Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data dari The Institute for Health Metrich and Evaluation

(HME) 2016 menunjukan bahwa penyakit kardiovaskular adalah penyakit

paling mematikan didunia yang disebabkan oleh penyakit terkait pada jantung

dan pembuluh darah. Pada 2016 mencapai 17,7 juta jiwa atau sekitar 32,26 %

total kematian didunia. Sebagian besar 63% kematian akibat penyakit

kardiovaskular merupkan penederita berumur diatas 70 tahun, 29, 13% berusia

50-69 tahun, dan 7,61% berusia 15-49 tahun. Asia dan Indonesia pada tahun

2015 sudah masuk pada era penuaan penduduk (ageing population) karena

jumlah lansia yang berumur lebih dari 60 tahun mencapai lebih dari 7%

(Kemenkes RI, 2017). Sedangkan pada Kabupaten Tangerang jumlah lansia

sekitar 419,464 orang (Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang,

2013).Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi pada penduduk

dengan umur ≥ 18 tahun yaitu 45-44 tahun sebanyak 45,3 %, 55-64 tahun

sebanyak 55,2%, 65-74 tahun sebanyak 63,2%, sedangkan pada umur diatas 75

tahun sebanyak 69,5% dari total populasi 68,2 penduduk. Dari data Riskesdas

dapat disimpulkan bahwa penderita hiprtensi paling tinggi pada penduduk

lansia.

Terapi yang dapat menurunkan hipertensi yaitu dengan cara

farmakologidan non-farmakologi. Terapi farmakologi salah satunya dengan


cara memberikan obat-obatan diuretic, obat golongan ini yaitu Chlortalidone

dan Hydrochhlorothiazide. Penanganan secara non-farmakologi pada penderita

hipertensi dapat diberikan diet dengan cara konsumsi buah-buahan atau sayur-

sayuran yaitu seperti Asparagus,apel, jambu biji, alpukat, wortel dan belimbing,

seledri, buncis, bawang putih, bawang merah dan bawang bombay. Buah

belimbing (Averrhoa carambola L) yang mengandung serat, provitamin A,

vitamin C vitamin B1, vitamin B2, fosfor, kalsium, zat besi, kalium sangat

bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah. Buah belimbing (Averrhoa

carambola L) memiliki sifat diuretic yang bisa memperlancar air seni sehingga

mampu mengurangi beban kerja jantung. Kalium dan natrium ada pada

kandungan buah belimbing dengan perbandingan 6:1, sehingga sangat

disarankan untuk penderita hipertensi (Astawan, 2009 dalam Alvionita mei J,

2018). Wortel juga mengandung protein, lemak, mineral, vitamin, tetapi dalam

jumlah kecil. Berikut merupkan kandungan gizi dan fitokmia yang ada didalam

wortel yaitu protein, lemak, betakaroten, vitamin C, vitamin B1, vitamin B2,

asam folat, kalium, fosfor, zat besi, serat, wortel akan lebih maksimal jika

dijadikan sebagai jus (Rifiani dkk, 2017).

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh (Vino Rika Novia dkk,

2018) tentang pengaruh pemberian jus belimbing (Averrhoa carambola L)

terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi, peneliti

membuktikan hasil yaitu p=000 artinya (p<0,05) pada tekanan darah sistolik

dan p=0,000 artinya (p<0,05) pada tekanan darah diastolik, setelah diberikan

jus belimbing dan penelitian yang dilakukan oleh (Fauzia Laili dkk, 2016)
tentang pengaruh pemberian jus wortelterhadap perubahan tekanan darah pada

penderita hipertensi diposyandu lansia, peneliti membuktikan hasil yaitu

(p<0,05) dimana sistol p=0,000 dan diastoliknya p=0,002, berdasarkan hasil

penelitian dapat disimpulkan adanya pengaruh pemberian jus wortel terhadap

perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi.Dalam penelitian ini peneliti

tertarik untuk membandingkan dalam pemberian minuman jus belimbing dan

jus wortel terhadap penurunan tekanan darah.Berdasarkan studi pendahuluan

yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 07 Desember 2019 didapatkan hasil

