PENDAHULUAN
1
Bila ditinjau perbandingan antara laki-laki dan perempuan, ternyata
perempuan lebih banyak menderita hipertensi. Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) 2004, menunjukkan proporsi hipertensi pada pria 12,2 % dan
wanita 15,5 %. Indonesia memiliki jumlah lansia sebanyak 2,5 juta jiwa atau
sekitar 8,43% dari seluruh penduduk Indonesia. Berdasarkan data presentase
lansia di Indonesia 10% paling tinggi berada di provinsi DI Yogyakarta ( 13,4
% ), Jawa Tengah ( 11,8 % ) dan Jawa Timur ( 11,5 % ) ( Badan Pusat
Statistik, 2014 ). Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran
tekanan darah pada orang usia 18 tahun ke atas di sejumlah daerah telah
mencapai 31,7% dari total penduduk dewasa. Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) adalah salah satu provinsi yang menempati urutan ke-14 di Indonesia
dengan prevalensi hipertensi sebesar 25,7%. Umur lansia 60-64 tahun terjadi
peningkatan risiko hipertensi sebesar 2,18 kali, umur 65-69 tahun sebesar 2,45
kali, dan umur diatas 70 tahun sebesar 2,97 kali. Seiring bertambahnya umur,
risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut
cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50% diatas umur 60
tahun.
Risiko Hipertensi di Indonesia termasuk tinggi, perubahan gaya hidup
menyebabkan peningkatan prevalensi hipertensi, pola diet dan kebiasaan
berolahraga dapat menstabilkan tekanan darah. Karena tidak menghindari dan
tidak mengetahui faktor risiko Hipertensi, sehingga mereka cenderung untuk
menjadi hipertensi berat, sebanyak 50% di antara orang dewasa yang
menderita hipertensi tidak menyadari sebagai penderita hipertensi (DeMarco
et al., 2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi adalah faktor
genetik, umur, jenis kelamin, obesitas, asupan garam, kebiasaan merokok dan
aktifitas fisik. Individu dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai resiko
2 kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Hipertensi meningkat seiring
dengan pertambahan usia, dan pria memiliki resiko lebih tinggi untuk
menderita hipertensi lebih awal. Obesitas juga dapat meningkatkan kejadian
2
hipertensi, hal ini disebabkan lemak dapat menimbulkan sumbatan pada
pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki
tanda/ gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi
pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak
kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur,
sesak nafas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,
sampai mimisan.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mencegah hipertensi adalah
dengan dua pendekatan yaitu secara farmakologi dan non farmakologi.
Pengobatan secara non farmakologi dapat dilakukan dengan menggunakan
pengobatan komplementer yang telah dikenal di kalangan masyarakat. Secara
farmakologis, Obat-obat kimia banyak digunakan untuk mengatasi hipertensi,
akan tetapi sering menimbulkan efek samping seperti :bronkopasme,
insomnia, memperburuk gangguan pembuluh darah perifer, hipertrigliserida,
dan lain-lain.
Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan cara farmakologis dan
nonfarmakologis. Pengobatan secara non farmakologis adalah dengan
berolahraga dan menjaga pola makan seperti diet rendah garam. Pengobatan
secara farmakologi dengan menggunakan obat anti hipertensi. Dikenal 5
golongan obat lini pertama yang biasa digunakan untuk pengobatan awal
hipertensi, yaitu: ACE inhibitor, Angiotensin Receptor Blocker, antagonis
kalsium, diuretik, dan beta blocker, selain itu dikenal juga obat sebagai lini
kedua, yaitu: penghambat saraf adrenergik, agonis alfa 2 sentral, dan
vasodilator (Hackam et al., 2010). Namun pengobatan secara farmakologi
dapat menimbulkan efek samping bila dikonsumsi dalam jangka waktu
tertentu. Efek samping sistemik yang paling sering terjadi pada semua obat
adalah hipotensi, sedangkan pada ACE inhibitor dapat menyebabkan batuk
selama pengobatan (Sangging & Sari, 2017b).
Akhir akhir ini pengobatan hipertensi yang sering dilakukan oleh
masyarakat ialah mengkonsumsi tanaman herbal yang diyakini mampu
menurunkan tekanan darah. Masyarakat lebih memilih tanaman herbal karena
3
4
dapat dibuat sendiri di rumah oleh anggota keluarga dan bahannya mudah,
efek samping jarang, didapat dengan harga ekonomis (murah). Ada banyak
jenis terapi komplementer dimana salah satunya penggunaan herbal rebusan
daun seledri dan rebusan daun sirsak.
Daun Seledri (Apium graveolens) dikatakan memiliki kandungan
Apigenin yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah dan Phthalides
yang dapat mengendurkan otot-otot arteri atau merelaksasi pembuluh darah.
Zat tersebut yang mengatur aliran darah sehingga memungkinkan pembuluh
darah membesar dan mengurangi tekanan darah. Seledri diketahui
mengandung senyawa aktif
Daun sirsak akhir-akhir ini sering digunakan sebagai pengobatan alternatif
hipertensi. Kandungan daun sirsak yang diperkirakan dapat menurunkan
tekanan darah adalah ion kalium (Yulianto, 2019). Dan beberapa kandungan
senyawa lain dalam daun sirsak antara lain steroid/terpenoid, flavonoid,
kumarin, alkaloid, dan tannin. Senyawa flavonoid berfungsi sebagai
antioksidan yang baik untuk kesehatan tubuh (Fanany, 2013). Berdasarkan
uraian permasalahan tersebut, peneliti bermaksud melakukan tinjauan literatur
yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas daun sirsak (Annona muricata
Linn) terhadap penurunan tekanan darah pada hipertensi.
Penelitian terbaru mengenai efek ekstrak etanol seledri untuk menurunkan
tekanan darah pada laki-laki dewasa dilakukan oleh Litanto (2010). Penelitian
dilakukan pada 30 orang laki-laki dewasa yang meminum ektstrak etanol
sekali sehari selama satu minggu. Hasil penelitiaan menunjukan tekanan darah
setelah minum ekstrak etanol seledri dengan rata-rata sebesar 109,40/70,20
mmHg, lebih rendah daripada sebelum minum ekstrak etanol dengan rata-rata
sebesar 116,02/74,79 mmHg. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
ekstrak etanol seledri dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh (Alfira, 2017)
didapatkan bahwa Ada efektivitas daun sirsak terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi baik sistol maupun diastolnya. Dan menurut
(Sangging & Sari, 2017a), Teh daun sirsak (Annona muricata Linn) dapat
dijadikan pilihan terapi non-farmakologi karena kandungannya yang dapat
4
5
5
6
1.4 Manfaat
1. Bagi Institusi
3. Bagi Responden
Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai data dasar untuk peneliti
selanjutnya sebagai terapi non farmakologi bagi penderita hipertensi.
6
BAB 2
TINJAUN PUSTAKA
7
analgetik, anti disentri, anti asma, antihelmitic, dilatasi pembuluh darah,
menstimulasi pencernaan, dan mengurangi depresi. Batang dan daun memiliki
kandungan zat annonaceous acetogenins yang menunjukkan sitotoksik aktif
melawan sel kanker, selain mengandung zat annonaceous acetogein, terdapat
kandungan flavonoid, Tanin, dan saponin pada ekstrak air daun sirsak, yang
berfungsi dalam menghambat pertumbuhan tumor. Selain sifat anti kanker, sirsak
juga memiliki sifat anti bakteri, anti jamur, dan efektif dalam melawan berbagai
jenis parasit atau cacing, bahkan sirsak dapat mengobati tekanan darah tinggi,
depresi, dan stres (Komansilan, dkk., 2012).
8
9
penambah nafsu makan, peluruh air seni dan penurun tekanan darah. Disamping
itu digunakan juga untuk mengurangi rasa sakit pada rematik dan pirai (Agoes,
2012).
