Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL KEGIATAN

PENANGANAN PENDERITA GAWAT DARURAT


DINAS KESEHATAN KABUPATEN LUMAJANG

Disusun oleh :
Sri Nurlaily, S.Kep.Ns
NIP. 19780417 200604 2 019

RSUD DR. HARYOTO-LUMAJANG


Jln. Basuki Rahmat No. 5 Lumajang
2022
LAPORAN HASIL KEGIATAN
PENANGANAN PENDERITA GAWAT DARURAT
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LUMAJANG

Mengetahui ,

Kepala Bidang Keperawatan Pembuat Laporan

Bambang Heri Kartono, S.Kep.Ns Sri Nurlaily,S.Kep.Ns


NIP. 19690421 198902 01 001 NIP.19780417 200604 2 019

2
LAPORAN HASIL KEGIATAN
PENANGANAN PENDERITA GAWAT DARURAT
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LUMAJANG

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara berkembang yang terus menerus
melakukan pembangunan fisik di segala bidang. Dalam hal ini kerap
menimbulkan kecelakaan kerja mulai dari near accident sampai fatal
accident. Di sisi lain dengan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor dan
semakin berkembangnya sarana dan prasarana transportasi telah
meningkatkan pula insiden kegawat daruratan akibat kecelakaan lalu
lintas .selain itu dalam beberapa tahun terakhir penyakit jantung dan
pembuluh darah menempati peringkat utama penyebab kematian penduduk
Indonesia disusul dengan kasus trauma akibat kecelakaan.sebagaimana data
yang diperoleh dari Riskesdas Indonesia tahun 2008,bahwa berdasarkan
proporsi angka kematian di perkotaan pada kelompok usia 45-54 tahun
penyakit jantung iskemik menduduki urutan ketiga(8,7%)sebagai penyebab
kematian.urutan pertama adalah stroke(15,9%) dan urutan kedua adalah
diabetes (14,7%)
Sehubungan dengan permasalahan tersebut diatas setiap petugas
gawat darurat harus mampu melakukan pertolongan secara cepat dan tepat
terhadap penderita gawat darurat untuk mencegah terjadinya kematian dan
kecacatan.disamping itu petugas gawat darurat harus memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang memadai agar pertolongan pertama berjalan efektif
dan efisien.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Setelah diadakannya pelatihan penanganan penderita gawat darurat
diharapkan:
1. Mengetahui maksud dan system dan tujuan SPGDT/call for help (system

3
penanganan gawat darurat terpadu)
2. Mengetahui sumbatan jalan napas dan pengelolaannya
3. Mengetahui gawat nafas dan pengelolaannya
4. Mampu mengidentifikasi dan mendemostrasikan usaha mempertahankan
kehidupan penderita syok tanpa menggunaka alat-alat yang invasive
5. Mengetahui dan mendemostrasikan tentang initial assessment
6. Mampu mengidentifikasi dan melakukan penatalaksanaan penderita
cedera kepala
7. Mengetahui dan melakukan penatalaksanaan penderita luka bakar
8. Mengetahui cedera yang diakibatkan karena trauma dan dapat
melaksanakan penderita trauma
9. Mampu melakukan triage pasien dengan benar sesuai dengan kondisinya
10. Mampu melakukan tindakan batuan (RJP)secara cepat dan tepat serta
mampu merencanakan resusitasi jantung paru dengan cara yang benar
11. Memahami dan mengetahui defibrillator dan penggunaannya.

C. RUANG LINGKUP
Semua tenaga kesehatan perawat di lingkungan Kabupaten
Lumajang dibawah naungan DPD PPNI Lumajang.

D. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN


Nama Kegiatan : Pelatihan penanganan penderita gawat darurat
Tanggal Pelaksanaa : 27 – 29 Mei 2022
Tempat Kegiatan : Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang
Pelaksana : Sri Nurlaily,S.Kep.Ns
Penyelenggara Kegiatan : DPD PPNI Lumajang
Hasil Kegiatan :
SESI ONLINE
1. Pendaftaran Peserta dan Pembukaan
2. Pre Test
3. Pemaparan Materi

4
a. SPGDT
b. Airway breathing management
c. Syok management
d. Initial assessment
e. Trauma kepalaTrauma spinal
f. Trauma thorak
g. Trauma abdomen
h. Trauma musculoskeletal
i. Luka bakar
j. Biomekanik trauma
k. Triage MCI
l. Basic Life Support
m. Advance Life Support
n. Elektrocardiografi
4. Praktek kelompok
a. SPGDT
b. Basic Life Support
c. Advance Life Support
d. Cedera kepala
e. Inisiasi assasmen
f. Luka bakar
5. Post Test
6. Rangkuman dan penutup

HASIL YANG DICAPAI


a. Up Date Keilmuan kegawat daruratan diterapkan di lingkungan RS
b. Mengaplikasikan pada metode penanganan pasien gawat darurat
c. Melatih katerampilan kegawat daruratan
d. Melaksanakan refresing materi secara berkala.

5
PENANGANAN PENDERITA GAWAT DARURAT (PPGD)

Oleh : Sri Nurlaily,S.Kep.Ns

Contoh kasus :
Bayangkan ada seorang pendaki yang tidak hati-hati lalu terjatuh ke dalam
jurang sedalam 10 meter. Sangat miris karena pendaki tersebut mengalami trauma
tulang belakang yang cukup parah. Prognosa menyatakan dia bakal lumpuh
seumur hidupnya dari batas pusar ke bawah (paraplegi). Menurut cerita teman-
teman pendaki yang ikut mendaki bersama dia, pertolongan di tempat kejadian
dilakukan oleh pendaki lain yang kemungkinan besar belum mengetahui teknik
PPGD. Kita lalu akan membayangkan korban diangkat dari dasar jurang entah
dengan apa dan bagaimana, namun dapat diyakinkan bahwa proses evakuasi,
mobilisasi dan tranportasi korban sangatlah merugikan dan memperburuk cedera
tulang belakangnya.
Kejadian gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga
sulit memprediksi kapan terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini adalah
waspada dan melakukan upaya kongkrit untuk mengantisipasinya. Harus
dipikirkan satu bentuk mekanisme bantuan kepada korban dari awal tempat
kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan, bantuan di fasilitas
kesehatan sampai pasca kejadian cedera. Tercapainya kualitas hidup penderita
pada akhir bantuan harus tetap menjadi tujuan dari seluruh rangkai pertolongan
yang diberikan.
Jadi prinsip dan tujuan dilakukannya PPGD adalah :
1. Menyelamatkan kehidupan
2. Mencegah keadaan menjadi lebih buruk
3. Mempercepat kesembuhan.
Upaya Pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang
sebagai satu system yang terpadu dan tidak terpecah-pecah, mulai dari pre
hospital stage, hospital stage, dan rehabilitation stage. Hal ini karena kualitas
hidup penderita pasca cedera akan sangat bergantung pada apa yang telah dia
dapatkan pada periode Pre Hospital Stage bukan hanya tergantung pada bantuan

6
di fasilitas pelayanan kesehatan saja. Jika di tempat pertama kali kejadian
penderita mendapatkan bantuan yang optimal sesuai kebutuhannya maka resiko
kematian dan kecacatan dapat dihindari. Bisa diilustrasikan dengan penderita yang
terus mengalami perdarahan dan tidak dihentikan selama periode Pre Hospital
Stage, maka akan sampai ke rumah sakit dalam kondisi gagal ginjal.
Penderita dengan kegagalan pernapasan dan jantung kurang dari 4-6 menit dapat
diselamatkan dari kerusakan otak yang ireversibel. Syok karena kehilangan darah
dapat dicegah jika sumber perdarahan diatasi, dan kelumpuhan dapat dihindari
jika upaya evakuasi & tranportasi cedera spinal dilakukan dengan benar.
Oleh karena itu orang awam yang menjadi first responder harus menguasai lima
kemampuan dasar yaitu :
a. Menguasai cara meminta bantuan pertolongan
b. Menguasai teknik bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru)
c. Menguasai teknik menghentikan perdarahan
d. Menguasai teknik memasang balut-bidai
e. Menguasai teknik evakuasi dan tranportasi.
Penyebarluasan kemampuan sebagai penolong pertama dapat diberikan
kepada masyarakat yang awam dalam bidang pertolongan medis baik secara
formal maupun informal secara berkala dan berkelanjutan dengan menggunakan
kurikulum yang sama, bentuk sertifikasi yang sama dan lencana tanda lulus yang
sama. Sehingga penolong akan memiliki kemampuan yang sama dan
memudahkan dalam memberikan bantuan dalam keadaan sehari-hari ataupun
bencana masal.

MEMINTA PERTOLONGAN
Apakah yang anda lakukan jika menemukan seseorang pasien gawat darurat ?
1. Amankan penderita
2. Hubungi Ambulans dengan telepon nomor 118
3. Tertibkan masyarakat
4. Lakukan prosedur gawat darurat
Cara memanggil Mobil Ambulans :
Putar nomor telepon 118, Telepon : (021) 687089 – 65303118 Fax : (021)

7
585652
Lalu sebutkan :
nama, nomor telepon, lokasi korban, jenis penyakit (sakit, kecelakaan
lalin/kerja/ kriminalitas), keadaan korban, dan jumlah korban

TEKNIK BANTUAN HIDUP DASAR (BLS-Basic Life Support)


Terdapat banyak keadaan yang akan menyebabkan kematian dalam waktu
singkat, tetapi semuanya berakhir pada satu akhir yakni kegagalan oksigenasi
sel, terutama otak dan jantung.
Usaha yang dilakukan untu mempertahankan kehidupan pada saat
penderita mengalami keadan yang mengancam nyawa yang dikenal sebagai
“Bantuan Hidup” (Life Support). Bila usaha Bantuan Hidup ini tanpa
memakai cairan intra-vena, obat ataupun kejutan listrik maka dikenal sebagai
Bantuan Hiudp Dasar (Basic Life Support). Apabila BHD dilakukan cukup
cepat, kematian mungkin dapat dihindari seperti nampak dari tabel dibawah
ini :
Keterlambatan kemungkinan berhasil
1 menit 98 dari 100
4 menit 50 dari 100
10 menit 1 dari 100
Catatan : Bila ada tanda kematian pasti seperti kaku mayat atau lebam mayat,
sudah sia-sia untuk melakukan BHD.
Yang harus dilakukan pada BHD adalah :
a. Airway (jalan nafas)
b. Breathing (pernafasan)
c. Circulation (jantung dan pembuluh darah)

A. AIRWAY
Menilai jalan nafas dan pernafasan :
Bila penderita sadar dapat berbicara kalimat panjang : Airway baik, Breathing
baik
Bila penderita tidak sadar bisa menjadi lebih sulit

8
Lakukan penilaian Airway-Breathing dengan cara : Lihat-Dengar-Raba
Obstruksi jalan nafas
Merupakan pembunuh tercepat, lebih cepat dibandingkan gangguan breathing
dan circulation.lagipula perbaikan breathing tidak mungkin dilakukan bila
tidak ada Airway yang baik.
a. Obstruksi total
Pada obstruksi total mungkin penderita ditemukan masih saar atau dalam
keadaan tidak sadar. Pada obstruksi total yang akut, biasanya disebabkan
tertelannya benda asing yang lalu menyangkut dan menyumbat di pangkal
larink, bila obstruksi total timbul perlahan (insidious) maka akan berawal dari
obstruksi parsial menjadi total.
- Bila penderita masih sadar
Penderita akan memegang leher, dalam keadaan sangat gelisah. Kebiruan
(sianosis) mungkin ditemukan, dan mungkin ada kesan masih bernafas
(walaupun tidak ada udara keluar-masuk/ventilasi). Dalam keadaan ini harus
dilakukan perasat Heimlich (abdominal thrust). Kontra-indikasi Heimlich
manouvre atau kehamilan tua dan bayi.
b. Obstruksi parsial
Disebabkan beberapa hal, biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga
timbul beraneka ragam suara, tergantung penyebabnya (semuanya saat
menarik nafas, inspirasi)
- Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung dsb), bunti kumur-kumur.
- Lidah yang jatuh kebelakang-mengorok
- Penyempitan di larink atau trakhea-stridor

Pengelolaan Jalan nafas


a. Penghisapan (suction) – bila ada cairan
b. Menjaga jalan nafas secara manual
Bila penderita tidak sadar maka lidah dapat dihindarkan jatuh kebelakang
dengan memakai :
= Angkat kepala-dagu (Head tilt-chin manouvre), prosedur ini tidak boleh
dipakai bila ada kemungkinan patah tulang leher.

