Anda di halaman 1dari 62

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit hipertensi ini termasuk gangguan jantung dan pembuluh darah.

Hipertensi yaitu kondisi medis saat tekanan darah dalam arteri melebihi batas

normal, tekanan darah menunjukan tingkat kekuatan dorongan darah pada

permukaan pembuluh arteri saat darah dipompa oleh jantung, tekanan darah yang

1ditunjukan dengan angka misal 120/80 mmHg, nilai 120 menunjukan pada

pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi, dinamakan sistolik. Nilai 80

menunjukan darah relaksasi, di sebut diastolik.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang tidak menular yang menjadi

masalah kesehatan penting di seluruh dunia terus menerus meningkat. Hipertensi

juga menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini ( Kartikasari,

2012)

World Health Organization (WHO) dan The International Society Of

Hipertension menyatakan saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh

dunia. WHO juga mengatakan tahun 2002 di Jenewa prevelensi penyakit

hipertensi 15-35% dari populasi penduduk dunia. Pada tahun 2005 di Amerika

penderita hipertensi sekitar 21,7%. Pada tahun 2008 penderita hipertensi

mengalami peningkatan sekitar satu miliar orang di seluruh dunia dan

diperkirakan tahunn 2025akan mengalami peningkatan sekitar 1,6 miliar. Data

WHO bulan september 2011juga menyatakan hipertensi menyebabkan 8 juta

kematian per tahun di seluruhdunia (Kartikasari, 2012


2

Di Indonesia, beradasarkan data Riskesdas 2013, prevalansi tertinggi

hipertensi

di Indonesia sebesar 25,8% prevalensi tertinggi terjadi di Bangka Belitung ( 30,%)

dan terendah di Papua (16,8%) . Sementara data itu, data Survei Indikator

Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 menunjukan peningkatan prevalensi

hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas sebesar 32,4% (Riskesdas, 2013).

Di Jawa timur , berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018,

pada 2018 terdapat  2.005.393 kasus hipertensi yang dilayani di Puskesmas.  Dari

jumlah itu 826.368 di antaranya adalah pria dan sisanya 1.179.025 adalah

penderita wanita. Angka tersebut meningkat dibanding tahun 2017 lalu yang

sepanjang Januari – Desember  terdapat 589.870 kasus dengan rincian 215.781

penderita pria dan 374.089 penderita wanita.waktu beberapa hari).

Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 prevalensi Hipertensi pada umur > 18

tahun(pernah didiagnosis nakes) adalah 10,5 % ( Nasional 9,5% ). Sedangkan

prevalensiHipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada umur > 18 tahun sebesar

29,4 %.Prevalensi Hipertensi pada perempuan cenderung lebih rendah dari pada

laki-laki (Riskesdas, 2013)

Berdasarkan data Rekam Medik RS. KH.Abdurrahman Syamsuri periode

Januari-Desember 2022 ,tercatat hipertensi menempati urutan ke 5 dengan jumlah

kasus terbanyak 221 orang (6,85%). Penyakit hipertensi ini berada pada peringkat

ke 5, perlu penanganan yang tepat untuk mencegah timbulnya masalah lebih

lanjut, seperti stroke, penyakit jantung, dan yang lainnya. host untuk agen infeksi,

sehingga mengurangi risiko episode penyakit diare (Kemenkes RI, 2018).


3

Tekanan darah pada arteri merupakan produk total atau hasil dari resistensi

perifer dan curah jantung. Curah jantung meningkatkan frekuensi jantung, volume

sekuncup atau keduanya. Resistensi perifer meningkatkan viskositas darah atau

yang menurunkan ukuran lumen pembuluh darah, khususnya pembuluh arteriol

yang mengakibatkan restriksi allirah darah ke organ penting dan dapat terjadi

kerusakan. Hal tersebut mengakibatkan spasme pada pembuluh darah arteri dan

penurunan O2 (oksigen) di otak, yang akan berujung pada nyeri kepala atau

distensi dari struktur di kepala atau leher

The International Association for the Study of Pain mendefiniskan nyeri

merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang

disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri merupakan

suatukondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh

stimulustertentu intensitas bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat

namunsejalan dengan proses penyembuhan ( Price & Wilson, 2014 )

Nyeri dapat di atasi dengan intervensi manajemen nyeri yaitu dengan

pemberianterapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi

terkadang dapat menimbulkan efek samping yang juga dapat menyebabkan

ketidaknyamanan bagi pasien. Banyak pilihan terapi non farmakologi yang

merupakan tindakan mandiri perawat dengan berbagai keuntungan diantaranya

tidak menimbulkan efek samping, simple dan tidak berbiaya mahal salah satunya

dengan kompres hangat Terapi ini dapat dilakukan dengan teknik relaksasi,

distraksi, stimulasi dan imajinasi terbimbing (Rosdalh & Kawalski, 2015)

Kompres hangat merupakan salah satu penatalaksanaan nyeri dengan

memberikan energi panas melalui konduksi, dimana panas tersebut dapat


4

menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah), meningkatkan relaksasi

otot sehingga meningkatkan sirkulasi dan menambah pemasukan oksigen, serta

nutrisi ke jaringan (Potter & Perry, 2010)

Dengan demikian pada klien hipertensi perlu peran perawat salah satunya

memberi asuhan keperawatan dengan cepat dan tepat untuk mencegah hal-hal

yang tidak diinginkan. Jika nyeri kepala dibiarkan terus-menerus tidak ditangani

dengan benar maka dapat menyebabkan masalah lain seperti stroke dan masalah

lainnya

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik menyusun karya tulis

ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi Dengan

Pemberian Kompres Hangat Pada Leher Untuk Mengurangi Nyeri Di Ruang

Musa RS. KH.Abdurrahman Syamsuri”

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada kasus ini adalah penatalaksanaan asuhan keperawatan pada

pasien hipertensi dengan pemberian kompres hangat pada leher untuk mengurangi

nyeri.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan

pemberian kompres hangat pada leher untuk mengurangi nyeri di ruang Musa RS.

KH.Abdurrahman Syamsuri?
5

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengekplorasi tindakan Pemberian Kompres Hangat Pada Leher Untuk

Mengurangi Nyeri pada pasien hipertensi Di Ruang Musa RS. KH.Abdurrahman

Syamsuri

1.4.2 Tujuan Khusus

(1) Menerapkan intervensi pemberian kompres hangat pada leher untuk

mengurangi nyeri pada pasien hipertensi di ruang musa RS.

KH.Abdurrahman Syamsuri Paciran Lamongan

(2) Menganalisis pengaruh pemberian kompres hangat pada leher untuk

mengurangi nyeri pada pasien hipertensi di ruang musa di RS ARSY

Paciran Lamongan

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Teoritis

Hasil penelitian karya ilmiah akhir ini akan memberikan informasi pengaruh

pemberian kompres hangat pada leher untuk mengurangi nyeri pada pasien

hipertensi.

1.5.2 Bagi Praktis

(1) Bagi peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman nyata bagi penulis dalam

menganalisis suatu masalah serta menerapkan teori yang telah di dapat selama

perkuliahan dan juga salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Profesi

Ners.
6

(2) Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai masukan dan saran serta untuk meningkatkan mutu pelayanan

dalam pemberian kompres hangat pada leher untuk mengurangi nyeri pada pasien

hipertensi.

(3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai pemberian kompres

hangat pada leher untuk mengurangi nyeri pada pasien hipertensi serta sebagai

masukan atau bahan pembanding bagi peneliti selanjutnya yang melakukan

penelitian sejenis atau penelitian yang lebih luas.


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipetensi

Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan

darah melebihi 140/90 mmHg secara kronis. Hipertensi tidak hanya beresiko

tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti

penyakit syaraf, ginjal, dan pembuluh darah,semakin tinggi tekanannya, maka

semakin tinggi pula resikonya ( Sylvia A.Price, 2015)

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur

paling tidak pada tiga kali kesempatan yang berbeda. Secara umum, seseorang

dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan daranya lebih dari 140/90 mmHg

( Arif Mutaqqin, 2014)

Dapat disimpulkan Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan

sistolik darah > 140 mmHg dan diastotlik > 90 mmHg .

2.1.2 Anatomi Fisiologi Jantung dan Pembuluh Darah

Jantung adalah organ yang memompa darah melalui pembuluh darah

menuju keseluruh jaringan tubuh. Sistem kardiovaskuler terdiri darah, jantung,

dan pembuluh darah. Darah yang mencapai sel-sel tubuh dan melakukan

pertukaran zat dengan, sel-sel tersebut harus di pompa secara terus-menerus oleh

jantung melalui pembuluh darah. Sisi kanan dari jantung, memompa darah

melewati paru-paru, memungkinkan darah untuk melakukan pertukaran antara

oksigen dan karbondioksida ( Tortora, 2012)


8

Gambar 2.1
Anatomi jantung
( Tortora, 2012)

Walaupun jantung memompa darah ke seluruh tubuh, jantung tidak

menerima nutrisi dari darah yang di pompanya. Nutrisi tidak dapat menyebar

cukup cepat dari darah yang ada dalam bilik jantung untuk memberi nurisi semua

lapisan sel yang membentuk dinding jantung. Untuk alasan ini, miokardium

memiliki jaringan pembuluh darah sendiri, yaitu sirkulasi koroner ( Tortora, 2012)

Jantung kaya akan pasokan darah, yang berasal dari arteri koronari kiri

dan kanan. Arteri-arteri ini muncul secara terpisan dari sinus aorta pada dasar

aorta, di belakang tonjolan katup aorta. Arteri ini tidak diblockade oleh tonjolan

katup selama sistol karena adanya aliran sirkulasi dan sepanjang siklus jantung

Arteri koronari kanan terus berjalan diantara bronkus pulmonalis dan

atrium kanan, menuju sulkus AV. Saat arteri tersebut menuruni tepi bawah

jantung, arteri terbagi menjandi cabang descendes anterior. Terdapat anastomosis

antara cabang marginal kanan dan kiri, serta arteri descendens anterior dan

poserior, meskipun anastomosis ini tidak cukup untuk mempertahankan perfusi


9

jika salah satu sisi sirkulasi konorer tersumbat.

Sebagaian besar darah kembali ke atrium kanan melalui sinus koronarius

dan vena jantung anterior. Vena koronari besar dan kecil secara berturut-turut

terletak paralel terhadap arteri koronaria kiri dan kanan, dan berakhir di dalam

sinus. Banyak pembuluh-pembuluh kecil lainnya yang langsung berakhir di

dalam ruang jantung, termasuk vena thebesisn dan pembuluh arterisinusoidal.

Sirkulasi koroner mampu membentuk sirkulasi tambahan yang baik pada

penyakit jantung iskemik, misalnya oleh plak ateromatoa. Sebagai besar

ventrikel kiri disuplai oleh arteri koronari kiri, dan oleh sebab itu adanya

sumbatan pada arteri tersebut sangant berbahaya, AVN dan nodus sinus disuplai

oleh arteri koronaria kanan pada sebagian besar orang, penyakit pada arteri ini

dapat menyebabkan lambatnya denyut jantung dan blockade AVN ( Aaronson,

2010).

Gambar 2.2
Arteri dan Vena Koroner dibagian anterior
10

Fisioligi utama pembuluh darah arteri untuk mendristribusikan darah yang

kaya oksigen (O2) dari jantung keseluruh tubuh, sedangkan fungsi utama vena

adalah mengalirkan darah yang membawa sisa metabolisme, dan karbon dioksida

(C02) dari jaringan, kembali kejantung. Pada peredaran darah paru, pembuluh

arteri mengandung darah miskin oksigen (O2) dan banyak karbon dioksida (C02)

sedangkan vena pulmonal mengadung banyak oksigen. Darah dalam vena dapat

dipompakan oleh jantung menimbulkan perubahan tekanan yang mampu

memompakan darah dari jantung dan kembali ke jantung. Tekanan darah sangat

penting dalam sistem sirkulasi darah selalu diperlukan untuk daya dorong

mengalirkan darah dalam arteri, arteriole, kapiler dan sistem vena sehingga

terbentuk aliran darah yang menetap. Pada perekaman tekanan didalam sistem

arteri, tampak kenaikan tekanan arteri sampai pada puncaknya sekitar 120 mmHg,

tekanan ini disebut tekanan sistole, tekanan ini menyebabkan aorta distensi,

sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole, ventrikel tekanan

aorta cenderung menurun sampai 80 mmHg, tekanan ini dalam pemeriksaan

disebut diastolik. Adapun pusat pengawasan dan pengaturan perubahan tekanan

darah dipengaruhi oleh :

a. Sistem saraf : Terdiri dari pusat yang terdapat di batang otak, diluar susunan

saraf pusat, dan sistemik

b. Sistem humoral : Berlangsung lokal atau sistemik, seperti renin angiostensi,

vasopresin, dan epinefrin.

c. Sistem hemodinamika : Lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah,

susunan kapiler, perubahan tekanan osmotik, hidrostatik bagian luar dan

dalam sistem vaskuler ( Syaifudin, 2013)


11

2.1.3 Klasifikasi

Tingkatan Hipertensi untuk orang dewaasa dan anak-anak berbeda karena

perbedaan usia menunjukan perbedaan tekanan darah standar atau normal. Anak-

anak memiliki tekanan darah yang lebih rendah dibandingkan dengan orang

dewasa, tingkatan penyakit hipertensi untuk anak juga dibedakan dengan orang

dewasa.

Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi

Tekanan darah Tekanan darah


Kategori sistole (mmHg) diastole
(mmHg)
Stadium 1 ringan 140-159 90-99
Stadium 2 sedang 160-172 100-109
Stadium 3 berat 180-209 110-119
Stadium 4 sangat  210  120
berat

2.1.4 Etiologi

Berasarakan penyebabnya, sebagai berikut :

a. Perokok

Merokok yang menahun dapat merusak endoteal arteri dan nikotin

menurunkan HDL yang baik untuk tubuh manusia.

b. Obesitas

Dapat meningkatkan LDL yang buruk untuk tubuh manusia aterosklerosi

c. Alkholisme

Alkoohol yang dapat merusak hepar dan sifat alkohol mengikat air

memengaruhi viskositas darah memengaruhi tekanan darah.

d. Stress
12

Merangsang sistem saraf simpatis mengeluarkan adrenalin yang berpengaruh

terhadap kerja jantung

e. Konsumsi garam

Garam memengaruhi viskositas darah dan memperberat kerja ginjal

yang mengeluarkan renin angiotensin yang dapat meningkatkan

tekanan darah.Dan hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :

a) Hipertensi Primer (esensial )

Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui

penyebabnya. Faktor yang mempengaruhi yaitu : genetik,

lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin

angiotensin, peningkatan natrium intraseluler

b) Hipertensi Sekunder

Penyebabnya yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal,

sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan

kehamilan. Namun hipertensi pada lansia, dapat terjadi karena:

1) Elasititas dinding aorta menurun

2) Katup jatung menebal dan menjadi kaku

3) Kemapuan jantung memompa darah menurun 1% tiap tahun

sesudah umur 20 tahun yang menyebabkan manurunnya

kontraksi dan volumenya

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah

5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer


13

2.1.5 Patofisiologi

Reseptor yang menerima perubahan tekanan darah yaitu refleks

baroreseptor yang terdapat pada sinus karotis dan arkus aorta. Pada hipertensi,

karena adanya berbagai gangguan genetik dan resko lingkungan,maka terjadi

gangguan neurohormonal yaitu sistem saraf pusat dan sistem renin-angiotensin-

aldosteron, serta terjadinya inflamasi dan resistensi insulin dan gangguan

neurohormonal menyebabkan vasokontriksi sistemik dan peningkatan resistensi

perifer. Inflamasi menyebabkan gangguan ginjal yang disertai gangguan sistem

RAA (Renin-Angiotensin-Aldosteron) yang menyebabkan resistensi garam dan

air di ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume darah. Peningkatan resistensi

perifer dan volume darah merupakan dua penyebab uatam terjadinya hipertensi.

Puat yang menerima impuls yang dapat mengenali keadaan tekanan darah terletak

pada medula di batang otak

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer

bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan

penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada akhirnya akan

menurunkan kemampuaan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya yaitu kemampuan aorta dan arteri besar menjadi berkurang

dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume

sekuncup), sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan

resistensi perifer (Brunner & Suddarth dalam buku Asikin, 2016)


14

Bagan 2.3 Pathofisiologi Hipertensi (Nurarif &


Kusuma,2010)
15

2.1.6 Manifestasi Klinis

a) Sakit kepala ( pusing, migrain)

b) Gampang marah

c) Epistaksis ( mimisan)

d) Tinitus ( telinga berdenging

e) Kaku kuduk

f) Pandangan mata berkunang-kunang

g) Susah tidur

h) Tekanan darah diatas Normal

(awan Harianto dan Rini Sulistyowati , 2017)

2.1.7 Komplikasi

a) Stroke

Stroke dapat timbul akibat pendarahan karena tekanan tinggi di

oatak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh darah non otak.

Stroke dapat terjadi karena hipertensi kronis apabila arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran

darah ke daerah yang diperdarahi menjadi bekurang. Arteri otak yang

mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga dapat meningkatkan

terbentuknya aneurisma.

b) Infark Miokardium

Dapat terjadi apabila arteri koroner yang mengalami aterosklerosis

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila

terbentuk trhombus yang dapat menghambat alirah darah melalui

pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hiportrofi


16

ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan

dapa terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,

hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan waktu hantaran listrik

saat melintasi ventrikel sehingga terjdi distritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembentukan pembekuan darah

c) Gagal Ginjal

Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapier-kapiler glomerulus. Dengan rusaknya

glomerulus, darah akan mengalir ke unit fungsional ginjal neuron akan

terganggu, dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan

rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urin, sehingga

tekanan osmotic koloid plasma berkurang. Hal ini menyebabkan edema

yang sering dijumpai pada hipertensi kronik

d) Ensefalopati

Atau sering juga disebut dengan kerusakan otak yang dapat terjadi

terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat).