Tumbuhan seledri sudah digunakan dalam bidang pengobatan selama ribuan
tahun dan semua bagian dari tumbuhan ini dapat dimanfaatkan seperti batang,
daun, biji dan akar. Dalam pengobatan Ayurveda di India, biji seledri digunakan
untuk mengobati gejala kedinginan, flu, retensi air, gangguan pencernaan,
berbagai jenis atritis serta beberapa jenis penyakit hati dan limpa (Fazal & Sangla,
2012). Pada pengobatan tradisional Arab dan Islam, daun tumbuhan seledri atau
yang dikenal dengan nama “Karafs”, banyak digunakan untuk mengatasi beberapa
gangguan seperti gangguan pada pencernan dan hati batu ginjal serta bisa juga
digunakan untuk diuretik, mengatasi masalah haid dan batu ginjal (Al-Asmari et
al., 2017).
Beberapa penelitian juga sudah mengungkapkan aktivitas farmakologi dari
tumbuhan seledri ini. Aktivitas dari herba seledri yang telah ditemukan seperti
memiliki efek sebagai anti hipertensi dan diuretik kuat (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2011). Selain itu tumbuhan ini memiliki aktifitas sebagai
antimikroba, antibakteri, antioksidan (Eissa et al., 2015; Ibrahim, 2016)
antiinflamasi (Arzi et al., 2014), antikolesterol (Juheini, 2002) dan antigout
(Iswatini et al., 2012).
Seledri merupakan salah satu tanaman yang mudah ditemukan di Indonesia
karena iklimnya yang cocok untuk pertumbuhan seledri (Syahidah &
Sulistyaningsih, 2018). Seledri akan berkembang dengan baik di tempat yang
kelembapannya tinggi namun bersuhu rendah (Sowbhagya, 2014). Berdasarkan
taksonomi seledri termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae,
kelas Dicotyledone, bangsa Apiales, suku Apiaceae, Apium dan jenis A.
graveolens L (ITIS, 2020). Berdasarkan bentuknya seledri terbagi menjadi 3
macam, yaitu seledri potong, seledri umbi dan seledri daun. Seledri daun
merupakan tanaman yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Tinggi seledri
dapat mencapai 60-90 cm. Batangnya bergerigi dan bercabang. Daun seledri
bebentuk bulat telur dengan pinggir bergerigi dan terdiri atas tiga lobus. Daun
seledri berwarna hijau tua licin. Bunga seledri berukuran kecil dan berwarna
11
abuabu-abu putih yang hanya ada dari bulan juli sampai November (Arisandi &
Sukohar, 2016). Seledri lebih banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia
sebagai sayuran, campuran dalam makanan dan juga penyedap rasa (Adawiyah &
Afa, 2018).
Namun sebagian masyarakat juga menggunakan seledri sebagai tanaman
obat (Dewi, Walanda, & Sabang, 2016). Berdasarkan hasil analisis secara
farmakologis hampir semua bagian dari seledri bermanfaat sebagai obat. Akar
seledri berkhasiat sebagai diuretik dan skomakik. Biji dan buahnya berkhasiat
sebagai antispasmodik, menurunkan kadar asam urat darah, antirematik. Seledri
juga berkhasiat sebagai penenang (sedatif), peluruh kentut (karminatif), pereda
nyeri (antiinflamasi), antioksidan, antibakteri, anti kanker dan juga antihipertensi
(Dewi et al., 2016; Dwinanda, Afriani, & Hardisman, 2019; Syahidah &
Sulistyaningsih, 2018).
merelaksasi atau melemaskan otot-otot halus pembuluh darah (Oktadoni & Fitria,
2016). Pemberian masing-masing 300 mg/kg ekstrak etanol, methanol dan
heksana biji seledri dapat menurunkan tekanan darah sebesar 23, 24, dan 38
mmHg dan menaikkan denyut jantung sebesar 27, 25 dan 60 denyut per menit.
Hasil analisis dengan high performance liquid chromatography (HPLC)
menunjukkan bahwa kandungan senyawa n-butylphtalide (NBP) pada ekstrak
heksana seledri 3.7-4 kali lebih besar dibandingkan pada ekstrak metanol dan
etanol. Senyawa NBP pada seledri menjadi konstituen hidrofobik yang aktif
sebagai antihipertensi (Moghadam, Hassanpour, Imenshahidi, & Mohajeri, 2013).
2.3 Hipertensi
2.3.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan
darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg ( Ferri, 2017).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan sebuah kondisi medis dimana
orang yang tekanan darahnya meningkat diatas normal yaitu 140/90 mmHg dan
dapat mengalami resiko kesakitan (morbiditas) bahkan kematian (mortalitas).
Penyakit ini sering dikatakan sebagai the “silent diseases”. Faktor resiko
hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi yang tidak bisa diubah dan
hipertensi yang dapat diubah. Hipertensi yang dapat diubah meliputi merokok,
obesitas, gaya hidup yang monoton dan stres. Hipertensi yang tidak dapat dirubah
meliputi usia, jenis kelamin, suku bangsa, faktor keturunan (Rusdi & Isnawati,
2009).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian/mortalitas. Tekanan darah 140/90
mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik
140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik
90 menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014:7).
Hipertensi merupakan faktor risiko utama dari infark miokard, gagal
jantung, stroke, penyakit arteri perifer, dan aneurisma aorta, dan merupakan
14
5. Serangan Jantung : Ketika aliran darah yang kaya oksigen ke bagian otot
jantung tiba- tiba tersumbat dan jantung tidak mendapatkan oksigen, maka
bagian dada akan mengalami nyeri dan sesak napas.
6. Gagal jantung : Jantung yang tidak dapat memompa cukup darah untuk
memenuhi kebutuhan tubuh akan mengakibat jantung gagal memompa dan
mengakibatkan sesak napas, merasa lelah dan terdapat pembengkakan
pada pergelangan kaki, dan vena yang terdapat di leher.
7. Penyakit Arteri Perifer : Kenaikan tekanan darah dapat mengambitkan
menumpuknya di arteri kaki dan mempengaruhi aliran darah di kaki.
Gejala yang paling umum dirasakan adalah nyeri, kram, kesemutan.
8. Stroke : Ketika aliran darah yang kaya oksigen ke bagian otak tersumbat,
maka gejala yang timbul berupa kelemahan mendadak, kelumpuhan pada
anggota tubuh, dan kesulitan berbicara.
darah 5-20 mmHg per 10kg penurunan berat badan (Endang Triyanto,
2014). 2)
b. Pembatasan komsumsi alcohol
Mengomsumsi alkohol dapat menyebabkan efek akut dan kronik pada
tekanan darah. Hubungan antara asupan alkohol yang tinggi dan
peningkatan tekanan darah telah dibuktikan pada berbagai penelitian.
Peningkatan jumlah komsumsi alkohol dapat menyebabkan resistensi
terhadap terapi antihipertensi. Menghindari konsumsi alkohol bisa
menurunkan tekanan darah 2-4 mmHg (Endang Triyanto, 2014).
c. Pembatasan asupan garam
Garam atau natrium sangat berpengaruh dalam meningkatkan tekanan
darah. Kadar natrium dalam tubuh diatur oleh ginjal. Jika keadaan
natrium dalam darah berkurang maka ginjal akan menahan natrium
sebaliknya jika natrium tinggi ginjal akan mengeluarkannya melalui
urin. Apabila ginjal rusak maka natrium tidak dapat dikeluarkan.
