Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit yang paling paling sering di derita oleh
kebanyakan masyarakat.Hipertensi dapat menyerang siapa saja, baik muda
maupun tua,entah kaya ataupun miskin. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik
lebih besar dari atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih
besar dari atau sama dengan 90 mmHg, atau saat ini minum obat untuk
menurunkan tekanan darah tinggi (Cheryl D. Fryar, 2017).
Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” (pembunuh diam-diam)
karena pada beberapa kasus, hipertensi terdeteksi pada waktu pemeriksaan fisik
yang disebabkan.penyakit hipertensi juga merupakan faktor resiko terjadinya
penyakit jantung, gagal ginjal, dan penyakit serebrovaskular (Patria & Haryani,
2019). Penderita hipertensi umumnya menunjukkan tanda dan gejala seperti
migraine atau pusing, lemah, terasa berat pada tengkuk, sulit untuk tidur, dan
kelelahan (Maliya & Andria, 2018).
Menurut data world health organization (WHO), terdapat dua per tiga dari
penduduk dunia yang menderita hipertensi dan diantaranya berada di Negara
berkembang yang berpenghasilan rendah dan sedang seperti negara-negara di
benua Asia. Prevalensi kejadian hipertensi tertinggi di Asia adalah negara
Myanmar yaitu sebesar 37.7 %, India 36.5%, Srilanka 34.7%, dan Thailand
33.3% (Indofation, 2016) .
Prevalensi hipertensi meningkat dengan usia, dari antara orang dewasa
berusia 18 – 39 tahun 7,5% dan 33,2% di antara mereka yang berusia 40 – 59,
dan 63,1% di antara mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Pria memiliki
prevalensi lebih tinggi dari hipertensi daripada wanita di antara orang dewasa
berusia 18 – 39 tahun (masing-masing 9,2% dan 5,6%,) dibandingkan dengan 40
– 59 tahun (37,2% dan 29,4%,), tetapi pria memiliki prevalensi rendah hipertensi
daripada wanita di antara orang dewasa 60 dan lebih (58,5% dibandingkan
dengan 66,8%, masing-masing) (Cheryl D. Fryar, 2017).
Hingga saat ini indonesia sebagai salah satu negara berkembang di Asia
masih terus menghadapi tantangan berupa meningkatnya prevalensi penderita

1
hipertensi sehingga memerlukan perhatian yang serius karena hipertensi adalah
penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis (Yunita Sari, 2018).
Terjadinya hipertensi diakibatkan peningkatan volume darah yang
dipompa jantung sehingga mengakibatkan volume darah di pembuluh arteri juga
meningkat. Hipertensi ini perlu memperoleh perhatian lebih karena berdampak
dan bisa membahayakan keselamatan jiwa. Hipertensi yang tidak bisa ditangani
dengan baik bisa memicu tekanan darah yang sangat tinggi dan bisa berakhir
pada kematian (Yanti, Rahayuningrum, & Eliza, 2018).
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), pada tahun 2018
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan jumlah penderita hipertensi
usia>18 tahun sejak 2013 dari 25.8% menjadi 34.1%. Data tersebut juga
menerangkan secara spesifik bahwa jika didasarkan pada provinsi di Indonesia,
di Provinsi Gorontalo ada 29,64 % pengidap hipertensi, sedangkan jika di lihat
dari hipertensi menurut karakteristik umur 45-54 tahun (45,32%), 55-64 tahun
(55,23%), 65-74 tahun (63,22%), 75+ (69, 53%) ( RISKESDAS, 2018).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, pada
bulan Maret tahun 2021 jumlah total penderita hipertensi dari 21 Puskesmas
sebanyak 458 jiwa. Berdasarkan hasil survey awal peneliti dapatkan di
Puskesmas Telaga pada tahun 2021 penderita hipertensi dalam bulan Februari-
Maret yakni bulan Februari berjumlah 153 jiwa dengan laki-laki berjumlah 58 jiwa
dan perempuan berjumlah 95 jiwa, sedangkan bulan Maret berjumlah 92 jiwa
dengan laki-laki 34 jiwa dan perempuan 58 jiwa.
Dari hasil wawancara yang di lakukan dengan salah satu penderita
hipertensi di puskesmas Telaga, mereka selalu mengeluh pusing atau sakit
kepala, sukar tidur, tenguk terasa berat, mata berkunag-kunang. Untuk
mengatasi hal tersebut mereka mengonsumsi obat antihipertensi. Sedangkan
wawancara yang dilakukan dengan petugas kesehatan di Puskesmas Telaga
bahwasanya upaya non farmakologi dan juga farmakologi telah di lakukan.
Upaya farmakologi adalah pemberian obat antihipertensi , sedangkan upaya non
farmakologinya yakni dilakukannya penyuluhan.
Berdasarkan data yang sudah di dapatkan maka upaya yang akan saya
lakukan untuk menurunkan hipertensi yaitu dengan pengobatan non farmakologi
dengan cara melakukan masase kaki dengan minyak esensial aromaterapi
lavender. Masase yaitu pijat yang memberikan rangsangan seperti tekanan pada

2
syaraf tubuh. Biasanya pemijatan akan dilakukan pada titik tertentu bagian
tangan ataupun kaki. Rangsangan yang diberikan akan diterima oleh reseptor
syaraf kemudian akan diubah oleh tubuh menjadi aliran listrik dan akan menjalar
ke sumsung tulang belakang dan akan diteruskan ke bagian kebagian otak dan
otot. Pijat refleksi ini bisa mengurangi gejala penyakit jantung, hipertensi, dan
sebagainya (Lukman, Putra, Habiburrahma, Wicaturatmashudi, umentalia
Sulistini, & Agustin, 2020).
Aromaterapi lavender merupakan cara pengobatan penyakit dengan
memakai bau-bauan yang awalnya berasal dari tumbuhan serta memiliki bau
yang harum atau yang sering disebut dengan minyak atsiri. Jenis minyak atsirii
yang sering digunakan dalam aromaterapi salah satunya aromaterapi lavender
karena memiliki sifat yang serbaguna. Lavender memiliki bau ringan yakni
bunga-bungaan dan merupakan esensial aromaterapi yang dikenal mempunyai
efek sedative dan antineurodeprisif (Riswanto, Wulandari, & Adi, 2021).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Patria & Haryani,
2019).dengan judul pengaruh masase kaki terhadap penurunan tekanan darah
pada kelompok dewasa yang mengalami hipertensi menunjukkan terdapat
perubahan tekanan darah sistolik dan diastolic sebelum dan sesudah dilakukan
masase kaki. Pijat kaki menimbulkan relaksasi yang kuat sehingga menurangi
kelelahan fisik dan psikis dikarenakan turunnya aktivitas system saraf simpatis
sehingga tekanan darah pun menurun.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Hipertensi hingga saat ini masih merupakan penyebab kematian nomor 3
setelah stroke dan TBC
2. Hipertensi dari tahun ketahun terus meningkat
3. Hipertensi jika tidak ditangani bisa menyebabkan kematian

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan yang diangkat pada
penelitian ini adalah apakah efektivitas masase kaki dengan minyak esensial
lavender terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di
Puskesmas Telaga.

3
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas masase kaki dengan minyak esensial
lavender terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di
Puskesmas Telaga

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui tekanan darah dengan hipertensi sebelum dan setelah
dilakukan masase kaki dengan minyak esensial aromaterapi lavender di
Puskesmas Telaga.
2. Untuk mengetahui efektivitas masase kaki dengan minyak esensial
aromaterapi lavender terhadap penurunan tekanan darah dengan
hipertensi di Puskesmas Telaga.

1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
Untuk menambah pengetahuan tenaga kesehatan tentang efektivitas
masase kaki dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Telaga.

1.5.2 Manfaat Praktis


1. Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber informasi dalam meningkatkan dan
mengembangkan mutu pendidikan di generasi selanjutnya.
2. Rumah sakit
Sebagai bahan untuk pertimbangan dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah hipertensi.
3. Pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga memperoleh pengetahuan tentang cara menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi.
4. Penulis

4
Untuk menambah pengalaman dan wawasan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan yang menderita hipertensi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan umum tentang Hipertensi
2.1.1 Definisi Hipertensi
Tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah ke
dinding arteri atau pembuluh darah utama dalam tubuh.Tekanan darah ditulis
dalam dua angka. Angka pertama (sistolik) mewakili tekanan dalam pembuluh
darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak. Angka kedua (diastolik)
mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara
detak jantung. Hipertensi didiagnosis jika, ketika diukur pembacaan tekanan
darah sistolik adalah ≥140 mmHg dan / atau pembacaan tekanan darah diastolik
adalah ≥90 mmHg (WHO, 2019).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih besar dari atau sama dengan
140 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih besar dari atau sama dengan 90
mmHg, atau saat ini minum obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi (Cheryl
D. Fryar, 2017).
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan karena merupakan penyakit
the silent killer karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat
dari luar, yang akan menyebabkan komplikasi pada organ target (Nugraha &
Widyawaty, 2018).
Hipertensi menjadi salah satu faktor penyebab berbagai penyakit yang
berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik. Akibat lain yang
ditimbulkan tekanan darah yang selalu tinggi adalah pendarahan selaput bening,
pecahnya pembuluh darah di otak serta kelumpuhan. Jika tekanan darah
semakin tinggi maka semakin berat pula kerja jantung dan jika tidak segera
diobati jantung akan menjadi lemah untuk melaksanakan beban tambahan. Hal
tersebut memungkinkan terjadinnya penyempitan pembuluh darah dan gagal
jantung dengan gejala seperti kelelahan, napas pendek, serta kemungkinan
terjadi pembengkakan pada kaki (Hasyim Kadri, 2019).

6
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistolik Diastolik
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal-tinggi 130 – 139 85 – 89
Hipertensi derajat 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Subkelompok : borderline 140 – 149 90 – 94
Hipertensi derajat 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Hipertensi derajat 3 (berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertansi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90
Subkelompok : borderline 140 – 149 < 90
Sumber :(Ade Yonata, 2016)

Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII


Kategori Sistolik Diastolik
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 Atau 90 – 99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Sumber :(Ade Yonata, 2016)

2.1.3 Gejala Hipertensi


Gejala hipertensi tidak memiliki gejala sfesifik, secara fisik, penderita
hipertensi juga tidak menunjukan kelainan apapun.gejala hipertensi cenderung
menyerupai gejala atau keluhan kesehatan pada umumnya sehingga sebagian
orang tidak menyadari bahwa dirinya terkena hipertensi.(Sari, 2017)
Gejala umum yang terjadi pada penderita hipertensi antara lain jantung
berdebar, penglihatan kabur, sakit kepala disertai rasa berat pada tengkuk,
kadang disertai dengan mual dan muntah, telinga berdenging, gelisah, rasa sakit
di dada, mudah lelah, muka memerah, serta mimisan. Hipertensi berat biasanya
juga disertai dengan komplikasi dengan beberapa gejala antara lain gangguan
penglihatan, gangguan saraf, gangguan jantung, gangguan fungsi ginjal,
gangguan serebral (otak). Gangguan serebral ini dapat mengakibatkan kejang

7
dan perdarahan pembuluh darah otak, kelumpuhan, gangguan kesadaran,
bahkan koma.
kumpulan gejala tersebut tergantung pada seberapa tinggi tekanan darah
dan seberapa lama tekanan darah tinggi tersebut tidak terkontrol dan tidak
mendapatkan penanganan. Selain itu, gejala-gejala tersebut juga menunjukan
adanya komplikasi akibat hipertensi yang mengarah pada penyakit lain, seperti
penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, dan gangguan penglihatan (Sari, 2017).

2.1.4 Faktor Resiko Hipertensi


Hipertensi dapat dipicu oleh berbagai factor, factor-faktor yang memiliki
potensi menimbulkan masalah atau kerugian kesehatan biasa disebut dengan
factor resiko.Pada kejadian hipertensi, factor resiko dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu factor resiko yang tidak dapat diubah dan factor resiko yang
dapat diubah. Faktor resiko kejadian hipertensi yang tidak dapat diubah terdiri
dari usia, jenis kelamin, dan keturunan (genetic) (Sari, 2017).
1. Usia
Usia merupakan salah satu factor resiko terjadinya hipertensi yang tidak
dapat diubah. pada umumnya semakin bertambahnya usia maka semakin besar
pula resiko terjadinya hipertensi. Hal ini disebabkan oleh perubahan struktur
pembuluh darah seperti penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah
menjadi kakudan elastisitasnya berkurang sehingga meningkatkan tekanan
darah.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu factor resiko terjadinya hipertensi
yang tidak dapat diubah. Dalam hal ini pria cenderung lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan dengan wanita, Hal tersebut terjadi karena adanya
dugaan bahwa pria memiliki gaya hidup yang kurang sehat jika dibandingkan
dengan wanita. Akan tetapi, prevalensi hipertensi pada wanita mengalami
peningkatan setelah memasuki usia menopause. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya perubahan hormonal yang dialami wanita yang telah menopause.

8
Gambar 1. Prevalence of controlled hypertension among adults with hypertension aged
18 and over, by sex and age: United States, 2015–2016
Sumber :(Cheryl D. Fryar, 2017)

3. Keturunan
Keturunan atau genetic juga merupakan salah satu factor resiko terjadinya
hipertensi yang tidak dapat diubah. Resiko terkena hipertensi akan lebih tinggi
pada orang dengan keluarga dekat yang memiliki riwayat hipertensi. Selain itu,
factor keturunan juga dapat berkaitan dengan metabolism pengaturan garam
(NaCl) dan renin membrane sel.
Sementara itu, factor resiko kejadian hipertensi yang dapat diubah terdiri
dari obesitas, kebiasaan merokok, konsumsi alcohol dan kafein berlebih,
konsumsi garam berlebih, stress, serta keseimbangan hormonal.
1. Obesitas
Obesitas adalah suatu keadaan penumpukan lemak berlebih dalam
tubuh.Obesits dapat diketahui dengan menghitung Indeks Massa Tubuh.
Obesitas dapat memicu terjadinya hipertensi akibat terganggunya aliran darah.
Dalam hal ini, orang dengan obesitas biasanya mengalami peningkatan kadar
lemak dalam darah (hyperlipidemia) sehingga berpotensi menimbulkan
penyempitan pembuluh darah (ateroklerosis). Penyempitan terjadi akibat
penumpukan plak ateromosa yang berasal dari lemak. Penyempitan tersebut
memicu jantung untuk bekerja memompa darah lebih kuat agar kebutuhan

9
oksigen dan zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh terpenuhi. Hal inilah yang
menyebabkan tekanan darah meningkat.
selain itu, hipertensi juga dapat dipicu oleh factor lain yang juga berkaitan
dengan obesitas antara lain hyperlipidemia, aterosklerosis, konsumsi lemak
berlebih, kurangnya konsumsi serat, dan kurangnya aktivitas fisik. Penderita
hipertensi dengan kelebihan berat badan harus dapat menurunkan berat
badannya agar tidak memperparah kejadian hipertensi.
2. Merokok
Merokok juga dapat menjadi salah satu factor pemicu terjadinya hipertensi.
Merokok dapat menyebabkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk
disuplai ke otot jantung mengalami peningkatan. Bagi penderita yang memiliki
aterosklerosis atau penumpukan lemak pada pembuluh darah, merokok dapat
memperparah kejadian hipertensi dan berpotensi pada penyakit degenaratif lain
seperti stroke dan penyakit jantung. Rokok mengandung berbagai zat kimia
berbahaya, seperti nikotin dan karbon monoksida. Zat tersebut akan terisap
melalui rokok sehingga masuk ke aliran darah dan menyebabkan kerusakan
lapisan endotel pembuluh darah arteri, serta mempercepat terjadinya
aterosklerosis.
Nikotin misalnya, zat ini dapat diserap oleh pembuluh darah kemudian
diedarkan melalui aliran darah ke seluruh tubuh, termasuk otak. Akibatnya, otak
akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin
(adrenalin). Hormon inilah yang akan membuat pembuluh darah mengalami
penyempitan. Penyempitan pembuluh darah otak tersebut memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat.keadaan ini sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak sehingga terjadi stroke.
Selain itu, karbon monoksida yang terdapat dalam rokok diketahui dapat
mengikat hemoglobin dalam darah dan mengentalkan darah. Hemoglobin sendiri
merupakan protein yang mengandung zat besi dalam sel darah merah yang
berfungsi mengangkut oksigen.Dalam hal ini, karbon monoksida menggantikan
ikatan oksigen dalam darah sehingga memaksa jantung memompa untuk
memasukan oksigen yang cukup dalam organ dan jaringan tubuh.Hal inilah yang
dapat meningkatkan tekanan darah.

10
3. Konsumsi Alcohol dan Kafein Berlebih
Alkohol juga diketahui menjadi salah satu factor resiko terjadinya
hipertensi. Hal ini diduga akibat adanya peningkatan kadar kortisol, peningkatan
volume sel darah merah, dan kekentalan darah yang mengakibatkan
peningkatan tekanan darah.Sementara itu, kafein diketahui dapat membuat
jantung berpacu lebih cepat sehingga mengalirkan darah lebih banyak setiap
detiknya. Akan tetapi, dalam hal ini, kafein memiliki reaksi yang berbeda pada
setiap orang.
4. Konsumsi Garam Berlebih
Sudah banyak diketahu bahwa konsumsi garam berlebihan dapat
menyebabkan. hipertensi. Hal itu di karenakan garam (NaCl) mengandung
natrium yang dapat menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan sehingga
menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh. Hal inilah yang membuat
peningkatan volume dan tekanan darah.
5. Stress
Stress juga dapat menjadi factor resiko terjadinya hipertensi. Kejadian
hipertensi lebih besar terjadi pada individu yang memiliki kecenderungan stress
emosional. Keadaan seperti tertekan, murung, dendam, takut dan rasa bersalah
dapat merangsang timbulnya hormone adrenalin dan memicu jantung berdetak
lebih kencang sehingga memicu peningkatan tekanan darah.
6. Keseimbangan Hormonal
Keseimbangan hormonal antara estrogen dan progestreon dapat
mempengaruhi tekan darah.Dalam hal ini, wanita memiliki hormone estrogen
yang berfungsi mencegah terjadinya pengentalan darah dan menjaga dinding
pembuluh darah.Jika terjadi ketidakseimbangan maka dapat memicu gangguan
pada pembuluh darah.Gangguan tersebu berdampak pada peningkatan tekanan
darah. Gangguan keseimbangan hormonal ini biasanya dapat terjadi pada
penggunaan alat kontrasepsi hormonal seperti pil Kb (Sari, 2017).

2.1.5 Penatalaksanaan Hipertensi


1. Terapi Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok,
menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan
asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.

11
a) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap
tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat
penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.
b) Meningkatkan aktifitas fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50%
daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit
sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.
c) Mengurangi asupan natrium
Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol: kafein dapat memacu jantung
bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat
meningkatkan risiko hipertensi.
2. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII
yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta
blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor
antagonist/ blocker (ARB) diuretik tiazid (misalnya bendroflumetiazid). contoh
obat anti hipertensi antaralain yaitu:
a) Beta‐bloker, (misalnya propanolol, atenolol)penghambat angiotensin
converting enzymes (misalnya captopril, enalapril),
b) Antagonis angiotensin II (misalnya candesartan,losartan),calcium channel
blocker (misalnya amlodipin, nifedipin)dan
c) Alpha‐blocker (misalnya doksasozin).
Yang lebih jarang digunakan adalah vasodilator dan antihipertensi kerja
sentral dan yang jarang dipakai, guanetidin, yang diindikasikan untuk
keadaan krisis hipertensi (Sari, 2017)

2.2 Tinjauan umum tentang Pijat Kaki


2.2.1 Pengertian Pijat Kaki
Pijat kaki merupakan cara penyembuhan penyakit melalui titik pusat urat
syaraf yang berhubungan dengan organ tertentu. Pijat kaki dilakukan di titik

12
refleksi untuk merangsang pergerakan serta aliran energy sehingga membantu
mengembalikan keseimbangan energy tersebut (Nasrulla, 2018)

2.2.2 Tujuan dan Manfaat


Pijat Kaki Menurut (Nasrulla, 2018) teori Endorphin Pommeranz
menyatakan bahwa tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan endorphin
karena pemijatan. Endorphin adalah zat yang diproduksi secara alamiah oleh
tubuh, bekerja, serta memiliki efek seperti morphin. Endorphin bersifat
menenangkan, memberikan efek nyaman, dan sangat berperan dalam
regenerasi sel-sel guna memperbaiki bagian tubuh yang sudah using atau rusak.
Pijat memiliki efek mekanis yang meningkatkan sirkulasi, mengeluarkan produk
sisa dari tubuh, meningkatkan mobilitas sendi, mengurangi rasa sakit dan
mengurangi ketegangan otot. Ini memiliki manfaat psikologis seperti relaksasi
dan meningkatkan rasa well-being. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
refleksi kaki efektif dalam memperlancar peredaran darah menuju (Nasrullah,
2018) .
Efek terapi masase menimbulkan percepatan mekanisme aliran darah vena
dan drainase limfatik. Gerakan pijatan pada kulit, jaringan ikat, jaringan otot dan
periosteum akan menimbulkan rangsangan reseptor yang terletak di daerah
tersebut. Impuls tersebut dihantarkan oleh saraf aferen menuju susunan saraf
pusat dan selanjutnya susunan saraf pusat memberikan umpan balik dengan
melepaskan asetikolin dan histamin melalui impuls saraf eferen untuk
merangsang tubuh beraksi melalui mekanisme reflek vasodilatasi pembuluh
darah yaitu mengurangi aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf
parasimpatis. Peningkatan aktivitas saraf parasimpatis menimbulkan penurunan
denyut jantung (heart rate) dan denyut nadi (pulse rate) dan mengakibatkan
aktivasi respon relaksasi. Sedangkan penurunan aktivitas saraf simpatis
meningkatkan vasodilatasi arteriol dan vena, yang menyebabkan resistensi
vaskular perifer menurun sehingga menurunkan tekanan darah (Wijayanto &
Sari, 2015)

13
2.2.3 Tekhnik Dasar Pijat
Secara umum terdapat 5 tekhnik dasar yaitu:
1. Efflurage/Strockin (Mengusap)
Efflurage yakni gerakan mengusap baik memakai bantalan jari tangan
ataupun telapak tangan. Gerakan ini bisa dilakukan dengan ringan ataupun
dengan sedikit ditekan. Gerakan ringan biasanya dilakukan untuk
meratakan minyak, sebagai gerakan permulaan, membuat jaringan otot
kembali tenang setelah dilakukan gerakan tertentu, sedangkan gerakan
mengusap dengan sedikit menekan berfungsi untuk memberikan
rangsangan ke jaringan otot.
Manfaaat dari efflurage yakni bisa menenangkan syaraf, membuat tidur
menjadi pulas, dan bisa menghilangkan stress. Fungsi jaringan tubuh
menjadi lancar, sirkulasi dan aliran limfe meningkat, serta menghilangkan
racun dan sisa metabolism didalam tubuh (Nasrullah, 2018)
2. Petrissage (Meremas)
Petrissage yakni melakukan pemijatan pada otot dan jaringan
pendukungnya dengan memberikan tekananke bawah pada otot tersebut
kemudian meremasnya. Tujunnya yakni mengeluarkan sisa pembakaran
dan mendorong aliran darah ke jantung. Selain itu gerakan ini juga
bermanfaat untuk memecah serta mengeluarkan lemak disekitar bahu,
bokong maupun panggul, dan melindungi otot agar tidak kaku dan tegang.
3. Friction (Menggerus)
Yakni gerakan menggerus dengan arajjh gerak naik dan turun secara
bebas. Gerakan ini menggnakan ibu jari ataupun ujung jari dengan
menggerus melingkar seperti spiral pada bagian otot tertentu.gerakan ini
bertujuan untuk menghancurkan sisa pembakaran energy yang terdapat di
otot yang bisa menjadi penyebab pengerasan pada bagian otot.
4. Tapotemant (Memukul)
Yakni gerakan pijat seperti tepukan cepat memakai jari tangan atau kedua
telapak tangan. Manfaat dari tekhnik ini jika dilakukan pada pagian
punggung atas maupun tengah yakni bisa mengeluarkan lendir yang
terdapat di paru-paru sehingga pernafasan menjadi lancar, dan bisa
mengurangi jumlah lemak dan otot yang lembek seperti bokong dan
pinggul.

14
5. Shaking atau Kneading ( Menggoncangkan)
Yakni gerakan yang menggunakan seluruh jari tangan dan telapak tangan
secara bersamaan. Tujuan dari gerakan ini yakni memperlancar peredaran
darah terutama dalam penyebaran sari makanan didalam jaringan.
Selain tekhnik pijat, gerakan dan irama juga sangat berpengaruh terhadap
hasil pijatan.
a) Movement (Gerak)
Perpindahan gerak dari satu ke gerakan berikutnya harus dilakukan secara
berkelanjutan agar klien merasa nyaman.
b) Rythme ( Irama)
Yakni interval gerakan satu ke gerakan selanjutnya secara stabil, teratur,
tidak lambat ataupun cepat (Nasrullah, 2018).

2.2.4 Reaksi Hasil Pijat


Pijat kaki pada umumnya tidak memberikan efek yang bisa merugikan.
Tetapi, reaksi pada saat perawatan tetap saja bisa terjadi walaupun itu sifatnya
untuk penyembuhan. Contoh tipe reaksi yang dapat terjadi seperti :
1. System pernafasan: jika klien mengalami penyumbatan pada sinus klien
akan merasakan gejala flu, dan jika terdapat kongesti pada paru-paru klien
akan merasakan gejala batuk. Ini terjadi karena terjadi pembersihan
kelebihan lendir.
2. Ginjal: klien lebih sering BAK, dan urin memiliki bau dan warna berbeda
dari sebelumnya.
3. System pencernaan: jika terdapat kongesti, klien akan lebih sering BAB
dan mengeluarkan gas.
4. Kulit: ruam kulit akan lebih buruk tetapi tetap akan membaik.
5. Pada kondisi arthritis, nyeri akan lebih terasapada sendi yang dipijat pada
24 jam sesudah pemijatan.
6. Pada masalah kembung akan terasa mual
7. Kadang terjadi migraine ataupun sakit kepala setelah pemijatan.
8. Jika terjadi kesemutan diakibatkan energy yang awalnya terhambat mulai
berjalan (Nasrullah, 2018).

15
2.2.5 Urutan Pemijatan
Menurut (Nasrullah, 2018) pada pelaksanaan pijat kaki terdapat urutan
sebagai berikut:
1. Persiapan
Persiapan dapat dilakukan dengan cara kaki klien direndam menggunakan
air hangat selama 10 menit.
2. Setelah dikeringkan dengan handuk bersih, melakukan peregangan dan
relaksasi pada otot klien. Memutar pergelangan kaki, mengurut, serta
meremas secara lembut sepanjang betis dan lateral tulang kaki. Ini bisa
meregangkan otot tungkai bawah dan memberikan efek rileksasi.
3. Pijat dengan titik pembukaan karena semua system dan organ tubuh
dikendalikan oleh syaraf.
4. Titik wajib harus selalu dipijat untuk memelihara organ tubuh meskipun
klien tidak mengeluhkannya. Yakni detoksifikasi, pemeliharaan syaraf dan
metabolism, pencernaan, rileksasi, dan sumplemen.
5. Terapi titik yakni titik yang dipilih sesuai keluhan yang dirasakan klie. Jika
sudah termasuk dalam titik wajib tidak perlu dilakukan lagi.
6. Pijat pendinginan berfungsi agar tidak terjadi memar bagian otot. Tekhnik
yang dilakukan yaitu dengan mengelus ataupun menggosok bagian kak,
bagian betis, dan lateral tulang kering agar otot tidak memardan lebih
elastic.

2.3 Tinjauan umum tentang Aromaterapi


2.3.1 Pengertian
Aromaterapi berasal dari kata aroma yang artinya bau wangi atau bau-
bauan dan terapi yang artinya pengobatan. Aromaterapi yaitu metode dalam
mengobati penyakit dengan menggunakan minyak atsiri yang bisa dihasilkan
melalui tumbuhan yang bisa di olah menjadi obat (Suranto, 2011).
Aromaterapi adalah pengganti terapi didalam praktik keperawatan dengan
menggunakan wangi-wangian dari minyak esensial, yang diperoleh dari tumbuh-
tumbuhan, dan bisa digabungkan dengan minyak campuran obat yang bisa
dibalurkan atau dihirup pada saat melakukan massage pada kulit (Safaa,
Purnawan, & Sari, 2019).

16
2.3.2 Jenis dan Manfaat Aromaterapi
Menurut (Suranto, 2011) kandungan minyak esensial terdiri dari beberapa
senyawa, diantaranya :
1. Golongan Ester
Golongan ini bersifat untuk membunuh jamur (fungisida), sangat aromatik,
dan bersifat menenangkan (sedative). Contohnya: lavender, bergamot, clary
sage.
2. Golongan Monoterpan
Golongan ini bersifat antiseptik dan bakterisida serta antivirus. Sifat dari
monoterpan yaitu mudah mengiritasi kulit sensitiv (iritatif). Contohnya pinus,
frankincense, dan minyak lemon.
3. Golongan Fenol
Golongan ini bersifat bakterisida, mudah mengiritasi kulit, dan stimulasi
kuat. Contohnya cengkih, thyme, dan oregano.
4. Golongan Aldehida
Golongan ini bersifat menenangkan (sedatif) dan antiseptik. Contohnya
melissa, citronella, dan lemon grass (sereh).
5. Golongan Antivirus, Antiseptik, dan Alkohol.
Senyawa golongan ini bersifat bakterisida. Contohnya rosewood, rose, dan
geranium.
6. Golongan Keton
Golongan ini bersifat mengurangi bengkak pada selaput lendir dan
membantu mengalirkan lendir. Contohnya: fennel (alas), sage, dan hyssop.
Selain minyak esensial oil diatas, terdapat jenis minyak atsiri lainnya yaitu:
a. Cendana (sandalwood)
Minyak kayu cendana mempunyai aroma khas yang lembut dan
wangi.Kegunaan minyak tersebut yaitu untuk ketenangan jiwa,
meningkatkan konsentrasi, rasa nyaman, perasaan cinta, dan
meningkatkan daya tahan tubuh.
b. Eukaliptus
Minyak eukaliptus terbuat dari hasil penyulingan daun eukaliptus.
Minyak ini bersifat dari diuretik dan antiseptik. Minyak ini berfungsi untuk
menstimulasi proses penyembuhan, infeksi saluran kemih, sakit kepala,

17
menurunkan demam, menghilangkan bau tidak sedap, dan menghusir
serangga.
c. Peppermint
Minyak ini memiliki aroma kuat, segar, dan memiliki sifat antiseptik.
Minyak ini berfungsi untuk meningkatkan vitalis, konsentrasi,
mengurangi rasa lelah, membantu pencernaan, dan meredakan sakit
kepala (Suranto, 2011).

2.3.3 Aromaterapi Lavender


Aromaterapi lavender adalah tonic yang sifatnya memperkuat sistem saraf,
dan memiliki efek menenangkan. Aromaterapi lavender merilekskan,
memperlambat aktivitas sistem syaraf, dan memperbaiki mood (Wong, 2011).
Menurut (Buckle, 2015) nama lavender berasal dari bahasa latin “lavera”
yang artinya menyegarkan. Bunga lavender berbentuk kecil berwarna ungu
kebiruan, tingginya sekitar 72 cm dan berasal dari wilayah laut tengah, Afrika
tropis, wilayah bagian timur hingga ke India. Bunga lavender memiliki 25 hingga
30 spesies, diantaranya sebagai berikut:
Tabel 3. Lavender dan beberapa sifatnya
Nama Latin Nama Umum Sifat
Lavandula True lavender Luka bakar, sedatif,
angustifolia antibakteri, dan
analgesik.
Lavandula stoechas Stoechas Melawan tinggi
keton dan
Pseudomonas sp.
Lavandula latifolia Spike lavender Mukolitik dan
ekpektoran
Sumber: Buckle (2015)

2.3.4 Cara Kerja Aromaterapi


Minyak aromaterapi disebut juga minyak atsiri atau minyak esensial atau
minyak sari, yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juga
kesehatan emosi seseorang. Minyak aromaterapi memiliki struktur molekul yang
kecil sehingga dapat menembus kulit ke lapisan epidermis, molekul minyak ini
dapat dengan mudah menyebar ke tubuh yang lain, misalnya saluran limfa,
pembuluh darah, saraf, kolagen, fibroblast, mast cell dan lain-lain. Kemudian

18
minyak aromaterapi menghantarkan pesan ke otak, melepaskan berbagai
neurokimiawi seperti relaksan, stimulan, sedatif dan sifat eforik (menimbulkan
rasa senang) (Wijayanto & Sari, 2015). Bahan lain yang di perlukan selain
minyak atsiri yaitu minyak pelarut yang biasa disebut carrier oil. Carrier oil
berasal dari minyak nabati misalnya minyak zaitun, minyak bunga matahari,
minyak almond, minyak kelapa, dan minyak jagung. Minyak volatil, minyak
terbang, minyak esensial, atau minyak atsiri yaitu tetes atau butir minyak yang
sifatnya mudah menguap, dan memiliki aroma yang harum dan khas. Butir
minyak didapatkan dari bunga, akar, daun, akar, biji, kulit, dan buah tumbuhan.
Proses pembuatan minyak ini melalui proses penyulingan. Karena bersifat
mudah menguap, cara penyimpan minyak ini harus dalam botol yang berwarna
gelap, dan tertutup rapat (Suranto, 2011).
Aromaterapi memberikan efek menangkan. Aromaterapi lavender
memberikan tindakan secara langsung pada triptofan serta juga sebagai
relaksasi sehingga bisa memperbaiki tekanan darah, pernafasan, dan nadi. Pijat
aromaterapi dihubungkan dengan efek ganda esensial terjadi dari kulit kemudian
dikirim sinyal untuk memperbaiki suasana hati dengan mempromosikan
neurotransmitter termasuk juga endorphin, encephaline, dan, serotonin (Rini,
2020).
Selain itu kandungan aromaterapi lavender terdapat komponen linalyl
asetat yang berperan dalam relaksasi otot. Pada saat digunakan sebagai minyak
untuk pijat, minyak ini membantu merangsang darah mengalir lebih lancar
sehingga diharapkan dengan memberikan aromaterapi lavender ini bisa
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi (Nugraha & Widyawaty,
2018).

19
2.4 Hasil Penelitian yang Relevan
Tabel 4. penelitian yang relevan
Nama
Peneliti/ Judul Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
Tahun
Wijayanto Perbedaan Hasil penelitian Penelitian ini Tujuan
Tri & Sari Pengaruh menunjukkan menggunakan penelitian ini
Rita/2015 Terapi terdapat masase untuk
Masase perbedaan rata- aromaterapi mengetahui
Dengan rata tekanan lavender pengaruh
Minyak darah pada terapi masase
Aromaterapi pasien menggunakan
Dan Minyak hipertensi primer minyak
Vco sebelum dan aromaterapi
Terhadap sesudah terapi terhadap
Penurunan masase tekanan darah
Tekanan menggunakan pasien
Darah Pasien minyak VCO hipertensi
Hipertensi serta ada primer.
Primer. pengaruh terapi Alat ukur yang
masase digunakan
menggunakan
yakni data
minyak
aromaterapi karakteristik
atau VCO responden dan
terhadap kuesioner
penurunan
tekanan darah
sistolik-diastolik
pada pasien
hipertensi primer
Rini Asta Pengaruh Hasil penelitian Penelitian ini Penelitian ini
Pramesti Kombinasi menunjukkan menggunakan menggunakan
Rizky/ Aromaterapi pemberian masase rancangan pre
2020 Lavender dan kombinasi aromaterapi and post test
Hand aromaterapi lavender with control.
Massage lavender dan
Terhadap hand massage
Perubahan dapat
Kecemasan, menurunkan
Tekanan tingkat
Darah dan kecemasan,
Kortisol pada tekanan darah
Pasien dan kadar
Hipertensi kortisol pasien
hipertensi
Mulyasari, Pengaruh Hasil penelitian Penelitian ini Penelitian ini
Adi, & Pengaruh ini didapatkan dilakukan menggunaka
Sari/ Kombinasi jenis kelamin kepada pasien n metode
2020 Aromaterapi mayoritas dengan Quasy
Lavender perempuan hipertensi Experimental
Dan Healing 57,9% dan usia dengan
TouchTerha mayoritas ederly rancangan
dap (60-74 nonequivalen

20
Tekanan tahun)68,4%. t control
Darah Pada Rata-rata group pre-
Pasien tekanan darah post test
Hipertensi sistolik pada design
Di kelompok
Puskesmas intervensi
Nguter sebelum diberi
Kabupaten intervensi
Sukoharjo adalah 145,26
mmHg dan
diastolik 91,47
mmHg,
sedangkan
setelah
intervensi
adalah sistolik
135,79 mmHg
dan diastolik
87,68 mmHg.

21
2.5 Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini sebagai berikut.
Faktor Resiko :
1. Usia
Hipertensi
2. Jenis Kelamin
3. Keturunan

Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi


derajat 1 derajat 2 derajat 3 sistolik
terisolasi

Penatalaksanaan Hipertensi

Cara Cara Nonfarmakologi


Farmakologi
Masase Kaki dengan
Aromaterapi Lavender

Penurunan
Memperlancar Aktivitas Saraf
Peredaran Darah Peningkatan Simpatis
Aktivitas Saraf
Parasimpatis
Meningkatkan
Mengembalikan Vasodilatasi Arteriol &
Keseimbangan Energi Penurunan denyut Vena
jantung & Nadi

Mengurangi Ketegangan Resistensi Vaskular


Otot Relaksasi Perifer Menurun

Tekanan darah
menurun

22
Gambar 2. Kerangka teori (Sumber : Nugraha & Widyawaty, 2018, Wijayanto & Sari,
2015)

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut:

Variabel Bebas / Independent Variabel Terikat / Dependent

Masase Kaki dengan Penurunan Tekanan Darah


Aromaterapi Lavender

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang dipengaruhi

= Pengaruh

2.7 Hipotesis Penelitian

Ha: Ada pengaruh penggunaan masase kaki dengan minyak esensial lavender
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas
Telaga
Ho: Tidak ada pengaruh masase kaki dengan minyak esensial lavender terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Telaga

23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain Penelitian adalah rencana penelitian yang disusun sedemikian cara
sehingga peneliti bisa mendapatkan jawaban dari petanyaan penelitian (Setiadi,
2013). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pre
experimental design dengan menggunakan metode: one group pre test and post
test design. Rancangan ini hanya menggunakan satu kelompok subjek,
sehingga pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan (Saryono &
Anggraeni, 2013).
01 X 02
Pre test Masase Kaki Post test
dengan
Aromaterapi
Lavender
Keterangan :

01 : Pemberian pretest sebelum dilakukan masase kaki dengan


aromaterapi lavender
02 : Pemberian posttest dilakukan masase kaki dengan aromaterapi
lavender
X : Perlakuan berupa dilakukan masase kaki dengan aromaterapi
lavender

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2021. Penelitian ini
akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Telaga. Waktu penelitian akan
dilaksanakan selama 2 bulan yaitu bulan Juni sampai Juli 2021.

3.3 Variabel Penelitian


Variabel penelitian merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota
kelompok yang berbeda dengan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh kelompok lain
(Saryono & Anggraeni, 2013). Variabel dalam penelitian ini terbagi dua yakni
variabel independent dan variabel dependent. Variabel independent yaitu

24
masase kaki dengan aromaterapi lavender sedangkan variabel dependent yaitu
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

3.4 Definisi Operasional


Tabel 4. Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala
Operasional

Pijat kaki Suatu tindakan SOP - -


dengan pemijatan dengan
aromatera menggunakan
pi minyak
lavender aromaterapi
lavender yang
tujuannya untuk
menurunkan
tekanan darah
penderita
hipertensi
tekanan Nilai yang Spygmomano Angka mutlak Ordinal
darah diperoleh dari meter dalam mmHg
pada hasil pengukuran Lembar
penderita tekanan darah observasi
Hipertensi pada pembuluh
arteri pada saat
darah di pompa
oleh jantung
keseluruh tubuh.

3.5 Populasi dan Sampel


3.5.1 Populasi
Populasi adalah seluruh seluruh jumlah yang terdiri dari subjek dan obyek
yang punya kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan peneliti untuk
dilakukan penelitian dan kemudian ditarik kesimpulan dari penelitian tersebut
(Sujarweni, 2015). Populasi didalam penelitian ini yaitu pasien yang menderita
hipertensi

3.5.2 Sampel
Sampel yaitu bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
yang digunakan dalam penelitian. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan
tekhnik non probability sampling dengan jenis purposive sampling yakni tekhnik

25
pengambilan sampel dengan kriteria atau pertimbangan tertentu (Sujarweni,
2015).
Penetapan sampel dalam penelitian ini berdasarkan teori Arikunto (2014)
bahwa pengambilan sampel apabila subjeknya kurang dari 100 orang maka
diambil semuanya, namun apabila subjeknya lebih dari 100 orang dapat diambil
10-15% atau 20-25%. Rumus yang digunakan yaitu :
n=10 % x N
Keterangan :
n : Besar sampel
N : Besar populasi
10% : Angka tetap
Tekhnik pengambilan sampel yang akan diambil berdasarkan dua kriteria,
yaitu :
1. Kriteria inklusi
a. Wanita/pria yang menderita hipertensi
b. Wanita/pria yang berumur 40-50 Tahun
c. Mengkonsumsi obat hipertensi
d. Bersedia menjadi responden
2. Kriteria Ekslusi
a. Memiliki luka atau bengkak dibagian kaki
b. Tidak bersedia menjadi responden

3.6 Teknik Pengumpulan Data


3.6.1 Data Primer
Data primer disebut data tangan pertama, dan diperoleh langsung dari
subjek penelitian dengan menggunakan alat pengambil data atau alat
pengukuran, atau langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari
oleh peneliti. Kelebihan dari data primer yaitu akurasinya tinggi, sedangkan untuk
kelemahannya yaitu untuk mendapatkannya membutuhkan sumber daya yang
besar (Saryono & Anggraeni, 2013).

26
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder atau data tangan kedua dan didapatkan dari pihak lain,
tidak langsung didapatkan oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Kelebihan dari
data sekunder yaitu efisiennya tinggi, sedangkan kelemahannya yaitu kurang
akurat (Saryono & Anggraeni, 2013). Data yang didapat misalnya jumlah
penderita hipertensi di Puskesmas Telaga.

3.7 Proses Pengumpulan Data


1. Persiapan
a) Persiapan sampel
Penelitian dimulai dengan penentuan sampel yang diperoleh diwilayah
Puskesmas Telaga. Selanjutnya sampel diberi penjelasan tentang
tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian untuk dimintai
kesediaan menjadi sampel. Jika bersedia akan dilanjutkan dengan
pemberian informed consent
b) Persiapan alat dan bahan
Meliputi 1 buah sphygmomanometer, aromaterapi lavender, dan lembar
observasi.
2. Pelaksanaan
a) Mengukur tekanan darah sebelum dilakukan masase kaki kepada
responden
b) Melakukan masase kaki sesuai SOP sesuai yang terlampir kepada
responden setelah mengkonsumsi obat hipertensi
c) Mengukur tekanan darah setelah 5 menit dilakukan masase kaki
d) Mencatat dilembar observasi tekanan darah

3.8 Instrumen Pengolahan Data


Instrumen merupakan fasilitas atau alat yang dipakai oleh peneliti dalam
pengumpulan data sehingga pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya pun lebih
baik (Saryono & Anggraeni, 2013). Dalam penelitian ini instrumen yang di pakai
untuk pengumpulan data yaitu:
1. Kuesioner mengenai karakteristik responden.

27
2. Lembar observasi yang berisi pemantauan hasil tekanan darah pretest dan
posttest
3. Satuan operasional prosedur pemberian aromaterapi lavender (SOP).
4. Spygmomanometer
5. Aromaterapi lavender

3.9 Tekhnik Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan apabila telah selesai melakukan pengumpulan
data. Menurut (Notoatmodjo, 2012) tahapan pengolahan data sebagai berikut:
1. Editing
Peneliti memeriksa kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan pengisian
jawaban dan apakah sesuai dengan pertanyaan. Setelah peneliti memeriksa
pengisian kuesioner maka yang tidak lengkap, tidak sesuai dengan pertanyaan,
dan tidak jelas akan dikeluarkan sebagai responden.
2. Coding
Peneliti akan mengubah data yang berbentuk huruf menjadi kata yang
berbentuk angka atau bilangan seperti skor jawaban responden berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh peneliti.
3. Processing
Peneliti memproses data dengan menginput data dari setiap responden
kedalam program komputer. Data yang dimasukkan sesuai nomor responden
yang terdapat di kuesioner dan nomor yang terdapat di lembar observasi dan
jawaban dari responden input kedalam komputer dalam bentuk angka sesuai
dengan skor jawabanyang sudah ditentukan pada saat melakukan Coding.
4. Cleaning
Peneliti melakukan pengecekan kembali data yang telah di input. Jika
sudah tidak ada kesalahan, maka dilakukan tahap analisis berdasarkan jenis
data.

3.10 Tekhnik Analisis Data


3.10.1 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mendiskripsikan atau menjelaskan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisis univariat
dalam penelitian ini menggambarkan distribusi dan presentase dari variabel

28
setelah dilakukan masase kaki dengan minyak esensial lavender. Masing-masing
variabel dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi.
Distribusi frekuensi adalah suatu cara menyajikan data dengan mengelompokkan
data dalam kelas-kelas interval dengan frekuensi tertentu. Distribusi frekuensi
disajikan dalam bentuk tabel yang terdiri dari distribusi relatif, distribusi kumulatif,
dan distribusi kumulatif-relatif (Kadir, 2015).

3.10.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan dua variabel, baik berupa korelatif, komparatif, maupun asosiatif
( Saryono & Anggraeni, 2103) yaitu untuk melihat pengaruh antara variabel
independen yaitu masase masase kaki dengan minyak esensial lavender dan
variabel dependen yaitu penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi
kecemasan sehingga bisa dilihat pengaruh atau perbedaan dari dua variabel
tersebut.
Untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel apakah signifikan atau
tidak dengan kemaknaan 0,05 dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan
software SPSS 21,0 dan menggunakan syarat distribusi normal. Nilai dari
signifikam uji wilcoxon,dimana (p < 0,05) maka ada pengaruh masase kaki
dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi, dan apabila nilai (p > 0,05) maka tidak ada pengaruh
masase kaki dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi.

3.11 Etika Penelitian


Kode etik penelitian merupakan pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegian penelitian yang melibatkan peneliti, pihak yang diteliti, dan masyarakat
yang akan mendapatkan dampak dari penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012).
Menurut (Hidayat, 2010) etika yang harus diperhatikan antara lain:
1. Informed Consent
Informed Consent adalah bentuk persetujuan antara responden dan
peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Lembaran persetujuan akan
diberikan kepada pasein post sectio caesarea agar bersedia menjadi responden.
Peneliti harus menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan

29
dilakukan. Jika ibu bersedia menjadi responden, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan tersebut. Tetapi, apabila ibu tersebut tidak
bersedia menjadi responden, maka peneliti menghormati keputusan ibu tersebut.
2. Anonimity ( Tanpa Nama )
Etika dalam kebidanan adalah masalah yang memberi jaminan dalam
penggunaan subjek dalam penelitian dengan cara tidak mencantumkan atau
memberikan nama responden pada lembar alat ukur tetapi memberikan kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil yang akan dipaparkan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini adalah masalah yang memberikan jaminan kerahasiaan
penelitian, baik informasi ataupun mengenai hal lain. Semua informasi yang telah
didapatkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang akan dipaparkan pada hasil riset.

3.12 Alur Penelitian

Tahap persiapan pembuatan proposal, pengambilan data


jumlah lansia hipertensi Puskesmas
Telaga

informed consent
Tahap persiapan

pre test menggunakan lembar


observasi
Tahap pengolahan
data

Masase kaki menggunakan


aromaterapi lavender

post test menggunakan lembar


observasi

30
DAFTAR PUSTAKA
Ade Yonata, A. S. (2016). Hipertensi Sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke.
Majority , Volume 5.

Buckle, J. (2015). Clinical Aromatherapy Essensial Oil In Healthcare Edisi Ke 3.


Usa: Elsevir Inc.

Cheryl D. Fryar, M. Y. (2017). Hypertension Prevalence and Control Among


Adults:. Nchs Data Brief .

Hasyim Kadri, S. F. (2019). Natalaksanaan Hipertensi dengan Relaksasi Otot


Progresif pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi.
Jurnal Abdimas Kesehatan (Jak) , Volume 2.

Hidayat, A. A. (2010). Metode Penelitian Kesehan, Paradigma Kuantitatif.


Surabaya: Health Books Publishing.

Indofation. (2016). Pusat Informasi dan Data Kementrian Kesehatan Hipertensi.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Ri.

Kadir. (2015). Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan
Program Spss/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Lukman, Putra, S. A., Habiburrahma, E., Wicaturatmashudi, S., Umentalia


Sulistini, R., & Agustin, I. (2020). Pijat Refleksi Berpengaruh terhadap Tekanan
Darah pada pasien Hipertensi di Klinik Atgf 8 Palembang. Jurnal Bahana
Kesehatan Masyarakat , Iv (1).

Maliya, A., & Andria, A. R. (2018). Pengaruh Pijat Kaki dan Punggung terhadap
Tingkat Tekanan Darah pada Lansia di Panti Wredha Daerah Surakarta.
Universitas Muhammadiyah Jember , V (1).

Mulyasari, C., Adi, G. S., & Sari, F. S. (2020). Pengaruh Kombinasi Aromaterapi
Lavender Dan Healing Touch terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di
Puskesmas Nguter Kabupaten Sukoharjo.

Nasrullah, M. (2018). Efektivitas Pijat Kaki terhadap Tekanan Darah pada Usia
Produktif dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan
Banjarmasin. Skripsi .

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Amp Press.

31
Nugraha, A. P., & Widyawaty, E. D. (2018). Pengaruh Essensial Oil Dari Biji Pala
dan Lavender terhadap Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi. Jurnal
Keperawatan dan Kebidanan .

Patria, A., & Haryani, R. P. (2019). Pengaruh Masase Kaki terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Kelompok Dewasa yang Mengalami Hipertensi. Jurnal
Kesehatan Panca Bhakti Lampung , Vii (1).

Rini, R. A. (2020). Pengaruh Kombinasi Aromaterapi Lavender dan Hand


Massage terhadap Perubahan Kecemasan,Tekanan Darah dan Kortisol pada
Pasien Hipertensi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes , 11 (2).

Riskesdas. (2018).

Riswanto, A. R., Wulandari, I. S., & Adi, G. S. (2021). Bantal Terapi Lavender
Berpengaruh terhadap Kualitas Tidur. Jurnal Keperawatan , 13 (1).

Safaa, S., Purnawan, I., & Sari, Y. (2019). Perbedaan Efektivitas Aromaterapi
Lavender dan Aromaterapi Peppermint terhadap Nyeri pada Pasien Post -Sectio
Caesarea i dRsud Ajibarang. Journal Of Bionursing , 1 (1).

Sari, Y. N. (2017). Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta: Tim Bumi Medika.

Saryono, & Anggraeni, M. D. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan


Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Setiadi. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawata : Pendekatan Ilmu Praktis


Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Sugiyono. (2017). Metedologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, V. W. (2015). Statistik Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gava Media.

Suranto, A. (2011). Pijat Anak. Jakarta: Penenbar Plus.

WHO. (2019). Hypertension.

Wijayanto, T., & Sari, R. (2015). Perbedaan Pengaruh Terapi Masase dengan
Minyak Aromaterapi dan Minyak Vco terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pasien Hipertensi Primer. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai , Viii (2).

32
Wong, M. F. (2011). Acu Yoga Kombinasi Akupresur + Yoga . Jakarta: Penebar
Plus.

Yanti, E., Rahayuningrum, D. C., & Eliza, A. (2018). Efektifitas Massase


Punggung dan Kaki terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Jurnal
Kesehatan Medika Saintika , 10 (1).

Yunita Sari, M. S. (2018). Pemberdayaan Kader Posyandu Lansia Untuk


Pencegahan Hipertensi Dan Komplikasinya Di Purwokert. Jurnal Pengabdian
Pada Masyarakat , Volume 3.

33

Anda mungkin juga menyukai