Tekanan yang sangat tinggi akibat kelainan ini menyebabkan peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang intertisium di

seluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuron-neuron di sekitarnya

menjadi kolaps dan terjadi koma serta kematian (Ardiansyah, 2012)

2.1.8 Penatalaksanaan

a) Farmakologi

Terapi obat pada penderita hiperensi dimulai dengan salah satu obat

berikut:
17

1) Hidroklorotazid (HCT) 12,5-2,5 mg perhari dengan dosis tunggal

2) Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal

3) Propanolol mulai dari 100 mg dua kali sehari

4) Katopril 12,5-25 mg dua sampai tiga kali sehari

5) Nifedipin mulai 5 mg dua kali sehari

b) NonFarmakologi

1) Menurunkan berat badan sampai batas ideal

2) Mengubah pola makan pada pendeita diabetes, kegemukan, atau kadar

kolesterol darah tinggi

3) Mangurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium

atau 6 gram natrium kloridda setiap hari

4) Mengurangi konsumsi alkohol

5) Berhenti merokok

6) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat

2.2 Konsep Nyeri

The International Association for the Study of Pain mendefiniskan nyeri

merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang

disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri merupakan

suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh

stimulus tertentu intensitas bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat

namun sejalan dengan proses penyembuhan ( Price & Wilson, 2014)

Nyeri dapat di atasi dengan intervensi manajemen nyeri yaitu dengan

pemberian terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi


18

terkadang dapat menimbulkan efek samping yang juga dapat menyebabkan

ketidaknyamanan bagi pasien. Banyak pilihan terapi non farmakologi yang

merupakan tindakan mandiri perawat dengan berbagai keuntungan diantaranya

tidak menimbulkan efek samping, simple dan tidak berbiaya mahal salah satunya

dengan kompres hangat. Terapi ini dapat dilakukan dengan teknik relaksasi,

distraksi, stimulasi dan imajinasi terbimbing (Rosdalh & Kawalski, 2015)

2.3 Konsep Kompres Hangat

Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu

dengan menggunakan kantung yang berisi air hangat sehingga menimbulkan rasa

hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres hangat yang digunakan

dengan suhu 45-50, C (Asmadi, 2008)

1. Panas Kering

Kompres jenis ini lebih mudah dilakukan. Contoh kompres panas kering yang

biasa dilakukan yaitu bantal pemanas dan sauna

2. Panas Basah

Kompres ini lebih efektif jika dibandingkan dengan kompres panas kering,

yaitu dengan menggunakan handuk yang direndam bukan dengan air mendidih

melainkan air hangat, atau dengan cara mandi air hangat

2.3.1 Definisi

Kompres hangat merupakan salah satu penatalaksanaan nyeri dengan

memberikan energi panas melalui konduksi, dimana panas tersebut dapat

menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah), meningkatkan relaksasi

otot sehingga meningkatkan sirkulasi dan menambah pemasukan oksigen, serta


19

nutrisi ke jaringan (Rohimah & Kurniasih, 2015)

2.3.2 SOP Kompres Hangat

Menurut (Program Study S-1 Keperawatan STIKES Banyuwangi. 2009.

Panduan Keterampilan Prosedur Lab KDM Jawa Timur. EGC)

1. Persiapan Alat

a. Kom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46cc)

b. Bak seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang

sesuai

c. Kasa perban atau kain segitiga

d. Sarung tangan bersih di tempatnya

e. Bengok dua buah (satu kosong , satu berisi air hangat )

f. Waslap 4 buah tergantung kebutuhan

g. Pinset anatomi 2 buah

h. Korentang

2. Prosedur

a. Dekatkan alat alat ke dekat klien

b. Perhatikan privasi klien

c. Cuci tangan

d. Atur posisi klien yang nyaman

e. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres

f. Kenakan sarung tangan

g. Ambil beberapa potong kasa dengan pinset dari bak seteril, lalu masukan

kedalam kom yang berisi air hangat

h. Kemudian ambil kasa tersebut, lalu bentangkan dan letakan pada area yang
20

akan dikompres

i. Bila klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu ditutupi/dilapisi

dengan kasa kering, selama dibalut dengan kasa perban atau sarung segitiga

j. Lakukan prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program dengan ganti

balutan kompres hangat tiap 5 menit

k. Lepaskan sarung tangan

l. Atur kembali posisi klien dengan posisi nyaman

m. Bereskan alat-alat untuk disimpan kembali

n. Cuci tangan

o. Dokumentasikan dan catat respon pasien

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan

2.4.1 Pengkajian

Hipertensi adalah suatu sindrom klinis yang ditandai oleh sejumlah tanda

dan gejala, serta disebabkan oleh berbagai kuasa, seperti kelainan jantung,

assupan natrium yang tinggi, obesitas, faktor genetik, lingkungan, dan yang

lainnya. Pengkajian pada klien dengan hiprtensi merupakan salah satu aspek

penting dalam proses keperawatan. Hal ini untuk merencanakan tindakan

selanjutnya. Perawat mengumpulkan data dasar mengenai informasi status terkini

klien tentang pengkajian sistem kardiovaskuler sebagai prioritas pengkajian.

Pengkajian sistematis pasien mencakup riwat yang cermat, khususnya yang

berhubungan dengan gejala. Masing-masing gejala harus di evaluasi waktu dan

durasinya serta faktor yang mencetuskan dan yang meringankan ( Muttaqin,

2009).
21

Adapun komponen – komponen dalam pengkajian yaitu

1) Identitas Pasien

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,

suku/bangsa, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor

medrec, diagnosis medis dan alamat

2) Keluhan utama

Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan

kesehatan meliputi sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas,

gelisah, mual muntah, epistaksis, dan pada kasus yang parah bisa

menimbulkan penurunan kesadaran

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama

dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan

fisik klien secara PQRST, yaitu :

Provoking Incident : Hal-hal yang menyebabkan bertambah/bekurannya

keluhan utama. Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing.

Keluhan dirasakan semakin berat bila melakukan aktivitas yang berat

Quality of Pain : Tingkat keluhan utama. Seperti apa pusing yang dirasakan

atau digambarkan klien. Biasanya setiap beraktivitas

Region : radiation, relief : Lokasi keluhan utama. Pada kasus hipertensi

ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan di seluruh bagian kepala,

terutama dapat disertai dengan rasa ketidaknyamanan atau tengkuk terasa

kaku

Severity (Scale) : Yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai


22

mengganggu aktivitas atau tidak, seperti bargantug pada derajat beratnya

Time : Sifat mula timbulnya (onset), lama timbulnya (durasi) keluhan

(Muttaqin, 2009)

4) Riwayat penyakit keluarga:

Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga,

serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian

juga ditanyakan. (Muttaqin, 2009)

5) Pola Kebiasaan Pemeliharaan Kesehatan

Nutrisi : pasien dengan Hipertensi biasanya nafsu makannya

menurun dengan porsi makan tidak dihabiskan dan minum yang kurang.

Istirahat : pasien kurang tidur < 8 jam per hari karena susah tidur.

Aktivitas : Pasien hanya berbaring dan duduk di tempat tidur,

aktivitas lain seperti bekerja berkurang.

Eliminasi : frekuensi BAB normal sehari sekali BAK normal .

Personal Hygiene : biasanya pasien mandi dengan diseka sebanyak 1-2x

sehari dan ganti baju saat MRS.

6) Pengkajian fisik:

a) Keadaan umum : Keadaan umum pada klien dengan gangguan

sistem Kardiovaskular hipertensi dapat dilakukan selintas pandang dengan

menilai keadaan fisik. Tiap bagian tubuh perlu dinilai secara umum

kesadaran klien compos mentis, apatis, somnolen, sopor dan

soporokomatus, atau koma. Seseorang perawat perlu mempunyai

pengalaman dan pengetahuan tentang konsep anatomi fisiologi umum

sehingga dengan cepat mampu menilai keadaan umum, kesadaran, dan


23

pengukuran GCS. Bila kesadaran klien menurun yang memerlukan

kecepatan dan ketepatan penilaian. Pada pemeriksaan keadaan umum kliem

dengan gangguan sistem Kardiovaskular hipertensi biasanya didapatkan

kesadaran baik ataupun compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat

gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat (Muttaqin, 2009)

b) Pemeriksaan fisik Persistem

1) Sistem Pernafasan

Secara umum gangguan ini berhubungan dengan kardiopulmonal ,

tahap lanjut dan hipertensi berat

(a) Dispnue yang berkaitan dengan aktifitas atau kerja

(b) Takipneu, ortopnea, dispneu noktumal paroksimal

(c) Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum

2) Sistem Kardiovaskuler

(a) Gejala : Riwayat hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung

koroner, dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode

palpitasi

(b) Tanda : kenaikan tekanan darah, hipotensi postural

(c) Nadi : denyuta nadi jelas dari karotis ,jungularis ,radialis,perbedaan

denyut , seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi

denyutan radialis/ brakhialis .

(d) Denyut Apikal : PMI kemungkinan begeser atau sangat kuat .

(e) Frekuensi /irama : takikardia, berbagai disritmia

(f) Bunyi Jantung : terdengar S2 pada dasar, S3 (CHF dini) dan S4

(pergeseran ventrikel kiri/ hipertropi ventrikel kiri)


24

(g) Murmur stenosis valvular

(h) Desiran vaskular terdengar diatas karotis, vemoralis, atau

epigastrium

(i) Distensi vena jugularis

3) Sistem Persyarafan

Kesadaran biasanya compos mentis, didapatkan sianosis perifer apabila

gangguan perfusi jaringan berat. (Muttaqin, 2009)

a. Test Nervus Cranial

(a) Nervus Olfaktorius (N.I)

Nervus Olfaktorius merupakan saraf sensorik yang fungsinya

hanya satu, yaitu mencium bau, menghidu (penciuman,

pembauan). Kerusakan saraf ini menyebabkan hilangnya

penciuman (anosmia), atau berkurangnya penciuman

(hiposmia)

(b) Nervus Optikus (N.II)

Penangkap rangsang cahaya ialah sel batang dan kerucut yang

terletak di retina. Impuls alat kemudian dihantarkan melalui

serabut saraf yang membentuk nervus optikus.

(c) Nervus Okulomotorius,Trochearis,Abdusen (N,III,IV,VI)

Fungsi nervus III,IV,VI saling berkaitan dan diperiksa

bersama-sama. Fungsinya ialah menggerakkan otot mata

ekstraokuler dan mengangkat kelopak mata. Serabut otonom

nervus III mengatur otot pupil.

(d) Nervus Trigeminus (N.V)


25

Terdiri dari dua bagian yaitu bagian sensorik (porsio mayor)

dan bagian motorik (porsio minor). Bagian motorik mengurusi

otot mengunyah

(e) Nervus Facialis (N,VII)

Nervus Fasialis merupakan saraf motorik yang menginervasi

otot-otot ekspresi wajah. Juga membawa serabut parasimpatis

ke kelenjar ludah dan lakrimalis. Termasuk sensasi pengecapan

2/3 bagian anterior lidah

(f) Nervus Auditorius (N,VIII)

Sifatnya sensorik, mensarafi alat pendengaran yang membawa

rangsangan dari telinga ke otak. Saraf ini memiliki 2 buah

kumpulan serabut saraf yaitu rumah keong (koklea) disebut

akar tengah adalah saraf untuk mendengar dan pintu halaman

(vetibulum), disebut akar tengah adalah saraf untuk

keseimbangan.

(g) Nervus glasofaringeus

Sifatnya majemuk (sensorik + motorik), yang mensarafi faring,

tonsil dan lidah

(h) Nervus Vagus

Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka

mulut

(i) Nervus Assesorius

Saraf XI menginervasi sternocleidomastoideus dan trapezius

menyebabkan gerakan menoleh (rotasi) pada kepala


26

(j) Nervus Hipoglosus

Saraf ini mengandung serabut somato sensorik yang

menginervasi otot intrinsik dan otot ekstrinsik lidah

4) Sistem Pencernaan

Pada kasus yang berat, klien biasanya didapatkan mual dan muntah,

penurunan nafsu makan akibat pembesaran vena dan stasis vena di

dalam rongga abdomen, serta penurunan berat badan (Muttaqin, 2009)

5) Sistem Genitaurinaria

Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan,

karena itu perawat perlu memantau adanya oliguria karena merupakan

tanda awal dari syok kardiogenik. Adanya edema ekstermitas

menandakan adanya retensi cairan yang parah. Adanya gangguan ginjal

saat ini atau yang telah lalu, seperti infeksi atau obstruksi. (Ardiansyah,

2012).

6) Sistem Endokrin

Pada kasus biasa, tidak ditemukan adanya kelainan pada sistem

endokrin, namun jika telah terjadi komplikasi pada jantung melalui

auskultasi, pemeriksa dapat mendengar bising. Bising kelenjar tiroid

menunjukkan peningkatan vaskularisasi akibat hiperfungsi tiroid

(Malignance ) (Muttaqin, 2009)

7) Sistem Integumen

Pemeriksaan integumen pada klien bertujuan menemukan tanda-tanda

yang menggambarkan kondisi klien terkait dengan penyakit hipertensi

yang dialaminya. Tanda-tanda yang dapat ditemukan antara lain:


27

(a) Kulit pucat merupakan kurang adekuatnya perfusi jaringan

(b) Kebiruan pada mukosa mulut, bibir dan lidah, manifestasi sianosis

sentral akibat peningkatan jumlah hemoglobin

(c) Edema Ekstermitas

(d) Grimace (tanda kesakitan dan tanda kelelahan)

8) Sistem Muskuloskletal

Terdapat penurunan kekuatan genggaman tangan atau refleks tendon

dalam. Perubahan retinal optic (dari penyempitan arteti ringan sampai

berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papil edema, eksudat,

dan hemoragik trgantung pada berta atau lamanya hipertensi)

(Ardiansyah,2012)

9) Sistem Pendengaran

Kebanyakan klien dengan hipertensi tidak mengalami gangguan

pendengaran

10) Sistem Penglihatan

Pada mata biasanya terdapat retinopati hipertensif, atau gangguan visus

mengindikasikan kerusakan pembuluh darah retina yang terjadi akibat

komplikasi hipertensi (Ardiansyah,2012)

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan Resistensi pembuluh darah otak

meningkat

2) Kelebihan Volume cairan berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh

darah ginjal menurun


28

3) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan beban kerja jantung

meningkat

4) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kekurangan volume

cairan

5) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi

nutrien

6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue


29

2.4.3 Rencana Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri akut Nyeri akut Manajemen Nyeri
Definisi : pengalaman sensori atau Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
emosional yang berkaitan dengan 3x24 jam masalah nyeri membaik 1. Identifikasi lokasi,karakterikstik,durasi
kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan frekuensi ,intensitas nyeri
dengan onset mendadak atau lambat dan Kriteria Hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
berntensitas ringan hingga berat yang 1. Frekuensi nadi (5) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
berlangsung kurang dai 3 bulan 2. Pola nafas (5) 4. Identifikasi factor yang memperberat dan
Penyebab 3. Keluhan nyeri (5) memperingan nyeri
1. Agen pencedraan fisiologis ( inflamasi , 4. Meringis (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
iskema, neoplasmas ) 5. Gelisah (5) tentang nyeri
2. Agen pencedraan kimiaw 6. Kesulitan tidur(5) 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
3. Agen pencederaan fisik hidup
Gejala dan Tanda Mayor 7. Monitor efek samping penggunaan
Subjektif (Mengeluh nyeri ) analgesic
Objektif Terapeutik
1. Tampak meringis 1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
30

2. Bersikap protektif mengurangi rasa nyeri


3. Gelisah 2. Control lingkungan yang memperberat
4. Frekuwensi nadi meningkat rasa nyeri
5. Sulit tidur 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Gejala dan Tanda Minor 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
Subjektif( tidak tersedia ) dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Objektif Edukasi
1. Tekanan darah meningkat 1. Jelakan penyebab, periode dan pemicu
2. Pola nafas berubah nyeri
3. Nafsu makan berubah 2. Jelaskan sttrategi meredakan nyeri
4. Proses berpikir terganggu 3. Ajarkan teknin non farmakologis untuk
5. Menarik diri mengurangi nyeri
6. Berfokus pada diri sendiri Kolaborasi
7. Diaphoresis 1. Kolaborasi pemberian analgesic jika perlu

2 Hipervolemia Keseimbangan cairan Manajemen Hipervolemia


Definisi :peeningkatan cairan intravaskuler Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
,interstisial dan intraseluler . selama 3x24 jam diharapkan 1. Periksa tanda dan gejala hypervolemia
Penyebab keseimbangan cairan meningkat 2. Identifikasi penyebab hypervolemia
31

Fisiologis Kriteria Hasil : 3. Monitoring status hemodinamik


1. Gangguan mekanisme regulasi 1. Asupan cairan(5) 4. Monitoring input dan output cairan
2. Kelebihan asupan cairan 2. Haluaran urin(5) 5. Monitor tanda hemokonsentrasi
3. Kelebihan asupan natrium 3. Edema (5)
4. Gangguan aliran balik vena 4. Asites (5) Terapeutik
5. Efek agen farmakologis .. 1. Timbang berat badan seiap hari pada
Gejala dan Tanda Mayor waktu yang sama
Subjektif : 2. Batasi asupan cairan dan gram
1. Ortopnea 3. Tiinggikan kepala 30-40
2. Dyspnea Edukasi
3. Paroxysmal nocturnal dyspnea 1. Anjurkan melapor jika keluaran urin <0,5
Objektif mL/kg/jam dalam 6 jam
1. Edema anasarka atau edema perifer 2. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1
2. Berat badan meningkat dalam waktu kg dalam sehari
singkat 3. Ajarkan cara membatasi cairan
3. Jugular venous pressure atau central Kolaborasi
venouse pressure meningkat 1. Kolaborasi pemberian diuretic
4. Reflex hepatojogular positif .
Gejala dan Tanda Minor
32

Subjektif (tidak tersedia)


Objektif
1. Distensi vena jungularis
2. Terdengar suara nafas tambahan
3. Hepatomegaly
4. Kadar Hb/ Ht turun
5. Oliguria
6. Intake lebih banyak dari output
7. Kongesti paru .

3 Pola nafas tidak efektif Pola nafas Manajemen Pola nafas


Definisi : inspirasi atau ekspirasi yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
tidak memberikan ventilasi adekuat 3x24 jam inspirasi atau ekspirasi yang 1. Monitor pola nafas , monitor saturasi
Penyebab tidak memberikan ventilasi adekuat oksigen
1. Depresi pusat pernafasan membaik 2. Monitor frekuensi ,irama , kedalaman dan
2. Hambatan upaya nafas Kriteria Hasil : upaya nafas
3. Deformitas dinding dada 1. dispnea (5) 3. Monitor adanya sumbatan nafas
4. Deformitas tulang dada 2. penggunaan otot bantu nafas 5) Terapeutik
5. Gangguan neuro muscular 3. frekuensi nafas (5) 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
33

6. Gangguan neurologis 4. kedalaman nafas (5) kondisi pasien Longgarkan atau lepaskan
7. Penurunan energy 5. Bradikardi meningkat(5) pakaian
8. Obesitas 6. Suhu tubuh membaik(5) Edukasi
9. Posisi tubuh yang menghambat 7. Suhu kulit membaik(5) 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
ekspansi paru 8. Tekanan darah membaik(5) 2. Informasikan hasil pemantauan jika perlu
10. Sindrom hipoventilasi Terapi oksigen
11. Kerusakan inervasi diagframa Observasi
12. Sedera pada medulla spinalis Mnitor kecepatan aliran oksigen
13. Efek agen farmakologi Monitor posisi alat terapi oksigen
14. Kecemasan Monitor tanda tanda hipoventilasi
Gejala dan Tanda Mayor Monitor integritas mukosa hidung akibat
Subjektif : pemasangan oksigen
1. Dyspnea Terapiutik
Objektif : Bersihkan secret pada mulut ,hidung dan
1. Penggunaan alat bantu pernafasan trakea jika perlu
2. Fase ekspirasi memanjang Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Pola nafas abnormal Berikan oksigen jika perlu
Gejala dan Tanda Minor Kolaborasi
Subjektif : 1. Kolaborasi pemberian oksigen jika perlu
34

1. Ortopnea
Objektif
1. Pernafasan pursed Up
2. Pernafasan cuping hidung
3. Diameter thorax anterior- posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
9. Kejang
10. Takikardi
11. Takipnea
12. Kulit terasa hangat
35

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sudi kasus

deskriptif, yang digunakan dalam mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan

terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan sumber

informasi. Dalam studi kasus deskriptif merupakan studi kasus yang bertujuan

untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi

pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan menekankan

pada data aktual daripada penyimpulan (Nursalam, 2016).

Menurut Nursalam (2016), jenis studi kasus deskriptif terdiri atas rancangan

studi kasus dan rancangan survey. Studi kasus merupakan rancangan yang

mencangkup pengkajian satu unit studi kasus secara intensif, seperti satu pasien,

keluarga, kelompok, komunitas, dan atau institusi.

Dalam metode pendekatan studi kasus ini, peneliti menggunakan jenis

desain studi kasus deskriptif, yaitu peneliti ingin menggambarkan studi kasus

tentang asuhan keperawatan pasien hipertensi dengan tindakan kompres hangat

pada leher untuk mengurangi nyeri di RS ARSY Paciran Lamongan.

3.2 Lokasi dan waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian


36

Penelitian ini dilaksanakan di rawat inap Rumah Sakit Abdurrahman

Syamsuri (ARSY) Paciran Jl. Raya Deandles No. Km 74 Paciran, Kecamatan

Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur 62264.,

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rawat inap Rumah Sakit Abdurrahman

Syamsuri (ARSY) Paciran yang mulai dilaksankan pada tanggal 06 – 09 Mei 2022

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan pada studi kasus ini adalah dua pasien

yang di rawat inap RS ARSY Paciran Lamongan pada bulan Mei 2022 yang

memenuhi kriteria inklusi.

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Sugiyono, 2018). Kriteria

inklusi dalam studi kasus ini adalah: pasien di rawat inap RS ARSY Lamongan

yang mengalami hipertensi, usia (40-60 tahun), mendapatkan tindakan kompres

hangat dileher untuk mengurangi nyeri , bersedia menjadi responden, mendapat

persetujuan dari pasien dan keluarga, dan kepala rawat inap RS ARSY Paciran

Lamongan.

Kriteria ekslusi adalah karakteristik sampel yang tidak layak untuk diteliti

(Sugiyono, 2018). Kriteria ekslusi dalam studi kasus ini adalah pasien yang

usianya > 40 tahun dan tidak bersedia menjadi responden. Adapun kriteria drop

out dalam studi kasus ini adalah pasien yang tidak mendapatkan tindakan kompres

hangat dileher untuk mengurangi nyeri.


37

3.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2016).

Proses pengumpulan data ini melewati beberapa tahapan, pada tahap awal

peneliti meminta izin kepada dosen pembimbing Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan

Husada Jombang dan kepala rawat inap RS ARSY Paciran Lamongan untuk

melakukan penelitian di rawat inap RS ARSY Paciran Lamongan. Setelah itu

meminta persetujuan pada Pasien untuk menandatangani lembar persetujuan

(Informed Consent) bahwa anak menjadi responden. Setelah mendapat

persetujuan, kemudian dilakukan proses WOD (Wawancara, Observasi,

Dokumentasi)

3.4.1 Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab secara bertatap muka antara pewawancara

dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan

pedoman (Guid) wawancara (Nursalam, 2016).

Dalam metode pengumpulan data ini, peneliti melakukan wawancara

kepada pasien dan orang tua pasien dengan mengajukan beberaapa pertanyaan

secara sistemastis mengenai kondisi pasien dengan masalah hipertensi.

3.4.2 Observasi Peran Serta (Participant Observation)

Observasi (terstruktur dan tidak terstruktur) dapat dilaksanakan dengan

menggunakan beberapa model instrumen, yaitu: (Nursalam, 2016).


38

1) Catatan Anecdotal

Gejala-gejala yang sering muncul pada hipertensi adalah adalah Sakit

kepala ( pusing, migrain), Gampang marah, Epistaksis ( mimisan), Tinitus (

telinga berdenging, Kaku kuduk, Pandangan mata berkunang-kunang, Susah tidur,

Tekanan darah diatas Normal , Hal tersebut terjadi ketika pasien mengalami

hipertensi dan sebelum dilakukan pemberian terapi kompres hangat untuk

mengurangi nyeri .

2) Catatan Berkala

Mencatat gejala yang sering berurutan menurut waktu namun tidak terus-

menerus dalam catatan berkala.

Pada karya ilmiah ini, observer tidak mencatat macam-macam kejadian

khusus sebagaimana pada observasi catatan anecdotal, tetapi hanya pada waktu-

waktu tertentu. Apa yang dilakukan observer adalah mengobservasi cara-cara

observer bertindak dalam jangka waktu tertentu, selanjutnya observer menuliskan

kesan-kesan umumnya saja.

3) Daftar Ceklist

Daftar ceklist merupakan daftar yang memuat nama observer disertai jenis

gejala yang diamati.

Dalam observasi peneliti, sering kali pasien maupun keluarga tidak

memperhaatikan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan sehingga

menyebabkan berbagai penyakit yang muncul salah satunya yaitu hipertensi

.
39

3.4.3 Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data ini mengandalkan dokumentasi sebagai salah satu

sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian. Dokumentasi yang

digunakan peneliti berupa pengkajian sampai dengan evalusi tindakan.

3.5 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau

informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan

validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrument

utama), uji keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi dari tiga

sumber data utama yaitu, pasien, fisioterapis, dan keluarga pasien yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti. Keabsahan data dapat berupa data subyektif dan

obyektif atau triangulasi. (Nursalam, 2016)

1) Credibility

Dalam penelitian kualitatif, data dapat dinyatakan kredibel apabila adanya

persamaan antara apa yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya

terjadi pada obyek yang diteliti. Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat

permasalahan kesehatan Hipertensi.

2) Transferability

Dalam penelitian kualitatif, transferabilitas disebut validitas eksternal yang

terkait dengan konsep generalisasi data. Transferabilitas menunjukkan derajat

ketetapan atau sejauh mana dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi

dimana informan tersebut dipilih. Pada penelitian kualitatif, nilai transefrabilitas

tergantung pada pembaca, sampai sejauh mana hasil penelitian tersebut dapat
40

diterapkan pada konteks dan situasi social yang lain. Pada penelitian ini

memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pasien hipertensi dengan

tindakan kompres hangat pada leher untuk mengurangi nyeri di RS ARSY Paciran

Lamongan.

3) Dependepebility

Dalam penelitian kualitatif, dependendabilitas disebut reliabilitas. Dikatakan

memenuhi dependabilitas ketika peneliti berikutnya dapat mereplikasi rangkaian

proses penelitian tersebut. Uji dependabilitas dapat dilakukan melalui kegiatan

audit terhadap seluruh proses penelitian. Hasil penelitian tidak dapat dikatakan

dependable jika peneliti tidak dapat membuktikan bahwa dilakukannya rangkaian

proses penelitian secara nyata.

Pada penelitian ini peneliti menemukan masalah hipertensi dan melakukan

asuhan kepeawatan dengan pemberian kompres hangat dileher untuk menurunkan

nyeri.

4) Triangulasi

Sebuah konsep metodologis pada penelitian kualitatif yang menjeaskan

teknik triangulasi. Tujuan triangulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan

teoritis, metodologis, maupun interpretative dari penelitian kualitatif. Kegiatan

pengecekan data pada triangulasi yaitu:

(1) Triangulasi sumber: dilakukan dengan cara melakukan pengecekan data

yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Pada penelitian ini sumber

data diperoleh melalui assesment pada pasien dan melakukan pemeriksaan

fisik pada pasien.


41

(2) Triangulasi teknik: dilakukan dengan melakukan pengecekan data kepada

sumber yang sama, namun dengan teknik yang berbeda. Pada penelitian

ini, peneliti melakukan wawancara mendalam (indepth interview) dengan

pasien dan orang tua pasien menggunakan teknik pertanyaan open-ended.

Kemudian melakukan observasi (pengamatan) terhadap apa yang diteliti

berupa gambaran dalam bentuk sikap, tindakan, pembicaraan, interaksi

interpersonal pada pasien. Dan teknik dokumen yang digunakan untuk

melengkapi penelitian. Pada penelitian ini menggunakan sumber tertulis.

(3) Triangulasi waktu: melakukan pengecekan kembali terhadap data kepada

sumber dan tetap menggunakan teknik yang sama, namu dengan situasi

yang berbeda. Penelitian ini mengidentifikasi respon pasien sebelum

diberikan. asuhan keperawatan pasien hipertensi dengan tindakan kompres

hangat pada leher untuk mengurangi nyeri di RS ARSY Paciran Lamongan

3.6 Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara

menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil

interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan

masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti

dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya di

interpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk
42

memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisa data

pada penelitian ini yaitu:

3.6.1 Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara WOD (Wawancara, Observasi,

Dokumentasi). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin

dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur). Data yang dikumpulkan terkait

dengan data pengkajian, diangnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

Wawancara dilakukan dengan 2 responden (Tn. M, dan Tn. K) dan keluarga

responden. Kemudian peneliti melakukan dokumentasi yang berupa pengkajian

sampai dengan evalusi tindakan (Nursalam, 2016).

3.6.2 Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif

dan data obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian

dibandingkan dengan nilai normal (Nursalam, 2016).

3.6.3 Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, bagan maupun teks naratif.

Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan indentitas dari

responden (Nursalam, 2016).

Tabel 3.1 Karakteristik responden


KARAKTERISTIK RESPONDEN
No Nama Jenis Kelamin Usia
1 Tn. M Laki-laki 57 tahun
2 Tn. K Laki-Laki 64 ahun
43

3.7 Etik Penelitian

Menurut Nursalam (2016), penelitian apapun khususnya yang melibatkan

manusia sebagai subjek tidak boleh bertentangan dengan etika, oleh karena itu

setiap peneliti saat menggunakan subjek manusia harus mendapatkan persetujuan

dari subjek yang diteliti dari institusi tempat penelitian. Prinsip dalam

pertimbangan etika meliputi:

3.7.1 Informed Consent

Subjek mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian

yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak

menjadi responden. Pada informed consent juga dicantumkan bahwa data yang

diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

3.7.2 Anonymity (Tanpa Nama)

Penelitian ini tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang disajikan.

3.7.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi

atau masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

pada hasil penelitian.


44

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Pengkajian

i. Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data Kasus 1

1) Identitas Pasien Penanggung Jawab

Nama : Tn. M Nama Orang : Ny. N


tua
No. RM : 04.03.51 Usia : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMA
Usia : 57 Pekerjaan : Ibu rumah
tangga
Pendidikan : SMP Hub dgn anak : Istri
Tgl MRS : 06-05-2022 Agama : Islam
Tgl Pengkajian : 06-05-2022 Alamat : Kranji
Diagnosa medis : Obs.Dyspnea
+ Hipertensi

2) Keluhan utama :

Saat MRS : Sesak Nafas , nyeri kepala ,

Saat Pengkajian :Sesak Nafas , Nyeri kepala , muntah

3) Riwayat penyakit sekarang :

pasien datang ke IGD RS ARSY Paciran pada tanggal 06 Mei 2022

pukul 13.00 WIB dengan keluhan Sesak nafas dari sebelum MRS, nyeri

kepala seperti ditusuk tusuk hilang timbul, muntah 3x, badan lemas dan

nafsu makan menurun.

.
45

4) Riwayat penykait dahulu :

pasien mengatakan sebelumnya pernah sakit Hipertensi.

5) Riwayat penyakit keluarga :

pasien mengatakan dikeluarga ada yang menderita penyakit kronik DM

dan HT

6) Riwayat psiko sosial spiritual

Sebelum anak MRS : pasien masih beraktivitas dan bekerja seperti biasa

Setelah anak MRS : aktifitas hanya ditempat tidur

7) Pola kebiasaan pemeliharaan kesehatan

Tabel 4.2 Pola Kebiasaan Pemeliharaan Kesehatan Kasus 1


POLA
SMRS MRS
KEBIASAAN
Nutrisi Makan : 3x1 hari (1 porsi Makan : 3x1 hari (± 3
habis) sendok makan)
Minum : 10 gelas/hari Minum : 7 gelas/hari
Istirahat Tidur siang : 2 jam (12.30- Tidur siang : 4 (11.00-
14.30) 15.00)
Tidur malam : 9 jam Tidur malam : 9 (21.00 –
(20.30-05.30) 06.00)
Aktivitas bekerja , menonton TV Tirah baring, duduk
Eliminasi BAB : 1x sehari BAB : 1x sehari
BAK : 4x sehari BAK : 2x sehari
Personal Mandi : 2x sehari Mandi : 1x sehari (diseka)
Hygiene Gosok gigi : 2x sehari Ganti baju : 1x sehari
Keramas : 1x sehari
Potong kuku : 1 minggu
sekali

8) Pengkajian Fisik

(1) Keadaan Umum : Lemah, kesadaran composmentis

(2) Pemeriksaan Fisik

Kepala : Simetris, tidak ada kelainan, rambut berwarna

hitam
46

Mata : Simetris kanan dan kiri, kelopak mata tidak edema,

seclera putih, konjungtiva merah muda, mata

cekung

Hidung : Simetris kanan dan kiri, tidak ada polip, tidak ada

gangguan penciuman, bentuk normal

Mulut : Mukosa mulut kering, tidak berbau

Telinga : Tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada nyeri

tekan, membran timpani terang, bentuk normal

Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid

Dada : I : Bentuk dada simetris

P : Tidak ada benjolan

P : Sonor

A : Wheezing (-/+), rhonki (-/-), vesikuler (+/+)

Perut : I : Tidak ada asites

A : Bising usus 20x/menit, terdengar keras dan

cepat

P : Tidak ada nyeri tekan, perut kembung

P : Hipertimpani

Genetalia : Dalam batas normal

Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada gangguan ekstremitas atas

dan bawah, terpasang infus pada tangan kiri.


47

9) Pemeriksaan Penunjang

Tabel 4.3 Pemeriksaan Penunjang Kasus 1

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL


Hemoglobin 12 L : 13-18 g/dl, P : 11-15 g/dl
Laju Endap Darah 5/10 L : 0-15 mm/jam, P : 0-20 mm/jam
Lekosit 11.000 4.5-11 ribu sel/ul
Diffcount 18/68/14 3-9/50-70/20-40
Trombosit 243.000 150-400 sel/ul
Hematokrit 39.5 % L : 40-54, P: 37-48%
Eritrosit 5.9 jt L : 4,5-6,5 JT, P : 3,8-5,8 JT
MCV 67 fl 73.5-83.5 fL
MCH 20.3 pg 26.3-30.3 pg
MCHC 30.4 g/dl 33.3-38.9 g/dL
Gula Darah Acak 71 <200 mg/dl
Cholesterol 187 <200 mg/dl
Swab Antigen Negatif Negatif

TTV
Nadi : 129 x/menit RR : 26 x/menit
Suhu : 37 0C SpO2 : 89%
Tensi : 190/110

10) Terapi yang diberikan

Cairan infus NACL lifeline 500cc/24 jam

Injeksi Ranitidine 50 mg

Injeksi Ondansentron 8 mg

Injeksi Antrain 1000 mg

Amlodipine 1x10mg

Bisoprolol 1x5mg

Oksigen 02 NRM 10 lpm


48

2. Pengumpulan Data Kasus 2

1) Identitas Pasien Penanggung Jawab

Nama : Tn. K Nama Orang : Ny. S


tua
No. RM : 04.37.93 Usia : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki Pendidikan : SMP
Usia : 67 Tahun Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD Hub dgn anak : Istri
Tgl MRS : 07-05-2022 Agama : Islam
Tgl Pengkajian : 07-05-2022 Alamat : Blimbing
Diagnosa medis : Hipertensi + susp CKD

2) Keluhan utama :

Saat MRS : nyeri kepala , muntah, kedua kaki bengkak

Saat Pengkajian : nyeri kepala , muntah kedua kaki bengkak

3) Riwayat penyakit sekarang :

pasien datang ke IGD RS ARSY Paciran pada tanggal 07 Mei 2022

pukul 09.00 WIB dengan keluhan nyeri kepala seperti ditusuk tusuk

sekala nyeri 6 hilang timbul, kedua kaki bengkak , muntah 2x, tidak

nafsu makan.

4) Riwayat penykait dahulu :

pasien mengatakan sebelumnya anak tidak pernah Hipertensi , DM

5) Riwayat penyakit keluarga :

pasien mengatakan dikeluarga tidak ada yang menderita penyakit kronik

dan menular

6) Riwayat psiko sosial spiritual

Sebelum anak MRS : masih bisa beraktifitas seperti biasa


49

Setelah anak MRS : tirah baring

7) Pola kebiasaan pemeliharaan kesehatan

Tabel 4.4 Pola Kebiasaan Pemeliharaan Kesehatan Kasus 2


POLA
SMRS MRS
KEBIASAAN
Nutrisi Makan : 3x1 hari (1 porsi Makan : 3x1 hari (± 2
habis) sendok makan)
Minum : 2 botol Minum : 1 botol
550cc/hari 550cc/hari
Istirahat Tidur siang : 1 jam (13.00- Tidur siang : 1,5 (11.00-
14.00) 12.30)
Tidur malam : 10 jam Tidur malam : 8 jam
(20.00-06.00) (21.00 – 05.00)
Aktivitas Bermain, menonton TV Tirah baring, duduk
Eliminasi BAB : 1x sehari BAB :1 sehari.
BAK : 4x sehari BAK : terpasang cateter
Personal Mandi : 2x sehari Mandi : 2x sehari (diseka)
Hygiene Gosok gigi : 2x sehari Ganti baju : 1x sehari
Keramas : 1x sehari
Potong kuku : 1 minggu
sekali

8) Pengkajian Fisik

(1) Keadaan Umum : Lemah, kesadaran composmentis

(2) Pemeriksaan Fisik

Kepala : Simetris, tidak ada kelainan, rambut berwarna

hitam keriting

Mata : Simetris kanan dan kiri, kelopak mata tidak edema,

seclera putih, konjungtiva merah muda, mata

cekung

Hidung : Simetris kanan dan kiri, tidak ada polip, tidak ada

gangguan penciuman, bentuk normal

Mulut : Mukosa mulut kering, tidak berbau

Telinga : Tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada nyeri


50

tekan, membran timpani terang, bentuk normal

Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid

Dada : I : Bentuk dada simetris

P : Tidak ada benjolan

P : Sonor

A : Wheezing (-/-), rhonki (-/-), vesikuler (+/+)

Perut : I : Tidak ada asites

A : Bising usus 26x/menit, terdengar keras dan

cepat

P : Tidak ada nyeri tekan, perut kembung

P : Hipertimpani

Genetalia : Dalam batas normal

Ekstremitas : Akral hangat, Edema di ekstremitas bawah ,

terpasang infus pada tangan kiri.

9) Pemeriksaan Penunjang

Tabel 4.5 Pemeriksaan Penunjang Kasus 2


PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Hemoglobin 12.3 L : 13-18 g/dl, P : 11-15 g/dl
Lekosit 19.800 4.5-11 ribu sel/ul
Diffcount 14/37/49 3-9/50-70/20-40
Trombosit 365.000 150-400 sel/ul
Hematokrit 36.2 % L : 40-54, P: 37-48%
Eritrosit 4.51 jt L : 4,5-6,5 JT, P : 3,8-5,8 JT
MCV 80.2 fl 73.5-83.5 fL
MCH 27.3 pg 26.3-30.3 pg
MCHC 34.0 g/dl 33.3-38.9 g/dL
Gula darah acak 178 < 200
Cholesterol 217 <200
BUN 47 6-27 mg/dL
51

CREATININ 3.3 0.6-1.4 mg/dl


Swab Antigen Negatif Negatif

TTV
Nadi : 88 x/menit RR : 20 x/menit
Suhu : 36 0C SpO2 : 99%
Tensi 210/124

10) Terapi yang diberikan

Cairan infus NACL lifeline 500cc/24 jam

Injeksi Antrain 1000 mg/8jam

Injeksi Ranitidine 50 mg/12 jam

Injeksi Ondansentron 4 mg/8jam

Inj Lasix 20mg/8jam

Amlodipine 10mg /24jam

Bisoprolol 1x5mg

Candersartan 1x8mg

ii. Pengelompokan Data (Analisa Data)

1. Pengelompokan Data (Analisa Data) Kasus 1

Tabel 4.1.2.1 Pengelompokan data (analisa data) kasus 1


No Tanggal Data Masalah Penyebab
1 06-05- DS: pasien mengatakan Pola nafas Tekanan Sistemik
2022 sesak nafas tidak efektif darah 

DO: Beban kerja
- Keadaan umum lemah jantung 
- RR : 28x/menit 
- TD: 190/110 Sesak
- Spo2 : 89%
- Nadi : 119 x Menit
- Anak tampak Sesak
-
2 06-05- DS: pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Suplai o2 ke otak
2022 dikepala berkurang
52

DO: 
- Meringis kesakitan Resistensi
- Skala nyeri 7 Pembuluh darah
- TTV di otak meningkat
- RR : 28x/menit 
- TD: 190/110 Nyeri kepala
- Spo2 : 89%
- Nadi : 119 x Menit

2. Pengelompokan Data (Analisa Data) Kasus 2

Tabel 4.1.2.2 Pengelompokan data (analisa data) kasus 2


No Tanggal Data Masalah Penyebab
1 07-05- DS: pasien mengatakan Nyeri akut Suplai o2 ke otak
2022 nyeri dikepala berkurang

DO: Resistensi
- Meringis kesakitan Pembuluh darah
- Skala nyeri 6 di otak meningkat
- TTV 
- RR : 20x/menit Nyeri kepala
- TD: 210/124
- Spo2 : 99%
- Nadi : 88 x Menit
2 07-05- DS:pasien mengatakan Hypervolemia Vasokonstriksi
2022 kedua kakinya bengkak pembuluh darah
DO: di ginjal
- Akral teraba hangat 
- TTV Bloodflow darah
N : 133 x/menit menurun
S : 38.1 0C 
RR: 34 x/menit Merangsang
SPO2: 99% aldesteron

Retensi Na

Edema

b. Intervensi Keperawatan
53

Tabel 4.2.1 Intervensi keperawatan pada Pasien dengan Hipertensi di rawat inap
RS ARSY Paciran Lamongan
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Pola nafas Setelah dilakukan Manajemen pola nafas
tindakan keperawatan 1. Identifikasi penyebab
3x24 jam inspirasi atau sesak
ekspirasi yang tidak 2. Monitor pola nafas ,
memberikan ventilasi monitor saturasi oksigen
adekuat membaik dan tekanan darah
3. Berikan oksigen NRM
Kriteria hasil: 10lpm
1. Dyspnea membaik 4. Kolaborasi dalam dokter
2. Frekuensi Nafas dalam pemberian terapi
membaik <20x/Menit
3. Suhu tubuh Membaik
4. Tekanan Darah
Membaik
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri akut
tindakan keperawatan 1. Identifikasi PQRST
3x24 jam masalah nyeri nyeri
membaik dengan 2. Berikan teknik
Kriteria Hasil nonfarmakologi untuk
1. Keluhan nyeri mengurangi rasa nyeri
berkurang (kompres hangat dileher)
2. Pasien tampak tenang 3. Jelaskan sttrategi
3. Tanda tanda vital meredakan nyeri
dalam batas normal 4. Kolaborasi dalam
pemberian analgesic

3 Hipovelemia Setelah dilakukan 1. Monitoring input dan output


tindakan keperawatan cairan
selama 3x24 jam 2. Batasi asupan cairan NACL
diharapkan life line 500cc/24jam dan
keseimbangan cairan batasi diet rendah garam
meningkat 3. Ajarkan cara membatasi
Kriteria Hasil: cairan
1. Intake dan output 4. Kolaborasi pemberian
seimbang deuretik (Lasix)
Edema berkurang
54

c. Implementasi Keperawatan

Tabel 4.3.1 Implementasi pada Pasien dengan Hipertensi di rawat inap RS ARSY Paciran Lamongan.
Intervensi
Dx
Kasus Tgl/ Implementasi Tgl/ Implementasi Tgl/ Implementasi
No
Jam Jam Jam
1 1 6 mei 1. mengIdentifikasi penyebab sesak 7 Mei 1. mengIdentifikasi 8 Mei 1. mengIdentifikasi
2022 2. memonitor pola nafas , monitor 2022 penyebab sesak 2022 penyebab sesak
saturasi oksigen dan tekanan darah 2. memonitor pola nafas , 2. memonitor pola nafas ,
08.00 3. memberikan oksigen NRM 10lpm 08.00 monitor saturasi oksigen 08.00 monitor saturasi oksigen
WIB 4. berkolaborasi dengan dokter dalam WIB dan tekanan darah WIB dan tekanan darah
pemberian terapi 3. memberikan oksigen 3. memberikan oksigen
NRM 10lpm NRM 10lpm
4. berkolaborasi dengan 4. berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian dokter dalam pemberian
2 1 terapi terapi
09.00 1. Mengidentifikasi PQRST nyeri 09.00 1. Mengidentifikasi PQRST 09.00 1. Mengidentifikasi
WIB 2. Memberikan teknik nonfarmakologi untuk WIB nyeri WIB PQRST nyeri
mengurangi rasa nyeri (kompres hangat 2. Memberikan teknik 2. Memberikan teknik
dileher) nonfarmakologi untuk nonfarmakologi
3. Menjelaskan sttrategi meredakan nyeri mengurangi rasa nyeri untuk mengurangi
4. Berkolaborasi dalam pemberian analgesic (kompres hangat dileher) rasa nyeri (kompres
3. Menjelaskan sttrategi hangat dileher)
meredakan nyeri 3. Menjelaskan sttrategi
4. Berkolaborasi dalam meredakan nyeri
pemberian analgesic 4. Berkolaborasi dalam
pemberian analgesic)
1 2 7 1. Mengidentifikasi PQRST nyeri 8 Mei 1. Mengidentifikasi PQRST 9Mei 1. Mengidentifikasi PQRST
55

Mei 2. Memberikan teknik nonfarmakologi 2022 nyeri 2022 nyeri


2022 untuk mengurangi rasa nyeri (kompres 2. Memberikan teknik 2. Memberikan teknik
hangat dileher) 08.00 nonfarmakologi untuk 08.00 nonfarmakologi untuk
08.00 3. Menjelaskan sttrategi meredakan nyeri WIB mengurangi rasa nyeri WIB mengurangi rasa nyeri
WIB 4. Berkolaborasi dalam pemberian (kompres hangat dileher) (kompres hangat dileher)
analgesic 3. Menjelaskan sttrategi 3. Menjelaskan sttrategi
meredakan nyeri meredakan nyeri
4. Berkolaborasi dalam 4. Berkolaborasi dalam
2 2 pemberian analgesic pemberian analgesic
09.00 1. Monitoring input dan output cairan 09.00 1 Monitoring input dan output 09.00 1. Monitoring input dan output
WIB 2. Batasi asupan cairan NACL life line WIB cairan WIB cairan
500cc/24jam dan batasi diet rendah garam 2. Batasi asupan cairan 2. Batasi asupan cairan
3. Ajarkan cara membatasi cairan NACL life line 500cc/24jam dan NACL life line 500cc/24jam dan
4. Kolaborasi pemberian deuretik (Lasix batasi diet rendah garam batasi diet rendah garam
3. Ajarkan cara membatasi 3. Ajarkan cara membatasi
cairan cairan
4. Kolaborasi pemberian 4. Kolaborasi pemberian
deuretik (Lasix deuretik (Lasix
56

d. Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.4.1 Implementasi Pasien Hipertensi yang di rawat inap RS ARSY Paciran Lamongan.
Diagnosis
Kasus 1 Kasus 2
Diagnosis keperawat
No Keperawata Tgl/ an Tgl/
n Jam Evaluasi Ja Evaluasi
m
1 Pola nafas 6 Mei S: pasien mengatakan sesak nafas Hipervolemia 7 S: pasien mengatakan, kedua kaki bengkak
tidak 2022 O: - pasien tampak ngos-ngosan Mei O: - Keadaaan umum lemah
efektif - Freuensi nafas 28x/menit 2022 - Intake 700cc lebih banyak dari pada
08.00 - Spo2 99% (NRM) output 200cc
WIB - Tensi 190/110 08.00 - Kedua kaki bengkak
- Nadi 118x/menit WIB - Tensi 214/117
A: Pola nafas belum teratasi - Naadi 96x menit
P: intervensi dilanjutkan A: Hipervolemia belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

7 Mei pasien mengatakan sesak nafas mulai hipervolemia 8 S: pasien mengatakan bengkak mulai
2022 berkurang Mei berkurang .
O: - pasien tampak tenang 202 O: - Keadaaan umum membaik
08.00 - Freuensi nafas 24x/menit 2 - Intake 700cc output 1500cc
WIB - Spo2 99% (Nasal o2) - Bengkak mulai berkurang
- Tensi 170/100 08.00 - Tensi 160/100
- Nadi 89x menit WIB - Nadi 95xmenit
A: Pola nafas teratasi sebagian A: Hipervelemia teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan no 1, 2, dan 3 P: intervensi dilanjutkan
57

8 Mei S pasien mengatakan sesak nafas hipervolemia 9 S: pasien mengatakan bengkak berkurang .
2022 berkurang Mei O: - Keadaaan umum membaik
O: - pasien tampak tenang 202 - Intake 700cc output 700cc
08.00 - Freuensi nafas 20x/menit 2 - Bengkak berkurang
WIB - Spo2 99% (tanpa oksigen) - Tensi 140/98
- Tensi 150/80 08.00 A: Hipervolemia teratasi
- Nasi 74x menit WIB P: intervensi dihentikan
A: Pola nafas teratasi
P: intervensi dihentikan

2 Nyeri 6 Mei S: pasien mengatakan nyeri kepala Nyeri Akut 7 : pasien mengatakan nyeri kepala seperti
Akut 2022 seperti ditusuk tusuk skala nyeri 7 Mei ditusuk tusuk skala nyeri 8
O: - pasien meringis kesakitan 202 O: - pasien meringis kesakitan
TTV 2 TTV
- Freuensi nafas 28x/menit - Freuensi nafas 20x/menit
08.00 - Spo2 99% (NRM) - Spo2 99%
WIB - Tensi 190/110 08.0 - Tensi 214/117
- Nadi 118x/menit 0 - Nadi 81x/menit
A: nyeri akut belum teratasi WI A: nyeri akut belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan B P: intervensi dilanjutkan

7 Mei S: pasien mengatakan nyeri kepala masih 8 : pasien mengatakan nyeri kepala masih
2022 hilang timbul sekala nyeri 5 Mei hilang timbul sekala nyeri 6
O: - pasien mulai tenang 202 O: - pasien mulai tenang
- TTV 2 - TTV
- Freuensi nafas 24x/menit - Freuensi nafas 20x/menit
58

08.00 - Spo2 99% (Nasal o2) - Spo2 99%


WIB - Tensi 170/100 - Tensi 160/100
Nadi 89x menit 08.0 - Nadi 95x menit
A: Nyeri akut teratasi sebagian 0 A: Nyeri akut teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan WI P: intervensi dilanjutkan
B

8 Mei S: paseien mengatakan nyeri berkurang 9 S: : paseien mengatakan nyeri berkurang


2022 skala nyeri 2 Mei skala nyeri 4
O: - Pasien tampak teanang 202 O: - Pasien tampak teanang
TTV 2 TTV
08.00 - Freuensi nafas 20x/menit - Freuensi nafas 20x/menit
WIB - Spo2 99% (tanpa oksigen) - Spo2 99%
- Tensi 150/80 08.0 - Tensi 140/98
- Nasi 74x menit 0 - Nasi 70x menit
A: Nyeri akut teratasi WI A: Nyeri akut teratasi
P: intervensi dihentikan B P: intervensi dihentikan
59

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

4.1.1 Pengkajian

Pengkajian ini dilakukan dengan menggunakan 2 pasien dengan kasus yang sama

yaitu hipertensi yang didapatkan adalah pasien 1Tn .M usia 57 Tahun Laki-laki mengalami

sesak nafas , nyeri kepala dan tidak nafsu makan. Sedangkan pasien 2 Tn .K usia 67 tahun

lako-laki mengalami nyeri kepala, kedua kaki bengkak muntah 2x dan lemes

4.1.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang dirumuskan pada pasien 1 Nyeri akut, pola nafas

tidak efektif dan pasien ke 2 nyeri akut dan hypervolemia

4.1.3 Rencana Keperawatan

Berdasarkan analisa data, rencana keperawatan yang diberikan pada pasien berupa

pemberian kompres hangat di leher untuk menurunkannyeri . Pemberian terapi kmpres

hangat dilakukan sebanyak 1x sehari selama 3 hari.

4.1.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang diberikan dapat berubah dari rencana

keperawatan yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi pasien.

Pada penelitian ini, peneliti memberikan implementasi keperawatan kepada pasien

1 dan 2 menggunakan kompres hangat dileher diberikan kepada pasien sebanyak 1x sehari

dan dilakukan selama 3 hari.

4.1.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien 1dan 2, selama 3 hari

dengan pemberian kompres hangat di leher sehari mendapatkan hasil yang positif dan terjadi

penurunan skala nyeri secara signifikan berdasarkan teknik SOAP. Hal ini menunjukkan
60

dengan diberikan terapi kompres hangat pada pasien 1 Tn . M mengalami penurunan skala

nyeri. Sedangkan pasien 2 Tn. mengalami penurunan diberikan terapi kompres hangat di hari

ke 2. Berdasarkan evaluasi masalah keperawatan Hipertensi pada ke dua pasien tersebut

dapat teratasi di hari ke 3 dengan tanda nyeri brkurang dan pasien tampak tenang .

5.2 Saran

4.2.1 Bagi Akademik

Penelitian ini hendaknya dapat menambah wawasan atau informasi bagi

perkembangan ilmu keperawatan anak khususnya dalam hal pemberian asuhan keperawatan

dan sebagai sarana pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan dalam memperkaya informasi

tentang cara menurunkan kompres hangat untuk mengurangi nyeri.

4.2.2 Bagi Praktisi

1) Bagi Peneliti

Setelah dilakukan penelitian ini hendaknya peneliti bisa mengaplikasikan ilmu yang

telah diperoleh selama pendidikan dan dapat menambah wawasan khususnya tentang asuhan

keperawatan pada pasien hipertensi dengan pemberian kompres hangat pada leher untuk

mengurangi nyeri.

2) Bagi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan sebagai salah satu alternatif

informasi dalam asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan pemberian kompres

hangat pada leher untuk mengurangi nyeri.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai rujukan maupun wawasan pengetahuan

mengenai asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan pemberian kompres hangat
61

pada leher untuk mengurangi nyeri. serta sebagai masukan atau bahan pembanding bagi

peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian sejenis atau penelitian yang lebih luas.
62

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: AR-RUZZ


MEDIA.Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta.

Chobanian AV, Bakris GL, Black HR et al. (December 2003). "Seventh report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure".
Dody Setyawan, (2012). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Pada Leher Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Di RSUD TUGUREJO
Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), (N, 2014)

Gloria.M. Bulechek et.al, (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). Sixth edition,
Elsivier Mosby.

Grace, Pierce A, & Borley, Neil R 2006.At a Glance Ilmu Bedah, Edisi Ketiga Penerbit Buku
Erlangga. Jakartaa.

Nursalam. (2016). Metodelogi penelitian ilmu keperawatan : pendekatan praktis ed. 4.


Jakarta : Salemba Medika.

Padila. (2017). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.


Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :


Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :


Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Law M, Wald N, Morris J (2003). "Lowering blood pressure to prevent myocardial infarction
and stroke: a new preventive strategy" (PDF). Health Technol Assess 7 (31): 1–94.
PMID 14604498.Riskiyah. (2017)

Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia dari sel ke system. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai