Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipertensi masih menjadi masalah utama yang menyebabkan banyak

kematian pada penduduk di dunia. Seseorang dikatakan memiliki hipertensi apabila

memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau

tenang (Kemenkes RI, 2019). Hipertensi juga dijuluki sebagai The silent killer atau

pembunuh diam-diam, dimana gejala yang tidak dirasakan sampai penderita

diketahui memiliki tekanan darah yang tinggi dan mungkin telah terjadi komplikasi

yang dapat mengakibatkan kematian (Noviyanti, 2015).

Prevelensi kejadian hipertensi meningkat pada negara berkembang.

Wilayah Afrika sebagai negara dengan penghasilan rendah memiliki prevelensi

hipertensi tertinggi sebanyak 27%, sedangkan di Amerika dengan pendapatan yang

tinggi memiliki prevelensi hipertensi terendah yakni 18% (WHO, 2019). Data dari

World Health Organization (WHO) tahun 2018 melaporkan 1,13 miliar orang di

dunia menderita hipertensi dan diperkirakan tahun 2025 terjadi peningkatan

penderita hipertensi dari 26,4% menjadi 29,2%. Peningkatan ini terutama disebabkan

oleh peningkatan faktor risiko hipertensi pada populasi tersebut (WHO, 2019).

Indonesia termasuk kedalam wilayah Asia Tenggara yang angka kejadian

hipertensinya tergolong tinggi, yakni sebesar 427.218 kematian (Riskesdas, 2018).

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan bahwa, prevalensi hipertensi

berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1% dan

1
yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan hanya 8,6% dari prevelensi hipertensi. Hal

ini mengalami peningkatan dari 5 tahun yang lalu, dimana data Riskesdas tahun 2013

menyebutkan bahwa prevelensi hipertensi sebesar 25,8% dan yang terdiagnosis oleh

tenaga kesehatan hanya 9,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Pada umumnya, kejadian hipertensi banyak terjadi pada penduduk berusia

lanjut namun tidak menutup kemungkinan penduduk usia remaja hingga dewasa juga

dapat mengalami penyakit hipertensi tersebut (Arum, 2019). Memasuki fase usia

lanjut membuat lansia mudah terserang berbagai macam penyakit terutama penyakit

kardiovaskuler seperti hipertensi. Hipertensi sering juga disebut sebagai sillent killer

karena termasuk penyakit yang mematikan. Bahkan, hipertensi tidak dapat secara

langsung membunuh penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit

lain yang tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat meningkatkan resiko

serangan jantung, stroke dan gagal ginjal (Pudiastuti, 2013).

Penyebab hipertensi hingga saat ini secara pasti belum dapat diketahui,

tetapi gaya hidup berpengaruh besar terhadap kasus ini. Terdapat beberapa faktor

yang menjadi risiko terjadinya hipertensi, seperti usia, perokokdan gaya hidup

kurang aktivitas yang dapat mengarah ke obesitas. Mengurangi faktor risiko terhadap

dasar pemberian intervensi oleh tenaga kesehatan (Hariawan & Tatisina, 2020).

Faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu, faktor yang dapat

dikendalikan seperti obesitas, gaya hidup, stress dan faktor yang tidak dapat di kenal

seperti usia (Nugroho & Sari, 2019).

Pada lanjut usia terjadi penurunan fungsih tubuh dimana salah satunya

adalah penurunan fungsi kerja pembuluh darah. Penyakit yang sering terjadi pada

2
golongan lansia yang disebabkan karena penurunan fungsi kerja pembuluh darah

yaitu salah satunya hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi

merupakan suatu penyakit meningkatnya tekanan darah arterial sistematik baik

sistolok maupun diastolik (Suprayitno & Huzaimah, 2020). Kesehatan lansia bilah

tidak di tangani dengan baik, akan mengakibatkan penurunan fungsi fisik dan

fisiologis sehingga terjadi kerusakan tubuh yang lebih parah, menimbulkan banyak

komplikasi dan mempercepat kematian. Hipertensi pada lansia bila tidak cepat

ditangani dan di obatin dapat menyebabkan gagal jantung,strok dan gagal ginjal

(Jannah & Ernawaty, 2018).

Hipertensi pada dasarnya memiliki manajemen pengobatan yang

cenderung sulit untuk dikontrol (Palmer, A. dan B. William, 2012). Hipertensi yang

tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi yakni, penyakit

jantung, stroke dan gagal ginjal. Kejadian penyakit jantung dan stroke akibat

hipertensi mencapai 45% dan 51% (WHO, 2013). Jika hipertensi dibiarkan tanpa

pengobatan, hampir separuh klien hipertensi akan meninggal karena penyakit jantung

dan 10-15% akan meninggal karena gagal ginjal (Black & Hawks, 2014). Stroke

terutama stroke hemoragik dan gagal jantung non iskemik adalah penyakit yang

banyak terjadi akibat komplikasi dari hipertensi di Asia (Kario et al., 2018).

Penatalaksanaan hipertensi perlu dilakukan sebagai upaya pengurangan

risiko naiknya tekanan darah. Menurunkan tekanan darah sistolik 10 mm Hg telah

terbukti mengurangi risiko kejadian penyakit kardiovaskular 20%, penyakit jantung

koroner 17%, stroke 27%, dan gagal jantung 28% (Thomopoulos et al., 2018).

Tujuan dilakukannya kontrol tekanan darah adalah untuk memonitoring tekanan

3
darah, mencegah pasien masuk rumah sakit dan mencegah terjadinya komplikasi

(Martins et al., 2012). Oleh karena itu pentingnya penatalaksanaan hipertensi dalam

mengontrol tekanan darah, sehingga dapat dikatakan sebagai hipertensi yang

terkontrol. Pengontrolan tekanan darah pada penderita hipertensi masih belum

optimal dalam praktik klinis (Weber et al., 2014).

Penanganan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologi (obat) dan non

farmakologi. Langkah awal yang dapat dilakukan dengan terapi non farmakologi

yaitu dengan modifikasi gaya hidup, pengelolaan stress dan kecemasan (Pamungkas

et al., 2016). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi stress dan

kecemasan yaitu dengan melakukan relaksasi otot progresif, dimana respon dari

teknik relaksasi tesebut dapat menghambat sistem saraf otonom dan sistem saraf

pusat, serta akan meningkatkan aktivitas parasimpatis yang akan menurunkan detak

jantung (Rosdiana & Cahyanti, 2019).

Penatalaksanan hipertensi terbagi dua yaitu, terapi farmakologis dan non-

farmakologis. Pengobatan secara farmakologis biasanya menggunakan obat-obatan

yang mempunyai efek samping. Di Indonesia menunjukan 60% menggunakan obat-

obatan, 30% menggunakan herbal terapy, dan 10% fisikalterapy (Harnani &

Axmalia, 2017). Pengobatan hipertensi secara nonfarmakologis dapat dilakukan

dengan mengubah gaya hidup yang lebih sehat, salah satunya dengan melakukan

Hidroterapi (rendam kaki dengan air hangat) (Solechah et al., 2017).

Salah satu cara non-farmakologis yang dapat dilakukan adalah dengan

Hidroterapi (Rendam Air Hangat), merendam bagian tubuh ke dalam air hangat

(Hardianti et al., 2018). Hidroterapi rendam air hangat merupakan 4 salah satu jenis

4
terapi alamiah yang bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, mengurangi

edema, meningkatkan relaksasi otot, menyehatkan antung, mengendorkan otot – otot,

menghilangkan stres, nyeri otot, meringankan rasa sakit, meningkatkan permeabilitas

kapiler, memberikan kehangatan pada tubuh sehingga sangat bermanfaat untuk terapi

penurunan tekanan darah pada hipertensi (Evi Dilianti et al., 2017). Terapi rendam

kaki dengan air hangat ini memiliki banyak manfaat namun pada beberapa kasus

menjadi kontra indikasi yang tidak cocok untuk terapi ini, yaitu pada kasus penyakit

jantung dengan kondisi yang parah, serta penderita diabetes. Karena kulit pasien

diabetes akan mudah rusak walaupun hanya dengan menggunakan air hangat

(Harnani & Axmalia, 2017).

Rendam kaki dapat dikombinasikan dengan bahan-bahan herbal lain salah

satunya jahe. Jenis-jenis jahe yang dikenal oleh masyarakat yaitu jahe emprit (jahe

kuning), jahe gajah (jahe badak), dan jahe merah (jahe sunti) tetapi jahe yang banyak

digunakan untuk obat-obatan adalah jahe merah, karena jahe merah memiliki

kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi dibanding dengan jahe lainnya

(Setyaningrum & Sapiranto, 2013). Jahe mengandung lemak, protein, zat pati,

oleoresin (gingerol) dan minyak atsiri. Rasa hangat dan aroma yang pedas pada jahe

disebabkan oleh kandungan minyak atsiri (volatil) dan senyawa oleoresin (gingerol).

Rasa hangat pada jahe dapat memperlebar pembuluh darah sehingga aliran darah

lancar (Kurniawati, 2010 dalam Anisa et al., 2016)

Penanganan yang dilakukan yaitu dengan cara terapi non farmakologis,

salah satunya dengan terapi rendaman kaki air jahe hangat. Terapi rendaman kaki air

jahe hangat ini bertujuan untuk melancarkan peredaran darah karena sangat efektif

5
untuk menurunkan darah. Efek rendaman kaki air jahe hangat ini dilakukan selama

15 menit. Air hangat juga memiliki dampak fisiologis bagi tubuh untuk melancarkan

sirkulasi darah. Terapi ini sangat efisien untuk dilakukan setiap saat di rumah (Agung

Santoso & Ali Maulana, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Nurpratiwi et al., (2021) yang berjudul

rendam kaki air hangat jahe dalam menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman partisipan yaitu

perasaan yang dirasakan oleh partisipan memberikan rasa enak dan nyaman, manfaat

dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi nyeri, waktu melakukan pada pagi

hari dan waktu yang dilakukan sekitar 10-20 menit, prosedur dalam melakukan

rendam kaki air hangat jahe dengan jahe diiris-iris/ditumbuk/digeprek, jenis jahe

yang sering digunakan yaitu jahe putih dan jahe kuning, tidak ada efek samping yang

muncul setelah melakukan rendam kaki air hangat jahe.

Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh (Fakhrudin & Fitriyani, 2021)

yang berjudul Rendam Kaki Rebusan Air Jahe Merah Berpengaruh terhadap

Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi didapatkan hasil yaitu rata-rata

tekanan darah responden sebelum dan sesudah diberikan rendam kaki rebusan

air jahe merahtekanan darah sistolik 149,05 mmHg menjadi 135,83 mmHg dan

diastolik 78,69 mmHg menjadi 75,95 mmHg. Hasil analisa uji korelasi

menunjukkan ada pengaruh pemberian rendam kaki rebusan air jahe

merahterhadap tekanan darah penderita hipertensi, ditunjukkan dengan nilai p-

value= 0.0001(p-value < 0,05).

6
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti yaitu berdasarkan

hasil wawancara ke beberapa penderita hipertensi mengatakan bahwa kadang mereka

lupa untuk minum obat dengan alasan karena tidak ada keluhan yang dirasakan, ada

juga yang mengatakan bahwa tidak mengkonsumsi obat antihipertensi tapi

mengurangi makanan yang asin-asin serta ada yang mengatakan sering

mengkonsumsi obat dari resep dokter, dan juga memakan buah-buahan yang dapat

menurunkan tekanan darah, dan ada juga yang mengatakan biasa melakukan

pengobatan tradisional juga dirumahnya seperti meminum air jahe, dari beberapa

penderita yang dikaji tentang pengalamannya tentang terapi hipertensi belum ada

yang pernah melakukan hidroterapi, untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul pengaruh pemberian rendaman kaki dengan air jahe hangat

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien lanisa di wilayah kerja Puskesmas

Tanjung Balai Karimun.

B. RUMUSAN MASALAH

Adakah Pengaruh Pemberian Rendaman Kaki Dengan Air Jahe Hangat

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas

Tanjung Balai Karimun ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis pengaruh pemberian rendaman kaki dengan air jahe hangat

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di wilayah kerja Puskesmas

Tanjung Balai Karimun.

7
2. Tujuan khusus

a. Megetahui tekanan darah responden sebelum dilakukan pemberian

rendaman kaki dengan air jahe hangat pada kelompok kontrol dan kelompok

intervensi.

b. Megetahui tekanan darah responden pada kelompok kontrol dan intervensi

sesudah dilakukan pemberian rendaman kaki dengan air jahe hangat pada

kelompok intervensi

c. Menganalisis perbedaan tekanan darah responden sesudah dilakukan

pemberian rendaman kaki dengan air jahe hangat pada kelompok kontrol

dan kelompok intervensi

d. Menganalisis pengaruh pemberian rendaman kaki dengan air jahe hangat

pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Mahasiswa Keperawatan,

Hasil penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referansi

dalam memberikan informasi tentang terapi komplementer pada pasien

hipertensi.

2. Bagi Puskesmas Tanjung Balai Karimun

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam

memberikan informasi dan pengetahuan tentang penatalaksanaan pada pasien

lansia dengan menggunakan terapi komplementer yaitu rendaman kaki

menggunakan air jahe hangat.

8
3. Bagi Pendidikan Keperawatan

Menambah pustaka dan kajian ilmiah, sehingga dapat menambah ilmu

pengetahuan dan wawasan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan

mengenai terapi komplementer pada pasien hipertensi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya dan dapat memberikan manfaat dalam

memperbanyak referensi tentang terapi komplementer.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Untuk memperjelas masalah yang dibahas dan agar tidak terjadi pembahasan

yang meluas atau menyimpang maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan metode quasi-

exsperimental nonequivalent control group design yang dilakukan pada lansia di

wilayah kerja puskesmas tanjung balai karimun. Populasi dalam penelitian ini adalah

lansia yang menderita hipertensi di lingkungan puskesmas tanjung balai karimun

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret 2022 sampai dengan April 2022.

F. PENELITIAN TERKAIT

1. Pengaruh terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia

Kota Kendari

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nazaruddin et al., (2021)yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi rendam kakidenganair hangat

terhadap penurunan tekana darah pada penderita hipertensi di wilayah

9
kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Desain penelitian ini yaitu Pre

Eksperimen dengan melakukan pendekatan secara “One Group Pre and Post-Test

Design”. Hasil uji analisis diperoleh hasil nilai p sistolik = 0,000 dan hasil

nilai p diastolik = 0,000 maka dapat diartikan bahwa terapi rendam kaki

dengan air hangat efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi.

2. Pengaruh Pemberian Rendaman Air Jahe Pada Kaki Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Pada Lansia

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Surya & Effendy (2021)yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh rendaman air jahe pada kaki terhadap

penurunan tekanan darah lansia yang tinggal di Desa Bangsal Kabupaten

Mojokerto sehingga lansia yang mengalami hipertensi di desa bangsal

berkurang.Desain penelitian ini adalah pre-experimental dengan rancangan one

group pretest-posttest. Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian lansia di Desa

Bangsal Kabupaten Mojokerto yang mengalami hipertensi sebanyak 28 lansia.

Teknik sampling yang digunakan yaitu probability sampling dengan metode

simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data

adalah lembar observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai sig (2-

tailed) sebesar 0.031< 0,05 maka H1 diterima yang berarti rendaman air jahe

pada kaki efektif terhadap penurunan tekanan darah lansia di Desa Bangsal

Kabupaten Mojokerto.

10
3. Efektifitas Rendam Kaki Air Jahe Hangat Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Panti Wredha Pucang Gading

Semarang

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anisa et al., (2016) yang bertujuan untuk

mengetahui efektifitas rendam kaki air jahe hangat terhadap penurunan tekanan

darah pada lansia dengan hipertensi Panti Wredha Pucang Gading Semarang.

Penelitian ini dilaksanakan selama dua minggu dengan memberikan terapi

rendam kaki air jahe hangat 6 kali. Rancangan penelitian menggunakan

penelitian Quasi-exsperimental menggunakan One group pre-post test design

terhadap 17 responden dengan hipertensi. Tekanan darah diukur secara langsung

dengan menggunakan Spygnomanometer. Uji statistik yang digunakan adalah uji

dependen t-test Dari hasil uji dependen t-test didapatkan p value tekanan darah

sistolik = 0.0001 dan p value tekanan darah diastolik = 0.0001 maka Ha

diterima, artinya ada pengaruh pemberian rendam kaki air jahe hangat terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Panti Wredha Pucang

Gading Semarang. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan bagi lansia dapat

dimanfaatkan sebagai bahan perawatan non-farmakologi hipertensi yang murah,

aman dan mudah didapat..

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORITIS

1. KONSEP DASAR HIPERTENSI

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah

di dalam arteri. Dimana Hiper yang artinya berebihan, dan Tensi yang artinya

tekanan/tegangan, jadi hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran

darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal

(Musakkar & Djafar, 2021). Seseorang dinyatakan hipertensi apabila

seseorang memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan ≥ 90 untuk

tekanan darah diastolik ketika dilakukan pengulangan (Perhimpunan Dokter

Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015).

b. Penyebab

Ada 2 macam hipertensi menurut (Musakkar & Djafar, 2021) yaitu :

1) Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui

penyebabnya. Sekitar 10-16% orang dewasa yang mengidap penyakit

tekanan darah tinggi ini.

2) Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya.

Sekitar 10 % orang yang menderita hipertensi jenis ini. Beberapa

penyebab hipertensi menurut (Musakkar & Djafar, 2021), antara lain :

12
a) Keturunan

Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang mengidap

hipertensi maka besar kemungkinan orang tersebut menderita

hipertensi.

b) Usia

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambah usia

seseorang maka tekanan darah pun akan meningkat.

c) Garam

Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada

beberapa orang.

d) Kolesterol

Kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan

timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga

mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan tekanan darah pun

akan meningkat.

e) Obesitas/kegemukan

Orang yang memiliki 30% dari berat badan ideal memiliki risiko

lebih tinggi mengidap hipertensi.

f) Stress

Stres merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi di

mana hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui

aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan

darah secara intermiten (tidak menentu) (Anggriani et al., 2014).

13
g) Rokok

Merokok dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi, jika

merokok dalam keadaan menderita hipertensi maka akan dapat

memicu penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.

h) Kafein

Kafein yang terdapat pada kopi, teh, ataupun minuman bersoda dapat

meningkatkan tekanan darah.

i) Alkohol

Mengonsumsi alkohol yang berlebih dapat meningkatkan tekanan

darah.

j) Kurang olahraga

Kurang berolahraga dan bergerak dapat meningkatkan tekanan

darah, jika menderita hipertensi agar tidak melakukan olahraga berat.

c. Tanda dan Gejala Hipertensi

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Optimal < 120 < 80
Normal 120-129 80-84
Normal- Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 160-179 100-109
Hipertensi Derajat 3 ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi Sistolik ≥ 140 < 90
Terisolasi
Sumber : 2018 ESC/ESH Hypertension Guidelines

14
d. Tanda dan Gejala Hipertensi

Tanda dan gejala Hipertensi Menurut (Salma, 2020), yaitu :

1) Sakit kepala (biasanya pada pagi hari sewaktu bangun tidur)

2) Bising (bunyi “nging”) di telinga

3) Jantung berdebar-debar

4) Pengelihatan kabur

5) Mimisan

6) Tidak ada perbedaan tekanan darah walaupun berubah posisi.

e. Dampak

Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang

berbahaya menurut (Septi Fandinata, 2020):

1) Payah jantung

Kondisi jantung yang tidak lagi mampu memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan pada

otot jantung atau sistem listrik jantung.

2) Stroke

Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan pembuluh darah

yang sudah lemah pecah. Jika hal ini terjadi pada pembuluh darah otak

makan akan terjadi pendarahan pada otak dan mengakibatkan kematian.

Stroke bisa juga terjadi karena sumbatan dari gumpalan darah di

pembuluh darah yang menyempit.

15
3) Kerusakan ginjal

Menyempit dan menebalnya aliran darah menuju ginjal akibat hipertensi

dapat mengganggu fungsi ginjal untuk menyaring cairan menjadi lebih

sedikit sehingga membuang kotoran kembali ke darah.

4) Kerusakan pengelihatan

Pecahnya pembuluh darah pada pembuluh darah di mata karena

hipertensi dapat mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur, selain itu

kerusakan yang terjadi pada organ lain dapat menyebabkan kerusakan

pada pandangan yang menjadi kabur.

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan

bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat

langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ atau karena efek tidak

langsung.

Dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita

menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya

kematian penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya.

f. Pencegahan Hipertensi

Pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan menurut (Ernawati, 2020) yaitu :

1) Mengurangi asupan garam (kurang dari 5 gram setiap hari)

2) Makan lebih banyak buah dan sayuran

3) Aktifitas fisik secara teratur

4) Menghindari penggunaan rokok

16
5) Membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh

6) Menghilangkan/mengurangi lemak trans dalam makanan

g. Pemeriksaan Fisik

Menurut (Unger et al., 2020) pemeriksaan fisik yang menyeluruh dapat

membantu memastikan diagnosis hipertensi dan harus mencakup :

1) Sirkulasi dan jantung: Denyut nadi / ritme / karakter, denyut / tekanan

vena jugularis, denyut apeks, bunyi jantung ekstra, ronki basal, edema

perifer, bising (karotis, abdominal, femoralis), keterlambatan radio-

femoralis.

2) Organ / sistem lain: Ginjal membesar, lingkar leher> 40 cm

(obstructive sleep apnea), pembesaran tiroid, peningkatan indeks

massa tubuh (BMI) / lingkar pinggang, timbunan lemak dan striae

berwarna (penyakit / sindrom Cushing).

h. Penatalaksanaan

Menurut (Righo, 2014) penatalaksanaan hipertensi ada 2 yaitu farmakologi

dan non farmakologi.

1) Farmakologi (Obat-obatan)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti

hipertensi yaitu :

a) Mempunyai efektivitas yang tinggi.

b) Mempunyai toksitas dan efek samping ringan atau minimal.

c) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

17
d) Tidak menimbulkan intoleransi.

e) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.

f) Memungkin penggunaan jangka panjang.

Golongan obat-obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi

seperti golongan diuretik, golongan betabloker, golongan antagonis

kalsium, serta golongan penghambat konversi rennin angiotensin.

2) Non Farmakologi

a) Diet

Pembatasan atau kurangi konsumsi garam. Penurunan berat badan

dapat membantu menurunkan tekanan darah bersama dengan

penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan penurunan kadar

adosteron dalam plasma.

b) Aktivitas

Ikut berpartisipasi pada setiap kegiatan yang sudah disesuaikan

dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan, seperti

berjalan, jogging, bersepeda, atau berenang.

c) Istirahat yang cukup

Istirahat dengan cukup memberikan kebugaran bagi tubuh dan

mengurangi beban kerja tubuh.

d) Kurangi stress

Mengurangi stress dapat menurunkan tegang otot saraf sehingga

dapat mengurangi peningkatan tekanan darah.

18
e) Hidroterapi

Terapi rendam kaki air hangat atau hidroterapi kaki dapat membantu

meningkatkan sirkulasi darah dengan cara memperlebar pembuluh

darah sehingga dapat memperoleh banyak oksigen yang akan

dipasok ke jaringan yang mengalami pembengkakan (Wulandari et

al., 2016).

2. KONSEP DASAR LANSIA

a. Definisi Lansia

Lansia atau lanjut usia adalah suatu proses kehidupan ditandai

dengan penurunan kemampuan berbagai fungsi, organ, dan sistem tubuh

secara fisiologis atau alamiah agar mampu beradaptasi dengan lingkungan.

Pada lansia mengalami proses kehidupan yang tidak dapat dihindari dan

akan berjalan secara terus menerusserta berkesinambungan, lanjut usia

yakni seseorang yang sudah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes RI,

2017).

Lansia merupakan kelompok penduduk berusia 60 tahun atau lebih,

serta mengalami penurunan kekebalan fisik dan mengalami penurunan

system organ tubuh. Lansia adalah kelompok masyarakat yang rentang

terhadap suatu penyakit, kelompok dibagi menjadi 3 yaitu middle age

dengan bataan usia (45-49 tahun), Lanjut usia (60 -69 tahun) dan Lanjut usia

tua (70 tahun keatas) menurut (Badan Pusat Statistik, 2018)

19
b. Batasan Lansia

Menurut (Villela, 2013) bataan-batasan lansia yaitu dibagi sebagai

berikut :

1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun.

3) Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun.

4) Usia sangat tua ( very old) 90 tahun keatas.

c. Ciri – Ciri Lansia

Ciri-ciri lansia menurut (Siti, 2016) sebagai berikut:

1) Lansia mengalami proses kemunduran

Lansia atau lanjut usia (60 tahun keatas) akan mengalami kemunduran

yakni kemunduran dari bentuk fisik, factor psikologis, aspek kognitif,

askep motoricsensorik. Motivasi adalah peran penting dalam membantu

mencegah kemunduran pada lansia. Yakni lansia yang tidak memiliki

motivasi akan cenderung mempercepat proses kemunduran, lain dengan

lansia yang memiliki motivasi tinggi akan cenderung lebih lama

mengalami proses kemunduran dari segi bentuk fisik, factor psikologis,

askep kognitif dan motoric-sensori.

2) Penyesuaian yang buruk pada lanjut usia

Lanjut usia yang tinggal bersama anak dan keluarganya cenderung lebih

menarik diri dikarenakan lansia jarang dilibatkan untuk ikut

memecahkan masalah/ mengambil sebuah keputusan, hal ini

menjadikan lansia memiliki harga diri rendah dan cepat tersingung.

20
3) Lansia membutuhkan perubahan peran

Lansia yang memiliki kedudukan atau jabatan harus memiliki cara

berfikir secara luas, sehingga jika mereka harus berhenti atau tidak

menduduki jabatan akan lebih menikmati masa tua yang bahagia,

kemudian lansia harus disiapkan agar tidak menjadikan pikiran ataupun

beban masa tuanya (Post Power Syndrom), misal lansia yang

mengalami pensiun harus menerima dengan lapang dada, dan sudah

semstinya mereka menyiapkan terlebih dahulu sebelum masa pensiun.

d. Karakteristik Lansia

Lansia memiliki karakteristik yang berbeda dengan usia dewasa

ataupun remaja, yakni sebagai berikut menurut (Sofia dkk, 2014).

1) Lansia berusia lebih dari 60 tahun.

Lansia berusia lebih dari 60 tahun, lansia dengan pembagian usia tiga

dengan batasan awal lanjut usia dengan umur 45-49 tahun, kemudian

Lanjut usia dengan umur 60-69 tahun, dan Lanjut Usia Tua (70-95

tahun).

2) Kebutuhan lansia yang bervariasi

Masalah kesehatan yang bervariasi mulai dari sehat samapai yang sakit,

kebutuhan biopsikologis, spiritual, adaptif dan maladaptive.

3) Lingkungan yang bervariasi

Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang paling dominan dalam

hidup lansia, tetapi hal ini tidak sedikit pula lansia yang berlingkungan

atau tinggal sendiri dirumahnya

21
e. Perubahan Pada Lansia

Menurut (Supriani, 2011) ada 4 faktor diatas yang mempengaruhi

perubahan lansia yaitu :

1) Perubahan fisik

Perubahan fisik meliputi sel, system pendengaran, system persyarafan,

system penglihatan, system kardiovaskular, system respirasi, system

gastrointestinal, system endokrin, system perkemihan, system kulit,

system muskuloskeletas.

2) Perubahan mental

Lansia mengalami perubahan mental dikarenakan faktor perubahan

fisik, khusus organ perasa, faktro pendidikan, faktor genetic, faktor

lingkungan.

3) Perubahan psikososial

Perubahan psikososial pada lansia dikarenakan oleh berbagai hal yakni

lansia mengalami pensiun, ekonomi menurun, penyakit kronis dan

ketidakmampuan, kesepian akibat pengasingan dari lingkungansosial

hidupnya, gangguan gizi akibat pensiun, hilangnya kekuatan dan

kemampuan fisik, serta gangguan syaraf panca indra.

4) Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan makin ditekuni dalam kehidupannya, lansia

semakin taat dalam kehidupan spiritualnya, hal ini menjadikan lansia

sangat terlihat berfikir dan bertindak melakukan kegiatan dalam sehari-

hari.

22
3. KONSEP DASAR HIDROTERAPI

a. Definisi Hidroterapi

Hidroterapi merupakan metode pengobatan menggunakan air untuk

mengobati atau meringankan kondisi yang menyakitkan dan hidroterapi

merupakan metode terapi dengan pendekatan “lowtech” yang mengandalkan

respon-respon tubuh terhadap air. Beberapa keuntungan dari hidroterapi

antara lain untuk mencegah 34 flu/demam, memperbaiki fertilitas,

menyembuhkan kelelahan, meningkatkan fungsi imunitas, meningkatkan

energi tubuh, dan membantu kelancaran sirkulasi darah (Evi Dilianti et al.,

2017).

Hidroterapi dengan rendam air hangat merupakan salah satu jenis

terapi alamiah yang bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah,

mengurang edema, meningkatkan relaksasi otot, menyehatkan jantung,

mengendorkan otot-otot, menghilangkan stres, nyeri otot, meringankan rasa

sakit, meningkatkan permeabilitas kapiler, dan memberikan kehangatan

pada tubuh (Evi Dilianti et al., 2017).

Secara ilmiah air hangat memiliki dampak fisiologis pada pembuluh

darah yang dapat membuat sirkulasi darah menjadi lancar, respon tubuh

ketika berendam dengan air hangat dapat melebarkan pembuluh darah,

meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan ketegangan otot dan

meningkatkan permeabilitas kapiler.

Air hangat juga dapat menyebabkan reaksi rasa nyaman kepada

klien, pada saat air menyentuh kulit akan merangsang pengeluarkan hormon

23
endorfin sehingga tubuh menjadi rileks, dapat mengurangi stres dan juga

dapat mengurangi rasa nyeri. Pada penelitian yang dilakukan oleh Evi

Dilianti et al., (2017) menyatakan bahwa fisiologi air hangat dapat

menyebabkan pembuluh darah melebar dan air hangat dapat menghilangkan

toksin-toksin dari dalam tubuh, air hangat juga dapat merangsang sirkulasi

pada pembuluh darah dan menyegarkan tubuh.

b. Manfaat Hidroterapi

Terapi air merupakan pengobatan alternatif yang memanfaatkan air

sebagai agen penyembuh. Air dapat dimanfaatkan sebagai tingkat kekuatan

dan ketahan tubuh terhadap suatu penyakit. Sirkulasi tubuh dapat diatur

dengan menggunakan terapi air, air dapat menyembuhkan berbagai macam

penyakit seperti demam, radang paru-paru, sakit kepala, insomnia, dan

hipertensi. Terapi menggunakan air hangat dapat berdampak positif

terhadap otot jantung dan paru-paru, terapi ini juga dapat memperlancar

peredaran darah serta merilekskan otot-otot (Susanto, 2020).

c. Fisiologi hidroterapi dalam menurunkan tekanan darah

Secara ilmiah air hangat memiliki dampak fisiologis bagi tubuh,

pertama pada pembulu darah air hangat membuat sirkulasi darah menjadi

lebih lancar, menstabilkan aliran darah dan kerja jantung adapun faktor

pembebanan didalam air yang dapat memperkuat otot-otot dan ligament

yang mempengaruhi sendi ditubuh (Masi et al., 2017). Secara konduksi

dimana ada perpindahan suhu air hangat kedalam tubuh yang akan membuat

pelebaran pembuluh darah dan bisa merilekskan otot-otot dengan rileksnya

24
otot maka dapat menyebabkan tekanan intrakranial menurun sehigga dapat

menurunkan tekanan darah.

d. Indikasi dan Kontraindikasi

1) Indikasi hidroterapi : demam, kedinginan, akral dingin, kram otot, nyeri

saat menstruasi, nyeri artritis, gout pain, menurunkan sakit kepala,

migraine, insomnia (jika diberikan ketika klien pergi tidur), relaksasi

otot, dan lain-lain (Sinclair, 2008 dalam Alfiyani, 2019).

2) Kontraindikasi hidroterapi menurut Jumarani (2009 dalam Yunita,

2019) :

a) Pengidap penyakit diabetes melitus (DM), sebaiknya menghindari

terapi air hangat untuk kaki. Jenis pembalutan tubuh yang biasanya

menggunakan air hangat juga tidak disarankan.

b) Berendam dalam air hangat atau mandi uap tidak diperbolehkan

bagi penderita tekanan darah rendah, dan ibu hamil.

c) Jangan melakukan terapi air dingin pada kaki, jika kandungan

kemih dan daerah anus anda mudah teriritasi.

d) Jika memiliki masalah obesitas atau kegemukan, harus konsultasi

terlebih dahulu ke dokter.

e) Tidak diperbolehkan jika klien menderita mati rasa.

e. Hidroterapi Air Jahe

Jahe atau Zingiber officinale Rosc merupakan rempah-rempah yang

sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang

kesehatan maupun dalam bidang kuliner. Jahe merupakan tanaman obat

25
berupa tumbuhan rumpun berbatang semu dan termasuk dalam suku temu-

temuan Zingiberaceae. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari

India sampai Cina (Setyaningrum & Saparinto, 2013).

Jahe telah dimanfaatkan di Asia sejak ribuan tahun yang lalu untuk

mengatasi berbagai macam penyakit seperti arthritis, rematik, keseleo, nyeri

otot, penyakit selesma, batuk, sinusitis, sakit tenggorokan, diare, kolik,

kram, gangguan pencernaan, kehilangan nafsu makan, mabuk, demam, flu,

menggigil, dan penyakit menular (Setyaningrum & Saparinto, 2013).

Jenis-jenis jahe yang dikenal oleh masyarakat yaitu jahe emprit (jahe

kuning), jahe gajah (jahe badak), dan jahe merah (jahe sunti) tetapi jahe

yang banyak digunakan untuk obat-obatan adalah jahe merah, karena jahe

merah memiliki kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi dibanding

dengan jahe lainnya (Setyaningrum & Saparinto, 2013).

Salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk

intervensi secara mandiri dan bersifat alami yaitu hidroterapi (rendam kaki

air hangat). Merendam kaki dengan air hangat yang dikombinasikan dengan

bahan herbal salah satunya jahe yang dapat menimbulkan respon sistemik

terjadi melalui mekanisme vasodilatasi, jahe yang digunakan untuk obat-

obatan adalah jahe merah, karena jahe merah memiliki kandungan minyak

atsiri yang lebih tinggi dibandingkan dengan jahe lainnya (Anisa et al.,

2016).

Merendam kaki dengan air hangat, air digunakan untuk terapi

memiliki suhu 37- 39˚C.Suhu tersebut dapat mengobati gejala kurang tidur

26
dan infeksi, meningkatkan kelenturan otot jaringan ikat, kelenturan pada

otot, menstabilkan kerja jantung dan aliran darah, memberikan pengaruh

pada sistem pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar

(Setiyoadi & Kusharyati, 2011). Manfaat rendam kaki air jahe hangat

mengurangi pegal-pegal, mengantar agar tidur nyenyak, membuka pori-pori

memperlebar pembuluh darah, merangsang pengeluran keringat,

mengendurkan otot-otot, memberikan efek relaksasi (Sustrani, 2011).

f. Prosedur Pelaksanaan Rendam Kaki dengan Jahe Hangat

Penelitian yang dilakukan oleh Luthfina dan Nikmatul tahun 2021

yang betujuan untuk menganalisis pengaruh hidroterapi kaki dengan jahe

merah untuk penurunan hipertensi didapatkan hasil bahwa Hasil

menunjukkan perubahan terjadi pada seluruh subyek dengan rata-rata

penurunan systole 17,66 mmHg dan diastole 5,06 mmHg. Teknik

pelaksanaan hidroterapi kaki yang dilakukan yaitu rebusan jahe dibuat

dengan perbandingan jahe : air yaitu 1 : 30 dengan kadar jahe 50 gram

(berbentuk rimpang utuh), selanjutnya digeprek kasar dan direbus sampai

mendidih. Lalu diamkan selama beberapa menit dan aplikasikan pada suhu

39º - 40º C. Hidroterapi kaki dilakukan selama 15-20 menit dengan

pemeriksaan tekanan darah pasien dilakukan sebelum dan sesudah terapi

berlangsung. Rebusan jahe hangat diberikan sampai menutup mata kaki,

untuk menjaga suhu air tetap stabil baskom ditutup menggunakan handuk dan

dilakukan pengecekan suhu tiap 5 menit menggunakan termometer air digital.

Dalam penelitiannya prosedur rendam kaki air hangat pada pasien

27
hipertensi menurut Santoso & Maulana (2015) yaitu dilakukan sehari satu

kali dan responden diharapkan untuk rendam kaki air hangat menggunakan

air dengan suhu 40oC yang telah diukur oleh thermometer air raksa selama 20

menit.

Sebelum dilakukan tindakan rendam kaki air hangat peneliti

melakukan pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum

dilakukan rendam kaki air hangat, setelah dilakukan rendam kaki air hangat,

responden dilakukan pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik kembali

untuk melihat hasil rendam kaki air hangat.

28
B. KERANGKA TEORI

Bagan 2.1 Kerangka Teori (Musakkar & Djafar, 2021; Hamani, 2017)

Hipertensi merupakan adanya peningkatan


tekanan darah sistolik dan diastolik di dalam arteri

Etiologi

1) Hipertensi esensial adalah hipertensi yang


sebagian besar tidak diketahui penyebabnya.
2) Hipertensi sekunder: Keturunan, Usia, Garam,
Kolesterol, Obesitas/kegemukan, Stress,
Rokok, Kafein, Alkohol, Kurang olahraga

Manajemen Hipertensi

1) Farmakologi (Obat-obatan)
2) Non Farmakologi
a) Diet
b) Aktivitas
c) Istirahat yang cukup
d) Kurangi stress
e) Hidroterapi
(Rendam Kaki dengan Air Jahe Hangat)

Keterangan :
Tekanan Darah
: Diteliti

: Tidak diteliti

29
C. KERANGKA KONSEP

Pada kerangka konsep ini disusun bertujuan untuk memperoleh gambaran

secara jelas agar penelitian dapat berjalan. Pada dasarnya, kerangka konsep yaitu

suatu jabaran dan pengamatan konsep-konsep serta variabel yang akan di ukur nanti

(Notoarmodjo, 2014). Pada kerangka konsep ini, variabel bebasnya adalah

pemberian terapi rendam kaki menggunakan air jahe hangat, pada variabel terikatnya

adalah penurunan tekanan darah.

Kelompok : Variabel Terikat


Pasien Variabel Bebas
Penurunan Tekanan
Hipertensi Dilakukan Terapi Darah :
Rendaman Kaki Dengan
Air Jahe Hangat  Perubahan tekanan
darah sistolik
 Perubahan tekanan
darah diastolik

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

D. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat

praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya (Sodik & Siyoto, 2015).

Hipotesis menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel. Hipotesis dalam

penelitian ini adalah :

1. Ha : Terdapat perbedaan tekanan darah sesudah pemberian rendaman kaki

dengan air jahe hangat antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

30
2. Ho : Tidak terdapat perbedaan tekanan darah sesudah pemberian rendaman kaki

dengan air jahe hangat antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 2.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
Pengobatan dilakukan Hasil ukur
dengan cara merendam dibagi
kaki menggunakan air menjadi 2
hangat campuran jahe yaitu :
untuk menurunkan 1. Dilakukan
tekanan darah 2. Tidak
Dilakukan
Rendam Stop Wacth
Ember berisi 3 liter
Kaki dan Lembar
1 rebusan air dengan Observasi Ordinal
dengan Air Prosedur
suhu 40oC yang sudah
Jahe Hangat Tindakan
dicampur dengan jahe
50 gram ruas,
pemberian rendam
kaki dilakukan satu
kali selama penelitian
pada setiap responden
selama 20 menit
Pengukuran
Nilai tekanan
Tekanan darah dalam Tekanan
darah sistolik
Tekanan pembuluh darah yang Spignomano darah
2 dan diastol Interval
Darah dapat diukur dengan meter digital dalam
dalam satuan
spygnomanometer mmHg
mmHg

31
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain Quasi-Exsperimental

Nonequivalent Control Group Design menurut Hardani, dkk (2020) Desain ini

hampir samadengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.

Bentuk rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian

O1 -----------> X1 -----------> O2
O3 -----------------------------> O4

Keterangan :

1. O1 & O3 = Pre test tekanan darah sebelum pemberian rendaman kaki

dengan air jahe hangat

2. X1 = Intervensi melalui pemberian rendaman kaki dengan air jahe hangat

3. O2 = Post test tekanan darah kelompok intervensi sesudah pemberian

rendaman kaki dengan air jahe hangat

4. O4 = Post test tekanan darah kelompok kontrol setelah kelompok

intervensi diberikan rendaman kaki dengan air jahe hangat

32
B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan

(Dharma, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi yang

ada di Puskesmas Tanjung Balai yang berjumlah 219 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau

keadaan tertentu yang akan diteliti (Riduwan, 2015). Teknik pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017).

Besar sampel yang digunakan di dalam penelitian ini dihitung

dengan menggunakan rumus slovin yaitu :

N
n=
1+ N ( e ) ²

Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Ukuran Populasi
e : Derajat Kesalahan (5%, 10%, 20%).

