BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi yaitu kondisi medis saat tekanan darah dalam arteri melebihi batas
permukaan pembuluh arteri saat darah dipompa oleh jantung, tekanan darah yang
1ditunjukan dengan angka misal 120/80 mmHg, nilai 120 menunjukan pada
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang tidak menular yang menjadi
juga menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini ( Kartikasari,
2012)
Hipertension menyatakan saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh
hipertensi 15-35% dari populasi penduduk dunia. Pada tahun 2005 di Amerika
hipertensi
dan terendah di Papua (16,8%) . Sementara data itu, data Survei Indikator
hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas sebesar 32,4% (Riskesdas, 2013).
pada 2018 terdapat 2.005.393 kasus hipertensi yang dilayani di Puskesmas. Dari
jumlah itu 826.368 di antaranya adalah pria dan sisanya 1.179.025 adalah
penderita wanita. Angka tersebut meningkat dibanding tahun 2017 lalu yang
29,4 %.Prevalensi Hipertensi pada perempuan cenderung lebih rendah dari pada
kasus terbanyak 221 orang (6,85%). Penyakit hipertensi ini berada pada peringkat
lanjut, seperti stroke, penyakit jantung, dan yang lainnya. host untuk agen infeksi,
Tekanan darah pada arteri merupakan produk total atau hasil dari resistensi
perifer dan curah jantung. Curah jantung meningkatkan frekuensi jantung, volume
yang mengakibatkan restriksi allirah darah ke organ penting dan dapat terjadi
kerusakan. Hal tersebut mengakibatkan spasme pada pembuluh darah arteri dan
penurunan O2 (oksigen) di otak, yang akan berujung pada nyeri kepala atau
disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri merupakan
suatukondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh
stimulustertentu intensitas bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat
tidak menimbulkan efek samping, simple dan tidak berbiaya mahal salah satunya
dengan kompres hangat Terapi ini dapat dilakukan dengan teknik relaksasi,
Dengan demikian pada klien hipertensi perlu peran perawat salah satunya
memberi asuhan keperawatan dengan cepat dan tepat untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan. Jika nyeri kepala dibiarkan terus-menerus tidak ditangani
dengan benar maka dapat menyebabkan masalah lain seperti stroke dan masalah
lainnya
pasien hipertensi dengan pemberian kompres hangat pada leher untuk mengurangi
nyeri.
pemberian kompres hangat pada leher untuk mengurangi nyeri di ruang Musa RS.
KH.Abdurrahman Syamsuri?
5
Syamsuri
Paciran Lamongan
Hasil penelitian karya ilmiah akhir ini akan memberikan informasi pengaruh
pemberian kompres hangat pada leher untuk mengurangi nyeri pada pasien
hipertensi.
menganalisis suatu masalah serta menerapkan teori yang telah di dapat selama
perkuliahan dan juga salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Profesi
Ners.
6
dalam pemberian kompres hangat pada leher untuk mengurangi nyeri pada pasien
hipertensi.
hangat pada leher untuk mengurangi nyeri pada pasien hipertensi serta sebagai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
darah melebihi 140/90 mmHg secara kronis. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kali kesempatan yang berbeda. Secara umum, seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan daranya lebih dari 140/90 mmHg
dan pembuluh darah. Darah yang mencapai sel-sel tubuh dan melakukan
pertukaran zat dengan, sel-sel tersebut harus di pompa secara terus-menerus oleh
jantung melalui pembuluh darah. Sisi kanan dari jantung, memompa darah
Gambar 2.1
Anatomi jantung
( Tortora, 2012)
menerima nutrisi dari darah yang di pompanya. Nutrisi tidak dapat menyebar
cukup cepat dari darah yang ada dalam bilik jantung untuk memberi nurisi semua
lapisan sel yang membentuk dinding jantung. Untuk alasan ini, miokardium
memiliki jaringan pembuluh darah sendiri, yaitu sirkulasi koroner ( Tortora, 2012)
Jantung kaya akan pasokan darah, yang berasal dari arteri koronari kiri
dan kanan. Arteri-arteri ini muncul secara terpisan dari sinus aorta pada dasar
aorta, di belakang tonjolan katup aorta. Arteri ini tidak diblockade oleh tonjolan
katup selama sistol karena adanya aliran sirkulasi dan sepanjang siklus jantung
atrium kanan, menuju sulkus AV. Saat arteri tersebut menuruni tepi bawah
antara cabang marginal kanan dan kiri, serta arteri descendens anterior dan
dan vena jantung anterior. Vena koronari besar dan kecil secara berturut-turut
terletak paralel terhadap arteri koronaria kiri dan kanan, dan berakhir di dalam
ventrikel kiri disuplai oleh arteri koronari kiri, dan oleh sebab itu adanya
sumbatan pada arteri tersebut sangant berbahaya, AVN dan nodus sinus disuplai
oleh arteri koronaria kanan pada sebagian besar orang, penyakit pada arteri ini
2010).
Gambar 2.2
Arteri dan Vena Koroner dibagian anterior
10
kaya oksigen (O2) dari jantung keseluruh tubuh, sedangkan fungsi utama vena
adalah mengalirkan darah yang membawa sisa metabolisme, dan karbon dioksida
(C02) dari jaringan, kembali kejantung. Pada peredaran darah paru, pembuluh
arteri mengandung darah miskin oksigen (O2) dan banyak karbon dioksida (C02)
sedangkan vena pulmonal mengadung banyak oksigen. Darah dalam vena dapat
memompakan darah dari jantung dan kembali ke jantung. Tekanan darah sangat
penting dalam sistem sirkulasi darah selalu diperlukan untuk daya dorong
mengalirkan darah dalam arteri, arteriole, kapiler dan sistem vena sehingga
terbentuk aliran darah yang menetap. Pada perekaman tekanan didalam sistem
arteri, tampak kenaikan tekanan arteri sampai pada puncaknya sekitar 120 mmHg,
tekanan ini disebut tekanan sistole, tekanan ini menyebabkan aorta distensi,
sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole, ventrikel tekanan
a. Sistem saraf : Terdiri dari pusat yang terdapat di batang otak, diluar susunan
2.1.3 Klasifikasi
perbedaan usia menunjukan perbedaan tekanan darah standar atau normal. Anak-
anak memiliki tekanan darah yang lebih rendah dibandingkan dengan orang
dewasa, tingkatan penyakit hipertensi untuk anak juga dibedakan dengan orang
dewasa.
Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi
2.1.4 Etiologi
a. Perokok
b. Obesitas
c. Alkholisme
Alkoohol yang dapat merusak hepar dan sifat alkohol mengikat air
d. Stress
12
e. Konsumsi garam
b) Hipertensi Sekunder
2.1.5 Patofisiologi
baroreseptor yang terdapat pada sinus karotis dan arkus aorta. Pada hipertensi,
perifer dan volume darah merupakan dua penyebab uatam terjadinya hipertensi.
Puat yang menerima impuls yang dapat mengenali keadaan tekanan darah terletak
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada akhirnya akan
b) Gampang marah
c) Epistaksis ( mimisan)
e) Kaku kuduk
g) Susah tidur
2.1.7 Komplikasi
a) Stroke
oatak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh darah non otak.
terbentuknya aneurisma.
b) Infark Miokardium
c) Gagal Ginjal
d) Ensefalopati
Atau sering juga disebut dengan kerusakan otak yang dapat terjadi
2.1.8 Penatalaksanaan
a) Farmakologi
Terapi obat pada penderita hiperensi dimulai dengan salah satu obat
berikut:
17
b) NonFarmakologi
5) Berhenti merokok
disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri merupakan
suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh
stimulus tertentu intensitas bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat
tidak menimbulkan efek samping, simple dan tidak berbiaya mahal salah satunya
dengan kompres hangat. Terapi ini dapat dilakukan dengan teknik relaksasi,
dengan menggunakan kantung yang berisi air hangat sehingga menimbulkan rasa
hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres hangat yang digunakan
1. Panas Kering
Kompres jenis ini lebih mudah dilakukan. Contoh kompres panas kering yang
2. Panas Basah
Kompres ini lebih efektif jika dibandingkan dengan kompres panas kering,
yaitu dengan menggunakan handuk yang direndam bukan dengan air mendidih
2.3.1 Definisi
1. Persiapan Alat
b. Bak seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang
sesuai
h. Korentang
2. Prosedur
c. Cuci tangan
g. Ambil beberapa potong kasa dengan pinset dari bak seteril, lalu masukan
h. Kemudian ambil kasa tersebut, lalu bentangkan dan letakan pada area yang
20
akan dikompres
dengan kasa kering, selama dibalut dengan kasa perban atau sarung segitiga
j. Lakukan prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program dengan ganti
n. Cuci tangan
2.4.1 Pengkajian
Hipertensi adalah suatu sindrom klinis yang ditandai oleh sejumlah tanda
dan gejala, serta disebabkan oleh berbagai kuasa, seperti kelainan jantung,
assupan natrium yang tinggi, obesitas, faktor genetik, lingkungan, dan yang
lainnya. Pengkajian pada klien dengan hiprtensi merupakan salah satu aspek
2009).
21
1) Identitas Pasien
2) Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
gelisah, mual muntah, epistaksis, dan pada kasus yang parah bisa
Quality of Pain : Tingkat keluhan utama. Seperti apa pusing yang dirasakan
kaku
(Muttaqin, 2009)
serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian
menurun dengan porsi makan tidak dihabiskan dan minum yang kurang.
Istirahat : pasien kurang tidur < 8 jam per hari karena susah tidur.
6) Pengkajian fisik:
menilai keadaan fisik. Tiap bagian tubuh perlu dinilai secara umum
kesadaran baik ataupun compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat
1) Sistem Pernafasan
2) Sistem Kardiovaskuler
palpitasi
epigastrium
3) Sistem Persyarafan
(hiposmia)
otot mengunyah
keseimbangan.
mulut
4) Sistem Pencernaan
Pada kasus yang berat, klien biasanya didapatkan mual dan muntah,
5) Sistem Genitaurinaria
saat ini atau yang telah lalu, seperti infeksi atau obstruksi. (Ardiansyah,
2012).
6) Sistem Endokrin
7) Sistem Integumen
(b) Kebiruan pada mukosa mulut, bibir dan lidah, manifestasi sianosis
8) Sistem Muskuloskletal
berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papil edema, eksudat,
(Ardiansyah,2012)
9) Sistem Pendengaran
pendengaran
meningkat
meningkat
cairan
nutrien
6. Gangguan neurologis 4. kedalaman nafas (5) kondisi pasien Longgarkan atau lepaskan
7. Penurunan energy 5. Bradikardi meningkat(5) pakaian
8. Obesitas 6. Suhu tubuh membaik(5) Edukasi
9. Posisi tubuh yang menghambat 7. Suhu kulit membaik(5) 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
ekspansi paru 8. Tekanan darah membaik(5) 2. Informasikan hasil pemantauan jika perlu
10. Sindrom hipoventilasi Terapi oksigen
11. Kerusakan inervasi diagframa Observasi
12. Sedera pada medulla spinalis Mnitor kecepatan aliran oksigen
13. Efek agen farmakologi Monitor posisi alat terapi oksigen
14. Kecemasan Monitor tanda tanda hipoventilasi
Gejala dan Tanda Mayor Monitor integritas mukosa hidung akibat
Subjektif : pemasangan oksigen
1. Dyspnea Terapiutik
Objektif : Bersihkan secret pada mulut ,hidung dan
1. Penggunaan alat bantu pernafasan trakea jika perlu
2. Fase ekspirasi memanjang Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Pola nafas abnormal Berikan oksigen jika perlu
Gejala dan Tanda Minor Kolaborasi
Subjektif : 1. Kolaborasi pemberian oksigen jika perlu
34
1. Ortopnea
Objektif
1. Pernafasan pursed Up
2. Pernafasan cuping hidung
3. Diameter thorax anterior- posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
9. Kejang
10. Takikardi
11. Takipnea
12. Kulit terasa hangat
35
BAB 3
METODE PENELITIAN
informasi. Dalam studi kasus deskriptif merupakan studi kasus yang bertujuan
pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan menekankan
Menurut Nursalam (2016), jenis studi kasus deskriptif terdiri atas rancangan
studi kasus dan rancangan survey. Studi kasus merupakan rancangan yang
mencangkup pengkajian satu unit studi kasus secara intensif, seperti satu pasien,
desain studi kasus deskriptif, yaitu peneliti ingin menggambarkan studi kasus
Syamsuri (ARSY) Paciran yang mulai dilaksankan pada tanggal 06 – 09 Mei 2022
Subjek penelitian yang digunakan pada studi kasus ini adalah dua pasien
yang di rawat inap RS ARSY Paciran Lamongan pada bulan Mei 2022 yang
populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Sugiyono, 2018). Kriteria
inklusi dalam studi kasus ini adalah: pasien di rawat inap RS ARSY Lamongan
persetujuan dari pasien dan keluarga, dan kepala rawat inap RS ARSY Paciran
Lamongan.
Kriteria ekslusi adalah karakteristik sampel yang tidak layak untuk diteliti
(Sugiyono, 2018). Kriteria ekslusi dalam studi kasus ini adalah pasien yang
usianya > 40 tahun dan tidak bersedia menjadi responden. Adapun kriteria drop
out dalam studi kasus ini adalah pasien yang tidak mendapatkan tindakan kompres
(Nursalam, 2016).
Proses pengumpulan data ini melewati beberapa tahapan, pada tahap awal
peneliti meminta izin kepada dosen pembimbing Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan
Husada Jombang dan kepala rawat inap RS ARSY Paciran Lamongan untuk
Dokumentasi)
penelitian dengan cara tanya jawab secara bertatap muka antara pewawancara
dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan
kepada pasien dan orang tua pasien dengan mengajukan beberaapa pertanyaan
1) Catatan Anecdotal
Tekanan darah diatas Normal , Hal tersebut terjadi ketika pasien mengalami
mengurangi nyeri .
2) Catatan Berkala
Mencatat gejala yang sering berurutan menurut waktu namun tidak terus-
khusus sebagaimana pada observasi catatan anecdotal, tetapi hanya pada waktu-
3) Daftar Ceklist
Daftar ceklist merupakan daftar yang memuat nama observer disertai jenis
.
39
utama), uji keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi dari tiga
sumber data utama yaitu, pasien, fisioterapis, dan keluarga pasien yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Keabsahan data dapat berupa data subyektif dan
1) Credibility
persamaan antara apa yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya
terjadi pada obyek yang diteliti. Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat
2) Transferability
tergantung pada pembaca, sampai sejauh mana hasil penelitian tersebut dapat
40
diterapkan pada konteks dan situasi social yang lain. Pada penelitian ini
tindakan kompres hangat pada leher untuk mengurangi nyeri di RS ARSY Paciran
Lamongan.
3) Dependepebility
audit terhadap seluruh proses penelitian. Hasil penelitian tidak dapat dikatakan
nyeri.
4) Triangulasi
yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Pada penelitian ini sumber
sumber yang sama, namun dengan teknik yang berbeda. Pada penelitian
sumber dan tetap menggunakan teknik yang sama, namu dengan situasi
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara
masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti
interpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk
42
dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, bagan maupun teks naratif.
manusia sebagai subjek tidak boleh bertentangan dengan etika, oleh karena itu
dari subjek yang diteliti dari institusi tempat penelitian. Prinsip dalam
yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak
menjadi responden. Pada informed consent juga dicantumkan bahwa data yang
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
BAB 4
a. Pengkajian
i. Pengumpulan Data
2) Keluhan utama :
pukul 13.00 WIB dengan keluhan Sesak nafas dari sebelum MRS, nyeri
kepala seperti ditusuk tusuk hilang timbul, muntah 3x, badan lemas dan
.
45
dan HT
Sebelum anak MRS : pasien masih beraktivitas dan bekerja seperti biasa
8) Pengkajian Fisik
hitam
46
cekung
Hidung : Simetris kanan dan kiri, tidak ada polip, tidak ada
P : Sonor
cepat
P : Hipertimpani
9) Pemeriksaan Penunjang
TTV
Nadi : 129 x/menit RR : 26 x/menit
Suhu : 37 0C SpO2 : 89%
Tensi : 190/110
Injeksi Ranitidine 50 mg
Injeksi Ondansentron 8 mg
Amlodipine 1x10mg
Bisoprolol 1x5mg
2) Keluhan utama :
pukul 09.00 WIB dengan keluhan nyeri kepala seperti ditusuk tusuk
sekala nyeri 6 hilang timbul, kedua kaki bengkak , muntah 2x, tidak
nafsu makan.
dan menular
8) Pengkajian Fisik
hitam keriting
cekung
Hidung : Simetris kanan dan kiri, tidak ada polip, tidak ada
P : Sonor
cepat
P : Hipertimpani
9) Pemeriksaan Penunjang
TTV
Nadi : 88 x/menit RR : 20 x/menit
Suhu : 36 0C SpO2 : 99%
Tensi 210/124
Bisoprolol 1x5mg
Candersartan 1x8mg
DO:
- Meringis kesakitan Resistensi
- Skala nyeri 7 Pembuluh darah
- TTV di otak meningkat
- RR : 28x/menit
- TD: 190/110 Nyeri kepala
- Spo2 : 89%
- Nadi : 119 x Menit
b. Intervensi Keperawatan
53
Tabel 4.2.1 Intervensi keperawatan pada Pasien dengan Hipertensi di rawat inap
RS ARSY Paciran Lamongan
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Pola nafas Setelah dilakukan Manajemen pola nafas
tindakan keperawatan 1. Identifikasi penyebab
3x24 jam inspirasi atau sesak
ekspirasi yang tidak 2. Monitor pola nafas ,
memberikan ventilasi monitor saturasi oksigen
adekuat membaik dan tekanan darah
3. Berikan oksigen NRM
Kriteria hasil: 10lpm
1. Dyspnea membaik 4. Kolaborasi dalam dokter
2. Frekuensi Nafas dalam pemberian terapi
membaik <20x/Menit
3. Suhu tubuh Membaik
4. Tekanan Darah
Membaik
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri akut
tindakan keperawatan 1. Identifikasi PQRST
3x24 jam masalah nyeri nyeri
membaik dengan 2. Berikan teknik
Kriteria Hasil nonfarmakologi untuk
1. Keluhan nyeri mengurangi rasa nyeri
berkurang (kompres hangat dileher)
2. Pasien tampak tenang 3. Jelaskan sttrategi
3. Tanda tanda vital meredakan nyeri
dalam batas normal 4. Kolaborasi dalam
pemberian analgesic
c. Implementasi Keperawatan
Tabel 4.3.1 Implementasi pada Pasien dengan Hipertensi di rawat inap RS ARSY Paciran Lamongan.
Intervensi
Dx
Kasus Tgl/ Implementasi Tgl/ Implementasi Tgl/ Implementasi
No
Jam Jam Jam
1 1 6 mei 1. mengIdentifikasi penyebab sesak 7 Mei 1. mengIdentifikasi 8 Mei 1. mengIdentifikasi
2022 2. memonitor pola nafas , monitor 2022 penyebab sesak 2022 penyebab sesak
saturasi oksigen dan tekanan darah 2. memonitor pola nafas , 2. memonitor pola nafas ,
08.00 3. memberikan oksigen NRM 10lpm 08.00 monitor saturasi oksigen 08.00 monitor saturasi oksigen
WIB 4. berkolaborasi dengan dokter dalam WIB dan tekanan darah WIB dan tekanan darah
pemberian terapi 3. memberikan oksigen 3. memberikan oksigen
NRM 10lpm NRM 10lpm
4. berkolaborasi dengan 4. berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian dokter dalam pemberian
2 1 terapi terapi
09.00 1. Mengidentifikasi PQRST nyeri 09.00 1. Mengidentifikasi PQRST 09.00 1. Mengidentifikasi
WIB 2. Memberikan teknik nonfarmakologi untuk WIB nyeri WIB PQRST nyeri
mengurangi rasa nyeri (kompres hangat 2. Memberikan teknik 2. Memberikan teknik
dileher) nonfarmakologi untuk nonfarmakologi
3. Menjelaskan sttrategi meredakan nyeri mengurangi rasa nyeri untuk mengurangi
4. Berkolaborasi dalam pemberian analgesic (kompres hangat dileher) rasa nyeri (kompres
3. Menjelaskan sttrategi hangat dileher)
meredakan nyeri 3. Menjelaskan sttrategi
4. Berkolaborasi dalam meredakan nyeri
pemberian analgesic 4. Berkolaborasi dalam
pemberian analgesic)
1 2 7 1. Mengidentifikasi PQRST nyeri 8 Mei 1. Mengidentifikasi PQRST 9Mei 1. Mengidentifikasi PQRST
55
d. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.4.1 Implementasi Pasien Hipertensi yang di rawat inap RS ARSY Paciran Lamongan.
Diagnosis
Kasus 1 Kasus 2
Diagnosis keperawat
No Keperawata Tgl/ an Tgl/
n Jam Evaluasi Ja Evaluasi
m
1 Pola nafas 6 Mei S: pasien mengatakan sesak nafas Hipervolemia 7 S: pasien mengatakan, kedua kaki bengkak
tidak 2022 O: - pasien tampak ngos-ngosan Mei O: - Keadaaan umum lemah
efektif - Freuensi nafas 28x/menit 2022 - Intake 700cc lebih banyak dari pada
08.00 - Spo2 99% (NRM) output 200cc
WIB - Tensi 190/110 08.00 - Kedua kaki bengkak
- Nadi 118x/menit WIB - Tensi 214/117
A: Pola nafas belum teratasi - Naadi 96x menit
P: intervensi dilanjutkan A: Hipervolemia belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
7 Mei pasien mengatakan sesak nafas mulai hipervolemia 8 S: pasien mengatakan bengkak mulai
2022 berkurang Mei berkurang .
O: - pasien tampak tenang 202 O: - Keadaaan umum membaik
08.00 - Freuensi nafas 24x/menit 2 - Intake 700cc output 1500cc
WIB - Spo2 99% (Nasal o2) - Bengkak mulai berkurang
- Tensi 170/100 08.00 - Tensi 160/100
- Nadi 89x menit WIB - Nadi 95xmenit
A: Pola nafas teratasi sebagian A: Hipervelemia teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan no 1, 2, dan 3 P: intervensi dilanjutkan
57
8 Mei S pasien mengatakan sesak nafas hipervolemia 9 S: pasien mengatakan bengkak berkurang .
2022 berkurang Mei O: - Keadaaan umum membaik
O: - pasien tampak tenang 202 - Intake 700cc output 700cc
08.00 - Freuensi nafas 20x/menit 2 - Bengkak berkurang
WIB - Spo2 99% (tanpa oksigen) - Tensi 140/98
- Tensi 150/80 08.00 A: Hipervolemia teratasi
- Nasi 74x menit WIB P: intervensi dihentikan
A: Pola nafas teratasi
P: intervensi dihentikan
2 Nyeri 6 Mei S: pasien mengatakan nyeri kepala Nyeri Akut 7 : pasien mengatakan nyeri kepala seperti
Akut 2022 seperti ditusuk tusuk skala nyeri 7 Mei ditusuk tusuk skala nyeri 8
O: - pasien meringis kesakitan 202 O: - pasien meringis kesakitan
TTV 2 TTV
- Freuensi nafas 28x/menit - Freuensi nafas 20x/menit
08.00 - Spo2 99% (NRM) - Spo2 99%
WIB - Tensi 190/110 08.0 - Tensi 214/117
- Nadi 118x/menit 0 - Nadi 81x/menit
A: nyeri akut belum teratasi WI A: nyeri akut belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan B P: intervensi dilanjutkan
7 Mei S: pasien mengatakan nyeri kepala masih 8 : pasien mengatakan nyeri kepala masih
2022 hilang timbul sekala nyeri 5 Mei hilang timbul sekala nyeri 6
O: - pasien mulai tenang 202 O: - pasien mulai tenang
- TTV 2 - TTV
- Freuensi nafas 24x/menit - Freuensi nafas 20x/menit
58
BAB 5
5.1 Kesimpulan
4.1.1 Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan menggunakan 2 pasien dengan kasus yang sama
yaitu hipertensi yang didapatkan adalah pasien 1Tn .M usia 57 Tahun Laki-laki mengalami
sesak nafas , nyeri kepala dan tidak nafsu makan. Sedangkan pasien 2 Tn .K usia 67 tahun
lako-laki mengalami nyeri kepala, kedua kaki bengkak muntah 2x dan lemes
Diagnosis keperawatan yang dirumuskan pada pasien 1 Nyeri akut, pola nafas
Berdasarkan analisa data, rencana keperawatan yang diberikan pada pasien berupa
1 dan 2 menggunakan kompres hangat dileher diberikan kepada pasien sebanyak 1x sehari
Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien 1dan 2, selama 3 hari
dengan pemberian kompres hangat di leher sehari mendapatkan hasil yang positif dan terjadi
penurunan skala nyeri secara signifikan berdasarkan teknik SOAP. Hal ini menunjukkan
60
dengan diberikan terapi kompres hangat pada pasien 1 Tn . M mengalami penurunan skala
nyeri. Sedangkan pasien 2 Tn. mengalami penurunan diberikan terapi kompres hangat di hari
dapat teratasi di hari ke 3 dengan tanda nyeri brkurang dan pasien tampak tenang .
5.2 Saran
perkembangan ilmu keperawatan anak khususnya dalam hal pemberian asuhan keperawatan
dan sebagai sarana pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan dalam memperkaya informasi
1) Bagi Peneliti
Setelah dilakukan penelitian ini hendaknya peneliti bisa mengaplikasikan ilmu yang
telah diperoleh selama pendidikan dan dapat menambah wawasan khususnya tentang asuhan
keperawatan pada pasien hipertensi dengan pemberian kompres hangat pada leher untuk
mengurangi nyeri.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan sebagai salah satu alternatif
informasi dalam asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan pemberian kompres
Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai rujukan maupun wawasan pengetahuan
mengenai asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan pemberian kompres hangat
61
pada leher untuk mengurangi nyeri. serta sebagai masukan atau bahan pembanding bagi
peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian sejenis atau penelitian yang lebih luas.
62
DAFTAR PUSTAKA
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR et al. (December 2003). "Seventh report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure".
Dody Setyawan, (2012). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Pada Leher Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Di RSUD TUGUREJO
Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), (N, 2014)
Gloria.M. Bulechek et.al, (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). Sixth edition,
Elsivier Mosby.
Grace, Pierce A, & Borley, Neil R 2006.At a Glance Ilmu Bedah, Edisi Ketiga Penerbit Buku
Erlangga. Jakartaa.
Law M, Wald N, Morris J (2003). "Lowering blood pressure to prevent myocardial infarction
and stroke: a new preventive strategy" (PDF). Health Technol Assess 7 (31): 1–94.
PMID 14604498.Riskiyah. (2017)
Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia dari sel ke system. Edisi 2. Jakarta : EGC.