9
= Angkat rahang (jaw thrust)

B.BREATHING DAN PEMBERIAN OKSIGEN


Bila Airway sudah baik, belum tentu pernafasan akan baik sehingga perlu
selalu dilakukan pemeriksaan apakah ada pernafasan penderita sudah adekuat
atau belum.
1. Pemeriksaan Fisik penderita.
a. Pernafasan Normal, kecepatan bernafas manusia adalah :
Dewasa : 12-20 kali/menit (20)
Anak-anak : 15-30 kali/menit (30)
Pada orang dewasa abnormal bila pernfasan >30 atau <10 kali/menit
b. Sesak Nafas (dyspnoe)
Bila penderita sadar, dapat berbicara tetapi tidak dapat berbicara kalimat
panjang : Airway baik, Breathing terganggu, penderita terlihat sesak. Sesak
nafas dapat terlihat atau mungkin juga tidak. Bila terlihat maka akan
ditemukan :
- Penderita mengeluh sesak
- Bernafas cepat (tachypnoe)
- Pemakaian otot pernafasan tambahan
- Penderita terlihat ada kebiruan
2. Pemberian Oksigen
a. Kanul hidung (nasal canule)
b. Masker oksigen (face mask)
3. Pernafasan Buatan (artificial ventilation)
Bila diperlukan, pernafasan buatan dapat diberikan dengan cara :
a. Mouth to mouth ventilation ( mulut ke mulut )
Dengan cara ini akan dicapai konsentrasi oksigen hanya 18% (konsentrasi
udara paru saat ekspirasi).
Frekuensi Ventilasi Buatan
Dewasa 10-20 x/menit
Anak 20 x/menit
Bayi 20 x/menit

10
b. Mouth to mask ventilation
c. Bantuan Pernafasan memakai kantung (Bag-Valve-Mask, “Bagging”)

C. CIRCULATION
1. Umum
a. Frekuensi denyut jantung
Frenkuensi denyut jantung pada orang dewasa adalah 60-80/menit.
b. Penentuan denyut nadi
pada orang dewasa dan anak-anak denyut nadi diraba pada a.radialis (lengan
bawah, dibelakang ibu jari) atau a.karotis, yakni sisi samping dari jakun.
2. Henti jantung
Gejala henti jantung adalah gejala syok yang sangat berat. Penderita mungkin
masih akan berusaha menarik nafas satu atau dua kali. Setelah itu akan
berhenti nafas. Pada perabaan nadi tidak ditemukan a.karotis yang berdenyut.
Bila ditemukan henti jantung maka harus dilakukan masase jantung luar yang
merupakan bagian dari resusitasi jantung paru (RJP,CPR). RJP hanya
menghasilkan 25-30% dari curah jantung (cardiac output) sehingga oksigen
tambahan mutlak diperlukan.

D. RESUSITASI JANTUNG-PARU (RJP)


1. langkah-langkah yang haurs diambil pada sebelum memulai RJP :
( American Heart association)
a. Tentukan tingkat kesadaran (respon penderita) :
Dilakukan dengan menggoyang penderita, bila penderita menjawab, maka
ABC dalam keadaan baik.
b. panggil bantuan
bila petugas sendiri, maka jangan mulai RJP sebelum memanggil bantuan,
c. Posisi Penderita
Penderita harus dalam keadaan terlentang, bila dalam keadaan telungkup
penderita di balikkan.
d. Periksa pernafasan
Periksa dengan inspeksi, palpasi dan aiskultasi. Pemeriksan ini paling lama 3-

11
5 detik.
Bila penderita bernafas penderita tidak memerlukan RJP
e. Berikan pernafasan buatan 2 kali.
Bila pernafasan buatan pertama tidak berhasil, maka posisi kepala diperbaiki
atau mulut lebih dibuka. Bila pernafasan buatan kedua tidak berhasil (karena
resistensi/tahanan yang kuat), maka airway harus dibersihkan dari obstruksi
( heimlich manouvre, finger sweep)
f. Periksa pulsasi a, karotis (5-10 detik)
Bila ada pulsasi, dan penderita bernafas, dapat berhenti
Bila ada pulsasi dan penderita tidak bernafas diteruskan nafas buatan
Bila tidak ada pulsasi dilakukan RJP

2. Tehnik Resusitasi jantung paru (Cardiopulmonary Resusitation)


RJP dapat dilakukan oleh 1 atau 2 orang.
a. posisi penderita
penderita dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai,
backboard,short spine board).
b. posisi petugas
posisi petugas berada setinggi bahu penderita bila akan melakukan RJP 1
orang, bila penderita dilantai, petugas berlutut seinggi bahu, disisi kanan
penderita. Posisi paling ideal sebenernya adalah dengan ‘menunggangi’
penderita, namun sering dapat diterima oleh keluarga penderita.
c. tempat kompresi
Tepatnya 2 inci diatas prosesus xifoideus pada tengah sternum.
Jari-jari kedua tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada
penderita.
Pada bayi tekanan dilakukan dengan 2 atau 3 jari, pada garis yang
menghubungkan kedua putting susu
d. Kompresi
Dilakukan dengan meluruskan siku, beban pada bahu, bukan pada siku.
Kompresi dilakukan sedalam 3-5 cm. cara lain untuk memeriksa pulsasi a,
karotis yang seharusnya ada pada setiap kompresi.

12
e. Perbandingan Kompresi-Ventilasi
Pada dewasa (2 dan 1 petugas) 15 : 2 anak, maupun bayi, perbandingan
kompresi-ventilasi adalah 5:1, ini akan menghasilkan kurang lebih 12 kali
ventilasi setiap menitnya, pada dewasa dalam satu menit dilakukan 4 siklus.
f. Memeriksa pulsasi dan pernafasan
Pada RJP 1 orang, pemeriksaan dilakukan setiap 4 siklus (setiap 1 menit).
Pada RJP 2 orang, petugas yang melakukan ventilasi dapat sekaligus
pemeriksaan pulsasi karotis, setiap beberapa menit dapat dihentikan RJP untuk
memeriksa apakah denyut jantung sudah kembali.
Tanda-tanda keberhasilan tehnik RJP :
Nadi karotis mulai berdenyut, pernafasan mulai spontan, kulit yang tadinya
berwarna keabu-abuan mulai menjadi merah. Bila denyut karotis sudah timbul
teratur, maka kompresi dapat di hentikan tetapi pernafasan buatan tetap
diteruskan sampai timbul nafas spontan.
g. Menghentikan RJP
Bila RJP dilakukan dengan efektif, kematian biologis akan tertunda.
RJP harus dihentikan tergantung pada :
- lamanya kematian klinis
- prognosis penderita (ditinjau dari penyebab henti jantung)
- penyebab henti jantung (pada henti jantung karena minimal listrik 1 jam)
sebaiknya keputusan menghentikan RJP diserahkan kepada dokter.
h. Komplikasi RJP
- Patah tulang iga, sering terjadi terutama pada orang tua. RJP tetap diteruskan
walaupun terasa ada tulang yang patah. Patah tulang iga mungkin terjadi bila
posisi tangan salah
- Perdarahan pada perut, disebabkan karena robekan hati atau limpa.

E.SKEMA TINDAKAN RESUSITASI


I. MENGHENTIKAN PERDARAHAN
Cara :
1. Menekan dengan jari tangan
2. Penekanan dengan kain bersih/sapu tangan pada luka

13
3. Balut tekan
4. Torniket- hanya dalam keadaan tertentu
5. Menekan dengan jari tangan
Pembuluh darah yang terdekat dengan permukaan kulit ditekan dengan jari.
Dengan menekan pembuluh darah anatara jari dan tulang, maka pembuluh
darah akan berhenti.
Pada satu sisi manusia terdapat 6 titik pembuluh darah yang dapat ditekan
dengan jari : Arteri temporalis Superficialis, Arteri Subclavia, Arteri
Femoralis, Arteri Femoralis, Arteri Fasialis, Arteri Carotis Kommunis, Arteri
Brachialis
6. Penekanan dengan kain bersih/sapu tangan pada luka
i. Sapu tangan yang sudah disterilkan dan belum dipakai lipatan bagian dalam
dianggap bersih
ii. Letakkan bagian yang bersih tersebut langsung diatas luka dan tekanlah
iii. Perdarahan dapat berhenti dan pencemaran oleh kuman-kuman dapat
dihindarkan
7. Balut tekan
8. Torniket
Pemasangan toniket hanya pada keadaan tertentu, yaitu apabila anggota badan
atas (lengan) atau anggota badan bawah (kaki) terputus :
- tutup ujung tungkai yang putus dengan kain yang bersih
- bagian yang putus dimasukkan kekantong plastik yang berisi es salanjutnya
dibawa bersama-sama korban ke rumah sakit.

II. SYOK / SHOCK


Tanda-tandanya :
1. Kulit ; pucat, dingin, basah
2. Gelisah
3. Haus
4. Hitungan denyut nadi lebih dari 100 kali permenit
5. Nafas cepat
6. Orang-orangan mata (pupil) melebar

14
Tindakan :
a. Tidurkan korban terlentang dengan kaki lebih tinggi daripada kepala
b. Kendorkan pakaian korban
c. Badan ditutupi dengan selimut
d. Jangan diberi minum
Letakkan korban terlentang lurus bila ditemukan tanda-tanda kemungkinan
patah tulang
Penanganan shock seperti penanganan PPGD dengan tetap
mempertimbangkan ABC. Penatalaksanann pasien syock di bahas dalam
Advanced Life Support

III. BALUT-BIDAI
BALUT
Tujuan : Mencengah / menghindari terjadinya pencemaran kuman kedalam
suatu luka
Alat : kain Segitiga, Perban, Balut Cepat, balut bertekanan/tensocrep
BIDAI
Alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan (fiksasi) tulang yang
patah.
Tujuan : Mencegah pergerakan tulang yang patah.
Sarat : Bidai harus dapat mempertahankan dua sendi tulang didepan tulang
yang patah
Tidak boleh terlalu kencang dan ketat, karena akan merusak jaringan tubuh.
Alat :
a. Anggota badan sendiri
b. Papan, bambu, dahan
c. Karton, majalah, kain
d. Bantal,guling, selimut
e. “air splint”
f. “vakum matras”

15
IV. TRANSPOTASI
Adalah proses memindahkan kasus gawat darurat dari satu tempat ketempat
lain.
Syarat : Keadaannya stabil, Jalan nafas dijamin terbuka/bebas, Monitor
(pengawasan
ketat) dari Nadi dan Pernafasan.
Alat :
1. Tenaga Manusia : Satu orang, dua orang, tiga orang, empat orang
2. Tandu kasur : Kasur, papan, dahan/bambu, matras
3. Kendaraan : Darat, laut, udara

Satu orang ; terutama untuk anggota pemadam kebakaran kalau menolong


korban yang tidak sadar didalam gedung yang terbakar atau yang melewati
jalan / lorong sempit. Catatan: Cara seperti ini tidak boleh dilakukan pada
penderita yang mengalami patah tulang punggung.
Dua orang ; kedua tangan korban pada bahu penolong yang berdiri di kanan
dan dikiri, posisi setengah duduk pada keempat tangan penolong dapat juga
menggunakan kursi.
Tiga orang ; tiga penolong saling berhadapan dan berpegangan tangan
dibawah si korban
Empat orang ; empat penolong saling berhadapan dan berpegangan tangan
dibawah si korban
Enam orang ; cara mengangkat korban dengan menggunakan kain sprei,
terutama kalau ada kecurigaan adanya patah tulang punggung.

16

Anda mungkin juga menyukai