Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan

pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia.

Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih

dari sama dengan 140 mmHg dan diastolic lebih dari sama dengan 90 mmHg.

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau

esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat

disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan

gangguan anak ginjal. Hipertensi sering kali tidak menimbulkan gejala, sementara

tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat

menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu

dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Sidabutar, 2009).

Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkan sekitar 972 juta

orang atau 26,4% penduduk dunia menderita hipertensi, dengan perbandingan

50,54% pria dan 49,49 % wanita. Jumlah ini cenderung meningkat tiap tahunnya

(Ardiansyah, 2012). Data statistic dari Nasional Health Foundation di Australia

memperlihatkanbahwasekitar 1.200.000 orang Australia (15% penduduk dewasa

di Australia) menderita hipertensi. Besarnya penderita di negara barat seperti,

Inggris, Selandia Baru, dan Eropa Barat juga hampir 2 15% (Maryam, 2008). Di

Amerika Serikat 15% ras kulit putih pada usia 18-45 tahun dan 25-30% ras kulit

hitam adalah penderita hipertensi (Miswar, 2004). Menurut Riset Kesehatan Dasar
tahun 2010, prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2004 sekitar 14% dengan

kisaran 13,4 - 14,6%, sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 16-18%.

Secara nasional Provinsi Jawa Timur menempati peringkat ke-dua di dunia

Data Riskesdas (2010) juga menyebutkan hipertensi sebagai penyebab

kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8%

dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia (Depkes, 2010).

Menurut Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2012, kasus tertinggi penyakit tidak

menular di Jawa Tengah tahun 2012 pada kelompok penyakit jantung dan

pembuluh darah adalah penyakit hipertensi esensial, yaitu sebanyak 554.771 kasus

(67,57%) lebih rendah di banding tahun 2011 (634.860 kasus/72,13%). Penyakit

hipertensi ini bagi masyarakat sangat penting untuk dicegah dan diobati. Hal ini

dikarenakan dapat menjadi pencetus terjadinya stroke yaitu kerusakan pembuluh

darah di otak. 3 Hipertensi sangat erat hubungannya dengan factor gaya hidup dan

pola makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan

seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada kesehatan.

Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang berbahaya, padahal

hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-diam, karena penderita hipertensi

merasa sehat dan tanpa keluhan berarti sehingga menganggap ringan penyakitnya.

Sehingga pemeriksaan hipertensi ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan rutin

saat pasien dating dengan keluhan lain. Dampak gawatnya hipertensi ketika telah

terjadi komplikasi, jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ

seperti gangguan fungsi jantung koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi

kognitif/stroke.
Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya.

Penyakit ini menjadi muara beragam penyakit degeneratif yang bisa

mengakibatkan kematian. Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang

tinggi juga berdampak kepada mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus

ditanggung para penderitanya. Perlu pula diingat hipertensi berdampak pula bagi

penurunan kualitas hidup. Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan

tidak mendapatkan pengobatan secara rutin dan pengontrolan secara teratur, maka

hal ini akan membawa penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan kematian.

Tekanan darah tinggi yang terus menerus mengakibatkan kerja jantung ekstra

keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadi kerusakan pembuluh darah jantung,

ginjal, otak dan mata (Wolff, 2006).

Penelitian mengenai efektivitas kelopak bunga rosella telah dilakukan oleh

Hardiyanto (2014), penelitian ini menunjukkan bahwa 2g/70 KgBB serbuk

simplisia kelopak bunga rosella yang terdapat di dalam sediaan sirup kombinasi

kelopak bunga rosella dan herbaseledri dapat menurunkan hipertensi pada

manusia. Selain itu secara empiris rebusan 5 lembar daun pepaya juga terbukti

dapat menurunkan hipertensi (Khaerani 2014).

Penelitian Sumitro (2011) menghasilkan bahwa antosianin yang merupakan

komponen bioaktif yang terdapat pada bunga rosella mempunyai efek penurunan

tekanan darah. Dalam penelitiannya 32 responden mengikuti penelitian selama 2

hari dalam kurun waktu kurang lebih 2 jam. Pengukuran tekanan darah dilakukan

setelah responden diistirahatkan selama 5 menit, kemudian diberi seduhan bunga

rosella sebanyak 300 mL. Tekanan darah responden selanjutnya diukur pada saat
90 menit setelah pemberian seduhan bunga rosella. Seduhan kering bunga rosella

mampu menurunkan tekanan darah penderita hipertensi dengan terapi captopril

jauh lebih besar penurunannya di bandingkan dengan penderita hipertensi yang

hanya mendapatkan terapi captopril saja karena adanya kandungan flavonoid dan

kalium pada daun papaya serta adanya kandungan antosianin pada kelopak bunga

rosella (Ayoola dan Adeyeye, 2010; Hopkins et al. 2013; Pauline et al. 2013).