dari data puskesmas Kec. Gunung Kaler jumlah lansia 4.282 orang dengan

masalah penyakit diabetes bulan November sekitar 278 orang, penyakit

kolesterol bulan November sekitar 125 orang dan lansia yang menderita

hipertensi pada bulan November sekitar 433 orang dan penderita hipertensi

paling tinggi berada pada kelurahan Rancagede. Dari data tersebut peneliti

tertarik untuk mengambil masalah penelitian “Efektivitas Perbandingan

Minuman Jus Belimbing Dan Jus Wortel Terhadap Tingkat Perubahan

Tekanan Darah Penderita Hipertensi Pada Lansia Dikelurahan

Rancagede Tahun 2020”.

B. Pembatasan Masalah

Dalam skripsi ini penulis membatasi pada pembahasan mengenai :

1. Penelitian ini membatasi topik hanya pada kajian efektifitas

Perbandingan Minuman Jus Belimbing Dan Jus Wortel Terhadap

Tingkat Perubahan Tekanan Darah Penderita Hipertensi.


2. Penelitian ini membatasi objek penelitian hanya pada lansia penderita

hipertensi yang terdapat dikelurahan Rancagede.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh efektivitas dari pemberian minuman jus wortel

terhadap perubahan tekanan darah pada lansia di Kelurahan

Rancagede ?

2. Bagaimana pengaruh efektivitas dari pemberian minuman jus

belimbing terhadap perubahan tekanan darah pada lansia di kelurahan

Rancagede ?

3. Apakah terdapat perbandingan antara minuman jus belimbing dan jus

wortel terhadap perubahan tekanan darah pada lansia di Kelurahan

Rancagede ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang diuraikan diatas,

maka tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh efektivitas dari pemberian

minuman jus wortel terhadap perubahan tekanan darah pada lansia di

Kelurahan Rancagede.
2. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh efektivitas dari pemberian

minuman jus belimbing terhadap perubahan tekanan darah pada lansia

di kelurahan Rancagede.

3. Untuk mengetahui perbandingan antara minuman jus belimbing dan jus

wortel terhadap perubahan tekanan darah pada lansia di Kelurahan

Rancagede.

E. Kegunaan Penelitian

1. Peneliti

Sebagai pengalaman baru dalam melakukan penelitian khususnya

untuk efektivitas perbandingan minuman jus belimbing dan jus wortel

terhadap tingkat perubahan tekanan darah penderita hipertensi pada

lansia di Kelurahan Rancagede.

2. Mahasiswa STIKes Yatsi

Untuk menambah wawasan baru mahasiswa dan sebagai acuan untuk

belajar mengenai efektivitas perbandingan minuman jus belimbing dan

jus wortel terhadap tingkat perubahan tekanan darah penderita

hipertensi pada lansia di Kelurahan Rancagede.

3. Institusi STIKes Yatsi Tangerang

Sebagai referensi dan menambah informasi dari hasil peneliti untuk

meningkatkan pengetahuan khususnya dalam penelitian efektivitas

perbandingan minuman jus belimbing dan jus wortel terhadap tingkat

perubahan tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Kelurahan

Rancagede.
4. Profesi keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi

perawat dalam memberikan informasi tentang efektivitas perbandingan

minuman jus belimbing dan jus wortel terhadap tingkat perubahan

tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Kelurahan Rancagede.

5. Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan peneliti selanjutnya

dalam mencari sumber informasi untuk efektivitas perbandingan

minuman jus belimbing dan jus wortelterhadap tingkat perubahan

tekanan darah penderita hipertensi pada lansia di Kelurahan Rancagede.


BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Lansia

Menurut World Helath Organisation (WHO) lansia adalah sesorang yang

memiliki umur lebih dari 60 tahun. Lansia merupakan tahap lanjutan dari setiap

proses kehidupan, dengan adanya berbagai tanda dimulai dari penurunan

kemampuan tubuh dalam proses adaptasi dengan stress dan lingkungan

(Pudjiastuti, 2003 dalam Muhith & Siyoto 2016). Lanjut usia akan mengalami

perubahan-perubahan yaitu mulai dari kulit yang kendor, rambut putih,

pendengaran menurun, penglihatan menurun, gerakan yang melambat,

kelainan berbagai fungsi organ vital, dan sensitivitas emosional meningkat.

Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan terjadi pada manusia yang telah

melalui tiga tahap kehidupan yaitu masa kanak-kanak, masa dewasa serta masa

tua. Tiga tahapan tersebut berubah baik secara biologis maupun secara

psikologis (Aspiani, 2014). Batasan- batasan umur lansia menurut (Efendi

2009 dalam sunaryo,2016) :

1. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 pada Bab 1 pasal 1 ayat

2 mengatakan “lanjut usia adalah sesorang yang telah mencapai usia 60

(enam puluh) tahun ke atas”.


2. Menurut World Health Organization (WHO), lanjut usia dibagi menjadi

beberapa kriteria yaitu: usia pertengahan (middle age) dengan usia sekitar

45-59 tahun, lanjut usia (elderly) dengan usia 60-74 tahun, jika lanjut usia

tua disebut (old) yaitu usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old)

adalah lebih dari 90 tahun.

3. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) ada empat fase, yaitu: yang

pertama (fse inventus) sekitar 25-40 tahun, yang kedua (fase virilites)

yaitu umur 40-55 tahun, yang ketiga (fase presenium) yaitu 55-65 tahun,

keempat (fase senium) yaitu 65 tahun sampai sesorang dinyatakan

meninggal.

4. Menurut Prof. Dr. Koesoemoto Setyonegoro pada masa lanjut usia

(geriatric age) sekitar lebih dari 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia

(geriatric age) dibagi menjadi beberapa batasan umur, yaitu sekitar 70-75

tahun ( young old), 75-80 tahun (old), dan lebih dari 80 tahun disebut (very

old) (Efendy, 2009 dalam sunaryo, 2016). Lanjut usia bisa dikatakan

sebagai tahap akhir jika perkembangannya pada kehidupan berakhir.

B. Hipertensi

Menurut American Sosiety of Hypertension (ASH) hipertensi

merupakan sindrom atau kumpulan dari gejala kardiovaskuler atau

sebagai akibat dari kondisi yang saling berhubungan (Nuraini,

2015).Hipertensi atau sering disebut tekanan darah tinggi adalah kondisi

dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah melebihi


normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Secara umum seseorang

dengan tekanan darah 140/90 mmHg akan disebut sebagai penderita

hipertensi karena normalnya 120/80 mmHg (dr. Arief Sudarmoko,

2015). Hipertensi menjadi penyebab utama kematian di Indonesia,

seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg

dan diastolik ≥90 mmHg ini menurut consensus/pedoman didalam

maupun diluar negeri, ini terjadi dalam pemeriksaan berulang dengan

hasil yang sama. Diagnosis hipertensi dapat ditentukan dengan

pengukuran utama yaitu tekanan darah sistolik.(PERKI, 2015).

Hipertensi tidak memiliki gejala khas jika belum terjadi komplikasi

seperti jantung, otak, ginjal, mata, pembuluh darah dan organ lainnya itu

merupakan komplikasi dari penyakit hipertensi.Tetapi penyakit

hipertensi sangat dipengaruhi oleh pola hidup sehat mulai dari makanan

serta aktivitas yang kurang baik bagi kesehatan. Pola hidup sehat dan

aktivitas yang baik merupakan keputusan paling tepat untuk mengontrol

diri terbebas dari hipertensi. Melakukan pola hidup sehat dan aktivitas

yang baik harus terus dilakukan agar terhindar dari penyakit hipertensi

dan penyakit lainnya (Malara, 2014). Hipertensi merupakan masalah

kesehatan, seseorang yang menderita hipertensi membutuhkan

pengobatan yang sangat rutin. Hipertensi dapat menjadi penyebab

penyakit jantung, risiko penyakit arteri coroner, membesarnya ventrikel

kiri jantung, diabetes, penyakit ginjal kronis, dan terserang stroke (

Noviyanti, 2015).
Pada negara-negara Barat dan negara-negara berkembang dengan

pesat, presentase pada wanita dan pria lansia juga berekembang sangat

pesat berhubungan dengan bertambahnya usia, dan tekanan darah

meningkat. Didapatkan hasil dari penelitian Framingham yang terkenal

di seluruh dunia ditujukan bahwa orang dengan usia dibawah 60 tahun

sekita 27% memilki tekanan darah lebih tinggi diatas 140/90 mmHg,

dan sekitar 20% dari mereka menderita hipertensi 160/100 mmHg. Pada

lansia dengan umur lebih dari 80 tahun menderita hipertensi dengan

presentase 75% dan memiliki tekanan darah diatas 140/90 mmHg dan

60% nya 160/100, atau bisa lebi tinggi. Hanya sekitar 7% lansia

mempunyai tekanan darah normal(Rani S Ekawati, 2010). Usia yang

memilki kemungkinan hipertensi yaitu 31-55 tahun, penyakit hipertensi

semakin meningkat pada saat seseorang memasuki umur 40 tahun

bahkan bisa lebih dari 60 tahun jika tidak ditangani sedini mungkin

(Muhamad Ridwan, 2017).

C. Penyebab Hipertensi

Penyebab hipertensi dengan berbagai tipe hipertensi, yaitu:

1. Etiologi

1) Hipertensi Primer

Penyebabnya masih belum diketahui untuk hipertensi primer.

Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit renivaskuler,

seperti gagal ginjal ataupun penyakit lainnya, penyebab munculnya


penyakit hipertnsi primer seperti genetic, ras, stress dan pola hidup.

(Triyanto, 2014).

2) Hipertensi Sekunder

Penyakit ginjal, penggunaan estrogen, sindrom chusing dan

hipertensi pada kehamilan adalah beberapa penyebab dari

hipertensi sekunder (Nurarif, 2015).

Pada penderita hipertensi primer, tidak tampak gejala yang khas pada

umumnya akan diketahui saat melakukan pemeriksaan kesehatan ke dokter.

Sedangkan untuk penderita hipertensi sekunder penyebabnya diketahui.

Pada sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian

obat tertentu (misalnya pil KB), pada 5-10% penyebabnya adalah penyakit

ginjal. Pemicu hipertensi juga bisa di sebabkan oleh kegemukan (obesitas),

gaya hidup yang tidak sehat, jarang berolahraga, stress, alkohol, dan garam

dari makanan. Sedangkan penyebab hipertensi lainnya yang jarang terjadi

adalah feokromositoma yaitu tumor pada kelenjar adrenalyang

menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin

(noradernalin).

D. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan pada tingkat tingginya tekanan darah

yang diakibatkan oleh tingkat resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Menurut WHO, tekanan darah memliki batas yang masih normal adalah

kurang dari 140/90 mmHg, sedangkan jika lebih dari 160/95 mmHg adalah

dinyatakan hipertensi. Tekanan darah seseorang bisa mencapai batas normal


dan bisa kurang dari batas normal, jika seseorang memilki tekanan darah

diatas normal bisa dikatakan sebagai penderita hipertensi, sebaliknya jika

tekanan darah dibawah normal, maka orang tersebut menderita tekanan

darah rendah. Pada masyarakat hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan

tekanan darah rendah karena hipertensi merupakan factor resiko utama dari

penyakit jantung dan stroke (dr. Arief Sudarmoko, 2015).

E. Faktor Resiko Hipertensi

Menurut Medika 2017 hipertensi terdapat 2 faktor yaitu hipertensi yang


dapat diubah dengan hipertensi yang tidak dapat diubah :
1. Faktor yang tidak dapat diubah yaitu :
1) Usia

Usia adalah salah satu factor resiko hipertensi yang tidak dapat

diubah. Dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi resiko

terjadinya hipertensi. Ini diakibatkan karena berubahnya struktur

pembuluh darah misalnya penyempitan lumen, dan menjadikan

pembuluh darah terasa kaku dan elastisitasnya berkurang sehingga

menyebabkan tekanan darah meningkat.

2) Jenis Kelamin

Kali ini pria lebih cenderung beresiko memliki penyakit hipertensi


di bandingkan dengan perempuan. Ini di karenakan kemungkinan
pria mempunyai gaya hidup yang kurang sehat dibandingkan
dengan perempuan. Tetapi pada perempuan yang sudah menopause
mengalami peningkatan, hal ini karena adanya perubahan hormon
yang dialami perempuan setelah menopause.
3) Keturunan ( Genetik )
Keturunan atau genetik menjadi salah satu faktor hipertensi yang
tidak dapat dirubah. Keluarga dengan riwayat hipertensi akan lebih
tinggi resiko terkena hipertensi, faktor keturunan juga dapat
berkaitan dengan metabolisme pengaturan dari garam (Nacl) dan
renin membrane sel.
2. Faktor yang dapat diubah yaitu :
1) Obesitas
Obesitas merupakan adanya penumpukan lemak dalam
tubuh.Hipertensi dapat dipicu oleh obesitas yang mengaikbatkan
terganggunya aliran darah. Seseorang dengan obesitas biasanya
mengalami peningkatan kadar lemak di dalam darah
(hiperlipidemia) ini mengakibatkan penyempitan pada pembuluh
darah (aterosklerosis). Penyempitan ini terjadi karena penumpukan
plak ateromosa yang berasal dari lemak. Penyempitan ini
mengakibatkan jantung untuk terus memompa darah lebih cepat
agar oksigen dan zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh dapat segera
terpenuhi. Hal itu yang menyebabkan tekanan darah meningkat.
2) Merokok
Denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot
jantung mengalami peningkatan akibat dari merokok. Pada
penderita yang memiliki penumpukan lemak didalam tubuh
(aterosklerosis) merokok dapat memperparah kondisinya dan
memiliki resiko pada penyakit degenerative lainnya misalnya stroke
dan penyakit jantung. Monoksida yang terdapat dalam rokok bisa
mengikat hemoglobin mengakibatkan darah menjadi kental.
Hemoglobin merupakan protein yang ada zat besi didalam nya, zat
besi didalam sel darah merah berfungsi untuk mengangkut oksigen.
Yang menggantikan ikatan oksigen dalam darah adalah karbon
monoksida ini salah satu penyebab jantung memompa lebih keras
untuk memasukan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan
tubuh, ini yang menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
3) Konsumsi Alkohol dan Kafein Berlebih
Alkohol dapat mengakibatkan hipertensi karena adanya peningkatan
kadar kortisol, peningkatan volume sel darah merah dan
mengentalnya darah yang bisa mengakibatkan tekanan darah
menjadi naik.
4) Konsumsi Garam Berlebih
Mengkonsumsi garam berlebih dapat meningkatkan tekanan darah,
karena NaCl adalah natrium yang dapat menarik cairan yang
terdapat pada sel untuk tidak dikeluarkan, ini menyebabkan
terjadinya penumpukan cairan di dalam tubuh. Hal ini yang
mengakibatkan meningkatnya volume dan tekanan darah.
5) Stress
Stress emosional pada individu dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan darah, keadaan ini misalnya murung, tertekan, dendam,
takut, dan rasa bersalah dapat merangsang timbulnya hormon
adrenalin yang menyebabkan jantung berdenyut lebih kencang
sehingga memicu tekanan darah menjadi naik.
6) Keseimbangan Hormonal
Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh keseimbangan hormonal
anatara estrogen dan progesterone. Wanita memiliki hormone
estrogen yang memilki fungsi sebagai pencegah terjadinya
pengentalan darah dan menjaga dinding pembuluh darah, jika
hormone estrogen tidak seimbang maka akan memicu gangguan
pembuluh darah, gangguan itu dapat meningkatkan tekanan darah.
Pada penggunaan alat kontrasepsi pil KB adalah salah satu contoh
nya biasanya mengganggu dalam keseimbangan hormon.

Anda mungkin juga menyukai