Terjadilah penumpukan natrium dalam darah yang menahan air
sehingga terjadi penambahan volume darah. Jantung dan volume darah
bekerja keras mengalirkan volume darah yang meningkat. Inilah yang
menyebabkan peningkatan volume darah. Asupan garam yang
dianjurkan adalah 5-6 gram/hari (Endang Triyanto, 2014).
d. Diet vegetarian
Vegetarian memiliki tekanan darah yang lebih rendah dari yang tidak
vegetarian. Metode DASH (Dietary Approaches to stop hypertension)
menyarankan peningkatan buah-buahan, sayur-sayuran, dan produk
susu rendah lemak. Juga diet yang kaya akan kalium, serat, kalsium
serta magnesium (Endang Triyanto, 2014).
e. Olahraga
Aktivitas fisik seperti jalan cepat, berlari-lari kecil, berenang telah
terbukti mampu menurunkan tekanan darah. Pada penderita hipertensi
disarankan untuk melakukan aktivitas fisik selama kurang lebih 30-60
menit/hari. Melakukan olahraga dapat menurunkan tekanan darah 4-8
mmHg (Endang Triyanto, 2014).
22
f. Berhenti merokok
Mengomsumsi 2 batang rokok dapat menyebabkan meningkatkan
tekanan darah sebesar 10 mmHg. Hal ini disebabkan oleh peningkatan
kadar ketekolamin dalam plasma darah, yang kemudian menstimulasi
sistem saraf simpatik (Endang Triyanto, 2014).
g. Berusaha dan membina hidup yang positif
Hipertensi sering sekali muncul tanpa gejala, oleh sebab itu
pengukuran tekanan darah perlu dilakukan. Setiap orang perlu
melakukan pengukuran tekanan darah. (Endang Triyanto, 2014). Pada
penderita hipertensi terkontrol 140/90 mmHg perlu melakukan kontrol
satu bulan sekali, tekanan darah sistolik ≥190 mmHg dan diastolik
>100 mmHg perlu melakukan kontrol tekanan darah 1 minggu sampai
10 hari sekali, hipertensi emergency ≥200/140 mmHg perlu kontrol 1
hari sekali bahkan dianjurkan untuk dirawat dirumah sakit (Ria Astuti,
2015).
2. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi adalah penatalaksanaan hipertensi dengan
menggunakan obat-obatan antihipertensi obat anti hipertensi terdiri dari 7
golongan yang mempunyai karakteristik dan efektifitas yang berbeda-beda
dalam menurunkan tekanan darah.
Ketujuh golongan tekanan darah tersebut adalah :
a. Golongan Diuretika
Diuretika adalah jenis obat yang bekerja dengan cara mengeluarkan
carian tubuh (melalui urin), mempertinggi pengeluaran garam dengan
turunnya kadar natrium. Obat yang banyak beredar adalah HTC
(Hydrochlorothiazide) dosis minimal 12,5-25mg maksimal 50mg 1x
sehari, Chlordtalidone dosis minimal 2,5mg maksimal 100mg 1-2x
sehari, Indopanide dosis minimal 2,5mg maksimal 5mg 1-2x sehari
dan Spironolactone dosis minimal 2,5mg maksimal 5mg 1-2x sehari
(dr. Iskandar, 2019).
23
b. Golongan Alfa-blocker
Alfa-bloker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan
menyebabkan vasodilatasi perifier serta turunnya tekanan darah karena
efek hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnnya agak kuat
misalnya hipotensi ortistatik dan tachycardia, maka jarang digunakan.
Obat yang termasuk dalam alfa-bloker adalah Prazosin dosis minimal
1-2mg maksimal 20mg 1-2x sehari, Doxazosin dosis minimal 1-2mg
maksimal 15mg 1x sehari dan Tetrazosin dosis minimal 1-2mg
maksimal 20mg 1x sehari (dr. Iskandar, 2019).
c. Golongan Beta-bloker
Mekanisme kerja obat beta-bloker belum diketahui dengan pasti.
