yang dihasilkan berupa tetes-tetes uap halus, asap atau gas, dan

uap sublimasi yang akan dihirup melalui hidung dan dapat tertelan oleh mulut.

Uap dari minyak esensial ini dapat mempengaruhi keadaan psikis seseorang

melalui stimulus yang diterima ujung-ujung saraf penciuman dalam selaput

lendir hidung.

3) Absorpsi melalui kulit

Selain melalui saluran cerna dan membran mukosa, molekul-molekul

minyak esensial masuk kedalam tubuh melalui kulit. Aplikasi penggunaan

minyak esensial melalui absorpsi kulit diantaranya dengan melalui kompres,

gargarisma atau berkumur, mandi, semprot, dan pemijatan.

4. Kandungan Minyak Esensial Bunga Lavender dan Pengaruhnya

Terhadap Tekanan Darah

Menurut Ramadhian & Zettira (2017), bunga lavender memiliki beberapa

kandungan, yaitu minyak esensial, alpha pinen, camphene, limonene, cineol,

linalool, borneol, terpinine-4-ol, linalyl acetate, dan caryophyllene. Salah satu

kandungan zat utama bunga lavender adalah linalool yaitu sekitar 26,12%.

27
Menurut Buckle (dalam Ramadhian & Zettira, 2017) aroma terapi lavender

digunakan dengan cara inhalasi agar didapatkan manfaat oleh tubuh. Linalool

yang terkandung dalam lavender berfungsi sebagai efek sedatif atau relaksasi

sehingga saat seseorang menghirup aroma terapi lavender, aroma yang tercium

akan merangsang pengeluaran reseptor silia nervus olfaktorius yang berada

pada epitel olfaktori sehingga aroma tersebut dapat diteruskan ke bulbus

olfaktorius melalui nervus olfaktorius. Bulbus olfaktorius ini berhubungan

dengan sistem limbik. Sistem limbik menerima informasi dari sistem

penciuman, sistem pendengaran, dan sistem penglihatan.

Menurut Koensomardiyah (2009), saat aroma terapi dihirup, molekul-

molekul yang mudah menguap dan mengandung unsur linalool akan sampai ke

hidung dimana silia-silia muncul dari sel reseptor. Jika molekul tersebut

menempel pada silia-silia, akan menghasilkan pesan elektrokimia yang

diteruskan melalui saluran olfaktori ke dalam sistem limbik. Hal ini akan

menstimulasi memori dan emosional. Kemudian melalui hipotalamus yang

berperan sebagai pengatur akan memunculkan pesan yang disampaikan ke

otak. Pesan tersebut kemudian diubah menjadi senyawa elektrokimia yang

menghasilkan perasaan tenang, rileks dan memperlancar aliran darah. Sehingga

hal inilah yang dapat menyebabkan aroma terapi lavender berpengaruh

terhadap perubahan tekanan darah.

BAB II

METODE LITERATURE REVIEW

28
A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah Literature Review atau tinjauan pustaka.

Studi literature review adalah cara yang dipakai untuk megumpulkan data

atau sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu yang bisa

didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan pustaka

lain.

B. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Pencarian literature dilakukan pada tanggal 29 November s.d 31

November 2020. Data yang diambil merupakan data sekunder yang

didapatkan bukan hasil dari pengamatan sendiri, melainkan didapatkan

dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Sumber data yang didapat

berupa artikel jurnal penelitian yang bereputasi baik pada jurnal

nasional dengan topik yang telah ditentukan. Pencarian literatur dalam

penelitian ini menggunakan 2 (dua) database dengan kriteria kualitas

sedang dan rendah, yaitu Neliti dan Google Scholar.

Pencarian artikel menggunakan kata kunci yang digunakan untuk

mempersempit hasil pencarian sehingga mempermudah dalam

menentukan artikel atau jurnal yang akan digunakan. Artikel

penelitian dalam penelitian ini didapatkan dari media Neliti dan

Google Scholar dengan menggunakan kata kunci pencarian

”Hipertensi, Aromatherapy Lavender”.

2. Waktu Publikasi

29
Pencarian artikel jurnal penelitian terbatas dalam kurun waktu

tertentu yaitu selama kurun waktu 5-10 tahunan.

3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria Inklusi Ekslusi

Populasi Pasien dengan diagnosa Bukan Pasien dengan diagnosa

medis hipertensi medis hipertensi

Intervensi Intervensi aromatherapy Bukan intervensi aromatherapy

lavender lavender

Outcomes Mengetahui dan Bukan mengetahui dan

mengidentifikasi pengaruh mengidentifikasi pengaruh

aromatherapi lavender aromatherapi lavender terhadap

terhadap tekanan darah tekanan darah pada penderita

pada penderita hipertensi hipertensi

Tahun terbit Hasil penelitian Sebelum 2015

dipublikasikan dalam

rentang tahun 2015-2020

Bahasa Indonesia dan Inggris Selain Indonesia dan Inggris

4. Stategi Penelusuran

Penelusuran artikel publikasi pada Google schooler dan neliti,

menggunakan kata kunci yang dipilih yakni : hipertensi dan aromatherapy

lavender. Artikel atau jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

diambil untuk selanjutnya dianalisis. Literature Review ini menggunakan literatur

terbitan tahun 2015-2020 yang dapat diakses fulltext dalam format pdf dan

30
scholarly (peer reviewed journals). Kriteria jurnal yang direview adalah artikel

jurnal penelitian berbahasa Indonesia dan bahasa inggris, jenis jurnal artikel

penelitian bukan literature review dengan tema pengaruh. Aromatherapy lavender

terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Jurnal yang sesuai dengan

kriteria inklusi dan terdapat tema pengaruh aromatherapy lavender terhadap tekanan

darah pada penderita hipertensi dan kemudian dilakukan review. Kriteria jurnal yang

terpilih untuk review adalah jurnal yang didalamnya terdapat tema pengaruh

aromatherapy lavender terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi.

BAB IV

RINGKASAN PUSTAKA, HASIL DAN PEMBAHASAN

A. RINGKASAN PUSTAKA

N Penulis Judul dan Sample Metode Outcome


o tahun
1 Eni Kombinasi Jumlah sample Jenis bahwa relaksasi nafas

31
Kusyati , Relaksasi Napas 26 responden penelitian dalam dan aromaterapi
Novi Kurnia Dalam dan Aroma dangan kuantitatif lavender efektif
Santi dan Terapi Lavender Menggunakan dengan quasi menurunkan tekanan
Shindi Efektif Teknik experiment darah
Hapsari menurunkan purposive one group pre-
tekanan darah sampling test and post-
(2018) test design

2 Ni Wayan efektivitas slow 30 sampel yang Desain Hasil penelitian


Trisnadewi, stroke back dibagi menjadi penelitian menunjukkan setelah
Theresia massage dengan 2 kelompok yang dilakukan uji
Anita menggunakan masing-masing digunakan Independent T Test
15 orang dalam pada tekanan darah
Pramesti minyak esensial
responden. penelitian ini sistole didapatkan
dan I Made kenangan
Teknik adalah control signifikansi 0,000 <
Sudarma (cananga sampling yang group pretest 0,05 yang berarti
Adiputra3 odorata) dan digunakan posttest design terdapat perbedaan
minyak esensial adalah penurunan tekanan
lavender purposive darah sistole setelah
(lavandula sampling pemberian slow stroke
angustifolia) back massage dengan
terhadap menggunakan minyak
penurunan esensial kenanga dan
lavender, sedangkan
tekanan darah
pada tekanan darah
pada lansia
diastole didapatkan
dengan
signifikansi 0,001 <
hipertensi 0,05 yang berarti
(2018) terdapat perbedaan
penurunan tekanan
darah diastole setelah
pemberian slow stroke
back massage dengan
menggunakan minyak
esensial kenanga dan
lavender

3 Restu perbandingan 30 Responden Penelitian ini penelitian


Zarastika , efektivitas terapi menggunakan menunjukkan terapi
Sukarni dan rendam kaki air quasy rendam kaki air hangat
Herman hangat dan aroma eksperimen dan aroma terapi
terapi lavender dengan pre lavender efektif
terhadap test and post menurunkan tekanan
penurunan test design darah penderita
tekanan darah with two hipertensi, namun tidak
penderita comparison terdapat perbedaan
hipertensi (2017) treatments yang signifikan antara
kedua intervensi
tersebut.

32
4 Lisa efektivitas sampel 16 orang Penelitian ini Hasil penelitian
Septianty, pemberian pada pasien di berupa menunjukkan ada
ArinaNurfia aromaterapi Klinik Pratama penelitian pengaruh terhadap
nt dan lavender terhadap Universitas kuantitatif pemberian aromaterapi
,Ichsan pengukuran Tanjungpura. dengan desain lavender terhadap
Budiharto tekanan penelitian pre- pengukuran tekanan
darahpada pasien eksperimental darah sistol dan diastol
hipertensi di dengan sebelum dan sesudah
klinik pratama rancangan one dilakukan intervensi
universitas group pretest- pada pasien hipertensi
tanjungpura posttest dengan nilai p<0,05
(2015)

5 Taukhit dan pengaruh terapi Jumlah sampel quasi Ada perbedaan yang
Rudi kombinasi yang experiment bermakna skor tekanan
Haryono aromaterapi digunakan dengan bentuk darah sistole pada
lavender dan dalam pretest – kelompok intervensi
dzikir terhadap posttest with setelah diberikan
penelitian ini
penurunan stres intervention perilaku kombinasi
sebanyak
dan tekanan darah control group dzikir dan aromaterapi
pada penderita 15subyek design lavender.
hipertensi (2018) untuk masing-
masing
kelompok
Intervensi
maupun
kelompok
kontrol.

6 Agung Pengaruh Jumlah sampel kuantitatif nilai p = 0.000 < dari


Harsa Putri, Essensial Oil dari yang memenuhi dengan Quasi nilai α (0.05) maka H0
Satya Biji Pala dan kriteria inklusi Eksperimen ditolak, artinya ada
Nugraha dan Lavender adalah 35 orang perbedaan signifikan
Eka Deviany terhadap Tekanan antara berat badan
Widyawaty Darah pada sebelum adanya
Lansia dengan perlakuan dengan berat
Hipertensi (2017) badan setelah adanya
perlakuan. Hal tersebut
juga dapat dilihat dari
nilai yang ditunjukan
pada nilai thitung untuk
penurunan tekanan
darah lansia sebelum
dan sesudah intervensi
selama 7 hari adalah
12,044 dengan

33
probabilitas (Sig.)
0.000. Dengan
demikian dapat
dinyatakan bahwa
pemberian essensial oil
biji pala dapat
menurunkan tekanan
darah lansia dengan
hipertensi.

7 Cahyani Pengaruh Pengambilan metode Hasil penelitian ini


Mulyasari , Kombinasi sampel dengan Quasy- didapatkan jenis
Galih Setia Aromaterapi cara purposive Experimental kelamin mayoritas
Adi dan Lavender Dan sampling, dengan perempuan 57,9% dan
Febriana Healing sejumlah 19 rancangan non usia mayoritas ederly
Sartika Sari TouchTerhadap orang kelompok equivalent (60-74 tahun)68,4%.
Tekanan Darah kontrol dan 19 control group Rata-rata tekanan darah
Pada Pasien orang kelompok pre-post test sistolik pada kelompok
Hipertensi Di intervens design intervensi sebelum
Puskesmas Nguter diberi intervensi adalah
Kabupaten 145,26 mmHg dan
Sukoharjo (2020) diastolik 91,47 mmHg,
sedangkan setelah
intervensi adalah
sistolik 135,79 mmHg
dan diastolik 87,68
mmHg. Hasil uji
wilcoxon kelompok
intervensi dengan p-
value 0.001< 0,05.
Sehingga dapat
disimpulkan
adapengaruh kombinasi
aromaterapi lavender
dan healing touch
terhadap tekanan darah
pada pasien hipertensi
di Puskesmas Nguter
Kabupaten Sukoharjo

8 Hadi perbandingan 20 orang rancangan pra Hasil uji statistik


Kusuma efektifitas responden pada eksperimen terhadap 9 responden
Atmaja dan aktivitas fisik masing-masing yaitu “two pada masing-masing
Dina senam yoga kelompok yang group pre test- kelompok perlakuan
Fithriana dengan pemberian sesuai dengan post test didapatkan perubahan
masase aroma kriteria yang design” tekanan darah yang
terapi lavender sudah di bermakna pada
terhadap tetapkan dengan responden yang
penurunan teknik sampling diberikan perlakuan

34
tekanan darah purposive senam yoga dan
pada pelayanan sampling pemberian masase
lansia (2017) aromaterapi Lavender
dengan nilai t-hitung >
t-tabel (2,26).
Sedangkan pemberian
masase aromaterapi
Lavender
(thitung=7,30) lebih
efektif dibandingkan
dengan Aktifitas fisik
senam Yoga (t-hitung =
4,296) terhadap
penurunan tekanan
darah pada Lansia.
Penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa
pemberian masase
aromaterapi Lavender
lebih efektif
dibandingkan dengan
senam Yoga terhadap
penurunan tekanan
darah pada pelayanan
Lansia di Panti Sosial
Tresna Werda (PSTW)
Puspakarma Mataram

9 Sri Maisi, Effectiveness of 52 wanita hamil Dengan Hasil penelitian


Suryono lavender yang dibagi pretest posttest menunjukkan bahwa
Suryono, aromatherapy menjadi control group. empat kelompok
Melyana and classical kelompok mengalami penurunan
Nurul aromaterapi tekanan darah sistolik
music therapy in
Widyawati, lavender, yang signifikan setelah
lowering blood
Ari kelompok musik diberikan intervensi
Suwondo, pressure in klasik, dengan p-value <0,05.
Suryati pregnant women kelompok musik Penurunan rata-rata
Kusworowul with kombinasi tekanan darah sistolik
an hypertension aromaterapi, antara empat kelompok
(2017) dan kelompok adalah: kelompok
kontrol dengan lavender (5,77 mmHg),
menggunakan kelompok musik (7,23
simple random mmHg), kelompok
sampling kombinasi (9,54
mmHg), dan kelompok
kontrol (3,67 mmHg);
dan rerata penurunan
tekanan darah diastolik
adalah: kelompok
lavender (2,77 mmHg),
kelompok musik (0,61

35
mmHg), kelompok
kombinasi (8,23
mmHg), dan kelompok
kontrol (3,42 mmHg).
Kesimpulan: Ada
pengaruh yang
signifikan penggunaan
aromaterapi lavender.
dan terapi musik klasik
dalam menurunkan
tekanan darah pada ibu
hamil dengan
hipertensi. Namun,
kombinasi dari kedua
intervensi itu lebih
efektif daripada
aromaterapi lavender
atau terapi musik saja

10 Hartin The effectiveness Sampel Penelitian ini Analisis data dilakukan


Suidah, Dian of lavender penelitian menggunakan berdasarkan tabulasi
Husada , aromatherapy in berjumlah 32 metode Quasi- data dengan uji-T
Ninik changing blood responden yang Experiment berpasangan dengan α
Murtiyani pressure in middle diambil dengan desain = 0,05. Hasil: Setelah
Murtiyani, age with primary menggunakan time series diberikan aromaterapi
Linda Presti hypertension in probability control group. lavender atau 7 hari,
Fibriana, mojokerto sampling rata-rata responden
Analisis data
Yufi Aris regency of east dengan teknik mengalami penurunan
dilakukan
Lestari, java province acak sederhana. tekanan darah secara
berdasarkan
Nuris (2016) bertahap ke tingkat
tabulasi data
Kushayati tekanan darah normal.
dengan uji-T
Hasil uji-T
berpasangan
berpasangan diperoleh
dengan α =
tingkat signifikansi p =
0,05.
0,008 atau lebih kecil
dari α = 0,05.
Kesimpulan:
Aromaterapi lavender
efektif mengubah
tekanan darah pada usia
paruh baya dengan
hipertensi primer.

36
B. PEMBAHASAN

Banyaknya jurnal yang digunakan berjumlah 10 dengan rentan waktu

2015-2020 dengan kriteria mengenai efektifitas atau pengaruh aromatherapy

lavender terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi.

37
Direktur WHO Margaret Chan mengatakan bahwa setiap tahun, tekanan

darah tinggi menyumbang kepada kematian hampir 9,4 juta orang akibat penyakit

jantung dan stroke, dan jika digabungkan, kedua penyakit ini merupakan

penyebab kematian nomor satu di dunia. Hipertensi juga meningkatkan risiko

gagal ginjal, kebutaan, dan beberapa kondisi lain. Hipertensi kerap terjadi

bersamaan dengan faktor-faktor risiko lain seperti obesitas, diabetes, dan

kolesterol tinggi yang meningkatkan risiko kesehatan, terlebih pengaruh kondisi

saat ini menyebabkan krisis kesehatan global. WHO juga memprediksi bahwa

pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan

diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan

komplikasinya, sehingga tema kesehatan tahun ini adalah hipertensi dengan

mengurangi prevalensi hipertensi sebesar 25% pada tahun 2025 (WHO, 2020).

Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan

Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah

kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka

kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian (Kemenkes RI,

2019). Bukan hanya terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-

54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%), tetapi pada wanita hamil pun

hipertensi merupakan komplikasi serius yang mengancam keselamatan ibu dan

janin. Selain faktor keturunan, perubahan hormon dan gaya hiudp, dapat menjadi

pemicu tingginya tekanan darah, kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan selama

hamil, saat menghadapi persalinan maupun setelah persalinan pun bisa menjadi

pemicu naiknya tekanan darah ( Sri Maisi, dkk,2017).

38
. Hipertensi dapat dicegah dengan Pengobatan farmakologis dan non-

farmakologis. Secara farmakologis, dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat

penurun hipertensi, sedangkan nonfarmakologi yaitu dengan mengendalikan

perilaku berisiko seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi

sayur dan buah serta konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, obesitas, kurang

aktifitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan dan stress dan pengobatan

menggunakan terapi relaksasi nafas dalam dan aromaterapi lavender. Lavender

atau lavendel atau Lavandula adalah genus tumbuhan berbunga dalam suku

Lamiaceae yang tersusun atas 25-30 spesies. Asal tumbuhan ini adalah dari

wilayah selatan Laut Tengah sampai Afrika tropis dan ke timur sampai India—

Dunia Lama. Genus ini termasuk tumbuhan menahun, tumbuhan dari jenis

rumput-rumputan, semak pendek, dan semak kecil. Tanaman ini juga tersebar di

Kepulauan Canaria, Afrika Utara dan Timur, Eropa selatan (terutama Prancis

selatan), Arabia, dan India; banyak darinya ditanam dan dikembangkan secara

luas di iklim sedang sebagai tanaman hias, bahan kuliner, dan ekstrak minyak

esensial untuk keperluan komersial. Tumbuhan ini sering ditemukan tumbuh liar

di daerah di luar daerah asalnya .(Jeremy Appleton, ND ; Eni,dkk, 2018).

Ni wayan dalam prosidung seminar nasional unimus, 2018 menjelaskan

bahwa Aromaterapi lavender bekerja dengan mempengaruhi tidak hanya fisik

tetapi juga tingkat emosi. Manfaat pemberian aroma terapi lavender bagi

seseorang adalah dapat menurunkan kecemasan, nyeri sendi, tekanan darah tinggi,

frekuensi jantung, laju metabolik, dan mengatasi gangguan tidur (insomnia), stress

dan meningkatkan produksi hormone melatonin dan merangsang sel-sel saraf

penciuman dan mempengaruhi kerja sistem limbik sehingga dapat memberikan

39
perasaan rileks yang akhirnya dapat mempengaruhi tekanan darah. Pemberian

aromaterapi lavender selama 10 menit sudah dapat mempengaruhi sistem kerja

limbik dengan memberikan efek relaksasi sehingga membuat jantung tidak perlu

bekerja lebih cepat untuk memompa darah keseluruh tubuh yangkemudian dapat

menurunkan tekanan darah pada reponden. Efek aromaterapi positif karenaaroma

yang segar dan harum merangsang sensori dan akhirnya mempengaruhi

organsehingga dapat menimbulkan efek yang kuat terhadap emosi .

Penelitian Eny Kusyanti, 2018 yang berjudul Kombinasi Relaksasi Napas

Dalam dan Aroma Terapi Lavender Efektif menurunkan tekanan darah secara

kuantitatif dengan quasi experiment one group pre-test and post-test design.

Jumlah 26 responden. Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk dan uji statistik

menggunakan paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata

tekanandarah sistole sebelum intervensi adalah 148,38 mmHg, dan tekanan darah

diastole 92,00 mmHg dengan p-value 0.000, sedangkan rata-rata tekanan darah

sistole setelah intervensi adalah 145,54 mmHg, dan tekanan darah diastole 90,54

mmHg dengan p-value 0.000. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa

relaksasi nafas dalam dan aromaterapi lavender efektif menurunkan tekanan darah

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni wayan,dkk

(2018 yang berjudul efektivitas slow stroke back massage dengan menggunakan

minyak esensial kenangan (cananga odorata) dan minyak esensial lavender

(lavandula angustifolia) terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan

hipertensi (2018). Peneltian ini menggunakan desain control group pretest posttest

design dengan 30 sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing 15

orang responden. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.

40
Adapun Hasil penelitian menunjukkan setelah dilakukan uji Independent T Test

pada tekanan darah sistole didapatkan signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti

terdapat perbedaan penurunan tekanan darah sistole setelah pemberian slow stroke

back massage dengan menggunakan minyak esensial kenanga dan lavender,

sedangkan pada tekanan darah diastole didapatkan signifikansi 0,001 < 0,05 yang

berarti terdapat perbedaan penurunan tekanan darah diastole setelah pemberian

slow stroke back massage dengan menggunakan minyak esensial kenanga dan

lavender.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Restu

Zarastika, dkk dengan judul perbandingan efektivitas terapi rendam kaki air

hangat dan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah penderita

hipertensi (2017). Peneltian ini menggunakan quasy eksperimen dengan pre test

and post test design with two comparison treatments pada 30 responden. Uji

analisis yang digunakan adalah Uji T dan Uji Wilcoxon. Hasil pada penelitian ini

ditemukan pre-post test terapi rendam kaki air hangat adalah p value= 0,000 untuk

sistolik dan p value= 0,001 untuk diastolik. Hasil pre-post test aroma terapi

lavender adalah p value= 0,000 untuk sistolik dan p value= 0,000 untuk diastolik.

Hasil perbandingan kedua intervensi tersebut setelah diberikan terapi rendam kaki

air hangat dan aroma terapi lavender didapatkan p value= 0,591 untuk sistolik dan

p value= 0,075 untuk diastolik. Simpulan penelitian menunjukkan terapi rendam

kaki air hangat dan aroma terapi lavender efektif menurunkan tekanan darah

penderita hipertensi, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua

intervensi tersebut.

41
Penelitian lain juga dilakukan oleh Lisa Septianty dengan judul efektivitas

pemberian aromaterapi lavender terhadap pengukuran tekanan darah pada pasien

hipertensi di klinik pratama universitas tanjungpura dengan sampel 16 orang

dimana sampel merupakan pasien di Klinik Pratama Universitas Tanjungpura.

Penelitian ini bersifat kuantitatif desain penelitian pre-eksperimental dengan

rancangan one group pretest-posttest. Analisa penelitian yang digunakan adalah

uji t-test berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh terhadap

pemberian aromaterapi lavender terhadap pengukuran tekanan darah sistol dan

diastol sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada pasien hipertensi dengan

nilai p<0,05.Kesimpulan: Penggunaan aromaterapi lavender yang diberikan

selama 10-15 menit dapat menurunkan nilai tekanan darah pada pasien hipertensi

di Klinik Pratama Universitas Tanjungpura, sehingga aromaterapi lavender dapat

dijadikan sebagai salah satu pengobatan nonfarmakologis dalam menurunkan

tekanan darah.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Taukhit dan Rudi Haryono

tahun 2015 dengan judul pengaruh terapi kombinasi aromaterapi lavender dan

dzikir terhadap penurunan stres dan tekanan darah pada penderita hipertensi,

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu dengan intervensi pretest-

posttest with control group. Sampel sebanyak 30 responden yang dibagi menjadi

15 orang kelompok intervensi dan 15 orang kelompok kontrol. Intervensi

kelompok mendapat aromaterapi lavender dan dzikir serta terapi antihipertensi

selama 3 hari berturut-turut sedangkan kontrol kelompok hanya menerima terapi

antihipertensi. Analisis menggunakan uji-t berpasangan untuk mengetahui

pengaruh intervensi pada kelompok intervensi dan uji-t independen untuk melihat

42
perbedaan pengaruh antar kelompok. Hasil: Aromaterapi lavender dan dzikir tidak

menurunkan skor stres secara signifikan dengan p = 0,925, berarti juga pada

penurunan tekanan darah sistol dengan nilai p = 0,014 dan tidak signifikan pada

penurunan tekanan darah diastol dengan nilai p = 0,265. Kesimpulan: Kombinasi

aromaterapi lavender dan dzikir menurunkan tekanan darah sistol secara

signifikan. Sedangkan untuk stres dan tekanan darah diastolik, terapi kombinasi

tersebut dapat diturunkan tetapi secara statistik tidak signifikan.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Agung Satya Putri Harsa Harsa

Nugraha, tahun 2015 dengan judul Pengaruh Essensial Oil dari Biji Pala dan Lav

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan Quasi Experiment. Jumlah

sampel yang memenuhi kriteria inklusi adalah 35 orang. Penelitian Kuasi

Eksperimental melakukan dua pengamatan, yaitu pengamatan tekanan darah

sebelum dan sesudah diberikan minyak atsiri pala dan lavender. Uji statistik yang

digunakan adalah Paired Sample T-Test dengan hasil analisis nilai p = 0,000 <dari

nilai α (0,05), maka H0 ditolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara

bobot badan sebelum perawatan dan berat badan setelah perawatan. Hal ini juga

terlihat dari nilai t-hitung penurunan tekanan darah pada lansia sebelum dan

sesudah intervensi selama 7 hari sebesar 12,044 dengan probabilitas (Sig.)

Sebesar 0,000. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pemberian minyak atsiri

pala dapat menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Cahyani Mulyasari dkk , pada tahun

2020 dengan judul Pengaruh Kombinasi Aromaterapi Lavender Dan Healing

TouchTerhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Nguter

Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini menggunakan metode Quasy-Experimental

43
dengan rancangan non-equivalent control group pre-post test design. Pengambilan

sampel dengan cara purposive sampling, sejumlah 19 orang kelompok kontrol dan

19 orang kelompok intervensi. Terapi dilakukan satu kali selama 20 menit dan

pre-post terapi di ukur tekanan darahnya. Hasil penelitian ini mayoritas

perempuan 57,9% dan usia mayoritas ederly (60-74 tahun) 68,4%. Rata-rata

tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi sebelum diberi intervensi adalah

145,26 mmHg dan diastolik 91,47 mmHg, sedangkan setelah intervensi adalah

sistolik 135,79 mmHg dan diastolik 87,68 mmHg. Hasil uji wilcoxon kelompok

intervensi dengan p-value 0.001 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan ada

pengaruh kombinasi aromaterapi lavender dan healing touch terhadap tekanan

darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Nguter Kabupaten Sukoharjo.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Hadi Kusuma Atmaja, dan Dina

Fithriana tahun 2017 dengan judul perbandingan efektifitas aktivitas fisik senam

yoga dengan pemberian masase aroma terapi lavender terhadap penurunan

tekanan darah pada pelayanan lansia. Penelitian dilakukan pada 20 orang

responden pada masing-masing kelompok yang sesuai dengan kriteria yang sudah

di tetapkan dengan teknik sampling purposive sampling rancangan pra

eksperimen yaitu “two group pre test-post test design. Hasil uji statistik terhadap 9

responden pada masing-masing kelompok perlakuan didapatkan perubahan

tekanan darah yang bermakna pada responden yang diberikan perlakuan senam

yoga dan pemberian masase aromaterapi Lavender dengan nilai t-hitung > t-tabel

(2,26). Sedangkan pemberian masase aromaterapi Lavender (thitung=7,30) lebih

efektif dibandingkan dengan Aktifitas fisik senam Yoga (t-hitung = 4,296)

terhadap penurunan tekanan darah pada Lansia. Penelitian ini dapat disimpulkan

44
bahwa pemberian masase aromaterapi Lavender lebih efektif dibandingkan

dengan senam Yoga terhadap penurunan tekanan darah pada pelayanan Lansia di

Panti Sosial Tresna Werda (PSTW) Puspakarma Mataram.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Sri Maisi,dkk tahun 2018 dengan

judul Effectiveness of lavender aromatherapy and classical music therapy in

lowering blood pressure in pregnant women with hypertension dimana

penelitian ini dilakukan pada 52 wanita hamil yang dibagi menjadi kelompok

aromaterapi lavender, kelompok musik klasik, kelompok musik kombinasi

aromaterapi, dan kelompok kontrol dengan menggunakan simple random

sampling dengan pretest posttest control group. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa empat kelompok mengalami penurunan tekanan darah sistolik yang

signifikan setelah diberikan intervensi dengan p-value <0,05. Penurunan rata-rata

tekanan darah sistolik antara empat kelompok adalah: kelompok lavender (5,77

mmHg), kelompok musik (7,23 mmHg), kelompok kombinasi (9,54 mmHg), dan

kelompok kontrol (3,67 mmHg); dan rerata penurunan tekanan darah diastolik

adalah: kelompok lavender (2,77 mmHg), kelompok musik (0,61 mmHg),

kelompok kombinasi (8,23 mmHg), dan kelompok kontrol (3,42 mmHg).

Kesimpulan: Ada pengaruh yang signifikan penggunaan aromaterapi lavender.

dan terapi musik klasik dalam menurunkan tekanan darah pada ibu hamil dengan

hipertensi. Namun, kombinasi dari kedua intervensi itu lebih efektif daripada

aromaterapi lavender atau terapi musik saja.

Penelitain serupa juga dilakukan oleh Hartin Suidah,dkk pada tahun 2018

dengan judul Advances in Social Sciences Research Journal The effectiveness of

lavender aromatherapy in changing blood pressure in middle age with primary

45
hypertension in mojokerto regency of east java province. Jumlah sampel

penelitian sebanyak 32 responden yang diambil menggunakan probability

sampling dengan teknik acak sederhana.Penelitian ini menggunakan metode

Quasi-Experiment dengan desain time series control group. Analisis data

dilakukan berdasarkan tabulasi data dengan uji-T berpasangan dengan α = 0,05.

Analisis data dilakukan berdasarkan tabulasi data dengan uji-T

berpasangan dengan α = 0,05. Hasil: Setelah diberikan aromaterapi lavender atau

7 hari, rata-rata responden mengalami penurunan tekanan darah secara bertahap

ke tingkat tekanan darah normal. Hasil uji-T berpasangan diperoleh tingkat

signifikansi p = 0,008 atau lebih kecil dari α = 0,05. Kesimpulan: Aromaterapi

lavender efektif mengubah tekanan darah pada usia paruh baya dengan hipertensi

primer.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

46
Aromaterapi Lavender mampu menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi karena mempengaruhi sistem limbik sebagai pusat emosi seseorang
sehingga memberikan perasaan rileks yang dapat mempengaruhi tekanan darah
seseorang.

B. Saran
Kombinasi aromaterapi lavender dengan musik, massage, meditasi, dzikir
menurut beberapa peneliti juga menambah ke efektivan penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi sehingga disarankan untuk mengkombinasikan
aromaterapi dengan kombinasi sesuai dengan yang klien suka (musik, massage,
meditasi atau dzikir).

Daftar Pustaka

Agung Satya ,dkk (2020). Pengaruh Essensial Oil dari Biji Pala dan Lavender
terhadap Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi.

47
https://nersmid.org/index.php/nersmid/article/view/205.
Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.
In Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.
https://doi.org/10.1116/1.578204
Cahyani Mulyasari, Cahyani Mulyasari (2020) PENGARUH KOMBINASI
AROMATERAPI LAVENDER DAN HEALING TOUCH TERHADAP
TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO. Other thesis, STIKes Kusuma
Husada Surakarta. http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/89/.

Eni Kusyati, dkk (2018). Kombinasi Relaksasi Napas Dalam dan Aroma Terapi
Lavender Efektif menurunkan tekanan darah.
http://prosiding.unimus.ac.id/index.php/semnas/article/view/41

Hadi Kusuma Atmaja,dkk ( 2017) PERBANDINGAN EFEKTIFITAS


AKTIVITAS FISIK SENAM YOGA DENGAN PEMBERIAN MASASE
AROMA TERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA. PELAYANAN LANSIA.
http://poltekkes-mataram.ac.id/jurnal/jurnal-agustus-2017/

Hartin Suidah,dkk (2016). The effectiveness of lavender aromatherapy in


changing blood pressure in middle age with primary hypertension in
mojokerto regency of east java province.
http://116.203.177.230/index.php/ASSRJ/article/view/4114

Jeremy Appleton, ND.(2012) Lavender Oil for Anxiety and Depression February
2012 Vol. 4 Issue 2. https://www.naturalmedicinejournal.com/journal/2012
02/feb-2012-vol-4-issue-2.

Kemenkes RI, 2019. http://www.p2ptm.kemkes.go.id/

Kozier. (2012). Fundamentals of nursing, concepts, process and practice. In


Nurse Education in Practice. https://doi.org/10.1016/j.nepr.2011.03.001

Lisa Septianty,dkk (2017). efektivitas pemberian aromaterapi lavender terhadap


pengukuran tekanan darahpada pasien hipertensi di klinik pratama universitas
tanjungpura.https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/vi
ew/17313/14768

Ni Wayan Trisnadewi, dkk (2018). EFEKTIVITAS SLOW STROKE BACK


MASSAGE DENGAN MENGGUNAKAN MINYAK ESENSIAL
KENANGAN (CANANGA ODORATA) DAN MINYAK ESENSIAL
LAVENDER (LAVANDULA ANGUSTIFOLIA) TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI. Bali Medika Jurnal 5(2):68-79. DOI: 10.36376/bmj.v5i2.36.
https://www.researchgate.net/publication/337115196_EFEKTIVITAS_SLOW
_STROKE_BACK_MASSAGE_DENGAN_MENGGUNAKAN_MINYAK_ESE

48
NSIAL_KENANGAN_CANANGA_ODORATA_DAN_MINYAK_ESENSIAL_L
AVENDER_LAVANDULA_ANGUSTIFOLIA_TERHADAP_PENURUNAN_T
EKANAN_DARAH_PADA_LANSIA_DENGAN

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan. 1.


https://doi.org/10.1109/RELAW.2008.2

Restu Zarastika, dkk (2015). PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI


RENDAM KAKI AIR HANGAT DAN AROMA TERAPI LAVENDER
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA
HIPERTENSI.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/view/26168

Sri Maisi, dkk (2017). EFFECTIVENESS OF LAVENDER AROMATHERAPY


AND CLASSICAL MUSIC THERAPY IN LOWERING BLOOD
PRESSURE IN PREGNANT WOMEN WITH HYPERTENSION.
https://www.belitungraya.org/BRP/index.php/bnj/article/view/301/144

Smeltzer, S. C. (2017). Keperawatan Medikal Bedah (Handbook for Brunner &


Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing). In Wolters Kluwe health.
World Health Organization, 2020. https://www.who.int/

49

Anda mungkin juga menyukai