Flavonoid yang terdapat pada daun papaya dapat menurunkan tekanan darah

dengan meningkatkan fungsiendotel. Flavonoid memiliki aktivitas antioksidan

yang dapat meningkatkan sintesis Nictric Oxide (NO) pada endotel. NO yang

disintesis ini menyebabkan terjadinya vasodilatasi pada otot polos pembuluh

darah dan dapat menurunkan tekanan darah (Machha dan Mustafa 2005).

Kandungan kalium dalam daun papaya memiliki mekanisme penurunan tekanan

darah yang sama dengan obat diuretiktiazid. Peningkatan asupan kalium

menyebabkan tubuh mengeluarkan lebih banyak natrium kedalam urine

(Kowalski 2010). Kelopak bunga rosella mengandung antosianin yang terbukti

dapat menurunkan tekanan darah dengan bertindak sebagai ACE Inhibitor.

Berdasarkan analisis kinetik yang dilakukan menunjukkan bahwa kedua jenis

antosianin ini dapa tmenghambat aktivitas ACE dengan mekanisme persaingan

secara kompetitif untuk berikatan dengan sisi aktifenzim (Ojeda et al. 2010)

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti tanggal 17 Desember 2020,data

yang diperoleh di posyandu lansia josenan madiun ialah terdapat 10 orang

sebagian besar lansia yang menderita hipertensi. 10 Lansia juga menyatakan

hanya merasakan keluhan seperti pusing dan mual. Pasien juga menyatakan
bahwa jarang melakukan control ke puskesmas, karena pasien merasa sehat dan

tidak merasakan pusing-pusing sehingga tidak melakukan control ke puskesmas.

Solusi pengobatan non farmakologi herbal cairdaun papaya dan bunga rosella bisa

menjadikan obat alternative dalam menurunkan tekanan darah tinggi. Karena

tanaman ini memiliki kandungan flavonoid dan kalium yang mampu menurunkan

tekanan darah tinggi, tanaman ini mudah didapat dan bisa ditanam dimana saja.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dan

mengkaji lebih dalam melalui penelitian dengan judul“ Efektivitas Herbal Cair

Daun Pepaya dan Bunga Rosella Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia

di Posyandu Lansia Kelurahan Josenan Kecamatan Taman Kota Madiun”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah yaitu

“Bagaimanakah Efektivitas Herbal Cair Daun Pepaya dan Bunga Rosella

Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan

Josenan Kecamatan Taman Kota Madiun”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis Efektivitas Herbal Cair Daun Pepaya dan Bunga Rosella

Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan

Josenan Kecamatan Taman Kota Madiun


1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tekanan darah pada pasien hipertensi di Posyandu Lansia

Kelurahan Josenan Kecamatan Taman Kota Madiun sebelum dan sesudah

megonsumsi seduhan bunga rosella dan daun papaya

2. Mengidentifikasi tekanan darah pada pasien hipertensi di Posyandu Lansia

Kelurahan Josenan Kecamatan Taman Kota Madiun sebelum dan sesudah 2

hari mengonsumsi seduhan bunga rosella dan daun papaya

3. Menganalis efektivitas pemberian herbal cair daun papaya dan bunga rosella

pada pasien di Posyandu Lansia Kelurahan Josenan Kecamatan Taman Kota

Madiun

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun

tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapa bermanfaat yaitu:

1. Menjelaskan bahwa hasil penelitian memberikan sumbangan pemikiran atau

memperkaya konsep konsep,teori teori terhadap ilmu pengetahuan dari

penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu dalam suatu penelitian.

2. Hasil penelitian memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya konsep

konsep, teori teori terhadap ilmu pengetahuan dari penelitian yang sesuai

dengan bidang ilmu dalam suatu penelitian


1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang cara

meningkatkan kemampuan sains anak melalui metode eksperimen.

2. Bagi Pendidik Dan Calon Pendidik

Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang mengetahui

efektifitas herbal cair metode eksperimen.

3. Bagi Anak didik Anak didik

Sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat memperoleh pengalaman

langsung mengenai pembelajaran secara aktif, kreatif dan menyenangkan

melalui metode eksperimen.


BAB II

TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Daun Pepaya

2.1.1 Deskripsi

Pepaya (Carica Papaya) sebagai tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia

mempunyai khasiat yang tidak bisa di anggap enteng, dari buah muda bisa di buat

sayur, buah yang sudah masak bisa dimakan segar atau sebagai campuran koktail.

Bukan saja dari buahnya yang manis, daun pepaya yang rasanya pahit pun dapat

diolah dan dikonsumsi sebagai makanan yang lezat dan bergizi inggi. Selain

sebagai makanan, daun papaya begitu kaya akan manfaat dan khasiat yang luar

biasa yaitu sebagai obat jerawat, sebagai jamu tradisional penambah nafsu makan,

pelancar pencernaan, obat demam berdarah, pereda nyeri saat haid, sebagai

pelunak daging dan lain-lain.(Ma’munnurcholis, 2013)

2.1.2 Kandungan Daun Pepaya

Daun papaya memiliki kandungan gizi yang cukup beragam diantaranya

vitamin A 18250 SI, vitamin B1 0,15 miligram per 100 gram, vitamin C 140

miligram per 100 gram daun pepaya, kalori 79 kal per 100 gram, protein 8,0 gram

per 100 gram, lemak 2,0 gram per 100 gram, hidratarang/karbohidrat 11,9 gram

per 100 gram, kalsium 353 miligram per 100 gram, dan air 75,4 gram per 100

gram. Daun pepaya juga mengandung carposide yang dapat berfungsi sebagai

obat cacing. Daun papaya mengandung zat papain yang tinggi sehingga

menjadikan rasanya pahit, namun zat ini justru bersifat stomakik yaitu dapat

meningkatkan nafsu makan


2.1.3 Manfaat Daun Pepaya

Daun Pepaya mempunyai banyak manfaat, tidak hanya bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah tetapi juga dapat digunakan untuk berbagai hal yaitu :

menjaga keseimbangan gula darah, melancarkan pencernaan, mempercepat

penyembuhan luka, gejala demam berdarah, kram akibat dating bulan, mengobati

jerawat. Honestdocs, Rabu (19/8/2020).

2.1.4 Bahan dan Alat Pembuatan Jus Daun Pepaya

1. Daun Pepaya 5-10 lembar

2. Air 500 ml

3. ½ sdm madu

4. Blender

5. Gelas

6. Saringan

Cara membuat jus daun Pepaya

1. Cuci bersih daun papaya lalu masukkan ke dalam blender

2. Tambahkan 250 ml air,1/2 madu

3. Blender sampai halus

4. Saring lalu masukkan kedalam gelas,siap untuk diminum

2.2 Konsep Bunga Rosella

2.2.1 Deskripsi

Tanaman rosella merupakan tanaman semak tegak tinggi berakar tunggang

yang mampu tumbuh mencapai 3-5 m baik di daerah tropis maupun subtropis.

Rosella memiliki batang berkayu bulat dan tegak dengan percabangan simpodial
dan berwarna kemerahan. Daunnya tunggal berseling berbentuk bulat telur dengan

ujung yang runcing, tepi beringgit, pangkal berlekuk dengan pertulangan daun

menjari. Daun rosella memiliki lebar 5-8 cm, panjang 5-15 cm dengan tangkai

berukuran 4-7 cm, penampang bulat dan berwarna hijau (Bakti Husada, 2001).

2.2.2 Kandungan Bunga Rosella

Bunga rosella memiliki beberapa kandungan zat seperti gossypetin,

glukosida, hibiscin, flavonoid, theflavin, katekin dan antosianin (Widyanto dan

Nelistya, 2008). Antosianin pada bunga rosella mampu memberikan efek

perlindungan terhadap penyakit kardiovaskuler, termasuk penyakit hipertensi

(Mardiah, 2010). Setiap 100 g bunga rosella mengandung 96 mg antosianin

(Hermawan dkk., 2011). Theaflavin dan katekin mampu membatasi penyerapan

kolesterol dan meningkatkan pembuangan kolesterol dari hati sehingga kadar

kolesterol terjaga (Lawren, 2014)

2.2.3 Manfaat Bunga Rosella

Manfaat dari tanaman bunga rosella selain untuk menurunkan tekanan

darah tinggi juga bermanfaat sebagai mengatasi kolestrol tinggi, mencegah

penyakit jantung, mencegah resiko obesitas, melindungi kulit wajah, mengatasi

infeksi dan peradangan, menurunkan berat badan. (Maryani & Kristana, 2008).

2.2.4 Bahan dan alat pembuatan teh bunga rosella

1. 5 Kuntum bunga Rosella

2. 500 ml air mendidih

3. ½ sdm Madu
Cara pembuatan the rosella :

1. Rebus rosella dengan air mendidih,tunggu 5 menit

2. Angkat dan biarkan dingin

3. Saring aduk rata dengan madu, sajikan.

2.3 Konsep Tekanan Darah

2.3.1 Definisi Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi adalah peningkatan pada tekanan sistolik 140 mmHg

atau lebih dan tekanan diastolik 120 mmHg (Sharon, 1996). Menurut Sorensen

(1996), tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg.

Tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan

tekanan darah sistolik 140 mmHg ataulebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg

atau lebih (Hearrison, 1997). Tekanan darah tinggi merupakan gangguan

asimptomatik yang sering terjadi ditandai dengan peningkatan tekanan darah

secara persisten (Potter & Perry, 2005).

2.3.2 Fisiologi Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah, gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding

pembuluh. Tekanan darah bergantung pada volume darah yang terkandung di

dalam pembuluh dan compliance, atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa

mudah pembuluh tersebut diregangkan). Darah mengalir dalam suatu lingkaran

tertutup antara jantung dan organ-organ. Arteri mengangkut darah dari jantung

keseluruh tubuh. Arteriol mengatur jumlah darah yang mengalirke masing-masing


organ. Kapiler adalah tempat sebenarnya pertukaran bahan antara darah dan sel

jaringan sekitar. Vena mengembalikan darah dari tingkat jaringan kembali ke

jantung. Pengaturan tekanan arterirerata bergantung pada control dua penentu

utamanya, curah jantung dan resistensi perifer total. Kontrol curah jantung,

sebaliknya bergantung pada regulasi kecepatan jantung dan isise kuncup,

sementara resistensi perifer total terutama ditentukan oleh derajat

vasokonstriksiarteriol (Sheerwood, 2012).

Regulasi jangka pendek tekanan darah dilakukan terutama oleh refleksbaro

reseptor. Baroreseptor sinus karotis dan arkus aorta secaraterus-menerus

memantau tekanan arterirerata. Jika 9 mendeteksi penyimpangan dari normal

maka kedua baroreseptor tersebut member sinyal kepusat kardiovaskularmedula,

yang berespon dengan menyesuaikan sinyal otonom kejantung dan pembuluh

darah untuk memulihkan tekanan darah kembali normal. Kontrol jangka panjang

tekanan darah melibatkan pemeliharaan volume plasma yang sesuai melalui

control ginjal atas keseimbangan garam dan air. Tekanan darah dapat meningkat

secara abnormal (hipertensi) atau terlalu rendah (hipotensi). Hipotensi yang berat

dan menetap yang menyebabkan kurang memadainya penyaluran darah secara

umum dikenal sebagai syok sirkulasi (Sheerwood, 2012).

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

1. Umur

Tekanan darah seseorang akan meningkat bersamaan dengan bertambahnya

umur, dikarenakan semakin berkurangnya distensibilitas dinding pembuluh

darah seiring pertambahan usia. Hal ini mengakibatkan peningkatan terhadap


tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan diastolic meningkat karena dinding

pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan

darah

2. Jenis Kelamin

Tekanan darah pria lebih tinggi daripada tekanan darah wanita, hal ini

disebabkan wanita memimiliki hormon estrogen dan progesteron yang

menjaga pembuluh darah tetap elastis, tetapi setelah menopause, tekanan

darah akan meningkat karena pembuluh darah menjadi tidak elastic lagi.

3. Keadaan Psikologis

Keadaan psikologis yang terganggu seperti stress akan meningkatkan tekanan

darah dengan meningkatkan kadar kolesterol serum yang akan melemahkan

dan merusak pelapis pembuluh darah, menyediakan tempat bagi

mengendapnya lipid sehingga terbentuk plak kolesterol. Akhirnya lumen

menyempit, tahanan perifer meningkat, dan tekanan darah naik.

4. Olahraga

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan

tekanan darah pada individu yang menderita hipertensi (tekanan darah tinggi).

Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan

kolesterol pada pembuluh darah

5. Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT berkorelasi dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. IMT

dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat terkena

risiko penyakit tertentu yang disebabkan karena berat badannya. Seseorang


dikatakan kelebihan berat badan jika IMT ≥ 25 dan dikatakan obesitas apabila

≥30. Berat badan dan IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah

terutama tekanan darah sistolik bilamana 5 kg dari berat badan yang berlebih

hilang maka akan menurunkan 2-10 poin tekanan darah sistolik

2.3.4 Cara Mengukur Tekanan Darah

Seperti yang telah kita ketahui, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol

menyebabkan berbagai komplikasi seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal,

kebutaan hingga kematian. Untuk itu, penderita hipertensi harus memiliki

kepedulian terhadap pemantauan tekanan darah. Salah satu caranya dengan

pengukuran tekanan darah sehari-hari di rumah. Saat ini, tensimeter digital sering

digunakan para penderita hipertensi untuk memantau tekanan darah

1. Usahakan pasien dalam keadaan tenang dan istirahatkan pasien dari

seluruh aktivitas selama kurang lebih 15 menit sebelum dilakukan

pengukuran

2. Gunakan digital sphygmomanometer yang telah teruji validitasnya

3. Posisikan pasien dalam kondisi berbaring atau duduk dengan posisi kaki

tidak menyilang dan kedua telapak kaki menapak pada lantai

4. Komunikasikan pada pasien untuk menyingsingkan pakaian yang

menutupi lengan kanan hingga sekitar 2 cm di atas garis siku. Pastikan lengan

pasien tidak terjerat oleh lengan pakaian yang telah disingsingkan

sebelumnya

5. Pasangkan manset pada lengan secara perlahan dengan memperhatikan

posisi selang, yakni sejajar dengan jari tengah lengan kanan


6. Setelah manset menempati posisi yang benar, rekatkan manset dengan

tekanan sedang (tidak terlalu longgar dan juga tidak terlalu erat)

7. Posisikan alat pengukur tekanan darah sebisa mungkin sejajar dengan dada

kiri (posisi jantung)

8. Instruksikan pasien untuk tetap tenang selama pemeriksaan dan anjurkan

pasien untuk tidak berbicara selama proses pengukuran tekanan darah.

Pastikan lengan pasien telah diposisikan dengan benar dan telapak tangan

pasien dalam keadaan terbuka secara rileks (tidak menggenggam). Pastikan

pula selang yang terdapat pada alat pengukur tekanan darah dalam keadaan

lurus, bebas dari tekanan maupun lekukan

9. Tekan tombol “START/STOP” untuk mengaktifkan alat pengukur tekanan

darah

10. Biarkan alat pengukur tekanan darah melakukan proses pengukuran

tekanan darah hingga seluruh parameter yang ingin diukur (tekanan darah

sistolik, tekanan darah diastolik, mean arterial pressure, dan nadi) terbaca

pada monitor

11. Lakukan pengukuran dengan langkah-langkah tersebut sebanyak 2 kali,

dengan memberikan jeda antar pengukuran selama 2-5 menit dan pastikan

lengan pasien terbebas dari manset saat jeda

12. Pastikan pasien tetap rileks hingga proses pengukuran berikutnya

13. Bila didapati selisih antar pengukuran melebihi 10 mmHg, maka lakukan

pengukuran ketiga dengan memberikan jeda 10 menit terhitung sejak

selesainya proses pengukuran tekanan darah yang kedua


14. Catat hasil pengukuran dengan merata-rata nilai yang diperoleh dari

seluruh pengukuran

2.4 Konsep Hipertensi

2.4.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan

peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri,

2017). Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis

penyakit yang mematikan di dunia dan faktorrisiko paling utama terjadinya

hipertensi yaitu factor usia sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering

dijumpai pada usia senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014), sedangkan menurut Setiati

(2015), hipertensi merupakan tanda klinis ketidakseimbangan hemodinamik suatu

system kardiovaskular, di mana penyebab terjadinya disebabkan oleh beberapa

faktor/ multi factor sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu factor

tunggal (Setiati, 2015).

2.4.2 Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik,

hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic

hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan

tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik

berkaitan dengan tingginyatekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi

(denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri

dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang
nilainya lebih besar. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan

peningkatan tekanan diastolic tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya

ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolic terjadi apabila

pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar

tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan

diastoliknya. Tekanan darah diastolic berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung

berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran

merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolic. Berdasarkan

penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat

sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,

lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin,

defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na 10 dan Ca intraselular, dan faktor-

faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta

polisitemia.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal.

Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti

penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperal

dosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma, koartasio aorta,

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain. 28 Menurut

The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII),


klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok

normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II

Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah


Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 >80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Derajat I 140-159 90-99
Hipertensi Derajat II >160 >100

2.4.3 Etiologi Hipertensi

Menurut (Widjadja, 2009) penyebab hipertensi dapat dikelompookan

menjadi dua yaitu:

1. Hipertensi primer atau esensial Hipertensi primer artinya hipertensi yang

belum diketahui penyebab dengan jelas. Berbagai factor diduga turut

berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya usia, sters

psikologis, pola konsumsi yang tidak sehat, dan hereditas (keturunan). Sekitar

90% pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini.

2. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui,

umumnya berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan

cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakai yang kontrasepsi

oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan factor

pengatur tekanan darah. Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit

endokrin, dan penyakit jantung.

2.4.4 Patofisiologi
Menurut (Triyanto, 2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa

terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga

mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan

kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada

saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan

jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan

menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana

dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteri oskalierosis. Dengan cara

yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu

jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu untuk mengarut karena

perangsangan saraf atau hormone di dalam darah. Bertambahnya darah dalam

sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika

terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam

dan air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami

pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.

Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan

didalam fungsi ginjal dan system saraf otonom (bagian dari system saraf yang

mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal

mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah

meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan

berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah normal. Jika

tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga

bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin,

yang memicu pembentukan hormone angiotensi, yang selanjutnya akan memicu

pelepasan hormonaldosteron. Ginjal merupakan organ peting dalam

mengembalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada

ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan

arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arterirenalis) bisa menyebabkan

hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa

menyebabkan naiknya tekanan darah (Triyanto 2014). pertimbangan gerontology.

Perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer

bertanggung pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekwensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya),

mengakibatkan penurunan curah jantunng dan meningkatkan tahanan perifer

(Prima,2015).

2.4.5 Manifestasi Klinis

Menurut (Ahmad, 2011) sebagian besar penderita tekanan darah tinggi

umumnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita darah tinggi

mungkin merasakan keluhan-keluhan berupa :kelelahan, bingung, perutmual,

masalah pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat atau merah, mimisan,


cemas atau gelisah, detak jantung keras atau tidak beraturan (palpasi), suara

berdenging di telinga, disfungsi ereksi, sakit kepala, pusing. Sedangkan menurut

(Pudiastuti, 2011) gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi

biasanya berupa :pengelihatan kabur karena kerusakan retina, nyeri pada kepala,

mual dan muntah akibatnya tekanan kranial, edema dependen dan adanya

pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler.

2.4.6 Penatalaksanaan

Menurut (Junaedi, Sufrida, & Gusti, 2013) dalam penatalaksanaan

hipertensi berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:

1. Terapi non-farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa obato-

batan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan

darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat

seperti :

1) Pembatasan asupan garam dan natrium

2) Menurunkan berat badan sampai batas ideal

3) Olahraga secara teratur

4) Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol

5) Mengurangi/ tidak merokok

6) Menghindari stress

7) Menghindari obesitas

2. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)


Selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang

utama. Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pengobatan,

antara lain obat-obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan

penghambat konfersienzimangiotensi.

1) Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran garam

dan air. Dengan mengonsumsi di uretik akan terjadi pengurangan jumlah

cairan dalam pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada dinding

pembuluh darah.

2) Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa darah

dan mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.

3) ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh darah

sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan menurunkan

tekanan darah.

4) Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan

pembuluh darah.

Anda mungkin juga menyukai