Berdasarkan jumlah pasien yang terdata di puskesmas Tanjung Balai

yaitu berjumlah 219 pasien. Sehingga jumlah responden yang akan

dilakukan pengambilan data sejumlah 219 responden, dengan perhitungan

sebagai berikut :

33
N
n=
1+ N ( e ) ²

219
n=
1+219 ( 0,2 ) ²

219
n=
9,76

n = 22,43

Dari hasil perhitungan didapat jumlah sampel untuk responden

sebanyak 22,43 dengan hasil tersebut sehingga peneliti penetapkan jumlah

sample sebanyak 24 responden. Kemudian peneliti membagi kelompok

menjadi dua bagian yaitu kelompok intervensi dan kelompok control

Adapun kriteria sampel yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi :-

1) Memiliki pendengaran yang baik

2) Penderita hipertensi yang memeriksakan diri di Puskesmas Tanjung

Balai hipertensi ringan diatas yang mempunyai tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90

mmHg

3) Penderita hipertensi yang berumur 34 – 75 tahun.

4) Kesadaran compos mentis

5) Tidak memiliki luka di kaki

6) Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan

34
7) Pernah mendapatkan terapi farmakologis yang sama penurun

hipertensi selama menderita hipertensi setelah memeriksakan diri

ke Puskesmas Tanjung Balai.

b. Kriteria Eklusi :

1) Penderita hipertensi yang sudah terkena komplikasi penyakit

seperti stroke.

2) Penderita hipertensi yang mengkonsumsi alkohol.

3) Pasien yang menolak atau tidak kooperatif.

4) Pasien yang mengalami stres.

5) Memiliki luka di kaki

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tanjung Balai dan waktu

pelaksanaan penelitian dilakukan mulai dari bulan Maret sampai dengan April

2022.

D. Alat Pengumpulan Data

Sebagai alat pengumpul data penelitian ini menggunakan kuesioner.

Sugiyono (2017) mengatakan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Terdapat 3 jenis

kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Kuesioner A berisi tentang identitas responden (Nama pasien, usia, jenis

kelamin, lama hipertensi)

35
b. Kuesioner B berisi tentang prosedur terapi rendam kaki jahe hangat.

c. Kuesioner C berisi tentang lembar observasi tekanan darah pada pasien lansia

yang berkunjung di Puskesmas Tanjung Balai

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2017) menyatakan bahwa Instrumen yang valid

berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa

jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali

atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur sama.

Dalam penelitian ini instrument tidak di uji validitas dn reliabilitas karena

instrument yang digunakan sudah dibakukan dan sudah terbukti valid sehingga

tidak perlu diuji validitas dan reliabilitas.

F. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas data untuk menentukan jenis statistik yang akan digunakan apakah

statistik parametik atau statistik non-parametik (Sugiyono, 2017). Pengujian

normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk. Uji normalitas dilakukan dengan

membuat hipotesis:

1. Ho : Data berdistribusi secara normal

2. Ha : Data tidak berdistribusi secara normal

36
Pedoman pengambilan keputusan: - Nilai sig atau signifikan atau nilai

profitabilitas < 0,05 adalah distribusi tidak normal - Nilai sig atau signifikan atau

profitabilitas > 0,05 adalah distribusi normal.

Setelah uji normalitas dilakukan selanjutnya data diolah menggunakan

uji beda dua sampel berpasangan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Apabila data berdistribusi normal digunakan uji t (paired sample t-test)

2. Apabila data tidak berdistribusi normal digunakan uji Wilcoxon signed rank

test (uji non parametrik).

G. Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian dilaksanakan setelah peneliti mangajukan izin penelitian

tertulis dari Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Awal Bros Batam yang

ditujukan kepada Direktur RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun. Setelah

surat izin diterbitkan, peneliti mulai melakukan pemilihan sampel penelitian

sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. Selanjutnya

peneliti memberikan informed consent kepada calon responden dan menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian.

Setelah responden menyetujui dan menandatangani informed consent

barulah peneliti mulai menjelaskan semua intruksi dan prosedur yang telah

peneliti siapkan. Sebelum melakukan terapi rendam air jahe hangat, peneliti

menjelaskan aturan yang dipatuhi oleh responden diantaranya responden

dianjurkan untuk mengikuti semua tahap-tahap pelaksanaan rendam air jahe

hangat.

37
Tahapan pelaksanaan pengumpulan data diuraikan dalam langkah-

langkah pelaksanaan terapi rebusan rambut jagung sebagai berikut :

1. Pre-test

Melakukan pengukuran tekanan darah menggunakan spynomanometer

sebelum perlakuan dilakukan, untuk mendapatkan data pre-test pada

kelompok intervensi dan kelompok control.

2. Persiapan pasien

Pasien diberitahu tujuan tindakan dan melakukan kontrak waktu.

3. Tahap-tahap pelaksanaan

a. Kelompok Kontrol

Melakukan kontrak waktu kepada kelompok kontrol bahwa peneliti akan

mengecek tekanan darah kembali setelah kelompok intervensi diberikan

rendaman kaki.

b. Kelompok Intervensi

Memberikan rendaman kaki dengan air jahe hangat, dan melakukan

kontak waktu kepada kelompok intervensi bahwa setelah selesai rendam

kaki akan dilaksanakan pengecekan tekanan darah kembali.

4. Post-test

Melakukan pengukuran tekanan darah menggunakan spynomanometer pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi setelah pemberian rendaman kaki

dengan air jahe hangat untuk mendapatkan data post test, pengukuran

dilakukan setelah melakukan terapi rendaman kaki dengan air jahe hangat.

38
H. Rencana Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian, yang disajikan dalam bentuk statistik

deskriptif meliputi mean, minimal-maksimal dan standar deviasi

(Notoatmodjo, 2014).

2. Analisa Bivariat

Uji statistik yang digunakan adalah paired t-test yaitu yang digunakan

untuk menguji beda mean dari dua hasil pengukuran pada kelompok yang

sama. Nilai tekanan darah sebelum terapi rendam air jahe hangat akan

dibandingkan dengan nilai tingkat kecemasan setelah terapi rendam air jahe

hangat untuk mengetahui diterima dan ditolaknya hipotesa sesuai dengan

signifikasi yang ditetapkan yaitu menggunakan interval kepercayaan 0,05.

Hipotesa diterima jika probabilitas < 0,05 dan Hipotesa ditolak jika nilai

probabilitas > 0,05 (Dharma, 2017).

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin

kepada responden untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah

mendapatkan persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian dengan

menegakkan prinsip dasar etik penelitian keperawatan meliputi :

1. Informed Concent (Lembar Persetujuan)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar persetujuan ini

39
diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi

dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Jika responden menolak

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden

sebagai bentuk penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia ( respect

for human dignity).

2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek (respect for privacy and

confidentiality)

Melengkapi lembar responden tanpa nama pengumpulan data tanpa

nama responden (anonim) dan mengantinya dengan kode tertentu (inisial).

Peneliti menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaan oleh peneliti (Dharma, 2017).

40
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Analisis Univariat

a. Distribusi Frekuensi Responden berdasakan jenis kelamin, usia, lama

menderita Hipertensi.

Karakteristik responden pada penelitian ini mencakup umur, jenis

kelamin, lama menderita Hipertensi masing-masing kelompok yang akan

disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin,


Lama Menderita Hipertensi.
Variabel Keterangan Frekuensi (f) Persentase (%)
Usia 45–54 Tahun 2 8,3
55–60 Tahun 8 33,3
>.60 Tahun 14 58,4
Jenis Laki–Laki 6 25
Kelamin Perempuan 18 75
Lama < 5 Tahun 9 37,5
Menderita ≥ 5 Tahun 15 62,5
Total 24 100

Berdasarkan table 4.1 didapatkan hasil bahwa responden pada

penelitian ini yaitu dengan usia 45–54 tahun terdapat sebanyak 2 orang

(8,3%), usia 55–60 sebanyak 8 responden (33,3%) dan usia > 60 tahun

sebanyak 14 responden (58,4%). Pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 6

orang atau 25% responden lebih sedikit dibandingkan dengan responden

41
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang atau 75% responden.

Pada lama menderita hipertensi kurang dari 5 tahun sebanyak 9 responden

(37,5%) lebih sedikit dibanding dengan responden yang menderita

hipertensi lebih dari sama dengan 5 tahun sebanyak 15 responden (62,5%).

b. Distribusi Frekuensi Responden berdasakan tekanan darah pada kelompok

kontrol

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan darah


Sistol dan Diastol pada kelompok kontrol
Tekanan darah Mean Sistol Mean Diastol N
Pre Test 169 96 12
Post Test 164,33 95,50 12
Selisih 4,6 0,5

Tabel 4.1 menunjukkan nilai mean tekanan darah sistol dan diastole

pre test dan post test pada kelompok kontrol. Dimana rata-rata pre test

tekanan darah sistol yaitu yaitu 169 mmHg dan diastole 96 mmHg,

kemudian mengalami sedikit penurunan rata-rata tekanan darah sistol pada

saat post test yaitu 164,33 mmHg dan diastole 95,50 mmHg. yang berarti

terjadi penurunan sebesar 4,6 mmHg pada sistol dan 0,5 mmHg pada

diastole.

42
c. Distribusi Frekuensi Responden berdasakan tekanan darah pada kelompok

Intervensi

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan darah


Sistol dan Diastol pada kelompok Intervensi
Tekanan darah Mean Sistol Mean Diastol N
Pre Test 167,25 96,67 12
Post Test 133,75 89,92 12
Selisih 33,5 6,8

Tabel 4.2 menunjukkan nilai mean tekanan darah sistol sebelum dan

setelah melakukan rendam kaki dengan air jahe hangat. Dimana sebelum

diberikan intervensi rata-rata tekanan darah sistol 167,25 mmHg dan

diastole 96,67 mmHg, kemudian mengalami penurunan rata-rata tekanan

darah sistol setelah diberikan intervensi yaitu 133,75 mmHg dan diastole

89,92 mmHg yang berarti terjadi penurunan sebesar 33,5 mmHg pada sistol

dan 6,8 mmHg pada diastole.

2. Analisis Bivariat

a. Uji Persyaratan Analisis

Uji persyaratan analisis dilakukan dengan menggunakan uji

normalitas untuk menentukan kelayakan penggunaan uji Paired T- Test dan

Independent T-Test. Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro Wilk

karena jumlah responden kurang dari 50 sampel.

43
Tabel 4.4 Uji Normalitas Tekanan darah pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol

Shaphiro Wilk Test


Tekanan darah
Kelompok Kontrol Kelompok Kontrol
Sistol Sebelum Perlakuan 0,983 0,180
Diastol Sebelum Perlakuan 0,966 0,836
Sistol Setelah Perlakuan 0,865 0,618
Diastol Setelah Perlakuan 0,139 0,531

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai signifikasi tekanan darah

sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok

intervensi yaitu p > 0,05. Karena semua data yang akan dianalisis

berdistribusi normal maka uji bivariat yang akan digunakan adalah dengan

menggunakan Uji T berpasangan dan uji T tidak berpasangan.

b. Uji T Berpasangan

Berdasarkan hasil uji normalitas tersebut maka uji signifikansi

hipotesis dua sampel berpasangan untuk mengetahui tekanan darah sebelum

dan setelah diberikan intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok

intervensi yaitu menggunakan Paired T-Test yang dapat dilihat pada Tabel

4.4 dibawah.

Tabel 4.5 Uji Beda Rerata Sebelum dan Setelah Pada Kelompok Kontrol
dan Kelompok Intervensi (N=12).
Tekanan darah Nilai Sebelum Setelah Selisih P
Sistol Kelompok
Mean 169 164,33 4,6 0,001
Kontrol
Diastol Kelompok
Mean 96 95,50 0,5 0,410
Kontrol
Sistol Kelompok
Mean 167,25 133,75 33,5 0,000
Intervensi
Diastol Kelompok
Mean 96,67 89,92 6,75 0,002
Intervensi

44
Tabel 4.4 menunjukkan hasil bahwa pada tekanan darah sistol

kelompok kontrol, didapatkan nilai p-value 0,001 < 0,05 yang berarti bahwa

terdapat perbedaan rerata yang bermakna pada tekanan darah sistol pada

kelompok kontrol, sedangkan pada tekanan darah diastole didapatkan nilai

p-value 0,410 > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan rerata tekanan darah

yang bermakna pada. Pada kelompok intervensi tekanan darah sistol

didapatkan nilai p-value 0,000 < 0,05 dan nilai p-value 0,002 < 0,05 pada

tekanan darah diastol. Maka, secara statistic dapat diinterpretasikan terdapat

perbedaaan rarata tekanan darah sistol dan diastole yang bermakna antara

sebelum dan sesudah diberikan rendam kaki dengan air jahe hangat.

c. Uji T Tidak Berpasangan

Untuk menguji beda rerata selisih tekanan darah pada kelompok

kontrol dan kelompok intervensi diuji dengan menggunakan Independent T-

test karena semua data berdistribusi normal. Secara ringkas dapat dilihat

pada Tabel 4.5 dibawah ini

Tabel 4.6 Uji Beda Rerata Selisih Perubahan Tekanan darah Intervensi Pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Tekanan darah N Mean P
Sistol Kelompok Kontrol 12 164,33
0,000
Sistol Kelompok Intervensi 12 133,75
Diastol Kelompok Kontrol 12 95,50
0,019
Diastol Kelompok Intervensi 12 89,92

Tabel 4.5 menunjukkan nilai signifikasi tekanan darah sistol pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi p-value 0,000 < 0,05 dan pada

tekanan darah diastole p-value 0,019 < 0,05. Maka, secara statistic dapat

45
diinterpretasikan terdapat perbedaaan rarata tekanan darah sistol dan

diastole yang bermakna pada kedua kelompok. Artinya dapat disimpulkan

bahwa terbukti responden hipertensi yang diberikan terapi rendam kaki

dengan air jahe hangat dapat menurunkan tekanan darah dari pada

responden hipertensi yang tidak diberikan rendam kaki dengan air jahe

hangat.

46
BAB V

PEMBAHASAN

A. INTERPRETASI & DISKUSI HASIL

1. Univariat

a. Tekanan darah Pada Kelompok Kontrol

Pada analisa univariat didapatkan bahwa pada kelompok kontrol

nilai mean tekanan darah sistol dan diastole pre test dan post test pada

kelompok kontrol. Dimana rata-rata pre test tekanan darah sistol yaitu yaitu

169 mmHg dan diastole 96 mmHg, kemudian mengalami sedikit penurunan

rata-rata tekanan darah sistol pada saat post test yaitu 164,33 mmHg dan

diastole 95,50 mmHg. yang berarti terjadi penurunan sebesar 4,6 mmHg

pada sistol dan 0,5 mmHg pada diastole.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tekanan darah sistol

kelompok kontrol, didapatkan nilai p-value 0,001 < 0,05 yang berarti bahwa

terdapat perbedaan rerata yang bermakna pada tekanan darah sistol pada

kelompok kontrol, sedangkan pada tekanan darah diastole didapatkan nilai

p-value 0,410 > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan rerata tekanan darah

yang bermakna pada.

Menurut peneliti dari hasil penelitian diatas bahwa terdapat

perbedaan rata-rata nilai tekanan darah sistol disebabkan oleh beberapa

faktor seperti jenis kelamin, usia, dan riwayat keluarga yang menderita

hipertensi. Pada penelitian ini, sebagian besar responden berjenis kelamin

perempuan dengan usia lebih dari 60 tahun.

47
Ketika perempuan berusia 60 tahun ke atas akan memasuki suatu

periode dimana menstruasi sudah tidak dialami yang disebut menopause.

Perempuan yang memasuki masa menopause akan mengalami penurunan

hormon estrogen yang sangat berpengaruh terhadap tekanan darah. Hormon

estrogen sangat mengendalikan segala aktivitas perempuan dan melindungi

perempuan dari penyakit. Ketika jumlahnya menurun, organ dalam tubuh

perempuan juga akan kehilangan kemampuannya dan menjadi tidak

terkontrol. Pembuluh darah atrial pun mengeras dan menjadi tegang. Sel-sel

endotel akan hancur karena kandungan estrogen menipis. Kerusakan endotel

memicu timbulnya plak di dalam darah sekaligus merangsang naiknya

tekanan darah. Tekanan darah yang melebihi ambang normal inilah yang

akan mendorong terjadinya hipertensi. Ketika tekanan darah sulit untuk

dikontrol, risiko hipertensi jadi meningkat. Selain itu, sebagian besar

responden juga memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi,

dimana riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko yang dapat

menyebabkan terjadinya hipertensi. (Ardiansyah, 2012; Triyanto, 2014).

.
b. Tekanan darah Pada Kelompok Intervensi

Hasil penelitian didapatkan bahwa pada kelompok intervensi nilai

mean tekanan darah sistol sebelum dan setelah melakukan rendam kaki

dengan air jahe hangat. Dimana sebelum diberikan intervensi rata-rata

tekanan darah sistol 167,25 mmHg dan diastole 96,67 mmHg, kemudian

mengalami penurunan rata-rata tekanan darah sistol setelah diberikan

48
intervensi yaitu 133,75 mmHg dan diastole 89,92 mmHg yang berarti terjadi

penurunan sebesar 33,5 mmHg pada sistol dan 6,8 mmHg pada diastole.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tekanan darah sistol

kelompok intervensi, didapatkan nilai p-value tekanan darah sistol yaitu

0,000 < 0,05 dan nilai p-value 0,002 < 0,05 pada tekanan darah diastol.

Maka, secara statistic dapat diinterpretasikan terdapat perbedaaan rarata

tekanan darah sistol dan diastole yang bermakna antara sebelum dan

sesudah diberikan rendam kaki dengan air jahe hangat

Menurut peneliti manfaat rendam kaki air hangat jahe dapat

menurunkan tekanan darah dan mengurangi nyeri dikarenakan dengan

melakukan rendam kaki air hangat jahe maka akan melancarkan peredaran

darah, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan stres, serta memberikan

kehangatan sehingga membuat partisipan mengeluarkan keringat.

Mekanisme kerja terapi rendam kaki menggunakan air hangat yang

dilakukan secara rutin dapat terjadi perubahan tekanan darah, karena efek

dari rendam kaki menggunakan air hangat yang menghasilkan energi kalor

yang bersifat melancarkan peredaran darah dan juga merangsang saraf yang

ada pada kaki untuk mengaktifkan saraf parasimpatis, sehingga

menyebabkan penurunan tekanan darah (Harnani & Axmalia, 2017).

Terapi rendam kaki dengan air hangat mempunyai dampak pada

pembulu darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi

lancar dan membuat otot-otot ligament berubah sehingga mempengaruhi

sendi tubuh (Arafah, 2019). Efek merendam kaki dengan air hangat mampu

49
menghantarkan panas atau reaksi kimia yang terjadi pada pembuluh darah

yang mengakibatkan pelebaran pada pembuluh darah, menurunkan

kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme

jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler (Ferayanti et al., 2017a).

Terapi rendam kaki menggunakan air hangat dengan suhu 40 oC

diatas mata kaki yang dilakukan selama 20 menit dapat menurunkan

tekanan darah, meringankan nyeri sendi, menurunkan ketegangan otot,

melebarkan pembuluh darah, membunuh kuman, menghilangkan bau dan

juga dapat meningkatkan kualitas tidur untuk lansia (Harnani & Axmalia,

2017).

Pada penelitian Prananda (2017), Efek dari rendam kaki

menggunakan air hangat menghasilkan energi kalor yang bersifat

mendilatasi pembuluh darah dan melancarkan peredaran darah juga

merangsang saraf yang ada pada kaki untuk mengaktifkan syaraf

parasimpatis, sehingga menyebabkan perubahan tekanan darah. Efek

biologis panas hangat dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang

mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah.

Jahe mengandung minyak atsiri zingiberena (zingirona), zingiberol,

bisabolena, kurkumen, gingerol, filandrena, dan resin pahit (Irena, 2017).

Manfaat jahe adalah menghangatkan tubuh, melancarkan peredaran darah,

mengatasi perut kembung, mengatasi demam dan batuk, menghilangkan

sakit kepala, mengobati sakit gigi, mengatasi nyeri menstruasi, menurunkan

kolestrol, hingga memerangi sel kanker (Pramudyo, 2018). Sensasi pedas,

50
aroma khas dan rasa hangat pada jahe dijumpai dalam minyak atsiri. Rasa

hangat pada jahe dapat memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi)

sehingga darah mengalir lebih cepat dan lancar dan meringankan kerja

jantung dalam memompa darah (Susilowati, 2016).

2. Pengaruh pemberian rendaman kaki dengan air jahe hangat terhadap penurunan

tekanan darah antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikasi tekanan darah sistol pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi p-value 0,000 < 0,05 dan pada

tekanan darah diastole p-value 0,019 < 0,05. Maka, secara statistic dapat

diinterpretasikan terdapat perbedaaan rarata tekanan darah sistol dan diastole

yang bermakna pada kedua kelompok. Artinya dapat disimpulkan bahwa

terbukti responden hipertensi yang diberikan terapi rendam kaki dengan air jahe

hangat dapat menurunkan tekanan darah dari pada responden hipertensi yang

tidak diberikan rendam kaki dengan air jahe hangat.

Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Surya & Effendy (2021) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh rendaman

air jahe pada kaki terhadap penurunan tekanan darah lansia yang tinggal di Desa

Bangsal Kabupaten Mojokerto sehingga lansia yang mengalami hipertensi di

desa bangsal berkurang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai sig (2-

tailed) sebesar 0.031< 0,05 maka H1 diterima yang berarti rendaman air jahe

pada kaki efektif terhadap penurunan tekanan darah lansia di Desa Bangsal

Kabupaten Mojokerto.

51
Menurut asumsi peneliti hal ini terjadi dikarenakan pada kelompok

intervensi ini menerapkan rendam kaki dengan air jahe hangat selama 15-20

menit. Berbeda dengan kelompok kontrol yang dimana tidak diberikan

perlakuan rendam kaki serta tidak adanya pemantauan secara khusus pada

makanan atau obat yang dikonsumsi, dan adanya pemicu stress pada masing

masing individu. Sehingga pada kelompok intervensi mengalami penurunan

tekanan darah dikarenakan air hangat yang telah ditambahkan dengan potongan-

potongan jahe akan mempengaruhi tekanan darah dimana air hangat akan

tercampur dengan jahe yang mengandung minyak atristi yang terdapat senyawa

gingerol sebagai antikagulan yang berfungsi untuk memperlebar pembuluh

darah atau vasodilatasi.

Menurut Destia, Umi & Priyanto (2014), prinsip kerja terapi rendam kaki

air hangat dengan mempergunakan air hangat yaitu secara konduksi dimana

terjadi perpindahan panas/hangat dari air hangat ke dalam tubuh akan

menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan penurunan ketegangan otot

sehingga dapat melancarkan peredaran darah yang akan mempengaruhi tekanan

arteri oleh baroreseptor pada sinus kortikus dan arkus aorta yang akan

menyampaikan impuls yang dibawa serabut saraf yang membawa isyarat dari

semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah,

volume darah dan kebutuhan khusus semua organ ke pusat saraf simpatis ke

medulla sehingga akan merangsang tekanan sistolik yaitu regangan otot

ventrikel akan merangsang ventrikel untuk segera berkontraksi.

52
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Surya

& Effendy (2021) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh rendaman air jahe

pada kaki terhadap penurunan tekanan darah lansia yang tinggal di Desa Bangsal

Kabupaten Mojokerto sehingga lansia yang mengalami hipertensi di desa

bangsal berkurang. Desain penelitian ini adalah pre-experimental dengan

rancangan one group pretest-posttest. Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian

lansia di Desa Bangsal Kabupaten Mojokerto yang mengalami hipertensi

sebanyak 28 lansia. Teknik sampling yang digunakan yaitu probability sampling

dengan metode simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam

pengumpulan data adalah lembar observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa nilai sig (2-tailed) sebesar 0.031< 0,05 maka H1 diterima yang berarti

rendaman air jahe pada kaki efektif terhadap penurunan tekanan darah lansia di

Desa Bangsal Kabupaten Mojokerto.

Hasil penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini yaitu yang

dilakukan Nurahmandani, (2017). Yaitu adalah Tekanan darah sesudah

diberikan rendam kaki air jahe hangat pada lansia dengan hipertensi di Panti

Werdha Pucang Gading Semarang ratarata tekanan darah sistolik dan distolik 15

sebesar 140.12/84.88 mmHg, dengan standar deviasi 5.476/3.199 mmHg, nilai

tengah 140.00/85.00 mmHg tekanan darah sistolik terendah 133/81 mmHg dan

tekanan darah sistolik tertinggi 153/91 mmHg. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum maupun

setelah diberikan rendam kaki air jahe hangat.

53
Pada penelitian ini jahe kuning dikarenakan jahe tersebut sering

digunakan untuk memasak dirumah dan mudah didapatkan. Terdapat tiga jenis

jahe yang dibagi berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna akar rimpangnya.

Ketiga jenis jahe tersebut yaitu jahe kuning, jahe putih dan jahe merah

(Adiguna,2014). Menurut Pramudyo (2018) Kandungan minyak atsiri pada jahe

putih 1,5-3,5%. Jahe putih memiliki akar rimpang yang beruas kecil, dan hanya

sedikit menggembung. Minyak atsiri yang terdapat pada jahe putih lebih banyak

dibandingkan dengan jahe kuning, sehingga lebih tajam dan pedas (Adiguna,

2014).

Sensasi pedas dan aroma khas dan rasa hangat pada jahe dijumpai dalam

minyak atsiri membuat aroma jahe tersebut dapat sekaligus dihirup saat

melakukan rendaman kaki menggunakan jahe hangat. Mekanisme turunnya

tekanan darah ketika inhalasi aromaterapi menurut Koensoemardiyah (2009)

yang menyatakan bahwa ketika minyak atsiri dihirup, molekul yang menguap

dari minyak tersebut dibawa oleh arus udara ke atap/atas hidung dimana silia-

silia yang lembut muncul dari sel-sel reseptor. Ketika molekul-molekul itu

menempel pada rambut-rambut tersebut, suatu pesan elektrokimia akan

ditransmisikan melalui bola dan respons emosional. Hipotalamus berperan

sebagai relay dan regulator, memunculkan pesan-pesan yang harus disampaikan

kebagian lain tak dan bagian badan lain. Pesan yang diterima kemudian diubah

menjadi tindakan yang berupa pelepasan senyawa eleltrokimia yang

menyebabkan relaks. Relaks yang dapat menyebabkan peregangan otot tubuh

54
sehingga produksi hormone adrenalin menurun, hal ini membuat penurunan

tekanan darah (Jain, 2011).

Menurut Asia Traditional Chinese Medicine (2013), rendam kaki dengan

air hangat setiap hari untuk meningkatkan sirkulasi darah Terapi rendam kaki

dengan air panas mencapai serangkaian perawatan kesehatan yang efisien

melalui tindakan pemanasan, tindakan mekanis dan tindakan kimia air serta efek

penyembuhan dari uap obat dan medis pengasapan.

Merendam bagian tubuh ke dalam air hangat dapat meningkatkan

sirkulasi, mengurangi edema, meningkatkan relaksasi otot. Merendam juga dapat

disertai dengan pembungkusan bagian tubuh dengan balutan dan membasahnya

dengan larutan hangat (Perry & Potter, 2005). Impuls aferen suatu baroreseptor

yang mencapai jantung akan merangsang aktivitas saraf parasimpatis dan

menghambat pusat simpatis (kardioaselerator) sehingga menyebabkan

penurunan denyut jantung dan daya kontraktilitas jantung (Hery winarsi 2007).

Hidroterapi mengurangi rasa sakit dengan merangsang produksi

endorphin, yang merupakan zat kimia saraf yang memiliki sifat analgesik.

Terapi ini juga membantu meningkatkan sirkulasi darah dengan memperlebar

pembuluh darah sehingga lebih banyak oksigen dipasok ke jaringan yang

mengalami pembengkakan. Perbaikan sirkulasi darah juga memperlancar

sirkulasi getah bening sehingga membersihkan tubuh dari racun. Oleh karena itu,

orang-orang yang menderita berbagai penyakit seperti rematik, radang sendi,

linu panggul, sakit. Pengaruh Hidroterapi Rendam Kaki Menggunakan Air

Hangat terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Desa

55
Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang punggung,

insomnia, kelelahan, stress, sirkulasi darah yang buruk (hipertensi), nyeri otot,

kram, kaku, terapi air (hidroterapi) bisa digunakan untuk meringankan masalah

tersebut. Berbagai jenis hidroterapi, metode yang umum digunakan dalam

hidroterapi yaitu mandi rendam, sitzbath, pijat air, membungkus dengan kain

basah, kompres, merendam kaki (Chaiton, 2012).

B. IMPLIKASI PENELITIAN

Penelitian ini bisa digunakan sebagai pedoman dalam pemberian asuhan

keperawatan pada pasien hipertensi yang belum mengetahui bahwa rendam kaki

dengan air jahe hangat dapat menurunkan tekanan darah, selain itu juga dapat

dijadikan sebagai tambahan informasi untuk penelitian selanjutnya bahwa tidak

hanya dengan meminum minuman herbal saja yang dapat dijadikan terapi penurun

tekanan darah tetapi bisa juga digunakan sebagai alternatif untuk terapi tradisional

lainnya.

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan

penelitian, yaitu pada jumlah responden yang standar untuk penelitian yaitu sebanyak

24 orang responden dengan tidak adanya kontrol terhadap faktor pengganggu seperti

pola makan obat obatan dan stres sehingga tidak terlalu dapat melihat efektifitas

yang sebenarnya dari rendam kaki dengan air jahe hangat.

56
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil pembahasan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Pemberian Rendaman Kaki Dengan Air Jahe Hangat Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Balai

Karimun” di dapat beberapa kesimpulan :

1. Tekanan darah pre test dan post test pada kelompok kontrol dimana selisih

rata-rata pre test tekanan darah sistol yaitu yaitu 169 mmHg dan diastole 96

mmHg, kemudian mengalami sedikit penurunan rata-rata tekanan darah sistol

pada saat post test yaitu 164,33 mmHg dan diastole 95,50 mmHg. yang

berarti terjadi penurunan sebesar 4,6 mmHg pada sistol dan 0,5 mmHg pada

diastole.

2. Tekanan darah pre test dan post test pada kelompok intervensi dimana

sebelum diberikan intervensi rata-rata tekanan darah sistol 167,25 mmHg dan

diastole 96,67 mmHg, kemudian mengalami penurunan rata-rata tekanan

darah sistol setelah diberikan intervensi yaitu 133,75 mmHg dan diastole

89,92 mmHg yang berarti terjadi penurunan sebesar 33,5 mmHg pada sistol

dan 6,8 mmHg pada diastole.

3. Hasil uji beda rerata sebelum dan setelah pada tekanan darah sistol kelompok

kontrol, didapatkan nilai p-value 0,001 < 0,05 yang berarti bahwa terdapat

perbedaan rerata yang bermakna pada tekanan darah sistol pada kelompok

kontrol, sedangkan pada tekanan darah diastole didapatkan nilai p-value

57
0,410 > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan rerata tekanan darah yang

bermakna pada.

4. Pada kelompok intervensi tekanan darah sistol didapatkan nilai p-value 0,000

< 0,05 dan nilai p-value 0,002 < 0,05 pada tekanan darah diastol. Maka,

secara statistic dapat diinterpretasikan terdapat perbedaaan rarata tekanan

darah sistol dan diastole yang bermakna antara sebelum dan sesudah

diberikan rendam kaki dengan air jahe hangat

5. Hasil uni beda rata rata antara kelompok kontrol dan intervensi setelah

pemberian terapi didapatkan nilai signifikasi tekanan darah sistol p-value

0,000 < 0,05 dan pada tekanan darah diastole p-value 0,019 < 0,05. Maka,

secara statistic dapat diinterpretasikan terdapat perbedaaan rarata tekanan

darah sistol dan diastole yang bermakna pada kedua kelompok.

6. Dari hasil analisis terbukti responden hipertensi yang diberikan terapi rendam

kaki dengan air jahe hangat dapat menurunkan tekanan darah dari pada

responden hipertensi yang tidak diberikan rendam kaki dengan air jahe

hangat.

B. SARAN

Dari hasil penellitan yang peneliti lakukan maka peneliti ingin

menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pendidikan Keperawatan

Diharapakan mampu menjadi alternatif yang lain dalam memberikan

masukan kepada penderita hipertensi tentang pemilihan terapi rendam kaki air

hangat jahe sebagai alternatif dalam menurunkan tekanan darah, dan juga

58
mampu menambahkan pengetahuan perawat dalam bidang komplementer.

Dan perlu adanya penambahan materi berfokus pada asuhan keperawatan

pasien hipertensi mengenai pengobatan tradisional yang merupakan bagian

dari asuhan keperawatan yang komprehensif. Selain itu, agar pemahaman

terhadap materi ini lebih efektif, maka perlunya pemantauan terhadap peserta

didik dalam penerapannya dilahan praktek dari mulai proses pembuatan

hingga proses pemberian kepada responden penelitian.

2. Penelitian Keperawatan

Sebagai data dasar bagi penelitian selanjutnya mengenai pengaruh

rendam kaki dengan air jahe hangat terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat menjadi

dasar yang lebih kuat untuk menyatakan bahwa pengaruh rendaman kaki

dengan air jahe hangat merupakan satu hal yang sangat diperlukan untuk

mengurangi tekanan darah dan memberikan sensasi relaksasi pada pasien

hipertensi.

3. Bagi masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis menyarankan kepada

bagi masyarakat diharapkan penderita hipertensi dapat memanfaatkan terapi

rendam kaki air hangat jahe sebagai terapi alternatif dalam menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi dan dapat melakukan terapi air

hangat jahe secara rutin dan disiplin, terapi rendam kaki air hangat jahe dapat

dilakukan di rumah agar lebih mudah untuk mempersiapkan alat-alatnya.

59
DAFTAR PUSTAKA

Agung Santoso, D., & Ali Maulana, M. (2015). Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air
Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja Upk Puskesmas Khatulistiwa Kota Pontianak.
Jurnal ProNers, 3(1). https://doi.org/10.26418/JPN.V3I1.11393

Alfiyani, Y. I. (2019). Perbedaan Efektivitas Pemberian Rendam Air Garam Dan


Rendam Air Jahe Terhadap Skala Nyeri Pada Lansia Penderita Asam Urat.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
https://eprints.umm.ac.id/53441/1.pdf

Anisa, R. N., Elis, H., & Mamat, S. (2016). Efektivitas Pemberian Terapi Rendam
Kaki Air Jahe Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi Di Panti Werdha Pucang Gading Semarang. Stikes
Telogo Gorejo. http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukepera
watan/article/download/500/499

Black, J dan Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis


untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Salemba Emban Patria

Bosu, W. K. (2015). The prevalence, awareness, and control of hypertension among


workers in West Africa: a systematic review. Global Health Action, 8(1).
https://doi.org/10.3402/GHA.V8.26227

Dharma, K. K. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan, Panduan Melaksanakan


dan Menerapkan Hasil Penelitian (Revisi Tah). Trans Info Media, Jakarta.

Evi Dilianti, I., Candrawati, E., & Catur Adi, R. W. (2017). Efektivitas Hidroterapi
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di
Panti Wreda Al- Islah Malang. Nursing News : Jurnal Ilmiah Keperawatan,
2(3). https://doi.org/10.33366/NN.V2I3.579

Fakhrudin, N. S., & Fitriyani, N. (2021). Rendam Kaki Rebusan Air Jahe Merah
Berpengaruh terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 14(1), 67. https://doi.org/10.48144/JIKS .V1I1.534

Hardani, A., & Juliana Sukmana, D. (2020). Buku Metode Penelitian Kualitatif &
Kuantitatif.

60
Hardianti, I., Khairun, N., & Riyan, W. (2018). Manfaat Metode Perendaman
dengan Air Hangat dalam Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi. MEDULA, Vol 8, No 1. https://webcache.googleuser
content.com/search?q=cache:dU8YC4U9w1AJ:https://juke.kedokteran.unila
.ac.id/index.php/medula/article/view/2101+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id

Harnani, Y., & Axmalia, A. (2017). Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat
Efektif Menurunkan Tekanan Darah Pada Lanjut. Journal of Community
Health, 3(4), 129–132. https://core.ac.uk/download/pdf/194877183.pdf

Kario, K., Chen, C. H., Park, S., Park, C. G., Hoshide, S., Cheng, H. M., Huang, Q.
F., & Wang, J. G. (2018). Consensus Document on Improving Hypertension
Management in Asian Patients, Taking Into Account Asian Characteristics.
Hypertension, 71(3), 375–382. https://doi.org/10.1161/HYPERTE
NSIONAHA.117.10238

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Nasional Rikesdas 2018. Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.
https://dinkes.kalbarprov.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Laporan-
Riskesdas-2018-Nasional.pdf

Kushariyadi, Setyoadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien


Psikogeriatrik. Penerbit: Salemba Medika. Jakarta.

Lima Martins, T. I., Nagib Atallah, Á. I., & Mariko Koga da Silva III, E. (2012). 145
Original article | Martins TL, Atallah ÁN, Silva EMK 146. Sao Paulo Med
J, 130(3), 145–150.

Lukito, A. A., Eka, H., & Ni Made, H. (2019). Konsensus Penatalaksanaan


Hipertensi 2019. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia.
http://faber.inash.or.id/upload/pdf/article_Update_konsensus_201939.pdf

Masi, G. N. M., Rottie, J. V, Studi, P., Keperawatan, I., & Kedokteran, F. (2017).
Pengaruh Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Pasien Dengan Hipertensi Di Puskesmas Bahu
Manado. Jurnal Keperawatan, 5(1). https://doi.org/10.35790/JKP.V5I1.2
5164

Musakkar, & Djafar, T. (2021). Promosi Kesehatan: Penyebab Terjadinya


Hipertensi. Penerbit : CV. Pena Persada

61
Nazaruddin, Yati, M., & Pratiwi, D. S. (2021). Pengaruh Terapi Rendam Kaki
Dengan Air Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 16, 2302–2531.

Notoatmodjo.(2014). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT. Rineka Cipta

Noviyanti. (2015). Hipertensi Kenali, Cegah & Obati. Yogyakarta : Bukupintar

Nurpratiwi, N., Uti Rusdian, H., & Putri, S. B. (2021). Rendam Kaki Air Hangat
Jahe Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi.
Khatulistiwa Nursing Journal, 3(1). https://doi.org/10.53399/KNJ.V3I1.55

Palmer, A and William, B. (2007). Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Alih bahasa
dr Elizabeth Yasmine. Editor Rina Astikawati, Amalia Safitri. Jakarta :
Erlangga

Pamungkas. (2016). Manfaat Coklat Hitam Untuk Kesehatan. Cetakan pertama.


Jakarta : Agro Media Pustaka.

Riduwan. (2015). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Righo, Argitya, and Mahin Ridlo Romas. (2014). Terapi Bekam Terbukti Mampu
Mengatasi Hipertensi. Penerbit : Rasibook.

Rosdiana, I., & Cahyanti, Y. (2019). Effect of Progressive Muscle Relaxation (PMR)
on Blood Pressure among Patients with Hypertension | International Journal
of Advancement in Life Sciences Research. International Journal of
Advancement in Life Sciences Research, Volume 2(1.
https://ijalsr.org/index.php/journal/article/view/48

Septi Fandinata, S., & Ernawati, I. (2020). Management terapi pada penyakit
degeneratif (diabetes mellitus dan hipertensi) : mengenal, mencegah dan
mengatasi penyakit degeneratif (diabates mellitus dan hipertensi) (N. Reny
H (ed.); 1st ed.). Penerbit Graniti. Gresik. https://doi.org/602581175X,
9786025811753.

Setyaningrum, Hesti Dwi dan Cahyo Saparinto. (2013). Jahe. Penebar Swadaya.
Jakarta

Sodik, M. A., & Siyoto, S. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Available :


https://www.researchgate.net/publication/3140 93441

62
Solechah, N., Masi, G. N. M., Rottie, J. V, Studi, P., Keperawatan, I., & Kedokteran,
F. (2017). Pengaruh Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Dengan Hipertensi Di Puskesmas
Bahu Manado.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Surya, S. M., & Effendy, H. V. (2021). Pengaruh Pemberian Rendaman Air Jahe
Pada Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia. 12, 34–42.

Sustrani L. (2011). Konsep penyakit klinis.Jakarta EGC

Thomopoulos, C., Parati, G., & Zanchetti, A. (2018). Effects of blood pressure-
lowering treatment on cardiovascular outcomes and mortality: 13 - benefits
and adverse events in older and younger patients with hypertension:
overview, meta-analyses and meta-regression analyses of randomized trials.
Journal of Hypertension, 36(8), 1622–1636. https://doi.org/10.1097/
HJH.0000000000001787

Tirtasari, S., & Kodim, N. (2019). Prevalensi dan karakteristik hipertensi pada usia
dewasa muda di Indonesia. Tarumanagara Medical Journal, 1(2), 395–402.
https://doi.org/10.24912/TMJ.V1I2.3851

Unger, T., Borghi, C., Charchar, F., Khan, N. A., Poulter, N. R., Prabhakaran, D.,
Ramirez, A., Schlaich, M., Stergiou, G. S., Tomaszewski, M., Wainford, R.
D., Williams, B., & Schutte, A. E. (2020). International Society of
Hypertension Global Hypertension Practice Guidelines. Hypertension
(Dallas, Tex. : 1979), 75(6), 1334–1357. https://doi.org/10.1161/HYPER
TENSIONAHA.120.15026

World Health Organization. (2019). Hypertension. (updated 2019 Dec 17; cited 2022
Jan 10). Available from: https://www.who.int/healthtopics/hypertension#
World Health Organization.

Wulandari, P., Arifianto, & Dian, S. (2016). Pengaruh Rendam Kaki Menggunakan
Air Hangat Dengan Campuran Garam Dan Serai Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Podorejo Rw 8
Ngaliyan . 7(1).http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

63

Anda mungkin juga menyukai