Diduga kerjanya berdasarkan Beta blokase pada jantung sehingga
dapat mempengaruhi gaya dan kontraksi jantung. Dengan demikian
tekanan darah akan turun dan daya hipotensinya baik. Obat yang
terkenal dari jenis beta-bloker adalah Propanolol dosis sehari minimal
50mg maksimal 200mg 1xsehari, Atenolol dosis minimal 25mg
maksimal 150mg 1x sehari, Pindolol dosis minimal 10mg maksimal
60mg 1x sehari, Acebutolol dosis minimal 200mg maksimal 1200mg
1x sehari, Propanolol dosis minimal 40mg maksimal 60mg 1x sehari
dan Nadolol dosis minimal 40mg maksimal 320mg 1x sehari (dr.
Iskandar, 2019).
d. Golongan obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan noradrenalin
sehingga menurunkan aktifitas saraf adrenergik perifer dan turunnya
tekanan darah. Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah Clonidine
dosis minimal 0,1mg maksimal 1,2mg 2x sehari, Guafacine dosis
minimal 1mg maksimal 3mg 1x sehari dan Metildopa dosis minimal
250mg maksimal 2000mg 2x sehari (dr. Iskandar, 2019).
e. Golongan vasodilator
Obat vasodilator dapat mengembangkan dinding arteriole sehingga
daya tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun.
Obat yang termasuk dlam obat vasodilator adalah Hydralazine dosis
24
KERANGKA KONSEP
Faktor resiko yang dapat diubah Hipertensi Faktor yang tidak dapat
diubah
-Konsumsi garam
-Keturunan
-Kolesterol
-Usia
-Kafein
-Alkohol
-Obesitas
-Kurang olahraga
-Kebiasaan merokok
Penatalaksan
: Tidak diteliti
: Diteliti
26
3.2 Hipotesis
Hipotesis yang dapat dirumuskan dari peneltian ini adalah ada perbedaan
efektivitas antara rebusan daun sirsak dan rebusan daun seledri terhadap
perubahan tekanan darah.
Ha :
1. Pemberian rebusan daun sirsak efektif terhadap perubahan tekanan
darah penderita hipertensi.
2. Pemberian rebusan daun seledri efektif terhadap perubahan tekanan
darah penderita hipertensi
3. Ada perbedaan efektivitas antara pemberian rebusan daun sirsak
dan daun seledri terhadap perubahan tekanan darah penderita
hipertensi.
27
BAB 4
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Penderita Hipertensi usia ≥45
Tahun yang tercatat pada buku registrasi di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr.
Haryoto Lumajang Tahun 2022. Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling
Variabel terikat yaitu Tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi
di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2022, sedangkan
Variabel bebas yaitu pemberian rebusan daun seledri (Apium graveolens) dan
pemberian rebusan daun sirsak. Analisis data dilakukan menggunakan komputer
dengan program SPSS. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan
distribusi frekuensi masing-masing variabel penelitian. Analisis bivariat dilakukan
untuk melihat pengaruh variabel bebas penelitian dengan variabel terikat. Analisis
multivariat dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas penelitian dengan
variabel terikat dengan mengendalikan variabel ketiga (Kovariat).
28
Desain penelitian yang akan dilakukan digambarkan di dalam tabel 4.1 berikut
ini :
Tabel 4.1
Kelompok Pre test Intervensi rebusan daun sirsak dan Post test
rebusan daun seledri
Rebusan Daun S1 a S1a
Sirsak
Rebusan Daun S2 b S2b
Seledri
Keterangan :
Variabel Independen : Minuman yang terbuat - Jumlah masing-masing Gelas Ukur Nominal 1. Daun sirsak : 1
Rebusan daun sirsak dari daun sirsak dan daun 100 gram 2. Daun seledri : 2
dan Rebusan daun daun seledri dengan - Air 200cc/pemberian
seledri cara direbus untuk - Lama : 1 minggu
menurunkan tekanan - Waktu : setiap sore
darah
32
32
33
Populasi
Sampel
Desain Penelitian
Pengumpulan Data :
Pengumpulan Data
Analisis :
Independent T-test
Gambar 4.3 : Kerangka Kerja Perbedaan Efektifitas Rebusan Daun Sirsak dan Daun
Seledri Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi